bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori ii.pdfbab ii kajian pustaka . 2.1 kajian teori . bab ii...

18
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Bab II berisi tentang teori-teori pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning-PBL), pengertian hasil belajar, sikap siswa, hasil hasil penelitian yang relevan, kerangka berpikir dan hipotesis. 2.1.1 Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Ada berbagai pendapat dari para ahli mengenai definisi dari pembelajaran berbasis masalah. Berikut ini merupakan pengertian menurut para ahli: Menurut Mugla (2011), prinsip utama dalam pembelajaran berbasis masalah didasarkan pada memaksimal pembelajaran dengan investigasi, penjelasan dan pemecahan masalah dengan dimulai dari masalah yang nyata dan berarti. Maka dari itu pembelajaran berbasis masalah adalah seni dari pemecahan masalah. Barrow dalam Teresa M. Sindelar (2002) juga menjelaskan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah produk asli dari penyelidikan berbasis instruksi. Jerry A.Colliver (2003) mengatakan bahwa “Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran berbasis masalah didasarkan pada pembelajaran yang aktif dalam kelompok kecil, dengan menggunakan masalah yang kritis sebagai perangsang dalam belajar”. Barrow (1986) juga menyebutkan bahwa pembelajaran berbasis masalah mempunyai beberapa ciri utama seperti: a. Pembelajaran itu berpusat pada siswa dan siswa mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap pembelajaran mereka sendiri. b. Pembelajaran berlangsung di kelompok yang kecil. c. Guru hanya sebagai fasilitator atau pembimbing.

Upload: others

Post on 07-Mar-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori II.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori . Bab II berisi tentang teori-teori pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning-PBL),

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

Bab II berisi tentang teori-teori pembelajaran berbasis masalah (Problem

Based Learning-PBL), pengertian hasil belajar, sikap siswa, hasil–hasil penelitian

yang relevan, kerangka berpikir dan hipotesis.

2.1.1 Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

Ada berbagai pendapat dari para ahli mengenai definisi dari pembelajaran

berbasis masalah. Berikut ini merupakan pengertian menurut para ahli:

Menurut Mugla (2011), prinsip utama dalam pembelajaran berbasis masalah

didasarkan pada memaksimal pembelajaran dengan investigasi, penjelasan dan

pemecahan masalah dengan dimulai dari masalah yang nyata dan berarti. Maka dari

itu pembelajaran berbasis masalah adalah seni dari pemecahan masalah. Barrow

dalam Teresa M. Sindelar (2002) juga menjelaskan bahwa pembelajaran berbasis

masalah adalah produk asli dari penyelidikan berbasis instruksi.

Jerry A.Colliver (2003) mengatakan bahwa “Pendekatan yang digunakan

dalam pembelajaran berbasis masalah didasarkan pada pembelajaran yang aktif

dalam kelompok kecil, dengan menggunakan masalah yang kritis sebagai

perangsang dalam belajar”.

Barrow (1986) juga menyebutkan bahwa pembelajaran berbasis masalah

mempunyai beberapa ciri utama seperti:

a. Pembelajaran itu berpusat pada siswa dan siswa mempunyai tanggung

jawab yang besar terhadap pembelajaran mereka sendiri.

b. Pembelajaran berlangsung di kelompok yang kecil.

c. Guru hanya sebagai fasilitator atau pembimbing.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori II.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori . Bab II berisi tentang teori-teori pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning-PBL),

7

d. Bentuk masalah yang diangkat teratur dan perangsang untuk

pembelajaran.

e. Masalah, berhubungan dengan pekerjaan yang mungkin akan siswa

temui di masa mendatang dan berhubungan dengan kemampuan untuk

memecahkan suatu masalah.

f. Informasi baru yang diperoleh melalui pembelajaran mandiri secara

langsung.

Di bawah ini adalah beberapa gambaran skema pelaksanaan pembelajaran berbasis

masalah (problem based learning):

a. Model Skema Pembelajaran Berbasis Masalah oleh Mattew B. Etherington

(2011)

Gambar 2.1 Model Pelaksanaan Problem based learning

Mengkonfirma

si Masalah

Mengadakan

Penelitian

Solusi usulan

Hasil

laporan

Contoh

Nyata

Siswa

menganalisis

masalah ini

Apa yang saya

tahu tentang

masalah ini ?

