bab ii tinjauan pustaka a. perananeprints.unpam.ac.id/352/2/file 2.pdfmaupun ketaatan terhadap...
Post on 27-Oct-2019
4 Views
Preview:
TRANSCRIPT
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Peranan
Menurut Soekanto (2002:243) peranan adalah aspek dinamis
kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai
dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan. Sedangkan
pengertian peranan (role) menurut komaruddin dalam Divianto (2012:204)
adalah:
1. Bagian dari tugas manajemen yang harus dilaksanakan seseorang dalam
manajemen.
2. Pola penilaian yang diharapkan dapat menyertai suatu status.
3. Bagian atau fungsi seseorang dalam kelompok atau pranata.
4. Fungsi yang diharapkan dari seseorang atau menjadi karakteristik yang ada
padanya.
5. Fungsi dari setiap variabel dalam hubungan sebab akibat.
Berdasarkan pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa peranan
yaitu penilaian sejauh mana fungsi seseorang atau bagian dalam menunjang
usaha pencapaian tujuan yang ditetapkan atau ukuran mengenai fungsi setiap
variabel dalam hubungan sebab akibat.
B. Auditing
Pada umumnya audit merupakan proses pengumpulan bahan bukti serta
pengawasan dengan membandingkan kondisi yang ada dengan kriteria yang
16
sudah ditetapkan. kriteria-kriteria yang telah ditetepkan tersebut digunakan
oleh seorang auditor untuk mengevaluasi informasi yang telah di dapatkan.
1. Pengertian Auditing
Auditing pada prinsipnya merupakan kegiatan yang sangat penting
dalam perusahaan, serta membandingkan kondisi yang ada dengan kriteria
yang telah ditetapkan. melalui kegiatan inilah dapat digunakan oleh auditor
sebagai pedoman untuk melihat performa, kepatuhan dan apabila terjadi
penyimpangan dalam perusahaan tersebut. Menurut Stamp dan Moonitz
yang di terjemahkan oleh Agoes (2009:42) “Audit merupakan pengujian
yang independen, objektif, dan mahir atas seperangkat laporan keuangan
dari suatu perusahaan beserta semua bukti penting yang mendukung. Hal ini
dimaksudkan untuk menyatakan pendapat yang dapat dipercaya dalam
laporan tertulis mengenai apakah laporan keuangan menggambarkan posisi
keuangan perusahaan secara wajar dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum.”
Menurut konrath yang dikutip Agoes (2009:42) “Auditing is a
sistemetic process objectively obtaining and evaluating evidence regarding
assertions about economic actions and events to a certain the degree of
correspondence between those assertions and established criteria and
comunicating the result to interest users.” Berdasarkan definisi diatas, dapat
diartikan bahwa dalam melakukan audit dilakukan tindakan-tindakan
menggumpulkan, mengevaluasi, menentukan, dan melaporkan informasi
yang disajikan oleh perusahaan.
17
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa auditing
merupakan cara yang tepat dan akurat dalam menilai suatu perusahaan
dengan menggunakan indikator-indikator yang tercipta berdasarkan
pemeriksaan yang dilakukan.
2. Jenis-jenis Audit
Menurut Mulyadi (2002:30-32) menyebutkan bahwa, secara umum
audit dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Audit Laporan keuangan (Financial Statement Audit)
Audit laporan keuangan adalah audit yang dilakukan oleh auditor
independen terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya
untuk menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan
tersebut.
b. Audit Kepatuhan (Compliance Audit)
Audit kepatuhan adalah audit yang tujuannya untuk menentukan
apakah yang diaudit sesuai dengan kondisi atau peraturan tertentu.
c. Audit Operasional (Operational Audit)
Mengevaluasi efesiensi dan efektifitas setiap bagian dari prosedur
operasi organisasi dan metode-metodenya.
Menurut Agoes (2012:11) jenis-jenis audit adalah management
audit, pemeriksaan ketaatan, dan pemeriksaan intern:
a. Manajemen Audit (Operational Audit)
Suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan,
termasuk kebijakan akuntansi operasional yang telah ditentukan oleh
18
manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut
dilakukan secara efektif, efisien dan ekonomis.
b. Pemeriksaan Ketaatan (Compliance Audit)
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan
sudah mentaati peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan yang
berlaku, baik yang ditetapkan oleh piahk perusahaan (manajemen, dewan
komisaris) maupun pihak ekstern (pemerintah, Bapepam-LK, Bank
Indonesia, Direktorat Jendral Pajak, dan lain-lain). Pemeriksaan biasa
dilakukan, baik oleh kantor akuntan public maupun bagian internal audit.
c. Pemeriksaan Intern (Internal Audit)
Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan,
baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan,
maupun ketaatan terhadap manajemen yang ditentukan.
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan audit kinerja yang
berkaitan dengan efisien, efektifitas, dan ekonomis termasuk kedalam
manajemen audit.
B. Audit Kinerja
1. Pengertian Audit Kinerja
Menurut Bastian (2006:274) kinerja adalah gambaran pencapaian
pelaksanaan kegiatan atau program atau kebijaksanaan dalam mewujudkan
sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi.
