195431452-bst-vertigo.doc
Post on 29-Dec-2015
20 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Bedside Teaching
VERTIGO VESTIBULER PERIFER
Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Saraf
di RSUD Tugurejo Semarang
Pembimbing :
dr. Siti Istiqomah, Sp.S
Disusun oleh :
Muhammad Dhanni Dzuhrisal
H2A009035
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2014
LEMBAR PENGESAHAN
Bed Side Teaching ini telah disetujui oleh dosen pembimbing dari :
Nama : Muhammad Dhanni Dzuhrisal
NIM : H2A009035
Fakultas : Kedokteran
Universitas : Universitas Muhammadiyah Semarang
Kegiatan : Stase Ilmu Penyakit Saraf
Judul : Vertigo Vestibuler Perifer
Pembimbing : dr. Siti Istiqomah, Sp.S
Nilai :
Semarang, Maret 2014
Pem
dr. S iti Istiqomah, Sp. S
CASE ANALYSIS (Bedside Teaching / BST)
Nama : Muhammad Dhanni Dzuhrisal Nama Pasien : Tn. MJ
NIM : H2A009035 Jenis Kelamin : Laki-laki
Bagian : Ilmu Penyakit Saraf Umur : 57 Tahun
Preceptor : Dr. Siti Istiqomah, Sp.S Alamat : Wonosari ngaliyan, Semarang
No. RM : 40.70.82
Problem Hypothesis Mechanisme More Info Don’t KnowLearning
IssuesProblem Solving
ANAMNESIS
Secara auto dan allo amanesisAnamnesa dilakukan pada hari sabtu tanggal 08 Maret 2014 di bangsal Alamanda.1. Keluhan utama : Pusing
berputar2. Riwayat Penyakit Sekarang
Onset : ± 1 hari SMRS
Lokasi : kepala Kualitas : pusing
dirasakan seperti berputar Kuantitas : pusing
dirasakan terus menerus sehingga mengganggu pekerjaan dan aktivitas
Pusing berputar
dan
keseimbangan
menurun.
Terlampir Usul :
Pmx. Lab
1. Penegakkan
diagnosis
Vertigo
Vestibuler
Perifer
2. Pengelolaan
Umum pada
pasien Vertigo
Vestibuler
Perifer
Terlampir DIAGNOSIS :Diagnosis Klinis : Vertigo Vestibuler Perifer + Hipertensi
Diagnosis Topis: Sistem Vestibularis PeriferDiagnosis Etiologi : Gangguan Sistem Vestibuler Perifer
DD :
- Vertigo Sentral
harian, bahkan harus tiduran.
Kronologis : ± 1 hari SMRS, pasien merasa pusing berputar, kemudian saat bangun dari duduk pusing bertambah sehingga pasien akan terjatuh. Pasien mual, muntah > 5x. Keadaan semakin memburuk kemudian di bawa ke RS Tugurejo Semarang. .
Faktor yang memperberat : saat untuk beraktivitas
Faktor yang memperingan : saat istirahat pusing berkurang namun masih terasa berputar
Gejala penyerta : mual, muntah > 5x
3. Riwayat Penyakit Dahulu Dulu pasien mengalami
keluhan pusing berputar mulai satu tahun yang lalu.
Riwayat Hipertensi: diakui
Riwayat Diabetes Melitus: disangkal
Riwayat Trauma kepala :
TREATMENT :
A. Rencana TerapiMedikamentosa:- Infus RL 20 tpm –
30 tpm- Inj. Ondancetron 3
x 1 amp I.V- Betahistin 3 x 1
PO- Piracetam 3 x 1PO- Flunarizin 2 x 1PO- Amlodipin 1 x 1
PO
Non medikamentosa : Bedrest Fisioterapi Diet rendah garam dan lemak, tinggi serat
-Prognosis :Quo ad vitam : dubia ad bonamQuo ad fungsionam : dubia ad bonamQuo ad sanam : dubia ad bonam
Edukasii. Sarankan kepada keluarga
untuk mengawasi pasien dalam minum obat secara teratur.
ii. Makan makanan sehat dan bergizi, diet rendah garam dan lemak serta tinggi serat.
iii. Sarankan kepada keluarga
disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada keluarga yang
mengalami keluhan atau sakit yang serupa
Riwayat hipertensi pada keluarga disangkal
Riwayat keluarga dengan DM disangkal
5. Riwayat Sosial EkonomiPasien sudah tidak bekerja, biaya perawatan rumah sakit di tanggung oleh BPJS. Kesan ekonomi kurang.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4M6V5 = 15
Vital Sign :
Nadi : 80 kali/menit, regular, isi
dan tegangan cukup
Tekanan darah : 160/100 mmHg
Suhu : 36,2 0C
RR : 18 kali/menit,
Status Generalis :
Kepala : Bentuk mesosephal
Mata : Pupil bulat isokor RC +/+
untuk memberikan dukungan dan membantu dalam kesembuhan pasien.
