elsa nur
Post on 23-Jun-2015
487 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Berkembanganya suatu organisasi menunjukan kemampuan sumber daya
manusia dalam menjalankan aktivitas di dalam organisasi dengan baik.
Kemampuan sumber daya manusia didukung oleh kemampuan berinteraksi dan
berkomunikasi di dalam organiasi. Komunikasi yang dibangun di dalam setiap
organisasi diaplikasikan dalam struktur kerja yang sekaligus menjadi alur perintah
dalam pelaksanaan tugas dan tanggaung jawab. Struktur kerja dalam sebuah
organisasi akan mengarahkan setiap organisasi pada arah dan kebijakan yang akan
dicapai.
Pencapaian tujuan organisasi juga ditentukan oleh loyalitas pimpinan dalam
organisasi tersebut Keberhasilan seorang pimpinan dalam menjalankan tugasnya
tidak dapat dipisahkan dari kinerja para bawahan yang menjadi bagian penting dari
organisasi yang dipimpinnya, oleh karena bawahan dalam suatu organisasi adalah
aset organisasi yang sangat menentukan terhadap keberhasilan organisasi itu
sendiri.
Pimpinan seringkali dituntut untuk melakukan perencanaan,
pengorganisasian dan pengarahan serta pengawasan terhadap organisasi secara
tepat dan cermat untuk mewujukan tujuan organisasi. Disisi lain setiap organisasi
memiliki tujuan yang berbeda-beda, salah satunya adalah tujuan untuk mendukung
1
aktivitas pemerintahan seperti yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai penegak peraturan daerah.
Dinas Perhubungan dibentuk sebagai satuan kerja yang berada di bawah
pengawasan Gubernur dan Bupati/Walikota. Dinas Perhubungan merupakan
organisasi kerja yang memiliki ruang lingkup menyatu dengan pemerintah daerah
dan bertanggung jawab langsung kepada Gubernur untuk tingkat Provinsi dan
Bupati/Walikota untuk tingkat Kabupaten/Kota.
Kepala Dinas Perhubungan memiliki tanggung jawab terhadap aktivitas
bawahannya dalam menegakan peraturan daerah untuk meningkatkan kualitas
kerja aparatur daerah. Kinerja pimpinan tidak lepas dari peran penting bawahan
yang ditempatkan pada masing-masing bagian dalam Dinas Perhubungan.
Sementara itu hubungan pimpinan dan bawahan pada satuan kerja ini diatur dalam
struktur organisasi yang sesuai dengan organisasi kerja Dinas Perhubungan
tersebut.
Hubungan antara pimpinan dan bawahan di dalam satuan kerja ini
mengarah pada pelaksanaan tugas penertiban dan pengaman di daerah.
Pelaksanaan tugas tersebut didukung oleh perintah dan komunikasi yang jelas.
Kejelasan komunikasi memungkinkan terlaksananya tugas dan tanggung jawab
dengan baik, sebaiknya jika komunikasi tidak jelas dan perintah kerja yang tidak
terencana akan berdampak pada hasil pekerjaan yang buruk, bahkan dapat
menurunkan prestasi pimpinan dan bawahan.
Komunikasi dibentuk untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab Dinas
Perhubungan, oleh karena tugas dan tanggung jawab instansi ini bersumber dari
2
perintah dan komunikasi. Dalam manajemen komunikasi merupakan inti dari
koordinasi dan pada Dinas Perhubungan komunikasi menjadi rantai kerja yang
mengharuskan dilakukan koordinasi dalam melaksanakan tugas.
Komunikasi yang terjadi pada Dinas Perhubungan Kabupaten Konawe
Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan bentuk komunikasi yang
terstruktur dan terorganisir untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab.
Pimpinan di dalam organisasi kerja ini diharapkan menjadi komunikator yang
mampu mengkomunikasikan tugas/pekerjaan kepada komunikan secara terperinci
dan jelas sehingga dapat menunjang pelaksanaan tugas dan pekerjaan. Pada
dasarnya pimpinan menghendaki adanya pelaksanaan tugas dengan baik, namun
hal ini masih terbatas pada kemampuan komunikasi bawahan sehingga terkadang
tugas tidak dapat dilaksanakan dengan baik.
Ketidakjelasan komunikasi dalam organisasi kerja pada Dinas Perhubungan
Kabupaten Konawe Selatan sering terjadi akibat adanya konflik kepentingan dalam
organisasi kerja sehingga pesan yang disampaikan tidak jelas pelaksanaan tidak
sesuai dengan pesan yang disampaikan oleh pimpinan. Perbedaan pendapat antara
pimpinan dan bawahan merupakan salah satu pemicu terjadinya mis-komunikasi.
Disis lain komunikasi membutuhkan berbagai aspek penunjang yang dapat
menghubungan komunikator dengan komunikan. Salah satu sisinya adalah aspek
sumber daya manusia. Sumber daya manusia pada Dinas Perhubungan Kabupaten
Konawe Selatan memiliki kualitas yang berbeda-beda terutama tingkat pendidikan,
keterampilan dan pengalaman kerja. Selain itu sumber daya manusia juga ditinjau
dari aspek sikap dan perilaku baik dalam melaksanakan tugas/pekerjaan maupun
3
dalam berkomunikasi. Hal ini disebabkan oleh karena kemampuan dari setiap
aparatur berbeda-beda dan dapat berdampak pada proses komunikasi dan tujuan
dari komunikasi yang dibangun oleh pimpinan dalam lingkup Dinas Perhubungan
Kabupaten Konawe Selatan.
Fenomena tersebut sering mendapat perhatian khusus dalam membangun
komunikasi dengan rekan sekerja maupun dengan pimpinan. Kemampuan bicara
dan memberikan respon atau jawaban dalam berkomunikasi menjadi bagian
penting yang menentukan arus komunikasi antara komunikator dan komunikan
dengan demikian pekerjaan yang akan dilaksanakan dalam mencapai hasil yang
baik.
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan sebelumnya, maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul : ”Pengaruh Sikap
Berkomunikasi dan Etika Komunikasi Terhadap Efektivitas Komunikasi Pada
Dinas Perhubungan Kabupaten Konawe Selatan”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan sebelumnya, maka
permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut :
Apakah Sikap Berkomunikasi dan Etika komunikasi berpengaruh terhadap
efektivitas komunikasi pada Dinas Perhubungan Kabupaten Konawe Selatan.
4
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh sikap
berkomunikasi dan etika komunikasi terhadap efektivitas komunikasi pada Dinas
Perhubungan Kabupaten Konawe Selatan.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharaokan dapat bermanfaat :
1. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Perhubungan Konawe Selatan. guna
meningkatkan efektivitas komunikasi dalam satuan kerjanya pada masa
mendatang.
2. Sebagai bahan masukan bagi aparat Dinas Perhubungan Konawe Selatan guna
membangunan komunikasi yang transparand an efektif pada masa mendatang.
3. Sebagai bahan reverensi bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan
penelitian ini.
1.4. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkung penelitian ini dibatasi pada efektivitas komunikasi pada
Dinas Perhubungan Konawe Selatan. Provinsi Sulawesi Tenggara yang mencakup :
1. Sikap berkomunikasi dan etika berkomunikasi
2. Proses komunikasi
3. Efektivitas komunikasi
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni Wulandari (2005) tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi komunikasi bawahan dengan pimpinan pada Dinas
Kesehatan Kabupaten Magelang dengan menggunakan analisis regresi linear
berganda untuk menganalisis variabel sikap berkomunikasi, perlaku berkomunikasi
dan etika berkomunikas sebagai variabel bebas dan komunikasi bawahan dengan
pimpinan sebagai variabel terikat. Hasil penelitian diperoleh bahwa sikap
berkomunikasi, perilaku berkomunikasi dan etika berkomunikasi secara parsial
maupun simultal berpengaruh terhadap komunikasi bawahan dengan pimpinan
pada Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang.
Penelitian yang dilakukan ini memiliki persamaan dengan penelitian
terdahulu dalam penggunaan variabel sikap dan etika berkomunikasi. Sementara
itu perbedaan dengan penelitian ini adalah pada obyek penelitian dan variabel
terikatnya yang digunakan adalah efektivitas komunikasi.
Penelitian yang dilakukan Mahmuddin (2002) tentang pengaruh
komunikasi organisasi terhadap kinerja perusahaan pada PT. Indofood Cabang
Makassar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh komunikasi
organisasi terhadap kinerja perusahaan pada PT. Indofood Cabang Makassar.
Variabel penelitian mencakup komunikasi organisasi dan kinerja organisasi yang
dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linear sederhana dengan
6
menggunakan sampel sebanyak 35 responden. Hasil penelitian diperoleh bahwa
komunikasi organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja organisasi pada
PT.Indofood Cabang Makassar. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian
ini adalah pada variabel komunikasi yang digunakan dalam organisasi kerja,
sementara itu perbedaan dengan penelitian ini adalah penggunaan variabel
efektivitas sebagai variabel terikat.
Penelitian terdahulu tersebut disajikan pada Tabel berikut :
Tabel 1. Matrik Persamaan dan Perbedaan Penelitian
No. Peneliti/Tahun Judul Penelitian Variabel/Tenik Analisa Hasil Penelitian
1. Wahyuni Wulandari (2005)
Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi bawahan dengan pimpinan pada Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang
1. Sikap komunikasi 2. Perilaku
berkomunikasi 3. Etika berkomunikasi 4. Komunikas bawahan
dengan pimpinan
Teknik analisis kuantitatif dengan analisis regresi linear berganda
Sikap berkomunikasi, perilaku berkomunikasi dan etika berkomunikasi secara parsial maupun simultal berpengaruh terhadap komunikasi bawahan dengan pimpinan pada Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang.
2. Mahmuddin (2002)
Pengaruh komunikasi organisasi terhadap kinerja perusahaan pada PT. Indofood Cabang Makassar
1.Komunikasi organisasi2.Kinerja perusahaan
Teknik analisis kuantitatif dengan analisis regresi linear sederhana
Komunikasi organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja organisasi pada PT.Indofood Cabang Makassar.
7
2.2. Pengertian dan Proses Komunikasi
Kata komunikasi menurut Onong Uchjana dalam Effendi (1992) yaitu
berasal dari perkataan bahasa latin communicatio yang berarti pemberitahuan atau
pertukaran pikiran. Dengan demikian maka secara garis besar dalam suatu proses
komunikasi harus terdapat unsur-unsur kesamaan makna agar terjadi suatu
pertukaran pikiran atau pengertian, antara komunikator (penyebar pesar) dan
komunikan (penerima pesan).
Pengertian yang dikemukakan oleh para pakar komunikasi memberikan
definisi yang berbeda-beda seperti yang dikemukakan oleh Effendy (1990)
bahwa pengertian secara umum dan pengertian pragmatis sehingga akan
menjadi jelas bagaimana pelaksanaan teknik komunikasi itu. Komunikasi
dalam pengertian umum dapat dilihat dari dua segi yaitu :
1. Secara etimologis yakni komunikasi yang berlangsung apabila antara
orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang
dikomunikasikan.
2. Secara terminologis yakni proses penyampaian suatu pernyataan oleh
seseorang kepada orang lain.
Depari (Widjaya, 1988) mengatakan bahwa komunikasi adalah proses
penyampaian gagasan dan harapan. Pesan yang disampaikan melalui lambang
tertentu yang mengandung arti yang dilakukan oleh penyampaian pesan
ditujukan kepada penerima pesan. Sedangkan menurut Sunaryo (1983)
memberikan pengertian bahwa komunikasi adalah suatu sistem yang berusaha
8
menyusun prinisp-prinisp dalam bentuk yang tepat mengenai hal
memindahkan penerangan dan membentuk pendapat serta sikap-sikap.
Susanto (1974) berpendapat bahwa, komunikasi umumnya diartikan
sebagai hubungan atau kegiatan-kegiatan yang kaitannya dengan masalah
hubungan atau diartikan pula sebagai saling tukar menukar pendapat.
Komunikasi dapat juga diartikan sebagai hubungan individu maupun
kelompok.
Berdasarkan beberapa definisi yang dikemukakan maka dapat
disimpulkan bahwa pengertian komunikasi secara umum adalah proses
pencapaian suatu pernyataan yang dilakukan seseorang kepada orang lain
sebagai konsekuensi dari hubungan sosial. Komunikasi dalam pengertian
paradigmatis yakni proses pencapaian suatu pesan oleh seseorang kepada
orang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat atau perilaku
baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media (Effendy,
1984)
Menyusun rencana kerja, khususnya bidang komunikasi, maka
perusahaan harus berpatokan pada kebijaksanaan komunikasi perusahaannya
dan memperlihatkan sumber daya komunikasi yang dimilikinya. Sebab
kebijaksanaan komunikasi merupakan landasan bagi perencanaan komunikasi
(Dharma, 1994)
Pengertian perencanaan komunikasi menurut Asian Mass
Communication Research And Information Center (AMCRIC) yaitu suatu
usaha yang disengaja, sistematis dan kontinyu untuk mengorganisir aktivitas
9
manusia dalam upaya penggunaan sumber daya komunikasi secara efisiensi
guna merealisasikan kebijaksanaan komunikasi.
Hancock (Effendy, 1993) memberikan definisi perencanaan
komunikasi sebagai berikut : Dengan perencanaan komunikasi yang
dimaksudkan adalah perencanaan jangka panjang (perencanaan strategi) dan
perencanaan jangka pendek (perencanaan operasional) guna memperoleh
efisiensi dan pemerataan sumber daya komunikasi untuk merealisasikan
kebijaksanaan komunikasi
Berdasarkan beberapa definisi yang telah dikemukakan, maka dapat
disimpulkan bahwa perencanaan komunikasi terdapat perencanaan jangka panjang
dan jangka pendek. Adapun perencanaan komunikasi terbagi dua bagian, bagian
pertama, perencanaan strategi komunikasi menyangkut apa yang dilakukan, yaitu
memiliki masalah yang direncanakan dan cara komunikasi yang akan digunakan
memecahkan masalah tersebut. Bagian kedua, perencanaan manajemen komunikasi
menyangkut bagaimana membuat hal itu terjadi, yaitu dengan pembuatan jadwal
kegiatan dengan memperkirakan waktu, dana dan manusia-manusia yang
diperlukan untuk melaksanakan kegiatan tersebut.
Pengertian yang dikemukakan oleh para pakar komunikasi memberikan
definisi yang berbeda-beda seperti yang dikemukakan oleh Effendy (2002:7)
bahwa pengertian secara umum dan pengertian pragmatis sehingga akan menjadi
jelas bagaimana pelaksanaan teknik komunikasi itu. Komunikasi dalam pengertian
umum dapat dilihat dari dua segi yaitu :
10
3. Secara etimologis yakni komunikasi yang berlangsung apabila antara orang
yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang
dikomunikasikan
4. Secara terminologis yakni proses penyampaian suatu pernyataan oleh
seseorang kepada orang lain.
Arni Muhammad (2007:1) mengemukakan bahwa komunikasi merupakan
aktivitas dasar manusia. Dengan komunikasi manusia dapat saling berhubungna
satu sama lain baik dalam kehidupan sehari-hari dirumah tangga, di tempat
pekerjaan, di pasar, dalam masyarakat atau dimana saja manusia berada. Tidak ada
manusia yang tidak akan terlibat dalam komunikasi.