19
Menurut Robbins dalam Rai (2008:40) kinerja merupakan hasil
evaluasi terhadap pekerjaan yang telah dilakukan dibandingkan dengan
kriteria yang telah ditetapkan bersama.
Menurut Malan, Fountain, Arrowsmith, dan Lockridge dalam Rai
(2008:41) audit kinerja merupakan suatu proses sistematis dalam
mendapatkan dan mengevaluasi bukti secara objektif atas kinerja suatu
organisasi, program, fungsi, atau kegiatan. Evaluasi dilakukan beradasarkan
aspek ekonomi dan efisiensi operasi, efektivitas dalam mencapai hasil yang
diinginkan, serta kepatuhan terhadap peraturan, hukum, dan kebijakan yang
terkait. Tujuan evaluasi adalah untk mengetahui tingkat keterkaitan antara
kinerja dan kriteria yang ditetapkan serta mengkomunikasikan hasilnya
kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Fungsi audit kinerja adalah
memberikan review independen dari pihak ketiga atas kinerja manajemen
dan menilai apakah kinerja organisasi dapat memenuhi harapan.
Audit kinerja adalah sebuah audit dalam rangkan mendapatkan
gambaran mengenai kinerja sebuah organisasi/perusahan secara
keseluruhan. Audit kinerja adalah pengujian yang obyektif dan sistematis
yang berkaitan dengan program, aktivitas, fungsi, sistem manajemen dan
prosedur melalui assessmen dalam rangka pencapaian target yang ada untuk
mendapatkan keuntungan secara ekonomi, efisiensi dan efektifitas
penggunaan sumber daya yang ada.
Berdasarkan UU No. 15 tahun 2004 dan Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara (SPKN) Audit kinerja adalah audit yang dilakukan secara
20
objektif dan sistematis terhadap berbagai macam bukti untuk menilai kinerja
entitas yang di audit dalam hal ekonomi, efisien dan efektivitas, dengan
tujaun memperbaiki kinerja dan entitas yang diaudit dan meningkatkan
akuntabilitas publik.
Berdasarkan definisi diatas, audit kinerja merupakan proses yang
sistematis dari evaluasi efektivitas, efisiensi, dan keekonomisan operasi
perusahaan yang dijalankan manajemen dan melaporkan hasilnya terhadap
orang yang tepat dengan rekomendasi untuk perbaikan dalam melakukan
kegiataan operasinnya sesuai dengan tujuannya.
Pengertian efektivitas, ekonomis, dan efisiensi tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut:
a. Efektivitas dimaksudkan bahwa produk akhir suatu kegiatan operasi
telah mencapai tunjuannya baik ditinjau dari segi kualitas hasil kerja,
kuantitas hasil kerja maupun batas waktu yang ditargetkan.
b. Ekonomis berarti cara penggunaan sesuatu hal secara berhati-hati dan
bijak agar diperoleh hasil yang terbaik.
c. Efisiensi berarti bertindak dengan cara yang dapat meminimalisir
kerugian atau pemborosan sumber daya dalam melaksanakan atau
menghasilkan sesuatu.
2. Tujuan Audit Kinerja
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) menyatakan bahwa
audit kinerja mencangkup tujuan yang luas dan bervariasi, termasuk tujuan
yang berkaitan dengan penilaina hasil dan efektivitas program, ekonomi
21
dan efisiensi, pengendalian internal, ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku, serta bagaimana cara untuk
meningkatkan efektivitasnya diantaranya:
a. Kecukupan pengendalian manajemen guna memperoleh keyakinan
yang memadai bahwa pelaksanaan kegiatan pokok akan dilaksanakan
secara ekonomis, dan efisien serta kecukupan prosedur yang digunakan
untuk mengukur dan melaporkan efektivitas pelaksanaa kegiatan/tugas
pokok dan fungsi.
b. Efektivitas pelaksanaan kegiatan serta efisiensi maupun kehematan
penggunaan sumber dana dan sumber daya untuk pelaksanaan kegitan
tersebut.
c. Ketaatan pelaksanaan kegiatan terhadap peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
d. Memberikan saran-saran perbaikan atas kelemahan manajemen agar
pengelolaan kegiatan/tugas pokok dan fungsi unit kerja pada tahap
berikutnya dapat dilaksanakan secara ekonomis, efisien dan efektif.
3. Manfaat Audit Kinerja
Menurut Rai (2008:46) manfaat audit kinerja sebagai berikut:
a. Peningkatan kinerja dapat meningkatkan kinerja suatu entitas yang
diaudit dengan cara sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi permasalahan dan alternatif penyelesaiannya.
Auditor sebagai pihak independen dapat membantu memberikan
suatu pandangan kepada manajemen untuk melihat permasalahan
22
secara lebih tajam dari sisi operasional. Untuk mendefinisikan
permasalahan permasalahan, auditor dapat melakukan diskusi
dengan orang-orang yang berkecimpung di bidang operasional dan
menginformasikan hal tersebut kepada manajemen.
2) Mengidentifikasi sebab-sebab aktual dari suatu permasalahan yang
dapat diatasi oleh kebijakan manajemen atau tindakan lainnya.