ϴ 3 mm/3mm, konjungtiva anemis
(-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : nafas cuping hidung (-) , deformitas
(-) , secret (-), pembesaran konka (-),
konka hiperemis (-), epistaksis (-)
Telinga : serumen (-/-) , nyeri mastoid (-/-),
nyeri tragus (-/-),
Mulut : sianosis (-), karies gigi (-), lidah kotor
(-), tonsil T1-T1, hiperemis (-), kripte
melebar (-), dinding faring posterior :
hiperemis (-), jaringan granulasi (-).
Leher : pembesaran kelenjar limfe (-),
pembesaran kelenjar tiroid (-), kaku
kuduk (-).
Status Internus
Thorax (Cor&Pulmo) : dalam batas normal
Abdomen : dalam batas normal
Status Neurologis
Nervus Cranialis
N I. (Olfaktorius) Ka Ki
Daya pembau N N
N II. (Optikus) Ka Ki
Daya penglihatan N N
Lapang pandang N N
N III. (Okulomotorius) Ka Ki
Ptosis
Reflek cahaya langsung
Gerak mata ke atas
Gerak mata ke bawah
Reflek akomodasi
Gerak mata media
Ukuran & bentuk pupil
Diplopia
(-)
N
N
N
N
N
N
(-)
(-)
N
N
N
N
N
N
(-)
N IV. (Trokhlearis) Ka Ki
Gerak mata lateral
bawah
Diplopia
N
(-)
N
(-)
N V. (Trigeminus) Ka Ki
Menggigit
Membuka mulut
reflek masseter
sensibilitas
reflek kornea
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
N VI. (Abdusen) Ka Ki
Gerak mata lateral N N
Diplopia
(-)
(-)
N VII. (Fasialis) Ka KiKerutan kulit dahi
Kedipan mata
Lipatan naso-labia
Sudut mulut
Mengerutkan dahi
Mengerutkan alis
Menutup mata
N
N
N
N
N
N
N
N
N
N
N
N
N
N
N VIII. (Akustikus) Ka Ki
Mendengar suara
pendengaran turun
N
(-)
N
(-)
N IX. (Glosofaringeus) Ka Ki
Arkus faring
sengau
tersedak
N
(-)
(-)
N
(-)
(-)
N X. (Vagus) Ka Ki
Bersuara
Menelan
(+)
(+)
(+)
(+)
N XI. (Aksesorius) Ka Ki
Memalingkan kepala (+) (+)
mengangkat bahu
Sikap bahu
trofi otot bahu
(+)
N
(-)
(+)
N
(-)
N XII. (Hipoglosus) Ka Ki
Sikap lidah
Kekuatan lidah
Artikulasi
trofi otot lidah
Tremor lidah
Menjulurkan lidah
N
N
N
(-)
(-)
N
N
N
N
(-)
(-)
N
Anggota Gerak
Atas
Ka Ki
Gerakan
Kekuatan
Tonus
Trofi
Sensibilitas
Reflek fisiologik
Reflek patologik
N
555
N
(-)
N
(+)
(-)
N
555
N
(-)
N
(+)
(-)
Anggota Gerak
Bawah
Ka Ki
Gerakan
Kekuatan
Tonus
N
555
N
N
555
N
Trofi
Sensibilitas
Reflek fisiologik
Reflek patologik
(-)
N
(+)
(-)
(-)
N
(+)
(-)
KOORDINASI LANGKAH DAN KESEIMBANGANCara berjalan: Tidak dilakukan pemeriksaan Tes Romberg: Tidak dilakukan pemeriksaanDisdiadokhokinesis: pasien mengalami kesulitan jika dengan gerakan cepatRobound fenomen: Tidak dilakukan pemeriksaanNistagmus: (-)/(-)Dismetri : Tes telunjuk –telunjuk : tidak akurat/tidak akurat Tes hidung –telunjuk –hidung : tidak akurat/tidak akurat
Gerakan AbnormalTidak ada gerakan abnormal
Fungsi VegetatifMiksi : inkontinentia urin (-)Defekasi: inkontinentia alvi (-)
A. Definisi
Vertigo berasal dari bahasa Yunani “vertere” yang artinya memutar. Vertigo disebut juga dizziness, giddiness, dan lightheadedness.
