9. prinsip dasar aliran melalui pipa

22
Teknik Penyediaan Air Minum Jurusan Teknik Sipil FT Unsri 1 M. Baitullah Al Amin IX. PRINSIP DASAR ALIRAN MELALUI PIPA Aliran melalui pipa merupakan metode yang umumnya digunakan untuk mengalirkan fluida dengan debit aliran yang kecil sampai dengan besar. Dalam aliran pipa, fluida mengisi keseluruhan dari penampang melintang suatu saluran pipa, sehingga tidak terdapat permukaan bebas. Tekanan fluida umumnya lebih besar dari tekanan atmosfer, namun dalam beberapa kasus memungkinkan tekanannya lebih kecil dari tekanan atmosfer yang menyebabkan aliran dengan permukaan bebas sampai dengan tekanan negatif seperti halnya aliran melalui siphon (siphon action). Walaupun demikian, jika tekanan fluida terlampau kecil dibandingkan tekanan atmosfer, gas terlarut di dalam fluida akan keluar dan kontinuitas fluida dalam pipa akan terganggu dan aliran akan berhenti. Aliran melalui pipa dianalisis menggunakan persamaan kontinuitas dan persamaan energi. Persamaan kontinuitas untuk aliran mantap dalam pipa lingkaran dengan diameter D adalah: V D Q 2 4 π = (9.1) Dimana V = kecepatan aliran rata-rata, dan Q = debit aliran. Persamaan energi untuk aliran mantap adalah: L h g V h z g V h z + + + = + + 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 (9.2) Dimana z1 dan z2 = elevasi titik 1 dan 2 pada sumbu pipa (diukur dari garis datum), h1 dan h2 = energi tekanan, V1 dan V2 = kecepatan aliran rata-rata pada penampang 1 dan 2 (Gambar 9.1), g = percepatan gravitasi, dan hL = kehilangan energi antara penampang 1 dan 2. Kehilangan energi hL dibagi menjadi dua bagian, yaitu: hf = kehilangan energi akibat tahanan/friksi permukaan saluran (disebut juga sebagai kehilangan energi primer), dan hm = kehilangan energi akibat tahanan bentuk saluran, yang dapat berupa perubahan bentuk saluran (disebut juga sebagai kehilangan energi sekunder). Dengan demikian, m f L h h h + = (9.3) Kehilangan energi sekunder hm adalah nol seperti yang ditunjukkan pada Gambar 9.1. Nilai h + z disebut sebagai energi piezometrik, dan garis penghubung energi piezometrik tersebut di sepanjang pipa disebut sebagai garis gradien hidrolik.

Upload: baitullah-parisa-al-amin

Post on 25-Jul-2015

1.055 views

Category:

Documents


52 download

DESCRIPTION

Teknik Penyediaan Air Minum Jurusan Teknik Sipil FT UnsriM. Baitullah Al AminIX. PRINSIP DASAR ALIRAN MELALUI PIPAAliran melalui pipa merupakan metode yang umumnya digunakan untuk mengalirkan fluida dengan debit aliran yang kecil sampai dengan besar. Dalam aliran pipa, fluida mengisi keseluruhan dari penampang melintang suatu saluran pipa, sehingga tidak terdapat permukaan bebas. Tekanan fluida umumnya lebih besar dari tekanan atmosfer, namun dalam beberapa kasus memungkinkan tekanannya leb

TRANSCRIPT

Page 1: 9. Prinsip Dasar Aliran Melalui Pipa

Teknik Penyediaan Air Minum

Jurusan Teknik Sipil FT Unsri

1

M. Baitullah Al Amin

IX. PRINSIP DASAR ALIRAN MELALUI PIPA

Aliran melalui pipa merupakan metode yang umumnya digunakan untuk mengalirkan

fluida dengan debit aliran yang kecil sampai dengan besar. Dalam aliran pipa, fluida

mengisi keseluruhan dari penampang melintang suatu saluran pipa, sehingga tidak

terdapat permukaan bebas. Tekanan fluida umumnya lebih besar dari tekanan atmosfer,

namun dalam beberapa kasus memungkinkan tekanannya lebih kecil dari tekanan

atmosfer yang menyebabkan aliran dengan permukaan bebas sampai dengan tekanan

negatif seperti halnya aliran melalui siphon (siphon action). Walaupun demikian, jika

tekanan fluida terlampau kecil dibandingkan tekanan atmosfer, gas terlarut di dalam

fluida akan keluar dan kontinuitas fluida dalam pipa akan terganggu dan aliran akan

berhenti.

Aliran melalui pipa dianalisis menggunakan persamaan kontinuitas dan persamaan energi.

Persamaan kontinuitas untuk aliran mantap dalam pipa lingkaran dengan diameter D

adalah:

VDQ 2

4

π= (9.1)

Dimana V = kecepatan aliran rata-rata, dan Q = debit aliran. Persamaan energi untuk

aliran mantap adalah:

Lhg

Vhz

g

Vhz +++=++

22

2

222

2

111 (9.2)

Dimana z1 dan z2 = elevasi titik 1 dan 2 pada sumbu pipa (diukur dari garis datum), h1

dan h2 = energi tekanan, V1 dan V2 = kecepatan aliran rata-rata pada penampang 1 dan 2

(Gambar 9.1), g = percepatan gravitasi, dan hL = kehilangan energi antara penampang 1

dan 2. Kehilangan energi hL dibagi menjadi dua bagian, yaitu: hf = kehilangan energi

akibat tahanan/friksi permukaan saluran (disebut juga sebagai kehilangan energi primer),

dan hm = kehilangan energi akibat tahanan bentuk saluran, yang dapat berupa perubahan

bentuk saluran (disebut juga sebagai kehilangan energi sekunder). Dengan demikian,

mfL hhh += (9.3)

Kehilangan energi sekunder hm adalah nol seperti yang ditunjukkan pada Gambar 9.1.

