cestoda blok 19
Post on 14-Dec-2014
86 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
CESTODA
TRI WULANDARI
CESTODA
Spesies penting :
Taeniidae (T. solium, T. saginata, E. granulosus)
Diphyllobothriidae (D. latum)
Dilepididae (D. caninum)
Hymenolepididae (H. nana ; H. diminuta)
PENDAHULUAN• MORFOLOGI
– Dewasa : Skolex; Proglottid (imatur, matur, gravid) Strobila
– Telur : bulat, b’ddg tebal dg garis radier, berisi onkosfere
• SIKLUS HIDUP– Kompleks : butuh HP dan HD– Manusia :
• HD (D. latum, T. saginata, D. caninum, H. diminuta)
• HD dan HP (T. solium, H. nana).
•1. Excretory canal
•2. Testes
•3. Uterus
•4. Genital pore
•5. Vas deferens
•6. Vagina
•7. Ovaries
•8. Yolk glands
Taenia solium Taenia saginata
– Skolex dg 4 batil isap ; rostelum berkait
– Identifikasi : proglottid gravid dg 7-13 cabang utama lateral
– HP : babi
– Skolex dg 4 batil isap ; tanpa rostelum
– Identifikasi : proglottid gravid dg 15-20 cabang utama lateral
– HP : sapi
Siklus Hidup T. solium
Epidemiologi
• Menyebabkan sistiserkosis dan taeniasis pd manusia
• Manusia dapat terinfeksi melalui : – Telur cacing di feses (kontaminasi tanah/air)
termakan– Makan daging babi tidak matang yg mengandung
sistiserkus autoinfeksi
Klinik• Taeniasis
– Asimptom– Iritasi ringan pada tpt
perlekatan (gejala abdominal ringan : abdominal discomfort, diare/konstipasi)
– Eosinofilia ringan– By T. solium, T.
saginata
• Sistiserkosis– Adanya larva
(sistiserkus) di organ-organ
– Gejala tgt organ yg terkena (ggn SSP, mata, muscular pseudohipertrofi,dl)
– By T. solium
• Diagnosis Sistiserkosis– SC Pembedahan nodul ; – Otot Radiograf ; – Mata Tampak sistiserkus– Serologis Gejala ggn neurologis dg sistiserkus di tpt lain
• Pengobatan/Treatment– Cacing dewasa :
• praziquantel; niklosamid• Pengobatan segera setl diagnosis ditegakkan (autoinfeksi!).
– Sistiserkosis :• Sistiserkosis mata pembedahan.• Sistiserkosis kulit / otot : praziquantel; metrifonat• Sistiserkosis otak (rasemosa) : praziquantel, antikonvulsan,
corticosteroids, pembedahan pd kasus-kasus tertentu.
• Pencegahan– Waspada thd cara-cara infeksi
• Menjaga sanitasi dan personal hygiene • Tdk makan sayuran mentah dg pupuk limbah• Memasak daging babi dan produk lain dg benar (>
65oC; asam / garam tidak efektif)
Echinococcus granulosus
Siklus Hidup
Epidemiologi
• Ada 3 spesies yang mengifeksi manusia (E. granulosus, E. multilokularis, dan E. vogelli)
• Hospes definitif pada anjing, sdgkan manusia sebagai hospes perantara (hydatid disease)
• Manusia terinfeksi dari makan telur cacing
Hidatidosis
• Infeksi melalui tertelannya telur cacing di feses anjing atau Canidae lain
• Larva ada di dalam jaringan• 60% di hepar, 20% di paru-paru, 3
% di otak (Multiceps (senurosis) lebih sering di otak)
• Gejala: tergantung lokasi – desakan sista yang membesar (seperti
tumor)– reaksi alergi cairan yang keluar
• Pengobatan: – tindakan bedah (tidak dianjurkan untuk
E. multilokularis), mebendazole, prazikuantel
Patologi – Gejala Klinis• Telur termakan menetas : onkosfere penetrasi
mukosa usus scr hematogenous jaringan / organ lain terutama hepar berkembang dan membentuk sista berdinding epithel germinatif yg mampu menghasilkan protoscolices (calon skoleks) dan diselubungi membran nonseluler sista hidatida.
• Bentuk dan perkembangan sista dari ketiga spesies berbeda
• Sista hidatida nekrosis jaringan sekitar. • Gejala klinis tgt dari lokasi sista. Biasanya asimtom
kecuali bila berukuran cukup besar (hepar : ruptur duktus biliverus atau pembuluh darah kecil; paru : batuk, nafas pendek atau nyeri dada; otak : bisa serius)
• Sista hidatida pecah krn trauma atau bedah syok anafilaktik atau menyebar ke organ lain dan terbentuk sista baru.
Treatment dan prevensi
• Treatment meliputi pembedahan untuk mengambil sista atau inaktivasi hydatid sand dengan injeksi 10% formalin dan segera diambil.
• Pemberian dosis tinggi Mebendazole dilaporkan sukses mengatasi hidatidosis (pasien yang tidak mungkin dibedah).
• Prevensi dengan mencegah kontak dengan anjing terinfeksi dan eliminasi infeksi pada anjing.
Diphyllobothrium latum
EPIDEMIOLOGI
• Manusia terinfeksi dari makan ikan kurang matang yg mengandung larva pleroserkoid atau minum air yang mengandung larva proserkoid distribusi prevalensi berkaitan dg kebiasaan makan ikan kurang matang (Skandinavia, Finlandia, Alaska dan Kanada)
Penularan Diphyllobothriasis
Penularan Sparganosis
Sparganosis
• Sparganosis adalah infeksi larva berbagai spesies cacing pita diphyllobothroid (Diphyllobothrium latum).