Vertigo adalah adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitarnya dengan gejala lain yang timbul, terutama dari jaringan otonomik yang disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh oleh berbagai keadaan atau penyakit. Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankankesetimbangan tubuh ketika di tempatkan di berbagai posisi. Vertigo (sering juga disebut pusing berputar, atau pusing tujuh keliling) adalah kondisi di mana seseorang merasa pusing disertai berputar atau lingkungan terasa berputar walaupun badan orang tersebut sedang tidak bergerak.
B. Etiologi
1. penyakit system vestibuler perifer
- telinga bagian luar: serumen, benda asing
- telinga bagian tengah: retraksi timpani, OMA/OMP, kolesteatom
- telinga bagian dalam: labirintitis akut, syndrome meniere, BPPV
- N VIII: infeksi, trauma, tumor
- Inti vestibuler: infeksi, CVA, tumor, multipel sklerosis
2. penyakit susunan saraf pusat
- hipoksia/ iskemik otak : hipertaensi kronik, arteriosclerosis, anemia, sinkop, hipotensi ortostatik, blok jantung
- infeksi: meningitis, ensefalitis
- trauma kepala
- tumor
- migren
- epilepsi
3. kelainan endokrin
hipotiroid, hipoglikemia, hamil, menstruasi, menopause
4. kelainan psikiatri
depresi, sindroma hiperventilasi, neurosa, cemas, fobia.
5. kelainan mata
kelainan refraksi
C. Patofisiologi Pada proses normal keseimbangan arus informasi berlangsung intensif bila ada gerakan dari kepala atau tubuh. Akibat gerakan ini menimbulkan perpindahan cairan endolimfe di labirin dan selanjutnya silia dari sel rambut menekuk menyebabkan permeabilitas membrane sel berubah sehingga ion kalsium menerobos masuk ke dalam sel (influks) dengan akibat terjadi depolarisasi berupa pelepasan neurotransmitter eksilator (glutamate) yang selanjutnya impuls diteruskan ke pusat di nervus vestibularis lalu ke otak kecil (serebellum), korteks serebri, hypothalamus, dan pusat otomatik di formation retikularis,. Selanjutnya sebagai hasilnya dikeluarkan perintah ke efektor melalui neurotransmitter inhibitor (gamalat, dopamine).
D. Klasifikasi VERTIGO VESTIBULAR
Vestibular adalah salah satu organ bagian dalam telinga yang senantiasa mengirimkan informasi tentang posisi tubuh ke otak untuk menjaga keseimbangan- PERIFERVertigo periferal terjadi jika terdapat gangguan di saluran yang disebut kanalis semisirkularis, yaitu telinga bagian tengah yang bertugas mengontrol keseimbangan.
Vertigo jenis ini biasanya diikuti gejala-gejala seperti:1. pandangan gelap2. rasa lelah dan stamina menurun3. jantung berdebar4. hilang keseimbangan5. tidak mampu berkonsentrasi6. perasaan seperti mabuk7. otot terasa sakit8. mual dan muntah-muntah9. memori dan daya pikir menurun10. sensitif pada cahaya terang dan suara11. berkeringat
Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan vertigo periferal antara lain penyakit-penyakit seperti Benign Parozysmal Positional Vertigo atau BPPV (gangguan keseimbangan karena ada perubahan posisi kepala), meniere’s disease (gangguankeseimbangan yang sering kali menyebabkan hilang pendengaran), vestibular neuritis (peradangan pada sel-sel saraf keseimbangan) dan labyrinthitis (radang di bagian dalam pendengaran)- SENTRAL
Vertigo sentral terjadi jika ada sesuatu yang tidak normal di dalam otak, khususnya di bagian saraf keseimbangan, yaitu daerah percabangan otak dan serebelum (otak kecil). Gejala vertigo sentral biasanya terjadi secara bertahap, penderita akan mengalami hal-hal seperti:1. penglihatan ganda2. sukar menelan3. kelumpuhan otot-otot wajah4. sakit kepala yang parah5. kesadaran terganggu6. tidak mampu berkata-kata7. hilangnya koordinasi8. mual dan muntah-muntah9. tubuh terasa lemah
Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan vertigo sentral termasuk antara lain stroke, multiple sclerosis (gangguan tulang belakang dan otak), tumor, trauma di bagian kepala, migren, infeksi, kondisi peradangan, neurodegenerative illnesses (penyakit akibat kemunduran fungsi saraf) yang menimbulkan dampak pada otak kecil. Penyebab dan Gejala Keluhan vertigo biasanya datang mendadak, diikuti gejala klinis tidak nyaman seperti banyak berkeringat, mual,dan muntah. Faktor penyebab vertigo adalah Sistemik, Neurologik, Ophtalmologik, Otolaringologi, Psikogenik, dapat disingkat SNOOP.
