ambal at

11
TUGAS KEWARGANEGARAAN KETAHANAN NASIONAL DIBIDANG PERTAHANAN DAN KEAMANAN “KONFLIK AMBALAT” Disusun Oleh: NAMA : IVAN CHANAVI NIM : I8612025 PROGRAM STUDI DIII TEKNIK MESIN OTOMOTIF JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2014

Upload: wayz-cah-lunggupz

Post on 20-Nov-2015

9 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

kasus amnbalat

TRANSCRIPT

  • TUGAS KEWARGANEGARAAN

    KETAHANAN NASIONAL DIBIDANG PERTAHANAN

    DAN KEAMANAN

    KONFLIK AMBALAT

    Disusun Oleh:

    NAMA : IVAN CHANAVI

    NIM : I8612025

    PROGRAM STUDI DIII TEKNIK MESIN OTOMOTIF

    JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    SURAKARTA

    2014

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Indonesia merupakan negara maritim dan kepulauan terbesar di dunia.Hal

    inidibuktikan dengandua pertiga dari luas keseluruhan wilayah Indonesia adalah

    lautan,yang memiliki 17.506 pulau yang tersebar di seluruh perairan

    Indonesia.Banyaknyapulau-pulau tersebut tidak saja memberikan manfaat yang

    besar tetapi juga dapatmemberikan konsekuensi negatif.Konsekuensi negatif

    timbul akibat kurangnya perhatiannegara ini terhadap permasalahan yang menitik

    beratkan pada orientasi kelautan.Pulau Sipadan dan Ligitan merupakan salah satu

    fenomena yang terjadi akibatketidak seriusan pemerintah Indonesia mengelola

    aset negaranya.

    Konflik Ambalat yangmenjadi kajian penelitian ini juga merupakan ekses

    dari konflik kedua pulau tersebut.Konflik Ambalat merupakan konfilk antara

    negara Indonesia dengan Malaysia, yangmemperebutkan klaim atas perairan di

    wilayah Sulawesi tersebut yang beridikasikanpotensial kekayaan Migas yang

    cukup besar.Ambalat adalah blok laut luas mencakup 15.235kilometer persegi

    yang terletak di Laut Sulawesi atau Selat Makassar dan berada di

    dekatperpanjangan perbatasan darat antara Sabah, Malaysia, dan Kalimantan

    Timur, Indonesia.Penamaan blok laut ini didasarkan atas kepentingan eksplorasi

    kekayaan laut dan bawah laut,khususnya dalam bidang pertambanganminyak.

    Blok laut ini tidak semuanya kaya akan minyak mentah.

    Malaysia mengklaim perairan Ambalatberdasarkan peta yang dibuat pada

    tahuan. 1979.Malaysia mengklaim negaranyasebagai negara kepulauan sehingga

    mereka merasa dapat menggunakan ketentuan-ketentuansesuai dasar klaim

    tersebut.Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukan diatas, maka penelitian

    inidilakukan untuk mengkaji aspek hukum Intemasional dan hukum Nasional.atas

    klaimkedua negara yaitu Malaysia dan Indonesia. Selaianitu, penelitian Ini

    inenganalisiskebijakan penyelesaian konflik yang dilakukan oIeh pemerintah

    Indonesia.

  • 1.2. Awal Persengketaan

    Persoalan klaim diketahui setelah pada tahun 1967 dilakukan pertemuan

    teknis pertama kali mengenai hukum laut antara Indonesia dan Malaysia.Kedua

    belah pihak bersepakat (kecuali Sipadan dan Ligitan diberlakukan sebagai

    keadaan status quo. Pada tanggal 27 Oktober 1969 dilakukan penandatanganan

    perjanjian antara Indonesia dan Malaysia, yang disebut sebagai Perjanjian Tapal

    Batas Kontinental Indonesia - Malaysia, kedua negara masing-masing melakukan

    ratifikasi pada 7 November 1969, tak lama berselang masih pada tahun 1969

    Malaysia membuat peta baru yang memasukan pulau Sipadan, Ligitan dan Batu

    Puteh (Pedra blanca) tentunya hal ini membingungkan Indonesia dan Singapura

    dan pada akhirnya Indonesia maupun Singapura tidak mengakui peta baru

    Malaysia tersebut.

