bab 1,, tgs gerontik
Post on 02-Aug-2015
33 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), terutama di
bidang kedokteran, termasuk penemuan obat-obatan seperti antibiotika yang
mampu “melenyapkan” berbagai penyakit infeksi, berhasil menurunkan angka
kematian bayi dan anak, memperlambat kematian, memperbaiki gizi dan sanitasi
sehingga kualitas dan umur harapan hidup meningkat. Akibatnya, jumlah
penduduk lanjut usia semakin bertambah banyak, bahkan cenderung lebih cepat
dan pesat.
Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang
menunjukkan proses penuaan yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah
disebut lanjut usia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut
usia menjadi 4, yaitu: usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun, lanjut usia
(elderly) 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) 75-90 tahun dan usia sangat tua (very
old) diatas 90 tahun (Huda, 2011).
Menurut perkiraan dari United State Bureau of Census 1993, populasi usia
lanjut di Indonesia diproyeksikan antara tahun 1990-2023 akan naik 414%, suatu
angka tertinggi di seluruh dunia. Pada tahun 2008, di seluruh dunia, jumlah lanjut
usia diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa (satu dari 10 orang berusia lebih dari 60
tahun). Dan pada tahun 2020 Indonesia akan merupakan urutan ke 4, jumlah usia
lanjut paling banyak sesudah Cina, India dan Amerika Serikat (Anonim, 2010).
Sedangkan, pada tahun 2025, jumlah lanjut usia di seluruh dunia akan mencapai
1,2 milyar.
Page | 1
Di negara maju, pertambahan populasi/penduduk lanjut usia telah
diantisipasi sejak awal abad ke-20. Tidak heran bila masyarakat di negara maju
sudah lebih siap menghadapi pertambahan populasi lanjut usia dengan aneka
tantangannya. Namun, saat ini negara berkembang pun mulai menghadapi
masalah yang sama. Fenomena ini jelas mendatangkan sejumlah konsekuensi,
antara lain timbulnya masalah fisik, mental, sosial serta kebutuhan pelayanan
kesehatan dan keperawatan, terutama kelainan degenerative (Hurlock, 1956).
Sering kali keberadaan lanjut usia dipersepsikan secara negatif, dianggap
sebagai beban keluarga dan masyarakat sekitarnya. Kenyataan ini mendorong
semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin
banyaknya masalah kesehatan yang dialami oleh lanjut usia. Lanjut usia
cenderung dipandang masyarakat tidak lebih dari sekelompok orang yang sakit-
sakitan. Persepsi ini muncul karena memandang lanjut usia hanya dari kasus
lanjut usia yang sangat ketergantungan dan sakit-sakitan. Persepsi negatif seperti
itu tentu saja tidak semuanya benar. Banyak pula lanjut usia yang justru berperan
aktif, tidak saja dalam keluarganya, tetapi juga dalam masyarakat sekitarnya. Oleh
karena itu, lanjut usia harus dipandang sebagai individu yang memiliki kebutuhan
intelektual, emosional, dan spiritual, selain kebutuhan yang bersifat biologis.
Kurangnya perhatian yang memadai terhadap populasi lanjut usia ini
menciptakan ruang kosong, yang kemudian diisi oleh dunia kedokteran atau
medis. Di satu sisi, perhatian besar dari kalangan kedokteran ini harus disambut
secara positif oleh dunia keperawatan sehingga masalah kesehatan lanjut usia
dapat teratasi. Kesehatan merupakan aspek sangat penting yang perlu diperhatikan
pada kehidupan lanjut usia. Semakin tua seseorang, cenderung semakin berkurang
Page | 2
daya tahan fisik mereka. Dalam kaitan ini, kajian terhadap keperawatan lanjut usia
(keperawatan gerontik dan geriatrik) perlu ditingkatkan.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana proses menua pada lanjut usia?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan proses menua pada lanjut usia.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mengetahui pengertian proses menua.
2. Mahasiswa mengetahui teori-teori proses menua.
3. Mahasiswa mengetahui mitos lanjut usia dan kenyataannya.
4. Mahasiswa mengetahui tipe lanjut usia di Indonesia.
5. Mahasiswa mengetahui perkembangan manusia dari lahir sampai akhir
hayat .
6. Mahasiswa mengetahui batasan umur pada lansia.
7. Mahasiswa mengetahui perubahan akibat proses menua.
1.4 Manfaat
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai pengembangan bahan masukan atau pengkajian baru
khususnya ilmu keperawatan.
b. Dapat menjadi acuan bagi pengkajian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi institusi
Page | 3
Kepada institusi, makalah ini diharapkan dapat dijadikan bahan
literature atau referensi pembuatan makalah selanjutnya.
b. Manfaat bagi mahasiswa
Kepada mahasiswa diharapkan sebagai sumber informasi dalam upaya
perawatan pada lanjut usia.
Page | 4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Proses Menua
Pertumbuhan adalah perubahan alamiah secara kuantitatif pada segi
jasmaniah/fisik dan menunjukkan kepada suatu fungsi tertentu yang baru dari
organisme/individu. Pertumbuhan (growth) adalah berkaitan dengan masalah
perubahan dalam besar, jumlah ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun
individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound) ukuran panjang
(cm, inchi), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan
nitrogen tubuh). Contoh: bertambah tinggi, bertambah berat badan dan tumbuhnya
kelenjar- kelenjar sex.
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill)
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan
dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Perkembangan
menyangkut adaanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-
organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-
masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk perkembangan emosi, intelektual
dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan.
Perkembangan di sini diartikan sebagai perubahan yang dialami oleh
individu atau oganisme menuju tingkat kedewasaannya (matur) yang berlangsung
secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan baik fisik maupun psikis.
Pertumbuhan dan perkembangan berjalan menurut norma-norma tertentu,
walaupun demikian seorang anak dalam banyak hal tergantung kepada orang
dewasa misalnya mengenai makanan, perawatan, bimbingan, perasaan aman,
Page | 5
pencegahan penyakit dsb. Oleh karena itu, semua orang yang mendapat tugas
untuk mengawasi anak harus mengerti persoalan anak yang sedang tumbuh dan
berkembang. Contoh: sikap perasaan dan emosi, minat, cita-cita dan kepribadian
seseorang.
Kematangan atau masa peka menunjukkan kepada suatu masa tertentu
yang merupakan titik kulminasi (titik puncak) dari suatu fase pertumbuhan
sebagai titik tolak kesiapan dari suatu fungsi untuk menjalankan fungsinya
(Hurlock, 1956).
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang telah terjadi di dalam
kehidupan manusia. Proses menua (aging process) merupakan proses sepanjang
hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak
permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti
seseorang telah melalui masa atau tahap kehidupannya, yaitu bayi, kanak-kanak,
dewasa, tua dan lanjut usia. Tahap kehidupan manusia tersebut berbeda-beda, baik
secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami
kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang
mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas,
penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat, dan figure tubuh yang tidak
proporsional (Nugroho, 2008).
WHO dan Undang-Undang Nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan
lanjut usia pasal 1 ayat 2. Menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia
permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang
berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses
menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar
Page | 6
tubuh yang berakhir dengan kematian. Orang mati bisa saja bukan karena lanjut
usia tetapi karena suatu penyakit, atau juga suatu kecacatan.
Dalam buku Ajar Geriatri, Prof. Dr. R. Boedhi Darmojo dan Dr. H. Hadi
Martono (1994) mengatakan bahwa “menua” (menjadi tua) adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dn fungsi normalnya sehingga
tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan
yang diderita. Jadi, manusia secara perlahan mengalami kemunduran struktur dan
fungsi organ. Kondisi ini dapat mempengaruhi kemandirian dan kesehatan lanjut
usia, termasuk kehidupan seksualnya.
Manusia secara lambat dan progresif juga akan kehilangan daya tahan
terhadap infeksi dan akan menempuh semakin banyak distorsi meteoritic dan
structural yang disebut sebagai penyakit degenerative (mis, hipertensi,
arteriosklerosis, diabetes mellitus, kanker, dll).
