bab 2 tinjauan pustaka 2.1konsep dasar kinerja 2.1.1 … 2.pdf · 2019. 9. 30. · bab 2 tinjauan...
Post on 06-Sep-2020
6 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Kinerja
2.1.1 Pengertian Kinerja
Kinerja merupakan catatan keluaran hasil pada suatu fungsi jabatan atau
seluruh aktivitas kerja dalam periode tertentu. Kinerja juga merupakan kombinasi
antara kemampuan dan usaha untuk menghasilkan apa yang dikerjakan. Seseorang
memiliki kemampuan, kemauan, usaha serta dukungan dari lingkungan sehingga
dapat menghasilkan kinerja yang baik. Kemampuan dan usaha akan menghasilkan
motivasi, kemudian setelah ada motivasi seseorang akan menampilkan perilaku
untuk bekerja (Nasution, 2005). Kinerja sebagai hasil-hasil fungsi pekerjaan/kegiatan
seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai
faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu (Pabundu,
2006). Keberhasilan individu atau organisasi dalam mencapai target atau sasaran
tersebut merupakan kinerja. Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang
secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas
dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau
sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati
bersama (Rivai Dan Basri, 2005).
Kinerja perawat atau praktek keperawatan menggambarkan aktifitas yang
diberikan kepada klien melalui pelaksanaan asuhan keperawatan untuk mencapai
tujuan layanan kesehatan sesuai dengan tugas dan wewenang perawat dan memenuhi
ketemntuan kode etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar
6
7
pelayanan, dan standar prosedur operational (UU No. 36 tahun 2009). Kinerja dalam
keperawatan merupakan hasil karya dari perawat dalam bentuk tindakan atau praktek
yang mudah diamati atau dinilai. Kinerja keperawatan mencerminkan kemampuan
perawat untuk mengimplementasikan proses asuhan keperawatan. Kinerja perawat
didasarkan atas pedoman dan standar yang menjadi acuan dalam pelayanan
keperawatan. Persatuan perawat Nasional Indonesia (PPNI) pada tahun 2010 telah
mengesahkan standar profesi keperawatan sebagaimana tercantum dalam pasal 24
ayat (2) UU No 36 tahun 2009 yang terdiri dari standar kompetensi dan hasil praktek
keperawatan. Standar praktek merupakan komitme perawat dalam melindungi
masyarakat terhadap praktek yang dilakukan oleh anggota profesi. Standar praktek
keperawatan meliputi standar dan standar kinerja profesional yang dipakai sebagai
evaluasi dalam menilai asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat meliputi
beberapa standar yaitu:
1. Jaminan mutu
2. Pendidikan
3. Penilaian kinerja
4. Kesejawatan
5. Etik
6. Kolaborasi
7. Riset dan
8. Pemanfaatan sumber.
Sedangkan standar praktek profesional meliputi :
1. pengkajian,
8
2. Diagnosa Keperawatan,perencanan,
3. pelaksanaan tindakan (Implementasi)
4. Evaluasi.
Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan di rumah sakit memegang peran
penting dalam upaya mencapai tujuan pembangunan kesehatan. Keberhasilan
pelayanan kesehatan bergantung pada partisipasi perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan yang berkualitas bagi pasien. Hal ini terkait dengan keberadaan perawat
yang bertugas selama 24 jam melayani pasien, serta perawat yang mendominasi
tenaga kesehatan di rumah sakit, yaitu berkisar 40-60%. Oleh karena itu rumah sakit
harus memiliki perawat yang berkinerja baik yang akan menunjang kinerja rumah
sakit sehingga dapat tercapai kepuasan pelanggan atau pasien. (Lestari, 2015).
2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
Menurut Lestari, (2015), terdapat dua faktor yang mempengaruhi kinerja
karyawan, yaitu :
1. Faktor internal
Faktor yang berhubungan dengan kecerdasan, keterampilan, kestabilan
emosi, sifat-sifat kepribadian, sifat fisik, keinginan atau motifasi, umur, jenis
kelamin, pendidikan, pengalaman kerja, insentif latar belakang budaya dan
variabel-variabel personal lainnya.
2. Faktor eksternal
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan yang berasal dari
lingkungan, meliputi peraturan ketenagakerjaan, keinginan pelanggan, pesaing,
9
kondisi ekonomi, kebijakan organisasi, kepemimpinan, tindakan-tindakan rekan
kerja jenis latihan dan pengawasan dan lingkungan sosial.
Sedangkan menurut Wijono, (2006), faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja adalah sebagai berikut :
1. Pelatihan
Pelatihan adalah upaya untuk meningkatkan pengetahuan seseorang
termasuk perawat agar seseorang mempunyai kecerdasan tertentu. Tenaga
perawat yang telah bekerja ditingkat desa mempunyai tingkat pendidikan dasar
dan latihan dasar yang diperlukan. Pengertian lain dari pelatihan adalah suatu
perubahan pengertian dan pengetahuan atau keterampilan yang dapat diukur.
Berdasarkan definisi tersebut dapat diketahui bahwa aktifitas pelatihan harus
mempunyai tujuan dan metode untuk menguasai apakah tujuan sudah tercapai,
sehingga akan terlihat perubahan sikap, perilaku, dan pengetahuan. Tujuan
dilakukan pelatihan terutama untuk memperbaiki efektifitas pegawai dalam
mencapai hasil yang telah ditetapkan, dapat dicapai dengan cara pengembangan.
Pelatihan diselenggarakan dengan maksut untuk memperbaiki penguasaan
keterampilan dan teknik-teknik pelaksanaan pekerjaan tertentu, terinci, dan rutin,
sedangkan mengembangan mempunyai ruang lingkup lebih luas, dalam
pengembangan terdapat peningkatan kemampuan sikap dan sifat-sifat
kepribadian
2. Motivasi
Motivasi meupakan hasil interaksi antara individu dan situasinya, setiap
manusia mempunyai mutifasi yang berbeda antara yang satu dan yang lain
10
dirumuskan sebagai perilaku yang ditujukan pada sasaran dan berkaitan dengan
tingkat usaha dilakukan oleh seseorang dalam mengejar sesuai tujuan berkaitan
erat dengan kinerja dan kepuasan kerja dalam perilaku organisasi motivasi
merupakan kemauan yang kuat untuk berusaha ketingkat yang lebih tinggi atau
lebih baik untuk mencapai tujuan organisasi, tanpa mengabaikan kemampuan
untuk memperoleh kepuasan dalam pemenuhan kebutuhan pribadi.
3. Supervisi
Supervisi adalah suatu proses kemudahan sumber-sumber yang diperlukan
staf untuk menyelesaikan tugas-tugasnya. Departemen Kesehatan RI
mendefinisikan pengertian supervisi sebagai suatu kegiatan pembinaan,
bimbingan, atau pengawasanoleh pengelola program terhadap pelaksana
ditingkat administrasi yang lebih rendah dalam rangka menetapkan kegiatan
sesuai tujuan dan saran yang telah ditetapkan. Fungsi ini sangat penting
dipelayanan keperawatan mengingat perawat bekerja dengan tujuan memenuhi
kebutuhan dasar manusia. Sedangkan tujuan supervisi antara lain: Menilai
pelaksanaa kerja apakah sesuai dengan perencanaan, memeriksa hasil kerja dan
meningkatkan kinerja.
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia, (2012), prinsip
supervisi keperawatan adalah sebagai berikut :
a. Supervisi dilakukan sesuai struktur organisasi.
b. Supervisi memerlukan pengetahuan dasar manajemen, keterampilan
hubungan antara manusia dan kemampuan menerapkan prinsip manajemen
dan keterampilan.