    Kemudian pada tanggal 17 Maret1970 kembali ditanda tangani

    Persetujuan Tapal batas Laut Indonesia dan Malaysia.Akan tetapi pada tahun

    1979 pihak Malaysia membuat peta baru mengenai tapal bataskontinental dan

    maritim dengan yang secara sepihak membuat perbatasan maritimnya sendiri

    dengan memasukan blok maritim Ambalat ke dalam wilayahnya yaitu dengan

    memajukan koordinat 4 10' arah utara melewati Pulau Sebatik. Indonesia

    memprotes dan menyatakan tidak mengakui klaim itu, merujuk pada Perjanjian

    Tapal Batas Kontinental Indonesia - Malaysia tahun 1969 dan Persetujuan Tapal

    batas Laut Indonesia dan Malaysia tahun 1970. Indonesia melihatnya sebagai

    usaha secara terus-menerus dari pihak Malaysia untuk melakukan ekspansi

    terhadap wilayah Indonesia. Kasus ini meningkat profilnya setelah Pulau Sipadan

    dan Ligitan, juga berada di blok Ambalat, dinyatakan sebagai bagian dari

    Malaysia oleh Mahkamah Internasional.

  • BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1. Keadaan Umum Blok Ambalat

    Blok Ambalat terletak di wilayah Muara Sungai Kayan yang membentuk

    delta padabagian lepas pantai berkedalaman antara 1.000 sampai 2.375 meter

    dibawah muka.lautpadalandas kontinen Kalimantan. Wilayah sampai kedalaman

    tersebut merupakan kelanjutan daratan Kalimantan wilayah Indonesia, yang

    merupakan cekungan sedimentasi bagi pengendapan sedimen terrigeneous (asal

    daratan).

    Blok Ambalat didalam wilayah cekungan tarakan di Kalimantan Timur,

    yang berpotensi sebagaipenghasil minyak dan gas bumi, dan telah

    berproduksi.Blok Ambalat adalah kelanjutan alamiah daratan Kalimantan

    Indonesia, batuan dasarnya adalah bagian dari lempeng benua pembentuk

    Kalimantan.Batuan sedimen yang berada di atasnya berasal dari dari daratan

    Kalimantan yang kemudian ditransport melalui sungai kayan untuk kemudian

    diendapkan membentuk delta yang besar di landas kontinen yang bersangkutan.

    2.2. Dasar Hukum Klaim Indonesia dan Klaim Malaysia

    2.2.1. Dasar Hukum Malaysia

    Malaysia merupakan negara keeil yang terletak dibelahan utara Pulau

    Kalimantan Indonesia.Malaysia mengklaim dirinya sebagai negara kepulauan

    dengan dasar bahwamereka telah memiliki hak pengelolaan atas dua pulau yaitu

    Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan. Kedua pulau tersebut jatuh ketangan Malaysia

    berdasarkan keputusan akhir Intenational Court of Justice (ICJ) No. 102 tanggal

    17 Desember 2002.Pada saat itu Indonesia tidak meminta Mahkamah

    Intemasional untuk memutuskan garis perbatasan laut sekaligus sebagai pengganti

    titik sebelumnya yaitu Pulau Sipadan dan Ligitan. Penjelasan tersebut di atas

    merupakan titik awal keberanian Malaysia dalam upaya memperluas wilayahnya.

    Malaysia dengan peta 1979 telah menetapkan sendiri batas laut antara Sabah dan

    Kalimantan Timur dengan menarik garis dasar lurus (garis pangkal) dari Pulau

    Sipadan hingga perbatasan darat Indonesia-Malaysia di Pulau Sebatik.

  • Kronologis munculnya peta Malaysia yang menjadi dasar klaim atas Blok

    Ambalat,dimulai pada tahun 1979, Malaysia membuat peta secara sepihak. Peta

    Malaysia tahun1979 sebenamya tidak memiliki implikasi hukum (legal) akan

    tetapi mempunyai implikasi politis. Peta itu tidak hanya diprotes oleh Indonesia

    tetapi juga negara Singapura, Filipina,Cina, Thailand, Vietnam, dan Inggris pun

    mengajukan protes atas nama Brunai Darusalam saat Malaysia belum merdeka,

    karena dianggap sebagai upaya perebutan wilayah negara lain. Keabsahan

    legitimasinya hingga saat ini masih terus dipertanyakan. Semua negara yang

    melakukan protes menerangkan bahwa peta tahun 1979 tidakmemiliki implikasi

    yuridis .Bahkan batas maritim yang ada tidak dilaksanakan sesuai dengan hukum

    intenasional yaitu melalui perjanjian antar negara yang bekaitan.

