bab ii fix
Post on 18-Jan-2016
216 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Alasan mengapa ada sebuah negara
Alasan adanya sebuah negara menurut para ahli:
Sokrates,Plato dan Aristoteles
Adanya negara sudah dimulai 400 tahun sebelum Masehi.
Thomas Aquinas
Adanya negara didalam masyarakat itu didorong oleh dua hal yaitu
manusia sebagai makhluk sosial (animal social) dan manusia sebagai
makhluk politik (animal politicum).
Thomas Hobbes
Adanya negara itu diperlukan karena negara merupakan tempat
berlindung bagi individu, kelompok dan masyarakat yang lemah dari
tindakan individu, kelompok dan masyarakat maupun penguasa
masyarakat yang kuat (otoriter) karena menurutnya manusia dengan
manusia lainnya memiliki sifat seperti serigala (homohominilupus).
2.2 Pengertian Negara
Pengertian Negara
a. Negara adalah suatu organisasi dari sekelompok atau beberapa kelompok
manusia yang bersama – sama mendiami satu wilayah tertentu dan
mengakui adanya satu pemerintah yang mengurus tata tertib serta
kesalamatan sekelompok atau beberapa kelompok manusia tersebut.
b. Negara adalah suatu perserikatan yang melaksanakan satu pemerintah
melalui hukum yang mengikat masyarakat dengan kekuasaan untuk
memaksa untuk ketertiban social. Masyarakat ini berada dalam satu
wilayah tertentu yang membedakannya dari kondisi masyarakat lain di
luarnya.
c. Didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian Negara itu ada
dua,yaitu:pertama,Negara adalah organisasi disuatu wilayah yang
mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah dan wilayah yang mempunyai
kekuatan dan ditaati rakyatnya. Kedua Negara adalah kelompok social
yang menduduki wilayah atau daerah tertentu yang di organisasikan
dibawah lembaga politik dan pemerintah yang efektif., mempunyai satu
kesatuan politik, berdaulat sehingga berhak menentukan tujuan
nasionalnya.
d. Negara adalah suatu organisasi kekuasaan dari sekelompok atau beberapa
kelompok manusia yang bersama – sama mendiami suatu wilayah tertentu
dan mengakui adanya suatu pemerintahan yang mengurus tata tertib serta
keselamat kelompok atau beberapa kelompok manusia tersebut.
e. Negara adalah satu perserikatan yang melaksanakan satu pemerintah an
melalui hukum yang mengikat masyarakat dengan kekuasaan untuk
ketertiban social.
Pengertian Negara menurut para ahli
a. George jelinek
Negara adalah organisasi kekuasaan dari sekelompok manusia yang telah
berkediaman di wilayah tertentu.
b. R. Djopkosoetono
Negara adalah organisasi manusia yang berada dibawah suatu pemerintah
yang sama.
c. J. H. A Logemann
Negara adalah suatu organisasi kemasyarakatan yang mempunyai tujuan
melalui kekuasaannya untuk mengatur dan menyelenggarakan sesuatu
(berkaitan dengan jabatan, fungsi lembaga kenegaraan atau lapangan
kerja) dalam masyarakat.
d. Aristoteles (384 – 322 M), merumuskan Negara dalam bukunya politica,
sebagai Negara polis, karena Negara masih berada dalam suatu wilayah
yang kecil sehingga warga Negara dapat diikut sertakan dalam
musyawarah (ecclesia).
e. Agustinus, membedakan Negara dalam dua pengertian, yaitu civitas dei
yang artinya Negara Tuhan, dan civitas terrena atau civitas diaboli yang
artinya Negara duniawi.
f. Nicollo Mcchiavelli (1469 – 1527 ) merumuskan Negara sebagai Negara
kekuasaan, dalam bukunya II principle. Ia terkenal karena ajarannya
tentang tujuan yang dapat menghalalkan segala cara .
g. Kranenburg Negara adalah organisasi yang timbul karena kehendak dari
suatu golongan atau bangsa sendiri.
2.2 Teori Terbentuknya Negara
Proses terjadinya Negara secara teoritis
1. Teori hukum alam (plato dan aristoteles)
Negara terjadi secara alamiah. Menurut Plato, Negara itu timbul karena
adanya kebutuhan dan keinginan manusia yang beraneka macam yang
mengharuskan mereka bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan.
Kesatuan mereka inilah yang kemudian disebutb masyarakat atau Negara.
Menurut Aristoteles, Negara terjadi karena penggabungan keluarga –
keluarga menjadi suatu kelompok yang lebih besar, kelompok itu
bergabung hingga menjadi desa, dan desa bergabung lagi menjadi kota
atau Negara.
