algoritma genetika untuk pendeteksian pencilan … · 2 ilustrasi perhitungan penduga ragam 9 3...

32
ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENDETEKSIAN PENCILAN PADA ANALISIS REGRESI LINIER AMRI LUTHFI NAJIH DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Upload: duongque

Post on 13-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENDETEKSIAN PENCILAN … · 2 Ilustrasi perhitungan penduga ragam 9 3 Ilustrasi kawin silang 10 ... bidang–bidang lain seperti biologi, kimia pertanian,

ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENDETEKSIAN

PENCILAN PADA ANALISIS REGRESI LINIER

AMRI LUTHFI NAJIH

DEPARTEMEN STATISTIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENDETEKSIAN PENCILAN … · 2 Ilustrasi perhitungan penduga ragam 9 3 Ilustrasi kawin silang 10 ... bidang–bidang lain seperti biologi, kimia pertanian,
Page 3: ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENDETEKSIAN PENCILAN … · 2 Ilustrasi perhitungan penduga ragam 9 3 Ilustrasi kawin silang 10 ... bidang–bidang lain seperti biologi, kimia pertanian,

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Algoritma Genetika

untuk Pendeteksian Pencilan pada Analisis Regresi Linier adalah benar karya saya

dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun

kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip

dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014

Amri Luthfi Najih

NIM G14100041

Page 4: ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENDETEKSIAN PENCILAN … · 2 Ilustrasi perhitungan penduga ragam 9 3 Ilustrasi kawin silang 10 ... bidang–bidang lain seperti biologi, kimia pertanian,

ABSTRAK

AMRI LUTHFI NAJIH. Algoritma Genetika untuk Pendeteksian Pencilan pada

Analisis Regresi Linier. Dibimbing oleh BAGUS SARTONO dan ITASIA DINA

SULVIANTI.

Masalah yang sering dihadapi ketika melakukan analisis regresi linier

adalah keberadaan data pencilan. Pencilan merupakan suatu keganjilan. Seringkali

data pencilan memiliki nilai yang berbeda, lain dari biasanya dan tidak

mencerminkan karakteristik data secara umum. Pencilan dapat mempengaruhi

dugaan model. Dugaan model yang dihasilkan tidak dapat menggambarkan

hubungan antara variabel secara umum. Sehingga, analisis atau interpretasi yang

dihasilkan menjadi salah. Oleh karena itu perlu dilakukan pendeteksian pencilan

sebelum melakukan analisis regresi. Kriteria Informasi dapat digunakan untuk

mendeteksi pencilan. Kriteria Informasi dihitung dengan menyisihkan amatan

yang diduga sebagai pencilan. Nilai Kriteria Informasi minimum menunjukkan

bahwa amatan yang disisihkan merupakan pencilan. Namun akan banyak

kombinasi amatan yang diduga sebagai pencilan yang mungkin ditemukan dalam

satu gugus data. Hal tersebut akan menyita waktu ketika dilakukan secara manual.

Algoritma genetika dapat digunakan untuk menghitung nilai Kriteria Informasi,

sehingga dapat digunakan untuk menentukan nilai minimumnya. Algoritma

genetika dapat melakukan pendeteksian seluruh amatan yang berpotensi sebagai

pencilan secara serempak. Namun ada beberapa kekurangan dalam program ini,

yaitu masalah kecepatan program. Semakin banyak amatan semakin banyak juga

waktu yang diperlukan. Banyaknya peubah dalam data tidak mempengaruhi

kemampuan program untuk mencapai nilai kriteria informasi minimum.

Kata kunci: Algoritma Genetika , Kriteria Informasi, Pencilan, Regresi linier.

ABSTRACT

AMRI LUTFI NAJIH. Detecting Outliers in Regression Analysis Using

Genetic Algorithm. Supervised by BAGUS SARTONO and ITASIA DINA

SULVIANTI.

A common problem in linear regression analysis is the existence of

outliers. Outlier is an oddity. Frequently the outliers have different values,

different from the usual and do not reflect the characteristics of the data in

general. Outliers can be affect to models estimation. models estimation can not

describe the relationship between variables in general. So that, analysis or

interpretation of the result will be incorrect. Therefore it is necessary for the

detection of outliers before the analysis. Information criterion can be used to

detect outliers. Information criteria calculated by eliminate the observations

suspected as outliers. Minimum Information Criterion value indicates an

observations eliminated as outlier. But it would be a lot of combinations of

observations suspected as outliers that might be found in a set of data. Genetic

algorithms can be used to calculate the value of information criteria, so it can be

used to determine the minimum value. Genetic algorithm can used to detection of

all possible outliers simultaneously. However there are some disadvantages in this

Page 5: ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENDETEKSIAN PENCILAN … · 2 Ilustrasi perhitungan penduga ragam 9 3 Ilustrasi kawin silang 10 ... bidang–bidang lain seperti biologi, kimia pertanian,

program, that is the problem of program speed. The more observations the more

time is required. The number of variables in the data does not affect the program's

ability to achieve the minimum information criterion.

Keywords: Genetic Algorithms, Information Criteria, Outlier, linear regression.

Page 6: ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENDETEKSIAN PENCILAN … · 2 Ilustrasi perhitungan penduga ragam 9 3 Ilustrasi kawin silang 10 ... bidang–bidang lain seperti biologi, kimia pertanian,
Page 7: ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENDETEKSIAN PENCILAN … · 2 Ilustrasi perhitungan penduga ragam 9 3 Ilustrasi kawin silang 10 ... bidang–bidang lain seperti biologi, kimia pertanian,

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Statistika

pada

Departemen Statistika

ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENDETEKSIAN

PENCILAN PADA ANALISIS REGRESI LINIER

AMRI LUTHFI NAJIH

DEPARTEMEN STATISTIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 8: ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENDETEKSIAN PENCILAN … · 2 Ilustrasi perhitungan penduga ragam 9 3 Ilustrasi kawin silang 10 ... bidang–bidang lain seperti biologi, kimia pertanian,
Page 9: ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENDETEKSIAN PENCILAN … · 2 Ilustrasi perhitungan penduga ragam 9 3 Ilustrasi kawin silang 10 ... bidang–bidang lain seperti biologi, kimia pertanian,

Judul Skripsi : Algoritma Genetika untuk Pendeteksian Pencilan pada Analisis

Regresi Linier

Nama : Amri Luthfi Najih

NIM : G14100041

Disetujui oleh

Dr Bagus Sartono, MSi

Pembimbing I

Dra Itasia Dina Sulvianti, MSi

Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Anang Kurnia, MSi

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 10: ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENDETEKSIAN PENCILAN … · 2 Ilustrasi perhitungan penduga ragam 9 3 Ilustrasi kawin silang 10 ... bidang–bidang lain seperti biologi, kimia pertanian,

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Karya ilmiah

ini berjudul Algoritma Genetika untuk Pendeteksian Pencilan pada Analisis

Regresi Linier.

