bab ii landasan teori - repository.bsi.ac.id · berkualitas, kuantitas, sumber, waktu dan tempat...
Post on 05-Mar-2019
221 Views
Preview:
TRANSCRIPT
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengadaan Barang
2.1.1. Pengertian Pengadaan Barang
Menurut Dimyati dan Nurjaman (2014:246) “pengadaan adalah kegiatan
untuk mendapatkan barang atau jasa secara transparan, efektif, dan efisien sesuai
dengan kebutuhan dan keinginan penggunanya.
Menurut Edquist et.al dalam Dimyati dan Nurjaman (2014:46) “ pada
prinsipnya, pengadaan publik (public procurement) adalah proses akuisi yang
dilakukan oleh pemerintah dan institusi publik untuk mendapatkan barang
(goods), dan jasa (services) secara transparan ,efektif dan efisien sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan penggunannya.
Menurut Siahaya (2016:15) Prinsip-prinsip pengadaan meliputi :
a. Prinsip Pengadaan
Prinsip pengadaan (Procurement princile) diterapkan dalam
penyelenggaraan pengadaan, sejak perencanaan sampai dengan penyelesaian
kegiatan pengadaan.
1. Efisien, menggunakan dana, daya dan fasilitas yang terbatas untuk mencapai
target kualitas dan waktu yang ditetapkan melalui penyederhanaan dan
percepatan proses pengadaan.
8
2. Efektif, penyelenggaraan pengadaan berdasarkan kebutuhan nyata, kinerja
yang optimal dan memberikan hasil yang berkualitas serta manfaat yang
sebesar-besarnya.
3. Adil, memberikan perlakuan dan kesempatan yang sama dan tidak
diskriminatif serta tidak mengarah dan memberi keuntungan kepada pihak
tertentu.
4. Transparan, keterbukaan dalam memberikan layanan informasi menyangkut
ketentuan dan proses pengadaan kepada semua pihak terkait termasuk
masyarakat.
5. Bersaing, memberikan kesempatan kepada para penyedia yang setara dan
memenuhi persyaratan untuk berkoompetisi secara sehat serta tanpa
intervensi dari pihak manapun.
6. Akuntabel, pertanggung jawaban pelaksaaan pengadaan sesuai target dan
manfaat kepada pihak yang berkepentingan sesuai ketentuan dan peraturan
yang berlaku, berdasarkan prinsip, kebijakan, norma dan etika pengadaan.
7. Berwawasan Lingkungan, upaya untuk menjamin penyelenggaraan
pengadaan dan layanan aliran barang serta pelaksanaan perkerjaan tidak
berdampak negatif dan berisiko terhadap lingkungan dan kesehatan
manusia.
b. Tujuan Pengadaan
Tujuan pengadaan (Procurement Goal) penyelenggaraan kegiatan
pengadaan untuk mencapai target:
9
1. Mewujudkan keterpaduan untuk memperoleh barang dan jasa yang
berkualitas, kuantitas, sumber, waktu dan tempat dengan biaya yang optimal
untuk memenuhi kebutuhan lembaga dalam masyarakat.
2. Mewujudkan sistem pengadaan yang bermanfaat bagi masyaraka
tmengutamakan kepentingan nasional dan mampu mengembangkan potensi
nasional serta meningkatkan penggunaan produk dalam negeri.
3. Mewujudkan sistem pengadaan strategis yang berorentansi pada
optimalisasi hasil dan manfaat, persaingan usaha sehat dan kontrak jangka
panjang.
4. Memberikan akses keterbukaan bagi masyarakat untuk berpatisipasi
memberikan informasi dalam proses pengadaan untuk memperoleh tata
kelola pengadaan yang baik, sesuai prinsip dan aturan.
5. Memberikan jaminan, perlindungan dan kepastian hukum serta kepastian
berusaha bagi para pihak dalam kegiatan pengadaan.
2.1.2. Perencanaan Pengadaan
Perencanaan pengadaan adalah proses perumusan langkah dan kegiatan
yang meliputi penyusunan perencanaan umum pengadaan dalam persiapan
pelaksanaan pengadaan. Perencanaan pengadaan dilakukan secara sistematis,
terpadu, terarah dan berkelanjutan.
10
Menurut Siahaya (2016:31) Perencanaan pengadaan meliputi:
1. Perencanaan Pengadaan
a. Perencanaan pengadaan memperhatikan:
1. Rencana jangka panjang dan jangka menengah.
2. Anggaran pendapatan dan belanja lembaga.
3. Program kerja lembaga.
4. Peluang untuk membangun kemampuan dan potensi nasional.
b. Perencanaan Pengadaan
Tujuan perencanaan pengadaan adalah sebagai pedoman strategis
pelaksanaan kegiatan pengadaan untuk mencapai target dan tujuan
pengadaan serta bermanfaat bagi lembaga dan masyarakat.
c. Penyusunan Perencanaan Pengadaan, meliputi :
1. Kebutuhan barang dan jasa yang disiapkan berdasarkan indefikasi
kebuutuhan dan indefikasi ketersediaan barang dan jasa dipasaran
melalui database.