    2.2.2.Dasar Hukum Indonesia

    Indonesia tetap pada pendiriannya bahwa perairan Ambalat adalah bag ian

    wilayah Indonesia. Indonesia maupun Malaysia sama-sama telah meratifikasi

    kesepakatan globaltentang aturan penggunaan laut dan sumberdaya alamnya,

    selayaknya kedua Negara menggunakan konvensi PBB tentang hukum laut

    (UNCLOS) 1982 sebagai pedomandalam perundingan. Oleh karena itu

    seharusnya kedua negara tersebut menggunakanketentuan-ketentuan konvensi

    sebagai dasar setiap pengelolaan dan pengaturan undangundangnasional negara

    masing-masing.

    Indonesia berhasil memperjuangkan konsep negara kepulauan

    (Archipelagicstate) hingga diakui secara intemasional. Sehingga dapat

    menerapkan ketentuanketentuanyang berlaku sebagai negara kepulauan.

    Berdasarkan Konvensi Hukum laut1982, Indonesia mempunyai hak berdaulat atas

    kekayaan alam di dasar laut dan tanah dibawahnya, termasuk minyak dan gas

    sampai sejauh200 mil dari garis-garis pangkal nusantara Indonesia atau lebih jauh

    lagi sampai kelanjutan alamiah dari pulau-pulau terluar Indonesia ke dasar laut.

    Siok Ambalat merupakan kelajutan alamiah dariKalimantan Timur karena batuan

    dasamya adalah bagian dari lempeng benua pembentuk Kalimantan. Letak Siok

    Ambalat masih dalam jarak 200 mil dari gans dasarkepulauan nusantara di pantai

    Kalimantan Timur. Fakta tersebut yang menguatkan bahwa Siok Ambalat

  • memang masih dalam jangkauan wilayah Indonesia dan Indonesia berhak atas

    pengelolaannya. Terlebih lagi bahwa Indonesia telah melakukan eksploitasi dan

    ekplorasi pada Siok Ambalat dan wilayah sekitamya sejak dulu. Pada saat itu

    Malaysia tidak pemah melayangkan nota protes atas klaim Indonesia tersebut.

    2.3.Peraturan Intemasional yang Terkait dengan Konflik Ambalat

    UNCLOS (United nations convention law of the sea) merupakan suatu

    badan Perserikatan Sangsa-Sangsa yang membuat peraturan, dan salah satunya

    mengenai perikanan intemasional. Semua negara yang menjadi anggotanya

    berkewajiban mengacu pada pasal-pasal yang telah disetujui, dalam mengelola

    sumberdaya perikanannya dan yang berhubungan Antara satu negara dengan

    negara yang lain.

    Dalam konflik Ambalat pasal-pasal yang dapat dianalisis adalah sebagai

    berikut:

    Pasal46 UNCLOS 1982 yang mengatur mengenai negara kepulauan.

    Pasal 47 UNCLOS 1982 yang mengatur mengenai penarikan garis pangkal

    Negara Kepulauan

    Pasal 57 UNCLOS 1982 yang mengatur mengenai zona ekonomi eksklusif

    (ZEE)

    Pasal 76 UNCLOS 1982 yang mengatur mengenai landas kontinen

    Pasal77 UNCLOS 1982 yang mengatur mengenai ketentuan lanjutan atas

    landaskontinen

    2.4. Strategi Indonesla Dalam Menyelesaikan Konflik Ambalat

    2.4.1.Strategl Deplu

    Departemen Luar negeri berfungsi sebagai juru bicara kenegaraan denganp

    emerintah Malaysia. Bisa dikatakan bahwa Deplu memikul beban yang cukup

    berat,karena setiap bentuk negoisasi dapat berpengaruh terhadap hasil keputusan.

    Deplu menekankan pada soft diplomacy yaitu cara penyelesaian masalah secara

    halus tetapitetap mennpertahankan misi dengan kuat tanpa merendahkan harga

    diri bangsaIndonesia. Posisi Indonesia terhadap Malaysia dapat dikatakan kuat

    karena berdasarkankententuan-ketentuan hukum intemasional yang berlaku.