Kholer dalam (Arni Muhammad, 2007:1) mengemukakan bahwa
komunikasi yang efektif adalah penting bagi semua organisasi , oleh karena itu
pada pimpinan organisasi perlu memahami dan menyempurnakan kemampuan
komunikasi mereka. Hovland, Janis dan Kelley dalam (Arni Muhammad, 2007:2)
mengemukakan bahwa communication is the process by which an individuals
transmits stimuly (usually verbal) to modify the behavior of other induvuduals.
Komunikasi adalah proses individu mengirim stimulus yang biasanya dalam
bentuk verbal untuk mengubah tingkat laku orang lain.
Forsdale dalam (Arni Muhammad, 2007:2) mengemukakan bahwa
komunikasi adalah suatu proses memberikan signal menurut aturan tertentu
sehingga dengan cara ini suatu sistem dapat didirikan, dipelihara, dan dirubah.
Pemberian signal dalam komunikasi dapat dilakukan dengan maksud tertentu atau
dengan disadari dan dapat juga terjadi tanpa disadari. Brent D Rubent dalam (Arni
11
Muhammad, 2007:3) memberikan definisi mengenai komunikasi manusia yang
lebih komprehensif bahwa komunikasi adalah suatu proses melalui mana indivisu
dalam hubungannya, dalam kelompok, dalam organisasi dan dalam
masyarakatmenciptakan, mengirimkan dan menggunakan informasi untuk
mengkoordinasikan lingkungannya bersama orang lain.
Widjaya (2000:13) mengatakan bahwa komunikasi adalah proses
penyampaian gagasan dan harapan. Pesan yang disampaikan melalui lambang
tertentu yang mengandung arti yang dilakukan oleh penyampaian pesan ditujukan
kepada penerima pesan. Sedangkan menurut Arni Muhammad (2007:4)
memberikan pengertian bahwa komunikasi adalah suatu sistem yang berusaha
menyusun prinisp-prinisp dalam bentuk yang tepat mengenai hal memindahkan
penerangan dan membentuk pendapat serta sikap-sikap.
Zulkarnain (2005:24) berpendapat bahwa, komunikasi umumnya diartikan
sebagai hubungan atau kegiatan-kegiatan yang kaitannya dengan masalah
hubungan atau diartikan pula sebagai saling tukar menukar pendapat. Komunikasi
dapat juga diartikan sebagai hubungan kontrak antara baik secara individu maupun
kelompok.
Berdasarkan beberapa definisi yang dikemukakan maka dapat disimpulkan
bahwa pengertian komunikasi secara umum adalah proses pencapaian suatu
pernyataan yang dilakukan seorang kepada orang lain sebagai konsekuensi dari
hubungan sosial. Komunikasi dalam penertian paradigmatis yakni proses
pencapaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahun
12
atau mengubah sikap, pendapat atau perilaku baik langsung secara lisan, maupun
tak langsung melalui media.
Menyusun rencana kerja, khususnya bidang komunikasi, maka perusahaan
harus berpatokan pada kebijaksanaan komunikasi perusahaannya dan
memperlihatkan sumber daya komunikasi yang dimilikinya. Sebab kebijaksanaan
komunikasi merupakan landasan bagi perencanaan komunikasi (Effendy,2002:10)
Seiler dalam Arni Muhammad (2007:4) memberikan definisi komunikasi
yang lebih bersifat universal. Komunikasi adalah proses dengan mana simbol
verbal dan nonverbal diterima dan diberi arti. Definisi ini mengandung arti bahwa
proses komunikasi berlangsung sangat sederhana yaitu mengirim dan menerima
pesan. Lebih lanjut dikatakan bahwa komunikasi adalah suatu fenomena yang
kompleks yang sulit dipahami tanpa mengetahui prinsip dan komponen yang
penting dari komunikasi tersebut.
Rendy Panuju (2000:4) memberikan pengertikan komunikasi sebagai
transfer informasi (pesan-pesan) dari pengirim pesan (komunikator) kepada
penerima pesan (komunikan) yang bertujuan untuk mencapai pemahaman.
Komunikasi (communcation) merupakan hal penting dalam manajemen untuk
menyampaikan perintah, informasi, berita, laporan maupun dalam hal menjalin
hubungan antara seseorang dengan orang lain.
Henry Clay Lindgren dalam Hasibuan (2001:215) mengemukakan bahwa
kepemimpinan yang efektif berarti komunikasi yang efektif. Sementara itu
Lawrence D Brennan mengatakan bahwa manajemen adalah komunikasi. Hakikat
komunikasi adalah agar ide, berita, informasi, pesan yang dikomunikasikan itu
13
dapat dimengerti dan ditafsirkan sama oleh orang lain (receiver) Karena itu
seseorang yang ingin berkomunikasi secara efektif hendaknya belajar ilmu
komunikasi secara efektif.
Komunikasi jika dilihat dari ruang lingkupnya dapat digolongkan atas :
(Hasibuan, 2001:216)
1) Public Communication (komunikasi massa) ialah komunikasi dalam arti luas
yakni komunikasi yang ditujukan kepada masyarakat biasa.
2) Business Communication adalah komunikasi yang dilakukan dalam suatu
perusahaan, organisasi seperti memberi perintah, atau laporan. Komunikasi ini
disebut komunikasi dalam arti sempit.:
Harold Koontz dan Cyril O Donnel (Hasibuan, 2001:217) mendefinisikan
komunikasi sebagai pemindahan informasi dari seseorang ke orang lain terlepas
dari dipercaya atau tidak. Tetapi informasi yang dipindahkan tentulah harus
dimengerti si penerima. R.C. Davis mengatakan bahwa komunikasi adalag suatu
tahap dari proses kepemimpinan yanng memindahkan ide seseorang ke orang lain
untuk digunakan dalam fungsi-fungsinya memimpin pekerjaan.
Terry G.R. (Hasibuan, 2001:218) mengatakan bahwa komunikasi adalah suatu
joint process bila seseorang berkata-kata yang lainnya mendengar untuk
menangkap pemikiran yang sedang dikemukakan serta melihat apakah suatu
pertemuan pemikiran dapat dicapai atau terdapat perbedaan-perbedaan.
Selanjutnya William Albig mendefinisikan komunikasi sebagai proses
pengoperasian lambang-lambang yang mengandung pengertian antara individu-
individu.
14
Hasibuan (2001:220) mengemukakan bahwa komunikasi didukung oleh unsur-
unsur dan fungsi-fungsi dan tipe-tipe sebagai berikut :
a) Unsur-unsur komunikasi
1. Giver (komunikator) adalah orang yang menyampaikan ide, pesan. Pesan
adalah informasi, ide yang disampaikan.
2. Saluran (channel) adalah alat yang dipakai untuk berkomunikasi
3. Receiever (komunikan-audience) adalah orang yang menerima informasi
4. Feed back (action) adalah reaksi yang diberikan oleh receiver
b) Fungsi-fungsi komunikasi
1. Instructive; : komunikasi dalam hal ini berfungsi untuk memberikan
instruksi, perintah dari atasan kepada para bawahannya.
2. Informative : komunikasi dalah hal ini berfungsi sebagai alat untuk
menyampaikan informasi, berita.
3. Influencing : komunikasi dalam hal ini berfungsi untuk memberikan saran-
saran, nasehat-nasehat dari seorang kepada orang lain
4. Evaluative : komunikasi dalam hal ini berfungsi untuk memberikan laporan
dari bawahan kepada atasan.
c) Tipe-tipe komunikasi
1. Komunikasi formal (formal communication) adalah komunikasi yang
dilakukan mengikuti rangkaian hirarki formal organisasi serta ada
hubungannya dengan tugas dan tanggung jawab. Komunikasi ini
disampaikan secara verikal dari atas ke bawah (perintah) dari bawahan
15
kepada atasan (laporan). Komunikasi ini berlangsung dalam organisasi
formal.
2. Komunikasi informal (informal communication) sering disebut pohon
anggur (Tree grapevine), Informasi/berita menyebar dari seseorang kepada
orang lain. Komunikasi ini menyebar dengan cepat dan tidak
memperhatikan rantai hirarki formal organisasi serta tidak berkaitan dengan
masalah tugas dan laporan
Effendi (2002:4) mendefinisikan komunikasi Organisasi sebagai
pertunjukkan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan
bagian suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari dari unit-unit
komunikasi dalam hubungan hierarkis antara yang satu dengan lainnya dan
berfungsi dalam suatu lingkungan.
Organisasi atau Organization atau bersumber dari kata kerja bahasa Latin
Organizare ! to form as or into a whole consisting of interdependent or
coordinated parts membentuk sebagai atau menjadi keseluruhan dari bagian-
bagian yang saling bergantung atau terkoordinasi. Tujuan utama dalam
mempelajari komunikasi adalah memperbaiki organisasi. Memperbaiki organisasi
biasanya ditafsirkan sebagai “memperbaiki hal-hal untuk mencapai tujuan
manajemen”. Dengan kata lain, orang mempelajari komunikasi organisasi
organisasi untuk menjadi menajer yang lebih baik. Sebagian penulis berpendapat
bahwa manajemen adalah komunikasi. Seringkali teori tradisional dan petunjuk
mengenai organisasi dan komunikasi organisasi ditulis dari suatu perspektif
manajerial dan sangat menekankan suatu pandangan obyektif. Komunikasi
16
Organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukkan dan penafsiran pesan di
antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian suatu organisasi tertentu.
Suatu organisasi terdiri dari dari unit-unit komunikasi dalam hubungan hierarkis
antara yang satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan.
Gambar di bawah ini melukiskan konsep suatu sistem komunikasi
organisasi. Garis yang putusputus melukiskan gagasan bahwa hubungan-hubungan
ditentukan secara alami; hubungan-hubungan itu juga menunjukkan bahwa struktur
suatu organisasi bersifat luwes dan mungkin berubah sebagai respons terhadap
kekuatan-kekuatan lingkungan yang internal dan eksternal.
Komunikasi organisasi terjadi kapan pun, setidak-tidaknya satu orang yang
menduduki suatu jabatan dalam suatu organisasi menafsirkan suatu pertunjukkan.
Karena fokusnya adalah komunikasi di antara anggota-anggota suatu organisasi.
Analisis komunikasi organisasi menyangkut penelaahan atas banyak transaksi yang
17
terjadi secara simultan. Suatu sistem didefinisikan oleh Pool dalam Arni (2007:61)
sebagai “setiap entitas berkelanjutan yang mampu berada dalam dua keadaan atau
lebih” . Dalam suatu sistem komunikasi, keadaan itu adalah hubungan antara
orang-orang. Dalam suatu sistem komunikasi organisasi keadaan tersebut adalah
hubungan antara orang-orang dalam jabatan-jabatan (posisi-posisi). Unit
mendasar komunikasi organisasi adalah seseorang dalam suatu jabatan. Orang bisa
disosialisasikan oleh jabatan, menciptakan suatu lingkaran yang lebih sesuai
dengan keadaan jabatan, pada saat yang sama jabatan tersebut dipersonalisasikan,
menghasilkan suatu figur atau gambar yang sesuai dengan keadaan orang tersebut.
Proses komunikasi organisasi terjadi pada Pertukaran gagasan di antara
para administrator dan karyawan dalam suatu perusahaan, dalam struktur lengkap
yang khas disertai pertukaran gagasan secara horisontal dan vertikal di dalam
perusahaan, sehingga pekerjaan berjalan (operasi dan manajemen).
Menurut Hidayat (2003:44) terdapat dua dimensi komunikasi internal :
a. Komunikasi Vertikal Komunikasi dari pimpinan ke staff, dan dari staf ke
pimpinan dengan cara timbal balik (two way traffic communication) "
Downward Communication komunikasi atas ke bawah. Contoh pimpinan
memberikan instruksi, petunjuk, informasi, penjelasan, perintah, pengumuman,
rapat, majalah intern (lihat contoh skema) "Upward communication dari
bawah ke atas. Contoh staf memberikan laporan, saran-saran, pengaduan,
kritikan, kotak saran, dsb kepada pimpinan (lihat contoh skema). Hambatannya
adalah apabila saluran komunikasi dalam organisasi tidak berjalan atau
digunakan sebagaimana mestinya, karena hal ini berpengaruh terhadap
18
operasional organisasi (perusahaan). Organisasi terdiri atas sejumlah orang;
melibatkan keadaan saling bergantung; kebergantungan memerlukan
koordinasi; koordinasi mensyaratkan komunikasi. Interkasi antara pimpinan
organisasi (top manajer dengan middle manager) dengan audience di luar
organisasi
Manajer merupakan pemimpin organisasi (swasta, BUMN atau pemerintah)
peranannya dapat berpengaruh terhadap internal public (karyawan) dan
external public (di luar organisasi, tetapi ada pengaruhnya).
1. Peranan Antarpersona (Interpersonal Role)
a) Peranan Tokoh [figurhead role]
b) Peranan Pemimpin [leader role]
c) Peranan Penghubung [liaison role]
2. Peranan Informasional [Informational Role]
a) Peranan Monitor [monitor role]
b) Peranan Penyebar [disseminator role]
c) Peranan Jurubicara [spokesman role]
3. Peranan Memutuskan [Decisional Role]
a) Peranan Wiraswasta [enterpreneur role]
b) Peranan Pengendali Gangguan [distrurbance handler role]
c) Peranan Penentu Sumber [resource allocator role]
d) Peranan Perunding [negotiator role]
b. Komunikasi Horisontal
19
Komunikasi mendatar, antara anggota staf dengan anggota staf. Berlangsung
tidak formal, lain dengan komunikasi vertikal yang formal. Komunikasi terjadi
tidak dalam suasana kerja employee relation dan sering timbul rumours,
grapevine, gossip
c. Komunikasi Diagonal (Cross Communication)
Komunikasi antara pimpinan seksi/bagian dengan pegawai seksi/bagian lain
Organisasi memiliki beberapa masyarakat yang mereka harus
pertanggungjawabkan. Organisasi tidak lagi dapat membatasi usaha
komunikasinya pada memorandum karyawan, kampanye iklan pelanggan, dan
program-program public relations pelanggan. Organisasi proaktif pada tahun
1990-an akan selalu menghadapi dan dihadapkan kepada publik pemerintah,
publik keuangan, publik pemegang saham, publik konsumen, publik
karyawan, publik dengan keinginan khusus, dan bahkan publik secara umum.
Ciri-ciri dari strategi komunikasi organisasi yang kurang jelas yaitu,
pertama, komunikasi publik pada konteks organisasi membutuhkan sumber-sumber
komitmen yang penting; fasilitas-fasilitas produksi akan selebaran
berita/newsletter, majalah perusahaan, dan program-program video; ruang iklan
pada media cetak dan elektronik; dan gaji bagi para professional yang menulis,
mengedit, dan memproduksi program komunikasi publik. Kedua, eksekutif yang
berada pada level atas yang akhirnya mengontrol sumber-sumber dan langsung
mengarahkan organisasi terhadap misi tersebut. Meskipun isis dari program
komunikasi publik dipengaruhi oleh kelompok karyawan, komunitas, kelompok
yang berkepentingan, dan dalam beberapa kasus, bahkan kebutuhan yang resmi,
20
mereka yang mengontrol sumber-sumber organisasi dan juga mengontrol agenda
terhadap komunikasi publik. Konsekuensinya, kita kemudian memberi tanda
kemampuan ini sebagai strategi komunikasi guna membedakan mereka akan
bentuk lain dari komunikasi publik.
