aliran dalam pipa

45
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin modern pada saat sekarang ini, kemudian berbagai perusahaan membutuhkan tenaga kerja yang sangat ahli dan terampil dalam bekerja terutama di bidang permesinan. Dengan adanya teknologi yang serba canggih pada saat ini juga sangat membantu dan mempermudah manusia dalam melakukan setiap pekerjaannya termasuk mengoperasikan sistem aliran dalam pipa. Fluida atau zat cair (termasuk uap air dan gas) dibedakan dari benda padat karena kemampuannya untuk mengalir. Fluida lebih mudah mengalir karena kemampuannya untuk mengalir. Fluida lebih mudah mengalir karena ikatan molekul dalam fluida jauh lebih kecil dari ikatan molekul dalam zat padat, akibatnya fluida mempunyai hambatan yang relatif kecil pada perubahan bentuk karena gesekan. Pada umumnya setiap mahasiswa jurusan teknik mesin harus dapat memahami dan menguasai prinsip-prinsip dasar dalam mengoperasikan sistem aliran dalam pipa. Dengan melakukan sebuah praktikum aliran dalam pipa diharapkan mahasiswa jurusan teknik mesin akan mengetahui proses, mengetahui alat-alat yang digunakan pada saat praktikum aliran dalam pipa, memperoleh skill dan sikap yang profesional 1

Upload: anton-fransiscus

Post on 08-Jul-2016

801 views

Category:

Documents


142 download

DESCRIPTION

aliran fluida dalam pipa

TRANSCRIPT

Page 1: Aliran Dalam Pipa

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin modern pada saat

sekarang ini, kemudian berbagai perusahaan membutuhkan tenaga kerja yang sangat ahli

dan terampil dalam bekerja terutama di bidang permesinan. Dengan adanya teknologi

yang serba canggih pada saat ini juga sangat membantu dan mempermudah manusia

dalam melakukan setiap pekerjaannya termasuk mengoperasikan sistem aliran dalam

pipa.

Fluida atau zat cair (termasuk uap air dan gas) dibedakan dari benda padat karena

kemampuannya untuk mengalir. Fluida lebih mudah mengalir karena kemampuannya

untuk mengalir. Fluida lebih mudah mengalir karena ikatan molekul dalam fluida jauh

lebih kecil dari ikatan molekul dalam zat padat, akibatnya fluida mempunyai hambatan

yang relatif kecil pada perubahan bentuk karena gesekan.

Pada umumnya setiap mahasiswa jurusan teknik mesin harus dapat memahami

dan menguasai prinsip-prinsip dasar dalam mengoperasikan sistem aliran dalam pipa.

Dengan melakukan sebuah praktikum aliran dalam pipa diharapkan mahasiswa jurusan

teknik mesin akan mengetahui proses, mengetahui alat-alat yang digunakan pada saat

praktikum aliran dalam pipa, memperoleh skill dan sikap yang profesional serta

mengetahui faktor-faktor keamanan pada proses aliran dalam pipa.

Dengan mengetahui prinsip-prinsip dasar mengoperasikan aliran dalam pipa,

diharapkan agar setiap mahasiswa jurusan teknik mesin mempunyai keahlian dan

keterampilan sehingga mampu berfikir kreatif dan dinamis dalam memecahkan berbagai

persoalan yang dihadapi di dunia kerja secara efektif dan efisien.

1.2 Maksud dan Tujuan

1

Page 2: Aliran Dalam Pipa

2

1. Mahasiswa dapat menjelaskan mengenai aliran dalam pipa.

2. Mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis aliran dan kegunaannya.

3. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana prinsip kerja dari praktikum aliran

dalam pipa.

4. Mahasiswa dapat mengetahui alat-alat ukur yang digunakan dalam praktikum

aliran dalam pipa.

5. Mahasiswa mampu menerapkan K3 dalam pengoperasian aliran dalam pipa.

1.3 Sistematika Penulisan

Dalam laporan praktikum aliran dalam pipa ini terdapat sistematika penulisan sebagai

berikut :

BAB I Pendahuluan

Bab ini terdiri dari latar belakang, maksud dan tujuan, serta sistematika penulisan.

BAB II Teori Dasar

Bab ini terdiri dari teori-teori dasar yang mengenai aliran dalam pipa.

BAB III Jurnal Praktikum

Bab ini terdiri dari maksud dan tujuan, alat dan bahan, langkah kerja dari setiap

percobaan dan kesimpulan.

BAB IV Pembahasan Soal

Bab ini terdiri dari soal-soal yang berkaitan dengan aliran dalam pipa beserta

jawabannya.

BAB V Penutup

Bab ini berisikan tentang kesimpulan-kesimpulan yang dapat ditarik dari praktikum

yang telah dilaksanakan.

Page 3: Aliran Dalam Pipa

BAB II

TEORI DASAR

2.1 Pengertian Aliran Dalam Pipa

Aliran dalam pipa adalah aliran zat cair atau fluida pada saluran tertutup yang

biasanya berpenampang lingkaran yang digunakan untuk mengalirkan fluida dengan

tampang aliran penuh. Fluida atau zat cair (termasuk uap air dan gas) dibedakan dari

benda padat karena kemampuannya untuk mengalir. Fluida lebih mudah mengalir karena

ikatan molekul dalam fluida jauh lebih kecil dari ikatan molekul dalam zat padat,

akibatnya fluida mempunyai hambatan yang relatif kecil pada perubahan bentuk karena

gesekan. Zat padat mempertahankan suatu bentuk dan ukuran yang tetap, sekalipun suatu

gaya yang besar diberikan pada zat padat tersebut, zat padat tidak mudah berubah bentuk

maupun volumenya, sedangkan zat cair dan gas, zat cair tidak mempertahankan bentuk

yang tetap, zat cair mengikuti bentuk wadahnya dan volumenya dapat diubah hanya jika

diberikan padanya gaya yang sangat besar dan gas tidak mempunyai bentuk dan maupun

volume yang tetap, gas akan berkembang mengisi seluruh wadah. Karena fase cair dan

gas tidak mempertahankan suatu bentuk yang tetap, keduanya mempunyai kemampuan

untuk mengalir. Dengan demikian kedua-duanya sering secara kolektif disebut sebagai

fluida.

