aspek msdm (manajemen functional)
Post on 29-Nov-2014
1.049 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
“Peran Strategis Manajemen Sumber Daya Manusia (Bagian 4)”
Oleh: Mohammad Mustaqim, SE, MM, AAAIJ,
ICLFP, QIP
Mata Kuliah: Manajemen Fungsional
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Outline
04/09/232
Hubungan Industrial dan Norma yang berlakuPeraturan Perusahaan & Perjanjian Kerja
BersamaJenis Perjanjian KerjaSerikat Pekerja/Serikat BuruhMogok Kerja dan Lock OutLembaga Kerja Sama Bipartit & TripartitJam Kerja, Lembur, Istirahat dan CutiUpah, THR, Upah Minimum dan KHLPerselisihan Hubungan Industrial
Definisi Hubungan Industrial
(Menurut UU No. 13 tahun 2003)
Hubungan industrial adalah suatu sistem hubungan yang terbentuk antara para pelaku dalam proses produksi barang dan/atau jasa yang terdiri dari unsur pengusaha, pekerja dan pemerintah yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Tujuan Hubungan Industrialmenumbuhkembangkan hubungan yang aman dan
harmonis antara pengusaha dan pekerja, yaitu dengan:
1. Mendorong setiap pengusaha mengembangkan sikap memperlakukan pekerja sebagai manusia atas dasar kemitraan yang sejajar sesuai dengan kodrat, harkat, martabat dan harga diri pekerja;
2.Mendorong para pekerja mempunyai sikap rasa ikut memiliki serta memelihara kelangsungan usaha.
Sasaran Akhir : “Industrial Peace”
Ketenangan Kerja & Berusaha (Industrial Peace)
MMUI Aktuaria 5
Hak dan Kewajiban terjamin dan dilaksanakan
Perselisihan dapat diselesaikan secara internal (Bipartit)
Mogok atau Penutupan perusahaan tidak perlu dilakukan untuk memaksakan kehendak
Norma Dalam Hubungan Industrial
MMUI Aktuaria 6
Mikro KondisionalAturan yang bersifat lebih rinci dan tiap perusahaan
umumnya memiliki sendiri-sendiriMengatur hal-hal yang tidak diatur dalam aturan Makro
MinimalSering disebut PERSYARATAN KERJA
Makro MinimalAturan yang bersifat umum dan mengikat bagi seluruh
perusahaanAturan yang dibuat perusahaan minimal harus sesuai
dengan aturan tersebut, jika lebih baik diperkenankanSering disebut REGULASI KETENAGAKERJAAN
Realisasi Norma Dalam Hubungan Industrial
MMUI Aktuaria 7
1. Peraturan Mikro Kondisional• Bersifat Individual Perjanjian Kerja• Bersifat Kolektif PP atau KKB
2. Peraturan Makro Minimal• UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan• UU No. 2 tahun 2004 tentang Penyelesaian PHI• UU No. 21 tahun 2000 tentang Serikat Pekerja• UU No. 3 tahun 1992 tentang Jamsostek• PP & Kepmen sebagai turunannya• Dan lain-lain
Deskripsi Persyaratan KerjaPeraturan Perusahaan
Aturan yang dibuat secara tertulis oleh pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja dan tata tertib perusahaan
Kesepakatan Kerja BersamaPerjanjian yang merupakan hasil perundingan antara
serikat pekerja atau beberapa serikat pekerja yang tercatat pada instansi yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan dengan pengusaha, atau beberapa pengusaha atau perkumpulan pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban kedua belah pihak
Perjanjian KerjaSuatu perjanjian yang dibuat antara pekerja secara
perorangan dengan pengusaha yang pada intinya memuat hak dan kewajiban masing-masing pihak
Ketentuan Peraturan Perusahaan
MMUI Aktuaria 9
Pengusaha yang mempekerjakan pekerja sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) orang wajib membuat peraturan perusahaan.
Isi dari peraturan perusahaan adalah syarat kerja yang belum diatur dalam peraturan perundang-undangan dan rincian pelaksanaan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan.
Dalam hal peraturan perusahaan akan mengatur kembali materi dari peraturan perundangan maka ketentuan dalam peraturan perusahaan tersebut harus lebih baik dari ketentuan dalam peraturan perundang-undangan.
