bab ii tinjauan pustaka 2.1 manajemen aset
Post on 01-Dec-2021
3 Views
Preview:
TRANSCRIPT
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Manajemen Aset
Menurut Sugiama (2013) aset dapat dikategorikan sebagai segala bentuk
atau apapun yang memiliki nilai ekonomis yang dapat dimiliki oleh perseorangan,
pemerintah maupun perusahaan yang dapat diukur atau dinilai secara finansial.
Menurut (Siregar,2004, hal.178) “ Pengertian aset secara umum adalah barang
(thing) atau sesuatu barang (anything) yang mempunyai nilai ekonomi (economic
value),nilai komersial, (commercial value) atau nilai tukar (exchange value) yang
dimiliki oleh badan usaha, instansi atau individu (perorangan)”.
Menurut Hastings (2010, hal.4) definisi manajemen aset adalah "asset Management is the set of activities associated with: Identifying what assets are needed, identifying funding requirements, acquiring assets, providing logistic and maintenance support system for assets, disposing or rewing assets. So as to effectively and efficiently meet the desired objective."
Dilihat berdasarkan sudut pandang hukum, menurut Hidayat (2012) aset
terdiri dari benda yang tidak bergerak dan benda bergerak, baik benda yang dapat
dirasakan atau biasa disebut dengan berwujud seperti lahan, kendaraan, bangunan
ataupun benda-benda lainnya yang tidak berwujud yang kemudian dikenal dengan
istilah tangible dan intangible, yang dimana benda-benda tersebut tercakup dalam
aktiva/aset atau harta aset dari suatu instansi, organisasi, badan usaha ataupun
individu perorangan
Menurut Sugiama (2013, hal. 27) Tahap awal dalam sebuah siklus aset
adalah perencanaan kebutuhan aset kemudian dilanjutkan dengan pengadaan aset
dan stserusnya. Siklus aset dapat diketahui sebagai berikut :
10
Sumber : Sugiama (2013, hal.27)
Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa setiap aset yang dimiliki oleh
perseorangan, lembaga, perusahan maupun instansi pemerintahan akan memiliki
tahap-tahap dalam proses pengelolaanya yang biasa disebut dengan siklus alur
aset. Tahap paling awal dalam siklus alur aset adalah perencanaan kebutuhan aset
yang kemudian dilanjutkan dengan pengadaan aset, inventarisasi aset hingga
penghapusan aset, sehingga aset yang dikelola akan melewati siklus tersebut.
2.1.1 Jenis Aset
Menurut Sugiama (2013) aset memiliki keberagam tersendiri, artinya aset
dapat di klasifikasikan menjadi beberapa kelompok menurut beberapa dasar.
Menurut Bentuknya, aset dapat dibagi kedalam dua bentuk :
1. Tangible assets atau yang biasa dikenal dengan sebutan aset berwujud
yang bisa dilihat, diraba dan dirasakan oleh panca indera yang dimilki
manusia . Contoh aset fisik bisa berupa :
Perencanaan Kebutuhan Aset
Pengadaan Aset
Pengalihan Aset (Penjualan, Penyertaan Modal, Hibah)
Inventarisasi Aset
Penilaian Aset
Penghapusan Aset Pembaharuan/Rejuvenasi Aset
Pengoperasian dan Pemeliharaan Aset
Legal Audit Aset
Pemusnahan Aset
Gambar 2.1
Siklus Aset
11
a. Lahan
b. Gedung atau Bangunan
c. Infrastruktur
d. Perlengkapan atau fasilitas baik sarana maupun prasarana industri
e. Alat tulis kantor
f. Barang persediaan
g. Kekayaan alam
2. Intangible assets atau aset tidak berwujud yang keberadaanya secara fisik
tidak bisa dirasakan oleh panca indera yakni tidak dapat dilihat, disentuh
serta tidak dapat diukur secara fisik, akan tetapi dapat dilakukan
identifikasi sebagai harta atau kekayaan secara terpisah. Selain itu,
kekayaan tersebut mempunyai nilai ekonomis serta memberikan manfaat
sebagai hasil dari proses usaha. Adapun contoh aset tidak berwujud adalah
sebagai berikut :
a. Hak paten biasanya digunakan untuk formula sebuah produk
b. Hak cipta atau copyright atas sebuah karya
c. Nama baik sebuah organisasi/perusahaan atau Goodwill
d. Hak merek dagang
e. Hak atas usaha waralaba atau franchise
Menurut Sugiama (2013) selain dilihat berdasarkan bentuknya, aset dapat di
klasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu berdasarkan tujuan penggunaan dan
pemanfaatan aset. Adapun jenis aset berdasarkan tujuan penggunaan dan
pemanfaatan adalah sebagai berikut :
1. Aset yang diperuntukan sebagai aset yang dikomersilkan atau lebih
condong kepada profit oriented yang menjadi tujuan dari halnya aset yang
dimiliki perusahaan yang berorientasi terhadap profit. Kegiatan ini
biasanya dilakukan oleh industri dan perusahaan yang tergabung dalam
BUMN dan swasta yang dimana aset-aset yang dimilikinya disiapkan
12
untuk menunjang segala bentuk aktivitas atau kegiatan perusahaan agar
mencapai keuntungan yang setinggi-tingginya.
2. Aset yang bersifat non komersil atau dalam artian tidak diperuntukkan
sebagai aset yang menghasilkan profit bagi pengelolanya. Hal tersebut
biasanya terjadi pada aset-aset yang dimiliki oleh instansi pemerintahan
yang digunakan sebagai fasilitas publik dan memberikan kesejahteraan
pada masyarakat melaui pelayanan publik seperti infrastukur baik itu jalan,
jembatan maupun bangunan, taman kota, tempat pendidikan berupa
sekolah, rumah sakit dan lainnya yang keberadaanya di prioritaskan untuk
memberikan kesejahteraan kepada masyarakat.
Menurut MAPPI (2015) dalam SPI dijelaskan bahwa real properti merupakan
kepemilikan atas kepentingan hukum yang melekat pada real estate atau hubungan
hukum penguasaan yuridis oleh pemilik atas real estate.
Menurut MAPPI (2015) real estate dikategorikan sebagai tanah yang secara
fisik serta segala sesuatu (benda) yang melekat dan dibangun oleh manusia
sehingga menjadi satu kesatuan dengan tanahnya.
2.2 Perencanaan Kebutuhan Aset
Menurut Sugiama (2013, hal. 163) “ perencanaan adalah penentuan tujuan
akhir dan sasaran (objektif) sebuah organisasi serta menentukan cara terbaik untuk
mencapaianya”. Menurut Warman (1995) perencanaan merupakan proses
memprakirakan apa saja yang akan terjadi di masa depan serta mempersiapkan
segala sesuatu tersebut. Menurut Arsyad (1999) perencanaan merupakan proses
yang saling berkaitan dan berkesinambungan mencangkup keputusan-keputusan
atau berbagai alternatif penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan tertentu
pada masa yang akan datang. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Pasal 13 ayat 1,
pengertian perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa
depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya
yang tersedia.
13
Sedangkan menurut Victoria (1995, hal.20) definisi perencanaan aset adalah “ asset planning is fundamental to the effective management of an entity’s business, being the first phase in the asset life cycle . Matching the asset requirements of an entity to its service delivery strategy should result in assets with the necessary capacity and performance. Asset planning also lead to specific actions to acquire any new assets that may be needed, to disposese of assets that are surplus and to operate and maintain exixting assets effectively.”
Menurut Hadinata (2011) tahap awal dalam sebuah siklus manajemen aset
dimulai dari perencanaan kebutuhan aset, yang kemudian diartikan sebagai
kegiatan menentukan dan merumuskan rincian-rincian kebutuhan aset untuk
menghubungkan pengadaan aset yang telah selesai dilakukan atau telah lalu
dengan keadaan yang sedang berjalaan pada saat ini sebagai dasar dalam tindakan
yang akan datang. Perencanaan kebutuhan aset harus mampu menghubungkan
antara ketersediaan barang sebagai hasil dari kegiatan pengadaan yang telah lalu
dengan keadaan yang sedang berjalan sebagai dasar tindakan dalam rangka
pencapaian yang efektif dan efisien. Kegiatan perencanaan kebutuhan aset
bertujuan untuk mengoptimalkan aset dalam rangka mewujudkan pengelolaan aset
yang efektif, efisien dan berkesinambungan. Adapun ruang lingkup perencanaan
kebutuhan aset adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan pengadaan aset
2. Perencanaan pemeliharaan aset
3. Perencanaan pemanfaatan aset
4. Perencanaan pemindahtanganan aset
5. Perencanaan penghapusan aset
2.2.1 Tujuan dan Jenis Perencanaan Kebutuhan Aset
Menurut Watkins (2012, hal. 17) tujuan dari analisis kebutuhan sebagai
berikut :
1. Memverifikasi kemampuan dalam pencapaian hasil sesuai dengan yang
diharapkan.
2. Melakukan perbandingan antara beberapa alternatif.
14
3. Memberikan solusi yang memiliki efek paling maksimal.
4. Memprioritaskan kebutuhan yang paling efisien dalam penggunaan sumber
daya.
