51792958 referat ujian gangguan kepribadian
Post on 07-Dec-2014
141 Views
Preview:
TRANSCRIPT
REFERAT UJIAN PSIKIATRI
CIRI GANGGUAN KEPRIBADIAN
Penguji:
Prof. Dr.dr. H.A.Prayitno, Sp.KJ (K)
Disusun oleh :
Meyria Carolina
030.03.162
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA
RUMAH SAKIT JIWA Dr. SOEHARTO HEERDJAN
PERIODE 07 FEBRUARI – 12 MARET 2011
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
1
2011
BAB I
PENDAHULUAN
Sigmund Freud dan Erik Erikson merupakan dua orang yang cukup dikenal dalam
perkembangan ilmu jiwa, mereka mengembangkan teori Psikoanalisis dan Psikososial.
Sigmund Freud mengembangkan konsep struktur pikiran dengan mengembangkan ‘mind
apparatus’, yaitu yang dikenal dengan struktur kepribadian Freud dan menjadi konstruknya
yang terpenting, yaitu id (struktur paling mendasar dari kepribadian, seluruhnya tidak
disadari dan bekerja menurut prinsip kesenangan), ego (struktur kepribadian yang mengontrol
kesadaran dan mengambil keputusan atas perilaku manusia) dan superego (merefleksikan
nilai-nilai sosial dan menyadarkan individu atas tuntutan moral).
Menurut Erikson, dinamika kepribadian selalu diwujudkan sebagai hasil interaksi
antara kebutuhan dasar biologis dan pengungkapannya sebagai tindakan-tindakan sosial.
Istilah psikososial dipakai dalam kaitannya dengan perkembangan tahap-tahap kehidupan
seseorang dari lahir sampai dibentuk oleh pengaruh-pengaruh sosial yang berinteraksi dengan
suatu organisme yang menjadi matang secara fisik dan psikologis. Erikson membuat sebuah
bagan untuk mengurutkan delapan tahap secara terpisah mengenai perkembangan ego dalam
psikososial, yang biasa dikenal dengan istilah “Delapan Tahap Perkembangan Manusia”.
Erikson juga berpendapat bahwa tiap tahap psikososial juga disertai oleh krisis.
Perbedaan dalam setiap komponen kepribadian yang ada didalam tiap-tiap krisis adalah
sebuah masalah yang harus dipecahkan/diselesaikan. Menurut Erikson delapan tahap
perkembangan yang ada berlangsung dalam jangka waktu yang teratur maupun secara
hirarkri, akan tetapi jika dalam tahap sebelumnya seseorang mengalami ketidakseimbangan
seperti yang diinginkan maka pada tahap sesudahnya dapat berlangsung kembali guna
memperbaikinya.
Gangguan kepribadian adalah kondisi patologik dari ciri kepribadian seseorang yang
menjadi tidak fleksibel dan sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan hidup, sehingga
menimbulkan hendaya di dalam fungsi sosial atau pekerjaan atau penderitaan subjektif bagi
dirinya.
Gejala-gejala dari orang dengan gangguan kepribadian biasanya alloplastik. Artinya,
orang dengan gangguan kepribadian akan berusaha merubah lingkungan untuk disesuaikan
dengan keinginannya. Selain itu, gejala-gejalanya juga egosintonik. Artinya, orang dengan
2
gangguan kepribadian dapat menerima dengan baik gejala-gejalanya. Umumnya orang
dengan gangguan kepribadian menolak bantuan secara psikiatrik.
Orang tersebut jauh lebih mungkin menolak bantuan psikiatrik dan menyangkal
masalahnya dibandingkan orang dengan gangguan kecemasan, gangguan depresif, atau
gangguan obsesif kompulsif. Gejala gangguan kepribadian adalah alopastik (yaitu, mampu
mengadaptasi dan mengubah lingkungan eksternal) dan ego-sintonik (yaitu, dapat diterima
oleh ego); mereka dengan gangguan kepribadian tidak merasa cemas tentang perilaku
meladaptifnya, karena orang tersebut tidak secara rutin merasakan sakit dari apa yang
dirasakan oleh masyarakat sebagai gejalanya, mereka seringkali dianggap tidak bermotivasi
untuk pengobatan dan tidak mempan terhadap pemulihan.
3
BAB II
GANGGUAN KEPRIBADIAN
2.1 Pengertian kepribadian
Kepribadian dapat didefinisikan sebagai totalitas sifat emosional dan perilaku yang
menandai kehidupan seseorang dari hari kehari dalam kondisi yang biasanya ; kepribadian
relatif stabil dan dapat diramalkan.
Selain itu terdapat juga definisi maupun pengertian mengenai kepribadian lainnya.
Misalnya, Kusumanto Setyonegoro mengatakan: Kepribadian ialah ekspresi keluar dari
pengetahuan dan perasaan yang dialami secara subjektif oleh seseorang. Definisi lain
mengemukakan bahwa kepribadian ialah pola perilaku yang khas bagi seseorang yang
menyebabkan orang itu dapat dikenal dari pola perilakunya itu. Atau kepribadian menunjuk
kepada keseluruhan pola pikiran, perasaan, dan perilaku yang sering digunakan oleh
seseorang dalam usaha adaptasi yang terus-menerus dalam hidupnya. Jadi kepribadian
meliputi segala corak perilaku manusia yang terhimpun di dalam dirinya dan yang digunakan
untuk bereaksi serta menyesuaikan dirinya terhadap segala rangsang, baik yang datang dari
lingkungannya (“dunia luar”-nya), maupun yang berasal dari dirinya sendiri (“dunia dalam”-
nya) sehingga corak perilakunya itu merupakan suatu kesatuan fungsional yang khas bagi
manusia itu.
Definisi-definisi di atas mengemukakan kepribadian dalam arti kata empirik (lihat di
bawah ini), Terdapat 3 kelompok pengertian kepribadian, yaitu pengertian populer, falsafat
dan empirik. Kepribadian dalam arti kata populer sama dengan kualitas seseorang yang
menyebabkan ia disenangi atau tidak disenangi oleh orang lain.
