article pdf 6

22
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pergeseran pola hidup masyarakat dari pola hidup tradisional menjadi pola hidup yang praktis dan instan, khususnya pada pemilihan makanan, memiliki dampak negatif bagi kesehatan. Makanan cepat saji dengan pemanasan tinggi dan pembakaran merupakan pilihan dominan yang dapat memicu terbentuknya senyawa radikal (Poumorad, 2006). Selain itu, peningkatan polutan hasil pembakaran tidak sempurna kendaraan bermotor dan industri seperti CO (karbonmonoksida), oksida – oksida nitrogen dan hidrokarbon merupakan senyawa – senyawa yang rentan teroksidasi menjadi senyawa radikal. Begitu juga global warming atau peningkatan suhu bumi akibat penipisan lapisan ozon sebagaimana dilaporkan oleh NASA bahwa sampai dengan tahun 2007 luas lubang ozon pada atmosfer bumi telah mencapai 9,7 mil 2 (lebih luas dari wilayah Amerika Utara) yang berarti radiasi sinar Ultra Violet semakin intensif menyerang manusia dan menginduksi terbentuknya suatu radikal (Jain et al., 2004; Langseth, 1995). Fakta – fakta ini menunjukkan bahwa kecenderungan keberadaan senyawa – senyawa radikal bebas dalam tubuh semakin meluas dan dapat ditemui dimanapun kita berada. Elektron – elektron radikal bebas tidak berpasangan pada orbital terluarnya, mengakibatkan tidak stabilnya atom atau molekul tersebut yang 1

Upload: senno-saiyank-bebeeg

Post on 25-Jun-2015

299 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Article PDF 6

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pergeseran pola hidup masyarakat dari pola hidup tradisional

menjadi pola hidup yang praktis dan instan, khususnya pada pemilihan

makanan, memiliki dampak negatif bagi kesehatan. Makanan cepat saji

dengan pemanasan tinggi dan pembakaran merupakan pilihan dominan yang

dapat memicu terbentuknya senyawa radikal (Poumorad, 2006). Selain itu,

peningkatan polutan hasil pembakaran tidak sempurna kendaraan bermotor

dan industri seperti CO (karbonmonoksida), oksida – oksida nitrogen dan

hidrokarbon merupakan senyawa – senyawa yang rentan teroksidasi menjadi

senyawa radikal. Begitu juga global warming atau peningkatan suhu bumi

akibat penipisan lapisan ozon sebagaimana dilaporkan oleh NASA bahwa

sampai dengan tahun 2007 luas lubang ozon pada atmosfer bumi telah

mencapai 9,7 mil2 (lebih luas dari wilayah Amerika Utara) yang berarti radiasi

sinar Ultra Violet semakin intensif menyerang manusia dan menginduksi

terbentuknya suatu radikal (Jain et al., 2004; Langseth, 1995). Fakta – fakta

ini menunjukkan bahwa kecenderungan keberadaan senyawa – senyawa

radikal bebas dalam tubuh semakin meluas dan dapat ditemui dimanapun kita

berada.

Elektron – elektron radikal bebas tidak berpasangan pada orbital

terluarnya, mengakibatkan tidak stabilnya atom atau molekul tersebut yang

1

Page 2: Article PDF 6

2

cenderung suka merampas elektron dari suatu atom atau senyawa lain. Radikal

bebas dalam tubuh bersifat sangat reaktif, yang akan berinteraksi dengan

bagian tubuh maupun sel – sel tertentu yang tersusun atas lemak, protein,

karbohidrat, DNA, dan RNA yang bersifat dekstruktif dan memicu berbagai

penyakit (Reynertson, 2007).

Radikal bebas dalam jumlah tertentu diperlukan dalam tubuh,

namun jika keberadaannya berlebih dapat merugikan kesehatan. Radikal bebas

dalam tubuh dapat memerangi peradangan, membunuh bakteri dan

mengendalikan tonus otot polos pembuluh darah (Langseth, 1995). Namun

jika keberadaannya melebihi daya proteksi endogen, radikal bebas dan

senyawa oksigen reaktif dapat merusak membran sel, mengoksidasi Low

Density Lipoprotein (LDL) yang merupakan faktor utama penyebab Penyakit

Jantung Koroner dan menginisiasi terjadinya kanker dengan mengoksidasi

DNA (Reynertson, 2007). Selain itu, radikal bebas juga bertanggung jawab

pada penyakit lain seperti: penyakit degeneratif atau kemerosotan fungsi

tubuh, katarak, penyakit kulit, serta pada kasus penuaan dini (Kumalaningsih,

2007).