Ketentuan Perjanjian Kerja Bersama
MMUI Aktuaria 10
Dalam satu perusahaan hanya dapat dibuat 1 (satu) perjanjian kerja bersama yang berlaku bagi seluruh pekerja di perusahaan yang bersangkutan.
Dalam hal perusahaan yang bersangkutan memiliki cabang, dibuat perjanjian kerja bersama induk yang berlaku di semua cabang perusahaan serta dapat dibuat perjanjian kerja bersama turunan yang berlaku di masing-masing cabang perusahaan.
Dalam hal beberapa perusahaan tergabung dalam satu grup dan masing-masing perusahaan merupakan badan hukum sendiri-sendiri, maka perjanjian kerja bersama dibuat dan dirundingkan oleh masing-masing pengusaha dan serikat pekerja masing-masing perusahaan
Status Hubungan Kerja
MMUI Aktuaria 11
Substansi UtamaPerjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT)
Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT)
Perjanjian Kerja HARIAN atau LEPAS
TurunanPerjanjian Pemborongan Kerja (Outsourcing)
Magang / Internship
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT)
MMUI Aktuaria 12
adalah perjanjian kerja antara pekerja dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja
dalam waktu tertentu atau untuk pekerjaan tertentu
Sebutan: Karyawan Kontrak, Temporer, Anorganik
Ketentuan Lain:Perjanjiannya harus tertulis latin dalam bahasa
IndonesiaTidak ada masa percobaan
Jenis Pekerjaan PKWT
MMUI Aktuaria 13
1. pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya;
2. pekerjaaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama dan paling lama 3 (tiga) tahun;
3. pekerjaan yang bersifat musiman; atau4. pekerjaan yang berhubungan dengan produk
baru, kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan.
“Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak dapat diadakan untuk pekerjaan yang bersifat tetap”
Jangka Waktu PKWT
MMUI Aktuaria 14
Perjanjian kerja untuk waktu tertentu dapat diperpanjang atau diperbaharui, tergantung jenis pekerjaan PKWT-nya
PKWT dapat diadakan untuk jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun dan hanya boleh diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun.
Pengusaha yang bermaksud memperpanjang perjanjian kerja waktu tertentu tersebut, paling lama 7 (tujuh) hari sebelum perjanjian kerja waktu tertentu berakhir telah memberitahukan maksudnya secara tertulis kepada pekerja yang bersangkutan.
Pembaruan perjanjian kerja waktu tertentu hanya dapat diadakan setelah melebihi masa tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari berakhirnya perjanjian kerja waktu tertentu yang lama, pembaruan perjanjian kerja waktu tertentu ini hanya boleh dilakukan 1 (satu) kali dan paling lama 2 (dua) tahun
Perpanjangan & Pembaharuan PKWT
MMUI Aktuaria 15
Perjanjian Kerja yang dapat diperpanjang adalah:PKWT terkait dengan produk baru (Jenis ke 4)PKWT atas pekerjaan sekali selesai / bersifat sementara (Jenis
ke 1)PKWT atas pekerjaan yang diperkirakan selesai maksimal 3
tahun (Jenis ke 2)Perjanjian Kerja yang dapat diperbaharui adalah:
PKWT atas pekerjaan sekali selesai / bersifat sementara (Jenis ke 1)
PKWT atas pekerjaan yang diperkirakan selesai maksimal 3 tahun (Jenis ke 2)
Perjanjian Kerja yang TIDAK dapat diperpanjang atau diperbaharui adalah:PKWT untuk pekerjaan yang bersifat musiman (Jenis ke 3)
PKWT berakhir sebelum waktunya
MMUI Aktuaria 16
Apabila salah satu pihak mengakhiri hubungan kerja sebelum berakhirnya jangka waktu yang ditetapkan dalam perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT), maka pihak yang mengakhiri hubungan kerja diwajibkan membayar ganti rugi kepada pihak lainnya sebesar upah pekerja sampai batas waktu berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja, kecuali disebabkan karena:
1. pekerja meninggal dunia;
2. berakhirnya/selesainya pekerjaan yang diperjanjikan (harus dinyatakan);
3. adanya putusan pengadilan dan/atau putusan atau penetapan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; atau
4. adanya keadaan atau kejadian tertentu yang dicantumkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama yang dapat menyebabkan berakhirnya hubungan kerja.
Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT)
MMUI Aktuaria 17
adalah perjanjian kerja antara pekerja dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja
yang bersifat tetapSebutan:
Karyawan Tetap, Permanen, OrganikKetentuan Lain:
Perjanjiannya dapat lisan atau tertulis Diperkenankan adanya masa percobaanBerakhir normal pada usia pensiun (umumnya s/d
pekerja berusia 55 tahun)
PERJANJIAN KERJA HARIAN/LEPAS
MMUI Aktuaria 18
Untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu yang berubah-ubah dalam hal waktu dan volume pekerjaan serta upah didasarkan pada kehadiran, dapat dilakukan dengan perjanjian kerja harian atau lepas.
Perjanjian kerja harian lepas dilakukan dengan ketentuan pekerja bekerja kurang dari 21 (dua puluh satu) hari dalam 1 (satu)bulan.
Dalam hal pekerja bekerja 21 (dua puluh satu) hari atau lebih selama 3 (tiga) bulan berturut-turut atau lebih maka perjanjian kerja harian lepas berubah menjadi PKWTT.
Perjanjian Pemborongan Kerja (Outsourcing)
MMUI Aktuaria 19
Perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau penyediaan jasa pekerja yang dibuat secara tertulis.
Perusahaan lain sebagaimana dimaksud diatas harus berbentuk badan hukum dan memiliki izin dari instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan
Perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja bagi pekerja pada perusahaan lain sebagaimana dimaksud diatas sekurang-kurangnya sama dengan perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja pada perusahaan pemberi pekerjaan atau sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Hubungan Kerja Dalam Perjanjian Pemborongan Kerja (Outsourcing)
MMUI Aktuaria 20
Hubungan kerja dalam pelaksanaan Perjanjian Pemborongan Kerja diatur dalam perjanjian kerja secara tertulis antara perusahaan lain dan pekerja yang dipekerjakannya atas dasar PKWT atau PKWTT
Dalam hal ketentuan syarat pemborongan kerja dan syarat perusahaan lain tidak terpenuhi, maka demi hukum status hubungan kerja pekerja dengan perusahaan penerima pemborongan beralih menjadi hubungan kerja pekerja dengan perusahaan pemberi pekerjaan.
Internship / Magang
MMUI Aktuaria 21
Program kerjasama dengan institusi pendidikan
yang bersifat saling menguntungkan
Instansi berwenang, khususnya Depnakertrans,
biasanya tidak mempermasalahkan hal ini dan
dianggap sebagai hal di luar area hubungan
industrial
Solusi yang relatif aman bagi para pengusaha
Serikat Pekerja
MMUI Aktuaria 22
Serikat pekerja adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh dan
untuk pekerja baik di perusahaan maupun diluar perusahaan,
yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis dan
bertanggungjawab guna memperjuangkan, membela serta
melindungi hak dan kepentingan pekerja serta meningkatkan
kesejahteraan pekerja berikut keluarganya
Organisasi Serikat Pekerja Terbesar di IndonesiaKonfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI)
Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI)
Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI)
Ketentuan Pembentukan
MMUI Aktuaria 23
Setiap pekerja berhak membentuk dan menjadi anggota serikat pekerja.
Serikat pekerja dibentuk oleh sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) orang pekerja.
Serikat pekerja berhak membentuk dan menjadi anggota federasi serikat pekerja.
Federasi serikat pekerja dibentuk oleh sekurang-kurangnya 5 (lima) serikat pekerja.
Federasi serikat pekerja berhak membentuk dan menjadi anggota konfederasi serikat pekerja.
Konfederasi serikat pekerja dibentuk oleh sekurang-kurangnya 3 (tiga) federasi serikat pekerja.