2. Teori ketuhanan
Segala sesuatu di dunia ini adanya atas kehendak Tuhan, juga Negara pada
hakikatnya ada atas kehendak Tuhan. Penganut teori ini adalah Friedrich
Julius Stahl (1802 - 1861) yang menyatakan bahwa Negara tumbuh secara
berangsung – angsur melalui proses bertahap mulai dari keluarga menjadi
bangsa dan Negara.
3. Teori Perjanjian Masyarakat
Teori perjanjian masyarakat menganggap bahwa Negara di ciptakan atas
kemauan rakyat melalui perjanjian masyarakat. Pertama, perjanjian antar
kelompok manusia menyebabkan terjadinya Negara, disebut pactun
unionis. Kedua perjanjian antar kelompok manusia dengan penguasa yang
diangkat dalam rangkaian pactum unionis dinamakan pactum subjectionis,
yaitu pernyataan manusia untuk menyerahkan hak – haknya kepada
pengusaha dan berjanji akan taat kepadanya.
Penganut teori ini adalah Thomas Hobbes (1588 – 1679); John
Locke (1632 – 1704); dan Jean Jacques Rousseau (1712 – 1778).
Versi Thomas Hobbes
Menurut Thomas Hobbes, dalam pactum subjectionis rakyat telah
menyerahkan seluruh haknya kepada raja dan hak yang telah
diserahkannya tidak ditarik kembali. Raja berada diluar perjanjian
sehingga tidak terikat pada materi perjanjian. Negara itu seharusnya
berbentuk kerajaan mutlak atau monarki absolute.
Versi John Locke
Menurut John Locke, dalam pactum subjectionis tidak semua hak manusia
diserahkan kepada raja, tetapi ada beberapa hak tertentu yang tetap
melekat padanya, yaitu HAM (hak hidup, hak kebebasan, hak milik) yang
harus di lindungi oleh raja dan dijamin dalam UUD. Atas dasar pemikiran
itu, John Locke dianggap sebagai peletak dasar tentang HAM.
Versi J. J Rousseau
Menurut J. J Rousseau, setelah manusia menyerahkan hak – haknya
kepada pengusaha, maka pengusaha mengembalikan hak itu kepada
masyarakat bukan dalam bentuk hak alam lagi, tetapi dalam bentuk hak
warga Negara (civil right). Negara yang ditentukan oleh perjanjian
masyarakat itu harus menjamin kebebasan dan kesamaan.
4. Teori kekuatan atau kekuasaan
Menurut teori ini, terbentuknya Negara di dasarkan atas kekuasaan atau
kekuatan, misalnya melalui pendudukan dan penaklukan.
Proses terjadinya Negara di zaman Modern
a. Penaklukan atau occupatie
Penaklukan atau occupatie adalah suatu daerah yang tidak dipertuan
kemudian diambil alihkan dan didirikan Negara diwilayah itu. Misalnya
Negara Liberia.
b. Fusi atau peleburan
Fusi atau peleburan adalah suatu penggabungan dua tau lebih Negara
menjadi Negara baru. Misalnya Jerman Barat dan Jerman Timur.
c. Pemecahan Pemecahan adalah terbentuknya negara – negara baru akibat
terpecahnya Negara lama sehingga Negara sebelumnya menjadi tidak ada
lagi. Misalnya Yugoslavia, menjadi Serbia bosnia, Montenegro.
d. Pemisahan diri pemisahan diri adalah memisahnya suatu bagian wilayah
Negara kemudian terbentuk Negara baru. Misalnya: India yang kemudian
menjadi: India, Pakistan dan Bangladesh.
e. Revolusi atau perjuangan revolusi atau perjuangan merupakan hasil dari
rakyat suatu wilayah yang umumnya dijajah Negara lain kemudian
memerdekakan diri . misalnya : Indonesia
f. Pemberian atau penyerahan pemberian atau penyerahan adalah pemberian
kemerdekaan kepada suatu tokoh oleh Negara lain yang umumnya bekas
jajahannya. Inggris dan Prancis yang memiliki jajahan Afrika, banyak
memberikan kemerdekaan kepada bangsa di daerah tersebut. Misalnya
kongo di merdekakan oleh prancis.
g. Pendudukan pendudukan adalah Negara yang terjadi atas wilayah yang
ada penduduknya, tetapi tidak ada pemerintah sebelumnya. Misalnya:
Australia adalah daerah baru yang ditemukan inggris meskipun disana
terdapat penduduk suku Aborigin. Daerah Australia selanjutnya dibuat
koloni – koloni dimana penduduknya di datangkan dari daratan Eropa.