Kerusakan oksidatif atau kerusakan akibat radikal bebas dalam

tubuh pada dasarnya dapat diatasi oleh antioksidan endogen seperti enzim

catalase, glutathione peroxidase, superoxide dismutase, dan glutathione S-

transferase. Namun jika senyawa radikal bebas terdapat berlebih dalam tubuh

atau melebihi batas kemampuan proteksi antioksidan seluler, maka dibutuhkan

Page 3: Article PDF 6

3

antioksidan tambahan dari luar, atau antioksidan eksogen untuk menetralkan

radikal yang terbentuk (Reynertson, 2007).

Penelitian tentang senyawa antioksidan eksogen baik alami

maupun sintesis terus berkembang. Antioksidan alami dalam makanan yang

sudah dikenal seperti: asam askorbat, β-karoten dan α-tokoferol menunjukkan

efikasi dalam mencegah perkembangan beberapa penyakit (Reynertson, 2007).

Namun pada berbagai studi, secara in vitro senyawa – senyawa ini tidak

berhasil menunjukkan kemampuannya sebagai antioksidan yang signifikan

(Scheen, 2000). Sedangkan pada antioksidan sintesis seperti Butil Hidroksi

Anilin (BHA) dan Butil Hidroksi Toluen (BHT), setelah diteliti oleh

Poumorad 2006, bukan merupakan antioksidan yang baik, sebab pada

pemaparan yang lama dapat menyebabkan efek negatif pada kesehatan

(kerusakan hati) dan meningkatkan terjadinya karsinogenesis. Kelemahan –

kelemahan yang terdapat pada antioksidan alami dan sintetik perlu direduksi

dengan menemukan suatu senyawa antioksidan alami dengan aktivitas yang

tinggi dan efek samping yang merugikan serendah mungkin.

Dewasa ini, suatu konsensus yang kuat menyatakan bahwa

flavonoid dan turunan polifenol merupakan komponen yang bertanggung

jawab terhadap aktivitas antioksidan dalam buah dan sayuran (Vinson et al.,

1999). Mengkonsumsi flavonoid dapat mereduksi inflamasi dan menangkap

radikal bebas maupun senyawa oksigen reaktif, karena flavonoid dapat

menghambat enzim enzim oksidatif seperti aldose reductase, α-glucosidase,

Page 4: Article PDF 6

4

xanthine oxidase, monooxygenase, lipoxygenase, dan cyclooxygenase

(Reynertson, 2007).

Flavonoid terdapat pada hampir seluruh tanaman tingkat tinggi

(Harbone, 1987) sebagai metabolit sekunder dengan fungsi proteksi yang

tinggi dalam melindungi jaringan tanaman dari kerusakan akibat radiasi

ultraviolet, melindungi tanaman dari infeksi, serta berperan penting pada

fotosintesis, transfer energi, respirasi, dan biosintesis komponen toksik

(Middleton, 2000). Berdsarkan penelitian oleh Schmeda, ekstrak daun

Eugenia uniflora mengandung myricetin, myricitrin, gallocatechin, quercetin,

dan quercitrin yang merupakan flavonoid antioksidan (Schmeda et al.,1987).

Kandungan flavonoid pada tanaman ini berperan pada efek antioksidan yang

dihasilkan. Hal ini didukung oleh skrining acak yang dilakukan oleh

Reynertson 2007 terhadap kurang lebih lima puluh buah – buahan tropikal,

ektrak daun Eugenia uniflora merupakan salah satu yang menunjukan

aktivitas antioksidan yang sangat baik terhadap 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl

(DPPH). Beberapa penelitian terdahulu juga telah menyelidiki bahwa terdapat

aktivitas antiradikal pada bagian buah dewandaru (Einbond et al., 2004),

aktivitas antioksidan dan antiinflamasi pada ekstrak daun dewandaru

(Reynertson, 2007), dan pada fraksi ekstrak etanol daun dewandaru dengan

aktivitas antiradical yang lebih poten dibanding tokoferol atau vitamin E

(Rohayati, 2007 dan Negara, 2007).