  • Walaupun Malaysia bisa dikategorikan sebagai negara yang tetap pada

    pendiriannya. Negoisasi telah berjalandan memang cukup alot dan kedua negara

    terus pada pendiriannya. Staf Divlsi Perjanjian Luar Negeri memberikan

    pemyataan bahwa Deplu akan terus mengemban tanggung jawab sebaik mungkin

    untuk mempertahankan kedaulatan negara.

    2.4.2. Strategi TNI AL

    Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) merupakan

    komponen utama pertahanan' negara yang berfungsi sebagai penegak hukum di

    laut. Mencakup menjaga kedaulatan negara dan integritas wilayah NKRI,

    mempertahankan stabilitas keamanan dilaut, melindungi sumberdaya alam dari

    berbagai bentuk gangguan dan pelanggran hukum di wilayah perairan yuridiksi

    nasional Indonesia.Strategi yang dilakukan oleh TNIAL yaitu menggelar operasi

    yang dikategorikan sebagai tindakan preventif (pencegahan)dan represif

    (tindakan).TNI AL mel/hat masalah konflik Ambalat ini lebih dari sisi pertahanan

    kedaulatan. Berbeda dengan deplu, TNI AL cenderung lebih keras bahkan

    menurut wawancara yang dilakukan dengan Kepala Biro Hukum dan Keamanan

    MayorKresno Bintoro, menyatakan bahwa "tidak akan membiarkan sejengkallaut

    pun terambil",walaupun memang perang sangat-sangat dihindari.Gelar operasi

    pun dilancarkan pada wilayah perbatasan untuk menjaga agar kapal Malaysia

    tidak melanggar kedaulatan Indonesia.

    2.4.3.Strategi DKP

    Dalam hal ini Departemen Kelautan dan Perikanan lebih berfungsi sebagai

    badan yang mengatur mengenai pengelolaan pulau-pulau Indonesia, termasuk

    pulau-pulau kecildan terluar Indonesia. Sebenamya konflik yang terjadi baik

    mengenai blok Ambalat maupun Pulau Sipadan dan Ligitan merupakan implikasi

    dari lambannya pemerintah Indonesia mengatur masalah pengelolaan sektor

    perikanan khususnya. Menurut Kasubdit Identifikasi Potensi Pulau -Pulau Kecil,

    Ir. Didi Sadili solusi yang dapat diberikan dalam penyelesaian konflik Ambalat

    adalah :

    1. Tertib administrasi pemerintahan, pemerintah seharusnya seeara detail dan

    jelasmemasukan seluruh bagian yang masuk wilayah Indonesia dengan

  • setiap keterangan mengenai data Demografi dan data Statistik dari

    keseluruhan pulau-pulau tersebut.

    2. Memberikan nama atau toponim (penamaan untuk unsur-unsur geografis)

    padas emua pulau-pulau yang ada dalam wilayah Indonesia.

    2.5. Aksi Aksi Sepihak Malaysia September 2003. Malaysia melakukan survey seismik di Blok Y dan Z:

    yang diklaim sebagai wilayah Malaysia.

    Juni 2004. Polisi Laut Tawau (Malaysia) melakukan latihan penembakan

    diwilayah perairan Indonesia.

    Januari 2005. Kapal laut Malaysia melakukan pengejaran terhadap

    kapalIndonesia (KM Wahyu dan KM Irwan).

    Tanggal 21 Februari 2005 di Takat Unarang (nama resmi Karang

    Unarang) Sebanyak 17pekerja Indonesia ditangkap oleh awak kapal

    perang Malaysia KD Sri Malaka,

    Angkatan laut Malaysia mengejar nelayan Indonesia keluar Ambalat.

