agribisnis dan pengembangan ekonomi...

18
Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1 Mei, 2014 i ISBN: 978-602-7998-43-8 PROSIDING SEMINAR NASIONAL AGRIBISNIS DAN PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAAN I PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA 2014

Upload: vunhan

Post on 11-Feb-2018

228 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: AGRIBISNIS DAN PENGEMBANGAN EKONOMI …agribisnis.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/AGRIBISNIS-1.pdf · pengaruh budaya organisasi dan teknologi informasi ... pemanfaatan

Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1

Mei, 2014

i

ISBN: 978-602-7998-43-8

PROSIDING

SEMINAR NASIONAL

AGRIBISNIS DAN PENGEMBANGAN

EKONOMI PERDESAAN I

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TRUNOJOYO

MADURA

2014

Page 2: AGRIBISNIS DAN PENGEMBANGAN EKONOMI …agribisnis.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/AGRIBISNIS-1.pdf · pengaruh budaya organisasi dan teknologi informasi ... pemanfaatan

Mei, 2014 Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1

ii

AGRIBISNIS DAN PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAAN I

Penanggung Jawab:

Ketua Program Studi Agribisnis Universitas Trunojoyo Madura

Editor:

Andrie Kisroh Sunyigono

Ellys Fauziyah

Mardiyah Hayati

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

2014

Page 3: AGRIBISNIS DAN PENGEMBANGAN EKONOMI …agribisnis.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/AGRIBISNIS-1.pdf · pengaruh budaya organisasi dan teknologi informasi ... pemanfaatan

Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1

Mei, 2014

iii

Katalog dalam Terbitan

Proceeding: Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan I

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura,

UTM Press 2014

viii + 396 hlm.; 17x24 cm

ISBN 978-602-7998-43-8

Editor: : Andrie Kisroh Sunyigono

Ellys Fauziyah

Mardiyah Hayati

Layouter : Taufik R D A Nugroho

Cover design : Didik Purwanto

Penerbit : UTM Press

* Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Jl. Raya Telang PO Box. 2 Kamal Bangkalan

Telp : 031-3013234

Fax : 031-3011506

Page 4: AGRIBISNIS DAN PENGEMBANGAN EKONOMI …agribisnis.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/AGRIBISNIS-1.pdf · pengaruh budaya organisasi dan teknologi informasi ... pemanfaatan

Mei, 2014 Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1

iv

KATA PENGANTAR

KETUA PANITIA

Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh

Bismillahirrohmanirrohim

Segala puji kami panjatkan ke hadapan Illahi atas terselenggaranya Seminar

Nasional “Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan I” Program Studi

Agribisnis Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura pada tanggal 21 Mei

2014. Seminar ini merupakan seminar yang diselenggarakan secara mandiri oleh

Program Studi Agribisnis untuk pertama kalinya dan direncanakan dilakukan secara

rutin tiap tahun. Tujuan diselenggarakannya seminar ini adalah untuk: 1) Memberikan

rekomendasi kebijakan, langkah dan strategi dalam upaya pengembangan sektor

agribisnis yang terkait erat dengan wilayah perdesaan, 2) Memberikan wadah untuk

berbagi pengalaman dan tukar menukar ide bagi semua stakeholder terkait baik

akademisi, pelaku bisnis dan pemerintah, 3) Menumbuhkan komitmen bersama dalam

pengembangan sektor agribisnis yang bertitik tumpu pada wilayah perdesaan dalam

upaya mencapai visi pembangunan pertanian. Selanjutnya, pada akhir seminar

diharapkan tergalang sinergi untuk meningkatkan mutu dan dayaguna penelitian dan

dapat menjadi masukan bagi berbagai pihak yang berwenang dalam pengambilan

kebijakan.

Makalah kunci disampaikan oleh Prof. Dr. Ir. Nuhfil Hanani, MS selaku Guru

Besar Universitas Brawijaya Malang, dan makalah utama oleh Dr.Ir. Agus Wahyudi,

SE; MM (Badan Pengembangan Wilayah Suramadu/BPWS), Andrie Kisroh Sunyigono,

PhD selaku Pakar Ekonomi Pertanian Universitas Trunojoyo Madura dan. Dr. Sitti Aida

Adha Taridala, SP, M.Si sebagai pemakalah terbaik dari Universitas Halu Uleo.

Disamping itu terdapat makalah penunjang bersumber dari berbagai instansi/lembaga

penelitian seperti BPTP antara lain dari Bogor dan Jawa Timur, Loka Penelitian Sapi

Potong Pasuruan, serta Perguruan Tinggi dari berbagai wilayah seperti Jakarta,

Gorontalo, Bandung, Tegal, Surabaya, Malang dan Madura. Topik-topik yang disajikan

sangat bervariasi, secara garis besar terhimpun ke dalam 4 bidang yakni agribisnis,

sosiologi, nilai tambah dan sosial ekonomi.

Terima kasih kepada semua pihak yang memberikan kontribusi utamanya PT

Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO).

Akhirnya selamat mengkaji makalah-makalah di prosiding ini.

Wassalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatu

Bangkalan, Juni 2014.

Ketua Panitia,

Ihsannudin, MP.