Apa yang saya

perlukan untuk

mengetahui

masalah ini?

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori II.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori . Bab II berisi tentang teori-teori pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning-PBL),

8

b. Skema Pembelajaran Berbasis Masalah oleh Cindy E. Hmelo-Silver (2004)

Gambar 2.2 Siklus Pembelajaran Berbasis Masalah.

Berdasarkan uraian dari beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

Problem based learning atau pembelajaran berbasis masalah adalah suatu proses

pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung dalam proses

pembelajarannya, tidak hanya itu saja, pembelajaran berbasis masalah juga

menuntut siswa untuk lebih aktif dan peka karena dalam prosesnya akan banyak

memasukkan unsur-unsur kehidupan sehari hari kedalam proses pembelajaran.

Sehingga pada akhirnya sikap siswa diharapkan bisa menjadi mandiri dan kritis

dalam menyelesaikan suatu permasalahan.

Ada lima tahap dalam model pembelajaran berbasis masalah (Problem

Based Learning-PBL) dan perilaku yang dibutuhkan oleh guru menurut Arends

(2007). Untuk penjelasannya masing-masingnya akan disajikan dalam table 2.1

dibawah ini.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori II.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori . Bab II berisi tentang teori-teori pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning-PBL),

9

Tabel 2.1 Sintaksis Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Fase Perilaku Guru

Fase 1 :

Memberikan orientasi

permasalahannya kepada siswa

Guru membalas tujuan pembelajaran,

mendeskripsikan dan memotivasi

siswa untuk terlibat dalam kegiatan

mengatasi masalah

Fase 2:

Mengorganisasikan siswa untuk

meneliti

Guru membantu siswa untuk

mendefisinikan dan

mengorganisasikan tugas-tugas belajar

yang terkait dengan permasalahannya.

Fase 3:

Membantu menyelidiki secara mandiri

atau kelompok

Guru mendorong siswa untuk

mendapatkan informasi yang tepat,

melaksanakan eksperimen, dan

mencari penjelasan dan solusi.

Fase 4:

Mengembangkan dan

mempresentasikan hasil kerja

Guru membantu siswa dalam

merencanakan dan menyiapkan hasil-

hasil yang tepat, seperti laporan,

rekaman video, dan model-model yang

membantu mereka untuk

menyampaikan kepada orang lain.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori II.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori . Bab II berisi tentang teori-teori pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning-PBL),

10

Fase 5:

Menganalisis dan mengevaluasi proses

mengatasi masalah

Guru membantu siswa untuk

melakukan refleksi terhadap

investigasinya dan proses-proses yang

mereka gunakan.

Uraian mengenai kelima langkah pembelajaran berbasis masalah akan dijelaskan

berikut.

Fase I : Memberikan orientasi permasalahannya kepada siswa.

Suatu pembelajaran baik menggunakan metode apapun diawal proses

pembelajaran guru harus menjelaskan terlebih dahulu tujuan dan maksud dari

pembelajaran hari ini. Ini dimaksudkan agar siswa sudah mempunyai sedikit

gambaran mengenai pembelajaran tersebut dan bisa mengambil tindakan apa yang

akan mereka lakukan. Sebelum guru memasuki proses pembelajaran, sebaiknya

guru harus menjelaskan dengan teliti proses pembelajaran ini untuk mengantisipasi

siswa yang belum mengerti dan terbiasa dengan model pembelajaran seperti ini.

Disini guru akan melontarkan pertanyaan yang ada hubungan dengan materi

pelajaran dan memancing siswa untuk bisa ikut dan mengkuti alur pembelajaran

tanpa mereka sadari. Guru juga harus cerdik dalam memberikan pertanyaan yang

sesuai dengan materi pelajaran.

