analisis dan li dul (autosaved)
Post on 10-Apr-2016
215 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Analisis Masalah
1. Satu tahun yang lalu pernah mengeluh sakit di daerah tengkuk dan berobat ke praktek dan
dokter mengatakan Tn. Menderita penyakit darah tinggi namun hanya berobat satu bulan
kemudian tidak pernah berobat lagi.
d.Mengapa daerah tengkuk terasa sakit ?
jawab: banyak sekali penyebab daerah tengkuk terasa sakit seperti salah berbaring.namun
kalau ditinjau dari kasus ini,memang nyeri tengkuk merupakan salah satu gejala
hipertensi,akibat berkurangnya pasokan darah ke daerah sekitar leher.jika iti terjadi ke otak
maka timbul sakit kepala.
2. Riwayat darah tinggi dalam keluarga (+), ayah meninggal karena stroke. Tidak ada
riwayat merokok dan tidak pernah menderita sakit paru. Tn. B senang makan makanan
cemilan yang digoreng
b. bagaimana hubungan riwayat hipertensi dan stroke orangtua dan tn. B pada kasus
ini ?
jawab: jelas bahwa hipertensi dapat diturunkan dari orang tua(herediter) secara
genetic.anak yang salah satu orang tuanya menderita hipertensi kemungkinan untuk
diturunkan adalah 25 % sedangkan apabila kedua orang tuanya terkena maka
kemungkinan 60% untuk diturunkan.
untuk kasus stroke pada orang tua tidak ada hubungannya dengan kasus ini karena
stroke sendiri merupakan manifestasi dari hipertensi itu sendiri yang melewati
ambang batas pada keadaan-keadaan tertentu.
7. Dokter puskesmas menyimpulkan Tn. B menderita penyakit jantung hipertensi
a. Apa level kompetensi seorang dokter umum pada kasus ini ?
Jawab: pada kasus jantung hipertensi atau hipertensi esensial kompetensi dokter umum
indonesia berdasarkan SKDI adalah 4A yaitu Lulusan dokter mampu membuat diagnosis
klinik dan melakukan penatalaksanaan penyakit tersebut secara mandiri dan tuntas.
b. apa saja peran dokter umum terkait level kompetensi pada kasus ini ?
jawab: untuk membuat diagnosis klinik maka dokter harus mampu menganamnesis
pasien secara komprehensif dan melakukan pemeriksaan fisik ataupun penunjang
lainnya.
Untuk penatalaksanaan
Prognosis pada kasus ini tergantung seberapa besar hipertrofi ventrikel kiri.karena
semakin besar LVH maka semakin besar kemungkinan komplikasi terjadi.
Untuk pengobatan terbagi atas 2 jenis yaitu terapi non Farmakologis dan
Farmakologis.
c. apa saja risk factor pada kasus ini ?
jawab: Faktor genetik (tidak dapat dimodifikasi atau dikendalikan) :
Usia, hipertensi umumnya berkembang antara 35 – 55 tahun
Etnis, etnis Amerika keturunan Afrika (40 %)menempati risiko tertinggi terkena
hipertensi
Keturunan, beberapa peneliti meyakini bahwa 30-60% kasus hipertensi adalah
diturunkan secara genetis.
Jenis kelamin,wanita lebih resisten terkena hipertensi karena faktor hormonal,kecuali
saat setelah menopause.
Faktor lingkungan (dapat dimodifikasi)
Diet, makanan dengan kadar garam tinggi dapat meningkatkan tekanan darah seiring
dengan bertambahnya usia.
Obesitas/kegemukan, tekanan darah meningkat seiring dengan peningkatan berat
badan.
Merokok, dapat meningkatkan tekanan darah dan cenderung terkena penyakit jantung
koroner.
Kondisi penyakit lain, seperti diabetes melitus tipe 2 cenderung meningkatkan risiko
peningkatan tekanan darah 2 kali lipat.
Jarang berolahraga dapat meningkatkan tekanan darah sehubungan dengan
pembentukan plak pada pembuluh darah
Obat-obatan dan minuman yang beralkohol
Stress(tekanan),ini hanya bersifat sementara.
Learning Issues
JANTUNG HIPERTENSI
A. Pengertian
Penyakit jantung hipertensi atau Hipertensi heart disease (HHD) adalah istilah
yang diterapkan untuk menyebutkan penyakit jantung secara keseluruhan, mulai dari left
ventricle hyperthrophy (LVH), aritmia jantung, penyakit jantung koroner, dan penyakit
jantung kronis (CHF), yang disebabkan karena peningkatan tekanan darah, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Penyakit jantung hipertensi adalah suatu penyakit yang berkaitan dengan dampak
sekunder pada jantung karena hipertensi sistemik yang lama dan berkepanjangan.