11
c. Funsi supervisi diuraikan dengan dan terorganisir dan dinyatakan melalui
petunjuk, peraturan, uraian tugas, dan standar.
d. Supervisi adalah proses kerja sama yang demokratis antara supervisior dan
perawat pelaksana (staf perawat).
e. Supervisi menggunakan proses manajemen termsauk menerapkan misi,
falsafah, tujuan, dan rencana spesifik untuk mencapai tujuan.
f. Supervisi menciptakan lingkungan yang mendukung komonikasi yang
efektif, merangsang kreatifitas, dan motivasi.
4. Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah proses untuk melakukan pengembangan secara
langsung dengan melakukan koordinasi pada anggota kelompok serta memiliki
karakteristik untuk mendapat meningkatkan kesuksesan dan pengembangan
dalam mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan berarti melibatkan orang lain.
Yaitu bawahan atau karyawan yang akan dipimpin juga melibatkan pembagian
kekuasaan atau delegasi wewenang.
5. Sistem kompensasi
Sistem kompensasi adalah pemberian kompensasi merupakan faktor yang
penting untuk miningkatkan kinerja karyawan dalam sebuah organisasi. Cara
pemberian kompensasi yaitu:
a. Cara langsung, dapat berupa pemberian gaji, bonus, dan bentuk-bentuk
intensif lainnya.
b. Cara tidak langsung, dapat berupa pembayaran upah untuk tidak waktu
bekerja, misalnya hari-hari sakit, cuti, ijin, dan alasan lain, perlindungan
12
ekonomi terhadap bahaya misalnya: asuransi, tunjangan hari tua, dan
tunjungan koperasi. Pemberian kompensasi dapat disampaikan dalam bentuk
finansial dapat langsung seperti, insentif dan bentuk finansial langsung sperti
program asuransi kesehatan, pembayaran upah pada waktu tidak bekerja
sedangkan kompensasi non finansial seperti peluang adanya promosi.
Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan kompensasi
kepada karyawan, yaitu:
a. Kompensasi yang diberikan organisasi hendaknya sejajar dengan apa yang
diinginkan oleh karyawan, bahkan ditegaskan bertolak dari pentingnya
karyawan, bahkan ditegaskan bertolak dari kepentingan karyawan untuk
berusaha memaksimalkan tingkat kepuasan.
b. Pemimpin organisasi harus memperhitungkan daya tarik kompensasi yang
memerlukan pemahaman dan pengetahuan tentang nilai apa yang diberikan
karyawan atas kompensasi yang yang memiliki nilai yang tinggi menurut
persepsi karyawan.
c. Pemberian kompensasi diimbangi dengan penekanan pentingnya keyakinan
dalam diri karyawan mengenai apa yang diharapkan organisasi kepadanya
dan bahwa prestasi kerjanya dinilai dengan menggunakan kriteria yang
rasioanal.
Karakteristik individu yang berhubungan dengan kinerja perawat
adalah pendidikan, pelatihan, promosi, jenjang karir, lama bekerja, sistem
penghargaan, gaji, tunjangan, insentif dan bonus. Sistem penghargaan yang
paling dominan berhubungan dengan kinerja adalah gaji dan pengakuan,
13
tingkat pendidikan perawat mempengaruhi kinerja perawat, dan tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara umur, jenis kelamin, status
perkawinan, serta lama bekerja perawat dengan kinerja perawat, baik
buruknya kinerja seorang perawat dapat dipengaruhi oleh faktor, seperti
kepuasan kerja, motivasi, lingkungan kerja dan budaya organisasional.
Dalam sebuah organisasi elemen yang paling penting adalah
kepemimpinan. Kepemimpinan merupakan kemampuan memberi inspirasi
kepada orang lain untuk bekerja sama sebagai suatu kelompok agar dapat
mencapai suatu tujuan (Lestari, 2015).
Ditambah lagi supervisi dan kapasitas pekerjaan atau beban kerja
juga dapat mempengaruhi kinerja karyawan. Supervisi merupakan segala
bantuan dari pimpinan atau tanggung jawab kepada perawat yang ditujukan
untuk perkembangan para perawat dan staf lainnya dalam mencapai tujuan
asuhan keperawatan. selain itu perawat melaksanakan akan mendapatkan
dorongan positif sehingga mau belajar dan meningkatkan kemampuan
profesionalnya. Dengan kamauan belajar, secara tidak langsung akan
meningkatkan kinerja perawat. sedangkan kapasitas pekerjaan adalah
frekuensi kegiatan rata-rata dari masing-masing pekerjaan dalam jangka
waktu tertentu (Lestari, 2015).
2.1.3 Penilaian kinerja
Penilaian kinerja disebut juga sebagai performance appraisal, performance
evaluation, development. Penilaian kinerja merupakan kegiatan untuk menilai
keberhasilan atau kegagalan seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya. Oleh
14
karena itu, penilaian kinerja harus berpedoman pada ukuran-ukuran yang telah
disepakati bersama dalam standar kerja (Lestari, 2015).
Penilaian kinerja perawat merupakan mengevaluasi kinerja perawat sesuai
dengan standar praktik profesional dan peraturan yang berlaku. Penilaian kinerja
perawat merupakan suatu cara untuk menjamin tercapainya standar praktek
keperawatan. Penilaian kinerja merupakan alat yang paling dapat dipercaya oleh
manajer perawat dalam mengontral sumber daya manusia dan produktifitas. proses
penilaian kinerja dapat digunakan secara efektif dalam mengerahkan perilaku
pegawai, dalam rangka menghasilkan jasa keperawatan dalam kualitas dan volume
yang tinggi. perawat manajer dapat menggunakan proses operasional kinerja untuk
mengatur arah kerja dalam memilih, melatih, membingbing perencanaan karier serta
memberi penghargaan kepada perawat yang berkompeten (Lestari, 2015).
Proses penilaian kinerja dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mereview standar kerja
2. Melakukan analisis jabatan
3. Mengembangkan instrument penilaian
4. Memilih penilai
5. Melatih penilai
6. Mengukur kerja
7. Membandingkan kinerja aktual dengan standar
8. Mengkaji hasil penilaian
9. Mengaitkan imbalan dengan kinerja
15
10. Membuat rencana-rencana pengembangan dengan menyepakati sasaran-sasaran
dan standar-standar kinerja masa depan.
Tujuan penilaian kinerja adalah untuk mengetahui tingkat efektifitas dan
efisiensi atau tingkat keberhasilan atau kegagalan seorang pekerja/karyawan yang
menjadi tanggung jawabnya.
Manfaat dari penilaian kerja yaitu:
1. Meningkatkan prestasi kerja staf secara individu atau kelompok dengan
memberikan kesempatan pada merka untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri
dalam kerangka pencapaian tujuan pelayanan di rumah sakit.
2. Peningkatan yang terjadi pada prestasi staf secara perorangan pada gilirannya
akan mempengaruhi atau mendorong sumber daya manusia secara
keseluruhannya.
3. Merangsang minat dalam pengembangan pribadi denga tujuan meningkatkan
hasil karya dan prestasi dengan cara memberikan umpan balik kepada mereka
tentang prestasinya.
4. Membantu rumah sakit untuk dapat menyusun program pengembangan dan
pelatihan staf yang lebih tepat guna, sehingga rmah sakit akan mempunyai tenaga
yang cukup dan tampil untuk pengembangan pelayanan keperawatan dimasa
depan
5. Menyediakan alat dan sarana untuk membandingkan prestasi kerja dengan
meningatkan gajinya atau sistem imbalan yang baik.