2. Target yang akan dicapai, sesuai rencana kerja yang meliputi kapan
barang harus tiba dan siap dipakai atau pekerjaan harus diselesaikan.
3. Anggaran dan biaya pengadaan yang disusun sesuai jumlah dan jenis
mata anggaran yang telah disetujuhi.
4. Analisis pasar untuk mengetahui secara pasti apakah barang yang
dibutuhkan tersedia di pasaran dan ketersedian menjamin kontinuitas.
5. Sumber pengadaan untuk mengetahui apakah barang yang dibutuhkan
sudah diproduksi didalam negeri atau masih harus diimpor dari luar
negeri.
11
6. Proses pengadaan sesuai prinsip dan ketentuan yang berlaku.
7. Transportasi, pengapalan,importasi dan jenis proses, kepabeanan.
8. Pengawasan dan inspeksi mutu untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang
berkualitas sesuai dengan kebutuhan.
9. Hubungan kementrian dan penyedia.
10. Peningkatan penggunan produk dalam negeri untuk menumbuh-
kembangkan kemampuan nasional dalam rangka memajukan ekonomi
bnagsa.
11. Penyerahan dan serah terima pekerjaan tepat waktu sesuai rencana.
d. Perencanaan pengadaan dilaksanakan dalam bentuk rencana umum
pengadaan (RUP), yang memuat:
1. Analisis kebutuhan nyata pengadaan selaras dengan program kerja
lembaga.
2. Pemaketan perkerjaan.
3. Spesifikasi dan kerangka acuan kerja (KAK).
4. Prioritas pengadaan.
5. Penetapan target dan kinerja pengadaan.
6. Waktu dan jadwal pelaksanaan.
7. Estimasi biaya dan penyimpanan anggaran.
8. Perencanaan proses pengadaan.
e. Penyusunan rencana umum pengadaan (RUP) meliputi kegiatan:
1. Indentifikasi kebutuhan barang dan jasa.
2. Penyusunan dan penetapan rencana kerja dan sumber penganggaran.
12
3. Penetapan kebijakan tentang pemaketan.
4. Penetapan kebijakan umum tentang proses pengadaan, yang meliputi
pengadaan melalui penyedia dan pengadaan secara swakelola.
5. Penetapan kebijakan dalam pelaksanaan dan pengorganisasian
pengadaan.
6. Peyusunan kerangka acuan kerja (KAK)
7. Penyusunan jadwal kegiatan pengadaan.
8. Pengumuman rencana umum pengadaan untuk diketahui oleh masyarakat
luas.
A. Penyelenggaraan Pengadaan
Penyelenggaraan pengadaan adalah seluruh rangkaian kegiatan pelaksanaan
pengadaan sejak perencanaan sampai dengan selesai kegiatan. Penyelenggaraan
pengadaan dilaksanakan berdasarkan prinsip, tujuan, strategi, kebijakan dan target
pengadaan, untuk memperoleh hasil dan manfaat yang sebesar-besarnya bagi
lembaga, peningkatan ekonomi dan kesejateraan masyarakat.
1. Menurut Siahaya (2016:38) tahapan penyelenggaraan , meliputi :
a. Perencanaan
b. Penganggaran
c. Proses pengadaan
d. Pengelolaan kontrak
e. Penyelesaian sengketa
f. Serah terima jabatan
g. Pembayaran
13
2. Proses pengadaan meliputi :
a. Pengadaan melalui penyediaan
b. Pengadaan secara Swakelola
3. Penyelengaraan pengadaan dalam rangka :
a. Implementasi program dan pengembangan.
b. Implementasi hasil dan manfaat.
c. Meningkatakan kualitas pelayanan dan kinerja.
d. Memperoleh dan meningkatakan pendapatan.
e. Meningkatan kegiatan perekonomian.
f. Meningkatan penyerapan anggaran belanja.
4. Penyelenggaraan pengadaan, bertujuan :
a. Memperoleh kesempatan berusaha.
b. Menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat dan bertanggung jawab.
c. Meningkatk an potensi dan kapasitas nasional serta daya saing industri
dalam negeri.
d. Meningkatkan produk dalam negeri.
B. Dokumen Pengadaan
Dokumen pengadaan meliputi semua dokumen dan arsip yang digunakan
dalam penyelenggaraan kegiatan pengadaan baik berbentuk kertas (hard copy)
maupun perangkat lunak (soft copy).
1. Dokumen pengadaan, mencakup :
a. Permintaan untuk pengadaan.
b. Undangan dan pengumanan tender.