VERTIGO NON VESTIBULARVertigo sistemik adalah keluhan vertigo yang disebabkan oleh penyakit tertentu, misalnya diabetes mellitus, hipertensi dan jantung. Sementara itu, vertigo neurologik adalah gangguan vertigo yang disebabkan oleh gangguan saraf. Keluhan vertigo yang disebabkan oleh gangguan mata atau berkurangnya daya penglihatan disebut vertigo ophtalmologis; sedangkan vertigo yang disebabkan oleh berkurangnya fungsi alat pendengaran disebut vertigo otolaringologis. Selain penyebab dari segi fisik,penyebab lain munculnya vertigo adalah pola hidup yang tak teratur, seperti kurang tidur atau terlalu memikirkan suatu masalah hingga stres. Vertigo yang disebabkan oleh stres atau tekanan emosional disebut vertigo psikogenik.
PSIKOGE SINDROM
Tabel 1. Perbedaan Vertigo Vestibular dan Non Vestibular
Gejala Vertigo Vestibular Vertigo Non Vestibular
Sifat vertigo rasa berputar melayang, hilang
Serangan episodik keseimbangan
Mual/muntah + kontinu
Gangguan pendengaran +/- -
Gerakan pencetus gerakan kepala -
Situasi pencetus - gerakan obyek visualkeramaian, lalu lintas
Tabel 2. Perbedaan Vertigo Vestibular Perifer dan Sentral
Gejala Vertigo Vestibular Perifer Vertigo Vestibular Sentral
Bangkitan vertigo lebih mendadak Lebih lambat
Derajat vertigo berat Ringan
Pengaruh gerakan kepala ++ +/-
Gejala otonom (mual, muntah, keringat)
++ +
Gangguan pendengaran (tinitus, tuli)
+ -
Tanda fokal otak - +
Jenis Vertigo Disertai Keluhan Tidak Disertai Timbul Karena
VERTIGOBPP
FISIOLOKETINGGIAN MABUK UDARA
PERIFE MENIE
INFEKSI TRAUMA ISKEMIK
PATOLOGIK
SENTR
Berdasarkan Awitan Serangan
Telinga Keluhan Telinga Perubahan Posisi
Vertigo paroksismal Penyakit Meniere, tumor fossa cranii posterior, transient ischemic attack (TIA arteri vertebralis
TIA arteri vertebro-basilaris, epilepsi, vertigo akibat lesi lambung
Benign paroxysmal positional vertigo (BPPV)
Vertigo kronis Otitis media kronis, meningitis tuberkulosa, tumor serebelo-pontine, lesi labirin akibat zat ototoksik
Kontusio serebri, sindroma paska komosio, multiple sklerosis, intoksikasi obat-obatan
Hipotensi ortostatik, vertigo servikalis
Vertigo akut Trauma labirin, herpeszoster otikus, labirinitis akuta, perdarahan labirin
Neuronitis vestibularis, ensefalitis vestibularis, multipel sklerosis
-
E. Gambaran Klinis
Adapun gejala-gejala vertigo antara lain:Gejala Subyektif : 1. Pusing2. Kepala terasa ringan3. Rasa terapung, terayun4. MualGejala Obyektif :1. Keringat dingin2. Pucat3. Muntah4. Sempoyongan waktu berdiri atau berjalan5. NistagmusGejala tersebut diatas dapat diperhebat/diprovokasi perubahan posisi kepala. selain gejala tersebut diatas dapat juga disertai gejala sebagai berikut : 1. Kelainan THT2. Kelainan Mata3. Kelinan Saraf4. Kelainan Kardiovaskular5. Kelainan penykit dalam lainnya
6. Kelainan Psikis7. Konsusi Obat - obat ototoksik