16
6. Memberikan kesempatan kepada pegawai atau staf untuk mengeluarkan
perasaanya tentang pekerjaannya atau hal lain yang ada kaitannya melalui jalur
komonikasi dan dialog, sehingga dapat mempererat hubungan antara atasan dan
bawahan.
2.1.4 Model dan motode penilaian kinerja
Menurut Lestari, (2015), model dan penilaian kinerja
1. Model penilaian kinerja
a. Penilaian sendiri
Penilaian sendiri adalah pendekatan yang paling umum digunakan
untuk mengukur dan memahami perbedaan individu. Akurasi didefinisikan
sebagai sikap kesepakatan antara penilaian sendiri dan penilaian lainnya,
Other Rating dapat diberikan oleh atasan, bawahan, mitra kerja atau
konsumen dari individu itu sendiri. Penilaian sendiri biasanya digunakan
pada bidang sumber daya manusia seperti: penilaian kinerja, penilaian
kebutuhan pelatihan, analisa peringkat jabatan, perilaku kepemimpinan dan
lainnya. Penilaian sendiri dilakukan bila personal mampu melakukan
penilaian terhadap proses dan hasil karya yang mereka laksanakan sebagai
bagian dari tugas organisasi. Penilaian sendiri atau dipengaruhi oleh
sejumlah faktor kepribadian, pengalaman, pengetahuan dan sosio demografi
seperti suku dan kependidikan. Dengan demikian tingkat kematangan
personal dalam menilai hasil karya menjadi hal yang patut diperhatikan.
17
b. Penilaian Atasan
Pada organisasi pada kematangan tingkat majamuk, personal biasanya
dinilai oleh manajer yang tingkatnya lebih tinggi, penilaian ini yang
termasuk dilakukan oleh supervisior atau atasan langsung.
c. Penilaian Mitra
Penilaian mitra lebih cocok digunakan pada kelompok kerja yang
mempunyai otonomi yang cukup tinggi. Dimana wewenang pengambilan
keputusan pada tingkat tertentu telah didelegasikan oleh manajemen kepada
angota kinerja kelompok kerja. Penilaian mitra dilakukan oleh seluruh
anggota kerja kelompok dan umpan balik untuk personal yang dinilai yang
dilakukan oleh komite kerja dan bukan oleh supervisior. Penilaian mitra
biasanya lebih ditujukan untuk pengembangan personal dibandingkan untuk
evaluasi.
d. Penilaian Bawahan
Penilaian bawahan terhadap kinerja personal terutama dilakukan
dengan tujuan untuk pengembangan dan umpan balik personal. Bila
penilaian ini digunakan untuk atministatif dan evaluasi, menetapkan gaji dan
promosi maka penggunaan penilaian ini kurang mendapat dukungan,
program penilaian bawahan terhadap manajer dalam rangka perencanaan dan
penilaian kinerja manajer. Program ini meminta kepada manajer untuk dapat
menerima penilaian bawahan sebagai umpan balik atas kemampuan
manajemen mereka.
18
2. Metode penilaian prestasi
Menurut Lestari, (2015), tentang metode penilaian prestasi
a. Metode yang berorientasi pada masa lalu meliputi
1) Rating scale pengukuran dilakukan berdasarkan skala prestasi
(kuantitatif dan kualitatif) yang sudah baku.
2) Cheklist metode ini memerlukan penilaian untuk menyeleksi pernyataan
yang menjelaskan karakteristik karyawan.
3) Critical Incident Method pengukuran dilakukan berdasarkan catatan
aktifitas seseorang karyawan dalam periode waktu tertentu yang
dinyatakan dalam perilaku positif dan negatif.
4) Field Review Method pengukuran dilakukan dengan langsung meninjau
lapangan.
5) Performance Evaluation Approach pengukuran dilakukan dengan
membandingkan prestasi kerja seorang karyawan dengan karyawan lain.
b. Metode yang beriorentasi pada masa depan
1) Self apparaisal: Teknik evaluasi ini berguna bila tujuan evaluasi diri
adalah untuk melanjutkan pengembangan diri.
2) Psycological appraisal penilaian ini biasnya dilakukan olehseorang
psikolog, terutama digunakan untuk menilai potensi karyawan.
19
3) Management By Objectif pengukuran berdasarkan pada tujuan-tujuan
pekerjaan yang teratur dan disepakati bersama antara karyawan dan
atasannya.
4) assesmnt Center bentuk penilaian yang di standarisasi, tergantung pada
tipe berbagai penilai
2.1.5 Standar Kinerja
Standar pekerjaan adalah sejumlah kriteria yang menjadi ukuran dalam
penilaian kinerja, yang dipergunakan sebagai pembandingan cara dan hasil
pelaksanaan tugas-tugas dari suatu pekerjaan. Standar kinerja dapat dibuat untuk
setiap individu dengan berpedoman pada uraian jabatan. Proses penulisan standar
dimulai ketika pengawas dan pegawai mendiskusikan pekerjaan. Langkah pertama
meliputi penulisan semua tugas dan tanggang jawab karyawan. Pegawai juga
mempertimbangkan pemahamannya tentang harapan-harapan utama yang mungkin
dimiliki pengawas. Setelah menyelesaikan proses penulisan, penyuntingan dan
integrasi, standar kinerja yang disepakati untuk dituliskan dan dapat dikuantifikasikan
atau diukur dan dicapai. (Lestari, 2015).
2.1.6 penilaian Kinerja
Menurut Mulyadi, (2007). Penilaian kinerja adalah keberhasilan personel, tim,
atau unit organisasi dalam mewujudkan sasaran strategik yang telah ditetapkan
sebelumnya dengan perilakuyang diharapkan.
Pengukuran kinerja merupakan suatu proses penilaian kegiatan operasional
perusahaan berupa tindakan dan aktivitas suatu organisasi pada periode tertentusesuai
20
tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, pengukuran kinerja adalah penilaian
tingkat efektifitas dan efisiensi dari aktivitas organisasi. (Wahyu, 2011).
Secara umum, tujuan pengukuran kinerja sektor publik adalah
1. Mengkomunikasikan strategi secara lebih mantap
2. Mengukur kinerja finansialdan non-finansial secara berimbang sehingga dapat
ditelusuri perkembanganpencapaian strategi
3. Mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer levelmenengah dan bawah
serta memotivasi untuk mencapai goal congruence, dan
4. Sebagai alat untuk 18 mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual dan
kemampuan kolektif rasional. (Wahyu, 2011).
2.2 Konsep Dasar Kepuasan Pasien
Menurut Kotler, (2007), dalam bukunya Marketing Manajement memberikan
definisi tentang kepuasan pelanggan, kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa
seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja atau hasil
suatu produk dan harapan-harapannya.
Dengan demikian tingkat kepuasan adalah suatu fungsi dari perbedaan antara
penampilan yang dirasakan dan harapan. Ada tiga tingkat kepuasan, bila penampilan
kurang dari harapan, pelanggan tidak dipuaskan. Bila penampilan sebanding dengan
harapan, pelanggan puas. Apabila penampilan melebihi harapan, pelanggan amat
puas atau senang (Kotler, 2007).
