057011022
Post on 08-Nov-2015
10 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
-
PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG HAK CIPTA TERHADAP PEMBAJAKAN HAK CIPTA LAGU
ATAU MUSIK
T E S I S
Oleh :
DWI ASTUTI 057011022 / M.Kn
SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
2008
Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008
-
PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG HAK CIPTA TERHADAP PEMBAJAKAN HAK CIPTA LAGU
ATAU MUSIK
T E S I S Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Dalam Program Kenotariatan Pada Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Sumatera Utara
Oleh :
DWI ASTUTI 057011022 / M.Kn
SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
2008
Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008
-
PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG HAK CIPTA TERHADAP PEMBAJAKAN
HAK CIPTA LAGU ATAU MUSIK
Dwi Astuti1 Runtung Sitepu2
T. Keizerina Devi A.3 Suhaidi2
INTISARI Undang-Undang Hak Cipta yang terbaru yaitu Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002, memberikan perlindungan hukum hak cipta yang lebih ditingkatkan dari peraturan perundang-undangan sebelumnya. Pada masa sekarang kemajuan teknologi dan informasi, telah memberikan kontribusi yang demikian besar terhadap globalisasi perdagangan berbagai ciptaan-ciptaan yang termasuk HAKI. Dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat, menyebabkan hak cipta khususnya hak cipta lagu atau musik akhir-akhir ini semakin banyak mendapat sorotan. Hal ini mengingat semakin banyaknya praktek-praktek persaingan dagang yang tidak sehat berupa pelanggaran hak cipta di bidang lagu atau musik. Pelanggaran tersebut berupa pembajakan hak cipta lagu atau musik di mana alat atau media yang digunakannya ada yang berbentuk Compact Disc (CD) atau Video Compact Disc (VCD). Dengan munculnya pembajakan hak cipta tersebut sehingga timbul beberapa permasalahan mengenai bagaimana bentuk-bentuk pembajakan hak cipta lagu atau musik tersebut, bagaimana pengaturan mengenai bentuk-bentuk dan upaya penegak hukum terhadap pembajakan tersebut serta bagaimana peranan pemerintah dalam upaya penegakan hukum terhadap pembajakan tersebut. Pembajakan hak cipta lagu atau musik tersebut bisa meresahkan kemajuan perekonomian negara. Untuk membahas permasalahan tersebut di atas, maka penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif analitis, artinya bahwa penelitian ini termasuk lingkup yang menggambarkan, menelaah dan menjelaskan secara tepat serta menganalisa peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan hak cipta lagu atau musik. Pendekatan penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif, sumber data berupa data primer yaitu studi dokumen dan data sekunder dikumpulkan melalui studi kepustakaan dan dianalisis dengan pendekatan kualitatif, selanjutnya dilakukan proses pengolahan data yang di mulai dengan pengumpulan data yang relevan dengan permasalahan yang di bahas.
1 Mahasiswa Sekolah Pasca Sarjana Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara 2 Guru Besar Universitas Sumatera Utara 3 Dosen Sekolah Pasca Sarjana Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara
Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008
-
Hasil yang ditemukan adalah bentuk-bentuk pembajakan hak cipta lagu atau musik terbagi dalam berbagai kategori yaitu Pirate, Couterfeit,dan Bootleging. Pelanggaran dalam bidang hak cipta lagu atau musik memberikan sanksi tegas baik dari segi sanksi pidana maupun sanksi perdata berupa gugatan ganti rugi. Oleh karenanya untuk memberantas masalah pembajakan hak cipta lagu atau musik tersebut dibutuhkan campur tangan pemerintah dalam penegakkan hukumnya dengan bantuan dari pihak kepolisan, pihak kejaksaan dan juga bea cukai. Disarankan selain penegakan hukum yang dilakukan oleh pemerintah, peran serta masyarakat juga sangat berpengaruh besar dalam penegakkan hukumnya. Selain dilakukan sosialisasi akan pentingnya hak cipta juga menyadarkan masyarakat untuk tetap membeli Compact Disc (CD) atau Video Compact Disc (VCD) yang asli bukan yang bajakan. Kata Kunci : - Perlindungan Hukum - Pemegang Hak - Pembajakan - Hak Cipta Lagu atau Musik
Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008
-
LEGAL PROTECTION OF COPYRIGHT HOLDER ON HIJACKING OF SONG OR MUSIC COPYRIGHT
Dwi Astuti1 Runtung Sitepu2
T. Keizerina Devi A.3 Suhaidi2
ABSTRACT The newest law of copy right, i.e., the Law No. 19 of 2002, gives legal protection of copy right that is increased from regulation previously. Recently the development of technology and information, has given great contribution to globalization or trade for works including Intellectual Property Rights. In increasing of peoples need causes the copy right particularly the copy right of songs or music recently to have bigger attention. This is to remember the more practices of trade competition that is not healthy such as breaking of copy right in field of songs or music. The breaking is hijacking of copyright of songs or music in which tool or media used including Compact Disc (CD) or Video Compact Disc (VCD). In emergence of hijacking of copy right mentioned there is some problem about how the forms of copy right hijacking of song or music, how is the regulation about the forms and the attempt of law support againts the hijacking and what is the role of government in supporting the law againtsthe hijacking. The hijacking of copy right of song and music can make the development of state economy to be upset. To solve the problem above, so the research done is analytical descriptive, it means that this research is include in a scope to describe, manage, review and explain and analyze the regulation of law associated with the copy right of songs and music. The approach of this research is normative yuridical research, source of data including primary data and document study and secoundary data is collected by literature study and analized with qualitative approach, and then process of data is made beginning with collection of relevant data with the problem above. The result found is the form of hijacking to copy right includes category of Pirate, Couterfeit, ang Bootleging. The brekinging field of copy right of song or music gives assertive sanction either criminal or civil sanction or compensasion. Therefore to prevent the problem of hijacking the assitance of law must be form police, judge and custom. It is recommended that law supporting done by government, participation of people will also has big effect in the enforcement of law.
1 Student of postgraduate school Notary Magister North Sumatera University 2 Professor of North Sumatera University 3 Lecturer of Postgraduate school Notary Magister North Sumatera University
Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008
-
There is also socialization for importance of copy right and to make people aware about buying the Compact Disc (CD) or Video Compact Disc (VCD) of original set rather than hijacked one. Key Words :- Lagal Protection - Right holder - Hijacking - Copy right of song and music.
Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008
-
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
kepada kita semua, Rahmat dan Hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tesis dengan judul :
PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG HAK CIPTA TERHADAP
PEMBAJAKAN HAK CIPTA LAGU ATAU MUSIK
Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi
untuk memperoleh gelar Magister Kenotariatan pada program studi Magister
Kenotariatan Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan tesis ini penulis telah banyak mendapat bimbingan,
pengarahan, bantuan dan pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh Dosen Pembimbing yaitu
kepada Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu SH, M.Hum, Ibu Dr. T. Keizerina Devi A.
SH, CN, M.Hum, dan Bapak Prof. Dr. Suhaidi SH, MH yang telah banyak memberi
bimbingan dan masukan demi kesempurnaan tesis ini. Terimakasih juga penulis
sampaikan kepada komisi Penguji, Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin SH, MS, CN
dan Bapak Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum atas saran dan masukan yang sangat
berharga terhadap penulisan tesis ini.
Selanjutnya ucapan terimakasih atas semua bimbingan, bantuan dan dorongan
yang secara khusus penulis sampaikan kepada :
1 Bapak Prof. Dr. Chairuddin P.Lubis DTM & H., SP.A(k)., selaku Rektor
Universitas Sumatera Utara, atas fasilitas yang diberikan kepada kami untuk Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008
-
mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Studi Magister Kenotariatan
Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.
2 Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, Msc, selaku Direktur Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Sumatera Utara, atas diberikannya penulis kesempatan menjadi
mahasiswa Sekolah Pasca Sarjana Program Studi Magister Kenotariatan.
3 Ketua dan Staff Program Magister Kenotariatan Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Sumatera Utara yaitu kepada :
- Bapak Prof Dr. Muhammad Yamin SH, MS, CN selaku Ketua Program Studi
Magister Kenotariatan Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.
- Ibu Dr. T. Keizerina Devi A., CN, M.Hum selaku Sekretaris Program Studi
Magister Kenotariatan Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara .
- Seluruh Staff Biro Program Studi Magister Kenotariatan Sekolah Pasca
Sarjana Universitas Sumatera Utara.
4 Bapak dan Ibu Guru Besar dan Staff Pengajar pada Program Studi Magister
Kenotariatan Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara yang telah
memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.
5 Kedua orang tua tercinta, Kol (Purn) H. Soekarno dan Hj. Siti Hawa yang telah
mencurahkan segenap doa, perhatian, cinta kasih, kesabaran dan sangat penulis
sayangi, tesis ini penulis persembahkan terutama untuk mereka berdua.
6 Kedua oarang tua tercinta Ir. Rejeki Sembiring dan Dra. Hj. Rosida Ginting yang
telah memberikan perhatian dan mencurahkan segenap doa selama menuntut ilmu
di Universitas Sumatera Utara sampai terselesaikannya tesis ini.
Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008
-
7 Buat suami tercinta Anda Sentika Sembiring dan anakku tersayang M. Dhafa
Sembiring yang telah mendukung dalam penulisan tesisi ini.
8 Abang tercinta Yoyok Eko Cahyono SE, beserta istri Indrika Rachmi SH, abang
terkasih Andi Permana Kesuma Sembiring Spt, dan adikku Andrew Maulia
Sembiring SH, terima kasih atas dukungannya.
9 Sahabat dan seluruh teman-teman di Magister Kenotariatan : Egi, Osfar, Rico,
Uli, Tika, Juni, Kak Nissa, Santy dan rekan-rekan lain angkatan 2005-2006.
Akhirnya atas segala bantuan semua pihak semoga mendapat balasan yang
setimpal dari Allah SWT. Harapan penulis semoga tesis ini dapat memberikan
khasanah baru dan sumbangan yang bermanfaat dalam perkembangan Hak Cipta di
Indonesia.
Medan, Februari 2008
Wassalam
Penulis,
Dwi Astuti, SH
Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008
-
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL.
LEMBAR PENGESAHAN ..
