acara 1 ttck a2
Post on 11-Jul-2016
71 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
ACARA I
STUDI GERAK DAN STUDI WAKTU
Disusun oleh :
Kelompok A2
Delia Yani Manduapessy (11/312054/TP/09988)
Defri Fajar Setiawan (11/311597/TP/09965)
Isnaini Puspitasari (11/311538/TP/09955)
Co-ass
Fajar Kurniawan
LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam suatu industri, sangat dibutuhkan suatu kondisi pekerjaan yang baik,
efisien, tetapi optimal agar didapatkan hasil yang optimal juga. Untuk itu
perancangan suatu sistem kerja yang baik sangat mutlak diperlukan agar hasil yang
diinginkan dapat tercapai. Untuk mendapatkan sistem kerja yang baik diperlukan
suatu analisis mengenai pekerjaan yang dilakukan oleh para pekerja apakah sudah
sesuai dan efktif. Apabila suatu sistem kerja sudah efektif tentu akan terus kita pakai,
akan tetapi apabila tidak, tentu memerlukan suatu perbaikan bahkan penggantian
sistem kerja. Dalam melakukan analisis tersebut sangat dibutuhkan suatu studi
gerakan dan studi waktu.
Studi gerakan merupakan suatu analisa yang dilakukan terhadap beberapa
gerakan bagian badan pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya. Dengan studi
gerakan ini diharapkan agar gerakan-gerakan yang tidak efektif selama bekerja dapat
dikurangi bahkan dihilangkan sehingga akan diperoleh efektifitas dalam waktu kerja,
yang berarti dapat pula menghemat biaya karena pekerjaan yang tidak perlu sehingga
dapat dicapai produktivitas yang semakin naik.
Dalam studi gerakan juga sangat berhubungan erat dengan studi waktu, sebab
pekerjaan yang baik tentu harus sesuai antara gerakan dengan waktu yang dibutuhkan
untuk melakukan pekerjaan tersebut. Gerakan-gerakan yang dilakukan oleh seorang
pekerja adakalanya sudah tepat atau sesuai dengan gerakan-gerakan yang diperlukan,
tetapi adakalanya seorang pekerja melakukan gerak yang tidak perlu atau disebut
gerakan yang tidak efektif. Dalam setiap perancangan sistem kerja, sebaiknya
gerakan yang tidak efektif dihindari karena akan berdampak pada waktu yang
diperlukan dan fasilitas kerja yang digunakan. Dengan praktikum tentang studi gerak
ini diharapkan praktikan dapat melakukan analisis terhadap suatu industri, sehingga
dapat memberikan solusi yang tepat untuk melakukan perbaikan dari sistem yang
sudah ada. Selain itu dengan praktikum ini praktikan akan mempunyai bekal,
sehingga kelak ketika terjun di dunia industri dapat memberikan solusi yang tepat.
B. Tujuan Praktikum
1. Praktikan dapat mengidentifikasi elemen gerakan dasar yang dilakukan dalam
proses produksi
2. Praktikan dapat mengelompokkan elemen derakan dasar tersebut menjadi
elemen kerja yang teridentifikasi dan terukur untuk keperluan studi gerak dan
studi waktu.
3. Praktikan dapat menentukan waktu siklus, waktu normal, rating factor,
allowance factor dan waktu standar dari seluruh elemen kerja tersebut.
4. Praktikan dapat melakukan analisa kerja menggunakan Peta Tangan Kiri
Tangan Kanan, Peta Pekerja Mesin dan Peta Proses Kelompok Kerja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam suatu dunia industri, sangat penting untuk melakukan suatu pekerjann
dengan seefektif mungkin agar didapat hasil yang optimal. Untuk itu diperlukan studi
gerakan untuk mengetahui apakah gerakan yang sudah dilakukan sudah dalam
kondisi yang paling efektif. Studi gerakan adalah analisa yang dilakukan terhadap
beberapa gerakan bagian badan pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya. Dengan
demikian diharapkan agar gerakan-gerakan yang tidak efektif dapat dikurangi atau
dihilangkan sehingga diperoleh penghematan dalam waktu kerja, yang selanjutnya
dapat pula menghemat pemakaian fasilitas-fasilitas yang tersedia untuk pekerjaan
tersebut (Sutalaksana, 1979).
Dalam studi gerakan, perlu dikenal terlebih dahulu gerakan-gerakan dasar.
Saat ini ada 17 elemen gerakan yang dinamakan Therblig. Berikut ini adalah elemen-
elemen gerakan Therblig (Sutalaksana, 1979):
1. Mencari (Search)
Mencari merupakan gerakan dasar dari pekerja untuk menemukan lokasi
obyek, yang bekerja dalam hal ini adalah mata. Gerakan ini dimulai pada saat
mata bergerak mencari obyek dan berakhir bila obyek sudah ditemukan.
2. Memilih (Select)
Memilih merupakan gerakan untuk menemukan obyek yang tercampur.
3. Membawa (Grasp)
Gerakan membawa ini merupakan gerakan yang sulit untuk dihilangkan,
namun dapat dikurangi.
4. Menjangkau (Reach)
Menjangkau adalah gerakan tangan berpindah tempat tanpa beban, baik
gerakan mendekati maupun menjangkau obyek.
5. Membawa (Move)
Gerakan ini didahului oleh memegang dan dilanjutkan melepas ataupun
mengarahkan.
6. Memegang untuk memakai (Hold)
Memegang untuk memakai berbeda dengan memegang. Perbedaannya dengan
memegang adalah pada perlakuan obyek yang dipegang. Pada memegang,
pemegangan dilanjutkan dengan gerakan membawa, sedangkan memegang
untuk memakai tidak demikian.
7. Melepas (Release load)
Gerakan ini merupakan gerakan yang singkat dan dimulai pada saat pekerja
mulai melepaskan obyek dari tangannya dan berakhir bila seluruh jarinya
sudah tidak menyentuh obyek lagi.
8. Mengarahkan (Position)
Mengarahkan biasanya didahului oleh gerakan mengangkut dan biasanya
diikuti oleh gerakan merakit.
9. Mengarahkan sementara (Preposition)
Tujuan dari penempatan sementara adalah untuk memudahkan pemegangan
apabila obyek tersebut akan dipakai kembali.
10. Memeriksa (Inspection)
Pemeriksaan biasanya dilakukan dengan membandingkan obyek dengan
sesuatu yang standar.
11. Merakit (Assemble)
Perakitan adalah gerakan untuk menggabungkan satu obyek dengan obyek
yang lain sehingga menjadi satu kesatuan.