2.2.1 Peranan Kepuasan Pasien
21
Kepuasan pasien adalah tingkat kepuasan pelayanan pasien dari persepsi
pasien atau keluarga terdekat. Kepuasan akan tercapai apabila diperoleh hasil yang
optimal, bagi setiap pasien dan pelayanan kesehatan memperhatikan kemampuan
pasien atau keluarganya. Ada perhatian terhadap keluhan, kondisi lingkungan fisik,
dan tanggap atau memprioritaskan kebutuhan pasien, sehingga tercapai keseimbangan
yang sebaik baiknya, antara tingkat rasa puas atau hasil serta jerih payah yang harus
dialami guna memperoleh hasil tersebut (Soejadi, 2006).
2.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Atau Ketidak
puasan Pasien.
Menurut Wijono, (2007), salah satu dari Out came penggunaan pengalaman
pelanggan adalah: kepuasan atau ketidak puasan terhadap produk atau jasa pelanggan,
positif atau negative berdasarkan pengalamannya. Satu langkah lebih maju dari
membandingkan penggunaan pengalaman (nilai riil) terhadap beberapa standar dan
nilai yang diharapkan atau diantisipasi. Puas atau tidak puas tergantung pada:
1. Sikapnya terhadap ketidak sesuaian (rasa senang atu tidak senang).
2. Tingkatan dari evaluasi baik atau tidak baik untuk dirinya melebihi atau di bawah
standart.
Menurut Wijono, (2007), kepuasan pasien dipengaruhi oleh banyak faktor antara
lain yang bersangkutan dengan
1. Pendekatan dan perilaku petugas, perasan pasien terutama pada saat pertama kali
datang.
2. Mutu informasi yang diterima seperti, pa saja yang di kerjakan, apa saja yang
dapat diharapkan.
22
3. Prosedur perjanjian.
4. Waktu tunggu.
5. Fasilitas umum yang tersedia.
6. Fasilitas perhotelan untuk pasien seperti mutu makanan, Privacy dan
pengaturan kunjungan.
7. Out Came terapi dan perawatan yang diterima.
Buchari, (2005), menyebutkan faktor-faktor yang dapat menyebabkan rasa
ketidakpuasan pelanggan:
1. Tidak sesuai antara harapan dan kenyataan yang di alami
2. Layanan selama proses menikmati jasa tidak memuaskan
3. Perilaku personel tidak atau kurang memuaskan
4. Suasana dan kondisi fisik tidak menunjang
5. Cost terlalu tinggi, karena jarak terlalu jauh, banyak waktu terbuang dan harga
terlalu tinggi
6. Promosi atau iklan terlalu muluk tidak sesuai dengan kenyataan.
Menurut Marthen, (2006), kepuasan adalah terbebasnya ketegangan, kesenangan
yang sangat atau berlebihan dan yang di peroleh secara psikologis. Dalam konteks
medis kepuasan pasien dapat dibedakan menjadi dua bagian besar
1. Kepuasan yang mengacu hanya pada penerapan kode etik serta standard pemberi
pelayanan
2. Kepuasan yang mencakup pada semua persyaratan kesehatan yang meliputi
persediaan pelayanan kesehatan, kewajaran pelayanan kesehatan,
kesinambungan pelayanan kesehatan, ketercapaian pelayanan kesehatan,
23
keterjangkauan pelayanan kesehatan, efesiensi pelayanan kesehatan dan mutu
pelayanan kesehatan. (Azwar, 2005), pasien akan lebih puas apabila tempat
pelayanan kesehatan mudah tercapai, kualitas hubungan antar pribadi baik dan
kualitas pelayanan baik. (Wiryanto, 2006).
Kepuasan konsumen atau pelanggan ialah suatu bentuk perasaan seseorang
yang mendapatkan pengalaman kinerja atau hasil yang telah memenuhi harapannya.
Kepuasan merupakan suatu fungsi bertingkat secara relatif dari suatu harapan dan
hasil yang di terima. Seseorang akan memiliki pengalaman dalam satu atau tiga jenis
kepuasan, jika yang diperoleh melebihi dari hasil yang diharapkan, maka orang
tersebut akan memperoleh tingkat kepuasan yang tinggi, dan jika yang diterimanya
sesuai dengan apa yang diharapkan maka orang tersebut akan merasa puas dan jika
hasil yang diterimanya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan maka orang tersebut
akan merasa kecewa (Marthen, 2006).
2.2.3 Dimensi Kepuasan
Menurut Azwar (2005), bahwa dimensi kepuasan dapat dibedakan menjadi dua
1. Kepuasan yang mengacu pada penerapan standar dan kode etik
profesi.
Kepuasan pemakai jasa kesehatan terbatas hanya pada kesesuaian dengan
standar serta kode etik profesi saja. Suatu pelayanan kesehatan disebut sebagai
pelayanan kesehatan yang bermutu apabila penerapan standar dan kode etik
dapat memuaskan pasien. Menurut Azwar, (2005), ukuran-ukuran yang
dimaksud pada dasarnya mencakup penilaian terhadap kepuasan pasien
mengenai.
24
2. Hubungan tenaga pelayanan kesehatan posyandu –pasien
Terbinanya hubungan dokter atau perawat pasien yang baik adalah salah
satu dari kewajiban etik. Sangat diharapkan apabila perawat dapat dan bersedia
memberikan perhatian yang cukup kepada pasiennya secara pribadi. Menampung
dan mendengarkan segala keluhan, serta menjawab dan memberikan keterangan
yang sejelas-jelasnya tentang segala hal yang ingin diketahui oleh pasien.
a. Kenyamanan pelayanan
Kenyamanan yang dimaksud disini tidak hanya yang menyangkut
fasilitas yang disediakan, tetapi terpenting lagi menyangkut sikap serta
tindakan para pelaksana ketika menyelenggarakan pelayanan kesehatan.
b. Kebebasan melakukan pilihan
Suatu pelayanan kesehatan disebut bermutu bila kebebasan memilih ini
dapat diberikan dan karena itu harus dapat dilaksanakan oleh setiap
penyelenggara pelayanan kesehatan.
c. Pengetahuan dan kompetensi tekhnis
Suatu pelayanan kesehatan disebut semakin tinggi pengetahuan dan
kompetensi tekhnis tersebut, maka makin tinggi pula mutu pelayanan
kesehatan.
1) Efektifitas pelayanan
Makin efektif pelayanan kesehatan, makin tinggi pula mutu pelayanan
kesehatan.
2) Keamanan tindakan
25
Untuk dapat terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu, aspek
keamanan tindakan ini harus diperhatikan. Pelayanan kesehatan yang
membahayakan pasien bukanlah pelayanan yang baik dan karena itu
tidaklah boleh dilakukan.
d. Kepuasan yang mengacu pada penerapan semua persyaratan pelayanan
kesehatan.
1) Ketersediaan pelayanan kesehatan.
Pelayanan kesehatan dikatakan bermutu bila pelayanan kesehatan
tersebut tersedia di masyarakat.
2) Kewajaran pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan dikatakan bermutu bila pelayanan kesehatan
tersebut bersifat wajar dalam arti dapat mengatasi masalah kesehatan
yang dihadapi.
a) Kesinambungan pelayanan kesehatan.
Pelayanan kesehatan dikatakan bermutu, bila pelayanan
kesehatan tersebut bersifat berkesinambungan dalam arti tersedia
setiap saat baik menurut waktu, ataupun kebutuhan pelayanan
kesehatan.
b) Penerimaan pelayanan kesehatan.
Untuk dapat menjamin munculnya kepuasan yang terkait
dengan mutu pelayanan, maka pelayanan kesehatan tersebut harus
dapat diupayakan sehingga diterima oleh pemakai jasa pelayanan.
3) Ketercapaian pelayanan kesehatan.
