acara ii
Post on 03-Jan-2016
61 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ACARA II
PENENTUAN SIFAT FISIK DAN KIMIA LEMAK DAN MINYAK
A. Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk menentukan sifat fisik dan kimia
beberapa jenis minyak, yaitu berat jenis dan angka penyabunan.
B. Tinjauan Pustaka
Penentuan nilai iodin dan nilai saponifikasi lemak dan minyak
sangat penting untuk memperkirakan tingkat unsaturation dan rata-rata berat
molekul. Terutama, yang nilai iodin dan nilai saponifikasi dari minyak ikan
yang diperlukan untuk mendefinisikan kualitasnya, karena asam lemak
komposisi minyak ikan bervariasi dengan menangkap musim ini dan daerah,
dan ada minyak ikan yang termasuk tidak hanya triasilgliserol (TAG) tetapi
juga lilin ester atau diacyl gliseril eter. Meski metode titrasi ini umumnya
digunakan sebagai metode untuk menentukan iv dan sv lemak dan minyak,
sulit untuk mendapatkan hasil yang dapat diandalkan. Para analis yang
diperlukan untuk menggunakan teknik terampil dan metode titrasi mengambil
lebih dari 1 jam untuk menyelesaikan sampel. Yang nilai iodin dan sv dari
minyak nabati yang dapat dihitung dengan komposisi asam lemak
diperkirakan oleh gas cair kromatografi (GLC). Namun, metode GLC tidak
mampu menghitung nilai iodin dan nilai saponifikasi dari minyak ikan,
karena komposisi asam lemak dari minyak ikan rumit dan semua asam lemak
tidak dapat benar-benar diidentifikasi (Endo, 2005).
Nilai saponifikasi ditentukan menurut metode titremetri yang
dibahas oleh Pearson (1981). Dua gram sampel minyak ditimbang ke dalam
labu kerucut dan ditambahkan 25 ml ethanolic kalium hidroksida. Kemudian
direflux untuk 2 jam dengan stirrer dari waktu ke waktu. Satu ml
phenolphthalein ditambahkan dan dititrasi dengan 0.5 N asam klorida (HCl).
Proses yang sama dilakukan untuk penentuan blanko (Atinafu, 2011).
Asam lemak tak jenuh khususnya rentan terhadap proses oksidatif
yang melibatkan pembentukan asam lemak radikal bebas yang dapat
kemudian bereaksi dengan molekul oksigen untuk menghasilkan radikal
peroksida dan peroksidasi lipid (Sherwin, 1978) dan produk-produk yang
tidak diinginkan dengan bau yang tajam dan sifatnya yang beracun (Cheeke,
1991). Selama proses oksidatif sekunder produk termasuk keton,
malonaldehyde dan asam yang dihasilkan (Lin et al.,) tahun 1989. Nilai
gizinya paling sedikit lemak tengik atau feed hasil kerugian dalam gizi dan
ekonomi. Kualitas lemak makanan tidak hanya mempengaruhi kinerja hewan
pertumbuhan dan kesehatan tetapi juga mempengaruhi kualitas daging ayam
pedaging dan produk daging (Anjum, 2004).
Tanaman kacang tanah (Arachishipogea L) termasuk tanaman
polongpolongan atau legium kedua terpenting setelah kedelai di Indonesia.
Tanaman ini merupakan salah satu tanaman palawija jenis leguminoceae yang
memiliki kandungan gizi cukup tinggi antara lain protein, karbohidrat dan
minyak (Andaka, 2009).
Sekarang pemanfaatan kacang tanah makin luas dari minyak nabati
hingga selai. Kandungan minyak yang terdapat di dalam kacang tanah cukup
tinggi yaitu berkisar antara 40-50% dan merupakan minyak nabati yang bebas
kolesterol. Karena kandungan minyaknya cukup tinggi maka kacang tanah
merupakan sumber minyak yang penting. Minyak kacang tanah seperti juga
minyak nabati lainnya merupakan salah satu kebutuhan manusia, yang
dipergunakan baik sebagai bahan pangan (edible purpose) maupun bahan
non pangan (Andaka, 2009).