Kepribadian dalam arti kata falsafat ialah sesuatu yang rasional (dapat berpikir,
mempunyai daya penalaran) dan individual (merupakan kesatuan yang dapat berdiri sendiri,
mempunyai ciri-ciri khas). Kepribadian itu merupakan inti manusia (yaitu bila kita menjawab
pertanyaan dalam falsafah: “Apakah manusia itu”) yang mengatur dan mengawasi
perilakunya secara tidak dapat dilihat oleh orang lain dan yang merupakan penyebab utama
segala sesuatu yang berhubungan dengan manusia.
Kepribadian dalam arti kata empiris ialah jumlah perilaku yang dapat diamati dan
yang mempunyai ciri-ciri biologik, psikologik, sosiologik, dan moral yang khas baginya,
4
yang dapat membedakannya dari kepribadian yang lain. Akan tetapi harus diingat bahwa
jumlah perilaku atau jumlah sifat seseorang tidak sama dengan kepribadiannya yang
sebenarnya. Perilaku dan sifat hanya merupakan manifestasi kepribadian orang itu. Dengan
mempelajari perilaku atau sifat-sifat kepribadian seseorang maka kita dapat menyelami
kepribadian yang sebenarnya.
DEFINISI
Sampai saat ini penyebab gangguan kepribadian belum diketahui dengan pasti. Tetapi,
terdapat beberapa faktor diduga mempunyai hubungan yang erat dengan gangguan
kepribadian. Faktor-faktor tersebut adalah :
Faktor Genetik
Ternyata saudara kembar satu telur dari penderita gangguan kepribadian juah lebih banyak
yang menderita gangguan kepribadian dibandingkan dengan saudara kembar dua telur.
Faktor biologik (biopsikososial)
- Faktor hormonal: Orang yang menunjukkan sifat impulsif sering kali juga
menunjukkan peningkatan kadar testoteron, 17 estradiol, dan estrone. Pada primata
bukan manusia, androgen meningkatkan kemungkinan agresi dan prilaku seksual;
tetapi peranan testoteron pada agresi manusia adalah tidak jelas. Hasil DST adalah
abnormal pada beberapa pasien gangguan kepribadian ambang dengan gejala depresif.
Monoamin oksidase trombosit. Kadar monoamin oksidase (MAO) trombosit yang
renda telah dihubungkan dengan aktivitas dan sosioabilitas pada kera. Pelajar perguruan
tinggi dengan MAO trombosit yang rendah melaporkan menggunakan lebih banyak waktu
dalam aktivitas sosial dibandingkan pelajar dengan kadar MAO trombosit yang tinggi.
Kadar MAO trombosit yang rendah juga telah ditemukan pada beberapa pasien skizotipal.
Gerakan mata mengejar yang halus (smooth pursuit eye movement). Gerakan mata
mengejar yang halus adalah abnormal pada orang dengan sifat introversi, harga diri
rendah, menarik diri dan pada pasien dengan gangguan kepribadian skizotipal. Geraka
mata pada orang tersebut adalah tidak memiliki penerapan klinis, tetapi menyatakan
peranan penurunan.
- Neurotransmiter. Endorfin memiliki efek yang serupa dengn morfin eksogen,
termasuk analgetik dan supresi rangsangan. Kadar endorfin endogen yang tinggi
mungkin berhubungan dengan orang yang flegmatik-pasif. Penelitian sifat kepribadian
dan sistem dopaminergik dan serotonergik menyatakan suatu fungsi mengaktivasi
kesadaran dari neurotransmiter tersebut. Kadar 5-hydroxyindoleacetic acid (5-HIAA),
5
suatu metabolit serotonin, adalah rendah pada orang yang berusaha bunuh diri dan
pada pasien yang impulsif dan agresif.
Meningkatkan kadar serotonin dengan obat serotonergik tertentu seperti fluoxetin
(Prozac) dapat menghasilkan perubahan dramatik pada beberapa karateristik
kepribadian. Serotonin menurunkan depresi, impulsivitas, dan perenungan pada
bnayak orang dan dapat menghasilkan perasaan kesehatan umum. Meningkatnya kadar
dopamin di dalam sistem saraf pusat, dihasilkan oleh psikostimulan tertenu (sebagi
contoh, amfetamin) dapt menginduksi eforia. Efek neurotransmiter pada sifat
kepribadian telah menciptakan minat dan kontroversi tentang apakah sifat kepribadian
dibawa sejak lahir atau didapat.
Didalam bukunya Listening to Prozac,Peter kramer menggambarkan perubahan
keprobadian dramatik (sebagai contoh, penurunan kepekaan terhadap penolakan,
meningkatnya ketegasan, meningkatnya harga diri, membaiknya kemampuan untuk
mentoleransi stres) yang dapat terjadi jika kadar serotonin ditingkatkan oleh fluoxetin.
- Elektrofisiologi. Perubahan konduktansi elektrik pada elektoensefalogram (EEG)
telah ditemukan pada beberapa pasien dengan gangguan kepribadian, paling sering
pada tipe anti sosial dan ambang, di mana ditemukan aktivitas gelombang lambat.
Faktor Psikologik
Sigmund Freud menduga ciri kepribadian berhubungan erat dengan fiksasi pada salah satu
fase perkembangan sebelumnya. Misalnya, orang yang pasif dan dependen mempunyai
fiksasi pada fase oral. Selanjutnya, Wilhem Reich mengemukakan bahwa gejala gangguan
kepribadian sangat ditentukan oleh jenis defen mekanisme yang dipergunakannya.
Misalnya, orang dengan gangguan kepribadian paranoid menggunakan defen mekanisme
proyeksi, orang dengan gangguan kepribadian kompulsif menggunakan defen mekanisme
isolasi, dan orang dengan gangguan kepribadian histrionik menggunakan defen
mekanisme disosiasi.
Dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa 5 sampai 10% penduduk dewasa
menderita gangguan kepribadian. Jadi prevalensi gangguan kepribadian ternyata 5 sampai 10
kali lebih tinggi dari prevalensi skizofrenia dan gangguan afektif berat, serta hampir sama
dengan prevalensi gangguan neurotik.