26
Pelayanan kesehatan yang lokasinya terlalu jauh dari daerah tempat
tinggal tentu tidak mudah dicapai. Apabila keadaan ini sampai terjadi,
tentu tidak akan memuaskan pasien, maka disebut suatu pelayanan
kesehatan bermutu apabila pelayanan tersebut dapat dicapai oleh
pemakai jasa pelayanan kesehatan itu.
4) Keterjangkauan pelayanan kesehatan.
Menurut Azwar, (2005), keterjangkauan pelayanan kesehatan erat
hubungannya dengan kepuasan pasien dan kepuasan pasien
berhubungan dengan mutu pelayanan. Maka suatu pelayanan disebut
bermutu apabila pelayanan tersebut dapat dijangkau oleh pemakai jasa
pelayanan kesehatan.
5) Efisiensi Pelayanan Kesehatan.
Menurut Azwar, (2005), puas atau tidaknya pemakai jasa pelayanan
mempunyai kaitan yang erat dengan baik atau tidaknya mutu pelayanan
maka suatu pelayanan kesehatan disebut bermutu apabila pelayanan
tersebut diselenggarakan secara efisien.
6) Mutu Pelayanan Kesehatan.
Mutu pelayanan kesehatan yang dimaksud disini adalah yang
menunjukkan pada kesembuhan penyakit serta keamanan tindakan, yang
apabila berhasil diwujudkan pasti akan memuaskan pasien, maka suatu
pelayanan kesehatan disebut bermutu apabila pelayanan tersebut dapat
menyembuhkan pasien serta tindakan yang dilakukan aman. (Azwar,
2005),
27
Donabedian, (2008), menyatakan bahwa mutu pelayanan adalah
meliputi interaksi antara pembeli pelayanan kesehatan, konstribusi klien
dalam pelayanan, kenyamanan pelayanan dan akses akses terhadap
fasilitas pelayanan.
Penilaian terhadap mutu pelayanan yang berkaitan dengan kepuasan
pasien dapat dilihat dalam lima dimensi yang coba dikembangkan oleh
(Parasuraman, 2007).
a) Tangibles (keadaan yang ada, kenyataan sarana yang ada).
Meliputi penampilan fisik, peralatan dan berbagai materi
komunikasi. Kelancaran pelayanan kesehatan posyandu dipengaruhi
oleh beberapa aspek antara lain adalah: sumber daya manusia yang
memadai baik kuantitas maupun kualitasnya, tersedianya berbagai
sumber atau fasilitas yang mendukung pencapaian kualitas
pelayanan yang diberikan, jasa pelayanan kesehatan diseluruh dunia
selalu kekurangan sumber daya. Diantara berbagai keperluan harus
diterapkan prioritas, dan keperluan harus disesuaikan dengan
sumber daya yang ada. Untuk itu harus dibuat perkiraan biaya
sebelum formulir pemesanan dilengkapi (Nurachmah, 2006).
b) Realibility (dapat dipercaya).
Yakni kemampuan untuk memberikan jasa sesuai dengan yang
dijanjikan terpecaya dan akurat, konsisten dan kesesuaian
pelayanan. Pelayanan yang diberikan kepada pasien merupakan
28
bentuk pelayanan yang profesianal yang berfokus pada berbagai
kegiatan pemenuhan kebutuhan pasien (Nurachmah, 2006).
c) Responsiveness (ketanggapan atau tanggung jawab)
Yakni kemauan para petugas kesehatan untuk membantu para
pasien dan memberikan pelayanan dengan cepat, serta
mendengarkan dan mengatasi keluhan yang diajukan pasien,
pasien dapat informasi secara lengkap dan jelas tentang kondisi
kesehatanny (Nurachmah, 2006).
d) Assurance (kepastian atau jaminan)
Mencakup kemampuan para petugas kesehatan untuk
menimbulkan keyakinan dan kepercayaan terhadap janji yang
telah dikemukakan kepada pelanggan. Bentuk pelayanan ini
sesungguhanya diberikan oleh para petugas kesehatan yang
memiliki kemampuan serta sikap dan kepribadian yang sesuai
dengan tuntutan perkembangan profesi yang ada. Seorang petugas
kesehatan harus mempunyai kemampuan yang cukup dalam
menjawab pertanyaan pasien, mampu memberikan kepercayaan
kepada pasien dan keluarga, mampu menjaga kesopanan dalam
memberikan pelayanan kesehatan.
e) Empathy (perhatian)
Kesediaan para petugas kesehatan untuk peduli memberikan
perhatian secara pribadi pada pasien Sundeen, (2005),
menyatakan. Empathy adalah memandang pasien melalui pasien
29
sendiri (internal), peka terhadap perasaan pasien saat ini, dapat
mengidentifikasi masalah pasien dan memberikan alternative
pemecahan pada pasien sesuai dengan ilmu dan pengalaman para
petugas kesehatan yang dimilikinya. Hubungan antara para
petugas dengan pasien adalah suatu bentuk hubungan terapiutik/
professional dan timbal balik yang bertujuan untuk meningkatkan
efektifitas hasil suatu tindakan melalui suatu proses pembinaan,
pemahaman tentang dua pihak yang sedang berhubungan
(Nurachmah 2006).
2.2.4 Mengukur mutu dan kepuasan
Menurut Ricart, (2007). Menyatakan bahwa terdapat berbagai jenis alat untuk
mengukur mutu dan kepuasan pelanggan, dan banyak di antaranya bisa difungsikan
secara bergantian. Meskipun demikian, ada seperangkat yang terdiri dari 7 alat dasar
untuk mengukur mutu. Alat tersebut adalah:
1. Lembar Periksa
Lembar periksa merupakan sebuah cara mudah untuk memahami
seberapa sering munculnya mutu yang buruk, atau terjadinya kepuasan dan
ketidakpuasan pelanggan. Dalam bentuk kolom–kolom alat ini dirancang untuk
mengidentifikasi berbagai peristiwa yang diteliti bersama dengan periode
waktunya. Kemudian, data dikumpulkan dalam masing-masing bidang kejadian
dan diberi tanda dalam kolom periode waktu. Kolom total digunakan untuk
menyimpulkan keseluruhan proses pengukuran.
2. Diagram Pareto
30
Bagan Pareto adalah grafik balok-balok vertikal yang membantu anda
mengidentifikasi mutu dan kepuasan pelanggan, menurut frekuensi kejadianya.
Grafik tersebut juga bisa membantu anda menentukan masalah-masalah apa
yang harus dipecahkan dan dalam urutan yang bagaimana. Dengan bagan
pareto, anda dengan mudah bisa melihat bagaimana masalah yang tampaknya
kecil bisa menyebabkan masalah besar, dan bagaiman kesalahan tersebut
menyita banyak perhatian anda. Bagan Pareto berdasarkan pada metode
pengumpulan data seperti pada lembar periksa, distribusi berulang, atau
observasi partisipasi.
Untuk menyusun bagan Pareto, pertama-tama anda harus
mengidentifikasi masalah yang akan dikaji, kemudian memutuskan unit
pengukuranya. Kumpulkan data dalam periode waktu tertentu, dan kemudian
gambarkan hasilnya dalam bentuk sebuah grafik menurut urutan prioritasnya
dengan pertama-tama menggambar masalah yang paling sering terjadi (tampak
dari balok yang paling tinggi) dan masalah-masalah yang muncul berikutnya.
Bagan tersebut memberikan bagaimana sebuah presentasi kecil aktifitas
(biasanya 20%) menyebabkan presentasi besar (biasanya 80%) masalah mutu.
Oleh karena itu, prinsip Pareto juga dikenal sebagai hokum 80/20, dan bagan
tersebut akan menjelaskan secara visual.