12. Mengurai (Desassemble)
Gerakan ini merupakan gerakan kebalikan atau lawan dari gerakan merakit.
13. Memakai (Use)
Memakai adalah bila satu tangan atau keduanya dipakai untuk menggunakan
alat.
14. Kelambatan yang tidak dapat dihindari (Unavoilable delay)
Kelambatan di sini adalah kelambatan yang diakibatkan oleh hal-hal yang
terjadi di luar kemampuan pengendalian pekerja. Misalnya adalah padamnya
listrik yang menyebabkan kelambatan pekerja.
15. Kelambatan yang dapat dihindari (Avoilable delay)
Kelambatan ini disebabkan oleh hal-hal yang ditimbulkan sepanjang waktu
kerja oleh pekerjanya baik disengaja maupun tidak disengaja.
16. Merencana (Plan)
Merencanakan merupakan proses menentukan tindakan yang akan diambil
selanjutnya.
17. Istirahat untuk menghilangkan fatique (Rest to overcome fatique)
Pengukuran waktu dilakukan untuk mendapatkan waktu baku penyelesaian
yaitu waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dilakukan
secara wajar oleh seorang pekerja normal yang dilakukan dengan metode terbaik.
Pada dasarnya teknik-teknik pengukuran terhadap pekerja dapat dibagi ke dalam dua
bagian yaitu (Sutalaksana, 1979):
a. Pengukuran waktu secara langsung, yaitu pengukuran yang dilakukan
langsung pada pekerjaan yang sedang dikerjakan atau pada sampel-sampel
yang mewakili. Cara pengukuran waktu ini dibagi lagi menjadi dua yaitu
pengukuran jam henti (menggunakan stop watch) dan sampling pekerjaan
(work sampling).
b. Pengukuran waktu secara sintesis, yaitu pengukuran waktu yang
dilaksanakan dengan cara tidak langsung. Pengukuran ini antara lain
dengan menganalisis data-data waktu suatu pekerjaan yang ada. Cara ini
dapat dibagi lagi menjadi dua yaitu data waktu baku dan data waktu gerak.
Ada 3 metode pembacaan jam henti yang biasa dilakukan dalam study waktu,
yaitu (Barnes, 1980) :
i. Continous Timing
Pembacaan jam henti dilakukan pada setiap akhir elemen kerja, tanpa mematikan
jam henti. Dengan cara ini waktu masing-masing elemen ditentukan dari perbedaan
pembacaan elemen terdahulu dengan elemen kerja berikutnya.
ii. Repetitive Timing
Pembacaan jam henti dilakukan setiap akhir elemen kerja. Saat pekerjaan selesai
jam henti dimatikan, dibaca kemudian dikembalikan lagi ke nol. Pembacaan alemen
berikutnya segera dimulai lagi. Kelemahan metode ini adalah keharusan untuk
memulai pembacaan dari angka nol lagi. Padahal begitu elemen kerja terdahulu
selesai, segera disusul elemen kerja berikutnya. Kemudahannya adalah waktu
masing-masing elemen kerja segera dapat diketahui.
iii. Accumulative Timing
Pembacaan jam henti dilakukan dengan menggunakan dua buah jam henti yang
dihubungkan secara mekanis, sehingga apabila jam henti pertama dihidupkan, jam
henti kedua akan mati secara otomatis, demikian juga sebaliknya. Pembacaan
dilakukan pada akhir elemen kerja dan pada saat itu jam henti yang diamati segera
dimatikan kemudian pembacaan waktu dilakukan.
Hal yang paling sulit dan paling penting dalam pengukuran waktu adalah
mengevaluasi kecepatan bekerja seorang operator selama dilakukan pengamatan.
Pengukur harus dapat memperkirakan besarnya ketidakwajaran yang terjadi. Untuk
itu diperlukan faktor penyesuaian untuk menormalkan ketidakwajaran tersebut.
Rating didefinisikan sebagai suatu proses membandingkan performance factor yang
di observasi dengan konsep performance yang normal. Faktor penyesuaian menjadi
faktor yang akan diterapkan dalam penetapan waktu normal. Terdapat 6 cara untuk
menentukan faktor penyesuaian yaitu (Barnes, 1980) :
a. skill and effort rating
b. westing house
c. penyesuaian sintetis
d. penyesuaian obyektif
e. physiological evaluation of performance level
f. performance rating
Langkah-langkah yang dilakukan dalam studi waktu (Sutalaksana, 1979):
Memilih operator
1. Dalam proses pemilihan operator ini mempunyai syarat-syarat seperti
operator memiliki kemampuan normal, dapat bekerja sama dan dapat bekerja
secara wajar. Selain itu, diperlukan juga pemberian penjelasan tentang
maksud pengukuran serta sikap operator ketika sedang diukur.
2. Melatih operator
Pelatihan diperlukan jika kondisi dan cara kerja yang dipakai tidak sama atau
mengalami perubahan dengan yang biasa dijalankan operator.
3. Pembagian operasi menjadi elemen-elemen kerja.
Elemen pekerjaan merupakan bagian dari pekerjaan yang akan diukur
waktunya. Waktu siklus merupakan jumlah dari waktu setiap elemen tersebut.
Langkah selanjutnya setelah mendapatkan data yaitu mengolah data tersebut
sehingga diperoleh waktu baku. Cara untuk mendapatkan waktu baku dari data yang
terkumpul adalah sebagai berikut:
1. Menghitung waktu siklus rata-rata dengan:
W n=ΣxN
X adalah data dari hasil studi waktu yang sudah mencukupi dan N adalah jumlah
data yang sudah mencukupi.
2. Menghitung waktu normal dengan:
Wn = Ws x p
p adalah faktor penyesuaian. Jika pekerja bekerja dengan wajar maka p = 1,
artinya waktu siklus rata-rata sudah normal. Jika pekerjanya terlalu lambat maka
untuk menormalkannya harga p < 1, tetapi jika bekerjanya terlalu cepat maka
harga p lebih dari satu.
3. Menghitung waktu baku dengan:
Wb = Wn + 1
Dimana 1 adalah kelonggaran diberikan untuk hal-hal seperti kebutuhan pribadi,
menghilangkan rasa fatique, dan gangguan-gangguan yang mungkin timbul yang
tidak dapat dihindarkan oleh pekerja.
Waktu baku adalah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan yang dilakukan secara wajar oleh seorang pekerja normal yang
dilaksanakan dengan metode tertentu. Sedangkan waktu siklus merupakan waktu
yang tercatat selama pekerja menyelesaikan pekerjaannya. Waktu siklus diperoleh
dari penjumlahan rata-rata waktu elemen. Sedangkan waktu normal diperoleh dari
perkalian waktu siklus dengan faktor penyesuaian dan waktu baku diperoleh dari
perkalian waktu normal dengan faktor kelonggaran (Sutalaksana, 1982).