Gambar 2.1 Aliran dalam pipa3

Page 4: Aliran Dalam Pipa

4

Fluida yang di alirkan melalui pipa bisa berupa zat cair atau gas dan tekanan bisa

lebih besar atau lebih kecil dari tekanan atmosfer. Apabila zat cair di dalam pipa tidak

penuh maka aliran termasuk dalam aliran saluran terbuka atau karena tekanan di dalam

pipa sama dengan tekanan atmosfer (zat cair di dalam pipa tidak penuh), aliran temasuk

dalam pengaliran terbuka. Karena mempunyai permukaan bebas, maka fluida yang

dialirkan dalah zat cair. Tekanan dipermukaan zat cair disepanjang saluran terbuka adalah

tekanan atmosfer.

2.2 Jenis-Jenis Aliran Dalam Pipa

2..2.1 Aliran Laminer

Laminer bersal dari bahasa latin thin plate yang berarti plate tipis atau aliran

sangat halus. Pada aliran laminer, gaya viscous (gesek) yang relatif besar

mempengaruhi kecepatan aliran sehingga semakin mendekati dinding pipa,

semakin rendah kecepatannya. Secara teori, aliran ini berbentuk parabola dengan

bagian tengah mempunyai kecepatan paling pinggir mempunyai kecepatan paling

rendah akibat adanya gaya gesekan.

Gambar 2.2 Aliran Laminer

Page 5: Aliran Dalam Pipa

5

2.2.2 Aliran Turbulen

Pada aliran turbulen, gaya momentum aliran lebih besar dibandingkan gaya

gesekan dan pengaruh dari dinding pipa menjadi kecil. Karenanya aliran turbulen

memberikan profil kecepatan yang lebih seragam dibandingkan aliran laminer,

walaupun pada lapisan fluida dekat dinding pipa tetap laminer. Profil kecepatan

pada daerah transisi antara laminer dan turbulen dapat tidak stabil dan sulit untuk

diperkirakan karena aliran dapat menunjukkan sifat dari daerah aliran laminer

maupun turbulen atau osilasi antara keduanya. Pada beberapa tempat, aliran

turbulen dibutuhkan untuk pencampuran zat cair

Gambar 2.3 Aliran Turbulen

Untuk pipa-pipa halus dan kasar hukum-hukum tahanan universal dapat

diturunkan dari :

f = ...............................................................................................(2.1)

Keterangan: f = faktor gesek.

0 τ = tegangan geser pada dinding pipa.

= kerapatan air (density).

V = kecepatan aliran.

Page 6: Aliran Dalam Pipa

6

Untuk menentukan tegangan geser yang ditimbulkan oleh turbulensi,

dipandang aliran zat cair melalui suatu elemen dengan luas dA.

2.2.3 Aliran Transisi

Aliran transisi yaitu merupakan salah satu aliran-aliran peralihan dari aliran

laminar ke aliran yang turbulen.

Gambar 2.4 Aliran Transisi

Jenis aliran fluida didalam pipa tergantung pada beberapa faktor, yaitu :

1. Kecepatan fluida (V) didefinisikan besarnya debit aliran yang mengalir persatuan

luas.

V = .......................................................................(2.2)

2. Debit (Q) didefinisikan suatu kecepatan aliran fluida yang memberikan banyaknya

volume fluida dalam pipa.

Q = A х V [ m3.detik ].......................................................................(2.3)

Dimana : V = kecepatan aliran (m)

Q = laju aliran (m3)

Page 7: Aliran Dalam Pipa

7

A = luas pipa (m2)

2.3 Sifat-Sifat Dasar Fluida

Cairan dan gas disebut fluida, sebab zat cair tersebut dapat mengalir. Untuk

mengerti aliran fluida maka harus mengetahui beberapa sifat dasar fluida. Adapun sifat –

sifat dasar fluida yaitu; kerapatan (density), berat jenis (specific gravity), tekanan

(pressure), kekentalan (viscosity).

2.3.1 Kerapatan (Density)

Kerapatan atau density dinyatakan dengan ρ (ρ adalah huruf kecil Yunani yang

dibaca “rho”), didefinisikan sebagai massa per satuan volume.

...................................................................................(2.4)

Dimana : = kerapatan (kg/m3)

m = massa benda (kg)

v = volume (m3)

Pada persamaan 2.2 diatas, dapat digunakan untuk menuliskan massa dengan

persamaan sebagai berikut :

m = x v ...................................................................................(2.5)

Dimana : = kerapatan (kg/m3)

m = massa benda (kg)

v = volume (m3)

Kerapatan adalah suatu sifat karakteristik setiap bahan murni. Benda tersusun

atas bahan murni, misalnya emas murni, yang dapat memiliki berbagai ukuran ataupun

massa, tetapi kerapatannya akan sama untuk semuanya. Satuan SI untuk kerapatan

adalah kg/m3. Kadang kerapatan diberikan dalam g/cm3. Dengan catatan bahwa jika

kg/m3 = 1000 g/(100 cm)3, kemudian kerapatan yang diberikan dalam g/cm3 harus

dikalikan dengan 1000 untuk memberikan hasil dalam kg/m3. Dengan demikian

kerapatan air adalah 1,00 g/cm3, akan sama dengan 1000 kg/m3. Berbagai kerapatan

bahan diunjukkan pada tabel 1.1. Dalam tabel 1.1 tersebut ditetapkan suhu dan

Page 8: Aliran Dalam Pipa

8

tekanan karena besaran ini akan dipengaruhi kerapatan bahan (meskipun pengaruhnya

kecil untuk zat cair).