Hadinata (2011, hal. 11) menyatakan bahwa tujuan perencanaan kebutuhan
BMN adalah mengoptimalkan BMN dalam rangka mewujudkan pengelolaan
BMN yang efektif, efisien, dan berkesinambungan. Menurut Sugiama (2013,
hal.157) tujuan perencanaan meliputi:
1. Memperjelas arah atau clarify direction
2. Memotivasi karyawan
3. Mempertinggi efisiensi sumber daya, dan
4. Menyediakan cara untuk menentukan kemajuan atau peningkatan.
Menurut Sugiama (2013) jenis perencanaan dikategorikan ke dalam tiga dasar
yaitu :
1. Berdasarkan cakupan luas dan sempitnya (breadth) meliputi :
a. Rencana strategik (strategic planning) yakni perencanaan untuk hal mana
organisasi meraihnya atau drive organization to achieve goals.
b. Rencana taktikal (tactical) yakni perencanaan operasional yang perlu
dijabarkan secara rinci untuk keseluruhan capaian tujuan dan dijelaskan
bagaimana upaya mencapainya.
2. Berdasarkan jangka waktu (time frame), perencanaan dapat ditujukan untuk
jangka panjang (long-term) dan jangka pendek (short-term).
3. Berdasarkan kehususannya (specifity) meliputi perencanaan :
a. Bersifat directional artinya perencanaan yang disusun secara definitif,
jelas atau clearly define of object and no misinterpretations.
b. Bersifat khusus yakni rencana disusun secara luwes, sehingga menjadi
perencanaan yang bersifat “general guideline”.
15
2.2.2 Tahapan Perencanaan Kebutuhan Aset
Menurut Victorian Government (1995, hal.2.20) menjelaskan tahap-tahap
perencanaan aset, adapun tahapan perencanaan aset dapat dilihat pada kerangka
perencanaan aset sebagai berikut :
Sumber : Victoria Government (1995, hal.2.20)
Gambar 2.2
The Planning Stage
Proses perencanaan kebutuhan aset meliputi sebagai berikut :
1. Menentukan Kebutuhan Aset.
Hastings (2010) analisis kebutuhan dilakukan untuk mengidentifikasi
segala sesuatu yang dibutuhkan oleh sebuah organisasi atau perusahaan
terkait dengan kemampuan aset untuk mendukung rencana bisnis.
Kegiatan perencanaan kebutuhan aset harus disesuaikan untuk mencapai
strategi pelayanan berdasarkan kapasitas dan performa aset.
2. Evaluasi Kondisi Aset
Menurut Victoria Government (1995) seluruh aset yang dimiliki atau
yang sedang digunakan untuk menyampaikan layanan perlu diidentifikasi
dan dilakukan proses evaluasi mengenai efektifitas dan bagaimana aset
tersebut bekerja dalam mendukung persyaratan layanan.
16
3. Pengembangan Strategi Aset
Pengembangan strategi aset berdasarkan kebutuhan dapat dilakukan dengan
2 pendekatan melalui solusi yang berkaitan dengan aset atau non aset.
Menurut Victoria Government (1995, hal.2.22) Strategi didasarkan pada
analisis kebutuhan dan review tentang bagaimana layanan saat ini yang
sedang disediakan. meliputi :
A. Menentukan ruang lingkup, standar dan tingkat layanan yang akan
diberikan;
B. Menilai metode pelayanan dan sumber daya yang dibutuhkan,
termasuk persyaratan untuk penggunaan aset; dan
C. Mempertimbangkan metode yang mengandung permintaan dengan
menggunakan teknik manajemen permintaan.
Solusi non aset dapat dipertimbangkan untuk mendukung kebutuhan atau
perencanaan aset terhindar dari penambahan aset, dengan
mempertimbangkan:
A. Mendesain ulang layanan untuk mengurangi keperluan aset
B. Meningkatkan pemanfaatan aset yang ada,
C. Menggunakan jasa penyewaan aset.
4. Modal Pembiayaan dan Penganggaran
Menurut Victoria Government (1995) kegiatan penganggaran, entitas
harus mampu mengendalikan dan mempertimbangkan segala sesuatu
termasuk pilihan yang tersedia untuk pendanaan atau modal dan biaya
operasional untuk aset.
Menurut Permendagri No 19 Tahun 2016 perencanaan kebutuhan adalah
kegiatan merumuskan rincian kebutuhan barang milik daerah untuk
menghubungkan pengadaan barang yang telah lalu dengan keadaan yang sedang
berjalan sebagai dasar dalam melakukan tindakan yang akan datang. Perencanaan
ditujukan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan oleh perusahaan. Secara umum
proses perencanaan kebutuhan aset dapat dilihat pada Gambar 2.3
17
Sumber : Sugiama, 2013
Gambar 2.3
Proses Umum Perencanaan Kebutuhan Aset
Gambar diatas merupakan bagan dari proses umum perencanaan
kebutuhan aset dimulai dari master plan institusi kemudian dilanjutkan dengan
rencana institusi dan tahapan-tahapan selanjutnya hingga menghasilkan sebuah
perencanan yang efektif dan efisien.
2.2.3 Kriteria Perencanaan Kebutuhan Aset
Menurut Hadinata (2011) sebagai upaya mewujudkan perencanaan
kebutuhan yang baik, perlu adanya kesesuaian dengan kebutuhan
perusahaan/instansi serta tidak berlebihan sehingga efektif dan efisien.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 06 Tahun 2006 tentang pengelolaan barang
milik Negara/Daerah yang telah diubah menjadi Peraturan Pemerintah No 38
tahun 2008, bahwa Menteri keuangan telah menetapkan standar barang dan
standar kebutuhan dalam perencanaan kebutuhan aset. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah No 38 Tahun 2008 dalam Hadinata (2011) kriteria perencanaan
kebutuhan aset meliputi :
Master Plan Institusi
Realisasi Pengadaan Aset
Rencana Anggaran
Rencana Kerja Tahunan
Rencana Institusi
Pagu Anggaran
Proposal Program
18
1. Standar Kebutuhan
2. Standar Barang
3. Standar harga
Menurut Watkins et al (2012) menjelaskan bahwa langkah-langkah yang harus
dilakukan dalam perencanaan kebutuhan adalah sebagai berikut :
1. Menentukan ruang lingkup analisis kebutuhan. Artinya ruang lingkup
analisis kebutuhan terdiri dari strategi, taktik, dan operasional.
2. Merencanakan siapa saja yang akan terlibat di dalam analisis kebutuhan
3. Menentukan berapa lama analisis kebutuhan akan dilaksanakan.
4. Menentukan bagaimana cara mengelola analisis kebutuhan.
5. Menetapkan Project’s logic model yang sesuai dalam analisis kebutuhan
6. Mengumpulkan data-data
7. Menentukan alat-alat dan teknik analisis kebutuhan
8. Menentukan bagaimana menggunakan informasi yang diperoleh
9. Menetapkan kegiatan yang bisa dijadikan sebagai pertimbangan untuk
dijadikan sebuah solusi
10. Menentukan ukuran kepuasan yang akan digunakan
11. Menentukan kapan akan dilakukan solusi analisis kebutuhan
12. Laporan dan Presentasi
Selain merumuskan tahap-tahap apa saja yang akan dilaksanakan dalam
proses perencanaan kebutuhan, diperlukan juga alat-alat dan teknik analisis dalam
aktivitas perencanaan kebutuhan aset. Menurut Watkins et al (2012) menjelaskan
bahwa alat-alat dan teknik untuk menganalisis kebutuhan diklasifikasikan
kedalam dua kelompok sebagai berikut :
1. Alat dan Teknik Pengumpulan Data.
Alat dan teknik pengumpulan data digunakan untuk menganalisis
kebutuhan. Adapun alat dan teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah sebagi berikut :
19
a. Dokumen atau Data Review bertujuan untuk meninjau beberapa
sumber yang ada ( misalnya dokumen, laporan, file data dan
tulisan lainnya)
b. Guide Expert Review bertujuan untuk memperoleh perspektif
informasi dari para ahli yang berada di luar sistem dimana
analisis kebutuhan di fokuskan.
c. Manajemen Focus Group bertujuan untuk mengumpulkan data
dari grup kecil dan dengan format terstuktur.
d. Interview dilakukan guna mengumpulkan seluruh informasi dari
satu sumber melalui format yang dapat digunakan dimulai dari
format yang terstuktur, semi terstuktur sampai tidak terstuktur.
e. Dual Response Surveys bertujuan untuk mengumpulkan data-data
dalam jumlah yang besar dari beberapa lokasi.
f. SWOT. Analisis SWOT digunakan untuk mengidentifikasi,
mengatur dan memprioritaskan kekuatan, kelemahan, peluang
dan ancaman
g. World Café merupakan sebuah format untuk menggabungkan
desain pembicaraan yang lebih kompleks dan mendalam guna
menekan isu yang dikumpulkan.
h. Teknik Delphi
i. Observasi Kinerja. Kegiatan ini bertujuan untuk
mendokumentasikan secara akurat berupa langkah-langkah,
prosedur, alat, dan keputusan yang digunakan untuk mencapai
kinerja saat ini.
j. Analisis Tugas
k. Analisis Tugas Kognitif
2. Alat dan Teknik Membuat Keputusan
Selain alat dan teknik pengumpulan data, terdapat pula alat dan teknik
membuat keputusan adalah sebagai berikut :
20
A. Teknik grup Nominal bertujuan untuk melakukan perencanaan
konsensus sehingga dapat memprioritaskan masalah dan membuat
keputusan
B. Analisis Multikriteria merupakan analisis melalui cara sistematis
menyediakan perbandingan kuantitatif di beberapa opsi
C. Analisis Tabletop merupakan salah satu media fasilitator, yang
dipimpin untuk diskusi yang digunakan dalam berbagai macam
pengaturan dalam mengidentifikasi kesenjangan, kinerja
defisiensi, dan masalah komunikasi dalam sistem tertentu.