Nilai h + z disebut sebagai energi piezometrik, dan garis penghubung energi piezometrik

tersebut di sepanjang pipa disebut sebagai garis gradien hidrolik.

Page 2: 9. Prinsip Dasar Aliran Melalui Pipa

Teknik Penyediaan Air Minum

Jurusan Teknik Sipil FT Unsri

2

M. Baitullah Al Amin

Gambar 9.1. Sketsa aliran melalui pipa

Mengetahui kondisi pada penampang 1, dan menggunakan persamaan (9.2), energi

tekanan pada penampang 2 dapat ditulis sebagai:

Lhg

VVzzhh −

−+−+=

2

2

2

2

12112 (9.4)

Untuk penampang pipa yang konstan(tidak berubah), persamaan (9.4) menjadi:

Lhzzhh −−+= 2112 (9.5)

Dengan demikian, h2 dapat diperoleh jika nilai hL diketahui.

9.1. TAHANAN PERMUKAAN

Kehilangan energi akibat tahanan permukaan saluran diberikan oleh persamaan Darcy-

Weisbach:

gD

fLVh f

2

2

= (9.6)

Dimana L = panjang pipa, dan f = koefisien tahanan permukaan, umumnya dikenal

sebagai factor gesekan. Eliminasi V antara persamaan (9.1) dan (9.6), sehingga diperoleh

persamaan berikut:

52

28

gD

fLQh f π= (9.7)

Koefisien tahanan permukaan untuk aliran turbulen tergantung pada ketinggian rata-rata

proyeksi kekasaran, ε , dari dinding pipa. Kekasaran rata-rata dinding pipa untuk pipa

komersial ditunjukkan pada Tabel 9.1. Nilai-nilai ini disarankan untuk dicek di pabrik

pembuat pipa setempat.

Page 3: 9. Prinsip Dasar Aliran Melalui Pipa

Teknik Penyediaan Air Minum

Jurusan Teknik Sipil FT Unsri

3

M. Baitullah Al Amin

Tabel 9.1. Tinggi kekasaran rata-rata untuk pipa komersial

Koefisien tahanan permukaan juga tergantung pada angka Reynolds Re dari aliran yang

dituliskan sebagai:

ν

VD=Re (9.8)

Dimana ν = viskositas kinematik fluida yang dapat diperoleh menggunakan persamaan

yang diberikan oleh Swamee (2004):

1

165.1

6

25110 x 792.1

+=T

ν (9.9)

Dimana T = temperature air dalam °C. Eliminasi V antara persamaan (9.1) dan (9.8)

menghasilkan persamaan berikut:

D

Q

πν

4Re = (9.10)

Untuk aliran turbulen (Re ≥ 4000), Colebrook (1938) menemukan persamaan implicit

berikut untuk nilai f:

2

Re

51,2

7,3ln325.1

+=

fDf

ε (9.11)

Menggunakan persamaan (9.11), Moody (1944) membuat kelompok kurva hubungan

antara nilai f dan Re untuk variasi nilai kekasaran relatif D/ε .

Untuk aliran laminar (Re ≤ 2000), nilai f hanya tergantung pada nilai Re dan diberikan

dalam persamaan Hagen – Poiseuille:

Re

64=f (9.12)

Page 4: 9. Prinsip Dasar Aliran Melalui Pipa

Teknik Penyediaan Air Minum

Jurusan Teknik Sipil FT Unsri

4

M. Baitullah Al Amin

Untuk nilai Re antara 2000 dan 4000 (disebut aliran transisi), tidak terdapat informasi

untuk menghitung nilai f. Swamee (1993) memberikan persamaan berikut untuk nilai f

yang berlaku pada aliran laminar, turbulen, dan transisi:

125,0

166

9,0

8

Re

2500

Re

74,5

7,3ln5,9

Re

64

++

=

Df

ε (9.13)

Untuk aliran turbulen, persamaan (9.13) disederhanakan menjadi:

2

9,0Re

74,5

7,3ln325,1

+=

Df

ε (9.14)

Menggabungkan dengan persamaan (9.10), persamaan (9.14) dapat ditulis menjadi:

2

9,0

618,47,3

ln325,1

+=

Q

D

Df

νε (9.15)

Contoh 1. Hitung kehilangan energi akibat tahanan permukaan pada sebuah pipa cast

iron (CI) berdiameter 300 mm yang mengalirkan air dengan debit 0,2 m3/det sejauh 1000

m sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar 9.2.