2.3 Unsur – unsur terbentuknya Negara
Unsur konstitutif (unsure yang harus dipenuhi agar terbentuk suatu
Negara)
1. Wilayah
Wilayah merupakan tempat tinggal rakyat di suatu negara dan
merupakan tempat menyelenggarakan pemerintahan yang sah. Wilayah
suatu negara terdiri atas daratan, lautan, dan udara. Wilayah suatu negara
berbatasan dengan wilayah negara lainnya. Batas-batas wilayah negara
dapat berupa bentang alam contohnya sungai, danau, pegunungan, lembah,
laut; batas buatan contohnya pagar tembok, pagar kawat berduri, patok;
batas menurut ilmu pasti berdasarkan garis lintang, garis bujur.
2. Rakyat
Rakyat adalah semua orang mendiami wilayah suatu negara. Rakyat
adalah unsur yang terpenting dalam negara karena rakyat yang mendirikan
dan membentuk suatu negara. Rakyat terdiri atas penduduk dan bukan
penduduk. Penduduk, yaitu semua orang yang tinggal dan menetap dalam
suatu negara. Mereka lahir secara turun-temurun dan besar di dalam suatu
negara. Bukan penduduk adalah orang yang tinggal sementara di suatu
negara. Misalnya, turis mancanegara yang berkunjung ke Indonesia.
Penduduk dapat dibedakan menjadi warga negara dan orang asing.
Warga negara adalah semua orang yang menurut undang-undang diakui
sebagai warga negara. Sebaliknya, orang asing atau warga negara asing
adalah orang yang mendapat izin tinggal di suatu negara, bukan sebagai
duta besar, konsul, dan konsuler.
3. Pemerintahan yang Sah
Pemerintahan yang sah dan berdaulat adalah pemerintahan yang
dibentuk oleh rakyat dan mempunyai kekuasaan tertinggi. Pemerintahan
yang sah juga dihormati dan ditaati oleh seluruh rakyat serta pemerintahan
negara lain.
Unsur deklaratif
4. Pengakuan dari Negara Lain
Negara yang baru merdeka memerlukan pengakuan dari negara lain
karena menyangkut keberadaan suatu negara. Apabila negara merdeka
tidak diakui oleh negara lain maka negara tersebut akan sulit untuk
menjalin hubungan dengan negara lain. Pengakuan dari negara yang lain
ada yang bersifat de facto dan ada yang bersifat de jure.
Pengakuan de facto, artinya pengakuan tentang kenyataan adanya
suatu negara merdeka. Pengakuan seperti ini belum bersifat resmi.
Sebaliknya, pengakuan de jure, artinya pengakuan secara resmi
berdasarkan hukum oleh negara lain sehingga terjadi hubungan ekonomi,
sosial, budaya, dan diplomatik.
Unsur deklaratif sifatnya mutlak
1. Adanya tujuan Negara
2. Adanya Undang – Undang Dasar
3. Adanya unsur pengakuan dari Negara lain, baik secara de jure maupun de
facto
4. Masuknya Negara tersebut kedalam PBB.
2.4 Sifat – sifat Negara
1. Memaksa
Memaksa artinya Negara dapat memaksakan kehendaknya dan
kekuasaannya untuk menyelenggarakan ketertiban baik dengan memakai
kekerasan fisik maupun melalui jalur hukum (legal)
2. Monopoli
Monopoli artinya Negara memiliki hak menetapkan tujuan bersama
masyarakat. Negara memiliki hak untuk melanggar sesuatu yang
bertentangan dan mengajurkan sesuatu yang dibutuhkan masyarakat.
3. Mencakup semua
Mencakup semua (totaliter) artinya semua peraturan dan kebijakan negara
berlaku untuk semua orang tanpa kecuali.
2.5 Bentuk Negara
Ditinjau dari susunannya, ada dua bentuk Negara sebagai berikut
a. Negara kesatuan adalah Negara yang tidak tersusun dari beberapa Negara,
sifatnya tunggal, hanya ada satu Negara, tidak ada Negara dalam Negara,
hanya satu pemerintah pusat yang mempunyai kekuasaan tertinggi. Negara
kesatuan yang menyelenggarakan pembagian daerah disebut Negara
kesatuan desentralisasi, sebaliknya Negara kesatuan tidak
menyelenggarakan pembagian daerah disebut Negara kesatuan sentralisasi.
b. Negara federasi adalah Negara yang tersusun dari beberapa Negara yang
semula berdiri sendiri, kemudia Negara – Negara itu mengadakan ikatan –
ikatan kerja sama , tetapi masih ingin mempunyai wewenang yang dapat di
urus sendiri. Jadi tidak semua urusan diserahkan kepada pemerintah
federal.negara federesasi dapat dibagi menjadi Negara serikat dan
perserikatan Negara. Apabila kedaulatan ada pada negara federesasi, ynag
memegang kedaulatan adalah pemerintah federal sehingga Negara
federesasi itu disebut Negara serikat. Apabila kedaulatan itu masih ada
pada negara – negara bagian, Negara federesasi tersebut disebut
perserikatan Negara.
