bab ii kajian pustaka kajian teori dan hasil penelitian
Post on 25-Nov-2021
8 Views
Preview:
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan
1. Kajian Teori
a. Konsep
Banyak ahli mendefinisikan arti dari konsep, secara umum
konsep adalah suatu abstaksi yang menggambarkan ciri-ciri umum
sekelompok objek, peristiwa, atau fenomena lainnya. Menurut Ausubel
(Vanden Berg, 1991 : 8) konsep merupakan benda-benda, kejadian-
kejadian, situasi-situasi, atau ciri-ciri yang memiliki ciri-ciri khas dan yang
terwakili dalam setiap budaya oleh suatu tanda atau simbol. Konsep
disebut sebagai suatu ide atau gagasan yang digeneralisasi dari
pengalaman manusia dengan beberapa peristiwa benda dan fakta. Jadi
konsep merupakan abstraksi dari ciri-ciri sesuatu yang mempermudah
komunikasi antara sesama manusia dan yang memungkinkan manusia
berfikir.
Flavel (1970) dalam Dahar (2011: 62 - 63) mengemukakan
bahwa konsep-konsep dapat berbeda dalam tujuh dimensi, yaitu:
1) Atribut
Setiap konsep mempunyai sejumlah atribut yang berbeda. Contoh
konsep harus mempunyai atribut yang relevan, termasuk juga atribut
yang tidak relevan. Atribut dapat berupa fisik, seperti warna, tinggi,
bentuk, atau dapat juga berupa fungsional.
2) Struktur
Struktur menyangkut cara tergabungnya atribut-atribut itu. Berikut
tiga macam struktur yang dikenal yaitu konsep konjungtif, konsep
disjungtif, dan konsep relasional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
8
3) Keabstrakan
Konsep-konsep dapat dilihat dan konkret atau konsep itu terdiri atas
konsep-konsep lain.
4) Keinklusifan
Ini ditujukan pada jumlah contoh yang terlibat dalam konsep itu. Bagi
seorang anak kecil, konsep kucing ditujukan pada seekor hewan
tertentu yaitu kucing keluarga. Bila anak itu telah mengenal beberapa
kucing lainnya, konsep kucing akan menjadi lebih luas, termasuk
lebih banyak contoh lainnya.
5) Generalitas
Bila diklasfikasikan, konsep dapat berbeda dalam posisi superordinat
atau subordinatnya. Konsep wortel adalah subordinat terhadap konsep
sayuran.
6) Ketepatan
Ketepatan suatu konsep menyangkut apakah ada sekumpulan aturan
untuk membedakan contoh dengan noncontoh suatu konsep.
7) Kekuatan (power)
Kekuatan suatu konsep ditentukan oleh sejauh mana orang setuju
bahwa konsep itu penting.
Sedangkan menurut Klausmeier dalam Dahar (1989: 88-89) setiap konsep
dapat dibedakan menurut bentuk dan tingkatannya. Tingkat pencapaian
konsep dapat dibedakan menjadi empat yang diringkas sebagai berikut :
1) Tingkat Konkret
Seorang siswa dikatakan telah mencapai konsep pada tingkat konkret,
apabila mengenal suatu benda yang telah dihadapi sebelumnya. Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
9
harus dapat memperhatikan suatu benda dan dapat membedakan
benda dari stimulus-stimulus yang ada di lingkungannya. Pada saat
inilah anak sudah mampu menyimpan gambaran mental dalam
struktur kognitifnya.
2) Tingkat Identitas
Seorang siswa dikatakan telah mencapai konsep pada tingkat identitas
jikamengenal suatu objek (a) sudah selang suatu waktu (b) bila orang
itu mempunyai orientasi ruang yang berbeda terhadap objek itu, atau
(c) bila objek itu ditentukan melalui suatu indera yang berbeda,
misalnya, mengenal suatu balok dengan cara menyentuh bagian dari
balok itu bukandengan melihatnya.
3) Tingkat Klasifikatori
Pada tingkat klasifikatori, siswa mengenal persamaan dari dua contoh
yang berbeda dari kelas yang sama. Operasi mental yang terlibat
dalam pencapaian konsep pada tingkat klasifikatori ialah mengadakan
generalisasi bahwa dua contoh atau lebih sampai batas-batas tertentu
ituekuivalen, mengklasifikasikan contoh- contoh dan noncontoh-
noncontoh dari konsep, sekalipun mempunyai banyak atribut-atribut
yang mirip.Misalnya anak mampu membedakan antara apel yang
masak dengan apel yang mentah.
4) Tingkat Formal
Pada tingkat formal, siswa dapat menentukan atribut-atribut yang
membatasi konsep membedakannya, menentukan ciri-ciri, memberi
nama atribut yang membatasinya, bahkan sampai mengevaluasi atau
memberikan contoh secara verbal.
Menurut Soedjadi (2000:14) pengertian konsep adalah ide abstrak
yang dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan
yang pada umumnya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
10
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), konsep adalah
gambaran mental dari objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa,
yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain.
Teori mengajar konsep adalah teori yang memberikan
pemahaman kepada guru/pendidik/instruktur dalam menginformasikan
pesan-pesan pelajaran yang bersifat konsep pada peserta dididknya. Tim
Pengembangan Ilmu Pendidikan (TPIP) FIP-UPI (2007 :63) menjelaskan
bahwa :
Konsep itu sendiri dapat dipahami sebagai suatu pengetahuan
yang telah diterima kebenarannya dan sering dipakai sebagai
pengetahuan untuk menganalisis permasalahan ilmiah atau
akademik yang dihadapi. TPIP FIP-UPI menyimpulkan mengajar
konsep adalah proses penyampaian pesan tentang materi
pengajaran yang berupa konsep kepada peserta didik dalam suatu
keseluruhan proses mengajar.