Penyakit jantung hipertensi merujuk kepada suatu keadaan yang disebabkan oleh
peningkatan tekanan darah (hipertensi). Hipertensi yang berkepanjangan dan tidak
terkendali dapat mengubah struktur miokard, pembuluh darah dan sistem konduksi jantung.
Perubahan-perubahan ini dapat mengakibatkan hipertrofi ventrikel kiri, penyakit arteri
koroner, gangguan sistem konduksi, disfungsi sistolik dan diastolik miokard yang nantinya
bermanifestasi klinis sebagai angina (nyeri dada), infark miokard, aritmia jantung (terutama
fibrilasi atrium) dan gagal jantung kongestif.
B. Etiologi
Tekanan darah tinggi meningkatkan beban kerja jantung, dan seiring dengan
berjalannya waktu hal ini dapat menyebabkan penebalan otot jantung. Karena jantung
memompa darah melawan tekanan yang meningkat pada pembuluh darah yang
meningkat, ventrikel kiri membesar dan jumlah darah yang dipompa jantung setiap
menitnya (cardiac output) berkurang. Tanpa terapi, gejala gagal jantung akan makin
terlihat.
Tekanan darah tinggi adalah faktor resiko utama bagi penyakit jantung dan stroke.
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan penyakit jantung iskemik ( menurunnya suplai
darah untuk otot jantung sehingga menyebabkan nyeri dada atau angina dan serangan
jantung) dari peningkatan suplai oksigen yang dibutuhkan oleh otot jantung yang
menebal.
Tekanan darah tinggi juga berpenaruh terhadap penebalan dinding pembuluh darah
yang akan mendorong terjadinya aterosklerosis (peningkatan kolesterol yang akan
terakumulasi pada dinding pembuluh darah). Hal ini juga meningkatkan resiko seangan
jantung dan stroke. Penyakit jantung hipertensi adalah penyebab utama penyakit dan
kematian akibat hipertensi.
C. Patofisiologi
Patofisiologi dari penyakit jantung hipertensi adalah satu hal komplek yang melibatkan
banyak faktor yang saling mempengaruhi, yaitu hemodinamik, struktural, neuroendokrin,
seluler, dan faktor molekuler. Di satu sisi, faktor-faktor ini memegang peranan dalam
perkembangan hipertensi dan komplikasinya, di sisi lain peningkatan tekanan darah itu
sendiri dapat memodulasi faktor-faktor tersebut. Adapun patofisiologi berbagai efek
hipertensi terhadap jantung berbeda-beda dan akan dijelaskan berikut ini.
1. Hipertrofi ventrikel kiri
Hipertrofi ventrikel kiri (left ventricular hypertrophy / LVH) terjadi pada 15-20%
penderita hipertensi dan risikonya meningkat dua kali lipat pada pasien obesitas.
Hipertrofi ventrikel kiri merupakan pertambahan massa pada ventrikel (bilik) kiri
jantung. Hal ini merupakan respon sel miosit terhadap stimulus yang menyertai
peningkatan tekanan darah. Hipertrofi miosit terjadi sebagai mekanisme kompensasi
peningkatan tekanan afterload. Stimulus mekanis dan neurohormonal yang menyertai
hipertensi akan mengaktivasi pertumbuhan sel miokard, ekspresi gen dan berujung
kepada hipertrofi ventrikel kiri. Selain itu aktivasi sistem renin-angiotensin akan
menyebabkan pertumbuhan intestitium dan komponen sel matriks.
Berbagai bentuk hipertrofi ventrikel kiri telah diidentifikasi, di antaranya hipertrofi
ventrikel kiri konsentrik dan hipertrofi ventrikel kiri ekstenstrik. Pada hipertrofi ventrikel
kiri konsentrik terjadi peningkatan massa dan ketebalan serta volume dan tekanan
diastolik. Pasien dengan hipertrofi ventrikel kiri konsentrik umumnya memiliki prognosis
yang lebih buruk. Adapun pada hipertrofi ventrikel kiri eksentrik terjadi peningkatan
hanya pada lokasi tertentu, misalnya daerah septal. Walaupun hipertrofi ventrikel kiri
bertujuan untuk melindungi terhadap stress yang ditimbulkan oleh hipertensi, namun
pada akhirnya dapat menyebabkan disfungsi miokard sistolik dan diastolik.