2.6 Tujuan Negara
Teori kekuasaan
Shang Yang, memperoleh kekuasaan yang sebesar – besarnya dengan cara
menjadikan rakyat miskin, lemah dan bodoh.
Machiavelli, kekuasaan yang digunakan untuk mencapi kebesaran dan
kehormatan Negara, dibenarkan bertindak kejam dan licik.
Teori perdamaian dunia
Dante Allegieri, menciptakan perdamaian dunia, yang dapat di capai
apabila seluruh Negara berada dalam suatu kerajaan dunia(imperium
dengan undang – undang yang seragam bagi semua negara).
Teori jaminan hak dan kebebasan
Immanuel Kant & Kranenburg, hak dan kebebasan warga Negara terjamin,
didalam Negara harus dibentuk peraturan atau undang – undang.
Immanuel Kant, perlu dibentuk Negara hukum klasik (Negara sebagai
penjaga malam)
Kranenberg menghendaki dibentuknya Negara hukum Negara (welfare
state)
2.7 Fungsi Negara
Pertahanan dan keamanan
Negara melindungi rakyat, wilayah dan pemerintahan dari ancaman,
tantangan, hambatan, gangguan.
Pengaturan dan ketertiban
Membuat undang – undang, peraturan pemerintah
Kesejahteraan dan kemakmuran
Mengeksplorasi dan membentuk kesejahteraan dan kemakmuran
Keadilan menurut hak dan kewjiban
Menciptakan dan menegakkan hukum dengan tegas dan tanpa pilih kasih.
2.8 Pengertian Konstitusi
Kata “Konstitusi” berarti “pembentukan”, berasal dari kata kerja yaitu
“constituer” (Perancis) atau membentuk. Yang dibentuk adalah negara, dengan
demikian konstitusi mengandung makna awal (permulaan) dari segala peraturan
perundang-undangan tentang negara. Belanda menggunakan istilah “Grondwet”
yaitu berarti suatu undang-undang yang menjadi dasar (grond) dari segala hukum.
Indonesia menggunakan istilah Grondwet menjadi Undang-undang Dasar.
Menurut Brian Thompson, secara sederhana pertanyaan: what is a constitution
dapat dijawab bahwa “…a constitution is a document which contains the rules for
the the operation of an organization” Organisasi dimaksud beragam bentuk dan
kompleksitas strukturnya. Negara sebagai salah satu bentuk organisasi, pada
umumnya selalu memiliki naskah yang disebut sebagai konstitusi atau Undang-
Undang Dasar.
Konstitusi adalah sejumlah aturan-aturan dasar dan ketentuan ketentuan
hukum yang dibentuk untuk mengatur fungsi dan struktur lembaga pemerintahan
termasuk dasar hubungan kerja sama antara negara dan masyarakat dalam konteks
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Selanjutnya, Prof. Bagir Manan mengatakan bahwa konstitusi ialah
sekelompok ketentuan yang mengatur organisasi negara dan susunan
pemerintahan suatu negara. Sehingga negara dankonstitusi adalah satu pasangan
yang tidak dapat dipisahkan. Setiap negara tentu mempunyaikonstitusi, meskipun
mungkin tidak tertulis. Konstitusi mempunyai arti dan fungsi yang sangat penting
bagi negara, baik secara formil, materiil, maupun konstitusionil. Konstitusi
jugamempunyai fungsi konstitusional, sebagai sumber dan dasar cita bangsa dan
negara yang berupanilai-nilai dan kaidah-kaidah dasar bagi kehidupan bernegara.
Ia selalu mencerminkan semangatyang oleh penyusunnya ingin diabadikan dalam
konstitusi tersebut sehingga mewarnai seluruh naskah konstitusi tersebut.