“Setiap serikat pekerja, federasi dan konfederasi serikat pekerja harus memiliki AD/ART”
Larangan Bagi Semua Pihak
MMUI Aktuaria 24
Siapapun dilarang menghalang-halangi atau memaksa pekerja untuk membentuk atau tidak membentuk, menjadi pengurus atau tidak menjadi pengurus, menjadi anggota atau tidak menjadi anggota dan/atau menjalankan atau tidak menjalankan kegiatan serikat pekerja dengan cara :
1. melakukan pemutusan hubungan kerja, memberhentikan sementara, menurunkan jabatan, atau melakukan mutasi;
2. tidak membayar atau mengurangi upah pekerja;3. melakukan intimidasi dalam bentuk apapun ;4. melakukan kampanye anti pembentukan serikat pekerja.
Barang siapa yang menghalang-halangi atau memaksa pekerja sebagaimana ketentuan diatas dikenakan sanksi pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling sedikit Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Pembubaran Serikat Pekerja
MMUI Aktuaria 25
Serikat pekerja, federasi dan konfederasi serikat pekerja bubar dalam hal:
1. dinyatakan oleh anggotanya menurut anggaran dasar dan anggaran rumah tangga;
2. perusahaan tutup atau menghentikan kegiatannya untuk selama-lamanya yang mengakibatkan putusnya hubungan kerja bagi seluruh pekerja di perusahaan setelah seluruh kewajiban pengusaha terhadap pekerja diselesaikan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku;
3. dinyatakan dengan putusan Pengadilan, akibat: mempunyai asas yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD
1945; pengurus dan/atau anggota atas nama serikat pekerja terbukti
melakukan kejahatan terhadap keamanan negara dan dijatuhi pidana penjara sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
Fungsi Serikat Pekerja
MMUI Aktuaria 26
1. sebagai pihak dalam pembuatan perjanjian kerja bersama dan penyelesaian perselisihan industrial;
2. sebagai wakil pekerja dalam lembaga kerja sama dibidang ketenagakerjaan sesuai dengan tingkatannya;
3. sebagai sarana menciptakan hubungan industrial yang harmonis, dinamis dan berkeadilan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
4. sebagai sarana penyalur aspirasi dalam memperjuangkan hak dan kepentingan anggotanya;
5. sebagai perencana, pelaksana dan penanggung jawab pemogokan pekerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
Mogok Kerja
MMUI Aktuaria 27
Mogok kerja adalah tindakan pekerja yang direncanakan dan dilaksanakan secara bersama-sama dan/atau oleh serikat pekerja untuk menghentikan atau memperlambat pekerjaan.
Mogok kerja merupakan hak dasar pekerja dan serikat pekerja sebagai akibat gagalnya perundingan harus dilakukan secara sah, tertib dan damai.
Pelaksanaan mogok kerja bagi pekerja yang bekerja pada perusahaan yang melayani kepentingan umum dan/atau perusahaan yang jenis kegiatannya membahayakan keselamatan jiwa manusia diatur sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu kepentingan umum dan/atau membahayakan keselamatan orang lain.
Mogok Kerja Yang Tidak Sah
MMUI Aktuaria 28
Bukan akibat gagalnya perundingan; Tanpa pemberitahuan kepada pengusaha dan
instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan;
Dengan pemberitahuan kurang dari 7 (tujuh) hari sebelum pelaksanaan mogok kerja;
isi pemberitahuan tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 140 ayat (2) huruf a, b, c dan d Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Definisi Gagalnya Perundingan
MMUI Aktuaria 29
tidak tercapainya kesepakatan penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang dapat
disebabkan karena pengusaha tidak mau melakukan perundingan walaupun serikat pekerja atau pekerja telah meminta secara
tertulis kepada pengusaha 2 (dua) kali dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari kerja atau
perundingan-perundingan yang dilakukan mengalami jalan buntu yang dinyatakan oleh
para pihak dalam risalah perundingan.
Pasal 140 UU No. 13/2003
MMUI Aktuaria 30
Ayat 1Sekurang-kurangnya dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja
sebelum mogok kerja dilaksanakan, pekerja/serikat pekerja wajib memberitahukan secara tertulis kepada pengusaha dan instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan setempat.
Ayat 2Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sekurang-kurangnya memuat:a) waktu (hari, tanggal dan jam) dimulai dan diakhiri
mogok kerja;b) tempat mogok kerja;c) alasan dan sebab-sebab mengapa harus melakukan
mogok kerja; d) tanda tangan ketua dan sekretaris dan/atau masing-
masing ketua dan sekretaris serikat pekerja sebagai penanggung jawab mogok kerja.