Proses menua merupakan kombinasi bermacam-macam faktor yang saling
berkaitan. Sampai saat ini, banyak definisi dan teori yang menjelaskan tentang
proses menua yang tidak seragam. Secara umum, proses menua didefinisikan
sebagai perubahan yang terkait waktu, bersifat universal, intrinsik, progresif, dan
detrimental. Keadaan tersebut dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan
beradaptasi terhadap lingkungan untuk dapat bertahan hidup. Berikut akan
dikemukakan bermacam-macam teori proses menua yang penting.
2.2 Teori Proses Menua
Proses menua bersifat individual:
1. Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda.
Page | 7
2. Setiap lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda.
3. Tidak ada satu faktor pun yang ditemukan dapat mencegah proses menua.
2.2.1 Teori Biologis
1. Teori genetik
Teori genetic clock. Teori ini merupakan teori intrinsik yang menjelaskan
bahwa di dalam tubuh terdapat jam biologis yang mengatur gen dan menentukan
proses penuaan. Teori ini menyatakan bahwa menua itu telah terprogram secara
genetic untuk spesies tertentu. Setiap spesies di dalam inti selnya memiliki suatu
jam genetic/jam biologis sendiri dan setiap spesies mempunyai batas usia yang
berbeda-beda yang telah diputar menurut replikasi tertentu sehingga bila jenis ini
berhenti berputar, ia akan mati.
Secara teoritis, memperpanjang umur mungkin terjadi, meskipun hanya
beberapa waktu dengan pengaruh dari luar, misalnya peningkatan kesehatan dan
pencegahan penyakit dengan pemberian obat-obatan atau tindakan tertentu.
Teori mutasi somatic. Menurut teori ini, penuaan terjadi karena adanya
mutasi somatic akibat pengaruh lingkungan yang buruk. Terjadi kesalahan dalam
proses transkripsi DNA atau RNA dan dalam proses translasi RNA protein/enzim.
Kesalahan ini terjadi terus-menerus sehigga akhirnya akan terjadi penurunan
fungsi organ atau perubahan sel menjadi kanker atau penyakit. Setiap sel pada
saatnya akan mengalami mutasi, sebagai contoh yang khas adalah mutasi sel
kelamin sehingga terjadi penurunan kemampuan fungsional sel (Suhana, 1994;
Constantinides, 1994).
2. Teori nongenetik
Page | 8
Teori penurunan sistem imun tubuh (auto-immune theory). Mutasi
yang berulang dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan system imun tubuh
mengenali dirinya sendiri (self recognition). Jika mutasi yang merusak membrane
sel, akan menyebabkan system imun tidak mengenalinya sehingga merusaknya.
Hal inilah yang mendasari peningkatan penyakit auto-imun pada lanjut usia
(Goldstein, 1989). Dalam proses metabolisme tubuh, diproduksi suatu zat khusus.
Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga
jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit. Sebagai contoh, tambahan kelenjar timus
yang pada usia dewasa berinvolusi dan sejak itu terjadi kelainan autoimun.
Teori kerusakan akibat radikal bebas (free radical theory). Teori
radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas dan di dalam tubuh karena adanya
proses metabolisme atau proses pernapasan di dalam mitokondria. Radikal bebas
merupakan suatu atom atau molekul yang tidak stabil karena mempunyai electron
yang tidak berpasangan sehingga sangat reaktif mengikat atom atau molekul lain
yang menimbulkan berbagai kerusakan atau perubahan dalam tubuh. Tidak
stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan
organik, misalnya karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini menyebabkan sel
tidak dapat bergenerasi (Halliwel, 1994). Radikal bebas dianggap sebagai
penyebab penting terjadinya kerusakan fungsi sel. Radikal bebas yang terdapat di
lingkungan seperti:
1. Asap kendaraan bermotor
2. Asap rokok
3. Zat pengawet makanan
4. Radiasi
Page | 9
5. Sinar ultraviolet yang mengakibatkan terjadinya perubahan pigmen dan
kolagen pada proses menua.
Teori menua akibat metabolisme. Telah dibuktikan dalam berbagai
percobaan hewan, bahwa pengurangan asupan kalori ternyata bisa menghambat
pertumbuhan dan memperpanjang umur, sedangkan perubahan asupan kalori yang
menyebabkan kegemukan dapat memperpendek umur (Bahri dan Alem, 1989;
Boedhi Darmojo, 1999).
Teori rantai silang (cross link theory). Teori ini menjelaskan bahwa
menua disebabkan oleh lemak, protein, karbohidrat, dan asam nukleat (molekul
kolagen) bereaksi dengan zat kimia dan radiasi, mengubah fungsi jaringan yang
menyebabkan perubahan pada membrane plasma, yang mengakibatkan terjadinya
jaringan yang kaku, kurang elastic, dan hilangnya fungsi pada proses menua.
Teori fisiologis. Teori ini merupakan teori intrinsik dan ekstrinsik. Terdiri
atas teori oksidasi stress, dan teori dipakai-aus (wear and tear theory). Di sini
terjadi kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel tubuh lelah terpakai
(regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal).
Perawatan yang memperhatikan kesehatan objektif, kebutuhan, kejadian-
kejadian yang dialami klien lansia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ
tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dikembangkan, penyakit yang
dapat dicegah atau ditekan progresifitasnya. Perawatan fisik secara umum bagi
klien lansia dapat dibagi atas 2 bagian yakni :
1. Klien lansia yang masih aktif, dimana keadaan fisiknya masih mampu
bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhannnya sehari-hari
masih mampu melakukan sendiri.
Page | 10
2. Klien lansia yang pasif atau tidak dapat bangun, dimana keadaan fisiknya
mengalami kelumpuhan atau sakit.
Perawat harus mengetahui dasar perawatan klien lansia ini terutama hal-
hal yang berhubungan dengan kebersihan perorangan untuk mempertahankan
kesehatannya. Kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha mencegah
timbulnya penyakit/peradangan mengingat sumber infeksi dapat timbul bila
kebersihan kurang mendapat perhatian.
Di samping itu kemunduran kondisi fisik akibat proses penuaan dapat
mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap gangguan atau serangan infeksi dari
luar. Untuk klien lansia yang aktif dapat diberikan bimbingan mengenai
kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan kuku dan
rambut, kebersihan temopat tidur serta posisinya, hal makan, cara memakan obat,
dan cara pindah dari tempat tidur ke kursi atau sebaliknya. Komponen pendekatan
fisik yang lebih mendasar adalah memperhatikan dan membantu para klien lansia
untuk bernafas dengan lancar, makan (termasuk memilih dan menentukan
makanan), minum melakukan eliminasi, tidur, menjaga sikap tutbuh waktu
berjalan, duduk, merubah posisitiduran, beristrahat, kebersihan tubuh, memakai
dan menukar pakaian, mempertahankan suhu badan, melindungi kulit dari
kecelakaan.
2.2.2 Teori Sosiologis
Teori sosiologis tentang proses menua yang dianut selama ini antara lain:
1. Teori interaksi social
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lanjut usia bertindak pada suatu
situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Kemampuan
Page | 11
lanjut usia untuk terus menjalin interaksi social merupakan kunci
mempertahankan status sosialnya berdasarkan kemampuannya bersosialisasi.
Pokok-pokok social exchange theory antara lain:
1. Masyarakat terdiri atas actor social yang berupaya mencapai tujuannya masing
– masing.
2. Dalam upaya tersebut terjadi interaksi social yang memerlukan biaya dan
waktu.
3. Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai, seorang actor mengeluarkan
biaya.
2. Teori aktivitas atau kegiatan
1. Ketentuan tentang semakin menurunnya jumlah kegiatan secara langsung.
Teori ini menyatakan bahwa lansia yang sukses adalah mereka yang aktif dan
banyak ikut serta dalam kegiatan social.
2. Lansia akan merasakan kepuasan bila dapat melakukan aktivitas dan
mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin.
3. Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup lansia.
4. Mempertahankan hubungan antara system social dan individu agar tetap stabil
dari usia pertengahan sampai lansia.
3. Teori Kepribadian Berlanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lansia. Teori ini
merupakan gabungan teori yang di sebutkan sebelumnya. Teori ini menyatakan
bahwa perubahan yang terjadi pada seorang lansia sangat dipengaruhi oleh tipe
personalitas yang di milikinya. Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan
dalam siklus kehidupan lansia. Dengan demikian, pengalaman hidup seseorang
Page | 12
pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ia menjadi lansia. Hal ini
dapat dilihat dari gaya hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata tidak
berubah, walaupun ia telah lansia.