2. Abnormalitas atrium kiri
Abnormalitas atrium kiri meliputi perubahan struktural dan fungsional, sangat
sering terjadi pada pasien hipertensi. Hipertensi akan meningkatkan volume diastolik
akhir (end diastolic volume / EDV) di ventrikel kiri sehingga atrium kiri pun akan
mengalami perubahan fungsi dan peningkatan ukuran. Peningkatan ukuran atrium kiri
tanpa disertai gangguan katup atau disfungsi sistolik biasanya menunjukkan hipertensi
yang sudah berlangsung lama / kronis dan mungkin berhubungan dengan derajat
keparahan disfungsi diastolik ventrikel kiri. Pasien juga dapat mengalami fibrilasi atrium
dan gagal jantung.
3. Gangguan katup
Hipertensi berat dan kronik dapat menyebabkan dilatasi pada pangkal aorta
sehingga menyebabkan insufisiensi katup. Hipertensi yang akut mungkin menyebabkan
insufisiensi aorta, yang akan kembali normal jika tekanan darah dikendalikan. Selain
menyebabkan regurgitasi (aliran balik) aorta, hipertensi juga akan mempercepat proses
sklerosis aorta dan regurgitasi katup mitral.
4. Gagal jantung
Gagal jantung merupakan komplikasi yang sering terjadi pada hipertensi kronis.
Pasien dengan hipertensi dapat menunjukkan gejala-gejala gagal jantung namun dapat
juga bersifat asimptomatis (tanpa gejala). Prevalensi (gagal jantung) disfungsi diastolik
asimptomatis pada pasien hipertensi tanpa disertai hipertrofi ventrikel kiri adalah
sebanyak 33 %. Peningkatan tekanan afterload kronik dan hipertrofi ventrikel kiri dapat
mempengaruhi fase relaksasi dan pengisian diastolik ventrikel.
Disfungsi diastolik sering terjadi pada penderita hipertensi, dan terkadang disertai
hipertrofi ventrikel kiri. Hal ini disebabkan oleh peningkatan tekanan afterload, penyakit
arteri koroner, penuaan, disfungsi sistolik dan fibrosis. Disfungsi sistolik asimptomatis
biasanya mengikuti disfungsi diastolik. Setelah beberapa lama, hipertrofi ventrikel kiri
gagal mengkompensasi peningkatan tekanan darah sehingga lumen ventrikel kiri
berdilatasi untuk mempertahankan cardiac output. Dalam waktu yang lama, fungsi
sistolik ventrikel kiri akan menurun. Penurunan ini mengaktifkan sistem neurohormonal
dan renin-angiontensin, sehingga meretensi garam dan air dan meningkatkan
vasokonstriksi perifer, yang akhirnya malah memperburuk keadaan dan menyebabkan
disfungsi sistolik.
Apoptosis (kematian sel terprogram yang dirangsang oleh hipertrofi miosit dan
ketidakseimbangan stimulus dan inhibitornya) diduga memainkan peranan penting dalam
peralihan fase “terkompensasi” menjadi fase “dekompensasi”. Peningkatan mendadak
tekanan darah dapat menyebabkan edema paru tanpa adanya perubahan fraksi ejeksi
ventrikel kiri. Secara umum dilatasi ventrikel kiri (asimtomatik atau simtomatik) dapat
memperburuk keadaan dan meningkatkan risiko kematian. Disfungsi ventrikel kiri serta
dilatasi septal dapat menyebabkan penebalan ventrikel kanan dan disfungsi diastolik.
5. Iskemia miokard
Pada pasien hipertensi dapat timbul iskemia miokard yang bermanifestasi sebagai
nyeri dada / angina pektoris. Hal ini dikarenakan hipertensi menyebabkan peningkatan
tekanan di ventrikel kiri dan transmural, peningkatan beban kerja yang mengakibatkan
hipertrofi ventrikel kiri. Suplai oksigen yang tidak sanggup memenuhi kebutuhan otot
jantung yang membesar akan menyebabkan nyeri dada. Hal ini diperparah jika terdapat
penyulit seperti aterosklerosis.
6. Aritmia jantung
Aritmia jantung yang sering ditemukan pada pasien hipertensi adalah fibrilasi
atrium, kontraksi prematur ventrikel dan takikardia ventrikel. Berbagai faktor berperan
dalam mekanisme arituma seperti miokard yang sudah tidak homogen, perfusi buruk,
fibrosis miokard dan fluktuasi pada saat afterload.