Tabel 2.1 Berbagai Kerapatan (Density) Bahan

Bahan Kerapatan (kg/m3)

Cair

Air pada suhu 40C 1.00 x 103

Darah, plasma 1.03 x 103

Darah seluruhnya 1.05 x 103

Air laut 1.025 x 103

Raksa 13.6 x 103

Alkohol, alkyl 0.79 x 103

Bensin 0.68 x 103

Gas

Udara 1.29

Helium 0.179

Karbon dioksida 1.98

Uap air pada suhu 1000C 0.598

2.3.2 Berat Jenis (Specific Gravity)

Berat jenis suatu bahan didefinikan sebagai perbandingan kerapatan bahan

terhadap kerapatan air. Berat jenis (specific gravity disingkat SG) adalah besaran

murni tanpa dimensi maupun satuan, dinyatakan pada persamaan 2-3 dan 2-4

sebagai berikut:

Untuk fluida cair SGc = ...........................................................(2.6)

Page 9: Aliran Dalam Pipa

9

Untuk fluida cair SGg = ...........................................................(2.7)

Dimana : ρc = massa jenis cairan (g/cm3)

ρw= massa jenis air (g/cm3)

ρg = massa jenis gas (g/cm3)

ρa = massa jenis udara (g/cm3)

2.3.3 Tekanan (Pressure)

Tekanan didefinisikan sebagai gaya per satuan luas, dengan gaya F

dianggap bekerja secara tegak lurus terhadap luas permukaan A, maka :

P = [N/m2] ...................................................................................(2.8)

Dimana : P = tekanan (N/m2)

F = gaya (N)

A = luas permukaan (m2)

Satuan tekanan dalam SI adalah N/m2. Satuan ini mempunyai nama resmi

Pascal (Pa), untuk penghormatan terhadap Blaise Pascal dipakai 1 Pa = 1 N/m2.

Namun untuk penyederhanaan, sering menggunakan N/m2. Satuan lain yang

digunakan adalah dyne/cm2, lb/in2, (terkadang disingkat dengan “psi”) dan kg/cm2

(apabila kilogram adalah gaya : yaitu 1 kg/cm2 = 10 N/cm2). Sebagai contoh

perhitungan tekanan, seorang dengan berat 60 kg yang kedua kakinya menutupi

luasan 500 cm2 akan menggunakan tekanan sebesar : F/A = m.g/A = (60 kg х 9,8

m/det2) / 0,050 m2 = 11760 kg/m2 = 12 х 104 N/m2 terhadap tanah. Jika orang

Page 10: Aliran Dalam Pipa

10

tersebut berdiri dengan satu kaki atau dua kaki dengan luasan yang lebih kecil,

gayanya akan sama tetapi karena luasannya menjadi 1⁄2 maka tekanannya akan

menjadi dua kali yaitu 24 х 104 N/m2.

Konsep tekanan sangat berguna terutama dalam berurusan dengan fluida.

Sebuah fakta eksperimental menunjukkan bahwa fluida menggunakan tekanan ke

semua arah. Hal ini sangat dikenal oleh para perenang dan juga penyelam yang

secara langsung merasakan tekanan air pada seluruh bagian tubuhnya. Pada titik

tertentu dalam fluida diam, tekanan sama untuk semua arah. Ini diilustrasikan

dalam gambar 2.5. Bayangan fluida dalam sebuah kubus kecil sehingga kita dapat

mengabaikan gaya gravitasi yang bekerja padanya. Tekanan pada suatu sisi harus

sama dengan tekanan pada sisi yang berlawanan. Jika hal ini tidak benar, gaya netto

yang bekerja pada kubus ini tidak akan sama dengan nol, dan kubus ini akan

bergerak hingga tekanan yang bekerja menjadi sama..

Gambar 2.5 Sebuah kubus

Tekanan adalah sama di setiap arah dalam suatu fluida pada kedalaman

tertentu jika tidak demikian maka fluida akan bergerak. Tekanan dalam cairan yang

mempunyai kerapatan seragam akan bervariasi terhadap kedalaman. Bayangan

sebuah titik yang terletak pada kedalaman h dibawah permukaan cairan. Bayangan

sebuah titik yang terletak pada kedalaman h dibawah permukaan cairan. Tekanan

yang disebabkan oleh cairan pada kedalaman h ini disebabkan oleh berat kolom

cairan di atasnya.

Dengan demikian gaya yang bekerja pada luasan tersebut adalah

F = mg = ρAhg .......................................................................(2.9)

Dimana : m adalah massa dari suatu benda (kg)

Page 11: Aliran Dalam Pipa

11

F adalah gaya yang bekerja (N)

Ah adalah volume kolom tersebut (m3)

ρ adalah kerapatan cairan (kg/m3)

g adalah percepatan gravitasi (m/s2)

Kemudian tekanan P adalah

P = = ....................................................................(2.10)

P = x g x h .....................................................................(2.11)

Dengan demikian, tekanan berbanding lurus dengan kerapatan cairan dan

kedalaman cairan tersebut. Secara umum, tekanan pada kedalaman yang sama

dalam cairan yang seragam sama. Persamaan 2.8, berlaku untuk fluida yang

kerapatannya konstan dan tidak berubah terhadap kedalaman yaitu, jika fluida

tersebut tak dapat dimampatkan (incompressible). Ini biasanya merupakan

pendekatan yang baik untuk fluida (meskipun pada kedalaman yang sangat dalam

didalam lautan, kerapatan air naik terutama akibat pemampatan yang disebabkan

oleh berat air dalam jumlah besar diatasnya). Dilain pihak, gas dapat mampat dan

kerapatannya dapat bervariasi cukup besar terhadap perubahan kedalaman. Jika

kerapatannya hanya bervariasi sangat kecil, persamaan 2.9 berikut dapat digunakan

untuk menentukan perbedaan tekanan Δp pada ketinggian yang berbeda,

persamaannya dapat dituliskan seperti dibawah ini :

Δp = ρ g Δh [ mmHg ] .........................................................(2.12)

Dimana : Δp = perbedaan tekanan (mmHg)

ρ = kerapatan (kg/m3)

g = gravitasi (m/det2)

Δh = pertambahan kedalaman (m)