Selain itu juga C.F. Strong mengemukakan bawa konstitusi itu merupakan
kumpulan asas-asas yang tiga materi pokok, yaitu tentang kekuasaan
pemerintahan, hak-hak yang diperintah, dan hubungan antara yang memerintah
dengan yang diperintah.Dengan melihat teori-teori dasar tentang konstitusi di atas,
maka kita akan melihat bagaimana halnya dengan Undang-Undang Dasar 1945
sebagai konstitusi tertulis bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dahulu konstitusi digunakan sebagai penunjuk hukum penting biasanya
dikeluarkan oleh kaisar atau raja dan digunakan secara luas dalam hukum kanon
untuk menandakan keputusan subsitusi tertentu terutama dari Paus. Konstitusi
pada umumnya bersifat kondifaksi yaitu sebuah dokumen yang berisian aturan-
aturan untuk menjalankan suatu organisasi pemerintahan negara, namun dalam
pengertian ini, konstitusi harus diartikan dalam artian tidak semuanya berupa
dokumen tertulis (formal). Namun menurut para ahli ilmu hukum maupun ilmu
politik konstitusi harus diterjemahkan termasuk kesepakatan politik, negara,
kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijakan dan distibusi maupun alokasi
Konstitusi bagi organisasi pemerintahan negara yang dimaksud terdapat beragam
bentuk dan kompleksitas strukturnya, terdapat konstitusi politik atau hukum akan
tetapi mengandung pula arti konstitusi ekonomi Konstitusi memuat aturan-aturan
pokok (fundamental) yang menopang berdirinya suatu negara. Terdapat dua jenis
kontitusi, yaitu konstitusi tertulis (Written Constitution) dan konstitusi tidak
tertulis (Unwritten Constitution). Ini diartikan seperti halnya “Hukum Tertulis”
(geschreven Recht) yang termuat dalam undang-undang dan “Hukum Tidak
Tertulis” (ongeschreven recht) yang berdasar adat kebiasaan. Dalam karangan
“Constitution of Nations”, Amos J. Peaslee menyatakan hampir semua negara di
dunia mempunyai konstitusi tertulis, kecuali Inggris dan Kanada.
2.8 Tujuan Konstitusi
Pada umumnya hukum bertujuan untuk mengadakan tata tertib untuk
keselamatan masyarakat yang penuh dengan konflik antara berbagai kepentingan
yang ada di tengah masyarakat. Tujuan hukum tata negara pada dasarnya sama
dan karena sumber utama dari hukum tata negara adalah konstitusi atau Undang-
Undang Dasar, akan lebih jelas dapat dikemukakan tujuan konstitusi itu sendiri.
Konstitusi juga memiliki tujuan yang hampir sama deengan hukum, namun tujuan
dari konstitusi lebih terkait dengan:
a. Berbagai lembaga-lembaga kenegaraan dengan wewenang dan tugasnya
masing-masing.
b. Hubungan antar lembaga negara.
c. Hubungan antar lembaga negara(pemerintah) dengan warga negara
(rakyat).
d. Adanya jaminan atas hak asasi manusia.
e. Hal-hal lain yang sifatnya mendasar sesuai dengan tuntutan jaman.
Semakin banyak pasal-pasal yang terdapat di dalam suatu konstitusi tidak
menjamin bahwa konstitusi tersebut baik. Di dalam praktekna, banyak negara
yang memiliki lembaga-lembaga yang tidak tercantum di dalam konstitusi namun
memiliki peranan yang tidak kalah penting dengan lembaga-lembaga yang
terdapat di dalam konstitusi. Bahkan terdapat hak-hak asasi manusia yang diatur
diluar konstitusi mendapat perlindungan lebih baik dibandingkan dengan yang
diatur di dalam konstitusi. Dengan demikian banyak negara yang memiliki aturan-
aturan tertulis di luar konstitusi yang memiliki kekuatan yang sama denga pasal-
pasal yang terdapat pada konstitusi. Konstitusi selalu terkait dengan paham
konstitusionalisme. Walton H. Hamilton menyatakan “Consti¬tutionalism is the
name given to the trust which men repose in the power of words eng¬rossed on
parchment to keep a government in order. Untuk tujuan to keep a government in
order itu diperlukan pengaturan yang sede-mikian rupa, sehingga dinamika
kekuasaan dalam proses peme¬rintahan dapat dibatasi dan dikendalikan
sebagaimana mestinya. Gagasan mengatur dan membatasi kekua-saan ini secara
alamiah muncul karena adanya kebutuhan untuk merespons perkembangan peran
relatif kekuasaan umum dalam kehidupan umat manusia.
2.10 Klasifikasi Konstitusi
Hampir semua negara memiliki konstitusi, namun antara negara satu
dengan negara lainya tentu memiliki perbeadaan dan persamaan. Dengan
demikian akan sampai pada klasifikasi dari konstitusi yang berlaku di semua
negara. Para ahli hukum tata negara atau hukum konstitusi kemudian mengadakan
klasifikasi berdasarkan cara pandang mereka sendiri, antara lain K.C. Wheare,
C.F. Strong, James Bryce dan lain-lainnya.