14
c. Instruksi kepada perserta.
d. Dokumen penawaran.
e. Spesifikasi teknis dan KAK.
f. Daftar kuantitas dan harga.
g. Berita acara prebid-meeting.
h. Hasil Evaluasi.
i. Penatapan pemenang tender.
j. Keputusan pemenang tender.
k. Dokumen sanggah.
l. Pengumuman pemenang tender.
m. Pakta integritas.
n. Surat perintah kerja, kontrak dan PO
o. Surat jaminan.
2. Pengarsipan Dokumen Pengadaan, bertujuan:
a. Keperluan audit.
b. Monitoring.
c. Evaluasi.
d. Akuntabilitas.
e. Pengukuran kinerja lembaga.
2.1.3. Proses Pengadaan
1. Menurut Siahaya (2016:61) Proses Pengadaan, meliputi kegiatan :
a. Penetapan target, strategi dan perencanaan pengadaan.
15
b.Penentuan sumber pengadaan dan evaluasi kondisi pasar (market
evaluation).
c. Penetuan metoda pemilihan penyedia.
d. Penetuan harga perkiraan sendiri.
e. Penetuan jenis dan cara evaluasi penawaran.
f. Penentuan jenis kontrak.
g. Pembuatan kontrak
h. Monitoring dan engawasan pekerjaan
i. Serah terima hasil pekerjaan
j. Evaluasi kinerja
2. Proses pengadaan, memenuhi ketentuan meliputi:
a. Dilakukan secara strategis dan komprehensif untuk menjamin
tercapainya tujuan pengadaan.
b. Dilakukan berdasarkan kebutuhan nyata (rill),bukan berdasarkan
keinginan pihak tertentu.
c. Memenuhi spesifikasi teknis dan standar kualitas.
d. Sesuai biaya dan harga yang optimal, dan bersaing atau kompetitif.
e. Barang dan jasa yang standar dilakukan dengan menggunakan e-katalog.
f. Pekerjaan pemeliharaan rutin dilakukan melalui kontrak berbasis kinerja
dan berjangka panjang.
16
g. Proses pengadaan, wajib menggunakan produk dalam negeri dan
dilalarang impor, apabila:
1. Barang yang dimaksud telah diproduksi didalam negeri.
2. Spesifikasi sesuai kebutuhan dan persyaratan teknis minimum.
3. Jumlah produksi dalam negeri memenuhi kebutuhan.
h. Proses pengadaan tetap dilaksanakan apabila diyakini dan dibuktikan
bahwa bahwa sumber pengadaan sesuai spesifikasi kebutuhan barang dan
jasa hanya ada satu.
2.1.4. Perkembangan Pengadaan Barang dan Jasa
Menurut Adrian ( 2016 : 1 )
dimulai dari adanya teransaksi pembelian / penjualan barang di pasar secara
langsung ( tunai ). Kemudian berkembang kearah berjangka waktu
pembayaran, dengan membuat documen pertanggung jawaban ( pembeli dan
penjual ), dan pada akhirnya dimulai pengadaan dan peroses pelelangan.
Dalam perosesnya, pengadaan barang dan jasa melibatkan beberapa terkait,
sehingga perlu ada etika, norma, dan perinsif pengadaan barang dan jasa,
untuk dapat mengatur atau yang dijadikan dasar penetapan kebijakan
pengadaan barang dan jasa.
Pengadaan barang dimulai sejak adanya pasar di mana orang dapat membeli
dan atau menjual barang. Cara atau metode yang di gunakan dalam jual beli
barang di pasar adalah dengan cara tawar menawar secara langsung antara pihak
pembeli ( pengguna ) dengan pihak penjual ( penyedia barang ). Apa bila dalam
peroses tawar menawar telah mencapai kesepakatan harga, maka dilanjutkan
dengan teransaksi jual beli, yaitu pihak penyesia barang menyerahkan barang
17
kepada pihak pengguna dan pihak pengguna membayar berdasarkan harga yang
telah disepakati kepada pihak penyedia barang. Proses tawar menawar dan proses
transaksi jual beli dilakukan secara tampa didukung dengan documen pembelian
maupun documen pembayaran dan penerimaan barang
Banyaknya jumlah dan jenis barang yang akan di beli tettunya akan
membutuhkan waktu lama bila harus dilakukan tawar menawar, biasanya
pengguna akan menbuat daftar jumlah dan jenis barang yang akan dibeli secara
tertulis, yang selanjutnya diserahkan kepada penyedia barang agar mengajukan
secara tertulis pula. Daftar barang yang di susun secara tertulis tersebut
melupakan asal-usul documen pembelian, sedangkan penawaran barang yang
dibuat secara tertulis merupakan asal usul documen penawaran.
