ekonomi kependudukan
Post on 04-Jul-2015
212 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Manusia dalam proses perkembangannya membutuhkan pasangan hidup yang
dapat memberikan keturunan untuk meneruskan jenisnya. Perkawinan sebagai jalan
yang bisa ditempuh oleh manusia untuk membentuk suatu keluarga atau rumah
tangga bahagia yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal ini dimaksudkan
bahwa perkawinan itu dilaksanakan sekali seumur hidup dan tidak berakhir begitu
saja.
Perkawinan bagi manusia merupakan hal yang penting, karena dengan
perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara psikologis,
sosial, maupun sosial biologis. Seseorang yang melangsungkan perkawinan, maka
dengan sendirinya semua kebutuhan biologisnya bisa terpenuhi.
Kematangan emosi merupakan aspek yang sangat penting untuk menjaga
kelangsungan perkawinan. Keberhasilan suatu rumah tangga banyak ditentukan oleh
kematangan emosi baik suami maupun istri. Dengan dilangsungkannya suatu
perkawinan, maka status sosialnya diakui dalam kehidupan bermasyarakat dan sah
secara hukum.
Banyak dikalangan masyarakat yang melakukan pernikahan dini,terutama
didaerah-daerah khususnya daerah Sumatera barat.Status perkawinannya diusia dini
semakin meningkat dari tahun-ketahun.Masalah ini akan kita bahas dalam makalah
ini.
1.2.Rumusan Masalah
1. Faktor-faktor apakah yang mendorong terjadinya perkawinan usia dini?
2. Apa dampak yang dialami mereka yang melangsungkan perkawinan pada usia
muda?
1.3.Tujuan
Berdasarkan permasalahan diatas maka maksud dan tujuan makalah ini adalah
1. Untuk mendeskripsikan faktor-faktor yang mendorong terjadinya perkawinan
usia dini.
2. Untuk mendeskripsikan dampak yang timbul dari mereka yang
melangsungkan perkawinan usia dini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Perkawinan
Perkawinan adalah pertalian yang sah antara seorang lelaki dan seorang
perempuan untuk waktu yang lama. Undang-undang memandang perkawinan hanya
dari hubungan keperdataan, demikian menurut pasal 26 KUHPerdata
Menurut UU No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan pasal 1 bahwa
perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia
dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Sedangkan menurut agama Islam, Perkawinan adalah salah satu bentuk ibadah
yang kesuciannya perlu dijaga oleh kedua belah pihak baik suami maupun istri.
Perkawinan bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia sejahtera dan kekal
selamanya. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental
karena menikah / kawin adalah sesuatu yang sakral dan dapat menentukan jalan hidup
seseorang.
UU No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan dan hukum islam memandang
bahwa perkawinan itu tudak hanya dilihat dari aspek formal semata-mata, tetapi juga
dilihat dari aspek agama dan sosial. Aspek agama menetapkan tentang keabsahan
perkawinan, sedangkan aspek formal adalah menyangkut aspek administratif, yaitu
pencatatan di KUA dan catatan sipil.
2.2.Tujuan Perkawinan
Tujuan perkawinan adalah untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Ini berarti bahwa perkawinan itu: (1)
berlangsung seumur hidup, (2) cerai diperlukan syarat-syaratyang ketat dan
merupakan jalan terakhir, dan (3) suami-istri membantu untuk mengembangkan diri.
Suatu keluarga dikatakan bahagia apabila terpenuhi dua kebutuhan pokok, yaitu
kebutuhan jasmaniah dan rohaniah. Yang termasuk kebutuhan jasmaniah, seperti
papan, sandang, pangan, kesehatan dan pendidikan, sedangkan esensi kebutuhan
rohaniah, contohnya adanya seorang anak yang berasal dari darah daging mereka
sendiri.
