ekstraksi vakum
Post on 02-Jan-2016
268 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
PENDAHULUAN
Ekstraksi vakum adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan
ekstraksi tekanan negatif melalui suatu cup pada kepala janin sehingga terbentuk caput
buatan. Alat ini dinamakan ekstraktor vakum atau ventouse. Indikasi dilakukannya
ekstraksi vakum ada tiga, yaitu indikasi ibu, indikasi janin dan indikasi waktu. 1
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dena Towner seorang profesor obstetrik
dan ginekologi di UC Davis School of Medicine and Medical Center California sepanjang
tahun 1992-1994, didapatkan sebanyak 59,354 bayi yang lahir dengan ekstraksi vakum dari
584,340 persalinan bayi dengan berat badan lahir normal. Menurut penelitian tersebut,
perdarahan intrakranial pada bayi terjadi pada 1 dari 860 persalinan dengan ekstraksi vakum
dan 1 dari 664 persalinan dengan ekstraksi forcep. Sementara kemungkinan perdarahan
intrakranial oleh karena ekstraksi vakum 2 kali lipat dari yang ditemukan terjadi pada
persalinan spontan.
Definisi
Proses persalinan dibagi atas empat kala. Kala I atau kala pembukaan adalah waktu
dimulainya his persalinan yang pertama sampai pembukaan serviks menjadi lengkap (10
cm). Kala II disebut juga kala pengeluaran, yaitu waktu dari sejak pembukaan serviks
lengkap sampai bayi dilahirkan. Kala III atau kala uri adalah waktu segera setelah bayi lahir
sampai plasenta lahir. Kala IV atau kala pengawasan dimulai dari lahirnya plasenta sampai
1-2 jam kemudian, untuk mengamati apakah terjadi perdarahan post partum (HPP) atau
tidak. 2,3,4
Pada primipara, kala I berlangsung kira-kira 13 jam, sedangkan pada multipara kira-
kira 7 jam. Kala I sendiri terdiri atas dua fase, yaitu fase laten dimana serviks membuka
sangat lambat sampai diameter 3 cm, berlangsung selama 8 jam dan fase aktif dimana
serviks membuka mulai dari 4 cm sampai 10 cm, berlangsung kira-kira 6 jam. Kala II pada
primipara berlangsung kira-kira 2 jam dan pada multipara kira-kira 1 jam. Kala III
berlangsung 2-6 menit, maksimal 15 menit. Kala IV berlangsung 1-2 jam. 2,3,4
1
A. Kala II
Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2-3 menit sekali.
Pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm). Pada saat ini kepala bayi sudah masuk ruang
panggul, sehingga timbul tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang menimbulkan refleks
rasa mengedan. Wanita merasa pula tekanan pada rektum yang menyebabkan ingin buang
air besar. Kemudian perineum mulai menonjol dan menjadi lebar dengan anus membuka.
Labia membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada waktu his.
Dengan his dan kekuatan mengedan maksimal kepala janin dilahirkan dengan suboksiput
dibawah simfisis dan dahi, muka dan dagu melewati perineum. Setelah istirahat sebentar,
his mulai lagi untuk mengeluarkan badan dan anggota bayi. 2,3,4,5
KALA II LAMA
Definisi
Kala II lama adalah bila pada primipara kala II terjadi lebih dari 2 jam, sedangkan
pada multipara terjadi lebih dari 1 jam.3 Hal ini menyebabkan partus lama, yaitu persalinan
yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primipara dan lebih dari 18 jam pada multipara. 2
Etiologi
1. Kelainan tenaga (His).
2. Kelainan letak dan bentuk janin.
3. Kelainan panggul.
4. Kelainan tali pusat (tali pusat pendek).
5. Janin besar atau ada kelaianan kongenital.
6. Primitua.
7. Perut gantung, grande multipara.
8. Ketuban pecah dini (KPD).
9. Kelainan traktus genitalis.
10. Pimpinan partus yang salah.
11. Ibu tidak kooperatif. 2,3,5,6
Penanganan
1. Perawatan pendahuluan:
Penisilin prokain 1 juta IU intramuscular.
Sreptomisin 1 gr IM.
Infus cairan:
2
Garam fisiologis.
Larutan glucose 5-10% pada janin, pertama 1 liter/ jam.
Istirahat 1 jam untuk observasi, kecuali bila keadaan mengharuskan untuk
segera bertindak.