Page 5: Article PDF 6

5

B. RUMUSAN MASALAH

Dalam pembahasan karya tulis ini, penulis telah merumuskan dua

permasalahan pokok, yaitu:

1. Kerusakan dan penyakit degeneratif apa yang diakibatkan radikal bebas?

2. Apakah tanaman Dewandaru memilki potensi sebagai antioksidan yang

dapat mencegah penyakit degeneratif?

C. TUJUAN DAN MANFAAT

Adapun tujuan yang hendak dicapai penulis dalam penyusunan karya

tulis ini adalah:

1. Mengetahui kerusakan dan penyakit degeneratif yang diakibatkan radikal

bebas.

2. Mengetahui potensi Tanaman Dewandaru sebagai antioksidan yang dapat

mencegah penyakit degeneratif.

Manfaat :

Karya tulis ini diharapkan dapat menambah informasi tentang

ekstrak tumbuhan yang aktif sebagai penangkap radikal bebas sehingga

dapat dijadikan bahan pengembangan obat-obat alami yang baru untuk

pencegahan atau terapi terhadap berbagai macam penyakit – penyakit yang

disebabkan oleh aktivitas radikal bebas. Selain itu sebagai referensi

kepada masyarakat tentang penggunaan tanaman tradisional yang

berkhasiat meningkatkan kualitas kesehatan.

Page 6: Article PDF 6

6

D. TELAAH PUSTAKA

1. Radikal Bebas

a) Pengertian radikal bebas

Radikal bebas merupakan atom atau molekul yang

mengandung satu atau lebih elektron – elektron yang tidak

berpasangan pada orbital terluarnya (Fessenden, 1986). Senyawa

radikal bebas timbul akibat berbagai proses kimia kompleks dalam

tubuh (Reynertson, 2007), berupa hasil sampingan dari proses oksidasi

atau pembakaran sel yang berlangsung pada waktu bernapas,

metabolisme sel, olahraga berlebihan, peradangan atau ketika tubuh

terpapar polusi lingkungan seperti asap kendaraan bermotor, asap

rokok, bahan pencemar dan radiasi matahari atau radiasi kosmis

(Machlin, 1992).

Radikal bebas dalam tubuh bersifat sangat reaktif. Untuk

menjadi stabil, radikal memerlukan elektron yang berasal dari

pasangan elektron molekul disekitarnya, sehingga terjadi perpindahan

elektron dari molekul donor ke molekul radikal untuk menjadikan

molekul tersebut stabil. Akibat reaksi tersebut, molekul donor menjadi

radikal baru yang tidak stabil dan memerlukan electron dari molekul di

sekitarnya untuk menjadi stabil. Demikian seterusnya terjadi reaksi

berantai perpindahan elektron (Windono, 2000). Dalam tubuh, radikal

bebas akan berinteraksi dengan bagian tubuh maupun sel – sel tertentu

Page 7: Article PDF 6

7

yang tersusun atas lemak, protein, karbohidrat, DNA, dan RNA

(Reynertson, 2007).

b) Sumber radikal bebas

Sumber radikal bebas bisa berasal dari dalam tubuh kita

sendiri (endogen), bisa pula dari luar tubuh (eksogen). Radikal

endogen terbentuk sebagai sisa proses metabolisme (proses

pembakaran) protein, karbohidrat, dan lemak pada mitokondria, proses

inflamasi atau peradangan,rekasi antara besi dan logam transisi dalam

tubuh,fagosit, xantin oksidase, peroksisom,maupun pada kondisi

iskemia (reperfusi) . Sedangkan radikal bebas eksogen berasal dari

polusi udara, asap kendaraan bermotor, asap rokok, radiasi Ultra

Violet,pelbagai bahan kimia, makanan yang terlalu hangus

(carbonated) dan lain sebagainya (Langseth,1995).