Prevalensi gangguan kepribadian lebih tinggi pada kelompok masyarakat yang
dipenjarakan dan penduduk dengan sosial ekonomi rendah.
6
Meramalkan akibat gangguan kepribadian
Biasanya gejala gangguan kepribadian akan menetap seumur hidup. Tetapi, sebagian
kecil orang dengan gangguan kepribadian mengalami pengurangan gejala dengan
bertambahnya usia.
Orang dengan gangguan kepribadian mempunyai kemungkinan lebih besar akan
mengalami kesulitan berupa hal, seperti :
Pekerjaan
Orang dengan gangguan kepribadian lebih sering mengalami kesulitan dalam pekerjaan
dibandingkan populasi umum, mereka mungkin akan sering ganti-ganti pekerjaan.
Penyesuaian diri dalam perkawinan
Orang dengan gangguan kepribadian lebih banyak yang mengalami kesulitan dalam
penyesuaian diri dalam perkawinannya.
Hubungan Sosial
Orang dengan gangguan kepribadian sering mengalami kesulitan berhubungan sosial
dalam kehidupan sehari-hari. Mungkin sering bertengkar dengan tetangga, atau teman
sekantor.
Kecenderungan penyalahgunaan zat
Orang dengan gangguan kepribadian lebih banyak yang menyalahgunakan zat, terutama
alkohol
Sering berurusan dengan petugas hukum
Orang dengan gangguan kepribadian lebih sering berurusan dengan petugas hukum,
seperti polisi.
2.2 Berbagai Jenis Gangguan Kepribadian
Kurt Schneider (1923) membagi gangguan kepribadian menjadi sepuluh jenis
menurut sifat yang terganggu paling menonjol.
Eugen Kahn (1928) membagi gangguan kepribadian menjadi tiga kelompok, yaitu
gangguan dorongan, temperamen dan watak.
Pembagian gangguan kepribadian menurut DSM-IV dikelompokkan dalam tiga
cluster:
Cluster A: - gangguan kepribadian paranoid
- gangguan kepribadian skizoid
- gangguan kepribadian skizotipal
Cluster B: - gangguan kepribadian antisosial
7
- gangguan kepribadian ambang
- gangguan kepribadian histrionik
- gangguan kepribadian narsistik
Cluster C: - gangguan kepribadian menghindar
- gangguan kepribadian tergantung
- gangguan kepribadian anankastik
- gangguan kepribadian yang tidak ditentukan
2.2.1 Gangguan Kepribadian Paranoid
Kepribadian paranoid ialah suatu gangguan kepribadian dengan sifat curiga yang
menonjol, hipersensitif, banyak curiga, iri hati dan cemburu, merasa diri penting,
kecenderungan selalu menyalahkan orang lain dan mencurigai orang lain bermotivasi buruk
terhadap dirinya. Orang seperti ini mungkin agresif dan setiap orang yang lain dianggap
sebagai seorang agresor terhadapnya, ia harus mempertahankan dirinya. Ia bersikap sebagai
pemberontak dan angkuh untuk menahan harga diri, sering ia mengancam orang lain sebagai
akibat proyeksi rasa bermusuhannya sendiri. Ciri-ciri tersebut menghalangi penderita untuk
mendapatkan hubungan interpersonal yang memuaskan. Orang fanatik, pengumpul
ketidakadilan, pasangan yang cemburu secara patologis, dan orang yang aneh seringkali
memiliki gangguan kepribadian.
Epidemiologi. Prevalensi gangguan kepribadian paranoid adalah 0,5-2,5%. Gangguan lebih
sering pada laki-laki dibandingkan wanita, dan gangguan tampaknya tidak memiliki pola
familial.
Diagnosis. Pada pemeriksaan psikiatri, pasien tampak keheranan karena diminta bantuan
psikiatrik. Ketegangan otot, tidak dapat santai, dan kebutuhan untuk mencari petunjuk-
petunjuk di lingkungan mungkin ditemukan. Afek pasien sering tanpa humor dan serius.
Walaupun beberapa alasan argumentasi mereka mungkin salah, pembicaraan mereka
diarahkan oleh tujuan dan logis. Isi pikir mereka menunjukkan bukti-bukti proyeksi, praduga,
dan kadang-kadang gagasan mengenai diri sendiri.
Kriteria diagnostik gangguan paranoid :
A. Ketidakpercayaan dan kecurigaan yang pervasif kepada orang lain sehingga motif mereka
dianggap sebagai berhati dengki, dimulai pada masa dewasa awal dan tampak dalam
berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh empat (atau lebih) berikut :
1. Menduga, tanpa dasar yang cukup, bahwa orang lain memanfaatkan, membahayakan,
atau mengkhianati dirinya.
8
2. Preokupasi dengan keraguan yang tidak pada tempatnya tentang loyalitas atau
kejujuran teman atau rekan kerja
3. Enggan untuk menceritakan rahasia orang lain karena rasa takut yang tidak perlu
bahwa informasi akan digunakan secara jahat melawan dirinya
4. Membaca arti merendahkan atau mengancam yang tersembunyi dari ucapan atau
kejadian yang biasa
5. Secara persisten menanggung dendam, yaitu tidak memaafkan kerugian, cedera, atau
kelalaian
6. Merasakan serangan terhadap karakter atau reputasinya yang tidak tampak bagi orang
lain dan dengan cepat bereaksi secara marah atau balas menyerang
7. Memiliki kecurigaan yang berlulang, tanpa pertimbangan, tentang kesetiaan pasangan
atau mitra seksual.
B. Tidak terjadi semata-mata selama perjalanan skizofrenia, suatu gangguan mood dengan
ciri psikotik, atau gangguan psikotik lain dan bukan karena efek fisiologis langsung dari
kondisi medis umum.
2.2.2 Gangguan Kepribadian Skizoid
Malu-malu, hypersensitif, menyendiri, menghindarkan hubungan rapat dan kompetitif
dan sering sekali eksentrik. Sering melamun dan tidak dapat menyatakan perasaan marah.