Pada perkembangan selanjutnya. Pihak pengguna menyampaikan daftar
barang yang akan di beli tidak hanya kepada satu tetapi kepada beberapa penyedia
barang. Dengan meminta penawaran kepada beberapa penyedia barang, pengguna
dapat memilih harga penawaran yang paling murah dan setiap jenis barang yang
akan di beli. Cara yang demikian merupakan cikal-bakal pengadaan barang
dengan cara lelang.
Namun demikian, pembelian barang tidak terbatas pada pembelian barang
yang telah ada di pasar saja, tetapi juga pembelian barang yang belum tersedia di
pasar. Pembelian barang yang belum ada di pasar dilakukan dengan cara
pemesanan. Agar barang yang di pesan dapat di buat seperti yang di inginkan,
maka pihak pemesan ( pengguna ) menyusun nama, jenis, jumlah barang yang di
pesan beserta spesifikasinya secara tertulis dan menyerahkan kepada pihak
18
penyedia barang. Dokumen ini selanjutnya disebut dokumen pemesanan barang
yang menjadi cikal-bakal dokumen lelang.
Menurut adrian ( 2016 : 3 )
Hakikat pengadaan barang dan jasa atau dalam istilah asing disebut sebagai
procurement munculnya karena kebutuhan akan suatu barang atau jasa,
mulai dari pensil seprei, aspirin untuk kebutuhan bahan bakar kendaraan
milik pemerintah. Peremajaan mobil dan truk, peralatan sekolah dan rumah
sakit, perlengkapan perang untuk intansi militer, perangkat ringan atau berat
untuk perundingan pembangunan. Untuk jasa konsultasi secara kebutuhan
jasa lainnya seperti pembangunan stasiun pembangkit listrik atau jalan tol
hingga menyewa jasa konsultan bidang teknik, ke uangan, hukum atau
pungsi konsultasi lainnya.
Menurut Adrian ( 2016 : 6 )
Pola hubungan para pihak dalam pengadaan barang dan jasa melibatkan
beberapa pihak, pihak pembeli atau pengguna dan pihak penjual atau
penyedia barang dan jasa. Pembeli atau pengguna barang dan jasa adalah
pihak yg membutuhkan barang dan jasa . dalam pelaksanan pengadaan,
pihak pengguna adalah yang meminta atau memberi tugas kepada pihak
penyedia untuk memasok atau membuat barang atau melaksanakan
pekerjaan tertentu. Penggunaan barang dan jasa dapat merupakan suatu
lembaga / organisasi dan dapat pula orang atau perseorangan. Yang
tergolong lembaga atau organisasi antara lain: instansi pemerintah,
(pemerintah pusat), badan usaha ( BUMN, BUMD, Swasta ), dan
organisasi dan masyarakat sedangkan yang tergolong orang perseorangan
adalah individu atau orang yang membutuhkan barang dan jasa.
A. Latar belakang lahirnya perpres No. 54 tahun 2010 tentang pengadaaan
barang atau jasa pada masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono
Perpres tahun 2010 tentang pengadaan barang/jasa pemerintah sebagai
pengganti Keppres No. 80 tahun 2003 yang di nilai tidak memadai lagi.
Perpres No. 54 tahun 2010 dilatar belakangi oleh cita-cita tata pemerintahan
yang baik dan bersih ( good governance and clean go-vernment ). Good
19
governcance and clean government adalah seluruh aspek yang terkait dengan
control dan pengawasan terhadap kekuasaan yang dimiliki pemerintah dalam
menjalankan fungsinya melalui institusi formal dan informal. Untuk
melaksanakan prinsip good governace and clean government, maka pemerintah
harus melaksanakan prinsip-prinsip akun tabilitas dan pengelolahan sumber daya
secara efesien, serta mewujudkan dengan tidakan dan peraturan yang baik dan
tidak berpihak
( independen ), serta menjamin terjadinya interaksi ekonomi dan sosial antara
pihak terkait ( stakebolders ) secara adil, transparan, profesional, dan akuntabel.
Peningkatan kualitas pelayanan publik melalui penyelenggaran pemerintah
yang baik dan bersih, perlu didukung dengan pengelolaan keuangan yang efektif,
efesien, transparan, dan akuntebel. Untuk meningkatkan efesien dan efektifitas
penggunaan keuangan negara yang dibelanjakan melalui proses pengadaan
barang/jasa pemerintah, diperlukan upaya untuk menciptakan keterbukaan,
transparasi, akuntabelitas serta prinsip persaingan-kompetisi yang sehat dalam
proses pengadaan barang-/jasa pemerintah yang dibiaya dengan APBN/APBD,
sehingga diperoleh barang/jasa yang terjangkau dan berkualitas dapat
dipertanggung-jawabkan baik dari segi fisik, keuangan, maupun manfaatnya bagi
kelancaran tugas pemerintahaan dan pelayanan masyarakat. Sehubungan dengan
hal tersebut, peraturan presiden tentang pengadaan barang/jasa pemerintah ini
dimaksudkan untuk memberikan pedoman pengaturan mengenai tata cara
pengadaan barang/jasa yang sederhana, jelas dan komprehensif, sesuai dengan tata
kelolah yang baik.