Sumber radikal bebas, baik endogenus maupun eksogenus

terjadi melalui sederetan mekanisme reaksi. Yang pertama

pembentukan awal radikal bebas (inisiasi), lalu perambatan atau

terbentuknya radikal baru (propagasi), dan tahap terakhir (terminasi),

yaitu pemusnahan atau pengubahan menjadi radikal bebas stabil dan

tidak reaktif.

Page 8: Article PDF 6

8

2. Antioksidan

Antioksidan adalah substansi yang dalam konsentrasi rendah

sudah dapat menghambat atau menangkal proses oksidasi (Vaya dan

Aviram, 2001). Antioksidan menstabilkan radikal bebas dengan

melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki radikal bebas, dan

menghambat terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal bebas.

Antioksidan dapat digunakan sebagai peredam radikal yang bermanfaat

apabila setelah bereaksi dengan radikal bebas, akan menghasilkan radikal

baru yang stabil atau senyawa bukan radikal (Windono et al., 2000).

Menurut Huang 2005, Antioksidan dapat dibedakan menjadi

antioksidan enzimatik dan non enzimatik. Antioksidan enzimatik

contohnya : superoksid dismutase, catalase, glutathione peroksidase.

Sedangkan antioksidan non enzimatik adalah kofaktor enzim antioksidan,

penghambat enzim oksidatif, pembentuk khelat logam transisi, dan

penangkap radikal.

3. Tanaman dewandaru

a. Klasifikasi

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Bangsa : Myrtales

Suku : Myrtaceae

Marga : Eugenia

Page 9: Article PDF 6

9

Jenis : Eugenia uniflora Linn.

Sinonim : Eugenia uniflora Lamk.

(Backer & Van den Brink, 1965)

b. Nama daerah

Jawa : Asam selong, belimbing londo, dewandaru.

Sumatra : Cereme asam

(Hutapea dkk, 1994)

c. Morfologi

Habitus : Perdu tegak, tahunan, tinggi ± 5 meter

Batang : Tegak berkayu, bulat, coklat

Daun : Tunggal, berhadapan, berseling atau tersebar, lonjong,

ujung runcing, pangkal meruncing, tepi rata, pertulangan

menyirip, panjang ± 5 cm, lebar ± 4 cm, berwarna hijau.

Daun penumpu tidak ada.

Bunga : Tunggal, beraturan, berkelamin dua; daun pelindung kecil,

berwarna hijau; kelopak berdaun lekat, bertajuk tiga sampai

lima; benang sari banyak putih; bentuk silindris; mahkota

berbentuk kuku, kuning.

Buah : Buni, bulat, batu, kotak, diameter ± 1,5 cm, merah

Biji : Kecil, keras, berwarna coklat

Akar : Tunggang, coklat

(Hutapea dkk, 1994)

Page 10: Article PDF 6

10

4. Kandungan kimia tanaman yang berpotensi sebagai antioksidan

Senyawa kimia yang tergolong dalam kelompok antioksidan dan

dapat ditemukan pada tanaman, antara lain berasal dari golongan polifenol,

bioflavanoid, vitamin C, vitamin E, β-karoten, katekin, licopen

(Cavalcante, 1992) dan resveratrol (Hernani dan Raharjo, 2006).

Studi terbaru menunjukan bahwa flavanoid dan polifenol

memiliki kontribusi yang besar terhadap total aktivitas antioksidan dari

suatu buah-buahan atau sayuran (Einbond et al, 2004).

Page 11: Article PDF 6

11

BAB II

METODE PENULISAN

Dalam penyusunan karya tulis ini menggunakan metode studi literatur

yang menguraikan prosedur secara cermat, meliputi :

a. Pengumpulan data atau informasi

b. Pengolahan data atau informasi

c. Analisis sintesis

d. Pengambilan kesimpulan

e. Perumusan saran atau rekomendasi

f. Penyusunan naskah

Dalam penyusunan karya tulis ini dilakukan dengan tahapan sebagai

berikut :

A. Penelusuran Pustaka

Penelusuran pustaka merupakan landasan awal dalam penulisan suatu

karya tulis. Penelusuran pustaka ini dilakukan untuk memperoleh data atau

informasi yang berkaitan dengan penulisan karya tulis ini. Penelusuran

pustaka merupakan studi literatur, meliputi :

1) Kerusakan akibat radikal bebas.