Konsep merupakan sebuah hal yang penting karena menurut Bungin,
konsep merupakan sebuah generalisasi fenomena, dimana konsep
kemudian dapat menjelaskan fenomena-fenomena tertentu (Bungin,
2001:73). Jadi konsep adalah suatu gambaran yang digunakan sebagai ciri-
ciri untuk memahami hal lain berupa objek-objek, kejadian-kejadian, atau
situasi-situasi.
b. Konsepsi
Rohayati (2005) menjelaskan bahwa konsepsi didefinisikan
sebagai pengertian atau tafsiran seseorang terhadap suatu konsep tertentu
(Zakaria, 2012:7). Meskipun dalam pelajaran sains kebanyakan konsep
memiliki arti yang jelas, tetapi konsepsi pembelajaran berbeda-beda. Ada
konsepsi ilmuan, konsepsi guru, dan konsepsi siswa. Pada umumnya
konsepsi ilmuan merupakan konsepsi yang paling lengkap, paling masuk
akal, dan paling banyak dimanfaatkan dibandingkan konsep lainnya,
sehingga konsepsi ilmuan dianggap benar dan paling banyak diterima. Jadi
seseorang dapat memiliki konsepsi yang berbeda dengan konsepsi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
11
dimiliki orang lain karena pengalaman hidup atau cara penafsiran yang
berbeda, dimana konsepsi adalah tafsiran yang dimiliki oleh seseorang
mengenai suatu konsep.
c. Prakonsepsi
Gagasan-gagasan atau ide-ide yang dimiliki oleh siswa sebelum
menerima suatu pembelajaran disebut prakonsepsi. Siswa sering kali
mengalami konflik dalam dirinya ketika berhadapan dengan informasi
baru bertentangan dengan prakonsepsi siswa atau dengan ide-ide yang
dibawa sebelumnya. Vanden Berg (1991: 10) menyatakan, “Prakonsepsi
adalah konsepsi yang dimiliki siswa sebelum pelajaran walaupun mereka
sudah pernah mendapatkan pelajaran formal”.
Saat siswa memasuki kelas untuk belajar Fisika, siswa telah
memiliki pengetahuan tertentu tentang Fisika yang disebut prakonsep.
Prakonsep yang dimiliki siswa belum tentu benar. Hal ini kurang atau
bahkan tidak diperhatikan oleh guru dalam proses pembelajaran.
Prakonsepsi siswa akan mempengaruhi proses belajar mengajar, karena
prakonsepsi merupakan konsepsi awal yang dimiliki siswa dimana
konsepsi awal tersebut merupakan konsepsi yang belum tentu benar.
d. Miskonsepsi
Tafsiran perorangan terhadap banyak konsep sangat mungkin
berbeda-beda. Misalnya penafsiran konsep massa jenis, atau konsep
hambatan, atau konsep gesekan, dapat berbeda untuk setiap orang. Jika
konsepsi murid terhadap suatu konsep sama dengan konsepsi para
ilmuwan, dikatakan murid tersebut mempunyai konsepsi yang benar. Jika
konsepsi murid tentang suatu konsep berbeda dengan konsepsi para
ilmuwan, dikatakan murid tersebut mengalami miskonsepsi.
Menurut Suparno (2005: 4), miskonsepsi atau salah konsep
menunjuk pada suatu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
12
yang diterima para pakar bidang itu, kemudian dikatakan bahwa
miskonsepsi sebagai suatu kesalahan dan hubungan yang tidak benar
antara konsep-konsep. Sedangkan menurut Fowler (Suparno, 2005 : 5)
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan miskonsepsi adalah pengertian
tentang suatu konsep yang tidak tepat, salah dalam menggunakan konsep
nama, salah dalam mengklasifikasikan contoh-contoh konsep, keraguan
terhadap konsep-konsep yang berbeda, tidak tepat dalam menghubungkan
berbagai macam konsep dalam susunan hierarkinya atau pembuatan
generalisasi suatu konsep yang berlebihan atau kurang jelas. Clement
berpendapat bahwa “jenis miskonsepsi yang paling banyak terjadi adalah
bukan pengertian yang salah selama proses belajar mengajar, tetapi suatu
konsep awal (prakonsep) yang dibawa siswa ke kelas formal”
(Suparno,2005: 6-7). Jadi miskonsepsi siswa adalah konsepsi yang kurang
tepat yang dimiliki oleh siswa.
Abraham dan kawan-kawan (1994) membagi derajat pemahaman
konsep menjadi tiga kelompok, yaitu derajat tidak memahami,
miskonsepsi, dan memahami konsep. Pengelompokkan ini didasarkan
pada pengelompokkan derajat pemahaman yang dilakukan oleh Marek
(1986) dan dikutip oleh Abraham (1994) seperti terlihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Pengelompokkan Derajat Pemahaman Konsep
Kategori Derajat Pemahaman Kriteria
1.Tidak
memahami
- tidak ada respon
- tidak memahami
a. tidak ada jawaban
b. menjawab “saya tidak tahu”
c. mengulang pertanyaan
d. menjawab tetapi tidak
berhubungan dengan pertanyaan
dan tidak jelas
2.Miskonsepsi - Miskonsepsi
- memahami
sebagian dengan
miskonsepsi
- memahami
sebagian
a. menjawab dengan penjelasan
tidak logis
b. jawaban menunjukkan adanya
konsep yang dikuasai tetapi ada
pernyataan dalam jawaban yang
menunjukkan miskonsepsi
3.Memahami - memahami konsep a. jawaban menunjukkan hanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
13
sebagian konsep dikuasai tanpa
ada miskonsepsi
b. jawaban menunjukkan konsep
dipahami dengan semua
penjelasan benar
(Sumber : Wahyuningsih, 2012 :10)
e. Hakikat Fisika
Sebagai salah satu bidang ilmu sains, Fisika memiliki berbagai
definisi yang dikemukakan dari waktu ke waktu. Dalam sebuah situs,
mengemukakan beberapa pengertian fisika yang ditulis oleh Azhi (2012),
antara lain sebagai berikut :
1) Fisika adalah cabang sains yang mempelajari materi (matter), energi,
ruang, dan waktu. Sebelum akhir abad ke 19, cabang sains ini lebih
dikenal dengan nama “filsafat alam” (natural philosophy, dari bahasa
Yunani “physikos”).