2.3.4 Kekentalan (Viscosity)

Kekentalan (Viscosity) didefinisikan sebagai gesekan internal atau gesekan

fluida terhadap wadah dimana fluida itu mengalir. Ini ada dalam cairan atau gas,

Page 12: Aliran Dalam Pipa

12

dan pada dasarnya adalah gesekan antar lapisan fluida yang berdekatan ketika

bergerak melintasi satu sama lain atau gesekan antara fluida dengan wadah tempat

ia mengalir. Dalam cairan, kekentalan disebabkan oleh gaya kohesif antara

molekul-molekulnya sedangkan gas, berasal tumbukan diantara molekul-molekul

tersebut. Kekentalan fluida yang berbeda dapat dinyatakan secara kuantatif dengan

koefisien kekentalan, η yang didefinisikan seperti fluida diletakkan diantara dua

lempengan datar. Salah satu lempengan diam dan yang lain dibuat bergerak. Fluida

yang secara langsung bersinggungan dengan masing-masing lempengan ditarik

pada permukaanya oleh gaya rekat diantara molekul-molekul cairan dengan kedua

lempengan tersebut. Dengan demikian permukaan fluida sebelah atas bergerak

dengan laju v yang seperti lempengan atas, sedangkan fluida yang bersinggungan

dengan lempengan diam bertahan diam.

Kenaikan kecepatan dibagi oleh jarak dengan perubahan ini dibuat – sama

dengan v/I disebut gradien kecepatan. Untuk menggerakkan lempengan diatas

memerlukan gaya, yang dapat dibuktikan dengan menggerakkan lempengan datar

melewati genangan fluida. Untuk fluida tertentu, diperoleh bahwa gaya sebagai

berikut:

F = ] .....................................................................................(2.13)

Untuk fluida yang berbeda, fluida yang kental, diperlukan gaya yang lebih

besar. Tetapan kesebandingan untuk persamaan ini didefinisikan sebagai koefisien

kekentalan, η :

η = .....................................................................................(2.14)

Dimana : F = gaya (kg/m2)

Page 13: Aliran Dalam Pipa

13

A = luasan fluida yang bersinggungan dengan setiap lempengan (m2)

V = kecepatan fluida (m/detik2)

L = Jarak lempengannya (m2)

η = koefisien kekentalan (pa.s)

Penyelesaian untuk η, kita peroleh η = FI/vA. Satuan SI untuk η adalah

N.s/m2 = Pa.s (pascal.detik). Dalam sistem cgs, satuan ini adalah dyne.s/cm2 dan

satuan ini disebut poise (P). Kekentalan sering dinyatakan dalam centipoises (cP),

yaitu 1/100 poise. Tabel 2.2 menunjukkan daftar koefisien kekentalan untuk

berbagai fluida. Suhu juga dispesifikasikan, karena mempunyai efek yang

berpengaruh dalam menyatakan kekentalan cairan seperti minyak motor, sebagai

contohnya, menurun dengan cepat terhadap kenaikan suhu.

Tabel 2.2 Koefisien kekentalan untuk berbagai fluida

Fluida Suhu Koefisien kekentalan η (Pa.s)

Air

0 1,8 x 10-3

20 1,0 x 10-3

100 0,3 x 10-3

Darah seluruh tubuh 37 4 x 10-3

Plasma darah 37 1,5 x 10-3

Alkohol ethyl 20 1,2 x 10-3

Mesin-mesin 30 200 x 10-3

Gliserin 20 1500 x 10-3

Udara 20 0,018 x 10-3

Hidrogen 0 0,009 x 10-3

Uap air 100 0,013 x 10-3

Page 14: Aliran Dalam Pipa

14

2.4 Aliran Dalam Tabung

Jika fluida tidak mempunyai kekentalan, ia dapat mengalir melalui tabung atau

pipa mendatar tanpa memerlukan gaya. Oleh karena itu adanya kekentalan, perbedaan

tekanan antara kedua ujung tabung diperlukan untuk aliran mantap setiap fluida nyata,

misalnya air atau minyak didalam pipa. Laju alir dalam tabung bulat bergantung pada

kekentalan fluida, perbedaan tekanan, dan dimensi tabung. Seorang ilmuan Perancis J.L

Poiseuille (1977-1869), yang tertarik pada fisika sirkulasi darah (yang menamakan

“poise”), menentukan bagaimana variabel yang mempengaruhi laju aliran fluida yang tak

dapat mampat yang menjalani aliran laminar dalam sebuah tabung silinder. Hasilnya

dikenal sebagai persamaan Poiseuille sebagai berikut : Jika arus lewat pada suatu

konduktor, timbul medan magnet di sekitar konduktor. Arah medan magnet ditentukan

oleh arah aliran arus pada konduktor.

Q = .................................................................................(2.15)

Dimana : r = jari-jari dalam tabung (m)

L = panjang tabung (m)

P1-P2 = perbedaan tekanan pada kedua ujung (atm)

η = kekentalan (P.s/m2)

Q = laju aliran volume (m3/detik)

2.4.1 Persamaan Kontuinitas

Gerak fluida didalam suatu tabung aliran haruslah sejajar dengan dinding

tabung. Meskipun besar kecepatan fluida dapat berbeda dari suatu titik ke titik lain

didalam tabung. Pada gambar II-4 menunjukkan tabung aliran untuk membuktikan

persamaan kontinuitas.

Page 15: Aliran Dalam Pipa

15

Gambar 2.6 Tabung aliran membuktikan persamaan kontuinitas

Pada gambar 2.6, misalkan pada titik P besar kecepatan adalah V1, dan pada

titik Q adalah V2. Kemudian A1 dan A2 adalah luas penampang tabung aliran

tegak lurus pada titik Q. Didalam interval waktu Δt sebuah elemen fluida mengalir

kira-kira sejauh VΔt.

Maka massa fluida Δm1 yang menyeberangi A1 selama interval waktu Δt adalah

Δm = ρ1 A1 V1 Δt .....................................................................(2.16)

Dengan kata lain massa Δm1/Δt adalah kira-kira sama dengan ρ1A1V1.