Larangan Mogok Pada Perusahaan Public Service
MMUI Aktuaria 31
Mogok kerja pada perusahaan yang melayani kepentingan umum dan/atau perusahaan yang jenis kegiatannya membahayakan keselamatan jiwa manusia, yang dilakukan oleh pekerja yang sedang bertugas dikualifikasikan sebagai mogok kerja yang tidak sah dan dikualifikasikan sebagai mangkir.
Dalam hal mogok kerja yang dilakukan secara tidak sah tersebut mengakibatkan hilangnya nyawa manusia yang berhubungan dengan pekerjaannya dikualifikasikan sebagai kesalahan berat.
Definisi Lock Out
32
Menurut UU No. 13 Tahun 2003 Penutupan perusahaan (lock out) adalah tindakan
pengusaha untuk menolak pekerja seluruhnya atau sebagian untuk menjalankan pekerjaan.
Dilihat dari inisiatif pelakunya:
“Lock Out adalah kebalikan dari Mogok Kerja”
Ketentuan Penutupan Perusahaan (Lock-out)
MMUI Aktuaria 33
Penutupan perusahaan (lock out) merupakan hak dasar pengusaha untuk menolak pekerja sebagian atau seluruhnya untuk menjalankan pekerjaan sebagai akibat gagalnya perundingan.
Pengusaha tidak dibenarkan melakukan penutupan perusahaan (lock out) sebagai tindakan balasan sehubungan adanya tuntutan normatif dari pekerja dan/atau serikat pekerja .
Penutupan perusahaan (lock out) dilarang dilakukan pada perusahaan-perusahaan yang melayani kepentingan umum dan/atau jenis kegiatan yang membahayakan keselamatan jiwa manusia, meliputi rumah sakit, pelayanan jaringan air bersih, pusat pengendali telekomunikasi, pusat penyedia tenaga listrik, pengolahan minyak dan gas bumi, serta kereta api.
Pemberitahuan Penutupan Perusahaan
34
Pengusaha wajib memberitahukan secara tertulis kepada pekerja dan/atau serikat pekerja serta instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan setempat
Pemberitahuan sekurang-kurangnya 7 (tujuh) hari kerja sebelum penutupan perusahaan (lock out) dilaksanakan.
Isi Pemberitahuan sekurang-kurangnya memuat:waktu (hari, tanggal dan jam) dimulai dan diakhiri penutupan
perusahaan (lock out);Alasan dan sebab-sebab melakukan penutupan perusahaan
(lock out).Tandatangan pengusaha dan/atau pimpinan perusahaan yang
bersangkutan.
Lembaga Kerja Sama Bipartit & Tripartit
MMUI Aktuaria 35
Lembaga kerja sama bipartit adalah forum komunikasi dan konsultasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan hubungan industrial di satu perusahaan yang anggotanya terdiri dari pengusaha dan serikat pekerja yang sudah tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan atau unsur pekerja.
Lembaga kerja sama tripartit adalah forum komunikasi, konsultasi dan musyawarah tentang masalah ketenagakerjaan yang anggotanya terdiri dari unsur organisasi pengusaha, serikat pekerja dan pemerintah.
Lembaga Kerja Sama Bipartit
MMUI Aktuaria 36
Setiap perusahaan yang mempekerjakan 50 (lima puluh) orang pekerja/ buruh atau lebih wajib membentuk lembaga kerja sama bipartit.
Lembaga kerja sama bipartit berfungsi sebagai forum komunikasi dan konsultasi mengenai hal ketenagakerjaan di perusahaan.
Susunan keanggotaan lembaga kerja sama bipartit terdiri dari unsur pengusaha dan unsur pekerja yang ditunjuk oleh pekerja secara demokratis untuk mewakili kepentingan pekerja di perusahaan yang bersangkutan.
Lembaga Kerja Sama Tripartit
MMUI Aktuaria 37
Lembaga kerja sama tripartit memberikan pertimbangan, saran dan pendapat kepada pemerintah dan pihak terkait dalam penyusunan kebijakan dan pemecahan masalah ketenagakerjaan.