4. Teori Pembebasan / Penarikan diri (disengagement theory)
Teori ini membahas putusnya pergaulan atau hubungan dengan
masyarakat dan kemunduran individu dengan individu lainnya. Teori yang
pertama di ajukan oleh Cumming dan Henry (1961). Teori ini menyatakan bahwa
dengan bertambah lanjutnya usia, apalagi di tambah dengan adanya kemiskinan,
lansia secara berangsur – angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya
atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi
social lansia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering
lansia mengalami kehilangan ganda (triple loss):
1. Kehilangan peran (loss of role).
2. Hambatan kontak social (restriction of contact and relationship).
3. Berkurangnya komitmen (reduced commitment to social mores and values).
Menurut teori ini, seorang lansia dinyatakan mengalami proses menua
yang berhasil apabila ia menarik diri dari kegiatan yang terdahulu dan dapat
memusatkan diri pada persoalan pribadi dan mempersiapkan diri menghadapi
kematiannya.
Dari penyebab terjadinya proses menua tersebut, ada beberapa peluang
yang memungkinkan dapat diperlambat. Kemungkinan yang terbesar adalah
mencegah :
1. Meningkatnya radikal bebas.
2. Memanipulasi sistem imun tubuh.
Page | 13
3. Melalui metabolisme/makanan, memang berbagai “misteri kehidupan masih
banyak yang belum bisa terungkap, proses menua merupakan salah satu
misteri yang paling sulit dipecahkan”.
Selain itu, peranan faktor resiko yang datang dari luar tidak boleh
dilupakan yaitu factor lingkungan dan budaya gaya hidup yang salah. Banyak
faktor yang memengaruhi proses menua antara lain herediter/genetik, nutrisi/
makanan, status kesehatan, pengalaman hidup, lingkungan dan stress. Jadi, proses
menua, usia bukanlah suatu penyakit karena orang meninggal bukan karena tua,
orang muda pun bias meninggal dan bayi pun bias meninggal. Banyak mitos
mengenai lansia yang sering merugikan atau bernada negatif tetapi sangat berbeda
dengan kenyataan yang dialaminya.
Perawat sebaiknya memfasilitasi sosialisasi antar lansia dengan
mengadakan diskusi dan tukar pikiran serta bercerita sebagai salah satu upaya
pendekatan sosial. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama berarti
menciptakan sosialisasi antar manusia, yang menjadi pegangan bagi perawat
bahwa orang yang dihadapinya adalah mahluk sosial yang membutuhkan orang
lain. Hubungan yang tercipta adalah hubungan sosial antara wreda dengan wreda
maupun wreda dengan perawat sendiri.
Perawat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para werda
untuk mengadakan komunikasi, melakukan rekreasi seperti jalan pagi, menonton
film atau hiburan-hiburan lain karena mereka perlu diransang untuk mengetahui
dunia luar. Dapat disadari bahwa pendekatan komunikasi dalam perawatan tidak
kalah pentingnya dengan upaya pengobatan medis dalam proses penyembuhan
atau ketenangan para klien lansia. Menurut Drs H. Mannan dalam bukunya
Page | 14
“Komunikasi dalam Perawatan” mengatakan: tidak sedikit klien tidak bisa tidur
karena stres. Stres memikirkan penyakitnya, biaya hidup, keluarga yang dirumah,
sehingga menimbulkan kekecewaan, rasa ketakutan atau kekhawatiran, rasa
kecemasan dan sebagainya. Untuk menghilangkan rasa jemu dan menimbulkan
perhatian terhadap sekelilingnya perlu diberikan kesempatan kepada mereka
untuk antara lain ikut menikmati keadaan diluar, agar mereka merasa masih ada
hubungan dengan dunia luar. Tidak jarang terjadi pertengkaran dan perkelahian
diantara mereka (terutama bagi yang tinggal di panti werda ), hal ini dapat diatasi
dengan berbagai usaha, antara lain selalu mengadakan kontak sesama mereka,
makan dan duduk nbersama, menanamkan rasa kesatuan dan persatuan, senasib
dan sepenanggungan, mengenai hak dan kewajiban bersama. Dengan demikian
perawat tetap mempunyai hubungan komunikasi baik sesama mereka maupun
terhadap petugas yang secara langsung berkaitan dengan pelayanan klien lansia di
panti werda.
2.2.3 Teori Psikologis
Menurut Hangskerst, (1992) bahwa setiap individu harus memperhatikan
tugas perkembangan yang spesifik pada tiap tahap kehidupan yang akan
memberikan perasaan bahagia dan sukses. Tugas perkembangan yang spesifik ini
tergantung pada maturasi fisik, penghargaan kultural masyarakat dan nilai, serta
aspirasi individu. Tugas perkembangan pada dewasa tua meliputi penerimaan
adanya penurunan kekuatan fisik dan kesehatan, penerimaan masa pensiun dan
penurunan income.penerimaan adanya kematian dari pasangannya dan orang –
orang yang berarti bagi dirinya. Mempertahankan hubungan dengan group yang
Page | 15
seusianya, adopsi dan adaptasi deengan peran sosial secara fleksibel dan
mempertahankan kehidupan secara memuaskan.
Perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan
edukatif pada klien lansia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter
terhadap segala sesuatu yang asing sebagai penampung rahasia yang pribadi dan
sebagai sahabat yang akrab. Perawat hendaknya memiki kesabaran dan ketelitian
dalam memberikan kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima
berbagai bentuk keluhan agar mereka merasa puas. Pada dasarnya klien lansia
membutuhkan rasa aman dan cinta kasih dari lingkungannya termasuk perawat
yang memberikan perawatan. Untuk itu perawat harus menciptakan suasana yang
aman, tidak gaduh, membiarkan mereka melakukan kegiatan dalam batas
kemampuan dan hobby yang dimilikinya. Perawat harus dapat membangkitkan
semangat dan kreasi klien lansia dalam memecahkan dan mengurangi rasa putus
asa, rasa rendah diri, rasa keterbatasan, sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik
dan kelainan yang dideritanya, hal ini perlu dilakukan karena : perubahan
psikologi terjadi bersama dengan makin lanjutnya usia. Perubahan-perubahan ini
meliputi gejala-gejala seperti menurunnya dayaingat untuk peristiwa yang baru
terjadi, berkurangnya kegairahan atau keinginan, peningkatan kewaspadaan,
perubahan pola tidur dengan suatu kecenderungan untuk tiduran di waktu siang
dan pergeseran libido. Perawat harus sabar mendengarkan cerita-cerita yang
membosankan, jangan mentertawakan atau memarahi bila klien lansia lupa atau
bila melakukan kesalahan. Harus diingat, kemunduran ingatan akan mewarnai
tingkah laku mereka dan kemunduran ingatan jangan dimanfaatkan untuk tujuan-
tujuan tertentu. Bila perawat ingin merubah tingkah laku dan pandangan mereka
Page | 16
terhadap kesehatan, perawat bisa melakukannya secara perlahan-lahan dan
bertahap, perawat harus dapat mendukung mental mereka ke arah pemuasan
pribadi sehingga pengalaman yang dilaluinya tidak menambah beban, bila perlu
diusahakan agar di masa lansia ini mereka tetap merasa puas dan bahagia.
2.3 Mitos Lanjut Usia dan Kenyataannya
1. Mitos Konservatif
Ada pandangan bahwa lanjut usia pada umumnya:
1. Konservatif
2. Tidak kreatif
3. Menolak inovasi
4. Berorientasi ke masa silam
5. Kembali ke masa anak – anak
6. Susah menerima ide baru
7. Susah berubah
8. Keras kepala
9. Cerewet
Fakta : tidak semua lansia bersikap, berpikiran, dan berperilaku demikian.
2. Mitos berpenyakit dan kemunduran
Lansia sering kali dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang di
sertai dengan berbagai penderitaan akibat bermacam penyakit yang menyertai
proses menua. Faktanya, memang proses menua disertai dengan menurunnya daya
tahan tubuh dan metabolisme sehingga rawan terhadap penyakit. Akan tetapi, saat
ini telah banyak penyakit yang dapat dikontrol dan diobati.
3. Mitos senilitas
Page | 17
Lansia dipandang sebagai masa pikun yang disebabkan oleh adanya
kerusakan sel otak. Faktanya, banyak lansia yang masih tetap sehat dan segar
bugar, daya pikirnya masih jernih dan cenderung cemerlang, banyak cara untuk
menyesuaikan diri terhadap perubahan daya ingat.