Kita harus mengambil Δt cukup kecil sehingga didalam interval waktu ini baik V

maupun A tidak berubah banyak pada jarak yang dijalani fluida, sehingga dapat

ditulis massa di titik P adalah ρ1A1V1 massa di titik Q adalah ρ2A2V2, dimana ρ1

dan ρ2 berturut-turut adalah kerapatan fluida di P dan Q. Karena tidak ada fluida

yang berkurang dan bertambah maka massa yang menyeberangi setiap bagian

tabung per satuan waktu haruslah konstan. Maka massa P haruslah sama dengan

massa di Q, sehingga dapatlah ditulis;

ρ1A1V1 = ρ2A2V2 .....................................................................(2.17)

atau

ρ A V = konstan .....................................................................(2.18)

Persamaan (2-19) berikut menyatakan hukum kekekalan massa didalam fluida. Jika

fluida yang mengalir tidak termampatkan, dalam arti kerapatan konstan maka

persamaan (2-19) dapat ditulis menjadi :

Page 16: Aliran Dalam Pipa

16

A1 V1 = A2 V2 .....................................................................(2.19)

atau

A V = konstan .....................................................................(2.20)

Persamaan diatas dikenal dengan persamaan kontinuitas.

2.5  Pengenalan Alat Ukur

Didalam pabrik-pabrik pengolahan dilengkapi dengan berbagai macam alat

pengoperasian. Setiap peralatan saling mendukung antara satu peralatan dengan peralatan

lainnya. Untuk mencapai hasil yang diinginkan maka diperlukan peralatan pendukung.

Salah satu peralatan pendukung yang penting dalam suatu pabrik adalah peralatan

instrument pabrik. Peralatan instrument merupakan bagian dari kelengkapan

keterpasangan peralatan yang dapat dipergunakan untuk mengetahui dan memperoleh

sesuatu yang dikehendaki dari suatu kegiatan kerja peralatan mekanik. Salah satu

peralatan instrument yang penting adalah alat ukur. Penggunaan alat ukur dalam pabrik

sangat banyak digunakan, ini bertujuan untuk menjaga agar hasil yang diinginkan sesuai

dengan kebutuhan sehingga perlu adanya peliharaan/perawatan dari alat ukur.

Alat-alat ukur instrument yang dipergunakan untuk mengukur dan menunjukkan

besaran suatu fluida disebut sebagai alat ukur aliran fluida, yaitu ;

1. Alat Ukur Primer

Yang dimaksud dengan alat ukur primer adalah bagian alat ukur yang berfungsi

sebagai alat perasa.

2. Alat Ukur Sekunder

Alat ukur sekunder adalah bagian yang mengubah dan menunjukkan besaran aliran

yang dirasakan alat perasa supaya dapat dibaca. Alat ukur yang sering kita jumpai di

dalam pabrik dibagi menurut fungsinya yaitu;

a. Alat Pengukur Aliran

Alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan aliran dari fluida yang mengalir.

b. Alat pengukur tekanan

Alat yang digunakan untuk mengukur dan menunjukkan besaran tekanan dari

fluida.

c. Alat pengukur tinggi permukaan cairan

Page 17: Aliran Dalam Pipa

17

Alat yang digunakan untuk mengukur ketinggian permukaan fluida.

d. Alat pengukur temperatur

Alat yang digunakan untuk mengukur dan menunjukkan besaran temperatur.

2.6 Mengatur Kecepatan Pada Armateur

Jika fluks Φ tetap dijaga konstan, dan kecepatannya berubah berdasarkan

armature voltage (Es). Dengan naiknya atau turunnya Es, kecepatan motor akan naik atau

turun sesuai dengan perbandingannya.

Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa Es dapat divariasikan dengan

menghubungkan motor armature M ke excited variable voltage dc generator G yang

berbeda. Field excitation dari motor tetap dijaga tetap kosntan, tetapi generator Ix bisa

divariasikan dari nol sampai maksimum dan bahkan sebaliknya. Oleh sebab itu generator

output voltage Es bisa divariasikan dari nol sampai maksimum, baik dalam polaritas

positif maupun negatif. Oleh karena itu, kecepatan motor dapat divariasikan dari nol

sampai maksimum dalam dua arah. Metode speed control ini, dikenal sebagai sistem

Ward-Leonard, ditemukan di pabrik baja (steel mills), lift bertingkat, pertambangan, dan

pabrik kertas.

Dalam instalasi modern, generator sering digantikan dengan high power

electronic converter yang mengubah ac power dari listrik ke dc. Ward-Leonard sistem

lebih dari sekadar cara sederhana dengan menerapkan suatu variabel dc ke armature dari

motor dc. Hal tersebut benar-benar dapat memaksa motor utnuk mengembangkan torsi

dan kecepatan yang dibutuhkan oleh beban.

Contohnya, misalkan Es disesuaikan dengan sedikit lebih tinggi daripada Eo dari motor.

Arus akan mengalir dengan arah sesuai dengan gambar di atas, dan motor

mengembangkan torsi yang positif. Armature dari motor menyerap power karena I

mengalir ke terminal positif.

Sekarang, misalkan kita mengurangi Es dengan mengurangi excitation ΦG.

Segera setelah Es menjadi kurang dari Eo, arus I berbalik. Hasilnya, torsi motor berbalik

dan armature dari motor menghantarkan daya ke generator G. Akibatnya, motor dc

Page 18: Aliran Dalam Pipa

18

mendadak menjadi generator dan generator G mendadak menjadi motor. Maka, dengan

mengurangi Es, motor tiba-tiba dipaksa untuk memperlambat.

Saat generator menerima daya listrik, generator beroperasi sebagai motor

mengendalikan motor ac sendiri sebagai asynchrounous generator. Hasilnya, ac power

memberikan kembali ke rangkaian yang biasanya memberikan motor ac. Kenyataannya

daya bisa diperoleh kembali, cara ini membuat Ward-Leonard sistem menjadi sangat

efisien.

Kecepatan dari motor dan dihubungkan ke beban mekanis akan cepat jatuh

dibawah pengaruh electromechanical braking torque.