Auditor harus dapat dilakukan untuk mengatasi permaslahan
tersebut. Auditor sebaiknya tidak memberikan rekomendasi atau
usulan perbaikan jika auditor tidak dapat membantu dalam
pelaksanaan rekomendasi tersebut.
3) Mengidentifikasi peluang atau kemungkinan untuk mengatasi
keborosan atau ketidakefisienan. Perlu kita ingat bahwa
pengurangan setiap rupiah jangan sampai mengurangi efisiensi dan
efektivitas dalam pencapaian tujuan. Pengurangan biaya
merupakan elemen yang penting dalam audit kinerja. Namun
demikian, penghematan biaya dapat menyebabkan maslah yang
lebih besar dalam jangka panjang. Biaya harus berada pada suatu
tingkat yang tepat dan jika perlu dilakukan pemotongan biaya.
Keputusan untuk mengurangi biaya ahrus mempertimbangkan
dampaknya terhadap keseluruhan operasi.
4) Mengidentifikasi kriteria untuk menilai pencapaian tujaun
organisasi. Pada beberapa situasi, kriteria yang terkait mungkin
23
tidak tersedia, oleh karena itu, auditor dapat membantu manajemen
dalam membangun kriteria tersebut.
5) Melakukan evaluasi atas sistem pengendalian internal. Auditor
harus menentukan apakah mekanisme pelaporan telah menyediakan
informasi tentang efektivitas operasional. Ada beberapa hal yang
harus dipertimabngkan antara lain:
a) Apakah ada perbedaan tingkat detail laporan.
b) Apakah ada informasi yang belum disajikan dalam laporan
c) Apakah indikator kinerja sudah dipertimbangkan dalam
menyusun laporan.
6) Menyediakan jalur komunikasi antar tataran operasional dan
manajemen. Di beberapa organisasi, terdapat perbedaan yang jelas
antara tataran operasional dan manjemen, tetapi ada juga organisasi
yang membedakan secara jelas membedakan secara jelas antara
keduanya.
7) Melaporkan ketidakberesan. Audit kinerja dapat menjadi sarana
untuk menyampaikan kepada manajemen setiap penyimpangan dan
kerugian sehingga dampak yang lebih besar tidak terjadi.
b. Peningkatan akuntabilitas publik
Pada sektor publik, audit kinerja dilakukan untuk meningkatkan
akuntabilitas, berupa perbaikan pertanggungjawaban manajemen kepada
lembaga perwakilan pengembangan bentuk-bentuk laporan akuntabilitas,
perbaikan indikator kinerja. Perbaikan perbandingan kinerja antara
24
oragnisasi sejenis yang diperiksa serta penyajian informasi yang lebih jelas
dan informatif.
Tanggung jawab pengelolaan program, kegiatan, fungsi, atau
organisa secara ekonomis, efisein, dan efektif terletak pada
manajemen/eksekutif. Selajutnya manajemen, dalam hal ini pemerintah,
bertanggung jawab untuk memberikan laporan kinerja atas pelaksanaan
program, kegiatan, fungsi, atau oraganisasi kegiatan publik.
4. Ruang Lingkup Audit Kinerja
Menurut Rai (2008:107) ruang lingkup audit diantaranya:
a. Penelahaan terhadap sistem pengendalian intern/manajemen kegiatan
satuan kerja apakah telah memenuhi prinsip efektif, efisien, ekonomis
dan tertib.
b. Penilaian terhadap pelaksanaan kegiatan unit kerja apakah telah
memenuhi prinsip efektif, efisien, ekonomis, dantertib.
c. Penilaian efektivitas dan atau manfaat dari kegiatan tersebut.
d. Audit ketertiban terhadap peraturan perundang-undangan atas
pengelolaan keuangan, prosedur, pengadaan sarana,/prasarana, metode
kerja dan pengelolaan SDM.
e. Monitoring terhadap tindak lanjut hasil hasil audit aparat pengawas
fungsional sebelumnya.
5. Tahap-tahap Audit Kinerja
Struktur audit kinerja terdiri atas tahap pengenalan dan
perencanaan, tahap pengauditan, tahap pelaporan dan tahap
25
penindaklanjutan. Pada tahap pengenalan dilakukan survei pendahuluan dan
review sistem pengendalian manajemen. Pekerjaan yang dilakukan pada
survei pendahuluan dan review sistem pengendalian manajemen bertujuan
untuk menghasilkan rencana penelitian yang detail yang dapat membantu
auditor dalam mengukur kinerja dan mengembangkan temuan berdasarkan
perbandingan antara kinerja dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
Menurut Mardiasmo (2005:197), tahap-tahapan audit terdiri atas :
“1. Tahap pengenalan dan perencanaan (familiarization and planning
phase).
2. Tahap pengauditan (audit phase).
3. Tahap pelaporan (reporting phase).
4. Tahap penindak lanjutan (fllow-up phase).”
Tahap-tahap audit tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Tahap pengenalan dan perencanaan
Tahap pengenalan dan perencanaan terdiri dari dua elemen yaitu
survei pendahuluan dan review sistem pengendalian intern/manajemen.