Bisa dikatakan, fisika merupakan sains murni yang paling
dasar (basic). Temuan dari fisika pun menjalar dan mempengaruhi
cabang sains lainnya. Tidak heran, karena fisika banyak mengulik
materi dan energi yang pada hakekatnya merupakan penyusun dasar
(basic constituents) alam.
2) Secara ontologi fisika adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan
penemuan dan pemahaman mendasar hukum-hukum yang
menggerakkan. Fisika adalah studi mengenai dunia anorganik fisik,
sebagai lawan dari dunia organik seperti biologi, fisiologi dan lain-
lain.
3) Pengertian lain, fisika adalah ilmu yang mempelajari/mengkaji
benda-benda yang ada di alam, gejala-gejala, kejadian-kejadian alam
serta interaksi dari benda-benda di alam tersebut secara fisik dan
mencoba merumuskannya secara matematis sehingga dapat
dimengerti secara pasti oleh manusia untuk kemanfaatan umat
manusia lebih lanjut. Jadi fisika merupakan suatu cabang ilmu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
14
pengetahuan sains yang mempelajari sesuatu yang konkret dan dapat
dibuktikan secara matematis dengan menggunakan rumus-rumus
persamaan yang didukung adanya penelitian yang terus dikembangkan
oleh para fisikawan.
4) Secara epistimologi, fisika adalah bidang ilmu yang tertua, karena
dimulai dari pengamatan-pengamatan dari gerakan benda-benda
langit. Terdapat dua hal saling terkait yang tidak bisa dipisahkan di
dalam fisika, yaitu pengamatan dalam eksperimen dan telaah teori.
Keduanya tidak dapat dipisahkan saling tergantung satu sama lain.
5) Dan secara aksiologi fisika memiliki tujuan agar kita dapat mengerti
bagian dasar dari benda-benda dan interaksi antara benda-benda, jadi
untuk menerangkan gejala-gejala alam. Perkembangan ilmu
fisika dalam kehidupan manusia telah membawa manusia kepada
kehidupan yang lebih baik.
Dari berbagai definisi tentang fisika, fisika dapat diartikan
sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari mengkaji benda-benda yang
ada di alam, gejala-gejala, kejadian-kejadian alam serta interaksi dari
benda-benda di alam tersebut secara fisik dalam hal materi, energi, ruang,
dan waktu. Konsep fisika dapat diartikan suatu gambaran yang digunakan
sebagai ciri-ciri untuk memahami bidang ilmu pengetahuan fisika.
Sedangkan miskonsepsi fisika dapat diartikan sebagai ketidaksesuaian
konsep fisika yang dimiliki siswa dengan yang dikemukakan para ahli.
f. Penyebab Miskonsepsi
Miskonsepsi disebabkan oleh beberapa hal, Suparno (2005:53)
menjelaskan ada lima faktor yang merupakan penyebab miskonsepsi pada
siswa, yaitu : 1) siswa, 2) guru, 3) buku teks, 4) konteks, dan 5) metode
mengajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
15
1) Siswa
Miskonsepsi yang berasal dari siswa dapat dikelompokkan dalam
delapan kategori, sebagai berikut:
a) Prakonsepsi atau konsep awal siswa. Banyak siswa sudah
mempunyai konsep awal sebelum mereka mengikuti pelajaran di
sekolah. Prakonsepsi sering bersifat miskonsepsi karena penalaran
seseorang terhadap suatu fenomena berbeda-beda.
b) Pemikiran asosiatif yaitu jenis pemikiran yang mengasosiasikan atau
menganggap suatu konsep selalu sama dengan konsep yang lain.
Asosiasi siswa terhadap istilah yang ditemukan dalam pembelajaran
dan kehidupan sehari-hari sering menimbulkan salah penafsiran.
c) Pemikiran humanistik yaitu memandang semua benda dari
pandangan manusiawi. Tingkah laku benda dipahami sebagai
tingkah laku makhluk hidup, sehingga tidak cocok.
d) Reasoning atau penalaran yang tidak lengkap atau salah. Alasan
yang tidak lengkap diperoleh dari informasi yang tidak lengkap pula.
Akibatnya siswa akan menarik kesimpulan yang salah dan
menimbulkan miskonsepsi.
e) Intuisi yang salah, yaitu suatu perasaan dalam diri seseorang yang
secara spontan mengungkapkan sikap atau gagasannya tentang
sesuatu tanpa penelitian secara obyektif dan rasional. Pola pikir
intuitif sering dikenal dengan pola pikir yang spontan.
f) Tahap perkembangan kognitif siswa. Secara umum, siswa yang
dalam proses perkembangan kognitif akan sulit memahami konsep
yang abstrak. Dalam hal ini, siswa baru belajar pada hal-hal yang
konkrit yang dapat dilihat dengan indera.
g) Kemampuan siswa. Siswa yang kurang mampu dalam mempelajari
fisika akan menemukan kesulitan dalam memahami konsep-konsep
yang diajarkan. Secara umum, siswa yang tingkat matematika-
logisnya tinggi akan mengalami kesulitan memahami konsep fisika,
terlebih konsep yang abstrak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
16
h) Minat belajar. Siswa yang memiliki minat belajar fisika yang besar
akan sedikit mengalami miskonsepsi dibandingkan siswa yang tidak
berminat.
2) Guru
Guru yang tidak menguasai bahan atau tidak memahami konsep fisika
dengan benar juga merupakan salah satu penyebab miskonsepsi siswa.