Cara lain untuk mengontrol kecepatan dari motor dc adalah menempatkan rheostat yang

diserikan dengan armature. Arus dalam rheostat menghasilkan voltage drop jika

dikurangi dari fixed source voltage Es, menghasilkan tegangan suplai yang lebih kecil

dari armature. Metode ini memungkinkan kita untuk mengurangi kecepatan dibawah

kecepatan nominalnya. Ini hanya direkomendasikan untuk motor kecil karena banyak

daya dan pasa yang terbuang dalam rheostat, dan efisiensi keseluruhannya rendah. Di

samping itu, pengaturan kecepatan lemah, bahkan untuk rheostat yg diatur fixed.

Akibatnya, IR drop sedangkan rheostat meningkat sebagaimana arus armature

meningkat. Hal ini menghasilkan penurunan kecepatan yang

besar dengan naiknya beban mekanis.

2.7 Mengatur Kecepatan Dengan Field

Berdasarkan persamaan di atas kita juga dapat memvariasikan kecepatan motor dc

dengan memvariasikan field fluks Φ. Tegangan armature Es tetap dijaga konstan agar

numerator pada persamaan di atas juga konstan. Oleh sebab itu, kecepatan motor

sekarang berubah perbandingannnya ke fluks Φ; jika kita menaikkan fluksnya, kecepatan

akan jatuh dan sebaliknya.

Metode dari speed control ini seringkali digunakan saat motor harus dijalankan

diatas kecepatan rata-ratanya disebut base speed. Untuk mengatur fluks (dan

kecepatannya), kita menghubungkan rheostat Rf secara seri dengan field-nya.

Page 19: Aliran Dalam Pipa

19

Untuk mengerti metode speed control, awalnya berjalan pada kecepatan konstan.

Counter emf Eo sedikit lebih rendah dari tegangan suplai armature Es, karena penurunan

IR armature. Jika tiba-tiba hambatan dari rheostat ditingkatkan, baik exciting current Ix

dan fluks Φ akan berkurang. Hal ini segera mengurangi emf Eo, menyebabkan arus

armature I melonjak ke nilai yang lebih tinggi. Arus berubah secara dramatis karena

nilainya tergantung pada perbedaam yang sangat kecil antara Es dan Eo.

Meskipun field-nya lemah, motor mengembangkan torsi yang lebih besar dari

sebelumnya. Itu akan mempercepat sampai Eo hampir sama dengan Es.

Untuk lebih jelasnya, untuk mengembangkan Eo yang sama dengan fluks yang

lebih lemah, motor harus berputar lebih cepat. Oleh karena itu kita dapat meningkatkan

kecepatan motor di atas nilai nominal dengan memperkenalkan hambatan di dalam seri

dengan field. Untuk shunt wound motors, metode dari speed control memungkinkan high

speed/base speed rasio setinggi 3 : 1. Range broader speed cenderung menghasilkan

ketidakstabilan dan miskin pergantian.

Di bawah kondisi-kondisi abnormal tertentu, fluks mungkin akan drop ke nilai

rendah yang berbahaya. Sebagai contoh, jika arus exciting dari motor shunt sengaja

diputus, satu-satunya fluks yang tersisa adalah remanent magnetism (residual

magnetism) di kutub. Fluks ini terlalu kecil bagi motor untuk berputar pada kecepatan

tinggi yang berbahaya untuk menginduksi yang diharuskan. Perangkat keamanan

diperkenalkan untuk mencegah kondisi seperti pelarian.

2.8 Shunt Motor Under Load

Mempertimbangkan sebuah motor dc berjalan tanpa beban. Jika beban mekanis

tiba-tiba diterapkan pada poros, arus yang kecil tanpa beban tidak menghasilkan torsi

untuk membawa beban dan motor mulai perlahan turun. Ini menyebabkan cemf

berkurang, menghasilkan arus yang lebih tinggi dan torsi lebih tinggi. Saat torsi

dikembangkan oleh motor adalah sama dengan torsi yang dikenakan beban mekanik,

kemudian, kecepatan akan tetap konstan. Untuk menyimpulkan, dengan meningkatnya

beban mekanis, arus armature akan naik dan kecepatan akan turun. Kecepatan motor

shunt akan tetap relatif konstan dari tidak ada beban ke beban penuh. Pada motor yang

kecil, itu hanya turun sebesar 10-15 persen saat beban penuh ditambahkan. Pada mesin

yang besar, drop-nya bahkan berkurang, sebagian ke hambatan armature yang paling

Page 20: Aliran Dalam Pipa

20

rendah. Dengan menyesuaikan field rheostat, kecepatan harus dijaga agar benar-benar

konstan sesuai dengan perubahan beban.

2.9 Series Motor

Motor seri identik dalam kosntruksi untuk motor shunt kecuali untuk field. Field

dihubungkan secara seri dengan armature. Oleh karena itu, membawa arus armature

seluruhnya. Field seri ini terdiri dari beberapa putaran kawat yang mempunyai

penampang cukup besar untuk membawa arus. Meskipun konstruksi serupa, properti dari

motor seri benar-benar berbeda dari motor shunt / dalam motor shunt, fluks Φ per pole

adalah konstan pada semua muatan karena field shunt dihubungkan ke rangkaian. Tetapi

motor seri, fluks per pole tergantung dari arus armature dan beban. Saat arusnya besar,

fluksnya besar dan sebaliknya.

Meskipun berbeda, prinsip dasarnya dan perhitungannya tetap sama. Pada motor

yang mempunyai hubungan seri jumlah arus yang melewati angker dinamo sama besar

dengan yang melewati kumparan. Jika beban naik motor berputar makin pelan. Jika

kecepatan motor berkurang maka medan magnet yang terpotong juga makin kecil,

sehingga terjadi penurunan EMF kembali dan peningkatan arus catu daya pada kumparan

dan angker dinamo selama ada beban. Arus lebih ini mengakibatkan peningkatan torsi

yang sangat besar.

Catatan :

Contoh keadaan adalah pada motor starter yang mengalami poling (angker dynamo

menyentuh kutub karena kurang lurus atau ring yang aus). Arus yang tinggi akan

mengalir melalui kumparan dan anker dinamo karena kecepatan angker dynamo menurun

dan menyebabkan turunnya EMF kembali.

Page 21: Aliran Dalam Pipa

21

Gambar 2.17 Motor dengan kumparan seri

EMF kembali mencapai maksimum jika kecepatan angker dinamo maksimum.