Pekerjaan yang dilakukan pada masing-masing elemen bertujuan untuk
menghasilkan rencana penelitian (research plan) yang detail yang dapat
membantu auditor dalam mengukur kinerja dan mengembangkan temuan
berdasarkan perbandingan antara kinerja dan kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya.
a) Survei Pendahuluan
26
Pada tahap survei pendahuluan, auditor akan berupaya untuk
memperoleh gambaran yang akurat tentang lingkungan organisasi
yang diaudit, terutama berkaitan dengan struktur dan operasi
organisasi, lingkungan manajemen, kebijakan, standar dan prosedur
kinerja. Deskripsi yang akurat tentang lingkungan organisasi yang
diaudit akan membantu auditor untuk menentukan tujuan audit dan
rencana audit secara detail, memanfaatkan sumber daya yang ada
untuk hal-hal yang sifatnya material, mendesain tugas secara efisien
dan menghindari kesalahan.
b) Review Sistem Pengendalian
Pada tahap review sistem pengendalian, auditor menelaah sistem
pengendalian intern/manajemen dengan tujuan untuk menemukan
kelemahan pengendalian yang signifikan agar menjadi perhatian
manajemen untuk menentukan luas, sifat, dan waktu pekerjaan
pemeriksaan berikutnya.
Prosedur audit yang dilakukan pada tahap review sistem
pengendalian terdiri dari tiga langkah, yaitu:
a) Menganalisis sistem manajemen organisasi.
b) Membandingkannya dengan model yang ada.
c) Mencatat dugaan terhadap ketidakcocokkan/ketidaksesuaian.
b. Tahap Audit
Tahapan dalam audit operasional terdiri dari tiga elemen yaitu :
1) Talaah hasil-hasil program (program results review).
27
2) Telaah ekonomi dan efisiensi (economy and efficiency review).
3) Telaah kepatuhan (compliance review).
Secara rinci, komponen audit terdiri dari:
a) Identifikasi Lingkungan Manajemen
Auditor harus familiar dengan lingkungan manajemen untuk
memahami keterbatasan-keterbatasan yang dihadapi organisasi.
Untuk itu, auditor harus mengetahui dengan seksama dan akurat
gambaran menyeluruh organisasi dari perspektif hukum, organisasi,
dan karyawan. Auditor mengumpulkan informasi sehubungan
dengan persyaratan hukum dan kinerja, gambaran organisasi,
sistem informasi dan pengendalian, pemahaman karyawan atas
kebutuhan dan harapan.
b) Perencanaan dan Tujuan
Komponen ini berkaitan dengan review atas proses penetapan
rencana dan tujuan organisasi. Auditor menguji keberadaan tujuan
yang ditetapkan secara jelas dan rencana-rencana untuk mencapai
tujuan tersebut, serta keterkaitan antara aktivitas-aktivitas yang
dilakukan dengan kebutuhan dan organisasi.
c) Struktur Organisasi
Komponen ini berkaitan dengan bagaimana sebuah unit
diatur dan sumber daya dialokasikan untuk mencapai tujuan
organisasi. Struktur organisasi menunjuk pada otoritas formal
28
maupun informal dan tanggung jawab yang terkait dengan
organisasi.
d) Kebijakan dan Praktik
Komponen ini mengacu pada kebijakan yang berlaku umum
(kebijakan publik) yang merupakan kesepakatan yang telah
dirumuskan dan diformalkan dalam peraturan atau petunjuk
administratif yang mengacu pada sejumlah aktivitas yang harus
dilaksanakan.
e) Sistem dan Prosedur
Sistem dan prosedur merupakan rangkaian kegiatan atau
aktivitas untuk menelaah struktur pengendalian, efektivitas,
ketepatan, logika dan kebutuhan suatu organisasi. Salah satu contoh
sistem dan prosedur yang biasa digunakan adalah Standard
Operating Procedures yang menjelaskan bagaimana sebuah fungsi
atau tanggung jawab dilaksanakan.
f) Pengendalian dan Metode Pengendalian
Komponen ini berhubungan dengan pengendalian intern
terutama pengendalian akuntansi (accounting control) dan
pengendalian administratif (administrative control). Pengendalian
akuntansi diperlukan untuk menyusun rencana, metode, dan
prosedur organisasi untuk menjaga kekayaan perusahaan dan
reliabilitas data keuangan. Pengendalian administratif terdiri dari
rencana, metode, dan prosedur organisasi yang berfokus pada
29
efisiensi operasional, efektivitas organisasi, dan kepatuhan terhadap
kebijakan manajemen serta ketentuan yang berlaku.
g) Sumber Daya Manusia dan Lingkungan Fisik
Komponen sumber daya manusia dan lingkungan fisik
berkaitan dengan sikap karyawan, dokumentasi tentang berbagai
aktivitas, dan kondisi fisik pekerjaan.
h) Praktik Pengelolaan Staf (staffing practices)
Komponen ini mengacu pada metode dan prosedur yang
digunakan untuk melindungi sumber daya manusia yang digunakan
untuk mencapai tujuan organisasi, metode dan prosedur yang
digunakan untuk mengtur administrasi penggajian, metode dan
prosedur yang digunakan untuk menilai kinerja karyawan,
kebijakan dan prosedur pelatihan karyawan, dan affirmative action
plans, yaitu rencana-rencana tindakan yang disetujui oleh pihak-
pihak tertentu.