Terhadap pengalaman-pengalaman yang menggangu dirinya biasanya dia beraksi tidak
perduli. Seringkali dipandang oleh orang lain sebagai eksentrik, terisolasi, atau kesepian.
Epidemiologi. Mungkin mengenai 7,5% populasi umum. Beberapa penelitian melaporkan
rasio laki-laki terhadap wanita adalah 2 berbanding 1. orang tersebut cenderung mencari
pekerjaan yang melibatkan sedikit/tanpa kontak dengan orang lain.
Kriteria diagnostik untuk kepribadian skizoid
A. Pola pervasif pelepasan dari hubungan sosial dan rentang pengalaman emosi yang
terbatas dalam lingkungan interpersonal, dimulai pada masa dewasa awal dan ditemukan
dalam berbagai konteks, seperti yang dinyatakan oleh empat (atau lebih) berikut :
1. Tidak memiliki minat ataupun menikmati hubungan dekat, termasuk menjadi bagian
dari keluarga
2. Hampir selalu memilih kegiatan secara sendirian
3. Memiliki sedikit, jika ada, rasa tertarik untuk melakukan pengalamam seksual dengan
orang lain
4. Merasakan kesenangan dalam sedikit, jika ada aktivitas
9
5. Tidak memiliki teman dekat atau orang yang dipercaya selain sanak saudara derajat
pertama
6. Tampak tidak acuh terhadap pujian atau kritik orang lain
7. Menunjukkan kedinginan emosi, pelepasan atau pendataran afektivitas
B. Tidak terjadi semata-mata selama perjalanan Skizofrenia, gangguan, suatu gangguan
mood dengan ciri psikotik, gangguan psikotik lain atau suatu gangguan perkembangan
pervasif, dan bukan karena efek fisiologis langsung dari kondisi medis umum.
2.2.3 Gangguan Kepribadian Skizotipal
Sering ditemukan pelbagai campuran kecemasan, depresi, dan afek disforik lainnya.
Selama periode stres yang berat dapat timbul gejala psikotik yang sepintas. Karena keanehan
cara pikirnya orang dengan gangguan kepribadian skizotipal cenderung berkeyakinan
eksentrik, seperti keyakinan agama yang aneh-aneh.
Epidemiologi. Terjadi pada ± 3% populasi. Rasio jenis kelamin tidak diketahui. Terdapat
hubungan kasus yang lebih besar antara sanak saudara biologis pasien skizofrenik
dibandingkan kontrol dan insidensi yang lebih besar diantara kembar monozigot
dibandingkan kembar dizigotik.
Kriteria Diagnostik Gangguan Kepribadian Skizotipal
A. Pola pervasif defisit sosial dan interpersonal yang ditandai oleh ketidaksenangan akut
dengan, dan penurunan kapasitas untuk, hubungan erat dan juga oleh penyimpangan
kognitif atau persepsi dan perilaku eksentrik, dimulai pada masa dewasa awal dan tampak
dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh lima (atau lebih) berikut :
1. Gagasan yang menyangkut diri sendiri (ideas of reference) kecuali waham yang
menyangkut diri sendiri)
2. Keyakinan aneh atau pikiran magis yang mempengaruhi perilaku dan tidak konsisten
dengan norma kultural (misalnya, percaya takhyul [superstitiousness], percaya dapat
melihat apa yang akan terjadi [clairvoyance], telepati, atau indera keenam, pada anak-
anak dan remaja khayalan atau preokupasi yang kacau)
3. Pengalaman persepsi yang tidak lazim, termasuk ilusi tubuh
4. Pikiran dan bicara yang aneh (misalnya, samar samar, sirkumstansialitas, metaforik,
terlalu berbelit-belit, atau stereotipik)
5. Kecurigaan atau ide paranoid
6. Afek yang tidak sesuai atau terbatas
7. Perilaku atau penampilan yang aneh, eksentrik atau janggal
10
8. Tidak memiliki teman akrab atau orang yang dipercaya selain sanak saudara derajat
pertama
9. Kecemasan sosial yang berlebihan yang tidak menghilang dengan keakraban dan
cenderung disertai dengan ketakutan paranoid ketimbang pertimbangan negatif
tentang diri sendiri.
B. Tidak terjadi semata-mata selama perjalanan skizofrenia, suatu gangguan mood dengan
ciri psikotik lain, atau suatu gangguan perkembangan pervasif.
2.2.4 Gangguan Kepribadian Anti Sosial
Di sini pola tingkah laku berkali-kali berlawanan dengan peraturan masyarakat.
Penderita sangat egois, tidak dapat setia kawan, tidak memperdulikan nilai sosial dan tidak
bertanggung jawab, kasar, impulsif, tidak bisa merasa bersalah atau belajar dari pengalaman
atau hukuman. Bila mengalami frustasi selalu menyalahkan orang lain dan membenarkan diri
sendiri.
Epidemiologi. Prevalensi 3% pada laki-laki dan 1% pada wanita. Sering ditemukan
diperkotaan yang miskin. Anak laki-laki berasal dari keluarga yang lebih tinggi dibandingkan
anak perempuan. Onset gangguan adalah sebelum 15 tahun. Anak perempuan memiliki gejala
sebelum pubertas, dan anak alaki-laki lebih awal. Suatu pola familial ditemukan.
Diagnosis. Pasien mungkin tampak tenang dan dapat dipercaya dalam wawancara. Tetapi, di
balik lapisan (atau, menggunakan istilah Hervey Cleckley, topeng kejiwaan ), terdapat
ketegangan, permusuhan, sikap mudah tersinggung, dan kekerasan. Wawancara stres, dimana
pasien secara aktif dihadapkan dengan inkonsistensi dalam riwayat penyakitnya, mungkin
diperlukan untuk mengungkapkan patologi. Suatu pemeriksaan diagnostik harus termasuk
pemeriksaan neurologis lengkap.