Fase II : Mengorganisasikan siswa untuk meneliti

Disinilah tujuan pembelajaran berbasis masalah dimulai. Siswa dibantu oleh

guru akan menggali dan mencari informasi tentang materi dengan cara mereka

sendiri. Siswa akan dituntut untuk menjadi aktif dan mandiri dan di sini guru hanya

bisa menjadi pembimbing atau fasilitator saja.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori II.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori . Bab II berisi tentang teori-teori pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning-PBL),

11

Fase III: Membantu menyelidiki secara mandiri atau kelompok

Dalam fase ini siswa dapat bekerja secara mandiri atau individu maupun

dalam kelompok-kelompok kecil dalam mencari informasi. Kegiatan yang sering

dilakukan adalah investigasi mencari masalah, mencari informasi lain yang

mendukung, menyusun hipotesis dan mencari solusi untuk memecahkan

permasalahan yang dikemukakan oleh guru.

Fase IV: Mengembangkan dan mempresentasikan hasil kerja

Setelah mencari informasi tentang permasalahan yang ada dengan

kemampuan mereka sendiri, siswa diminta untuk mempresentasikan hasil

investigasi dan diskusi mereka tersebut. Tidak hanya itu, mereka juga diminta untuk

membuat bentuk nyata dari permasalahannya tersebut dengan berupa poster,

rekaman video, presentasi, dan lainnya.

Fase V : Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah

Fase terakhir dalam proses pembelajaran berbasis masalah adalah

menganalisis dan mengevaluasi proses pembelajaran. Guru akan membimbing

siswa untuk kembali mengingat apa yang sudah siswa lakukan dan kesulitan-

kesulitan apa yang sudah mereka hadapi. Sehingga di kesempatan lain siswa bisa

lebih baik lagi.

2. 1. 2 Pengertian Belajar

Para ahli mempunyai definisi dan pendapat yang berbeda mengenai belajar.

Menurut Slameto (2010:2) “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya”. Hamalik (1994:45) berpendapat bahwa belajar adalah perubahan

sikap dan tingkah laku setelah menerima pelajaran atau setelah mempelajari

sesuatu. Sementara itu menurut Ngalim Purwanto (1986) belajar adalah perubahan

di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai pola baru dari pada reaksi yang

berupa kecakapan sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori II.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori . Bab II berisi tentang teori-teori pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning-PBL),

12

Hilgard dan Bower dalam bukunya Theories of learning (1975)

mengemukakan, “Belajar berhubungan dengan tingkah laku seseorang terhadap

suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang terulang-ulang

dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau

dasar kecenderungan respon pembawaaan kematangan, atau keadaaan-keadaan

seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat dan sebagainya).”

Gagne dalam bukunya The Condition of Learning (1977) menyatakan

bahwa: “Belajar terjadi apabila suatu stimulus bersama dengan dengan isi ingatan

mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance-nya)

berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu ia mengalami situasi

tadi.”

Morgan dalam bukunya Introduction to Psychology (1978) mengemukakan:

“Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang

terjadi sebagai hasil dari latihan atau pengalaman.”

Ngalim Purwanto (1990) menyimpulkan bahwa belajar mempunyai

beberapa ciri-ciri penting yaitu:

a. Belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku, dimana perubahan itu

dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada

mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.

b. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau

pengalaman dalam arti perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau

kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar, seperti perubahan-

perubahan yang terjadi pada seorang bayi.

Setelah membaca definisi dan pennjelasan yang telah dikemukan oleh para

ahli, maka ada beberapa poin atau inti dari belajar, yaitu:

a. Belajar adalah proses mengalami secara langsung yang dilakukan oleh

siswa atau anak.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori II.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori . Bab II berisi tentang teori-teori pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning-PBL),

13

b. Ada perubahan positif yang terjadi pada anak tersebut antara lain

perubahan sikap menjadi lebih rajin, penambahan pengalaman, dan

peningkatan hasil belajar.

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar

Telah dikatakan bahwa belajar adalah adanya proses yang menimbulkan

terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku atau kecakapan.