    Pada koordinat: 463,59LU 1183743,52BT terjadi ketegangan yang

    melibatkan kapal perang pihak Malaysia KD Sri Johor, KD Buang dan

    Kota Baharu berikut dua kapal patroli sedangkan kapal perang dari pihak

    Indonesia melibatkan KRI Wiratno, KRI Tongkol, KRI Tedong NagaKRI

    K.S. Tubun, KRI Nuku dan KRI Singa yang kemudian terjadi Insiden

    Penyerempetan Kapal RI dan Malaysia 2005, yaitu peristiwa pada tgl. 8

    April 2005 Kapal Republik Indonesia Tedong Naga (Indonesia) yang

    menyerempet Kapal Diraja Rencong (Malaysia) sebanyak tiga kali, akan

    tetapi tidak pernah terjadi tembak-menembak karena adanya Surat

    Keputusan Panglima TNI Nomor: Skep/158/IV/2005 tanggal 21 April

    2005 bahwa pada masa damai, unsur TNI AL di wilayah perbatasan RI-

    Malaysia harus bersikap kedepankan perdamaian dan TNI AL hanya

    diperbolehkan melepaskan tembakan bilamana setelah diawali adanya

    tembakan dari pihak Malaysia terlebih dahulu.

  • Shamsudin Bardan, Ketua Eksekutif Persekutuan Majikan-majikan

    Malaysia (MEF) menganjurkan agar warga Malaysia mengurangi

    pemakaian tenaga kerja berasal dari Indonesia

    Pihak Indonesia mengklaim adanya 35 kali pelanggaran perbatasan oleh

    Malaysia.

    Tanggal 24 Februari 2007 pukul 10.00 WITA, yakni kapal perang

    Malaysia KD Budiman dengan kecepatan 10 knot memasuki wilayah

    Republik Indonesia sejauh satu mil laut, pada sore harinya, pukul 15.00

    WITA, kapal perang KD Sri Perlis melintas dengan kecepatan 10 knot

    memasuki wilayah Republik Indonesia sejauh dua mil laut yang setelah itu

    dibayang-bayangi KRI Welang, kedua kapal berhasil diusir keluar wilayah

    Republik Indonesia.

    Tanggal 25 Februari 2007 pukul 09.00 WITA KD Sri Perli memasuki

    wilayah RI sejauh 3.000 yard yang akhirnya diusir keluar oleh KRI

    Untung Suropati, kembali sekitar pukul 11.00, satu pesawat udara patroli

    maritim Malaysia jenis Beech Craft B 200 T Superking melintas

    memasuki wilayah RI sejauh 3.000 yard, kemudian empat kapal perang

    yakni KRI Ki Hadjar Dewantara, KRI Keris, KRI Untung Suropati dan

    KRI Welang disiagakan.

  • BAB III

    PENUTUP

    3.1. Kesimpulan

    Strategi yang diperlukan untuk menyelesaikan konfik Ambalat saat ini

    adalah dengan melakukan koordinasi yang baik oleh semua pihak yang

    bersangkutan. Setiap departemen melakukan tugas dan fungsinya sesuai dengan

    kewenangan. Dengan satu tujuan dan kerjasama yang solid konflik Ambalat akan

    segera terselesaikan dan bangsa Indonesia tidak akan kehilangan wilayah tersebut.

    3.2. Saran

    1. Pemerintah Indonesia hendaknya lebih peduli dan memperhatikan wilayah

    perbatasan dengan menjadikan halaman depan atau beranda dari rumah

    Negara Kesatuan Republik Indonesia.

    2. Pemerintah lebih baik menyegerakan Pembentukan badan khusus yang

    berfungsi mengatur dan menyelesaikan pennasalahan perbatasan. Sehingga

    RUU perbatasan bisa segera terselesaikan.

    3. Pemberdayaan pulau-pulau yang ada di Indonesia khususnya pulau-pulau

    perbatasan yang rawan akan pelanggaran kedaulatan negara.

    4. Tertib administrasi pemerintahan, pemerintah seharusnya harus secara detail

    danjelas memasukan mana saja bag ian yang masuk wilayah Indonesia

    dengan setiap keteragan mengenai data Demografi dan data Statistik dari

    keseluruhan pulau-pulau tersebut.

    5. Memberikan nama unsur-unsur geografis pada pulau-pulau yang belum

    bemama.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Agoes E R. 2004. Pengaturan Hukum Nasional Tentang Sengketa Ambalat Dari

    SegiHukum

    Intemasional Dan Peraturan Perundang-Undangan Nasional (Makalah). Bandung:

    (23April 2005).

    Anwar c. 1989.Horizon Baru Hukum Laut Intemasional. Jakarta: Djambatan.

    Himawan F. Geologi Blok Ambalat Dalam Penetapan Batas Landas Kontinen

    AntarNegara (Makalah). Bandung: (23 april 2005).

    Suharto E. 20Q5. Analisis Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.

    Wikipedia.com