Sebagai bahan pangan minyak kacang tanah digunakan untuk
minyak goreng, bahan dasar pembuatan margarin mayonaise, salad dressing,
mentega putih (shortening)dan mempunyai keunggulan bila dibandingkan
dengan minyak jenis lainnya karena dapat dipakai berulang-ulang untuk
menggoreng bahan pangan. Sebagai bahan non pangan, minyak kacang tanah
digunakan dalam industri sabun, face cream, shaving cream, pencuci rambut
dan bahan kosmetik lainnnya. Dalam bidang farmasi minyak kacang tanah
dapat dipergunakan untuk campuran pembuatan adrenalin dan obat asma
(Andaka, 2009).
Minyak kasar hasil ekstraksi selalu mengandung asam lemak bebas
sebagai hasil aktifitas enzim lipase terhadap gliserida selama minyak tersebut
disimpan. Besarnya asam lemak tersebut digunakan sebagai ukuran kualitas
minyak. Makin besar asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak
tersebut maka kualitasnya makin rendah. Minyak atau lemak yang disimpan
pada kondisi penyimpanan yang tidak baik apabila diolah atau dimanfaatkan
akan dihasilkan minyak atau lemak dengan kandungan asam lemak bebas
tinggi (Ketaren, 2008).
Minyak mempunyai arti yang sangat luas, yaitu senyawa yang
berbentuk cairan pekat pada suhu ruangan dan tidak larut dalam air.
Berdasarkan sumbernya, minyak dibagi menjadi 2 macam, yaitu minyak bumi
(mineral oilsatau petroleum) dan minyak dari mahluk hidup (lipidaatau
lipids). Adapun minyak dari mahluk hidup terbagi lagi menjadi minyak nabati
(vegetable oils)dan minyak hewani (animal oils). Minyak hewani lebih
popular disebut dengan istilah lemak (fats)karena pada umumnya berbentuk
padat pada suhu ruangan (Susanto, 2008). Minyak kacang tanah merupakan
campuran ester dari gliserol dan asam lemak rantai panjang yang sering
disebut trigliserida. Trigliserida terbentuk dari asam lemak jenuh dan asam
lemak tak jenuh. Minyak kacang tanah mengandung 76–82 persen asam
lemak tak jenuh yang terdiri dari 40–45 persen asam oleat (C17H33COOH)
dan 30–45 persen asam linoleat (C17H31COOH). Asam lemak jenuh
sebagian besar terdiri dari asam palmitat (C15H31COOH), sedangkan kadar
asam miristat (C13H27COOH) sekitar 5 persen. Kandungan asam linoleat
yang tinggi akan menurunkan kestabilan minyak. Kestabilan minyak akan
bertambah dengan cara hidrogenasi atau penambahan anti-oksidan (Andaka,
2009).
Minyak kelapa merupakan zat makanan yang diperlukan
sebagai sumber kalori. Dalam bidang pangan, selain berfungsi sebagai
sumber energi bagi tubuh juga berguna sebagai media penghantar panas
dan penambah cita rasa. Pembuatan minyak kelapa kasar (crude – oil)
terdiri dari dua cara, yaitu:
1. Rendering
Merupakan suatu cara yang sering digunakan untuk mengekstraksi minyak
kelapa dengan cara pemanasan. Daging kelapa segar diparut dan diambil
santannya kemudian dilakukan pemanasan. Minyak akan mengapung
dipemukaan sehingga dapat dipisahkan. Tetapi cara ini membutuhkan
bahan bakar yang cukup banyak.
2. Pengepresan
Proses ini dilakukan dengan pengoprasian kopra. Menggunakan tekanan
hidrolik atau screw proses. Dengan Cara itu minyak tidak dapat seluruhnya
diekstraksi.
(Utami, 2008).