Faktor Penyesuaian (Rating Factor/RF)
Penyesuaian adalah perbandingan kinerja operator yang diamati dengan
kinerja normal dari operator yang ada dalam konsep (Barnes, 1980). Penyesuaian
dilakukan agar data yang diperoleh mendekati kondisi normal.
Menurut Barnes (1980), waktu normal dapat ditentukan setelah faktor
penyesuaian ditentukan. Waktu normal merupakan hasil kali antara waktu siklus
dengan suatu harga penyesuaian (P). jika pekerja bekerja di atas normal maka nilai
P>1 sedangkan jka dibawah normal maka nilai P<1.
Waktu normal dapat dihitung dengan rumus (Miller dan Schmidt, 1984) :
Ts = Tn [1+ (P+F+D )
100 ]Keterangan Tn = normal time
P = personal allowance
F = fatique allowance
D = delay allowance
Metode menentukan faktor penyesuaian ada 4 macam (Wignjosoebroto,
1995):
1. Metode sangat subyektif, ditentukan oleh pengamat selama pengukuran.
2. Metode Shumard, memberi patokan penilaian melalui kelas-kelas performance,
dimana kelas tersebut dibagi: superfast, fast +, fast -, excellent, good -, good dan
seterusnya.
3. Metode Westhinghouse, mengerahkan penilaian pada 4 faktor yang dianggap
mempengaruhi kenormalan atau ketidaknormalan dalam bekerja, yaitu
ketrampilan, usaha, kondisi kerja dan konsistensi. Setiap faktor terbagi dalam
kelas-kelas dengan nilainya masing-masing, namun keempat faktor tersebut harus
digunakan secara bersama-sama dalam menentukan faktor Rf.
4. Metode Syntethic, untuk mengevaluasi tempo kerja operator berdasar nilai waktu
yang ditetapkan lebih dahulu. Rasio untuk menghitung indeks performansi dapat
dirumuskan sebagai: R = P/A
Dimana:
R = faktor penyesuaian
P = predetermined time untuk elemen kerja yang diamati
A = rata-rata dari waktu elemen kerja yang diamati
Work study dapat digunakan untuk menganalisis pekerjaan dengan maksud
untuk memperbaikinya maupun meningkatkannya, dengan kata lain harus
dipergunakan teknik-teknik dari method study dan work measurement yang
merupakan bagian dari work study untuk menjamin pendayagunaan sumber-sumber
manusia dan material. Bagian yang terpenting dari studi gerak dan studi waktu adalah
terlaksananya penerapan desain metoda pada proses produksi yang juga merupakan
perbaikan metoda yang sudah ada karena desain metoda merupakan suatu bentuk
pemecahan masalah yang kreatif yang memberi masukan pada proses umum
pemecahan masalah (Barnes, 1980).
Studi gerak dan studi waktu adalah sebuah usaha efisiensi dalam suatu proses
produksi di industri. Sebuah studi gerak dan waktu akan digunakan untuk
mengurangi jumlah gerakan dalam menyelenggarakan suatu operasi untuk
meningkatkan produktivitas. Percobaan paling terkenal dalam hal studi gerak dan
studi waktu adalah percobaan yang dilakukan oleh Frank Gilbreth. Dengan hati-hati
Frank Gilbreth meneliti pekerjaan tukang batu, Gilbreth mengurangi jumlah gerakan
dalam meletakkan batu bata dari 18 menjadi sekitar 5. Oleh karena itu, kedua pekerja
tukang batu itu mengalami peningkatan produktivitas dan penurunan kelelahan.
Gilbreths mengembangkan apa yang disebut dengan therbligs ("therblig" menjadi
"Gilbreth" yang dieja terbalik), sebuah skema klasifikasi yang terdiri dari 18 dasar
gerakan tangan. Gilbreths menunjukkan pentingnya lingkungan kerja total dengan
mengurangi gerakan yang tidak perlu (Niebel, 1993).
Studi waktu diperlukan antara lain untuk (Sutalaksana, 1979):
1. Perhitungan upah bagi tenaga kerja langsung maupun tak langsung.
2. Penentuan jadwal dan perencanaan tenaga kerja
3. Penentuan biaya standar dan estimasi biaya produksi sebelum diproduksi.
4. Menentukan efektifitas mesin, jumlah mesin yang dioperasikan oleh tenaga kerja.
Kata ergonomi berasal dari 2 kata yunani, yaitu ‘ergos’ yang berarti kerja dan
‘nomos ‘yang berarti aturan-aturan. Di Amerika, digunakan istilah ‘human
engineering’ dan di benua eropa digunakan istilah ‘biotechnic’ yang sering dipakai
untuk mewakili kata ergonimi. Seorang desainer industri harus memikirkan aspek
teknik, ergonomi, dan estetika dalam meranjang produk industri. Karena tujuan dasar
desain industri adalah (Hurst, 2006) :
a. Produk hasrus memuaskan masyarakat dari segi ergonomi.
b. Produk-produk harus memenuhi kebutuhan alami manusia.
Dalam sistem ergonomi, terdapat beberapa macam metode ergonomi, antara
lain (Wignjosoebroto, 2003) :
1. Diagnosis, dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi tempat
kerja penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomic checklist dan
pengukuran lingkungan kerja lainnya. Variasinya akan sangat luas mulai dari
yang sederhana sampai kompleks.
2. Treatment, pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar pada saat
diagnosis. Kadang sangat sederhana seperti merubah posisi meubel, letak
pencahayaan atau jendela yang sesuai. Membeli furniture sesuai dengan
dimensi fisik pekerja.
3. Follow-up, dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif misalnya
dengan menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri bahu dan
siku, keletihan, sakit kepala, dan lain-lain. Secara obyektif misalnya dengan
parameter produk yang ditolak, absensi sakit, angka kecelakaan, dan lain-lain.
Pengukuran kerja (work measurement) merupakan salah satu cara yang
digunakan untuk mengetahui waktu standar. Waktu standar adalah waktu yang
diperlukan seorang pekerja terlatih untuk menyelesaikan suatu tugas tertentu, bekerja
pada tingkat kecepatan yang berlanjut (sustainable rate), serta menggunakan metode,
mesin dan peralatan, material, dan pengaturan tempat kerja tertentu. Penentuan waktu
standar merupakan masukan penting bagi perencanaan tenaga kerja produksi (biaya,
dan jumlah yang diperlukan), perencanaan proses produksi (penjadwalan, pembagian
tugas, keseimbangan beban, dan waktu produksi), dan penentuan sistem insentif
(Herjanto, 2007).
