article pdf 6
Post on 25-Jun-2015
299 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pergeseran pola hidup masyarakat dari pola hidup tradisional
menjadi pola hidup yang praktis dan instan, khususnya pada pemilihan
makanan, memiliki dampak negatif bagi kesehatan. Makanan cepat saji
dengan pemanasan tinggi dan pembakaran merupakan pilihan dominan yang
dapat memicu terbentuknya senyawa radikal (Poumorad, 2006). Selain itu,
peningkatan polutan hasil pembakaran tidak sempurna kendaraan bermotor
dan industri seperti CO (karbonmonoksida), oksida – oksida nitrogen dan
hidrokarbon merupakan senyawa – senyawa yang rentan teroksidasi menjadi
senyawa radikal. Begitu juga global warming atau peningkatan suhu bumi
akibat penipisan lapisan ozon sebagaimana dilaporkan oleh NASA bahwa
sampai dengan tahun 2007 luas lubang ozon pada atmosfer bumi telah
mencapai 9,7 mil2 (lebih luas dari wilayah Amerika Utara) yang berarti radiasi
sinar Ultra Violet semakin intensif menyerang manusia dan menginduksi
terbentuknya suatu radikal (Jain et al., 2004; Langseth, 1995). Fakta – fakta
ini menunjukkan bahwa kecenderungan keberadaan senyawa – senyawa
radikal bebas dalam tubuh semakin meluas dan dapat ditemui dimanapun kita
berada.
Elektron – elektron radikal bebas tidak berpasangan pada orbital
terluarnya, mengakibatkan tidak stabilnya atom atau molekul tersebut yang
1
2
cenderung suka merampas elektron dari suatu atom atau senyawa lain. Radikal
bebas dalam tubuh bersifat sangat reaktif, yang akan berinteraksi dengan
bagian tubuh maupun sel – sel tertentu yang tersusun atas lemak, protein,
karbohidrat, DNA, dan RNA yang bersifat dekstruktif dan memicu berbagai
penyakit (Reynertson, 2007).
Radikal bebas dalam jumlah tertentu diperlukan dalam tubuh,
namun jika keberadaannya berlebih dapat merugikan kesehatan. Radikal bebas
dalam tubuh dapat memerangi peradangan, membunuh bakteri dan
mengendalikan tonus otot polos pembuluh darah (Langseth, 1995). Namun
jika keberadaannya melebihi daya proteksi endogen, radikal bebas dan
senyawa oksigen reaktif dapat merusak membran sel, mengoksidasi Low
Density Lipoprotein (LDL) yang merupakan faktor utama penyebab Penyakit
Jantung Koroner dan menginisiasi terjadinya kanker dengan mengoksidasi
DNA (Reynertson, 2007). Selain itu, radikal bebas juga bertanggung jawab
pada penyakit lain seperti: penyakit degeneratif atau kemerosotan fungsi
tubuh, katarak, penyakit kulit, serta pada kasus penuaan dini (Kumalaningsih,
2007).
Kerusakan oksidatif atau kerusakan akibat radikal bebas dalam
tubuh pada dasarnya dapat diatasi oleh antioksidan endogen seperti enzim
catalase, glutathione peroxidase, superoxide dismutase, dan glutathione S-
transferase. Namun jika senyawa radikal bebas terdapat berlebih dalam tubuh
atau melebihi batas kemampuan proteksi antioksidan seluler, maka dibutuhkan
3
antioksidan tambahan dari luar, atau antioksidan eksogen untuk menetralkan
radikal yang terbentuk (Reynertson, 2007).
Penelitian tentang senyawa antioksidan eksogen baik alami
maupun sintesis terus berkembang. Antioksidan alami dalam makanan yang
sudah dikenal seperti: asam askorbat, β-karoten dan α-tokoferol menunjukkan
efikasi dalam mencegah perkembangan beberapa penyakit (Reynertson, 2007).
Namun pada berbagai studi, secara in vitro senyawa – senyawa ini tidak
berhasil menunjukkan kemampuannya sebagai antioksidan yang signifikan
(Scheen, 2000). Sedangkan pada antioksidan sintesis seperti Butil Hidroksi
Anilin (BHA) dan Butil Hidroksi Toluen (BHT), setelah diteliti oleh
Poumorad 2006, bukan merupakan antioksidan yang baik, sebab pada
pemaparan yang lama dapat menyebabkan efek negatif pada kesehatan
(kerusakan hati) dan meningkatkan terjadinya karsinogenesis. Kelemahan –
kelemahan yang terdapat pada antioksidan alami dan sintetik perlu direduksi
dengan menemukan suatu senyawa antioksidan alami dengan aktivitas yang
tinggi dan efek samping yang merugikan serendah mungkin.