2.3. Manajemen Sumber Daya Manusia
Pada dasarnya Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) merupakan
suatu gerakan pengakuan terhadap pentingnya unsur manusia sebagai sumber daya
yang cukup potensial, yang perlu dikembangkan sehingga mampu memberikan
kontribusi yang maksimal bagi organisasi maupun bagi pengembangan dirinya.
(As’ad, 1999:5)
Pada prinsipnya manajemen personalia menerapkan perhatiannya pada
masalah kepegawaian atau personalia dalam suatu instansi atau lembaga. Selain
itu, pada dasarnya Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) merupakan suatu
gerakan pengakuan terhadap pentingnya unsur Manusia sebagai sumber daya yang
cukup potensial, yang perlu di kembangkan sehingga mampu memberikan
kontribusi yang maksimal bagi organisasi maupun bagi pengembangan dirinya.
(As’ad, 1999:8)
Disamping itu dapat dikemukakan beberapa pengertian mengenai
persamaan dan perbedaan antara manajemen Sumber Daya Manusia dan
manajemen Personalia.
Handoko (2003 : 11) merumuskan defenisi manajemen personalia sebagai seni dan
ilmu perencanaan, pelaksanaan dan pengontrolan tenaga kewrja untuk tercapainya
21
tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu dengan adanya kepuasan hati pada diri
para pekerja”.
Hasibuan (2001 : 10) menyatakan bahwa manajemen sumber daya manusia
adalah suatu bidang manajemen yang khusus mempelajari hubungan dan peranan
manusia dalam organisasi perusahaan. Unsur manajemen sumber daya manusia
adalah manusia yang merupakan tenaga kerja pada perusahaan. Dengan demikian,
fokus yang dipelajari MSDM ini hanyalah masalah yang berhubungan dengan
tenaga kerja manusia saja. Oleh karena itu, manajemen sumber daya manusia
adalah suatu pendekatan terhadap manajemen sumber daya manusia, yang
didasarkan pada 3 (tiga) prinsip dasar yaitu : (Siagian, 2002 : 13)
1. Sumber Daya Manusia adalah harta yang paling penting yang dimiliki oleh
suatu perusahaan, sedangkan manajemen yang efektif adalah kunci bagi
keberhasilan organisasi tersebut.
2. Keberhasilan ini sangat mungkin dicapai jika peraturan atau kebijaksanaan dan
prosedur yang bertalian dengan manusia dari perusahaan tersebut saling
berhubungan dan memberikan sumbangan terhadap pencapaian tujuan
perusahaan dan perencanaan strategis.
3. Kultur dan nilai perusahaan suasana organisasi dan perilaku manajerial yang
berasal dari kultur tersebut akan memberikan pengaruh yang besar terhadap
hasil pencapaian yang terbaik. Oleh karena itu, kultur ini harus ditegakkan
dengan upaya yang terus menerus mulai dari puncak, sangat diperhatikan agar
kultur tersebut dapat diterima dan dipatuhi.
22
Pengertian manajemen sumber daya manusia lebih khusus dilatakan oleh
Hasibuan (2001 : 15) bahwa manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan
seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja dapat efektif dan efisien
membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Dikatakan
pula bahwa fungsi-fungsi manajemen SDM terdiri dari perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, pengadaan, pengembangan,
konfensasi, pengintegrasian, pemeliharan, kedisiplinan dan pemberhentian”.
Apabila pengertian “Sumber Daya” dapat disimpulkan timbul dari mitra
kerja antara manusia dan benda untuk mencapai tujuan perumusan kebutuhan
manusia, maka “Sumber Daya Manusia” adalah kemampuan manusia yang
merupakan hasil akal budinya disertai pengetahuan serta pengalaman yang
dikumpulkan dengan penuh kesadaran untuk memenuhi kebutuhan secara
individual serta sasaran-sasaran sosial pada umumnya.
Menurut Hadari Nawawi (1997 : 40), mengetengahkan tiga pengertian
tentang sumber daya manusia, yaitu :
1. Sumber Daya Manusia, (SDM) adalah manusia yang bekerja di lingkungan
suatu organisasi (disebut juga personil, tenaga kerja, pekerja dan karyawan).
2. Sumber Daya Manusia adalah potensi manusiawi sebagai penggerak organisasi
dalam mewujudkan eksistensinya.
3. Sumber Daya Manusia (SDM) adalah potensi yang merupakan asset dan
berfungsi sebagai model (non material/non finansial) didalam organisasi bisnis,
yang dapat diwujudkan menjadi potensi nyata (real) secara fisik dan non fisik
dalam mewujudkan eksistensi organisasi.
23
Dalam hubungan ini Hasibuan (2001 : 9) mengemukakan bahwa :
Persamaannya adalah :
Keduanya mempunyai ilmu yang mengatur unsur Manusia dalam suatu
organisasi, agar mendukung terwujudnya tujuan.
Perbedaanyan adalah :
1. Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) dikaji secara makro. Sedangkan
manajemen personalia dikaji secara mikro
2. Manajemen Sumber Daya Manusia menganggap bahwa karyawan adalah
kekayaan utama organisasi jadi harus dipelihara dengan baik. Sedangkan
manajemen personalia menganggap bahwa karyawan adalah faktor produksi,
jadi harus dimanfaatkan secara produktif.
3. Manajemen Sumber Daya Manusia pendekatannya secara moderen, sedangkan
manajemen personalia pendekatannya secara fisik.
Mengacu pada beberapa istilah menejemen personalia dan sumber daya
manusia yang dikemukakan oleh para ahli, maka disimpulkan bahwa :
“Manajemen personalia dan SDM adalah pengakuan terhadap pentingnya satuan
tenaga kerja organisasi sebagai SDM yang fital bagi pencapaian tujuan-tujuan
organisasi dan pemanfaatan berbagai fungsi dan kegiatan personalia bahwa mereka
digunakan secara efektif dan bijak agar bermanfaat bagi individu, organisasi dan
masyarakat”.
Sumber Daya Manusia (SDM). SDM adalah manusia ditinjau sebagai
suatu komponen daripada suatu sistem yang mempunyai atribut, jumlah dan
24
kualifikasinya, serta manusia ditinjau sebagai individu yang mempunyai citarasa,
keinginan dan karakteristik tertentu
Sihotang (2007:9) mengemukakan bahwa pada hakikatnya manajemen
sumber daya manusia merupakan gerakan pengakuan terhadap pentingnya unsur
manusia sebagai sumber daya yang cukup potensial dan sangat dominasi pada
setiap organisasi. Oleh karena itu perlu dikembangkan sehingga mampu
memberikan kontribusi yang maksimal terhadap pencapaian tujuan organisasi
maupun pencapaian tujuan pribadi sumber daya manusia sendiri. Manajemen
sumber daya manusia adalah keseluruhan proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengawasan terhadap kegiatan pengadaan, seleksi, pelatihan,
penempatan, pemberian kompensasi, pengembangan, pengintegrasian,
pemeliharaan dan pelepasan sumber daya manusia untuk tercapainya berbagai
tujuan individu, masyarakat, pelanggan, pemerintah dan organisasi yang
bersangkutan. Ruang lingkup manajemen sumber daya manusia meliputi semua
aktivitas yang berhubungan dengan sumber daya manusia dalam organisasi.
2.4. Pengertian Kinerja
Organisasi dan karyawan yang terlibat di dalamnya selalu didorong untuk
meningkatkan kinerja. Kinerja yang baik akan berdampak pada kemandirian
organisasi. Hubungan keduanya terlihat jelas dan selaras dengan upaya
mewujudkan visi dan misi organisasi melalui manajemen kinerja yang merupakan
skema proses dengan melibatkan pimpinan atau manajer dan individu dan tim yang
mereka pimpin (Amstrong,1997:65) Kinerja tidak lain adalah hasil kerja yang
25
dicapai selama periode tertentu melalui usaha yang membutuhkan kemampuan dan
keterampilan serta pengalaman (Gibson, 2000, 11) yang akan bermanfaat jika
dilakukan penilaian atas kinerja yang dicapai. Kinerja merupakan hasil dari usaha
yang dikombinasikan dengan kemampuan dan keterampilan serta pengalaman yang
dmiliki oleh individu. Bernardin dan Russel (2000:53) mendefinisikan kinerja
sebagai catatan dari outcomes yang dihasilkan sesuai dengan fungsi pekerjaan
secara spesifik atau aktivitas selama periode waktu tertentu. Selain itu kinerja juga
didefinisikan sebagai hasil kerja yang dicapai dan keterampilan yang telah
ditunjukkan oleh pegawai dalam melakukan tugas yang dibebankan kepadanya.
Kinerja karyawan merupakan perwujudan kerja yang dilakukan oleh
karyawan yang biasanya dipakai sebagai dasar penilaian terhadap karyawan atau
organisasi. Kinerja yang baik merupakan suatu langka untuk menuju tercapainya
tujuan organisasi (Hilgert, 1997:324). Selain itu Bernadin dan Russel (1997:379)
mengemukakan bahwa kinerja merupakan catatan perolehan yang dihasilkan dari
suatu fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan selama satu periode waktu tertentu.
Pabundu Tika (2006 : 30) mengemukakan bahwa kinerja atau prestasi
adalah tindakan-tindakan atau pelaksanaan tugas yang telah diselesaikan seseorang
dalam kurun waktu tertentu dan dapat diukur. Pengertian ini mengandung makna
adanya jumlah dan kualitas pekerjaan oleh seorang individu selama satu periode
waktu tertentu.
Pabundu Tike (2006 : 35) mengemukakan bahwa salah satu indicator
kinerja individu atau organisasi yang mudah untuk diukur adalah produktivitas
dapat diukur dengan tingkat absensi dan tingkat keluar masuknya karyawan.
26
Dikemukakan lebih lanjut bahwa absensi adalah suatu keadaan dimana seseorang
tidak datang bekerja sesuai jadwal yang tepat untuk bekerja. Ukuran yang paling
umum adalah prosentase kehilangan waktu yang dijadwalkan dan dihitung dengan
rumus :
Absensi atau ketidakhadiran, seorang karyawan dapat digolongkan dalam 3
(tiga) kategori yakni :
a) Alpa yaitu tidak hadir tanpa alas an pemberitahuan terlebih dahulu
b) Izin yaitu tidak hadir karena pemberitahuan dan alas an tertentu
c) Sakit yaitu tidak hadir karena alasan gangguan kesehatan
2.4.1. Kemampuan Kerja
Kemampuan kerja dalam setiap individu merupakan kekuatan atau tenaga
yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan. Kemampuan kerja tersebut akan
terwujud pada kondisi dan situasi dimana seseorang tenaga kerja berhadapan
dengan pekerjaan yang didelegasikan untuk dipertanggungjawabkan (Herlinda,
2000 : 38). Dalam penelitian ini kemampuan kerja digunakan untuk menilai
kemampuan seseorang dalam menyelesaikan pekerjaan.
2.4.2. Keterampilan kerja
Keterampilan kerja merupakan hal yang kompleks dari pendidikan formal.
Pendidikan informal seperti kursus dan pelatihan akan mendukung terwujudnya
tenaga terampil dan tenaga ahli. (Herlinda 2000 : 47). Keterampilan merupakan
kondisi dan situasi pembelajaran yang dilakukan untuk menghasilkan tenaga kerja
27
Σ hari kerja perorangan yang hilangTingkat Absensi =
Σ karyawan x hari kerja 1 periode
(sumber daya manusia) yang terampil. Keahlian merupakan kondisi dan situasi
dimana seseorang tenaga kerja telah dibekali dengan pendidikan, keterampilan dan
kemampuan kerja.
2.4.3. Pengalaman Kerja
Pengalaman kerja seringkali menjadi pilihan utama bagi setiap perusahaan
dalam merekrut tenaga kerja. Pengalaman kerja yang dimiliki oleh tenaga kerja
menunjukkan lamanya seorang tenaga kerja melakukan pekerjaan pada bidang
kerja tertentu (Herlinda 2000 : 58).
Metode pengukuran kinerja yang berorientasi pada masa depan
memusatkan pada kinerja karyawan diwaktu yang akan datang melalui pengukuran
potensi karyawan atau penetapan sasaran- sasaran kinerja dimasa mendatang.
Metode-metode yang dapat digunakan adalah :
a. Penilaian Diri, metode ini berguna bila tujuan evaluasi untuk melanjutkan
pengembangan diri.
b. Penilaian Psikologis, pengukuran ini pada umumnya terdiri dari wawancara
mendalam, test-test psikologis, diskusi dengan atasan langsung dan tinjauan
ulang (review) dengan evaluasi lainnya.
c. Pendekatan manajemen berdasarkan obyek (Management By Objektif) (MBO),
dalam pendekatan ini setiap karyawan dan atasan secara bersama-sama
menetapkan tujuan atau sasaran pelaksanaan kerja diwaktu yang akan datang.
Teknik Pusat Penilaian, metode ini merupakan suatu bentuk pengukuran
karyawan yang distandarisasikan dimana tergantung pada berbagai tipe
pengukuran dari atasan
28
Berdasarkan pengertian kinerja yang dikemukakan sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai melalui usaha
dengan kemampuan dan keterampilan karyawan serta pengalaman yang dapat
diukur dengan tugas atau pekerjaan dalam periode waktu tertentu.
Berdasarkan batasan tersebut As’ad menyimpulkan bahwa kinerja adalah
hasil yang dicapai seseorang menurut ukuran yang berlaku untuk pekerjaan yang
bersangkutan. Hal tersebut sejalan dengan Dharma (1997 : 30-31) yang
menyatakan bahwa kinerja adalah hasil yang dicapai atau sesuatu yang dikerjakan
berupa produk maupun jasa yang diberikan oleh seseorang atau kelompok orang.
Suprihanto (2000 :7) mengatakan bahwa kinerja atau prestasi kerja seorang
karyawan pada dasarnya adalah hasil kerja seseorang karyawan atau prestasi kerja
seorang karyawan pada dasarnya berbagai kemungkinan, misalnya standar/target
atau kinerja yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama.
Menurut Vroom dalam As’ad (1999 : 48) tingkat sejauh mana keberhasilan
seseorang dalam menyelesaikan pekerjaan disebut level of performance. Biasanya
orang yang level of performance-nya tinggi disebut sebagai orang yang produktif
dan sebaliknya orang yang levelnya tidak mencapai standar dikatakan sebagai tidak
produktif.
Hanif Alfatta (2003 : 30) mengemukakan bahwa kinerja merupakan sarana
penentu dalam suatu proses untuk mencapai tujuan organisasi, dengan demikian
hinerja harus merupakan sesuatu yang dapat diukur berdasarkan ukuran tertentu
dan dalam kesatuan waktu.
29
Handoko (2003 : 85) mengemukakan bahwa kinerja adalah proses melalui
kerja karyawan. Kegiatan ini dapat memperbaiki keputusan-keputusan personalia
dan memberikan umpan balik kepada karyawan tentang pelaksanaan tugas mereka.
Mahsun (2006:25) mendefinisikan kinerja (performance) sebagai gambaran
mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic
planning suatu organisasi. Selanjutnya dikatakan bahwa pengukuran kinerja
(performance measurement) adalah suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan
terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya, termasuk informasi
atas efisiensi penggunaan sumber daya alam dalam menghasilkan barang dan jasa,
kualitas barang dan jasa, hasil kegiatan dibandingkan dengan maksud yang
diinginkan dan efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan.