20
Pengaturan mengenai tata cara pengadaan barang/jasa pemerintahan dalam
peraturan presiden ini diharapkan dapat meningkatkan iklim invetasi yang
kondusif, efesien belanja negara, dan percepatan perintah yang berpedoman pada
peraturan presiden ini diarahkan untu meningkatkan ownership pemerintah daerah
terdapat proyek/kegiatan yang pelaksnaanya dilakukan melalui skema pembiayaan
bersama (cofinancing) antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Kebijakan
umum pengadaan barang/jasa pemerintah bertujuan untuk mensinergikan kentuan
pengadaan barang-jasa dengan kebijakan-kebijakan disektor lainya. Langkah-
langkah kebijakan yang akan ditempuh pemerintah dalam pengadaan barang/jasa
sebagaimana diatur dalam peraturan presiden tentang pengadaan/jasa pemerintah
ini, meliputi:
1. Peningkatan penggunaan produksi barang/jasa dalam negeri yang
sasarannya untuk memperluas kesempatan kerja dan basis industri dalam
negeri dalam rangka meningkatan ketahanan ekonomi dan daya saing
nasional.
2. Kemandirian industri pertahanan,industri alat utama sistem senjata
(Alutsista) dan industri alat material khusus (Almatsus) dalam negeri.
2.2. Pengertian BOS (Bantuan Oprasional Sekolah)
2.2.1. Pengertian Dana BOS
Menurut Juknis (2015:2) “BOS adalah program pemerintah yang pada
dasarnya adalah untuk penyedian pendanaan biaya oprasi non personalia bagi
satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana progam wajib belajar.
21
Menurut peraturan pemerintah No. 48 Tahun 2008
tentang pendanaan pendidikan, biaya non personalia adalah biaya untuk
bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan biaya tak langsung berupa
daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana , uang
lembur, transportasi, komsumsi, pajak dll. Namun demikian, ada beberapa
jenis pembiayaan iventasi dan personalia yang diperbolehkan dibiayai
dengan dana BOS. Secara detail jenis kegiatan yang boleh dibiayai dari
dana BOS.
Menurut Kementrian Pendidikan Nasional (2011b:296) “ Bantuan
operasional sekolah (BOS) Bantuan operasional sekolah (BOS) adalah program
pemerintah untuk penyediaan pendanaan biaya nonpersonalia bagi satuan
pendidikan dasar pelaksana program wajib belajar. Namun demikian dana BOS
dimungkinkan untuk membiayai beberapa kegiatan lain yang tergolong dalam
biaya personalia dan biaya investasi”.
a. Biaya personalia dan nonpersonalia
1. Biaya personalia terdiri dari gaji pendidik dan tegana kependidikan serta
tunjangan-tunjangan yang melekat pada gaji.
2. Biaya nonpersonalia adalah biaya untuk bahan atau peralatan pendidikan
habis pakai, dan biaya tak langsung berupa daya, air /jasa
telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur,
transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain-lain.
Menurut peraturan mendiknas nomor 69 Tahun 2009, standar biaya operasi
nonpersonalia adalah standar biaya yang diperlukan untuk membiayai kegiatan
operasi nonpersonalia selama 1 (satu) tahun sebagai bagian dari keseluruhan dana
pendidikan agar satuan pendidikan dapat melakukan kegiatan pendidikan secara
teratur dan berkelanjutan sesuai standar nasional pendidikan.
22
b. Apa tujuan program BOS
Secara umum program BOS bertujuan untuk meringankan beban masyrakat
terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka wajib berlajar 9 (sembilan)
tahun yang bermutu.
Secara khusus program BOS bertujuan untuk:
1. Membebaskan pungutan bagi seluruh siswa SD/M1 negeri dan SMP/MTs
negeri terhadap biaya operasi sekolah, kecuali pada rintisan sekolah
bertaraf internasional (RSBI) dan sekolah bertaraf internasional (SBI):
2. Membebaskan pungutan seluruh siswa miskin dari seluruh pungutan
dalam bentuk apapun, baik disekolah negeri maupun swasta;
3. Meringankan beban biaya operasi sekolah bagi siswa disekolah swasta.
2.2.2. Siapa Sasaran Program dan Berapa Besar Dana BOS
Sasaran program BOS adalah semua SD/M1 dan SMP/MTs, termasuk
sekolah menengah terbuka (SMPT) dan tempat kegiatan belajar mandiri (TKBM)
yang diselenggarakan oleh masyarakat, baik negeri maupun swasta diseluruh
provinsi di indonesia. Program kejar paket A dan paket B tidak termasuk sasaran
dari program BOS ini.
