bab i_kurikulum sajati 2015.docx
Post on 10-Apr-2016
220 Views
Preview:
TRANSCRIPT
KURIKULUM
SMP NEGERI 1 JATINUNGGAL TAHUN 2015/2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG DASAR PEMIKIRAN
Secara geografis SMP Negeri 1 Jatinunggal terletak di Kecamatan Jatinunggal
(pemekaran Kecamatan Wado) ± 42 kilometer timur Kabupaten Sumedang. Ditinjau dari
keadaan geografis berada di daerah pegunungan dan perkampungan tepatnya di Dusun
Cipeundeuy Kidul Desa Cipeundeuy Kecamatan Jatinunggal ±8 km dari Kantor
Kecamatan Jatinunggal ke arah timur laut. Saat ini akses jalan yang menuju sekolah dalam
kondisi perbaikan meskipun belum tuntas sampai ke depan sekolah. Status sosial ekonomi
siswa pada umumnya berasal dari keluarga petani, pedagang, dengan karakter tradisional
semimodern. Tradisional di sini dimaksudkan masih banyak orang tua siswa yang
memegang teguh adat kepercayaan yang diwariskan oleh nenek moyang (karuhun), tetapi
dilain pihak seiring majunya laju perkembangan teknologi informasi dan komunikasi tidak
sedikit orang tua siswa yang telah menanamkan iklim kehidupan keluarganya dengan
nuansa modern. Secara keseluruhan dukungan dari masyarakat setempat terhadap
pelaksanaan Proses Belajar Mengajar (PBM) dirasakan cukup baik, hal tersebut ditandai
dengan adanya jalinan komunikasi dan partisipasi orang tua dalam mendukung program
sekolah.
Dari segi raw-input siswa SMP Negeri 1 Jatinunggal tergolong cukup standar jika
dilihat dari perkembangan jumlah rombongan belajar setiap tahunnya meskipun untuk
tahun sekarang (2015) mengalami kenaikan jumlah siswa baru sebesar 450 siswa dengan
13 rombel. Kondisi real seperti ini tentu saja menjadi tantangan utama untuk tenaga
pengajar, mengingat karakteristik siswa yang sangat beragam dengan kecenderungan
kurangnya motivasi dan daya dukung sarana yang masih minim. Demikian pula kendala
utama yang dirasakan cukup signifikan yaitu menyangkut jarak tempuh dan keterbatasan
alat transportasi, mengingat hampir 75% siswa yang mengikuti pembelajaran di SMPN 1
Jatinunggal, jarak tempat tinggal siswa ke sekolah rata-rata lebih dari 4 km sehingga ada
keterbatasan waktu untuk kegiatan ekstrakurikuler dan pembiasaan.
Kurikulum SMPN 1 Jatinunggal 1
Pembenahan pendidikan terus dilakukan mengingat semakin banyak tantangan
yang dihadapinya. Salah satu permasalahan pendidikan di SMPN 1 Jatinunggal adalah
rendahnya mutu pengelolaan dan proses pembelajaran di sekolah. Berbagai usaha telah
dilakukan untuk meningkatkan mutu melalui pengembangan kurikulum nasional dan lokal,
peningkatan kompetensi guru melalui pelatihan, pengadaan buku dan alat pelajaran,
pengadaan dan perbaikan sarana dan prasarrana pendidikan, dan peningkatan mutu
manajemen sekolah. Namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum
menunjukkan peningkatan mutu yang signifikan.
Berdasarkan kenyataan ini, berbagai pihak mempertanyakan apa yang salah
dalam penyelenggaraan pendidikan Indonesia dan khususnya di SMPN 1 Jatinunggal. Dari
berbagai pengamatan dan analisis, sedikitnya ada tiga faktor yang menyebabkan mutu
pendidikan tidak mengalami peningkatan secara merata. Faktor pertama, kebijakan dan
penyelenggaraan pendidikan nasional yang menggunakan pendekatan education
production function atau input-output analysis tidak dilaksanakan secara konsekuen.