Dewasa ini, suatu konsensus yang kuat menyatakan bahwa
flavonoid dan turunan polifenol merupakan komponen yang bertanggung
jawab terhadap aktivitas antioksidan dalam buah dan sayuran (Vinson et al.,
1999). Mengkonsumsi flavonoid dapat mereduksi inflamasi dan menangkap
radikal bebas maupun senyawa oksigen reaktif, karena flavonoid dapat
menghambat enzim enzim oksidatif seperti aldose reductase, α-glucosidase,
4
xanthine oxidase, monooxygenase, lipoxygenase, dan cyclooxygenase
(Reynertson, 2007).
Flavonoid terdapat pada hampir seluruh tanaman tingkat tinggi
(Harbone, 1987) sebagai metabolit sekunder dengan fungsi proteksi yang
tinggi dalam melindungi jaringan tanaman dari kerusakan akibat radiasi
ultraviolet, melindungi tanaman dari infeksi, serta berperan penting pada
fotosintesis, transfer energi, respirasi, dan biosintesis komponen toksik
(Middleton, 2000). Berdsarkan penelitian oleh Schmeda, ekstrak daun
Eugenia uniflora mengandung myricetin, myricitrin, gallocatechin, quercetin,
dan quercitrin yang merupakan flavonoid antioksidan (Schmeda et al.,1987).
Kandungan flavonoid pada tanaman ini berperan pada efek antioksidan yang
dihasilkan. Hal ini didukung oleh skrining acak yang dilakukan oleh
Reynertson 2007 terhadap kurang lebih lima puluh buah – buahan tropikal,
ektrak daun Eugenia uniflora merupakan salah satu yang menunjukan
aktivitas antioksidan yang sangat baik terhadap 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl
(DPPH). Beberapa penelitian terdahulu juga telah menyelidiki bahwa terdapat
aktivitas antiradikal pada bagian buah dewandaru (Einbond et al., 2004),
aktivitas antioksidan dan antiinflamasi pada ekstrak daun dewandaru
(Reynertson, 2007), dan pada fraksi ekstrak etanol daun dewandaru dengan
aktivitas antiradical yang lebih poten dibanding tokoferol atau vitamin E
(Rohayati, 2007 dan Negara, 2007).
5
B. RUMUSAN MASALAH
Dalam pembahasan karya tulis ini, penulis telah merumuskan dua
permasalahan pokok, yaitu:
1. Kerusakan dan penyakit degeneratif apa yang diakibatkan radikal bebas?
2. Apakah tanaman Dewandaru memilki potensi sebagai antioksidan yang
dapat mencegah penyakit degeneratif?
C. TUJUAN DAN MANFAAT
Adapun tujuan yang hendak dicapai penulis dalam penyusunan karya
tulis ini adalah:
1. Mengetahui kerusakan dan penyakit degeneratif yang diakibatkan radikal
bebas.
2. Mengetahui potensi Tanaman Dewandaru sebagai antioksidan yang dapat
mencegah penyakit degeneratif.
Manfaat :
Karya tulis ini diharapkan dapat menambah informasi tentang
ekstrak tumbuhan yang aktif sebagai penangkap radikal bebas sehingga
dapat dijadikan bahan pengembangan obat-obat alami yang baru untuk
pencegahan atau terapi terhadap berbagai macam penyakit – penyakit yang
disebabkan oleh aktivitas radikal bebas. Selain itu sebagai referensi
kepada masyarakat tentang penggunaan tanaman tradisional yang
berkhasiat meningkatkan kualitas kesehatan.
6
D. TELAAH PUSTAKA
1. Radikal Bebas
a) Pengertian radikal bebas
Radikal bebas merupakan atom atau molekul yang
mengandung satu atau lebih elektron – elektron yang tidak
berpasangan pada orbital terluarnya (Fessenden, 1986). Senyawa
radikal bebas timbul akibat berbagai proses kimia kompleks dalam
tubuh (Reynertson, 2007), berupa hasil sampingan dari proses oksidasi
atau pembakaran sel yang berlangsung pada waktu bernapas,
metabolisme sel, olahraga berlebihan, peradangan atau ketika tubuh
terpapar polusi lingkungan seperti asap kendaraan bermotor, asap
rokok, bahan pencemar dan radiasi matahari atau radiasi kosmis
(Machlin, 1992).