2) Kandungan kimia tanaman Dewandaru.

3) Mekanisme senyawa antioksidan dalam Dewandaru.

11

Page 12: Article PDF 6

12

B. Teknik Pengumpulan Data

Dalam menyusun karya tulis, teknik pengumpulan data dilakukan

melalui penelitian kepustakaan yaitu metode pengumpulan data dengan

mempelajari data sekunder dan data tersier yang berkaitan dengan efek

radikal bebas dan potensi Dewandaru sebagai antioksidan yang dapat

mencegah penyakit degeneratif.

C. Analisis Data

Analisis data pada penyusunan karya tulis ini lebih diutamakan pada

pelurusan isu global tentang efek radikal bebas dan potensi Dewandaru

sebagai antioksidan yang dapat mencegah penyakit degeneratif.

Page 13: Article PDF 6

13

BAB III

PEMBAHASAN

A. Kerusakan dan Penyakit Degeneratif Akibat Radikal Bebas.

Radikal bebas berperan dalam terjadinya berbagai penyakit. Hal ini

dikarenakan radikal bebas adalah spesi kimia yang memiliki pasangan

elektron bebas di kulit terluar sehingga sangat reaktif dan mampu bereaksi

dengan protein, lipid, karbohidrat, atau DNA. Reaksi antara radikal bebas dan

molekul itu berujung pada timbulnya suatu penyakit, antara lain :

1. Kerusakan sel atau jaringan hidup

Sel dan jaringan hidup selalu membutuhkan oksigen untuk proses

biologisnya. Pada keadaan keadaan iskemia atau kekurangan oksigen,

terjadi mekanisme reperfusi atau restorasi oksigen bersama aliran darah.

Adanya oksigen radikal pada proses reperfusi ini memperburuk keadaan

sel atau jaringan hidup yang kekurangan oksigen, sehingga dapat memicu

kerusakan bahkan kematian sel atau jaringan hidup (Langseth, 1995).

2. Kerusakan DNA pada inti sel

Senyawa radikal bebas merupakan salah satu faktor penyebab

kerusakan DNA di samping penyebab lain seperti virus, radiasi, dan zat

kimia karsinogen. Bila kerusakan tidak terlalu parah, masih dapat

diperbaiki oleh sistem perbaikan DNA. Namun bila sudah menyebabkan

rantai DNA terputus di berbagai tempat, kerusakan ini tidak dapat

diperbaiki lagi sehingga pembelahan sel akan terganggu bahkan terjadi

13

Page 14: Article PDF 6

14

perubahan abnormal yang mengenai gen tertentu dalam tubuh yang dapat

menimbulkan penyakit kanker (Kumalaningsih, 2007).

3. Artheroschlerosis

Perubahan LDL (Low Density Lipoprotein) menjadi bentuk LDL

teroksidasi yang dimediai oleh radikal bebas dapat menyebabkan

kerusakan dinding arteri dan kerusakan bagian arteri lainnya. Oksidasi

LDL juga dapat meningkatkan kekerasan atherosclerosis (Langseth,

1995).

4. Penyakit Jantung Koroner (PJK)

PJK merupkan silent killer nomer satu yang disebabkan oleh

teroksidasinya Low Density Lipoprotein (LDL) yang antara lain oleh

adanya radikal bebas. LDL yang teroksidasi akan mengendap di pembuluh

darah jantung sehingga menjadi sempit dan aliran darah terganggu yang

menyebabkan sebagiab sel – sel jantung kekurangan makanan dan mati

(Kumalaningsih, 2007)

5. Kerusakan Lensa Mata

Katarak terjadi karena material transparan pada lensa mata telah

menjadi buram. Kebanyakan material transparan pada lensa adalah protein

dengan masa hidup panjang, yang dapat rusak karena usia. Oksidasi yang

dipicu oleh cahaya merupakan penyabab utama kerusakan protein pada

lensa mata. Protein yang teroksidasi akan menggumpal dan mengendap,

yang menyebabkan lensa mata menjadi buram dan kabur (Langseth, 1995).