Sampai dimanakah perubahan itu dapat terjadi (berhasil atau tidak berhasil)

dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Menurut Ngalim Purwanto dalam bukunya Psikologi Pendidikan (1990)

berpendapat bahwa secara garis besar terdapat dua faktor yang mempengaruhi

proses dan hasil belajar, yaitu:

a. Faktor yang ada pada diri sendiri yang kita sebut faktor individual dan yang

termasuk dalam faktor individual adalah kematangan/pertumbuhan,

kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi.

b. Faktor yang ada di luar individu yang kita sebut faktor sosial dan yang

termasuk antara lain faktor keluarga/keadaan rumah tangga, alat-alat yang

digunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang

tersedia, dan motivasi sosial.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar akan diuraikan sebagai berikut:

1) Kematangan/pertumbuhan

Kita tidak bisa melatih anak yang masih berumu 6 bulan untuk

belajar berjalan. Begitu pula dengan ilmu pendidikan, kita tidak bisa

mengajarkan ilmu filsafat pada anak yang di bangku sekolah menengah

pertama. Sehingga, mengajarkan sesuatu akan berhasil apabila tarap

pertumbuhan pribadi telah memungkinkannya; potensi-potensi jasmani atau

rohaninya telah matang.

2) Kecerdasan/Intelijensi

Kecerdasan yang dimiliki oleh setiap masing-masing anak adalah

berbeda. Kita bisa melihat bahwa anak yang berumur 14 tahun ke atas sudah

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori II.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori . Bab II berisi tentang teori-teori pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning-PBL),

14

belajar ilmu pasti, tetapi tidak semua anak bisa ataupun pandai dalam ilmu

pasti tersebut. Begitu pula dengan belajar tentang bahasa asing, tidak semua

anak mempunyai kecakapan dalam berbicara bahasa asing. Contoh lain

adalah memasak dan olahraga.

3) Latihan dan Ulangan

Kecakapan yang diperoleh atau didapat seringkali disebabkan oleh

latihan dan ulangan sehingga membuat kemampuan yang dimiliki semakin

meningkat dan mendalam. Sebaliknya, tanpa adanya latihan dan

pengulangan akan membuat pengalaman yang sudah pernah dialami

menjadi hilang atau berkurang. Semakin besar minat semakin besar pula

perhatiaannya sehingga memperbesar hasratnya untuk mempelajarinya.

4) Motivasi

Motif merupakan pendorong bagi suatu organisme untuk

melakukan. Tidak mungkin seseorang mau berusah mempelajari sesuatu

dengan sebaik-baiknya, jika ia tidak mengetahui betapa penting dan

faedahnya hasil yang akan dicapai dari belajarnya itu bagi dirinya.

5) Sifat-sifat Pribadi Seseorang

Setiap orang mempunyai kepribadian yang berbeda-beda, itupula

yang mempengaruhi hasil belajar seseorang dapat dicapai. Termasuk

kedalam sifat-sifat kepribadian ini adalah faktor kesehatan dan kondisi

badan.

6) Keadaan Keluarga

Suasana keluarga yang bermacam-macam seperti kaya, miskin,

kondisi yang tentram dan damai, ayah ibu yang terpelajar atau tidak juga

akan mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar yang dicapai oleh anak-

anak. Fasilitas dalam rumah juga menjadi pengaruh.

7) Guru dan Cara Mengajarnya

Di sekolah guru menjadi aktor utama dalam membantu proses

belajar. Cara guru mengajar, kepribadian, tingkat pengetahuan yang guru

menjadi hal yang sangat penting untuk menentukan bagaimana hasil belajar

yang dicapai oleh anak.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori II.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori . Bab II berisi tentang teori-teori pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning-PBL),

15

8) Alat-Alat Pelajarannya

Faktor guru dan cara mengajarnya juga tidak bisa kita lepaskan dari

fasilitas atau alat-alat pelajaran yang tersedia disekolah.Semakin lengkap

alat peraga di sekolah akan mempermudah dan mempercepat proses belajar

anak-anak.

9) Motivasi Sosial

Karena belajar adalah suatu proses yang timbul dari dalam, maka

faktor motivasi memegang peranan pula. Motivasi yang baik (memberi

semangat) yang diberikan oleh orang-orang disekitar seperti orang tua,

keluarga, guru dan teman akan mampu memberikan dorongan dan hasrat

untuk belajar.

10) Lingkungan dan Kesempatan

Pengaruh lingkungan dan kehidupan sehari-hari begitu kuat dalam

proses ini. Belum tentu anak yang dengan kondisi serba baik sanggup untuk

belajar dengan baik, begitu sebaliknya.