Page 5: AGRIBISNIS DAN PENGEMBANGAN EKONOMI …agribisnis.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/AGRIBISNIS-1.pdf · pengaruh budaya organisasi dan teknologi informasi ... pemanfaatan

Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1

Mei, 2014

v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR KETUA PANITIA ................................................................... iv

DAFTAR ISI ................................................................................................................. v

AGRIBISNIS

MANAJEMEN AGRIBISNIS DAN PERMASALAHANNYA .................................. 3

P. Julius F. Nagel

TANGGAPAN KONSUMEN TERHADAP ECO-LABEL PADA PRODUK

PERTANIAN ............................................................................................................... 14

Joko Mariyono

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN TEKNOLOGI INFORMASI

TERHADAP STRATEGI BERSAING DAN KINERJA PERUSAHAAN ................ 21

Hary Sastrya Wanto, Ruswiati Suryasaputra

PERANAN BAITUL MAAL WATTAMWIL UNTUK PENINGKATAN

SEKTOR PERTANIAN .............................................................................................. 32

Renny Oktafia

PENINGKATAN MUTU BUAH APEL SEPANJANG RANTAI PASOK

DARI PASCAPANEN SAMPAI DISPLAY SUPER MARKET ............................... 41

I Nyoman Sutapa, Jani Rahardjo, I Gede Agus Widyadana, Elbert Widjaja

ANALISIS PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI

LOKAL KECAMATAN KARANGPLOSO KABUPATEN MALANG ................... 57

Selamet Joko Utomo

RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM PETELUR UTAMA

KECAMATAN GALIS KABUPATEN PAMEKASAN ............................................ 68

Lilis Suryani, Aminah H.M Ariyani

KELAYAKAN EKONOMI USAHA GARAM RAKYAT DENGAN

TEKNOLOGI MADURESSE BERISOLATOR ......................................................... 83

Makhfud Efendy, Ahmad Heryanto

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PLINTIR PISANG DI

KECAMATAN ARJASA KEPULAUAN KANGEAN ............................................. 107

Mu’awana, Taufik Rizal Dwi Adi Nugroho

SOSIOLOGI

RELASI AKTOR DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI

PRODUK TERRA (TERONG RAKYAT) ................................................................. 121

Titis Puspita Dewi, Mohammad Asrofin, Erwin Merawati, Ali Imron

Page 6: AGRIBISNIS DAN PENGEMBANGAN EKONOMI …agribisnis.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/AGRIBISNIS-1.pdf · pengaruh budaya organisasi dan teknologi informasi ... pemanfaatan

Mei, 2014 Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1

vi

PERLUNYA KECUKUPAN BAHAN PANGAN DALAM PEMENUHAN

KEBUTUHAN MASYARAKAT SECARA NASIONAL ........................................ 133

Isbandi dan S.Rusdiana

RELASI SEGI TIGA SISTEM KREDIT DALAM MASYARAKAT

PERDESAAN STUDI KASUS DI DESA MAJENANG, KECAMATAN

KEDUNGPRING, KABUPATEN LAMONGAN, JAWA TIMUR .......................... 146

Indah Rusianti, Faridatus Sholihah, Arini Nila Sari

DAMPAK SOSIAL DAN EKONOMI PEMBANGUNAN AGROPOLITAN

DI DESA NGRINGINREJO, KECAMATAN KALITIDU, KABUPATEN

BOJONEGORO .......................................................................................................... 159

Alifatul Khoiriyah, Santi Yuli Hartika, Yunny Noevita Sari, dan Ali Imron

PEMANFAATAN PERAN MODAL SOSIAL PADA PEKERJA SEKTOR

INFORMAL PEREMPUAN (Studi Pada Pedagang Kaki Lima Perempuan Di

Kota Malang) .............................................................................................................. 168

Ike Kusdyah Rachmawati

PROGRAM AKSI MEDIA KOMUNITAS PEDESAAN BAGI WARGA

KEPULAUAN TIMUR MADURA SEBAGAI SARANA PENINGKATAN

AKSES, KETERBUKAAN INFORMASI, DAN PEMBERDAYAAN PUBLIK ..... 181

Surokim, Teguh Hidayatul Rachmad

MODEL PENGEMBANGAN KOMPETENSI PENYULUH PERTANIAN DI

PROVINSI GORONTALO ........................................................................................ 194

Mohamad Ikbal Bahua

NILAI TAMBAH

PENERAPAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) UNTUK

PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK OLAHAN WORTEL ...... 213

Yurida Ekawati, Surya Wirawan Widiyanto

PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI BERBASIS JAGUNG DI

KABUPATEN BANGKALAN .................................................................................. 224

Weda Setyo Wibowo, Banun Diyah Probowati, Umi Purwandari

STRATEGI PENGUATAN POSISI TAWAR PETANI KENTANG MELALUI

PENGUATAN KELEMBAGAAN ............................................................................ 234

Ana Arifatus Sa’diyah dan Dyanasari

INOVASI TEKNOLOGI SAPI POTONG BERBASIS MANAJEMEN

BUDIDAYA DAN REPRODUKSI MENUJU USAHATANI KOMERSIAL .......... 250

Jauhari Efendy

Page 7: AGRIBISNIS DAN PENGEMBANGAN EKONOMI …agribisnis.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/AGRIBISNIS-1.pdf · pengaruh budaya organisasi dan teknologi informasi ... pemanfaatan

Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1

Mei, 2014

vii

POTENSI SAMPAH ORGANIK SEBAGAI PELUANG BISNIS PUPUK

ORGANIK DAN PAKAN TERNAK ......................................................................... 258

Jajuk Herawati, Yhogga Pratama Dhinata, Indarwati

UJI KELAYAKAN PENGOLAHAN SERBUK INSTAN BEBERAPA

VARIETAS JAHE DALAM UPAYA MENINGKATKAN NILAI EKONOMI ...... 270

Indarwati, Jajuk Herawati, Tatuk Tojibatus, Koesriwulandari

POTENSI CACING TANAH SEBAGAI PELUANG BISNIS ................................. 280

Yhogga Pratama Dhinata, Jajuk Herawati, Indarwati

PEMBUATAN DAGING TIRUAN MURNI (MEAT ANALOG) SEBAGAI

UPAYA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK .......................................... 290