Dalam buku K.C. Wheare “Modern Constitution” (1975) mengklasifikasi
konstitusi sebagai berikut:
a. Konstitusi tertulis dan konstitusi tidak tertulis (written constitution and
unwritten constitution).
b. Konstitusi fleksibel dan konstitusi rigid (flexible and rigid constitution).
Konstitusi fleksibelitas merupakan konstitusi yang memiliki ciri-ciri
pokok yaitu Sifat elastis, artinya dapat disesuaikan dengan mudah dan
dapat dilakukan perubahan dengan mudah seperti mengubah undang-
undang.
c. Konstitusi derajat tinggi dan konstitusi derajat tidak derajat tinggi
(Supreme and not supreme constitution). Konstitusi derajat tinggi,
konstitusi yang mempunyai kedudukan tertinggi dalam negara (tingkatan
peraturan perundang-undangan). Konstitusi tidak derajat tinggi adalah
konstitusi yang tidak mempunyai kedudukan seperti yang pertama.
d. Konstitusi Negara Serikat dan Negara Kesatuan (Federal and Unitary
Constitution). Bentuk negara akan sangat menentukan konstitusi negara
yang bersangkutan. Dalam suatu negara serikat terdapat pembagian
kekuasaan antara pemerintah federal (Pusat) dengan negara-negara
bagian. Hal itu diatur di dalam konstitusinya. Pembagian kekuasaan
seperti itu tidak diatur dalam konstitusi negara kesatuan, karena pada
dasarnya semua kekuasaan berada di tangan pemerintah pusat.
e. Konstitusi Pemerintahan Presidensial dan pemerintahan Parlementer
(President Executive and Parliamentary Executive Constitution).
Berlakunya suatu konstitusi sebagai hukum dasar yang meng¬ikat
didasarkan atas kekuasaan tertinggi atau prinsip kedaulatan yang dianut dalam
suatu negara. Jika negara itu menganut paham kedau¬latan rakyat, maka sumber
legitimasi konstitusi itu adalah rakyat. Jika yang berlaku adalah paham kedaulatan
raja, maka raja yang menentukan berlaku tidaknya suatu konstitusi. Hal inilah
yang disebut oleh para ahli sebagai constituent power yang merupakan
kewenangan yang berada di luar dan sekaligus di atas sistem yang diaturnya.
Karena itu, di lingkungan negara-negara demokrasi, rakyatlah yang dianggap
menentukan berlakunya suatu konstitusi.
Constituent power mendahului konstitusi, dan konstitusi mendahului organ
pemerintahan yang diatur dan dibentuk berdasarkan konstitusi. Pengertian
constituent power berkaitan pula dengan pengertian hirarki hukum (hierarchy of
law). Konstitusi merupakan hukum yang lebih tinggi atau bahkan paling tinggi
serta paling fundamental sifatnya, karena konstitusi itu sendiri merupakan sumber
legitimasi atau landasan otorisasi bentuk-bentuk hukum atau peraturan-peraturan
perundang-undangan lainnya. Sesuai dengan prinsip hukum yang berlaku
universal, maka agar peraturan-peraturan yang tingkatannya berada di bawah
Undang-Undang Dasar dapat berlaku dan diberlakukan, peraturan-peraturan itu
tidak boleh bertentangan dengan hukum yang lebih tinggi tersebut.
Dengan ciri-ciri konstitusi yang disebutkan oleh Wheare ” Konstitusi
Pemerintahan Presidensial dan pemerintahan Parlementer (President Executive
and Parliamentary Executive Constitution)”, oleh Sri Soemantri, Undang-Undang
Dasar 1945 (UUD 45) tidak termasuk kedalam golongan konstitusi Pemerintahan
Presidensial maupun pemerintahan Parlementer . Hal ini dikarenakan di dalam
tubuh UUD 45 mengndung ciri-ciri pemerintahan presidensial dan ciri-ciri
pemerintahan parlementer. Oleh sebab itu menurut Sri Soemantri di Indonesia
menganut sistem konstitusi campuran.
2.11 Konstitusi di Negara Indonesia
Konstitusi dalam praktik ketatanegaraan dapat diartikan sebagai undang-
undang dasar suatu Negara.Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang berlaku
adalah Undang-Undang Dasar 1945 beserta amamdemennya. Undang-Undang
Dasar 1945 merupakan sebagian dari hukum dasar, yaitu khusus hukum dasar
tertulis, yang di sampingnya masih ada hukum dasar tidak tertulis.Hukum dasar
tertulis merupakan konstitusi.Hukum dasar tertulis ini terdiri atas Pembukaan,
Batang Tubuh, dan Penjalasan, sebagai satu kesatuan organic yang masing-masing
mempunyai fungsi dan kedudukan tersendiri.