Gambar 9.2. Sebuah pipa

Penyelesaian. Menggunakan persamaan (9.10), angka Reynolds adalah:

D

Q

πν

4Re =

Diasumsikan air pada temperatur 20°C dan menggunakan persamaan (9.9), viskositas

kinematik air adalah:

det/m 10 x 012,125

20110 x 792,1 26

1165,1

6 −

− =

+=ν

Substitusi Q = 0,2 m3/det, ν = 1,012 x 10

-6 m

2/det, dan D = 0,3 m,

Page 5: 9. Prinsip Dasar Aliran Melalui Pipa

Teknik Penyediaan Air Minum

Jurusan Teknik Sipil FT Unsri

5

M. Baitullah Al Amin

838.9180,3 x 10 x 1,012 x 3,14159

0,2 x 4Re

6-==

Karena Re lebih besar dari 4000, maka alirannya adalah turbulen. Menggunakan Tabel

9.1, tinggi koefisien untuk pipa CI adalah ε = 0,25 mm. Substitusi nilai Re dan ε dalam

persamaan (9.14), factor gesekan adalah:

0193,0)10 x 389,8(

74,5

0,3 x 7,3

10 x 5,2ln325,1

2

9,05

4-

=

+=

f

Menggunakan persamaan (9.7), kehilangan energi adalah:

m 248,260,3 x 9,81 x 3,1459

0,2 x 1000 x 0,0193 x 852

2

==fh

9.2. TAHANAN BENTUK SALURAN

Kehilangan energi akibat tahanan bentuk saluran dapat terjadi akibat belokan, elbow,

katup, pembesaran dan penyempitan penampang, dan lainnya. Ketidakteraturan

permukaan dalam pipa akibat pekerjaan pemipaan yang tidak sempurna juga dapat

menyebabkan terjadinya kehilangan energi. Kehilangan energi juga dapat terjadi pada

pertemuan pipa dimana banyak pipa bertemu atau dapat juga pada sambungan pelayanan

(service connection). Semua kehilangan energi ini dijumlahkan dan disebut sebagai total

kehilangan energi sekunder. Dalam jaringan pipa penyedia air, kehilangan energi

sekunder memainkan peranan penting. Namun demikian, kehilangan energi sekunder

menjadi tidak penting dalam pipa transmisi air yang sangat panjang. Pada kondisi

demikian, kehilangan energi primer menjadi sangat dominan. Sebaliknya, kehilangan

energi sekunder dapat diabaikan. Kehilangan energi sekunder ditulis sebagai:

g

Vkh fm

2

2

= (9.16)

Atau dalam bentuk lain:

42

28

gD

Qkh fm π

= (9.17)

Dimana kf = koefisien kehilangan energi sekunder. Untuk sambungan pelayanan, dapat

digunakan kf = 1,8.

9.2.1. BELOKAN PIPA

Dalam kasus belokan pipa, nilai kf tergantung pada sudut α dan jari-jari belokan R

(Gambar 9.3). Dengan nilai α dalam radian, Swamee (1990) memberikan persamaan

berikut untuk koefisien kehilangan energi sekunder:

Page 6: 9. Prinsip Dasar Aliran Melalui Pipa

Teknik Penyediaan Air Minum

Jurusan Teknik Sipil FT Unsri

6

M. Baitullah Al Amin

5,0

5,3

923,00733,0 α

+=

R

Dk f (9.18)

Gambar 9.3. Sebuah belokan pipa

Harus diperhatikan bahwa persamaan (9.18) menjadi tidak akurat untuk R mendekati nol.

Dalam kasus demikian, persamaan (9.19) dapat digunakan untuk kehilangan energi

sekunder akibat elbow.

9.2.2. ELBOW

Elbow digunakan untuk belokan tajam pada pipa (Gambar 9.4). Koefisien kehilangan

energi sekunder untuk elbow diberikan sebagai:

17,2442,0 α=fk (9.19)

Dimana α = sudut elbow dalam radian.

Gambar 9.4. Sebuah elbow

9.2.3. KATUP

Katup digunakan untuk mengatur debit aliran dengan mengatur kehilangan energi akibat

katup tersebut. Untuk katup pintu yang terbuka 20%, koefisien kehilangan energi sebesar

31. Bahkan untuk katup terbuka penuh, masih terdapat kehilangan energi. Tabel 9.2

memberikan nilai kf untuk katup yang terbuka penuh. Katup yang umumnya digunakan

Page 7: 9. Prinsip Dasar Aliran Melalui Pipa

Teknik Penyediaan Air Minum

Jurusan Teknik Sipil FT Unsri

7

M. Baitullah Al Amin

dalam sistem penyediaan air adalah katup pintu dan katup berputar yang ditunjukkan pada

Gambar 9.5 dan Gambar 9.6.

Untuk katup yang tertutup sebagian, Swamee (1990) memberikan koefisien kehilangan

energi sebagai berikut:

Tabel 9.2. Koefisien kehilangan energi untuk katup

Gambar 9.5. Katup pintu

Gambar 9.6. Katup berputar

a. Katup Pintu

Katup pintu yang tertutup sebagian ditunjukkan pada Gambar 9.5. Swamee (1990)

mengembangkan persamaan berikut untuk koefisien kehilangan energi sekunder:

2

91,115,0

−+=

eD

ek f (9.20)

Dimana e adalah kedalaman pintu yang menahan aliran dalam pipa.

b. Katup berputar

Katup berputar yang sebagian tertutup ditunjukkan pada Gambar 9.6. Koefisien

kehilangan energi sekunder dapat diperkirakan menggunakan persamaan berikut

(Swamee, 1990):

Page 8: 9. Prinsip Dasar Aliran Melalui Pipa

Teknik Penyediaan Air Minum

Jurusan Teknik Sipil FT Unsri

8

M. Baitullah Al Amin

3,2

2133

−=

απ

αfk (9.21)

Dimana α = sudut putar katup dalam radian.