Guru terkadang menyampaikan konsep fisika yang kompleks secara
sederhana dengan tujuan untuk mempermudah pemahaman siswa.
Kadang-kadang guru mengutamakan penyampaian rumusan matematis
sedangkan penyampaian konsep fisisnya dikesampingkan. Pola
pengajaran guru masih terpaku pada papan tulis, jarang melakukan
eksperimen dan penyampaian masalah yang menantang proses berpikir
siswa. Miskonsepsi siswa akan semakin kuat apabila guru bersikap
otoriter dan menerapkan metode ceramah dalam mengajar. Hal ini
mengakibatkan interaksi yang terjadi hanya satu arah, sehingga semakin
besar peluang miskonsepsi guru ditransfer langsung pada siswa.
3) Buku Teks
Buku teks yang dapat mengakibatkan munculnya miskonsepsi siswa
adalah buku teks yang bahasanya sulit dimengerti dan penjelasannya
tidak benar. Buku teks yang terlalu sulit bagi level siswa yang sedang
belajar dapat menumbuhkan miskonsepsi karena mereka sulit
menangkap isinya.
4) Konteks
Konteks yang dimaksud di sini adalah pengalaman, bahasa sehari-hari,
teman, serta keyakinan dan ajaran agama. Bahasa sebagai sumber
prakonsepsi pertama sangat potensial mempengaruhi miskonsepsi,
karena bahasa mengandung banyak penafsiran.
5) Metode Mengajar
Metode mengajar guru yang tidak sesuai dengan konsep yang dipelajari
akan dapat menimbulkan miskonsepsi. Guru yang hanya menggunakan
satu metode pembelajaran untuk semua konsep akan memperbesar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
17
peluang siswa terjangkit miskonsepsi. Metode ceramah yang tidak
memberikan kesempatan siswa untuk bertanya dan juga untuk
mengungkapkan gagasannya sering kali meneruskan dan memupuk
miskonsepsi. Penggunaan analogi yang tidak tepat juga merupakan
salah satu penyebab timbulnya miskonsepsi. Metode praktikum yang
sangat membantu dalam proses pemahaman, juga dapat menimbulkan
miskonsepsi karena siswa hanya dapat menangkap konsep dari data-
data yang diperoleh selama praktikum. Metode diskusi juga dapat
berperan dalam menciptakan miskonsepsi. Bila dalam diskusi semua
siswa mengalami miskonsepsi, maka miskonsepsi mereka semakin
diperkuat.
Vanden Berg (1991: 17) dan Suparno (2005) menyimpulkan
beberapa fakta mengenai miskonsepsi, yaitu :
1) Miskonsepsi disebabkan oleh bermacam-macam hal.
2) Miskonsepsi terjadi di semua jenjang pendidikan.
3) Miskonsepsi ada yang mudah dibetulkan, tetapi ada yang sangat sulit
untuk dibetulkan.
4) Seringkali siswa mengalami miskonsepsi terus-menerus. Soal-soal yang
sederhana dapat dikerjakan, tetapi dengan soal yang sedikit lebih sulit
miskonsepsi akan muncul kembali.
5) Sering terjadi regresi, yaitu siswa yang yang sudah mengatasi
miskonsepsi beberapa bulan kemudian salah lagi.
6) Dengan ceramah yang bagus, miskonsepsi tidak dapat dihilangkan atau
dihindari.
7) Siswa, mahasiswa, guru, dosen, maupun peneliti dapat terkena
miskonsepsi.
8) Siswa yang pandai dan yang lemah, keduanya dapat terkena
miskonsepsi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
18
g. CRI (Certainty of Response Index)
CRI (Certainty of Response Index), merupakan ukuran tingkat
keyakinan atau kepastian responden dalam menjawab setiap pertanyaan
(soal) yang diberikan. Metode identifikasi CRI dikembangkan oleh Saleem
Hasan, dkk untuk mengidentifikasi terjadinya miskonsepsi, sekaligus dapat
membedakannya dengan tidak memahami konsep. CRI didasarkan pada
suatu skala 0 sampai 5 yang menggambarkan keyakinan responden dalam
menjawab setiap pertanyaan. Tingkat kepastian jawaban tercermin dalam
skala CRI, CRI yang rendah menandakan ketidakyakinan konsep pada diri
responden dalam menjawab suatu pertanyaan, dalam hal ini jawaban
biasanya ditentukan atas dasar tebakan semata. Sebaliknya CRI yang tinggi
mencerminkan keyakinan dan kepastian konsep yang tinggi pada diri
responden dalam menjawab pertanyaan, dalam hal ini unsur tebakan
sangat kecil. Seorang responden mengalami miskonsepsi atau tidak
memahami konsep dapat dibedakan secara sederhana dengan cara
membandingkan benar tidaknya jawaban suatu soal dengan tinggi
rendahnya derajat keyakinan menjawab (CRI) (Hasan, dkk, 1999).
Dalam jurnalnya, Hasan, dkk (1999 : 295) menyampaikan
“However, if the answer was wrong, the high certainty would
indicate a misplaced confidence in his knowledge of the subject
matter. This misplaced certainty in the applicability of certain
laws and methods to a specific question is an indicator of the
existence of misconceptions. The results of this study
demonstrate that the requested CRI, when used in conjunction
with the answer to a question, enables us to differentiate between
a lack of knowledge and a misconception.”
Akan tetapi, jika jawaban yang diperoleh salah, ini menunjukkan adanya
suatu kekeliruan konsepsi dalam pengetahuan tentang suatu materi subyek
yang dimilikinya, dan dapat menjadi suatu indikator terjadinya
miskonsepsi. Dari ketentuan-ketentuan seperti itu, menunjukkan bahwa
dengan CRI yang didapat, ketika digunakan bersamaan dengan jawaban
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
19
untuk suatu pertanyaan, memungkinkan untuk dapat membedakan antara
miskonsepsi dan tidak memahami konsep.