Kriteria Diagnostik Gangguan Kepribadian Anti sosial
A. Terdapat pola pervasif tidak menghargai dan melanggar hak orang lain yang terjadi sejak
usia 15 tahun, seperti yang ditunjukkan oleh tiga (atau lebih) berikut :
1. Gagal untuk mematuhi norma sosial dengan menghormati perilaku sesuai hukum
seperti yang ditunjukkan dengan berulang kali melakukan tindakan yang menjadi
dasar penahanan.
2. Ketidakjujuran, seperti yang ditunjukkan oleh berulang kali berbohong,
menggunakan nama samaran, atau menipu orang lain untuk mendapatkan keuntungan
atau kesenangan pribadi.
3. Impulsivitas atau tidak dapat merencanakan masa depan
11
4. Iritabilitas dan agresivitas, seperti yang ditunjukkan oleh perkelahian fisik atau
penyerangan yang berulang
5. Secara sembrono mengabaikan keselamatan diri sendiri atau orang lain
6. Terus menerus tidak bertanggung jawab, seperti ditunjukkan oleh kegagalan berulang
kali untuk mempertahankan perilaku kerja atau menghormati kewajiban finansial.
7. Tidak adanya penyesalan, seperti yang ditunjukkan oleh acuh tak acuh terhadap atau
mencari-cari alasan telah disakiti, dianiaya, atau dicuri oleh orang lain.
B. Individu sekurang-kurangnya berusia 18 tahun
C. Terdapat tanda-tanda gangguan konduksi dengan onset sebelum usia 15 tahun.
D. Terjadinya perilaku antisosial tidak semata-mata selama perjalanan skizofrenia atau suatu
episode manik.
2.2.5 Gangguan Kepribadian Ambang
Sering ditemukan sikap melawan terhadap masyarakat dan pandangan pesimistik.
Juga sering ada pergantian antara sikap ketergantungan dengan sikap mandiri. Apabila ada
periode stres yang berat, kadang-kadang ada gejala psikotik yang lama dan parahnya tidak
cukup menegakkan diagnosis tambahan.
Epidemiologi. Prevalensi kira-kira 1-2% populasi, 2X lebih sering pada wanita. Suatu
peningkatan prevalensi gangguan depresif berat, gangguan penggunaan alkohol,dan
penyalahgunaan zat ditemukan pada sanak saudara derajat pertama.
Kriteria Diagnostik Gangguan Kepribadian Ambang
Pola pervasif ketidakstabilan hubungan interpersonal, citra diri, dan afek, dan
impulsivitas yang jelas pada dewasa awal dan ditemukan dalam berbagai konteks, seperti
yang ditunjukkan oleh lima (atau lebih) berikut :
1. Usaha mati-matian untuk menghindari ketinggalan yang nyata atau khayalan. Catatan
tidak termasuk perilaku bunuh diri / mutilasi dari yang ditemukan dalam kriteria 5.
2. Pola hubungan interpersonal yang tidak stabil dan kuat yang ditandai oleh perubahan
antara ekstrim-ekstrim idealisasi dan devaluasi
3. Gangguan identitas : citra diri atau perasaan diri sendiri yang tidak stabil secara jelas
dan persisten.
4. Impulsivitas pada sekurangnya dua bidang yang potensial membahayakan diri sendiri
(misalnya, berbelanja, seks, penyalahgunaan zat, ngebut gila-gilaan, pesta makan).
Catatan : tidak termasuk perilaku bunuh diri atau mutilasi diri yang ditemukan dalam
kriteria 5.
12
5. Perilaku, isyarat, atau ancaman bunuh diri yang berulang kali, atau perilaku mutilasi
diri.
6. Ketidakstabilan afektif karena reaktivitas mood yang jelas (misalnya, disforia
episodik kuat, iritabilitas atau kecemasan biasanya berlangsung beberapa jam dan
jarang lebih dari beberapa hari)
7. Perasaan kosong yang kronis
8. Kemarahan yang kuat dan tidak pada tempatnya atau kesulitan dalam mengendalikan
kemarahan (misalnya, sering menunjukkan temper, marah terus menerus, perkelahian
fisik berulang kali).
9. Ide paranoid yang transien dan berhubungan dengan stres, atau gejala disosiatif yang
parah
2.2.6 Gangguan Kepribadian Histrionik
Labilitas emosi, bereaksi secara berlebihan, dramatisasi diri sendiri untuk menarik
perhatian dan menggoda hati orang lain (dengan sadar atau tidak sadar). Kepribadian ini juga
menunjukkan infantilitas, sifat egosentris, sombong dan biasanya disertai banyak tuntutan.
Epidemiologi. Dari penelitian populasi umum menyatakan suatu prevalensi gangguan
kepribadian histrionik kira-kira 2 sampai 3 persen. Sering didiagnosis pada wanita. Dan ada
suatu hubungan dengan gangguan somatisasi serta gangguan penggunaan alcohol.
Diagnosis. Dalam wawancara, pasien gangguan kepribadian histrionik biasanya dapat
bekerja sama dan mau memberikan riwayat penyakit yang terinci. Gerak isyarat dan
penekanan yang dramatis dalam percakapan mereka sering ditemukan. Mereka mungkin
sering membuat pelesetan, dan bahasa mereka bermacam-macam. Pertunjukan efektif adalah
sering, tetapi, jika dipaksa untukmengungkapkan perasaan tertentu (seperti kemarahan,
kesedihan, dan harapan seksual), mereka mungkin berespon dengan rasa terkejut, kemarahan,
dan penyangkalan. Hasil dari pemeriksaan kognitif biasanya normal, walaupun tidak adanya
ketekunan dapat ditunjukkan pada tugas aritmatika atau konsentrasi, dan sifat pelupa pasien
pada material yang melibatkan efek mungkin mengherankan.