Radikal bebas dalam tubuh bersifat sangat reaktif. Untuk
menjadi stabil, radikal memerlukan elektron yang berasal dari
pasangan elektron molekul disekitarnya, sehingga terjadi perpindahan
elektron dari molekul donor ke molekul radikal untuk menjadikan
molekul tersebut stabil. Akibat reaksi tersebut, molekul donor menjadi
radikal baru yang tidak stabil dan memerlukan electron dari molekul di
sekitarnya untuk menjadi stabil. Demikian seterusnya terjadi reaksi
berantai perpindahan elektron (Windono, 2000). Dalam tubuh, radikal
bebas akan berinteraksi dengan bagian tubuh maupun sel – sel tertentu
7
yang tersusun atas lemak, protein, karbohidrat, DNA, dan RNA
(Reynertson, 2007).
b) Sumber radikal bebas
Sumber radikal bebas bisa berasal dari dalam tubuh kita
sendiri (endogen), bisa pula dari luar tubuh (eksogen). Radikal
endogen terbentuk sebagai sisa proses metabolisme (proses
pembakaran) protein, karbohidrat, dan lemak pada mitokondria, proses
inflamasi atau peradangan,rekasi antara besi dan logam transisi dalam
tubuh,fagosit, xantin oksidase, peroksisom,maupun pada kondisi
iskemia (reperfusi) . Sedangkan radikal bebas eksogen berasal dari
polusi udara, asap kendaraan bermotor, asap rokok, radiasi Ultra
Violet,pelbagai bahan kimia, makanan yang terlalu hangus
(carbonated) dan lain sebagainya (Langseth,1995).
Sumber radikal bebas, baik endogenus maupun eksogenus
terjadi melalui sederetan mekanisme reaksi. Yang pertama
pembentukan awal radikal bebas (inisiasi), lalu perambatan atau
terbentuknya radikal baru (propagasi), dan tahap terakhir (terminasi),
yaitu pemusnahan atau pengubahan menjadi radikal bebas stabil dan
tidak reaktif.
8
2. Antioksidan
Antioksidan adalah substansi yang dalam konsentrasi rendah
sudah dapat menghambat atau menangkal proses oksidasi (Vaya dan
Aviram, 2001). Antioksidan menstabilkan radikal bebas dengan
melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki radikal bebas, dan
menghambat terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal bebas.
Antioksidan dapat digunakan sebagai peredam radikal yang bermanfaat
apabila setelah bereaksi dengan radikal bebas, akan menghasilkan radikal
baru yang stabil atau senyawa bukan radikal (Windono et al., 2000).
Menurut Huang 2005, Antioksidan dapat dibedakan menjadi
antioksidan enzimatik dan non enzimatik. Antioksidan enzimatik
contohnya : superoksid dismutase, catalase, glutathione peroksidase.
Sedangkan antioksidan non enzimatik adalah kofaktor enzim antioksidan,
penghambat enzim oksidatif, pembentuk khelat logam transisi, dan
penangkap radikal.
3. Tanaman dewandaru
a. Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Myrtales
Suku : Myrtaceae
Marga : Eugenia
9
Jenis : Eugenia uniflora Linn.
Sinonim : Eugenia uniflora Lamk.
(Backer & Van den Brink, 1965)
b. Nama daerah
Jawa : Asam selong, belimbing londo, dewandaru.
Sumatra : Cereme asam
(Hutapea dkk, 1994)
c. Morfologi
Habitus : Perdu tegak, tahunan, tinggi ± 5 meter
Batang : Tegak berkayu, bulat, coklat
Daun : Tunggal, berhadapan, berseling atau tersebar, lonjong,
ujung runcing, pangkal meruncing, tepi rata, pertulangan
menyirip, panjang ± 5 cm, lebar ± 4 cm, berwarna hijau.
Daun penumpu tidak ada.
Bunga : Tunggal, beraturan, berkelamin dua; daun pelindung kecil,
berwarna hijau; kelopak berdaun lekat, bertajuk tiga sampai
lima; benang sari banyak putih; bentuk silindris; mahkota
berbentuk kuku, kuning.