Pendekatan ini melihat bahwa lembaga pendidikan berfungsi sebagai pusat produksi yang
apabila dipenuhi semua input (masukan) yang diperlukan dalam kegiatan produksi
tersebut, lembaga ini akan menghasilkan output yang dikehendaki. Pendekatan ini juga
menganggap bahwa apabila input pendidikan seperti guru, buku, media pembelajaran, dan
sarana serta prasarana pendidikan lainnya dipenuhi, mutu pendidikan (output) secara
otomatis akan meningkat. Dalam kenyataannya, mutu pendidikan yang diharapkan tidak
meningkat secara signifikan. Hal ini dikarenakan dalam menerapkan pendekatan education
production function selama ini terlalu memusatkan pada input pendidikan dan kurang
memerhatikan proses pendidikan (the best process). Padahal proses pendidikan sangat
menentukan output pendidikan. Ketika pendidikan mulai memasuki ranah ilmu
pengetahuan, ilmuwan masa lalu seperti Aristoteles atau Plato menyepakati bahwa pada
hakikatnya pendidikan sebagai ilmu menuntun (paedagogik), mengantar dan menjaga
(paedagogus), lalu menuntun (educare), dan membangkitkan kekuatan terpendam
(erziehung). Sejatinya, pendidikan adalah proses menggali, menemukan, membangkitkan,
menuntun, menjaga, serta menumbuhkembangkan nilai, minat, dan bakat potensial
kecerdasan-kecerdasan manusia. Sekolah dan para guru wajib melakukan penemuan
Kurikulum SMPN 1 Jatinunggal 2
(discovery) kemampuan para siswa walaupun hanya sebesar partikel. Persis seperti yang
pernah diungkapkan Bobbi De Porter dalam bukunya, Quantum Learning, bahwa tugas
guru adalah menemukan minat dan kemampuan siswanya
Faktor kedua, penyelenggaraan pendidikan nasional dilakukan secara birocratic
power sehingga penempatan sekolah sebagai penyelenggara pendidikan sangat bergantung
pada keputusan birokrasi yang memunyai jalur sangat panjang dan terkadang kebijakan
yang dikeluarkan tidak sesuai dengan kondisi sekolah setempat. Sekolah lebih merupakan
subordinasi dari birokrasi di atasnya sehingga hilang kemandirian, keluwesan, motivasi,
dan kreativitas/inisiatif untuk mengembangkan dan memajukan sekolahnya. Kinerja
sekolah menjadi kurang optimal, baik mutu, efisiensi, inovasi, efektivitas, relevansi,
maupun produktivitasnya.
Faktor ketiga, peranserta warga sekolah, khususnya guru, dan peranserta
masyarakat, khususnya orang tua siswa, dalam penyelenggaraan pendidikan di tingkat
SMP khususnya selama ini sangat minim. Partisipasi guru dalam pengambilan keputusan
sering diabaikan, padahal terjadi atau tidaknya perubahan di sekolah sangat bergantungg
pada guru. Meskipun dikenalkan berbagai macam pembaruan, jika guru tidak berubah dan
tidak mengubah pola pikir, sikap, dan tindakannya tidak akan terjadi perubahan positif di
sekolah tersebut. Partisipasi masyarakat pada umumnya terbatas pada dukungan dana,
sedangkan dukungan-dukungan lain seperti pemikiran, moral, dan material kurang
diperhatikan. Akuntabilitas sekolah terhadap masyarakat juga lemah. Sekolah tidak
memunyai beban untuk mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan pendidikan kepada
masyarakat, khususnya orang tua siswa sebagai salah satu unsur utama yang
berkepentingan dengan pendidikan (stakeholder).
Belum lagi jika dikaitkan dengan tantangan eksternal, antara lain terkait dengan
arus globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan
teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan perkembangan
pendidikan di tingkat internasional. Arus globalisasi akan menggeser pola hidup
masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional menjadi masyarakat industri dan
perdagangan modern seperti dapat terlihat di World Trade Organization (WTO),
Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) Community, Asia-Pacific Economic
Cooperation (APEC), ASEAN Free Trade Area (AFTA), dan diberlakukannya Masyarakat
Kurikulum SMPN 1 Jatinunggal 3
Ekonomi ASEAN (MEA) pada akhir 2015. Tantangan eksternal juga terkait dengan
pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains serta mutu, investasi,
dan transformasi bidang pendidikan.