Page 15: Article PDF 6

15

6. Proses penuaan

Umumnya semua sel jaringan organ dapat menangkal serangan

radikal bebas karena di dalamnya terdapat sejenis enzim khusus yang

mampu melawan, namun karena manusia secara alami mengalami

degradasi seiring dengan peningkatan usia akibat radikal bebas itu sendiri,

otomatis pemusnahanya tidak pernah mencapai 100% meski secara teori

dapat dipunahkan oleh berbagai antioksidan. Belum lagi adanya

rangsangan untuk membentuk radikal bebas yang berasal dari lingkungan

sekitar. Karena itu, secara perlahan tapi pasti, terjadi kerusakan jaringan

oleh radikal bebas yang tidak terpulihkan

Kerusakan jaringan secara pelan ini merupakan proses terjadinya

penuaan, seperti kehilangan elastisitas jaringan kolagen dan otot sehingga

kulit tampak keriput, terjadinya lipofuchsin atau bintik-bintik pigmen

kecoklatan di kulit yang merupakan timbunan sisa pembakaran dalam sel

(Kumalaningsih, 2007).

Radikal bebas secara luas juga dapat menyerang organ – organ

penting dan sel dalam tubuh manusia seperti hati, paru-paru, ginjal,

eritrosit, mata, saluran pencernaan otot, otak bahkan kerusakan multiorgan

(Langseth, 1995).

B. Potensi Tanaman Dewandaru Sebagai Antioksidan

1. Kandungan Kimia dalam Tanaman Dewandaru yang Bertanggungjawab

terhadap Aktivitas Antioksidan.

Page 16: Article PDF 6

16

Suatu konsensus yang kuat menyatakan bahwa flavonoid dan

turunan polifenol merupakan komponen yang bertanggung jawab terhadap

aktivitas antioksidan dalam buah dan sayuran. Mengkonsumsi flavonoid

dapat mereduksi inflamasi dan menangkap radikal bebas maupun senyawa

oksigen reaktif, karena flavonoid dapat menghambat enzim enzim

oksidatif. Selain itu Flavonoid dan turunan polifenol sebagai antioksidan

dapat menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi kekurangan elektron

yang dimiliki radikal bebas, dan menghambat terjadinya reaksi berantai

dari pembentukan radikal bebas.

Tanaman Dewandaru memiliki kandungan polifenol maupun

komponen flavonoid yang cukup tinggi. Hal ini didukung oleh penelitian

yang dilakukan oleh Oleveira, 2005 dengan menggunakan GC MS bahwa

buah Dewandaru mengandung senyawa monoterpen (75,3 % b/b) yang

terdiri dari trans-α-ocimene, cis-ocimene, isomer α-ocimene dan α-pinene.

Selain itu penelitian Eindbond et al, 2002 menunjukan pula bahwa ekstrak

metanol buah Dewandaru mengandung cyanidin-3-O-α-glucopyranoside

dan delphinidin-3-O-α-glucopyranoside, suatu antosian-antioksidan.

Analisis terhadap minyak esensial dari buah Dewandaru menunjukan

adanya kandungan linalool (Galhiane et al., 2005). Sedangkan pada ekstrak

daunnya mengandung myricetin, myricitrin, gallocatechin, quercetin, dan

quercitrin yang merupakan flavonoid antioksidan (Reynertson, 2007 cit

Schmeda, 1987). Tidak hanya itu, disertasi yang dikerjakan oleh

Reynertson 2007 pada 14 ektrak buah yang meliputi genus Eugenia,

Page 17: Article PDF 6

17

Myrciaria dan Syzygium (famili myrtaceae) menunjukan adanya

kandungan cyanidin 3-glucoside, delphinidin 3-glucoside, ellagic acid,

kaempferol, myricetin, quercetin, quercitrin, dan rutin, serta licopene yang

merupakan senyawa flavonoid dengan aktivitas antioksidan yang tinggi.