D. Perbandingan Pair-Wise merupakan alat yang digunakan apabila
memiliki beberapa option untuk dijadikan sebagai prioritas.
E. 2 x 2 Matrix Decision Aids digunakan untuk memeriksa berbagai
perspektif tentang isu-isu diidentifikasi selama penilaian
kebutuhan.
F. Diagram Fishbone
G. Skenario memiliki fungsi sebegai penyedia eksplorasi kontekstual
kekuatan potensi dan kelemahan dari beberapa kombinasi
intervensi terkait dengan peningkatan kinerja.
H. Analisis Root Cause , analisis tersebut bertujuan untuk
mengidentifikasi faktor-faktor penyebab yang berkontribusi dan
menyebabkan permasalahan mengenai kinerja.
I. Analisis Fault Tree merupakan prosedur yang kemudian
digunakan untuk mengidentifikasi secara logis, mengevaluasi
kemudian mengukur potensi masalah terjadinya penyebab
kesenjangan kinerja serta menentukan strategi untuk mencegah
penyebab tersebut.
J. Konsep Mapping
K. Future Wheel merupakan teknik yang bertujuan untuk membantu
dalam menganilisis dan mengeksplorasi melalui efek-efek dari
tren suatu keadaan atau isu.
21
L. Piramid Kinerja merupakan kerangka kerja yang digunakan untuk
memastikan bahwa analisis kebutuhan menangani kinerja yang
mendasari setiap komponen
2.3 Ruang Terbuka Hijau
Menurut (Santoso,2012, hal.2) definisi ruang terbuka adalah “ ruang yang
berfungsi sebagai wadah (container) untuk kehidupan manusia, baik secara
individu maupun berkelompok, serta wadah mahluk lainnya untuk hidup dan
berkembang secara berkelanjutan”.
Berdasarkan Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 (Dalam Lestari, 2014,
hal.382) “ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau
mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh
tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam”.
Menurut (Joga,2011, hal.92) “ruang terbuka hijau merupakan suatu lahan/
kawasan yang mengandung unsur dan struktur alami yang dapat menjalankan
proses-proses ekologis,seperti pengendali pencemaran udara, ameliorasi
iklim,pengendali tata air, dan sebagainya”.
Menurut Joga (2011) ruang terbuka hijau dapat dibedakan dalam berbagai
jenis dan bentuk, seperti ruang terbuka hijau pekarangan/ halaman, ruang terbuka
hijau pertanian, ruang terbuka hijau kehutanan, ruang terbuka hijau pertamanan,
ruang terbuka hijau olahraga, ruang terbuka hijau pemakaman dan jenis ruang
terbuka hijau lainnya.
Keberadaan ruang terbuka hijau dapat di klasifikasikan kedalam beberapa
kelompok. Menurut Santoso (2012) berdasarkan bobot kealamiannya bentuk
ruang terbuka hijau dapat di klasifikasikan menjadi sebagai berikut :
22
a. Bentuk ruang terbuka hijau alami (habitat liar/alami)
b. Bentuk ruang terbuka hijau non alami atau RT binaan ( pertanian kota,
pertamanan kota, lapangan olahraga,pemakaman)
Sedangkan jika ditinjau berdasarkan sifat dan karakter ekologisnya ruang
terbuka hijau dapat di klasifikasikan sebagai berikut :
a. Ruang terbuka hijau kawasan (areal)
b. Ruang terbuka jalur (koridor)
Klasifikasi ruang terbuka hijau berdasarkan penggunaan lahan atau kawasan
fungsinalnya di klasifikasikan sebagai berikut :
a. Ruang terbuka hijau kawasan perdagangan
b. Ruang terbuka hijau kawasan perindustrian
c. Ruang terbuka hijau kawasan permukiman
d. Ruang terbuka hijau kawasan pertanian
e. Ruang terbuka hijau kawasan-kawasan khusus
Sedangkan jka ditinjau berdasarkan status kepemilikannya, ruang terbuka hijau
dapat di klasifikasikan sebagai berikut :
a. Ruang terbuka hijau publik atau ruang terbuka hijau yang berlokasi pada
lahan-lahan publik atau lahan yang dimiliki oleh pemerintah, dimana
keberadaanya diperuntukkan oleh masyarakat.
b. Ruang terbuka non public (privat) atau ruang terbuka hijau yang berlokasi
di lahan-alahan miliki perseorangan atau pribadi.
2.3.1 Jenis-Jenis RTH Publik
Menurut Imansari (2015) jenis ruang terbuka hijau yang termasuk kedalam
klasifikasi ruang terbuka hijau publik sebagai berikut :
23
1. Hutan Kota
Menurut Imansari (2015) hutan kota idealnya berupa hamparan lahan yang
ditumbuhi sejumlah tanaman dan pepohonan yang memiliki luas minimal
2500 m². Adapun tujuan keberadaan hutan kota adalah sebagai penyangga
lingkungan kota yang berfungsi untuk memperbaiki dan menjaga iklim
mikro serta memberi nilai estetika atau sebagai penambah keindahan sebuah
kota, peresapan air, menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan
fisik kota serta mendukung pelestarian dan perlindungan keanekaragaman
hayati.
2. Taman
Menurut Imansari (2015) menjelaskan bahwa taman yang keberadaanya
diperuntukan untuk publik adalah sebagai berikut :
a. Taman Kota
b. Taman RT
c. Taman RW
d. Taman Kelurahan
e. Taman Kecamatan
2.3.2 Pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau
Keberadaan ruang terbuka hijau dalam sebuah perkotaan juga memerlukan
pemeliharaan sebagai upaya agar ruang terbuka hijau dapat digunakan denagn
sebagaimana yang diharapkan. Menurut Ahmad (2014) menjelaskan bahwa
pemeliharaan ruang terbuka hijau merupakan bagian dari upaya dan segala bentuk
aktivitas untuk merawat serta mempertahankan suatu taman sehingga dapat tetap
terjaga keindahannya dari fungsi taman tersebut. Pemeliharaan taman dapat
dilakukan pada elemen atau komponen hard material maupun soft material.
Pemeliharaan taman merupakan bagian dari pemeliharaan kondisi tapak agar
selalu tampak seperti yang diharapkan secara estetik dan menyenangkan dengan
lingkup tanggung jawab pada manajemen serta pengetahuan penanganan tanaman
dan elemen lansekap lainnya. Pelaksanaan fisik pemeliharaan taman meliputi
pengerjaan pengukuran dan pematokan, pengolahan tanah, serta pelaksanaan
24
pemeliharaan soft material dan hard material. Menurut Nugroho (2010) kualitas
suatu ruang terbuka hijau bergantung kepada pemeliharaan, pemeliharaan yang
baik dan rutin dilakukan akan menjaga keberlanjutan ruang terbuka hijau yang
ada.
Menurut Arifin (2005) dalam rangka mencapai efektivitas di dalam
pemeliharaan, hendaknya diperhatikan beberapa hal prinsip dalam pemeliharaan
taman sebagai berikut :
1. Penetapan tujuan dan standar pemeliharaan
2. Pemeliharaan harus dilakukan secara ekonomis, baik waktu, tenaga kerja,
peralatan maupun bahan.
3. Operasional pemeliharaan hendaknya didasarkan pada rencana
pemeliharaan tertulis yang logis.
4. Jadwal pekerjaan pemeliharaan taman harus didasarkan pada kebijakan
dan prioritas yang benar terkait dengan pemeliharaan taman.
5. Pemeliharaan pencegahan perlu ditekankan.
6. Pengelola pemeliharaan taman harus diorganisir dengan baik.
7. Sumber dana yang cukup mampu menciptakan dan mendukung program
pemeliharaan yang telah ditetapkan.
8. Penyediaan tenaga kerja yang cukup sangat penting untuk melaksanakan
fungsi-fungsi pemeliharaan.
9. Program Pemeliharaan taman harus dirancang untuk melindungi
lingkungan alami.
10. Pengelola pemeliharaan taman harus bertanggung jawab terhadap
keamanan umum dan para operator taman.
11. Pemeliharaan dijadikan sebagai pertimbangan utama dalam perancangan
dan pembangunan taman.