Tabel 2.2. Kriteria Jawaban Responden yang Ditunjukan dengan Nilai CRI.
CRI Kriteria Keterangan
0 Totally guessed
answer
Jika menjawab soal 100%
ditebak
1 Almost guess
Jika dalam menjawab soal
persentase unsur tebakan antara
75%-99%
2 Not Sure
Jika dalam menjawab soal
persentase unsur tebakan antara
50%-74%
3 Sure
Jika dalam menjawab soal
persentase unsur tebakan antara
25%-49%
4 Almost certain
Jika dalam menjawab soal
persentase unsur tebakan antara
1%-24%
5 Certain
Jika dalam menjawab soal tidak
ada unsur tebakan sama sekali
(0%)
(Sumber: Liliawati. 2009: 3)
Pada tabel 2.2, bahwa CRI 0 menandakan tidak memahami
konsep sama sekali tentang konsep-konsep yang diperlukan untuk
menjawab suatu pertanyaan (jawaban ditebak secara total), sementara CRI
5 menandakan kepercayaan diri yang penuh atas kebenaran tentang
prinsip-prinsip yang dipergunakan untuk menjawab suatu pertanyaan
(soal), dapat dikatakan tidak ada unsur tebakan sama sekali. Jika derajat
kepastiannya rendah (CRI 0-2), maka hal ini menggambarkan proses
penebakan (guesswork) memainkan peranan yang signifikan dalam
menentukan jawaban. Tanpa memandang apakah jawaban benar atau
salah, nilai CRI yang rendah menunjukkan adanya unsur penebakan, yang
secara tidak langsung mencerminkan ketidaktahuan konsep yang
mendasari penentuan jawaban. Jika CRI tinggi (CRI 3-5), maka responden
memiliki tingkat kepercayaan diri (confidence) yang tinggi dalam memilih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
20
aturan-aturan dan metode-metode yang digunakan untuk sampai pada
jawaban. Dalam keadaan ini (CRI 3-5), jika resaponden memperoleh
jawaban yang benar, ini dapat menunjukkan bahwa tingkat keyakinan yang
tinggi akan kebenaran konsepsi fisikanya telah dapat teruji dengan baik.
Indeks dalam CRI secara umum tergolong tipe skala Likert.
Secara khusus, untuk setiap pertanyaan dalam tes berbentuk pilihan ganda
misalnya, responden diminta untuk memilih suatu jawaban yang dianggap
benar dari alternatif pilihan yang tersedia. Kemudian memberikan CRI,
antara 0 - 5, untuk setiap jawaban yang dipilihnya. CRI 0 diberikan jika
jawaban yang dipilih hasil tebakan murni, sedangkan CRI 5 diberikan jika
jawaban telah dipilih atas dasar pengetahuan dan skil yang sangat ia yakini
kebenarannya.
Tabel 2.3 menunjukkan empat kemungkinan kombinasi dari
jawaban (benar atau salah) dan CRI (tinggi atau rendah) untuk tiap
responden secara individu. Responden yang menjawab dengan benar akan
tetapi CRI rendah menandakan tidak memahami konsep. Sedangkan
responden yang menjawab benar dengan CRI tinggi menunjukkan
penguasaan konsep. Responden dengan jawaban salah dan CRI rendah
menandakan tidak memahami konsep, sementara jawaban salah dengan
CRI tinggi menandakan terjadinya miskonsepsi.
Tabel 2.3. Ketentuan untuk Membedakan Memahami Konsep,
Miskonsepsi dan Tidak Memahami Konsep
Kriteria Jawaban CRI Rendah (<2,5) CRI Tinggi (≥2,5)
Jawaban benar Jawaban benar tapi CRI
rendah berarti tidak
memahami
konsep (lucky guess)
Jawaban benar dan
CRI tinggi berarti
memahami konsep
dengan baik
Jawaban salah Jawaban salah dan CRI
rendah berarti tidak
memahami konsep
Jawaban salah tapi
CRI tinggi berarti
terjadi
miskonsepsi
(Sumber : Hasan, dkk.1999:296)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
21
Pada butir soal akan ditemui sebagian siswa menjawab benar dan
sebagian lainnya menjawab salah. Kelompok siswa yang menjawab salah
dapat dikarenakan miskonsepsi atau tidak memahami konsep yang dapat
diketahui dengan cara identifikasi secara kelompok. Identifikasi
miskonsepsi secara kelompok rensponden dapat dilakukan dengan cara
yang sama seperti identifikasi miskonsepsi secara individu. Setiap jawaban
siswa ditandai dengan pemberian skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0
untuk jawaban salah. Jumlah total responden yang menjawab benar dibagi
dengan jumlah seluruh responden akan menghasilkan nilai fraksi benar.
Nilai CRI yang digunakan untuk mengambil keputusan kategori
konsepsi siswa merupakan nilai rata-rata dari CRI. Nilai rata-rata CRI
untuk jawaban benar (CRIB) didapat dari jumlah CRI siswa yang
menjawab dengan benar dibagi dengan jumlah responden yang menjawab
benar. Sedangkan nilai rata-rata CRI untuk jawaban salah (CRIS) didapat
dari jumlah CRI siswa yang menjawab salah dibagi dengan jumlah
responden yang menjawab salah. Hasan, dkk (1999:298) menjelaskan cara
pengambilan keputusan identifikasi miskonsepsi secara kelompok pada
tiap butir soal didasarkan pada CRIS. Apabila nilai CRIS 2,5 sampai 5,
maka jawaban salah pada kelompok tersebut dikarenakan miskonsepsi.