Terselesainya penyusunan karya ilmiah ini tidak lepas dari dukungan,

motivasi, saran, dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Suhamto dan Ibuk Anis Husainiah selaku orangtua penulis, yang selalu

mendoakan penulis untuk menggapai cita – citanya, serta selalu mendukung

dan mengarahkan segala sesuatu yang telah dilakukan oleh penulis.

2. Bapak Dr Bagus Sartono, MSi dan Dra Itasia Dina Sulvianti, MSi selaku

pembimbing skripsi yang selalu bersemangat untuk mebimbing dan selalu

memberi arahan yang positif kepada penulis dalam menyelesaikan karya

ilmiah ini.

3. Teman – teman Statistika 2010 IPB yang selama tiga tahun telah menjadi

sahabat penulis di Bogor, dan sealu memberi motivasi pada penulis.

4. Staf dan pegawai tata usaha Departemen Statistika yang telah membantu

penulis untung mengurusi segala administrasi perkuliahan.

Penulis mengucapkan terimakasih juga pada pihak – pihak yang belum

disebutkan diatas, atas bantuannya terhadap penulis untuk menyelesaikan karya

ilmiah ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, 14 Agustus 2014

Amri Luthfi Najih

Page 11: ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENDETEKSIAN PENCILAN … · 2 Ilustrasi perhitungan penduga ragam 9 3 Ilustrasi kawin silang 10 ... bidang–bidang lain seperti biologi, kimia pertanian,

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Algoritma Genetika 2

Kriteria Informasi 3

Regresi linier 4

METODE PENELITIAN 6

Data 6

Prosedur Penelitian 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Pendeteksian Pencilan Secara Konvensional 7

Algoritma Genetika untuk Mendeteksi Pencilan 8

SIMPULAN 12

DAFTAR PUSTAKA 13

LAMPIRAN 14

RIWAYAT HIDUP 20

Page 12: ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENDETEKSIAN PENCILAN … · 2 Ilustrasi perhitungan penduga ragam 9 3 Ilustrasi kawin silang 10 ... bidang–bidang lain seperti biologi, kimia pertanian,

DAFTAR TABEL

1 Hasil deteksi pencilan secara konvensional 8 2 Hasil deteksi pencilan dengan algoritma genetika 11

DAFTAR GAMBAR

1 Ilustrasi populasi 8 2 Ilustrasi perhitungan penduga ragam 9 3 Ilustrasi kawin silang 10 4 Waktu yang dibutuhkan algoritma genetika untuk mendeteksi

pencilan. 11

5 Diagram kotak garis banyaknya generasi untuk mencapai nilai

minimum 12

DAFTAR LAMPIRAN

1 Sisaan masing – masing data dari setiap tahap pendeteksian 14 2 Sintaks dalam software R 16

3 Kemampuan program konvergen ke suatu nilai 19

Page 13: ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENDETEKSIAN PENCILAN … · 2 Ilustrasi perhitungan penduga ragam 9 3 Ilustrasi kawin silang 10 ... bidang–bidang lain seperti biologi, kimia pertanian,

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Analisis regresi merupakan alat statistika yang banyak digunakan di

berbagai bidang ilmu, tidak hanya matematika dan statistika saja namun juga di

bidang–bidang lain seperti biologi, kimia pertanian, teknik, ekonomi, dan lain-lain.

Analisis regresi dapat digunakan untuk mengolah data dalam rangka mengetahui

hubungan antar dua atau lebih peubah sehingga didapatkan model atau hubungan

fungsional antar peubah. Peneliti dapat menggunakan model tersebut untuk

berusaha memahami, menerangkan, mengendalikan dan kemudian mendapatkan

informasi dari model yang dibangun.

Masalah yang sering dihadapi ketika melakukan analisis regresi linier

adalah keberadaan data pencilan. Pencilan merupakan suatu keganjilan. Seringkali

data pencilan memiliki nilai yang berbeda dengan lainnya. Pencilan dapat

mempengaruhi dugaan model, sehingga analisis atau interpretasi yang dihasilkan

menjadi salah. Oleh karena itu perlu dilakukan pendeteksian pencilan sebelum

melakukan analisis regresi.

Pendeteksian pencilan bisa terjadi berulang-ulang dalam satu gugus data.

Ketika pencilan pertama dihapus dari gugus data kemudian dilakukan

pendeteksian kembali, sering muncul pencilan baru dari gugus data tersebut.

Pendeteksian pencilan seperti itu selanjutnya dalam tulisan ini disebut dengan

pendeteksian pencilan secara konvensional. Pendeteksian pencilan secara

konvensional kurang efisien untuk dilakukan. Perlu satu cara untuk melakukan

deteksi pencilan secara serempak, agar lebih efisien dilakukan.

Pendeteksian pencilan pada regresi linier telah dilakukan oleh Cook (1977)

dengan menggunakan jarak Cook’s. Ukuran jarak Cook’s dirumuskan sebagai

kombinasi dari sisaan terbakukan, ragam sisaan, dan ragam nilai dugaan. Seppo

(1992) mengusulkan metode pendeteksian pencilan dengan cara membuat suatu

besaran yang disebut Kriteria Informasi (KI). Pencilan ditentukan dengan

menghitung nilai Kriteria Informasi minimum. Barnet dan Lewis (1994)

mendeteksi pencilan dengan cara melihat pengaruh amatan yang tidak konsisten

dengan amatan lain pada data dengan banyak peubah. Pena dan Prieto (2001)

memperkenalkan metode pendeteksian pencilan yang didasarkan pada proyeksi

amatan dari titik- titik data contohnya. Filmoser (2005) melakukan pendeteksian

pencilan menggunakan jarak Mahalanobis. Adnan et al. (2003) menguraikan

suatu metode untuk mendeteksi pencilan dalam regresi linier yang disebut metode

Least Trimmed of Squares (LTS) dan metode Single Lingkage Clustering (SLC).

Xu et al. (2005) mengembangkan pendeteksian pencilan dalam model regresi

linier dengan metode Likelihood Displacement (LD) dan metode Likelihood Ratio

(LR). Diaz et al. (2007) mengusulkan pendeteksian pencilan pada model regresi

linier dengan modifikasi jarak Cook’s.

Penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan metode yang diperkenalkan

oleh Seppo, agar menghasilkan metode pendeteksian pencilan yang lebih efisien.

Semua kemungkinan amatan yang diduga sebagai pencilan dapat dideteksi dengan

cara mencari nilai Kriteria Informasi terkecil (minimum).

Page 14: ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENDETEKSIAN PENCILAN … · 2 Ilustrasi perhitungan penduga ragam 9 3 Ilustrasi kawin silang 10 ... bidang–bidang lain seperti biologi, kimia pertanian,

2

Pengembangan algoritma genetika dalam pemanfaatannya sebagai alat

untuk menghitung solusi optimum dapat diterapkan dalam berbagai kasus

pengoptimuman. Pencarian/pendeteksian pencilan dalam suatu analisis regresi

dapat dipandang sebagai masalah pengoptimuman, yaitu menyisihkan amatan

yang diduga sebagai pencilan sedemikian rupa sehingga nilai KI menjadi

minimum. Sehingga, algoritma genetika dapat dimanfaatkan untuk kegiatan

pendeteksian pencilan.