12. Para Operator pemeliharan harus bertanggung jawab terhadap pengelola
pemelihara taman.
25
Menurut Arifin (2005) pemeliharaan dapat di klasifikasikan kedalam dua jenis
yaitu pemeliharaan ideal dan pemeliharaan fisik sebagai berikut :
1. Pemeliharaan ideal
Menurut Arifin (2005) pemeliharaan ideal berisikan kegiatan-kegiatan
pemeliharaan yang mengacu pada tujuan dan desain yang telah ditetapkan,
sehingga pada periode waktu tertentu diadakan suatu evaluasi.
2. Pemeliharaan fisik
Menurut Arifin (2005) pemeliharaan fisik merupakan kegiatan
pemeliharaan taman untuk mewujudkan pemeliharaan ideal yang
kaitannya tidak terlepas dari elemen taman yang memiliki daya hidup,
sehingga taman tetap terjaga keindahan, keasrian, kenyamanan, dan
kemananan taman. Secara umum pemeliharaan fisik untuk tanaman adalah
sebagai berikut :
a. Penyiraman
Menurut Ratnasari (2007) penyiraman merupakan kegiatan yang
berkaitan erat dengan kebutuhan air pada tanaman. Segala jenis
tanaman membutuhkan air untuk bertahan hidup, akan tetapi
dengan kadar air yang berbeda. Hal tersebut tentunya akan
mempengaruhi frekuensi dan kuantitas penyiramanya. Frekuensi
penyiraman juga akan berbeda jika dilihat berdasarkan media
tanam. Tanaman yang ditanam didalam pot akan membutuhkan
frekuensi penyiraman yang lebih sering dibanding tanaman yang
langsung tumbuh diatas tanah langsung. Secara umum, tanaman
yang diletakan di luar ruangan pada kondisi udara panas dengan
kebutuhan air yang sedang memerlukan penyiraman sehari sekali.
Sedangkan, jika kondisi cuaca mendung, tanaman tersebut
membutuhkan penyiraman 2 hari sekali. Jika ditempatkan pada
daerah yang ternaungi, tanaman dengan karakteristik yang sama
26
memerlukan penyiraman 2 hari sekali saat cuaca panas dan 3 hari
sekali saat cuaca mendung.
b. Pemangkasan
Menurut Ratnasari (2007) tanaman memerlukan kegiatan
pemangkasam yang bertujuan untuk pembentukan tajuk dan
pembungaan. Melalui kegiatan pemangkasan yang rutin dan teratur
akan menjadikan tanaman hias menjadi lebih rapih dan cantik.
c. Pendangiran
Menurut Mawardi (2012) pendangiran merupakan kegiatan
pemeliharaan yang bertujuan untuk menggemburkan tanah di
sekitar tanaman serta memperbaiki fisik tanah. Pendangiran
sebaiknya dilakukan empat bulan sekali bersamaan dengan
pemupukan tanaman.
d. Penyiangan
Menurut Mawardi (2012) penyiangan bertujuan untuk
membersihkan tanaman dari tumbuhan-tumbuhan yang menggangu
seperti gulma, rumput liar, alang-alang agar tidak mengganggu
pertumbuhan tanaman. Penyiangan sebaiknya dilakukan setiap tiga
bulan sekali atau disesuaikan dengan kondisi tumbuhan
penggangu. Proses penyiangan tanaman dapat dilakukan secara
manual dengan peralatan seperti cangkul atau arit.
e. Pemupukan
Menurut Lestari (2008) terdapat beberapa alternatif pemupukan
yang dapat diterapkan, diantaranya metode broadcast merupakan
pupuk yang disebarkan pada permukaan tanah, punch bar
merupakan kegiatan pemupukan yang dilakukan dengan cara
membuat lubang setiap 75 cm dengan kedalaman sekitar 20 cm dan
metode trenching metode pemupukan dengan mpembuatan parit
sedalam 20 cm dibawah lingkar tajuk pohon.
27
f. Pengendalian hama dan penyakit lainnya
Pengendalian hama dan penyakit berguna untuk membasmi hama
dan penyakit pada tanaman. Menurut Ratnasari (2007)
pengendalian hama dan penyakit pada tanaman hias juga sama
dengan tanaman budi daya lainnya. Gulma dan rumput liar di
sekitar tanaman harus segera dibuang karena dapat menjadi sarang
hama dan penyakit atau vektor. Menurut Arifin (2005)
pengendalian dengan metode budi daya tanaman dengan cara
pengolahan tanah yang baik dan penggemburan tanah dengan
frekuensi tertentu, selain memberikan aerasi tanah yang baik juga
dapat membunuh hama lundi pada tanah. Pengendalian hama dan
penyakit juga bisa ditanggulangi dengan penggunaan pestisida nabati .
Menurut Meidiantie (2010) Pestisida nabati adalah pestisida yang
bahan aktifnya berasal dari tumbuh-tumbuhan berkhasiat
mengendalikan beragam serangan hama dan penyakit pada tanaman.
Pestisida nabati tidak meninggalkan residu berbahaya pada tanaman
maupun lingkungan sehingga ramah bagi lingkungan termasuk pada
kehidupan manusia. Berikut merupakan tanaman yang bisa diolah
menjadi pestisida Nabati :
a. Mimba (Azadirachta indica)
b. Tembakau ( Nicotina tabacum)
c. Mindi ( Melia Azedarach)
g. Pembersihan Area
Menurut Sulistyantara (2006) kegiatan pemeliharaan wajib
dilakukan secara intensif agar keindahan dan keamanan taman
tetap terjaga. Kegiatan pembersihan area adalah cara untuk
menjaga keindahan dan kenyaman taman. Adanya kotoran atau
sampah dapat menurunkan kualitas taman dan kemungkinan besar
menjadi sarang dan hama penyakit. Oleh karena itu kebersihan area
sangat menentukan terhadap lingkungan pertumbuhan tanaman
28
2.4 Taman Kota
Menurut Suharto (Dalam Arifianto,2014, hal.982) “taman mencakup
semua elemen yang ada, baik elemen alami (natural), elemen buatan manusia
(artificial), bahkan mahluk hidup yang ada di dalamnya, terutama manusia .
Taman kota menurut Gunarto (2015) pada dasarnya merupakan fasilitas umum
yang dapat diakses oleh setiap warga kota atau pengguna. Taman kota yang baik
dapat dikategorikan apabila taman tersebut dapat dapat mengakomodasi dari
berbagai kegiatan (fungsí) dari pengguna dan dapat dimanfaatkan oleh pengguna
dari berbagai kelompok umur, jenis kelamin dan tingkat sosial.
Menurut Imansari (2015) berdasarkan Peraturan Menteri No 05 Tahun
2008 Tentang pedoman Penyediaan Ruang terbuka hijau kawasan perkotaan
menjelaskan bahwa taman kota adalah lahan terbuka yang berfungsi sosial dan
estetik sebagai sarana kegiatan rekreatif, edukasi atau kegiatan lain pada tingkat
kota. Selain itu, taman kota merupakan taman yang memang ditujukan untuk
melayani penduduk satu kota atau bagian wilayah kota. Taman ini melayani
minimal 480.000 penduduk dengan standar minimal 0,3 m² per penduduk kota,
dengan luas taman minimal 144.000 m².
Taman menurut Imansari (2015) juga bisa berupa lapangan hijau yang
kemudian dilengkapi dengan fasilitas rekreasi dan olahraga . Segala bentuk
fasilitas yang tersedia pada taman kota tersebut bersifat terbuka, artinya dapat
digunakan oleh seluruh pengunjung taman. Sebuah taman kota dapat menciptakan
sense of place, menjadi sebuah landmark dan menjadi titik berkumpulnya sebuah
organisasi atau komunitas. Selain itu, taman kota juga berpartisipasi dalam
peningkatan nilai properti serta menjadi pendorong terlaksananya pembangunan.
Menurut Pambudi (2015, hal.4) mendefinisikan taman kota sebagai “taman kota merupakan suatu kawasan ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan, lengkap dengan fasilitas yang ada untuk kebutuhan masyarakat sebagai tempat rekreasi, selain menjadi tempat rekreasi, taman kota merupakan elemen kota yang memiliki banyak fungsi. Selain untuk mendapatkan keindahan taman juga berfungsi sebagai tempat bermain, berolahraga, pemelihara ekosistem tertentu serta pelembut arsitektur kota”
29
Taman kota menurut Yanti (2015) dikategorikan sebagai bagian dari ruang
terbuka hijau yang secara optimal keberadaanya digunakan untuk areal
penghijauan serta berfungsi baik secara langsung maupun tidak langsung untuk
kehidupan serta kesejahteraan warga kota.