4. Mitos ketidakproduktifan
Lansia di pandang sebagai masa usia yang tidak produktif, bahkan menjadi
beban keluarganya. Faktanya, tidak demikian. Banyak individu yang mencapai
ketenaran, kematangan, kemantapan, serta produktivitas mental dan material
dimasa lansia.
5. Mitos Aseksualitas
Ada pandangan bahwa pada lansia, minat, dorongan, gairah, kebutuhan,
dan daya seksdalam hubungan seks menurun. Faktanya, kehidupan seks pada
lansia berlangsung normal dan frekuensi hubungan seksual menurun sejalan
meningkatnya usia tetapi masih tetap tinggi.
6. Mitos tidak jatuh cinta
Lansia sudah tidak lagi jatuh cinta, tidak tertarik, atau bergairah kepada lawan
jenis.
7. Mitos kedamaian dan ketenangan
Menurut mitos ini, banyak orang berpendapat bahwa lanjut usia dapat
santai menikmati hasil kerja dan jerih payahnya di masa muda dan dewasanya.
2.4 Tipe Lanjut Usia
A. Mangkunegoro IV dalam surat Werdatama, yang dikutip oleh H.I
Widyapranata menyebutka bahwa orang tua dalam literatur lama (jawa)
dibagi menjadi dua golongan :
Page | 18
1. Wong Sepuh : orang tua yang sepi hawa nafsu, menguasai ilmu Dwi
Tunggal yakni mampu embedakan mana yang baik dan buruk.
2. Wong sepah : yaitu lanjut usia yang kosong tidak tahu rasa biacaranya
muluk – muluk tingkahnya dibuat buat dan berlebihan.
B. Pujangga Ronggo Wasito (dalam surat Kalatida) menyebutkan bahwa
lanjut usia terbagi menjadi dua kelompok :
1. Lanjut usia yang berbudi sentosa : orang tua ini meskipun diridai
Tuhan YME dengan rejeki, tetapi tetap berusaha terus, disertai ingat
dan waspada.
2. Lanjut usia yang lemah : Orang tua ini putus asa sebaiknya hanya
menjauhkan diri dari keduniawian supaya mendapat kasih sayang
Tuhan
C. Di zaman sekarang (zaman Pembangunan) banyak ditemukan bermacam –
macam tipe lanjut usia. Yang menonjol antara lain:
1. Tipe arif bijaksana: lanjut usia ini kaya dengan hikmah pengalaman,
menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan,
bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi
undangan, dan menjadi panutan.
2. Tipe mandiri: lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang
dengan kegiatan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan
teman, serta memenuhi undangan.
3. Tipe tidak puas: lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir batin,
menentang proses penuaan, yang mnyebabkan kehilangan kecantikan,
Page | 19
kehilangan daya tarik, pemarah,tidak sabar, mudah tersinggung, sulit
dilayani.
4. Tipe pasrah: lanjut usia yang selalu menerima dan menunggu nasib
baik, mempunyai konsep habis (habis gelap terbit terang) mengikuti
kegiatan beribadat, ringan kaki, pekerjaan apa saja diakukan.
5. Tipe bingung: Lanjut usia yang kagetan, kehilangan kepribadian,
mengasingkan diri, acuh tak acuh, merasa minder, menyesal, pasif.
D. Lanjut usia dapat juga dikelompokkan dalam beberapa tipe yang
tergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik,
mental, sosial, dan ekonominya. Tipe ini antara lain :
1. Tipe optimis: lanjut usia santai dan periang, penyesuaian cukup baik,
mereka mamandang masa lansia dalam bentuk bebas dari tanggung
jawab dan sebagai kesempatan utuk menuruti kebutuhan pasifnya.
Tipe ini sering disebut juga lansia tipe kursi goyang .
2. Tipe konstruktif: Lanjut usia ini mempunyai integritas baik, dapat
menikmati hidup, mempunyai toleransi yang tinggi, humoristik,
fleksibel, dan tahu diri. Biasanya sifat ini terlihat sejak muda. Mereka
dengan tenang menghadapi proses menua dan menghadapi akhir.
3. Tipe ketergantungan: Usia lanjut ini masih dapat diterima di tengah
masyarakat, tetapi selalu pasif, tidak berambisi, masih tahu diri, tidak
memiliki inisiatif dan bila bertindak yang tidak praktis. Ia senang
pensiun, tidak suka bekerja, dan senang berlibur, banyak amakan, dan
banyak minum.
Page | 20
4. Tipe defensif: lanjut usia ini biasanya sebelumnya memiliki riwayat
pekerjaan atau jabatan yang tidak stabil, bersifat selalu menolak
bantuan, emosi sering tidak terkontrol, memegang teguh kebiasaan
bersifat kompulsif aktif , anehnya mereka takut menghadapi “ menjadi
tua” dan mnyenangi masa pensiun.
5. Tipe ilitan dan serius: lanjut usia yang tidak mudah mnyerah, serius,
tenang, berjuang, bisa menjadi panutan.
6. Tipe pemarah frustasi: lanjut usia yang pemarah, tidak sabar, mudah
tersinggung, selalu menyalahkan orang lain, menunjukkan penyesuaian
yang buruk, lansia yang sering mengekspresikan kepahitan hidupnya.
7. Tipe bermusuhan: Lanjut usia yang selalu menganggap orang lain
sebagai penyebab kegagalan, selalu mngeluh, bersifat agresif, menaruh
curiga, biasanya pekerjaan saat dia muda tidak stabil. Menganggap
menjadi tua bukan hal yang baik, takut mati, iri hati pada yang muda,
senang mengadu untung pekerjaan, aktif menghindari masalah yang
buruk.
8. Tipe putus asa, membenci dan mnyalahkan diri sendiri: Lanjut usia ini
bersifat kritis dan manyalahkan diri sendiri, tidak mempunyai ambisi,
mengalami penurunan sosial ekonomi, tidak dapat mnyesuaikan diri,.
Lanjut usia tidak hanya mengalami kemarahan tetapi juga depresi,
memandang lanjut usia tidak berguna karena masanya tidak menarik,
biasanya perkawinan tidak bahagia, merasa menjadi korban keadaan,
membenci diri sendiri, dan ingin cepat mati.
Page | 21
Menurut kemampuan dalam diri sendiri, lanjut usia dapat digolongkan
sebagai berikut:
1. Lansia mandiri sepenuhnya
2. Lansia mandiri dengan bantuan langsung keluarganya
3. Lansia mandiri dengan bantuan tidak langsung
4. Lansia dibantu dengan badan sosial
5. Lansia panti wherda
6. Lansia dirawat di RS
7. Lansia menderita gangguan mental.
Salah satu faktor yang sangat menentukan adalah keadaan mental. Lanjut
usia mungkin mengalami demensia atau mengalami kemunduran fungsi berpikir.
2.5 Perkembangan Manusia dari Lahir sampai Akhir Hayat
Selama hidupnya manusia mengalami berbagai proses perkembangan,
mulai dari lahir (bayi), balita, prasekolah, masa sekolah, pubertas, dewasa muda,
dewasa, dan lanjut usia. Puncak perkembangan ini dapat digambarkan sebagai
berikut :
1. Sistem biologis : mencapai puncak pada usia 20 – 30 tahun, kemudian secara
perlahan melemah.
2. Sistem sensori : mencapai puncak pada usia 40 th selanjutnya menurun
3. Kebijaksanaan : Mencapai puncak pada usia 65 – 70 th kemudian mulai
menurun
4. Kepribadian : aspek sosial dan spiritual senantiasa meningkat dengan
berlanjutny usia serta mencapai puncak pada usia 75 – 80 tahun.