INTISARI .. i
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR... v
DAFTAR ISI.. viii
DAFTAR TABEL . x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Perumusan Masalah 10
C. Tujuan Penelitian. 10
D. Manfaat Penelitian... 10
E. Keaslian Penelitian.. 11
F. Kerangka Teori dan Konsepsi. 12
G. Metode Penelitian 49
BAB II BENTUK-BENTUK PEMBAJAKAN HAK CIPTA LAGU
ATAU MUSIK
A. Latar Belakang Meningkatnya Kegiatan Pembajakan
Hak CiptaLagu atau Musik. 51
B. Bentuk-Bentuk Pembajakan Hak Cipta Lagu atau Musik 59
C. Perbuatan Bukan Pelanggaran.. 68
Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008
-
BAB III PENGATURAN MENGENAI BENTUK-BENTUK DAN
UPAYA PENEGAK HUKUM TERHADAP PEMBAJAKAN
HAK CIPTA LAGU ATAU MUSIK
A. Ketentuan Pidana di Bidang Hak Cipta 72
B. Gugatan Ganti Rugi .. 76
C. Penetapan Sementara Oleh Pengadilan Niaga.. 79
D. Perlunya Peraturan Pelaksana di Bidang Hak Cipta .. 85
E. Analisa Kasus Pelanggaran Hak Cipta Lagu atau Musik
Dalam Bentuk Video Compact Disc (VCD). 91
BAB IV PERANAN PEMERINTAH DALAM UPAYA
MENEGAKKAN HUKUM TERHADAP PEMBAJAKAN
HAK CIPTA LAGU ATAU MUSIK
A. Peranan Pemerintah Dalam Upaya Menegakkan Hukum
Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu atau Musik . 96
B. Peranan Kejaksaan Dalam Upaya Penegakkan Hukum
Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu atau Musik .. 99
C. Tugas Penyidik Dalam Tindak Pidana Hak Cipta 101
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.. 118
B. Saran. 119
DAFTAR PUSTAKA.. 121
Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008
-
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Jenis Peraturan Perundang-Undangan Sebagai Pelaksana
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 ...86
Tabel 2 : Data Pencegahan Barang Hak Cipta 113
Tabel 3 : Data Pencegahan Barang Hak Cipta 113
Tabel 4 : Data Perkara HAKI Tahun 2000 sampai Tahun 2002 .115
Tabel 5 : Hasil Penindakan Terhadap Video Compact Disc (VCD) Ilegal.. . .115
Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008
-
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Rasa ingin tahu menyebabkan manusia berusaha untuk menemukan hal-hal
yang baru, proses penemuan tersebut dilakukannya didalam suatu pola tertentu
dengan harapan dapat terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasarnya baik material
maupun spiritual.
Berdasarkan pola prilaku tertentu yang berlaku dalam masyarakat itu, manusia
menghasilkan kebudayaan sebagai hasil karya, rasa dan cipta untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya itu. Rasa dan cipta masyarakat menghasilkan norma-norma
dan ilmu pengetahuan, yang merupakan kebudayaan immaterial, sedang karya
masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan yang diperlukan
manusia untuk menguasai alam sekitarnya agar kekuatan serta hasilnya dapat
diabadikan untuk keperluan masyarakat. Semua karya, rasa dan cipta ini dikuasai dari
orang-orang yang menentukan kegunaannya agar sesuai dengan kepentingan sebagian
besar atau seluruh warga di dalam masyarakat. Teknologi yang dihasilkan itu, yang
merupakan salah satu unsur pokok dari kebudayaan suatu masyarakat, selalu
berkembang terus mengejar perkembangan aneka kebutuhan para warganya.
Kemajuan teknologi yang dicapai memberi pengaruh langsung maupun tidak
langsung terhadap aspek-aspek kehidupan manusia, antara lain di bidang industri
yang menghasilkan barang-barang kebutuhan primer seperti makanan, minuman,
maupun barang-barang kebutuhan sekunder seperti mobil, televisi, Video Compact
Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008
-
Disc (VCD). Dengan meningkatkan jenis maupun jumlah sirkulasi barang di dalam
masyarakat menyebabkan permasalahan Hak Cipta pada akhir-akhir ini semakin
banyak mendapat sorotan, khususnya dari kalangan pengusaha-pengusaha industri
maupun masyarakat konsumen. Hal ini mengingat semakin banyaknya praktek-
praktek persaingan dagang yang tidak sehat berupa pemalsuan, maupun pelanggaran
Hak Cipta, padahal manusia itu berkepentingan agar benda atau hak yang dimilikinya
itu tidak terganggu. Kesemuanya itu dirasakan sangat merugikan dan mempunyai
sifat melawan hukum. Sedangkan Hak Cipta ini berperan sebagai motivasi untuk
kegairahan dan kesinambungan mencipta pada khususnya dan juga memberikan iklim
kondusif demi perkembangan kebudayaan manusia pada umumnya.
Pada dasarnya, pelanggaran hak cipta terjadi apabila materi hak cipta tersebut
digunakan tanpa izin dan harus ada kesamaan antara dua karya yang ada.3
Dalam kehidupan sehari-hari dapat di lihat bahwa pelanggaran Hak Cipta telah
merembes kesegala bidang kehidupan seperti pelanggaran Hak Cipta karya arsitektur,
pelanggaran Hak Cipta buku, pelanggaran Hak Cipta segala bentuk seni, pelanggaran
Hak Cipta ceramah, kuliah, pidato, pelanggaran Hak Cipta program komputer,
pelanggaran Hak Cipta lagu atau musik, dan lain sebagainya. Mengenai pelanggaran
Hak Cipta di bidang lagu atau musik juga terjadi banyak sekali pelanggaran
pelanggaran media atau alat, yang digunakannya pun banyak sekali bentuknya. Alat
atau media yang digunakan pada dasarnya bisa berbentuk kaset maupun Cakram
3 Endang Purwaningsih, Perkembangan Hukum Intellectual Property Rights, Jakarta, Ghalia
Indonesia, 2005, hal. 6. Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008
-
Optik seperti : Compact Disc (CD) , Video Compact Disc (VCD), ataupun Digital
Video Disc (DVD).
Permasalahan ini terus saja banyak terjadi, hingga saat ini belum juga
ditemukan bagaimana cara untuk menanggulangi terhadap banyaknya kasus-kasus
pelanggaran Hak Cipta, khususnya pelanggaran Hak Cipta di bidang lagu atau musik,
terutama media atau alat yang digunakan yang berbentuk kaset, Compact Disc,
Digital Video Disc, Video Compact Disc. Motivasi didalam melakukan pelanggaran
Hak Cipta dibidang lagu atau musik ini, terutama untuk kepentingan dagang berupa
keuntungan finansial, yang membawa akibat sebagai berikut :4
1. Secara Immateril Moral right pengusaha rekaman sebagai pemegang hak cipta seolah-oleh diambil alih, karena para pelanggar hak cipta lagu atau musik tersebut memalsukan nama si pengusaha pada Video Compact Disc bajakannya, menggandakannya dan kemudian mengedarkannya.
2. Secara Material Mengurangi penghasilan dari si pengusaha, karena daya beli masyarakat menjadi menurun, hal ini dikarenakan adanya Video Compact Disc bajakan tersebut, yang harganya jauh lebih murah. Ini dikarenakan para pelanggar hak cipta tidak mengeluarkan biaya perusahaan, honorarium, pajak dan sebagainya. Mereka semata-mata hanya harus mengeluarkan ongkos produksi. Di sini terlihat bahwa bukan hanya pengusaha rekaman saja yang merasa drugikan, melainkan juga merugikan negara, karena paja yang seharusnya masuk ke dalam kas negara, maka dengan hal ini mereka tidak membayar pajak. Yang mana uangnya mengendap di kantong para pelaku pelanggar hak cipta lagu atau musik.
Dampak dari pelanggaran Hak Cipta ini disamping akan merusak tatanan masyarakat
pada umumnya, juga akan mengakibatkan lesunya gairah untuk berkarya di bidang
ilmu pengetahuan, seni dan sastra. Dampak lainnya yang ditimbulkan adalah
4 Aksi Pembajakan Makin Menjadi, Kompas, 22 Februari 2002,
http://www.kompas.co.id,file:///D:/Kompas%20Onlinekompashttp--www_kompas-co-id.htm, diakses pada tanggal 3 Maret 2007 Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008
-
berkurangnya penghasilan negara berupa pajak penghasilan yang seharusnya di bayar
oleh pemegang Hak Cipta.5
Permasalahan pelanggaran Hak Cipta di bidang lagu atau musik ini, di mulai
tahun 1990 an yang terlihat dari banyaknya beredar kaset, Compact Disc ataupun
Video Compact Disc yang berisi penyanyi dari dalam dan luar negeri yang di jual
sebagai hasil kopi bajakan. Kemudian persoalan ini memudar karena para penyanyi,
pencipta lagu dan para produser ramai-ramai melakukan protes dan mengancam
menggugat secara hukum bagi siapapun yang memperbanyak kaset, Compact Disc,
ataupun Video Compact Disc lagu atau musik secara ilegal. Namun, langkah para
seniman musik untuk memberantas kegiatan ilegal itu hanya menghentikan sesaat
masalah pembajakan. Buktinya, akhir-akhir ini kembali beredar kaset, Compact Disc,
Video Compact Disc lagu atau musik bajakan. Bahkan, tidak sulit menemukan
pedagang kaki lima di pinggir jalan yang menawarkan kaset-kaset, Compact Disc.
Video Compact Disc lagu atau musik bajakan yang sudah pasti harganya jauh lebih
murah dibandingkan dengan harga toko. Bukan hanya itu, pembajakan juga
bertambah banyak dengan munculnya, Compact Disc, Video Compact Disc, maupun
Digital Video Disc lagu atau musik bajakan. Diperkirakan, sekitar 98% Video
Compact Disc dan Compact Disc lagu atau musik yang beredar di Indonesia adalah
produk bajakan.6
5 Insan Budi Maulana, Ridwan Khairandy, Nurjihad, Kapita Selekta Hak Kekayaan
Intelektual I, Yogyakarta-jakarta, Pusat Studi Hukum VII Yogyakarta bekerja sama dengan Yayasan Klinik HAKI Jakarta, 2 000, hal. 189.
6 Pembajakan Pekerjaan Rumah Yang Belum Tuntas, Tempo, 18 Mei 2002, http://www.Tempo.co.id, file:///Tempo%20 Online%20%20http--www_tempo_co_id.htm, diakses pada tanggal 3 Maret 2007 Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008
-
Barang-barang dengan kategori bajakan saat ini memang ada dimana-mana,
harganya murah, dan kualitasnya tidak kalah dengan produk aslinya. Hanya 15%
responden yang mempertimbangkan soal keaslian produk ketika membeli barang.7
Tindakan memperbanyak produk atau karya seseorang tanpa izin dari
pemegang hak ciptanya atau pembajakan sudah bukan rahasia umum lagi. Hampir
semua responden tahu bahwa berbagai perangkat lunak dari rekaman musik yang
beredar di Indonesia mayoritas adalah bajakan.
