bab ii tinjauan pustaka -...
Post on 12-Mar-2019
214 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kelelahan
1. Pengertian Kelelahan
Kelelahan menunjukkan keadaan yang berbeda-beda, tetapi
semuanya berakibat kepada pengurangan kapasitas dan ketahanan tubuh.
Kelelahan merupakan aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan
kebutuhan dalam bekerja. Kelelahan merupakan suatu mekanisme
perlindungan agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut, sehingga
akan terjadi pemulihan.3,4
Kelelahan adalah fenomena kompleks fisiologis maupun psikologis
dimana ditandai dengan adanya gejala perasaan lelah dan perubahan
fisiologis dalam tubuh (kelelahan). Perasaan lelah menyebabkan seseorang
berhenti bekerja seperti halnya kelelahan fisiologis mengakibatkan rasa
ingin tidur. Kelelahan mudah ditiadakan dengan istirahat, tetapi jika
dipaksakan kelelahan akan bertambah dan sangat mengganggu. Demikian
banyak pengertian tentang kelelahan kerja yang apabila disimpulkan
didapat pengertian secara umum bahwa kelelahan kerja merupakan suatu
keadaan yang dialami tenaga kerja yang dapat mengakibatkan penurunan
vitalitas dan produktivitas kerja.4
2. Jenis Kelelahan
1) Berdasarkan penyebab
a. Kelelahan fisiologis adalah kelelahan yang disebabkan oleh faktor
lingkungan fisik di tempat kerja antara lain: kebisingan dan suhu.
b. Kelelahan psikologis adalah kelelahan yang disebabkan oleh faktor
psikologis (konflik-konflik mental) antara lain monotoni
pekerjaan, bekerja karena terpaksa, pekerjaan yang bertumpuk-
tumpuk.5
7
2) Berdasarkan proses dalam otot
a. Kelahan otot merupakan tremor pada otot atau perasaan nyeri yang
terdapat pada otot yang ditandai dengan menurunnya kekuatan dan
kelambatan gerak.
b. Kelelahan umum yang ditandai dengan berkurangnya kemauan
untuk bekerja yang disebabkan adanya persyarafan atau psikis.2
3) Berdasarkan waktu terjadinya
a. Kelelahan akut yaitu kelelahan yang disebabkan
oleh kerja suatu organ atu seluruh tubuh secara
berlebihan.
b. Kelelahan kronis yaitu kelelahan yang terjadi
sepanjang hari, berkepanjangan dan kadang-
kadang telah terjadi sebelum memulai
pekerjaan.2
4) Kelelahan didefinisikan sebagai suatu proses yang merupakan suatu
hasil perubahan secara fisiologis, psikologis dan mekanik yang terjadi
karena melakukan pekerjaan dan kelelahan tersebut dikategorikan ke
dalam dua kelompok yaitu kelelahan yang bersifat lokal dan kelelahan
di seluruh bagian tubuh.2
3. Faktor Yang Mempengaruhi Kelelahan
Terjadinya kelelahan tidak begitu saja, tetapi ada faktor yang
menyebabkannya. Faktor yang menyebabkan kelelahan tersebut antara
lain:
a. Faktor dari dalam individu:
1) Usia
Kebutuhan zat tenaga terus meningkat sampai akhirnya
menurun pada usia 40 tahun. Berkurangnya kebutuhan zat tenaga
tersebut dikarenakan telah menurunnya kekuatan fisik sehingga
kegiatan yang bisa dilakukan biasanya juga berkurang dan lebih
lamban.
Usia atau umur merupakan waktu atau masa hidup
8
seseorang selama masih hidup di dunia yang di hitung mulai dari
manusia itu dilahirkan. Para ahli psikologi membagi umur menjadi
beberapa kelompok-kelompok yang didasarkan pada pertumbuhan
fisik dan pertumbuhan mrntal antara lain
a Masa dewasa dini : 18 tahun-40 tahun
b Masa dewasa madya : 41 tahun-60 tahun
Usia berkaitan dengan kinerja karena pada usia yang
meningkat akan diikuti dengan proses degenerasi dari organ
sehingga dalam hal ini kemampuan organ akan menurun. Dengan
adanya penurunan kemampuan organ, maka hal ini akan
menyebabkan tenaga kerja akan semakin mudah mengalami
kelelahan.6
2) Jenis kelamin
Pada tenaga kerja wanita akan terjadi siklus biologis setiap
bulan di dalam mekanisme tubuhnya sehingga akan mempengaruhi
kondisi fisik maupun psikisnya dan hal ini akan menyebabkan
tingkat kelelahan wanita akan lebih besar dari pada tingkat
kelelahan pria.6
3) Status gizi
Status gizi adalah salah satu faktor dari faktor kapasitas
kerja, dimana keadaan gizi buruk dengan beban kerja yang berat
akan mengganggu kerja dan menurunkan efisiensi serta
ngakibatkan kelelahan.7
4) Status kesehatan
Ada beberapa penyakit yang dapat mempengaruhi
kelelahan, penyakit tersebut antara lain:
a) Penyakit jantung
Seseorang yang mengalami nyeri jantung jika
kekurangan darah, kebanyakan menyerang bilik kiri jantung
sehingga paru-paru akan mengalami bendungan dan penderita
akan mengalami sesak nafas sehingga akan mengalami
9
kelelahan.8
b) Penyakit gangguan ginjal
Pada penderita gangguan ginjal, sistem pengeluaran
sisa metabolisme akan terganggu sehingga tertimbun dalam
darah (uremi). Penimbunan sisa metabolisme menyebabkan
kelelahan.8
c) Penyakit asma.