Sri Hastuti

STRATEGI PERCEPATAN PENGEMBANGAN USAHATANI TEBU DI

MADURA301

Miellyza Kusuma Putri, Mokh Rum

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI SALAK DI

KABUPATEN BANGKALAN .................................................................................. 312

Iffan Maflahah

SOSIAL EKONOMI

PEMANFAATAN SUMBERDAYA PEKARANGAN MELALUI PROGRAM

KRPL DI PUHJARAK, KEDIRI ................................................................................ 331

Kuntoro Boga Andri dan Putu Bagus Daroini

PERSEPSI PETANI TERHADAP NILAI LAHAN SEBAGAI DASAR

PENETAPAN LAHAN PERTANIAN PADI SAWAH BERKELANJUTAN .......... 343

Mustika Tripatmasari, Firman Farid Muhsoni, Eko Murniyanto

PARTISIPASI ANGGOTA KOPERASI SERBA USAHA (KSU) TUNAS

MAJU DI KECAMATAN SAMIGALUH, KABUPATEN KULONPROGO .......... 351

Eni Istiyanti, Lestari Rahayu, Supriyadi

VEGETABLE CONSUMPTION PATTERN IN EAST JAVA AND BALI ............. 367

Evy Latifah, Hanik A. Dewi, Putu B. Daroini, Kuntoro B. Andri,Joko

Mariyono

ANALISIS DINAMIKA PERDAGANGAN BERAS DAN GANDUM DI

INDONESIA ............................................................................................................... 381

Tutik Setyawati

KERAGAAN HASIL BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU KEDELAI

DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI DI LOKASI

PENDAMPINGAN SL-PTT KABUPATEN SAMPANG ......................................... 389

Moh. Saeri, Sri Harwanti dan Suyamto

Page 8: AGRIBISNIS DAN PENGEMBANGAN EKONOMI …agribisnis.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/AGRIBISNIS-1.pdf · pengaruh budaya organisasi dan teknologi informasi ... pemanfaatan

Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1

Mei, 2014

3

MANAJEMEN AGRIBISNIS DAN PERMASALAHANNYA

P. Julius F. Nagel

Fakultas Bisnis Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

Email: [email protected]

ABSTRAK

Agribisnis dapat dipandang sebagai suatu sistem pertanian yang memiliki beberapa

komponen subsistem yaitu, subsistem usaha tani yang memproduksi bahan baku,

subsistem pengolahan hasil pertanian, dan subsistem pemasaran hasil pertanian.

Terdapat beberapa permasalahan yang seringkali ditemui dalam manajemen agribisnis

diantaranya: terdapat pengalihan fungsi lahan, produktivitas mengalami penurunan,

kegiatan impor produk pertanian yang semakin meningkat, ketidakberdayaan

pemerintah untuk membendung kegiatan impor, dan lain-lain. Ini tercermin dalam

berbagai persoalan yang ada pada sektor pertanian seperti: masalah perebutan bahan

baku untuk kebutuhan pangan dan energi, jutaan hektar tanah telah beralih fungsi, dan

lain-lain. Solusi dari permasalahan tersebut di atas harus dilakukan secara terintegrasi

dan bersinergi antara pelaku-pelaku agribisnis, masyarakat sebagai konsumen dan

pemerintah.

Kata Kunci: Agribisnis, Permasalahan, Solusi.

AGRIBUSINESS MANAGEMENT AND ISSUES

ABSTRACT

Agribusiness can be seen as agriculture system that has several components of

subsystem, namely agriculture system that produce raw materials, subsystem of yield

processing and susbsystem of farming marketing. There are several problems found in

agribusiness management such as: land function displacement, declining productivity,

increase of agricultural product import, incapability of government in preventing

import, etc. These are reflected in various problems existing in agriculture sector such

as raw material competition for food and energy needs, million of land were shifted the

function, etc. Solution of those problems should be in integrated and synergy among

agribusiness actors, community as consumers and government.

Keywords: Agribusiness, Problems, Solution

PENDAHULUAN

Agribisnis berasal dari kata Agribusiness, dimana Agri (Agriculture) artinya

pertanian dan Business artinya usaha atau kegiatan yang mencari profit

(keuntungan). Jadi secara sederhana Agribisnis (agribusiness) didefinisikan sebagai

usaha atau kegiatan pertanian dan terkait dengan pertanian yang berorientasi profit

(Sidik, 1997). Sjarkowi dan Sufri (2004) agribisnis adalah setiap usaha yang berkaitan

dengan kegiatan produksi pertanian, yang meliputi pengusahaan input pertanian dan

atau pengusahaan produksi itu sendiri atau pun juga pengusahaan pengelolaan hasil

pertanian. Sedangkan menurut menurut Cramer dan Jensen, agribisnis adalah suatu

kegiatan yang sangat kompleks, meliputi: industri pertanian, industri pemasaran hasil

Page 9: AGRIBISNIS DAN PENGEMBANGAN EKONOMI …agribisnis.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/AGRIBISNIS-1.pdf · pengaruh budaya organisasi dan teknologi informasi ... pemanfaatan

Mei, 2014 Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1

4

pertanian dan hasil olahan produk pertanian, industri manufaktur dan distribusi bagi

bahan pangan dan serat-seratan kepada pengguna/konsumen. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa agribisnis, dengan perkataan lain, adalah

cara pandang ekonomi bagi usaha penyediaan pangan. Sebagai subjek akademik,

agribisnis mempelajari strategi memperoleh keuntungan dengan mengelola

aspek budidaya, penyediaan bahan baku, pascapanen, proses pengolahan, hingga

tahap pemasaran.

Agribisnis juga dapat diartikan sebagai bisnis berbasis usaha pertanian atau

bidang lain yang mendukungnya, baik di sektor hulu maupun di hilir. Penyebutan

"hulu" dan "hilir" mengacu pada pandangan pokok bahwa agribisnis bekerja pada rantai

sektor pangan (food supply chain). Dalam konsep pengertian yang lain Agribisnis

mempelajari strategi memperoleh keuntungan dengan mengelola aspek budidaya,

pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap pemasaran.