Sifat-sifat hukum tertulis antara lain :
a. Merupakan hukum yang mengikat pemerintah sebagai penyelenggara
Negara, maupun rakyat sebagai warga Negara.
b. Berisi norma-norma, aturan atau ketentuan-ketentuan yang dapat dan harus
dilaksanakan.
c. Merupakan perudangan-undangan yang tertinggi dan berfungsi sebagai
alat control terhadap norma-norma hukum yang lebih rendah.
d. Memuat aturan-aturan pokok yang bersifat singkat dan supel serta memuat
hak asasi manusia, sehingga dapat memenuhi tuntutan zaman.
Sistem pemerintahan Indonesia dijelaskan dalam penjelasan UUD 1945, dikenal
tujuh kunci pokok system pemerintahan Negara yang dibagi dua kelompok yaitu system
dasar dan system pelaksana.
1. Sistem Dasar
Sistem dasar meliputi
a. Sistem negara hukum
Sistem negara hukum yaitu Negara yang berdasarkan atas hukum
( Rechtsstaat) tidak berdasarkan atas kekuasaaan belaka (Machtsstaat). Hal ini
mengandung arti bahwa Negara termasuk di dalamnya pemerintah dan lembaga-
lembaga Negara dalam melaksanakan tindakan apapun harus dilandasi oleh
hukum atau harus dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.
b. Sistem konstitusional
Pemerintah berdasar atas system kontitusi (hukum dasar), tidak bersifat
absulitisme (kekuasaan yang tidak terbatas). Sistem ini memberikan ketegasan
bahwa cara pengendalian pemerintah dibatasi ketentuan-ketentuan konstitusi serta
ketentuan-ketentuan hukum lain yang merupakan produk konstitusional seperti
GBHN dan UU. Dengan landasan kedua system itu, system Negara hukum dan
system konstitusioanal, diciptakan system mekanisme hubungan tugas dan hukum
antara lembaga-lembaga Negara yang dapat menjamin terlaksananya system itu
sendiri serta dapat memperlancar pelaksanaan pencapaian cita-cita nasional.
2. Sistem pelaksana
Lembaga Negara yang tercantum dalam system pelaksana pemerintahan
ada tiga lembaga Negara, yaitu Majelis Permusyawaratan Rakyat, Presiden, dan
Dewan Perwakilan Rakyat. Kekuasaan Negara yang Tertinggi di tangan rakyat.
Tugas dan wewenang MPR adalah
Menetapkan Undang-Undang Dasar
Mengangkat kepala negara dan wakil kepala negara.
menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara.
Sebelum amandemen dirumuskan Presiden ialah penyelenggara
pemerintahan negara yang tertinggi dibawah majelis. Berdasarkan Undang-
Undang 1945 hasil amandemen Presiden dan wakil presiden dipilih oleh
rakyat .Maka logis bahwa dalam menyelenggarakan pemerintahan Presiden
disamping MPR dan DPR, dan Presiden bukan sebagai mandataris majelis.
2.12 Hubungan Negara dan Konstitusi
Berhubungan sangat erat, konstitusi lahir merupakan usaha untuk
melaksanakan dasar negara. Dasar negara memuat norma-norma ideal, yang
penjabarannya dirumuskan dalam pasal-pasal oleh UUD (Konstitusi) Merupakan
satu kesatuan utuh, dimana dalam Pembukaan UUD 45 tercantum dasar negara
Pancasila, melaksanakan konstitusi pada dasarnya juga melaksanakan dasar
negara.
