057011022

147
PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG HAK CIPTA TERHADAP PEMBAJAKAN HAK CIPTA LAGU ATAU MUSIK T E S I S Oleh : DWI ASTUTI 057011022 / M.Kn SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2008 Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository © 2008

Upload: didik-kurniawan-saputra

Post on 08-Nov-2015

10 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

057011022

TRANSCRIPT

  • PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG HAK CIPTA TERHADAP PEMBAJAKAN HAK CIPTA LAGU

    ATAU MUSIK

    T E S I S

    Oleh :

    DWI ASTUTI 057011022 / M.Kn

    SEKOLAH PASCA SARJANA

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    M E D A N

    2008

    Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008

  • PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG HAK CIPTA TERHADAP PEMBAJAKAN HAK CIPTA LAGU

    ATAU MUSIK

    T E S I S Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Dalam Program Kenotariatan Pada Sekolah Pasca Sarjana

    Universitas Sumatera Utara

    Oleh :

    DWI ASTUTI 057011022 / M.Kn

    SEKOLAH PASCA SARJANA

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    M E D A N

    2008

    Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008

  • PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG HAK CIPTA TERHADAP PEMBAJAKAN

    HAK CIPTA LAGU ATAU MUSIK

    Dwi Astuti1 Runtung Sitepu2

    T. Keizerina Devi A.3 Suhaidi2

    INTISARI Undang-Undang Hak Cipta yang terbaru yaitu Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002, memberikan perlindungan hukum hak cipta yang lebih ditingkatkan dari peraturan perundang-undangan sebelumnya. Pada masa sekarang kemajuan teknologi dan informasi, telah memberikan kontribusi yang demikian besar terhadap globalisasi perdagangan berbagai ciptaan-ciptaan yang termasuk HAKI. Dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat, menyebabkan hak cipta khususnya hak cipta lagu atau musik akhir-akhir ini semakin banyak mendapat sorotan. Hal ini mengingat semakin banyaknya praktek-praktek persaingan dagang yang tidak sehat berupa pelanggaran hak cipta di bidang lagu atau musik. Pelanggaran tersebut berupa pembajakan hak cipta lagu atau musik di mana alat atau media yang digunakannya ada yang berbentuk Compact Disc (CD) atau Video Compact Disc (VCD). Dengan munculnya pembajakan hak cipta tersebut sehingga timbul beberapa permasalahan mengenai bagaimana bentuk-bentuk pembajakan hak cipta lagu atau musik tersebut, bagaimana pengaturan mengenai bentuk-bentuk dan upaya penegak hukum terhadap pembajakan tersebut serta bagaimana peranan pemerintah dalam upaya penegakan hukum terhadap pembajakan tersebut. Pembajakan hak cipta lagu atau musik tersebut bisa meresahkan kemajuan perekonomian negara. Untuk membahas permasalahan tersebut di atas, maka penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif analitis, artinya bahwa penelitian ini termasuk lingkup yang menggambarkan, menelaah dan menjelaskan secara tepat serta menganalisa peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan hak cipta lagu atau musik. Pendekatan penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif, sumber data berupa data primer yaitu studi dokumen dan data sekunder dikumpulkan melalui studi kepustakaan dan dianalisis dengan pendekatan kualitatif, selanjutnya dilakukan proses pengolahan data yang di mulai dengan pengumpulan data yang relevan dengan permasalahan yang di bahas.

    1 Mahasiswa Sekolah Pasca Sarjana Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara 2 Guru Besar Universitas Sumatera Utara 3 Dosen Sekolah Pasca Sarjana Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara

    Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008

  • Hasil yang ditemukan adalah bentuk-bentuk pembajakan hak cipta lagu atau musik terbagi dalam berbagai kategori yaitu Pirate, Couterfeit,dan Bootleging. Pelanggaran dalam bidang hak cipta lagu atau musik memberikan sanksi tegas baik dari segi sanksi pidana maupun sanksi perdata berupa gugatan ganti rugi. Oleh karenanya untuk memberantas masalah pembajakan hak cipta lagu atau musik tersebut dibutuhkan campur tangan pemerintah dalam penegakkan hukumnya dengan bantuan dari pihak kepolisan, pihak kejaksaan dan juga bea cukai. Disarankan selain penegakan hukum yang dilakukan oleh pemerintah, peran serta masyarakat juga sangat berpengaruh besar dalam penegakkan hukumnya. Selain dilakukan sosialisasi akan pentingnya hak cipta juga menyadarkan masyarakat untuk tetap membeli Compact Disc (CD) atau Video Compact Disc (VCD) yang asli bukan yang bajakan. Kata Kunci : - Perlindungan Hukum - Pemegang Hak - Pembajakan - Hak Cipta Lagu atau Musik

    Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008

  • LEGAL PROTECTION OF COPYRIGHT HOLDER ON HIJACKING OF SONG OR MUSIC COPYRIGHT

    Dwi Astuti1 Runtung Sitepu2

    T. Keizerina Devi A.3 Suhaidi2

    ABSTRACT The newest law of copy right, i.e., the Law No. 19 of 2002, gives legal protection of copy right that is increased from regulation previously. Recently the development of technology and information, has given great contribution to globalization or trade for works including Intellectual Property Rights. In increasing of peoples need causes the copy right particularly the copy right of songs or music recently to have bigger attention. This is to remember the more practices of trade competition that is not healthy such as breaking of copy right in field of songs or music. The breaking is hijacking of copyright of songs or music in which tool or media used including Compact Disc (CD) or Video Compact Disc (VCD). In emergence of hijacking of copy right mentioned there is some problem about how the forms of copy right hijacking of song or music, how is the regulation about the forms and the attempt of law support againts the hijacking and what is the role of government in supporting the law againtsthe hijacking. The hijacking of copy right of song and music can make the development of state economy to be upset. To solve the problem above, so the research done is analytical descriptive, it means that this research is include in a scope to describe, manage, review and explain and analyze the regulation of law associated with the copy right of songs and music. The approach of this research is normative yuridical research, source of data including primary data and document study and secoundary data is collected by literature study and analized with qualitative approach, and then process of data is made beginning with collection of relevant data with the problem above. The result found is the form of hijacking to copy right includes category of Pirate, Couterfeit, ang Bootleging. The brekinging field of copy right of song or music gives assertive sanction either criminal or civil sanction or compensasion. Therefore to prevent the problem of hijacking the assitance of law must be form police, judge and custom. It is recommended that law supporting done by government, participation of people will also has big effect in the enforcement of law.

    1 Student of postgraduate school Notary Magister North Sumatera University 2 Professor of North Sumatera University 3 Lecturer of Postgraduate school Notary Magister North Sumatera University

    Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008

  • There is also socialization for importance of copy right and to make people aware about buying the Compact Disc (CD) or Video Compact Disc (VCD) of original set rather than hijacked one. Key Words :- Lagal Protection - Right holder - Hijacking - Copy right of song and music.

    Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008

  • KATA PENGANTAR

    Assalamualaikum Wr. Wb.

    Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan

    kepada kita semua, Rahmat dan Hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan

    tesis dengan judul :

    PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG HAK CIPTA TERHADAP

    PEMBAJAKAN HAK CIPTA LAGU ATAU MUSIK

    Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi

    untuk memperoleh gelar Magister Kenotariatan pada program studi Magister

    Kenotariatan Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.

    Dalam penulisan tesis ini penulis telah banyak mendapat bimbingan,

    pengarahan, bantuan dan pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan

    penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh Dosen Pembimbing yaitu

    kepada Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu SH, M.Hum, Ibu Dr. T. Keizerina Devi A.

    SH, CN, M.Hum, dan Bapak Prof. Dr. Suhaidi SH, MH yang telah banyak memberi

    bimbingan dan masukan demi kesempurnaan tesis ini. Terimakasih juga penulis

    sampaikan kepada komisi Penguji, Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin SH, MS, CN

    dan Bapak Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum atas saran dan masukan yang sangat

    berharga terhadap penulisan tesis ini.

    Selanjutnya ucapan terimakasih atas semua bimbingan, bantuan dan dorongan

    yang secara khusus penulis sampaikan kepada :

    1 Bapak Prof. Dr. Chairuddin P.Lubis DTM & H., SP.A(k)., selaku Rektor

    Universitas Sumatera Utara, atas fasilitas yang diberikan kepada kami untuk Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008

  • mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Studi Magister Kenotariatan

    Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.

    2 Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, Msc, selaku Direktur Sekolah Pasca Sarjana

    Universitas Sumatera Utara, atas diberikannya penulis kesempatan menjadi

    mahasiswa Sekolah Pasca Sarjana Program Studi Magister Kenotariatan.

    3 Ketua dan Staff Program Magister Kenotariatan Sekolah Pasca Sarjana

    Universitas Sumatera Utara yaitu kepada :

    - Bapak Prof Dr. Muhammad Yamin SH, MS, CN selaku Ketua Program Studi

    Magister Kenotariatan Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.

    - Ibu Dr. T. Keizerina Devi A., CN, M.Hum selaku Sekretaris Program Studi

    Magister Kenotariatan Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara .

    - Seluruh Staff Biro Program Studi Magister Kenotariatan Sekolah Pasca

    Sarjana Universitas Sumatera Utara.

    4 Bapak dan Ibu Guru Besar dan Staff Pengajar pada Program Studi Magister

    Kenotariatan Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara yang telah

    memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.

    5 Kedua orang tua tercinta, Kol (Purn) H. Soekarno dan Hj. Siti Hawa yang telah

    mencurahkan segenap doa, perhatian, cinta kasih, kesabaran dan sangat penulis

    sayangi, tesis ini penulis persembahkan terutama untuk mereka berdua.

    6 Kedua oarang tua tercinta Ir. Rejeki Sembiring dan Dra. Hj. Rosida Ginting yang

    telah memberikan perhatian dan mencurahkan segenap doa selama menuntut ilmu

    di Universitas Sumatera Utara sampai terselesaikannya tesis ini.

    Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008

  • 7 Buat suami tercinta Anda Sentika Sembiring dan anakku tersayang M. Dhafa

    Sembiring yang telah mendukung dalam penulisan tesisi ini.

    8 Abang tercinta Yoyok Eko Cahyono SE, beserta istri Indrika Rachmi SH, abang

    terkasih Andi Permana Kesuma Sembiring Spt, dan adikku Andrew Maulia

    Sembiring SH, terima kasih atas dukungannya.

    9 Sahabat dan seluruh teman-teman di Magister Kenotariatan : Egi, Osfar, Rico,

    Uli, Tika, Juni, Kak Nissa, Santy dan rekan-rekan lain angkatan 2005-2006.

    Akhirnya atas segala bantuan semua pihak semoga mendapat balasan yang

    setimpal dari Allah SWT. Harapan penulis semoga tesis ini dapat memberikan

    khasanah baru dan sumbangan yang bermanfaat dalam perkembangan Hak Cipta di

    Indonesia.

    Medan, Februari 2008

    Wassalam

    Penulis,

    Dwi Astuti, SH

    Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    LEMBAR JUDUL.

    LEMBAR PENGESAHAN ..