Minyak kelapa berdasarkan kandungan asam lemak digolongkan ke dalam
minyak asam laurat karena kandungan asam larutannya paling besar Jika
dibandingkan dengan asam lemak yang lainnya. Berdasarkan tingkat
ketidakjenuhannya yang dinyatakan dengan bilangan lod (iodine value), maka
minyak kelapa dapat dimasukkan ke dalam golongan non drying oils, karena
bilangan iod minyak berkisar antar 7,5— 10,5. Warna coklat pada minyak
yang mengandung protein dan karbohidrat bukan disebabkan oleh zat warna
alamiah tetapi oleh reaksi browning. Warna ini merupakan hasil reaksi dari
senyawa karbonil (berasal dari pemecahan peroksida) dengan asam amino
dari protein dan terjadi terutama pada suhu tinggi. Warna pada minyak kelapa
disebabkan oleh zat warna dan kotoran – kotoran lainnya. Zat warna alamiah
yang terdapat pada minyak kelapa adalah karotene yang merupakan
hidrokarbon tidak jenuh dan tidak stabil pada suhu tinggi (Utami, 2008).
Berbagai penelitian ilmiah beberapa tahun terakhir membuktikan
bahwa minyak kelapa murni (virgin coconut oil = VCO) mengandung asam
lemak jenuh yang unik dan berbeda dari asam lemak jenuh pada umumnya.
Asam lemak jenuh dalam minyak kelapa adalah asam lemak jenuh rantai
sedang dan pendek. Dewasa ini peran minyak kelapa sebagai komponen obat
mulai meningkat dibandingkan minyak nabati lainnya. Minyak nabati lainnya
atau minyak sayur mengandung asam lemak tak jenuh cukup tinggi yang
mudah teroksidasi jika kontak dengan udara pada suhu tinggi dan dapat
berubah menjadi trans fatty acidjika dipanaskan. Asam lemak trans ini dapat
meningkatkan kadar Low Density Lipoprotein (LDL) sehingga dapat
menimbulkan penyakit jantung koroner, hipertensi, dan stroke. Sedangkan
minyak kelapa murni secara dominan disusun oleh medium chains fatty acids
(MCFA), seperti : asam laurat (48%), asam kaprat (7%), asam kaprilat (8%),
dan asam kaproat (0,5%). MCFA dalam tubuh dipecah dan digunakan untuk
menghasilkan energi, dan jarang disimpan sebagai lemak tubuh atau
menumpuk dalam pembuluh nadi. Minyak kelapa memiliki kadar asam lemak
tak jenuh ganda omega-3, asam eikosapentaeinoat (EPA) dan asam asam
dokosaheksaenoat (DHA) yang dapat menurunkan Very Low Densit
Lipoprotein(VLDL) (Widiandani, 2010).
Kelarutan dalam alkohol sangat dipengaruhi oleh komponen-
komponen senyawa dalam minyak atsiri tersebut. Semakin banyak
kandungan fraksi yang tidak teroksigenasi (non-oxygenated), misalnya
terpen (walaupun ada juga terpen teroksigenasi), parafin, sesquiterpene,
dan lain-lain, maka daya kelarutan minyak atsiri tersebut akan semakin
rendah (Sumangat dan Ma’mun, 2003). Menurut Guenther (1987),
persenyawaan oxygenatedumumnya memiliki kelarutan yang lebih baik
sebagai contoh adalah : alkohol, aldehid, keton dan fenol, sedangkan
persenyawaan ester dan fenol -ester mempunyai kelarutan yang lebih kecil.
Fraksi terpen agak sukar larut dalam alkohol encer, sedangkan parafin
dan sesquiterpene sama sekali tidak larut dalam alkohol. Sinamaldehid
termasuk dalam senyawa yang teroksigenasi, dan juga merupakan
senyawa utama pada minyak atsiri kulit kayu manis. Sehingga diduga
tidak adanya beda nyata nilai kelarutan dalam alkohol pada masing-
masing perlakuan disebabkan karena kandungan utama dalam minyak atsiri
yang dihasilkan dari bermacam-macam perlakuan tersebut sama-sama
didominasi oleh senyawa sinamaldehid dan senyawa teroksigenasi lainnya
(Yuliarto, 2012).