Kriteria Diagnostik Gangguan Kepribadian Histrionik
Pola pervasif emosionalitas dan mencari perhatian yang berlebihan, dimulai pada
masa dewasa muda dan tampak dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh lima
(atau lebih) berikut :
13
1. Tidak merasa nyaman dalam situasi di mana ia tidak merupakan pusat perhatian
2. Interaksi dengan orang lain sering ditandai oleh godaan seksual yang tidak pada
tempatnya atau perilaku provokatif
3. Menunjukkan pergeseran emosi yang cepat dan ekspresi emosi yang dangkal
4. Secara terus menerus menggunakan penampilan fisik untuk menarik perhatian kepada
dirinya
5. Memiliki gaya bicara yang sangat impresionistik dan tidak memiliki perincian
6. Menunjukkan dramatisasi diri, teatrikal, dan ekspresi emosi yang berlebihan
7. Mudah disugesti, yaitu, mudah dipengaruhi oleh orang lain atau situasi
8. Menganggap hubungan menjadi lebih intim ketimbang keadaan sebenarnya.
2.2.7 Gangguan Kepribadian Narsistik
Terdapat afek depresif, disertai dengan perhatian terhadap diri sendiri secara berlebih
dan disertai preokupasi dalam berdandan dan berusaha agar dirinya tetap tampak muda,
disertai rasa iri hati kronik dan mendalam terhadap orang lain. Kadang-kadang ada pula
preokupasi dengan rasa nyeri dari berbagai keluhan fisik. Apabila ada kekurangan,maka
kekalahan atau perilaku yang tidak bertanggung jawab dari dirinya, maka orang tersebut
sering membenarkan diri dengan rasionalisasi, atau berdusta. Perasaannya sering dipalsukan
agar memberi kesan yang baik kepada orang lain.
Epidemiologi. Perkiraan prevalensi gangguan kepribadian narsistik terentang antara 2 sampai
16 persen dalam populasi klinis dan kurang dari 1 persen dalam populasi umum. Mungkin
terdapat risiko yang lebih tinggi dari biasanyanya pada keturunan orang tua dengan gangguan
ini yang menanamkan pada anak-anaknya rasa kemaha-kuasaan yang tidak realistik,
kebesaran, kecantikan, dan bakat.
Kriteria Diagnostik Gangguan Kepribadian Narsistik
Pola pervasif kebesaran (dalam khayalan atau perilaku), membutuhkan kebanggaan,
dan tidak ada empati, dimulai pada masa dewasa awal dan tampak dalam berbagai konteks,
seperti yang ditunjukkan oleh lima (atau lebih) berikut :
1. Memiliki rasa kepentingan diri yang besar ( misalnya, pencapaian dan bakat yang dilebih-
lebihkan, berharap terkenal sebagai superior tanpa usaha yang sepadan)
2. Preokupasi dengan khayalan akan keberhasilan, kekuatan, kecerdasan, kecantikan, atau
cinta ideal yang tidak terbatas.
3. Yakin bahwa ia adalah khusus dan unik dan dapat dimengerti hanya oleh atau harus
berhubungan dengan orang lain (atau institusi) yang khusus atau memiliki status tinggi.
14
4. Membutuhkan kebanggaan yang berlebihan
5. Memiliki perasaan bernama besar, yaitu, harapan yang tidak beralasan akan perlakuan
khusus atau kepatuhan otomatis sesuai harapannya
6. Eksploitatif secara interpersonal, yaitu mengambil keuntungan dari orang lain untuk
mencapai tujuannya sendiri.
7. Tidak memiliki empati: tidak mau mengenali atau mengetahui perasaan dan kebutuhan
orang lain
8. Sering cemburu terhadap orang lain dan merasa orang lain juga cemburu kepada dirinya
9. Menunjukkan perilaku atau sikap congkak dan sombong.
2.2.8 Gangguan Kepribadian Menghindar
Depresi, kecemasan dan kemarahan pada diri sendiri karena gagal untuk membina
hubungan sosial.
Epidemiologi. Prevalensi gangguan kepribadian menghindar adalah 1 sampai 10 persen.
Tidak ada informasi tentang rasio jenis kelamin dan pola familial. Bayi yang diklasifikasikan
memiliki temperamen yang malu-malu mungkin lebih rentan terhadap gangguan ini
dibandingkan mereka yang berada pada skala aktivitas pendekatan yang tinggi.
Diagnosis. Dalam wawancara klinis aspek yang paling penting adalah kecemasan pasien
tentang berbicara dengan pewawancara. Kecemasan dan ketegangan pasien tampaknya hilang
dan timbul dengan persepsi mereka apakah pewawancara menyukai diri mereka. Mereka
tampak rentan terdap komentar dan sugestipewawancara dan mungkin menganggap suatu
penjelasan atau suatu interprestasi sebagai suatu kritik.
Kriteria Diagnostik Gangguan Kepribadian menghindar
Pola pervasif hambatan sosial, perasaan tidak cakap, dan kepekaan berlebihan
terhadap penilaian negatif, dimulai pada masa dewasa awal dan tampak dalam berbagai
konteks, seperti yang ditunjukkan oleh empat (atau lebih) berikut :
1. Menghindari aktivitas pekerjaan yang memerlukan kontak interpersonal yang bermakna
karena takut akan kritik, celaan dan penolakan
2. Tidak mau terlibat dengan orang lain kecuali merasa yakin akan disenangi
3. Menunjukkan keterbatasan dalam hubungan intim karena rasa takut dipermalukan atau
ditertawai
4. Preokupasi dengan sedang dikritik atau ditolak dalam situasi sosial
5. Terhambat dalam situasi interpersonal yang baru karena perasaan tidak adekuat
15
6. Memandang diri sendiri tidak layak secara sosial karena merasa dirinya tidak menarik atau
lebih rendah dari orang lain
7. Tidak biasanya enggan untuk mengambil risiko pribadi atau melakukan aktivitas baru
karena dapat membuktikan penghinaan.
2.2.9 Gangguan Kepribadian Dependen
Mudah lelah, kurang bersemangat, kurang minat, terlalu sensitif terhadap stres dan
emosi sukar diajak bersenang-senang. Selalu terdapat preokupasi bahwa dirinya akan
ditinggalkan, kecuali apabila ia telah berhasil membentuk hubungan yang permanen dengan
seseorang yang dapat memuaskan kebutuhan ketergantungannya.