Banyaknya barang bajakan yang beredar juga memberikan keuntungan bagi
masyarakat. Harus diakui, berkat pembajakan, produk atau karya-karya baru yang
berkualitas bisa dinikmati oleh hampir semua kalangan masyarakat. Karena harga
yang ditawarkan sangat miring sehingga mampu di jangkau oleh kalangan
berpenghasilan rendah sekalipun.
Bayangkan, harga satu keping Compact Disc atau Video Compact Disc yang
berkisar Rp. 50.000,- (lima puluh ribu rupiah) hingga Rp, 100.000,- (seratus ribu
rupiah), misalnya versi bajaknnya di banderol hanya Rp. 10.000,- (sepuluh ribu
rupiah). Begitu juga dengan Digital Video Disc yang versi originalnya berkisar Rp.
150.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah) di kalangan pembajak dihargai hanya Rp.
6.000,- (enam ribu rupiah).8
Melihat pada besarnya keuntungan yang akan di peroleh rekaman kaset,
Compact Disc, Video Compact Disc lagu atau musik, maka banyak orang yang
7 Barang Bajakan, Dilarang tetapi Dirindukan, Kompas (2 Juli 2005),
http://www.Kompas.co.id,file///D:/Barang%20Bajakan,%20Dilarang%20tetapi%Dirindukan%, diakses pada tanggal 3 Maret 2007.
8 Ibid. Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008
-
kemudian terjun didalamnya. Akan tetapi tidak semua dari mereka itu yang
menjalankan usahanya berdasarkan prosedur hukum yang berlaku. Banyak diantara
mereka ini yang menjalankan usaha mereka secara melawan hukum, dengan cara
menggandakan rekaman kaset, Video Compact Disc maupun Compact Disc lagu atau
musik yang telah di peroleh para pengusaha rekaman melalui prosedur yang berlaku
dan kemudian para pembajak menggandakannya kembali dengan cara yang ilegal.
Disini berarti, bahwa pihak Produser Rekaman Suara telah memperoleh Surat Izin
Produksi berupa izin untuk setiap pembuatan rekaman. Yang mana surat izin
tersebutlah yang bersangkutan sebagai pemegang hak cipta atas Video Compact Disc
maupun Compact Disc lagu atau musik tersebut. Kemudian para pembajak
menggunakannya dengan cara yang ilegal atau melanggar hukum.
Melalui gambaran tersebut, wajar jika produk-produk bajakan menjadi laris di
pasaran karena peminatnya banyak. Dari jajak pendapat ini banyak juga responden
yang mengaku pernah membeli perangkat lunak rekaman musik dan film, seperti
Compact Dics, Video Compact Disc, atau Digital Video Disc.
Pencurian hak cipta yang terjadi melalui pembajakan tidak saja merugikan
para pencipta atau pemegang hak cipta, tetapi juga negara karena pemasukan dari
pajak menjadi berkurang. Wajar saja kalau para pemegang hak cipta terutama untuk
produk-produk berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi gerah lantaran
produk mereka diperbanyak tanpa lisensi atau izin dari mereka. Indonesia ditengarai
Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008
-
merupakan negara pembajak terbesar ketiga di Asia Pasifik setelah China dan
Vietnam.9
Menyangkut Hak Kekayaan Intelektual (HKI), khususnya mengenai masalah
pembajakan hak cipta lagu dalam bentuk kaset, Compact Disc, maupun Video
Compact Disc sebenarnya menjadi tugas pemerintah untuk diselesaikan. Meskipun
demikian, masyarakat tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah saja, karena saat ini
pekerjaan rumah pemerintah sudah terlampau banyak. Paling tidak usaha
menyelesaikan masalah ini juga harus di bantu oleh para pemegang Hak Cipta lagu
atau musik itu sendiri termasuk dari masyarakat, berupa sosialisasi mengenai
pentingnya penghargaan atas Hak Kekayaan Intelektual, tetapi jika kredibilitas
pemerintah sudah kurang, maka diharapkan para pemegang Hak Cipta yang
menyelesaikannya.
Upaya memberantas pembajakan atau setidaknya mengurangi tingkat
keparahan, bukan tidak pernah dilakukan pemerintah. Beberapa bulan terakhir ini,
pemerintah yang bekerja sama dengan aparat penegak hukum melakukan tindakan
hukum berupa penyitaan Video Compact Disc lagu atau musik bajakan dari para
pengedar maupun penggandaannya.10 Di negara manapun, kasus-kasus pembajakan
selalu ada dan tidak bisa di berantas sampai habis. Pemerintah paling hanya bisa
meminimalkan agar pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual bisa dikurangi.
Di Indonesia sendiri, upaya menegakkan hukum atas kasus pelanggaran Hak
Atas Kekayaan Intelektual masih lemah, hal ini dapat di lihat dengan adanya
9 Ibid. 10 Tempo, Op.cit.
Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008
-
pembajakan-pembajakan Compact Disc maupun Video Compact Disc yang masih
marak terjadi di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Banyaknya kasus pelanggaran
Hak Atas Kekayaan Intelektual di Indonesia, jika tidak ditangani dengan segera,
dikhawatirkan selain dapat mengancam reputasi Indonesia di mata Internasional, juga
akan menghambat masuknya investasi. Sebaliknya, juga akan menyulitkan ekspor
produk-produk buatan Indonesia.
Semakin banyaknya pelanggaran Hak kekayaan Inetelektual di berbagai
bidang dapat menghambat pengembangan-pengembangan dan penelitian-penelitian
terhadap sesuatu yang baru. Bisa saja, orang enggan melakukan penelitian
penelitian untuk bisa menghasilkan suatu penemuan karya baru, karena merasa karya
atau penemuan mereka tidak dihargai.
Sebagaimana diketahui, sebagian besar hak cipta perangkat teknologi keras
dan lunak yang beredar di Indonesia saat ini di pegang oleh negara-negara asing,
terutama Amerika Serikat (AS).11 Produk-produk tersebut tidak saja beredar di
Indonesia, tetapi juga menjalar ke seluruh dunia sebagai konsekunesi dari sistem
pasar bebas.
Keberadaan hak cipta di balik sebuah produk yang dijual sebenarnya sudah
banyak disadari publik. Mayoritas responden 85 % (delapan puluh lima persen)
dalam jajak pendpat ini juga mengetahui bahwa produk-produk perangkat lunak yang
mereka beli selama ini sesungguhnya memiliki hak cipta.12 Sayangnya dalam praktik,
ketika hendak membeli atau mengkonsumsi barang, konsumen sering kali tidak
11 Barang Bajakan, Dilarang tetapi Dirindukan, Kompas, Op.Cit. 12 Ibid.
Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008
-
meperdulikannya. Persoalan harga menjadi pertimbangan penting meskipun kualitas
barang adalah yang paling utama.
Pada saaat sekarang ini, banyak anggota masyarakat tidak mau tahu soal pelik
rumitnya kegiatan penelitian pengembangan suatu produk. Dan masyrakat cenderung
kurang peduli terhadap jerih payah seseorang dalam menemukan suatu karya, entah
itu karya teknologi maupun karya seni. Sikap kurang peduli macam ini, menunjukkan
betapa rendahnya penghormatan terhadap hasil jerih payah orang lain. Oleh karena
itu, untuk memberantas palanggaran Hak Cipta diperlukan suatu kesungguhan di
negara kita ini, khususnya di jajaran kabinet, aparat penegak hukum, tokoh dunia
usaha, tokoh pendidikan dan tokoh masyarakat lainnya, dimana dalam hal ini kita
semua harus konsern terhadap masalah pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual yang
sangat merugikan bangsa.
Dari beberapa masalah yang terjadi dan telah penulis paparkan di atas, maka
penulis tertarik menulis tesis ini dengan judul Perlindungan Hukum Pemegang Hak
Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik
B. Pokok Permasalahan
Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan yang menjadi
pokok permasalahan adalah :
1. Bagaimana bentuk-bentuk pembajakan Hak Cipta Lagu atau Musik ?
2. Bagaimana pengaturan mengenai bentuk-bentuk dan upaya penegak hukum
terhadap pembajakan Hak Cipta Lagu atau Musik ?
3. Bagaimana peranan pemerintah dalam upaya menegakkan hukum terhadap
pembajakan Hak Cipta Lagu atau Musik ? Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008
-
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan diatas maka tujuan yang
hendak di capai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengatahui bagaimana bentuk-bentuk pembajakan Hak Cipta Lagu
atau Musik.
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaturan mengenai bentuk-bentuk dan upaya
hukum penegak hukum terhadap pembajakan Hak Cipta Lagu atau Musik.
3. Untuk mengetahui peranan pemerintah dalam upaya menegakkan hukum
terhadap pembajakan Hak Cipta Lagu atau Musik.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis maupun
praktis yaitu :
1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
kajian lebih lanjut khasanah ilmu pengetahuan hukum khususnya Hak Cipta
Lagu atau Musik.
2. Secara Praktis, hasil penelitian ini diharapakan dapat bermanfaat untuk
memberikan informasi kepada masyarakat dan pemegang Hak Cipta tentang
banyaknya pembajakan lagu atau musik di Indonesia.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan informasi yang tersedia dan penelusuran kepustakaan di
lingkungan Universitas Sumatera Utara Medan, khususnya di lingkungan
kepustakaan Magister Kenotariatan, sudah pernah beberapa penelitian yang mengkaji
tentang Hak Cipta antara lain : Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008
-
1 Penelitian yang dilakukan oleh Saudari Lasmauli Sylvia Riolina, Mahasiswi
Program Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, dengan judul
Perlindungan Hak Bagi Pencipta Lagu ditinjau dari Undang-Undang Hak Cipta
Nomor 19 Tahun 2002, penelitian ini menitikberatkan pembahasannya mengenai
masalah pelanggaran dalam bentuk pemberian royalti ciptaan lagu.
2 Penelitian yang dilakukan oleh Saudara Erwin Cahaya, Mahasiswa Program
Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, dengan judul Penegakan
Hukum Terhadap Pelanggaran Hak Cipta Atas Program Komputer di Indonesia,
penelitian ini menitikberatkan pembahasannya mengenai masalah pembajakan
software atas program komputer di Indonresia.