    INTISARI .. i

    ABSTRACT ... iii

    KATA PENGANTAR... v

    DAFTAR ISI.. viii

    DAFTAR TABEL . x

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang 1

    B. Perumusan Masalah 10

    C. Tujuan Penelitian. 10

    D. Manfaat Penelitian... 10

    E. Keaslian Penelitian.. 11

    F. Kerangka Teori dan Konsepsi. 12

    G. Metode Penelitian 49

    BAB II BENTUK-BENTUK PEMBAJAKAN HAK CIPTA LAGU

    ATAU MUSIK

    A. Latar Belakang Meningkatnya Kegiatan Pembajakan

    Hak CiptaLagu atau Musik. 51

    B. Bentuk-Bentuk Pembajakan Hak Cipta Lagu atau Musik 59

    C. Perbuatan Bukan Pelanggaran.. 68

    Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008

  • BAB III PENGATURAN MENGENAI BENTUK-BENTUK DAN

    UPAYA PENEGAK HUKUM TERHADAP PEMBAJAKAN

    HAK CIPTA LAGU ATAU MUSIK

    A. Ketentuan Pidana di Bidang Hak Cipta 72

    B. Gugatan Ganti Rugi .. 76

    C. Penetapan Sementara Oleh Pengadilan Niaga.. 79

    D. Perlunya Peraturan Pelaksana di Bidang Hak Cipta .. 85

    E. Analisa Kasus Pelanggaran Hak Cipta Lagu atau Musik

    Dalam Bentuk Video Compact Disc (VCD). 91

    BAB IV PERANAN PEMERINTAH DALAM UPAYA

    MENEGAKKAN HUKUM TERHADAP PEMBAJAKAN

    HAK CIPTA LAGU ATAU MUSIK

    A. Peranan Pemerintah Dalam Upaya Menegakkan Hukum

    Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu atau Musik . 96

    B. Peranan Kejaksaan Dalam Upaya Penegakkan Hukum

    Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu atau Musik .. 99

    C. Tugas Penyidik Dalam Tindak Pidana Hak Cipta 101

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan.. 118

    B. Saran. 119

    DAFTAR PUSTAKA.. 121

    Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008

  • DAFTAR TABEL

    Tabel 1 : Jenis Peraturan Perundang-Undangan Sebagai Pelaksana

    Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 ...86

    Tabel 2 : Data Pencegahan Barang Hak Cipta 113

    Tabel 3 : Data Pencegahan Barang Hak Cipta 113

    Tabel 4 : Data Perkara HAKI Tahun 2000 sampai Tahun 2002 .115

    Tabel 5 : Hasil Penindakan Terhadap Video Compact Disc (VCD) Ilegal.. . .115

    Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008

  • BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Rasa ingin tahu menyebabkan manusia berusaha untuk menemukan hal-hal

    yang baru, proses penemuan tersebut dilakukannya didalam suatu pola tertentu

    dengan harapan dapat terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasarnya baik material

    maupun spiritual.

    Berdasarkan pola prilaku tertentu yang berlaku dalam masyarakat itu, manusia

    menghasilkan kebudayaan sebagai hasil karya, rasa dan cipta untuk memenuhi

    kebutuhan-kebutuhannya itu. Rasa dan cipta masyarakat menghasilkan norma-norma

    dan ilmu pengetahuan, yang merupakan kebudayaan immaterial, sedang karya

    masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan yang diperlukan

    manusia untuk menguasai alam sekitarnya agar kekuatan serta hasilnya dapat

    diabadikan untuk keperluan masyarakat. Semua karya, rasa dan cipta ini dikuasai dari

    orang-orang yang menentukan kegunaannya agar sesuai dengan kepentingan sebagian

    besar atau seluruh warga di dalam masyarakat. Teknologi yang dihasilkan itu, yang

    merupakan salah satu unsur pokok dari kebudayaan suatu masyarakat, selalu

    berkembang terus mengejar perkembangan aneka kebutuhan para warganya.

    Kemajuan teknologi yang dicapai memberi pengaruh langsung maupun tidak

    langsung terhadap aspek-aspek kehidupan manusia, antara lain di bidang industri

    yang menghasilkan barang-barang kebutuhan primer seperti makanan, minuman,

    maupun barang-barang kebutuhan sekunder seperti mobil, televisi, Video Compact

    Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008

  • Disc (VCD). Dengan meningkatkan jenis maupun jumlah sirkulasi barang di dalam

    masyarakat menyebabkan permasalahan Hak Cipta pada akhir-akhir ini semakin

    banyak mendapat sorotan, khususnya dari kalangan pengusaha-pengusaha industri

    maupun masyarakat konsumen. Hal ini mengingat semakin banyaknya praktek-

    praktek persaingan dagang yang tidak sehat berupa pemalsuan, maupun pelanggaran

    Hak Cipta, padahal manusia itu berkepentingan agar benda atau hak yang dimilikinya

    itu tidak terganggu. Kesemuanya itu dirasakan sangat merugikan dan mempunyai

    sifat melawan hukum. Sedangkan Hak Cipta ini berperan sebagai motivasi untuk

    kegairahan dan kesinambungan mencipta pada khususnya dan juga memberikan iklim

    kondusif demi perkembangan kebudayaan manusia pada umumnya.

    Pada dasarnya, pelanggaran hak cipta terjadi apabila materi hak cipta tersebut

    digunakan tanpa izin dan harus ada kesamaan antara dua karya yang ada.3

    Dalam kehidupan sehari-hari dapat di lihat bahwa pelanggaran Hak Cipta telah

    merembes kesegala bidang kehidupan seperti pelanggaran Hak Cipta karya arsitektur,

    pelanggaran Hak Cipta buku, pelanggaran Hak Cipta segala bentuk seni, pelanggaran

    Hak Cipta ceramah, kuliah, pidato, pelanggaran Hak Cipta program komputer,

    pelanggaran Hak Cipta lagu atau musik, dan lain sebagainya. Mengenai pelanggaran

    Hak Cipta di bidang lagu atau musik juga terjadi banyak sekali pelanggaran

    pelanggaran media atau alat, yang digunakannya pun banyak sekali bentuknya. Alat

    atau media yang digunakan pada dasarnya bisa berbentuk kaset maupun Cakram

    3 Endang Purwaningsih, Perkembangan Hukum Intellectual Property Rights, Jakarta, Ghalia

    Indonesia, 2005, hal. 6. Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008

  • Optik seperti : Compact Disc (CD) , Video Compact Disc (VCD), ataupun Digital

    Video Disc (DVD).

    Permasalahan ini terus saja banyak terjadi, hingga saat ini belum juga

    ditemukan bagaimana cara untuk menanggulangi terhadap banyaknya kasus-kasus

    pelanggaran Hak Cipta, khususnya pelanggaran Hak Cipta di bidang lagu atau musik,

    terutama media atau alat yang digunakan yang berbentuk kaset, Compact Disc,

    Digital Video Disc, Video Compact Disc. Motivasi didalam melakukan pelanggaran

    Hak Cipta dibidang lagu atau musik ini, terutama untuk kepentingan dagang berupa

    keuntungan finansial, yang membawa akibat sebagai berikut :4

    1. Secara Immateril Moral right pengusaha rekaman sebagai pemegang hak cipta seolah-oleh diambil alih, karena para pelanggar hak cipta lagu atau musik tersebut memalsukan nama si pengusaha pada Video Compact Disc bajakannya, menggandakannya dan kemudian mengedarkannya.

    2. Secara Material Mengurangi penghasilan dari si pengusaha, karena daya beli masyarakat menjadi menurun, hal ini dikarenakan adanya Video Compact Disc bajakan tersebut, yang harganya jauh lebih murah. Ini dikarenakan para pelanggar hak cipta tidak mengeluarkan biaya perusahaan, honorarium, pajak dan sebagainya. Mereka semata-mata hanya harus mengeluarkan ongkos produksi. Di sini terlihat bahwa bukan hanya pengusaha rekaman saja yang merasa drugikan, melainkan juga merugikan negara, karena paja yang seharusnya masuk ke dalam kas negara, maka dengan hal ini mereka tidak membayar pajak. Yang mana uangnya mengendap di kantong para pelaku pelanggar hak cipta lagu atau musik.

    Dampak dari pelanggaran Hak Cipta ini disamping akan merusak tatanan masyarakat

    pada umumnya, juga akan mengakibatkan lesunya gairah untuk berkarya di bidang

    ilmu pengetahuan, seni dan sastra. Dampak lainnya yang ditimbulkan adalah

    4 Aksi Pembajakan Makin Menjadi, Kompas, 22 Februari 2002,

    http://www.kompas.co.id,file:///D:/Kompas%20Onlinekompashttp--www_kompas-co-id.htm, diakses pada tanggal 3 Maret 2007 Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008

  • berkurangnya penghasilan negara berupa pajak penghasilan yang seharusnya di bayar

    oleh pemegang Hak Cipta.5

    Permasalahan pelanggaran Hak Cipta di bidang lagu atau musik ini, di mulai

    tahun 1990 an yang terlihat dari banyaknya beredar kaset, Compact Disc ataupun

    Video Compact Disc yang berisi penyanyi dari dalam dan luar negeri yang di jual

    sebagai hasil kopi bajakan. Kemudian persoalan ini memudar karena para penyanyi,

    pencipta lagu dan para produser ramai-ramai melakukan protes dan mengancam

    menggugat secara hukum bagi siapapun yang memperbanyak kaset, Compact Disc,

    ataupun Video Compact Disc lagu atau musik secara ilegal. Namun, langkah para

    seniman musik untuk memberantas kegiatan ilegal itu hanya menghentikan sesaat

    masalah pembajakan. Buktinya, akhir-akhir ini kembali beredar kaset, Compact Disc,

    Video Compact Disc lagu atau musik bajakan. Bahkan, tidak sulit menemukan

    pedagang kaki lima di pinggir jalan yang menawarkan kaset-kaset, Compact Disc.

    Video Compact Disc lagu atau musik bajakan yang sudah pasti harganya jauh lebih

    murah dibandingkan dengan harga toko. Bukan hanya itu, pembajakan juga

    bertambah banyak dengan munculnya, Compact Disc, Video Compact Disc, maupun

    Digital Video Disc lagu atau musik bajakan. Diperkirakan, sekitar 98% Video

    Compact Disc dan Compact Disc lagu atau musik yang beredar di Indonesia adalah

    produk bajakan.6

    5 Insan Budi Maulana, Ridwan Khairandy, Nurjihad, Kapita Selekta Hak Kekayaan

    Intelektual I, Yogyakarta-jakarta, Pusat Studi Hukum VII Yogyakarta bekerja sama dengan Yayasan Klinik HAKI Jakarta, 2 000, hal. 189.