Tujuan

Tujuan dari tulisan ini adalah memperkenalkan alternatif metode

pendeteksian pencilan dalam analisis regresi linier.

TINJAUAN PUSTAKA

Algoritma Genetika

Algoritma genetika adalah salah satu metode yang dapat digunakan untuk

menyelesaikan masalah optimasi. Contoh masalah optimasi dalam kehidupan

sehari-hari adalah menyusun barang-barang yang ingin dibawa ketika berlibur.

Masalahnya adalah kita dapat membawa barang secara maksimal sesuai dengan

kebutuhan namun dibatasi dengan kapasitas koper atau tas yang terbatas. Akan

banyak sekali kobinasi barang bawaan kita, namun kita akan memilih barang

bawaan yang sesuai dengan kebutuhan. Begitu juga dengan algoritma genetika,

algoritma genetika bekerja dengan cara memilih solusi paling optimum dari

beberapa solusi yang ada.

Cara kerja algoritma tersebut mengadopsi dari teori evolusi Darwin,

sehingga istilah – istilah yang digunakan berkaitan dengan bidang genetika.

Individu yang mampu bertahan sampai akhir proses seleksi adalah individu yang

akan hidup, dengan prinsip tersebut algoritma genetika akan menghasilkan solusi

optimum yang direpresentasikan oleh individu yang bertahan sampai akhir proses

seleksi. Komponen - komponen dasar algoritma genetika adalah gen, individu,

populasi, nilai fitness, seleksi, kawin silang, mutasi, kriteria konvergensi.

Gen merupakan komponen dasar pembentuk algoritma genetika. Gen

dapat menjelaskan solusi dari masalah optimasi. Bentuk dari gen bisa berupa

bilangan biner atau bilangan real (Haupt and Haupt 2004). Rangkaian beberapa

gen membentuk satu individu. Kumpulan dari individu-individu membentuk

populasi. Nilai fitness merupakan nilai dari fungsi objektif, nilai tersebut

menggambarkan kebaikan dari satu individu. Tujuan algoritma genetika adalah

mencari nilai fitness optimum (bisa maksimum atau minimum).

Tulisan ini menggunakan gen dalam bentuk bilangan biner 0 dan 1.

Individu merepresentasikan satu gugus data. Banyaknya gen dalam satu individu

sama dengan banyaknya amatan dalam satu gugus data. Populasi awal terdiri dari

10 buah individu. Untuk memahami gen, individu dan populasi dapat dilihat pada

Gambar 1. Tujuan dari algoritma genetika ini adalah mencari nilai fitness

minimum. Semakin kecil nilai fitness, semakin bagus kualitas individu. Individu-

Page 15: ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENDETEKSIAN PENCILAN … · 2 Ilustrasi perhitungan penduga ragam 9 3 Ilustrasi kawin silang 10 ... bidang–bidang lain seperti biologi, kimia pertanian,

3

individu pada populasi dibentuk secara acak dan berevolusi melalui iterasi

berurutan yang disebut generasi.

Seleksi dilakukan untuk mengurangi banyaknya individu dalam populasi.

Seleksi dilakukan dengan memilih individu dengan nilai fitness minimum.

Individu yang terpilih akan dilakukan kawin silang (crossover) untuk

mendapatkan individu baru dan menurunkan sifat - sifat baik dari induknya.

Dibutuhkan dua individu untuk melakukan kawin silang. Ada beberapa cara yang

dapat digunakan untuk memilih dua individu tersebut, antara lain memasangkan

individu yang memiliki urutan ganjil dengan individu urutan genap, random

pairing, weighted random pairing (berdasarkan ranking atau nilai fitness) atau

memasangkan semua individu dengan individu lain kecuali dengan individu itu

sendiri. Selanjutnya, ada dua cara yang dapat digunakan untuk melakukan kawin

silang, yaitu single point crossover untuk gen berupa bilangan biner dan blending

method untuk gen berupa bilangan real.

Adanya pengaruh eksternal, memungkinkan terjadinya mutasi atau

perubahan gen setelah kawin silang. Mutasi dalam kehidupan nyata sangat jarang

terjadi dan tidak sampai mengubah seluruh populasi. Peluang terjadinya mutasi

sangat rendah, biasanya ditetapkan nilainya oleh peneliti. Setelah proses mutasi,

terbentuklah generasi baru yang didalamnya merupakan individu dengan

karakteristik lebih baik.

Algoritma genetika merupakan proses iterasi atau berulang-ulang. Untuk

menghentikan iterasi bisa dengan cara menentukan banyaknya iterasi atau dengan

syarat tertentu.

Langkah – langkah algoritma genetika secara umum adalah sebagai

berikut (Sivanandam dan Deepa 2008):

1. Mendefinisikan individu, fungsi objektif, peluang mutasi dan kriteria

konvergensi yang sesuai dengan permasalahan.

2. Membangkitkan secara acak sebuah populasi sebagai generasi awal

yang berisi beberapa individu.

3. Menghitung nilai fitness untuk masing-masing individu.

4. Memilih individu dari populasi yang memiliki nilai fitness terbaik.

5. Melakukan kawin silang.

6. Melakukan mutasi dengan peluang yang telah ditentukan.

7. Menempatkan keturunan baru ke populasi baru.

8. Menghitung nilai fitness dari masing – masing individu pada generasi

baru.

9. Mengulangi langkah 3 hingga 8 sampai memperoleh generasi yang

memenuhi kriteria konvergensi yang telah ditetapkan.

Kriteria Informasi

Prinsip dasar dari kriteria informasi adalah menghitung seberapa besar

informasi yang hilang dari satu gugus data yang terbentuk dari proses yang tidak

diketahui. Nilai kriteria informasi yang semakin kecil menunjukkan bahwa

informasi yang hilang dari satu gugus data juga kecil. Dasar pemikiran Seppo

(1992) membentuk kriteria informasi yang dapat mendeteksi pencilan berasal dari

Page 16: ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENDETEKSIAN PENCILAN … · 2 Ilustrasi perhitungan penduga ragam 9 3 Ilustrasi kawin silang 10 ... bidang–bidang lain seperti biologi, kimia pertanian,

4

statistik tataan dari sisaan. Dari statistik tataan sisaan tersebut dibentuk fungsi

kriteria informasi dengan menggunakan metode kemungkinan maksimum. berikut

fungsi kriteria informasi ( ) tersebut:

( )

dengan k adalah banyaknya amatan yang diduga sebagai pencilan, n merupakan

banyaknya amatan dan merupakan penduga kemungkinan maksimum ragam

dari data yang telah dibuang amatan yang dianggap sebagai pencilan. Kriteria

Informasi ini merupakan fungsi objektif yang digunakan dalam algoritma

genetika, yang akan dicari nilai fitness minimumnya.