C. Metodologi
1. Alat
a. Piknometer
b. Timbangan
c. Pipet tetes
d. Termometer
e. Elenmeyer 200 ml
f. Buret
g. Tabung reaksi
h. Pipet ukur 1 ml
i. Propipet
j. Pendingin balik
k. hotplate
2. Bahan
a. Minyak kelapa parut basah dan kering
b. Minyak kacang tanah
c. Minyak kemiri
d. Lemak ayam
e. Lemak sapi
f. Aquades
g. Larutan KOH
h. Indikator PP
i. Larutan standar HCl 0,5 N
3. Cara Kerja
a. Penentuan Berat Jenis
Ditimbang 2 piknometer kosong
Diisi dengan minyak, dan yang lain diisi dengan air
Ditimbang piknometer beserta isinya
Ditentukan bobot jenisnya pada suhu pengukuran
Ditentukan berat jenisnya pada suhu 25 oC
b. Penentuan Angka Penyabunan
Ditimbang minyak sebanyak 5 gr
Ditambah 50 ml KOH
Ditutup dengan pendingin balik
Dididihkan selama 30 menit
Dititrasi kelebihan larutan KOH dengan HCl 0,5 N
Dihitung angka penyabunan
D. Hasil dan Pembahasan
1. Berat Jenis Minyak
Tabel 2.1 Hasil Penentuan Berat Jenis Minyak
Kel Sampel Berat
(pikno+sampel)
Berat
pikno Berat air BJ
1 Minyak kelapa
parut basah
38,850 15,624 25,276 0,979
7 40,777 17,369 25,236 0,923
2 Minyak kelapa
parut kering
40,434 17,103 25,344 0,921
8 39,525 15,910 25,613 0,932
3 Minyak
kacang tanah
39,989 16,802 25,365 0,914
9 39,722 16,433 25,430 0,916
4 Minyak kemiri
39,235 16,136 25,036 0,923
10 39,316 16,090 25,081 0,926
5 Lemak ayam
73,429 27,950 49,827 0,913
11 73,304 27,570 49,857 0,917
6 Lemak sapi
73,797 28,587 50,157 0,901
12 73,512 28,289 50,107 0,903
Sumber : Laporan Sementara
Berat jenis adalah besaran murni tanpa dimensi maupun
satuan. Berat jenis suatu zat adalah beratnya per volume satuan. Berat
jenis merupakan sifat yang cocok untuk statika fluida atau cairan dengan
permukaan bebas dan merupakan bilangan tak berdimensi yang sama
dengan besarnya kerapatan ini bila dinyatakan dalam kg/L. Cara ini dapat
digunakan untuk semua minyak dan lemak yang dicairkan. Alat yang
digunakan untuk penentuan ini adalah piknometer.
Pada praktikum ini bertujuan untuk mengetahui berat jenis dari
beberapa sampel minyak yaitu minyak kelapa pemanasan, minyak
kacang tanah pengempaan, lemak ayam, dan lemak sapi. Penentuan berat
jenis dari masing-masing sampel minyak ini dilakukan dengan
membandingkan antara selisih berat (piknometer+minyak) dan berat
piknometer kosong dengan selisih berat (piknometer+air) dan berat
piknometer kosong pada volume dan suhu yang sama. Suhu air pada saat
pengukuran adalah 28 oC.
Pada penentuan berat jenis minyak ini diperoleh data seperti
yang tersaji pada table 2.1. Dari data yang telah diperoleh berat jenis
sampel minyak kelapa parut basah sebesar 0,919 dan 0,923. Sampel
minyak kelapa parut kering memiliki berat jenis sebesar 0,921 dan 0,932.
Pada minyak kacang tanah, berat jenis yang dimiliki adalah sebesar 0,914
dan 0,916. Menurut Ketaren (1986) berat jenis minyak kacang tanah
berkisar antara 0,910–0,915. Hal ini sudah sesuai dengan teori yang
didapat. Minyak kemiri memiliki berat jenis 0,923 dan 0,926. Berat jenis
pada lemak ayam sebesar 0,913 dan 0,917. Menurut Griffinind (2007)
sampel lemak ayam memiliki berat jenis sekitar 0,840. Data ini tidak
berbeda jauh dengan teori yang telah disebabkan. Dan berat jenis pada
lemak sapi sebesar 0,902 dan 0,903. Menurut Udayana (2002) berat jenis
lemak minyak sapi berkisar antara 0,889-0,938. Berat jenis ini sudah
sesuai dengan teori.