Kontek agribisnis tidak terlepas dari pertanian yang dalam arti luas adalah proses

menghasilkan bahan pangan, ternak, serta produk-produk agroindustri dengan cara

memanfaatkan sumber daya tumbuhan dan hewan. Pemanfaatan sumber daya ini

terutama berarti budi daya (cultivation, atau untuk ternak: raising). Pertanian meliputi:

1. perkebunan yang merupakan usaha tani di lahan kering yang ditanami dengan

tanaman industri yang laku di pasar, seperti: karet, kelapa sawit, tebu, cengkeh, dan

lain-lain.

2. Peternakan yang merupakan usahatani yang dilakukan dengan membudidayakan

ternak. Usaha ternak dibedakan atas:

Peternakan unggas (ayam dan itik)

Peternakan kecil (kambing,domba,kelinci,babi dan lain-lain)

Ternak besar (kerbau,sapi dan kuda)

3. Perikanan adalah semua kegiatan yang terorganisir berhubungan dengan pengelolaan

dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi,

produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu

sistem bisnis perikanan.

Perikanan tangkap dapat dibedakan menjadi perikanan perairan (sungai dan

danau) dan perikanan air laut.

Perikanan budidaya, dapat dibedakan dalam perikanan kolam, perikanan rawa,

perikanan empang dan perikanan tambak.

4. Kehutanan, adalah kegiatan pertanian yang dilakukan untuk mempoduksi atau

memamfaatkan hasil hutan,baik yang timbuh atau hidup secara alami maupun yang

telah dibudidayakan

Adapun kekhususan manajemen agribisnis adalah:

1. Keanekaragaman jenis bisnis yang sangat besar pada sector agribisnis yaitu dari

para produsen dasar sampai para pengirim, perantara, pedagang borongan,

pemproses, pengepak, pembuat barang, usaha pergudangan, pengangkutan, lembaga

keuangan, pengecer, kongsi bahan pangan, restoran sampai daftar ini tidak ada

akhirnya.

Page 10: AGRIBISNIS DAN PENGEMBANGAN EKONOMI …agribisnis.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/AGRIBISNIS-1.pdf · pengaruh budaya organisasi dan teknologi informasi ... pemanfaatan

Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1

Mei, 2014

5

2. Besarnya jumlah agribisnis, secara kasar berjuta-juta bisnis yang berbeda telah

lazim menangani rute dari produsen sampai ke pemasar encer.

3. Cara pembentukan agribisnis dasar di sekeliling pengusaha tani. Para pengusaha tani

ini menghasilkan beratus-ratus macam bahan pangan dan sandang (serat).

4. Keanekaragaman yang tidak menentu dalam hal ukuran agribisnis, dari perusahaan

raksasa sampai pada organisasi yang di kelola oleh satu orang.

5. Agribisnis yang berukuran kecil dan harus bersaing di pasar yang relative bebas

dengan penjual yang berjumlah banyak dan pembeli yang lebih sedikit.

6. Falsafah hidup tradisional yang dianut oleh para pekerja agribisnis cendrung

membuat agribisnis lebih kolot disbanding bisnis lainnya.

7. Kenyataan badan usaha agribisnis cendrung berorientasi pada masyarakat.

8. Kenyataan bahwa agribisnis cendrung berorientasi pada masyarakat, banyak di

antaranya terdapat dikota kecil dan pedesaan, dimana hubungan antar perorangan

penting dan ikatan bersifat jangka panjang.

9. Kenyataan bahwa agribisnis bahwa yang sudah menjadi industri raksasa sekali pun

sangat bersifat musiman.

10. Agribisnis bertalian dengan gejala alam.

11. Dampak dari program dan kebijakan pemerintah mengena langsung pada agribisnis.

Misalnya harga gabah sangat dipengaruhi oleh peraturan pemerintah.

PERAN AGRIBISNIS DALAM PEMBANGUNAN

Agribisnis sangat mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap

pembangunan.Sebagaimana yang kita ketahui agribisnis bergerak pada sektor pertanian.

Dalam perekonomian Indonesia, agribisnis mempunyai peranan yang sangat penting

sehingga mempunyai nilai strategis. Hal ini disebabkan:

1. Karena mayoritas rumah tangga penduduk Indonesia yang mengusahakan agribisnis

dan mayoritas angkatan kerja bekerja di bidang agribisnis,

2. Agribisnis menyubang pendapatan nasional terbesar,

3. Kandungan impor dalam usaha agribisnis rendah,

4. Agribisnis sebagai salah satu sumber devisa, karena sebagian besar devisa dari non

migas berasal dari agribisnis,

5. Kegiatan agribisnis lebih bersifat ramah terhadap lingkungan,

6. Agribisnis off farm merupakan indunstri yang lebih mudah diakses oleh petani

dalam rangka trasformasi structural,

7. Agribisnis merupakan kegiatan usaha penghasil makanan pokok dan kebutuhan

lainnya.

8. Agribisnis bersifat labor intensive

9. Mempunyai efek multiplier yang tinggi. Disamping itu, agribisnis merupakan

tumpuan utama dalam pemulihan ekonomi dari krisis ekonomi.

http://bangpren.blogspot.com/2012/03/agribisnis-dan-manajemen-agribisnis.html

BERBAGAI PERMASALAHAN DI BIDANG AGRIBISNIS

1. Kedaulatan pangan sangat vital bagi sebuah negara. Untuk itu, lembaga ini ikut

memantau daerah sentra pangan.