Taman kota yang juga berfungsi sosial sering dijadikan sebagai tempat
rekreasi masyarakat kota sekitar. Untuk menunjang fungsinya, taman kota harus
nyaman untuk digunakan oleh seluruh kalangan masyarakat. Menurut Siregar
(2015) menjelaskan bahwa kriteria taman kota yang nyaman adalah sebagai
berikut :
1. Sarana dan Prasarana yang Memadai
Salah satu kriteria taman kota yang nyaman adalah tersedianya sarana dan
prasarana taman yang memadai bagi para pengunjung. Hal tersebut bertujuan
untuk menunjang kegiatan pengunjung serta memberikan kenyamanan di
taman kota melalui tersedianya sarana dan prasarana yang memadai seperti
banyak tempat duduk, toilet, terdapat fasilitas olahraga maupun fasilitas
pendukung lainnya seperti tersedianya internet/wifi gratis bagi pengunjung.
2. Unsur Vegetasi yang Mendominasi
Keberadaan vegetasi menjadi salah satu kriteria taman kota yang nyaman.
Keberadaan vegetasi yang mendominasi memberikan kenyamanan bagi
pengunjung melalui keindahan estetika yang dihadirkan melalui bunga atau
tanaman hias yang hijau dan segar, pohon peneduh yang membuat taman
menjadi rindang, serta vegetasi lainnya yang di sesuiakan dengan vegetasi
taman kota.
3. Bersih
Untuk menciptakan taman kota yang nyaman, kebersihan taman kota pun perlu
diperhatikan. Taman kota yang bersih artinya taman yang bebas dari sampah
yang berserakan, tidak kotor dan tidak terdapat genangan air yang
mengganggu.
30
Menurut Alamo (2002) faktor penting dalam sebuah taman adalah aspek
keamanan yang meliputi kriteria sebagai berikut :
1. Lokasi, terlindung dengan pagar
2. Tata letak, adanya pemisahan zona aktivitas sehingga memudahkan
pengawasan
3. Peralatan permainan, material permukaan yang aman
4. Konstruksi, sambungan peralatan bermain dipasang dengan aman.
5. Material atau bahan yang digunakan atau bersentuhan langsung dengan
pengunjung harus berstektur halus (tidak membahayakan)
2.4.1 Fungsi Taman Kota
Taman kota memiliki beragam fungsi bagi keseimbangan lingkungan kota
Menurut Irwan (Dalam Sasongko, 2002) taman kota memiliki 3 (tiga) fungsi
sebagai berikut :
1. Fungsi Lansekap, meliputi :
a. Fungsi Fisik
Dimensi dari fungsi lanskap ini salah satunya adalah fungsi fisik. Dari
segi fisik atau keberadaanya, taman kota memiliki beragam fungsi
yang baik diantaranya vegetasi unsur struktural berfungsi sebagai
perlindungan terhadap kondisi fisik alami bagi lingkungan sekitarnya.
Bentuk perlindungan tersebut berupa halangan terpaan angin,
penyaring sinar matahari.
b. Fungsi Sosial
Keberadaan taman selain memiliki fungsi yang baik bagi
keseimbangan lingkungan alam sekitar, taman kota juga memiliki
fungsi yang tidak kalah penting, yaitu fungsi sosial. Taman berfungsi
sebagai tempat interaksi sosial yang sangat produktif antar
masyarakat. Karena taman tersebut bisa dijadikan sebagai tempat
bermain anak, olahraga, tempat merenung bagi seniman dalam
mencari inspirasi untuk menghasilkan sebuah karya. Selain itu, taman
31
kota juga memiliki fungsi kesehatan (Hygiene), misalnya untuk
kegiatan terapi, kegiatan olahraga melalui Jogging Track yang di
sediakan, serta dapat digunakan sebagai tempat rekreasi untuk sekedar
menghilangkan stress dan penat .
2. Fungsi Pelestarian Lingkungan , meliputi :
a. Keberadaan taman kota mampu menyegarkan udara atau sebagai
paru-paru kota, yaitu dengan menyerap Carbon Dioxida (CO²) dan
mengeluarkan Oxigen (O²) dalam proses fotosintesis.
b. Menurunkan suhu kota
c. Sebagai ruang hidup satwa (habitat).
d. Penyangga dan perlindungan permukaan air tanah dari erosi.
e. Pengendalian dan Mengurangi polusi udara dan limbah
f. Tempat pelestarian plasma nuftah dan bioindikator.
g. Menyuburkan tanah.
3. 3. Fungsi Estetika
Taman kota selalu identik dengan kesan indah, nyaman dan asri.
Keberadaan taman kota memberikan kontribusi yang penuh terhadaap
penataan kota yang menjadikan kota menjadi semakin cantik dan indah
2.4.2 Elemen Taman Kota
Dalam sebuah taman kota terdapat beberapa elemen yang mendukung
keberadaan taman kota. Menurut Hasim (2009) dalam perancangan dan
pembangunan sebuah taman, terdapat dua elemen kota yang kemudian dikenal
dengan istilah soft material dan hard material sebagai elemen-elemen pembentuk
taman. Umumnya elemen tersebut terbagi sebagai berikut:
1. Elemen lunak (Soft material),
Menurut Sintia (2004) elemen lunak atau sering dikenal dengan istilah
softmaterial merupakan sekumpulan elemen yang didalamnya terdapat
berbagai mahluk hidup dengan beragam karakteristik yang dimiliki
meliputi hewan dan tanaman. Dalam sebuah taman, elemen lunak atau
softmaterial merupakan elemen yang paling banyak digunakan atau dalam
32
kata lain proporsinya lebih besar dari elemen keras. Tanaman atau vegetasi
tersebut sengaja ditanam untuk memberikan kesan asri dan indah terhadap
taman itu sendiri.
Dalam elemen lunak juga dikenal dengan istilah holticulture dan
arboriculture. Dilansir dari laman www.infoagribisnis (6 November 2014)
dijelaskan bahwa holtikultura cara atau teknik bercocok tanam yang
menggunakan media pekarangan atau kebun sebagai lahan. Tanaman
holtikultura terbagi menjadi empat kelompok yaitu :
1. Sayuran, kategori sayuran yang termasuk dalam kelompok tanaman
holtikultura seperti kobis, bayam, wortel dan kangkung.
2. Buah-buahan, kategori buah-buahan diantaranya manga, papaya, jambu,
pisang, nanas, jeruk, apel, anggur.
3. Tanaman hias, seperti anggrek bulan, bunga melati, bunga tulip dan
tanaman hias lainnya yang berfungsi mempercantik lahan.
4. Obat-obatan, jenis obat-obatan yang termasuk dalam tanaman
holtikultura adalah jahe, kunyit, lengkuas, kapulaga, kumis kucing dan
beberapa tanaman obat lainnya.
Sedangkan menurut Novel (2010) arboriculture merupakan kegiatan
pembudidayaan tanaman. Adapun contoh elemen lunak dari taman kota
adalah sebagai berikut :
Sumber : Google,2016
Gambar 2.4
Tanaman Sebagai Elemen Lunak Taman Kota
33
Gambar 2.4 merupakan salah satu contoh elemen lunak berupa tanaman
hias yang terdapat dalam sebuah taman kota. Tanaman yang digunakan tidak
hanya tanaman hias, tanaman yang bersifat memberikan kesejukan berupa pohon-
pohon pun dapat ditanam di areal taman sehingga taman kota menjadi lebih sejuk
dan teduh.
Untuk menentukan jenis vegetasi dapat dilakukan dengan pemilihan jenis
vegetasi yang sesuai. Berdasarkan Direktorat Jenderal Bina Marga Tentang Tata
Cara Perencanaan Teknik Lansekap Jalan Nomor 033/T/BM/1996 (Dalam Lestari,
2014) pemilihan jenis tanaman ditentukan oleh kondisi iklim habitat dan areal
dimana tanaman tersebut akan diletakkan dengan memperhatikan ketentuan
geometrik jalan dan fungsi tanaman. Menurut bentuknya, tanaman dapat
merupakan tanaman pohon, tanaman perdu atau semak dan tanaman penutup
permukaan tanah. Selain pemilihan vegetasi yang disesuaikan dengan kondisi dan
iklim lingkungan, diatur pula mengenai kriteria vegetasi untuk taman lingkungan
dan taman kota. Berdasarkan Permen Pu No 05 Tahun 2008 ( Dalam wahyuni,
2013) kriteria vegetasi untuk ruang terbuka hijau taman publik pemilihan vegetasi
untuk taman lingkungan dan taman kota adalah sebagai berikut:
1. Tidak beracun, tidak berduri, dahan tidak mudah patah, perakaran tidak
mengganggu pondasi
2. Tajuk cukup rindang dan kompak, tetapi tidak terlalu gelap;
3. Ketinggian tanaman bervariasi, warna hijau dengan variasi warna lain
seimbang
4. Perawakan dan bentuk tajuk cukup indah.
5. Kecepatan tumbuh sedang
6. Berupa habitat tanaman lokal dan tanaman budidaya
7. Jenis tanaman tahunan atau musiman
8. Jarak tanam setengah rapat sehingga menghasilkan keteduhan yang
optimal
9. Tahan terhadap hama penyakit tanaman
10. Mampu menjerap dan menyerap cemaran udara;
34
11. Sedapat mungkin merupakan tanaman yang mengundang burung.
2. Elemen Keras (Hardmaterial), dalam sebuah taman juga dikenal istilah
elemen keras. Menurut Hakim (2004) elemen keras dalam taman kota dapat
berupa benda atau bangunan pendukung, perkerasan, street furniture, dan
benda-benda lainnya. Elemen tersebut disebut elemen keras karna
penggunaan material yang mati dan tidak tumbuh berkembang. Adapun
material yang termasuk kedalam elemen keras adalah sebagai berikut :
a. Kolam
b. Tebing buatan
c. Batuan
d. Gazebo
e. Jalan Setapak
f. Perkerasan
g. Lampu taman
h. Dll
Adapun contoh elemen keras dari sebuah taman adalah sebagai berikut:
Sumber : Google, 2016
Gambar 2.5
Jalan Setapak Sebagai Elemen Keras Taman
35
Gambar 2.5 merupakan salah satu contoh dari elemen keras berupa jalan
setapak taman. Taman kota biasanya dilengkapi beragam sarana dan prasarana
untuk menunjang kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di taman kota tersebut.
