asesmen
Post on 21-Dec-2015
16 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Pedoman Observasi
Mata Kuliah Psikodiagnostik II
“Perilaku Bermain Anak-Anak di TK AL-AZHAR Surabaya”
Kelas A
Anggota Kelompok:
Dyah Ayu P. 111111024
Riska 111111185
Fakultas Psikologi
Universitas Airlangga Surabaya
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bermain adalah suatu kegiatan yang dapat menimbulkan kesenangan, dilakukan
secara sukarela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban (Hurlock,
1978). Bermain sering dikaitkan pada anak-anak dimana bermain sering menjadi salah satu
metode pembelajaran di pendidikan anak usia dini. Menurut Soemitro (1991), pada anak-
anak bermain merupakan proses belajar menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi
dalam lingkungan berbentuk isi, sifat, jarak, waktu, dan sebagainya.
Bermain adalah dunia alami anak. Anak-anak belajar tentang diri sendiri, orang lain,
dan dunia mereka melalui bermain. Pada tahun 1989, Kantor Komisi Tinggi PBB untuk
Hak Asasi Manusia mengidentifikasi bermain sebagai hak bagi semua anak di segala
tempat untuk mencapai pembangunan yang optimal, dan pada tahun 2007, American
Academy of Pediatrics mengeluarkan kertas putih (Ginsburg, 2007) pada pentingnya dari
bermain untuk perkembangan anak yang sehat.
Pada tahun 1990, sering disebut sebagai Decade of The Brain, banyak penelitian
yang secara signifikan mengidentifikasi bahwa peran bermain sangat penting untuk
perkembangan otak anak. Penelitian juga dilakukan di perkembangan saraf dan trauma
psikologis, seperti yang dibahas oleh Phyllis T. Stein dan Joshua C. Kendall pada tahun
2004 dan oleh Bruce D. Perry dan Maia Szalavitz pada tahun 2006, telah menunjukkan
bagaimana bermain merangsang struktur saraf di otak dan sangat penting untuk
perkembangan.
Parten (1932) mengatakan bahwa perkembangan sosial anak dapat dilihat dari cara
mereka bermain. Bermain memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan anak.
Bermain adalah sesuatu yang penting, psikolog perkembangan perintis Lev Vygotsky
berpikir bahwa, pada tahun-tahun prasekolah, bermain adalah sumber utama
perkembangan. Melalui bermain anak-anak belajar dan berlatih banyak keterampilan sosial
dasar. Mereka mengembangkan rasa kepercayaan diri, belajar untuk berinteraksi dengan
anak-anak lain, bagaimana membuat teman-teman, bagaimana cara berbohong dan
bagaimana bermain peran.
Perilaku bermain oleh Mildred Parten (1932) dibagi menjadi 6 tipe berdasarkan
partisipasi dalam bermain dengan karakteristik yang berbeda-beda. Penemuan yang
dilakukannya tersebut berkontribusi terhadap pemahaman lebih lanjut mengenai bagaimana
anak-anak bermain.
Dari berbagai kajian tentang bermain di atas, kami tertarik untuk mengamati
perilaku bermain pada anak-anak prasekolah dengan metode observasi yang akan kami
lakukan di Taman Kanak-Kanak Al-Azhar. TK Al-Azhar dipilih karena memiliki fasilitas
bermain yang cukup menarik yang di rancang indoor dan outdoor.
1.2. Tujuan
Observasi ini dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah
Psikodiagnostik II dan melatih observer melakukan observasi yang sesuai dengan prosedur
serta melakukan analisanya. Terkait dengan subyek yang di observasi, observer ingin
melihat perilaku bermain tipe apa yang muncul pada anak pada usia 3-6 tahun.
1.3. Manfaat
Manfaat pelaksanaan observasi ini adalah kami dapat mengetahui bagimana cara
dan perilaku anak dalam bermain dan bagaimana anak tersebut melakukan kegiatan
bermainnya, observasi juga dapat mengasah kemampuan kami untuk mengamati perilaku-
perilaku secara detil. Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan data tentang gambaran
perilaku dan motivasi bermain anak, mencari tahu apa yang menjadi motivasi utama anak
bermain dengan harapan penelitian ini dapat menjadi awal terhadap penelitian lanjutan, dan
memberikan pemahaman tentang alasan mengapa anak-anak bermain. Selain itu dengan
mengetahui perilaku bermain anak dapat dinilai kemampuan sosial anak tersebut.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Perilaku Bermain
Mildred Parten adalah penemu awal teori yang berfokus pada permainan sosial dan
perkembangan. Parten mengamati anak-anak pada awal abad ke-20. Menurut Parten,
kemampuan untuk bergabung dengan anak-anak lain dan keinginan untuk melakukannya
dimulai pada usia dini dan berlangsung melalui urutan perkembangan. Pola berfokus pada
berbagai jenis permainan sosial. Dalam penelitiannya, ia menemukan bahwa anak-anak dari
berbagai usia sebenarnya bermain bersama tetapi dengan cara yang berbeda.