Pada penderita penyakit asma terjadi gangguan saluran
udara bronkus kecil bronkiolus. Proses transportasi oksigen dan
karbondioksida terganggu sehingga terjadi akumulasi
karbondioksida dalam tubuh. Hal ini yang menyebabkan
kelelahan. Terganggunya proses tersebut karena jaringan otot
paru-paru terkena radang. Radang ini mengakibatkan produksi
cairan kental yang berlebihan sehingga saluran nafas terhambat
dan transportasi oksigen dan juga karbondioksida terganggu.8
d) Tekanan darah rendah.
Pada penderita tekanan darah rendah kerja jantung
untuk memompa darah ke bagian tubuh yang membutuhkan
kurang maksimal dan lambat sehingga kebutuhan oksigennya
tidak terpenuhi, akibatnya proses kerja yang membutuhkan
oksigen terhambat.8
e) Paru-paru
Pada penderita penyakit paru-paru pertukaran O2 dan
CO2 terganggu sehingga banyak tertimbun sisa metabolisme
yang menjadi penyebab kelelahan.8
f) Tekanan darah tinggi
Pada tenaga kerja yang mengalami tekanan darah tinggi
akan menyebabkan kerja jantung menjadi lebih kuat sehingga
jantung membesar. Pada saat jantung tidak mampu mendorong
darah beredar ke seluruh tubuh dan sebagian akan menumpuk
10
pada jaringan seperti tungkai dan paru. Selanjutnya terjadi
sesak nafas bila ada pergerakan sedikit karena tidak tercukupi
kebutuhan oksigennya akibatnya pertukaran darah terhambat.
Pada tungkai terjadi penumpukan sisa metabolisme yang
menyebabkan kelelahan.8
b. Faktor dari luar
1) Beban kerja dan masa kerja
Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya dan
masing-masing tenaga kerja mempunyai kemampuan sendiri untuk
menangani beban kerjanya Sebagai tambahan dari beban kerja
langsung ini. Pekerjaan biasanya dilakukan dalam suatu
lingkungan atau situasi yang akan menjadi beban tambahan pada
jasmani dan rohani tenaga kerja tersebut. Seperti faktor lingkungan
fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikologi.6
Beban kerja menentukan berapa lama seseorang dapat
bekerja tanpa mengakibatkan kelelahan atau gangguan. Pada
pekerjaan yang terlalu berat dan berlebihan akan mempercepat pula
kelelahan kerja seseorang. Nadi kerja merupakan petunjuk besar
kecilnya beban kerja.6
Masa kerja dapat berpengaruh pada kelelahan kerja
khususnya kelelahan kronis, semakin lama seseorang tenaga kerja
bekerja pada lingkungan kerja yang kurang nyaman dan
menyenangkan maka kelelahan pada orang tersebut akan
menumpuk terus dari waktu ke waktu. 6
2) Lingkungan kerja fisik
Lingkungan kerja fisik yang mempengaruhi kelelahan
antara lain: penerangan, kebisingan dan iklim kerja.9
a). Penerangan atau pencahayaan
Penerangan yang kurang baik di lingkungan kerja bukan
saja akan menambah beban kerja, karena mengganggu
pelaksaan pekerjaan, tetapi menimbulkan kesan yang kotor.
11
Akibat dari kurangnya penerangan di lingkungan kerja akan
menyebabkan kelelahan fisik dan mental bagi para pekerja,
gejala fisik dan mental ini antara lain: sakit kepala (pusing),
menurunnya kemampuan intelektual, menurunnya konsentrasi
dan kecepatan fikir.9
Untuk mengurangi kelelahan akibat dari penerangan
yang tidak cukup dikaitkan dengan faktor obyek dan umur
pekerja dapat dilakukan antara lain: perbaikan kontras,
meningkatkan penerangan dan pengaturan jam kerja yang
sesuai dengan umur tenaga kerja.9
b). Kebisingan
Kebisingan menurut keputusan menteri Negara
Lingkungan Hidup No : KEP – 48 / MENLH / II, 1996 tentang
baku tingkat kebisingan yaitu : ”Kebisingan adalah bunyi yang
tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan
waktu tertentu yang tidak menimbulkan gangguan kesehatan
manusia dan kenyamanan lingkungan”. Kebisingan akan
mempengaruhi faal tubuh seperti gangguan psikomotor, syaraf
otonom, efek pada syaraf otonom terlihat sebagai
bertambahnya metabolisme, bertambahnya tegangan otot yang
mempercepat kelelahan.9
c). Iklim kerja.