F. Diagnosis ANAMNESA1. Tanyakan bentuk vertigonya2. Keadaan yang memprovokasi3. Profil waktu: perlahan-lahan/ akut4. Keluhan yang menyertai : gangguan pendengaran, tinnitus, mual/ muntah5. Penggunaan obat-obatan : anti konvulsan, streptomisin, alkohol, dll.6. Adanya penyakit sistemik : DM, Hypothiroid, Hipertensi, Blok jantung7. Ada/ tidak stress PEMERIKSAN FISIK Ditujukan untuk meneliti faktor-faktor penyebab, baik kelainan sistemik, otologik atau neurologik – vestibuler atau serebeler; dapat berupa pemeriksaan fungsi pendengaran dan keseimbangan, gerak bola mata/nistagmus dan fungsi serebelum. Pendekatan klinis terhadap keluhan vertigo adalah untuk menentukan penyebab; apakah akibat kelainan sentral yang berkaitan dengan kelainan susunan saraf pusat – korteks serebri, serebelum, batang otak, atau berkaitan dengan sistim vestibuler / otologik; selain itu harus dipertimbangkan pula faktor psikologik / psikiatrik yang dapat mendasari keluhan vertigo tersebut. Faktor sistemik yang juga harus dipikirkan / dicari antara lain aritmi jantung, hipertensi, hipotensi, gagal jantung kongestif, anemi, hipoglikemi. Dalam menghadapi kasus vertigo, pertama-tama harus ditentukan bentuk vertigonya, lalu letak lesi dan kemudian penyebabnya, agar dapat diberikan terapi kausal yang tepat dan terapi simtomatik yang sesuai.
Pemeriksaan Fisik Umum.Pemeriksaan fisik diarahkan ke kemungkinan penyebab sistemik; tekanan darah diukur dalam posisi berbaring,duduk dan berdiri; bising karotis, irama (denyut jantung) dan pulsasi nadi perifer juga perlu diperiksa.
PEMERIKSAAN NEUROLOGISPemeriksaan neurologis dilakukan dengan perhatian khusus pada fungsi vestibular/ cerebral
1. Uji RombergPenderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan kedua mata
terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian selama 20-30 detik. Harus dipastikan bahwa penderita tidak dapat menentukan posisinya (misalnya dengan bantuan titik cahaya atau suara tertentu). Pada kelainan vestibuler hanya pada mata tertutup badan penderita akan bergoyang menjauhi garis tengah kemudian kembali lagi, pada mata terbuka badan penderita tetap tegak. Sedangkan pada kelainan serebeler badan penderita akan bergoyang baik pada mata terbuka maupun pada mata tertutup.
Uji Romberg
2. Tandem Gait Tandem Gait: penderita berjalan lurus dengan tumit kaki kiri/kanan diletakkan pada
ujung jari kaki kanan/kiri ganti berganti.Pada kelainan vestibuler perjalanannya akan menyimpang, dan pada kelainan serebeler penderita akan cenderung jatuh.3. Tes Unterberger
Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan di tempat dengan mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit. Pada kelainan vestibuler posisi penderita akan menyimpang/berputar ke arah lesi dengan gerakan seperti orang melempar cakram; kepala dan badan berputar ke arah lesi, kedua lengan bergerak ke arah lesi dengan lengan pada sisi lesi turun dan yang lainnya naik. Keadaan ini disertai nistagmus dengan fase lambat ke arah lesi.
4. Post – Pointing Tes (Uji Tunjuk Barany)Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita disuruh
mengangkat lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai menyentuh telunjuk tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang-ulang dengan mata terbuka dan tertutup. Pada kelainan vestibuler akan terlihat penyimpangan lengan penderita ke arah lesi.
5. Tes Babinsky – Weil Pasien dengan mata tertutup berulang kali berjalan lima langkah ke depan dan lima
langkah ke belakang seama setengah menit; jika ada gangguan vestibuler unilateral, pasien akan berjalan dengan arah berbentuk bintang.
PEMERIKSAAN NEUROOTOLOGIPemeriksaan ini terutama untuk menentukan apakah letak lesinya di sentral atau perifer.