Regresi Linier

Analisis regresi linier merupakan alat untuk mengevaluasi hubungan antara

satu peubah dengan satu peubah lainnya atau antara satu peubah dengan beberapa

peubah lainnya (Draper dan Smith 1992). Model yang digunakan untuk analisis

regresi linier adalah sebagai berikut:

dengan Y merupakan peubah tidak bebas, p adalah banyaknya peubah bebas, xp

merupakan peubah bebas ke–p, βp merupakan koefisien regresi dari peubah bebas

ke–p dan ε adalah galat. Model tersebut merupakan model stokastik, karena nilai

Y tidak pasti.

Nilai galat yang besar menunjukkan bahwa penyimpangan nilai Y terhadap

nilai harapan Y juga besar. Semakin besar nilai galat semakin kecil peluang

kejadian dari Y. Amatan dikatakan pencilan ketika peluangnya kurang dari 0.025,

sehingga dapat diartikan bahwa nilai pada peubah normal baku lebih dari 1.96.

Beberapa literatur melakukan penghampiran nilai 1.96 dengan nilai 2.

Model regresi dapat dinotasikan dalam bentuk matriks sebagai berikut:

merupakan vektor peubah tidak bebas berukuran n×1, dengan n adalah

banyaknya amatan. X adalah matriks peubah bebas berukuran n×(p+1). adalah

vektor parameter regresi berukuran (p+1)×1 dan adalah vektor galat berukuran

n×1.

Penduga parameter regresi dapat dilakukan dengan metode kuadrat

terkecil dengan meminimumkan jumlah kuadrat sisaan sebagai berikut:

( )

( )

Page 17: ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENDETEKSIAN PENCILAN … · 2 Ilustrasi perhitungan penduga ragam 9 3 Ilustrasi kawin silang 10 ... bidang–bidang lain seperti biologi, kimia pertanian,

5

( )

Kriteria informasi membutuhkan penduga kemungkinan maksimum dari

ragam sisaan, maka berikut akan dijabarkan untuk mendapatkan penduga tersebut.

Rumus umum model regresi adalah sebagai berikut:

( ); ( )

( ) ; adalah ragam galat

( )

Model regresi tersebut memiliki fungsi kepekatan peluang sebagai berikut:

( )

√ [

( ( )

)

]

Berdasarkan fungsi kepekatan peluang tersebut didapatkan fungsi

kemungkinan sebagai berikut:

√ [

( ( )

)

]

[

√ ]

[

∑( ( ))

]

[

√ ]

[

]

( ) (( )

)

Untuk mendapatkan penduga kemungkinan maksimum dari ragam sisaan,

maka ( ) harus diturunkan terhadap .

( )

( )

( ) ∑

Page 18: ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENDETEKSIAN PENCILAN … · 2 Ilustrasi perhitungan penduga ragam 9 3 Ilustrasi kawin silang 10 ... bidang–bidang lain seperti biologi, kimia pertanian,

6

sehingga penduga untuk ragam sisaan adalah sebagai berikut:

METODE PENELITIAN

Data

Data yang digunakan dalam tulisan ini merupakan data dari berbagai

penelitian yang dirangkum oleh Rousseeuw dan Leroy (1987). Penulis

menggunakan data – data tersebut karena data tersebut merupakan data real dan

sering digunakan untuk mencobakan metode pendeteksian pencilan yang lainnya,

kecuali data IV yang merupakan data simulasi.

Berikut merupakan gambaran umum tentang data yang digunakan dalam

penelitian ini.

1. Data I

Gugus data ini merupakan hasil penelitian yang diselenggarakan untuk

mengetahui hubungan antara tinggi (x1) dan berat badan pasien penyakit

jantung (x2) dengan panjang kateter yang diperlukan (y). kateter

merupakan sebuah pipa atau selang yang digunakan pada dunia medis,

biasanya dipasangkan pada organ dalam. Sebuah kateter dilewatkan ke

dalam vena besar atau arteri pada daerah femoral dan menuju ke jantung.

Kateter dapat masuk ke daerah - daerah tertentu untuk memberikan

informasi mengenai fungsi jantung. Hal seperti ini biasanya diterapkan

pada anak - anak dengan cacat jantung bawaan. Panjang yang tepat dari

kateter harus diperkirakan oleh dokter. Data diambil dari 12 pasien

penyakit jantung.

2. Data II

Gugus data ini merupakan hasil penelitian yang diselenggarakan untuk

mengetahui hubungan antara fosfor anorganik (x1) dan fosfor organik

(x1) dalam tanah dengan kandungan fosfor pada jagung yang ditanam

pada tanah tersebut (y). Data diambil dari 18 petak sawah jagung yang

berbeda.

Page 19: ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENDETEKSIAN PENCILAN … · 2 Ilustrasi perhitungan penduga ragam 9 3 Ilustrasi kawin silang 10 ... bidang–bidang lain seperti biologi, kimia pertanian,

7

3. Data III

Gugus data ini merupakan hasil penelitian yang diselenggarakan untuk

mengetahui hubungan antara konsentrasi garam yang tertinggal dalam

sungai selama dua minggu (x1), periode mingguan dihitung sejak awal

musim semi (x2) dan volume sungai (x3) dengan kadar garam dalam

sungai (y). Data terdiri dari 28 amatan.

4. Data IV

Gugus data ini merupakan data buatan berdasarkan fungsi . Semua amatan mengikuti fungsi tersebut, kecuali

amatan ke-13 dan lima amatan terakhir.

5. Data V

Gugus data ini merupakan hasil penelitian yang diselenggarakan untuk

mengetahui hubungan antara rata – rata pendapatan pegawai di sekolah

dasar (x1), persentase ayah berkerah putih (x2), status ekonomi keluarga

siswa (x3), rata – rata nilai akreditasi guru (x4) dan pendidikan ibu siswa

(x5) dengan nilai akreditasi sekolah dasar (y). Data terdiri dari 20 amatan.

Prosedur Penelitian

Berikut adalah langkah – langkah penulis dalam pengembangan algoritma

genetika.

1. Menentukan fungsi objektif yang tepat untuk digunakan dalam algoritma

genetika.

2. Menyusun algoritma yang tepat untuk mendeteksi pencilan.

3. Mengubah algoritma tersebut dalam bentuk bahasa pemrogaman R dengan

menggunakan program R 3.0.3. Hasilnya dapat dilihat pada Lampiran 2.

4. Melakukan pendeteksian pencilan pada data I, II, III, IV dan V

menggunakan cara konvensional.

5. Mengimplementasikan program algoritma genetika untuk mendeteksi

pencilan pada data I, II, III, IV dan V.