• Sparganosis dilaporkan secara sporadis di seluruh dunia, terutama di negara-negara di Asia.
Penularan sparganosis• Sparganosis terjadi melalui 3 cara:
– Infeksi melalui minum air terkontaminasi copepods yang mengandung larva procercoid Larva menembus dinding usus dan migrasi ke otot atau subkutan dan berkembang menjadi larva Sparganum
– Infeksi melalui makan daging kurang matang (babi, ular) yang terinfeksi pleroserkoid. Larva plerocercoid (sparganum) di usus akan melepas strobila, meninggalkan usus melalui dinding usus dan menuju ke jaringan untuk kembali berkembang ke bentuk sparganum.
– Infeksi dapat juga terjadi karena menapelkan daging katak atau ular yang mengandung pleroserkoid pada luka terbuka atau konjungtiva untuk pengobatan.
Gejala Klinis Sparganosis
• Tergantung Jaringan yg terkena: – dinding usus, payudara, skrotum, epididymis,
ureter, kantung kemih, rongga perut, jantung, paru-paru, otak, subcutan atau mata.
• Stadium awal (migrasi) asimtomatik, • Di tempat akhir radang di jaringan
sekitar. Contoh:• Ocular sparganosis
– radang berat dengan edema periorbital kebutaan.
• Cerebral sparganosis – gangguan CNS.
• Proliferative sparganosis (S. proliferum)– tumor pada sc di leher menyebar ke
seluruh tubuh. – Dapat berlangsung 5-25 tahun dan biasanya
fatal.
Terapi• Praziquantel dg total dosis 120
- 150 mg/kg BB diberikan selama 2 hari, dengan tingkat keberhasilan rendah.
• Operasi (mengambil sparganum)– Cerebral sparganosis tidak
efektif dengan praziquantel.
• Tidak ada tindakan yg efektif – sparganum proliferum yg sudah
menyebar.
Prevensi• Daerah endemik
– (Asia: Cina, Jepang, Taiwan, Vietnam,
– Amerika: Florida, Venezuela, Paraguay).
• Dilarang minum air mentah yang mungkin mengandung copepods
• Penyediaan air bersih. • Pencegahan penggunaan hewan
yang potensial terinfeksi untuk pengobatan.
Hymenolepis nana Siklus Hidup
• EPIDEMIOLOGI– Perkiraan 20 juta orang terinfeksi, terutama anak-anak.– Penularan melalui menelan telur cacing ( dapat menyebabkan
hiperinfeksi) atau menelan kutu beras (Tenebrio molitor) yang mengandung larva.
• KLINIK – Telur yg tertelan – onchosphere masuk ke mukosa usus – larva
(sistiserkoid) – cacing dewasa (hymenolepiasis)– Gejala Klinis: ringan: asimtomatik; berat: nyeri perut, diare,
anoreksi, gejala tidak spesifik lainnya.
• TREATMENT DAN PREVENSI – Praziquantel 25 mg/kg BB single oral dose– Niklosamid, Nitazoxanide.
Hymenolepis diminuta• Morfologi hampir sama dengan H. nana, ukuran lebih
besar.• Parasitik pada tikus, zoonotik bagi manusia.• Dalam siklus hidup membutuhkan hospes intermedier
arthropoda (kumbang tepung). • Penularan: tertelannya kumbang tepung terinfeksi
(sistiserkoid).
KLINIK: hampir sama dengan H. nana, tidak ada hiperinfeksi.
PENCEGAHAN: pengendalian tikus, mengkonsumsi tepung/ sereal matang, melindungi sereal siap konsumsi dari insekta atau tikus.
Diphyllidium caninum
• Dipylidium caninum – adalah parasit pada anjing-kucing, – tersebar di seluruh dunia, – pinjal sebagai hospes perantara.– Hidupnya tergantung pada keberadaan pinjal
dan anjing-kucing, kemampuan survive di luar tubuh sambil menunggu ditelan oleh pinjal.
Diphyllidium caninum Siklus hidup
Morfologi
• Dipylidium caninum dewasa– Bentuk: seperti pita, 40-50 cm. – Tubuh: scolex, leher dan strobila. – Scolex : mempunyai duri untuk melekat, tiap proglotid
mengandung organ reproduksi. – Identifikasi Dipylidium caninum berdasarkan segmen
yang keluar melalui anus. – Dipylidium caninum mempunyai porus genitalis yg
terletak di lateral tiap segmen, dg dua proglotid tiap segmen. Segmen seperti biji mentimun, dan terlihat sangat aktif ketika keluar bersama feses.
Infeksi pada manusia
• Epidemiologi:– Terbanyak terjadi pada anak-anak, termasuk bayi. – Pola infeksi : kemungkinan melalui kontak antara
anak-anak dengan hewan peliharaan yang mengandung pinjal (menelan pinjal anjing/ kucing)
• Gejala Klinis: – Asimtomatik - nyeri abdomen, diare, iritabilitas dan
pruritus ani. • Treatment – Pengendalian:
– Praziquantel: single dose 5-10 mg/kg BB, Niklosamide
– Pengobatan cacing dan kontrol pinjal pada anjing-kucing secara periodik.
top related