Iklim kerja merupakan interaksi berbagai variabel
seperti: temperatur, kelembaban udara, kecepatan gerak angin
dan suhu radiasi. Iklim kerja adalah keadaan udara di tempat
kerja.2
Pengaruh suhu panas pada manusia berakibat
menurunnya prestasi kerja fikir, Penurunan sangat hebat
sesudah 320C. Suhu panas mengurangi kelincahan,
memperpanjang waktu reaksi dan waktu pengambilan
keputusan, mengganggu kecermatan kerja otot, mengganggu
12
koordinasi syaraf perasa dan motorik serta memudahkan
dirangsang.2,4
c. Faktor ergonomi
Ergonomi dapat mengurangi beban kerja dan kelelahan kerja.
Ergonomi juga berperan dalam memaksimalkan kenyamanan,
keamanan dan efisiensi pekerjaan.9
Intensitas dan lamanya kerja fisik dan mental
Jenis pekerjaan yang sifatnya berat akan membutuhkan istirahat
lebih sering dengan waktu kerja yang pendek. Untuk pekerjaan yang
demikian, otot, kardiovaskuler dan paru harus bekerja sangat berat.
Keadaan tersebut tidak boleh terjadi dalam waktu yang lama. Istirahat
berguna untuk melanjutkan aktifitas berikutnya. Apabila waktu bekerja
diperpanjang melebihi kemampuan tanaga kerja dapat menimbulkan
kelelahan.8
4. Mekanisme Kelelahan
Kelelahan diatur secara central oleh otak. Pada susunan syaraf
pusat terdapat sistem penggiat dan sistem penghambat. Sistem penggiat
bertanggung jawab mengenai kesadaran fisik persepsi, emosi serta
pemrosesan gagasan melaksanakan kemauan. Sistem penggiat letaknya di
dalam batang otak yaitu berbentuk formasi kantong. Sistem penggiat
dirangsang oleh faktor ektern seperti penginderaan, persepsi dan
kesadaran, sedangkan penghambat digiatkan oleh berubahnya kondisi
organ intern tubuh. (tenaga atau hilangnya cadangan energi).10
Kedua sistem kerja yang berlawanan, meningkatkan dan
menurunkan kesiagaan bertindak tergantung keseimbangan. Jika sistem
penggiat lebih kuat, maka akan berada pada kondisi segar. Jika sistem
penghambat lebih besar maka akan timbul perasaan lelah.10
5. Akibat Kelelahan
Kelelahan kerja merupakan komponen fisik dan psikis. Kerja fisik
yang melibatkan kecepatan tangan dan fungsi mata serta memerlukan
konsentrasi terus menerus dapat menyebabkan kelelahan fisiologi yang
13
disertai penurunan keinginan untuk bekerja yang disebabkan oleh faktor
psikis atau kelelahan psikologi yang menyebabkan perasaan lelah.2
Kelelahan yang dialami terus menerus setiap hari berakibat kepada
kelelahan kronis. Perasaan kelelahan tidak saja terjadi pada sore hari
sesudah bekerja, tetapi selama bekerja, bahkan kadang – kadang sebelum
bekerja.2
Gejala kelelahan berikuti ini merupakan gejala yang jelas terlihat
dan dirasakan yaitu : menurunkan perhatian, lamban, gangguan persepsi,
pikiran melemah, motivasi menurun, kinerja turun, ketelitian menurun,
dan kesalahan meningkat.4,9
Kelelahan kerja dapat dikurangi dengan penyediaan sarana
istirahat, memberi waktu libur, dan rekreasi, penerapan ergonomi,
organisasi proses produksi yang tepat dan pengadaan lingkungan kerja
fisik yang sehat dan nyaman.2
6. Pengukuran Kelelahan
Sampai saat ini belum ada metode pengukuran kelelahan yang
baku sebab kelelahan merupakan suatu fenomena yang subyektif yang
sulit diukur dan diperlukan pendekatan secara multi disiplin. (4) Banyak
parameter yang digunakan untuk mengukur kelelahan antara lain waktu
reaksi, uji ketik jari, uji flicker fusion, uji critical flikel fusion, uji
bourdour wierman, skala kelelahan IFRC (Industry Fatigue Rating
Commite), ekskresi ketelolamin, stroop test, kuesioner alat ukur perasaan
kelelahan (KAUPK2).4
7. Waktu Reaksi
Waktu reaksi adalah waktu yang terjadi antara pemberian
rangsangan tunggal sampai timbul respon terhadap rangsangan tersebut. (17)
Akibat kelelahan kerja antara lain ada perubahan – perubahan pada fungsi
persyarafan yang mengakibatkan ada rasa lelah, kelambatan dalam waktu
reaksi dan lain – lain.4 Alat yang digunakan dalam pengukuran waktu
reaksi adalah Reaction Timer.