Keanggotaan Lembaga Kerja sama Tripartit terdiri dari unsur pemerintah, organisasi pengusaha dan serikat pekerja.
Lembaga Kerja sama Tripartit terdiri dari: Lembaga Kerja sama Tripartit Nasional, Provinsi dan Kabupaten/ Kota; Lembaga Kerja sama Tripartit Sektoral Nasional, Provinsi dan
Kabupaten/Kota. Keanggotaan LKS Tripartit diangkat untuk 1 (satu) kali masa
jabatan selama 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya selama 3 (tiga) tahun.
LKS Tripartit mengadakan sidang secara berkala sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan atau sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan Kabupaten 1 kali dalam 1 bulan
Ketentuan Tentang Jam Kerja
MMUI Aktuaria 38
Pilihan 17 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat
puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu
Pilihan 28 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat
puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu
Definisi Lembur
MMUI Aktuaria 39
Waktu kerja lembur adalah waktu kerja yang melebihi: 7 (tujuh) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu)
minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu, atau
8 (delapan) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau
waktu kerja pada hari istirahat mingguan dan atau pada hari libur resmi yang ditetapkan Pemerintah.
“Kerja lembur pada prinsipnya harus didasarkan pada kebersediaan kedua belah pihak, tanpa ada paksaan
dari salah satu pihak”
Batasan Kerja Lembur
MMUI Aktuaria 40
Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak:
3 (tiga) jam dalam 1 (satu) hari dan 14 (empat belas) jam dalam 1 (satu) minggu,
Batasan tersebut tidak termasuk kerja lembur yang dilakukan pada waktu istirahat mingguan atau hari libur resmi, misalnya:
jika hari Jumat adalah hari Libur Resmi dan seorang pekerja bekerja selama 5 jam efektif, maka hal tersebut tidak menyalahi ketentuan meskipun total jam lembur-nya dalam minggu itu menjadi 17 jam.
Pekerja Yang Tidak Berhak Upah Lembur
MMUI Aktuaria 41
pekerja yang yang memiliki tanggung jawab sebagai pemikir, perencana, pelaksana dan
pengendali jalannya perusahaan yang waktu kerjanya tidak dapat dibatasi menurut waktu
kerja yang ditetapkan perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku tidak berhak atas upah kerja lembur.
Ketentuan Upah Lembur
MMUI Aktuaria 42
Perhitungan upah lembur didasarkan pada upah bulanan. Cara menghitung upah sejam adalah 1/173 kali upah
sebulan. Dalam hal upah terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap
maka dasar perhitungan upah lembur adalah 100% (seratus persen) dari upah.
Dalam hal upah terdiri dari upah pokok, tunjangan tetap dan tunjangan tidak tetap, apabila upah pokok tambah tunjangan tetap lebih kecil dari 75 % (tujuh puluh lima persen) keseluruhan upah, maka dasar perhitungan upah lembur 75 % (tujuh puluh lima persen) dari keseluruhan upah.
Ketentuan Istirahat Kerja
MMUI Aktuaria 43
istirahat antara jam kerjasekurang-kurangnya setengah jam setelah bekerja selama 4 (empat)
jam terus menerus dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam
kerja;
istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu
2 (dua) hari untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu;
“Pengusaha wajib memberikan kesempatan yang secukupnya kepada pekerja untuk
melaksanakan ibadah yang diwajibkan oleh agamanya”
Hak Khusus Pekerja Wanita
MMUI Aktuaria 44
Pekerja perempuan yang anaknya masih menyusu harus diberi kesempatan sepatutnya untuk menyusui anaknya jika hal itu harus dilakukan selama waktu kerja
Pekerja perempuan yang dalam masa haid merasakan sakit dan memberitahukan kepada pengusaha, tidak wajib bekerja pada hari pertama dan kedua pada waktu haid
Pekerja perempuan berhak memperoleh istirahat selama 1,5 (satu setengah) bulan sebelum saatnya melahirkan anak dan 1,5 (satu setengah) bulan sesudah melahirkan menurut perhitungan dokter kandungan atau bidan.
Pekerja perempuan yang mengalami keguguran kandungan berhak memperoleh istirahat 1,5 (satu setengah) bulan atau sesuai dengan surat keterangan dokter kandungan atau bidan.