1. Uji Dix HallpikeDari posisi duduk di atas tempat tidur, penderita dibaring-kan ke belakang dengan
cepat, sehingga kepalanya meng-gantung 45º di bawah garis horisontal, kemudian kepalanya dimiringkan 45º ke kanan lalu ke kiri. Perhatikan saat timbul dan hilangnya vertigo dan nistagmus, dengan uji inidapat dibedakan apakah lesinya perifer atau sentral.
Perifer (benign positional vertigo): vertigo dan nistagmus timbul setelah periode laten 2-10 detik, hilang dalam waktu kurang dari 1 menit, akan berkurang atau menghilang bila tes diulang-ulang beberapa kali (fatigue). Sentral: tidak ada periode laten, nistagmus
dan vertigo berlangsung lebih dari 1 menit, bila diulang-ulang reaksi tetap seperti semula (non-fatigue).
2. Tes KaloriPenderita berbaring dengan kepala fleksi 30º, sehingga kanalis semisirkularis lateralis
dalam posisi vertikal. Kedua telinga diirigasi bergantian dengan air dingin (30ºC) dan air hangat (44ºC) masing-masing selama 40 detik dan jarak setiap irigasi 5 menit. Nistagmus yang timbul dihitung lamanya sejak permulaan irigasi sampai hilangnya nistagmus tersebut (normal 90-150 detik). Dengan tes ini dapat ditentukan adanya canal paresis atau directional preponderance ke kiri atau ke kanan.Canal paresis ialah jika abnormalitas ditemukan di satu telinga, baik setelah rangsang air hangat maupun air dingin, sedangkan directional preponderance ialah jika abnormalitas ditemukan pada arah nistagmus yang sama di masing-masing telinga. Canal paresis menunjukkan lesi perifer di labirin atau n. VIII, sedangkan directional preponderance menunjukkan lesi sentral.
G. Penatalaksanaan
Medikasi
Karena penyebab vertigo beragam, sementara penderita seringkali merasa sangat terganggu dengan keluhan vertigo tersebut, seringkali menggunakan pengobatan simptomatik. Lamanya pengobatan bervariasi. Sebagian besar kasus terapi dapat dihentikan setelah beberapa minggu. Beberapa golongan yang sering digunakan :
ANTIHISTAMIN Tidak semua obat antihistamin mempunyai sifat anti vertigo. Antihistamin yang dapat meredakan vertigo seperti obat dimenhidrinat, difenhidramin, meksilin, siklisin. Antihistamin yang mempunyai anti vertigo juga memiliki aktivitas anti-kholinergik di susunan saraf pusat. Mungkin sifat anti-kholinergik ini ada kaitannya dengan kemampuannya sebagai obat antivertigo. Efek samping yang umum dijumpai ialah sedasi (mengantuk). Pada penderita vertigo yang berat efek samping ini memberikan dampak yang positif. - Betahistin Senyawa Betahistin (suatu analog histamin) yang dapat meningkatkan sirkulasi di telinga dalam, dapat diberikan untuk mengatasi gejala vertigo. Efek samping Betahistin ialah gangguan di lambung, rasa enek, dan sesekali “rash” di kulit.
o Betahistin Mesylate (Merislon)
Dengan dosis 6 mg (1 tablet) – 12 mg, 3 kali sehari per oral. o Betahistin di Hcl (Betaserc)
Dengan dosis 8 mg (1 tablet), 3 kali sehari. Maksimum 6 tablet dibagi dalam beberapa dosis.
o Dimenhidrinat (Dramamine)
Lama kerja obat ini ialah 4 – 6 jam. Dapat diberi per oral atau parenteral (suntikan intramuscular dan intravena). Dapat diberikan dengan dosis 25 mg – 50 mg (1 tablet), 4 kali sehari. Efek samping ialah mengantuk.
o Difhenhidramin Hcl (Benadryl)
Lama aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam, diberikan dengan dosis 25 mg (1kapsul) – 50 mg, 4 kali sehari per oral. Obat ini dapat juga diberikan parenteral. Efek samping mengantuk.
ANTAGONIS KALSIUM Dapat juga berkhasiat dalam mengobati vertigo. Obat antagonis kalsium Cinnarizine
(Stugeron) dan Flunarizine (Sibelium) sering digunakan. Merupakan obat supresan vestibular karena sel rambut vestibular mengandung banyak terowongan kalsium. Namun, antagonis kalsium sering mempunyai khasiat lain seperti anti kholinergik dan antihistamin. Sampai dimana sifat yang lain ini berperan dalam mengatasi vertigo belum diketahui.
o Cinnarizine (Stugerone)
Mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular. Dapat mengurangi respons terhadap akselerasi angular dan linier. Dosis biasanya ialah 15 – 30 mg, 3 kali sehari atau 1 x 75
mg sehari. Efek samping ialah rasa mengantuk (sedasi), rasa cape, diare atau konstipasi, mulut rasa kering dan “rash” di kulit.