9.2.4. PERUBAHAN PENAMPANG (TRANSISI)

Perubahan penampang atau transisi dapat terjadi sebagai pembesaran penampang dan

penyempitan penampang. Dalam kasus perubahan penampang, kehilangan energi

diberikan sebagai:

g

VVkh fm

2

)( 2

21 −= (9.22)

Atau bentuk lainnya:

4

2

4

1

2

222

1

2

2 )(8

DgD

QDDkh fm

π

−= (9.23)

Dimana angka 1 dan 2 mengacu kepada awal dan akhir dari perubahan penampang.

Koefisien kehilangan energi tergantung pada perubahan penampang tersebut, apakah

berangsur-angsur atau mendadak. Untuk perubahan secara berangsur-angsur yang lurus,

Swamee (1990) memberikan persamaan berikut untuk nilai kf.

a. Penyempitan Penampang secara Berangsur-angsur

Suatu penyempitan pipa secara berangsur-berangsur ditunjukkan pada Gambar 9.7.

Koefisien kehilangan energi dapat diperoleh menggunakan persamaan berikut:

3/1

315,0 cfk α= (9.24)

Sudut penyempitan αc dalam radian diberikan sebagai:

−= −

L

DDc

2tan2 211α (9.25)

Dimana L = panjang transisi.

Page 9: 9. Prinsip Dasar Aliran Melalui Pipa

Teknik Penyediaan Air Minum

Jurusan Teknik Sipil FT Unsri

9

M. Baitullah Al Amin

Gambar 9.7. Penyempitan pipa secara berangsur-angsur

b. Pembesaran Penampang secara Berangsur-angsur

Suatu pembesaran penampang ditunjukkan pada Gambar 9.8. Persamaan berikut dapat

digunakan untuk memperkirakan koefisien kehilangan energi:

5,0

6,2533,0

67,13

6,01

25,0−−

−+=

r

e

e

e

fr

απ

α(9.26)

Dimana r = rasio pembesaran D2/D1, dan αe = sudut pembesaran (dalam radian) yang

diberikan sebagai:

−= −

L

DDe

2tan2 121α (9.27)

c. Pembesaran Penampang Optimal

Berdasarkan pada meminimalkan kehilangan energi, Swamee et al. (2005) memberikan

persamaan berikut untuk pembesaran penampang yang optimal dalam pipa sebagaimana

yang ditunjukkan pada Gambar 9.9:

1

786,1

121 11)(

+

−−+=x

LDDDD (9.28)

Dimana x = jarak dari inlet transisi.

Gambar 9.9. Profil pembesaran penampang optimal

Page 10: 9. Prinsip Dasar Aliran Melalui Pipa

Teknik Penyediaan Air Minum

Jurusan Teknik Sipil FT Unsri

10

M. Baitullah Al Amin

d. Pembesaran Penampang Secara Mendadak

Koefisien kehilangan energi untuk pembesaran penampang secara mendadak

sebagaimana yang ditunjukkan dalam Gambar 9.10 adalah:

1=fk (29)

Gambar 9.10. Pembesaran penampang secara mendadak

e. Penyempitan Penampang secara Mendadak

Swamee (1990) mengembangkan persamaan berikut untuk koefisien kehilangan energi

akibat penyempitan pipa secara mendadak sebagaimana yang ditunjukkan dalam Gambar

9.11:

−=

35,2

1

215,0D

Dk f (9.30)

Gambar 9.11. Penyempitan penampang secara mendadak

9.2.5. SAMBUNGAN PIPA (JUNCTION)

Sedikit sekali informasi yang tersedia untuk kehilangan energi akibat sambungan pipa

dimana banyak pipa bertemu. Kehilangan energi pada sambungan pipa dapat diambil

sebagai:

g

Vkh fm

2

2

max= (9.31)

Dimana Vmax = kecepatan maksimum dalam suatu cabang pipa yang bertemu pada

sambungan. Karena tidak adanya informasi, nilai kf dapat diasumsikan sebagai 0,5.

Page 11: 9. Prinsip Dasar Aliran Melalui Pipa

Teknik Penyediaan Air Minum

Jurusan Teknik Sipil FT Unsri

11

M. Baitullah Al Amin

9.2.6. MASUKAN PIPA (ENTRANCE)

Terdapat kehilangan energi pada masukan pipa (Gambar 9.12). Swamee (1990)

memperoleh persamaan berikut untuk koefisien kehilangan energi pada masukan pipa:

1

2,1

3615,0

+=

D

Rk f (9.32)

Dimana R = jari-jari perubahan masukan. Harus diperhatikan bahwa untuk masukan yang

tajam (secara mendadak), nilai kf = 0,5.

Gambar 9.12. Masukan pipa

9.2.7. KELUARAN PIPA (OUTLET)

Kehilangan energi juga dapat terjadi pada keluaran pipa. Untuk keluaran berbentuk curat

(Gambar 9.13), Swamee (1990) menemukan persamaan berikut untuk koefisien

kehilangan energi:

5,35,4 −=d

Dk f (9.33)

Dimana d = diameter outlet. Untuk D/d = 1 dalam persamaan (9.33), nilai kf = 1.