2. Pertolongan
Dapat dilakukan:
Partus spontan.
Ekstraksi vakum.
Ekstraksi forceps.
Manual Aid pada letak sungang.
Embriotomi bila janin meninggal.
Seksio Sesarea, dll 2
B. EKSTRAKSI VAKUM
Definisi
Eksraksi vakum adalah persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan ekstraksi
tekanan negatif pada kepalanya dengan menggunakan ekstraktor vakum (ventose) dan
malmstrom.1 Tekanan yang digunakan adalah -0,2 mmHg selama 2 menit, kemudian
dinaikan menjadi -0,4 mmHg selama 2 menit, lalu dinaikan sampai -0,6 mmHg selama 5
menit.
Bagian ekstraktor vakum terdiri atas:
1. Mangkuk (cup).
2. Rantai penghubung.
3. Pipa penghubung .
4. Botol.
5. Pompa penghisap.
6. Pemegang. 1,5
Indikasi
1. Waktu : pemanjangan kala II
2. Janin :
Gawat janin
Tali pusat menumbung
Solutio plasenta
3
3. Ibu : bila usaha untuk mengejan perlu dikurangi seperti pada keadaan:
Penyakit jantung
Hipertensi pada kehamilan
Gangguan pernapasan
Maternal exhaustion 1
Kontra Indikasi
1. Absolut
Letak muka
Letak sungsang
Letak lintang
CPD
2. Relatif
Letak dahi
Asinklitismus berat
Prematuritas
Makrosomia
Ibu tidak kooperatif 1
Syarat
1. Ketuban sudah pecah
2. Pembukaan serviks lengkap
3. Kepala janin sudah engaged
4. Berat janin > 2500 gr
5. Ibu dapat mengejan
6. Cup dipasang pada ubun-ubun kecil
7. Pemasangan cup tidak boleh lebih dari 2 kali
8. Cup dipasang tidak boleh lebih dari 20 menit
9. Kepala dapat dilahirkan dengan tarikan tidak lebih dari 3 kali 1
Teknik Pelaksanaan
1. Ibu dalam posisi litotomi dan dilakukan desinfeksi daerah genitalia, sekitar vulva
ditutup dengan kain steril.
2. Setelah semua peralatan eksraktor vakum terpasang, dilakukan pemasangan
mangkuk dengan tonjolan penunjuk dipasang diatas titik petunjuk kepala janin. Pada
umunya dipakai mangkuk dengan diameter terbesar yang dapat dipasang.
4
3. Dilakukan penghisapan dengan tekanan negatif mulai dari -0,2 mmHg selama 2
menit, kemudian dinaikan -0,4mmHg selama 2 menit, lalu dinaikan sampai -0,6
mmHg selama 5 menit. Maksud pembuatan tekanan negatif yang bertahap ini adalah
supaya caput suksedeneum buatan dapat terbentuk dengan baik.
4. Dilakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan apakah ada bagian jalan lahir atau
kulit ketuban yang terjepit diantara mangkuk dan kepala janin.
5. Bila perlu dapat dilakukan anestesi lokal, baik dengan cara infiltrasi maupun blok
pudendal untuk kemudian diadakan episiotomi.
6. Bersamaan dengan timbulnya his, ibu dipimpin mengejan dan ekstraksi dilakukan
dengan cara menarik pemegang sesuai dengan sumbu panggul. Ibu jari dan jari
telunjuk serta jari tangan kiri operator tersebut, memutar ubun-ubun kecil
menyesuaikan dengan putaran paksi dalam. Bila ubun-ubun kecil sudah berada
dibawah simfisis arah tarikan berangsur-angsur dinaikan (keatas) sehingga kepala
lahir.
7. Setelah kepala lahir, tekanan negatif dihilangkan dengan cara membuka pentil udara
dan kemudian mangkuk dilepas.
8. Janin dilahirkan seperti pada persalinan normal dan plasenta dilahirkan secara aktif.1
Ekstraksi Vakum Gagal bila:
1. Mangkuk terlepas tiga kali atau lebih karena:
Caput suksedaneum buatan tidak terbentuk sempurna.
Ekstraksi terlalu kuat atau salah arah.
Adanya jaringan yang terjapit diantara mangkuk dan kepala janin.
Kerjasama antara dua tangan operator tidak baik.