Hal yang perlu di ingat adalah bahwa tahap yang diidentifikasi oleh Parten tidak selalu
diikuti secara linear oleh semua anak, dengan kata lain, seorang anak mungkin tidak
berkembang secara langsung dari satu tahap ke tahap lainnya. Anda mungkin juga
menemukan bahwa anak akan sering terlibat dalam berbagai tahap permainan kelompok
tergantung pada faktor-faktor seperti keakraban anak dengan baik situasi atau 'teman-teman
bermain' atau temperamen anak.
Teori Tahap Perkembangan Bermain Mildred Parten (1932):
a) Unoccupied Play:
Anak tidak benar-benar terlibat dalam kegiatan bermain, hanya mengamati kejadian
di sekitarnya yang menarik perhatian anak.
b) Solitary Play:
Anak sibuk bermain sendiri, tidak memperhatikan kehadiran anak-anak lainnya.
Egosentris (memusatkan perhatian sendiri, tidak ada usaha untuk berinteraksi
dengan anak lain).
c) Onlooker Play (Pengamat):
Kegiatan bermain dengan mengamati anak- anak lain melakukan kegiatan bermain,
tampak ada minat yang semakin besar terhadap kegaitan anak lain yang diamatinya
d) Paralel Play (Bermain paralel):
Dua anak atau lebih bermain dengan jenis alat permainan yang sama dan melakukan
gerakan atau kegiatan yang sama, namun tidak ada interaksi diantara mereka
”masing-masing”
e) Associative Play (Bermain Asosiatif):
Ada interaksi antar anak yang bermain , saling tukar mainan, namun sebenarnya
tidak bekerjasama
f) Cooperative Play (Bermain Bersama):
Adanya kerjasama, pembagian tugas dan pembagian peran antara anak-anak yang
terlibat dalam permainan
BAB III
INSTRUMEN
3.1. Panduan Observasi
3.1.1. Deskripsi Target Observasi
Pada observasi perilaku bermain anak-anak ini kami menggunakan anak-anak
berusia 3-6 tahun sebagai target subjek observasi kami dan perilaku bermain sebagai target
perilaku observasi kami.
3.1.2. Deskripsi Indikator Perilaku Target Observasi
Kami akan melihat perilaku bermain anak dengan menggunakan beberapa indikator
yang sesuai dengan teori tahapan bermain yang dikemukakan oleh Parten (1923) yaitu :
a) Unoccupied play
Tidak terlibat dalam permainan dan melakukan gerakan random sendirian, anak tidak
bermain dan hanya melakukan gerakan yang tidak bertujuan seperti melompat-lompat,
bermain dengan tanganya, bermain dengan baju nya. Tidak menunjukkan adanya keinginan
untuk memiliki kontak dengan orang lain.
b) Solitary Play
Disini anak bermain sendiri dan mandiri dari orang lain, anak asyik sendiri tanpa
memperhatikan kegiatan yang berada disekitarnya. Umumnya terjadi pada anak usia
dibawah 2 tahun, biasanya anak akan bergerak cukup cepat dari satu aktivitas ke aktivitas
lainnya.
c) Onlooker Play
Menonton anak lain bermain dan berinteraksi tapi tidak ikut bermain, anak disini
mungkin saja mempertanyakan hal yang tidak ada hubunganya dalam permainan, dan anak
tidak terlibat dalam permainan tersebut. Hal ini bisa juga terjadi ketika kondisi fisik dan
sosial anak belum cukup untuk bergabung dalam permainan.
d) Parallel play
Mengamati dan menirukan permainan atau cara bermain anak lain tetapi anak bermain
secara berpisah. Anak-anak bermain terpisah dengan anak lain, menggunakan mainan yang
sama dengan anak lain, dan meniru cara permainan mereka.
e) Associative Play
Bermain bersama dan saling berinteraksi tapi tidak bekerja sama, disini anak melakukan
interaksi, anak cenderung mementingkan interaksinya daripada memperhatikan permainan
tersebut. Dalam permainan yang mereka lakukan ini tidak ada kerjasama meskipun mereka
saling berinteraksi.
f) Cooperative Play
Bermain bersama dan adanya kerjasama, disini anak bermain bersama dan melakukan
kerjasama, anak sudah mengetahui persaingan yang ada dalam permainan.