Epidemiologi. Gangguan kepribadian dependen adalah lebih sering pada wanita
dibandingkan laki-laki. Satu penelitian mendiagnosis 2,5 persen dari semua gangguan
kepribadian masuk ke dalam kategori tersebut. Gangguan ini lebih sering terjadi pada anak
kecil dibandingkan anak yang lebih besar. Orang dengan penyakit fisik yang kronis pada
masa anak-anaknya mungkin yang paling rentan terhadap gangguan.
Diagnosis. Dalam wawancara pasien tampak penuh keluhan Mereka mencoba untuk bekerja
sama, menyambut pertanyaan spesifik, dan mencari bimbingan
Kriteria Diagnostik Gangguan Kepribadian Dependen
Kebutuhan yang pervasif dan berlebihan untuk diasuh, yang menyebabkan perilaku
tunduk dan menggantung dan rasa takut akan perpisahan, dimulai pada masa dewasa awal
dan tampak dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh lima (atau lebih) berikut :
1. Memiliki kesulitan dalam mengambil keputusan setiap hari tanpa sejumlah besar nasehat
dan penenteraman dari orang lain
2. Membutuhkan orang lain untuk menerima tanggung jawab dalam sebagian besar bidang
utama kehidupannya
3. Memiliki kesulitan dalam mengekspresikan ketidaksetujuan pada orang lain. Catatan:
tidak termasuk rasa takut yang realistik akan ganti rugi
4. Memiliki kesulitan dalam memulai proyek atau melakukan hal dengan dirinya sendiri
(karena tidak memiliki keyakinan diri dalam pertimbangan atau kemampuan ketimbang
tidak memiliki motivasi atau energi)
5. Berusaha berlebihan untuk mendapatkan asuhan dan dukungan dari orang lain, sampai
pada titik secara sukarela melakukan hal yang tidak menyenangkan
6. Merasa tidak nyaman atau tidak berdaya jika sendirian karena timbulnya rasa takut tidak
mampu merawat diri sendiri
16
7. Segera mencari hubungan dengan orang lain sebagai sumber pengasuhan dan dukungan
jika hubungan dekatnya berakhir
8. Secara tidak realistik terpreokupasi dengan rasa takut ditinggal untuk merawat dirinya
sendiri.
2.10. Gangguan Kepribadian Obsesif Kompulsif
Terlalu menitikberatkan konformitas dan kepatuhan terhadap standar moralitas.
Orang-orang dalam kelompok ini bersifat kaku, tidak fleksibel, selalu menekankan kewajiban
dan disiplin, sukar bersantai. Perfeksionisme, kaku, pemalu, dan pengawasan diri yang tinggi.
Epidemiologi. Prevalensi gangguan kepribadian obsesif-kompulsif adalah tidak diketahui.
Keadaan ini lebih sering pada laki-laki dibandingkan wanita dan didiagnosis paling sering
pada anak yang tertua. Gangguan juga lebih sering terjadi pada sanak saudara biologis derajat
pertama dari orang dengan gangguan tersebut dibandingkan poluplasi umum. Pasien
seringkali memiliki latar belakang yang ditandai oleh disiplin yang keras. Freud
menghipotesiskan bahwa gangguan ini adalah berhubungan dengan kesulitan pada stadium
anal dari perkembangan psikoseksual, biasanya di sekitar usia 2 tahun. Tetapi, pada berbagai
penelitian teori tersebut belum disahkan.
Diagnosis. Dalam wawancara, pasien gangguan kepribadian obsesif-kompulsif mungkin
memiliki kelakuan yang kaku, resmi, dan dingin. Afek mereka tidak tumpul atau datar tetapi
dapat digambarkan sebagai terkontriksi. Mereka tidak memiliki spontanitas. Mood mereka
biasanya serius. Pasien tersebut mungkin ketakutan tentang tidak dalam pengendalian
wawancara. Jawaban mereka terhadap pertanyaan biasanya terinci. Mekanisme pertahanan
yang digunakan adalah rasioalisasi, isolasi, intelektualisasi, pembentukan reaksi, dan
meruntuhkan (undoing).
Kriteria Diagnostik Gangguan Kepribadian Obsesif Kompulsif
Pola pervasif preokupasi dengan urutan, perfeksionisme, dan pengendalian mental
dan interpersonal, dengan mengorbankan fleksibilitas, keterbukaan, dan efisiensi, dimulai
pada masa dewasa awal dan tampak dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh
empat (atau lebih) berikut :
1. Terpreokupasi dengan perincian, aturan, daftar, urutan, susunan atau jadwal sampai
tingkat dimana aktivitas utama hilang
2. Menunjukkan perfeksionisme yang mengganggu penyelesaian tugas (misalnya, tidak
mampu menyelesaikan suatu proyek karena tidak memenuhi standarnya sendiri yang
terlalu ketat)
17
3. Secara berlebihan setia kepada pekerjaan dan produktivitas sampai mengabaikan aktivitas
waktu luang dan persahabatan (tdak disebabkan oleh kebutuhan ekonomi yang besar)
4. Terlalu berhati-hati, teliti, dan tidak fleksibel tentang masalah moralitas, etika atau nilai-
nilai (tidak disebabkan oleh identifikasi kultural atau religius).
5. Tidak mampu membuang benda-benda yang usang atau tidak berguna walaupun tidak
memiliki nilai sentimental
6. Enggan untuk mendelegasikan tugas atau untuk bekerja dengan orang lain kecuali mereka
tunduk dengan tepat caranya mengerjakan hal
7. Memiliki gaya belanja yang kikir baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain; uang
dipandang sebagai sesuatu yang harus ditimbun untuk bencana dimasa depan
8. Menunjukkan kekakuan dan keras kepala.
2.11 Gangguan Kepribadian Yang Tidak Ditentukan
Kategori ini adalah untuk gangguan-gangguan fungsi kepribadian yang tidak
memenuhi kriteria untuk gangguan kepribadian spesifik. Contohnya adalah adanya ciri-ciri
lebih dari satu gangguan kepribadian spesifik yang tidak memenuhi kriteria lengkap untuk
salah satu gangguan kepribadian (“kepribadian campuran”), tetapi bersama-sama
menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam satu atau lebih
fungsi penting (misalnya, sosial atau pekerjaan). Kategori ini juga dapat digunakan jika
klinisi menganggap bahwa suatu gangguan kepribadian spesifik yang tidak dimasukkan
dalam klasifikasi ini adalah sesuai. Contohnya adalah kepribadian pasif agresif dan gangguan
kepribadian depresif.