9.2.8. TOTAL KEHILANGAN ENERGI SEKUNDER

Mengetahui berbagai koefisien kehilangan energi sekunder kf1, kf2, kf3, …, kfn dalam

suatu pipa, total kehilangan energi sekunder kf dapat diperoleh dengan menjumlahkan

seluruh nilai kf tersebut yang dapat ditulis sebagai:

fnffff kkkkk ++++= ...321 (9.34)

Mengetahui kehilangan energi primer hf dan kehilangan energi sekunder hm, total

kehilangan energi hL dapat diperoleh dengan persamaan (9.3). Menggunakan persamaan

(9.6) dan persamaan (9.34), persamaan (9.3) dapat disederhanakan menjadi:

g

V

D

fLkh fL

2

2

+= (9.35)

Page 12: 9. Prinsip Dasar Aliran Melalui Pipa

Teknik Penyediaan Air Minum

Jurusan Teknik Sipil FT Unsri

12

M. Baitullah Al Amin

Atau

42

28

gD

Q

D

fLkh fL π

+= (9.36)

Latihan 1. Rancang pembesaran penampang pipa optimal untuk pipa dengan diameter

1,0 m menjadi 2,0 m sepanjang 2 m seperti yang ditunjukkan pada Gambar 9.15.

Gambar 9.15. Pembesaran penampang pipa yang optimal

Latihan 2. Sebuah sistem pompa dengan sambungan pipa yang berbeda seperti yang

ditunjukkan dalam Gambar 9.16. Hitung sisa energi tekanan pada akhir pipa jika pompa

menghasilkan input energi 50 m pada debit aliran 0,1 m3/det. Jenis pipa adalah cast iron

(CI) dengan diameter D = 0,3 m. Ukuran diameter penyempitan pipa pada titik 3 adalah

0,15 m, diameter pipa antara titik 6 dan 7 adalah 0,15 m, dan diameter curat d = 0,15 m.

Katup putar pada titik 5 terbuka penuh. Panjang pipa pada beberapa titik adalah sebagai

berikut:

Titik 1 dan 2 = 100 m, titik 2 dan 3 = 0,5 m, dan titik 3 dan 4 = 0,5 m

Titik 4 dan 6 = 400 m, titik 6 dan 6 = 20 m, dan titik 7 dan 8 = 100 m

Gambar 9.16. Sistem pompa dengan sambungan pipa yang berbeda

Page 13: 9. Prinsip Dasar Aliran Melalui Pipa

Teknik Penyediaan Air Minum

Jurusan Teknik Sipil FT Unsri

13

M. Baitullah Al Amin

9.2.9. ALIRAN PIPA DALAM AKSI SIPHON

Saluran pipa yang berada di atas garis gradien hidrolik disebut sebagai siphon. Kondisi

yang demikian dapat terjadi ketika air dialirkan dari satu reservoir ke reservoir lainnya

melalui pipa yang melintasi daerah perbukitan. Sebagaiman yang ditunjukkan pada

Gambar 9.17. saluran pipa antara titik b dan c melintasi sebuah bukit pada titik e. Jika

pipa tersebut panjang, kehilangan energi akibat gesekan menjadi besar dan kehilangan

energi sekunder dapat diabaikan. Dengan demikain, garis gradien hidrolik adalah garis

lurus yang menghubungkan permukaan air pada titik A dan B.

Gambar 9.17. Aliran pipa dalam aksi siphon

Energi tekanan pada semua penampang pipa direpresentasikan oleh jarak vertikal antara

garis gradien hidrolik dan sumbu pipa. Jika garis gradien hidrolik di atas sumbu pipa,

tekanan air dalam pipa adalah di atas tekanan atmosfer. Dengan kata lain, jika garis

gradien hidrolik di bawah sumbu pipa, tekanan air di bawah tekanan atmosfer. Dengan

demikian, dapat dilihat pada Gambar 9.17 bahwa pada titik b dan c, tekanan air adalah

tekanan atmosfer (permukaan bebas). Pada titik tertinggi yaitu titik e, tekanna air adalah

yang terkecil. Jika energi tekanan pada titik e kurang dari -2,5 m, air mulai menguap dan

menyebabkan aliran terhenti (kontinuitas aliran terganggu). Dengan demikian, saluran

pipa tidak boleh berada 2,5 m di atas garis gradien hidrolik.

9.3. MASALAH ALIRAN DALAM PIPA

Dalam aliran pipa, terdapat tiga masalah utama, yaitu (a) menentukan energi tekanan titik

(nodal head), (b) debit aliran dalam pipa, dan (c) diameter pipa. Masalah (a) dan (b)

diselesaikan dengan analisis, dimana masalah (c) merupakan bagian dari rancangan.

9.3.1. MENENTUKAN ENERGI TEKANAN TITIK

Dalam masalah energi tekanan titik, parameter yang diketahui adalah L, D, hL, Q, ε, ν,

dan kf. Menggunakan persamaan (9.3) dan (9.17), energi tekanan di titik h2 (sebagaimana

yang ditunjukkan pada Gambar 1) diperoleh sebagai:

42

2

2112

8

gD

Q

D

fLkzzhh f π

+−−+= (9.37)

Page 14: 9. Prinsip Dasar Aliran Melalui Pipa

Teknik Penyediaan Air Minum

Jurusan Teknik Sipil FT Unsri

14

M. Baitullah Al Amin

9.3.2. MENENTUKAN DEBIT ALIRAN

Untuk pipa yang panjang, kehilangan energi sekunder dapat diabaikan. Dengan demikian,

dalam kasus ini parameter yang diketahui adalah L, D, hf, ε, dan ν. Swamee dan Jain