Pengukuran kinerja dalam disajikan pada skema berikut :
Gambar 2. Bagan Pengukuran Kinerja (Mahsun, 2006:29)
Elemen-elemen pokok pengukuran suatu kinerja dikemukan oleh Mahsun
(2006:26) sebagai berikut :
30
1. Menetapkan tujuan, sasaran dan strategi organisasi
2. Merumuskan indikator dan ukuran kinerja
3. Mengukur tingkat ketercapaian tujuan dan sasaran-sasaran organisasi
4. Evaluasi kinerja.(feedback, penilaian kemajuan organisasi, meningkatkan
kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas)
Asosiasi DPRD Seluruh Indonesia (2003:7) mengemukakan bahwa
indikator kinerja sangat diperlukan dalam sebuah organisasi. Melalui indikator
yang jelas, pengukuran kinerja dapat dilakukan dengan baik. Indikator kinerja
tersebut antara lain :
1) Membantu memperjelas sasaran organisasi
2) Membantu evaluasi hasil dari kegiatan pemerintah
3) Sebagai input bagi program insentif
4) Memungkinkan konsumen untuk membuat pilihan berdasarkan informasi yang
jelas
5) Memberikan indikasi standar kinerja untuk pelayanan yang dikontrakan atau
diprivatisasi.
6) Memberikan indikasi tentang keefektivan dari berbagai pelayanan terhadap
pencapaian suatu kebijkan.
7) Sebagai indikator awal untuk melakukan investigasi dan tindakan perbaikan
8) Membantu menentukan tingkat pelayanan
9) Memberikan indikasi kemungkinan penghematan.
Gilbert (Pabundu Tika, 2006: 39) mengemukakan bahwa kinerja adalah kegiatan
yang paling lazim dinilai dalam suatu organisasi, yakni bagaimana ia melakukan
31
segala sesuatu yang berhubungan dengan suatu pekerjaan, jabatan, atau peranan
dalam organisasi. Unsur penting dalam kinerja pekerjaan adalah :
1. Tugas fungsional, berkaitan dengan seberapa baik seorang pegawai
menyelesaikan seluk beluk pekerjaan, termasuk penyelesaian aspek-aspek
teknis pekerjaan.
2. Tugas perilaku, berkaitan dengan seberapa baik pegawai menangani
kegiatan antar pesonil dengan anggota lain organisasi, termasuk mengatasi
konflik, mengelola waktu, memberdayakan orang lain, bekerja dalam
sebuah kelompok, dan bekerja secara mandiri.
2.5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Bawahan dan Atasan
Komunikasi yang dibangun dalam sebuah organisasi menurut Effendi
(2002:14) antara bawahan dengan atasan merupakan komunikasi langsung (direct
communication) dan komunikasi tidak langsung (undirect communication).
a. Komunikasi langsung (direct communication) merupakan bentuk komunikasi
dimana pesan disampaikan secara langsung antara komunikan dengan
komunikator.
b. Komunikasi tidak langsung (indirect communication) merupakan bentuk
komunikasi dimana pesan disampaikan secara tidak langsung antara
komunikan dengan komunikator tetapi melalui laporan tertulis.
2.5.1. Sikap
32
Eagly dan Himmerfalb (Barata, 2006:165) mendefinisikan sikap sebagai
kumpulan perasaan, keyakinan dan kecenderungan perilaku yang secara relative
berlangsung lama yang ditujukan kepada orang, ide, obyek, dan kelompok orang
tertentu.
Dari definisi tersebut disimpulkan bahwa sikap meliputi tiga aspek yaitu
keyakinan (aspek kognitif), perasaan (aspek afektif) dan perilaku (aspek konitif).
a. Keyakinan
Keyakinan ini pada dasarnya berisikan apa yang dipikirkan dan apa yang
diyakini seseorang mengenai obyek sikap.
b. Perasaan
Perasaan mencakup dua hal penting yaitu perasaan senang atau tidak senang
terhadap sesuatu. Keadaan perasaan dalam diri seseorang sangat berpengaruh
besar terhadap penentuan sikap, sehingga sering kali dikatakan bahwa sikap
adalah refleksi dari perasaan.
c. Kecenderungan perilaku
Dalam hal seseorang telah menyenangi suatu obyek, maka ada
kecenderungan orang tersebut akan tergerak untuk mendekati obyek tersebut.
Sebaliknya bila seseorang tidak menyenangi obyek itu, cenderung akan menjauh
obyek tersebut.
Herbert C. Kelman (Barata 2006:172) menyebutkan bahwa perubahan
sikap pada diri seseorang yang menerima komunikasi persuasive didasarkan pada
prinsip kepatuhan (obedience), prinsip identifikasi (identification), prinsip kerja
sama (cooporate) dan proses internalisasi (Internalization).
33
a) Prinsip kepatuhan
Pada tingkatkan ini, perubahan sikap terjadi karena rasa takut hukuman.
Komunikan berubah karena takut mendapat hukuman dari pemberi komunikasi
bila dia tidak mematuhi apa-apa yang dikatakan oleh komunikator.
b) Prinsip identifikasi
Pada tingkatan ini, seseorang berubah sikapnya karena rasa hormat dan
segan kepada komunikator. Semakin besar rasa hormat komunikan kepada
komunikator, semakin besar kecenderungan komunikan untuk mengikuti
keinginan komunikator
c) Prinsip kerja sama (cooperate)
Pada tingkat ini, seseorang dapat menyelesaikan pekerjaan karena adanya
kerja sama dan berkomunikasi dengan baik dalam melaksanakan pekerjaan.
Pekerjaan dapat diselesaikan dalam satu unit organisasi oleh karena adanya
sikap kerja sama dalam bekerja dan berkomunikasi yang baik antara bawahan
dengan bawahan dan bawahan dengan atasannya.
d) Proses internalisasi
Pada tingkata ini, seseorang berubah sikapnya karena keyakinan dan
kepercayaan bahwa isi peran yang disampaikan baik dan bermanfaat. Biasanya
perubahan sikap terjadi karena komunikan sangat menyadari bahwa apa yang
dikomunikasikan adalah hal yang baik, sesuai dengan pola pikirnya, keyakinan
dirinya dan konsep hidup yang dianut.
Littaeur (1996:208) mengemukakan bahwa sikap mencerminkan perilaku
atau gerak gerik yang terlihat pada diri seseorang ketika ia menghadapi suatu
34
situasi tertentu atau ketika berhadap dengan orang lain. Karena sikap berkaitan
dengan suatu kondisi yang ada di dalam diri seseorang, maka sikap dapat pula
diartikan sebagai jalur pengekspresian perasaan (mood) dari seseorang kepada
pihak lain. Jika sikap mental yang dimiliki seseorang positif, maka kemungkinan
besar ia akan berada pada posisi pemenang (the winner).
2.5.2. Perilaku
Keputusan untuk melakukan suatu pekerjaan merupakan wujud dari
perilaku setiap pekerja Mustika (2003:15) mendefinifikan perilaku sebagai
tanggapan atau reaksi terhadap rangsangan lingkungan seperti lingkungan keluarga
dan masyarakat serta kepribadian. Rangsangan merupakan aksi yang terjadi ketika
ada reaksi dari suatu kejadian Santoso (2002:18) menyatakan bahwa perilaku
adalah aksi yang timbul untuk melakukan suatu tindakan, perilaku manusia
merupakan hal yang hakiki dan berhubungan dengan kepribadian setiap individu.
James F. Angel dalam Budiyarto (2003:211) berpendapat bahwa setiap
orang memiliki perilaku yang berbeda antara seorang dengan orang lain. Perbedaan
ini menunjukkan bahwa perilaku membentuk sikap dari setiap orang oleh karena
perilaku merupakan aksi yang menyebabkan seseorang mampu melakukan
tindakan sesuai dengan keinginannya.
2.5.3 Etika Berkomunikasi
35
Konsep rtika berasal dari kata Tunani yang dalam bentuk tunggal adalah
ethos dan dalam bentuk jamak ta etha. Ethos dapat diartikan sebagai kebenaran
akhlak, moral, karakter atau watak yang mengacu pada nilai-nilai atau perilaku
kelompok atau individu. Sementara ta etha berarti adat istiadat, yaitu norma-
norma yang dianut oleh kelompok, golongan atau masyarakat tertentu
mengenai perbuatan baik dan buruk (Rindjin, 2004:4).
Organisasi biasanya memiliki kode etik untuk mengatur dan menjaga
hubungan antar anggotanya. Etika komunikasi mengacu pada prinsip yang
dianut oleh perusahaan atau organisasi mengenai komunikasi mana yang baik
dan mana yang tidak baik (Haryani, 2004:50). Secara umum etika komunikasi
yang berlaku dalam perusahaan atau organisasi berhubungan dengan dapat
dipercaya, fair tidak memihak, menghargai hak orang lain dan
mempertimbangkan pengaruh suatu ucapan atay tindakan terhadap orang lain.
Sementara itu , tindakan yang tidak etis menyangkut mementingkan diri
sendiri, penipuan kepada konsumen, iklan yang menyesatkan dan mencapai
sesuatu dengan menghalalkan segala cara.
Etika menurut Bertens dalam Fandy Tjiptono (2007:33) menggambarkan
konsep etika dengan beberapa arti, salah satu diantaranya dan biasa digunakan
orang adalah kebiasaan, adat atau akhlak dan watak. Filsuf besar Aristoteles,
kata Bertens, telah menggunakan kata etika ini dalam menggambarkan filsafat
moral, yaitu ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat
kebiasaan. Bertens juga mengatakan bahwa di dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia, karangan Purwadaminta, etika dirumuskan sebagai ilmu
36
pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral), sedangkan dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988), istilah
etika disebut sebagai (1) ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan
tentang hak dan kewajiban moral; (2) kumpulan asas atau nilai yang berkenaan
dengan akhlak; dan (3) nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu
golongan atau masyarakat. Dengan memperhatikan beberapa sumber diatas,
Bertens berkesimpulan bahwa ada tiga arti penting etika, yaitu etika (1) sebagai
nilai-nilai moral dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi
seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya, atau disebut
dengan “sistim nilai”; (2) sebagai kumpulan asas atau nilai moral yang sering
dikenal dengan “kode etik”; dan (3) sebagai ilmu tentang yang baik atau buruk,
yang acapkali disebut “filsafat moral”. Pendapat seperti ini mirip dengan
pendapat yang ditulis dalam The Encyclopedia of Philosophy yang
menggunakan etika sebagai (1) way of life; (2) moral code atau rules of
conduct; dan (3) penelitian tentang unsur pertama dan kedua diatas
Menurut Fandy Tjiptono (2007:28) masalah-masalah yang berkaitan
dengan perilaku etis yang sering muncul adalah :
a. Menerima atau menawarkan komisi
b. Mencuri dari perusahaan
c. Memberhentikan karyawan tanpa pemberitahuan
d. Membocorkan informasi atau rahasia perusahaan
e. Memakai barang-barang perusahaan untuk kepentingan pribadi
f. Membangun perusahaan dalam perusahaan
37
g. Melakukan penipuan dan pemalsuan
h. Memperdagangkan barang haram.
2.6. Kerangka Pikir
Dinas Perhubungan Kabupaten Konawe Selatan merupakan salah satu
organisasi satuan kerja yang dibentuk untuk melaksanakan tugas dan tanggung
jawab, pimpinan dan bawahan dihubungkan dengan komunikasi yang dibangun
sebagai hubungan kerja.
Bentuk komunikasi yang dibangun oleh pimpinan adalah untuk
merencanakan tugas kerja yang akan dikomunikasikan dengan bawahannya,
sedangkan komunikasi yang dibangun oleh bawahan merupakan komunikasi untuk
melaksanakan tugas tersebut. Sementara itu komunikasi bawahan dan atasan yang
dilakukan melalui komunikasi langsung dan komunikasi tidak langsung
dipengaruhi oleh sikap dan etika dalam berkomunikasi.
Untuk menjawab permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian
digunakan analisis regresi linear berganda untuk memperoleh kesimpulan terhadap
faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi bawahan terhadap
pimpinan dan kemudian menjadi rekomendasi dalam pengembangan komunikasi
organisasi Dinas Perhubungan Kabupaten Konawe Selatan pada masa mendatang.
Untuk jelasnya kerangka pikir ini dapat disajikan pada Skema berikut :
Gambar 3Kerangka Pikir
38
2.7. Hipotesis
Berdasarkan pemasalahan yang dikemukakan dalam penelitian ini, maka
hipotesis penelitian adalah diduga bahwa sikap dan etika komunikasi berpengaruh
signifikan terhadap efektivitas komunikasi pada Dinas Perhubungan Kabupaten
Konawe Selatan.
BAB III
METODE PENELITIAN
39
Dinas Perhubungan Kabupaten Konawe Selatan
KOMUNIKASI
SIKAP BERKOMUNIKASI1) Kepatuhan2) Kerja sama berkomunikasi
ETIKA BERKOMUNIKASI1. Perilaku berkomunikasi2. Bentuk komunikasi
PENGARUH SIKAP DAN ETIKA KOMUNIKA TERHADAP EFEKTIVITAS
KOMUNIKASI
ANALISIS REGRESI LINEAR BERGANDA
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
3.1 Obyek Penelitian
Yang menjadi obyek penelitian adalah pengaruh sikap berkomunikasi dan
etika komunikasi serta efektivitas komunuikasi pada Dinas Perhubungan
Kabupaten Konawe Selatan.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan personil Dinas
Perhubungan Kabupaten Konawe Selatan sebanyak 152 orang. Sementara sampel
penelitian ditentukan dengan menggunakan teknik cluster random sampling
sebesar 30 % dari jumlah populasi dengan cluster berikut :
Bidang Udara 25 25/152 x 30 % = 5
Bidang Laut 40 40/152 x 30 % = 9
Bidang Darat 60 60/152 x 30 % = 11
Infokom 27 27/152 x 30 % = 5
152 Jumlah 30
Dengan demikian jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 30
orang (Riduwan, 2006)
3.3 Jenis dan Sumber Data
3.3.1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
1. Data kuantitatif, yaitu data-data berupa angka seperti jumlah
pegawai, jam kerja, dan data lainnya yang berkaitan dengan penelitian
2. Data kualitatif, yaitu data-data berupa penjelasan dan keterangan
tentang kegiatan Dinas Perhubungan Kabupaten Konawe Selatan.
3.3.2 Sumber Data
40
1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari Dinas
Perhubungan Kabupaten Konawe Selatan.
2. Data Sekunder, data yang berupa dokumen kantor dan literatur yang ada
kaitannya dalam penelitian ini.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :
1. Interview, adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
wawancara langsung dengan para responden aparatur pada Dinas Perhubungan
Kabupaten Konawe Selatan
2. Kuesioner yaitu pengumpulan data dengan menggunakan daftar pernyataan
yang diberikan kepada responden Satuan Dinas Perhubungan Kabupaten
Konawe Selatan.