Buah : Buni, bulat, batu, kotak, diameter ± 1,5 cm, merah
Biji : Kecil, keras, berwarna coklat
Akar : Tunggang, coklat
(Hutapea dkk, 1994)
10
4. Kandungan kimia tanaman yang berpotensi sebagai antioksidan
Senyawa kimia yang tergolong dalam kelompok antioksidan dan
dapat ditemukan pada tanaman, antara lain berasal dari golongan polifenol,
bioflavanoid, vitamin C, vitamin E, β-karoten, katekin, licopen
(Cavalcante, 1992) dan resveratrol (Hernani dan Raharjo, 2006).
Studi terbaru menunjukan bahwa flavanoid dan polifenol
memiliki kontribusi yang besar terhadap total aktivitas antioksidan dari
suatu buah-buahan atau sayuran (Einbond et al, 2004).
11
BAB II
METODE PENULISAN
Dalam penyusunan karya tulis ini menggunakan metode studi literatur
yang menguraikan prosedur secara cermat, meliputi :
a. Pengumpulan data atau informasi
b. Pengolahan data atau informasi
c. Analisis sintesis
d. Pengambilan kesimpulan
e. Perumusan saran atau rekomendasi
f. Penyusunan naskah
Dalam penyusunan karya tulis ini dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut :
A. Penelusuran Pustaka
Penelusuran pustaka merupakan landasan awal dalam penulisan suatu
karya tulis. Penelusuran pustaka ini dilakukan untuk memperoleh data atau
informasi yang berkaitan dengan penulisan karya tulis ini. Penelusuran
pustaka merupakan studi literatur, meliputi :
1) Kerusakan akibat radikal bebas.
2) Kandungan kimia tanaman Dewandaru.
3) Mekanisme senyawa antioksidan dalam Dewandaru.
11
12
B. Teknik Pengumpulan Data
Dalam menyusun karya tulis, teknik pengumpulan data dilakukan
melalui penelitian kepustakaan yaitu metode pengumpulan data dengan
mempelajari data sekunder dan data tersier yang berkaitan dengan efek
radikal bebas dan potensi Dewandaru sebagai antioksidan yang dapat
mencegah penyakit degeneratif.
C. Analisis Data
Analisis data pada penyusunan karya tulis ini lebih diutamakan pada
pelurusan isu global tentang efek radikal bebas dan potensi Dewandaru
sebagai antioksidan yang dapat mencegah penyakit degeneratif.
13
BAB III
PEMBAHASAN
A. Kerusakan dan Penyakit Degeneratif Akibat Radikal Bebas.
Radikal bebas berperan dalam terjadinya berbagai penyakit. Hal ini
dikarenakan radikal bebas adalah spesi kimia yang memiliki pasangan
elektron bebas di kulit terluar sehingga sangat reaktif dan mampu bereaksi
dengan protein, lipid, karbohidrat, atau DNA. Reaksi antara radikal bebas dan
molekul itu berujung pada timbulnya suatu penyakit, antara lain :
1. Kerusakan sel atau jaringan hidup
Sel dan jaringan hidup selalu membutuhkan oksigen untuk proses
biologisnya. Pada keadaan keadaan iskemia atau kekurangan oksigen,
terjadi mekanisme reperfusi atau restorasi oksigen bersama aliran darah.
Adanya oksigen radikal pada proses reperfusi ini memperburuk keadaan
sel atau jaringan hidup yang kekurangan oksigen, sehingga dapat memicu
kerusakan bahkan kematian sel atau jaringan hidup (Langseth, 1995).
2. Kerusakan DNA pada inti sel
Senyawa radikal bebas merupakan salah satu faktor penyebab
kerusakan DNA di samping penyebab lain seperti virus, radiasi, dan zat
kimia karsinogen. Bila kerusakan tidak terlalu parah, masih dapat
diperbaiki oleh sistem perbaikan DNA. Namun bila sudah menyebabkan
rantai DNA terputus di berbagai tempat, kerusakan ini tidak dapat
diperbaiki lagi sehingga pembelahan sel akan terganggu bahkan terjadi
13
14
perubahan abnormal yang mengenai gen tertentu dalam tubuh yang dapat
menimbulkan penyakit kanker (Kumalaningsih, 2007).