Arus yang disedot dari catu daya menurun saat motor makin cepat karena EMF kembali

yang terjadi melawan arus catu daya.

EMF kembali tidak bisa sama besar dengan arus EMF yang diberikan pada motor

dc sehingga akan mengalir searah dengan EMF yang diberikan. Karena ada dua EMF

yang saling berlawanan EMF kembali menghapuskan EMF. Yang diberikan, maka arus

yang mengalir pada angker dinamo menjadi jauh lebih kecil jika ada EMF kembali.

Karena EMF kembali melawan tegangan yang diberikan maka resistansi angker

dynamo akan tetap kecil sementara arus angker dinamo dibatasi pada nilai yang aman.

2.10 Pengereman Regeneratif

Bagan rangkaian di bawah ini menjelaskan mengenai rangkaian pemenggal yang

bekerja sebagai pengerem regeneratif. Vo adalah gaya gerak listrik yang dibangkitkan

oleh mesin arus searah, sedangkan Vt adalah tegangan sumber bagi motor sekaligus

merupakan baterai yang diisi. Ra dan La masing-masing hambatan dan induktansi

jangkar.

Page 22: Aliran Dalam Pipa

22

Gambar 2.18 Bagan Pengereman Regeneratif

Prinsip kerja rangkaian ini sebagai berikut :

Ketika saklar pemenggal dihidupkan, maka arus mengalir dari jangkar,

melewati scalar dan kembali ke jangkar. Ketika skalar pemenggal dimatikan, maka

energi yang tersimpan pada induktor jangkar akan mengalir melewati dioda, baterai

dengan tegangan Vt dan kembali ke jangkar. Analogi rangkaian sistem pengereman

regeneratif dari gambar di atas dapat dibagi menjadi dua mode. Mode 1 ketika saklar on

dan mode ke-2 ketika saklar off seperti ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.19 Rangkaian ekuivalen untuk a) saklar on; b) saklar off

Page 23: Aliran Dalam Pipa

23

dengan :

Vo = gaya gerak listrik

La = induktansi jangkar

Ra = resistansi jangkar

Vt = tegangan batería

i1 = kuat arus jangkar ketika pemenggal on (arus tidak melewati baterai)

i2 = kuat arus jangkar ketika pemenggal off ( arus melewati baterai)

Sedangkan Gambar di bawah ini menunjukkan arus jangkar yang kontinyu dan yang

tidak kontinyu.

Gambar 2.20 Arus jangkar a). Kontinu; b). Arus terputus

dengan:

I1o = kuat arus jangkar saat pemenggal mulai on.

I2o = kuat arus jangkar saat pemenggal mulai off.

ton = lama waktu pemenggal on.

toff = lama waktu pemenggal off.

td = lama waktu dimana i2 tidak nol.

Tp = perioda pemenggal, Tp = ton + off.

Page 24: Aliran Dalam Pipa

24

2.11 Reaksi Jangkar

Terjadinya gaya torsi pada jangkar disebabkan oleh hasil interaksi dua garis

medan magnet. Kutub magnet menghasilkan garis medan magnet dari utara ke selatan

melewati jangkar. Interaksi kedua magnet berasal dari stator dengan magnet yang

dihasilkan jangkar mengakibarkan jangkar mendapatkan gaya torsi putar berlawanan arah

jarum jam. Karena medan utama dan medan jangkar terjadi bersama sama hal ini akan

menyebabkan perubahan arah medan utama dan akan mempengaruhi berpindahnya garis

netral yang mengakibatkan kecenderungan timbul bunga api pada saat komutasi. Untuk

itu biasanya pada motor DC dilengkapi dengan kutub bantu yang terlihat seperti gambar

dibawah ini:

Gambar 2.21 kutub bantu (interpole) pada motor DC

Kutub bantu ini terletak tepat pada pertengahan antara kutub utara dan kutub

selatan dan berada pada garis tengah teoritis. Lilitan penguat kutub ini dihubungkan seri

dengan lilitan jangkar, hal ini disebabkan medan lintang tergantung pada arus jangkarnya.

Untuk mengatasi reaksi jangkar pada mesin-mesin yang besar dilengkapi dengan lilitan

kompensasi. Lilitan kompensasi itu dipasang pada alur-alur yang dibuat pada sepatu

kutub dari kutub utama. Lilitan ini seperti juga halnya dengan lilitan kutub bantu

dihubungkan seri dengan lilitan jangkar. Arah arusnya berlawanan dengan arah arus

kawat jangkar yang berada dibawahnya.

Page 25: Aliran Dalam Pipa

BAB III

JURNAL PRAKTIKUM

3.1 Maksud dan Tujuan

1. Agar mahasiswa dapat mengetahui semua hambatan kecepatan air yang ada dalam

pipa.

2. Agar mahasiswa bisa mengetahui alat ukur orifice dan venturimeter.

3. Agar mahasiswa dapat menghitung nilai aktual dan membandingkan hitungan teori.

4. Agar mahasiswa dapat mendesain plumbing secara tepat.

3.2 Alat dan Bahan

1. Pompa air 125 kw 1 unit.

2. Tangki air 1 unit.

3. Meteran atau penggaris 1 unit.

4. Valve kuning.

5. Selang.

6. Stopwacth.

7. Gelas ukur.

3.3 Langkah Kerja

A. Percobaan I

Menentukan karakteristik oriface meter :

1. Isi tangki air sebanyak 50 sampai 55 liter.

2. Buka katup 44, 45 dan 50, katup yang lain dibuka sehingga air keluar melalui

katup 49 dan 51 lalu hidupkan pompa.

3. Hubungkan pipa karet ke manometer ke kutup 40, 41, lalu buka katup.

4. Tutup katup 52 dan buka katup 45 secara perlahan mulai dari ¼, ½, ¾, dan

buka penuh sebagai pengatur debit air yang keluar dari pipa 46 ketangki air.