Waktu baku yang diukur dengan baik, yakni setelah rancangan alat, tata letak
ruangan, pencahayaan ruangan dibuat sedemikian rupa sehingga menghasilkan
gerakan-gerakan yang ekonomis (kelelahan minimal), akan meningkatkan motivasi
operator dalam bekerja. Dengan diketahuinya waktu baku, maka akan diperoleh hal-
hal sebagai berikut (Supardan, 1996) :
1. Bisa dihitung jumlah mesin yang dipergunakan untuk menghasilkan sejumlah
permintaan dalam periode produksi tertentu.
2. Bisa dihitung jumlah operator.
3. Bisa dirancang materi dan metoda-metoda pelatihan bagi operator.
4. Bisa ditentukan jadwal produksi.
5. Bisa disusun aturan bosun/upah peransang.
6. Bisa menjadi acuan prestasi kerja operator.
7. Bisa menaksir biaya produksi.
Westinghouse Company memperkenalkan sistem yang lebih lengkap
dengan sistem-sistem lain, yang telah ada sebelumnya. Westinghouse
menyebutkan bahwa kecakapan (skill), usaha (effort), kondisi kerja (working
condition), dan keajegan (consistency) merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja manusia. Untuk ini Westinghouse telah berhasil membuat
suatu tabel performance taring yang berisikan nilai-nilai angka yang berdasarkan
tingkatan yang ada untuk masing-masing faktor tersebut. Waktu normal untuk
suatu elemen operasi kerja adalah semata-mata menunjukkan bahwa seorang
operator yang berkualifikasi baik akan bekerja menyelesaikan pekerjaan pada
kecepatan atau tempo kerja yang normal. Walaupun demikian pada prakteknya
kita akan melihat bahwa tidaklah bisa diharapkan operator tersebut akan mampu
bekerja secara terus menerus sepanjang hari tanpa adanya interupsi sama sekali.
Disini kenyataannya operator akan sering menghentikan kerja dan membutuhkan
waktu-waktu khusus untuk keperluan seperti personal needs, istirahat melepas
lelah, dan alasan-alasan lain yang diluar kontrolnya. Personal allowance
umumnya diaplikasikan seabagai prosentasi tertentu dari waktu normal dan bisa
berpengaruh pada handling time maupun machine time (Anonim1, 2012).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Alat
a. Stopwatch
b. Kamera
c. Alat tulis
B. Prosedur Praktikum
Ditentukan stasiun kerja yang akan diamati (stasiun kerja pembentukan)
Untuk pekerja yang bekerja mandiri dan terlihat adanya keseimbangan beban kerja tangan kiri dan kanan dibuat peta tangan kiri tangan kanan.Untuk pekerja yang bekerja melayani mesin, dibuat peta pekerja mesin. Untuk
pekerja yang bekerja secara berkelompok dengan pekerja lain maupun dengan mesin dibuat peta proses kelompok kerja.
Diamati proses produksi sesuai dengan elemen-elemen gerakan daarnya
Elemen gerakan dasar tersebut dikelompokan menjadi elemen kerja yang mudah diidentifikasi dan mudah diukur
Dilakukan studi gerak dengan membuat peta kerja setempat
Untuk peta tangan kiri tangan kanan, setiap kali operator memulai kegiatan, aktivitas tangan kiri dan tangan kanan di amati. Pada saat salah satu tangan
berubah aktivitasnya, dicatat aktivitas tangan yang lainnya. Demikian seterusnya sampai aktivitas selesai.
Untuk peta pekerja mesin atau peta proses kelompok kerja, saat operator pertama (atau mesin) mulai bekerja, aktivitas kerja operator lain diamati. Saat
salah satu aktivitas operator (atau mesin)berubah ,dicatat aktivitas yang dilakukan oleh operator lain dan waktunya dicatat.
Dilakukan studi waktu terhadap setiap elemen kerja
Untuk mengetahui apakah data waktu yang diamati sudah memenuhi kecukupan data, setelah 20 siklus, diuji terlebih dahulu kecukupan datanya.
Dibuat tabel untuk tabulasi data
Jika data belum mencukupi,diambil data lagi.
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
Ditentukan rating factor dan allowance factor. Penentuan kedua faktor ini berdasarkan pengamatan.
Rating factor ditentukan dengan mengamati dan membandingkan dengan pekerjaan lain yang bekerja normal.
Allowance factor dengan mencatat jumlah waktu yang diperlukan pekerja(di stasiun yang diamati) untuk tidak bekerja (bukan pada jam istirahat),
dibandingkan dengan total jam kerjanya.
Waktu normal dan waktu baku dihitung
Metode kerja berdasarkan peta kerja yang telah dibuat dievaluasi.