Sebab-sebab obstetrik, misalnya: disporporsi kepala panggul yang tidak
diketahui sebelumnya, lilitan tali pusat yang erat, dan adanya cincin konstriksi
lokal.
2. Dalam waktu 15 menit dilakukan ekstraksi janin belum lahir. 1,5
Komplikasi
1. Ibu :
Perdarahan pasca persalinan.
Laserasi jalan lahir.
Infeksi
5
2. Janin :
Laserasi kulit kepala janin.
Sefalohematom sampai hematom subdural.
Nekrosis kulit kepala yang dapat menyebabkan alopesia.
Fraktur tulang tengkorak.
Cedera pada muka janin.
Paresis nervus fasialis. 1,5
Keuntungan (dibanding ekstraksi forceps):
1. Tidak memerlukan narkose.
2. Pemasangan lebih mudah.
3. Lesi jalan lahir ibu tidak banyak terjadi. 1
Kerugian (dibanding ekstraksi forceps):
1. Kelainan janin tidak segera terlihat.
2. Tidak dapat digunakan untuk melindungi kepala janin preterm.
3. Memerlukan waktu lebih lama untuk mengakhiri persalinan hingga pada umumnya
tidak dilakukan untuk menolong gawat janin.
4. Memerlukan kerjasama dengan ibu yang bersalin. 1
C. KETUBAN PECAH DINI
Definisi
Disebut ketuban pecah dini bila ketuban pecah sebelum proses persalinan. 5
Kriteria Diagnosis:
Umur kehamilan lebih dari 20 minggu
Keluar cairan ketuban dari vagina
Pemeriksaan inspekulo: terlihat cairan keluar dari OUE
Kertas nitrazin merah akan jadi biru
Mikroskopis : gambaran daun pakis haji 5,7
Diagnosa Banding:
Fistula vesiko vaginal dengan kehamilan
Stress inkontinensia 7
Pemeriksaan Penunjang:
USG
Menilai jumlah cairan ketuban, menentukan umur kehamilan, letak janin, letak
plasenta dan berat janin 5
6
Pengelolaan:
a.Konservatif
Rawat di Rs
Berikan antibiotika (ampisilin 4 X 500 mg atau eritromisin bila tidak ada
ampisilin) dan metronidazol 2 X 500 mg selama 7 hari
Jika umur kehamilan < 32 – 34 minggu, dirawat selama ketuban masih keluar
atau sampai air ketuban tidak keluar lagi
Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa
negative: beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan kesejahteraan
janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu.
Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan
tokolitik (salbutamol), deksametason dan induksi sesudah 24 jam.
Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu, ada tanda infeksi, beri antibiotika dan
lakukan induksi
Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, lekosit, tanda-tanda infeksi intrauterine)
Pada usia kehamilan 32 – 34 minggu berikan steroid, untuk memacu
kematangan paru janin, dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin dan
spengomielin tiap minggu
Dosis betametason 12 mg sehari, dosis tunggal selama 2 hari, dexametason IM
5 mg setiap 6 jam selama 4 kali. 5,8
b. Aktif
Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio sesarea.
Dapat pula diberikan misoprostol 50 ug intravaginal tiap 6 jam, maksimal 4
kali.
Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi dan persalinan
diakhiri:
Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi.
Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea.
Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam. 5,8
Komplikasi:
Pada Janin : IUFD, asfiksia, prematuritas.
Pada Ibu : partus lama dan infeksi, atonia uteri, perdarahan post partum,
atau infeksi nifas. 8
7
L A P O R A N K A S U S
IDENTITAS
Nama : Ny. GL
Umur : 30 tahun
Alamat : Teling Atas
Tempat Lahir : Manado
Bangsa : Indonesia
Agama : Kr. Protestan
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Pegawai Departemen Agama (PNS)
Nama Suami : Tn. AT
Umur Suami : 32 tahun
Alamat Suami : Teling Atas
Pendidikan Suami : SPG
Pekerjaan Suami : Guru
ANAMESIS UTAMA
Penderita MRS tanggal 26 April 2003 jam 2000 Wita.
Keluhan Utama : Keluar cairan lewat jalan lahir.
Riwayat penyakit sekarang :
Keluar cairan dari jalan lahir dialami penderita sejak pukul 1600 Wita.
Pelepasan lendir campur darah (-).
Nyeri perut bagian bawah belum dirasakan.
Pergerakan janin masih dirasakan saat MRS.