Selain gazebo, patung dan jalan setapak, pagar dan pintu gerbang termasuk
kedalam elemen keras atau hard material. Menurut Amin (2009) pintu gerbang
menjadi bagian dari macam-macam pintu menurut fungsinya yang diletakan pada
posisi paling depan dalam sebuah bangunan atau rumah tinggal. Keberadaan pintu
gerbang berfungsi sebagai media keluar masuk kendaraan atau manusia. Bentuk
pintu gerbang bermacam-macam atau biasanya terdiri dari dua atau lebih daun
pintu, baik lipat maupun dorong. Bahan material utama yang digunakan pada
pintu gerbang umumya besi dengan pembagian beberapa daun pintu dan sering
kali dipadupadankan dengan beragam material lain seperti kayu yang memberikan
sentuhan berbeda pada pintu gerbang. Dimensi pintu gerbang pada umumnya
mengadopsi ukuran standar kendaraan sehingga bisa dilewati, yakni dengan lebar
pintu gerbang berkisar antara 300-500 cm dan tinggi berkisar 150-250 cm. Dilihat
dari berbagai segi, pintu gerbang dapat dibagi menjadi tiga kelompok antara lain
sebagai berikut :
1. Jenis Pintu Gerbang Menurut Arah Gerak
a. Pintu gerbang lipat
b. Pintu gerbang sorong
2. Jenis Pintu Gerban Menurut Finishing dan Bahan Material
a. Pintu gerbang besi tempa
b. Pintu gerbang cat duco polos
c. Pintu gerbang stainless steel
d. Pintu gerbang campuran
3. Jenis Pintu Gerbang Menurut Motif
a. Pintu gerbang motif alam
b. Pintu gerbang motif geometris
c. Pintu gerbang campuran alam dan geometris.
36
Lampu taman juga menjadi salah satu dari elemen keras ruang terbuka
hijau. Berdasarkan Permen PU No 3 Tahun 2014 Tentang Pedoman Perencanaan
Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki di
Kawasan Perkotaan mengatur beberapa hal sebagai berikut :
1. Lampu penerangan yang terletak di luar ruangan bebas jalur pejalan kaki
dengan jarak antarlampu penerangan yaitu 10 m. lampu penerangan dibuat
tinggi maksimal 4 meter serta menggunakan material yang memiliki
durabilitas tinggi seperti metal dan beton cetak.
2. Tempat Duduk. Tempat duduk yang terletak diluar ruang bebas
ditempatkan dengan jarak antar tempat duduk yaitu 10 m. tempat duduk
dibuat dengan dimensi lebar 0,4-0,5 meter dan panjang 1,5 meter, serta
menggunakan material yang memiliki durabilitas tinggi seperti metal dan
beton.
3. Tempat Sampah . Tempat sampah yang terletak di luar ruang bebas jalur
pejalan kaki diatur dengan jarak 20 m antar tempat sampah. Tempat
sampah dibuat dengan dimensi sesuai kebutuhan, serta menggunakan
material yang memiliki durabilitas tinggi seperti metal dan beton cetak.
4. Marka,Perambuan dan Papan Informasi. Marka, perambuan dan papan
informasi terletak di luar ruangan jalur bebas dan pejalan kaki. Marka,
perambuan dan papan informasi disediakan sesuai dengan kebutuhan, serta
menggunakan material yang memiliki durabilitas tinggi dan tidak
menimbulkan efek silau.
2.4.3 Kelengkapan Fasilitas Taman Kota Sebagai RTH Publik
Menurut Sulastiyono (Dalam Yunus, 2014) fasilitas merupakan penyediaan
perlengkapan-perlengkapan fisik yang berfungsi untuk memberikan kemudahan
kepada para pengunjung atau tamu dalam melaksanakan aktivitas-aktivitas atau
kegiatan-kegiatannya sehingga kebutuhan tamu dapat terpenuhi. Semakin
berkembangnya pembangunan fisik yang cukup pesat dalam sebuah perkotaan,
adanya ruang terbuka hijau dan lingkungan yang asri sangat dibutuhkan sebagai
penyeimbang lingkungan. Untuk menunjang keberadaan taman kota, diperlukan
37
beberapa fasilitas guna mendukung terselenggaranya kegiatan maupun
memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi para pengunjung tama kota. Ruang
terbuka publik, menurut Loukaitou (2013) menawarkan bantuan visual dan
psikologis dalam lingkungan stres dari daerah perkotaan yang tinggi-kecepatan
dan berkontribusi terhadap kualitas hidup penduduk perkotaan dan rasa
keseluruhan kesejahteraan.
Menurut Frick (2006, hal. 98) untuk menciptakan sebuah taman kota yang
nyaman dan indah serta asri untuk seluruh pengunjung, diperlukan beberapa hal
yang mendasar terkait dengan penataan dan fasilitas taman. Dalam hal ini perlu
diperhatikan juga keterkaitan antara taman kota dan elemen pelengkap/pendukung
perabotan taman kota . Elemen pelengkap dalam sebuah taman kota berfungsi
sebagai elemen penambah atau penunjang yang membantu keberadaan taman kota
menjadi lebih berkualitas dan lebih fungsional. Adapun elemen
pelengkap/pendukung taman adalah sebagai berikut :
/Pendukung Taman
Gambar 2.6
Elemen Pelengkap/Pendukung Taman
Sumber : Frick (2006, hal. 98)
38
Gambar 2.6 menunjukan beragam elemen pelengkap atau pendukung
sebuah taman. Fasilitas tersebut berfungsi untuk menunjang kegiatan yang
dilakukan oleh para pengunjung taman mulai dari gazebo, tempat bermain anak
hingga warung makan. Sehingga taman kota semakin nyaman untuk di kunjungi
dan di tempati dengan waktu yang cukup lama.
Menurut Frick (2006) untuk menunjang fungsi-fungsi sebuah taman kota,
taman kota harus dilengkapi dengan berbagai unsur pendukung yang menunjang
terselenggaranya kegiatan kemasyarakatan termasuk dalam pemilihan vegetasi
tanaman dan pohon-pohon yang akan di tanam. Pohon-pohon yang ditanam
tersebut nantinya harus mampu menaungi tempat duduk maupun jalan setapak.
Karena taman kota merupakan ruang umum yang dapat dimanfaatkan bersama,
maka unsur-unsur penunjang pun haruslah yang dapat dimanfaatkan bersama.
Untuk menjaga berbagai unsur pendukung tersebut, diperlukan adanya kesadaran
dan kepedulian dari semua pihak baik dari pengunjung maupun pihak pengelola
taman sehingga taman kota tetap bisa di nikmati dengan aman dan nyaman oleh
para pengunjung taman.
2.5 Standar Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Green Flag Award
Menurut Kharismawan (2012) green flag award merupakan standar atau
patokan untuk taman-taman dan ruang terbuka hijau, patokan standar tersebut
digunakan untuk menganugerahkan taman atau ruang terbuka hijau terbaik. Green
flag award memiliki delapan standar indikator yang harus dimiliki oleh sebuah
taman kota sebagai berikut:
1. Keramahan ( A welcoming Place)
Sebuah taman harus mampu memberikan kesan ramah secara keseluruhan
dapat dirasakan oleh setiap anggota masyarakat, baik itu kesan nyaman,
sejuk dan memberikan relaksasi terhadap pengunjung, terlepas dari tujuan
kunjungan mereka. Dalam kriteria standar A welcoming Place harus
memuat berbagai kriteria sebagai berikut:
39
a. Akses yang mudah dan aman
b. Memiliki penunjuk taman yang jelas
c. Kemudahan Akses yang sama bagi semua anggota masyarakat
2. Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan ( Healthy,Safe and Secure)
Sebuah taman harus menjadi tempat yang nyaman, sehat dan aman. Atinya
taman harus menjadi tempat yang sehat, aman dan menjamin keselamatan
para pengunjung yang datang dan menggunakan fasilitas taman tersebut.