Berdasarkan data yang diperoleh maka dapat diketahui bahwa
sampel dengan berat jenis terbesar hingga terkecil secara berturut-turut
adalah minyak kemiri, minyak kelapa parut, minyak kacang tanah, lemak
ayam, dan terakhir adalah lemak sapi.
2. Angka Penyabunan
Tabel 2.2 Hasil Penentuan Angka Penyabunan Minyak
Kel Sampel ml HCl (tb) ml HCl (ts) Angka
Penyabunan
1 Kelapa parut
basah
87,2 46,7 250,389
7 87,2 35,7 288,451
2 Kelapa parut
kering
87,2 48,5 214,798
8 87,2 42,5 250,365
3 Kacang tanah
87,2 50 208,357
9 87,2 58 163,549
4 Kemiri
87,2 54,7 182,032
10 87,2
5 Lemak ayam
87,2 69 73,93
11 87,2 49,5 211,158
6 Lemak sapi
87,2 51,81 198,275
12 87,2 25 348,382
Sumber : Laporan Sementara
Bilangan penyabunan adalah mg KOH yang dibutuhkan untuk
menyabunkan 1 gr lemak (Winarno, 2004). Hal serupa juga diungkapkan
Ketaren (1986) bilangan penyabunan merupakan jumlah alkali yang
dibutuhkan untuk menyabunkan sejumlah contoh minyak. Besarnya
bilangan penyabunan tergantung dari berat molekul. Hal ini dapat
dijelaskan dengan semakin panjang rantai hidrokarbon suatu munyak,
maka akan semakin kecil proporsi molar gugus karboksilat yang akan
bereaksi dengan basa. Penentuan bilangan penyabunan dapat dilakukan
pada semua jenis minyak dan lemak.
Pada praktikum ini bertujuan untuk menentukan angka
penyabunan dari beberapa sampel minyak yaitu minyak kelapa parut,
minyak kacang tanah, minyak kemiri, lemak ayam, dan lemak sapi.
Penentuan angka penyabunan ini dilakukan dengan menimbang sampel
minyak sebanyak 5 gr dalam elenmeyer 200 ml. ditambah 50 ml larutan
KOH yang dibuat dari 56 gr KOH dalam 1 L alcohol. Setelah itu ditutup
dengan pendingin balik, didihkan dengan hati-hati selama 30 menit.
Selanjutnya didinginkan dan ditambahkan 3 tetes indicator
phenolphthalein (pp) dan dititrasi kelebihan KOH dengan larutan standar
HCl 0,5 N. untuk mengetahui kelebihan larutan KOH maka dibuat titrasi
blanko, yaitu dengan prosedur yang sama tetapi tanpa sampel minyak.
Kemudian ditentukan besarnya angka penyabunan minyak tersebut.
Penentuan angka penyabunan pada beberapa minyak dan
lemak diperoleh data yang tercantum pada tabek 2.2. berdasarkan hasil
yang telah diperoleh maka dapat diketahui bahwa untuk semua sampel
baik berupa minyak kelapa parut, minyak kemiri, minyak kacang tanah,
lemak ayam, dan lemak sapi hasil perolehan bilangan penyabunan belum
sesuai dengan teori. Menurut Suhardiyono (1988) bilangan penyabunan
untuk minyak kelapa sekitar 255-256 mgr KOH/gr sampel. Sedangkan
bilangan penyabunan minyak kelapa pemanasan yang diperoleh sebesar
250,389 dan 288,452 mgr KOH/gr sampel. Menurut Carolina (2008)
bilangan penyabunan untuk minyak kacang tanah sekitar 185-195 mgr
KOH/gr sampel. Namun pada praktikum didapatkan data bilangan
penyabunan untuk minyak kacang tanah sebesar 208,357 dan 163,549
mgr KOH/gr sampel. Selanjutnya menurut Anonim (2010) bilangan
penyabunan untuk lemak ayam adalah sebesar 138 mgr KOH/gr sampel.