Page | 22
2.6 Batasan Umur pada Lansia
Untuk mempertahankan kualitas hidup yang baik, seseorang harus selalu
berusaha memelihara kesehatan dengan baik dan teratur agar tidak mudah
dihinggapi penyakit dan agar kemunduran faali berbagai organ tubuh dapat
diketahui sedini mungkin. Seseorang dikatakan lanjut usia sulit dijawab secara
memuaskan. Karena dari berbagai literatur, terkesan bahwa tidak ada batasan
yang pasti tentang lanjut usia. Umur yang dijadikan patokan sebagai lanjut usia
berbeda-beda, umumnya berkisar anatara 60-65 tahun. Berikut dikemukakan
beberapa pendapat para ahli mengenai batasan umur:
1. Menurut organisasi kesehatan dunia, WHO, ada 4 tahap yakni:
a. Usia pertengahan (middle age) (45-59 tahun)
b. Lanjut usia (erderly) (60-74 tahun)
c. Lanjut usia tua (old) (75-90 tahun)
d. Usia sangat tua (very old) (di atas 90 tahun)
2. Menurut Prof DR. Ny. Sumiati Ahmad Mohammad (alm), Guru Besar
Universitas Gajah Mada Falkultas Kedokteran, periodesasi biologis
perkembangan manusia dibagi sebagai berikut:
a. Usia 0-1 tahun (masa bayi)
b. Usia 1-6 tahun (masa prasekolah)
c. Usia 6-10 tahun (masa sekolah)
d. Usia 10-20 tahun (masa pubertas)
e. Usia 40-65 tahun (masa setengah umur,prasenium)
f. Usia 65 tahun ke atas (masa lanjut usia, senium)
Page | 23
3. Menurut Dra. Ny. Jos Masdani (psikolog dari universitas Indonesia), lanjut
usia merupakan kelanjut usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi 4
bagian, yaitu:
a. Fase iuventus, antara usia 25-40 tahun
b. Fase verilitas, antara usia 40-50 tahun
c. Fase prasenium, anatara usia 55-65 tahun
d. Fase senium, antara usia 65 tahun hingga tutup usia.
4. Menurut Prof. DR. Koesoemanto Setyonegoro, SoKJ, lanjut usia
dikelompokkan sebagai berikut:
a. Usia dewasa muda (elderly adulthood) (usia 18/20-25 tahun)
b. Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas (usia 25-60/65 tahun)
c. Lanjut usia (geriatric age) (usia lebih dari 65/70 tahun), terbagi:
Usia 70-75 tahun (young old)
Usia 75-80 tahun (old)
Usia lebih dari 80 tahun (very old)
5. Menurut bee (1996), tahapan masa dewasa adalah sebagai berikut:
a. Usia 28-25 tahun (masa dewasa muda)
b. Usia 25-40 tahun (masa dewasa awal)
c. Usia 40-65 tahun (masa dewasa tengah)
d. Usia 65-75 tahun (masa dewasa lanjut)
e. Usia > 75 tahun (masa dewasa sangat lanjut)
6. Menurut Hurlock (1979), perbedaan lanjut usia terbagi dalam 2 tahap, yakni:
a. Early old age (usia 60-70 tahun)
b. Advanced old age (usia 70 tahun ke atas)
Page | 24
7. Menurut Burnside (1979), ada 4 tahap lanjut usia, yakni:
a. Young old (usia 60-69 tahun)
b. Middle age old (usia 70-79 tahun)
c. Old-old (usia 80-89 tahun)
d. Very old-old (usia 90 tahun ke atas)
Sumber lain mengemukakan pengelompokan umur sebagai berikut:
1. Usia 60-65 tahun (elderly)
2. Usia > 65-75 tahun (junior old age)
3. Usia > 75-90 tahun (formal old age)
4. Usia > 90-120 tahun (longevity old age)
Kalau pembagian umur dari berbagai ahli tersebut ditelaah, dapat di
simpulkan bahwa yang disebut lanjut usia adalah seorang yang berumur 65 tahun
keatas. Namun, di Indonesia batasan lanjut usia adalah 60 tahun keatas. Hal ini
dipertegas dalam undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan
lanjut usia pada bab 1 pasal 1 ayat 2.
Kalau pembagian umur dari berbagai ahli ditelaah, dapat di simpulkan
bahwa yang disebut lanjut usia adalah seorang yang berumur 65 tahun keatas.
Namun, di Indonesia batasan lanjut usia adalah 60 tahun keatas. Hal ini dipertegas
dalam undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan lanjut usia
pada bab 1 pasal 1 ayat 2.
Menurut undang-undang nomor 4 tahun 1965, bantuan penghidupan orang
jompo lanjut usia yang termuat dalam pasal 1 dinyatakan sebagai berikut:
“seseorang dapat dinyatakan sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah yang
bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya
Page | 25
mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari, dan menerima
nafkah dari orang lain”, hal ini sudah tidak relevan lagi!
Saat ini telah diberlakukan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998
tentang kesejahteraan lanjut usia. Pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2, yang disebut dengan
lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas, baik pria
maupun wanita.
Sebenarnya, umur manusia sebagai makhluk hidup terbatas oleh peraturan
alam. Umur manusia maksimal sekitar 6 x umur masa bayi sampai dewasa (6 x 20
tahun = 120 tahun). Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa
tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir. Pada masa ini, seseorang
mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit sampai tidak
dapat melakukan tugasnya sehari-hari, sehingga bagi kebanyakan orang, masa tua
merupakan masa yang kurang menyenangkan.
Menjadi tua dapat merupakan menjadi masalah, secara ringkas, hal
tersebut dapat dijawab sebagai berikut, “semua orang ingin panjang umur, tetapi
tidak ada yang mau menjadi tua”. Bagaimana jadinya ada dua keinginan yang
saling bertentangan? Pernyataan tersebut seolah-olah sama sekali memisahkan
soal pertambahan usia dari soal menjadi tua dan tidak pernah identik satu sama
lain.
Sehubungan dengan hal tersebut, Birren and Jenner (1977) mengusulkan
untuk membedakan usia biologis, usia psikologis, dan usia sosial.
1. Usia biologis, yaitu jangka waktu seseorang sejak lahirnya berada dalam
keadaan hidup tidak mati.
Page | 26
2. Usia psikologis, yaitu kemampuan seseorang untuk mengadakan penyesuaian
pada situasi yang dihadapinya.
3. Usia sosial, yaitu peran yang diharapkan atay diberikan masyarakat pada
seseorang sehubungan dengan usianya.
Ketiga jenis usia yang dibedakan oleh Birren dan Jenner itu saling
mempengaruhi dan prosesnya saling berkaitan. Oleh karena itu, secara umum
tidak akan terdapat perbedaan yang terlalu mencolok anatara kelangsungan ketiga
jenis usia tersebut.
Umumnya, usia kronologis manusia dapat di golongkan menjadi masa
bayi, masa kanak-kanak, masa pubertas, masa remaja, masa dewasa muda, masa
dewasa, dan masa lanjut usia. Umur memiliki pengertian yang berbeda-beda:
1. Umur kronologis, yakni usia sejak seseorang dilahirkan.
2. Umur biologis, yakni usia yang memberi penilaian fungsi “berbagai system
organ tubuh seseorang, di banding denganorang lain pada kronologis yang
sama.” Misalnya, dalam menentukan seorang wanita sudah cukup dewasa
untuk menikah. Pada zaman dulu, patokan yang digunakan adalah sejak
wanita itu mulai mendapatkan haid/menstruuasi, padahal ada wanita sudah
mendapatkan haid/menstruasi pada umur 11-13 tahun.
3. Umur psikologis, menunjukkan pada kemampuan/kapasitas adaptif individu
dibandingkan denagn orang lain pada umur kronologis yang sama. Misalnya,
kemampuan belajar, kecerdasan, ingatan, emosi, motifasi, dan lain-lain, dapat
di ukur untuk memprediksikan sejauh mana seseorang mampu menyesuaikan
diri terhadap situasi yang dihadapi.
Page | 27
4. Umur fungsional, mengukur tingakat kemampuan individu untuk berfungsi di
dalam masyarakat di bandingkan dengan orang lain pada umur kronologis
yang sama.
5. Umur sosial, menunjukkan sejauh mana peran sosial dibandingkan dengan
orang lain pada umur kronologis yang sama.
2.7 Perubahan Akibat Proses Menua
2.7.1 Perubahan Fisik dan Fungsi
Sel
1. Jumlah sel menurun/lebih sedikit
2. Ukuran sel lebih besar
3. Jumlah cairan tubuh dan cairan intra seluler berkurang
4. Proporsi protein di otak, otot ginjal, darah, dan hati menurun
5. Jumlah sel otak menuurun
6. Mekanisme perbaikan sel terganggu
7. Otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5-10%
8. Lekukan otak akan menjadi lebih dangkal dan melebar.
Sistem Persarafan
1. Menurun hubungan persarafan.
2. Berat otak menurun 10-20% (sel saraf otak setiap orang berkurang
setiap harinya)
3. Respons dan waktu untuk berekasi lambat, khususnya terhadap stres.
4. Saraf panca indra mengecil.
Page | 28
5. Penglihatan berkurang, pendengaran menghilang, saraf penciuman
dan perasa mengecil, lebih snsitif terhadap perubahan suhu dan
rendahnya ketahanan terhadap dingin.