Gambar 2.3 Skema Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran (Purwanto:

1990)

Gambar di atas menunjukan bahwa masukan mentah (raw input) merupakan

bahan baku yang perlu diolah, dalam hal ini diberi pengalaman belajar dalam proses

belajar mengajar (teaching and learning process). Dan di dalam proses belajar -

mengajar terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain masukan

lingkungan (environment input) dan sejumlah faktor yang sengaja dirancang dan

RAW INPUT

INSTRUMENTAL

INPUT

TEACHING – LEARNING PROCESS

ENVIROMENTAL

INPUT

OUTPUT

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori II.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori . Bab II berisi tentang teori-teori pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning-PBL),

16

dimanipulasi (masukan instrumental) untuk mencapai keluaran atau hasil yang di

inginkan (output). Jadi kesimpulannya adalah berbagai faktor tersebut saling

berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain dalam menghasilkan keluaran

tertentu.

2.1.4 Sikap

Faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah sikap. Slameto

(2010) mengatakan bahwa sikap merupakan sesuatu yang dipelajari, dan sikap

menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa

yang dicari individu dalam kehidupan. Sikap juga mengandung tiga komponen

yaitu, komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen tingkah laku.

Merangsang perubahan diri pada siswa memang tidaklah mudah karena ada

kencedenrungan sikap-sikap untuk mempertahankan sikapnya tersebut. Menurut

Slameto dalam bukunya Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (2010)

berpendapat bahwa ada beberapa metode yang bisa digunakan dalam mengubah

sikap, antara lain:

1) Dengan mengubah komponen kognitif dari sikap yang bersangkutan.

2) Mengadakan kontak langsung dengan objek sikap.

3) Dengan memaksa orang menampilkan tingkah laku-tingkah laku baru yang

tidak konsisten dengan sikap-sikap yang sudah ada.

2.1.4.1 Komponen Sikap

Menurut Azwar (2005) dalam buku yang berjudul Sikap Manusia, ada tiga

komponen sikap yakni :

a. Kognitif

Kognitif terbentuk dari pengetahuan dan informasi yang diterima yang

selanjutnya diproses untuk menghasilkan suatu keputusan atau tindakan.

b. Afektif

Menyangkut masalah emosional subyektif sosial terhadap suatu obyek,

secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki

terhadap suatu obyek.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori II.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori . Bab II berisi tentang teori-teori pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning-PBL),

17

c. Konatif

Menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang

ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapinya.

2.1.4.2 Tingkatan Sikap

Notoadmodjo (2003) membagi sikap menjadi berbagai tingkatan, yaitu:

a. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (obyek).

b. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan sesuatu dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap.

c. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu

masalah adalah suatu indikasi sikap.

d. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

2.1.5 Pembelajaran IPA

2.1.5.1 Hakekat Pembelajaran IPA

Istilah Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA dikenal juga dengan istilah sains.

Kata sains ini berasal dari bahasa Latin yaitu scientia yang berarti “saya tahu”.

Dalam bahasa Inggris, kata sains berasal dari kata science yang berarti

“pengetahuan”.

IPA didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang objek dan

fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang

dilakukan dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode

ilmiah. Secara umum, kegiatan dalam IPA berhubungan dengan eksperimen.

Namun dalam hal-hal tertentu, konsep IPA adalah hasil tanggapan pikiran manusia

atas gejala yang terjadi di alam. Seorang ahli IPA (ilmuwan) dapat memberikan

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori II.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori . Bab II berisi tentang teori-teori pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning-PBL),

18

sumbangan besar kepada IPA tanpa harus melakukan sendiri suatu percobaan, tanpa

membuat suatu alat atau tanpa melakukan observasi (Wasih, 2012).