Pada praktikum didapatkan nilai sebesar 73,93 dan 211,157 mgr KOH/gr
sampel. Angka penyabunan untuk lemak sapi menurut Anonim (2010)
yaitu sebesar 140 mgr KOH/gr sampel tidak sesuai dengan teori karena
hasil perolehan bilangan penyabunan hasil praktikum untuk lemak sapi
198,275 dan 348, 382 mgr KOH/gr sampel.
Perbedaan perolehan angka penyabunan antara data praktikum
dengan teori adalah hal ini dimungkinkan karena proses ekstraksi minyak
dilakukan dengan adanya kotoran yang ikut dalam proses ekstraksi
sehingga dapat mempengaruhi besarnya bilangan penyabunan yang
dihasilkan.
Berdasarkan data yang diperoleh maka dapat diketahui pula
bahwa sampel dengan bilangan penyabunan terbesar hingga terkecil
secara berturut-turut adalah lemak sapi, minyak kelapa parut, minyak
kemiri, minyak kacang tanah, dan lemak ayam. Menurut Sudarmadji
(1989) angka penyabunan dapat dipergunakan untuk menentukan berat
molekul minyak dan lemak secara kasar. Minyak yang disusun oleh asam
lemak rantai karbon pendek berarti mempunyai berat molekul relatif
kecil akan mempunyai angka penyabunan yang besar dan sebaliknya
minyak dengan berat molekul besar mempunyai angka penyabunan
relatif kecil.
Menurut Ketaren (1986) minyak kelapa berdasarkan
kandungan asam lemak mengandung 84% trigliserida dengan 3 molekul
asam lemak jenuh. 12% trigliserida dengan 2 molekul asam lemak jenuh
dan 4% trigliserida dengan 1 molekul asam lemak jenuh dan digolongkan
dalam minyak asam laurat, karena kandungan asam lauratnya paling
besar jika dibandingkan dengan asam lemak lainnya. Menurut
Sudarmadji (1989) bobot molekul untuk asam laurat sebesar 200.
Sedangkan pada sampel kacang tanah memiliki bilangan penyabunan
yang cukup besar. Menurut Ketaren (1986) minyak kacang tanah
mengandung 76-82% asam lemak tidak jenuh yang terdiri dari 40-45%
asam oleat dan 30-35% asam linoleat. Karena kandungan asam linoleat
yag terbesar maka minyak kacang tanah tergolong dalam minyak asam
linoleat. Menurut Sudarmadji (1989) bobot molekul untuk asam linoleat
sebesar 278.
Pada sampel lemak ayam bilangan penyabunan paling kecil
sehingga berat molekulnya paling besar. Menurut Muchtadi (2008),
lemak ayam mengandung 31% asam lemak jenuh (palmitat dan stearat).
47% lemak mono tidak jenuh (palmitat dan oleat), dan 22% lemak poli
tidak jenuh (linoleat dan stearat). Karena kandungan asam oleat yang
terbesar maka lemak ayam tergolong dalam minyak asam oleat. Menurut
Sudarmadji (1989) bobot molekul untuk asam oleat sebesar 283. Menurut
Muchtadi (2008) lemak sapi mengandung 52% asam lemak jenuh
(palmitat dan stearat), 44% lemak mono tidak jenuh (palmitoleat dan
oleat), dan 4% lemak poli tidak jenuh (linoleat dan stearat). Karena
kandungan asam palmitat dan stearat yang terbesar maka lemak sapi akan
memadat pada suhu ruang. Bobot molekul untuk asam palmitat sebesar
256.