Kelelahan dapat diklasifikasikan berdasarkan range waktu reaksi
sebagai berikut :
14
a. Belum terjadi kelelahan (normal) : 150 – 240 milli detik
b. Kelelahan ringan : >240 –< 410 milli detik
c. Kelelahan sedang : 410 – 580 milli detik
d. Kelelahan berat : > 580 milli detik
Proses penerimaan rangsangan terjadi karena setiap rangsangan
yang datang dari mata atau telinga dapat menaikkan level aktivitas
retikularis dan mengaktifkan sistem tersebut dan kemudian menyiagakan
korteks celebri, tubuh dalam keadaan siap bereaksi atas rangsangan
apapun yang terjadi dari luar tubuh. Dalam hal ini sistem aktivasi
retikulari berfungsi sebagai distributor dan amplifier signal – signal
tersebut.6
Pada keadaan lelah secara neuro fisiologis, korteks celebri
mengalami penurunan aktivasi, terjadi perubahan pengarahan pada sistem
aktivasi dan inhibisi sehingga tubuh tidak secara cepat menjawab signal –
signal.7
B. Kebisingan
1. Pengertian kebisingan
a. Kebisingan menurut keputusan menteri
Negara Lingkungan Hidup No : KEP – 48 /
MENLH / II, 1996 tentang baku tingkat
kebisingan yaitu : ”Kebisingan adalah bunyi
yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan
dalam tingkat dan waktu tertentu yang tidak
menimbulkan gangguan kesehatan manusia
dan kenyamanan lingkungan”.
b. Bising dapat diartikan sebagai suara yang
timbul dari getaran- getaran yang tidak teratur
dan perodik, adapula yang mengartikan bahwa
kebisingan adalah suara yang tidak
dikehendaki yang bersumber dari alat – alat
yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan
15
gangguan pendengaran.5
2. Sumber Kebisingan
Sumber kebisingan yang utama dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Bising Interior
Berasal dari manusia seperti : pembicaraan, alat- alat tangga ( ember,
panci dan lain- lain ) dan mesin- mesin di dalam gedung ( mesin tik,
generator dll ).
b. Bising Eksterior
Berasal dari lalu lintas, transportasi, industri dan perbaikan jalan-
jalan.2
3. Jenis Kebisingan
Jenis kebisingan yang sering ditemukan adalah :
a. Kebisingan yang kontinyu dengan spektrum
frekuensi yang luas
(steady state, wide band noise), misalnya mesin- mesin, kipas angin
dan lain- lain.
b. Kebisingan kontinue dengan spektrum
frekuensi sempit (steady state, narrow band
noise), misalnya gergaji sirkuler, katup gas,
dan lain-lain.
c. Kebisingan terputus-putus (Intermitten),
misalnya lalu lintas, suara di kapal terbang di
lapangan udara.
d. Kebisingan impulsif (impact or impulsif
noise), misalnya pukulan palu, tembakan
bedil, dan lain-lain.2
4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kebisingan
Faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan kebisingan adalah:
a. Intensitas bising
Nada dengan 100 hz dengan intensitas 85 dBA jika diperdengarkan
selama 4 jam tidak akan membahayakan, intensitas menunjukkan
16
derajat kebisingan.
b. Frekuensi bising
Kebisingan dengan frekuensi tinggi akan lebih berbahaya dari pada
kebisingan dengan frekuensi rendah.
c. Lamanya berada dalam lingkungan bising
Semakin lama berada dalam lingkungan bising, semakin berbahaya
untuk pendengaran
d. Sifat bising
Sifat bising yang didengar terus-menerus lebih berbahaya dari pada
bising terputus-putus
e. Waktu di luar lingkungan bising
Waktu kerja di lingkungan bising diselingi dengan bekerja beberapa
jam sehari di lingkungan tenang akan mengurangi bahaya mundurnya
daya pendengaran
f. Kepekaan seseorang mempunyai kisaran yang
luas secara teliti hanya dapat dilakukan dengan
pemeriksaan audiogram secara berulang-
ulang.11
5. Gangguan Kebisingan di Tempat Kerja
Kebisingan dapat minimbulkan gangguan kesehatan pada manusia yang
terpapar dan dapat dikelompokkan secara bertingkat sebagai berikut :
a. Gangguan Fisiologis
Merupakan gangguan yang mula-mula timbul akibat bising dan secara
fisiologis fungsi pendengaran terganggu akibatnya pembicaraan tidak
dapat didengar dengan jelas.gangguan ini dapat mengganggu cardiac
output dan menigkatkan tekanan darah.
b. Gangguan Psikologis
Seseorang yang terpapar bising dapat terganggu kejiwaannya,
gangguan kejiwaan tersebut dapat berupa stress, sulit berkonsentrasi,
dan lain-lain. Dengan akibat lebih jauh mempengaruhi kesehatan organ
yang lain.