3.1.3. Metode Observasi
Observasi perilaku bermain dilakukan pada anak-anak usia 3-6 tahun di TK Al-
Azhar tepatnya pada lingkungan bermain di TK tersebut, observasi dilakukan
menggunakan, systematic dan direct observation, yaitu dimana observasi dilakukan
menggunakan cara-cara yang sistematik untuk mengumpulkan atau memperoleh datanya,
sistematik berarti terdapat cara, panduan dan pedoman yang terstruktur dalam melakukan
observasi. Direct observation juga berarti observasi dilakukan secara langsung, observasi
langsung tujuannya untuk mencatat perilaku secara lengkap, tidak sepotong-sepotong dan
detil, serta mencatat stimuli yang menyebabkannya tanpa memotivasi, memberi stimulus,
perhatian pada subyek. Observasi dilakukan non-partisipan. Alasan?
3.1.4. Metode Perekaman Data
Metode perekaman data yang digunakan dalam melakukan observasi terhadap
perilaku bermain adalah metode interval recording, jenis partial-interval time sampling.
Dimana melalui teknik observasi ini, observer akan mencatat target perilaku yang
ditunjukkan dengan hanya melihat apakah perilaku tersebut muncul atau tidak, tanpa
melihat berapa lama atau berapa kali target perilaku tersebut muncul, melalui indikator-
indikator yang telah disebutkan sebelumnya. Setiap perilaku yang muncul akan ditandai
dengan simbol centang (√) dan tanda silang (X) pada indikator perilaku yang tidak muncul.
Target perilaku tersebut akan dicatat pada setiap interval yang telah observer tentukan.
Periode observasi berlangsung selama 25 menit dimana setiap interval berlangsung selama
5 menit. Waktu ditentukan sesuai dengan jam istirahat anak di taman kanak-kanak tersebut.
Observer hanya akan fokus pada beberapa perilaku spesifik dalam interval waktu
tertentu. Dalam metode perekaman data interval, pencatatan dilakukan pada periode
interval yang sama dan observer mencatat sejumlah perilaku yang muncul selama interval
tertentu. Kami para observer yang berjumlah 2 orang akan bertindak sebagai layaknya
kakak yang sedang menunggu adiknya dan akan mengamati dari lokasi yang terpisah.
Selain itu, peralatan observasi kami akan kami samarkan dengan meletakannya di dalam
buku catatan kecil dan/atau menutupinya dengan tas sehingga dapat meminimalisir
terjadinya perubahan perilaku yang disengaja oleh observan karena ia sadar bahwa sedang
diobservasi.
3.1.5. Peralatan yang Digunakan
Dalam observasi yang akan kami lakukan, beberapa peralatan yang diperlukan
antara lain:
Stopwatch: untuk mengukur waktu observasi
Form observasi: sebagai media perekaman/pencatatan data
Alat tulis: sebagai media pencatatan
Kamera Pocket: sebagai media perekaman target perilaku observasi
3.1.6. Rencana Pelaksanaan Observasi
1. Observasi Pertama
Tanggal : Selasa, 25 Mei 2015
Waktu : 09.45-10.10 WIB
Tempat : TK Al-Azhar 35 Jl. Florence J-4 No.31 Laguna Pakuwon City,
Surabaya Timur
Durasi : 25 menit
2. Observasi Kedua
Tanggal : Senin, 1 Juni 2015
Waktu : 09.45-10.10 WIB
Tempat : TK Al-Azhar 35 Jl. Florence J-4 No.31 Laguna Pakuwon City,
Surabaya Timur
Durasi : 25 menit
3.1.7. Teknik Validitas dan Reabilitas
Validitas
Prosedur yang dilakukan untuk mengkonfirmasi apakah alat ukur tersebut
mengukur apa yang seharusnya diukur. Dievaluasi dengan cara mempelajarai kegunaan dan
kesesuaian dari pengukuran perilaku tertentu. Di dalam observasi yang kelompok kami
lakukan, kami menggunakan construct validity. Construct validity adalah suatu cara untuk
memastikan apakah perilaku yang diobservasi sesuai dengan definisi dari kebosanan.
Reliabilitas
Suatu alat ukur dikatakan reliabel ketika sebuah proses pengukuran menghasilkan
skor yang relatif konsisten pada pengukuran suatu fenomena yang sama. Bisa diartikan juga
dengan sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya.