Untuk CRIS lebih kecil dari 2,5 maka jawaban salah pada kelompok
tersebut dikarenakan tidak memahami konsep. Fraksi benar mewakili
persentase jumlah siswa yang menjawab benar. Apabila CRIS diantara 2,5
dan 5, dan fraksi benar kurang dari 0,5 menandakan terjadinya
miskonsepsi dengan intensitas yang tinggi. Pada identifikasi miskonsepsi
secara kelompok, keputusan yang diberikan berupa kesimpulan bahwa
kelompok siswa yang menjawab salah dikarenakan miskonsepsi atau
dikarenakan tidak memahami konsep.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
22
h. Profil Miskonsepsi Siswa
Profil adalah keadaan atau potensi dan gambaran yang ada dalam
diri seseorang. Keadaan dan gambaran seseorang dalam berfikir dengan
cepat dan tepat dengan meningkatkan setiap aktifitas yang kita kerjakan,
ada yang menganggap penting sehingga sangat menentukan seseorang
dalam berprestasi. Pada posisi lain, ada juga yang menganggap bahwa
profil merupakan salah satu faktor penting yang ikut menentukan berhasil
atau gagalnya seseorang dalam berprestasi (Sembiring, 2012:1)
Profil dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki
empat pengertian yaitu, (1) pandangan dari samping (tentang wajah
orang), (2) lukisan atau gambar orang dr samping, sketsa biografis, (3)
penampang dari tanah, gunung, dan sebagainya, (4) grafik atau ikhtisar
yang memberikan fakta tentang hal-hal khusus. Berdasarkan KBBI definisi
profil yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan adalah definisi
nomer empat. Profil adalah ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal
khusus.
Dapat disimpulkan bahwa profil miskonsepsi siswa dapat
diartikan sebagai keadaan atau gambaran yang memberikan kejelasan letak
kesalahan konsep yang terjadi pada siswa. Dari profil miskonsepsi siswa
yang ditemukan, guru dapat mempersiapkan terlebih dahulu materi yang
akan diberikan kepada siswa agar tidak menimbulkan miskonsepsi.
i. Konsep Dasar Teori Kinetik Gas
1) Gas Ideal
Gas dinamakan sebagai gas ideal apabila memenuhi sifat-
sifat berikut :
a) Suatu gas terdiri dari partikel-partikel yang disebut molekul yang
sangat banyak dan jarak antar meolukul lebih besar daripada
ukurannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
23
b) Molekul-molekul mengikuti Hukum Newton tentang gerak, namun
dalam skala besar, molekul-molekul bergerak secara acak.
c) Molekul berinteraksi hanya dengan gaya-gaya berjarak pendek
selama tumbukan lenting.
d) Molekul bertumbukan lenting sempurna dengan dinding.
e) Gas ideal adalah zat murni, dimana semua molekulnya identik.
Gas ideal sebenarnya tidak ada dalam kehidupan sehari-hari;
yang ada dalam kehidupan sehari-hari adalah gas riil atau gas nyata.
Gas ideal hanya bentuk sempurna yang sengaja dibuat untuk
membantu dalam analisis.
2) Persamaan Keadaan Gas Ideal
Beberapa istilah kimia dalam persamaan gas ideal:
a) Massa atom relatif (Ar) adalah perbandingan massa atom suatu
unsur terhadap massa atom unsur lain.
b) Massa molekul relatif (Mr) adalah jumlah seluruh massa atom
relatif (Ar) dan atom-atom penyusun suatu senyawa.
c) Mol (n) adalah perbandingan massa (m) suatu zat terhadap massa
relatifnya (Ar atau Mr)
d) Bilangan Avogadro (NA) adalah bilangan yang menyatakan jumlah
partikel dalam satu mol (NA = 6,02 x 1023 partikel/mol).
Hubungan antara mol (n), massa (m), dan jumlah partikel (N)
sebagai berikut :
rM
mn atau rnMm (2.1)
n
NN A atau AnNN (2.2)
Persamaan Keadaan Gas Ideal:
NkTPV (2.3)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
24
Dengan mensubtitusikan persamaan (2.2) dalam persamaan (2.3)
maka persamaan keadaan gas ideal menjadi
kTnNPV A
dimana kNA=R, sehingga didapatkan persamaan
nRTPV (2.4)
Keterangan :
P = tekanan gas (N/m2 atau Pa)
V = volume gas (m3)
T = suhu gas (K)
NA = Bilangan Avogadro (6,022 x 1023
molekul/mol)
R = konstanta umum gas (8,31 J/mol K)
k = konstanta Boltzmann (1,381 x 10-23
J/K)
3) Hukum-Hukum Tentang Gas Ideal
Ketiga hukum ini hanya berlaku untuk gas riil yang memiliki
tekanan dan massa jenis yang tidak terlalu besar. Ketiga hukum ini
juga hanya berlaku untuk gas riil yang suhunya tidak mendekati titik
didih.
a) Hukum Boyle
Pernyataan Hukum Boyle “ Apabila suhu gas yang berada
dalam bejana tertutup dipertahankan konstan, maka tekanan gas
berbanding terbalik dengan volumenya”. Pernyataan ini dapat
dituliskan secara matematis sebagai berikut.
konstan1
~ PVV
P (2.5)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
25
Untuk gas yang berada dalam dua keadaan keseimbangan berbeda
pada temperatur konstan, maka diperoleh :
2211 VPVP (2.6)
Keterangan simbol pada persamaan (2.6) :
1P = tekanan gas pada keadaan 1 (N/m2 )
2P = tekanan gas pada keadaan 2 (N/m2 )
1V = volum gas pada keadaan 1 (m3)
2V = volum gas pada keadaan 2 (m3)
Gambar 2.1 Kurva isotermal (Sumber : Tipler Jilid 1. 1998: 574)
Kurva yang ditunjukan pada gambar 2.1 merupakan
diagram P-V untuk suatu gas ideal pada keadaan isotermal.