6. Kurang sensitif terhadap sentuhan.
7. Defisit memori.
Sistem pendengaran
1. Gangguan pendengaran. Hilangnya daya pendengaran pada telinga
dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada yang tinggi, suara
yang tdiak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas
umur 65 tahun.
2. Membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.
3. Terjadi pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkatnya
keratin.
4. Fungsi pendengaran semakin menurun pada lanjut usia yang
mengalami ketegangan / stres.
5. Tinitus (bising yang bersifat mendengung, bisa bernada tinggi atau
rendah, bisa terus-menerus atau intermiten).
6. Vertigo (perasaan tidak stabil yang terasa seperti bergoyang atau
berputar).
Sistem penglihatan
1. Sfingter pupil timbul sklerosis dan respons terhadap sinar menghilang.
2. Kornea lebih berbentuk sferis (bola)
3. Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa), menjadi katarak, jelas
menyebabkan gangguan penglihatan.
Page | 29
4. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap
kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam gelap.
5. Penurunan / hilangnya daya akomodasi dengan manifestasi presbiopia,
seseorang melihat dekat yang dipengaruhi berkurangnya elastisitas
lensa.
6. Lapang pandang menurun: luas pandangan berkurang.
7. Daya membedakan warna menurun, terutama warna biru atau hijau
pada skala.
Sistem kardiovaskuler
1. Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
2. Elastisitas dinding aorta menurun.
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan kontraksi dan volume
menurun (frekuensi denyut jantung maksimal = 200 – umur).
4. Curah jantung menurun (isi semenit jantung menurun).
5. Kehilangan elastisitas pembuluh darah, efektivitas pembuluh darah
perifer untuk oksigenasi berkurang, perubahan posisi dari tidur ke
duduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun
menjadi 65 mmHg (mengakibatkan pusing mendadak).
6. Kinerja jantung lebih rentan terhadap kondisi dehidrasi dan
perdarahan.
7. Tekanan darah meninggi akibat resistensi pembuluh darah perifer
meningkat. Sistole normal ± 170 mm Hg, diastole ± 95 mmHg.
Sistem Pengaturan suhu tubuh
Page | 30
Pada pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu
termostat, yaitu menetapkan suatu suhu tertentu. Kemunduran terjadi
berbagai faktor yang mempengaruhinya. Yang sering ditemui antara lain:
1. Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis ±35ºC ini
akibat metabolisme yang menurun.
2. Pada kondisi ini, lanjut usia akan merasa kedinginan dan dapat pula
menggigil, pucat, gelisah.
3. Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas
yang banyak sehingga terjadi penurunan aktivitas otot.
Sistem pernafasan
1. Otot pernafasan mengalami kelemahan akibat atrofi, kehilangan
kekuatan, dan menjadi kaku.
2. Aktivitas silia menurun.
3. Paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik napas
lebih berat, kapasitas pernapasan maksimum menurun dengan
kedalaman bernapas menurun.
4. Ukuran alveoli melebar (membesar secara progresif) dan jumlah
berkurang.
5. Berkurangnya elastisitas bronkus.
6. Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg.
7. Karbon dioksida pada arteri tidak berganti. Pertukaran gas terganggu.
8. Refleks dan kemampuan untuk batuk berkurang.
9. Sensitivitas terhadap hipoksia dan hiperkarbia menurun.
10. Sering terjadi emfisema senilis.
Page | 31
11. Kemampuan pegas dinding dada dan kekuatan otot pernapasan
menurun seiring pertambahan usia.
Sistem pencernaan
1. Kehilangan gigi, penyebab utama periodontal disease yang biasa
terjadi setelah umur 30 tahun. Penyebab lain meliputi kesehatan gigi
dan gizi yang buruk.
2. Indra pengecap menurun, adanya iritasi selaput lendir yang kronis,
atrofi indra pengecap (±80%), hilangnya sensitivitas saraf pengecap di
lidah, terutama rasa manis dan asin, hilangnya sensitivitas saraf
pengecapterhadap rasa asin, asam dan pahit.
3. Esofagus melebar.
4. Rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun), asam lambung
menurun, motilitas dan waktu pengosongan lambung menurun.
5. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.
6. Fungsi absorpsi melemah (daya absorpsi terganggu, terutama
karbohidrat).
7. Hati semakin mengecil dan tempat penyimpanan menurun, aliran
darah berkurang.
Sistem reproduksi
Wanita
1. Vagina mengalami kontraktur dan mengecil
2. Ovari menciut, uterus mengalami atrofi
3. Atrofi payudara
4. Atrofi vulva
Page | 32
5. Selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi
berkurang, sifatnya menjadi alkali dan terjadi perubahan warna
Pria
1. Testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun ada
penurunan secara berangsur-angsur.
2. Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal kondisi
kesehatannya baik, yaitu:
Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia.
Hubungan seksual secara teratur membantu mempertahankan
kemampuan seksual.
Tidak perlu cemas karena prosesnya alamiah
Sebanyak ±75% pria usia diatas 65 tahun mengalami pembesaran
prostat.
Sistem genitourinaria
Ginjal. Ginjal merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme
tubuh, melalui urine darah yang masuk ke ginjal, disaring oleh satuan
(unit) terkecil dari ginjal yang disebut nefron (tepatnya di glomerulus).
Mengecilnya nefron akibat trofi, aliran darah ke ginjal menurun sampai
50% sehingga fungsi tubulus berkurang. Akibatnya kemampuan
mengosentrasi urine menurun, berat jenis urine menurun, proteinuria
(biasanya +1), BUN (blood urea nitrogen) meningkat sampai 21 mg%,
nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat. Keseimbangan elektrolit
dan asam lebih mudah terganggu bila dibandingkan dengan usia muda.
Renal plasma flow (RPF) dan glomerular filtration rate (GFR) atau klirens
Page | 33
kreatinin menurun secara linier sejak usia 30 tahun (Cox Jr. Dkk., 1985).
Jumlah darah yang difiltrasi oleh ginjal berkurang.
Vesika urinaria. Otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200
ml atau menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat. Pada pria lanjut
usia, vesika urinaria sulit dikosongkan sehingga mengakibatkan retensi
urine meningkat. Pembesaran prostat. Kurang lebih 75% dialami oleh pria
usia diatas 65 tahun.
Atrofi vulva
Vagina seseorang yang semakin menua, kebutuhan hubungan seksualnya
masih ada. Tidak ada batasan umur tertentu kapan fungsi seksual
seseorang berhenti. Frekuensi hubungan seksual cenderung menurun
secara bertahap setiap tahun, tetapi kapasitas untuk melakukan dan
menikmatinya berjalan terus sampai tua.
Sistem endokrin
Kelenjar endokrin adalah kelenjar buntu dalam tubuh manusia yang
memproduksi hormone. Hormone pertumbuhan berperan sangat penting
dalam pertumbhan, pematangan, pemeliharaan, dan metabolisme organ
tubuh. Yang termasuk hormone kelamin adalah:
1. Estrogen, progesterone, dan testosterone yang memelihara alat
reproduksi dan gairah seks. Hormone ini mengalami penurunan.
2. Kelenjar pancreas (yang memproduksi insulin dan sangat penting
dalam pengaturan gula darah).
3. Kelenjar adrenal/anak ginjal memproduksi adrenalin. Kelenjar yang
berkaitan dengan hormone pria/wanita. Salah satu kelenjar endokrin
Page | 34
dalam tubuh yang mengatur agar arus darah ke organ tertentu berjalan
dengan aik, degan jalan mengatur vasokonstriksi pembuluh daah.
Kegiatan kelenjar anak ginjal ini berkurang pada lanjut usia.
4. Produksi hamper semua hormone menurun.
5. Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.
6. Hipofisis: pertumbuhan hormone ada, tetapi lebih rendah dan hanya di
dalam pembuluh darah; berkurangnya produksi ACTH, TSH, FSH,
dan LH.