3. Artheroschlerosis
Perubahan LDL (Low Density Lipoprotein) menjadi bentuk LDL
teroksidasi yang dimediai oleh radikal bebas dapat menyebabkan
kerusakan dinding arteri dan kerusakan bagian arteri lainnya. Oksidasi
LDL juga dapat meningkatkan kekerasan atherosclerosis (Langseth,
1995).
4. Penyakit Jantung Koroner (PJK)
PJK merupkan silent killer nomer satu yang disebabkan oleh
teroksidasinya Low Density Lipoprotein (LDL) yang antara lain oleh
adanya radikal bebas. LDL yang teroksidasi akan mengendap di pembuluh
darah jantung sehingga menjadi sempit dan aliran darah terganggu yang
menyebabkan sebagiab sel – sel jantung kekurangan makanan dan mati
(Kumalaningsih, 2007)
5. Kerusakan Lensa Mata
Katarak terjadi karena material transparan pada lensa mata telah
menjadi buram. Kebanyakan material transparan pada lensa adalah protein
dengan masa hidup panjang, yang dapat rusak karena usia. Oksidasi yang
dipicu oleh cahaya merupakan penyabab utama kerusakan protein pada
lensa mata. Protein yang teroksidasi akan menggumpal dan mengendap,
yang menyebabkan lensa mata menjadi buram dan kabur (Langseth, 1995).
15
6. Proses penuaan
Umumnya semua sel jaringan organ dapat menangkal serangan
radikal bebas karena di dalamnya terdapat sejenis enzim khusus yang
mampu melawan, namun karena manusia secara alami mengalami
degradasi seiring dengan peningkatan usia akibat radikal bebas itu sendiri,
otomatis pemusnahanya tidak pernah mencapai 100% meski secara teori
dapat dipunahkan oleh berbagai antioksidan. Belum lagi adanya
rangsangan untuk membentuk radikal bebas yang berasal dari lingkungan
sekitar. Karena itu, secara perlahan tapi pasti, terjadi kerusakan jaringan
oleh radikal bebas yang tidak terpulihkan
Kerusakan jaringan secara pelan ini merupakan proses terjadinya
penuaan, seperti kehilangan elastisitas jaringan kolagen dan otot sehingga
kulit tampak keriput, terjadinya lipofuchsin atau bintik-bintik pigmen
kecoklatan di kulit yang merupakan timbunan sisa pembakaran dalam sel
(Kumalaningsih, 2007).
Radikal bebas secara luas juga dapat menyerang organ – organ
penting dan sel dalam tubuh manusia seperti hati, paru-paru, ginjal,
eritrosit, mata, saluran pencernaan otot, otak bahkan kerusakan multiorgan
(Langseth, 1995).
B. Potensi Tanaman Dewandaru Sebagai Antioksidan
1. Kandungan Kimia dalam Tanaman Dewandaru yang Bertanggungjawab
terhadap Aktivitas Antioksidan.
16
Suatu konsensus yang kuat menyatakan bahwa flavonoid dan
turunan polifenol merupakan komponen yang bertanggung jawab terhadap
aktivitas antioksidan dalam buah dan sayuran. Mengkonsumsi flavonoid
dapat mereduksi inflamasi dan menangkap radikal bebas maupun senyawa
oksigen reaktif, karena flavonoid dapat menghambat enzim enzim
oksidatif. Selain itu Flavonoid dan turunan polifenol sebagai antioksidan
dapat menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi kekurangan elektron
yang dimiliki radikal bebas, dan menghambat terjadinya reaksi berantai
dari pembentukan radikal bebas.
Tanaman Dewandaru memiliki kandungan polifenol maupun
komponen flavonoid yang cukup tinggi. Hal ini didukung oleh penelitian
yang dilakukan oleh Oleveira, 2005 dengan menggunakan GC MS bahwa
buah Dewandaru mengandung senyawa monoterpen (75,3 % b/b) yang
terdiri dari trans-α-ocimene, cis-ocimene, isomer α-ocimene dan α-pinene.
Selain itu penelitian Eindbond et al, 2002 menunjukan pula bahwa ekstrak
metanol buah Dewandaru mengandung cyanidin-3-O-α-glucopyranoside
dan delphinidin-3-O-α-glucopyranoside, suatu antosian-antioksidan.