3 Penelitian yang dilakukan oleh Saudari Ratna Arminda, Mahasiswa Program
Magister Kenotariatan, dengan judul Pembajakan Atas Karya Cipta Dalam
Bentuk Cakram Optik Ditinjau dari Undang-Undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun
2002, penelitian ini menitikberatkan pembahasannya mengenai masalah
penggandaan sarana cakram optik yang sering dijadikan pelanggaran dalam kasus
hak cipta.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti belum menemukan kajian penelitian yang
persis sama secara spesifik dengan beberapa judul penelitian yang telah dikemukakan
di atas, dalam penelitian yang berjudul Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta
Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu atau Musik, penelitian ini menitikberatkan
pembahasannya mengenai pembajakan Hak Cipta Lagu atau Musik dalam bentuk
Compact Disc maupun Video Compact Disc . Dengan demikian penelitian ini dapat
dikatakan asli dan dapat dipertanggung jawabkan keasliannya secara akademis. Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008
-
F. Kerangka Teori Dan Konsepsi
Dalam penelitian hukum, adanya kerangka konsepsional dan landasan atau
kerangka teoritis menjadi syarat yang penting. Dalam kerangka konsepsional
diungkapkan beberapa konsepsi atau pengertian yang akan dipergunakan sebagai
dasar penelitian hukum, dan di dalam landasan / kerangka teoritis diuraikan segala
sesuatu yang terdapat dalam teori sebagai suatu sistem aneka theorema atau
ajaran.13
Kerangka teori adalah merupakan kerangka berfikir lebih lanjut terhadap
masalah-masalah yang diteliti. Sebelum peneliti mengetahui kegunaan dari kerangka
teori, maka peneliti perlu mengetahui terlebih dahulu mengenai arti teori. Menurut
Bintoro Tjokroamidjojo dan Mustofa Adidjoyo teori diartikan sebagai ungkapan
mengenai hubungan kausal yang logis diantara perubahan (variabel) dalam bidang
tertentu, sehingga dapat digunakan sebagai kerangka fikir (frame of thinking) dalam
memahami serta menangani permasalahan yang timbul di dalam bidang tertentu.14
Dari teori diatas dapat disimpulkan bahwa maksud kerangka teori adalah
pengetahuan yang diperoleh dari tulisan dan dokumen serta pengetahuan kita sendiri
yang merupakan kerangka dari pemikiran dan sebagai lanjutan dari teori yang
bersangkutan, sehingga teori penelitian dapat digunakan untuk proses penyusunan
maupun penjelasan serta meramalkan kemungkinan adanya gejala-gejala yang timbul.
13 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,
Ed. 1, Cet. 7, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2003, hal. 6 14 Bintoro Tjokroamidjojo dan Mustofa Adijoyo, Teori dan Strategi Pembangunan Nasional,
Jakarta, CV. Haji Mas Agung, 1988, hal 12. Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008
-
Dalam hal ini fungsi kerangka teori selaras dengan apa yang digunakan oleh
Sugiyono bahwa teori-teori yang relevan dapat digunakan untuk menjelaskan
tentang variabel yang akan diteliti. Setara sebagai dasar untuk memberi jawaban
sementara terhadap masalah yang diajukan.15
Berangkat dari dasar pemikiran tentang ciptaan-ciptaan atau karya cipta,
sudah sewajarnya apabila negara menjamin sepenuhnya perlindungan segala macam
ciptaan yang merupakan karya intelektual manusia sebagai produk olah pikirnya baik
di bidang ilmu pengetahuan, maupun seni dan sastra.
Kerangka atau dasar pemikiran diberikannya kepada seorang individu
perlindungan hukum terhadap ciptaannya bermula dari teori yang tidak lepas dari
dominasi pemikiran Mazhab atau Doktrin Hukum Alam yang menekankan pada
faktor manusia dan penggunaan akal seperti yang di kenal dalam Sistem Hukum Sipil
yang merupakan sistem hukum yang dipakai di Indonesia.16
Pengaruh Mazhab Hukum Alam ini terhadap seorang individu yang
menciptakan berbagai ciptaan yang kemudian memperoleh perlindungan hukum atas
ciptaan yang merupakan kekayaan intelektual.
Berdasarkan Pasal 27 ayat 1 Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia
yang menetapkan : Setiap orang mempunyai hak sebagai pencipta untuk mendapat
perlindungan atas kepentingan-kepentingan moral dan material yang merupakan hasil
dari ciptaannya di bidang ilmu pengetahuan, sastra dan seni.17
15 Sugiyono, Metode penelitian Administrasi, Bandung, Alfa Beta, 1983, hal. 200. 16 Eddy Damian, Hukum Hak Cipta, Edisi ke-2 Cetakan ke-3, Bandung, Alumni, 2005, hal.17.
Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008
-
Dengan adanya pengakuan secara universal ini, sudah tidak diragukan lagi
bahwa suatu ciptaan mempunyai manfaat bagi kehidupan manusia dan mempunyai
nilai ekonomi sehingga menimbulkan adanya tiga macam konsepsi :
1. Konsepsi kekayaan:
2. Konsepsi Hak;
3. Konsepsi Perlindungan hukum.
Kehadiran tiga konsepsi ini lebih lanjut menimbulkan kebutuhan adanya
pembangunan hukum dalam bentuk pelbagai perundang-undangan misalnya
mengenai HAKI. Tentang pembangunan hukum ini, Mochtar Kusumaatmadja
mempunyai pendapat dan pemikiran bahwasanya hukum adalah sebagai sarana bagi
pembangunan dan sarana pembaharuan masyarakat.18 Pendapatnya yang demikian ini
bertolak dari pandangan tentang fungsi hukum dalam masyarakat yang dapat
dikembalikan pada pertanyaan dasar : Apakah tujuan hukum itu ?
Jawaban atas pertanyaan yang diajukan itu adalah bahwa : pada analisis
terakhir tujuan pokok daripada hukum, apabila akan direduksi pada suatu hal saja,
adalah ketertiban (order).19 Disamping ketertiban, tujuan lain daripada hukum adalah
tercapainya keadilan yang berbeda-beda sisi dan ukurannya menurut masyarakat dan
zamannya. Untuk mencapai kepastian dalam suatu masyarakat, diperlukan adanya
kepastian dalam suatu masyarakat yang teratur. Tanpa kepastian hukum dan
ketertiban masyarakat yang dijelmakan olehnya tidak mungkin mengembangkan
18 Mochtar Kusumaatmadja, Konsep-Konsep Hukum Dalam Pembangunan, Bandung,
Alumni, 2002, hal. 13-14. 19 Eddy Damian, Op.Cit., hal. 19.
Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008
-
bakat-bakat dan kemampuan yang diberikan Tuhan kepadanya secara optimal di
dalam masyarakat tempat ia hidup.
Selaras dengan pemikiran diatas, dapat diketahui bahwa pengembangan bakat-
bakat dan kemampuan manusia memerlukan adanya upaya-upaya untuk mewujudkan
termasuk melalui penumbuhan pelbagai aturan yang mendukungnya sehingga
tercapai suatu kepastian hukum. Penumbuhan pelbagai aturan ini diperlukan sehingga
timbullah sikap dan kebutuhan masyarakat yang memberi penghargaan,
penghormatan, dan perlindungan terhadap bakat-bakat dan kemampuan yang dimiliki
seseorang, yang diwujudkan dalam bentuk karya.20 Termasuk didalamnya berbagai
kekayaan intelektual yang lebih besar, lebih baik dan lebih banyak yang timbul atau
lahir dari kemampuan intelektual manusia sebagai refleksi kepribadiannya (alter-
egonya)
Untuk mewujudkan iklim yang kondusif bagi peningkatan semangat atau
gairah untuk menghasilkan kemampuan intelektual manusia, menumbuhkan suatu
kebutuhan yaitu perlindungan hukum. Kebutuhan akan perlindungan hukum ini
sebenarnya adalah wajar.
Di balik perlindungan terhadap hak cipta ada serangkaian pemikiran
konsepsional yang dapat diuraikan , bahwa pemilik hak cipta telah mencurahkan
karya, pikiran, tenaga, dan dana untuk memperoleh kekayaan tersebut . Apabila
kekayaan intelektual tersebut digunakan untuk maksud komersial , maka dianggap
wajar bila pemilik hak cipta tersebut memperoleh kompensasi dari pengguna
kekayaan tadi.
20 Ibid., hal. 20. Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008
-
Secara simplisitis, pertama, bentuk penggunaan komersial dari kekayaan
intelektual dapat dilakukan langsung oleh pemilik kekayaan kekayaan intelektual
tersebut. Dengan demikian, maka pemilik memperoleh kompensasi secara langsung
bagi dirinya. Kedua, pemilik dapat menjual atau memperoleh kompensasi finansial
dengan memperbolehkan penggunanaan kekayaan intelektual tersebut kepada orang
lain. Ketiga, pemilik hak kekayaan intelektual tersebut dapat mencegah pihak lain
memperoleh dan mempergunakannya. 21
Pemikiran tadi telah menjadi titik awal kesadaran masyarakat internasional,
regional, dan domestik akan pentingnya memberikan penghargaan, berupa
perlindungan hukum terhadap hak atas kekayaan intelektual.
Perlindungan hak atas kekayaan intelektual juga sebagai bentuk pengakuan
hak azasi manusia seseorang bahwa setiap orang memiliki hak untuk mendapatkan
perlindungan (untuk kepentingan moral dan materil) yang diperoleh dari ciptaan
ilmiah, kesusteraan atau artistik dalam hal dia sebagai pencipta. Kepentingan moral
ini direfleksikan dengan tersedianya hak moral dalam hak kekayaan intelektual yang
tidak dapat dicabut dari pencipta.22
Hak cipta sebagai salah satu kekayaan intelektual telah dikenal sejak lama.
Namun ironisnya, pelanggaran akan hak cipta ini lebih banyak terjadi dibanding
kekayaan intelektual lainnya. Oleh karena itu, hak cipta merupakan salah satu hak
21 Ahmad M. Ramli, Fathurahman P., Film Independen (Dalam Perspektif Hukum Hak Cipta
dan Hukum Perfilman Indonesia), Bandung, Ghalian Indonesia , 2004, hal.17. 22 Tim Lindsey, Eddy Damian, Simon Butt, Tomi Suryo Utomo, Hak Kekayaan Intelektual
Suatu Pengantar, Bandung, PT. Alumni Bekerjasama dengan Asian Law Group Pty Ltd., 2003, hal. 14. Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008
-
atas kekayaan intelektual yang sangat rentan dieksploitasi sehingga diperlukan
pengaturan komprehensif disetiap negara sebagai langkah antisipatif.
Perlindungan dan penegakan hukum hak atas kekayaan intelektual ditujukan
untuk memacu penemuan baru dibidang teknologi dan untuk memperlancar alih serta
penyebaran teknologi, dengan tetap memperhatikan kepentingan produsen dan
pengguna pengetahuan tentang teknologi dan dilakukan dengan cara yang menunjang
kesejahteraan sosial dan ekonomi serta keseimbangan antara hak dan kewajiban.