Page 11: AGRIBISNIS DAN PENGEMBANGAN EKONOMI …agribisnis.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/AGRIBISNIS-1.pdf · pengaruh budaya organisasi dan teknologi informasi ... pemanfaatan

Mei, 2014 Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1

6

Badan Pemeriksa Keuangan menilai, kedaulatan pangan sangat vital bagi

sebuah negara. Untuk itu, lembaga ini ikut memantau daerah sentra pangan. Ketua

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Hadi Poernomo dalam sebuah diskusi di Jakarta,

Sabtu (8/2), mengungkapkan,Indonesia berpotensi runtuh kalau tidak bisa memenuhi

kebutuhan pangannya. Penyediaan pangan tidak bisa hanya mengandalkan negara

lain karena tiap negara akan mendahulukan kepentingan negaranya. ”Produksi

pangan harus bisa dilakukan secara mandiri agar Indonesia bisa berdaulat atas

pangan. Sistem usaha tani/produksi harus disesuaikan dengan sumber daya yang

ada,” katanya. (Kompas, Senin, 10 Februari 2014)

2. Bagaimana masa depan industri gula?

Apakah gula masih merupakan komoditas strategis dalam ekonomi pangan

Indonesia untuk periode 5-10 tahun mendatang? Pertanyaan tersebut muncul secara

spontan setelah menyiasati kenyataan faktual minimnya tingkat

kesiapan industri gula nasional saat merespons datangnya Masyarakat Ekonomi

ASEAN, yang berlaku efektif 31 Desember 2015. Desakan Thailand agar Indonesia

meliberalisasikan pasar gula makin mengemuka sehingga memerlukan pemikiran

komprehensif ihwal langkah konkret yang mesti dilakukan meskipun bisa saja

perlindungan untuk petani melalui pemberlakuan tarif bea masuk maksimal 5 persen

masih dimungkinkan. Ketidakberdayaan industri gula diperburuk oleh makin

ketatnya penggunaan lahan sawah berpengairan teknis di Jawa. Selain konversi dan

tingginya kompetisi dengan komoditas agribisnis lain, nilai sewa makin mahal, dan

kelangkaan tenaga kerja menjadi hambatan struktural peningkatan daya saing. Inilah

yang mendasari pemikiran apakah industri gula di Jawa masih diharapkan tetap

beroperasi seluruhnya atau hanya sebagian dengan tahapan pengalihannya ke luar

Jawa secara terprogram. (Kompas, 17 Februari 2014)

3. Lahan pertanian yang diusulkan berkurang

Kalangan Dewan Perwakilan Rakyat DaerahKalimantan Selatan

mempertanyakan luas lahan yang diusulkan Pemerintah Provinsi Kalsel untuk

lahan pertanian tanaman pangan berkelanjutan guna menjaga ketahanan pangan.

Pasalnya, lahan yang diusulkansekitar 360.000 hektar, padahal luas lahan pertanian

di Kalsel sekitar 450.000 hektar. Hasmy Fadillah Akbar dari Komisi III DPRD

Kalsel, di Banjarmasin, Rabu (19/2), mengatakan, pengurangan luas lahan pertanian

tersebut diketahui dalam pembahasan Rancangan Peraturan Daerah Perlindungan

Lahan Pertanian Tanaman Pangan Berkelanjutan. Pengurangan lahan pertanian

tersebut dikhawatirkan akan membuat Kalsel terancam kesulitan menyediakan beras

setelah tahun 2025 Hasmy, yang juga Ketua Panitia Khusus Raperda Perlindungan

Lahan Pertanian Tanaman Pangan Berkelanjutan, mengatakan, anggota pansus

belum menyetujui luas lahan yang diusulkan pemerintahkarena jauh dari kondisi

lahan yang sebenarnya. ”Pembahasan raperda ini sudah dua bulan lebih.Sebenarnya

sudah hampir selesai, tetapi terganjal pada satu pasal terkait luas lahan,” ujarnya.

Anggota pansus, lanjut Hasmy, meminta supaya pemerintah kabupaten/kota

menyediakan lahan sesuaidengan kondisi yang ada. Hal ini diperlukan untuk

Page 12: AGRIBISNIS DAN PENGEMBANGAN EKONOMI …agribisnis.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/AGRIBISNIS-1.pdf · pengaruh budaya organisasi dan teknologi informasi ... pemanfaatan

Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1

Mei, 2014

7

membuat kebijakan bagi para petani. Sebab, petaniyang menggarap lahan akan

mendapat insentif dari pemerintah. Pelaksana Harian Kepala Dinas Pertanian

Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalsel Fathurrahman mengatakan, luas

lahan pertanian padi di Kalsel sebenarnya 500.000 hektar. Sejak 2005, lahan

pertanian berkurang sekitar 56.000 hektar. ”Jika lahan pertanian terus berkurang,

Kalsel terancam tidak lagi surplus beras dalam 10 tahun ke depan,” katanya.

(BANJARMASIN, KOMPAS 20 Februari 2014)

4. Petani terancam menggangur

Menindaklanjuti pengaduan petani Tabukan, Barito Kuala, Kalimantan Selatan,

Senin (17/2), Ombudsman RI Perwakilan Kalsel melayangkan surat kepada Bupati

Barito Kuala Hasanuddin Murad. Ombudsman berharap petani jangan dikorbankan

demi alih fungsi lahan. Kepala Ombudsman RI Perwakilan Kalsel Noorhalis Majid

Noorhalis mengatakan, kebijakan kepala daerah yang akan mengalihkan lahan pertanian

patut dipertanyakan jika menimbulkan kegelisahan petani dan masyarakat. ’’Bupati harus

menjelaskan kebijakannya soal alih fungsi lahan itu, terutama terkait perizinan untuk lahan

perkebunan kelapa sawit,” ujarnya. Menurut Noorhalis, dalam setiap kebijakan alih fungsi

lahan, kepentingan petani sering diabaikan pemerintah. ’’Jika kepala iaerah tidak

menghiraukan petani soal lahan, selain menganggur, juga bisa berpotensi konflik

horizontal antara petani dan calo tanah yang berpihak kepada perusahaan’ lanjutnya.