i) Analisis fiskal
Analisis fiskal diperlukan untuk menganalisis informasi
keuangan yang secara langsung atau tidak langsung dapat
digunakan untuk mengindikasikan efisiensi operasi, ekonomis dan
efektivitas unit organisasi yang dievaluasi.
j) Area Khusus Investigasi (special areas of investigation)
Investigasi ini lebih diarahkan pada usaha untuk
mengevaluasi solusi alternatif yang didesain untuk meningkatkan
30
efektivitas dan efisiensi atau peningkatan nilai ekonomis sebuah
fungsi organisasi.
c. Tahap Pelaporan
Pengorganisasian dan pelaporan temuan-temuan audit secara
tertulis akan membuat hasil pekerjaan yang telah dilakukan menjadi lebih
permanen. Selain itu, laporan tertulis juga sangat penting untuk
akuntabilitas publik. Laporan secara tertulis merupakan sebuah ukuran
yang nyata atas nilai sebuah pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor.
Tanpa memandang sejauh mana profesionalisme dan kemampuan
pemeriksaan yang dimiliki oleh auditor, laporan yang disajikan oleh
auditor merupakan kriteria yang penting bagi kesuksesan atau kegagalan
pekerjaannya.
Ada tiga langkah utama yang penting dalam mengembangkan
laporan audit secara tertulis, yaitu:
1) Persiapan (preparation).
Pada tahap persiapan, auditor mulai mengembangkan temuan-
temuan audit, menggabungkan temuan-temuan tersebut menjadi
sebuah laporan yang koheren dan logis, serta menyiapkan bukti-
bukti pendukung dokumentasi yang diperlukan.
2) Penelaahan (review)
Penelaahan merupakan tahap analisis kritis terhadap laporan
tertulis yang dilakukan oleh staf audit, review dan komentar atas
laporan diberikan oleh pihak manajemen atau auditee.
31
3) Pengiriman (transmission)
Tahap pengiriman meliputi persiapan tertulis sebuah laporan
yang permanen agar dapat dikirim ke lembaga yang memberi tugas
untuk mengaudit dan kepada auditee.
Hal terpenting dalam sebuah laporan adalah bahwa laporan
tersebut dapat dipahami oleh pihak-pihak yang menerima dan
membutuhkan laporan. Agar dapat menyampaikan hasil audit dengan
baik, auditor harus memastikan siapa yang kompeten untuk menulis
laporan dan siapa para pengguna laporan audit tersebut. Beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam penulisan audit operasional.
1) Laporan audit harus ditulis secara objektif.
2) Auditor tidak boleh terlalu overstate.
3) Informasi yang disajikan harus disertai suatu bukti yang kompeten.
4) Auditor hendaknya menulis laporan secara konstruktif, memberikan
pengakuan terhadap kinerja yang baik maupun kinerja yang buruk.
5) Auditor hendaknya mengakomodasi usaha-usaha yang dilakukan
oleh manajemen untuk memperbaiki kinerjanya.
d. Tahap Penindaklanjutan
Setelah melaksanakan aktivitas-aktivitas utama audit, masih terdapat
aktivitas lain yang perlu dilakukan yaitu tahap penindaklanjutan. Dalam
tahap penindaklanjutan akan melibatkan auditor, auditee, dan pihak lain
yang berkompeten. Tahap penindaklanjutan didesain untuk
memastikan/memberikan pendapat apakah rekomendasi yang diusulkan
32
auditor sudah diimplementasikan. Prosedur review follow-up dimulai
dengan tahap perencanaan melalui pertemuan dengan pihak manajemen
untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi organisasi dalam
mengimplementasikan rekomendasi auditor. Kemudian auditor
mengumpulkan data-data yang ada dan melakukan analisis terhadap data-
data tersebut untuk kemudian disusun dalam sebuah laporan. Dari sisi
auditor, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tahap penindaklanjutan
antara lain:
1) Dasar pelaksanaan follow-up.
2) Pelaksanaan review follow-up.
3) Batasan follow-up.
4) Implementasi rekomendasi.
5) Pemeriksaan kembali secara periodik.
C. Tindak Lanjut
1. Pengertian Tindak Lanjut
Menurut Tugiman (2006:72) “Tindak lanjut adalah suatu proses untuk
menentukan kecukupan, keefektifan, dan ketepatan waktu dari berbagai
tindakan yang dilakukan oleh manajemen terhadap berbagai temuan
pemeriksaan audit yang dilaporkan.” Tindak lanjut berarti sautu aksi atau
tindakan koreksi sebagia lanjutan langkah dalam mencapai perbaikan dan
atau mengemabalikan segalakegiatan pada tujuan yang seharusnya.
33
2. Tindak Lanjut Hasil Audit
Menurut Akmal (2006:76) “Tindak lanjut hasil pemeriksaan
didefinisikan sebagai suatu proses untuk menentukan kecukupan,
kefektifan dan ketepatan waktu tindakan koreksi yang dilakukan oleh
manajemen (auditee) terhadap rekomendasi dari temuan pemeriksaan yang
dilaporkan, termasuk temuan,-temuan yang berkaitan, yang didapat oleh
pemeriksaan baik intern maupun ekstern.”