Riwayat penyakit dahulu:
Penyakit Jantung
Penyakit Hipertensi
Penyakit Paru-paru disangkal penderita
Penyakit Hati
Penyakit Ginjal
Penyakit Kencing Manis
Riwayat gemelli (-)
BAB dan BAK biasa
8
ANAMESIS KEBIDANAN
1. Riwayat kehamilan sekarang:
Muntah (-)
Bengkak (-)
Penglihatan terganggu (-)
Sakit Kepala (-)
Kencing terlalu sering (-)
Defekasi tidak teratur (-)
Perdarahan (-)
Keluar darah (-)
Kejang (-)
Waktu hamil tidak merokok dan minum alkohol
2. Pemeriksaan Ante Natal (PAN):
Pemeriksaan Ante Natal dilakukan secara teratur
PAN pertama umur kehamilan 10 minggu
PAN terakhir tanggal 27 April 2003
Jumlah PAN selama kehamilan 9 kali
Di Puskesmas Teling 7 kali
Pada dokter ahli kebidanan dan kandungan 2 kali
Haid (menarche) 12 tahun, siklus haid teratur, lamanya haid 6
hari
Hari pertama haid terakhir (HPHT) 23 Juli 2003
Taksiran tanggal partus 30 April 20003
3. Riwayat Keluarga:
Perkawinan satu kali, dengan suami sekarang 1 tahun, jumlah anak yang
diinginkan lagi dua orang, sekarang belum punya anak.
4. Keluarga Berencana:
Tidak pernah ikut KB, setelah melahirkan akan ikut KB dengan cara
menggunakan KB suntik.
5. Riwayat kehamilan terdahulu:
Tahun 2003 saat ini sedang mengandung anak pertama.
9
PEMERIKSAAN KEBIDANAN I
Tanggal 28 April 2003, jam 2000 Wita.
Status Praesens:
KU : cukup
Kesadaran : CM
Tekana darah : 110/ 70 mmHg
Nadi : 88 X / menit
Respirasi : 24 X / menit
Suhu badan : 36,80 C
BB :68 kg
TB : 154 CM
Mata : conj. anemis -/ - , sclera ikterik -/ -
Jantung : SI - II normal, bising (-)
Paru-paru : rh -/ - , wh -/ -
Anggota gerak : edema (-), varices (-)
Pemeriksaan Obstetrik:
Pemeriksaan Luar:
TFU : 29 CM
Letak janin : letak kepala U puka
BJA : (+), 12 – 12 – 12
His : (-)
Taksiran berat badan anak (TBBA): 2600 gr, Johnson Tousach (JT):
2635 gr, SML: 2843 gr.
Inspekulo : tampak cairan putih keruh keluar dari OUE, OUE
tertutup, tes lakmus (+).
Pemeriksaan Dalam:
Portio tebal, lunak, arah axial, pembukaan (-), pp kepala, BS 4
Pemeriksaan Laboratorium:
Darah :
HB : 11,2 gr%
Lekosit : 12.000/ mm3
Trombosit : 255.000/ mm3
10
PEMERIKSAAN KEBIDANAN II
Kesimpulan Sementara:
G1P0A0, 30 tahun, hamil 39-40 minggu dengan KPD 4 jam.
Janin intra uterin, tunggal, hidup, letak kepala U puka.
Sikap:
Observasi TNR, His, BJA
6 jam belum inpartu antibiotika
12 jam belum inpartu pitocin
drips
Observasi
Tanggal : 28 – 04 – 2003
Jam : 2000 Wita.
Kes : CM, T 110/ 70 mmHg , N 88X/ menit, R 22 X/ menit.
His : (-)
BJA : (+), 12 – 12 – 13
PD : Portio tebal, lunak, arah axial, pembukaan (-), pp kepala.
Dx : G1P0A0, 30 tahun, hamil 39-40 minggu dengan KPD 4 jam.
Janin intra uterin, tunggal, hidup, letak kepala, U puka.
Sx : Observasi TNR, His, BJA
6 jam belum inpartu antibiotika
12 jam belum inpartu pitocin drips
Jam : 2000 – 2200 Wita., His: (-), BJA: 12 – 13 – 12
Jam : 2200 Wita.
Kes : CM, T 110/ 70 mmHg , N 84 X/ menit, R 24 X/ menit.