6. Membandingkan hasil deteksi secara konvensional dengan hasil

pendeteksian menggunakan algoritma genetika.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pendeteksian Pencilan Secara Konvensional

Tabel 1 merupakan hasil pendeteksian pencilan secara konvensional. Kolom

pertama adalah kode gugus data yang dianalisis, sedangkan kolom kedua, ketiga,

keempat dan kelima merupakan amatan yang terdeteksi sebagai pencilan pada

iterasi pertama, kedua, ketiga, keempat dan kelima. Sebagai ilustrasi, kita lihat

baris yang pertama. Data yang dianalisis adalah Data I, pendeteksian pertama

didapatkan amatan ke-8 sebagai pencilan. Setelah amatan tersebut dihapus, iterasi

kedua menghasilkan amatan ke-11 sebagai pencilan. Tidak ada lagi amatan yang

dianggap pencilan pada iterasi berikutnya, sehingga proses deteksi ini

menghasilkan dua amatan yaitu amatan ke-8 dan ke-11 yang meupakan pencilan.

Data I, II, III hanya memerlukan dua kali iterasi untuk mendeteksi pencilan yang

Page 20: ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENDETEKSIAN PENCILAN … · 2 Ilustrasi perhitungan penduga ragam 9 3 Ilustrasi kawin silang 10 ... bidang–bidang lain seperti biologi, kimia pertanian,

8

ada. Pendeteksian pencilan secara konvensional bisa jadi tidak efisien untuk

dilakukan, seperti yang terlihat pada Data IV, dimana pendeteksiannya

memerlukan hingga empat kali iterasi. Data V hanya memerlukan satu kali iterasi

untuk mendeteksi seluruh pencilan.

Pendeteksian pencilan secara konvensional bisa terjadi berkali-kali karena

setiap melakukan pendeteksian model regresi yang didapat berbeda. Model

berbeda menghasilkan nilai sisaan yang berbeda, sehingga memungkinkan muncul

pencilan lagi. Nilai Sisaan terbakukan masing – masing data dari setiap tahap

pendeteksian dapat dilihat pada Lampiran 1.

Tabel 1 Hasil deteksi pencilan secara konvensional

Date Pendeteksian Pencilan ke-

1 2 3 4 5

Data I 8 11 - - -

Data II 10 17 - - -

Data III 15, 16, 17 5 - - -

Data IV 23,25 13 24 16,21,22 -

Data V 3, 18 - - - -

Algoritma Genetika untuk Mendeteksi Pencilan

Algoritma diawali dengan membentukan populasi yang beranggotakan 10

individu. Ilustrasi mengenai bentuk populasi dapat dilihat pada Gambar 1. Setiap

individu dibentuk dari n buah gen. Individu memberikan informasi banyaknya

amatan yang diduga sebagai pencilan. Gen dalam individu berbentuk bilangan

biner (0 1), dengan 0 menunjukkan bahwa amatan tersebut diduga bukan pencilan

dan 1 menunjukkan bahwa amatan tersebut diduga sebagai pencilan. Banyaknya

gen bernilai satu pada individu menggambarakan banyaknya amatan yang diduga

sebagai pencilan pada gugus data. Karena peluang kejadian terjadinya pencilan

kecil, maka ditentukan banyaknya gen bernilai 1 dalam setiap individu adalah

20% dari banyaknya amatan. Banyaknya gen bernilai 1 akan dibulatkan ke

bilangan bulat terdekat, ketika 20% dari banyaknya amatan tidak bilangan bulat.

Misalkan banyaknya amatan adalah 23 amatan, maka banyaknya gen bernilai 1

adalah lima buah gen. Gen bernilai 1 dalam setiap individu diletakkan secara

acak. Penentuan letak dan banyaknya gen bernilai 1 hanya saat inisialisasi awal

saja, saat proses iterasi bisa berubah-ubah letak dan banyaknya gen bernilai 1.

Gambar 1 Ilustrasi populasi

n

Page 21: ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENDETEKSIAN PENCILAN … · 2 Ilustrasi perhitungan penduga ragam 9 3 Ilustrasi kawin silang 10 ... bidang–bidang lain seperti biologi, kimia pertanian,

9

Nilai fitness masing-masing individu dihitung menggunakan fungsi objektif

berikut:

( )

dengan k adalah banyaknya amatan yang diduga sebagai pencilan, merupakan

banyaknya amatan dan merupakan penduga kemungkinan maksimum ragam

sisaan dari data dengan membuang amatan yang dianggap sebagai pencilan.

Gambar 2 merupakan ilustrasi perhitungan ragam sisaan dalam program. Individu

dengan bentuk (0 1 0 1 0 0) menggambarkan bahwa amatan ke-2 dan ke-4 diduga

sebagai pencilan, sehingga perhitungan ragam sisaan dilakukan tanpa amatan ke-2

dan ke-4. Nilai ragam sisaan digunakan untuk menghitung Kriteria Informasi,

dengan n=6 dan k=2.

Gambar 2 Ilustrasi perhitungan penduga ragam sisaan

Masing-masing individu memiliki nilai KI. Seleksi dilakukan dengan cara

mengurutkan individu dengan KI terkecil hingga terbesar, lalu diambil 5 individu

dengan KI paling kecil.

Langkah selanjutnya adalah kawin silang. Kawin silang dilakukan kepada

setiap kombinasi 5 individu (hasil proses seleksi). Metode kawin silang yang

digunakan adalah Single Point Crossover. Metode Single Point Crossover

dilakukan dengan cara mengacak bilangan bulat positif 1 sampai dengan n-1,

dengan n adalah banyaknya amatan pada data atau banyaknya gen dalam satu

individu. Hasil dari pengacakan bilangan bulat positif tersebut digunakan sebagai

titik kawin silang, ilustrasi kawin silang dapat dilihat pada Gambar 3. Ilustrasi

pada Gambar 3 adalah mengawinkan dua individu, dengan enam gen pada

masing-masing individu. Titik kawin silang ditentukan dengan mengacak

bilangan bulat positif 1 sampai dengan 5. Misal hasil pengacakan adalah 4, maka

4 gen awal pada individu satu digabungkan dengan 2 gen akhir pada individu

lainnya dan sebaliknya. Satu kali kawin silang menghasilkan dua individu baru,

sehingga hasil dari proses kawin silang sebanyak 2 × . Individu hasil proses

kawin silang digabungkan kembali dengan indukannya agar sifat induk yang

unggul tidak hilang.

y x1 x2 ε

7.70 2 1 -3.093

10.23 3 2 -

8.24 2 4 -0.619

17.62 7 1 -

18.20 5 3 -1.856

19.23 3 2 5.568

��

𝑛 𝑘∑ 𝑒𝑖

𝑛

𝑖

[( . 9) ( .6 )

( .86) 5.57 ]

[ . 9]

. 9

Page 22: ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENDETEKSIAN PENCILAN … · 2 Ilustrasi perhitungan penduga ragam 9 3 Ilustrasi kawin silang 10 ... bidang–bidang lain seperti biologi, kimia pertanian,

10

Gambar 3 Ilustrasi kawin silang dengan metode single point crossover

Proses selanjutnya setelah kawin silang adalah mutasi. Mutasi dilakukan

untuk menghindari terjadinya local optimum. Maksud dari local optimum adalah

nilai KI yang didapat belum optimal secara global. Peluang terjadinya mutasi

sebesar 0.01. Merubah nilai biner pada gen yang terpilih, jika nilainya 0 akan

diganti menjadi 1 dan jika nilainya 1 akan diganti menjadi 0.