Tindak lanjut hasil audit merupakan bagian dari proses pengawasan
yang dimulai dari tahap perencanaan, pengawasan, pelaporan yang
diakhiri dengan pelaksanaan tindak lanjut hasil pengawasan.
3. Prosedur Tindak Lanjut
Menurut Tugiman (2006:76) prosedur untuk melaksanakan tindak
lanjut adalah sebagai berikut:
a. Memberikan batas waktu yang disediakan bagi manajemen untuk
melaksanakan tindak koreksi.
b. Melakukan evaluasi terhdap laporan tindakan koreksi yang dilakukan
manajemen
c. Melakukan verifikasi terhadap tindakan koreksi.
d. Melakukan pemeriksaan terhdap tindak lanjut jika diperlukan.
e. Untuk tindakan koreksi yang kurang memuaskan dapat melaporkan
pada tingkatan manajemen yang sesuai termasuk risiko yang masih ada
untuk memberikan tambahan sehingga tindakan koreksi menjadi
memuaskan.
34
4. Tujuan dan Manfaat Tindak Lanjut
Menurut Tugiman (2006:44) tujuan tindak lanjut audit sebagai
berikut:
a. Memastikan bahwa saran/rekomendasi auditor yang dimuat dalam
laporan hasil audit telah dilaksanakan secara memadai, dan tepat waktu
oleh entitas yang diperiksa.
b. Mengetahui perkembangan tindak lanjut/rekomendasi dalam laporan
hasil audit lalu yang masih belum selesai.
c. Memonitor koreksi yang sudah dilakukan manajemen, serta hasil dan
pengaruhnya bagi entitas yang diperiksa.
d. Memastikan bahwa temuan yang diperoleh dalam audit sebelumya
tidak dijumpai lagi dalam audit yang sedang dilaksanakan.
Sedangkan manfaat tindak lanjut rekomendasi audit manajemen
adalah untuk meningkatkan kinerja perusahaan agar apabila terjadi
ketidakhematan, ketidakefesienan, dan ketidakefektifan dalam
melaksanakan kegiatan operasional dapat segera diperbaiki, sehingga
kegiatan operasional perusahaan tetap mendukung perusahaan dalam
mencapai tujuan utamanya.
D. Sistem Pengendalian Internal
1. Pengertian Sistem Pengendalian Internal
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2008:319) pengendalian
internal adalah suatu proses yang dijalankan oleh Dewan Komisaris,
35
Manajemen, dan Personil lain entitas yang didesain untuk memberikan
keyakinan yang memadai tentang pencapaian 3 golongan tujuan berikut
ini:
a. Keandalan laporan keuangan.
b. Efektivitas dan efisiensi operasi.
c. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
Sedangkan menurut Mulyadi (2002:180) Pengendalian intern adalah
suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan
personel lain yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang
pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini : (1) Keandalan pelaporan
keuangan, (2) Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku, (3)
Efektivitas dan efisiensi operasi.
2. Tujuan Sistem Pengendalian Internal
Sebuah sistem pengendalian internal terdiri dari kebijakan dan
prosedur yang dirancang agar manajemen mendapatkan keyakinan yang
memadai bahwa perusahaan mencapai tujuan dan sasarannya. Seperti yang
telah disinggung pada point 1 diatas, manajemen memiliki tujuan umum
dalam merancang sistem pengendalian internal, sebagai berikut:
a. Keandalan dalam Laporan Keuangan.
Manajemen bertanggung jawab untuk menyusun laporan keuangan
bagi para investor, kreditor, dan pengguna lainnya. Manajemen memiliki
tanggung jawab hukum maupun profesional untuk meyakinkan bahwa
informasi disajikan dengan wajar sesuai dengan ketentuan dalam
36
pelaporan. Tujuan pengendalian internal yang efektif terhadap laporan
keuangan adalah untuk memenuhi tanggung jawab pelaporan keuangan
ini.
b. Efektivitas dan Efisiensi Operasional Perusahaan.
Pengendalian dalam suatu perusahaan akan mendorong
penggunaan sumber daya perusahaan secara efisien dan efektif untuk
mengoptimalkan sasaran yang dituju perusahaan. Sebuah tujuan penting
atas pengendalian tersebut adalah akurasi informasi keuangan dan
nonkeuangan mengenai kegiatan operasi perusahaan yang akan
digunakan dalam pengambilan keputusan oleh para pengguna laporan.
c. Kepatuhan Terhadap Hukum dan Peraturan
Perusahaan publik, perusahaan nonpublik, maupun organisasi
nirlaba diharuskan untuk mematuhi beragam ketentuan hukum dan
peraturan. Beberapa peraturan ada yang terkait dengan akuntansi secara
tidak langsung, misalnya perlindungan terhadap lingkungan dan hukum
hak-hak sipil. Sedangkan yang terkait erat dengan akuntansi, misalnya
peraturan pajak penghasilan dan kecurangan.