His : (-)
BJA : (+), 12 – 13 – 12
Sx : Ampisilin 1 gr IM (skin tes dulu)
Jam : 2200 – 2400 Wita., His (-), BJA 12 – 12 – 12
Tanggal : 29 – 04 – 2003
Jam : 0000 – 0400 Wita., His (-), BJA 12 – 12 – 13
Jam : 0400 Wita.
Kes : CM, T 110/ 70 mmHg , N 84 X/ menit, R 24 X/ menit.
His : (-)
11
BJA : (+), 12 – 11 – 12
PD : Portio tebal, lunak, arah axial, pembukaan (-), pp kepala.
Dx : G1P0A0, 30 tahun, hamil 39-40 minggu dengan KPD 4 jam.
Janin intra uterin, tunggal, hidup, letak kepala,H1
Sx : Observasi TNR, His, BJA (monitoring CTG)
Pitocin drips
Rencana partus pervaginam
Jam : 0415 Wita. Pitocin drips dimulai, 5 IU piton dalam 500 cc
dekstrose 5%.
Jam : 0415- 0530 Wita. His (-), BJA 140-145 bpm.
Jam : 0530- 0600 Wita. His 8’-9’ 10”-15” , BJA 142-147 bpm.
Jam : 0600- 0630 Wita. His 7’-8’ 15”-20” , BJA 144-150 bpm.
Jam : 0630- 0700 Wita. His 6’-7’ 20”-25” , BJA 145-150 bpm.
Jam : 0700 Wita.
Kes : CM
PD : Eff. 90%, pembukaan 2-3cm,ketuban (+),pp kepala H1,sutura sagitalis s.d.e
Dx : Inpartu kala I dengan riwayat KPD
Sx : Piton drips lanjut
Jam : 0700-0815 Wita. , His 6’-7’ 20”-25” , BJA 145-150 bpm.
Jam : 08.15 wita. , pitosin botol pertama hampir habis.
His : 6’-7’ 20”-25” , BJA 12 – 12 – 12 , 148-152 bpm.
PD : Eff. 90%, pembukaan 3-4 cm, ketuban (-), pp kepala H11- 111, UUK kiri
melintang.
Dx : Inpartu kala I
Sx : Lanjut piton drips botol II
Observasi
Jam : 0830 Wita. mulai piton ke II (10 IU dalam 500 ml dextrose 5%), mulai
30 gtt/mnt
Jam : 0845-0930 Wita. , His 6’-7’ 23”-30” , BJA 142-148 bpm.
Jam : 0930-1100 Wita. , His 5’-6’ 25”-30” , BJA 142-152 bpm.
Jam : 1100-1300 Wita. , His 4’-5’ 35”-40” , BJA 140-150 bpm.
Jam : 1315 Wita.
Kes : CM, T 120/ 80 mmHg , N 88 X/ menit, R 24 X/ menit.
12
His : 4’-5’ 40”-45” ,BJA 142-148 bpm.
PD : Eff. 90%, pembukaan 7-8 cm, ketuban (-), pp kepala H11-111, UUK di depan
Dx : Inpartu kala I
Sx : Observasi.
Jam : 1330-1400 Wita., His 3’-4’ 40”-45” , BJA 148-150 bpm.
Jam : 1400 Wita., His 2’-3’ 45”-50” , BJA 140-148 bpm, botol ke-2 habis.
Jam : 1430 Wita.
Kes : CM, T 120/ 80 mmHg , N 88 X/ menit, R 24 X/ menit.
His : 2’-3’ 50”-55” ,BJA 132-154 bpm.
PD : Pembukaan lengkap, ketuban (-), pp kepala H111+, UUK di depan.
Dx : Inpartu kala I
Sx : Pimpim mengejan.
Jam : 1430-1600 wita. , His 2’-3’ 50”-55” ,BJA 130-148 bpm.
Jam : 1630 Wita., bayi belum lahir.
His : 2’-3’ 50”-55” ,BJA 132-154 bpm.
PD : Pembukaan lengkap, ketuban (-), pp kepala H111+, UUK di depan.
Dx : Inpartu kala II, 2 jam.
Sx : Ekstraksi Vakum.
Informed Consent.
Jam : 1645 Wita.,Ekstraksi vakum dimulai.
Jam : 1700 Wita., Lahir bayi laki-laki, BBL 3120 gr, PB 50 cm, AS 7-9 dengan
Ekstraksi Vakum.
Jam : 1710 Wita., Lahir plasenta lengkap dengan selaputnya, BPL 500 gr.