2.1.5.2 Tujuan Pembelajaran IPA SD

Mata pelajaran IPA di SD/MI mempunyai tujuan untuk membentuk peserta

didik yang memiliki kemampuan sebagai berikut (Depdiknas 2006):

a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA

yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

c. Mengembangkaasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,

teknologi, dan masyarakat.

d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah, dan membuat keputusan.

e. Meningkatkan kesadaran untuk berprestasi dalam memelihara,

menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.

f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai

dasar melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan

2.2.1 Hasil Penelitian Peningkatan Hasil Belajar

Penelitian-penelitian yang mendukung model pembelajaran berbasis

masalah (Problem based Learning –PBL) yang diterapkan dalam usaha

meningkatkan hasil belajar siswa, antara lain:

Penelitian Fitri Yuni Astuti (2007) yang berjudul Model Pembelajaran

Berbasis Masalah (Problem Based Learning) untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Siswa Kelas VIII Semester II SMP N 5 Semarang Pokok Bahasan Bangun

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori II.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori . Bab II berisi tentang teori-teori pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning-PBL),

19

Ruang Sisi Datar Tahun Pelajaran 2006/2007. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Pada siklus I belum menunjukkan hasil yang optimal dalam meningkatkan

hasil belajar, oleh karena itu dilakukan siklus II. Pada siklus II menunjukkan adanya

peningkatan antara lain: Pada siklus I yang tuntas belajar sebanyak 32 siswa dengan

prosentase ketuntasan klasikal 76,19% dengann nilai rata-rata kelasnya 76,36 dan

pada siklus II banyaknya siswa yang tuntas adalah 35 siswa dengan prosentase

ketuntasan klasikal 88,1% dengan nilai rata-rata kelasnya 81,7 %. Aktivitas siswa

selama pembelajaran mengalami peningkatan setiap siklusnya, dari 61,1% pada

siklus pertama menjadi 72,2% pada siklus kedua. Hipotesis tindakan dan indikator

kinerja telah tercapai sehingga tidak perlu dilaksanakan siklus selanjutnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Wahyudi (2002). Dengan judul

“Peningkatan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Melalui Penerapan

Problem-Based Learning dalam Pembelajaran Matematika” hasil penelitian

menunjukkan bahwa penerapan problem-based learning dalam pembelajaran

matematika dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita

matematika sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Dari total nilai yang

didapat, siswa dengan nilai ≥ 75 pada kondisi awal ada 8 siswa (30,77%)

dengan mean 62,20 meningkat menjadi 25 siswa (96,62%) dengan mean 88,34 dan

daya serap 96,62%. Peningkatan hasil belajar siswa tersebut karena adanya

perubahan aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran dengan penerapan

problem-based learning. Kelebihan siswa mampu mengidentifikasi masalah yang

diberikan, mencari informasi yang relevan yang digunakan untuk

menentukan hipotesis, merencanakan penyelesaian atau solusi masalah,

memilih alternatif solusi masalah yang paling tepat melalui proses diskusi, dan

akhirnya siswa mampu menyampaikan hasil solusi masalah kepada kelompok yang

lain. Keunggulan yang lain adalah adalah siswa semakin terbiasa menggunakan

logika/ penalarannya dalam menyelesaikan soal cerita. Siswa juga mampu

menganalisa soal dengan baik, membuat perencanaan penyelesaian dengan tepat,

menyelesaikan soal dengan baik. Kelemahannya yaitu membutuhkan waktu yang

lama, karena anak-anak belum terbiasa dengan model pembelajaran yang

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori II.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori . Bab II berisi tentang teori-teori pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning-PBL),

20

digunakan. Mendasarkan kelemahan di atas pada penelitian berikutnya dapat

digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian selanjutnya.

2.2.2 Hasil Penelitian Peningkatan Sikap Siswa

Penelitian-penelitian yang mendukung model pembelajaran berbasis

masalah (Problem based Learning –PBL) yang diterapkan dalam usaha

meningkatkan sikap siswa, antara lain:

Penelitian yang dilakukan oleh Orhan Akinoglu dan Ruhan Ozkardez

Tandogan (2006) dengan judul “The Effect of Problem-Based Active Learning in

Science Education on Students’ Academic Achievment, Attitude and Concept

Learning”. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas 7 SMP di Istanbul pada

tahun ajaran 2004-2005. Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan PBL

dapat meningkatkan sikap siswa, ini tunjukan dengan skor rata-rata di proses pra-

sikap yaitu 77,16 untuk penelitian dalam kelompok dan 71,76 untuk kelompok

siswa yang diawasi. Tidak ada perbedaan yang terlalu banyak dalam proses ini

hanya 0,05 perbedaaan intervalnya. Berbeda dengan hasil sikap di proses post

attitute yang menunjukan 73,80 untuk penelitian dalam kelompok dan 65,60 untuk

kelompok siswa yang diawasi. Pada proses ini terjadi peningkatan yang tinggi

berbeda dengan proses sebelumnya. Ini menunjukan bahwa terjadi perubahan

positif terhadap sikap siswa penelitian kelompok siswa pada mata pelajaran IPA.