7. Aktivitas tiroid, BMR (basal metabolic rate), dan daya pertukaran zat
menurun.
8. Produksi aldosteron menurun.
9. Sekresi hormone kelamin, misalnya progesterone, estrogen dan
testoteron, menurun.
Sistem integument
1. Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak,.
2. Permukaan kulit cenderung kusam, kasar dan bersisik (karena
kehilangan proses keratinasi serta perubahan ukuran dan bentuk sel
epidermis).
3. Timbul bercak pigmentasi akibat proses melanogenesis yang tidak
merata pada permukaan kulit sehingga tampak bintik-bintik atau noa
cokelat.
4. Terjaddi perubahan pada daerah kerut halus di ujung mata akibat
lapisan kulit menipis.
5. Respon terhadap traum menurun.
Page | 35
6. Mekanisme proteksi kulit menurun:
a. Produksi serum menurun
b. Produksi vitamin D menurun
c. Pigmentasi kulit terganggu.
7. Kulit kepala dan rambut menipis dan berwarna kelabu
8. Rambut dalam hidung dan telinga menebal.
9. Berkurangnya elastisitas akibat menurunnya cairan dan vaskularisasi.
10. Pertumbuhan kuku lebih lambat.
11. Kuku jari menjadi keras dan rapuh.
12. Kuku menjadi pudar kurang bercahaya.
13. Kuku kaki tumbuh secara berlebihan seperti tanduk.
14. Jumlah dn fungsi kelenjar keringatberkurang.
Sistem musculoskeletal
1. Tulang kehilangan densitas (cairan) dan semakin rapuh.
2. Gangguan tulang, yakni mudah mengalami demineralisasi.
3. Kekuatan dan stabilitas tulang menurun, terutama vertebra,
pegelangan, dan paha. Insiden osteoporosis dan fraktur meningkat
pada area tulang tersebut.
4. Kartilago yang meliputi permukaan senditulang penyangga rusak dan
aus.
5. Kifosis
6. Gerakan pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas.
7. Gangguan gaya berjalan.
8. Kekakuan jaringan penghubung.
Page | 36
9. Diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya
berkurang).
10. Persendian membesar dan menjadi kau.
11. Tendon mengerut dan mengalami sklerosis.
12. atrofi serabut otot, serabut otot mengecil sehingga gerakan menjadi
lamban, otot kram, dan menjadi remor(perubahan pada otot cukup
rumit dan sulit dipahami).
13. Komposisi otot berubah epanjang waktu (myofibril digantikan oleh
lemk, kolagen, dan jarinagn parut).
14. Aliran darah ke otot berkurang sejalan dengan menua.
15. Otot polos tidak begitu berpengaruh.
2.7.2 Perubahan mental
1. Di bidang mental atau psikis pada lanjut usia, perubahan dapat berupa
yang semakin egosentrik, mudah curiga, bertambah pelit atau tamak
bila memiliki sesuatu.
2. Yang perlu di mengerti adalah sikap umum yang ditemukan pada
hamper setiap lanjut usia, yakni keinginan berumur panjang, tenaganya
sedapat mungkin dihemat.
3. Mengaharapkan tetap diberi peranan dalam masyarakat.
4. Ingin mempertaankan hak dan hartanya, serta ingin tetap beribawa.
5. Jika meninggal pun, mereka ingin meninggal secara terhormat dan
masuk surga.
Faktor yang memengaruhi perubahan mental.
1. Perubahan isik, khususnya organ perasa.
Page | 37
2. Kesehatan umum.
3. Tingkat pendidikan.
4. Keturunan (hereditas)
5. Lingkungan.
Perubahan kepribadian yang drastic, keadaan ini jarang terjadi lebih sering
berupa ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang, kekakuan mungkin
karena factor lain, misalnya penyakit.
Kenangan (memori)
Kenangan jangka panjang, beberapa jam sampai beberapa hari yang lalu
dan mencakup beberapa perubahan. Kenangan jangka pendek atau
seketika (0-10 menit), kenangan buruk (bisa kearah demensia).
Intelegentia quation (IQ)
IQ tidak berubah dengan informasi matematika dan prkataan verbal.
Penampilan, persepsi, dan ketrampilan psikomotor berkurang. Terjadi
perubahan pada daya membayangkan karena tekanan faktor waktu.
2.7.3 Perubahan Psikososial
Nilai seseorang sering diukur melalui produktivitasnya dan
identitasnya dikaitkan dengan peanan dalam pekeerjaan. Bila mengalami
pensiun (purnatugas), seseorang akan mengalami kehilanagan antara lain:
1. Kehilangan finansial (pendapatan berkurang)
2. Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan/posisi yang cukup tinggi,
lengkap dengan semua fasilitas)
3. Kehilangan teman/kenalan aau relasi
4. Kehilangan pekerjaan/kegiatan
Page | 38
a. Merasakan atau sadar terhadap kematian, perubahan cara hidup
(memasuki rumah perawatan, bergerak lebih sempit).
b. Kemampuan ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan. Biaya
hidup meningkat pada penghasilan yang sulit, biaya pengobatan
bertambah.
c. Adanya penyakit kronis dan ketidakmampuan.
d. Timbul kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial.
e. Adanya gangguan saraf panca-indra, timbul kebutaan dan ketulian.
f. Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.
g. Rangkaian kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman
dan familli.
h. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik (perubahan terhadap
gambaran diri, perubahan konsep diri).
2.7.4 Perkembangan Spiritual
1. Agama/kepercayaan semakin terintegrasi dalam kehidupan (Maslow,
1970).
2. Lanjut usia semakin matur dalam kehidupan keagamaannya. Hal ini
terlihat dalam berpikir dan bertindak sehari-hari (Murray dan Zentner,
1970).
3. Perkembangan Spiritual pada usia 70 tahun menurut Folwer (1978),
Universalizing, perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalahh
berpikir dan bertindak dengan cara memberi contoh cara mencintai dan
keadilan.
Page | 39
2.8 Dampak Kemunduran
Kemunduran yang telah disebutkan sebelumnya mempunyai dampak
terhadap tingkah laku dan perasaan orang yang memasuki lanjut usia. Jika
berbicara tentang menjadi tua, kemunduran yang paling banyak dikemukakan.
Selain berbagai macam kemunduran, ada sesuatu yang dapat meningkat dalam
proses menua yaitu sensitivitas emosional seseorang. Hal ini yang akhirnya
menjadi sumber banyak masalah pada masa tua. Coba dilihat sepintas mengenai
beberapa dampak kemunduran tersebut, yaitu semakin perasanya seseorang yang
memasuki lanjut usia. Misalnya, kemunduran fisik yang berpengaruh terhadap
penampilan seseorang. Pada umumnya, saat usia dewasa seseorang dianggap
tampil paling cakap, tampan, atau paling cantik. Kemunduran fisik yang terjadi
pada dirinya membuat yang bersangkutan berkesimpulan bahwa kecantikan atau
ketampanan yang mereka miliki mulai hilang. Baginya, hal ini berarti kehilangan
daya tarik dirinya. Wanita biasanya lebih risau dan merasa tertekan karena
keadaan tersebut. Biasanya wanita dipuja orang karena kecantikan dan keindahan
fisiknya. Namun, tidak berarti pria pada masa ini tidak mengalami atau mersakan
hal serupa. Pria yang sedang mengalami proses menua, tetap menginginkan
dirinya menarik bagi lawan jenisnya.
Kecemasan yang timbul pada mereka yang merasa dirinya, menjadi
kurang menarik atau mereka yang merasa kurang mampu, memberi peluang yang
besar bagi produsen kostumetika, alat kecantikan, alat gerak badan, dan obat awet
muda. Berkaitan dengan perasaan keilangan daya tarik, ada gejala yang terlihat
dalam al seks. Pria dan Wanita pada akhir masa dewasa memasuki apa yang
dinamakan klimakterium, perubahan dalam keseimbangan hormonal yang
Page | 40
menyebabkan dorongan seks berkurang. Sering sekali masalah seksualitas pada
lanjut usia selalu mendatangkan pandangan yang bias.