Globalisasi yang juga identik dengan kompetisi dan sekaligus transparansi
memberi pengaruh yang sangat besar terhadap perlindungan hak atas kekayaan
intelektual karena, pertama, bahwa perlindungan hak atas kekayaan intelektual secara
memadai akan mendorong terjadinya kompetisi yang sehat dan sebaliknya,
perlindungan yang buruk di bidang ini justru akan melahirkan persaingan curang
(unfair competition). Kedua, bahwa globalisasi perdagangan juga menuntut
transparansi di bidang hukum , termasuk di bidang hak atas kekayaan intelektual,
peraturan perundang undangan yang baik dan dapat melindungi pemilik hak atas
kekayaan intelektual secara memadai serta sikap konsisten pengadilan dan aparat
dalam penegakan hukum (law enforcement) atas ketentuan-ketentuan tersebut akan
menjadi salah satu obyek monitoring internasional, sehingga kelemahan di bidang ini
akan menjadi salah satu alasan keraguan untuk menentukan investasi, bahkan dapat
dijadikan dasar tindakan-tindakan balasan negara yang merasa dirugikan, berupa
sanksi-sanksi di bidang ekonomi dan perdagangan.23
23 Ahmad M. Ramli, Fathurahman P., Op.Cit, hal. 14. Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008
-
Hukum hak atas kekayan intelektual adalah hukum yang mengatur
perlindungan bagi para penciptanya dan penemuan karya-karya inovatif sehubungan
dengan pemanfaatan karya-karya mereka secara luas dalam masyarakat. Karena itu,
tujuan hukum hak atas kekayaan intelektual adalah menyalurkan kreativitas individu
untuk kemanfaatan manusia secara luas. Sebagai suatu hak eksklusif, hak atas
kekayaan intelektual secara umum mendapatkan tempat yang sama dengan hak-hak
milik lainnya.
Beberapa alasan mengapa hak atas kekayaan intelektual harus dilindungi
dapat dikemukakan sebagai berikut :
Pertama, bahwa kepada pencipta di bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra
ataupun penemu di bidang teknologi baru yang mengandung langkah inventif serta
dapat diterapkan dalam industri, diberikan suatu penghargaan dan pengakuan serta
perlindungan hukum atas keberhasilan upayanya dalam melahirkan ciptaan baru itu.24
Dengan demikian, atas usaha dari pencipta ataupun penemu yang telah mengeluarkan
tenaga, pikiran, waktu, dan biaya yang tidak sedikit jumlahnya, kepadanya layak
diberikan hak-hak eksklusif untuk mengeksploitasi hak cipta guna meraih kembali
apa yang telah dikeluarkannya. Dengan demikian, insentif harus diberikan untuk
merangsang kreativitas dalam upaya menciptakan karya-karya baru di bidang
teknologi. Hal ini juga sejalan dengan prinsip bahwa hak atas kekayaan intelektual
merupakan alat untuk meraih dan mengembangkan ekonomi.
Kedua, bahwa hak atas kekayaan intelektual yang merupakan hasil ciptaan
atau penemuan bersifat rintisan, membuka kemungkinan risiko pihak lain akan dapat
24 Ibid., hal. 15. Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008
-
melampaui atau mengembangkan lebih lanjut penemuan yang dihasilkan oleh
penemu.25 Oleh karenanya, penemuan penemuan mendasar itu pun harus
dilindungi, meskipun mungkin belum bisa memperoleh perlindungan di bawah
hukum paten, tetapi dapat dikategorikan sebagai rahasia dagang atau informasi yang
dirahasiakan. Hak atas kekayaan intelektual memiliki lingkup yang luas di mana di
dalamnya tercukup karya-karya kreatif di bidang hak cipta (copyright) dan hak-hak
terkait serta hak milik industri (industrial property).
Ketiga, bahwa pada bidang tertentu, seperti paten pada dasarnya terbuka, artinya
penemunya berkewajiban untuk menguraikan atau membeberkan penemuannya
dengan cukup jelas dan terperinci, sehingga orang lain dapat belajar atau
melaksanakan penemuan tersebut, sebagai imbalannya kepada penemu diberikan
hak eksklusif untuk dalam jangka waktu tertentu melakukan eksploitasi atas
penemuannya.26
Bertolak dari uraian tersebut di atas, situasi pada masa kini sangat kondusif bagi
penciptaan suatu kepastian hukum dan pengayoman atau perlindungan hukum
yang berintikan keadilan dan kebenaran, sehingga pembangunan hukum pada
umumnya, dan perlindungan Hak Atas Kekayaan Intelektual pada khususnya
perlu segera ditingkatkan lebih cepat menuju terwujudnya sistem hukum nasional
yang menyeluruh dan terpadu.
25 Ibid., hal 15 26 Ibid., hal. 15.
Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008
-
Dalam rangka pemikiran yang demikian, tidaklah terlalu berlebihan untuk
meneliti kembali apakah perlindungan hukum pada tingkat nasional terhadap Hak
Atas Kekayaan Intelektual khususnya hak cipta, berdasarkan beberapa perundang-
undangan nasional terutama Undang-Undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002,
telah berhasil dan sesuai dengan kaidah-kaidah hukum yang berlaku.
1. Latar Belakang Munculnya Hak Kekayaan Intelektual
Istilah hak atas kekayaan intelektual merupakan terjemahan dari istilah
Intellectual Property Rights (Bahasa Inggris). Sedangkan istilah hak atas milik
intelektual merupakan terjemahan dari istilah intellectuele eigendomsrecht
(Bahasa Belanda) dalam sistem hukum Kontinental.27
Menurut Ahmad M. Ramli bahwa milik atau kepemilikan lebih tepat digunakan
dari pada kata kekayaan karena pengertian hak milik memiliki ruang lingkup
lebih khusus dibandingkan dengan istilah kekayaan menurut sistem hukum kita,
hukum harta kekayaan itu meliputi hukum kebendaan dan hukum perikatan.
Intellectual Property Rights merupakan kebendaan immaterial yang juga menjadi
objek hak milik sebagaimana di atur dalam hukum kebendaan. Karena itu lebih
tepat kalau kita menggunakan istilah Hak atas Kepemilikan Intelektual (HAKI)
pada istilah Hak atas Kekayaan Intelektual.28
27 Menurut Abdulkadir Muhammad dalam bukunya yang berjudul Kajian Hukum Ekonomi
Hak Kekayaan Intelektual menyatakan Hak Kekayaan Intelektual adalah kekayaan bagi pemiliknya.Kekayaan tersebut dapat dialihkan pemanfaatan atau penggunaannya kepada pihak lain, sehingga pihak lain itu memperoleh manfaat dari Hak Kekayaan Intelektual tersebut. Hak pemanfaatan atau penggunaan ini di sebut hak yang diperoleh karena izin (lisensi) dari pemiliknya.
28 Ahmad M. Ramli, Hak atas Kepemilikan Intelektual : Teori Dasar Perlindungan Rahasia Dagang, Bandung, CV. Mandar Maju, 2000, hal. 23. Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008
-
Istilah Property Rights diterjemahkan dengan istilah Hak atas Kekayaan
Intelektual yang berarti suatu hak atas milik yang berada dalam ruang lingkup
kehidupan teknologi, ilmu pengetahuan maupun seni dan sastra, pemilikannya
bukan terhadap barangnya melainkan terhadap hasil kemampuan intelektual
manusianya, diantaranya berupa ide.
Munculnya Hak Kekayaan Intelektual sebagai bahan pembicaraan dalam tataran
nasional, regional dan bahkan internasional tidak lepas dari pembentukan
organisasi perdagangan dunia World Trade Organisation (WTO). Pembentukan
WTO sendiri mempunyai sejarah yang cukup panjang, yakni ditandai dengan
masalah perundingan tarif dan perdagangan General Agreement Tariff and Trade
(GATT).
Dengan dibentuknya Organisasi Perdagangan Dunia WTO, maka isu masalah
Hak Kekayaan Intelektual semakain muncul ke permukaan, mengapa? Karena
masalah perdagangan dewasa ini semakin mengglobal. Tujuan Perlindungan Hak
Kekayaan Intelektual digunakan untuk inovasi teknologi atau penyebaran
teknologi, dalam menunjang kesejahteraan sosial ekonomi, keseimbangan hak
dan kewajiban.
Indonesia sendiri telah mengantisipasi masalah ini. Hal ini dapat di lihat dalam
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabean. Menurut Pasal 54
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 menyebutkan: Atas permintaan pemilik
barang atau pemegang hak atas merek atau cipta, Ketua Pengadilan Negeri Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008
-
setempat dapat mengeluarkan perintah tertulis kepada pejabat bea cukai untuk
menangguhkan sementara waktu pengeluaran barang impor atau ekspor dari
kawasan pabean yang berdasarkan bukti yang cukup, di duga merupakan hasil
pelanggaran merek dan hak cipta dilindungi di Indonesia.
Dari latar belakang munculnya WTO tersebut, dapat dipahami bahwa masalah
HAKI cukup erat kaitannya denga dunia bisnis. Untuk itu tidaklah heran apabila
para pelaku bisnis mengeluarkan cukup banyak dana, untuk melakukan penelitian
dan pengembangan dari hasil. Maksud dari riset tersebut adalah untuk mengetahui
apa yang sedang dibutuhkan oleh masyarakat, ataupun melakukan suatu
penelitian dalam bidang teknologi yang hasilnya kelak dapat di jual.
2. Konvensi Internasional Tentang Hak Cipta
Perlindungan hak cipta secara domestik saja tidaklah cukup dan kurang membawa
arti atau manfaat bagi menumbuhkan kreativitas para pencipta. Kreativitas dan
aktivitas para pencipta dalam rangka memacu pertumbuhan untuk mendorong
karya cipta tentu sangat berarti jika perlindungan itu di jamin di setiap saat dan
tempat, sehingga kepastian hukum yang diharapkan itu benar-benar mereka
peroleh.
Konvensi Internasional adalah perjanjian internasional. Mochtar memberikan
defenisi bahwa, Perjanjian Internasional itu adalah suatu perjanjian yang
Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008
-
diadakan antar anggota masyarakat bangsa-bangsa dan bertujuan untuk
mengakibatkan akibat-akibat hukum tertentu.29
Suatu hal yang penting adalah bahwa suatu perjanjian internasional tidak
menimbulkan hak dan kewajiban bagi pihak ke tiga tanpa persetujuan pihak ke
tiga.