a. Sasaran
SD/SDLB/SMP/SMPLB dan SMA/SMALB/SMK yang diselenggarakan
oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, atau masyarakat yang telah
terdata dalam dapodik dan memenuhi syarat sebagai penerima BOS
23
berdasarkan kriteria yang telah ditentukan oleh kementerian pendidikan dan
kebudayaan. SD/SDLB/SMP/SMPLB dan SMA/SMALB/SMK yang
diselenggarakan oleh masyarakat dapat menolak BOS yang telah
dialokasikan setelah memperoleh persetujuan orang tua peserta didik
melalui komite sekolah dan tetap menjamin kelangsungan pendidikan
peserta didik yang orang tua / walinya tidak mampu di
SD/SDLB/SMP/SMPLB dan SMA/SMALB/SMK yang bersangkutan.
b. Satuan Biaya
BOS yang diterima oleh SD/SDLB/SMP/SMPLB dan SMA/SMALB/SMK
dihitung berdasarkan jumlah peserta didik pada sekolah yang bersangkutan.
Satuan biaya BOS bisa dilihat ditabel. I (satu) dibawah ini.
Tabel. II.1
Biaya Satuan BOS
Sumber : Petunjuk Teknis Penggunaan Dana BOS Tahun 2017
No Jenis Sekolah Nominal
1. SD/SDLB
Rp 800.000,-/peserta didik/tahun
2. SMP/SMPLB RP 1.000.000,-/peserta didik/tahun
3. SMA/SMALB dan SMK
Rp 1.400.000,-/peserta didik/tahun
24
c. Waktu penyaluran
Penyaluran BOS dilakukan setiap 3 (tiga) bulan (triwulan), yaitu Januari –
Maret , April – Juni – September, dan Oktober- Desember. Bagi wilayah
yang secara geografis sangat sulit dijangkau sehingga proses pengambilan
BOS mengalami hambatan atau memerlukan biaya pengambilan yang
mahal, maka atas usulan pemerintah daerah dan persetujuan kementerian
pendidikan dan kebudayaan untuk penyaluran BOS dilakukan setiap 6
(enam) bulan (semester), yaitu Januari – Juni dan Juli – Desember.
2.2.3. Penatausahaan Dana BOS
1. Prosedur penatausahaan Dana BOS
Syarat penyaluran dana BOS adalah sebagai berikut: (Panduan Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) : 2010)
a. Bagi sekolah yang belum memiliki rekening rutin, harus membuka nomor
rekening atas nama sekolah (tidak boleh atas nama pribadi).
b. Sekolah mengirimkan nomor rekening tersebut kepada Tim Manajemen
BOS Kabupaten atau Kota.
c. Tim Manajemen BOS Kabupaten atau Kota melakukan verifikasi dan
mengkomplikasi nomor rekening sekolah dan selanjutnya dikirim kepada
Tim Manajemen BOS Provinsi.
Penyaluran dana BOS adalah sebagai berikut:
1. Penyaluran dana periode Januari-Desember 2011 dilakukan secara bertahap
dengan ketentuan:
25
a. Dana BOS disalurkan setiap periode tiga bulan.
b. Dana BOS diharapkan disalurkan di bulan pertama dari setiap periode
tiga bulan, kecuali periode Januari-Maret paling lambat bulan Febuari.
c. Khusus penyaluran dana periode Juli-September, apabila data jumlah
siswa tiap Sekolah pada tahun ajaran baru diperkiran terlambat, agar
jumlah dana BOS periode ini didasarkan pada periode April-Juni.
Selanjutnya, jumlah dana BOS periode Oktober-Desember disesuaikan
dengan jumlah yang telah disalurkan periode Juli-Desember sesuai
dengan yang semestinya diterima sekolah.
2. Penyaluran dana dilaksanakan oleh Tim Manajemen BOS Provinsi melalui
Bank Pemerintahan atau Pos, dengan tahap-tahap sebagai berikut:
a. Tim Manajemen BOS Provinsi mengajukan Surat Permohonan
Pembayaran Langsung (SPP-LS) dana BOS sesuai dengan kebutuhan.
b. Unit terkait di Dinas Pendidikan Provinsi melakukan verifikasi atas SPP-
LS dimaksud, kemudian menerbitkan Surat Perintah Membayar
Langsung (SPM-LS).
c. Dinas Pendidikan Provinsi selanjutnya mengirimkan SPMLS dimaksud
KPPN Provinsi.
d. KPPN Provinsi melakukan verifikasi terhadap SPM-LS untuk selanjutnya
menerbitkan SP2D yang dibebankan kepada rekening Kas Negara.
e. Dana BOS yang telah dicairkan dari KPPN ditampung ke rekening
penampung Tim Manajemen BOS Provinsi yang selanjutnya dana
disalurkan ke sekolah penerima BOS mulai kantor Bank Pemerintahan
26
atau Pos yang ditunjuk sesuai dengan Perjanjian Kerjasama antara Dinas
Pendidikan Provinsi dan Lembaga Penyalur (Bank/Pos).