Berdasarkan persamaan (2.4) bahwa cPV dimana c adalah
konstan, maka berlaku V
Pc
apabila dianalogikan dalam
hubungan xy menjadi x
yc
. Fungsi tersebut adalah fungsi yang
menandakan bahwa kurva yang terbentuk pada keadaan isotermal
adalah hiperbola.
b) Hukum Charles
Pernyataan Hukum Charles “Apabila tekanan gas yang
berada dalam bejana tertutup dipertahankan konstan, maka volum
V1 V2
P
P1
P2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
26
gas sebanding dengan suhu mutlaknya”. Pernyataan ini dapat
dituliskan secara matematis sebagai berikut :
konstan~ T
VTV
(2.7)
Untuk gas yang berada dalam dua keadaan keseimbangan yang
berbeda pada tekanan konstan, maka diperoleh
2
2
1
1
T
V
T
V
(2.8)
Keterangan simbol pada persamaan (2.8) :
1V = volum gas pada keadaan 1 (m3 )
2V = volum gas pada keadaan 2 (m3 )
1T = suhu mutlak gas pada keadaan 1 (K)
2T = suhu mutlak gas pada keadaan 2 (K)
Gambar 2.2 Kurva Isobarik (Sumber: Supiyanto.2007: 222)
Gambar 2.2 merupakan kurva yang menggambarkan
keadaan suatu gas secara isobarik. Berdasarkan persamaan (2.6)
bahwa cT
V dimana c adalah konstan, maka berlaku cTV .
Apabila persamaan cTV dianalogikan dalam bentuk hubungan x
dan y maka persamaan tersebut menjadi cxy . Fungsi tersebut
adalah fungsi identitas dari kurva linier, sehingga kurva isobarik
merupakan kurva linier. Besar tekanan pada tiap titik dalam kurva
P1 adalah konstan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
27
c) Hukum Gay Lussac
Pernyataan Hukum Gay Lussac ”Apabila volume gas yang
berada dalam bejana tertutup dipertahankan konstan, maka
tekanan gas sebanding dengan suhu mutlaknya”. Pernyataan ini
dapat kita tuliskan secara matematis sebagai berikut.
konstan~ T
PTP
(2.9)
Untuk gas yang berada dalam dua keadaan keseimbangan yang
berbeda pada volum konstan, maka diperoleh :
2
2
1
1
T
P
T
P
(2.10)
Keterangan simbol pada persamaan (2.10):
P1 = tekanan gas pada keadaan 1 (N/m2)
P2 = tekanan gas pada keadaan 2 (N/m2)
T1 = suhu mutlak gas pada keadaan 1 (K)
T2 = suhu mutlak gas pada keadaan 2 (K)
Gambar 2.3 Kurva Isokhorik (Sumber: Supiyanto.2007: 223)
Kurva isokhorik yang digambarkan oleh gambar 2.3
merupakan kurva linier. Hal ini didasarkan pada persamaan (2.8)
bahwa cT
P dimana c adalah konstan, maka berlaku cTP .
Apabila persamaan cTP dianalogikan dalam bentuk hubungan x
dan y maka persamaan tersebut menjadi cxy . Fungsi tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
28
merupakan fungsi identitas dari kurva linier. Kurva pada Gambar
2.3 dapat diartikan bahwa besar tekanan pada suatu sistem
bergantung terhadap suhu.
d) Hukum Boyle-Gay Lussac
Apabila hubungan antara tekanan, volum, dan suhu gas
dalam Persamaan Boyle, Charles, dan Gay Lussac digabungkan,
maka diperoleh hubungan:
2
22
1
11
T
VP
T
VP
(2.11)
4) Teori Kinetik Gas Ideal
Berdasarkan teori kinetik, molekul-molekul gas ideal
bergerak secara acak mematuhi hukum gerak Newton dan
bertumbukan dengan molekul lain maupun dengan dinding bejana
tempat gas berada secara elastis sempurna. Dengan demikian, dapat
dianalisis sifat mikroskopis gas (tekanan, suhu, dan volume)
berdasarkan sifat mikroskopis gas (massa, kelajuan, momentum, dan
energi kinetik).
a) Tekanan Gas dalam Ruang Tertutup
Tinjau suatu gas yang mengandung N molekul di dalam
bejana tertutup berbentuk kubus yang volumnya V dengan rusuk
L. Setiap molekul yang massanya m bergerak dengan kecepatan v.
Karena tumbukan bersifat elastis sempurna, maka ketika molekul
menumbuk dinding dengan kecepatan v1 maka akan terpantul
dengan kecepatan v2 dengan besar yang sama.
Tekanan gas berasal dari molekul-molekul gas yang
menumbuk dinding, sehingga besar tekanan dapat diketahui dari
laju perubahan momentum yaitu dt
dpF . Pada peristiwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
29
penumbukan dinding terjadi perubahan momentum yang bergerak
pada sumbu x adalah 2p = 2mvx. Apabila jumlah molekul yang
menumbuk dinding seluas A sebanyak tvV
Nx , maka
xx mvtvAV
Np 2
2
1 . ½ menunjukan molekul yang bergerak
ke arah kanan dan kiri.
AmvdtvA
V
N
Adt
dp
A
FP xx
12
2
11
xmvV
NP
Karena molekul bergerak pada sumbu y dan z maka
v2=vx
2 + vy
2 + vz
2 dimana vx=vy=vz, maka v
2=3vx atau vx=
2
3
1v
sehingga tekanan gas dalam ruang tertutup adalah:
xmvV
NP
2
3
1vm
V
NP
EkV
NP
3
2
(2.12)
dengan,
P = tekanan gas (N/m2)
N = jumlah partikel gas
V = volume gas (m3)
Ek= energi kinetik (joule)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
30
b) Suhu Gas Ideal
Suhu gas ideal berdasarkan sudut pandang mikroskopis
merupakan suatu ukuran langsung dan energi kinetik molekul.