3. Histogram
Histogram juga bagan balok vertikal, seperti bagan pareto tetapi dengan
satu perbedaan mendasar. Histogram menunjukan informasi numerik mengenai
frekuensi distribusi data, sementara bagan pareto menjelaskan karakteristik
31
prodak, proses, atau jasa. Sebagai contoh, jika anda mencoba menggambarkan
secara grafis banyaknya jumlah hari-hari sakit karyawan dalam periode satu
tahun, anda perlu mengumpulkan data mengenai waktu sakit dalam format
lembar periksa. Kemudian, anda menyusun peringkat untuk data tersebut,
cukup dengan memilah jumlah hari sakit paling sedikit dengan jumlah hari sakit
paling banyak. Lalu tentukan berapa besarnya interval (kolom pada grafik
balok) yang anda inginkan untuk menunjukan data. Bagilah jumlah interval
kedalam peringkat untuk menentukan besarnya masing-masing interval. Jumlah
interval menentukan ukuran interval dan berapa jumlah data yang akan masuk
dalam interval tersebut. Berikutnya, tetapkan sekala yang akan anda gunakan
untuk poros vertikal (poros Y) dan kemudian setelah menggambarkannya
dalam histogram, hitunglah ukuran tendensi sentralnya.
4. Diagram Tebar (Diagram Korelasi)
Diagram tebar digunakan untuk memepelajari hubungan potensial antara
dua variabel. Diagram ini digunakan untuk menguji kemungkinan hubungan
korelasi. Jika terdapat hubungan, maka perubahan pada satu variabel akan
segera diikuti oleh perubahan variabel lainnya.
Untuk membuat diagram tebar, identifikasi dua variabel yang ingin di
kaji. Beri judul sumbu X dengan nama salah satu variabel dan sumbu Y dengan
nama variabel lainnya.Variabel yang di selidiki sebagai variabel yang
kemungkinan menjadi penyebab dalam hubungan tersebut biasanya di letakkan
pada sumbu X (horizontal).
32
Kumpulkan data dan buat masing-masing titik data. Lihat diagram dan
perhatikan bagaimana sebaran masing–masing titik pada grafik tersebut.
Semakin berdekatan titik-titik tersebut untuk membentuk garis lurus, maka
semakin kuat hubungan dua variabel tersebut. Lihatlah gambar hubungan
positif, hubungan negative, dan tidak ada hubungan.
Hubungan positif terjadi bila Y meningkat dan X meningkat pula: Grafik
berawal dari kiri bawah menuju kanan atas. Hubungan negative terjadi jika X
menurun sedang Y meningkat: grafik berawal dari kiri atas menuju kanan
bawah. Tidak ada hubungan terjadi jika titik tersebar ke seluruh bagianh grafik.
5. Diagram Sebab-Akibat
Diagram sebab-akibat juga dikenal sebagai diagram tulang ikan karena
bentuk tampilannya mirip kerangka tulang ikan. Bentuk paling sederhana dari
diagram ini adalah menemukan dampak final dan berusaha menentukan sebab-
sebabnya dengan cara memecah sebab-sebab tersebut kadalam berbagai
katagori. Kategori standar (penyebab utamanya) adalah tenaga kerja atau orang,
mesin atau peralatan, bahan atau pasokan, dan metode atau proses. Masing-
masing katagori tersebut diletakkan pada tulang atau tulang punggung sehingga
keseluruhan diagram tampak seperti kerangka tulang ikan.
6. Grafik, Run Chart dan bagan kembali
Semua grafik menggambarkan data pengukuran anda secara visual.
Mungkin anda sudah amat kenal dengan beberapa jenis grafik. Grafik balok
(baik vertikal maupun horizontal), bagan pie,Grafik garis, dan grafik balok
bertumpuk. Bagan pareto dan histogram juga merupakan jenis grafik. Fungsi
33
grafik menyajikan kepada pembaca sekumpulan data dalam bentuk gambar.
Run Chart adalah grafik garis. Run Chart merupakan koleksi poin-poin data
(pengukuran) dalam periode waktu tertentu yang di gambarkan dalam grafik,
anda juga bisa memasukkan sebuah garis lurus dalam bagan tersebut untuk
menggambarkan rata-rata keseluruhan data pengukuran. Bagan kendali
membantu anda menetapkan mutu tetapi tidak menemukan penyebab yang
mendasari proses tersebut (Untuk mengetahui anda harus menggunakan tehnik
lalin) bagan kontrol juga membantu anda menentukan besarnya variabilitas
yang terjadi dalam proses. Variabilitas bisa juga bersifat acak (sewaktu-waktu)
atau assignable. Variabilitas acak diharapkan muncul ketika proses berjalan
dalam batas kendali statistik. Penyebab acak selalu muncul, melekat dalam sifat
proses, tidak bisa di identifikasi atau dihilangkan, dan tidak mungkin untuk
mengendalikannya karena sifatnya tidak diketahui.
7. Stratifikasi
Stratifikasi adalah metode untuk membuat pengumpulan dan pelaporan
data pengumpulan lebih menjadi akurat. Adakalanya data itu sendiri menutupi
sumber data individual dari suatu data. Sebagai contoh, run chart
menggambarkan jumlah keseluruhan barang yang dikembalikan oleh pembeli.
Meskipun demikian, mungkin anda ingin mengetahui barang apa yang paling
banyak di kembalikan. Disinilah metode stratifikasi diperlukan. Pecahlah data
kedalam beberapa katagori, seperti jenis, lokasi, ukuran, departemen, jarak dan
sebagainya. Dengan Pembagian ini memungkinkan anda untuk menentukan
secara lebih jelas dan tepat bidang-bidang yang perlu diperbaiki mutunya.
34
Dari model yang coba dikembangkan oleh (Parasuraman, 2007), maka kualitas
pelayanan dapat diukur dengan membandingkan persepsi antara pelayanan yang
diharapkan dengan pelayanan yang diterima dan dirasakan oleh konsumen.
Apabila mutu pelayanan yang diterima atau dirasakan sesuai yang diharapkan,
maka kualitas pelayanan yang dipersepsikan baik dan memuaskan. Jika kualitas
pelayanan yang diterima melampui harapan pelannggan, maka kualitas
pelayanan dipersepsikan sebagai kualitas yang ideal. Sebaliknya jika kualitas
pelayanan yang terima lebih rendah dari pada yang diharapkan, maka kualitas
pelayanan yang dipersepsikan buruk (Parasuraman, 2007). Dengan demikian
untuk mengukur baik buruknya suatu kualitas pelayana tergantung pada
kemampuan penyedia pelayanan kesehatan dalam memenuhi harapan
pelanggan secara efesien dan konsisten (Soejadi, 2006).
2.3 Konsep Dasar Posyandu
2.3.1 Pengertian Posyandu
Pengertian dasar posyandu adalah salah satu bentuk upaya Kesehatan Bersama
Daya Masyarakat, (UKMBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari oleh, untuk dan
bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kesehatan. Dasar untuk mempercepat penurunan AKI dan
AKB pengertian (lanjut) UKBM wahana pemberdayaan masyarakat yang bentuk atas
dasar kebutuhan masyarakat, dikelola oleh masyarakat dan untuk masyarakat, dengan
bimbingan dari petugas puskesmas dan lintas sektor terkait pelayanan kesehatan dasar
35
pelayanan kesehatan yang mempercepat penurunan AKI dan AKB yang sekurang-
kurangnya mencakup 5 kegiatan yakni KIA, KB, imunisasi, gizi dan penanggulangan
diare pemberdayaan masyarakt adalah segala upaya fasilitas yang bersifat non
intruktif, guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat, agar mampu
memanfaatkan potesi setempat (Yuni, 2014).