Studi Kasus
Contoh kasus penyimpangan konstitusi di negara indonesia
Kasus Hambalang, Pejabat Kempora Diperiksa KPK
Jakarta - Kepala Bidang Manajemen Industri Olahraga Kementerian
Pemuda dan Olahraga(Kempora) Dedi Rosadi diperiksa KPK terkait kasus dugaan
korupsi pengadaan proyek pembangunan pusat pelatihan pendidikan dan sekolah
olahraga nasional, Bukit Hambalang, Jawa Barat. Kepala Bagian Pemberitaan dan
Informasi KPK Priharsa Nugraha mengatakan, Dedi diperiksa sebagai saksi untuk
tiga orang tersangka, yaitu Deddy Kusdinar, Andi Alifian Mallarangeng dan
Teuku Bagus M Noor. "Hari ini kami jadwalkan pemeriksaan terhadap Kepala
Bidang Manajemen Industri Olahraga Kementerian Pemuda dan Olahraga Dedi
Rosadi sebagai saksi untuk tiga tersangka," kata Priharsa di kantor KPK, Rabu
(24/4). KPK sudah menetapkan empat orang sebagai tersangka dalam kasus
Hambalang. Mereka adalah Andi Alifian Mallarangeng, Deddy Kusdinar, Anas
Urbaningrum dan Teuku Bagus. Andi ditetapkan menjadi tersangka pada
Desember tahun lalu. Andi berstatus tersangka dalam kapasitasnya sebagai
menteri pemuda dan olahraga dan pengguna anggaran proyek Hambalang. Ia
disangkakan melanggar Pasal 2 Ayat (1) dan atau Pasal 3 Undang-Undang (UU)
30/1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi. Pasal 3 mengatur soal
penyalahgunaan kewenangan yang meyebabkan kerugian negara. Sementara Pasal
2 Ayat (1) melakukan pelanggaran hukum yang menguntungkan diri sendiri atau
orang lain. Kepala Biro Keuangan dan Rumah Tangga Kementerian Pemuda dan
Olahraga (Kempora), Deddy Kusdinar sebagai tersangka kasus pengadaan
pembangunan sarana dan prasarana Pusat Pelatihan dan Olahraga Bukit
Hambalang, Jawa Barat. Deddy ditetapkan tersangka terkait jabatannya dulu
sebagai kepala biro perencanaan Kempora. Deddy diduga telah menyalahgunakan
kewenangannya sebagai pejabat pembuat komitmen (PPK). Kepada Deddy, KPK
menyangkakan pasal 2 ayat 1 dan atau Pasal 3 Undang-Undang No.31/1999
tentang pemberantasan tindak pidana korupsi jo Pasal 55 Ayat (1) kesatu KUHP.
Sementara eks Direktur Operasi sekaligus Kepala Divisi Konstruksi 1 non aktif
PT Adhi Karya, Teuku Bagus Mokhamad Noor sebagai tersangka karena
melanggar Pasal 2 ayat 1 dan atau Pasal 3 Undang-Undang No.31/1999 tentang
pemberantasan tindak pidana korupsi jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP.
KPK menetapkan Anas Urbaningrum sebagai tersangka kaspenerimaan
hadiah atau janji terkait proses perencanaan pelaksnaan pembangunan sport center
hambalang dan atau proyek-proyek lainnya. Anas ditetapkan menjadi tersangka
dalam kapasitasnya sebagai anggota DPR 2009-2014. KPK menyangkakan Anas
melanggar pasal 12 huruf a atau huruf b dan atau pasal 11 Undang-Undang
No.31/1999 tentang pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. KPK mulai
menyelidiki kasus Hambalang sejak Agustus 2011. Setidaknya ada dua peristiwa
yang terindikasi korupsi dalam proyek Hambalang yangg ditaksir KPK mencapai
Rp 2,5 triliun. Pertama, pada proses penerbitan sertifikat tanah Hambalang di
Jawa Barat. Kedua, pengadaan proyek Hambalang yang dilakukan secara multi
years. Pengadaan proyek Hambalang ditangani Kerjasama Operasi (KSO) PT
Adhi Karya dan PT Wijaya Karya.
Alasan mengapa kasus hambalang dijadikan contoh kasus penyimpangan
negara konstitusi di indonesia karena Andi Alifian Mallarangeng sebagai
tersangka dan beliau sebagai menteri pemuda dan olahraga melakukan
pelanggaran hukum yang menguntungkan diri sendiri atau orang lain dan
penyalahgunaan kewenangan yang meyebabkan kerugian negara.
Daftar pustaka
Anonim. 2013. Online . Contoh Kasus Penyimpangan Negara Konstitusi Di
Indonesia. Tersedia di http: // www. Contoh. Kasus.
Penyimpangan. Negara Konstitusi. Di Indonesia.html. Diakses
19 Oktober 2013. Pukul 15:45 WITA.
Kaelan & Achmad Zubaidi, 2007. Pendidikan Kewarganegaraan untuk
Perguruan Tinggi. Paradigma: Yogyakarta.
Nasution, Mirza. 2004. Online . Negara dan Konstitusi. Tersedia di http:// negara.
dan. Konstitusi. Nasution .blogspot.com/2004/01. diakses 19
oktober 2013. Pukul 15:37 WITA.
Noor Ms Bakry. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan. Pustaka Pelajar:
Yogyakarta
Pramono, edy. Dkk . 2004 . Pendidikan Kewarganegaraan . Purwokerto:
Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.
Sumarso, dkk. 2001. Pendidikan Kewarganegaraan. Penerbit PT Gramedia
Pustaka Utama: Jakarta
top related