Analisis terhadap minyak esensial dari buah Dewandaru menunjukan
adanya kandungan linalool (Galhiane et al., 2005). Sedangkan pada ekstrak
daunnya mengandung myricetin, myricitrin, gallocatechin, quercetin, dan
quercitrin yang merupakan flavonoid antioksidan (Reynertson, 2007 cit
Schmeda, 1987). Tidak hanya itu, disertasi yang dikerjakan oleh
Reynertson 2007 pada 14 ektrak buah yang meliputi genus Eugenia,
17
Myrciaria dan Syzygium (famili myrtaceae) menunjukan adanya
kandungan cyanidin 3-glucoside, delphinidin 3-glucoside, ellagic acid,
kaempferol, myricetin, quercetin, quercitrin, dan rutin, serta licopene yang
merupakan senyawa flavonoid dengan aktivitas antioksidan yang tinggi.
Kandungan kimia yang terdapat dalam tanaman Dewandaru,
meliputi senyawa – senyawa polifenol dan flavonoid yang cukup banyak,
memilki hubungan sekaligus bertanggungjawab terhadap aktivitas
antioksidan yang dihasilkan. Hal ini membuktikan bahwa tanaman
dewandaru sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai obat untuk
mencegah maupun mengobati penyakit-penyakit degeneratif akibat radikal
bebas.
2. Mekanisme Senyawa Polifenol dan Flavonoid Sebagai antioksidan
Senyawa polifenol dan flavonoid dalam tanaman Dewandaru
berfungsi sebagai antioksidan dengan menghambat langkah propagasi,
yaitu memutus rantai autoksidasi atau disebut juga Chain-breaking
antioxidants (AH). Berupa molekul dengan ikatan dengan hidrogen yang
lemah sehingga mudah diserang pada reaksi propagasi, tapi hasil reaksinya
merupakan radikal yang stabil yang tdk mempropagasi rantai reaksi.
Antioksidan fenolik juga sering disebut sebagai antioksidan primer atau
antioksidan sejati (true antioxidant).
Adapun reaksi pemutusan rantai autooksidasi senyawa polifenol
atau flavonnoid :
18
Gambar 1. pemutusan reaksi autooksidasi oleh senyawa polifenol
membentuk prodik radikal nonreaktif.
Senyawa fenol pada gambar, mendonasikan satu atom hydrogen
pada senyawa radikal peroksil (ROO.) diikuti oksidasi lebih lanjut
membentuk produk akhir yang stabil nondekstukstif. Produk akhir yang
dihasilkan tidak akan mempropagasi lebih lanjut rantai reaksi, sehingga
tahap propagasi terputus dan pembentukan radikal selanjutnya dapat
dicegah.
ROO
R
HO
RR
ROOH
R
O
RR
R
O
RR
ROO
R
O
RR
OOR
19
Gambar 2. Skema pemutusan reaksi autooksidasi oleh Chain-breaking
antioxidants (AH)
Chain-breaking antioxidants (AH) bisa bereaksi dengan radikal peroksil dan
alkoksil, sehingga dapat menghambat pembentukan, isomerisasi dan dekomposisi
hidroperoksida.
RH
R O2
ROO
ROOH
RH AH
A
ROO RO ROHROOH
AHA AH A
produk isomerisasidan dekomposisi
produk dekomposisi
preventive antioxidant
AH, chain-breaking antioxidant
20
BAB IV
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Radikal bebas adalah spesi kimia yang memiliki pasangan elektron
bebas di kulit terluar sehingga sangat reaktif dan mampu bereaksi dengan
protein, lipid, karbohidrat, atau DNA membentuk produk dekstruktif seperti
penyakit degeneratif (penyakit jantung koroner, kerusakan mata, kanker,
artherosclerosis, penuaan dini).
Senyawa polifenol dan flavonoid dalam tanaman Dewandaru
berfungsi sebagai antioksidan dengan menghambat langkah propagasi, yaitu
memutus rantai autoksidasi atau disebut juga Chain-breaking antioxidants
(AH) sehingga sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai obat untuk
mencegah maupun mengobati penyakit-penyakit degeneratif akibat radikal
bebas.
2. SARAN
Mengingat besarnya bahaya radikal bebas dan meningkatnya faktor-
faktor penyebab terbentuknya radikal bebas, diharapkan upaya-upaya dalam
rangka pengembangan obat-obat alami yang baru untuk pencegahan atau
terapi terhadap berbagai macam penyakit – penyakit yang disebabkan oleh
aktivitas radikal bebas.