Jika ada permasalahan seputar keamanan dan kesehatan harus segera
ditangani dan di benahi dengan serius. Adapun rincian komponen yang
terdapat dalam indikator kesehatan, keselamatan dan keamanan sebagai
berikut :
a. Peralatan dan fasilitas taman harus aman untuk digunakan
b. Harus menjadi tempat yang aman dan nyaman untuk semua
pengunjung taman
c. Satwa penggangu yang membahayakan harus ditangani
d. Kebijakan kesehatan dan keselamatan harus tersedia untuk
pengunjung taman ( P3K)
e. Fasilitas toilet, air minum dalam taman, peralatan pertolongan harus
tersedia dan mudah di jangkau pengunjung.
3. Bersih dan Terpelihara dengan Baik ( Clean and Well Maintained)
Taman harus bersih dan terpelihara dengan baik, hal tersebut untuk
menunjang keindahan dan kenyamanan taman bagi para pengunjung. Oleh
karenanya permasalahan mengenai pemeliharaan taman harus cukup serius
ditangani. Adapun komponen yang meliputi sebagai berikut :
a. Terkait sampah dan pengelolaan pembuangan/pengambilan sampah
b. Pemeliharaan taman, bangunan, peralatan dan fitur lainnya
c. Adanya kebijakan tentang sampah, kerusakan dan pemeliharaan
yang dilakukan
40
4. Keberlanjutan ( Sustainability)
Metode atau cara yang digunakan dalam proses menjaga kelestarian dan
memelihara taman / ruang hijau termasuk beragam fasilitas didalamnya
harus ramah lingkungan, artinya tidak menggunakan bahan-bahan atau
alat yang mapu merusak lingkungan sekitar. Adapun komponen
didalamnya sebagai berikut :
a. Memiliki kebijakan lingkungan atau strategi pengelolaan taman
b. Meminalisir penggunaan pestisida
c. Daur ulang limbah
d. Menerapkan standar holtikultura dan arborikultura yang tinggi
e. Memiliki konsep konservasi sumber daya, pengurangan polusi,
daur ulang limbah.
5. Konservasi dan Cagar Budaya ( Conservation and Heritage )
Perhatian khusus harus diberikan untuk konservasi dan pengelolaan yang
Sesuai dengan
a. Lansekap elemen alam, flora dan fauna (soft material)
b. Elemen Bangunan dan Struktural (Hard material)
Taman harus mampu melayani fungsi tersebut dengan baik termasuk
elemen bangunan yang bersifat heritage tanpa menempatan tekanan
yang berlebih pada lingkungan sekitarnya, artinya harus sesuai dan tidak
bersifat memaksa.
6. Peran Serta Masyarakat (Community Involvement)
Peran serta masyarakat sangat berperan penting dalam proses
pengelolaan taman yang baik sehingga didapatkan taman yang bersih,
nyaman dan sehat. Untuk mencapai peran serta masyarakat, berikut
kriteria yang mungkin bisa diterapkan :
a. Pengetahuan masyarakat dan pengunjung tentang peran serta
terhadap masyarakat serta keterlibatan masyarakat dalam
pengelolaan dan pengembangan taman
41
b. Penyediaan fasilitas rekreasi yang tepat bagi seluruh pengunjung
taman.
7. Pemasaran ( Marketing)
Dalam konteks ini, marketing disini memiliki arti berupa publikasi
taman sehingga masyarakat tertarik untuk mengunjungi. Pemasaran
juga berarti memunculkan elemen-elemen pendukung yang kemudian
disebut dengan daya jual sehingga masyarakat maupun wisatawan
tertarik untuk mengunjungi taman. Seperti memperhatikan kriteria
berikut :
a. Strategi Pemasaran
b. Penyediaan informasi yang baik kepada pengunjung
c. Promosi
8. Pengelolaan ( Management)
Pengelolaan taman seharusnya dilakukan dengan baik dan terjadwal,
hal tersebut bertujuan agar taman yang dikelola dapat dinikmati secara
nyaman dan aman oleh para pengunjung taman baik dari dalam kota
maupun luar kota. Pengelolaan taman merupakan hal yang perlu
disadari oleh semua pihak, baik pihak pengelola maupun dari pihak
pengunjung taman, agar taman yang dimiliki bisa digunakan dengan
baik sesuai dengan harapan pengunjung dan pengelola.
2.6 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penyusunan laporan
sehingga proyek yang diteliti mendapatkan acuan, referensi dan tambahan
informasi seputar proyek yang dikerjakan. Penyusunan proposal skripsi ini pun
tidak terlepas dari hasil penelitian-penelitian terdahulu yang pernah dilakukan
sebagai bahan perbandingan, acuan dan kajian lebih mendalam terkait dengan
penyusunan proyek yang tengah di kerjakan. Adapun hasil penelitian terdahulu
dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
42
Sumber : Libasta, 2017
2.7 Kerangka Berfikir
Menurut Sugiama (2008), kerangka berfikir teoritikal merupakan sebuah
model konseptual yang ditujukan untuk menggambarkan kompleksitas hubungan
antara faktor-faktor atau variabel-variabel yang diidentifikasi penting dalam suatu
permasalahan. Berikut adalah kerangka berpikir yang disajikan dalam bentuk
skema.
NO Peneliti dan Judul Penelitian Hasil Penelitian
1 Gunarto, Anton (2015).Pengembangan Taman Publik Kreatif Kota Pangkalan Kerinci Sebagai Instrumen Perencanaan Kota Kabupaten Palawan Riau. Arsitektur Lansekap 1-23.
1. Strategi Desain Taman Publik Kreatif Kota Pangkalan Kerinci
2. Analisis tapak 3. Konsep Perencanaan Lansekap
2 Arifianto, Rifki, Eddy Darmawan dan Bambang Suyono. (2014). Redesain Taman Sriwedari Sebagai Pusat Konvensi dan Pameran di Kota Surakarta. Jurnal IMAJI, (3) 2.
Konsep dan desain taman Sriwedari yang dijadikan sebagai pusat konvensi dan pameran di kota Surakarta.
3 Loukaitou, Anastasia. (2013). Cultural Differention in the Uses of Urban Parks. Journal of Planning Education and Research, 14;89-102.
Konsep Perencanaan Taman Kota berdasarkan penelitian terkait dengan kegiatan yang biasa dilakukan pada sebuah taman kota melalui perbedaan-perbedaan dari tiap masyarakat
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
43
INPUT
PROSES
Sumber Data
1. Data Primer
2. Data Sekunder
Landasan Teori
1. Perencanaan Kebutuhan Aset
2. Pemeliharaan Aset
3. Taman Kota 4. Green Flag
Award
Landasan Normatif
1. Permendagri No 1 tahun 2007
2. Peraturan Menteri PU No 05 Tahun 2008
3. UU No 26 Tahun 2007
4. PERMEN PU No 3 Thn 2013
5. PERMENAKERTRANS No 15 /2008
6. UU RI No 13 Thn 2010
7. PERMENSOS RI No 24 Thn 2014
OUTPUT
Gambar 2.7
Bagan Kerangka Berfikir
Sumber : Peneliti, 2017
Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi 2.Wawancara 3.Studi Dokumentasi
Menghasilkan
pengembangan aset taman alun-alun
sebagai taman kota di Kabupaten
Karawang berdasarkan Green Flag
Award melalui indikator sebagai
berikut : 1. Keramahan
2. Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan
3. Kebersihan dan Pemeliharaan
4. Keberlanjutan
5. Konservasi dan cagar Budaya
6. Peran Serta Masyarakat
7. Pemasaran
8. Pengelolaan
Perencanaan pengembangan taman alun-alun sebagai taman kota di
Kabupaten Karawang berdasarkan Green Flag award
Bagaimana perencanaan
pengembangan aset taman alun-
alun sebagai taman kota di
Kabupaten Karawang berdasarkan
Green Flag Award meliputi
indikator sebagai berikut sebagai
berikut :
1. Kermahan
2. Kesehatan , Keselamatan dan
Kemanan
3. Kebersihan dan Pemeliharaan
4. Keberlanjutan
5. Konservasi dan Cagar Budaya
6. Peran Serta Masyarakat
7. Pemasaran
8. Pengelolaan
rencana
44
2.8 Landasan Normatif
Landasan normatif yang digunakan untuk mendukung proyek ini akan
diuraikan sebagai berikut :
1. Peraturan Menteri Dalam Negeri No 01 Tahun 2007 Tentang penataan
Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan
BAB III Pembentukan dan Jenis RTHKP . Pasal (5) Jenis RTHKP
Ruang Terbuka Hijau kawasan Perkotaan meliputi :
a. Taman Kota
b. Taman wisata alam
c. Taman rekreasi
d. Taman lingkungan perumahan dan permukiman
e. Taman lingkungan perkantoran dan gedung komersial
f. Taman hutan raya
g. Hutan kota
h. Hutan lindung
i. Bentang alam seperti gunung, bukit, lereng dan lembah
j. Cagar alam
k. Kebun raya
l. Kebun Binatang
m. Pemakaman umum
n. Lapangan olah raga
o. Lapangan upacara
p. Parkir terbuka
q. Lahan pertanian perkotaan
r. Jalur dibawah tegangan tinggi (SUTT dan SUTET)
s. Sempadan sungai, pantai, bangunan, situ dan rawa
t. Jalur Pengaman Jalan, Median Jalan, Rel Kereta Api, Pipa Gas
dan
45
u. Kawasan dan jalur hijau
v. Daerah penyangga (buffer zone) lapangan udara
w. Taman atap (roof garden)
2. Undang-Undang No 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang dalam
Pasal 29 Ayat (2)
Proporsi 30 (tiga puluh) persen merupakan ukuran minimal untuk
menjamin keseimbangan ekosistem kota, baik keseimbangan sistem
hidrologi dan sistem mikroklimat, maupun sistem ekologis lain, yang
selanjutnya akan meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan
masyarakat, serta sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota. Untuk
lebih meningkatkan fungsi dan proporsi ruang terbuka hijau di kota,
pemerintah, masyarakat, dan swasta didorong untuk menanam tumbuhan di
atas bangunan gedung miliknya.