3.5 Metode Analisis
Dalam mencapai tujuan penelitian ini, maka data yang diperoleh
selanjutnya akan diolah dengan teknik analisis yang sesuai dengan kebutuhan
penelitian ini yaitu analisis regresi linear berganda :
Y = a + b1X1 + b2X2 + e (Riduwan, 2006)
Keterangan:
Y : Komunikasi Bawahan Terhadap Pimpinan
a : Konstanta
X1 : Sikap Komunikasi
X2 : Etika berkomunikasi
b1, - b2, : Koefisien regresi yang menyatakan pengaruh masing-masing
variabel terhadap Y
41
e : Tingkat kesalahan
Pengujian Hipotesis
a. Uji F
Untuk melihat pengaruh Sikap Berkomunikasi (X1) dan Etika
berkomunikasi (X2), terhadap variabel (Y) secara simultan/bersama-sama
dilakukan uji F dengan cara membandingkan Fhitung dengan Ftabel dengan
menggunakan rumus : (Riduwan, 2006)
KeteranganFhitung = Nilai F yang dihitungR = Nilai koefisien korelasi ganda
k = Jumlah variabel bebas (independent)
n = Jumlah sampel
Untuk pengujian F, digunakan hipotesis sebagai berikut :
H0 : B1 = 0HA : B1 ≠ 0
Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai Fhitung dengan nilai
Ftabel. Jika nilai Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak, berarti Sikap Berkomunikasi (X1) dan
Etika berkomunikasi (X2),, secara bersama-sama mempengaruhi variabel
komunikasi (Y). Dan sebaliknya apabila Fhitung < Ftabel maka Ho diterima yang
berarti bahwa Sikap Berkomunikasi (X1) dan Etika berkomunikasi (X2),, tidak
mempengaruhi variabel komunikasi (Y).
b. Uji t
42
Selanjutnya untuk melihat signifikan dari pengaruh gaya kepemimpinan
situasional yang meliputi Sikap Berkomunikasi (X1) dan Etika berkomunikasi (X2),
terhadap komunikasi (Y) dilakukan uji t, dengan menggunakan rumus
(Riduwan, 2006)
Keterangan :
thitung = Nilai tr = Nilai koefisien korelasi Sederhanan = Jumlah sampel
Dengan hipotesis sebagai berikut :
Ho : B1 = 0HA : B1 ≠ 0
Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai thitung dengan nilai ttabel.
Bila nilai thitung > ttabel, maka H0 ditolak. Hal ini berarti bahwa Sikap Berkomunikasi
(X1) dan Etika berkomunikasi (X2), yang diuji berpengaruh secara nyata terhadap
pimpiman dan bawahan (Y) pada Dinas Perhubungan Kabupaten Konawe Selatan.
Sebaliknya jika nilai thitung < ttabel maka Ho diterima.
Adapun tingkat signifikan yang ditentukan adalah 95% atau a = 5% (0,05)
Untuk mengetahui besarnya penagruh variabel bebas terhadap variabel terikat serta
pengaruh variabel lain di luar variabel penelitian, maka dihitung koefisien
determinasinya. Koefisien determinasi dihitung dengan menggunakan D = 1 – r2
3.6 Definisi Operasional Variabel
43
Definisi operasionel ditujukan untuk memberikan batasan pemahaman
terhadap variabel-variabel yang dibahas, sehingga memudahkan peneliti dalam
membahas variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini.
1. Sikap berkomunikasi (X1) adalah aksi dari bawahan dalam berkomunikasi
dengan pimpinan. Variabel ini diukur dengan indikator
X1.1 = Kerja sama adalah tanggapan responden terhadap aksi kerja sama
melalui komunikasi antara bawahan dengan pimpinan diukur
dengan skala likert pada skala 5 point, (sangat baik dengan skor 5,
baik skor 4, cukup baik skor 3, kurang baik skor 2 dan tidak baik
skor 1 )
X1.2 = Kepatuhan adalah tanggapan responden terhadap aksi kepatuhan
bawahan dalam berkomunikasi dengan pimpinan, diukur dengan
skala likert pada skala 5 point, (sangat baik dengan skor 5, baik skor
4, cukup baik skor 3, kurang baik skor 2 dan tidak baik skor 1 )
2. Etika berkomunikasi (X2) adalah tanggapan terhadap perilaku dan bentuk untuk
mlaksanakan tugas kerja dengan komunikasi yang baik, variabel ini diukur
dengan indikator :
X2.1 = perilaku bawahan dalam berkomunikasi adalah tanggapan
responden terhadap etika bawahan dalam berkomunikasi dengan
pimpinan, indikator ini diukur dengan skala likert pada skala 5
point, (sangat baik dengan skor 5, baik skor 4, cukup baik skor 3,
kurang baik skor 2 dan tidak baik skor 1 )
44
X.2.2 = perilaku pimpinan dalam berkomunikasi adalah tanggapan
responden terhadap etika pimpinan dalam berkomunikasi dengan
para bawahannya, indikator ini diukur dengan skala likert pada
skala 5 point, (sangat baik dengan skor 5, baik skor 4, cukup baik
skor 3, kurang baik skor 2 dan tidak baik skor 1 )
X2.3 = Bentuk komunikasi langsung adalah tanggapan responden terhadap
ansgung antara bawahan dengan pimpinan, diukur dengan
menggunakan skala likert pada skala 5 point, (sangat baik dengan
skor 5, baik skor 4, cukup baik skor 3, kurang baik skor 2 dan tidak
baik skor 1 )
X2.4 = Bentuk komunikasi tidak langsung adalah tanggapan responden
terhadap komunikasi tidak lansgung antara bawahan dengan
pimpinan, diukur dengan menggunakan skala likert pada skala 5
point, (sangat baik dengan skor 5, baik skor 4, cukup baik skor 3,
kurang baik skor 2 dan tidak baik skor 1 )
3. Efektivitas Komunikasi (Y) adalah tanggapan responden terhadap komunikasi
berlangsung antara bawahan dan pimpinan dalam pelaksanaan tugas. variabel
ini diukur dengan indikator :
Y.1 = Komunikasi lisan adalah tanggapan responden terhadap komunikasi yang
dilakukan secara tidak tertulis oleh bawaha dengan atasan diukur
dengan skala likert pada skala 5 point, (sangat baik dengan skor 5,
baik skor 4, cukup baik skor 3, kurang baik skor 2 dan tidak baik
skor 1 )
45
Y2 = Komunikasi tulisan adalah tanggapan responden terhadap bawahan
dengan atasan melalui laporan tertulis, indikator ini diukur dengan
skala likert pada skala 5 point, (sangat baik dengan skor 5, baik skor
4, cukup baik skor 3, kurang baik skor 2 dan tidak baik skor 1 )
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
46
4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian
Penelitian tentang pengaruh sikap berkomunikasi dan etika berkomunikasi
terhadap efektivitas komunikasi dilakukan pada Dinas Perhubungan Provinsi
Sulawesi Tenggara guna mengetahui pengaruh sikap berkomunikasi dan etika
berkomunikasi terhadap efektivitas komunikasi, namun sebelumnya dapat
dijelaskan gambaran umum obyek penelitian sebagai berikut :
Dinas Perhubungan Konawe Selatan yang dibentuk dari Kantor Wilayah
Departemen Perhubungan menjadi salah satu instansi pemerintah daerah yang
mendukung penyelenggaraan pemerintahan di daerah dari bidang perhubungan.
Sejak diberlakukan otonomi daerah dengan UU Nomor 22 Tahun 1999, otoritas
Dinas Perhubngan Konawe Selatan ditetapkan untuk membidangi sektor
perhubungan yang berada dibawah kepemimpinan Bupati Konawe Selatan.
Dinas Perhubungan Konawe Selatan saat ini lebih mengembangkan sistem
jaringan transportasi yang lengkap, andal dan menyeluruh kepada pengguna jasa
untuk mendukung kemandirian daerah, Dengan berkembangnya sarana dan
prasarana di beberapa sektor di bidang perhubungan, tingkat pergerakan
perekonomian diwilayah Konawe Selatan yang semakin meningkat. Hal ini dapat
dilihat pada infrastrutur yang tersebar di daerah pedesaan/kelurahan yang semakin
meningkat.
Perkembangan ini lebih mendorong percepatan dan pemerataan pembangunan
daerah yang berbasis ekonomi kerakyatan dan peningkatan SDM Dinas
Perhubungan Konawe Selatan guna mengantisipasi perkembangan ilmu
47
pengetahuan dan teknologi di bidang perhubungan pada umumnya serta menggali
potensi PAD yang bersumber dari sektor perhubungan untuk menunjang
pembiayaan pembangunan di daerah. Namun masyarakat pada umumnya lebih
mengharapkan agar sistem jaringan transportasi baik jaringan prasaran maupun
jaringan pelayanan transportasi lebih di kembangkan guna aksesibilitas, keamanan
dan kenyamanan bagi pengguna jasa transportasi. Sehubungan dengan hal itu maka
peningkatan sarana dan prasarana harus lebih di perhatikan, karena merupakan urat
nadi suatu daerah untuk melakukan peningkatan roda perekonomian di daerah
sesuai dengan tujuan yang di harapkan. Sejalan dengan pertubuhan ekonomi
masyarakat dan SDM yang semakin maju,fasilitas pelayanan jasa transportasi perlu
pembenahan dan peningkatan guna tercapainya sasaran Dinas Perhubungan kepada
pengguna jasa transportasi.
Dinas perhubungan Kabupaten Konawe Selatan dibentuk untuk meningkatkan
kinerja administrasi pemerintahan daerah Kabupaten Konawe dengan visi
terwujudnya tingkat / kualitas penyediaan jaringan prasarana dan pelayanan
transportasi pos dan telekomunikasi yang lengkap, andal menyeluruh serta
memberi kepuasan bagi pengguna jasa, mampu mendukung kemandirian daerah.
Adapun misi Dinas Perhubungan adalah menyedeiakan dan menyelenggarakan
pelayanan transportasi, pos dan telekomunikasi yang andal dengan didukung
sumber daya manusia yang profesional serta ilmu pengetahuan yang maju. Dan
mewujudkan visi Departemen Perhubungan Daerah.
Sementara itu tujuan yang diemban dalam misi Dinas Perhubungan
Kabupaten Konawe Selatan adalah meningkatkan aksebilitas transportasi, pos dan
48
telekomunikasi dengan melibatkan peran serta swasta dan koperasi dalam
pembangunan struktur jaringan pos dan telekomunikasi baik dalam jaringan
horizontal maupun vertical melalui :
a. Pembangunan/peningkatan transportasi, pos dan telekomunikasi yang
diarahkan untuk mendorong percepatan dan pemerataan pembangunan wilayah
provinsi Sulawesi Tenggara dalam rangka menunjang pembangunan daerah
yang berbasis ekonomi kerakyatan.
b. Peningkatan kualitas SDM Dinas Perhubungan Kabupaten Konawe Selatan
guna mengantisipasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara
umum dan khususnya pada bidang Transportasi, pos dan telekomunikasi.
c. Menggali potensi PAD dengan mengoptimalkan aset perhubungan, guna
ikut menunjang pembiayaan pembangunan daerah.
Adapun sasaran yang akan dicapai Dinas Perhubungan adalah :
1. Peningkatan penyediaan sarana dan prasarana LLAJ Kabupaten dan antar
wilayah dalam Kabupaten Konawe Selatan sampai kepedesaan, terutama pada
kawasan yang merupakan kantung Kabupaten Konawe Selatan dan
permukiman.
2. Peningkatan penyediaan sarana dan prasarana angkutan penyeberangan untuk
wilayah yang tersekat perairan.
3. Peningkatan penyediaan sarana dan prasarana transportasi laut
4. Peningkatan penyediaan sarana dan prasarana transportasi udara untuk
menunjang iklim investasi di Kabupaten Konawe Selatan.
5. Peningkatan penyediaan sarana dan prasarana Pos dan Telekomunikasi.
49
6. Peningkatan penyediaan fasilitas Meteorologi dan Geofisika untuk menunjang
kebutuhan data operasional transportasi dan sektor pembangunan lainnya.
7. Peningkatan penyediaan fasilitas SAR.
8. Peningkatan kualitas SDM jajaran perhubungan untuk menciptakan pelayanan
prima
9. Menjadikan sektor perhubungan sebagai salah satu kontributor PAD yang
signifikan.
Dalam penyelenggaraan tugas, susunan organisasi Dinas Perhubungan
Kabupaten Konawe Selatan terdiri dari :
1. Kepala Dinas
2. Wakil Kepala Dinas
3. Kepala Bagian tata Usaha
4. Kasubdin Pengembangan Sistem dan Bina Pelayanan Perhubungan
5. Kasubdin Pos dan Telkom
6. Kasubdin Perhubungan Darat
7. Kasubdin Perhubungan Laut
8. Kasubdin Perhubungan Udara
9. UPTD Pelabuhan Penyeberangan Torobulu, Kendari, Wawonii
10. UPTD Jembatan Timbang dan Pengujian Kendaraan Bermotor
11. UPTD Pelabuhan Penyeberangan Tampo, Bau-bau, Waara
12. Unit Pengelolaan Fasilitas Bandara Udara
50
Sedangkan lembaga-lembaga didaerah yang merupakan mitra kerja Dinas
Perhubungan Kabupaten Konawe Selatan yang secara koordinatif melaksanakan
tugas-tugas dibidang perhubungan dan Postel adalah sebagai berikut :
a. UPT /Dirjen Perhubungan
b. UPT/Badan
c. BUMN / Bidang Perhubungan dan Perum Postel
Dalam mewujudkan tujuan dan sasaran Dinas Perhubungan Kabupaten
Konawe Selatan adapun tugas pokok yang harus dilaksanakan oleh Dinas
Perhubungan adalah membantu Bupati dalam melaksanakan kewenangan
desentralisasi dan dekonsentralisasi di bidang perhubungan
Adapun fungsi Dinas Perhubungan Kabupaten Konawe Selatan adalah :
1. Penyusunan kebijakan teknis dibidang Perhubungan
2. Pemberian perizinan dan pelaksanaan pelayanan umum lintas Kabupaten/Kota
dibidang Perhubungan.
3. Pembinaan teknis dibidang Perhubungan lintas Kabupaten/Kota
4. Pembinaan Unit Pelaksana Teknis Dinas\
5. Pelaksanaan Urusan Tata Usaha Dinas
Namun dalam pelaksanaan tugas dan wewenang masing-masing telah
ditetapkan dalam Kepmenhub Nomor 4 Tahun 2003 tentang Tata Hubungan Kerja
antar Departemen Perhubungan dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Konawe
Selatan.
4.1.2. Struktur Organisasi Dinas Perhubungan Kabupaten Konawe Selatan
51
Struktur organisasi yang digunakan pada Dinas Perhubungan Provinsi
Sulawesi Tenggara dapat disajikan sebagai berkut :
Skema 3. Struktur Organisasi Dinas Perhubungan Kabupaten Konawe Selatan.
Sumber : Dishub Kabupaten Konawe Selatan, 2010
Berdasarkan PP No. 38 Tahun 2007 tentang pembagian urusan pemerintahan
antara pemerintah, Pemerintah Daerah Kabupaten secara umum, kewenangan
tersebut antara lain :
1. Penetapan alur penyeberangan lintas Kabupaten/Kota diwilayah Kabupaten
Konawe Selatan
KEL. JAB. FUNGSIONAL
52
K E P A L A
SEKRETARIAT
SUB BAG.KEUANGAN
SUB BAG.UMUM DAN PERLENG.
BIDANGPERHUB DARAT
BIDANGPERHUB
LAUT
BIDANG PERHUB UDARA & POSTEL
BIDANGKOMUNIKASI
DAN INFORMASI
SEKSILALU LINTAS
SEKSIANGKUTAN
SEKSIKESELAMATAN
& TEKNIK SARANA DAN PRASARANA
SEKSIANGK. LAUT
SEKSIPELABUHANAN
SEKSIKESELAMATAN
PELAYARAN
SEKSIANGK. UDARA DAN KESPEN.