Keadaan ibu 2 jam post partum :
T 120/ 80 mmHg , N 88 X/ menit, R 24 X/ menit.
Perdarahan : - Kala III : 250 cc
- Kala IV : 100 cc
Total : 350 cc
Penderita ditidurkan dalam posisi litotomi, vulva dan sekitarnya diantisepsis dengan
mercurohcrom, bokong ibu dialas dengan doek steril. Diambil cup nomor 5.
Cup dipasang miring kedalam vagina kemudian setelah mengenai kepala bayi, cup
dipasang tepat pada UUK. Serelah cup terpasang, tekanan didalam cup diturunkan secara
bertahap mulai dari -0,2 mmHg selama 2 menit, 0,4 mmHg selama 2 menit dan 0,6 mmHg
13
selama 5 menit sampai terjadi caput sucadaneum. Sementara itu dilakukan pemeriksaan
apakah ada jaringan vagina yang terjepit diantara kepala anak dan cup. Ternyata tidak ada
jaringan terjepit. Dilakukan episiotomi mediolateral.
Dilakukan traksi supaya kepala turun (sampai setinggi HIV). Setelah batas rambut
kepala berada dibawah simfisis, arah tarikan ke perut ibu. Sementara itu perineum
disokong, sehingga lahirlah berturut-turut dahi, mata, hidung, mulut dan dagu. Setelah
kepala bayi lahir, tekanan pada cup dinaikan secara perlahan-lahan sehingga cup terlepas.
Dengan tarikan dari kepala, bayi dapat dilahirkan.
Jam 1700 lahir bayi laki-laki dengan ekstraksi vakum BBL 3120 gr, PBL 50 cm, AS
7-9. Sementara jalan napas dibersihkan dengan penghisap lendir, tali pusat dijepit dengan
cunam kocher ± 1 cm dari umbilikus, kemudian tali pusat diurut kearah ibu dan dijepit
dengan cunam kocher II ± 3 cm dari cunam kocher I, sementara tangan kiri penolong
melindungi bayi, tali pusat digunting diantara kedua cunam kocher tersebut. Bayi
diserahkan kepada bidan untuk perawatan selanjutnya.
Dibawah bokong ibu diletakan stickpan, vulva dan sekitarnya diantisepsis dengan
kapas Lysol kemudian dilakukan pengosongan kandung kencing dengan kateter kemudian
penderita diistirahatkan sementara menunggu lepasnya plasenta.
Setelah 5 menit, dilakukan tes pelepasan plasenta dengan cara kustner untuk
mengetahui apakah plasenta sudah terlepas dari cavum uteri.
Jam 1710 lahirlah plasenta lengkap dengan selaputnya. Selanjutnya dilakukan
pemeriksaan jalan lahir, tampak luka episiotomi, dilakukan hecting, bagian dalam
menggunakan benang chrom bagian luar menggunakan benang seide.
Stickpan diganti dengan kain untuk menampung perdarahan kala IV, ibu dibersihkan
dan diistirahatkan. Dalam 2 jam post partum :
T 120/ 80 mmHg , N 88 X/ menit, R 24 X/ menit. Kontraksi uterus baik.
Perdarahan : - Kala III : 250 cc
- Kala IV : 100 cc
Total : 350 cc
FOLLOW UP PENDERITA
Tanggal : 30 April 2003
Keluhan (-), Kesadaran : CM, KU : cukup
T 110/ 70 mmHg , N 84 X/ menit, R 20 X/ menit.
Conj. anemis -/ -
14
c/ p dalam batas normal, Laktasi (-).
TFU 1 jbpst, kontraksi uterus baik.
Dx: P1A0, 30 tahun post EV, hari I, atas indikasi kala II 2 jam.
P Lahir bayi laki-laki BBL 3120 gr, PBL 50 cm, AS 7-9
Sx: Ciprofloxasin 3 x 1
Prenamia 1 x 1
Metronidazol 3 x 1
Tanggal : 1 Mei 2003
Keluhan (-), Kesadaran : CM, KU : cukup
T 110/ 70 mmHg , N 84 X/ menit, R 24 X/ menit T 36,70C
Conj. anemis -/ - sclera ikterik -/ -
Abdomen lemas, peristaltik (+) N
Mamae: laktasi +/+ , tanda infeksi -/-
TFU 2 jbpst, kontraksi uterus baik.