Untuk keadaan seperti ini dalam teori mengenai perjanjian internasional
disebutkan sebagai treaty contract, yaitu menimbulkan hukum bagi para
peserta, sedangkan yang berikutnya adalah law making treaty yaitu secara
langsung menimbulkan kaedah-kaedah bagi semua masyarakat Internasional dan
tidak hanya bagi pihak-pihak peserta.30
Selanjutnya mengenai prosedur ratifikasi tergantung pula konstitusi masing-
masing negara, Untuk Indonesia, hal ini di atur dalam pasal 11 Undang-Undang
Dasar 1945 yang berbunyi :Presiden dengan persetujuan DPR menyatakan
perang dan membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain. Dari
ketentuan itu untuk Indonesia dapat di lihat bahwa prosedur ratifikasi itu
dilakukan oleh Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
Maka dengan pemberian ratifikasi tersebut berarti suatu negara yang
bersangkutan telah menyatakan persetujuannya untuk mengikatkan dirinya pasa
suatu perjanjian. Sebaliknya apabila ratifikasi itu di tolak maka perjanjian itu
29 Moctar Kusumaatmaja, Pengantar Hukum Internasional, Jakarta, Binacipta, 1978, hal. 111. 30 Ibid., hal. 115.
Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008
-
hapus sama sekali, walaupun tadinya telah ditandatangani oleh wakil-wakil
negara yang bersangkutan.31
Di atas telah disebutkan bahwa dengan perjanjian itu dimaksudkan menimbulkan
akibat hukum tertentu. Secara yuridis perjanjian internasional itu akan
menerbitkan hak-hak dan kewajiban bagi negara peserta.
Maka apabila persetujuan telah tercapai timbullah hak-hak dan kewajiban bagi
para negara peserta yang telah mengikatkan dirinya. Hak yang ada pada kita
menimbulkan pula kewajiban kepada orang lain untuk menghormatinya,
demikian pula sebaliknya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan diadakannya perjanjian
internasional adalah untuk melindungi atau memberikan kepastian hak atas suatu
hak yang ditimbulkan dari suatu perjanjian tersebut kepada setiap peserta negara
anggota. Kesimpulan tersebut jika dikaitkan dengan Konvensi Internasional
tentang hak cipta, maka akan memperoleh suatu tujuan yaitu untuk melindungi
hak cipta secara internasional.
Oleh karena itu perlindungan hak cipta secara internasional adalah suatu
keharusan. Untuk perlindungan hak cipta secara internasional saat ini ada
beberapa konvensi internasional antara lain :
a. Persetujuan TRIPs
31 Ok. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights),
Jakarta, Raja Grafindo Persada, hal. 204. Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008
-
Persetujuan TRIPs (Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights :
Aspek-aspek Perdagangan yang bertalian dengan Hak Milik Intelektual),
merupakan salah satu issue dari 15 issue dalam Persetujuan GAAT (Putaran
Uruguay) yang mengatur masalah Hak Milik Intelektual secara global.
Keikutsertaan Indonesia dalam Persetujuan ini sejak tahun 1989. Di dalam
persetujuan ini terdapat beberapa aturan baru di bidang Hak Milik Intelektual
dengan standar pengaturan dan perlindungan yang lebih dari memadai
dibandingkan dengan pengaturan perundang-undangan nasional, dengan disertai
pula sanksi keras berupa pembalasan (cross retaliation) di bidang ekonomi yang
ditujukan kepada suatu negara (anggota) yang tidak memenuhi ketentuannya.
TRIPs memiliki ketentuan-ketentuan dan prinsip prinsip dasar bagi para
anggotanya dalam melaksanakan aturannya. Ketentuan-ketentuan dan prinsip-
prinsip dasar ini tertuang dalam Bab I (pasal 1-8). Ketentuan dan prinsip-prinsip
dasar tersebut antara lain :32
1 Ketentuan Free to Determine, yaitu ketentuan yang memberikan kebebasan
kepada para anggotanya untuk menentukan cara-cara yang di anggap sesuai
untuk menerapkan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam TRIPs ke
dalam sistem dan praktek hukum mereka.
2 Ketentuan Intellektual Property Convention, yaitu ketentuan yang
mengharuskan para anggotanya menyesuaikan aturan perundang-undangan
dengan berbagai konvensi internasional di bidang Hak Milik Intelektual.
32 Ibid., hal. 207-209.
Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008
-
3 Ketentuan National Treatment, yaitu ketentuan yang mengharuskan para
anggotanya memberikan perlindungan Hak Milik Intelektual yang sama
antara warga negaranya sendiri dengan warga negara anggota lainnya.
4 Ketentuan Most Favoured Nation Treatment, yaitu ketentuan yang
mengharuskan para anggotanya memberikan perlindungan Hak Milik
Intelektual yang sama terhadap seluruh anggotanya.
5 Ketentuan Exhaution, yaitu ketentuan yang mengharuskan para anggotanya,
dalam menyelesaikan sengketa, untuk tidak menggunakan suatu ketentuan di
dalam Persetujuan TRIPs sebagai alasan tidak optimalnya pengaturan Hak
Milik Intelektual di dalam negeri mereka.
Adapun TRIPs bertujuan untuk melindungi dan menegakkan hukum Hak Milik
Intelektual guna mendorong timbulnya inovasi, peralihan, serta penyebaran
teknologi, diperolehnya manfaat bersama pembuat dan pemakai pengetahuan
teknologi, dengan cara menciptakan kesejahteraan sosial dan ekonomi serta
keseimbangan antara hak dan kewajiban (Pasal 7 TRIPs). Untuk itu perlu
dikurangi gangguan dan hambatan dalam perdagangan internasional, dengan
mengingat kebutuhan untuk meningkatkan perlindungan yang efektif dan
memadai terhadap Hak Milik Intelektual yang kemudian tidak menjadi
penghalang bagi perdagangan yang sah.
Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008
-
Ada beberapa hal penting di dalam Persetujuan TRIPs ini yang menyangkut
bidang Hak Cipta bila dikaitkan dengan Undang-Undang Hak Cipta nasional
yaitu:33
1 Di dalam persetujuan ini perlindungan hak cipta atas program komputer
lamanya harus tidak dikurangi dari lima puluh tahun (pasal 12 TRIPs),
sementara dalam Undang-Undang Hak Cipta Nasional juga telah disesuaikan
menjadi lima puluh tahun (Pasal 27 ayat 1 Undang-Undang Hak Cipta Nomor
12 Tahun 1997).
2 Di dalam persetujuan ini dikenal adanya Hak penyewaan (Rental Rights) bagi
pemegang hak cipta karya film (video) dan program komputer (Pasal 11
TRIPs), yaitu hak yang diberikan kepada pencipta atas kegiatan penyewaan
yang bersifat komersial. Pengaturan ini sudah ada dalam Undang-Undang Hak
Cipta Nasional.
3 Dalam Persetujuan ini terdapat pengaturan yang tegas terhadap pelaku
pertunjukan, prosedur rekaman musik dan badan peyiaran, hal mana dalam
Undang-Undang Hak Cipta Nasional yang baru sudah di atur secara tegas.
b. Bern Convention.
Konvensi Bern yang mengatur tentang perlindungan karya tulis dan artistik,
ditandatangani di Bern pada tanggal 9 September 1986, dan telah berulang kali
mengalami revisi serta penyempurnaan. Yang menjadi obyek perlindungan hak
33 Ibid., hal. 211-212.
Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008
-
cipta dalam konvensi ini adalah karya-karaya sastra dan seni yang meliputi segala
hasil bidang sastra, ilmiah dan kesenian dalam cara atau bentuk pengutaraan
apapun, demikian yang dapat ditangkap dari rumusan pasal 2 Konvensi Bern. Di
samping karya asli dari Pencipta pertama, dilindungi juga karya-karya turunan
(salinan) seperti terjemahan, saduran, aransemen musik, karya fotografis.
Salah satu hal yang paling penting dalam Konvensi Bern adalah menegani
perlindungan yang diberikan terhadap para pencipta atau pemegang hak. Pasal 5
(setelah direvisi di Paris tahun 1971) adalah merupakan pasal yang terpenting.
Menurut pasal ini para pencipta akan menikmati perlindungan yang sama seperti
diperoleh mereka dalam negara sendiri atau perlindungan yang diberikan oleh
konvensi ini.34
Konvensi Bern telah mengalami beberapa revisi. Revisi yang penting artinya
terutama bagi negara-negara dunia ketiga adalah revisi di Stockholm tanggal 14
Juli 1967 yang memuat suplemen perjanjian utama yang memperhatikan
kepentingan negara-negara berkembang (Developing Countries).
Dalam Pasal 21 naskah Konvensi Bern hasil protokol Stockholm ditentukan :
Ketentuan-ketentuan khusus yang berkenaan dengan negara-negara berkembang
dimasukkan dalam appendix tersendiri yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari konvensi ini.35
34 Ibid., hal. 217. 35 Abdulkadir Muhammad, Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual, Bandung, PT.
Citra Aditya Bakti, 2001, hal.36. Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008
-
Berdasarkan protokol Stockholm tersebut, maka negara-negara berkembang
memperoleh pengecualian mengenai perlindungan yang diberikan oleh Konvensi
Bern. Pengecualian tersebut hanya berlaku bagi negara-negara yang meratifikasi
protokol perjanjian utama Konvensi Bern. Negara yang ingin melakukan
pengecualian semacam itu dapat melakukannya demi kepentingan ekonomi,
sosial, atau budaya nya. Pengecualian tersebut dapat dilakukan terhadap:36
a. Hak terjemahan;
b. Jangka waktu perlindungan;
c. Hak mengutip artikel-artikel berita pers;
d. Hak melakukan siaran radio;
e. Perlindungan karya sastra dan seni semata-mata untuk pendidikan, ilmu, atau
sekolah.
Protokol Stockholm juga memuat kemungkinan memperoleh lisensi (izin) secara
paksa untuk menerjemahkan karya cipta luar negeri. Di samping itu, memuat juga
ketentuan mengenai pembatasan jangka waktu perlindungan hak cipta. Ketentuan
50 (lima puluh) tahun dalam Konvensi Bern, melalui protokol Stockholm untuk
negara berkembang dikurangi menjadi 25 (dua puluh lima) tahun setelah
meninggalnya pencipta.
c. Universal Copyright Convention
36 Ibid., hal.36.
Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008
-
Universal Copyright Convention ditandatangani di Jenewa pada tanggal 6
September 1992 dan baru berlaku pada tanggal 16 September 1955. Setelah
perang dunia II muncul gagasan yang ingin menyatukan sistem hukum Hak Cipta
yang universal. Gagasan tersebut timbul dari peserta Konvensi Bern dan Amerika
Serikat peserta dari Konvensi Pan Amerika.37
Konvensi ini mengalami revisi pada tanggal 24 Juli 1971 di Paris. Konvensi ini
terdiri dari 21 pasal dilengkapi dengan 3 protokol. Protokol I mengenai
perlindungan karya dari orang-orang pelarian.38 Ini dapat dimengerti bahwa
secara Internasional hak cipta terhadap orang-orang yang tidak mempunyai
kewarganegaraan atau orang-orang pelarian, perlu dilindungi. Dengan demikian
salah satu dari tujuan perlindungan hak cipta itu dapat tercapai, yaitu untuk
mendorong aktivitas dan kreativitas para pencipta tidak terkecuali terhadap
terhadap orang-orang yang tidak mempunyai kewarganegaraan atau pelarian.