A. Hasil
1. Tabel Hasil Pengamatan
a. Tabel Data Proses Produksi
No Stasiun Kerja
∑ Xi ∑ Xi2 (∑ Xi)2 N ' Waktu Siklus (s)
Waktu Normal
(s)
Waktu Baku (s)
1 Pengadukan 4279 1831079 18309841 0,021 427,150 509,201 572,45
2 Penggilingan 2108 444404 4443664 0,034 210,600 244,644 267,692
3 Pembentukan 27,84 77,5902 775,0656 0,432 2,790 3,266 3,649
4 Pengovenan 3188 1016390 10163344 0,022 318,250 372,3525 372,3525
5 Pengemasan 35,26 112,3293 1243,2676 0,001 3,5395 4,318 4,736
b. Tabel Data Stasiun Kerja Pembentukan
No Elemen Kerja
∑ Xi ∑ Xi2 (∑ Xi)2 N ' Waktu Siklus
Waktu Normal
Waktu Baku
1 Mengambil adonan
9,47 8,9723 89,6809 0,187776884 0,957 1,10055 1,207140507
2 Memutar adonana
14,2 18,4 201,64 1,507637374 1,29 1,4835 1,62718
3 Meletakkan adonan
4,42 2,4426 19,5364 0,090088246 0,552 0,6072 0,666009
2. Grafik Peta Kontrol
a. Elemen Kerja : Mengambil Adonan
∑ = 19,14
X = 0,957
σ=√∑ ( xi−x )2
n−1
=√(1−0 ,957)2+(0,9−0 ,957)2+.. . .. .. .. . .. .+(0 ,97−0 ,957 )2
20−1= 0,06139604
σ x = ❑√N = 0,013728572
BKA = x + 3 (σ x )= 0,957 + (3. 0,013728572)= 0,998185715
BKB = x - 3 (σ x )= 0,957 - (3. 0,013728572)= 0,915814285
0 5 10 15 20 250
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
MENGAMBILBKABKBRATA-RATA
b. Elemen Kerja : Memutar Adonan
∑ = 25,8
X = 1,29
σ=√∑ ( xi−x )2
n−1
=√(1,3−1,29 )2+(1,4−1 ,29)2+ .. .. . .. .. . .. .+(1−1 , 29)2
20−1= 0,188902648
σ x = ❑√N = 0,042239916
BKA = x + 3 (σ x )= 1,29+ (3. 0,042239916)= 1,416719749
BKB = x - 3 (σ x )= 1,29 - (3. 0,042239916)= 1,163280251
0 5 10 15 20 250
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
1.6
1.8
MEMUTAR ADONANBKABKBRATA-RATA
c. Elemen Kerja : Meletakkan Adonan
∑ = 11,04
X = 0,552
σ=√∑ ( xi−x )2
n−1
=√(0 ,56−0 ,552 )2+(0 ,53−0 ,552)2+. . .. .. .. . .. ..+(0 , 57−0 ,552 )2
20−1= 0,024192213
σ x = ❑√N = 0,005409543
BKA = x + 3 (σ x )= 0,552+ (3. 0,005409543)= 0,56822863
BKB = x - 3 (σ x )= 0,552 - (3. 0,005409543)= 0,53577137
0 5 10 15 20 250.46
0.48
0.5
0.52
0.54
0.56
0.58
0.6
0.62
MELETAKKANBKABKBRATA-RATA
3. Perhitungan Stasiun Kerja Terpiliha. Stasiun Kerja Terpilih : Pembentukan
No Stasiun Kerja
∑ xi (∑ xi )2 N’ Waktu Siklus
(s)
Waktu Normal
(s)
Waktu Baku
(s)
1 Pembentukan 27,84 775,0656 0,728 2,7855 3,266 3,649
Uji Kecukupan Data:
95% tingkat kepercayaan10% tingkat ketelitian
N’ = ((2/0,1 )√ N∑ Xi2−(∑ Xi )2
∑ Xi )2
= (20√10(77,5902)−(27,84 )2
27,84 )2
= 0,728
N’ < N (data mencukupi)
b. Elemen Kerja Pada Stasiun PembentukanNo
Elemen Kerja
∑ Xi ∑ Xi2 (∑ Xi )2 N ' Waktu
Siklus
Waktu Norma
l
Waktu Baku
1 Mengambil adonan
9,47 8,9723 89,6809 0,187776884
0,957 1,10055 1,207140507
2 Memutar adonana
14,2 18,4 201,64 1,507637374
1,29 1,4835 1,62718
3 Meletakkan adonan
4,42 2,4426 19,5364 0,090088246
0,552 0,6072 0,666009
Uji Kecukupan Data:
1. Elemen Kerja Mengambil Adonan
95% tingkat kepercayaan10% tingkat ketelitian
N’ = ((2/0,1 )√ N∑ Xi2−(∑ Xi )2
∑ Xi )2
= (20√10(8,9723 )−( 9,47)2
9,47 )2
= 0,187776884
N’ < N (data mencukupi)
2. Elemen Kerja Memutar Adonan
95% tingkat kepercayaan10% tingkat ketelitian
N’ = ((2/0,1 )√ N∑ Xi2−(∑ Xi )2
∑ Xi )2
= (20√11(18,4 )−(14,2)2
14,2 )2
= 1,507637374
N’ < N (data mencukupi)
3. Elemen Kerja Meletakkan Adonan
95% tingkat kepercayaan10% tingkat ketelitian
N’ = ((2/0,1 )√ N∑ Xi2−(∑ Xi )2
∑ Xi )2
= (20√8(2,4426 )−(4,42)2
4,42 )2
= 0,090088246
N’ < N (data mencukupi)
WAKTU NORMAL DAN WAKTU BAKU1. Stasiun Kerja Pembentukan
Skill Good C2 +0,11Effort Excellent B1 +0,02Condition Good C +0,02Consistency Excellent B +0,03 +
+0,18Waktu Normal = 2,678 x (1 + 0,18)
= 244,296 s
% allowance = 2298 s dlam 6 jam
= 2298
6×3600x 100 % = 10,64 %
Waktu baku = 3,266 x
100 %100 %−10 , 64 %
=3649 s
2. Elemen Kerja : Mengambil adonan
Skill Good C2+0,08Effort Good C1+0,05Condition Average +0,02Consistency Good +0,00
+0,15
Waktu Normal = 0,957 x (1+0,15) = 1,1005 s
Waktu baku = 1,1005 x
100 %100 %−8 , 83%
= 1,21 s
3. Elemen Kerja : Meletakan Adonan
Skill Superskill A1 +0,03Effort Superskill A1 +0,05Condition Average +0,02Consistency Ideal +0,00 +
+0,10
Waktu Normal = 0,552x (1+0,1) = 0,61 s
Waktu baku = 0,61 x
100 %100 %−8 , 83 %
=1,62718 s
4. Elemen Kerja : Memutar Adonan
Skill Superskill A1 +0,03Effort Superskill A1 +0,05Condition Average +0,02Consistency Ideal +0,00 +
+0,10
Waktu Normal = 0,552x (1+0,1) = 0,61 s
Waktu baku = 0,61 x
100 %100 %−8 , 83 %
=1,62718 s
4. Peta Kerja Setempat
B. Pembahasan
Praktikum Teknik Tata Cara Kerja acara pertama ini berjudul “Studi Waktu
dan Studi Gerak”. Praktikum ini bertujuan agar praktikan dapat mengidentifikasi
elemen gerakan dasar yang dilakukan dalam proses produksi, praktikan dapat
mengelompokkan elemen gerakan dasar menjadi elemen kerja yang teridentifikasi
dan terukur untuk keperluan studi gerak dan studi waktu, praktikan dapat menentukan
waktu siklus, waktu normal, rating factor, allowance factor dan waktu baku bagi
perkerjaan tersebut dan melakukan analisa kerja menggunakan Peta Tangan kiri
Tangan Kanan, Peta Pekerja Mesin dan Peta Proses Kelompok Kerja.