    6 Pembajakan Pekerjaan Rumah Yang Belum Tuntas, Tempo, 18 Mei 2002, http://www.Tempo.co.id, file:///Tempo%20 Online%20%20http--www_tempo_co_id.htm, diakses pada tanggal 3 Maret 2007 Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008

  • Barang-barang dengan kategori bajakan saat ini memang ada dimana-mana,

    harganya murah, dan kualitasnya tidak kalah dengan produk aslinya. Hanya 15%

    responden yang mempertimbangkan soal keaslian produk ketika membeli barang.7

    Tindakan memperbanyak produk atau karya seseorang tanpa izin dari

    pemegang hak ciptanya atau pembajakan sudah bukan rahasia umum lagi. Hampir

    semua responden tahu bahwa berbagai perangkat lunak dari rekaman musik yang

    beredar di Indonesia mayoritas adalah bajakan.

    Banyaknya barang bajakan yang beredar juga memberikan keuntungan bagi

    masyarakat. Harus diakui, berkat pembajakan, produk atau karya-karya baru yang

    berkualitas bisa dinikmati oleh hampir semua kalangan masyarakat. Karena harga

    yang ditawarkan sangat miring sehingga mampu di jangkau oleh kalangan

    berpenghasilan rendah sekalipun.

    Bayangkan, harga satu keping Compact Disc atau Video Compact Disc yang

    berkisar Rp. 50.000,- (lima puluh ribu rupiah) hingga Rp, 100.000,- (seratus ribu

    rupiah), misalnya versi bajaknnya di banderol hanya Rp. 10.000,- (sepuluh ribu

    rupiah). Begitu juga dengan Digital Video Disc yang versi originalnya berkisar Rp.

    150.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah) di kalangan pembajak dihargai hanya Rp.

    6.000,- (enam ribu rupiah).8

    Melihat pada besarnya keuntungan yang akan di peroleh rekaman kaset,

    Compact Disc, Video Compact Disc lagu atau musik, maka banyak orang yang

    7 Barang Bajakan, Dilarang tetapi Dirindukan, Kompas (2 Juli 2005),

    http://www.Kompas.co.id,file///D:/Barang%20Bajakan,%20Dilarang%20tetapi%Dirindukan%, diakses pada tanggal 3 Maret 2007.

    8 Ibid. Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008

  • kemudian terjun didalamnya. Akan tetapi tidak semua dari mereka itu yang

    menjalankan usahanya berdasarkan prosedur hukum yang berlaku. Banyak diantara

    mereka ini yang menjalankan usaha mereka secara melawan hukum, dengan cara

    menggandakan rekaman kaset, Video Compact Disc maupun Compact Disc lagu atau

    musik yang telah di peroleh para pengusaha rekaman melalui prosedur yang berlaku

    dan kemudian para pembajak menggandakannya kembali dengan cara yang ilegal.

    Disini berarti, bahwa pihak Produser Rekaman Suara telah memperoleh Surat Izin

    Produksi berupa izin untuk setiap pembuatan rekaman. Yang mana surat izin

    tersebutlah yang bersangkutan sebagai pemegang hak cipta atas Video Compact Disc

    maupun Compact Disc lagu atau musik tersebut. Kemudian para pembajak

    menggunakannya dengan cara yang ilegal atau melanggar hukum.

    Melalui gambaran tersebut, wajar jika produk-produk bajakan menjadi laris di

    pasaran karena peminatnya banyak. Dari jajak pendapat ini banyak juga responden

    yang mengaku pernah membeli perangkat lunak rekaman musik dan film, seperti

    Compact Dics, Video Compact Disc, atau Digital Video Disc.

    Pencurian hak cipta yang terjadi melalui pembajakan tidak saja merugikan

    para pencipta atau pemegang hak cipta, tetapi juga negara karena pemasukan dari

    pajak menjadi berkurang. Wajar saja kalau para pemegang hak cipta terutama untuk

    produk-produk berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi gerah lantaran

    produk mereka diperbanyak tanpa lisensi atau izin dari mereka. Indonesia ditengarai

    Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008

  • merupakan negara pembajak terbesar ketiga di Asia Pasifik setelah China dan

    Vietnam.9

    Menyangkut Hak Kekayaan Intelektual (HKI), khususnya mengenai masalah

    pembajakan hak cipta lagu dalam bentuk kaset, Compact Disc, maupun Video

    Compact Disc sebenarnya menjadi tugas pemerintah untuk diselesaikan. Meskipun

    demikian, masyarakat tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah saja, karena saat ini

    pekerjaan rumah pemerintah sudah terlampau banyak. Paling tidak usaha

    menyelesaikan masalah ini juga harus di bantu oleh para pemegang Hak Cipta lagu

    atau musik itu sendiri termasuk dari masyarakat, berupa sosialisasi mengenai

    pentingnya penghargaan atas Hak Kekayaan Intelektual, tetapi jika kredibilitas

    pemerintah sudah kurang, maka diharapkan para pemegang Hak Cipta yang

    menyelesaikannya.

    Upaya memberantas pembajakan atau setidaknya mengurangi tingkat

    keparahan, bukan tidak pernah dilakukan pemerintah. Beberapa bulan terakhir ini,

    pemerintah yang bekerja sama dengan aparat penegak hukum melakukan tindakan

    hukum berupa penyitaan Video Compact Disc lagu atau musik bajakan dari para

    pengedar maupun penggandaannya.10 Di negara manapun, kasus-kasus pembajakan

    selalu ada dan tidak bisa di berantas sampai habis. Pemerintah paling hanya bisa

    meminimalkan agar pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual bisa dikurangi.

    Di Indonesia sendiri, upaya menegakkan hukum atas kasus pelanggaran Hak

    Atas Kekayaan Intelektual masih lemah, hal ini dapat di lihat dengan adanya

    9 Ibid. 10 Tempo, Op.cit.

    Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008

  • pembajakan-pembajakan Compact Disc maupun Video Compact Disc yang masih

    marak terjadi di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Banyaknya kasus pelanggaran

    Hak Atas Kekayaan Intelektual di Indonesia, jika tidak ditangani dengan segera,

    dikhawatirkan selain dapat mengancam reputasi Indonesia di mata Internasional, juga

    akan menghambat masuknya investasi. Sebaliknya, juga akan menyulitkan ekspor

    produk-produk buatan Indonesia.

    Semakin banyaknya pelanggaran Hak kekayaan Inetelektual di berbagai

    bidang dapat menghambat pengembangan-pengembangan dan penelitian-penelitian

    terhadap sesuatu yang baru. Bisa saja, orang enggan melakukan penelitian

    penelitian untuk bisa menghasilkan suatu penemuan karya baru, karena merasa karya

    atau penemuan mereka tidak dihargai.

    Sebagaimana diketahui, sebagian besar hak cipta perangkat teknologi keras

    dan lunak yang beredar di Indonesia saat ini di pegang oleh negara-negara asing,

    terutama Amerika Serikat (AS).11 Produk-produk tersebut tidak saja beredar di

    Indonesia, tetapi juga menjalar ke seluruh dunia sebagai konsekunesi dari sistem

    pasar bebas.

    Keberadaan hak cipta di balik sebuah produk yang dijual sebenarnya sudah

    banyak disadari publik. Mayoritas responden 85 % (delapan puluh lima persen)

    dalam jajak pendpat ini juga mengetahui bahwa produk-produk perangkat lunak yang

    mereka beli selama ini sesungguhnya memiliki hak cipta.12 Sayangnya dalam praktik,

    ketika hendak membeli atau mengkonsumsi barang, konsumen sering kali tidak

    11 Barang Bajakan, Dilarang tetapi Dirindukan, Kompas, Op.Cit. 12 Ibid.

    Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008

  • meperdulikannya. Persoalan harga menjadi pertimbangan penting meskipun kualitas

    barang adalah yang paling utama.

    Pada saaat sekarang ini, banyak anggota masyarakat tidak mau tahu soal pelik

    rumitnya kegiatan penelitian pengembangan suatu produk. Dan masyrakat cenderung

    kurang peduli terhadap jerih payah seseorang dalam menemukan suatu karya, entah

    itu karya teknologi maupun karya seni. Sikap kurang peduli macam ini, menunjukkan

    betapa rendahnya penghormatan terhadap hasil jerih payah orang lain. Oleh karena

    itu, untuk memberantas palanggaran Hak Cipta diperlukan suatu kesungguhan di

    negara kita ini, khususnya di jajaran kabinet, aparat penegak hukum, tokoh dunia

    usaha, tokoh pendidikan dan tokoh masyarakat lainnya, dimana dalam hal ini kita

    semua harus konsern terhadap masalah pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual yang

    sangat merugikan bangsa.

    Dari beberapa masalah yang terjadi dan telah penulis paparkan di atas, maka

    penulis tertarik menulis tesis ini dengan judul Perlindungan Hukum Pemegang Hak

    Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik

    B. Pokok Permasalahan

    Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan yang menjadi

    pokok permasalahan adalah :

    1. Bagaimana bentuk-bentuk pembajakan Hak Cipta Lagu atau Musik ?

    2. Bagaimana pengaturan mengenai bentuk-bentuk dan upaya penegak hukum

    terhadap pembajakan Hak Cipta Lagu atau Musik ?

    3. Bagaimana peranan pemerintah dalam upaya menegakkan hukum terhadap

    pembajakan Hak Cipta Lagu atau Musik ? Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008

  • C. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan diatas maka tujuan yang

    hendak di capai dalam penelitian ini adalah :

    1. Untuk mengatahui bagaimana bentuk-bentuk pembajakan Hak Cipta Lagu

    atau Musik.

    2. Untuk mengetahui bagaimana pengaturan mengenai bentuk-bentuk dan upaya

    hukum penegak hukum terhadap pembajakan Hak Cipta Lagu atau Musik.

    3. Untuk mengetahui peranan pemerintah dalam upaya menegakkan hukum

    terhadap pembajakan Hak Cipta Lagu atau Musik.

    D. Manfaat Penelitian

    Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis maupun

    praktis yaitu :

    1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

    kajian lebih lanjut khasanah ilmu pengetahuan hukum khususnya Hak Cipta

    Lagu atau Musik.

    2. Secara Praktis, hasil penelitian ini diharapakan dapat bermanfaat untuk

    memberikan informasi kepada masyarakat dan pemegang Hak Cipta tentang

    banyaknya pembajakan lagu atau musik di Indonesia.

    E. Keaslian Penelitian

    Berdasarkan informasi yang tersedia dan penelusuran kepustakaan di

    lingkungan Universitas Sumatera Utara Medan, khususnya di lingkungan

    kepustakaan Magister Kenotariatan, sudah pernah beberapa penelitian yang mengkaji

    tentang Hak Cipta antara lain : Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008

  • 1 Penelitian yang dilakukan oleh Saudari Lasmauli Sylvia Riolina, Mahasiswi

    Program Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, dengan judul

    Perlindungan Hak Bagi Pencipta Lagu ditinjau dari Undang-Undang Hak Cipta

    Nomor 19 Tahun 2002, penelitian ini menitikberatkan pembahasannya mengenai

    masalah pelanggaran dalam bentuk pemberian royalti ciptaan lagu.

    2 Penelitian yang dilakukan oleh Saudara Erwin Cahaya, Mahasiswa Program

    Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, dengan judul Penegakan

    Hukum Terhadap Pelanggaran Hak Cipta Atas Program Komputer di Indonesia,

    penelitian ini menitikberatkan pembahasannya mengenai masalah pembajakan

    software atas program komputer di Indonresia.