17
c. Gangguan Patologis Organis
Merupakan akibat terpapar bising yang paling menonjol dimana
gangguan terjadi di indra pendengaran baik bersifat sementara maupun
permanen.2
Berdasarkan sasaran, pengelompokan gangguan kebisingan dapat
dikategorikan sebaga berikut :
a. Gangguan Komunikasi
Yaitu : gangguan pembicaraan akibat kebisingan sehingga lawan
bicara tidak mendengar dengan jelas. Untuk mengatasinya
pembicaraan perlu lebih diperkeras bahkan berteriak.
b. Gangguan Fisiologis
Dapat terjadi karena pemaparan bising yang mendadak sehingga
menimbulkan reaksi fisiologis berupa menigkatnya denyut nadi.
c. Gangguan Psikologis
yaitu gangguan terhadap stabilitas mental dan reaksi psikis berupa :
rasa marah, mudah tersinggung, neurositas dan lain-lain. Kebisingan
bukanlah penyebab sakit mental, secara langsung tetapi kebisingan
dapat memperberat problem mental dan prilaku yang sudah ada.2
6. Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan
Nilai ambang batas kebisingan adalah standar faktor tempat kerja
yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau
kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam
atau 40 jam.2
Nilai Ambang Batas Kebisingan di Tempat Kerja adalah sebesar 85
dB (A).2
Tabel 2.1. Intensitas dan jam kerja yang diperkenankanWaktu Pemaparan Per Hari Intensitas Kebisingan Dalam dBA
8 jam6 jam4 jam3 jam2 jam1 jam
0,5 jam0,25 jam
85929597100105110
115
18
Sumber: 27. Upaya Pengendalian kebisingan.
Berdasarkan tekhnik pelaksanaanya, pengendalian kebisingan
dapat dibedakan dalam 3 cara pengendalian :
a. Pengendalian secara teknis
1). Mengurangi tingkat kebisingan pada sumbernya
a) Dengan pemeliharaan dan pelumasan
mesin-mesin dengan teratur
b) Pemilihan dan pemasangan mesin
dengan tingkat kebisisngan rendah
2). Menghilangkan transmisi kebisingan terhadap
manusia.
1) Menutup atau menyekat mesin atau
alat mengeluarkan bising.
2) Mengadakan isolasi mesin terhadap
lantai sehingga tidak menimbulkan
getaran yang merambat ke seluruh
ruangan tersebut.
3) Mengurangi bunyi yang diterima
pekerja
Penggunaan alat pelindung telinga untuk menurunkan
intensitas kebisingan yang mencapai alat pendengaran.
b. Pengendalian secara administratif
Pengendalian secara administratif merupakan prosedur yang
bertujuan untuk mengurangi waktu paparan pekerja terhadap bising,
dengan merotasi dan menyusun jadwal kerja berdasarkan perhitungan
dosis paparan sesuai Nilai Ambang Batas.
c. Pengendalian dengan Alat Pelindung Diri (APD)
Penggunaan APD adalah upaya terakhir apabila secara teknis
dan administratif tidak dapat lagi mengurangi paparan alat pelindung
telinga pada umumnya digolongkan menurut cara pemakaiannya.11
19
8. Alat Pelindung Telinga
Alat pelindung telinga adalah alat yang berfungsi sebagai
penghalang antar bising dan telinga dalam.
Alat pelindung telinga biasanya dibedakan menjadi 2 jenis :
a. Sumbat telinga (ear plug)
Sumbat telinga dapat dibuat dari kapas, malam, kater atau
sintetik dan plastik. Menurut cara pemakainnya dibedakan menjadi
sumbat telinga yang hanya menyumbat lubang telinga luar atau (insert
type). Menurut cara penggunaannya dibedakan dispossible ear plug,
yaitu sumbat telinga yang digunakan untuk sekali pakai saja dan
kemudian dibuang. Sumbat telinga dari kapas dan malam hanya
mempunyai daya lindung 1-12 db dan non dispossible ear plug waktu
yang digunakan untuk waktu yang lama, yang terbuat dari karet atau
plastik yang dicetak mempunyai daya lindung antara 25 – 30 db.