Dengan dilindungi hak ciptanya mereka mendapatkan kepastian hukum.
Protokol II mengenai berlakunya konvensi ini atas karya-karya daripada
organisasi-organisasi Internasional tertentu.39 Hal ini erat kaitannya dengan
keinginan PBB untuk dapat hidup bersama secara harmonis. Dan inilah yang
menjadi dasar diciptakannya konvensi ini yang merupakan usaha dari UNESCO,
oleh karenanya dalam protokol ini di atur pula secara khusus tentang
perlindungan karya-karya dari badan organisasi internasional.
37 Ibid., hal. 37. 38 OK. Saidin., Op.cit., hal. 219. 39 Ibid., hal. 219.
Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008
-
Protokal III berkenaan dengan cara-cara untuk memungkinkan turut sertanya
negara dalam konvensi ini dengan cara bersyarat.
Apabila diperbandingkan antara Konvensi Bern dan Konvensi Jenewa, maka di
situ terdapat perbedaan mengenai dasar falsafah yang di anut Konvensi Bern
menganut dasar falsafah Eropa yang menganggap Hak Cipta sebagai hak alamiah
pencipta pribadi, sehingga menonjolkan sifat individualis yang menimbulkan hak
monopoli. Sedangkan Konvensi Jenewa di samping kepentingan individu juga
memperhatikan kepentingan umum. Konvensi Jenewa mencoba untuk
mempertemukan antara falsafah Eropa dan falsafah Amerika yang memandang
hak monopoli yang diberikan kepada Pencipta diupayakan pula agar
memperhatikan kepentingan umum40
Sehingga Konvensi Jenewa atau yang biasa di sebut Universal Copyright
Convention menganggap bahwa hak cipta itu ditimbulkan oleh karena adanya
ketentuan yang memberikan hak seperti itu kepada pencipta. Sehingga ruang
lingkup dan pengertian hak mengenai hak cipta itu dapat ditentukan oleh
peraturan yang melahirkan hak tersebut.
3. Pengertian Hak Cipta
Istilah hak berasal dari bahasa Arab. Hak berarti milik atau kepunyaan.
Milik adalah penguasaan terhadap sesuatu, yang penguasaannya dapat melakukan
sendiri tindakan-tindakan terhadap sesuatu yang dikuasainya itu dan dapat menikmati
40 Abdulkadir Muhammad, Op.Cit., hal. 38. Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008
-
manfaatnya. Dalam Bahasa Belanda dikenal istilah Auteurs Recht yang berarti hak
pengarang. Kemudian istilah hak pengarang itu di ganti dengan istilah hak cipta.41
Menurut bahasa Indonesia, istilah hak cipta berarti hak seseorang sebagai
miliknya atas hasil penemuannya yang berupa tulisan, lukisan dan sebagainya yang
dilindungi oleh Undang-Undang. Dalam bahasa Inggris disebut Copy Right yang
berarti hak cipta.
Istilah hak cipta diusulkan pertama kalinya oleh St. Moh. Syah, pada Kongres
Kebudayaan di Bandung tahun 1951 sebagai pengganti istilah hak pengarang yang di
anggap kurang luas cakupan pengertiannya.42
Dinyatakan kurang luas karena hak pengarang itu memberikan kesan
penyempitan arti, seolah-olah yang di cakup oleh hak pengarang itu hanyalah hak
dari para pengarang saja, yang ada sangkut pautnya dengan karang mengarang.
Sedangkan istilah hak cipta itu lebih luas, dan ia mencakup juga tentang karang
mengarang. Lebih jelas batasan pengertian ini dapat kita lihat dalam Pasal 2 Undang-
Undang Hak Cipta No. 12 Tahun 1997 serta Pasal 1 dan 2 Undang-Undang Hak
Cipta Tahun 2002.
Menurut Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997, hak cipta
adalah hak khusus bagi pencipta maupun penerima hak untuk mengumumkan atau
memperbanyak ciptaannya maupun memberi izin untuk itu dengan tidak mengurangi
pembatasan-pembatasan menurut perundang-undangan yang berlaku.
41 Pipin Syarifin, Dedah Jubaedah, Peraturan Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia,
Bandung, Pustaka Bani Quraisy, 2004, hal. 206. 42 OK. Saidin, Op.Cit.,hal. 58.
Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008
-
Menurut Pasal 1 angka 1 jo. Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Hak Cipta
Nomor 19 Tahun 2002 yang di maksud dengan Hak Cipta adalah Hak eksklusif bagi
Pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya
atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan
menurut perundang-undangan yang berlaku.
Sebagai perbandingan dalam penulisan ini dikemukakan juga pengertian hak
cipta menurut Auteurswet 1912 dan Universal Copyright Convention.
Auteurswet 1912 dalam pasal 1 menyebutkan, hak cipta adalah hak tunggal
dari pencipta, atau hak dari yang mendapat hak tersebut, atas hasil ciptaannya dalam
lapangan kesusasteraan, pengetahuan dan kesenian, untuk mengumumkan dan
memperbanyak dengan mengingat pembatasan pembatasan yang ditentukan oleh
undang-undang. Kemudian Universal Copyright Convention dalam pasal V
menyatakan sebagai berikut, Hak Cipta meliputi hak tunggal sipencipta untuk
membuat menerbitkan dan memberi kuasa untuk membuat terjemahan dari karya
yang dilindungi perjanjian ini. 43
Bila dilihat perbandingan pengerian hak cipta yang diberikan oleh ketiga
ketentuan di atas hampir dapat disimpulkan bahwa ketiganya memberikan
pengertian yang sama walaupun menggunakan kata-kata yang berbeda, seperti
kata Hak Tunggal dalam Auteurswet 1912 dan Universal Copyright Convention
adalah sama pengertiannya dengan perkataan Hak Eksklusif yang terdapat pada
Undang-Undang Hak Cipta 2002.
43 Ibid., hal. 58-59. Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008
-
Dalam Penjelasan Pasal 2 Undang-Undang Hak Cipta Nomor 12 Tahun 1997 jo.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 yang di maksud dengan hak khusus dari
pencipta ialah tidak ada orang lain yang boleh melakukan hak itu atau orang lain
kecuali dengan izin pencipta. Sedangkan dalam penjelasan Pasal 2 Undang-
Undang Hak Cipta 2002, yang di maksud dengan hak eksklusif adalah hak yang
semata-mata diperuntukkan bagi pemegangnya sehingga tidak ada pihak lain yang
boleh memanfaatkan hak tersebut tanpa izin pemegangnya.
Perkataan tidak ada orang lain mempunyai pengertian yang sama dengan hak
tunggal yang menunjukkan hanya pencipta saja yang boleh melakukan hal itu.
Inilah yang di sebut dengan hak yang bersifat eksklusif.
Oleh karena itu pengertian mengumumkan atau memperbanyak adalah
termasuk kegiatan menerjemahkan, mengadaptasi, mengaransemen, mengalih
wujudkan, menjual, menyewakan, meminjamkan, mengimpor, memamerkan,
mempertunjukkan kepada publik, menyiarkan, merekam, dan
mengkomunikasikan ciptaan kepada publik melalui sarana apapun.
Lebih lanjut dalam Undang-Undang Hak Cipta disebutkan yang di maksud
dengan :
a. Pencipta adalah seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas
inspirasinya lahir suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran imajinasi,
kecekatan, keterampilan atau keahlian yang dituangkan dalam bentuk yang
khas dan bersifat pribadi.
Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008
-
b. Pengumuman adalah pembacaan, penyuaraan, penyiaran atau penyebaran
sesuatu ciptaan, dengan menggunakan alat apapun dan dengan cara
sedemikian rupa sehingga suatu ciptaan dapat di baca, di dengar atau di lihat
oleh orang lain.
c. Perbanyakan adalah menambah jumlah suatu ciptaan, dengan pembuatan yang
sama, hampir sama atau menyerupai ciptaan tersebut dengan mempergunakan
bahan-bahan yang sama maupun tidak sama. Termasuk mengalih wujudkan
sesuatu ciptaan.
d. Ciptaan adalah setiap karya pencipta dalam bentuk khas apapun juga dalam
lapangan ilmu pengetahuan, seni dan sastra.44
Setelah di bahas mengenai beberapa pengertian tersebut di atas, perlu juga
kiranya mengetahui tentang pengertian pemegang hak cipta. Pemegang hak cipta
adalah pencipta sebagai pemilik hak cipta, atau orang yang menerima hak tersebut
dari pencipta, atau orang lain yang menerima lebih lanjut hak dari orang tersebut
di atas.45
Walaupun bukan Pencipta, negara adalah Pemegang Hak Cipta atas karya :
1 Peninggalan sejarah, prasejarah, dan benda budaya nasional.
2 Hasil kebudayaan rakyat yang menjadi milik bersama di pelihara dan dilindungi
oleh negara. Negara hanya pemegang hak cipta terhadap luar negeri.
44 Sentosa Sembiring, Prosedur Dan Tata Cara Memperoleh Hak Kekayaan Intelektual
Dibidang Hak Cipta Paten Dan Merek, Bandung, CV. Yrama Widya, 2002, hal. 18. 45 Widyopramono, Tindak Pidana Hak Cipta Analisis dan Penyelesaiannya, Jakarta, Sinar
Grafika, 1992, hal.2. Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008
-
3 Ciptaan yang tidak diketahui penciptanya dan ciptaan itu belum diterbitkan. 46
Dalam pasal 11 (1) Undang-Undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002 dinyatakan
: Jika suatu ciptaan tidak diketahui penciptanya dan ciptaan itu belum
diterbitkan, negara memegang Hak Cipta atas ciptaan tersebut untuk kepentingan
Penciptanya.