    3 Penelitian yang dilakukan oleh Saudari Ratna Arminda, Mahasiswa Program

    Magister Kenotariatan, dengan judul Pembajakan Atas Karya Cipta Dalam

    Bentuk Cakram Optik Ditinjau dari Undang-Undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun

    2002, penelitian ini menitikberatkan pembahasannya mengenai masalah

    penggandaan sarana cakram optik yang sering dijadikan pelanggaran dalam kasus

    hak cipta.

    Berdasarkan uraian di atas, peneliti belum menemukan kajian penelitian yang

    persis sama secara spesifik dengan beberapa judul penelitian yang telah dikemukakan

    di atas, dalam penelitian yang berjudul Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta

    Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu atau Musik, penelitian ini menitikberatkan

    pembahasannya mengenai pembajakan Hak Cipta Lagu atau Musik dalam bentuk

    Compact Disc maupun Video Compact Disc . Dengan demikian penelitian ini dapat

    dikatakan asli dan dapat dipertanggung jawabkan keasliannya secara akademis. Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008

  • F. Kerangka Teori Dan Konsepsi

    Dalam penelitian hukum, adanya kerangka konsepsional dan landasan atau

    kerangka teoritis menjadi syarat yang penting. Dalam kerangka konsepsional

    diungkapkan beberapa konsepsi atau pengertian yang akan dipergunakan sebagai

    dasar penelitian hukum, dan di dalam landasan / kerangka teoritis diuraikan segala

    sesuatu yang terdapat dalam teori sebagai suatu sistem aneka theorema atau

    ajaran.13

    Kerangka teori adalah merupakan kerangka berfikir lebih lanjut terhadap

    masalah-masalah yang diteliti. Sebelum peneliti mengetahui kegunaan dari kerangka

    teori, maka peneliti perlu mengetahui terlebih dahulu mengenai arti teori. Menurut

    Bintoro Tjokroamidjojo dan Mustofa Adidjoyo teori diartikan sebagai ungkapan

    mengenai hubungan kausal yang logis diantara perubahan (variabel) dalam bidang

    tertentu, sehingga dapat digunakan sebagai kerangka fikir (frame of thinking) dalam

    memahami serta menangani permasalahan yang timbul di dalam bidang tertentu.14

    Dari teori diatas dapat disimpulkan bahwa maksud kerangka teori adalah

    pengetahuan yang diperoleh dari tulisan dan dokumen serta pengetahuan kita sendiri

    yang merupakan kerangka dari pemikiran dan sebagai lanjutan dari teori yang

    bersangkutan, sehingga teori penelitian dapat digunakan untuk proses penyusunan

    maupun penjelasan serta meramalkan kemungkinan adanya gejala-gejala yang timbul.

    13 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,

    Ed. 1, Cet. 7, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2003, hal. 6 14 Bintoro Tjokroamidjojo dan Mustofa Adijoyo, Teori dan Strategi Pembangunan Nasional,

    Jakarta, CV. Haji Mas Agung, 1988, hal 12. Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008

  • Dalam hal ini fungsi kerangka teori selaras dengan apa yang digunakan oleh

    Sugiyono bahwa teori-teori yang relevan dapat digunakan untuk menjelaskan

    tentang variabel yang akan diteliti. Setara sebagai dasar untuk memberi jawaban

    sementara terhadap masalah yang diajukan.15

    Berangkat dari dasar pemikiran tentang ciptaan-ciptaan atau karya cipta,

    sudah sewajarnya apabila negara menjamin sepenuhnya perlindungan segala macam

    ciptaan yang merupakan karya intelektual manusia sebagai produk olah pikirnya baik

    di bidang ilmu pengetahuan, maupun seni dan sastra.

    Kerangka atau dasar pemikiran diberikannya kepada seorang individu

    perlindungan hukum terhadap ciptaannya bermula dari teori yang tidak lepas dari

    dominasi pemikiran Mazhab atau Doktrin Hukum Alam yang menekankan pada

    faktor manusia dan penggunaan akal seperti yang di kenal dalam Sistem Hukum Sipil

    yang merupakan sistem hukum yang dipakai di Indonesia.16

    Pengaruh Mazhab Hukum Alam ini terhadap seorang individu yang

    menciptakan berbagai ciptaan yang kemudian memperoleh perlindungan hukum atas

    ciptaan yang merupakan kekayaan intelektual.

    Berdasarkan Pasal 27 ayat 1 Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia

    yang menetapkan : Setiap orang mempunyai hak sebagai pencipta untuk mendapat

    perlindungan atas kepentingan-kepentingan moral dan material yang merupakan hasil

    dari ciptaannya di bidang ilmu pengetahuan, sastra dan seni.17

    15 Sugiyono, Metode penelitian Administrasi, Bandung, Alfa Beta, 1983, hal. 200. 16 Eddy Damian, Hukum Hak Cipta, Edisi ke-2 Cetakan ke-3, Bandung, Alumni, 2005, hal.17.

    Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008

  • Dengan adanya pengakuan secara universal ini, sudah tidak diragukan lagi

    bahwa suatu ciptaan mempunyai manfaat bagi kehidupan manusia dan mempunyai

    nilai ekonomi sehingga menimbulkan adanya tiga macam konsepsi :

    1. Konsepsi kekayaan:

    2. Konsepsi Hak;

    3. Konsepsi Perlindungan hukum.

    Kehadiran tiga konsepsi ini lebih lanjut menimbulkan kebutuhan adanya

    pembangunan hukum dalam bentuk pelbagai perundang-undangan misalnya

    mengenai HAKI. Tentang pembangunan hukum ini, Mochtar Kusumaatmadja

    mempunyai pendapat dan pemikiran bahwasanya hukum adalah sebagai sarana bagi

    pembangunan dan sarana pembaharuan masyarakat.18 Pendapatnya yang demikian ini

    bertolak dari pandangan tentang fungsi hukum dalam masyarakat yang dapat

    dikembalikan pada pertanyaan dasar : Apakah tujuan hukum itu ?

    Jawaban atas pertanyaan yang diajukan itu adalah bahwa : pada analisis

    terakhir tujuan pokok daripada hukum, apabila akan direduksi pada suatu hal saja,

    adalah ketertiban (order).19 Disamping ketertiban, tujuan lain daripada hukum adalah

    tercapainya keadilan yang berbeda-beda sisi dan ukurannya menurut masyarakat dan

    zamannya. Untuk mencapai kepastian dalam suatu masyarakat, diperlukan adanya

    kepastian dalam suatu masyarakat yang teratur. Tanpa kepastian hukum dan

    ketertiban masyarakat yang dijelmakan olehnya tidak mungkin mengembangkan

    18 Mochtar Kusumaatmadja, Konsep-Konsep Hukum Dalam Pembangunan, Bandung,

    Alumni, 2002, hal. 13-14. 19 Eddy Damian, Op.Cit., hal. 19.

    Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008

  • bakat-bakat dan kemampuan yang diberikan Tuhan kepadanya secara optimal di

    dalam masyarakat tempat ia hidup.

    Selaras dengan pemikiran diatas, dapat diketahui bahwa pengembangan bakat-

    bakat dan kemampuan manusia memerlukan adanya upaya-upaya untuk mewujudkan

    termasuk melalui penumbuhan pelbagai aturan yang mendukungnya sehingga

    tercapai suatu kepastian hukum. Penumbuhan pelbagai aturan ini diperlukan sehingga

    timbullah sikap dan kebutuhan masyarakat yang memberi penghargaan,

    penghormatan, dan perlindungan terhadap bakat-bakat dan kemampuan yang dimiliki

    seseorang, yang diwujudkan dalam bentuk karya.20 Termasuk didalamnya berbagai

    kekayaan intelektual yang lebih besar, lebih baik dan lebih banyak yang timbul atau

    lahir dari kemampuan intelektual manusia sebagai refleksi kepribadiannya (alter-

    egonya)

    Untuk mewujudkan iklim yang kondusif bagi peningkatan semangat atau

    gairah untuk menghasilkan kemampuan intelektual manusia, menumbuhkan suatu

    kebutuhan yaitu perlindungan hukum. Kebutuhan akan perlindungan hukum ini

    sebenarnya adalah wajar.

    Di balik perlindungan terhadap hak cipta ada serangkaian pemikiran

    konsepsional yang dapat diuraikan , bahwa pemilik hak cipta telah mencurahkan

    karya, pikiran, tenaga, dan dana untuk memperoleh kekayaan tersebut . Apabila

    kekayaan intelektual tersebut digunakan untuk maksud komersial , maka dianggap

    wajar bila pemilik hak cipta tersebut memperoleh kompensasi dari pengguna

    kekayaan tadi.

    20 Ibid., hal. 20. Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008

  • Secara simplisitis, pertama, bentuk penggunaan komersial dari kekayaan

    intelektual dapat dilakukan langsung oleh pemilik kekayaan kekayaan intelektual

    tersebut. Dengan demikian, maka pemilik memperoleh kompensasi secara langsung

    bagi dirinya. Kedua, pemilik dapat menjual atau memperoleh kompensasi finansial

    dengan memperbolehkan penggunanaan kekayaan intelektual tersebut kepada orang

    lain. Ketiga, pemilik hak kekayaan intelektual tersebut dapat mencegah pihak lain

    memperoleh dan mempergunakannya. 21

    Pemikiran tadi telah menjadi titik awal kesadaran masyarakat internasional,

    regional, dan domestik akan pentingnya memberikan penghargaan, berupa

    perlindungan hukum terhadap hak atas kekayaan intelektual.

    Perlindungan hak atas kekayaan intelektual juga sebagai bentuk pengakuan

    hak azasi manusia seseorang bahwa setiap orang memiliki hak untuk mendapatkan

    perlindungan (untuk kepentingan moral dan materil) yang diperoleh dari ciptaan

    ilmiah, kesusteraan atau artistik dalam hal dia sebagai pencipta. Kepentingan moral

    ini direfleksikan dengan tersedianya hak moral dalam hak kekayaan intelektual yang

    tidak dapat dicabut dari pencipta.22

    Hak cipta sebagai salah satu kekayaan intelektual telah dikenal sejak lama.

    Namun ironisnya, pelanggaran akan hak cipta ini lebih banyak terjadi dibanding

    kekayaan intelektual lainnya. Oleh karena itu, hak cipta merupakan salah satu hak

    21 Ahmad M. Ramli, Fathurahman P., Film Independen (Dalam Perspektif Hukum Hak Cipta

    dan Hukum Perfilman Indonesia), Bandung, Ghalian Indonesia , 2004, hal.17. 22 Tim Lindsey, Eddy Damian, Simon Butt, Tomi Suryo Utomo, Hak Kekayaan Intelektual

    Suatu Pengantar, Bandung, PT. Alumni Bekerjasama dengan Asian Law Group Pty Ltd., 2003, hal. 14. Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008

  • atas kekayaan intelektual yang sangat rentan dieksploitasi sehingga diperlukan

    pengaturan komprehensif disetiap negara sebagai langkah antisipatif.