Faktor yang mempengaruhi angka penyabunan adalah berat
molekul, kandungan asam-asam lemak yang terkandung di dalamnya,
semakin besar berat molekulnya, semakin kecil perolehan angka
penyabunan, seperti dalam data praktikum lemak ayam yang
mengandung lemak paling rendah, namun ada perbedaan untuk minyak
kacang tanah memiliki angka penyabunan yang besar, karena di dalam
minyak kacang tanah mengandung linolear yang tinggi sehingga dapat
menurunkan kestabilan minyak kacang tanah, sehingga untuk minyak
kacang tanah berat molekul tidak begitu berpengaruh.
E. Kesimpulan
Dari praktikum acara ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Berat jenis adalah besaran murni tanpa dimensi maupun satuan.
2. Berat jenis suatu zat adalah beratnya per volume satuan.
3. Berat jenis merupakan sifat yang cocok untuk statika fluida atau cairan
dengan permukaan bebas dan merupakan bilangan tak berdimensi yang
sama dengan besarnya kerapatan ini bila dinyatakan dalam kg/L.
4. Berat jenis terbesar hingga terkecil secara berturut-turut adalah minyak
kemiri, minyak kelapa parut, minyak kacang tanah, lemak ayam, dan
terakhir adalah lemak sapi.
5. Bilangan penyabunan adalah mg KOH yang dibutuhkan untuk
menyabunkan 1 gr lemak.
6. Bilangan penyabunan terbesar hingga terkecil secara berturut-turut adalah
lemak sapi, minyak kelapa parut, minyak kemiri, minyak kacang tanah,
dan lemak ayam.
7. Minyak yang disusun oleh asam lemak rantai karbon pendek berarti
mempunyai berat molekul relatif kecil akan mempunyai angka
penyabunan yang besar dan sebaliknya minyak dengan berat molekul
besar mempunyai angka penyabunan relatif kecil.
8. Angka penyabunan dapat dipergunakan untuk menentukan berat molekul
minyak dan lemak secara kasar.
DAFTAR PUSTAKA
Andaka, Ganjar. 2009. Optimasi Proses Ekstraksi Minyak Kacang Tanah dengan
Pelarut n-Heksana. Jurnal Teknologi, Vol 2 No 1, 80-88.
Anjum, M.I. 2004. Effect Of Fresh Versus Oxidized Soybean Oil On Growth
Performance, Organs Weights And Meat Quality Of Broiler Chicks.
Pakistan Vet. J., 24(4): 2004
Atinafu, Dimberu G. 2011. Estimation of total free fatty acid and cholesterol
content in some commercial edible oils in Ethiopia, Bahir DAR. Journal
of Cereals and Oil seeds Vol. 2(6), pp. 71-76.
Carolina, Desy. 2008. Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas dan Bilangan Iodin
dari Minyak Hasil EKstraksi Minyak Kacang Tanah dengan Pelarut n-
Heksana. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Endo, Yashusi et al. 2005. Rapid Determination of Iodine Value and
Saponification Value of Fish Oils by Near-Infrared Spectroscopy. Vol.
70, Nr. 2, 2005—Journal Of Food Science.
Ketaren 1986. Minyak dan Lemak Pangan. Penerbit UI Press. Jakarta.
Sudarmadji, Slamet. 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Penerbit
Liberty. Yogyakarta.
Utami, Lucky I. 2008. Pengambilan Minyak Kelapa dengan Proses Fermentasi
Menggunakan Scharomyces ceriviceae Amobil. Jurnal Penelitian Ilmu
Teknik Vol 8 No 2 : 86-95.
Widiandani, Tri. 2010. Upaya Peningkatan Kualitas Minyak Kelapa yang Dibuat
dari Cocos nucifera L dengan Berbagai Kimiawi dan Fisik. Departemen
Kimia Farmasi, Fak. Farmasi Universitas Airlangga Surabaya.
Winarno. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Penerbit Gramedia. Jakarta.
Yuliarto, Fuki. 2012. Pengaruh Ukuran Bahan dan Metode Destilasi ) Destilasi
Air dan Destilasi Uap Air) Terhadap Kualitas Minyak Atsiri Kulit Kayu
Manis (Cinnamomum burmannii). Jurnal Teknosains Pangan Vol 1 No 1
Oktober 2012.
top related