Syarat-syarat Perkawinan
Syarat-syarat yang perlu dipenuhi oleh seseorang sebelum melangsungkan
perkawinan itu ada enam, yaitu sebagai berikut :
a.Persetujuan kedua belah pihak tanpa paksaan
b.Dewasa
c.Kesamaan agama Islam
d.Tidak dalam hubungan nasab
e.Tidak ada hubungan rodhoah
f.Tidak semenda (mushoharoh)
PERNIKAHAN USIA DINI
2.3 Pernikahan Dini
Pernikahan Usia Dini adalah pernikahan yang dilakukan oleh salah satu pasangan
yang memiliki usia dibawah umur yang biasanya dibawah 17 tahun.Pernikahan dini
tidak hanya terjadi diperkotaan namun juga didesa-desa.contohnya didaerah-daerah
provinsi sumatera barat banyak juga melakukan hal yang demikian.
A. Perkawinan Usia Dini Dalam Perspektif Psikologi
Pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan oleh salah satu pasangan
yang memiliki usia dibawah umur yang biasanya dibawah 17 tahun.Pernikahan dini
tidak hanya terjadi diperkotaan namun juga didesa-desa.contohnya didaerah-daerah
provinsi sumatera barat banyak juga melakukan hal yang demikian.
Faktor terjadinya pernikan diusia dini:
1.Ekonomi
2.Orang tua
3.Media massa
4.Pendidikan
5.Perjodohan
6.MBA(Married by Accident)
M. Fauzil Adhim dalam bukunya “Indahnya Pernikahan Dini”, juga oleh
Clarke-Stewart & Koch lewat bukunya “Children Development Through”: bahwa
pernikahan di usia remaja dan masih di bangku sekolah bukan sebuah penghalang
untuk meraih prestasi yang lebih baik, bahwa usia bukan ukuran utama untuk
menentukan kesiapan mental dan kedewasaan seseorang bahwa menikah bisa menjadi
solusi alternatif untuk mengatasi kenakalan kaum remaja yang kian tak terkendali.
Berikut Data Badan Pusat Statistik tahun 2010 tentang Pernikahan Dini
Provinsi Sumatera Barat
Dari data tabel dan grafik diatas dapat dilihat perkembangan pernikahan dini
pada setiap daerah-daerah yang terdapat pada provinsi Sumatera Barat pada tahun
2010,pernikahan dini yang terbanyak terdapat pada kota Padang yaitu yang belum
kawin ±320.000 orang dan yang kawin sebanyak ±640.000 atau lebih dari 320.000
orang,sedangkan yang tidak ditanyakan lebih sedikit.
M. Fauzil Adhim dalam bukunya “Indahnya Pernikahan Dini”, juga oleh
Clarke-Stewart & Koch lewat bukunya “Children Development Through”: bahwa
pernikahan di usia remaja dan masih di bangku sekolah bukan sebuah penghalang
untuk meraih prestasi yang lebih baik, bahwa usia bukan ukuran utama untuk
menentukan kesiapan mental dan kedewasaan seseorang bahwa menikah bisa menjadi
solusi alternatif untuk mengatasi kenakalan kaum remaja yang kian tak terkendali.
Di kedua buku itu ada banyak bukti empiris bahwa menikah di usia dini tidak
menghambat studi, bahkan justru bisa menjadi motivasi untuk meraih puncak prestasi
yang lebih cemerlang (seperti tertera sederet nama orang sukses yang melakukan
pernikahan dini). Selain itu, menurut bukti-bukti psikologis, pernikahan dini juga
sangat baik untuk pertumbuhan emosi dan mental, sehingga kita akan lebih mungkin
mencapai kematangan yang puncak. Bahkan menurut Abraham M. Maslow, yang
menikah di usia 20 tahun, orang yang menikah di usia dini lebih mungkin mencapai
taraf aktualisasi diri lebih cepat dan lebih sempurna dibanding dengan mereka yang
selalu menunda pernikahan. Pernikahan yang sebenarnya, menurut Abraham M.
Maslow, dimulai dari saat menikah. Pernikahan akan mematangkan seseorang
sekaligus memenuhi separuh dari kebutuhan-kebutuhan psikologis manusia, yang
pada gilirannya akan menjadikan manusia, mampu mencapai puncak pertumbuhan
kepribadian yang mengesankan.
Hasil penelitian di salah satu kota di Yogya bahwa angka perceraian
meningkat signifikan karena pernikahan dini? Ternyata, setelah diteliti, pernikahan
dini yang rentan perceraian itu adalah pernikahan yang diakibatkan “kecelakaan”
(yang disengaja). Hal ini bisa dimaklumi, sebab pernikahan karena kecelakaan lebih
karena keterpaksaan, bukan kesadaran dan kesiapan serta orientasi nikah yang kuat.