Individu baru yang terbentuk digunakan kembali dalam proses seleksi,

kawin silang dan mutasi. Proses iterasi tersebut berhenti sampai nilai KI individu

kesatu dan kesepuluh pada satu populasi memiliki nilai yang sama.

Tabel 2 merupakan hasil pendeteksian pencilan menggunakan algoritma

genetika. Pendeteksian pencilan menggunakan algoritma genetika memberikan

hasil yang sama dengan cara konvensional, kecuali pada Data IV. Perbedaan

antara pendeteksian pencilan menggunakan agoritma genetika dan cara

konvensional adalah banyaknya pendeteksian yang dilakukan. algoritma genetika

hanya satu kali pendeteksian, sedangkan cara konvensional lebih dari satu kali.

Sebagai ilustrasi, kita lihat hasil pendeteksian pada Data I dengan algoritma

genetika dan cara konvensional. algoritma genetika mampu mendeteksi pencilan

amatan 8 dan 11 dengan satu kali iterasi, sedangkan cara konvensional

memerlukan dua kali iterasi untuk mendapatkan pencilan amatan 8 dan 11. Begitu

juga pada Data II, Data III dan Data IV. Pada Data V pendeteksian pencilan yang

dilakukan algoritma genetika dan cara konvensional sama-sama memerlukan satu

kali iterasi.

Hasil pendeteksian pencilan menggunakan algoritma genetika pada Data IV

berbeda dengan hasil pendeteksian dengan cara konvensional. Metode

konvensional mendeteksi amatan 16 sebagai pencilan, sedangkan algoritma

genetika tidak mendeteksi amatan 16 sebagai pencilan. Data IV merupakan data

bangkitan dan sudah ditetapkan pencilannya. Data IV dibangkitkan mengikuti

persamaan . Amatan 13, 21, 22, 23, 24 dan 25 dibuat

sebagai pencilan dengan cara menambahka nilai y dengan suatu nilai. Amatan 16

tidak dibuat sebagai pencilan, nilainya sesuai dengan persamaan tersebut, yaitu

x1=2; x2=3; x3=1; x4=0 dan y=11. Data IV tanpa amatan 13, 16, 21, 22, 23, 24, 25

menghasilkan R2=100% dan KI = -583.21, sedangkan Data IV tanpa amatan 13,

21, 22, 23, 24, 25 menghasilkan R2=100% dan KI = -617.19. Meskipun memiliki

nilai R2 yang sama, namun tanpa menghapus amatan ke-16 dapat menghasilkan

nilai KI yang lebih kecil, sehingga pada algoritma genetika amatan ke-16 tidak

dideteksi sebagai pencilan. Dari kasus pada Data IV terlihat bahwa algoritma

genetika lebih sensitif terhadap pencilan.

1

2

3

4

5 Tit

ik k

awin

sil

ang

Page 23: ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENDETEKSIAN PENCILAN … · 2 Ilustrasi perhitungan penduga ragam 9 3 Ilustrasi kawin silang 10 ... bidang–bidang lain seperti biologi, kimia pertanian,

11

Tabel 2 Hasil deteksi pencilan dengan algoritma genetika

Data Pendeteksian Pencilan ke-

1

Data I 8,11

Data II 10,17

Data III 5,15, 16, 17

Data IV 13,21,22,23,24,25

Data V 3, 18

Banyaknya amatan dan peubah dapat mempengaruhi waktu proses

pendeteksian menggunakan algoritma genetika. Semakin banyak amatan dan

semakin banyak peubah waktu yang diperlukan semakin banyak juga, hal tersebut

dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Waktu yang dibutuhkan algoritma genetika untuk mendeteksi pencilan.

Data II memiliki jumlah amatan sebanyak 18 dan data V memiliki amatan

sebanyak 20, tapi pada Gambar 4 terlihat perbedaan waktu yang mencolok antara

data II dan data V. Data V memiliki jumlah peubah lebih banyak yaitu sebanyak 5

peubah dibandingkan dengan data II yang hanya memiliki 2 peubah. Ternyata

banyaknya peubah juga mempengaruhi waktu.

Kemampuan program untuk mencapai nilai kriteria informasi paling

minimum cukup baik pada data yang dipakai, bisa dilihat pada lampiran 3. Penulis

melakukan 10 kali penggunaan program untuk melihat rata – rata pada generasi

keberapa program tersebut dapat mencapai nilai kriteria informasi minimum.

Hasilnya dapat dilihat pada Gambar 5. Banyaknya generasi yang dimaksud adalah

banyaknya iterasi yang dilakukan oleh program. Program bisa menghasilkan

generasi/iterasi yang berbeda setiap penggunaan. Sebagai ilustrasi, kita lihat

diagram kotak garis Data I. Program dicobakan sebanyak 10 kali pada Data I.

Dalam 10 kali percobaan tersebut generasi/iterasi yang terbentuk ada yang

berbeda, rata – rata pada generasi/iterasi ke-5 program dapat mencapai nilai KI

minimum pada Data I. Rata – rata generasi/iterasi pada Data III paling tinggi

Page 24: ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENDETEKSIAN PENCILAN … · 2 Ilustrasi perhitungan penduga ragam 9 3 Ilustrasi kawin silang 10 ... bidang–bidang lain seperti biologi, kimia pertanian,

12

dibanding yang lain. Hal tersebut disebabkan banyaknya amatan pada data III

lebih banyak dibandingkan dengan data yang lain. Data V memiliki banyaknya

parameter yang lebih banyak dibandingkan dengan data II, namun rata – rata

generasi/iterasi pada kedua data tersebut hampir sama. Sehingga dapat dikatakan

bahwa banyaknya amatan mempengaruhi kemampuan program dalam mencapai

nilai kriteria informasi minimum, sedangkan banyaknya peubah dalam data tidak

mempengaruhi kemampuan program untuk mencapai nilai kriteria informasi

minimum.

Gambar 5 Diagram kotak garis banyaknya generasi untuk mencapai nilai

minimum

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa algoritma genetika

dapat digunakan untuk menghitung nilai Kriteria Informasi, sehingga dapat

digunakan untuk menentukan nilai minimumnya. Algoritma genetika dapat

melakukan pendeteksian seluruh amatan yang berpotensi sebagai pencilan secara

serempak. Namun ada beberapa kekurangan dalam program ini, yaitu masalah

kecepatan program. Semakin banyak amatan semakin banyak juga waktu yang

diperlukan. Banyaknya peubah dalam data tidak mempengaruhi kemampuan

program untuk mencapai nilai kriteria informasi minimum.