Berdasarkan kenyataan-kenyataan tersebut, tentu perlu dilakukan upaya perbaikan
(evolusi atau revolusi), salah satunya dengan melakukan reorientasi penyelenggaraan
pendidikan melalui manajemen berbasis sekolah. Peranan para manajer sekolah di daerah
bertambah penting setelah negara menetapkan pembangunan pendidikan berdasarkan
standar (8 standar pendidikan nasional). Pendidikan diberikan peranan yang penting dalam
mengembangkan sumber daya insani. Penyelenggaraan sekolah serta kurikulum dan
program-program kegiatan sekolah sekarang tidak mungkin berdiri terpisah dari
pembangunan di daerah tempat sekolah berada. Peranan dalam model pengelolaan sekolah
dengan berbasis sekolah, menandakan harus terus dilakukan perubahan dalam peran
manajer sekolah, dari yang statis kepada manajemen dinamis dan fungsional konstruktif.
Untuk itu pulalah, kurikulum sekolah perlu terus direvisi dan dikembangkan sesuai dengan
tuntutan perubahan yang ada.
B. LANDASAN HUKUM
Penyusunan kurikulum SMP Negeri 1 Jatinunggal ini dilandasi beberapa pilar
pemikiran sebagai berikut: (1) landasan filosofis, (2) landasan sosiologis, (3) landasan
psikopedagogis, (4) landasan teoretis, (5) landasan yuridis.
Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum menentukan kualitas peserta
didik yang akan dicapai kurikulum, sumber dan isi dari kurikulum, proses pembelajaran,
posisi peserta didik, penilaian hasil belajar, hubungan peserta didik dengan masyarakat dan
lingkungan alam di sekitarnya. Kurikulum 2013 dikembangkan dengan landasan filosofis
yang memberikan dasar bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi
manusia Indonesia berkualitas yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional.
Pada dasarnya tidak ada satupun filosofi pendidikan yang dapat digunakan secara
spesifik untuk pengembangan kurikulum yang dapat menghasilkan manusia yang
berkualitas. Berdasarkan hal tersebut, Kurikulum 2013 dikembangkan menggunakan
filosofi sebagai berikut:
Kurikulum SMPN 1 Jatinunggal 4
1. Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan bangsa masa kini
dan masa mendatang. Pandangan ini menjadikan Kurikulum dikembangkan
berdasarkan budaya bangsa Indonesia yang beragam, diarahkan untuk membangun
kehidupan masa kini, dan untuk membangun dasar bagi kehidupan bangsa yang lebih
baik di masa depan. Mempersiapkan peserta didik untuk kehidupan masa depan selalu
menjadi kepedulian kurikulum, hal ini mengandung makna bahwa kurikulum adalah
rancangan pendidikan untuk mempersiapkan kehidupan generasi muda bangsa. Dengan
demikian, tugas mempersiapkan generasi muda bangsa menjadi tugas utama suatu
kurikulum. Untuk mempersiapkan kehidupan masa kini dan masa depan peserta didik,
Kurikulum mengembangkan pengalaman belajar yang memberikan kesempatan luas
bagi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diperlukan bagi kehidupan di
masa kini dan masa depan, dan pada waktu bersamaan tetap mengembangkan
kemampuan mereka sebagai pewaris budaya bangsa dan orang yang peduli terhadap
permasalahan masyarakat dan bangsa masa kini.
2. Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Menurut pandangan filosofi
ini, prestasi bangsa di berbagai bidang kehidupan di masa lampau adalah sesuatu yang
harus termuat dalam isi kurikulum untuk dipelajari peserta didik. Proses pendidikan
adalah suatu proses yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan potensi dirinya menjadi kemampuan berpikir rasional dan
kecemerlangan akademik dengan memberikan makna terhadap apa yang dilihat,
didengar, dibaca, dipelajari dari warisan budaya berdasarkan makna yang ditentukan
oleh lensa budayanya dan sesuai dengan tingkat kematangan psikologis serta
kematangan fisik peserta didik. Selain mengembangkan kemampuan berpikir rasional
dan cemerlang dalam akademik, Kurikulum 2013 memposisikan keunggulan budaya
tersebut dipelajari untuk menimbulkan rasa bangga, diaplikasikan dan dimanifestasikan
dalam kehidupan pribadi, dalam interaksi sosial di masyarakat sekitarnya, dan dalam
kehidupan berbangsa masa kini.
3. Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan kecemerlangan
akademik melalui pendidikan disiplin ilmu. Filosofi ini menentukan bahwa isi
kurikulum adalah disiplin ilmu dan pembelajaran adalah pembelajaran disiplin ilmu
Kurikulum SMPN 1 Jatinunggal 5
(essentialism). Filosofi ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan intelektual
dan kecemerlangan akademik.
4. Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang lebih baik
dari masa lalu dengan berbagai kemampuan intelektual, kemampuan berkomunikasi,
sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi untuk membangun kehidupan masyarakat
dan bangsa yang lebih baik (experimentalism and social reconstructivism). Dengan
filosofi ini, Kurikulum 2013 bermaksud untuk mengembangkan potensi peserta didik
menjadi kemampuan dalam berpikir reflektif bagi penyelesaian masalah sosial di
masyarakat, dan untuk membangun kehidupan masyarakat demokratis yang lebih baik.
Landasan sosiologis digunakan dalam mengembangkan Kurikulum SMPN 1
jatinunggal atas dasar adanya kebutuhan akan perubahan rancangan dan proses pendidikan
dalam rangka memenuhi dinamika kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara,
sebagaimana termaktub dalam tujuan pendidikan nasional. Dewasa ini perkembangan
pendidikan di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni. Perubahan ini dimungkinkan karena berkembangnya tuntutan baru
dalam masyarakat, dunia kerja, dan dunia ilmu pengetahuan yang berimplikasi pada
tuntutan perubahan kurikulum secara terus menerus. Hal itu dimaksudkan agar pendidikan
selalu dapat menjawab tuntutan perubahan sesuai dengan jamannya. Dengan demikian
keluaran pendidikan akan mampu memberikan kontribusi secara optimal dalam upaya
membangun masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge-based society).
Landasan psikopedagogis mendasari Kurikulum SMPN 1 Jatinunggal
dimaksudkan untuk memenuhi tuntutan perwujudan konsepsi pendidikan yang bersumbu
pada perkembangan peserta didik beserta konteks kehidupannya sebagaimana dimaknai
dalam konsepsi pedagogik transformatif. Konsepsi ini menuntut bahwa kurikulum harus
didudukkan sebagai wahana pendewasaan peserta didik sesuai dengan perkembangan
psikologisnya dan mendapatkan perlakuan pedagogis sesuai dengan konteks lingkungan
dan jamannya. Kebutuhan ini terutama menjadi prioritas dalam merancang kurikulum
untuk jenjang pendidikan menengah khususnya SMP. Oleh karena itu, implementasi
pendidikan di SMP yang selama ini lebih menekankan pada pengetahuan, perlu
dikembangkan menjadi kurikulum yang menekankan pada proses pembangunan sikap,
pengetahuan, dan keterampilan peserta didik melalui berbagai pendekatan yang
Kurikulum SMPN 1 Jatinunggal 6
mencerdaskan dan mendidik. Penguasaan substansi mata pelajaran tidak lagi ditekankan
pada pemahaman konsep yang steril dari kehidupan masyarakat melainkan pembangunan
pengetahuan melalui pembelajaran otentik. Dengan demikian kurikulum dan pembelajaran
selain mencerminkan muatan pengetahuan sebagai bagian dari peradaban manusia, juga
mewujudkan proses pembudayaan peserta didik sepanjang hayat.
Landasan teoritis mendasari pula Kurikulum SMPN 1 Jatinunggal dikembangkan
atas teori “pendidikan berdasarkan standar” (standard-based education), dan teori
kurikulum berbasis kompetensi (competency-based curriculum). Pendidikan berdasarkan
standar menetapkan adanya standar nasional sebagai kualitas minimal warganegara yang
dirinci menjadi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik
dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar
pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Kurikulum berbasis kompetensi dirancang
untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi peserta didik dalam
mengembangkan kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan, berketerampilan, dan
bertindak. Kurikulum ini menganut: (1) pembelajaan yang dilakukan guru (taught
curriculum) dalam bentuk proses yang dikembangkan berupa kegiatan pembelajaran di
sekolah, kelas, dan masyarakat; dan (2) pengalaman belajar langsung peserta didik
(learned-curriculum) sesuai dengan latar belakang, karakteristik, dan kemampuan awal
peserta didik. Pengalaman belajar langsung individual peserta didik menjadi hasil belajar
bagi dirinya, sedangkan hasil belajar seluruh peserta didik menjadi hasil kurikulum.