FENOTIAZINE Kelompok obat ini banyak mempunyai sifat anti emetik (anti muntah). Namun tidak semua mempunyai sifat anti vertigo. Khlorpromazine (Largactil) dan Prokhlorperazine (Stemetil) sangat efektif untuk nausea yang diakibatkan oleh bahan kimiawi namun kurang berkhasiat terhadap vertigo.
o Promethazine (Phenergan)
Merupakan golongan Fenotiazine yang paling efektif mengobati vertigo. Lama aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam. Diberikan dengan dosis 12,5 mg – 25 mg (1 draze), 4 kali sehari per oral atau parenteral (suntikan intramuscular atau intravena). Efek samping yang sering dijumpai ialah sedasi (mengantuk), sedangkan efek samping ekstrapiramidal lebih sedikit disbanding obat Fenotiazine lainnya.
o Khlorpromazine (Largactil)
Dapat diberikan pada penderita dengan serangan vertigo yang berat dan akut. Obat ini dapat diberikan per oral atau parenteral (suntikan intramuscular atau intravena). Dosis yang lazim ialah 25 mg (1 tablet) – 50 mg, 3 – 4 kali sehari. Efek samping ialah sedasi (mengantuk).
OBAT SIMPATOMIMETIK Obat simpatomimetik dapat juga menekan vertigo. Salah satunya obat simpatomimetik yang dapat digunakan untuk menekan vertigo ialah efedrin.
o Efedrin
Lama aktivitas ialah 4 – 6 jam. Dosis dapat diberikan 10 -25 mg, 4 kali sehari. Khasiat obat ini dapat sinergistik bila dikombinasi dengan obat anti vertigo lainnya. Efek samping ialah insomnia, jantung berdebar (palpitasi) dan menjadi gelisah – gugup.
OBAT PENENANG MINOR Dapat diberikan kepada penderita vertigo untuk mengurangi kecemasan yang diderita
yang sering menyertai gejala vertigo.efek samping seperti mulut kering dan penglihatan menjadi kabur.
o Lorazepam
Dosis dapat diberikan 0,5 mg – 1 mg o Diazepam
Dosis dapat diberikan 2 mg – 5 mg.
OBAT ANTI KHOLINERGIK Obat antikolinergik yang aktif di sentral dapat menekan aktivitas sistem vestibular dan dapat mengurangi gejala vertigo.
o Skopolamin
Skopolamin dapat pula dikombinasi dengan fenotiazine atau efedrin dan mempunyai khasiat sinergistik. Dosis skopolamin ialah 0,3 mg – 0,6 mg, 3-4 kali sehari\
Terapi fisik
Susunan saraf pusat mempunyai kemampuan untuk mengkompensasi gangguan keseimbangan. Namun kadang-kadang dijumpai beberapa penderita yang kemampuan adaptasinya kurang atau tidak baik. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya gangguan lain di susunan saraf pusat atau didapatkan deficit di sistem visual atau proprioseptifnya. Kadang-kadang obat tidak banyak membantu, sehingga perlu latihan fisik vestibular. Latihan bertujuan untuk mengatasi gangguan vestibular, membiasakan atau mengadaptasi diri terhadap gangguan keseimbangan. Tujuan latihan ialah : 1. Melatih gerakan kepala yang mencetuskan vertigo atau disekuilibrium untuk
meningkatkan kemampuan mengatasinya secara lambat laun. 2. Melatih gerakan bola mata, latihan fiksasi pandangan mata. 3. Melatih meningkatkan kemampuan keseimbangan Contoh latihan : 1. Berdiri tegak dengan mata dibuka, kemudian dengan mata ditutup. 2. Olahraga yang menggerakkan kepala (gerakan rotasi, fleksi, ekstensi, gerak miring). 3. Dari sikap duduk disuruh berdiri dengan mata terbuka, kemudian dengan mata tertutup. 4. Jalan di kamar atau ruangan dengan mata terbuka kemudian dengan mata tertutup. 5. Berjalan “tandem” (kaki dalam posisi garis lurus, tumit kaki yang satu menyentuh jari
kaki lainnya dalam melangkah). 6. Jalan menaiki dan menuruni lereng. 7. Melirikkan mata kearah horizontal dan vertikal. 8. Melatih gerakan mata dengan mengikuti objek yang bergerak dan juga memfiksasi pada
objek yang diam.