    Perlindungan dan penegakan hukum hak atas kekayaan intelektual ditujukan

    untuk memacu penemuan baru dibidang teknologi dan untuk memperlancar alih serta

    penyebaran teknologi, dengan tetap memperhatikan kepentingan produsen dan

    pengguna pengetahuan tentang teknologi dan dilakukan dengan cara yang menunjang

    kesejahteraan sosial dan ekonomi serta keseimbangan antara hak dan kewajiban.

    Globalisasi yang juga identik dengan kompetisi dan sekaligus transparansi

    memberi pengaruh yang sangat besar terhadap perlindungan hak atas kekayaan

    intelektual karena, pertama, bahwa perlindungan hak atas kekayaan intelektual secara

    memadai akan mendorong terjadinya kompetisi yang sehat dan sebaliknya,

    perlindungan yang buruk di bidang ini justru akan melahirkan persaingan curang

    (unfair competition). Kedua, bahwa globalisasi perdagangan juga menuntut

    transparansi di bidang hukum , termasuk di bidang hak atas kekayaan intelektual,

    peraturan perundang undangan yang baik dan dapat melindungi pemilik hak atas

    kekayaan intelektual secara memadai serta sikap konsisten pengadilan dan aparat

    dalam penegakan hukum (law enforcement) atas ketentuan-ketentuan tersebut akan

    menjadi salah satu obyek monitoring internasional, sehingga kelemahan di bidang ini

    akan menjadi salah satu alasan keraguan untuk menentukan investasi, bahkan dapat

    dijadikan dasar tindakan-tindakan balasan negara yang merasa dirugikan, berupa

    sanksi-sanksi di bidang ekonomi dan perdagangan.23

    23 Ahmad M. Ramli, Fathurahman P., Op.Cit, hal. 14. Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008

  • Hukum hak atas kekayan intelektual adalah hukum yang mengatur

    perlindungan bagi para penciptanya dan penemuan karya-karya inovatif sehubungan

    dengan pemanfaatan karya-karya mereka secara luas dalam masyarakat. Karena itu,

    tujuan hukum hak atas kekayaan intelektual adalah menyalurkan kreativitas individu

    untuk kemanfaatan manusia secara luas. Sebagai suatu hak eksklusif, hak atas

    kekayaan intelektual secara umum mendapatkan tempat yang sama dengan hak-hak

    milik lainnya.

    Beberapa alasan mengapa hak atas kekayaan intelektual harus dilindungi

    dapat dikemukakan sebagai berikut :

    Pertama, bahwa kepada pencipta di bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra

    ataupun penemu di bidang teknologi baru yang mengandung langkah inventif serta

    dapat diterapkan dalam industri, diberikan suatu penghargaan dan pengakuan serta

    perlindungan hukum atas keberhasilan upayanya dalam melahirkan ciptaan baru itu.24

    Dengan demikian, atas usaha dari pencipta ataupun penemu yang telah mengeluarkan

    tenaga, pikiran, waktu, dan biaya yang tidak sedikit jumlahnya, kepadanya layak

    diberikan hak-hak eksklusif untuk mengeksploitasi hak cipta guna meraih kembali

    apa yang telah dikeluarkannya. Dengan demikian, insentif harus diberikan untuk

    merangsang kreativitas dalam upaya menciptakan karya-karya baru di bidang

    teknologi. Hal ini juga sejalan dengan prinsip bahwa hak atas kekayaan intelektual

    merupakan alat untuk meraih dan mengembangkan ekonomi.

    Kedua, bahwa hak atas kekayaan intelektual yang merupakan hasil ciptaan

    atau penemuan bersifat rintisan, membuka kemungkinan risiko pihak lain akan dapat

    24 Ibid., hal. 15. Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008

  • melampaui atau mengembangkan lebih lanjut penemuan yang dihasilkan oleh

    penemu.25 Oleh karenanya, penemuan penemuan mendasar itu pun harus

    dilindungi, meskipun mungkin belum bisa memperoleh perlindungan di bawah

    hukum paten, tetapi dapat dikategorikan sebagai rahasia dagang atau informasi yang

    dirahasiakan. Hak atas kekayaan intelektual memiliki lingkup yang luas di mana di

    dalamnya tercukup karya-karya kreatif di bidang hak cipta (copyright) dan hak-hak

    terkait serta hak milik industri (industrial property).

    Ketiga, bahwa pada bidang tertentu, seperti paten pada dasarnya terbuka, artinya

    penemunya berkewajiban untuk menguraikan atau membeberkan penemuannya

    dengan cukup jelas dan terperinci, sehingga orang lain dapat belajar atau

    melaksanakan penemuan tersebut, sebagai imbalannya kepada penemu diberikan

    hak eksklusif untuk dalam jangka waktu tertentu melakukan eksploitasi atas

    penemuannya.26

    Bertolak dari uraian tersebut di atas, situasi pada masa kini sangat kondusif bagi

    penciptaan suatu kepastian hukum dan pengayoman atau perlindungan hukum

    yang berintikan keadilan dan kebenaran, sehingga pembangunan hukum pada

    umumnya, dan perlindungan Hak Atas Kekayaan Intelektual pada khususnya

    perlu segera ditingkatkan lebih cepat menuju terwujudnya sistem hukum nasional

    yang menyeluruh dan terpadu.

    25 Ibid., hal 15 26 Ibid., hal. 15.

    Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008

  • Dalam rangka pemikiran yang demikian, tidaklah terlalu berlebihan untuk

    meneliti kembali apakah perlindungan hukum pada tingkat nasional terhadap Hak

    Atas Kekayaan Intelektual khususnya hak cipta, berdasarkan beberapa perundang-

    undangan nasional terutama Undang-Undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002,

    telah berhasil dan sesuai dengan kaidah-kaidah hukum yang berlaku.

    1. Latar Belakang Munculnya Hak Kekayaan Intelektual

    Istilah hak atas kekayaan intelektual merupakan terjemahan dari istilah

    Intellectual Property Rights (Bahasa Inggris). Sedangkan istilah hak atas milik

    intelektual merupakan terjemahan dari istilah intellectuele eigendomsrecht

    (Bahasa Belanda) dalam sistem hukum Kontinental.27

    Menurut Ahmad M. Ramli bahwa milik atau kepemilikan lebih tepat digunakan

    dari pada kata kekayaan karena pengertian hak milik memiliki ruang lingkup

    lebih khusus dibandingkan dengan istilah kekayaan menurut sistem hukum kita,

    hukum harta kekayaan itu meliputi hukum kebendaan dan hukum perikatan.

    Intellectual Property Rights merupakan kebendaan immaterial yang juga menjadi

    objek hak milik sebagaimana di atur dalam hukum kebendaan. Karena itu lebih

    tepat kalau kita menggunakan istilah Hak atas Kepemilikan Intelektual (HAKI)

    pada istilah Hak atas Kekayaan Intelektual.28

    27 Menurut Abdulkadir Muhammad dalam bukunya yang berjudul Kajian Hukum Ekonomi

    Hak Kekayaan Intelektual menyatakan Hak Kekayaan Intelektual adalah kekayaan bagi pemiliknya.Kekayaan tersebut dapat dialihkan pemanfaatan atau penggunaannya kepada pihak lain, sehingga pihak lain itu memperoleh manfaat dari Hak Kekayaan Intelektual tersebut. Hak pemanfaatan atau penggunaan ini di sebut hak yang diperoleh karena izin (lisensi) dari pemiliknya.

    28 Ahmad M. Ramli, Hak atas Kepemilikan Intelektual : Teori Dasar Perlindungan Rahasia Dagang, Bandung, CV. Mandar Maju, 2000, hal. 23. Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008

  • Istilah Property Rights diterjemahkan dengan istilah Hak atas Kekayaan

    Intelektual yang berarti suatu hak atas milik yang berada dalam ruang lingkup

    kehidupan teknologi, ilmu pengetahuan maupun seni dan sastra, pemilikannya

    bukan terhadap barangnya melainkan terhadap hasil kemampuan intelektual

    manusianya, diantaranya berupa ide.

    Munculnya Hak Kekayaan Intelektual sebagai bahan pembicaraan dalam tataran

    nasional, regional dan bahkan internasional tidak lepas dari pembentukan

    organisasi perdagangan dunia World Trade Organisation (WTO). Pembentukan

    WTO sendiri mempunyai sejarah yang cukup panjang, yakni ditandai dengan

    masalah perundingan tarif dan perdagangan General Agreement Tariff and Trade

    (GATT).

    Dengan dibentuknya Organisasi Perdagangan Dunia WTO, maka isu masalah

    Hak Kekayaan Intelektual semakain muncul ke permukaan, mengapa? Karena

    masalah perdagangan dewasa ini semakin mengglobal. Tujuan Perlindungan Hak

    Kekayaan Intelektual digunakan untuk inovasi teknologi atau penyebaran

    teknologi, dalam menunjang kesejahteraan sosial ekonomi, keseimbangan hak

    dan kewajiban.

    Indonesia sendiri telah mengantisipasi masalah ini. Hal ini dapat di lihat dalam

    Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabean. Menurut Pasal 54

    Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 menyebutkan: Atas permintaan pemilik

    barang atau pemegang hak atas merek atau cipta, Ketua Pengadilan Negeri Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008

  • setempat dapat mengeluarkan perintah tertulis kepada pejabat bea cukai untuk

    menangguhkan sementara waktu pengeluaran barang impor atau ekspor dari

    kawasan pabean yang berdasarkan bukti yang cukup, di duga merupakan hasil

    pelanggaran merek dan hak cipta dilindungi di Indonesia.

    Dari latar belakang munculnya WTO tersebut, dapat dipahami bahwa masalah

    HAKI cukup erat kaitannya denga dunia bisnis. Untuk itu tidaklah heran apabila

    para pelaku bisnis mengeluarkan cukup banyak dana, untuk melakukan penelitian

    dan pengembangan dari hasil. Maksud dari riset tersebut adalah untuk mengetahui

    apa yang sedang dibutuhkan oleh masyarakat, ataupun melakukan suatu

    penelitian dalam bidang teknologi yang hasilnya kelak dapat di jual.

    2. Konvensi Internasional Tentang Hak Cipta

    Perlindungan hak cipta secara domestik saja tidaklah cukup dan kurang membawa

    arti atau manfaat bagi menumbuhkan kreativitas para pencipta. Kreativitas dan

    aktivitas para pencipta dalam rangka memacu pertumbuhan untuk mendorong

    karya cipta tentu sangat berarti jika perlindungan itu di jamin di setiap saat dan

    tempat, sehingga kepastian hukum yang diharapkan itu benar-benar mereka

    peroleh.

    Konvensi Internasional adalah perjanjian internasional. Mochtar memberikan

    defenisi bahwa, Perjanjian Internasional itu adalah suatu perjanjian yang

    Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008

  • diadakan antar anggota masyarakat bangsa-bangsa dan bertujuan untuk

    mengakibatkan akibat-akibat hukum tertentu.29

    Suatu hal yang penting adalah bahwa suatu perjanjian internasional tidak

    menimbulkan hak dan kewajiban bagi pihak ke tiga tanpa persetujuan pihak ke

    tiga.