2.3.2 Kegiatan Pelayanan PosyanduPenimbangan untuk memantau pertumbuhan anak, perhatian harus diberikan
khusus terhadap anak yang selama ini 3 kali tidak melakukan penimbangan,
pertumbuhannya tidak cukup baik sesuai umurnya dan anak yang pertumbuhannya
berada dibawah garis merah KMS (Yuni, 2014).1. Pemberian makanan pendamping ASI dan Vitamin A.2. Pemberian PMT untuk anak yang tidak cukup pertumbuhannya (kurang dari
200 gram/bulan) dan anak yang berat badannya berada dibawah garis merah
KMS.3. Memantau atau melakukan pelayanan imunisasi dan tanda-tanda lumpuh layu.4. Memantau kejadian ISPA dan diare, serta melakukan rujukan bila perlu.
2.3.3 Pelayanan Tambahan Menurut Yuni, (2014), Pelayanan tambahan yang diberikan adalah:
1. Pelayanan bumil dan menyusui.2. Program pengembangan anak dini Usia (PAUD) yang diintegerasikan dengan
program bina keluarga balita (BKB) dan kelompok bermain lainnya.3. Program dana sehat atau JPKM dan sejenisnya, seperti tabulin, tabunus dan
sebagainya4. Program penyuluhan dan penyakit endemis setempat.5. Penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman.6. Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD).7. Program diversifikasi pertanian tanaman pangan.8. Program sarana air minum dan jabatan keluarga (SAMIJAGA) dan perbaikan
lingkungan pemukiman.9. Pemanfaatan pekarangan.10. Kegiatan ekonomis produktif, seperti usaha simpan pinjam dan lain-lain.11. Kegiatan lainnya seperti: TPA, pengajian, taman bermain.
36
2.3.4 Manfaat Posyandu Menurut Yuni, (2014), manfaat posyandu yaitu: posyandu memberikan layanan
kesehatan ibu dan anak, KB, imunisasi, gizi, penanggulangan diare.a. Ibu: pemeliharaan kesehatan ibu diposyandu, pemeriksaan kehamilan nifas,
pelayanan peningkatan gizi melalui pemberian vitamin dan pil penambah
darah, imunisasi TT untuk ibu hamil.b. Pemberian vitamin A: pemberian vitamin A dosis tinggi pada bulan
Februari dan Agustus, akibat dari kurangnya vitamin A adalah menurunnya
daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit.
c. Penimbangan Balita:
Penimbangan balita dilakukan tiap bulan diposyandu penimbangan secara rutin
diposyandu untuk pemantauan pertumbuhan balita. Dari penimbangan yang
kemudian dicatat di KMS, dari data tersebut dapat diketahui status pertumbuhan
balita, apabila penyelenggaraan posyandu baik maka upaya untuk pemenuhan dasar
pertumbuhan anak akan baik pula.
KMS adalah kartu untuk mencatat dan memantau pekembangan balita dengan
melihat gratis pertumbuhan berat badan anak dari bulan ke bulan pada KMS dapat
diketahui status pertumbuhan anaknnya.
Kriteria berat badan balita di KMS:
1. Berat badan naik:
Berat badan bertambah mengikuti salah satu pita warna, berat badan bertambah
ke pita warna diatasnya.
2. Berat badan tidak naik:
37
Berat badannya berkurang atau turun, berat badan tetap, berat badan bertambah
atau naik tapi pindah ke pita warna di bawahnya.
3. Berat badan dibawah garis merah
Merupakan awal tanda balita gizi buruk pemberian makanan tambahan atau
PMT, PMT diberikan kepada semua balita yang menimbang ke posyandu.
4. Keluarga berencana
Pelayanan keluarga berencana berupa pelayanan kontrasepsi kondom, pil KB,
dan suntik KB.
5. Imunisasi
Di posyandu balita akan mendapatkan layanan imunisasi. Macam imunisasi
yang diberikan diposyandu adalah
a. BCG untuk mencegah penyakit TBC
Imunisasi BCG merupakan vaksin hidup yang memberikan
perlindungan terhadap penyakit TB BCG mempunyai kemampuan klinis
untuk mencegah tuber kolosis paru (berkisar dari 0-80%). (Cahyono, 2005).
Dosis yang diberikan untuk bayi kurang dari 1 tahun adalah 0,05 ml dan
anak untuk 0,10 mil. Imunisasi diberikan intrakutan di daerah insersi
muskulus deltoideus kanan. BCG tidak diberikan kepada penderita dengan
gangguan kekebalan (immuncompromised) seperti pada penderita leukimia,
penderita dalam pengobatan steroid jangka panjang dan penderita yang
terinveksi HIV (Julia, 2005).
b. DPT untuk mencegah penyakit difteri, pertusis (batuk rejan), tetanus
38
DPT merupakan vaksin yang mengandung tiga elemen, yaitu toksoid
corynebacterium diphtheria (difteri), bakteri bodetella partusis yang telah
dimatikan (seluru sel), dan toksoid clostridium tetani (tetanus). (Julia, 2005).
1) Toksid difteriToksisd difteri adalah toksin difteri diinaktifkan dengan
formaldehid dan diabsorbsi pada garam aluminium untuk menaikkan
antigenesitasnya2) Toksid Tetanus (TT)
Toksid tetanus adalah preparat toksin tetanus yang diinaktifkan
dengan formaldehid dan diabsorbsi pada garam aluminium untuk
meningkatkan antigenesitasnya. Wongetal (2009), menjelaskan bahwa
vaksin tetanus tersedia dalam dua bentuk yaitu vaksin tetanus toksid
imunoglobin tetanus (TIG) dan antioksin tetanus (biasanya dari serum
kuda).3) Vaksin pertutis
Ada dua jenis vaksin pertusis, yaitu vaksin seluruh sel, yaitu vaksin
yang mengandung seluruh bakteri pertusis yang dimatikan dengan
bahan kimia atau panas dan vaksin aseluler. Vaksin seluruh sel sering
mengakibatkan reaksi lokal dan demam.c. Polio untuk mencegah penyakit kelumpuhan.
Ada dua jenis vaksin poliomiotis yaitu vaksin yang diberikan tipe
secara oral dan yang diberikan secara suntikan. Vasksin poliomiolitis oral
mengandung tipe tipe virus polio hidup yang dilemahkan. Karena harganya
yang murah, mudah pemberiannya, dapat menginduksi imunitas intestinal
dan berpotensi menginfeksi secara sekunder kontak rumah tangga dan
39
komonitas. Merekomendasikan pemberian vaksin polio trivalen sebagai
vaksin pilihan untuk pemberantasan poliomyelitis (Yulia, 2013).
d. Campak
Vaksin campak adalah preparat virus yang dilemahkan dan berasal dari
berbagai strain virus campak yang diisolasi pada tahun 1950. Vaksin
campak harus didinginkan pada suhu yang sesuai (2-8 C) karena sinar
matahari atau panas dapat membunuh virus vaksin campak, bila virus
vaksin mati sebelum disuntikan vaksin tersebut tidak akan mampu
menginduksi respon imun. Cara pemberian imunisasi campak melalui
subkutan atau intramuskuler dengan dosis 0,5cc (Hidayat, 2005).