Lochea : rubra
Perineum : hecting baik
Dx: P1A0, 30 tahun post EV, hari II, atas indikasi kala II 2 jam.
Lahir bayi laki-laki BBL 3120 gr, PBL 50 cm, AS 7-9
Sx: Lanjut terapi
Rawat perineum
RKB suntik
Tanggal : 2 Mei 2003
Keluhan (-), Kesadaran : CM, KU : cukup
T 110/ 70 mmHg , N 88 X/ menit, R 24 X/ menit T 36,70C
Conj. anemis -/ - , c/ p dalam batas normal, Abd lemas
Mamae: laktasi +/+ , tanda infeksi -/-
TFU 2 jbpst, kontraksi uterus baik.
Lochea : sanguilenta
Perineum : luka hecting baik
BAB/ BAK biasa
Dx: P1A0, 30 tahun post EV, hari III, atas indikasi kala II 2 jam.
Lahir bayi laki-laki BBL 3120 gr, PBL 50 cm, AS 7-9
Sx: RKB suntik
Rawat jalan
15
Boleh pulang
Lanjut terapi
D I S K U S I
Pada kasus ini akan dibicarakan tentang:
Etiologi
Diagnosis
Penanganan
Komplikasi
Prognosis
A. Etiologi
Pada kasus ini tidak ada kelainan tenaga (his), tidak ada kelainan dan bentuk janin, juga
tidak ada kelainan panggul (panggul cukup luas). Penyebab kala II-2 jam pada kasus ini
adalah ibu tidak kooperatif, dapat juga disebabkan partus kering (dry labor) karena pada
pasien ini ada riwayat KPD sejak 4 jam sebelum masuk rumah sakit.
B. Diagnosis
Saat masuk rumah sakit penderita didiagnosis dengan G1P0A0, 30 tahun, hamil 39-40
minggu dengan KPD 4 jam. Janin intra uterin, tunggal, hidup, letak kepala U puka.
Penderita didiagnosis seperti ini karena saat MRS tanggal 28 April 2003 jam 20 00 Wita
dengan keluhan keluarnya air dari jalan lahir yang dialami sejak jam 1600 Wita. Nyeri
perut bagian bawah belum dirasakan penderita, bloody show belum ada, pergerakan
janin masih dirasakan saat MRS. Berdasarkan anamnesis tersebut penderita belum
dalam keadaan inpartu. Status praesens dalam batas normal, status obstertrik belum
menunjukan kelainan.
Sikap yang diambil dalam keadaan ini yaitu observasi TNR, His dan BJA. Bila
dalam 6 jam belum inpartu diberikan antibiotika untuk profilaktik terhadap infeksi, dan
bila 12 jam belum inpartu diberikan pitosin drips untuk membantu majunya persalinan.
Dalam kasus ini setelah diberikan pitosin drips dan saat kala II ibu dipimpin
mengejan dan bayi belum lahir juga sehingga diagnosis berubah menjadi G1P0A0, 30
tahun, hamil aterm, kala II 2 jam. Janin intra uterin, tunggal, hidup, letak belakang
kepala.
16
C. Penanganan
Penanganan pada kasus ini yaitu observasi vital sign, antibiotika, pitosin drips dan
terminasi kehamilan dengan ekstraksi vakum. Pada kasus ini syarat-syarat ekstraksi
vakum sudah terpenuhi karena ketuban sudah pecah, pembukaan sudah lengkap, bayi
kecil, kontraksi (tenaga mengejan) ibu ada.
Pemilihan terminasi kehamilan dengan cara ekstraksi vakum pada kasus ini sudah sesuai
dengan indikasi dan syarat ekstraksi vakum.
Adapun indikasi ekstraksi vakum antaara lain:
Indikasi ibu : untuk memperpendek kala II, misalnya pada penyakit jantung,
gangguan pernapasan, hipertensi dan kelelahan ibu.
Indikasi janin : adanya gawat janin.
Indikasi waktu : kala II memanjang. 1,2
Kontra indikasi ekstraksi vakum :
Faktor ibu:
Adanya rupture uteri membakat
Adanya penyakit ibu yang secara mutlak ibu tudak boleh mengejan,
misalnya pada payah jantung, PEB dan ibu tidak kooperatif.
Faktor janin :
Letak muka
Letak sungsang
Letak lintang
Janin preterm 1,2
Pada kasus ini tidak ditemukan kontra indikasi untuk dilakukannya ekstraksi vakum.