Adapun urgensi pernikahan terhadap upaya menanggulangi kenakalan remaja
barangkali tidak bisa dibantah. Ngeri rasanya ketika kita mendengar hasil sebuah
penelitian bahwa 90% mahasiswi di salah satu kota besar di negara muslim ini sudah
tidak perawan lagi. Pergaulan bebas atau free sex sama sekali bukan nama yang asing
di telinga kaum remaja saat ini. Akhirnya, kata Fauzil Adhim, kita akan menyaksikan
kehancuran yang berlangsung pelan-pelan, tapi sangat mengerikan, para gadis (yang
sudah tidak gadis lagi) hamil di luar nikah. Na ‘udzubillah! Untuk menanggulangi
musibah kaum remaja ini hanya satu jawabnya: nikah.
1.Pernikahan Usia Dini Dalam Perspektif Agama
Jika menurut psikologis, usia terbaik untuk menikah adalah usia antara 19
sampai 25, maka bagaimana dengan agama? Rasulullah SAW. bersabda,
“Wahai para pemuda, barang siapa di antara kalian telah mencapai ba’ah, maka
kawinlah. Karena sesungguhnya kawin lebih bisa menjaga pada pandangan mata
dan lebih menjaga kemaluan. Bila tidak mampu melaksanakannya maka berpuasalah
karena puasa baginya adalah kendali (dari gairah seksual)” (HR. Imam yang lima).
2.Pernikahan Usia Dini Dipandang dari Berbagai Sisi
Menurut Undang-Undang perkawinan, seorang laki-laki boleh menikah kalau
sudah mencapai usia minimal 19 tahun, sementara pihak perempuan minimal 16
tahun. Namun pada masyarakat sumatera barat tidak demikian,banyak yang
melakukan pernikahan dibawah usia yang telah ditetapkan. Sementara pertimbangan
dari sisi medis, pernikahan usia dini bisa merugikan pihak perempuan. Kondisi rahim
perempuan usia dini masih belum cukup kuat untuk melahirkan anak. Sementara
menurut pakar sosiologi, pernikahan usia dini bisa lebih memicu konflik keluarga. Ini
disebabkan usia pasangan suami istri yang masih labil, belum matang secara pikiran,
dan penuh emosi.
Dalam praktiknya, banyak ditemui praktik pernikahan dini di pedesaan, dan
kondisi mereka baik-baik saja. Para sosiolog berpendapat, itu karena masalah kultur
yang tertanam kuat dalam masyarakat desa, dan belum tentu terjadi
pada masyarakat perkotaan yang punya kultur berbeda.
2.4.Dampak Pernikahan diusia dini
Dampak Negatif
1.Dari segi pendidikan
2.Dari segi kesehatan
3.Dari segi psikologis
1.Dari segi Pendidikan
Bahwa seseorang yang melakukan pernikahan terutama pada usia yang masih
muda,tentu akan membawa berbagai dampak,terutama dalam dunia
pendidikan.Contohnya jika seseorang yang melangsungkan pernikahan ketika baru
lulus SMP/SMA tentu keinginannya untuk melanjutkan kesekolah yang lebih tinggi
tidak akan tercapai/tidak akan terwujud.
2.Dari segi Kesehatan
Perempuan yang menikah di usia dini kurang dari 15 tahun memiliki banyak resiko
seperti kandungan,kematian keguguran/premature.
3.Dari segi Psikologis
Dari sisi social pernikahan dini dapat mengurangi harmonisasi keluarga disebabkan
oleh emosi yang masih labil,gejolak darah muda dan cara piker yang belum matang.
Dampak positif
1.Dukungan Emosional
Dengan dukungan emosional dapat melatih kecerdasan emosional dan spiritual
dalam diri setiap pasangan(ESQ).
2.Dukungan Keuangan
Dengan menikah diusia dini dapata meringankan beban ekonomi menjadi lebih
hemat.