Batasan Cuti Khusus
MMUI Aktuaria 45
pekerja menikah 3 (tiga) hari;menikahkan anaknya 2 (dua) hari;mengkhitankan anaknya 2 (dua) hari;membaptiskan anaknya 2 (dua) hari; isteri melahirkan/keguguran 2 (dua) hari; suami/isteri, orang tua/mertua atau anak atau
menantu meninggal dunia2 (dua) hari;
anggota keluarga dalam satu rumah meninggal dunia 1(satu) hari.
Definisi Upaho Upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari Pengusaha kepada
buruh untuk sesuatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu persetujuan, atau peraturan perundang-undangan dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pengusaha dengan buruh, termasuk tunjangan baik untuk buruh sendiri maupun keluarganya (PP No. 8 thn 1981)
o Upah adalah hak pekerja yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan (UU No. 13 thn 2003 & Kep Menakertrans No 49 thn 2004)
“Upah tidak dibayar apabila pekerja tidak melakukan pekerjaan / No Work No Pay”
MMUI Aktuaria 46
No Work No Pay Tidak berlaku dalam hal:
Karyawan mengambil hak istirahat mingguan
Karyawan mengambil hak istirahat khusus
Karyawan mengambil cuti tahunan Karyawan mengambil cuti besar Karyawan menjalankan tugas negara Karyawan mengalami sakit / tidak
mampu bekerja
MMUI Aktuaria 47
Ketentuan Upah
Pasal 94 UU No. 13 thn 2003 Dalam hal komponen upah terdiri dari upah pokok dan
tunjangan tetap maka besarnya upah pokok sedikit-dikitnya 75 % (tujuh puluh lima perseratus) dari jumlah upah pokok dan tunjangan tetap.
Pasal 96 UU No. 13 thn 2003 Tuntutan pembayaran upah pekerja dan segala
pembayaran yang timbul dari hubungan kerja menjadi kedaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 2 (dua) tahun sejak timbulnya hak.
MMUI Aktuaria 48
Ketentuan Bentuk Upah Pada dasarnya upah diberikan dalam bentuk uang. Sebagian dari upah dapat diberikan dalam bentuk lain kecuali
minuman keras, obat-obatan atau bahan obat-obatan, dengan ketentuan nilainya tidak boleh melebihi 25 % (dua puluh lima persen) dari nilai upah yang seharusnya diterima.
Pembayaran upah harus dilakukan dengan alat pembayaran yang sah dari Negara Republik Indonesia.
Bila upah ditetapkan dalam mata uang asing, maka pembayaran akan dilakukan berdasarkan kurs resmi pada hari dan tempat pembayaran.
MMUI Aktuaria 49
Ketentuan Tunjangan Hari Raya
Pengusaha wajib memberikan THR kepada pekerja yang telah mempunyai masa kerja 3 bulan secara terus menerus atau lebih dan diberikan satu kali dalam satu tahun.
Besarnya THR ditetapkan sebagai berikut:Pekerja yang telah mempunyai masa kerja 12 bulan secara
terus menerus atau lebih sebesar 1 (satu) bulan upah.Pekerja yang telah mempunyai masa kerja 3 bulan secara
terus menerus tetapi kurang dari 12 bulan diberikan secara proporsional.
Upah satu bulan adalah upah pokok ditambah tunjangan-tunjangan tetap.
PP / KKB dapat menentukan lain selama lebih baik
MMUI Aktuaria 50
Ketentuan Pembayaran THR Pembayaran THR disesuaikan dengan Hari Raya
Keagamaan masing-masing pekerja kecuali kesepakatan pengusaha dan pekerja menentukan lain.
Pembayaran THR wajib dibayarkan oleh Pengusaha selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum Hari Raya Keagamaan.
Dengan persetujuan pekerja, THR sebagian dapat diberikan dalam bentuk lain kecuali minuman keras, obat-obatan atau bahan obat-obatan, dengan ketentuan nilainya tidak boleh melebihi 25% (dua puluh lima persen) dari nilai THR yang seharusnya diterima.
Bentuk lain tersebut diberikan bersamaan dengan pembayaran THR.
MMUI Aktuaria 51
Upah Minimum
Upah minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap.