Pemberian vaksin campak direkomendasikan usia 8-9 bulan. Pemberian
imunisasi campak ulangan dapat diberikan usia 6-7 tahun (Kelas satu SD)
(pusat promosi Kesehatan Depkes RI, 2009). Campak merupakan vaksin
virus yang dilemahkan. Setiap dosis mengandung tidak kurang dari 1000
infective unit virus train CAM 70 dan tidak lebih dari 100mcg residu
kanmycin dan 30 mcg residu erythromycin. Bentuk vaksin beku kering
harus dilarutkan dalam aquabides steril.
e. Hepatitis B untuk mencegah penyakit hepatitis B (penyakit kuning).
Ada dua tipe vaksin hepatitis B yang mengandung HbsAg (Hepatitis
B surface antigen, antigen permukaan virus hepatitis B) yaitu vaksin yang
berasal dari plasma dan vaksin rekombinan. Kedua vaksin ini aman dan
imunogenik walaupun diberikan pada saat lahir karena antibody anti
HbsAg tidak mengganggu respon terhadap vaksin. Pusat promosi
40
kesehatan depkes RI (2009), menjelaskan bahwa pemberian imunisasi
hepatitis B pada bayi yang berusia 0-7 hari satu kali dan dilanjutkan
imunisasi DPT/HB pada usia 2,3 dan 4 bulan imuisasi tersebut diberikan
dengan cara intramuskuler dengan dosis 0,5cc. Hepatitis merupakan vaksin
virus rekombinan yang telah inactifkan dan bersifat non infectious, berasal
dari HbsAg yang dihasilkan dalam sel ragi.
1) Peningkatan Gizi dengan adanya posyandu yang sasaran utamanya bayi dan balita,
sangat tepat untuk meningkatkan gizi kulit. Peningkatan gizi balita di
posyandu yang dilakukan oleh kader berupa memberikan penyuluhan
tentang ASI, status gizi balita, MPASI, imunisasi, vitamin A, stimulasi
tumbuh kembag anak, diare balita.2) Peningkatan Diare
Penyediaan oralit di posyandu melakukan rujukan pada penderita diare
yang menunjukan tanda bahaya di puskesmas, memberikan
penyuluhan penggulangan diare oleh kader posyandu.d. Waktu dan lokasi
Hari buka sekurang-kurangnya satu hari dalam sebulan tempat
menyelenggarakan dilokasi yang mudah dijangkau, atau tempat khusus
yang dibangun secara swadaya dan disebut Wisma posyandu.
Menurut Effendy, (2006), dalam pelaksanaan posyandu di lapangan dapat
dilakukan dengan menggunakan sistem lima meja yang dapat di uraikan sebagai
berikut.
1. Meja 1 meliputi:
a. Pendaftaran
41
b. Pencatatan bayi
c. Pencatatan balita
d. Pencatatan ibu hamil
e. Pencatatan ibu menyusui
f. Pencatatan pasangan usia subur
2. Meja 2 meliputi:
a. Penimbangan balita
b. Penimbangan ibu hamil
3. Meja 3 meliputi:
a. Pengisian KMS
4. Meja 4 meliputi:
a. Mengenal balita berdasarkan hasil penimbangan berat badan naik atau tida,
diikuti dengan pemberian makanan tambahan, oralit dan vitamin A dosis
tinggi.
b. Terhadap ibu hamil dengan resiko tinggi, diikuti dengan pemberian tablet besi
c. Terhadap pasangan usia subur agar menjadi peserta KB lestari diikuti dengan
pemberian kondom serta pil.
5. Meja 5 meliputi:
Pelayanan KIA, KB, imunisasi dan pengobatan, serta pelayanan lain sesuai
dengan kebutuhan setempat.
Dari keterangan di atas di jelaskan untuk meja 1 dan 2 di lakukan oleh kader
kemuadian meja 3, 4 dan 5 di lakukan oleh petugas kesehatan puskesmas
(bidan/perawat)
42
2.3.5 Persyaratan Posyandu
ada beberapa persyaratan posyandu
1. Penduduk RT paling sedikit 100 orang penduduk.
2. Terdiri dari 120 kepala keluarga.
3. Di sesuaikan dengan kemampuan petugas.
4. Jarak antara kelompok , jumlah KK dalam satu tempat atau kelompok tidak
jauh (Effendy, 2006).
2.3.6 Penyelenggara
1. Pelaksana kegiatan
Adalah anggota masyarakat yang telah dilatih menjadi kader kesehatan
setempat di bawah bimbingan puskesmas.
2. Pengelola posyandu
Adalah pengurus yang dibentuk oleh ketua RW yang berasal dari kader
PKK, tokoh masyarakat formal dan informasi serta kader kesehatan yang ada di
wilayah tersebut (Effendy, 2006).
2.4 Hubungan Antara Kinerja Petugas Kesehatan Dengan Tingkat Kepuasan
Ibu Balita Pengguna Posyandu.Kinerja merupakan catatan keluaran hasil pada suatu fungsi jabatan
atau seluruh aktivitas kerja dalam periode tertentu. Kinerja juga merupakan
kombinasi antara kemampuan dan usaha untuk menghasilkan apa yang
dikerjakan. Seseorang memiliki kemampuan, kemauan, usaha serta
dukungan dari lingkungan sehingga dapat menghasilkan kinerja yang baik.
Kemampuan dan usaha akan menghasilkan motivasi, kemudian setelah ada
43
motivasi seseorang akan menampilkan perilaku untuk bekerja (Nasution,
2005). Kinerja sebagai hasil-hasil fungsi pekerjaan/kegiatan seseorang atau
kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor
untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu (Pabundu,
2006). Keberhasilan individu atau organisasi dalam mencapai target atau
sasaran tersebut merupakan kinerja. Kinerja adalah hasil atau tingkat
keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam
melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti
standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan
terlebih dahulu dan telah disepakati bersama (Rivai, 2005).Tingkat kepuasan adalah suatu fungsi dari perbedaan antara
penampilan yang dirasakan dan harapan. Ada tiga tingkat kepuasan, bila
penampilan kurang dari harapan, pelanggan tidak dipuaskan. Bila
penampilan sebanding dengan harapan, pelanggan puas. Apabila
penampilan melebihi harapan, pelanggan amat puas atau senang. Kotler,
(2007).Kepuasan pasien adalah tingkat kepuasan pelayanan pasien dari
persepsi pasien atau keluarga terdekat. Kepuasan akan tercapai apabila
diperoleh hasil yang optimal, bagi setiap pasien dan pelayanan kesehatan
memperhatikan kemampuan pasien atau keluarganya. Ada perhatian
terhadap keluhan, kondisi lingkungan fisik, dan tanggap atau
memprioritaskan kebutuhan pasien, sehingga tercapai keseimbangan yang
sebaik baiknya, antara tingkat rasa puas atau hasil serta jerih payah yang
harus dialami guna memperoleh hasil tersebut (Soejadi, 2006).
44
Berdasarkan dua konsep di atas dijelaskan bahwa serangkaian
kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh perawat dan bidan akan
selalu dinilai oleh setiap pasien, kemudian tingkat kepuasan pelayanan
pasien dari persepsi pasien atau keluarga akan tercapai apabila diperoleh
hasil yang optimal, bagi setiap pasien dan pelayanan kesehatan
memperhatikan kemampuan pasien atau keluarganya, sehingga akan
tercapai keselarasan antara pelayanan kesehatan dan pasien. Jadi untuk
mencapai kinerja pelayanan kesehatan yang baik dan tingkat kepuasan
pasien, petugas kesehatan (bidan/perawat) harus memperhatikan semua
pelayanan yang telah diberikan dan tingkat kepuasan terhadap pelayanan
kesehatan yang sudah diberikan.
top related