20
21
DAFTAR PUSTAKA
Backer, C.A., and Brink, B.R.C., 1965, Flora of Java (Spermatophytes only), Vol
I.2., N.V.P. Noordh of Groningen The Netherlands. Cavalcante, ML., Rodriguez-Amaya DB, 1992, Carotenoid composition of the
tropical fruits Eugena uniflora and Malphigia glabra, In: Charalambous, G. editor, Food science and human nutrition. Amsterdam: Elsevier Science Publishers, 643-650.
Einbond, L.S. et al., 2004, Anthocyanin Antioxidants From Edible Fruits, Food
Chemistry, 84:23–28 Fessenden, Ralph.J and Fessenden, Joan, 1986, Kimia Organik, Jilid 1, Edisi
Ketiga, Erlangga, Jakarta. Galhiane, M.S., et al., 2006, Influence of Different Extraction Methods on The
Yield and Linalool Content of The Extracts of Eugenia Uniflora L, Talanta, 70: 287.
Hernani dan Raharjo, M., 2006, Tanaman Berkhasiat Antioksidan, Penebar
Swadaya, Jakarta Hutapea, J.R., 1994, Inventaris Tanaman Obat Indonesia, Jilid III, 45, Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Jain, Karisma, et al., 2004, Effect of UV-B Radiation On Antioxidant Enzymes
and Its Modulation By Benzoquinone and α-tocopherol in Cucumber cotyledons, Current Science, Vol.87.
Kumalaningsih, Sri, 2007, Radikal Bebas, (on line). (, diakses tanggal 02 April
2008). Langseth, Lilian, 1995, Oxidant, Antioxidant, and Disease Prevention,
International Life Science Institute press, Belgium. Machlin, LJ., 1992, Implication for The Biomedical Field, Antioxidant: Chemical,
Physiological, Nutritional, and Toxicological Aspect, Pricenton, NJ; Priceton Scientific Publishing. 1992: 383-387 in: Langseth, Lilian, 1995, Oxidant, Antioxidant, and Disease Prevention, International Life Science Institute press, Belgium.
22
Middleton Jr, E., Kandaswami, C., 1994, The Impact of Plant Flavonoid on Mammalian Biology : Implication for Immunity, Inflammation and Cancer, In: Harborne, J.B, The Flavonoid: Advances in Research Since 1986, Chapman & Hall, lLondo, 619-652.
NASA, 2007, Life On Earth, (on line),
(http;//www.nasa.gov/vision/earth/environment/ozone_resource_page.html, diakses tanggal 20 Maret 2008) .
Poumorad, F., Hosseinimehr, S.J., Shahabimajd, N., 2006, Antioxidant Activity,
Phenol and Flavonoid Contents of Some Selected Iranian Medicinal Plants, African Journal Of Biotechnology, Vol (11), pp. 1142-1145.
Reynertson, K.A., 2007, Phytochemical Analysis of Bioactive Constituens from
Edible Myrtaceae Fruit, Dissertation, The City University of New York, New York.
Rohayati, A., 2007, Uji Aktivitas Penangkap Radikal Bebas Fraksi Polar Ekstrak
Etanol Daun Dewandaru (Eugenia uniflora L.) Dengan Metode DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil) Beserta Penetapan Kadar Fenol Dan Flavanoidnya, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta
Scheen, A.J., 2000, Antioxidant vitamins in the prevention of cardiovascular
disease, Second part: results of clinical trials, Revue Medicale de Liege, 55: 105-109
Schmeda-Hirschmann, G., Theoduloz, C., Franco, L., Ferro, E., Rojas de Arias,
A., 1987, Preliminary Pharmacological Studies on Eugenia uniflora Leaves: Xanthine Oxidase Inhibitory Activity, Journal of Ethnopharmacology, 21: 183-186.
Vaya, Jacob and Aviram, Michael., 2001, Nutritional antioxidant : mechanism of
action, analyses of activities and medical applications, Curr. Med. Chem-Imm, Endoc. & Metab, Agents.,1: 99-117.
Vinson, J., Jang, J., Yang, J., Dabbagh, Y., Liang, X., Serry, M., Proch, J., & Cai,
S., 1999, Vitamins and Especially Flavonoids in Common Beverages are Powerful in Vitro Antioxidants Which Enrich Low Density Lipoproteins and Increase Their Oxidative Resistance After ex Vivo Spikingin Human Plasma, Journal of Agricultural & Food Chemistry, 47: 2502–2504.
top related