    Untuk keadaan seperti ini dalam teori mengenai perjanjian internasional

    disebutkan sebagai treaty contract, yaitu menimbulkan hukum bagi para

    peserta, sedangkan yang berikutnya adalah law making treaty yaitu secara

    langsung menimbulkan kaedah-kaedah bagi semua masyarakat Internasional dan

    tidak hanya bagi pihak-pihak peserta.30

    Selanjutnya mengenai prosedur ratifikasi tergantung pula konstitusi masing-

    masing negara, Untuk Indonesia, hal ini di atur dalam pasal 11 Undang-Undang

    Dasar 1945 yang berbunyi :Presiden dengan persetujuan DPR menyatakan

    perang dan membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain. Dari

    ketentuan itu untuk Indonesia dapat di lihat bahwa prosedur ratifikasi itu

    dilakukan oleh Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.

    Maka dengan pemberian ratifikasi tersebut berarti suatu negara yang

    bersangkutan telah menyatakan persetujuannya untuk mengikatkan dirinya pasa

    suatu perjanjian. Sebaliknya apabila ratifikasi itu di tolak maka perjanjian itu

    29 Moctar Kusumaatmaja, Pengantar Hukum Internasional, Jakarta, Binacipta, 1978, hal. 111. 30 Ibid., hal. 115.

    Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008

  • hapus sama sekali, walaupun tadinya telah ditandatangani oleh wakil-wakil

    negara yang bersangkutan.31

    Di atas telah disebutkan bahwa dengan perjanjian itu dimaksudkan menimbulkan

    akibat hukum tertentu. Secara yuridis perjanjian internasional itu akan

    menerbitkan hak-hak dan kewajiban bagi negara peserta.

    Maka apabila persetujuan telah tercapai timbullah hak-hak dan kewajiban bagi

    para negara peserta yang telah mengikatkan dirinya. Hak yang ada pada kita

    menimbulkan pula kewajiban kepada orang lain untuk menghormatinya,

    demikian pula sebaliknya.

    Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan diadakannya perjanjian

    internasional adalah untuk melindungi atau memberikan kepastian hak atas suatu

    hak yang ditimbulkan dari suatu perjanjian tersebut kepada setiap peserta negara

    anggota. Kesimpulan tersebut jika dikaitkan dengan Konvensi Internasional

    tentang hak cipta, maka akan memperoleh suatu tujuan yaitu untuk melindungi

    hak cipta secara internasional.

    Oleh karena itu perlindungan hak cipta secara internasional adalah suatu

    keharusan. Untuk perlindungan hak cipta secara internasional saat ini ada

    beberapa konvensi internasional antara lain :

    a. Persetujuan TRIPs

    31 Ok. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights),

    Jakarta, Raja Grafindo Persada, hal. 204. Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008

  • Persetujuan TRIPs (Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights :

    Aspek-aspek Perdagangan yang bertalian dengan Hak Milik Intelektual),

    merupakan salah satu issue dari 15 issue dalam Persetujuan GAAT (Putaran

    Uruguay) yang mengatur masalah Hak Milik Intelektual secara global.

    Keikutsertaan Indonesia dalam Persetujuan ini sejak tahun 1989. Di dalam

    persetujuan ini terdapat beberapa aturan baru di bidang Hak Milik Intelektual

    dengan standar pengaturan dan perlindungan yang lebih dari memadai

    dibandingkan dengan pengaturan perundang-undangan nasional, dengan disertai

    pula sanksi keras berupa pembalasan (cross retaliation) di bidang ekonomi yang

    ditujukan kepada suatu negara (anggota) yang tidak memenuhi ketentuannya.

    TRIPs memiliki ketentuan-ketentuan dan prinsip prinsip dasar bagi para

    anggotanya dalam melaksanakan aturannya. Ketentuan-ketentuan dan prinsip-

    prinsip dasar ini tertuang dalam Bab I (pasal 1-8). Ketentuan dan prinsip-prinsip

    dasar tersebut antara lain :32

    1 Ketentuan Free to Determine, yaitu ketentuan yang memberikan kebebasan

    kepada para anggotanya untuk menentukan cara-cara yang di anggap sesuai

    untuk menerapkan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam TRIPs ke

    dalam sistem dan praktek hukum mereka.

    2 Ketentuan Intellektual Property Convention, yaitu ketentuan yang

    mengharuskan para anggotanya menyesuaikan aturan perundang-undangan

    dengan berbagai konvensi internasional di bidang Hak Milik Intelektual.

    32 Ibid., hal. 207-209.

    Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008

  • 3 Ketentuan National Treatment, yaitu ketentuan yang mengharuskan para

    anggotanya memberikan perlindungan Hak Milik Intelektual yang sama

    antara warga negaranya sendiri dengan warga negara anggota lainnya.

    4 Ketentuan Most Favoured Nation Treatment, yaitu ketentuan yang

    mengharuskan para anggotanya memberikan perlindungan Hak Milik

    Intelektual yang sama terhadap seluruh anggotanya.

    5 Ketentuan Exhaution, yaitu ketentuan yang mengharuskan para anggotanya,

    dalam menyelesaikan sengketa, untuk tidak menggunakan suatu ketentuan di

    dalam Persetujuan TRIPs sebagai alasan tidak optimalnya pengaturan Hak

    Milik Intelektual di dalam negeri mereka.

    Adapun TRIPs bertujuan untuk melindungi dan menegakkan hukum Hak Milik

    Intelektual guna mendorong timbulnya inovasi, peralihan, serta penyebaran

    teknologi, diperolehnya manfaat bersama pembuat dan pemakai pengetahuan

    teknologi, dengan cara menciptakan kesejahteraan sosial dan ekonomi serta

    keseimbangan antara hak dan kewajiban (Pasal 7 TRIPs). Untuk itu perlu

    dikurangi gangguan dan hambatan dalam perdagangan internasional, dengan

    mengingat kebutuhan untuk meningkatkan perlindungan yang efektif dan

    memadai terhadap Hak Milik Intelektual yang kemudian tidak menjadi

    penghalang bagi perdagangan yang sah.

    Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008

  • Ada beberapa hal penting di dalam Persetujuan TRIPs ini yang menyangkut

    bidang Hak Cipta bila dikaitkan dengan Undang-Undang Hak Cipta nasional

    yaitu:33

    1 Di dalam persetujuan ini perlindungan hak cipta atas program komputer

    lamanya harus tidak dikurangi dari lima puluh tahun (pasal 12 TRIPs),

    sementara dalam Undang-Undang Hak Cipta Nasional juga telah disesuaikan

    menjadi lima puluh tahun (Pasal 27 ayat 1 Undang-Undang Hak Cipta Nomor

    12 Tahun 1997).

    2 Di dalam persetujuan ini dikenal adanya Hak penyewaan (Rental Rights) bagi

    pemegang hak cipta karya film (video) dan program komputer (Pasal 11

    TRIPs), yaitu hak yang diberikan kepada pencipta atas kegiatan penyewaan

    yang bersifat komersial. Pengaturan ini sudah ada dalam Undang-Undang Hak

    Cipta Nasional.

    3 Dalam Persetujuan ini terdapat pengaturan yang tegas terhadap pelaku

    pertunjukan, prosedur rekaman musik dan badan peyiaran, hal mana dalam

    Undang-Undang Hak Cipta Nasional yang baru sudah di atur secara tegas.

    b. Bern Convention.

    Konvensi Bern yang mengatur tentang perlindungan karya tulis dan artistik,

    ditandatangani di Bern pada tanggal 9 September 1986, dan telah berulang kali

    mengalami revisi serta penyempurnaan. Yang menjadi obyek perlindungan hak

    33 Ibid., hal. 211-212.

    Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008

  • cipta dalam konvensi ini adalah karya-karaya sastra dan seni yang meliputi segala

    hasil bidang sastra, ilmiah dan kesenian dalam cara atau bentuk pengutaraan

    apapun, demikian yang dapat ditangkap dari rumusan pasal 2 Konvensi Bern. Di

    samping karya asli dari Pencipta pertama, dilindungi juga karya-karya turunan

    (salinan) seperti terjemahan, saduran, aransemen musik, karya fotografis.

    Salah satu hal yang paling penting dalam Konvensi Bern adalah menegani

    perlindungan yang diberikan terhadap para pencipta atau pemegang hak. Pasal 5

    (setelah direvisi di Paris tahun 1971) adalah merupakan pasal yang terpenting.

    Menurut pasal ini para pencipta akan menikmati perlindungan yang sama seperti

    diperoleh mereka dalam negara sendiri atau perlindungan yang diberikan oleh

    konvensi ini.34

    Konvensi Bern telah mengalami beberapa revisi. Revisi yang penting artinya

    terutama bagi negara-negara dunia ketiga adalah revisi di Stockholm tanggal 14

    Juli 1967 yang memuat suplemen perjanjian utama yang memperhatikan

    kepentingan negara-negara berkembang (Developing Countries).

    Dalam Pasal 21 naskah Konvensi Bern hasil protokol Stockholm ditentukan :

    Ketentuan-ketentuan khusus yang berkenaan dengan negara-negara berkembang

    dimasukkan dalam appendix tersendiri yang merupakan bagian yang tidak

    terpisahkan dari konvensi ini.35

    34 Ibid., hal. 217. 35 Abdulkadir Muhammad, Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual, Bandung, PT.

    Citra Aditya Bakti, 2001, hal.36. Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008

  • Berdasarkan protokol Stockholm tersebut, maka negara-negara berkembang

    memperoleh pengecualian mengenai perlindungan yang diberikan oleh Konvensi

    Bern. Pengecualian tersebut hanya berlaku bagi negara-negara yang meratifikasi

    protokol perjanjian utama Konvensi Bern. Negara yang ingin melakukan

    pengecualian semacam itu dapat melakukannya demi kepentingan ekonomi,

    sosial, atau budaya nya. Pengecualian tersebut dapat dilakukan terhadap:36

    a. Hak terjemahan;

    b. Jangka waktu perlindungan;

    c. Hak mengutip artikel-artikel berita pers;

    d. Hak melakukan siaran radio;

    e. Perlindungan karya sastra dan seni semata-mata untuk pendidikan, ilmu, atau

    sekolah.