2.12 Gangguan Kepribadian Pasif – Agresif
Orang dengan gangguan kepribadian pasif-agresif ditandai oleh obstruksionisme
(senang menghalang-halangi), menunda-nunda, sikap keras kepala dan tidak efisien.
Epidemiologi. Tidak ada data yang tersedia tentang epidemiologi gangguan. Rasio jenis
kelamin, pola familial, dan prevalenis belum diteliti secara adekuat.
Kriteria Riset Gangguan Kepribadian Pasif-Agresif
A. Pola pervasif sikap negativistik dan resistensi pasif terhadap tuntutan akan kinerja yang
adekuat, dimulai pada masa dewasa awal dan tampak dalam berbagai konteks, seperti
yang ditunjukkan oleh empat (atau lebih) berikut :
1. Secara pasif menolak memenuhi tugas sosial dan pekerjaan rutin
18
2. Mengeluh tidak dimengerti dan tidak dihargai oleh orang lain
3. Cemberut dan argumentatif
4. Tanpa alasan mengkritik dan mencemooh atasan
5. Menunjukkan rasa cemburu dan kebencian terhadap mereka yang tampaknya lebih
beruntung
6. Suara yang diperkeras dan keluhan terus menerus atas ketidak beruntungan dirinya
7. Berganti-ganti antara tantangan permusuhan dan perasaan dosa
C. Tidak terjadi semata-mata selama episode depresif berat dan tidak diterangkan lebih baik
oleh gangguan distimik.
2.13 Gangguan Kepribadian Depresif
Orang dengan gangguan kepribadian depresif ditandai oleh sifat seumur hidup yang
masuk ke dalam spektrum depresif. Mereka adalah pesimistik, anhedonik, terikat pada
kewajiban, meragukan diri sendiri, dan tidak gembira secara kronis. Gangguan ini baru
diklasifikasikan dalam DSM-IV, tetapi kepribadian melankolik telah digambarkan pada awal
abad ke 20 oleh dokter psikiatrik Eropa, seperti Ernst Kretschmer.
Epidemiologi. Karena gangguan kepribadian depresif adalah kategori yang baru, tidak ada
angka epidemiologi yang tersedia, Tetapi, berdasrkan prevalensi gangguan depresif pada
populasi keseluruhan, gangguan kepribadian depresif tampaknya sering, terjadi sama banyak
pada laki-laki dan wanita, dan terjadi di dalam keluarga di mana gangguan depresif
ditemukan.
BAB III
KESIMPULAN
Kepribadian ialah ekspresi keluar mengenai pengetahuan serta perasaan yang dialami
secara subjektif oleh seseorang dan ekspresi keluar yang dapat diamati ini, menunjuk pada
19
keseluruhan pola pikiran, perasaan dan perilaku yang sering digunakan oleh orang itu dalam
usaha penyesuaian diri yang terus menerus dalam hidupnya sehingga ia dapat dikenal dari
polanya itu.
Gangguan kepribadian adalah kondisi patologik dari ciri kepribadian seseorang yang
menjadi tidak fleksibel dan sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan hidup, sehingga
menimbulkan hendaya di dalam fungsi sosial atau pekerjaan atau penderitaan subjektif bagi
dirinya.
Pematangan kepribadian dipengaruhi oleh faktor keturunan, faktor badaniah,
psikologik dan sosial, terutama pada masa kanak-kanak. Gangguan kepribadian menurut
DSM-IV dibagi menjadi tiga cluster, yaitu :
Cluster A:kepribadian paranoid, skizoid dan skizotipal
Cluster B:kepribadian antisosial, ambang, histrionik, narsistik
Cluster C:kepribadian menghindar, tergantung,anankastik dan tidak spesifik
Dalam pengobatan perlu diingat bahwa sifat-sifat gangguan kepribadian termasuk
dalam pola seumur hidup dan penderita tidak mempunyai motivasi dasar untuk berubah.
Terapi dapat memfokus pada aspek kerugian akibat perilaku ini. Selain daripada terapi
individu yang berlangsung lama, ada baiknya bila penderita dimasukkan ke dalam terapi
kelompok sehingga ia dapat belajar cara-cara yang baru mengenai hubungan antara manusia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan I Harold, Benjamin J Sadock, Jack A Grebb. Kaplan Sadock’s Sinopsis Psikiatri
Ilmu Pengetahuan Prilaku Psikiatri Klinis, Edisi tujuh, Jilid satu.Binarupa
Tangerang.2010;392-402
20
2. Tony Setiabudhi, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa (Psikiatri), Cetakan ke delapan, 2008,
hal 12-23.
3. Maramis. W.F; Gangguan Kepribadian dalam Catatan ilmu Kedokteran Jiwa; Airlangga
University Press; Surabaya;1995.
4. Kaplan H.I and Sadock B.J M.D; Theories of Personality and Psychopathology in
Synopsis of Psychiatry, sixth edition; William and Wilkins; Baltimore USA;
5. Direktorat Kesehtan Jiwa, Direktorat Jendral Pelayanan Medik, Departemen Kesehatan
R.I, Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan jiwa di Indonesia; Edisi III;
Jakarta; 1993.
6. Sadock B.J, M.D and Sadock V.A, M.D; Personlity Disorder in Comprehensive Text
Book of Psychiatry; seventh edition; Voleme 1 A Lippncot Williams amd Wilkins;
Philadelphia USA; 2000.
7. American Psychiatry Association, Diagnostic Crtiteria From DSM – IV, American
Psychiatry Association; Washington DC;1994.
8. Direktorat Kesehtan Jiwa, Direktorat Jendral Pelayanan Medik, Departemen Kesehatan
R.I, Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan jiwa di Indonesia; Edisi II; Jakarta;
1985.
21
top related