Sekitar 50% pasien dengan fibrilasi atrium memiliki penyakit hipertensi.
Walaupun penyebab pastinya belum diketahui, namun penyakit arteri koroner dan
hipertrofi ventrikel kiri diduga berperan dalam menyebabkan abormalitas struktural di
atrium kiri. Fibrilasi atrium dapat menyebabkan disfungsi sistolik dan diastolik serta
meningkatkan risiko komplikasi tromboembolik seperti stroke.
Kontraksi prematur ventrikel, aritmia ventrikel dan kematian jantung mendadak
ditemukan lebih sering pada pasien dengan hipertrofi ventrikel kiri. Penyebab aritmia
seperti ini diduga akibat proses penyakit arteri koroner dan fibrosis miokard yang
berjalan bersamaan.
D. Manifestasi Klinis
Pada tahap awal, seperti hipertensi pada umumnya kebanyakan pasien tidak ada keluhan.
Bila simtomatik, maka biasanya disebabkan oleh:
1. Peninggian tekanan darah itu sendiri seperti berdebar-debar, rasa melayang (dizzy)
dan impoten
2. Cepat capek, sesak napas, sakit dada, bengkak kedua kaki atau perut. Gangguan
vaskular lainnya adalah epistaksis, hematuria, pandangan kabur karena perdarahan retina,
transient cerebral ischemic
3. Penyakit dasar seperti pada hipertensi sekunder: polidipsia, poliuria, kelemahan otot
pada aldosteronisme primer, peningkatan berat badan cepat dengan emosi yang labil pada
sindrom Cushing. Feokromositoma dapat muncul dengan keluhan episode sakit kepala,
palpitasi, banyak keringat, dan rasa melayang saat berdiri (postural dizzy)
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Urinalisis: protein, leukosit, eritrosit dan silinder
b. Pemeriksaan darah lengkap: hemoglobin / hematokrit, elektrolit darah: kalium,
BUN / kreatinin, Gula darah puasa, serta pemeriksaan total kolesterol
c. Pemeriksaan TSH: bisa meningkat pada pasien dengan hipotiroidisme dan
menurun pada hipertiroidisme
2. Pemeriksaan Radiologi
a. EKG: menunjukan hipertropi ventrikel kiri (LVH) pada sekitar 20 – 50% kasus
b. Foto dada: memperlihatkan adanya kardiomegali, tambahan untuk dilatasi LVH, pada
penyakit dengan stadium lanjut, serta penumpulan sudut kostofrenikus pada pasien yang
mengalami efusi pleura
c. CT scan, MRI, dan MRA (magnetic resonance angiografi) abdomen dan dada:
memperlihatkan adanya massa adrenal atau membuktikan adanya koarktasio aorta . CT
scan dan MRI jantung, walaupun tidak dilakukan secara rutin telah membuktikan secara
eksperimental terjadinya LVH
d. TTE (transthoracic echocardiography) bisa sangat berguna dalam mengenali
gambaran penyakit jantung hipertensi, dengan indikasi konfirmasi gangguan jantung atau
murmur atau hipertensi dengan kelainan katup.
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan (pencegahan dan pengobatan) Hipertensi secara garis besar dibagi
menjadi dua jenis, yaitu:
1. Penatalaksanaan Non Farmakologis
Tabel Modifikasi gaya hidup untuk mengatasi hipertensi
Penurunan berat badan Memperoleh dan mempertahankan BMI ideal, dan pencegahan obesitas
Reduksi garam < 5 gr NaCl / hariAdaptasi rencana diet jenis-DASH Diet yang kaya buah-buahan, sayur-sayuran,
konsumsi makanan rendah asam lemak jenuh dan kolesterol
Pengurangan konsumsi alkohol Mengurangi konsumsi alcohol bagi mereka yang mengkonsumsi alcohol
Aktivitas fisik Aktivitas latihan fisik secara teratur, seperti jalan cepat selama 30 menit / hari
2. Pentalaksanaan Farmakologis
Golongan obat-obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi seperti
obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE, vasodilator
langsung, dapat digunakan dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain
yang ada pada penderita
Daftar pustaka
KKI,2012”standar kompetensi dokter Indonesia” diunggah pada tanggal 10 september 2014
www.library.upnvj.ac.id/pdf/5FKS1KEDOKTERAN/207311029/Bab.2.pdf
top related