SEKSIKEBANDARUDARA
KELAYAKAN FASILITAS DAN
MEKANIKAL ELEKTRONIKAL
SEKSIPOS DAN
TELEKOMUNIKASI
SEKSIPENEL. & HUB.
ANTAR LEMBAGA
SEKSIPENGEMB.
SISTEM, EVALUASI DAN PELAPORAN
SEKSIBINA PENTARIFAN & ANALISIS BIAYA TRANSPORTASI
U P T D
2. Penetapan tarif angkutan darat lintas Kabupaten Konawe Selatan untuk
penumpang kelas ekonomi
3. Penetapan lokasi pemasangan dan pemeliharaan alat pengawasan dan alat
pengamanan (rambu-rambu) lalu lintas jalan, Danau dan sungai lintas
Kabupaten serta laut dalam wilayah diluar 4 (empat) mil sampai 12 mil.
4. Penetapan kebijakan tatanan dan perizinan pelabuhan
5. Pengelolaan pelabuhan dan bandar udara yang dibangun atas prakarsa provinsi
dan atau pelabuhan dan bandar udara yang diserahkan oleh pemerintah kepada
kabupaten
6. Penyusunan dan penetapan jaringan transportasi jalan kabupaten
7. Pengaturan dan pengelolaan administrasi
8. Perizinan, pelayanan dan pengendalian kelebihan muatan dan tertib
pemanfaatan jalan kabupaten
9. Perencanaan, pembangunan dan pemeliharaan jalan kabupaten
10. Penetapan, standar batas maksimum muatan dan berat kendaraan pengangkutan
barang dan tertib pemanfaatan antar Kabupaten
11. Penetapan lintas penyeberangan antar kabupoaten
12. Penetapan lokasi dan pengelolaan jembatan timbang
13. Perencanaan dan pembangunan jaringan jalan kereta api lintas kabupaten
14. Izin-izin usaha penyelenggaraan transportasi darat, laut, Udara dan Postel.
Menurut kewenangan Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan telah dijelaskan pada
keputusan Menteri Perhubunagb Nomor KM.4 Tahun 2003 tentang Tata hubungan
kerja antara antar instansi pemerintah daerah di Kabupaten Konawe Selatan.
53
Dalam rangka pelaksanaan tugas pokok, fungsi dan kewenangan Dinas
Perhubungan tersebut, melalui Surat Keputusan Bupate Konawe Selatan Nomor :
131 Tahun 2005 telah ditetapkan Struktur Organisasi Dinas Perhubungan
Kabupaten Konawe Selatan sebagai berikut :
Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi berdasarkan Nomor PP No. 38 Tahun
2007 tentang Perubahan atas Perda No. 5 Tahun 2000, sebagai berikut :
1. Kepala Dinas
Kepala Dinas mempunyai tugas memimpin, melakukan koordinasi,
pelaksanaan pengendalian dalam pembangunan dibidang perhubungan.
2. Sekretariat
(1) Sekretariat mempunyai tugas melakukan koordinasi penyusunan program
kerja dinas, pengelolaan urusan keuangan, kepegawaian, rumah tangga,
perlengkapan, hubungan masyarakat dan surat menyurat Dinas, protokol
serta pembuatan laporan Dinas.
(2) Sekretariat oleh seorang sekretaris yang berada dibawah dan bertanggung
jawab kepada kepala.
Untuk menyelenggarakan tugas tesebut pada pasal 9, Bagian sekretariat
mempunyai fungsi :
a. Pelaksanaan koordinasi penyusunan program kerja dinas, pengumpulan
dan pengolahan data serta pelaporan ;
b. Pelaksanaan pengelolaan urusan keuangan ;
54
c. Pelaksanaan pengelolaan urusan kepegawaian, urusan rumah tangga,
perlengkapan, protokol, hubungan masyarakat, surat menyurat Dinas ;
d. Pemberian pertimbangan dan bantuan hukum, dokumentasi hukum serta
kegiatan masyarakat.
(1) Bagian Sekretariat Terdiri Atas :
a. Bagian Umum dan Kepegawaian ;
b. Bagian Perencanaan dan Keuangan ;
(2) Masing-masing Sub Bagian dipimpin oleh seorang kepala Sub Bagian yang
berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bagian Tata Usaha.
a. Sub Bagian Keuangan mempunyai Tugas melaksanakan
administrasi pengelolaan keuangan.
b. Sub Bagian Hukum dan Kepegawaian mempunyai tugas
menyiapkan perumusan rancangan peraturan, pemberian pertimbangan
dan bantuan hukum kepada pegawai.
c. Sub Bagian Umum dan Perlengkapan mempunyai tugas
melakukan urusan kerumah tanggaan Dinas.
3. Bidang Perhubungan Darat
(1) Bidang Perhubungan Darat mempunyai tugas melaksanakan pengendalian
dan pengawasan manajemen dan rekayasa lalu lintas, angkutan jalan,
angkutan penyeberangan, sungai dan danau serta keselamatan teknis sarana
lalu lintas angkutan jalan, angkutan sungai, danau dan penyeberangan lintas
kabupaten.
55
(2) Bidang Perhubungan Darat dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang
berada dibawah dan bertanggung jawab kepada kepala.
Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada pasal 13,
Bidang Perhubungan Darat mempunyai fungsi :
a. Penyiapan bahan pengendalian dan pengawasan manajemen dan
rekayasa lalu lintas;
b. Penyiapan penyusunan dan penetapan jaringan trasportasi jalan,
penyeberangan sungai dan danau lintas kabupaten/kota dan antar
provinsi;
c. Penyiapan dan pemberian bimbingan, pemberian izin pengangkutan dan
pengawasan penyelenggaraan pengangkutan orang dan barang sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
d. Penyiapan pemberian bimbingan, perizinan pengangkutan orang dan atau
barang tertentu yang bersifat khusus sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
e. Penyiapan rencana dan program pembangunan, pemasangan
pemeliharaan alat pengawasan dan alat pengamanan (rambu-rambu) lalu
lintas sungai dan danau lintas kabupaten/kota;
f. Penyiapan penetapan standar batas maksimum muatan dan berat
Kendaraan pengangkutan barang dan tata tertib pemanfaatan antar
kabupaten/kota.
g. Penyiapan rencana penetapan lokasi dan pengelolaan jembatan timbang
dan pengendalian muatan kendaran;
56
h. Pembinaan terhadap asosiasi Sub sektor Darat tingkat provinsi.
(1) Bidang Perhubungan darat terdiri atas :
a. Seksi Lalu Lintas ;
b. Seksi Angkutan ;
c. Seksi Prasarana ;
d. Seksi keselamatan dan teknik sarana.
(2) Masing-masing Seksi dipimpin oleh seorang kepala seksi yang berada
dibawah dan bertanggung jawab kepada Bidang Perhubungan Darat.
a. Seksi Lalu Lintas mempunyai tugas melakukan penyiapan dan
penetapan jaringan transportasi jalan provinsi jaringan transportasi
penyeberangan sungai dan danau antar kabupaten/kota, serta penyiapan
rencana penetapan lokasi dan pengelolaan jembatan timbang, penyiapan
kebijakan tatanan perizinan pelabuhan penyeberangan dan sungai lintas
kabupaten/kota;
b. Seksi Angkutan mempunyai tugas melakukan pemberian bimbingan,
penataan pembangunan dan pengendalian kelebihan muatan, pemberian
izin pengangkutan dan pengawasan penyelenggaraan angkutan orang
maupun barang antar daerah kabupaten/kota dan antar provinsi;
c. Seksi Prasarana mempunyai tugas melakukan pemantauan dan analysis
beban kerja prasarana perhubungan darat dan pengawasan teknis
penyelenggaraan prasarana perhubungan darat;
d. Seksi Keselamatan dan Teknis Sarana mempunyai tugas menyiapkan
pembinaan dan penetapan lokasi pemasangan dan pemeliharaan alat
57
pengawasan dan pemeliharaan (rambu-rambu) lalu lintas jalan provinsi
serta bimbingan keselamatan, analisa daerah rawan keelakaan lalu lintas
serta pengelolaan, unit pengujian kendaraan bermotor serta menyiapkan
bahan pengendalian kelayakan sarana uji kendaraan bermotor.
4. Bidang Perhubungan Laut
(1) Bidang Perhubungan Laut mempunyai tugas melaksanakan pengendalian
dan pengawasan, koordinasi kegiatan angkutan Laut, keselamatan
pelayaran, penyiapan penetapan lokasi pemasangan dan pemeliharaan
rambu laut dalam wilayah diluar empat mil serta pengendalian dan
pengawasan pelabuhan provinsi yang dibangun atas prakarsa provinsi yang
diserahkan oleh pemerintah kepada provinsi serta pembinaan terhadap
asosiasi Sub Sektor Perhubungan Laut.
(2) Bidang Perhubungan Laut Dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang
berada dibawah dan bertanggung jawab kepada kepala.
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana tersebut pada pasal 17, Bidang
Perhubungan Laut mempunyai fungsi :
a. Pengendalian dan pengawasan angkutan laut;
b. Pengendalian dan pengawasan kegiatan operasional kepelabuhanan;
c. Pengendalian dan pengawasan kegiatan operasional keselamatan
pelayaran;
d. Pembinaan terhadap asosiasi Sub Sektor Perhubungan Laut Lingkup
provinsi.
(1) Bidang Perhubungan Laut terdiri atas ;
58
a. Seksi Angkutan Laut;
b. Seksi Kepelabuhanan;
c. Seksi Keselamatan Pelayaran.
(2) Masing-masing Seksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berada
dibawah dan bertanggung jawab kepada kepala Bidang Perhubungan Laut.
a. Seksi Angkutan Laut mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan pengendalian dan pengawasan pelaksanaan kegiatan pelayaran
antar kabupaten/kota. Bongkar muat, ekspedisi muatan kapal laut
lainnya, fasilitasi jasa pengurusan transportasi dan penunjang angkutan
laut dan tenaga kerja bongkar muat;
b. Seksi kepelabuhanan mepunyai tugas melakukan penyiapan
penetapan kebijakan tatanan dan perizinan pelabuhan provinsi,
penyiapan pengendalian dan pengawasan pengelolaan pelabuhan yang
dibangun atas prakarsa provinsi dan atau yang diserahkan oleh
pemerintah kepada provinsi, serta bimbingan pelaksaan pemanduan;
c. Seksi keselamatan pelayaran mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan pengendalian dan pengawasan dalam pelaksanaan
kegiatan keselamatan kapal pelayaran dan kepelautan.
5. Bidang Perhubungan Udara dan Postel
a. Bidang Perhubungan Udata
(1) Bidang Perhubungan Udara Mempunyai tugas melaksanakan
pengawasan dan pengendalian terhadap pengelolaan bandar udara yang
dibangun atas prakarsa Provinsi serta kegiatan angkutan udara,
59
keselamatan penerbangan, kegiatan sistem operasi dan perawatan
fasilitas bandar udara serta pembinaan terhadap asosiasi sub sektor
perhubungan udara.
(2) Bidang Perhubungan Udara dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang
berada di bawah dan bertanggungjawab kepada kepala.
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada pasal 21,
Bidang Perhubungan Udara mempunyai fungsi :
a. Pengawasan dan pengendalian kegiatan kelancaran angkutan udara ;
b. Pengawasan dan pengendalian kegiatan sistem operasi dan keselamatan
penerbangan ;
c. Pengawasan dan pengendalian pengelolaan bandar udara Propinsi ;
d. Pembinaan terhadap asosiasi sub sektor Perhubungan Udara tingkat
Provinsi.
(1) Bidang Perhubungan Udara terdiri atas :
a. Seksi angkutan udara ;
b. Seksi kebandar udaraan;
c. Seksi keselamatan penumpang.
(2) Masing-masing seksi dipimpin oleh seorang kepala seksi yang berada
dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Seksi Perhubungan
Udara.
a. Seksi angkutan udara mempunyai tugas melakukan pengawasan dan
pengendalian kegiatan angkutan udara di Provinsi ;
60
b. Seksi kebandar udaraan mempunyai tugas melakukan pengawsan
dan pengendalian terhadap pengelolaan bandar udara Provinsi yang
dibangun atas prakarsa Provinsi yang meliputi kesiapam operasi dan
perawatan fasilitas bandar udara ;
c. Seksi keselamatan penumpang mempunyai tugas melakukan
pengawasan dan pengendalian keselamatan penumpang ;
b. Bidang Pos dan Telekomunikasi
(1) Bidang Pos dan Telekomunikasi mempunyai tugas melaksanakan
pengawasan dan pengendalian serta evaluasi kegiatan usaha jasa
perposan, jasa telekomunikasi serta standarisasi pos dan telekomunikasi
berdasarkan pengaturan pos nasional dan sistem pertelekomunikasian
nasional.
(2) Bidang Pos dan Telekomunikasi dipimpin oleh seorang kepala Bidang
yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada kepala Dinas.
Untuk melaksakan tugas sebaimana dimaksud pada pasal 25, Bidang Pos
dan telekomunikasi mempunyai fungsi:
a. Penyusunan anlisis data dan program pelayanan uasa jasa dan perposan,
termasuk pengusahaan jasa titipan;
b. Pengawasan dan pengendalian atas pelaksanaan kegiatan uasaha jasa
perposan, filateli, telekomunikasi dan teknologi informatika serta
standarisasi pos dan telekomunikasi ;
61
c. Pemantauan dan evaluasi serta penyusunan laporan pelaksanaan
kegiatan pelayanan usaha jasa pos, filateli, telekomunikasi dan
teknologi informasi serta standarisasi pos dan telekomunikasi ;
d. Penyiapan bahan pelayanan dibidang pos, telekomunikasi dan teknologi
informatika, serta standarisasi pos dan telekomuniasi.
(1) Bidang Pos dan Telekomunikasi terdiri atas :
a. Seksi pos;
b. Seksi Telekomunikasi
c. Seksi Teknologi dan informatika;
(2) Masing-masing seksi dipimpin oleh seorang kepala seksi yang
berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Bidang Pos
dan Telekomunikasi
a. Seksi Pos mempunyai tugas melakukan analisis data dan
penyiapan bahan penyusunan program pengendalian dan
pengawasan, evaluasi, bimbingan dan petunjuk serta
penyusunan laporan kegiatan pelayanan usaha jasa perposan
termasuk pengusahaan jasa titipan ;
b. Seksi telekomunikasi mempunyai tugas melakukan analisis data
dan penyiapan bahan penyusunan program pembinaan evaluasi,
bimbingan dan petunjuk serta penyusunan laporan kegiatan
pelayanan usaha dibidang telekomunikasi termasuk
telekomunikasi untuk penyiaran (izin frekuensi radio siaran
lokal dan TV siaran lokal) dan standarisasi alat / perangkat
62
telekomunikasi serta perizinan instalasi kabel, kabel rumah /
gedung (IKR/G) ;
c. Seksi Teknologi dan Informasi mempunyai tugas melakukan
analisis data dan penyiapan bahan penyusunan program
pembinaan, evaluasi, bimbingan dan petunjuk teknis serta
penyusunan laporan kegiatan pelayanan usaha dibidang
telekomunikasi informatika.