(Kompas 18 Februari 2014, hal 23).

5. Pangan dan energi jadi masalah

Krisis pangan dan energi sudah di depan matahari ini indikasinya sudah sangat

nyata. Permintaan kian meroket karena pertambahan penduduk. Sementara kapasitas

pasokan domestik cenderung stagnan, bahkan merosot. Faktanya, program pangan

dan energi selama 25 tahun terakhir terbengkalai. Proyeksi kependudukan yang

dikeluarkan pemerintah baru-baru ini menyebutkan bahwa populasi penduduk

Indonesia akan mencapai 305,65 juta jiwa pada tahun 2035 atau meningkat 28 persen

dibandingkan tahun ini. Implikasinya antara lain permintaan pangan dan energi akan

meroket. Hari ini saja, Indonesia harus impor untuk memenuhi kebutuhan dalam

negeri. Energi dan pangan layak dikedepankan karena fungsinya strategis.

Implikasinya luas, tidak saja di bidang ekonomi, tetapi juga sosial, politik, bahkan

menyangkut isu stabilitas dan keamanan nasional. Guru Besar Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor, Dwi Andreas Santosa, di Bogor, Selasa (4/3), menyatakan,

saat ini Indonesia sudah mengarah pada krisis pangan. Indikatornya, impor pangan

membengkak. ”Kalau apa adanya, tidak perlu sampai tahun 2035, dalam beberapa

tahun mendatang saja kita sudah akan masuk krisis pangan,” kata Andreas yang juga

Ketua Umum Asosiasi Bank Benih Tani Indonesia (AB2TI). Variabel paling penting

dalam sektor pangan setelah petani adalah lahan dan infrastruktur. Kedua hal

tersebut, menurut Andreas, tidak pernah menjadi perhatian pemerintah selama 25

tahun terakhir. Fakta selama periode itu menunjukkan, penambahan lahan untuk

pangan hanya 2,96 persen. Hal ini tak sebanding dengan peningkatan populasi

penduduknya pada periode yang sama. Disamping itu, harga pangan dunia bakal

Page 13: AGRIBISNIS DAN PENGEMBANGAN EKONOMI …agribisnis.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/AGRIBISNIS-1.pdf · pengaruh budaya organisasi dan teknologi informasi ... pemanfaatan

Mei, 2014 Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1

8

terus melonjak. Selama sepuluh tahun terakhir saja, kenaikannya sudah mencapai

200-300 persen. Artinya, ketergantungan impor pangan akan menjadi beban ekonomi

yang berat untuk Indonesia. Isu liberalisasi paling dekat berkaitan dengan komunitas

ekonomi ASEAN yang akan dimulai pada akhir tahun 2015. (Kompas, Rabu, 05

Maret 2014)

6. Harus ada pengendalian alih fungsi lahan

Lima tahun terakhir, 15.000-17.000 hektar sawah di Kabupaten

Karawang, Jawa Barat beralih fungsi menjadi kawasanpermukiman dan industri.

Kelompok tani di Karawang berharap Rancangan Peraturan Daerah tentang Lahan

PertanianPangan Berkelanjutan segera disahkan untuk menahan laju alih fungsi

lahan. ”Ada tren, sekarang di sejumlah daerah pertanian di Karawang, petani menjual

sawahnya dengan harga mahal, sampai naik 120 persen dari harga awal, kepada

pendatang dari pinggiran kota. Ironisnya, petani yang awalnya pemilik lahan itu lalu

menjadi buruh tani di bekas lahan yang dimilikinya,” kata Ketua Kelompok Tani

Nelayan Andalan Karawang Bidang Pertanian Tanaman Pangan Ijam Sujana (55),

Selasa(4/3), di Karawang. (Karawang, Kompas 6 Maret 2014).

7. Pemerintah lunak dalam hadapi importir nakal

Impor beras khusus dan beras premium merupakan kegiatan bisnis antarswasta.

Tidak seharusnya mekanisme pengecekan fisik beras oleh surveyor membebani ke-

uangan negara melalui APBN.

Pakai- perdagangan intemasional dari Institut Pertanian Bogor, Rina Oktaviani,

Rabu (12/3), di Bogor, Jawa Barat, mengatakan, yang dilakukan pemerintah cukup

menetapkan persyaratan beras impor khusus secara ketat. Kalau pihak importir tidak

mampu memenuhi standar kualitas beras yang diimpor sesuai ketentuan, pemerintah

tinggal memberikan sanksi.

Pemerintah tidak harus terlalu lunak kepada importir, apalagi para importir

nakal. Kalau sampai beras yang diimpor tak sesuai dengan ketentuan setelah tiba di

Indonesia, tinggal memberikan sanksi kepada importir. Hal itu seperti mencabut izin

impor atau dengan meminta mereka melakukan reekspor. Pihak eksportir juga bisa

dikenai sanksi. (Kompas, 13 Maret 2014)

8. Impor pangan melambung

Volume impor pangan dalam sepuluh tahun melambung. Bahkan, trennya

bakal kian meroket manakala Masyarakat Ekonomi ASEAN mulai berlaku 2015.

Tanpa terobosan, tak hanya momentum pertumbuhan ekonomi yang gembos, tetapi

kultur pertanian juga bakal tergusur. "Potensi kita, yakni pangan, justru mengalami

tekanan karena kita mengalami dua hal secara simultan. Pertama, konsumsi domestik

meningkat dengan adanya pertumbuhan kelas menengah dan meningkatnya daya beli

masyarakat Kedua, tidak ada tambahan kapasitas produksi,” kata pengajar

Universitas Atma Jaya Jakarta, Agustinus Prasetyantoko, di Jakarta, Senin (17/3).