(1976) memberikan persamaan berikut untuk aliran turbulen yang melewati pipa tersebut:

+−=

LgDhDDLgDhDQ

f

f/

78,1

7,3ln/965,0 2 νε

(9.38)

Persamaan (9.38) adalah eksak. Untuk aliran laminer, diberikan oleh persamaan Hagen-

Poiseuille sebagai:

L

hgDQ

f

ν

π

128

4

= (9.39)

Swamee (2008) memberikan persamaan berikut untuk debit aliran pipa yang berlaku

untuk aliran laminer, transisi, dan turbulen:

25,0

484

2

/

775,1

7,3ln

/

415153,1

/

128/

−−

+−

+

=

LgDhDDLgDhDLgDhDLgDhDQ

fff

f

νεν

π

ν

(9.40)

Persamaan (9.40) hampir eksak dimana kesalahan maksimum dalam persamaan tersebut

adalah 0,1%.

9.3.3. MENENTUKAN DIAMETER PIPA

Dalam masalah ini, parameter yang diketahui adalah L, hf, ε, Q, dan ν. Untuk aliran

turbulen dalam pipa yang panjang, dimana aliran secara gravitasi, Swamee dan Jain

(1976) memberikan persamaan berikut untuk menghitung diameter pipa:

04,0

2,5

4,9

75,42

25,166,0

+

=

ff gh

LQ

gh

LQD νε (9.41)

Untuk aliran laminer, persamaan Hagen-Poiseuille memberikan sebagai:

25,0

128

=

fgh

QLD

π

ν (9.42)

Swamee (2008) memberikan persamaan berikut untuk menghitung diameter pipa yang

berlaku untuk aliran laminer, transisi, dan turbulen:

Page 15: 9. Prinsip Dasar Aliran Melalui Pipa

Teknik Penyediaan Air Minum

Jurusan Teknik Sipil FT Unsri

15

M. Baitullah Al Amin

04,02,5

4,9

75,42

25,1

25,6

75,21466,0

+

+

=

fff gh

LQ

gh

LQ

gh

lQD νε

ν (9.43)

Contoh 2. Pipa CI sepanjang 1000 m dengan diameter 0,3 m mengalirkan air secara

gravitasi dengan debit sebesar 0,1 m3/det seperti yang ditunjukkan pada Gambar 9.18.

Sebuah katup pintu ukuran 0,3 m dipasang di dekat titik B. Elevasi titik A dan B masing-

masing adalah 10 m dan 5 m. Diasumsikan temperatur air adalah 20°C. Hitung:

a) Energi tekanan h2 pada titik B dan kehilangan energi sepanjang pipa jika energi

tekanan h1 di titik A adalah 25 m.

b) Debit aliran dalam pipa jika kehilangan energi adalah 10 m.

c) Diameter pipa CI jika kehilangan energi dalam pipa adalah 10 m dan debit aliran

0,1 m3/det.

Gambar 9.18. Saluran pipa dengan pengaliran gravitasi

Penyelesaian

a) Energi tekanan h2 di titik B dapat dihitung dengan menggunakan persamaan

(9.37). Faktor gesekan f dapat dihitung menggunakan persamaan (9.13) dan tinggi

kekasaran pipa CI = 0,25 mm yang diperoleh dari Tabel 9.1. Koefisien kehilangan

energi sekunder untuk katup pintu diperoleh dari Tabel 9.2 yaitu 0,15. Viskositas

kinematik air pada temperartur 20°C dapat dihitung menggunakan persamaan

(9.9). Faktor gesekan f tergantung pada angka Reynolds Re dari aliran:

459.4194

Re ==D

Q

πν

Dengan demikian, substitusi nilai Re tersebut ke dalam persamaan (9.13),

sehingga diperoleh nilai f:

Page 16: 9. Prinsip Dasar Aliran Melalui Pipa

Teknik Penyediaan Air Minum

Jurusan Teknik Sipil FT Unsri

16

M. Baitullah Al Amin

0197,0459.419

2500

459.419

74,5

0,3 x 7,3

10 x 25,0ln5,9

459.419

64

125,016

6

9,0

3-8

=

++

=

f

Menggunakan persamaan (9.37), energi tekanan h2 di titik B adalah:

m 281,23)704,6015,0(30

0,3 x 9,81 x 3,14159

0,1 x 8

3,0

1000 x 0197,015,051025

8

52

2

42

2

2112

=+−=

+−−+=

+−−+=

gD

Q

D

fLkzzhh f π

b) Jika total kehilangan energi dalam pipa ditentukan sebesar 10 m, debit aliran

dalam pipa CI berdiameter 0,3 m dapat dihitung menggunakan persamaan (9.38):

det./m 0,123

(10/1000) x 0,3 x 81,93,0

10 x 1,012 x 78,1

0,3 x 7,3

10 x 25,0ln(10/1000) x 0,3 x 81,90,3 x 965,0

/

78,1

7,3ln/965,0

3

6-3-2

2

=

+−=

+−=

LgDhDDLgDhDQ

f

f

νε

c) Menggunakan persamaan (9.41), diameter pipa untuk kehilangan energi

ditetapkan sebesar 10 m dan debit aliran diketahui 0,1 m3/det adalah:

m 0,284

10 x 81,9

10000,1 x 10 x 012,1

10 x 9,81

0,1 x 100000025,066,0

66,0

04,02,5

9,46-

75,42

25,1

04,02,5

4,9

75,42

25,1

=

+

=

+

=

ff gh

LQ

gh

LQD νε

9.4. PIPA EKIVALEN

Dalam jaringan penyediaan air, saluran pipa di antara dua titik mungkin terdiri dari satu

pipa seragam (diameter) atau kombinasi beberapa pipa secara seri atau paralel.