3.Kebebasan yang lebih
Dengan berada jauh dari rumah maka menjadikan mereka bebas melakukan hal
yang sesuai keputusannya untuk menjalani hidup mereka secara financial dan
emosional.
4.Belajar memikul tanggung jawab
5.Terbebas dari perbuatan maksiat seperti zina
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Perkawinan usia dini menurut para ahli:
1. RT. Akhmad Jayadiningrat, sebab-sebab utama dari perkawinan usia muda
adalah:
a. Keinginan untuk segera mendapatkan tambahan anggota keluarga.
b. Tidak adanya pengertian mengenai akibat buruk perkawinan terlalu muda, baik
bagi mempelai itu sendiri maupun keturunannya.
c. Sifat kolot orang jawa yang tidak mau menyimpang dari ketentuan adat.
Kebanyakan orang desa mengatakan bahwa mereka itu mengawinkan anaknya begitu
muda hanya karena mengikuti adat kebiasaan saja.
Ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya perkawinan usia muda yaitu :
1) Ekonomi
Perkawinan usia muda terjadi karena keadaan keluarga yang hidup di garis
kemiskinan, untuk meringankan beban orang tuanya maka anak wanitanya
dikawinkan dengan orang yang dianggap mampu.
2) Pendidikan
Rendahnya tingkat pendidikan maupun pengetahuan orang tua, anak dan masyarakat,
menyebabkan adanya kecenderungan mengawinkan anaknya yang masih dibawah
umur.
3) Faktor orang tua
Orang tua khawatir kena aib karena anak perempuannya berpacaran dengan laki-laki
yang sangat lengket sehingga segera mengawinkan anaknya.
4) Media massa
Gencarnya ekspose seks di media massa menyebabkan remaja modern kian Permisif
terhadap seks.
5) Faktor adat
DAFTAR PUSTAKA
Syakur, Abdus. 2009. Undang-Undang Dasar 1945 Lengkap. Surabaya: Indah
Surabaya.
HS. Salim, 2001. Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW). Yogyakarta: Sinar
Grafika.
www.wonosari.com/t2616-pernikahan-di-usia-muda.htm
www.AnneAhira.com/pernikahan-usia-muda.htm
www.Bps.go.id
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT,Sang Maha Pencipta dan Pengatur Alam Semesta,berkat
RidhoNya,penulis akhirnya mampu menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Status
Perkawinan Daerah Sumatera Barat tahun 2010”.Dalam menyusun makalah ini,tidak sedikit
kesulitan dan hambatan yang penulis alami,namun berkat dukungan,dorongan dan
semangat dari orang terdekat,sehingga penulis mampu menyelesaikannya oleh karena itu
penulis pada kesempatan kali ini mengucapkan terimakasih kepada dosen ibuk Yulia
Anas,SE.M.Si selaku dosen matakuilah Ekonomi kependudukan yang telah memberikan
tugas ini kepada penulis.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai perkembangan status perkawinan dari tahun
ketahun,pernikahan dini dikalangan masyarakat,dan grafik mengenai data status
perkawinan didaerah Sumater Barat.Penulis juga menyadari bahwa sepenuhnya didalam
tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang penulis harapkan.Untuk
itu,penulis berharap adanya kritik,saran dan usulan demi perbaikan dimasa yang akan
datang mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya.Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
dimasa depan.
Padang,7 September 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………………………….
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang………………………………………………………………………………………………………...
1.2.Rumusan masalah…………………………………………………………………………………………………..
1.3.Tujuan……………………………………………………………………………………………………………………..
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1.Pengertian perkawinan……………………………………………………………………………………………
2.2.Tujuan perkawinan………………………………………………………………………………………………….
2.3.Pernikahan dini………………………………………………………………………………………………………..
2.4.Dampak pernikahan dini di usia dini…………………………………………………………………………
BAB 3 PENUTUP
3.1.Kesimpulan………………………………………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
MAKALAH
STATUS PERKAWINAN
PROVINSI SUMATERA BARAT
TAHUN 2010
Disusun Oleh:
AFNI MELISA
1310511051
JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ANDALAS
Tahun Ajaran 2014/2015
Data BPS tahun 2010 tentang Status Perkawinan usia dini Provinsi Sumatera
Barat
top related