Terapi Fisik Brand-Darrof
Ada berbagai macam latihan fisik, salah satunya adalah latihan Brand-Darrof.
Keterangan Gambar:
Ambil posisi duduk.
Arahkan kepala ke kiri, jatuhkan badan ke posisi kanan, kemudian balik posisi duduk. Arahkan kepala ke kanan lalu jatuhkan badan ke sisi kiri. Masing-masing
gerakanlamanya sekitar satu menit, dapat dilakukan berulang kali. Untuk awal cukup 1-2 kali kiri kanan, makin lama makin bertambah.
Terapi Spesifik BPPV
Pada kondisi ini tidak direkomendasikan terapi bat-obatan. Vertigo dapat membaik dengan maneuver rotasi kepala hal ini akan memindahkan deposit kalsium yang bebas ke belakang vestibule,. Manuver ini meliputi reposisi kanalit berupa maneuver epley, modifikasi maneuver epley. Pasien perlu tetap tegak selama 24 jam setelah reposisi kanalit utnuk mencegah deposit kalsium kembali ke kanalis semisirkularis,
Vestibular neuronitis dan Labirynthis
Terapi focus pada gejala menggunakan terapi obat-obatan yang mensipresi vestibular yang diikuti dengan latihan vestibular. Kompensasi vestibular terjasi lebih cepat dan lebih sempurna jika pasien mulai 2 kali sehari latihan vestibular sesegera mungkin setelah vertigo berkurang dengan obat-obatan.
Meniere disease
Terapi dengan menurunkan tekanan endolimfatik. Walaupun diet rendah garam dan diuretic seringkali mengurangi vertigo, hal ini kurang efektif dalam mengobati ketulian dan tinnitus. Pada kasus yang jarang intervensi bedah seperti dekompresi dengan shunt endolimfatik atau cochleosacculoctomy dibutuhkan jika penyakit ini resisten terhadap pengobatan diuretic dan diet.
Iskemik Vascular
Terapi TIA dan stroke meliputi mencegah terjadinya ulangan kejadian melalui control tekanan darah, menurunkan level kolesterol, mengurangi merokok, menginhibisi fungsi platelet (misalnya aspirin, clopidogrel) dan terkadang antikoagulasi (warfarin). Vertigo akut yang disebabkan oleh stroke pada batang otak atau cerebellum diobati dengan obat-oabat yang mensupresi vestibular dan meminimalisrir pergerakan kepala pada hari pertama. Sesegera mungkin jika keluhan dapat ditoleransi obat-oabatan harus di tapper off dan latihan rehabilitasi vestibular harus segera dimulai. Penempatan stent vertebrobasilar diperlukan pada pasien dengan stenosis arteri vertebralis dan refrakter terhadap penaganan medis. Perdarahan pada cerebellum dan batang otak member risiko kompresi sehingga diperlukan dekompresi mellau neurosurgery.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sura, DJ, Newell, S. 2010. Vertigo- Diagnosis and management in primary care, BJMP 2010;3(4):a351
2. Lempert, T, Neuhauser, H. 2009. Epidemiology of vertigo, migraine and vestibular migraine in Journal Nerology 2009:25:333-338
3. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat; 20084. PERDOSSI. Vertigo patofisiologi, diagnosis dan terapi.
5. Misbach, Jusuf; Abdul, Bar Hamid; Adre, Mayza; M. Kurniawan, Saleh. 2006. Buku
Pedoman Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar prosedur Operasional (SOP)
Neurologi. PERDOSSI.
6. Dewanto, George; Wita, J. Suwono; Budi, Riyanto; Yuda, Turana. 2009. Panduan
Praktis Diagnosis dan Tata Laksana Penyakit Saraf. Jakarta : EGC.
7. Labuguen, RH. 2006. Initial Evaluation of Vertigo ini Journal American Family Physician January 15, 2006. Volume 73, Number 2
8. Chain, TC.2009. Practical Neurology 3rd edition: Approach to the Patient with Dizziness and Vertigo. Illnois:wolter kluwerlippincot William and wilkins)
top related