Keuntungan dan kerugiannya adalah sebagai berikut :
1). Keuntungan :
Mudah dibawa karena ukurannya kecil, relatif lebih nyaman di
tempat yang panas, tidak membatasi gerakan kepala, dapat dipakai
efektif tanpa dipengaruhi oleh pemakain kacamata, tutup kepala,
dan anting-anting.
2). Kerugian :
Memerlukan waktu yang lebih lama untuk pemasangan dari tutup
kepala, tingkat proteksinya lebih kecil dari pada tutup kepala, sulit
untuk memonitor tenaga kerja, karena pemakaiannya sukar dilihat
oleh petugas, hanya dapat dipakai oleh saluran telinga yang sehat.
Bila tangan yang digunakan untuk memasang sumber telinga kotor,
maka saluran telinga akan terkena infeksi karena iritasi.
b. Tutup Telinga (ear muff)
Tutup telinga terdiri dari 2 buah tudung, untuk telinga dapat berisi
cairan atau busa yang berfungi untuk menyerap suara.
Keuntungan dan kerugian tutup telinga ear muff sebagai berikut :
20
1). Keuntungan :
Atenvasi suara oleh tutup telinga umumnya lebih besar daripada
sumbat telinga, satu ukuran tutup telinga dapat digunakan oleh
beberapa orang dengan ukuran telinga berbeda, mudah dimonitor
pemakaiannya oleh petugas, dapat dipakai pada telinga yang
infeksi ringan.
2). Kerugian :
Tidak nyaman dipakai di tempat kerja yang panas, efektifitas dan
kenyamanannya dipengaruhi oleh pemakaian kacamata, tutup
kepala dan anting-anting, tidak mudah dibawa atau di simpan,
dapat membatasi gerakan pada ruang kerja yang agak sempit,
harganya relatif lebih mahal dari sumbat telinga, pada penggunaan
yang berlalu sering atau bilamana pita penghubungnya yang
berpegas sering ditekuk oleh pemakainya daya atenuasinya akan
berkurang.2,12
9. Pengukuran Intensitas Kebisingan
Pengukuran intensitas kebisingan ditujukan untuk membandingkan
hasil pengukuran pada suatu saat dengan standar yang telah ditetapkan
serta merupakan langkah awal untuk pengendalian. Alat yang
dipergunakan untuk pengukuran intensitas kebisingan adalah sound level
meter.
Maksud pengukuran adalah Memperoleh data kebisingan di
perusahaan atau dimana saja dan Mengurangi tingkat kebisingan tersebut,
sehingga tidak menimbulkan gangguan.2
Pemilihan alat-alat khusus ditentukan oleh type dan kebisingan
yang diukur jika tujuan dari pengukuran kebisingan hanyalah untuk
mengendalikan kegaduhan, seperti isolasi mesin atau pemilihan alat
proteksi telinga, pengukuran tidak perlu selengkap sebagaimana
diperlukan dalam rangka lokalisasi sumber-sumber kebisingan secara tepat
dari suatu mesin dengan maksud modifikasi perencanaan dan konstruksi
suatu bentuk dengan kebisingan yang kurang.2
21
Faktor yang menentukan lainnya dalam pemilihan alat-alat adalah
sebagaimana sering-sering terdapat keadaan, bahwa lebih disenangi
pengumpulan data secara ”recording” yang kemudian dibawa ke
laboratorium untuk analisa.2
10. Mekanisme Pengaruh Kebisingan Terhadap Kelelahan
Gelombang suara yang datang dari luar ditangkap oleh daun telinga
kemudian gelombang suara ini melewati liang telinga, dimana liang
telinga ini adalah memperkeras suara dengan frekuensi sekitar 3000 Hz
dengan cara resonansi. Suara ini kemudian diterima oleh gendang telinga,
sebagian dipantulkan dan sebagian diteruskan ke tulang-tulang
pendengaran dan akhirnya menggerakkan stapes yang mengakibatkan
terjadinya gelombang pada perilympha. Telinga tengah merupakan suatu
kesatuan sisitem penguat bunyi yang diteruskan oleh gendang telinga.
Penguat sisitem telinga tengah adalah sebesar 30 dB yang diperoleh akibat
perbedaan penampang gendang telinga dengan jendela lonjong.
Gelombang pada perilympha pada scala media selanjutnya terus ke
helicotrema, scala tymphani dan menggerakkan foramen retundum untuk
mermbuang getaran ke telinga tengah, akibat gelombang pada perilympha
dan endolympha ini terjadi gelombang pada membran basalis yang
mengakibatkan sel rambut pada organ corti mengenai M. Tectoria sampai
membengkok dan terjadi potensial listrik yang diteruskan sebagai
rangsangan syaraf ke daerah penerimaan rangsangan pandengaran primer
(auditorius primer) yang terletak pada gugus temporalis transversus.