3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M Tahun 2008
Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka
Hijau di Kawasan Perkotaan
a. BAB I Ketentuan Umum
1) Istilah dan Definisi Taman Kota
Taman kota adalah lahan terbuka yang berfungsi sosial dan estetik
sebagai sarana kegiatan rekreatif, edukasi atau kegiatan lain pada
tingkat kota. Taman kota melayani minimal 480.000 penduduk dengan
standar minimal 0,3 m2 per pemduduk kota
2) Fungsi RTH
RTH memiliki dua fungsi, yaitu Fungsi utama (intrinsik) dan
eksterinsik. Fungsi intrinsik yaitu fungsi ekologis seperti memberi
jaminan pengadaan RTH menjadi bagian dari sistem sirkulasi udara
(paru-paru kota) pengatur iklim mikro agar sistem sirkulasi udara dan
air secara alami dapatberlangsung lancar, sebagai peneduh, produsen
oksigen, penyerap air hujan, penyerap habitat satwa, penyerap polutan
46
media udara, air , tanah, serta, penahan angin. Fungsi tambahan yaitu :
Fungsi sosial budaya, fungsi ekonomi dan fungsi estetika.
b. Bab 3.3 Pemanfaatan RTH pada Kota/Perkotaan
a. RTH Taman Kota
Fasilitas lapangan olahraga berupa Unit lapangan basket (14 x26)
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik
Indonesia No:Per.15/MEN/VIII/2008 Tentang Pertolongan Pertama
pada Kecelakaan di Tempat kerja. Dalam Lampiran II
Tabel 2.2
ISI KOTAK P3K
No. Isi Kotak A Kotak B Kotak C 1 Kasa steril terbungkus 20 40 40 2 Perban (lebar 5 cm) 2 4 6 3 Perban (lebar 10 cm) 2 4 6 4 Plester (lebar 1,25 cm) 2 4 6 5 Plester Cepat 10 15 20 6 Kapas (25 gram) 1 2 3 7 Kain segitiga/mittela 2 4 6 8 Gunting 1 1 1 9 Peniti 12 12 12 10 Sarung tangan sekali pakai (pasangan) 2 3 4 11 Masker 2 4 6 12 Pinset 1 1 1 13 Lampu senter 1 1 1 14 Gelas untuk cuci mata 1 1 1 15 Kantong plastik bersih 1 2 3 16 Aquades (100 ml larutan Saline) 1 1 1 17 Povidon Iodin (60 ml) 1 1 1 18 Alkohol 70% 1 1 1 19 Buku panduan P3K di tempat kerja 1 1 1 20 Buku catatan 1 1 1 21 Daftar isi kotak 1 1 1
47
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2010 Tentang
Hortikultura. Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 :
a. Hortikultura adalah segala hal yang berkaitan dengan buah, sayuran,
bahan obat nabati dan florikultra, termasuk didalamnya jamur, lumut,
dan tanaman air yang berfungsi sebagai sayuran, bahan obat nabati, dan
atau bahan estetika.
b. Varietas tanaman hortikultura adalah bagian dari suatu jenis tanaman
hortikultura yang ditandai oleh bentuk tanaman, pertumbuhan, daun,
bunga, buah, biji dan sifat-sifat lain yang dapat dibedakkan dalam jenis
yang sama.
6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia No
03/PRT/M/2013 Tentang Penyelenggaraan dan Sarana Persampahan
Dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis
Sampah Rumah Tangga dalam Lampiran II meliputi sebagai berikut :
1. Pola Pewadahan
Pola pewadahan terbagi menjadi :
a. Pewadahan Individual Diperuntukan bagi daerah permukiman
tinggi dan daerah komersial. Bentuk yang dipakai tergantung setara
dan kemampuan pengadaannya dari pemiliknya.
b. Pewadahan Komunal Diperuntukan bagi daerah pemukiman
sedang/kumuh, taman kota, jalan pasar. Bentuknya ditentukan oleh
pihak instansi pengelola karena sifat penggunaannnya adalah
umum.
2. Persyaratan Sarana Pewadahan
Persyaratan sarana pewadahan sebagai berikut :
a. Jumlah sarana harus sesuai dengan jenis pengelompokan sampah
b. Diberi label atau tanda
c. Dibedakan berdasarkan warna, bahan, dan bentuk
48
3. Label dan Warna Wadah
Label atau tanda dan warna wadah sampah dapat digunakan seperti
pada tabel berikut ini :
Gambar 2.8
Label dan Tanda Sampah
4. Karakteristik Wadah Sampah
Kriteria wadah sampah diuraikan dalam SNI No 19-2454-2002 tentang
Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan adalah
sebagai berikut:
1. Tidak mudah rusak dan kedap air;
2. Ekonomis dan mudah diperoleh/dibuat oleh masyarakat; dan
3. Mudah dikosongkan. Karakteristik wadah sampah yaitu bentuk, sifat,
bahan, volume, dan pengadaan wadah sampah untuk masing-masing
pola pewadahan sampah dapat dilihat pada tabel berikut ini :
49
7. Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014
Tentang Standar Pengelolaan Taman Makam Pahlawan Nasional dan
Makam Pahlawan Nasional. Pasal 13 Ayat (1) dan (2)
a. Pasal 13 Ayat (1)
Tembok nama TMPN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf g merupakan bangunan tembok bertuliskan nama TMPN setempat yang diletakkan di sisi luar sebelah kanan arah masuk pintu gerbang dengan susunan huruf diatur sedemikian rupa sehingga mudah dilihat dan dibaca.
b. Pasal 13 Ayat (2)
Tembok nama TMPN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berukuran 5mx2m.
8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 3 Tahun 2014 Tentang Pedoman,
Perencanaan, Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana
Jaringan Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan. Dalam 3.2 Penyediaan
Sarana Jaringan Pejalan Kaki.
1. Lampu penerangan yang terletak di luar ruangan bebas jalur pejalan kaki
dengan jarak antarlampu penerangan yaitu 10 M. lampu penerangan dibuat
tinggi maksimal 4 meter serta menggunakan material yang memiliki
durabilitas tinggi seperti metal dan beton cetak.
NO Karakteristik Wadah
Pola Pewadahan Individual Pola Pewadahan Komunal
1 Bentuk Kotak, silinder, container, bin (tong) yang tertutup, kantong plastic
Kotak,silinder, container, bin (tong) yang tertutup
2 Sifat Ringan, mudah dipindahkan, dan dikosongkan
Ringan, mudah dipindahkan, dan dikosongkan.
3 Bahan Logam, plastic, fiberglass, kayu, bambu, rotan.
Logam, plastic, fiberglass, kayu, bambu, rotan.
4 Volume Pemukiman dan toko kecil (10-40) L Kantor, toko besar, hotel, rumah makan (100-500 ) L
Pinggir jalan dan taman (30-40) L Permukiman dan Pasar (100-1000) L
5 Pengadaan Pribadi, instansi, pengelola Instansi, pengelola
Tabel 2.3
Karakteristik Wadah Sampah
50
2. Tempat Duduk. Tempat duduk yang terletak diluar ruang bebas
ditempatkan dengan jarak antar tempat duduk yaitu 10 M. tempat duduk
dibuat dengan dimensi lebar 0,4-0,5 meter dan panjang 1,5 meter, serta
menggunakan material yang memiliki durabilitas tinggi seperti metal dan
beton.
3. Tempat Sampah . Tempat sampah yang terletak di luar ruan bebas jalur
pejalan kaki diatur dengan jarak 20 m antar tempat sampah. Tempat
sampah dibuat dengan dimensi sesuai kebutuhan, serta menggunakan
material yang memiliki durabilitas tinggi seperti metal dan beton cetak.
9. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia No PM 13 Tahun
2014 Tentang Rambu-Rambu Lalu Lintas.
Ukuran daun rambu mengacu pada Peraturan Menteri Perhubungan
Republik Indonesia Nomor PM. 13 Tahun 2014 Tentang Rambu Rambu
Lalu Lintas, dengan uraian ukuran sebagai berikut:
a. Tabel II (Rambu Peringatan) : 60 x 60 cm
b. Tabel III (Rambu Larangan) : Ø 60 cm
c. Tabel IV (Rambu Perintah) : Ø 60 cm
d. Tabel III (Rambu Petunjuk) : 50 x 60 cm (RPPJ : 120 X 180 cm)
top related