    Protokol Stockholm juga memuat kemungkinan memperoleh lisensi (izin) secara

    paksa untuk menerjemahkan karya cipta luar negeri. Di samping itu, memuat juga

    ketentuan mengenai pembatasan jangka waktu perlindungan hak cipta. Ketentuan

    50 (lima puluh) tahun dalam Konvensi Bern, melalui protokol Stockholm untuk

    negara berkembang dikurangi menjadi 25 (dua puluh lima) tahun setelah

    meninggalnya pencipta.

    c. Universal Copyright Convention

    36 Ibid., hal.36.

    Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008

  • Universal Copyright Convention ditandatangani di Jenewa pada tanggal 6

    September 1992 dan baru berlaku pada tanggal 16 September 1955. Setelah

    perang dunia II muncul gagasan yang ingin menyatukan sistem hukum Hak Cipta

    yang universal. Gagasan tersebut timbul dari peserta Konvensi Bern dan Amerika

    Serikat peserta dari Konvensi Pan Amerika.37

    Konvensi ini mengalami revisi pada tanggal 24 Juli 1971 di Paris. Konvensi ini

    terdiri dari 21 pasal dilengkapi dengan 3 protokol. Protokol I mengenai

    perlindungan karya dari orang-orang pelarian.38 Ini dapat dimengerti bahwa

    secara Internasional hak cipta terhadap orang-orang yang tidak mempunyai

    kewarganegaraan atau orang-orang pelarian, perlu dilindungi. Dengan demikian

    salah satu dari tujuan perlindungan hak cipta itu dapat tercapai, yaitu untuk

    mendorong aktivitas dan kreativitas para pencipta tidak terkecuali terhadap

    terhadap orang-orang yang tidak mempunyai kewarganegaraan atau pelarian.

    Dengan dilindungi hak ciptanya mereka mendapatkan kepastian hukum.

    Protokol II mengenai berlakunya konvensi ini atas karya-karya daripada

    organisasi-organisasi Internasional tertentu.39 Hal ini erat kaitannya dengan

    keinginan PBB untuk dapat hidup bersama secara harmonis. Dan inilah yang

    menjadi dasar diciptakannya konvensi ini yang merupakan usaha dari UNESCO,

    oleh karenanya dalam protokol ini di atur pula secara khusus tentang

    perlindungan karya-karya dari badan organisasi internasional.

    37 Ibid., hal. 37. 38 OK. Saidin., Op.cit., hal. 219. 39 Ibid., hal. 219.

    Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008

  • Protokal III berkenaan dengan cara-cara untuk memungkinkan turut sertanya

    negara dalam konvensi ini dengan cara bersyarat.

    Apabila diperbandingkan antara Konvensi Bern dan Konvensi Jenewa, maka di

    situ terdapat perbedaan mengenai dasar falsafah yang di anut Konvensi Bern

    menganut dasar falsafah Eropa yang menganggap Hak Cipta sebagai hak alamiah

    pencipta pribadi, sehingga menonjolkan sifat individualis yang menimbulkan hak

    monopoli. Sedangkan Konvensi Jenewa di samping kepentingan individu juga

    memperhatikan kepentingan umum. Konvensi Jenewa mencoba untuk

    mempertemukan antara falsafah Eropa dan falsafah Amerika yang memandang

    hak monopoli yang diberikan kepada Pencipta diupayakan pula agar

    memperhatikan kepentingan umum40

    Sehingga Konvensi Jenewa atau yang biasa di sebut Universal Copyright

    Convention menganggap bahwa hak cipta itu ditimbulkan oleh karena adanya

    ketentuan yang memberikan hak seperti itu kepada pencipta. Sehingga ruang

    lingkup dan pengertian hak mengenai hak cipta itu dapat ditentukan oleh

    peraturan yang melahirkan hak tersebut.

    3. Pengertian Hak Cipta

    Istilah hak berasal dari bahasa Arab. Hak berarti milik atau kepunyaan.

    Milik adalah penguasaan terhadap sesuatu, yang penguasaannya dapat melakukan

    sendiri tindakan-tindakan terhadap sesuatu yang dikuasainya itu dan dapat menikmati

    40 Abdulkadir Muhammad, Op.Cit., hal. 38. Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008

  • manfaatnya. Dalam Bahasa Belanda dikenal istilah Auteurs Recht yang berarti hak

    pengarang. Kemudian istilah hak pengarang itu di ganti dengan istilah hak cipta.41

    Menurut bahasa Indonesia, istilah hak cipta berarti hak seseorang sebagai

    miliknya atas hasil penemuannya yang berupa tulisan, lukisan dan sebagainya yang

    dilindungi oleh Undang-Undang. Dalam bahasa Inggris disebut Copy Right yang

    berarti hak cipta.

    Istilah hak cipta diusulkan pertama kalinya oleh St. Moh. Syah, pada Kongres

    Kebudayaan di Bandung tahun 1951 sebagai pengganti istilah hak pengarang yang di

    anggap kurang luas cakupan pengertiannya.42

    Dinyatakan kurang luas karena hak pengarang itu memberikan kesan

    penyempitan arti, seolah-olah yang di cakup oleh hak pengarang itu hanyalah hak

    dari para pengarang saja, yang ada sangkut pautnya dengan karang mengarang.

    Sedangkan istilah hak cipta itu lebih luas, dan ia mencakup juga tentang karang

    mengarang. Lebih jelas batasan pengertian ini dapat kita lihat dalam Pasal 2 Undang-

    Undang Hak Cipta No. 12 Tahun 1997 serta Pasal 1 dan 2 Undang-Undang Hak

    Cipta Tahun 2002.

    Menurut Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997, hak cipta

    adalah hak khusus bagi pencipta maupun penerima hak untuk mengumumkan atau

    memperbanyak ciptaannya maupun memberi izin untuk itu dengan tidak mengurangi

    pembatasan-pembatasan menurut perundang-undangan yang berlaku.

    41 Pipin Syarifin, Dedah Jubaedah, Peraturan Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia,

    Bandung, Pustaka Bani Quraisy, 2004, hal. 206. 42 OK. Saidin, Op.Cit.,hal. 58.

    Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008

  • Menurut Pasal 1 angka 1 jo. Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Hak Cipta

    Nomor 19 Tahun 2002 yang di maksud dengan Hak Cipta adalah Hak eksklusif bagi

    Pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya

    atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan

    menurut perundang-undangan yang berlaku.

    Sebagai perbandingan dalam penulisan ini dikemukakan juga pengertian hak

    cipta menurut Auteurswet 1912 dan Universal Copyright Convention.

    Auteurswet 1912 dalam pasal 1 menyebutkan, hak cipta adalah hak tunggal

    dari pencipta, atau hak dari yang mendapat hak tersebut, atas hasil ciptaannya dalam

    lapangan kesusasteraan, pengetahuan dan kesenian, untuk mengumumkan dan

    memperbanyak dengan mengingat pembatasan pembatasan yang ditentukan oleh

    undang-undang. Kemudian Universal Copyright Convention dalam pasal V

    menyatakan sebagai berikut, Hak Cipta meliputi hak tunggal sipencipta untuk

    membuat menerbitkan dan memberi kuasa untuk membuat terjemahan dari karya

    yang dilindungi perjanjian ini. 43

    Bila dilihat perbandingan pengerian hak cipta yang diberikan oleh ketiga

    ketentuan di atas hampir dapat disimpulkan bahwa ketiganya memberikan

    pengertian yang sama walaupun menggunakan kata-kata yang berbeda, seperti

    kata Hak Tunggal dalam Auteurswet 1912 dan Universal Copyright Convention

    adalah sama pengertiannya dengan perkataan Hak Eksklusif yang terdapat pada

    Undang-Undang Hak Cipta 2002.

    43 Ibid., hal. 58-59. Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008

  • Dalam Penjelasan Pasal 2 Undang-Undang Hak Cipta Nomor 12 Tahun 1997 jo.

    Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 yang di maksud dengan hak khusus dari

    pencipta ialah tidak ada orang lain yang boleh melakukan hak itu atau orang lain

    kecuali dengan izin pencipta. Sedangkan dalam penjelasan Pasal 2 Undang-

    Undang Hak Cipta 2002, yang di maksud dengan hak eksklusif adalah hak yang

    semata-mata diperuntukkan bagi pemegangnya sehingga tidak ada pihak lain yang

    boleh memanfaatkan hak tersebut tanpa izin pemegangnya.

    Perkataan tidak ada orang lain mempunyai pengertian yang sama dengan hak

    tunggal yang menunjukkan hanya pencipta saja yang boleh melakukan hal itu.

    Inilah yang di sebut dengan hak yang bersifat eksklusif.

    Oleh karena itu pengertian mengumumkan atau memperbanyak adalah

    termasuk kegiatan menerjemahkan, mengadaptasi, mengaransemen, mengalih

    wujudkan, menjual, menyewakan, meminjamkan, mengimpor, memamerkan,

    mempertunjukkan kepada publik, menyiarkan, merekam, dan

    mengkomunikasikan ciptaan kepada publik melalui sarana apapun.

    Lebih lanjut dalam Undang-Undang Hak Cipta disebutkan yang di maksud

    dengan :

    a. Pencipta adalah seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas

    inspirasinya lahir suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran imajinasi,

    kecekatan, keterampilan atau keahlian yang dituangkan dalam bentuk yang

    khas dan bersifat pribadi.

    Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008

  • b. Pengumuman adalah pembacaan, penyuaraan, penyiaran atau penyebaran

    sesuatu ciptaan, dengan menggunakan alat apapun dan dengan cara

    sedemikian rupa sehingga suatu ciptaan dapat di baca, di dengar atau di lihat

    oleh orang lain.

    c. Perbanyakan adalah menambah jumlah suatu ciptaan, dengan pembuatan yang

    sama, hampir sama atau menyerupai ciptaan tersebut dengan mempergunakan

    bahan-bahan yang sama maupun tidak sama. Termasuk mengalih wujudkan

    sesuatu ciptaan.

    d. Ciptaan adalah setiap karya pencipta dalam bentuk khas apapun juga dalam

    lapangan ilmu pengetahuan, seni dan sastra.44

    Setelah di bahas mengenai beberapa pengertian tersebut di atas, perlu juga

    kiranya mengetahui tentang pengertian pemegang hak cipta. Pemegang hak cipta

    adalah pencipta sebagai pemilik hak cipta, atau orang yang menerima hak tersebut

    dari pencipta, atau orang lain yang menerima lebih lanjut hak dari orang tersebut

    di atas.45

    Walaupun bukan Pencipta, negara adalah Pemegang Hak Cipta atas karya :

    1 Peninggalan sejarah, prasejarah, dan benda budaya nasional.

    2 Hasil kebudayaan rakyat yang menjadi milik bersama di pelihara dan dilindungi

    oleh negara. Negara hanya pemegang hak cipta terhadap luar negeri.

    44 Sentosa Sembiring, Prosedur Dan Tata Cara Memperoleh Hak Kekayaan Intelektual

    Dibidang Hak Cipta Paten Dan Merek, Bandung, CV. Yrama Widya, 2002, hal. 18. 45 Widyopramono, Tindak Pidana Hak Cipta Analisis dan Penyelesaiannya, Jakarta, Sinar

    Grafika, 1992, hal.2. Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008

  • 3 Ciptaan yang tidak diketahui penciptanya dan ciptaan itu belum diterbitkan. 46

    Dalam pasal 11 (1) Undang-Undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002 dinyatakan

    : Jika suatu ciptaan tidak diketahui penciptanya dan ciptaan itu belum

    diterbitkan, negara memegang Hak Cipta atas ciptaan tersebut untuk kepentingan

    Penciptanya.