7. Bidang Pengembangan Sistem dan Bina
(1) Bidang Pengembangan Sistem dan Bina Pelayanan Perhubungan
mempunyai tugas melaksnakan penyusunan rencana dan program
pembangunan dan pengembangan sistem perhubungan, memberikan
pelayanan dibidang informasi jasa dan kebijaksanaan perhubungan kepada
masyarakat termasuk kehumasan serta merumuskan sistem pentarifan jasa
perhubungan ;
(2) Sub Dinas Pengembangan Sistem dan Bina Pelayanan Perhubungan
dipimpin oleh seoran Kepala Bidang yang berada dibawah dan bertanggung
jawab kepada kepala.
8. Unit Pelaksana Teknis Dinas
(1) Unit Pelaksana Teknis Dinas adalah unsur penunjang operasional Dinas
lapangan.
(2) Masing-masing unit pelaksana teknis Dinas berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Konawe
Selatan
63
Masing-masing Unit Pelaksana Teknis Dinas dilengkapi dengan Tata Usaha
dan seksi-seksi yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada kepala
unit pelaksana Teknis Dinas.
4.2. Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian tentang pengaruh sikap berkomunikasi dan etika
komunikasi terhadap efektivitas komunikasi adalah sebanyak 30 orang yang
merupakan pegawai Dinas Perhubungan Kabupaten Konawe Selatan Responden
tersebut memiliki karakteristrik yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
4.2.1 Umur
Responden yang diteliti dalam penelitian ini terdiri dari pegawai Dinas
Perhubungan Kabupaten Konawe Selatan dengan karaktersitik menurut umur
yang dapat dilihat pada Tabel 2 berikut :
Tabel 2 Distribusi Responden Menurut Karakteristik Kelompok Umur
No.Kelompok Umum
(Thn)Jumlah Responden
(Orang) Persen (%)1 <30 7 23,332 30- 35 10 33,333 36 - 40 9 30,004 >40 4 13,34
Jumlah 30 100Sumber : Dishub Konsel, 2010
Tabel 2 menggambarkan responden pegawai Dinas Perhubungan
Kabupaten Konawe Selatan memiliki tingkat umum yang berada pada kelompok
umur kurang dari 30 tahun berjumlah 7 orang atau 23,33%, responden pegawai
yang berada pada kelompok umur 30-35 tahun berjumlah 10 orang atau 33,33%,
64
responden pegawai yang berada pada kelompok umur 36-40 tahun berjumlah 9
orang atau 30%, dab responden pegawai yang berada pada kelompok umur lebih
dari 40 tahun berjumlah 4 orang atau 13,34%. Hal ini menunjukkan bahwa
responden yang bekerja pada Dinas Perhubungan Kabupaten Konawe Selatan
kebanyakan berumur antara 30-35 tahun.
4.2.2. Jenis Kelamin
Responden yang diteliti dalam penelitian ini terdiri dari pegawai negeri
sipil Dinas Perhubungan Kabupaten Konawe Selatan yang melakukan pelayanan
nasabah dengan karakteristik responden menurut jenis kelamin yang dapat dilihat
pada pada Tabel 3 berikut :
Tabel 3. Distribusi Responden Menurut Karakteristik Jenis Kelamin
No. Jenis Kelamin Jumlah Responden (Orsng)
Persentase (%)
1.
2.
Laki-Laki
Perempuan
20
10
66,67
33,33
Jumlah 30 100
Sumber : Dishub Konsel, 2010
Tabel 3 menunjukkan bahwa responden yang diteliti dalam penelitian ini
terdiri dari laki-laki sebanyak 20 orang atau 66,67% dan perempuan sebanyak 10
orang atau 33,33 %. Hal ini menggambarkan bahwa kegiatan pelayanan kegiatan
pelaksanaan tugas pada Dinas Perhubungan Kabupaten Konawe Selatan 66,67%
didominasi oleh laki-laki. Kaitannya dengan penelitian ini untuk meningkatkan
kedisiplinan berkomunikasi yang dimulai dari pegawai laki-laki sebagai bagian
dari perwujudan kinerja.
65
4.2.3. Pendidikan
Responden yang diteliti dalam penelitian ini memiliki pendidikan yang
berbeda-beda, hal in dapat disajikan pada Tabel 4 berikut :
Tabel 4 Distribusi Responden Menurut Karakteristik Tingkat Pendidikan
No. Pendidikan Jumlah Responden (Orsng)
Persentase (%)
1.2.
Tamat SMATamat Perguruan Tinggi
1911
63,3336,67
Jumlah 30 100,0Sumber : Data sekunder, diolah Tahun 2010
Tabel 4 menggambarkan bahwa responden yang melakukan aktivitas pada
Dinas Perhubungan Kabupaten Konawe Selatan berpendidikan tamatan SMA dan
tamatan perguruan tinggi. Hasil penelitian diperoleh bahwa 63,33 % pegawai
Dinas Perhubungan Kabupaten Konawe Selatan didukung oleh tamatan SMA,
sedangkan sisanya 36,67% merupakan tamatan perguruan tinggi. Kaitannya
dengan penelitian ini dalah meningkatkan kualitas komunikasi
4.3. Deskripsi Variabel Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruhi sikap
berkomunikasi dan etika komunikasi terhadap efektivitas komunikasi pada Dinas
Perhubungan Kabupaten Konawe Selatan menggunakan variabel bebas dan
variabel terikat. Variabel bebas mencakup sikap berkomunikasi dan etika
komunikasi.
a. Sikap berkomunikasi (X1) dioperasionalkan sebagai aksi dari bawahan dalam
berkomunikasi dengan pimpinan. Variabel ini diukur dengan indikator
66
X1.1 = Kerja sama adalah tanggapan responden terhadap aksi kerja sama
melalui komunikasi antara bawahan dengan pimpinan. Hal ini
penulis sajikan pada Tabel berikut :
Tabel 5 Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Kerja Sama Dalam Sikap Berkomunikasi.
No. Tanggapan Jumlah (Orang) Persentase (%)1.2.3.4.5.
Tidak BaikKurang BaikCukup BaikBaikSangat Baik
1241211
3,336,6713,3340,0036,67
Jumlah 30 100Sumber : Kuisioner
Data pada Tabel 5 menunjukkan bahwa responden dalam melakukan
kerja dalam pelaksanaan tugas degan sikap berkomunikasi yang berbeda-beda
dari setiap pegawai, sebanyak 1 orang atau 3,33% responden menyatakan tidak
baik karena dalam pelaksanaan pekerjaan terdapat pegawai yang tidak dapat
bekerja sama, 2 orang atau 6,67% responden kurang bekerja sama, 4 orang atau
13,33 % responden menyatakan cukup bekerja dengan adanya kerja sama
dalam pelaksanaan tugas yang disertai dengan sikap berkomunikasi yang cukup
baik, 12 orang 40% responden menyatakan sikap berkomunikasi dalam bekerja
sama pada pegawai Dinas Perhubungan Kabupaten Konawe Selatan baik,
bahkan 11 orang atau 36,67% responden menyatakan sangat baik. Hal ini
mengindikasikan bahwa kebanyakan responden menyatakan bahwa sikap
berkomunikasi pada kerja sama dalam melaksanakan tugas adalah baik.
67
X1.2 = Kepatuhan adalah tanggapan responden terhadap aksi kepatuhan
bawahan dalam berkomunikasi dengan pimpinan. Tanggapan
tersebut disajikan pada tabel berikut :
Tabel 6 Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Kepatuhan Dalam Sikap Berkomunikasi.
No. Tanggapan Jumlah (Orang) Persentase (%)1.2.3.4.5.
Tidak BaikKurang BaikCukup BaikBaikSangat Baik
0151014
-3,3316,6733,3346,67
Jumlah 30 100Sumber : Kuisioner
Data pada tabel 6 menunjukkan kepatuhan pegawai dalam sikap
berkomunikasi, sebanyak 14 orang atau 46,67% responden menyatakan sangat
baik, karena kepatuhan merupakan salah satu sikap yang menunjang
pelaksanaan tugas yang disertai dengan sikap berkomunikasi, walaupun adalah
yang menganggap kurang baik kepatuhan pegawai karena sikap dari pegawai
itu sendiri, namun demikian dapat dikemukakan bahwa kebanyakan responden
menyatakan bahwa kepatuhan pegawai melalui sikap berkomunikasi dalam
pelaksanaan tugas sangat baik.
b. Etika berkomunikasi (X2) adalah tanggapan terhadap perilaku dan bentuk untuk
mlaksanakan tugas kerja dengan komunikasi yang baik, variabel ini diukur
dengan indikator :
X2.1 = perilaku bawahan dalam berkomunikasi adalah tanggapan
responden terhadap etika bawahan dalam berkomunikasi dengan
68
pimpinan. Tanggapan tersebut dapat penulis sajikan pada Tabel
berikut :
Tabel 7 Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Perilaku Bawahan Dalam Berkomunikasi.
No. Tanggapan Jumlah (Orang) Persentase (%)1.2.3.4.5.
Tidak BaikKurang BaikCukup BaikBaikSangat Baik
135912
3,3310,0016,6730,0040,00
Jumlah 30 100Sumber : Kuisioner
Data pada tabel 7 menunjukkan perilakukan pegawai bawahan (staf) dalam
berkomunikasi, sebanyak 12 orang atau 40% responden menyatakan sangat
baik karena mereka berkomunikasi dengan baik kepada antasan dan kepada
sesama rekan sekerja, 9 orang atau 30% responden menyatakan baik dan 5
orang menyatakan cukup baik, Sementara itu mereka yang menjawab kurang
baik dan bahkan tidak baik adalah pegawai yang menganggap bahwa masih ada
pegawai berperilaku yang perlu dibina untuk ditingkatkan etikanya dalam
bekerja.
X.2.2 = perilaku pimpinan dalam berkomunikasi adalah tanggapan
responden terhadap etika pimpinan dalam berkomunikasi dengan
para bawahannya. Tanggapan terhadap perilaku pimpinan dalam
berkomunikasi disajikan pada tabel berikut :
69
Tabel 8 Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Pimpinan Dalam Berkomunikasi.
No. Tanggapan Jumlah (Orang) Persentase (%)1.2.3.4.5.
Tidak BaikKurang BaikCukup BaikBaikSangat Baik
0231015
-6,6710,0033,3350,00
Jumlah 30 100Sumber : Kuisioner
Data pada Tabel 8 menunjukkan etika pimpinan dalam berkomunikasi
pada Dinas Perhubungan Kabupaten Konawe Selatan, sebagai 15 orang atau
50% responden menyatakan sangat baik dengan demikian kegiatan pelaksanaan
tugas dan dipimpin dengan sangat baik, 10 orang atau 33,33 % responden
menyatakan baik, sedangkan 4 orang atau 10% responden menyatakan cukup
baik sementara itu 2 orang atau 6,67% responden menyatakan kurang baik
karena mereka menganggap pimpinan perlu melakukan pendekatan terhadap
bawahan dalam meningkatkan hubungan kerja dengan stafnya.
X2.3 = Bentuk komunikasi langsung adalah tanggapan responden terhadap
lansgung antara bawahan dengan pimpinan. Tanggapan terhadap
subvariabel ini dapat disajikan pada tabel berikut :
Tabel 9 Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Komunikasi Langsung.
No. Tanggapan Jumlah (Orang) Persentase (%)1.2.3.4.5.
Tidak BaikKurang BaikCukup BaikBaikSangat Baik
0231015
-6,6710,0033,3350,00
Jumlah 30 100Sumber : Kuisioner
70
Data pada Tabel 9 menunjukkan bahwa komunikasi langsung sangat
dibutuhkan dalam penyampaian laporan atau hal-hal yang dapat dilaporkan
kepada pimpinan, sebagai 16 orang atau 53,33% responden menyatakan sangat
baik karena hal ini akan meningkatkan hubungan kerja antara bawahan dengan
pimpinan pada Dinas Perhubungan Kabupaten Konawe Selatan, 12 orang atau
40% menyatakan baik dan 2 orang atau 6,67% menyatakan cukup baik.
Dengan demikian komunikasi langsung dibutuhkan untuk menyampaikan
informasi, laporan, dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan pelaksanaan
tugas
X2.4 = Bentuk komunikasi tidak langsung adalah tanggapan responden
terhadap komunikasi tidak lansgung antara bawahan dengan
pimpinan. Tanggapan terhadap subvariabel ini disajikan pada Tabel
berikut :
Tabel 10 Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Komunikasi Tidak Langsung.
No. Tanggapan Jumlah (Orang) Persentase (%)1.2.3.4.5.
Tidak BaikKurang BaikCukup BaikBaikSangat Baik
136911
3,3310,0020,0030,0036,67
Jumlah 30 100Sumber : Kuisioner
Data pada Tabel 10 menunjukkan bahwa komunikasi tidak langsung dalam
pelaksanaan tugas sering dilandasi dengan penggunaan media, sebanyak 11
orang atau 36,67% menyatakan sangat baik untuk menyampaikan laporan
tertulis kepada pimpinan, 9 orang atau 30% menyatakan baik, 6 orang
71
menyatakan cukup baik sementara itu mereka yang menyatakan kurang baik
dan tidak baik menganggap bahwa komunikasi tidak langsung dapat
mengurangi hubungan antara pimpinan dengan bawahan sehingga
kemungkinan besar pekerjaannya juga dapat ditunda-tunda oleh bawahan.
c. Efektivitas Komunikasi (Y) adalah tanggapan responden terhadap komunikasi
berlangsung antara bawahan dan pimpinan dalam pelaksanaan tugas. variabel
ini diukur dengan indikator :
Y.1 = Komunikasi lisan adalah tanggapan responden terhadap komunikasi yang
dilakukan secara tidak tertulis oleh bawahan dengan atasan.
Tanggapan terhadap subvariabel dapat disajikan pada Tabel
berikut :
Tabel 11 Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Komunikasi Lisan.
No. Tanggapan Jumlah (Orang) Persentase (%)1.2.3.4.5.
Tidak BaikKurang BaikCukup BaikBaikSangat Baik
236811
6,6710,0020,0026,6736,67
Jumlah 30 100Sumber : Kuisioner
Data pada Tabel 11 menunjukkan bahwa komunikasi lisan dalam
pelaksanaan tugas sering dilandasi keterangan atau informasi yang jelas,
sebanyak 11 orang atau 36,67% menyatakan komunikasi lisan sangat baik
untuk menyampaikan informasi atau keterangan kepada pimpinan sesuai
dengan pelaksanaan tugas, 8 orang atau 26,67% menyatakan baik, 6 orang atau
20% responden menyatakan cukup baik sementara itu mereka yang
72
menyatakan kurang baik dan tidak baik menganggap bahwa komunikasi lisan
harus diperkuat dengan data yang mendukung untuk dapat digunakan oleh
pimpinan atau rekan sekerja lainnya.
Y2 = Komunikasi tulisan adalah tanggapan responden terhadap bawahan
dengan atasan melalui laporan tertulis. Tanggapan terhadap
subvariabel ini disajikan pada Tabel berikut :
Tabel 12 Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Komunikasi Tertulis.
No. Tanggapan Jumlah (Orang) Persentase (%)1.2.3.4.5.