Kandungan kimia yang terdapat dalam tanaman Dewandaru,

meliputi senyawa – senyawa polifenol dan flavonoid yang cukup banyak,

memilki hubungan sekaligus bertanggungjawab terhadap aktivitas

antioksidan yang dihasilkan. Hal ini membuktikan bahwa tanaman

dewandaru sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai obat untuk

mencegah maupun mengobati penyakit-penyakit degeneratif akibat radikal

bebas.

2. Mekanisme Senyawa Polifenol dan Flavonoid Sebagai antioksidan

Senyawa polifenol dan flavonoid dalam tanaman Dewandaru

berfungsi sebagai antioksidan dengan menghambat langkah propagasi,

yaitu memutus rantai autoksidasi atau disebut juga Chain-breaking

antioxidants (AH). Berupa molekul dengan ikatan dengan hidrogen yang

lemah sehingga mudah diserang pada reaksi propagasi, tapi hasil reaksinya

merupakan radikal yang stabil yang tdk mempropagasi rantai reaksi.

Antioksidan fenolik juga sering disebut sebagai antioksidan primer atau

antioksidan sejati (true antioxidant).

Adapun reaksi pemutusan rantai autooksidasi senyawa polifenol

atau flavonnoid :

Page 18: Article PDF 6

18

Gambar 1. pemutusan reaksi autooksidasi oleh senyawa polifenol

membentuk prodik radikal nonreaktif.

Senyawa fenol pada gambar, mendonasikan satu atom hydrogen

pada senyawa radikal peroksil (ROO.) diikuti oksidasi lebih lanjut

membentuk produk akhir yang stabil nondekstukstif. Produk akhir yang

dihasilkan tidak akan mempropagasi lebih lanjut rantai reaksi, sehingga

tahap propagasi terputus dan pembentukan radikal selanjutnya dapat

dicegah.

ROO

R

HO

RR

ROOH

R

O

RR

R

O

RR

ROO

R

O

RR

OOR

Page 19: Article PDF 6

19

Gambar 2. Skema pemutusan reaksi autooksidasi oleh Chain-breaking

antioxidants (AH)

Chain-breaking antioxidants (AH) bisa bereaksi dengan radikal peroksil dan

alkoksil, sehingga dapat menghambat pembentukan, isomerisasi dan dekomposisi

hidroperoksida.

RH

R O2

ROO

ROOH

RH AH

A

ROO RO ROHROOH

AHA AH A

produk isomerisasidan dekomposisi

produk dekomposisi

preventive antioxidant

AH, chain-breaking antioxidant

Page 20: Article PDF 6

20

BAB IV

PENUTUP

1. KESIMPULAN

Radikal bebas adalah spesi kimia yang memiliki pasangan elektron

bebas di kulit terluar sehingga sangat reaktif dan mampu bereaksi dengan

protein, lipid, karbohidrat, atau DNA membentuk produk dekstruktif seperti

penyakit degeneratif (penyakit jantung koroner, kerusakan mata, kanker,

artherosclerosis, penuaan dini).

Senyawa polifenol dan flavonoid dalam tanaman Dewandaru

berfungsi sebagai antioksidan dengan menghambat langkah propagasi, yaitu

memutus rantai autoksidasi atau disebut juga Chain-breaking antioxidants

(AH) sehingga sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai obat untuk

mencegah maupun mengobati penyakit-penyakit degeneratif akibat radikal

bebas.

2. SARAN

Mengingat besarnya bahaya radikal bebas dan meningkatnya faktor-

faktor penyebab terbentuknya radikal bebas, diharapkan upaya-upaya dalam

rangka pengembangan obat-obat alami yang baru untuk pencegahan atau

terapi terhadap berbagai macam penyakit – penyakit yang disebabkan oleh

aktivitas radikal bebas.

20

Page 21: Article PDF 6

21

DAFTAR PUSTAKA

Backer, C.A., and Brink, B.R.C., 1965, Flora of Java (Spermatophytes only), Vol

I.2., N.V.P. Noordh of Groningen The Netherlands. Cavalcante, ML., Rodriguez-Amaya DB, 1992, Carotenoid composition of the

tropical fruits Eugena uniflora and Malphigia glabra, In: Charalambous, G. editor, Food science and human nutrition. Amsterdam: Elsevier Science Publishers, 643-650.