Manajemen merancang sistem pengendalian internal agar mencapai
ketiga tujuan diatas. Fokus auditor dalam pengauditan atas laporan
keuangan maupun audit atas pengendalian internal terletak pada
pengendalian terhadap keandalan laporan keuangan ditambah beberapa
pengendalian terhadap kegiatan operasional dan kepatuhan terhadap hukum
37
dan peraturan yang dapat berdampak secara signifikan pada laporan
keuangan.
3. Komponen Sistem Pengendalian Internal
Committee of Sponsoring Organizations (COSO) mendefinisikan lima
komponen (unsur-unsur) yang saling berhubungan yang akan saling
menunjang pencapaian tujuan perusahaan, komponen tersebut meliputi:
a. Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian berfungsi sebagai payung bagi keempat
komponen pengendalian internal lainnya. Lingkungan pengendalian
terdiri atas tindakan, kebijakan, dan prosedur yang mencerminkan sikap
manajemen puncak, para direktur, dan para pemilik entitas secara
keseluruhan mengenai pengendalian internal serta arti pentingnya bagi
entitas tersebut. Untuk memahami dan menilai lingkungan pengendalian,
auditor perlu mempertimbangkan subkomponen dari lingkungan
pengendalian itu sendiri, yaitu:
1) Integritas dan Nilai-Nilai Etis
Subkomponen ini meliputi tindakan manajemen untuk
mencegah karyawan melakukan tindakan yang tidak jujur, ilegal, atau
tidak etis. Integritas dan nilai-nilai etis ini dituangkan dalam sebuah
standar etika atau kode perilaku.
2) Komitmen pada Kompetensi
Meliputi pertimbangan manajemen tentang persyaratan
kompetensi yang harus dipenuhi bagi pekerjaan tertentu.
38
3) Partisipasi Dewan Komisaris dan Komite Audit
Dewan komisaris berperan penting dalam memastikan bahwa
manajemen telah mengimplementasikan pengendalian internal dan
proses pelaporan keuangan secara layak. Komite audit juga
bertanggung jawab untuk melakukan komunikasi secara berkelanjutan
dengan auditor internal maupun auditor eksternal, termasuk
menyetujui jasa audit dan nonaudit yang dilakukan para auditor
eksternal.
4) Filosofi dan Gaya Operasi Manajemen
Manajemen, melalui prinsip dan sikapnyam memberikan isyarat
tertentu bagi para karyawannya mengenai arti penting pengendalian
internal.
5) Struktur Organisasi
Struktur organisasi menunjukkan tingkatan tanggung jawab dan
kewenangan yang ada dalam setiap divisi atau bagian. Dengan
memahami struktur organisasi klien, auditor dapat mempelajari
perihal pengelolaan entitas dan unsur-unsur fungsional bisnis serta
melihat bagaimana pengendalian atas pengelolaan tersebut diterapkan.
6) Kebijakan perihal Sumber Daya Manusia (Karyawan Entitas)
Karena pentingnya sumber daya manusia bagi keberhasilan
sebuah entitas, metode atau kebijakan untuk mengangkat,
mengevaluasi, melatih, mempromosikan, dan memberi kompensasi
39
kepada karyawan merupakan bagian yang penting dari pengendalian
internal.
b. Penilaian Risiko
Merupakan proses identifikasi dan analisis resiko yang dapat
menghambat atau berhubungan dengan pencapaian tujuan perusahaan,
serta menentukan cara bagaimana risiko tersebut ditangani. COSO
mengarahkan kita melakukan identifikasi terhadap risiko internal maupun
eksternal dari aktivitas suatu entity atau individu. Penilaian risiko oleh
manajemen juga harus mencangkup pertimbangan khusus atas risiko
yang dapat muncul dari perubahan kondisi seperti perubahan dalam
lingkungan operasi, personel baru, sistem informasi yang baru,
restrukturisasi perusahaan, operasi di luar negeri, dan pernyataan
akuntansi.
Tindakan yang dilakukan manajemen untuk mengidentifikasi dan
menganalisis risiko-risiko terkait penyusunan laporan keuangan yang
sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Auditor
dapat mengetahui proses penilaian risiko yang dilakukan manajemen
melalui penggunaan kuesioner atau diskusi dengan manajemen terkait
untuk menentukan bagaimana manajemen klien mengidentifikasi risiko-
risiko yang terkait dengan pelaporan keuangan, mengevaluasi signifikan
dan kemungkinan terjadinya risiko tersebut, serta untuk memutuskan
tindakan apa yang harus diambil untuk mengatasi risiko yang muncul.
c. Aktivitas Pengendalian
40
Merupakan kebijakan dan prosedur untuk membantu memastikan
bahwa tindakan yang diperlukan untuk mengatasi risiko telah diambil
guna mencapai tujuan entitas. Kebijakan dan prosedur tersebut terdiri
atas:
1) Pemisahan Tugas.
2) Otorisasi yang Tepat atas Transaksi.
3) Dokumen dan Catatan yang Memadai.
4) Pengendalian Fisik atas Aktiva dan Catatan.