3. Pengambilan Dana.
a. Tim Manajemen BOS Provinsi menyerahkan data rekening sekolah
penerima BOS dan besar dana yang harus disalurkan lembaga penyalur
dana.
b. Selanjutnya lembaga penyalur dana yang ditunjuk menstranfer dana
sekaligus kesetiap rekening sekolah.
c. Pengambilan dana BOS dilakukan oleh Kepala Sekolah (atau
bendahara BOS sekolah) dengan diketahui oleh Ketua Komite Sekolah
dan dapat dilakukan sewaktu-waktu sesuai kebutuhan dengan
menyisakan saldo minimum sesuai peraturan yang berlaku.
d. Dana BOS harus diterima secara utuh sesuai dengan SK alokasi yang
dibuat Tim Manajemen BOS Kabupaten atau Kota, dan tidak
diperkenankan adanya pemotongan atau pungutan biaya apapun dengan
alasan apapun dan oleh pihak manapun.
e. Penyaluran dana BOS secara bertahap (tiga bulanan) bukan berarti dana
dihabiskan dalam periode tersebut. Besar penggunaan dana tiap bulan
disesuaikan dengan kebutuhan sekolah sebagaimana tertuang dalam
Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) atau Rencana
Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS).
27
2.2.4. Prosedur Pelaksanaan BOS dan Proses Pendataan Pendidikan Dasar
Tahapan pendataan data pokok pendidikan (Dapodik) merupakan
langkah awal penting untuk proses pengalokasian dana BOS dan penyaluran
dana BOS. Untuk menjamin agar Dapodik akurat dan selalu ter-update,
maka diperlukan penunjukan penanggung jawab Dapodik oleh Kepala
Sekolah dengan mengikuti ketentuan sebagai berikut:
1. Penanggung jawab Dapodik dapat seorang guru atau pegawai tata
usaha yang sudah ada di sekolah atau pegawai yang selama ini telah
direkrut untuk membantu pengelolaan dana BOS (untuk SD).
2. Penanggung jawab Dapodik yang dipilih memiliki kompetensi dapat
mengoperasikan minimal windows, word dan excel.
3. Penanggung jawab Dapodik bertanggung jawab terhadap pemasukan
data, validasi, verifikasi dan pengiriman data pokok pendidikan
melalui sistem online Dapodik.
4. Tidak ada pengangkatan pegawai honorer tetap yang khusus untuk
menangani Dapodik, sehingga dapat membebankan anggaran honor
rutin sekolah. Biaya yang diperlukan untuk menggandaan formulir,
pemasukan data, verifikasi, updating dan pengiriman data dapat
menggunakan dana BOS.
28
A. Tahapan proses pendataan Dapodik adalah sebagai berikut:
1. Sekolah menggandakan (fotocopy) formulir data pokok pendidikan
(BOS-01A, BOS-01B dan BOS-01C) sesuai dengan kebutuhan. Biaya
fotocopy formulir dapat dibayarkan dari dana BOS;
2. Sekolah melakukan sosialisasi ke seluruh peserta didik, pendidik dan
tenaga kependidikan tentang cara pengisian formulir pendataan;
3. Sekolah membagi formulir kepada individu yang bersangkutan untuk
diisi secara manual dan mengumpulkan formulir yang telah diisi;
4. Sekolah memverifikasi kelengkapan dan kebenaran/kewajaran data
individu peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan;
5. Kepala Sekolah menunjuk operator pendataan dengan menerbitkan surat
tugas sebagai penanggung jawab di tingkat sekolah;
6. Tenaga operator sekolah memasukkan/meng-update data ke dalam
aplikasi pendataaan yang telah disiapkan oleh Kemdikbud kemudian
mengirimke server Kemdikbud secara online;
7. Sekolah harus mem-backup secara lokal data yang telah di-entri.
8. Formulir yang telah diisi secara manual oleh peserta didik/pendidik/
tenaga kependidikan/sekolah harus disimpan di sekolah masingmasing
untuk keperluan monitoring dan audit;
9. Melakukan update data secara reguler ketika ada perubahan data,
minimal satu kali dalam 1 (satu) semester;
10. Data yang dikirim oleh sekolah akan dijadikan sebagai dasar kebijakan
pemerintah/pemerintah daerah untuk berbagai jenis program, misalnya
alokasi BOS, tunjangan PTK, Kartu Indonesia Pintar, Rehab, dll;
29
11. Sekolah dapat berkonsultasi dengan dinas pendidikan setempat
mengenai operasional penggunaan aplikasi pendataan dan memastikan
data yang di-input sudah masuk kedalam server Kemdikbud;
12. Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota bertanggung jawab terhadap
proses pendataan bagi sekolah yang memiliki keterbatasan sarana dan
sumber daya manusia yang tidak memungkinkan melakukan pendataan
sendiri.