Page 25: ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENDETEKSIAN PENCILAN … · 2 Ilustrasi perhitungan penduga ragam 9 3 Ilustrasi kawin silang 10 ... bidang–bidang lain seperti biologi, kimia pertanian,

13

DAFTAR PUSTAKA

Adnan R, Mohamad MN, and Setan H. 2003. Multiple Outliers Detection

Procedures in Linear Regression. Matematika1: 29-45.

Barnett V, Lewis T. 1994. Outliers in Statistical Data. New Jersey(US): Jhon

Wiley and Sons, Inc.

Cook RD, Sanford W. 1947. Residuals and Influence in Regression. London(UK):

Champ and Hall.

Cook RD. 1977 Detection of Influential Observation in Linear Regression,

Technometrics. 42(1): 65-68.

Diaz-Garcia JA, Gonzalez-Farias G, and Alvarado-Castro V. 2007. Exact

Distributions for Sensitivity Analysis in Linear Regression. Applied

Mathematical Sciences. 22(1):1083-1100.

Draper NR, Smith H. 1992. Analisis Regresi Terapan. Jakarta(ID): PT. Gramedia

Pustaka Utama.

Filzmoser P. 2005. Identification of Multivariate Outliers: A Performance Study.

Austrian Journal of Statistics. 34(2):127-138.

Haupt RL, Haupt SE. 2004. Practical Genetic Algorithms Second Edition. New

Jersey(US): Jhon Wiley and Sons, Inc

Pena D, Prieto FJ. 2001. Multivariate outlier detection and robust covariance

matrix estimation.. Technometrics, 43(3):286–310.

Rousseeuw PJ dan Leroy AM. 1987. Robust Regression and Outlier Detection.

New York(US): Jhon Wiley and Sons, Inc.

Seppo P. 1992. Detection of Outliers in Regression Analysis by Information

Criteria. Proceedings of the University of Vaasa , number 146.

Schwarz G. 1978. Estimating The Dimention of a model. The annals Stat. 6(1):

461-464.

Sivanandam SN, Deepa SN. 2008. Introduction to Genetic Algorithms. New

York(US): Springer

Xu J, Abraham B, dan Steiner SH. 2005. Outlier Detection Methods in

Multivariate Regression Models. [diacu 2013 Desember 25], Tersedia dari:

http://www.bisrg.uwaterloo.ca/archive/RR-06-07.pdf.

Page 26: ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENDETEKSIAN PENCILAN … · 2 Ilustrasi perhitungan penduga ragam 9 3 Ilustrasi kawin silang 10 ... bidang–bidang lain seperti biologi, kimia pertanian,

14

Lampiran 1 Sisaan terbakukan masing – masing data dari setiap tahap

pendeteksian

Data I

obs Deteksi

1 Deteksi

2 Deteksi

3

1 -0.011 -0.065 0.201

2 -0.613 -0.369 -0.845

3 -0.298 -1.207 -1.282

4 0.451 0.631 1.294

5 0.873 0.972 1.620

6 -1.577 -1.449 -1.482

7 0.058 0.168 0.533

8 -2.294 9 -0.134 -0.885 -0.813

10 0.934 -0.736 0.120

11 1.881 2.131 12 -0.221 0.011 -0.089

Data III

obs Deteksi

1 Deteksi

2 Deteksi

3 obs Deteksi

1 Deteksi

2 Deteksi

3

1 -1.155 -1.812 -1.797 15 -2.009 2 -0.509 -0.187 0.373 16 3.037 3 -0.919 -1.396 -0.892 17 -2.047 4 0.280 0.177 0.583 18 0.544 0.494 0.574

5 -0.266 2.159

19 0.897 -0.092 -0.712

6 0.196 0.386 0.863 20 0.169 -0.718 -1.178

7 0.489 0.821 1.192 21 0.718 0.620 0.409

8 -1.016 -1.757 -1.901 22 0.216 0.137 -0.031

9 1.932 1.832 1.611 23 -0.098 0.232 0.833

10 -0.152 -0.485 -0.450 24 -0.645 -0.323 0.431

11 -1.182 -1.429 -1.071 25 0.223 -0.017 -0.045

12 -0.137 -0.563 -0.662 26 0.350 -0.135 -0.473

13 1.281 1.747 1.845 27 0.504 0.214 -0.115

14 -0.601 -0.658 -0.557 28 0.814 1.269 1.321

Data II

obs Deteksi

1 Deteksi

2 Deteksi

3

1 0.135 0.276 -0.245

2 0.084 -0.369 -0.340

3 0.408 0.238 0.516

4 0.033 -0.221 -0.392

5 -0.678 -1.423 -1.599

6 0.795 1.737 1.200

7 0.204 0.615 0.492

8 0.810 1.453 1.775

9 0.692 1.285 1.627

10 -1.723 -2.260 11 -0.151 -0.039 -0.145

12 -0.289 0.430 0.328

13 -1.289 -1.219 -1.761

14 -0.294 0.311 0.216

15 -0.388 0.449 0.131

16 -0.454 -0.952 -1.307

17 3.177 18 -0.841 -0.035 -0.308

Page 27: ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENDETEKSIAN PENCILAN … · 2 Ilustrasi perhitungan penduga ragam 9 3 Ilustrasi kawin silang 10 ... bidang–bidang lain seperti biologi, kimia pertanian,

15

Data IV

obs Deteksi

1 Deteksi

2 Deteksi

3 Deteksi

4 obs Deteksi

1 Deteksi

2 Deteksi

3 Deteksi

4

1 0.651 0.057 0.079 -0.625 14 -1.334 -1.545 -0.915 -0.622

2 0.054 -0.193 -0.205 -0.433 15 -0.630 0.624 -0.383 0.326

3 0.029 0.079 -0.082 0.092 16 -1.254 -0.113 -1.385 -2.187

4 -0.035 -0.376 -0.008 0.466 17 -0.038 0.393 0.040 0.567

5 -0.534 -0.697 -0.585 -0.896 18 -1.892 -1.728 -1.334 -1.031

6 0.053 0.154 -0.176 -0.405 19 -0.033 -0.020 0.013 0.462

7 -0.601 -0.540 -0.389 0.104 20 -1.195 -0.807 -0.678 0.125

8 0.015 -0.554 -0.227 -0.572 21 -0.115 0.751 1.598 2.658

9 -0.542 -0.425 -0.454 -0.383 22 0.495 1.030 1.932 2.564

10 -0.589 -0.819 -0.519 -0.429 23 2.668 11 0.621 0.330 0.199 -0.067 24 0.270 1.644 3.177