Berdasarkan data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, impor tujuh

komoditas pangan utama meningkat pesat dalam sepuluh tahun terakhir.

Page 14: AGRIBISNIS DAN PENGEMBANGAN EKONOMI …agribisnis.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/AGRIBISNIS-1.pdf · pengaruh budaya organisasi dan teknologi informasi ... pemanfaatan

Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1

Mei, 2014

9

Peningkatannya rata-rata 58 persen. Komoditasnya meliputi beras, cabai, daging

sapi, gula, jagung, kedelai, dan bawang merah. Impor pangan, menurut

Prasetyantoko, merupakan simbol paling jelas bahwa ekonomi nasional didorong

permintaan tanpa dibarengi peningkatan kapasitas produksi nasional. Implikasinya,

keseimbangan eksternal terganggu.

Defisit transaksi berjalan yang berangsur-angsur mengecil hari ini, kata

Prasetyantoko, bisa melebar kembali jika impor pangan terus menggelembung.

Pasalnya, ASEAN akan menjadi pasar tunggal pada akhir 2015. Artinya, akan terjadi

aras bebas atas barang, jasa, investasi, modal, dan tenaga kerja terampil di antara

negara ASEAN. Akibatnya, Prasetyantoko melanjutkan, periode stabilisasi bisa

bertambah panjang dari yang diharapkan. Defisit transaksi berjalan akhir tahun 2013

adalah 3,3 persen produk domestik bruto (PDB) setelah mencapai 4,4 persen PDB

per triwulan II-2013. Pemerintah melakukan stabilisasi pada 2013-2014 dengan

harapan defisit menjadi 2,5 persen pada akhir 2014 sehingga pertumbuhan ekonomi

bisa digenjot kembali di atas 6 persen mulai 2015. Selagi defisit transaksi berjalan di

atas 3 persen, pertumbuhan ekonomi rawan digenjot naik karena justru melebarkan

defisit itu sendiri.

Guru Besar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas

Santosa menyatakan, kebiasaan impor pangan disebabkan kombinasi dua faktor

sekaligus. Pertama, impor menjadi cara paling gampang untuk mengendalikan

stabilitas harga di tingkat konsumen. Pasalnya, pemerintah gagal meningkatkan

kapasitas produksi sektor pertanian. Kedua, kentalnya kepentingan pemburu rente

mengingat impor pangan menjanjikan margin yang sangat besar. Kedelai, misalnya,

diimpor dengan harga Rp 5.600 per kilogram (kg). Sementara harga di dalam negeri

berkisar Rp 8.000-Rp 9.000 per kg. Belajar dari kasus impor daging sapi, sistem

rente itu melibatkan partai politik, pejabat pemerintah, dan pengusaha. ’’Impor apa

pun akan mematikan petani. Ini sangat membahayakan kedaulatan pangan kita, bisa

menghancurkan sektor pertanian kita. Kita bahkan sebenarnya sudah masuk dalam

jebakan impor pangan. Ketika sudah masuk jebakan, perlu skenario dan perubahan

besar di pertanian untuk keluar dari jebakan itu,” kata Andreas. Hal serupa

disampaikan Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Bustanul Arifin.

Menurut dia, faktor utama menggelembungnya impor pangan adalah laju

peningkatan produksi amat lamban sehingga tak mampu memenuhi laju permintaan,

sementara rente impor amat besar. (Kompas, Selasa, 18 Maret 2014)

9. 3000 Hektar lahan kekeringan

Sekitar 3.000 hektar lahan pertanian di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera

Selatan, Rabu (5/3), mengalami kekeringan sehingga tak bisa ditanami. Kondisi itu

diduga akibat keberadaan perkebunan kelapa sawit yang menyerap kandungan air

tanah di wilayah itu.Perusahaan perkebunan kelapa sawit juga membangun parit

berukuran besar sehingga air hujan tak bisa mengalir ke lahan pertanian. "Penanaman

kelapa sawit yang gencar membuat lahan pertanian menjadi gersang,” kata Sekretaris

Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Musi Banyuasin Ahmad Juahir, Rabu.

Page 15: AGRIBISNIS DAN PENGEMBANGAN EKONOMI …agribisnis.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/AGRIBISNIS-1.pdf · pengaruh budaya organisasi dan teknologi informasi ... pemanfaatan

Mei, 2014 Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1

10

Juahir menambahkan, lahan pertanian yang mengalami kekeringan itu berada di

Kecamatan Lawang Wetan dan Babat Toman. Sejak beberapa tahun lalu, perusahaan

kelapa sawit giat berekspansi di dua wilayah itu. Akibatnya, mulai tahun 2011, areal

pertanian tadah hujan di daerah itu mengalami kekeringan sehingga tak bisa ditanami

lagi. Menurut Juahir, kekeringan di lahan itu terjadi karena air tanah diserap oleh

tanaman kelapa sawit. "Kelapa sawit itu menyerap air. Air tanah di wilayah itu ter-

serap semua,” kata dia. Juahir menjelaskan, kondisi itu dikhawatirkan mengganggu

produksi pangan di Musi Banyuasin. Saat ini, kabupaten itu memiliki 60.000 hektar

lahan pertanian dengan produksi sekitar 4,1 ton per hektar. "Di beberapa sentra

pertanian Musi Banyuasin, misalnya di Kecamatan Lalang, alih fungsi sawah

menjadi perkebunan kelapa sawit justru marak,” ujar dia. (Kompas 6 Maret 2014)