Perbedaan antara Pencipta dan Pemegang Hak Cipta adalah : Pencipta adalah
seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas inspirasinya
melahirkan suatu ciptaan berdasarkan kemampuan fikiran, imajinasi, kecekatan,
keterampilan dan keahlian yang dituangkan ke dalam bentuk yang khas dan
bersifat pribadi (Pasal 1(2) Undang-Undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002).
Sedangkan Pemegang Hak Cipta adalah Pencipta sebagai Pemilik Hak Cipta, atau
pihak yang menerima hak tersebut dari Pencipta, atau pihak lain yang menerima
lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut (Pasal 1 ayat (4) Undang-
Undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002).
Dengan demikian, Pencipta otomatis menjadi Pemegang Hak Cipta, yang
merupakan Pemilik Hak Cipta, sedangkan yang menjadi Pemegang Hak Cipta
tidak harus Penciptanya, tetapi bisa pihak lain yang menerima hak tersebut dari
Pencipta atau lain yang menerima lebih lanjut hak tersebut dari Pencipta atau
Pemegang Hak Cipta yang bersangkutan.
46 Sudargo Gautama, Rizawanto Winata, Pembaharuan Undang-Undang Hak Cipta,
Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 1997, hal. 114. Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008
-
Sebagai Hak Khusus (Exclusive Rights), Hak Cipta mengandung 2 (dua) esensi
hak, yaitu Hak Ekonomi (Economic Rights) dan Hak Moral (Moral Rights).47 Hak
ekonomi adalah hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan serta
produk hak terkait, oleh karena hak cipta itu dapat menghasilkan berupa uang dari
royalti yang di terima, maka penghasilan yang halal di peroleh dari profesi
sebagai hak cipta atas karya tulisnya, karya pelaku (aktor, penyanyi, pemusik,
penari, sastra, dan karya seni lainnya) wajib mengeluarkan zakatnya (zakat
profesi) apabila telah mencapai nishab. Kandungan hak ekonomi meliputi hak
untuk mengumumkan dan memperbanyak ciptaan tersebut.
Jenis Hak Ekonomi pada Hak Cipta adalah seperti berikut:
1. Hak Perbanyak (penggandaan), yaitu penambahan jumlah ciptaan dengan
pembuatan yang sama, hampir sama, atau menyerupai ciptaan tersebut dengan
menggunakan bahan-bahan yang sama maupun tidak sama, termasuk
pengalihwujudkan ciptaan.
2. Hak adaptasi (penyesuaian), yaitu penyesuaian dari satu bentuk ke bentuk
lain, seperti penerjemahan dari satu bahasa ke bahasa yang lain,novel
dijadikan sinetron, patung dijadikan lukisan, drama pertunjukan dijadikan
radio.
3. Hak pengumuman (penyiaran), yaitu pembacaan, penyuaraan, penyiaran, atau
penyebaran ciptaan, dengan menggunakan alat apapun dan dengan cara
47 Iman Sjahputra, Hak Atas Kekayaan Intelektual (Suatu Pengantar), Jakarta, Harvarindo,
2007, hal. 118. Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008
-
sedemikian rupa, sehingga ciptaan dapat di baca, di dengar, di lihat, di jual
atau di sewa oleh orang lain.
4. Hak pertunjukan (penampilan), yaitu mempertontonkan, mempertunjukkan,
mempergelarkan, memamerkan ciptaan di bidang seni oleh musisi, seniman,
peragawati.48
Sedangkan hak moral adalah hak yang melekat pada diri pencipta atau pelaku
yang tidak dapat dihilangkan atau di hapus tanpa alasan apapun, walaupun hak
cipta atau hak terkait telah dialihkan. Yang dimaksud hak ini adalah hak cipta
untuk mengklaim sebagai pencipta untuk mengajukan keberatan terhadap setiap
perbuatan yang bermaksud mengubah, mengurangi, atau menambah keaslian
ciptaannya, yang dapat meragukan kehormatan dan reputasi pencipta. 49Oleh
karena itu hak moral bersifat pribadi dan kekal. Sifat pribadi menunjukkan ciri
khas yang berkenaan dengan nama baik, kemampuan, dan itegritas yang hanya
dimiliki oleh Pencipta atau Penemu. Kekal artinya melekat pada Pencipta atau
Penemu selama hidup bahkan setelah meninggal dunia.
Termasuk dalam hak moral adalah hak-hak yang berikut ini :
1. Hak untuk menuntut kepada pemegang hak cipta supaya nama Pencipta atau
Penemu tetap dicantumkan pada ciptaan atau penemuannya.
2. Hak untuk tidak melakukan perubahan pada ciptaan atau penemuan tanpa
persetujuan Pencipta, Penemu, atau ahli warisnya.
48 Abdulkadir Muhammad, Op.Cit., hal.19-20. 49 Eddy Damian, Op.cit., hal. 62
Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008
-
3. Hak Pencipta atau Penemu untuk mengadakan perubahan pada ciptaan atau
penemuan sesuai dengan tuntutan perkembangan dan kepatutan dalam
masyarakat.50
Hak Moral berasal dari sistem hukum kontinental yaitu dari Perancis. Menurut
konsep hukum kontinental, Hak Pengarang (author right) terdiri dari Hak
Ekonomi untuk mendapatkan keuntungan yang bernilai uang dan Hak Moral yang
menyangkut perlindungan atas reputasi Pencipta.
Sedangkan menurut Komen dan Verkade , Hak Moral yang dimiliki Pencipta
Meliputi :
1. Larangan mengadakan perubahan dalam ciptaan.
2. Larangan mengubah judul.
3. Larangan mengubah penentuan pencipta.
4. Hak untuk mengadakan perubahan.51
Kandungan hak moral meliputi hak untuk menuntut agar nama pencipta tetap
dicantumkan dalam ciptaannya, hak untuk melarang perubahan suatu ciptaan
tersebut.
Dalam masyarakat, bentuk pelanggaran Hak Moral yang dapat diamati sering
terjadi terutama pada karya pertunjukan, misalnya lagu, tarian, drama. Orang
50 Ibid, Hal. 22. 51 Ibid., Hal. 22.
Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008
-
seenaknya saja membawakan atau mempertunjukkan ciptaan itu pada pesta ulang
tahun, pesta taman, pertunjukan karaoke, tanpa menyebutkan nama penciptanya.
Pencipta atau ahli waris dapat menuntut pelanggaran semacam itu. Akan tetapi
penuntut jarang atau tidak dilakukan di Indonesia karena segi penegakan hukum
belum mapan. Apalagi ada anggapan, karya cipta itu dipertunjukkan oleh orang
lain sudah cukup sebagai amal.
Hak-hak moral adalah hak-hak pribadi pencipta atau pengarang untuk dapat
mencegah perubahan atas karyanya dan untuk tetap di sebut sebagai pencipta
karya tersebut. Hak-hak ini menggambarkan hidupnya hubungan berkelanjutan
dari si pencipta dengan karyanya walaupun kontrol ekonomi atas karya tersebut
hilang karena telah diserahkan sepenuhnya kepada pemegang hak cipta atau lewat
jangka waktu pelindungannya seperti diatur dalam Undang-Undang Hak Cipta
yang berlaku.
Seperti telah diuraikan diatas, Hak Cipta adalah hak khusus bagi pencipta, untuk
mengumumkan atau memperbanyak hasil ciptaannya yang tumbuh bersamaan
dengan lahirnya suatu karya cipta, suatu ciptaan. Oleh karena itu perlu
ditumbuhkan sikap hidup untuk menghormati dan menghargai suatu karya cipta,
baik di bidang ilmu pengetahuan, seni maupun sastra.
Namun sepertinya tidak cukup hanya dengan pengakuan dan penghormatan saja,
keselamatan atau perlindungan hukum atas hak cipta seseorang atau beberapa
orang harus juga terlindungi.
Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008
-
Satu prinsip bahwa perlu diadakan pendaftaran terhadap suatu hak cipta untuk
memudahkan pembuktian dalam hal sengketa mengenai hak cipta. Pendaftaran ini
tidak harus mutlak dilakukan karena tanpa pendaftaran pun hak cipta dilindungi.
Itu artinya orang yang mendaftarkan hak cipta untuk pertama kalinya tidak berarti
sebagai pemilik hak yang sah karena bilamana ada orang lain yang dapat
membuktikan bahwa itu adalah hak mereka, maka kekuatan hukum dari suatu
pendaftaran ciptaan tersebut dapat dihapuskan. Ketentuan ini yang membuktikan
bahwa Undang-Undang Hak Cipta Indonesia Menganut sistem pendaftaran
deklaratif. Hal ini dapat di lihat dari bunyi pasal 5 ayat (1) nya yang menyatakan
bahwa, Kecuali terbukti sebaliknya, yang di anggap sebagai pencipta adalah
orang yang namanya terdaftar dalam Daftar Umum Ciptaan pada Ditjen HAKI
atau orang yang namanya disebut dalam ciptaan atau diumumkan sebagai
pencipta pada suatu ciptaan.
Hal yang paling penting lagi dari pendaftaran ini adalah dengan pendaftaran
diharapkan dapat memberikan semacam kepastian hukum serta lebih
memudahkan dalam prosedur pengalihan haknya.
Hanya mengenai ciptaan yang tidak didaftarkan akan lebih sukar dan lebih
memakan waktu pembuktian hak ciptanya dari ciptaan yang didaftarkan. Dalam
hal ini pengumuman pertama suatu ciptaan diperlakukan sama dengan
pendaftaran.
Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008
-
Menurut Hutauruk ada dua unsur penting yang terkandung dari rumusan
pengertian hak cipta yang termuat dalam ketentuan Undang-Undang Hak Cipta
Indonesia, yaitu :
1. Hak yang dapat dipindahkan, dialihkan kepada pihak lain.
2. Hak moral yang dalam keadaan bagaimanapun, dan dengan jalan apapun tidak
dapat ditinggalkan daripadanya (mengumumkan karyanya, menetapkan
judulnya, mencantumkan nama sebenarnya atau nama samarannya dan
mempertahankan keutuhan atau integritas ceritanya).52
Untuk pelanggaran hak cipta dalam bentuk pembajakan lagu atau musik erat
kaitannya dengan Produser Rekaman Suara. Dimana berdasarkan Pasal 1 ayat 11
menyatakan bahwa Produser Rekaman Suara adalah : Orang atau badan hukum
yang pertama kali merekam dan memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan
perekaman suara atau perekaman bunyi, baik perekaman dari suatu pertunjukan
maupun perekaman suara atau perekaman bunyi lainnya.
Produser rekaman sepenuhnya memiliki hak atas rekaman suara (sound recording
right) tanpa mempengaruhi perlindungan hak cipta atas lagu d
top related