Sebagaimana yang ditunjukkan dalam Gambar 9.19a, debit aliran Q mengalir dari titik A

ke B melalui pipa dengan diameter seragam D sepanjang L. Kehilangan energi dalam

pipa secara sederhana dapat dihitung menggunakan persamaan Darcy-Weisbach (9.7),

dimana ditinjau hL = hf dan ditulis ulang sebagai:

52

28

gD

fLQhL π= (9.44)

Page 17: 9. Prinsip Dasar Aliran Melalui Pipa

Teknik Penyediaan Air Minum

Jurusan Teknik Sipil FT Unsri

17

M. Baitullah Al Amin

Gambar 9.19. Susunan pipa

Gambar 9.19b menunjukkan bahwa dengan debit aliran Q yang sama yang mengalir dari

titik A ke titik B melalui serangkaian pipa dengan panjang L1, L2, dan L3 dan

mempunyai diameter masing-masing D1, D2, dan D3. Perhatikan, debit aliran adalah

sama, namun kehilangan energi yang terjadi pada setiap pipa akan berbeda. Total

kehilangan energi dari titik A sampai ke titik B merupakan penjumlahan kehilangan

energi pada ketiga pipa tersebut:

321 LLLL hhhh ++=

Pada Gambar 9.19c ditunjukkan bahwa total debit aliran di antara dua pipa yang disusun

secara paralel dengan panjang L dan diameter D1 dan D2 adalah:

21 QQQ +=

Sebagaimana energi tekanan di titik A dan titik B akan sama, maka kehilangan energi di

kedua pipa juga akan sama.

Beberapa pipa yang disusun baik secara seri maupun paralel dapat diganti dengan pipa

tunggal yang memiliki kehilangan energi pada titik A dan titik B, dan juga total debit

aliran yang sama. Pipa yang demikian disebut sebagai pipa ekivalen.

9.4.1. PIPA DISUSUN SERI

Dalam kasus pipa yang disusun secara seri, terdiri dari pipa dengan panjang dan diameter

yang berbeda seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 9.19b, persamaan berikut dapat

digunakan untuk menentukan total kehilangan energi dan debit aliran:

...

...

321

321

====

+++=

QQQQ

hhhh LLLL

Page 18: 9. Prinsip Dasar Aliran Melalui Pipa

Teknik Penyediaan Air Minum

Jurusan Teknik Sipil FT Unsri

18

M. Baitullah Al Amin

Menggunakan persamaan Darcy-Weisbach dengan faktor gesekan f yang konstan, dan

mengabaikan kehilangan energi sekunder, kehilangan energi dalam sejumlah N pipa yang

disusun secara seri dapat dihitung sebagai:

∑==

N

ii

iL

gD

QfLh

152

28

π (9.45)

Apabila diameter pipa ekivalen adalah De, persamaan di atas dapat ditulis sebagai:

∑==

N

ii

e

L LgD

fQh

152

28

π (9.46)

Dengan menyamakan persamaan (9.45) dan (9.46), diperoleh:

2,0

15

1

∑=

=

=

N

ii

i

N

ii

e

D

L

L

D (9.47)

Contoh 3. Tiga pipa disusun secara seri yang menghubungkan tangki A dan tangki B

seperti yang ditunjukkan pada Gambar 9.20. Hitung diameter pipa ekivalen dan debit

aliran. Diasumsikan faktor gesekan Darcy-Weisbach f = 0,02 dan kehilangan energi

sekunder diabaikan.

Gambar 9.20. Pipa disusun secara seri

Penyelesaian. Pipa ekivalen De dapat dihitung menggunakan persamaan (9.47):

2,0

15

1

∑=

=

=

N

ii

i

N

ii

e

D

L

L

D

Page 19: 9. Prinsip Dasar Aliran Melalui Pipa

Teknik Penyediaan Air Minum

Jurusan Teknik Sipil FT Unsri

19

M. Baitullah Al Amin

m. 185,0

15,0

400

4,0

600

2,0

500

400600500

2,0

555

=

++

++=eD

Dan

.m/det 49,450.110,185 x 9,81 x 3,14

1500 x 0,02 x 88 52

5252==

=

e

ee

gD

fLK

π

Dimana Le = ΣLi dan Ke adalah konstanta pipa. Debit aliran dalam pipa dapat dihitung:

det./m 042,049,450.11

20 3

5,05,0

=

=

=

e

L

K

hQ

Ukuran diameter pipa ekivalen hasil hitungan sebesar 0,185 m merupakan ukuran yang

tidak tersedia pada pipa komersial. Dengan demikian, ukuran pipa tersebut dapat diganti

dengan ukuran pipa tersedia yang paling dekat yaitu 0,2 m. Selanjutnya, debit aliran pipa

kembali dihitung menggunakan diameter yang baru.

9.4.2. PIPA DISUSUN PARALEL

Jika beberapa pipa disusun secara paralel sebagaimana yang ditunjukkan dalam Gambar

9.19c, persamaan berikut digunakan untuk menentukan total kehilangan energi dan debit

aliran:

...

...