Pada Pria, Proses tersebut biasanya terjadi secara lambat dan tidak disertai
gejala psikkologis yang luar biasa, kecuali sedikit kemurungan, rasa lesu, dan
kemampuan seksualitas berkurang. Terdapat pula penurunan kadar hormon
testosteron. Pada Wanita, terjadi menopause (berhenti haid). Menopause terjadi
dalam suatu proses yang kadang-kadang sampai dua tahun. hal ini disebabkan
oleh faal kandung telur lambat laun mulai berkurang, sampai kemudian berhenti
berfungsi sama sekali.
Gejala yang sering timbul pada masa menopause meliputi:
1. Gangguan pada Haid: haid menjadi tidak teratur, kadang terjadi pendarahan
yang terlalu banyak atau terlalu sedikit.
2. Gelombang rasa panas (hot flush): kadang-kadang timbul rasa panas pada
wajah, leher, dan dada bagian atas, disusul dengan keluarnya keringat yang
banyak. Perasaan panas ini berlangsung sampai 30-60 menit (1jam).
3. Gejala Psikologis berupa rasa takut, tegang, depresi, mudah sedih, cepat
marah, mudah tersinggung, gugup dan mental yang kurang mantap. Bila masa
mudanya mempunyai kecendrungan mudah dipengaruhi keadaan emosional,
wanita tersebut akan lebih mengalami gangguan psikologis pada masa ini.
4. Keletihan, yaitu rasa lelah yang diakibakan berhentinya fungsi ovarium.
Namun, tidak semua rasa lelah dapat diartikan sebagai tanda menopause.
Sebaiknya dicari penyebab lainnya.
5. Keadaan atrofi jaringan.
6. Rasa gatal pada genetalia disebabkan kulit yang menjadi kering dan keriput.
Page | 41
7. Sakit dapat dirasakan diseluruh badan atau pada bagian tubuh tertentu.
8. Pusing atau sakit kepala. Keluhan ini dapat disebabkan oleh banyak hal,
misalnya karena tekanan dara meninggi, adanya gangguan penglihatan, atau
ole adanya stres mental.
9. Imsonia atau keluhan sulit tidur. Hal ini dapat disebabkan oleh penyebab fisik
dan psikis (40% dialami oleh lanjut usia). Imsonia ini dapat terjadi untuk
jangka waktu pendek ataupun jangka panjang.
a. Penyebab Faktor fisik, antara lain:
Sering kencing
Kram betis
Sakit gigi
Nyeri seperti artritis
Sindrom tungkai bergerak (akatisia)
b. Penyebab faktor sosial, antara lain:
Pertengkaran keluarga
Menonton tv sampai larut malam tidak teratur (night life)
c. Penyebab faktor emosional, antara lain:
Kecemasan
Depresi
Stres
Marah tidak tersalurkan
Masalah Pribadi
d. Penyebab faktor medis, antara lain:
Penyakit jantung
Page | 42
Penyakit paru
Diabetes melitus
Apnea tidur
e. Penyebab faktor iatrogenik, antara lain:
Eofilin
Kortikosteroid
Anihipertensi
Diuretik
Activating antidepresi
f. Penyebab faktor perilaku, antara lain:
Terlalu banyak minum kopi (cokelat)
Waktu tidur yang berubah-ubah
10. Palpitasi dan perubahan pada gairah seksual. Hal ini disebabkan oleh pengaruh
Hormonal dan pengaruh psikis. Gejala kejiwaan yang timbul sangat
bervariasi, dari yang ringan sampai yang berat. Keluhan yang sering timbul
adalah adanya rasa takutt, tegang, gelisah, cepat marah, mudah gugup, sukar
berkonsentrasi, cepat lupa dan susah tidur. Wania yang mengalami
menopause, terkadang menafsirkannya sebagai kehilangan fungsinya sebagai
wanita karena tidak bisa hamil dan mendapatkan anak lagi. Di lain pihak, ada
yang menafsirkannya sebagai akan berhentinya kehidupan seksual. Hal ini
keliru sekali. Selain itu ada yang berpendapat bahwa kegiatan seksual itu
kurang pantas dilakukan bagi mereka yang sudah tua, meskipun dorongan
masih ada. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa kerisauan menghadapi masa
tua sering kali juga menyangkut kehidupan seksual.
Page | 43
11. Berubanya libido (nafsu seks). Berbicara tentang seksualitas pada lanjut usia
sering kali mendatangkan pandangan yang bias. Ada pandangan bahwa minat,
dorongan, gairah, dan daya seks pada kehidupan hubungan seks lanjut usia
mengalami penurunan. Kehidupan seksual adalah bagian kehidupan manusia.
Berarti, kualitas kehidupan seksual itu kuat menentukan kualitas hidup
seseorang. Bila kehidupan seksualnya baik, kualitas hidup orang tersebut juga
baik. Namun, bila kehidupan seksualnya terganggu, kualitas hidupnya juga
terganggu. Gangguan fungsi seksual umum pada usia lanjut:
a. Gangguan dorongan seksual (sexual desire/libido).
b. Gangguan bangkitan seksual (sexual arousal).
c. Gangguan orgasme.
d. Gangguan yang menimbulkan rasa sakit sewaktu bersetubuh.
Faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya gejala/keluhan tersebut antara
lain:
1. Penurunan aktivitas ovarium yang diikuti penurunan produksi hormon.
2. Sosial-Budaya, yaitu faktor lingkungan, keadaan sosial ekonomi yang
memengaruhi keadaan gizi, kesehatan, dan taraf pendidikan.
3. Faktor psikologis yang bergantung pada perilaku wanita tersebut.
Pada masa klimakterium ini, sebaiknya wanita memeriksakan dirinya
secara teratur, walaupun tidak ada keluhan. Hal ini penting untuk mengetahui
adanya kelainan yang mungkin terjadi pada usia empat puluhan, khusunya
keganasan.
Page | 44
BAB 3
PENUTUP
3.1 Simpulan
Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-
angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses menurunnya
daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang
berakhir dengan kematian. Selama hidupnya, manusia mengalami berbagai proses
perkembangan, mulai dari lahir (bayi), balita, prasekolah, masa sekolah, pubertas,
dewasa muda, dewasa, dan lanjut usia. Umur yang dijadikan patokan sebagai
lanjut usia berbeda-beda, umumnya berkisar anatara 60-65 tahun.
Teori proses menua terdiri dari teori biologis, teori sosiologis, dan teori
psikologis. Teori biologis terdiri dari teori genetik dan nongenetik. Sedangkan
teori sosiologis terdiri dari teori interaksi sosial, teori aktivitas atau kegiatan, teori
kepribadian berlanjut, teori pembebasan atau penarikan diri. Beberapa mitos usia
lanjut antara lain, mitos konservatif, mitos berpenyakit dan kemunduran, mitos
senilitas, mitos ketidakproduktifan, mitos aseksualitas, mitos tidak jatuh cinta.
Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya
kondisi fisik yang bersifat patologis berganda (multiple pathology), misalnya
tenaga berkurang, energi menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang
makin rapuh. Selain itu, lansia juga mengalami penurunan fungsi kognitif dan
psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman,
pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku
lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi
Page | 45
hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan,
koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.
Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami
perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia.
Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan tipe kepribadian lansia,
sebagai berikut: tipe arif bijaksana, tipe mandiri, tipe tidak puas, tipe pasrah, tipe
bingung.
Reaksi setelah orang memasuki masa pensiun lebih tergantung dari model
kepribadiannya. Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan,
gerak fisik dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan
kecacatan pada lansia.
3.2 Saran
Dengan dibuatnya makalah gerontik ini, diharapkan nantinya akan
memberikan manfaat bagi para pembaca.
Namun penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu saran maupun kritik yang bersifat membangun sangat
kami harapkan demi kesempurnaan penulisan makalah ini, dengan demikian
penulisan makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis atau pihak lain yang
membutuhkannya.
Page | 46
DAFTAR PUSTAKA
1. Nugroho, Wajudi. 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: EGC.
2. Hurlock. 1999. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
3. Nugroho. (1995). Perawatan Lanjut Usia. EGC. Jakarta.
4. Sri Kuntjoro, Zainuddin. 2002. Masalah Kesehatan Jiwa Lansia.
http://belajarpsikologi.com. Diakses pada tanggal 2 Oktober 2011.
5. Cresoft. 2008. Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lansia.
http://creasoft.wordpress.com. Diakses pada tanggal 3 Oktober 2011 16:26
WIB.
Page | 47
top related