5. Tutup katup 45.

6. Ukurlah dan amati debit air pada tangki penampang.

7. Lakukan 4 kali pengambilan data.

25

Page 26: Aliran Dalam Pipa

26

B. Percobaan II

Menentukan karakteristik venturi meter :

1. Lakukan prosedur yang sama seperti percobaan I.

2. Hubungkan pipa karet dititik 38 dan 39.

3. Catat data percobaan II.

Percobaan In Out Debit air

Pertama (oriface) 97 92 840 ml/detik

Kedua (venturi) 100 93 860 ml/detik

Ketiga

Pipa 1 inchi

Pipa ¾ inchi

Pipa ½ inchi

125

176

178

95

173

174

C. Percobaan III (Diameter pipa 1 inchi)

1. Lakukan percobaan sesuai dengan percobaan I, katup 46 ditutup dan 52

dibuka.

2. Nyalakan motor untuk mengalirkan fluida.

3. Tutup semua katup kecuali katup yang mengalir melalui pipa 1.

4. Pasang sambungan selang pengatur tekanan fluida pada masing-masing keran

in dan out pipa Ø 1.

5. Ukur tekanan yang tertera pada alat ukur dan catat hasilnya.

D. Percobaan IV (Diameter pipa ¾ inchi)

1. Lakukan percobaan sesuai dengan percobaan sebelumnya, buka katup 46 dan

52.

2. Tutup semua katup kecuali katup yang mengalir pada pipa ¾ dan katup 52.

3. Nyalakan motor untuk mengalirkan fluida.

4. Pasang selang pengukuran tekanan fluida pada masing-masing keran.

5. Ukur tekanan yang tertera pada alat ukur dan catat hasilnya.

E. Percobaan V (Diameter pipa ½ inchi)

1. Lakukan percobaan sebelumnya, katup 45 ditutup dan 52 dibuka.

2. Tutup semua katup kecuali katup yang mengalir pada pipa diameter ½ inchi

dan katup 52.

Page 27: Aliran Dalam Pipa

27

3. Nyalakan motor untuk mengalirkan fluida.

4. Palang selang pengukur tekanan pada fluida masing-masing keran in dan out.

5. Ukur tekanannya dan catat hasilnya.

3.4 Kesimpulan

1. Fluida memiliki beberapa sifat seperti menyesuaikan dengan tempatnya dan

mengarahkan tekanan ke segala arah.

2. Sebuah rangkaian hidrolik terdiri dari tangki, pipa, saringan dan hambatan.

3. Terdapat 2 jenis aliran fluida yaitu aliran laminer dan turbulen.

4. Terdapat 2 jenis hambatan yaitu oriface dan venturi.

5. Tekanan fluida dipengaruhi oleh aliran cepat pertukaran luas permukaan dan jarak

tempuh.

Page 28: Aliran Dalam Pipa

BAB IV

PEMBAHASAN SOAL

4.1 Pertanyaan

1. Buatlah skema dari motor DC yang sederhana dan tulis nama-nama bagiannya !

2. Bagaimana prinsip kerja dari motor DC ?

3. Jelaskan mekanisme kerja dari seluruh jenis motor secara umum !

4. Jelaskan cara mengukur kecepatan putaran motor menggunakan tachometer !

28

Page 29: Aliran Dalam Pipa

29

4.2 Jawaban

1. Bagian-bagian dari motor DC.

2. Prinsip kerja dari motor DC yaitu :

Jika arus lewat pada suatu konduktor, timbul medan magnet di sekitar

konduktor. Arah medan magnet ditentukan oleh arah aliran arus pada konduktor.

(http://blogs.itb.ac.id/el2244k0112211077alpinarief/2013/05/02/motor-dc-2/)

Page 30: Aliran Dalam Pipa

30

Aturan genggaman tangan kanan bisa dipakai untuk menentukan arah garis

fluks di sekitar konduktor. Genggam konduktor dengan tangan kanan dengan jempol

mengarah pada arah aliran arus, maka jari-jari anda akan menunjukkan arah garis

fluks.

Catatan :

Medan magnet hanya terjadi di sekitar sebuah konduktor jika ada arus mengalir pada

konduktor tersebut.

3. Mekanisme kerja dari seluruh jenis motor secara umum yaitu:

1. Arus listrik yang mengalir dalam medan magnet akan memberikan gaya.

2. Jika kawat yang membawa arus dibengkokkan menjadi sebuah lingkaran / loop,

maka kedua sisi loop, yaitu pada sudut kanan medan magnet akan mendapatkan

gaya pada arah yang berlawanan.

3. Pasangan gaya menghasilkan tenaga putar / torque untuk memutar kumparan.

4. Motor-motor memiliki beberapa loop pada dinamonya untuk memberikan tenaga

putaran yang lebih seragam dan medan magnetnya dihasilkan oleh susunan

elektromagnetik yang disebut kumparan medan.

5. Kumparan medan yang dialiri arus listrik akan menghasilkan medan magnet yang

melingkupi kumparan jangkar dengan arah tertentu.

Page 31: Aliran Dalam Pipa

31

4. Cara mengukur kecepatan putaran motor menggunakan tachometer

a. Nyalakan motor yang akan diukur putarannya.

b. Nyalakan tachometer untuk mengukurnya, kemudian dekatkan dan arahkan

tachometer sampai inframerahnya bertepatan dengan diporos motor yang akan di

ukur.

c. Lihat pada tachometer angka yang muncul.

d. Catat setiap percobaan.

Page 32: Aliran Dalam Pipa

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa motor DC

adalah salah satu motor listrik yang arusnya searah dalam mengubah energi

elektromagnetis ke energi mekanik. Energi mekanik ini digunakan untuk memutar

impeller pompa, blower, menggerakan kompresor, dan mengangkat bahan.

Praktikum yang telah dilaksanakan pada akhirnya memperoleh data pengamatan

kecepatan putaran motor beserta tegangannya. Semakin besar tegangannya maka semakin

besar juga RPM-nya dan semakin kecil tegangannya maka semakin kecil juga RPM-nya.

Dalam pengoperasiannya, layaknya motor listrik lainnya operator disarankan

untuk menjaga kesehatan dan keselamatan kerja terutama bagi para pemula agar tetap

selalu berada dalam pengawasan pembimbingnya.

32