Pemerintah menetapkan upah minimum berdasarkan kebutuhan hidup layak dan dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.
Upah minimum dapat terdiri atas: upah minimum berdasarkan wilayah provinsi atau kabupaten/kota; upah minimum berdasarkan sektor pada wilayah provinsi atau
kabupaten/kota; Upah minimum ditetapkan oleh Gubernur dengan memperhatikan
rekomendasi dari Dewan Pengupahan Provinsi dan/atau Bupati/Walikota.
Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum.
Upah minimum diarahkan kepada pencapaian kebutuhan hidup layak.
MMUI Aktuaria 52
Komponen KHL(Permenakertrans NOMOR :
PER-17/MEN/VIII/2005)
MMUI Aktuaria 53
Definisi Perselisihan Hubungan Industrial
MMUI Aktuaria 54
Menurut UU No. 2 Tahun 2004, Perselisihan Hubungan Industrial adalah perbedaan pendapat
yang mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau gabungan pengusaha dengan
pekerja atau serikat pekerja karena adanya perselisihan mengenai hak, perselisihan
kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja dan perselisihan antar serikat pekerja
dalam satu perusahaan.
PERUNDINGAN BIPARTIT
MMUI Aktuaria 55
Perundingan bipartit adalah perundingan antara pekerja atau serikat pekerja dengan
pengusaha untuk menyelesaikan perselisihan hubungan industrial
(Menghasilkan Risalah).
Isi Risalah:nama lengkap dan alamat para pihak;tanggal dan tempat perundingan;pokok masalah atau alasan perselisihan;pendapat para pihak;kesimpulan atau hasil perundingan;tanggal serta tandatangan para pihak yang melakukan
perundingan.
PERSELISIHAN
SELESAI
PERJANJIANBERSAMA
DIDAFTAR
TIDAK SELESAI
DISETUJUIANJURAN
DITOLAK
SELESAI
PERJANJIANBERSAMA
TIDAK SELESAI
INSTANSI KETENAGA KERJAAN
PENCATATAN
MENAWARKAN PILIHAN
PENYELESAIAN
TIDAK SELESAI
ANJURANDISETUJUI
DITOLAK
DIDAFTAR
TIDAK SELESAI
PUTUSANEKSEKUSI
DITOLAK PERMOHONAN PEMBATALAN
PERTAMA:
- PHK
- HAK
TERAKHIR:
- KEPENTINGAN
- ANTAR SP
B
I
P
A
R
T
I
T
MEDIASI
KONSILIASI
ARBITRASE
M
A
H
K
A
M
A
H
A
G
U
N
G
PENGADILAN
NEGERI
KEPEN-TINGAN
PHK
H A K
ANTAR SP
DITOLAK
DISETUJUI
KASASIPUTUSAN SELA
SELESAI
AKTE PERDAMAIAN
SELESAI
PERJANJIANBERSAMA
PERANTARA PERSELISIHAN Hubungan Industrial
MMUI Aktuaria 57
Mediator Konsiliator Arbiter
Beriman dan bertakwa Beriman dan bertakwa Beriman dan bertakwa
WNI WNI WNI
Pendidikan S1Pendidikan S1Pendidikan S1
Berbadan sehatBerbadan sehatBerbadan sehat
Berwibawa, jujur, adil dan berkelakuan tidak tercela
Berwibawa, jujur, adil dan berkelakuan tidak tercela
Menguasai per-UU-an ketenagakerjaan
Menguasai per-UU-an ketenagakerjaan
Menguasai per-UU-an ketenagakerjaan
Syarat lain yg ditetapkan menteri
Syarat lain yg ditetapkan menteri
Umur 45 tahun Umur 45 tahun
Berpengalaman 5 tahun
Berpengalaman 5 tahun
Cakap melakukan tindakan hukum
Hakim Ad-Hoc
Beriman dan bertakwa
WNI
Pendidikan S1
Berbadan sehat
(Sarjana hukum utk MA)
Berwibawa, jujur, adil dan berkelakuan tidak tercela
Umur 30 tahun
Berpengalaman 5 tahun
Setia kepada Pancasila dan UUD45
MMUI Aktuaria 58
Terima kasih & Sampai Jumpa Lagi!
top related