Einbond, L.S. et al., 2004, Anthocyanin Antioxidants From Edible Fruits, Food

Chemistry, 84:23–28 Fessenden, Ralph.J and Fessenden, Joan, 1986, Kimia Organik, Jilid 1, Edisi

Ketiga, Erlangga, Jakarta. Galhiane, M.S., et al., 2006, Influence of Different Extraction Methods on The

Yield and Linalool Content of The Extracts of Eugenia Uniflora L, Talanta, 70: 287.

Hernani dan Raharjo, M., 2006, Tanaman Berkhasiat Antioksidan, Penebar

Swadaya, Jakarta Hutapea, J.R., 1994, Inventaris Tanaman Obat Indonesia, Jilid III, 45, Badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Jain, Karisma, et al., 2004, Effect of UV-B Radiation On Antioxidant Enzymes

and Its Modulation By Benzoquinone and α-tocopherol in Cucumber cotyledons, Current Science, Vol.87.

Kumalaningsih, Sri, 2007, Radikal Bebas, (on line). (, diakses tanggal 02 April

2008). Langseth, Lilian, 1995, Oxidant, Antioxidant, and Disease Prevention,

International Life Science Institute press, Belgium. Machlin, LJ., 1992, Implication for The Biomedical Field, Antioxidant: Chemical,

Physiological, Nutritional, and Toxicological Aspect, Pricenton, NJ; Priceton Scientific Publishing. 1992: 383-387 in: Langseth, Lilian, 1995, Oxidant, Antioxidant, and Disease Prevention, International Life Science Institute press, Belgium.

Page 22: Article PDF 6

22

Middleton Jr, E., Kandaswami, C., 1994, The Impact of Plant Flavonoid on Mammalian Biology : Implication for Immunity, Inflammation and Cancer, In: Harborne, J.B, The Flavonoid: Advances in Research Since 1986, Chapman & Hall, lLondo, 619-652.

NASA, 2007, Life On Earth, (on line),

(http;//www.nasa.gov/vision/earth/environment/ozone_resource_page.html, diakses tanggal 20 Maret 2008) .

Poumorad, F., Hosseinimehr, S.J., Shahabimajd, N., 2006, Antioxidant Activity,

Phenol and Flavonoid Contents of Some Selected Iranian Medicinal Plants, African Journal Of Biotechnology, Vol (11), pp. 1142-1145.

Reynertson, K.A., 2007, Phytochemical Analysis of Bioactive Constituens from

Edible Myrtaceae Fruit, Dissertation, The City University of New York, New York.

Rohayati, A., 2007, Uji Aktivitas Penangkap Radikal Bebas Fraksi Polar Ekstrak

Etanol Daun Dewandaru (Eugenia uniflora L.) Dengan Metode DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil) Beserta Penetapan Kadar Fenol Dan Flavanoidnya, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta

Scheen, A.J., 2000, Antioxidant vitamins in the prevention of cardiovascular

disease, Second part: results of clinical trials, Revue Medicale de Liege, 55: 105-109

Schmeda-Hirschmann, G., Theoduloz, C., Franco, L., Ferro, E., Rojas de Arias,

A., 1987, Preliminary Pharmacological Studies on Eugenia uniflora Leaves: Xanthine Oxidase Inhibitory Activity, Journal of Ethnopharmacology, 21: 183-186.

Vaya, Jacob and Aviram, Michael., 2001, Nutritional antioxidant : mechanism of

action, analyses of activities and medical applications, Curr. Med. Chem-Imm, Endoc. & Metab, Agents.,1: 99-117.

Vinson, J., Jang, J., Yang, J., Dabbagh, Y., Liang, X., Serry, M., Proch, J., & Cai,

S., 1999, Vitamins and Especially Flavonoids in Common Beverages are Powerful in Vitro Antioxidants Which Enrich Low Density Lipoproteins and Increase Their Oxidative Resistance After ex Vivo Spikingin Human Plasma, Journal of Agricultural & Food Chemistry, 47: 2502–2504.