    Perbedaan antara Pencipta dan Pemegang Hak Cipta adalah : Pencipta adalah

    seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas inspirasinya

    melahirkan suatu ciptaan berdasarkan kemampuan fikiran, imajinasi, kecekatan,

    keterampilan dan keahlian yang dituangkan ke dalam bentuk yang khas dan

    bersifat pribadi (Pasal 1(2) Undang-Undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002).

    Sedangkan Pemegang Hak Cipta adalah Pencipta sebagai Pemilik Hak Cipta, atau

    pihak yang menerima hak tersebut dari Pencipta, atau pihak lain yang menerima

    lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut (Pasal 1 ayat (4) Undang-

    Undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002).

    Dengan demikian, Pencipta otomatis menjadi Pemegang Hak Cipta, yang

    merupakan Pemilik Hak Cipta, sedangkan yang menjadi Pemegang Hak Cipta

    tidak harus Penciptanya, tetapi bisa pihak lain yang menerima hak tersebut dari

    Pencipta atau lain yang menerima lebih lanjut hak tersebut dari Pencipta atau

    Pemegang Hak Cipta yang bersangkutan.

    46 Sudargo Gautama, Rizawanto Winata, Pembaharuan Undang-Undang Hak Cipta,

    Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 1997, hal. 114. Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008

  • Sebagai Hak Khusus (Exclusive Rights), Hak Cipta mengandung 2 (dua) esensi

    hak, yaitu Hak Ekonomi (Economic Rights) dan Hak Moral (Moral Rights).47 Hak

    ekonomi adalah hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan serta

    produk hak terkait, oleh karena hak cipta itu dapat menghasilkan berupa uang dari

    royalti yang di terima, maka penghasilan yang halal di peroleh dari profesi

    sebagai hak cipta atas karya tulisnya, karya pelaku (aktor, penyanyi, pemusik,

    penari, sastra, dan karya seni lainnya) wajib mengeluarkan zakatnya (zakat

    profesi) apabila telah mencapai nishab. Kandungan hak ekonomi meliputi hak

    untuk mengumumkan dan memperbanyak ciptaan tersebut.

    Jenis Hak Ekonomi pada Hak Cipta adalah seperti berikut:

    1. Hak Perbanyak (penggandaan), yaitu penambahan jumlah ciptaan dengan

    pembuatan yang sama, hampir sama, atau menyerupai ciptaan tersebut dengan

    menggunakan bahan-bahan yang sama maupun tidak sama, termasuk

    pengalihwujudkan ciptaan.

    2. Hak adaptasi (penyesuaian), yaitu penyesuaian dari satu bentuk ke bentuk

    lain, seperti penerjemahan dari satu bahasa ke bahasa yang lain,novel

    dijadikan sinetron, patung dijadikan lukisan, drama pertunjukan dijadikan

    radio.

    3. Hak pengumuman (penyiaran), yaitu pembacaan, penyuaraan, penyiaran, atau

    penyebaran ciptaan, dengan menggunakan alat apapun dan dengan cara

    47 Iman Sjahputra, Hak Atas Kekayaan Intelektual (Suatu Pengantar), Jakarta, Harvarindo,

    2007, hal. 118. Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008

  • sedemikian rupa, sehingga ciptaan dapat di baca, di dengar, di lihat, di jual

    atau di sewa oleh orang lain.

    4. Hak pertunjukan (penampilan), yaitu mempertontonkan, mempertunjukkan,

    mempergelarkan, memamerkan ciptaan di bidang seni oleh musisi, seniman,

    peragawati.48

    Sedangkan hak moral adalah hak yang melekat pada diri pencipta atau pelaku

    yang tidak dapat dihilangkan atau di hapus tanpa alasan apapun, walaupun hak

    cipta atau hak terkait telah dialihkan. Yang dimaksud hak ini adalah hak cipta

    untuk mengklaim sebagai pencipta untuk mengajukan keberatan terhadap setiap

    perbuatan yang bermaksud mengubah, mengurangi, atau menambah keaslian

    ciptaannya, yang dapat meragukan kehormatan dan reputasi pencipta. 49Oleh

    karena itu hak moral bersifat pribadi dan kekal. Sifat pribadi menunjukkan ciri

    khas yang berkenaan dengan nama baik, kemampuan, dan itegritas yang hanya

    dimiliki oleh Pencipta atau Penemu. Kekal artinya melekat pada Pencipta atau

    Penemu selama hidup bahkan setelah meninggal dunia.

    Termasuk dalam hak moral adalah hak-hak yang berikut ini :

    1. Hak untuk menuntut kepada pemegang hak cipta supaya nama Pencipta atau

    Penemu tetap dicantumkan pada ciptaan atau penemuannya.

    2. Hak untuk tidak melakukan perubahan pada ciptaan atau penemuan tanpa

    persetujuan Pencipta, Penemu, atau ahli warisnya.

    48 Abdulkadir Muhammad, Op.Cit., hal.19-20. 49 Eddy Damian, Op.cit., hal. 62

    Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008

  • 3. Hak Pencipta atau Penemu untuk mengadakan perubahan pada ciptaan atau

    penemuan sesuai dengan tuntutan perkembangan dan kepatutan dalam

    masyarakat.50

    Hak Moral berasal dari sistem hukum kontinental yaitu dari Perancis. Menurut

    konsep hukum kontinental, Hak Pengarang (author right) terdiri dari Hak

    Ekonomi untuk mendapatkan keuntungan yang bernilai uang dan Hak Moral yang

    menyangkut perlindungan atas reputasi Pencipta.

    Sedangkan menurut Komen dan Verkade , Hak Moral yang dimiliki Pencipta

    Meliputi :

    1. Larangan mengadakan perubahan dalam ciptaan.

    2. Larangan mengubah judul.

    3. Larangan mengubah penentuan pencipta.

    4. Hak untuk mengadakan perubahan.51

    Kandungan hak moral meliputi hak untuk menuntut agar nama pencipta tetap

    dicantumkan dalam ciptaannya, hak untuk melarang perubahan suatu ciptaan

    tersebut.

    Dalam masyarakat, bentuk pelanggaran Hak Moral yang dapat diamati sering

    terjadi terutama pada karya pertunjukan, misalnya lagu, tarian, drama. Orang

    50 Ibid, Hal. 22. 51 Ibid., Hal. 22.

    Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008

  • seenaknya saja membawakan atau mempertunjukkan ciptaan itu pada pesta ulang

    tahun, pesta taman, pertunjukan karaoke, tanpa menyebutkan nama penciptanya.

    Pencipta atau ahli waris dapat menuntut pelanggaran semacam itu. Akan tetapi

    penuntut jarang atau tidak dilakukan di Indonesia karena segi penegakan hukum

    belum mapan. Apalagi ada anggapan, karya cipta itu dipertunjukkan oleh orang

    lain sudah cukup sebagai amal.

    Hak-hak moral adalah hak-hak pribadi pencipta atau pengarang untuk dapat

    mencegah perubahan atas karyanya dan untuk tetap di sebut sebagai pencipta

    karya tersebut. Hak-hak ini menggambarkan hidupnya hubungan berkelanjutan

    dari si pencipta dengan karyanya walaupun kontrol ekonomi atas karya tersebut

    hilang karena telah diserahkan sepenuhnya kepada pemegang hak cipta atau lewat

    jangka waktu pelindungannya seperti diatur dalam Undang-Undang Hak Cipta

    yang berlaku.

    Seperti telah diuraikan diatas, Hak Cipta adalah hak khusus bagi pencipta, untuk

    mengumumkan atau memperbanyak hasil ciptaannya yang tumbuh bersamaan

    dengan lahirnya suatu karya cipta, suatu ciptaan. Oleh karena itu perlu

    ditumbuhkan sikap hidup untuk menghormati dan menghargai suatu karya cipta,

    baik di bidang ilmu pengetahuan, seni maupun sastra.

    Namun sepertinya tidak cukup hanya dengan pengakuan dan penghormatan saja,

    keselamatan atau perlindungan hukum atas hak cipta seseorang atau beberapa

    orang harus juga terlindungi.

    Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008

  • Satu prinsip bahwa perlu diadakan pendaftaran terhadap suatu hak cipta untuk

    memudahkan pembuktian dalam hal sengketa mengenai hak cipta. Pendaftaran ini

    tidak harus mutlak dilakukan karena tanpa pendaftaran pun hak cipta dilindungi.

    Itu artinya orang yang mendaftarkan hak cipta untuk pertama kalinya tidak berarti

    sebagai pemilik hak yang sah karena bilamana ada orang lain yang dapat

    membuktikan bahwa itu adalah hak mereka, maka kekuatan hukum dari suatu

    pendaftaran ciptaan tersebut dapat dihapuskan. Ketentuan ini yang membuktikan

    bahwa Undang-Undang Hak Cipta Indonesia Menganut sistem pendaftaran

    deklaratif. Hal ini dapat di lihat dari bunyi pasal 5 ayat (1) nya yang menyatakan

    bahwa, Kecuali terbukti sebaliknya, yang di anggap sebagai pencipta adalah

    orang yang namanya terdaftar dalam Daftar Umum Ciptaan pada Ditjen HAKI

    atau orang yang namanya disebut dalam ciptaan atau diumumkan sebagai

    pencipta pada suatu ciptaan.

    Hal yang paling penting lagi dari pendaftaran ini adalah dengan pendaftaran

    diharapkan dapat memberikan semacam kepastian hukum serta lebih

    memudahkan dalam prosedur pengalihan haknya.

    Hanya mengenai ciptaan yang tidak didaftarkan akan lebih sukar dan lebih

    memakan waktu pembuktian hak ciptanya dari ciptaan yang didaftarkan. Dalam

    hal ini pengumuman pertama suatu ciptaan diperlakukan sama dengan

    pendaftaran.

    Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository 2008

  • Menurut Hutauruk ada dua unsur penting yang terkandung dari rumusan

    pengertian hak cipta yang termuat dalam ketentuan Undang-Undang Hak Cipta

    Indonesia, yaitu :

    1. Hak yang dapat dipindahkan, dialihkan kepada pihak lain.

    2. Hak moral yang dalam keadaan bagaimanapun, dan dengan jalan apapun tidak

    dapat ditinggalkan daripadanya (mengumumkan karyanya, menetapkan

    judulnya, mencantumkan nama sebenarnya atau nama samarannya dan

    mempertahankan keutuhan atau integritas ceritanya).52

    Untuk pelanggaran hak cipta dalam bentuk pembajakan lagu atau musik erat

    kaitannya dengan Produser Rekaman Suara. Dimana berdasarkan Pasal 1 ayat 11

    menyatakan bahwa Produser Rekaman Suara adalah : Orang atau badan hukum

    yang pertama kali merekam dan memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan

    perekaman suara atau perekaman bunyi, baik perekaman dari suatu pertunjukan

    maupun perekaman suara atau perekaman bunyi lainnya.

    Produser rekaman sepenuhnya memiliki hak atas rekaman suara (sound recording

    right) tanpa mempengaruhi perlindungan hak cipta atas lagu d