Untuk melakukan praktikum ini kelompok A2 melakukan kunjungan di suatu
industry roti bernama “Roti Bangkit”. Roti Bangkit merupakan industri yang berskala
rumahan. Industri ini berlokasi di Jalan janti Blok O. Industri pembuatan Roti
Bangkit berdiri sejak tanggal 1997 yang didirikan oleh Bapak Asep, beliau tinggal di
Solo, karena lokasi industri yang berada di Yogyakarta maka Bapak Asep
memberikan tanggung jawab penuh industrinya kepada Bapak Dedek. Industri
pembuatan Roti Bangkit memiliki kapasitas produksi sebanyak 16000 bungkus per
hari. Dalam industri pembuatan Roti Bangkit terdapat beberapa stasiun kerja yaitu
stasiun pengadukan, stasiun kerja penggilingan, stasiun kerja produksi, stasiun kerja
penegembangan, stasiun kerja pengovenan, stasiun kerja pendinginan dan stasiun
kerja pengemasan .
Berjalannya industri Roti Bangkit ini pasti tidak lepas dari campur tangan para
tenaga kerjanya. Industri ini memiliki 55 orang tenaga kerja. Dimana 16 orang tenaga
kerja bekerja di bagian produksi. 16 orang ini beberapa bertugas untuk
mengoperasikan mesin seperti mesin rolling, mixer, oven dan mesin pengaduk,
menimbang bahan yang akan digunakan, memindahkan adonan, membentuk adonan
dan membuat isian roti. 6 orang bekerja di bagian pengemasan. 6 orang ini
memasukkan setiap roti ke dalam sebuah kemasan plastik yang telah dicantumkan
nama Roti Bangkit disana. 33 orang mendistribusikan roti bangkit ke warung-warung
di dalam kota Yogyakarta dan Temanggung. Pembagiannya 29 pekerja di Yogyakarta
dan 4 orang di Temanggung. Setiap tenaga kerja tidak memiliki tugas ganda. Atau
dengan kata lain setiap pekerja hanya melakukan pekerjaan yang telah di tentukan
saja. Jam produksi dari jam 07.30-13.00 WIB. Jam kerja tidak ditentukan secara
khusus tetapi disesuaikan pada tercapainya target produksi. Sedangkan hari kerjanya
yaitu hari Senin sampai hari Sabtu.
Dalam melakukan praktikum ini langkah pertama yang harus di lakukan
adalah menentukan stasiun kerja yang akan di amati sebagai objek kajian, misalnya
dalam praktikum ini kelompok A2 memilih stasiun kerja pembentukan. Data studi
waktu yang diambil dari setiap elemen kerja adalah sebanyak 20 siklus atau lebih.
Untuk mengetahui apakah data waktu yang diamati sudah memenuhi kecukupan data
atau belum dilihat melalui uji kecukupan data, apabula setelah di uji dengan uji
kecukupan data, data yang di peroleh belum memenuhi maka data harus diambil
kembali. Untuk membuat kumpulan data lebih rapi maka data yang telah diambil
kemudian dimasukkan kedalam table data yang berisi nomer operasi dan waktu
operasi. Setelah itu, ketika semua data sudah dinyatakan cukup maka data tersebut
dapat masuk dalam langkah berikutnya yaitu penentuan raiting factor dan allowance
factor dari setiap elemen kerja yang dapat di tentukan berdasarkan pengamatan.
Raiting factor dapat di peroleh dengan mengamati dan membandinkan dengan
pekerja lain yang bekerja normal. Allowan di perlukan pekerja unce factor dengan
mencatat jumlah waktu yang di perlukan pekerja (di stasiun kerja yang di amati)
untuk tidak bekerja ( bukan pada jam istirahat), di bandingkan dengan total jam
kerjanya. Kemudian dari data 20 siklus yang mencukupi dapat dihitung waktu normal
dan waktu baku yang dapat di ambil dari setia elemen kerja, kemudian dilakukan
pengevaluasian berdasarkan peta kerja yang dibuat dan pembuatan peta kerja tangan
kiri tangan kanan.
Dalam industri pembuatan Roti Bangkit terdapat beberapa stasiun kerja,
stasiun kerja yang terdapat pada industri pembuatan Roti Bangkit yaitu stasiun
penimbangan, penimbangan dilakukan oleh seorang pekerja dengan menggunakan
alat timbangan, bahan yang di timbang meliputi gula, garam, mentega, ragi, obat
pengembang , dan air. Pekerja melakukan kegiatan penimbangan dengan posisi
berdiri. Kemudian bahan bahan yang sudah di timbang akan di satukan dalam mesin
pengadukan pada stasiun kerja pengadukan, bahan bahan yang akan diaduk diangkat
terlebih dahulu dan dimasukkan dalam mesin pengaduk. Mesin pengaduk dioprasikan
oleh 1 orang pekerja dengan posisi badan sesekali membungkuk dan tangan
membolak balik adonan. Pekerjaan ini dilakukan kurang lebih selama 7 menit dalam
sekali siklus pengadukan dengan kapasitas pengadukan kurang lebih 35kg. Kemudian
adonan diangkat oleh seorang pekerja dari elemen pengadukan untuk dipindahkan ke
tempat adonan yang telah di siapkan. Adonan diangkat dengan menggunakan kedua
tangan diangkat setinggi panggul pekerja. Untuk selanjutnya adonan akan mengalami
proses selanjutnya namun sebelumnya adonan di diamkan terlebih dahulu di dalam
tempat adonan selama 10 menit agar adonan mengembang. Kemudian setelah adonan
mengembang adonan sebanyak 12,5kg di pindahkan oleh satu orang pekerja yang
mengoprasikan mesin rolling pemindahan dilakukan dengan cara manual dengan
mengangkat adonan ke mesin perollinga dengan menggunakan kedua tangan dengan
posisi pekerja membungkuk dan kemudian berdiri, kemudian saat melakukan
perolingan pekerja mengangkat adonan kemudian di lemparkan ke bagian atas mesin
rolling agar adonan terrolling ke bawah , perollingan dilakukan selama 3-4 menit
sampai adonan kalis. Setelah adonan kalis, maka adonan dipindahkan ke meja
pembentukan sebelum di bentuk adonan yang kalis di potong menjadi bagian kecil
oleh seorang pekerja agar mudah di bentuk. Setelah di potang potong adonan di
bentuk menjadi bulat penbentukan dilakukan di atas meja produksi dan dilakukan
oleh 8 pekerja. Dengan posisi kerja berdiri tegak dengan posisi tangan di bawah bahu,
lurus dengan panggul. Setelah itu, adonan yang telah di bentuk di tata dengan rapi
kedalam Loyang kemudian Loyang diantar kebagian pemanggangan oleh I pekerja.
Pemindah Loyang dilakukan dengan menggunakan troli. Sebelum pemanggangan
adonan yang telah di bentuk diolesi terlebih dahulu ngan menggunakan campuran ait,
gula dan telur. Pengolesan silakukan oleh seorang pekerja dengan bantuan kuas.