12 -0.009 -0.279 -0.104 -0.053 25 2.621 13 1.898 3.323

Data V

obs Deteksi 1 Deteksi 2

1 0.234 0.326

2 -0.235 -0.203

3 -2.045 4 -0.251 -1.044

5 0.415 1.065

6 -0.058 0.424

7 0.397 -0.456

8 -0.222 -0.391

9 0.356 -0.841

10 0.164 0.535

11 -1.265 -0.585

12 1.089 1.648

13 -0.637 -1.472

14 -0.177 0.604

15 -1.061 0.458

16 0.681 1.382

17 -0.824 -1.854

18 2.936 19 0.640 1.370

20 0.144 -0.697

Page 28: ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENDETEKSIAN PENCILAN … · 2 Ilustrasi perhitungan penduga ragam 9 3 Ilustrasi kawin silang 10 ... bidang–bidang lain seperti biologi, kimia pertanian,

16

Lampiran 2 Sintaks dalam software R

fitness <- function(d)

{

d <- d[-1,]

x <- as.matrix(cbind(1,d[,2:ncol(data)]))

y <- as.matrix(d[,1])

b <- solve(t(x)%*%x)%*%t(x)%*%y

sse <- (t(y)%*%y)-(t(b)%*%t(x)%*%y)

satu <- matrix(1,nrow(d),1)

sst <- (t(y)%*%y)-((t(y)%*%satu%*%t(satu)%*%y)/nrow(d))

r2 <- 1-(sse/sst)

n <- nrow(d)

BIC <- n*log(sse/(n))-2*log(factorial(n-k))+1*log(n)

list("BIC"=BIC)

}

data <- read.table("D:/document/bahan- bahan/outlier/data/data4.txt",

header=TRUE)

#Populasi

pop <- matrix(0,nrow(data),10)

for(i in 1:ncol(pop))

{

a <- as.matrix(sample(nrow(data),0.2*nrow(data)))

for(j in 1:nrow(a))

{

pop[a[j,],i] <-1 }

}

#Fitness

popF <- rbind(pop,0)

for(i in 1:ncol(pop))

{

d <- 0

k <- 0

for(j in 1:(nrow(pop)))

{

ifelse(pop[j,i]==0,d <- rbind(d,data[j,]),k <- k+1)

}

fit <- fitness(d=d)$BIC

ifelse(abs(fit)==Inf,popF[j+1,i] <- NaN, popF[j+1,i] <- fit)

}

Page 29: ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENDETEKSIAN PENCILAN … · 2 Ilustrasi perhitungan penduga ragam 9 3 Ilustrasi kawin silang 10 ... bidang–bidang lain seperti biologi, kimia pertanian,

17

maxiter<-1000

for(iter in 1:maxiter)

{

#Seleksi

ur <- popF[,order(popF[nrow(popF),],decreasing=F)]

x.select <- ur[-nrow(ur),1:5]

#Cross_Over

x.cross <- x.select

for(i in 1:(ncol(x.select)-1))

{

for(j in 1:ncol(x.select))

{

if(j>i){

a <- sample(nrow(x.select)-1,1)

x.cross <-

cbind(x.cross,c(x.select[1:a,i],x.select[(a+1):nrow(x.select),j]),c(x.select[(a+1):nro

w(x.select),i],x.select[1:a,j]))

}

}

}

#Mutasi

x.mutasi <- x.cross

mut<-rbinom(nrow(x.mutasi)*(ncol(x.mutasi)-5),1,0.01)

{

if (sum(mut)!=0) {

mut1<-matrix(mut,nrow(x.mutasi),(ncol(x.mutasi)-5))

in.mutasi<-t(which(mut1==1,arr.ind=TRUE))

in.mutasi<-rbind(in.mutasi[1,],(in.mutasi[2,]+5))

for(i in 1:ncol(in.mutasi))

{

x.mutasi[in.mutasi[1,i],in.mutasi[2,i]]<-

ifelse(x.mutasi[in.mutasi[1,i],in.mutasi[2,i]]==1,0,1)

}

pop <- x.mutasi

}

else

{

pop <- x.cross

}

Page 30: ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENDETEKSIAN PENCILAN … · 2 Ilustrasi perhitungan penduga ragam 9 3 Ilustrasi kawin silang 10 ... bidang–bidang lain seperti biologi, kimia pertanian,

18

}

#hitung_fitness_lagi

popF <- rbind(pop,0)

for(i in 1:ncol(pop))

{

d <- 0

k <- 0

for(j in 1:(nrow(pop)))

{

ifelse(pop[j,i]==0,d <- rbind(d,data[j,]),k <- k+1)

}

fit <- fitness(d=d)$BIC

popF[j+1,i] <- fit

}

cek1 <- popF[,order(popF[nrow(popF),],decreasing=F)]

cek <- cek1[nrow(cek1),1]-cek1[nrow(cek1),10]

if (cek==0){break}

}

{

if(sum(x.select[,1])==0)

{

h <- "Tidak Terdapat Pencilan"

}

else

{

h <- c(1:nrow(x.select))

for (i in nrow(x.select):1)

{

if(x.select[i,1]==0)

{

h <- h[-i]

}

}

}

}

c <- ur[nrow(ur),1]

list("Pencilan Terdapat Pada Observasi Ke:"=h, "Nilai Kriteria Informasi:"=c,

"iterasi"=iter,"pop"=cek1)

Page 31: ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENDETEKSIAN PENCILAN … · 2 Ilustrasi perhitungan penduga ragam 9 3 Ilustrasi kawin silang 10 ... bidang–bidang lain seperti biologi, kimia pertanian,

19

Lampiran 3 Kemampuan program konvergen ke suatu nilai

Data I Data II

Data III Data IV

Data V

Page 32: ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENDETEKSIAN PENCILAN … · 2 Ilustrasi perhitungan penduga ragam 9 3 Ilustrasi kawin silang 10 ... bidang–bidang lain seperti biologi, kimia pertanian,

20

RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap penulis Amri Luthfi Najih, dilahirkan di Grobogan pada

tanggal 8 Mei 1992 dari Bapak Suhamto dan Ibu Anis Husainiah. Penulis adalah

putra pertama dari dua bersaudara. Tahun 2010 penulis lulus dari SMA N 1

Purwodadi dan pada tahun yang sama diterima di Institut Pertanian Bogor. Penulis

diterima di IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB), diterima

tanpa tes. Penulis diterima di departemen Statistika, Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam. Penulis aktif diberbagai organisasi dan kepanitiaan

selama menempuh pendidikan di IPB. Pada tahun 2011-2012 menjabat sebagai

ketua PERMADI Bogor (Persatuan Mahasiswa Purwodadi Bogor). Tahun 2012-

2013 sebagai anggota departemen Survey and research di GSB (Gamma Sigma

Beta). Tahun 2012 menjadi anggota divisi dekorasi dan dokumentasi di

kepanitiaan Statistika Ria. Tahun 2013 menjadi ketua divisi dekorasi dan

dokumentasi di kepantiaan Kompetisi Statistika Junior. Ditahun yang sama

penulis melaksanakan Praktik Lapang di BULOG (Badan Urusan Logistik) Divisi

Regional Jawa Tengah, ditempatkan pada bagian Analisis Harga Pasar.