321

321

+++=

====

QQQQ

hhhh LLLL

Energi tekanan di titik A dan titik B pada tiap pipa akan sama. Menggunakan persamaan

Darcy-Weisbach dan mengabaikan kehilangan energi sekunder, debit aliran Qi dalam

pipa i dapat dihitung sebagai:

5,0

2

8

=

i

Liii

fL

hgDDQ π (9.48)

Dengan demikian untuk sejumlah N pipa yang disusun secara paralel:

=

=

N

ii

Lii

fL

hgDDQ

1

5,0

2

8π (9.49)

Debit aliran Q yang mengalir dalam pipa ekivalen adalah:

Page 20: 9. Prinsip Dasar Aliran Melalui Pipa

Teknik Penyediaan Air Minum

Jurusan Teknik Sipil FT Unsri

20

M. Baitullah Al Amin

5,0

2

8

=

fL

hgDDQ Leeπ (9.50)

Dimana L adalah panjang pipa ekivalen. Panjang pipa ini dapat berbeda dibandingkan

panjang pipa L1, L2, L3, dan pipa lainnya. Dengan menyamakan persamaan (9.49) dan

(9.50) diperoleh:

4,0

1

5,2

5,0

=

=

N

ii

i

e DL

LD (9.51)

Contoh 4. Pipa disusun secara paralel seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 9.21.

Hitung diameter pipa ekivalen dan debit aliran. Diasumsikan faktor gesekan Darcy-

Weisbach f = 0,02 dan kehilangan energi sekunder diabaikan. Panjang pipa ekivalen L

dapat diasumsikan 500 m.

Gambar 9.21. Pipa disusun secara paralel

Penyelesaian. Diameter pipa ekivalen De dapat dihitung menggunakan persamaan (9.51):

4,0

1

5,2

5,0

=

=

N

ii

i

e DL

LD

Substitusi nilai panjang pipa dan diameter pipa ke dalam persamaan di atas:

m. 28,0283,00,20 x 600

5000,25 x

700

5004,0

2,5

5,0

2,5

5,0

≈=

+

=eD

Debit aliran Q yang mengalir dalam pipa ekivalen:

5,0

2

8

=

fL

hgDDQ Leeπ

Page 21: 9. Prinsip Dasar Aliran Melalui Pipa

Teknik Penyediaan Air Minum

Jurusan Teknik Sipil FT Unsri

21

M. Baitullah Al Amin

Substitusi nilai diameter pipa, panjang pipa, kehilangan energi, dan faktor gesekan ke

persamaan di atas, sehingga:

det./m 204,0500 x 0,02 x 8

20 x 0,28 x 81,9 0,28 x 0,28 x 14,3 3

5,0

=

=Q

TUGAS

1. Hitung kehilangan energi sepanjang 500 m pipa CI dengan diameter 0,4 m yang

mengalirkan air dengan debit aliran 0,2 m3/det. Diasumsikan temperatur air adalah

20°C.

2. Hitung koefisien kehilangan energi sekunder dan kehilangan energi sekunder pada

pipa berikut. Debit aliran adalah 0,15 m3/det.

a) Belokan pipa dengan diameter 0,3 m; jari-jari 0,1 m; dan sudut belokan adalah 0,3

radian.

b) Katup pintu dengan kondisi 2/3 terbuka dan berdiameter 0,4 m.

c) Pembesaran penampang secara berangsur-angsur, dimana diameter awal adalah

0,2 m dan diameter akhir adalah 0,4 m. Panjang transisi 0,5 m.

d) Penyempitan penampang secara tiba-tiba dari diameter 0,4 m menjadi 0,2 m.

3. Sebuah pompa memberikan energi tekanan sebesar 30 m untuk mengalirkan air

sepanjang 500 m pipa CI berdiameter 0,3 m. Debit aliran adalah 0,15 m3/det. Pada

pipa ditempatkan sebuah katup pintu, dan terdapat juga curat pada outlet pipa dengan

diameter 0,2 m. Hitung tekanan sisa pada akhir saluran pipa.

4. Air dialirkan dari reservoir satu (elevasi lebih tinggi) ke reservoir lainnya melalui tiga

pipa yang disusun secara seri. Pipa pertama berdiameter 0,4 m dan panjangnya 500 m,

pipa kedua berdiameter 0,3 m dan panjangnya 600 m, dan pipa ketiga berdiameter 0,2

m dan panjangnya 500 m. Jika perbedaan elevasi antara kedua reservoir adalah 30 m,

hitung diameter pipa ekivalen dan debit aliran dalam pipa ekivalen tersebut.

5. Air dialirkan dari reservoir satu (elevasi lebih tinggi) ke reservoir lainnya melalui dua

pipa yang disusun secara paralel. Pipa pertama berdiameter 0,3 m dan panjangnya 800

m, pipa kedua berdiameter 0,25 m dan panjangnya 700 m. Perbedaan elevasi antara

kedua reservoir adalah 35 m. Hitung diameter pipa ekivalen dan debit aliran dalam

pipa. Kehilangan energi sekunder dapat diabaikan. Panjang pipa ekivalen diasumsikan

600 m.

Page 22: 9. Prinsip Dasar Aliran Melalui Pipa

Teknik Penyediaan Air Minum

Jurusan Teknik Sipil FT Unsri

22

M. Baitullah Al Amin

REFERENSI

Swamee, P.K., dan Ashok K.S., 2008, Design of Water Supply Pipe Networks, John

Wiley & Sons, Inc., USA.