Landasan yuridis sebagai pilar dasar pengembangan Kurikulum SMPN 1
Jatinunggal antara lain adalah:
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas
Pasal 36 sampai Pasal 38;
1) Pasal 36 Ayat (2) menyebutkan bahwa kurikulum pada semua jenjang dan
jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan
satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.
2) Pasal 36 Ayat (3) menyebutkan bahwa kurikulum disusun sesuai dengan
jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
dengan memperhatikan: (a) peningkatan iman dan takwa; (b) peningkatan
Kurikulum SMPN 1 Jatinunggal 7
akhlak mulia; (c) peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik; (d)
keragaman potensi daerah dan lingkungan; (e) tuntutan pembangunan daerah
dan nasional; (f) tuntutan dunia kerja; (g) perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni; (h) agama; (i) dinamika perkembangan global; dan (j)
persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.
3) Pasal 38 Ayat (2) mengatur bahwa kurikulum pendidikan dasar dan
menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau
satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan
supervisi dinas pendidikan atau kantor departemen agama kabupaten/kota untuk
pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah.
3. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional, beserta segala ketentuan yang dituangkan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional; dan
4. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan Pasal 5 sampai Pasal 18, dan Pasal 25 sampai Pasal
27;
5. Permendikbud No. 58 Tahun 2014 tentang Kurikulum SMP dan MTs.
6. Permendikbud No. 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan Dikdasmen;
7. Permendikbud No.64 Tahun 2013 tentang Standar Isi Dikdasmen;
8. Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Dikdasmen;
9. Permendikbud No. 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Dikdasmen;
10. Permendikbud No. 68 Tahun 2013 tentang Kompetensi Dasar dan Struktur
Kurikulum 2013 SMP dan MTs;
11. Program Kerja dan Pengembangan Sekolah serta Kalender Pendidikan SMPN 1
Jatinunggal tahun pelajaran 2015/2016.
Kurikulum SMPN 1 Jatinunggal 8
C. TUJUAN PENGEMBANGAN KURIKULUM
Melalui penyusunan dokumen I (Kurikulum SMPN 1 Jatinunggal) dan dukungan
secara bertahap ketersediaan sarana teknologi informasi maka tujuan penyusunan dan
pengembangan kurikulum ini diarahkan untuk :
1. Memberi arah gerak operasional pendidik dan tenaga kependidikan dalam mengelola
lembaga SMP Negeri 1 Jatinunggal.
2. Memberi gambaran arah pendidikan di SMPN 1 jatinunggal dalam membekali peserta
didik guna menguasai salah satu keterampilan hidup (life skill).
3. Mendokumentasikansecara tertulis acuan bagi pendidik dan tenaga kependidikan
dalam mengembangkan kompetensi siswa sesuai dengan potensi daerah dan sumber
daya yang dimiliki serta memberikan layanan kepada masyarakat sesuai dengan
potensi daerah dan sumber daya yang dimiliki.
4. Memberikan arahan bagi siswa belajar menerapkan ajaran agama berdasarkan
keimanan dan ketakwaan yang dibangun, mengembangkan diri berdasarkan ilmu dan
pengalaman yang diperoleh, hidup rukun berdasarkan nilai-nilai sosial yang dimiliki,
dan mandiri berdasarkan ilmu dan keterampilan yang dipelajari.
5. Memberikan kerangka kinerja operasional pembelajaran yang dikembangkan antara
kurikulum pendidikan yang berbasis kompetensi dan kurikulum muatan lokal yang
berorientasikan pada pembentukan pribadi yang kokoh (bertauhid) dan
memiliki akhlakul karimah serta berpengetahuan unggul, kreatif, dan cerdas.
ma Kurikulum SMPN 1 Jatinunggal 2014/2015 terdiri atas : (a) Pendahuluan, latar
belakang, landasan hukum, arah dan tujuan, dan sistematika; (b) hakikat kurikulum,
Tujuan Pendidikan Dasar, visi, misi, tujuan sekolah; (c) Struktur, Muatan Kurikulum,
Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar; (c) proses
penilaian dan hasil belajar, (d) kalender Pendidikan, (e) penutup dan Profil Sekolah, (e)
Lampiran-Lampiram (Silabus-Dokumen II, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)-
Dokumen III, KKM, Program Pengembangan Diri dan SK Tim Penyusun.
Kurikulum SMPN 1 Jatinunggal 9
top related