Setelah pengolesan adonan didiamkan selama 5jam agar adonan mengembang.
Pengembangan dilakukan di ruangan pengovenan dengan di tutupi terpal. Setelah 5
jam apabila cuaca pada hari itu baik maka pengovenan dapat dilakukan pada pukul
14.00 dengan lama pengovenan selama 3 menit dan dilakukan oleh 2 pekerja. Setelah
dioven, adonan yang telah di oven, di angkat dan didinginkan di ruangan depan
dengan bantuan kipas angina dan sebagian dengan bantuan angina alami. Setelah
pendinginan, apabila roti sudah mulai dingin maka, roti siap di beri selai atau isian,
setelah semua roti diberi selai maka untuk proses selanjutnya roti siap untuk di kemas
dan di simpan pada Loyang-loyang yang sudah bersih.
Dalam praktikum studi waktu dan studi gerak terdapat suatu istilah yang
sangat berpengaruh pada penelitian seperti yang pertama adalah waktu baku atau
waktu standar. Waktu baku adalah waktu yang dibutuhkan secara wajar bagi seorang
pekerja yang normal untuk menyelesaikan pekerjaan yang dijalankan dengan system
yang terbaik dan dengan waktu yang terbaik.
Kelebihan metode waktu baku:
1. Proses perhitungan lebih cepat
2. Setiap jenis gerakan waktunya diketahui
3. Biayanya lebih murah
Kekurangan motode waktu baku:
1. Dibutuhkan ketelitian bagi seorang pengamat yang melakukan perhitungan,
karena akan mempengaruhi hasil perhitungan.
2. Terjadi ketidak wajaran dalam proses perhitungan waktu yang dapat
disebabkan oleh kondisi pekerja dan situasi tempat kerja ( kondisi pekerjaan)
Istilah yang kedua yaitu waktu normal, yang di maksud dengan waktu normal
adalah waktu siklus yang diberi faktor penyesuaian atau dengan kata lain, waktu yang
dibutuhkan pekerja untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan mempertimbangkan
kecakapan pekerja, usaha saat bekerja, kondisi pekerja dan konsistensinya dalam
bekerja. Pertimbangan-pertimbangan seperti kecakapan (skill), effort (usaha),
condition, dan consistensy inilah yang disebut dengan raiting factor. Dan yang
selanjutnya adalah allowance factor. Yang dimaksud dengan allowance factor
merupakan factor kelonggaran di mana pekerja boleh berhenti bekerja ( saat waktu
bukan istirahat). Contohnya pekerja di beri waktu sesaat untuk ke kamar mandi,
minum, mengelap keringat, dll. Kelonggaran diberikan untuk tiga hal yaitu untuk
kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fatique, dan hambatan-hambatan yang tidak
dapat dihindarkan.Ketiga faktor tersebut akan dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut:
1. Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi (personal allowance)
Yang termasuk kedalam kebutuhan pribadi disini adalah hal-hal seperti minum
sekadarnya untuk menghilangkan rasa haus, ke kamar kecil, bercakap-cakap dengan
teman sekerja sekadar untuk menghilangkan ketegangan dalam kerja. Besarnya
kelonggaran yang diberikan untuk kebutuhan pribadi seperti itu berbeda-beda dari
satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya karena setiap pekerjaan mempunyai karakteristik
sendiri-sendiri dengan tuntutan yang berbeda-beda. Berdasarkan penelitian ternyata
besarnya kelonggaran ini bagi pekerja pria berbeda dengan pekerja wanita.
2. Kelonggaran untuk menghilangkan fatique (fatique allowance)
Rasa lelah tercerminn antara lain dari menurunnya hasil produksi baik jumlah
maupun kualitas. Jika rasa lelah telah datang dan pekerja harus bekerja untuk
menghasilkan performance normalnya, maka usaha yang dikeluarkan pekerja lebih
besar dari normal dan ini akan menambah lelah. Bila hal ini terus berlangsung maka
anggota tubuh yang bersangkutan tidak akan dapat melakukan kerja sama sekali
walaupun diinginkan. Adapun hal-hal yang diperlukan pekerja untuk menghilangkan
lelah adalah melakukan peregangan otot, pergi keluar ruangan untuk menghilangkan
lelah dan lain sebagainya.
3. Kelonggaran untuk hambatan-hambatan yang tak terhindarkan (delay allowance)
Dalam melaksanakan pekerjaannya, pekerja tidak akan lepas dari hambatan yang
tidak dapat dihindarkan karena berada diluar kekuasaan pekerja untuk
mengendalikannya. Perhitungan kelonggaran untuk hambatan-hambatan yang tak
terhindarkan dilakukan dengan suatu teknik sampling tersendiri karena besarnya
hambatan untuk kejadian semacam ini sangat bervariasi dari suatu pekerjaan ke
pekerjaan lain bahkan satu stasiun kerja ke stasiun kerja lain. Beberapa contoh
keterlambatan yang tak dapat dihindarkan antara lain: menerima petunjuk dari
pengawas, melakukan penyesuaian mesin, mengasah peralatan potong, dan lain
sebagainya.
Dengan studi gerakan , bisa dianalisa gerakan-gerakan yang dilakukan oleh
seorang pekerja selama melakukan pekerjaannya. Berdasarkan studi ini, maka kita
bisa membuat Peta Tangan Kanan-Tangan Kiri, yang merupakan alat dari studi
gerakan untuk menentukan gerakan-gerakan yang lebih efisien, yaitu gerakan-
gerakan yang memang diperlukan untuk melaksanakan suatu pekerjaan. Peta ini
menggambarkan semua gerakan saat bekerja dan waktu menganggur yang dilakukan
oleh tangan kanan dan tangan kiri, juga menunjukkan perbandingan antara tugas yang
dibebankan pada tangan kanan dan tangan kiri ketika melakukan suatu pekerjaan.
Secara umum Peta Tangan Kanan dan Tangan Kiri mempunyai kegunaan
yang sebagai berikut :
1. Menyeimbangkan gerakan kedua tangan dan mengurangi kelelahan.
2. Menghilangkan atau mengurangi gerakan-gerakan yang tidak efisien dan tidak
produktif, sehingga akan dapat mempersingkat waktu.