Hal ini dapat dijelaskan dengan memperhatikan kembali
persamaan tekanan V
NEkP
3
2 dan persarnaan keadaan gas ideal
PV=NkT, sehingga diperoleh persamaan matematis suhu gas
ideal:
Ekk
T3
2
(2.13)
c) Kecepatan Efektif Gas Ideal
Apabila di dalam suatu bejana tertutup terdapat
N1 molekul yang bergerak dengan kecepatan v1, dan N2 molekul
yang bergerak dengan kecepatan v2, dan seterusnya, maka rata-
rata kecepatan molekul gas dapat dinyatakan dengan
r
rmsM
RTv
3
(2.14)
5) Teorema Ekipartisi Energi
Berdasarkan hasil analisis mekanika statistik, untuk sejumlah
besar partikel yang memenuhi hukum gerak Newton pada suatu sistem
dengan suhu mutlak T, maka energi yang tersedia terbagi merata pada
setiap derajat kebebasan sebesar 2
1kT. Pernyataan ini selanjutnya
disebut teorema ekipartisi energi. Derajat kebebasan yang dimaksud
dalam teorema ekipartisi energi adalah setiap cara bebas yang dapat
digunakan oleh partikel untuk menyerap energi. Oleh karena itu,
setiap molekul dengan f derajat kebebasan akan memiliki energi rata-
rata,
kTfE ratarata
2
1EN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
31
Energi dalam untuk gas tergantung dari jenis gasnya. Jika gas
monoatomic, dirumuskan sebagai berikut :
kTENU
2
3
(2.15)
Sedangkan pada gas diatomik, energi dalam tergantung dari
suhunya. Pada suhu rendah (T= ±250K) molekul memiliki derajat
kebebasan f= 3 dikarenakan molekul hanya dapat menyerap energi
dengan cara translasi ke arah sb x, sb y, dan sb z.
kTENU
2
3
(2.16)
Pada suhu sedang (T= ±500K) molekul memiliki derajat kebebasan
f=5. Penyerapan energi dilakukan tidak hanya dengan cara translasi
tetapi juga dengan cara saling merotasi
kTENU
2
5
(2.17)
Pada suhu tinggi (T= ±1000K) molekul memiliki derajat kebebasan
f=7. Penyerapan energi dilakukan dengan cara translasi, rotasi, dan
fibrasi.
kTENU
2
7
(2.18)
2. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian tentang miskonsepsi banyak dilakukan, terutama dalam
bidang sains yaitu fisika, biologi, dan kimia. Salah satunya peneliti banyak
menemukan kejadian miskonsepsi di bidang fisika. Novick dan Nussbaum
menemukan peristiwa miskonsepsi pada siswa, yaitu tentang konsep volume
udara. Pada hasil penelitian ini diungkapkan bahwa banyak siswa yang
mengalami miskonsepsi. Wandersee, Mintzes dan Novak (dalam Suparno,
2005 : 11) menjelaskan bahwa miskonsepsi terjadi dalam semua bidang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
32
fisika. Dari 700 studi mengenai miskonsepsi terjadi dalam semua bidang
fisika, ada 300 yang meneliti tentang miskonsepsi tentang mekanika : 159
tentang listrik : 70 tentang panas, optika, dan sifat-sifat materi : 35 tentang
bumi dan antariksa; serta 10 studi mengenai fisika modern.
Suwarna, I.P. (2013) menganalisis miskonsepsi siswa SMA Kelas X
di Jakarta menggunakan metode CRI. Melalui metode CRI Suwarna mampu
menganalisis terjadinya miskonsepsi siswa SMA Kelas X pada materi optik
sebesar 31.7%, materi listrik dinamis 16.2%, dan materi suhu dan kalor
16.2%. Hal ini menunjukan bahwa penggunaan metode CRI dapat
mengungkap terjadinya miskonsepsi pada siswa.
Penelitian yang dilakukan oleh Mahmudah (2013) dari 10 orang
siswa kelas XI IPA SMA Negeri 7 Surakarta pada tahun ajaran 2012/2013
menemukan jenis kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal-
soal pada materi pokok teori kinetik gas adalah kesalahan konsep (56%), dan
kesalahan hitung (44%). Melalui penelitian yang dilakukan oleh Ernawati
(2011) ditemukan bahwa miskonsepsi untuk materi Teori Kinetik Gas yang
dilakukan di SMA Negeri di Bandung pada kelas XI IPA sebanyak 25,47%
siswa pada kelas eksperimen dan 30% pada kelas kontrol.
B. Kerangka Berpikir
Peristiwa dalam kehidupan sehari-hari yang dialami oleh siswa
dipandang sebagai pengalaman. Dasar pengalaman atau pengetahuan siswa akan
membentuk suatu konsepsi yang digunakannya untuk mengartikan peristiwa alam
yang terjadi di sekitarnya. Konsep mengenai Teori Kinetik Gas yang terbentuk
belum tentu sesuai dengan konsep yang dikemukakan oleh para ahli, sehingga
dilakukan penelitian untuk mengungkap miskonsepsi yang terjadi pada siswa pada
materi Teori Kinetik Gas. Dalam mengungkap miskonsepsi siswa, peneliti
mengacu pada pembuatan instrumen dan pengolahan data penelitian dilakukan
dengan aturan yang telah dikembangkan oleh Saleem Hasan, dkk(1999)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
33
menggunakan metode CRI, sehingga setelah data penelitian dianalisis akan
ditemukan bahwa siswa mengalami miskonsepsi pada materi Tori Kinetik Gas.
Berdasarkan uraian kerangka berfikir tersebut, maka dibuat suatu
paradigma berfikir yang ditunjukan dengan bagan seperti pada gambar 2.4.
Gambar 2.4 Bagan Kerangka Berpikir
Konsep yang dimiliki siswa dipengaruhi
oleh banyak hal dan belum tentu benar
Data penelitian dianalisis menggunakan metode
CRI
Terungkap miskonsepsi pada siswa
Dilakukan penelitian untuk mengungkap
terjadinya miskonsepsi pada siswa pada materi
Teori Kinetik Gas menggunakan soal dengan
bentuk pilihan ganda
top related