B. Proses Penetapan Alokasi Dana BOS
Penepatan alokasi BOS di tiap provinsi untuk keperluan anggaran dan
alokasi BOS di tiap sekolah untuk keperluan pencairan dan penyaluran dana
adalah sebagai berikut:
1. Sebagai langkah awal, Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota melakukan
kontrol/verifikasi terhadap data jumlah peserta didik tiap sekolah yang
ada di Dapodik berdasarkan data yang ada. Apabila terdapat perbedaan,
maka Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota harus mengonfirmasi
perbedaan tersebut kepada sekolah, agar data yang ada pada Dapodik
sesuai dengan data riil yang ada di sekolah;
2. Pada setiap awal tahun pelajaran baru, Tim Manajemen BOS
Kabupaten/Kota bersama Tim Manajemen BOS Provinsi dan Tim
Manajemen BOS Pusat melakukan rekonsiliasi dan verifikasi data jumlah
peserta didik tiap sekolah yang ada pada Dapodik sebagai persiapan
pengambilan data untuk penetapan alokasi BOS tahun anggaran
mendatang;
30
3. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melakukan pengambilan data
jumlah peserta didik pada Dapodik untuk membuat usulan alokasi dana
BOS tiap Provinsi yang akan dikirim ke Kementerian Keuangan;
4. Alokasi BOS tiap provinsi tersebut dihitung sebagai hasil rekapitulasi
dari data jumlah peserta didik di tiap sekolah yang ada di Dapodik pada
tahun pelajaran yang sedang berjalan ditambah dengan perkiraan
pertambahan jumlah peserta didik tahun pelajaran baru;
5. Kementerian Keuangan menetapkan alokasi BOS tiap provinsi melalui
Peraturan Presiden sesuai dengan usulan dari Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan mengenai jumlah peserta didik dan alokasi dana BOS di
tiap provinsi;
6. Untuk penetapan alokasi BOS di tiap sekolah, Kemdikbud mendasarkan
perhitungan pada data jumlah peserta didik di tiap sekolah yang ada pada
Dapodik. Oleh karena itu, sekolah yang tidak mengisi Dapodik (tidak
tercantum dalam data base sistem Dapodik) secara otomatis tidak
mendapat alokasi dana BOS;
7. Untuk menghindari kejadian tersebut, sekolah yang belum terdaftar
dalam Dapodik harus segera berkoordinasi dengan Tim Manajemen BOS
Kabupaten/Kota, Tim Dapodik Kabupaten/Kota dan Tim Dapodik Pusat.
8. Alokasi dana BOS tiap sekolah ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, dalam dalam hal ini ditetapkan melalui Surat
Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar atas nama Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan;
31
9. Alokasi dana BOS tiap sekolah untuk periode Januari-Juni 2016
didasarkan jumlah peserta didik tahun pelajaran 2016, sedangkan periode
Juli-Desember 2016 didasarkan pada data tahun pelajaran 2016-2016.
10. Alokasi dana BOS tiap sekolah untuk penyaluran dana BOS tiap
triwulan didasarkan data Dapodik dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Triwulan 1 (Januari-Maret) didasarkan pada Dapodik tanggal 30
Nopember 2016;
b. Triwulan 2 (April-Juni) didasarkan pada Dapodik tanggal 15
Februari 2016;
c. Triwulan 3 (Juli-September) didasarkan pada Dapodik tanggal 15
Mei 2016;
d. Triwulan 4 (Oktober-Desember) didasarkan pada Dapodik tanggal
21 September 2016;
11. Ketentuan penetapan alokasi BOS tiap sekolah untuk penyaluran dana
BOS tiap triwulan adalah sebagai berikut:
a. .Sekolah yang mendapatkan alokasi BOS adalah sekolah yang sudah
tercantum dalam data base Dapodik saat pengambilan data sebelum
penyaluran dana BOS di awal triwulan. Besar dana BOS sekolah
sesuai dengan data jumlah peserta didik yang ada pada Dapodik saat
pengambilan data (tergantung pula pada kebijakan alokasi yang
berlaku terkait jumlah peserta didik di sekolah);
32
Sumber: Petunjuk Teknis Bantuan Oprasional sekolah 2017
Gambar II.1.
Tahap Pendataan Untuk Pencairan Dana BOS
Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
ST - 1 D - 1 B T - 1 ST - 2 D - 2 BT - 2 ST - 3 D - 3 ST - 4 D - 4 B - 3 / 4
dari Dapodik bulan Nopember tahun sebelumnya
untuk pencairan triw - 1 tahun berikutnya
Jan
top related