Pada penanganan kasus ini juga diberikan antibiotika sebagai profilaktik terhadap
infeksi.
D. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu dengan ekstraksi vakum yaitu perdarahan pasca
persalinan, laserasi jalan lahir, infeksi. 1,5 Pada kasus ini tidak terjadi perlukaan jalan
lahir dan perdarahan, pada luka episiotomi tidak ditemukan tanda-tanda infeksi.
Komplikasi yang dapat terjadi pada bayi yaitu laserasi kulit kepala janin,
sefalohematom, nekrosis kulit kepala, fraktur tulang tengkorak, cedera muka janin,
17
paresis nervus fasialis. 1,5 Pada kasus ini tidak ditemukan komplikasi pada bayi seperti
yang tersebut diatas.
E. Prognosis
Pada kasus ini mulai hari I post partum sampai hari IV keadaan ibu dan bayi masih
baik, sehingga prognosis pada kasus ini dapat dikatakan baik.
Prognosis pada partus lama dan persalinan dengan ekstraksi vakum kurang baik
karena adanya komplikasi-komplpikasi yang mungkin terjadi. Penanganan yang tepat
dan cepat dapat menghindari komplikasi.
K E S I M P U L A N
Pada kasus ini penderita MRS dengan KPD, G1P0A0, 30 tahun, hamil 39-40
minggu. Janin intra uterin, tunggal, hidup, letak belakang kepala. Setelah pimpinan
persalinan 2 jam, janin belum lahir, kemudian kehamilan diakhiri dengan ekstraksi
vakum.
Keadaan ini memiliki prognosis yang jelas tidak baik terhadap ibu maupun
terhadap janin. Dengan tindakan ekstraksi vakum dapat terjadi HPP dan janin dapat
terjun kedalam gawat janin jika terminasi kehamilan lama, selain itu resiko trauma pada
janin.
Prognosa pada kasus kala II 2 jam dengan ekstraksi vakum adalah buruk, tapi
dengan penanganan yang tepat dan cepat dapat menghindari komplikasi-komplikasi
yang tidak diharapkan.
S A R A N
Setiap ibu hamil diwajibkan untuk mengikuti PAN dan konseling secara teratur,
sehingga dapat dijelaskan mengenai proses persalinan nantinya dapat mempersiapkan
mental ibu dengan baik
Ekstraksi vakum adalah persalinan bantuan yang tepat untuk kasus ini karena
syarat terpenuhi dan sesuai indikasi waktu. 1
Penderita diusulkan untuk menggunakan KB suntik karena masih menginginkan
anak lagi, reversibilitas KB suntik cukup baik, dan kegagalan akibat kelalaian akseptor
tidak ada.
18
D A F T A R P U S T A K A
1. Sutoto dan Herman K. Ekstraksi Vakum. Dalam: Ilmu Fantom Bedah Obstetri
edisi 1999, Semarang, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 1999: 41-45.
2. Mochtar Rustam. Partus Lama. Dalam: Sinopsis Obstetri edisi 2. Jakarta, EGC
Penerbit Buku Kedokteran, 1998:384-386.
3. Prawirohardjo S. Fisiologi dan Mekanisme Persalinan Normal. Dalam: Ilmu
Kebidanan edisi 3.Jakarta, Yayasan Bina Pustaka, 1999:180-185, 587-652.
4. Sastrawinata S. Persalinan. Dalam: Obstetri Fisiologi edisi 1983, Bandung,
ELEMAN, 1983: 258-268.
5. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Ketuban Pecah Dini dan
Ekstraksi Vakum. Dalam: Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal, Jakarta, YBP-SP, 2002: M-112 – M-115, P-20 – P-23.
6. Sastrawinata S. Obstetri Patologi edisi 1981, Bandung, Elstar offset, 1981.
7. Wijayanegara H, dkk. Ketuban Pecah Sebelum Waktunya. Dalam: Pedoman
Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi RSUP dr. Hasan Sadikin,
Bandung, Bagian Obsgin FK Universitas Padjajaran, 1998: 109-110.
8. Prof. dr. A. B. Saifuddin, SpOG, MPH, dkk. Ketuban Pecah Dini. Dalam: Buku
Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta, YBP
Sarwono Prawirohardjo, 2002.
9. Jaringan Nasional Pelayanan Klinik Kesehatan Reproduksi. Pelatihan Asuhan
Persalinan Normal. 2001
19
top related