5) Pemeriksaan Independen atau Verifikasi Internal.
d. Informasi dan Komunikasi Akuntansi
Tujuan dari sistem informasi dan komunikasi akuntansi adalah agar
transaksi yang dicatat, diproses, dan dilaporkan telah memenuhi keenam
tujuan audit umum atas transaksi, yaitu:
1) Transaksi yang dicatat memang ada.
2) Transaksi yang ada sudah dicatat.
3) Transaksi yang dicatat dinyatakan pada jumlah yang benar.
4) Transaksi yang dicatat, diposting dan diikhtisarkan dengan benar.
5) Transaksi diklasifikasi dengan benar.
e. Pemantauan
Aktivitas pemantauan berhubungan dengan penilaian atas mutu
pengendalian internal secara berkesinambungan (berkala) oleh
manajemen untuk menentukan bahwa pengendalian telah berjalan
41
sebagaimana yang diharapkan, dan dimodifikasi sesuai dengan
perkembangan kondisi yang ada dalam perusahaan.
4. Keterbatasan Sistem Pengendalian Internal
Sistem pengendalian internal perusahaan pada umumnya dirancang
untuk memberikan jaminan yang memadai bahwa aktiva perusahaan telah
diamankan secara tepat dan bahwa catatan akuntansi dapat diandalkan. Pada
dasarnya, konsep jaminan yang memadai ini sangat terkait langsung dengan
asumsi yang mengatakan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk membentuk
atau menerapkan prosedur pengendalian seharusnya jangan sampai melebihi
manfaat yang diperkirakan akan timbul atau dihasilkan dari pelaksanaan
prosedur pengendalian tersebut.
E. Piutang
1. Pengertian Piutang
Pada umumnya piutang timbul akibat dari transaksi penjualan barang
dan jasa, dimana pembayaran oleh pihak yang bersangkutan baru akan
dilakukan setelah tanggal transaksi jual beli. Mengingat piutang merupakan
harta perusahaan yang sangat likuid maka harus dilakukan prosedur yang
wajar dan cara-cara yang memuaskan dengan para debitur sehingga perlu
disusun suatu prosedur yang baik dei memajukan perusahaan.
Menurut Mulyadi (2002:87) piutang merupakan klaim kepada pihak
lain atas uang, barang, atau jasa yang dapat diterima dalam jangka waktu
satu tahun, atau dalam satu siklus kegiatan perusahaan.
42
Menurut Akbar (2004:199) yang dikutip dalam
http://vangaliputra.blogspot.com/2011/05/definisi-piutang.html menyatakan
bahwa “Piutang meliputi semua hak atau klaim perusahaan pada organisasi
lain untuk menerima sejumlah kas, barang, atau jasa di masa yang kan
datang sebagai akibat kejadian masa lalu.”
Dari uraian definisi diatas dapat disimpulkan bahwa piutang
merupakan hak klaim terhadap perusahaan lain maupun individu, dengan
adanya hakl klaim ini perusahaan dapat menuntut pembayaran dalam bentuk
uang atau penyerahan aktiva atau jasa lain kepada pihak dengan siapa ia
berutang. Piutang usaha menunjukan klaim yang akan dilunasi dengan uang
yang didukung dengan janji tertulis yang timbul dari penjualan barang atau
jasa yang dihasilkan perusahaan.
2. Pengakuan Piutang Usaha
Piutang usaha didukung oleh faktur penjualan atau dokumen lainnya
selain jaminan tertulis formal, dan di dalamnya dimuat jumlah yang
diharapkan dapat tertagih pada tahun setelah tanggal neraca atau dalam
siklus operasi perusahaan.
Piutang usaha hanya diakui ketika kriteria atas pengakuan telah
dipenuhi. Piutang usaha dinilai pada harga pertukaran awal antara
perusahaan dengan pihak ketiga, dikurangi penyesuaian untuk diskon tunai,
retur penjualan, serta penyisihan dan piutang tak tertagih yang mengahsilkan
nilai realisasi bersih, yaitu jumlah kas yang diharapkan akan tertagih.
43
3. Prosedur Penagihan Piutang
Setelah terjadi piutang maka akan dilakukan penagihan terhadap para
debitur. Penagihannya dilakukan oleh petugas khusus yang ditunjuk untuk
melakukan penagihan piutang yang sering disebut kolektor. Adapun proses
penagihan piutang diantaranya:
a. Bagian piutang menyusun daftar tagihan piutang yang jatuh tempo.
Daftar tersebut akan diserahkan kepada penagih beserta kuitansi
penjualan asli.
b. Kasir melakukan konfirmasi via telepon kepada pelanggan dan
menanyakan kapan proses pembayaran dilakukan. Jika pelunasan
dilakukan maka akan diberikan kuitansi penjualan yang asli yang dicap
lunas.
c. Uang hasil penagihan yang diperoleh akan diserahkan kepada kasir
serta daftar tagihannya.
d. Kasir menghitung uang tagihan dan apabila sudah cocok dengan daftar
tagihan maka daftar tagihan tersebut akan diberikan cap dimana tagihan
tersebut telah diterima oleh kasir.
e. Selanjunya kasir akan menyerahkan daftar tagihan ke bagian piutang
dan akuntansi, penagihan piutang yang diterima pada buku tambahan
dan bagian akuntansi mencatat ke buku kasir dan buku besar.
top related