Pada interval recording, reliabilitasnya dapat ditemukan dengan menghitung
persentase kesepakatan antar-observer. Untuk menghitungnya, kami menggunakan rumus
di bawah ini:
Rumus presentase total Agreement Interval:
Keterangan:
%AIR tot : Prosentase total kesetujuan antar observer keseluruhan
Atot : Jumlah interval dimana antar observer setuju bahwa perilaku
muncul dan tidak muncul
D : Jumlah interval dimana antar observer tidak setuju bahwa perilaku
muncul dan tidak muncul
Rumus presentase Agreement of Occurrence:
Keterangan:
%AIR occ : Prosentase total kesetujuan antar observer keseluruhan
Aocc : Jumlah interval dimana antar observer setuju akan perilaku yang
muncul
D : Jumlah interval dimana antar observer tidak setuju akan perilaku
muncul dan tidak muncul
Rumus presentase Agreement of Nonoccurrence:
%AIRtot =Atot
Atot + Dx100%
%AIROcc =Aocc
Aocc + Dx100%
%AIR non : Prosentase total kesetujuan antar observer keseluruhan
Anon : Jumlah interval dimana antar observer setuju akan perilaku yang
tidak muncul saja
D : Jumlah interval dimana antar observer tidak setuju akan perilaku
muncul dan tidak muncul
%AIRnon =Anon
Anon + Dx100%
DAFTAR PUSTAKA
Hurlock, Elizabeth H. (1978). Perkembangan Anak Jilid 1. Terjemahan. Jakarta:
Erlangga
Linda E. Homeyer and Mary O. Morrison. (2008). Play Therapy, Practice, Issues,
and Trends. The Board of Trustees of the University of Illinois.
Parten, M. (1933). Social Play Among Preschool Children. Journal of Abnormal
and Social Psychology, 28, 136-147.
Santrock, John W. (2009). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.
Sattler, J. M., Hoge, R. D. (2006). Assessment of Children: Behavioral, Social, &
Clinical Foundations (Fifth Edition). California: Jerome M. Sattler, Publisher, Inc.
Soemitro. (1991). Permainan Kecil. Jakarta: Depdikbud
LAMPIRAN
Deskripsi Target Observasi
Pada observasi perilaku bermain anak-anak ini kami menggunakan anak-anak
berusia 3-6 tahun sebagai target subjek observasi kami dan perilaku bermain sebagai target
perilaku observasi kami.
Petunjuk Pelaksanaan Observasi
Berikut merupakan langkah-langkah dalam melakukan observasi terhadap perilaku
bermain anak usia 3-6 tahun yang sedang bermain di taman TK Al-Azhar:
1. Sebelum melakukan observasi, observer telah menginformasikan kpada pihak
sekolah untuk melakukan observasi, mengingat sekolah bukanlah tempat umum.
2. Observer pergi ke TK Al-azhar pada jam istirahat, dan memilih posisi berbeda
untuk melakukan pengamatan.
3. Observer akan memilih anak yang sedang bermain pada saat jam istirahat untuk
dijadikan target observasi.
4. Untuk memastikan bahwa anak tersebut berusia sesuai dengan kriteria target subyek
observasi, yakni 3-6 tahun, observer menanyakan pada guru di TK tersebut.
5. Setelah target terlihat sedang bermain, observer mulai melakukan pengamatan dan
untuk memperhitungkan rentang waktu observer menggunakan stopwatch.
6. Ketika observasi berlangsung, observer menggunakan kamera untuk sesekali
merekam tanpa sepengetahuan target.
7. Selama pengamatan, observer akan memulai mencatat di lembar observasi jika
subyek mulai menunjukan indikator perilaku bermain.
8. Jika selama pengamatan subyek berhenti bermain untuk melakukan hal lain seperti
makan, menghampiri orang tuanya, maka pengamatan dihentikan dan observer akan
beralih ke subyek baru dengan waktu yang dihitung kembali dari awal
9. Observasi akan berlangsung selama 25 menit dengan interval 5 menit setiap sesinya.
Nama observer: Tanggal:
Lembar Observasi Perilaku Bermain Anak
No. INDIKATOR PERILAKUInterval (@5 menit)
1 2 3 4 5 Total
1.
Unocccupied play
Tidak terlibat dalam
permainan dan melakukan
gerakan random sendirian.
2.Solitary play
Bermain sendirian
3.
Onlooker play
Menonton anak lain bermain
dan berinteraksi tapi tidak
ikut bermain
4.
Parallel play
Mengamati dan menirukan
permainan atau cara bermain
anak lain tetapi anak bermain
berpisah
5.
Assosiative play
Bermain bersama dan saling
berinteraksi tapi tidak
bekerja sama
6.
Cooperative play
Bermain bersama dan
adanya kerjasama
Total
top related