Tidak BaikKurang BaikCukup BaikBaikSangat Baik
125913
3,336,6716,6730,0043,33
Jumlah 30 100Sumber : Kuisioner
Data pada Tabel 12 menunjukkan bahwa komunikasi tertulis dalam
pelaksanaan tugas sering dilandasi dengan penggunaan media, sebanyak 13
orang atau 43,33% menyatakan komunikasi tertulis sangat baik untuk
menyampaikan laporan tertulis kepada pimpinan sesuai dengan hasil pekerjaan,
9 orang atau 30% menyatakan baik, 5 orang atau 16,67% responden
menyatakan cukup baik sementara itu mereka yang menyatakan kurang baik
dan tidak baik menganggap bahwa komunikasi tertulis dapat disampaikan jika
telah selesai pelaksanaan tugas untuk disampaikan sebagai laporan kepada
pimpinan.
73
4.4. Analisis Pengaruh Sikap Berkomunikasi dan Etika Komunikas Terhadap Efektivitas Komunikasi.
Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh sikap berkomunikasi
dan etika komunikasi terhadap efektivitas komunikasi dengan menggunakan
analisis regresi linear berganda disajikan berdasarkan tanggapan dari responden
yang disajikan dalam bentuk pernyataan yang diukur dengan skala likert
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh tanggapan responden atas sikap
berkomunikasi dan etika komunikasi terhadap efektivitas komunikasi yang
disajikan sebagai berikut :
4.4.1 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas dilakukan dalam penelitian ini untuk mengukur validnya
pernyataan-pernyataan yang diberikan oleh responden berdasarkan kuisioner yang
disebar, selain itu uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur reliabelnya
pernyataan-pernyataan di dalam kuisioner dengan penelitian yang dilakukan. Hasil
uji validitas dan uji reliabilitas disajikan pada tabel berikut :
74
Tabel 13. Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Penelitian
Variabel dan Item Pernyataan Koefisien Korelassi (r)
Sig Ket
Sikpa (X1) X11 0,950 0,00 Valid
X12 0,915 0,00 Valid
Bentuk Produk (X2) X21 0,926 0,00 Valid
X22 0,860 0,00 Valid
X23 0,901 0,00 Valid
X24 0,915 0,00 Valid
Efektivitas Komunikasi Y1 0,912 0,00 Valid
Y2 0,905 0,00 Valid
Sumber : Hasil Uji SPSS Versi 13 terlampir
Berdasarkan data pada tabel 13. dapat dijelaskan hasil uji validitas dan
reliabilitas. Menurut Nugroho (2005:67) mengemukakan bahwa uji validitas untuk
mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu bentuk pernyataan dalam
mendefinisikan suatu variabel dapat dilihat dari nilai Corrected Item Total
Correlation > dari r-tabel dimana nilai r > 0,30 dengan nilai =0,05.
Uji Reliabilitas merupakan ukuran satuan kestabilan dan konsistensi
responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan bentuk-bentuk pertanyaan
yang merupakan dimensi pernyataan dalam kuisioner merupakan pernyataan yang
reliabel dengan tujuan penelitian dimana nilai > 0,60. Hasil uji reliabilitas
disajikan pada tabel berikut :
75
Tabel 14. Hasil Uji Reliability
Cronbach's AlphaCronbach's Alpha Based on
Standardized Items0.978 0.982
Sumber : Hasil analisis SPSS
Data pada tabel 14 menunjukkan bahwa koefisien Alpha Cronbach (α).
Instrumen yang telah memiliki tingkat keandalaan atau reliabilitas sebesar α =
0,978 lebih besar 0,60 atau 60% realibilitas yang terukur dan dapat diterima.
Dengan demikian dapat diperoleh bahwa pernyataan-pernyataan responden dalam
kuisioner dapat dijadikan data dalam penelitian untuk membuktikan pengaruh
sikap berkomunikasi dan etika komunikasi terhadap efektivitas komunikasi pada
Dinas Perhubungan Kabupaten Konawe Selatan.
4.4.2 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
Penelitian yang dilakukan pengaruh sikap berkomunikasi dan etika komunikasi
terhadap efektivitas komunikasi pada Dinas Perhubungan Kabupaten Konawe
Selatan dengan menggunakan analisis regresi linear berganda dengan bantuan
program SPSS Versi 14 diperoleh hasil yang dapat dilihat pada tabel berikut :
76
Tabel 15 Hasil Uji Regresi Linear Berganda
Variabel Bebas Koefisien Regresi
(B)
Standar Error
t hitung
(Stat)
Signifikan t
r Partial
Sikap berkomunikasi (X1) 0,495 0,156 3,000 0,006 0,500
Etika berkomunikasi (X2) 0,475 0,079 2,879 0,008 0,485
Konstanta (a) 0,647
Adjusted R Square 0,907
R Square 0,914
Multiple R 0,956
FRatio/FHitung 143,147
Sumber : Hasil Uji
Hasil analisis regresi linear berganda yang disajikan pada tabel 15 menunjukkan
persamaan regresi sebagai berikut : .
Persamaan tersebut menggambarkan pengaruh masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen dimana setiap perubahan yang terjadi
terhadap nilai X1, dan X2 yang disebabkan oleh naik atau turunnya nilai koefisien
regresi (b) akan memberikan pengaruh terhadap nilai Y
Nugroho (2005:43) mengemukakan bahwa regresi bertujuan untuk menguji
hubungan pengaruh antara satu variabel terhadap variabel lain. Variabel yang
dipengaruhi disebut variabel tergantung atau dependen, sedang variabel yang
mempengaruhi disebut variabel bebas atau variabel independen. Dari hasil analisis
regresi dapat dijelaskan pengaruh variabel X terhadap variabel Y sebagai berikut :
1. Nilai a merupakan nilai konstan yang berarti jika variabel-variabel independen
dianggap konstan, maka kinerja bank sebesar 0,647 menunjukkan bahwa jika
77
segala sesuatu pada variabel independen dianggap konstan, maka efektivitas
komunikasi adalah sebesar 0,647
2. Variabel sikap berkomunikasi (X1) berpengaruh positif terhadap efektivitas
komunukasi (Y) dengan koefisien regresi sebesar 0,495 yang berarti bahwa jika
sikap berkomunikasi ditingkatkan sebesar satu satuan, maka akan
meningkatkan efektivitas komunikasi, maksudnya jika tindakan sikap
berkomunikasi ditingkatkan, maka akan meningkatkan efektivitas komunikasi
sebesar 49,5%
3. Variabel etika komunikasi (X2) berpengaruh terhadap efektivitas komunikasi
(Y) dengan koefisien regresi sebesar 0,475 yang berarti bahwa jika bentuk
etika komunikasi ditingkatkan satu satuan, maka akan meningkatkan efektivitas
komunikasi, maksudnya jika etika komunikasi ditingkatkan maka akan
meningkatkan efektivitas komunikasi sebesar 47,5%
4.4.3 Hasil Uji Hipotesis
Uji hipotesis yang dilakukan untuk membuktikan hipotesis digunakan uji
parsial dan uji simultan. Menurut Nugroho (2005:54) uji parsial dilakukan untuk
mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel independen secara individu
terhadap variabel dependen yang dapat dilihat pada tabel Coefficients. Selain itu
uji simultan (Uji F) bertujuan untuk mengetahui pengaruh bersama-sama variabel
independen terhadap variabel dependen yang dapat dilihat pada tabel Anova.
Terlampir.
78
1. Uji Parsial
Hasil uji parsial dari variabel sikap berkomunikasi (X1) diperoleh nilai thitung
sebesar 3.000 dengan signifikan α = 0,006 < 0,05 yang berarti bahwa variabel
sikap berkomunikasi (X1) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap efektivitas
kemunikasi (Y) dengan nilai parsial (r) sebesar 0,500 yang berarti bahwa 50%
peningkatan efektivitas komunikasi dipengaruhi oleh sikap berkomunikasi
pegawai.
Hasil uji variabel etika komunikasi (X2) diperoleh nilai thitung sebesar 2.879
dengan signifikansi α = 0,008< 0,05 yang berarti bahwa variabel etika komunikasi
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap efektivitas komunikasi (Y) dengan
nilai parsial (r) sebesar 0,485 yang berarti bahwa 48,5% peningkatan efektivitas
komunikasi dipengaruhi etika komunikasi pegawai Dinas Perhubungan Kabupaten
Konawe Selatan.
2. Uji Simultan
Hasil uji simultan yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
variabel sikap berkomunikasi (X1) dan etika komunikasi (X2) secara bersama-sama
berpengaruh terhadap efektivitas (Y) dengan nilai Fhitung sebesar 143.147 dengan
signifikan α = 0,000 < 0,05. Koefisien determinasi (R) bertujuan untuk
mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel
dependen (Nugroho, 2005:50) Dari hasil uji diperoleh nilai koefisien determinasi
(R) sebesar 0,914 yang berarti bahwa 91,4% peningkatan efektivitas komunikasi
pada Dinas Perhubungan Kabupaten Konawe Selatan dijelaskan oleh variabel
sikap berkomunikasi dan etika komunikasi. Selain itu koefisien korelasi
79
menunjukkan bahwa nilai korelasi (r) sebesar 0,956 yang berarti bahwa antara
variabel sikap berkomunikasi dan etika komunikasi dengan efektivitas komunikasi
terdapat hubungan yang sangat kuat dimana nilai r mendekati 1.
4.3. Pembahasan
Penelitian yang dilakukan pada Dinas Perhubungan Kabupaten Konawe
Selatan, mengkaji tentang pengaruh sikap berkomunikas dan etika komunikasi
terhadap efektivitas komunikasi. Hasil penelitian diperoleh bahwa sikap
berkomunikasi dan etika komunikasi berpengaruh signifikan terhadap efektivitas
komunikasi. Hal ini menunjukkan bahwa sikap berkomunikasi dan etika
komunikasi merupakan faktor penentu dalam peningkatan efektivitas komunikasi
pada Dinas Perhubungan Kabupaten Konawe Selatan. Pengaruh sikap
berkomunikasi dalam penelitian ini diperkuat dengan indikator kerja sama dan
kepatuhan pegawai Dinas Perhubungan Kabupaten Konawe Selatan dalam
pelaksanaan tugas pekerjaan. Sementara itu variabel etika komunikasi diperkuat
dengan indikator perilaku bawah dalam berkomunikasi, perilaku pimpinan dalam
berkomunikasi, bentuk komunikasi langsung dan bentuk komunikasi tidak
langsung, sedangkan untuk variabel efektivitas komunikasi didukung oleh
indikator komunikasi lisan dan komunikasi tulisan.
Hasil analisis deskriptif menggambarkan bahwa efektivitas komunikasi pada
Dinas Perhubungan Kabupaten Konawe Selatan dalam melaksanakan tugas
menunjukkan adanya penggunaan komunikasi lisan dan tulisan dalam
menyelenggarakan pemerintahan di bidang perhubungan artinya mereka bekerja
80
dan berupaya melakukan komunikasi yang efektif untuk dapat membangunan
kinerja pemerintahan dalam penyelenggaraan pemerintahan.
Pada hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Wahyuni Wulandari
(2005) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi bawahan dengan
pimpinan pada Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang menunjukkan variabel sikap
berkomunikasi, perlaku berkomunikasi dan etika berkomunikas merupakan
variabel penting dalam membangun komunikasi dan relevan dengan tujuan
penelitian ini. Penelitian yang dilakukan Mahmuddin (2002) tentang pengaruh
komunikasi organisasi terhadap kinerja perusahaan pada PT. Indofood Cabang
Makassar menunjukkan pentingnya komunikasi dalam sebuah organisasi kerja
untuk mewujudkan hasil yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dengan demikian fenomena yang diperoleh dalam penelitian ini adalah
hubungan antara penelitian terdahulu dengan hasil penelitian ini yang
menunjukkan bahwa sikap berkomunikasi dan etika komunikasi berpengaruh
terhadap efektivitas komunikasi pada Dinas Perhubungan Konawe Selatan.
81
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dikemukakan
sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Hasil uji simultan diperoleh bahwa sikap berkomunikasi dan etika komunikasi
secara bersama-sama mempengaruhi efektivitas komunikasi pada Dinas
Perhubungan Kabupaten Konawe Selatan dengan demikian hipotesis pertama
dapat dibuktikan.
2. Hasil uji parsial diperoleh bahwa sikap berkomunikasi mempengaruhi yang
signifikan terhadap efektivitas komunikasi, dan variabel etika komunikasi
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap efektivitas komunikasi pada
Dinas Perhubungan Kabupaten Konawe Selatan dengan demikian hipotesi
kedua dapat dibuktikan.
5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan sebelumnya, maka dapat
disarankan bahwa :
1. Untuk meningkatkan efektivitas komunikasi, maka para pegawai diharapkan
dapat meningkatkan proses komunikasi yang dibangun melalui sikap
berkomunikasi dan etika komunikasi dalam pelaksanaan tugas sehingga hasil
yang diharapkan dapat tercapai pada masa mendatang.
82
2. Untuk meningkatkan efektivitas komunikasi pimpinan, maka komunikasi lisan
dan komunikasi tulisa harus dikembangkan dalam pada masing-masing satuan
kerja yang pada gilirannya akan menghasilkan komunikasi pimpinan dan
bawahan yang lebih efekti pada masa mendatang.
83
DAFTAR PUSTAKA
Amstrong, 1997 Performance Management, London, Kogan Page Limited
Arni Muhammad, 2007, Komunikas Organisasi, Bumi Aksaran, Jakarta
As’ad, 1999 Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta, Rineka Cipta
Barata, 2006, Pelayanan Prima, Manajemen Pelayanan, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama.
Bernardin dan Russel, 1997 Perilaku Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi, Edisi Terjemahan, Jakarta Rineka Cipta
Budiyanto, 2003 Perilaku Organisasi dan Budaya Kerja, Makalah, www.google.com/makalah
Dharma, 1997Komuniskasi Dalam Pembangunan, Rineka Cipta, Jakarta
Effendy, 2002, Ilmi Komunikasi, Teori dan Praktek, Remaja Rosdakarya, Bandung
Fandy Tjiptono, 2007, Komunikasi Bisnis, Andi, Yogyakarta.
Harmin, 2004, Penelitian Ilmiah, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi 66 Kendari
Haryani, Sri, 2001, Komunikasi Bisnis, UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
Hasibuan Melayu, 2001, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bina Aksara, Jakarta
Handoko, T. Hani, 2003, Manajemen Personalia, BPFE-UGM, Yogyakarta
Herlindo, 2000 Pengaruh Kemampuan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Intan Pratama Solo. Yogyakarta, Skripsi UGM
Hilgert, 1997 Strategi Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Terjemahan, Jakarta, Erlangga
Makmur Muin, 2004 Pengembangan Sumber Daya Manusia,Binarupa Aksara, Jakarta
Nawawi Hadari, 1997, Manajemen Sumber Daya Manusia Di Dalam Perusahaan, Rineka Cipta, Jakarta
Pabundu Tika, 2006 Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan, Bumi Aksara, Jakarta
84
Rendy Panuju, 2000, Komunikasi Bisnis, Gramedia Pratama, Jakarta
Riduwan 2006, Metode Penelitian Alfa Beta, Bandung
Rindjin, Ketut, 2004 Etika Komunikasi Binis dan Implementasinya, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Santoso, 2002, Perilaku Organisasi, Liberty, Yogyakarta
Siagian S.P.2002, Manajemen Sumber Daya Manusia, Elex Media Komputerindo, Jakarta
Suprihanto, 2000 Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta, Bina Aksara
Sutisna, 2002 Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran, Rosda Karya, Jakarta
Wijaya, 2000, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, Bina Aksara, Jakarta
Zulkarnain, 2005 Komunikasi Pembangunan Pengenalan Teori dan Penerapannya, Edisi Revisi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
.
85
top related