3. Sebagai alat untuk menganalisa tata letak stasiun kerja.
4. Sebagai alat untuk melatih pekerja baru, dengan cara kerja yang ideal.
Suatu sistem kerja harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat
memungkinkan dilakukannya gerakan-gerakan ekonomis, sehingga perlu diketahui
prinsip-prinsip ekonomi gerakan. Prinsip-prinsip ekonomi gerakan tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Prinsip ekonomi gerakan yang berhubungan dengan tubuh manusia
dan gerakannya.
a. Kedua tangan sebaiknya tidak menganggur pada saat yang sama pada waktu
istirahat.
b. Kedua tangan sebaiknya bergerak simetris dan berlawanan arah antara satu
dengan yang lain.
c. Gerakan badan harus dihemat, yaitu dengan menggerakkan anggota badan
yang diperlukan saja.
d. Memanfaatkan momentum pada saat bekerja untuk mengurangi kerja otot.
e. Gerakan yang patah-patah dan perubahan arah yang banyak akan
memperlambat gerakan.
f. Gerakan balistik akan lebih menyenangkan, cepat dan lebih teliti dari pada
gerakan yang dikendalikan.
g. Pekerjaan yang dirancang semudah-mudahnya sesuai dengan irama kerja yang
alamiah pada pekerja.
h. Gerakan mata diusahakan sedikit mungkin.
2. Prinsip ekonomi gerakan yang berhubungan dengan pengaturan tata
letak tempat kerja.
a. Sebaiknya diusahakan bahan dan peralatan mempunyai tempat yang tetap.
b. Tempatkan bahan-bahan di tempat yang mudah, cepat dan enak untuk dicapai.
c. Tempat penyimpanan bahan yang akan dikerjakan sebaiknya memanfaatkan
prinsip-prinsip gaya berat sehingga bahan yang akan dipakai selalu tersedia di
tempat yang dekat untuk diambil.
d. Sebaiknya untuk menyalurkan obyek yang sudah selesai, dirancang
mekanisme penempatan yang baik.
e. Bahan-bahan dan peralatan sebaiknya ditempatkan sedemikian rupa sehingga
gerakan-gerakan dapat dilakukan dengan urutan-urutan terbaik.
f. Tinggi tempat kerja dan kursi sebaiknya sedemikian rupa sehingga gerakan-
gerakan dapat dilakukan dengan urutan-urutan terbaik.
g. Tipe tinggi kursi harus sedemikian rupa sehingga pekerja yang mendudukinya
bersikap pada anatomi yang baik.
h. Tata letak peralatan dan pencahayaan sebaiknya diatur sedemikian rupa
sehingga dapat membentuk kondisi yang baik untuk penglihatan.
3. Prinsip ekonomi gerakan yang berhubungan dengan perancangan peralatan.
a. Tangan dibebaskan dari semua pekerjaan jika pekerjaan dapat menggunakan
alat pembantu yang dapat digerakkan dengan kaki.
b. Peralatan dirancang sedemikian rupa sehingga mempunyai lebih dari satu
kegunaan, mudah dalam pemegangan dan penyimpanan.
c. Beban yang didistribusikan pada jari yang bekerja sendiri-sendiri harus sesuai
dengan kekuatan masing-masing jari.
d. Roda tangan, palang dan peralatan sejenis diatur sedemikian rupa sehingga
badan dapat melayani dengan posisi yang baik dan menggunakan sedikit
tenaga.
Aplikasi industri dalam sekala besar atas adanya studi waktu dan studi gerak
yang baik adalah sebagai rangka mencapai efisiensi waktu dan peningkatan volume
produksi, dasar penentuan upah standar bagi pekerja, dasar penentuan mesin
produksi, penentuan jumlah tenaga kerja, dan penentuan luas dan tata letak prodiksi.
Contoh aplikasi dari studi gerak dan waktu misalkan pada pabrik rokok Djarum
khususnya pada pembuatan rokok kretek tangan. Para pekerja yang kebanyakam
adalah wanita harus memaksimalkan kerja tangan kanan dan tangan kirinya agar dpat
melinting rokok dengan jumlah yang banyak dalam waktu yang singkat.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Pada stasiun kerja pembentukan elemen kerja untuk tangan kanan meliputi
mengambil adonan, memutar-mutar adonan,sedangkan untuk tangan kiri
meliputi memutar-mutar adonan dan meletakkan adonan
2. Pada saat mengambil adonan hanya digunakan tangan kiri sehingga adonan
yang telah diambil hanya sedikit.
3. Waktu siklus stasiun kerja pembentukan sebesar 2,790 s
Waktu normal pada pekerja untuk elemen kerja mengambil adonan adalah
1,10055 s, elemen kerja memutar-mautar adonan adalah 1,4835 s, elemen
kerja meletakkan adonan adalah 0,6072 s
Rating factor sebesar 0,18. Allowance factor sebesar 18%
Waktu baku pada pekerja untuk elemen kerja mengambil adonan adalah1,207
s, elemen kerja memutar-mautar adonan adalah 1,627 s, elemen kerja
meletakkan adonan adalah 0,667 s.
4. Menurut hasil diskusi yang kami lakukan analisa kerja menggunakan tangan
kiri tangan kanan pada stasiun kerja pengolesan mentega sudah cukup baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim1. 2000. Pengukuran Waktu Kerja. Dalam
http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?page=9&submit.x=9&submit.y=12&
submit=next&qual=high& submitval=next&fname=%2Fj iunkpe%2F s
1%2 Ftmi%2F2000%2Fj iunkpe-ns-s1 -2000-25495100-12713 -
peningkatan- chapter2.pdf. Diakses pada 22 Maret 2013 pukul 21. 47 WIB.
Barnes, Ralph M. 1980. Motion and Time Study : Design and Measurement of Work.
New York :John Wiley and Sons.Herjanto, Eddy. 2007. Manajemen Operasi Edisi Ketiga. Jakarta : Grasindo
Hurst, Kenneth S. 2006. Engineering Design Principles. Elsevier Ltd. England.
Niebel, Benjamin (1993). Motion Study and Time Study. McGraw-Hill Book
Co. New York.
Miller, D. M. dan Schmidt, J. W. 1984. Industrial Engineering and Operational
Research. John willey and Sons. USASupardan. 1996. Ilmu teknologi dan Etika Cetakan Kedua. Jakarta: Gunung Mulia.
Wignjosoebroto, Sritomo, M.Sc. 2003 Ergonomi, Studi Gerak dan Studi
Waktu. Surabaya : Guna Widya.Sutalaksana,dkk. 1979. Teknik Tata Cara Kerja. Teknik Industri Institut Teknologi
Bandung. Bandung
Wignjosoebroto, Iftikar, dkk.1995. Ergonomi, Study Gerak dan Waktu TeknikAnalisa
untuk Peningkatan Produktivitas Kerja. Jakarta: Penerbit Guna Widya.
top related