Suara yang terlalu bising dan berlangsung lama dapat
menimbulkan stimulasi daerah di dekat area penerimaan pendengaran
berdenging. Dengan timbulnya sensasi suara gemurah dan pula stimulasi
necleus ventralateralis, thalamus yang akan menimbulkan inhibisi impuls
dari kumparan otot, dengan kata lain hal ini akan menggerakkan atau
menguatkan sistem inhibisi (penghambat) yang berada pada thalamus.8
Keadaan dan perasaan kelelahan adalah reaksi fungsional dari
pusat kesadaran yaitu cortex celebri yang dipengaruhi oleh sistem yang
22
antagonistik, yaitu sistem pengahambat (inhibisio) dan sistem (aktivasi).
Sistem penghambat terdapat dalam Thalamus yang mampu menurunkan
kemampuan manusia bereaksi dan menyebabkan kemampuan manusia
untuk tidur. Adapun sistem penggerak terdapat dalam farmatio retikularis
yang dapat merangsang pusat-pusat vegetatif untuk konvensi ergotropis
dari peralatan dalam tubuh ke arah bekerja, berkelahi, melarikan diri dan
lain-lain. Maka keadaan seseorang pada suatu saat sangat tergantung
kepada hasil kerja diantara 2 sistem antagonis seseorang berada dalam
kelelahah, sedangkan bila sisitem aktivasi lebih kuat maka seseorang
berada dalam keadaan segar untuk bekerja.2
C. Status gizi
1. Pengertian status gizi
Status gizi pada dasarnya merupakan akibat jangka panjang
dari keadaan konsumsi makanan kita setiap hari, atau merupakan gambaran
keseimbangan antara konsumsi zat gizi dan suplai zat gizi. Jadi untuk
mengetahui seberapa jauh seseorang telah memperhatikan kecukupan jumlah
makanan serta mutu gizinya dengan jelas akan tercemin dalam status gizi.13
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi
a Konsumsi makanan
Apabila ditinjau secara mendalam sebenarnya cukup tidaknya
zat gizi yang masuk ke dalam tubuh yang lebih lanjut menentukan
status gizi. Status gizi dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu :13
1 Daya beli keluarga
Keluarga berpendapatan terbatas besar kemungkinan
kurang dapat memenuhi kebutuhan makanan sejumlah yang
diperlukan tubuh.
2 Latar belakang keluarga
Kenyataan bahwa hingga sekarang banyak diantara
penduduk indonesia yang enggan menkonsumsi beberapa bahan
makanan tertentu yang bergiizi tinggi baik karena pantangan yang
23
turun-temurun yang salah satu diwariskan oleh leluhurnya maupun
karena gaya hidup mewah sehari-hari yang dipraktekkannya.
3 Tingkat pendidikan dan pengetahuan gizi
Seseorang yang hanya tamat SD belum tentu kurang
mampu menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi
dibandingkan yang pendidikannya lebih tinggi karena sekalipun
berpendidikan rendah kalau orang tersebut selalu turut serta dalam
penyuluhan gizi bukan mustahil pengetahuan gizinya akan lebih
baik.
4 Jumlah anggota keluarga
Keluarga yang pendapatannya pas-pasan sedangkan
anaknya banyak, kecukupan dalam makanan kurang bisa dijamin.
b Penyakit
Tingginya penyakit parasit dan infeksi pada alat pencernaaan dan
penyakit-penyakit lain yang diderita juga akan mempengaruhi status gizi
tenaga kerja.
c Lingkungan kerja
Lingkungan kerja yang mempengaruhi status gizi antara lain :
1. Tekanan panas atau dingin
Pada tempat kerja dengan suhu tinggi terjadi penguapan
yang tinggi pula, aleh karena itu harus diperhatikan kebutuhan
air dan garam sebagai pengganti cairan untuk penguapan.
2. Parasit atau mikroorganisme
Parasit atau mikroorganisme yang berasal dari tempat
kerja yang kurang sehat dapat menyerang tenaga kerja yang
kurang sehat. Cacingan dan infeksi bakteri kronis pada saluran
pencernaan menyebabkan terganggunya penyerapan usus dan
diambilnya makanan oleh parasit.
3. Pengaruh kronis bahan kimia
Bahan-bahan kimia tertentu dapat menyebabkan
keracunan kronis yang dapat mengakibatkan turunnya berat
24
badan, menurunnya nafsu makan atau gangguan fungsi alat
pencernaan.