Penelitian yang dilakukan oleh Maria M. Ferreira dan Anthony R. Trudel

(2012) yang berjudul “The Impact of Problem-Based Learning (PBL) on Student

Attitudes Toward Science, Problem-Solving Skills, and Sense of Community in the

Classroom”. Penelitian ini dilakasanakan di Jesuit Catholic High School dengan

subjek penelitian seluruh siswa laki-laki dengan total 810 siswa. Penilitian ini

menunjukan adanya peningkatan pada aspek sikap siswa dalam mata pelajaran IPA,

hal ini ditunjukan dengan peningkatan skor rata-rata dari 3,46 pada proses sebelum

PBL menjadi 3,66 setelah menggunakan model PBL. Setelah menggunakan PBL

lebih banyak siswa suka mata pelajaran IPA dan itu membantu mereka untuk

berpikir logis dan membantu mereka bagaimana cara untuk berpikir.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori II.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori . Bab II berisi tentang teori-teori pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning-PBL),

21

2.3 Kerangka Pikir

Penelitian tindakan kelas (PTK) ini menggunakan dua siklus dan ada

beberapa tahapan dalam pelaksanaan siklus tersebut yaitu perencanaan, tindakan,

observasi, dan refleksi.

a. Pra-penelitian

1. Peneliti membuat sebuah topik permasalah yang akan diteliti.

b. Perencanaan

1. Menentukan topik belajar yang akan dilakasnakan di kelas.

2. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan

menggunakan model pembelajaran berbasis masalah.

3. Mempersiapakan berbagai kebutuhan media pembelajaran yang sesuai

dengan materi dan model pembelajaran.

4. Membuat lembar observasi atau instrumen penelitian yang berguna

untuk memantau proses pembelajaran dengan model PBL.

5. Membuat alat evaluasi untuk mengetahui sejauh mana tingkat

pemahaman siswa terhadap materi belajar dan penilaian proses

pembelajaran.

c. Tindakan

1. Menjalankan perencanaan pembelajaran yang sudah dibuat sebelumnya.

2. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah

pembelajaran PBL:

a) Identifikasi Masalah

b) Kajian Masalah

c) Pengumpulan Data

d) Investigasi Kelompok

e) Menyusun Laporan

f) Mempresentasikan Laporan

g) Refleksi

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori II.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori . Bab II berisi tentang teori-teori pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning-PBL),

22

h) Evaluasi

d. Observasi

1. Membuat tes untuk mengambil nilai dari para siswa.

2. Membuat lembar observasi untuk siswa dan guru untuk mengetahui

sejauh mana perkembangan sikap siswa.

e. Refleksi

1. Guru memberikan penilaian mengenai hasil diskusi dari kelompok-

kelompok siswa tersebut.

2. Guru menyimpulkan hasil analisa dan pengamatan pada siklus pertama.

Dalam Siklus pertama ini apabila kurang maksimal maka akan dilakukan penelitian

Siklus ke dua dengan model pembelajaran PBL dan mata pelajaran yang sama yaitu

IPA. Tahapan proses siklus ke dua juga masih sama yaitu perencanaan, tindakan,

observasi, dan refleksi.

Gambar 2.4 Siklus Penelitian Tindakan Kelas menurut Tripp (dalam Subyantoro

2010)

Siklus I Siklus II dst

Perencanaan

Tindakan

Observasi

Refleksi

Perencanaan

Tindakan

Observasi

Refleksi

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori II.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori . Bab II berisi tentang teori-teori pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning-PBL),

23

2.4 Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas maka dapat

dirumuskan bahwa “Diharapkan ada peningkatan hasil belajar dan perbaikan sikap

oleh siswa kelas IV SD Mangunsari 05 Salatiga dalam pembelajaran IPA yang

menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning)

pada tahun ajaran 2013/2014.”