4. faktor psikologis
Tegangan-tegangan sebagai akibat ketidakserasian
emosi, hubungan antara manusia dalam pekerjaan yang kurang
baik, rangsangan atau hambatan psikologis akan menurunkan
berat badan, terjadi penyakit serta tidak produktiv dalam
bekerja.13
3. Penilaian status gizi
Berdasarkan atas tujuan penelitian status gizi yang dilakukan,
masalah gizi yang dihadapi serta sumber daya yang tersedia, maka
beberapa metodologi penelitian dapat diterpkan untuk menilai status gizi,
ini meliputi survai konsumsi makanan, penentuan beberapa parameter
kimia, pemeriksaan klinis dan antropometri gizi. Dalam pemakaian untuk
penilaian status gizi, antopometri disajikan berupa indeks misalnya berat
badan untuk umur (BB/U), tinggi badan untuk umur (TB/U), berat badan
untuk tinggi badan (BB/TB) dan lingkar lengan atas untuk umr (LLA/U).14
Dalam laporan FAO/WHO/UNU (1985) dinyatakan bahwa Indeks
Massa Tubuh (IMT) merupakan indikator status gizi orang dewasa. Nilai
IMT dihitung menurut rumus Berat Badan (dalam killogram) dibagi
kuadrat Tinggi Badan (dalam meter). Status gizi umum spesifik zat gizi,
melainkan lebih erat kaitannya dengan energi dan protein dapat diukur
dengan antropometri. Dengan kata lain antropometri atau ukuran tubuh
dapat memberi gambaran status energi dan protein seseorang, karenanya
antropometri sering digunakan sebagai indikator status gizi yang berkaitan
dengan masalah kurang energi protein.14
Standar IMT untuk orang indonesia batas ambangnya telah
dimodifikasi berdasarkan pengalaman klinis sebagai berikut :
Tabel 2.2 standar Indeks Massa Tubuh (IMT)
Kategori IMT (Kg/m2) KeteranganKurus <17,0 Kekurangan BB tingkat barat
17,0-18,5 Kekurangan BB tingkat ringan
25
Faktor individu:Usia Jenis kelaminStatus giziStatus kesehatan
Alat pelindung telingaFaktor dari luar:Beban kerjaMasa kerjaFaktor fisik lingkungan kerja
KebisinganFaktor ergonomiIntensitas dan lama kerja fisik dan mental Tingkat kelelahan
Faktor fisik lingkungan kerja:pencahayaankebisinganiklim kerja
Normal >18,5-25,0gemuk >25,0-27,0 Kelebihan BB tingkat ringan
<27,0 Kelebihan BB tingkat beratSumber: 15
4. Upaya peningkatan status gizi
Dengan memperbaiki konsumsi makanan dapat memperbaiki
keadaan gizi, meningkatkan fisik, meningkatkan produktivitas dan
menambah pendapatan di samping mengurangi infeksi.2
Salah satu usaha menanggulangi masalah gizi dan kesehatan di
lingkungan tenaga kerja adalah pemberian makanan di tempat kerja. Hal
ini didasarkan pada pemikiran bahwa untuk dapat berproduksi dengan
baik, tenaga kerja harus mempunyai persediaan energi dan zat gizi yang
cukup dalam tubuhnya selam bekerja., karena perut kosong dapat
berpengaruh negatif terhadap kerja fisik dan daya konsentarsi. 14
D. Kerangka Teori
Berdasarkan teori-teori di atas disusun kerangka teori sebagai berikut:
26
Penurunan keinginan untuk bekerja Penurunan perhatian Lamban dalam bekerjaGangguan persepsiPikiran melemah Motivasi menurun Kinerja menurunKetelitian menurunKesalahan meningkat
Faktor kebisingan:Intensitas bisingfrekuensi bisinglama berada dalam lingkungan bisingSifat bisingWaktu di luar lingkungan bisingKepekaan seseorang
Usia Tingkat kelelahanStatus gizi
Intensitas kebisinganStatus kesehatan*
Jenis kelamin*
Beban kerja*
Masa kerja*
Faktor fisik lingkungan kerja (pencahayaan dan iklim kerja)#
Faktor ergonomi#
Intensitas dan lama kerja fisik dan mental#
Alat pelindung telinga.#
Sumber modifikasi : 2, 4, 5
E. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian ini adalah:
Variabel Bebas Variabel Terikat
Variabel Pengganggu
27
Keterangan :
* = Dikendalikan
# = Tidak diteliti
F. Hipotesis Penelitian
a Ada hubungan usia dengan tingkat kelelahan pada tenaga kerja
penggilingan padi di Desa Cangkring Kecamatan Tegowanu
Kabupaten Grobogan
b Ada hubungan status gizi dengan tingkat kelelahan pada tenaga
kerja penggilingan padi di Desa Cangkring Kecamatan
Tegowanu Kabupaten Grobogan
c Ada hubungan intensitas kebisingan dengan tingkat kelelahan
pada tenaga kerja penggilingan padi di Desa Cangkring
Kecamatan Tegowanu Kabupaten Grobogan
28
top related