10. Sepuluh Tahun gagal membangun pertanian

Dalam sepuluh tahun terakhir, Indonesia gagal mengambil kesempatan

membangun sektor pertanian. Hal ini setidaknya apabila! dilihat dari target -target

produksi. Daya saing komoditas pertanian Indonesia terus melemah. Impor

komoditas pertanian juga terjadi sampai pada hal yang tidak perlu. Meski demikian,

Ketua Harian Dewan Hortikultura Nasional Benny A Kusbini, Rabu (19/4), di

Jakarta, mengatakan, ada sedikit pertumbuhan untuk subsektor hortikultura. Namun,

laju pertumbuhannya masih kalah jauh dibandingkan laju kebutuhan. Mantan Ketua

Umum Dewan Koperasi Indonesia, yang sekarang menjadi Ketua Umum Ya- yasan

Coop Indonesia, Adi Sasono menyatakan hal itu pada Selasa dalam konferensi pers

terkait pameran pertanian ke-8 atau The 8th

Agrinex Expo. Menurut rencana, Agrinex

Expo 8 diselenggarakan di JCC pada 28-30 Maret 2014. Pameran menampilkan 200

gerai, baik dari swasta, UKM, rekanan BUMN, maupun pemerintah.

Adi Sasono mengatakan, sepuluh tahun terakhir, situasi pertanian di Indonesia

tidak menggembirakan. Neraca pangan terus mengalami defisit. "Komponen pangan

yang diimpor lama-lama tidak masuk akal, seperti garam, cabai, dan bawang merah,

yang sebenarnya kita bisa produksi," katanya.

Target swasembada dan swasembada berkelanjutan untuk lima komoditas

utama, seperti beras, jagung, kedelai, gula, dan daging sapi, tidak tercapai. "Beras

sebenarnya kita masih impor 1,5 juta ton," katanya.

Jagung Indonesia masih impor 3,5 juta ton tiap tahun. Produksi jagung juga

terus menurun. Impor kedelai lebih dari 2 juta ton tahun. Produksi kedelai nasional

juga tidak berkembang. Gula untuk bahan baku gula rafinasi juga masih impor. Bah-

kan, kebutuhan impornya lebih tinggi daripada gula konsumsi produksi petani dalam

negeri. Belum lagi daging sapi impornya malah dibebaskan. Tak ada pembatasan.

"Kalau dilihat dari target, kita tidak berhasil," katanya.

Ketua Komite Tetap Akses Pasar dan Jaringan Usaha Kamar Dagang dan

Industri (Kadin) Indonesia sekaligus Ketua Panitia Penyelenggara The 8th

Agrinex

Expo Rifda Ammarina mengatakan, sampai kiamat sekalipun, petani dengan"skala

kepemilikan lahan kurang dari 0,3 hektar per rumah tangga petani tidak akan

sejahtera (MAS). (Kompas 20 Maret 2014)

Page 16: AGRIBISNIS DAN PENGEMBANGAN EKONOMI …agribisnis.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/AGRIBISNIS-1.pdf · pengaruh budaya organisasi dan teknologi informasi ... pemanfaatan

Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1

Mei, 2014

11

PENUTUP

Tentang kedaulatan pangan vital, Direktur Jenderal Tanaman Pangan

Kementerian Pertanian Udhoro Kasih Anggoro dalam diskusi itu mengungkapkan,

upaya meningkatkan produksi melalui perluasan lahan pertanian, baik di Jawa maupun

luar Jawa, belum berjalan optimal. Data Kementerian Pertanian menunjukkan, laju alih

fungsi lahan pertanian per tahun 100.000 hektar, tetapi cetak sawah baru per tahun

kurang dari 50.000 hektar. (Kompas, Senin, 10 Februari 2014)

Tentang masa depan industri gula, Semua pihak hendaknya melihat persoalan

gula secara realistis dan tidak terjebak dalam kepentingan sesaat. Alam Indonesia

menyediakan keunggulan kompetitif bagi pengembangan industri gula berdaya saing

kuat. (Kompas, 17 Februari 2014).

Tentang petani terancam mengganggur, Noorhalis meminta kepala daerah

memperhatikan soal alih fungsi lahan ini agar jangan mengorbankan petani. “Jika tidak,

kami bisa merekomendasikan agar perizinan lahan untuk perkebunan kelapa sawit

ditinjau kembali,” ujarnya. Noorhalis menyatakan, perwakilan petani Tabukan datang

mengadu ke Ombudsman karena terancam kehilangan lahan dan pekerjaan jika

dilakukan alih fungsi lahan pertanian menjadi perkebunan sawit. “Lahan pertanian

produktif seluas 2.393 hektar di Kecamatan Tabukan, Kabupaten Barito Kuala,

terancam dialihfungsikan jadi lahan perkebunan sawit. Petani bersikukuh mempertahan-

kan sawah karena dari sawah itu mereka hidup,” katanya. (Kompas 18 Februari 2014,

hal 23)

Tentang edukasi petani agar tidak menjual sawah, Peningkatan produktivitas

ditempuh melalui peningkatan teknologi di bidang perbenihan. Hal ini sejalan dengan

semangat Jabar untuk menjadi sentra benih. Terkait kedaulatan petani dirancang dengan

menyiapkan peraturan daerah tentang perlindungan petani sebagai tindak lanjut

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013.Menurut Heryawan, petani lebih membutuhkan

pendampingan intensif para penyuluh daripada bantuan subsidi pupuk dan sarana

produksi atau semacamnya. "Tanpa para penyuluh pertanian, posisi Jawa Barat sebagai

penyangga utama ketahanan pangan nasional sulit dipertahankan,” kata Heryawan.

(Kompas 26 Februari 2014)

Kiat Imbangi Alih Fungsi Lahan, Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan

meningkatkan intensifikasi masa tanam dan cetak sawah guna mengimbangilaju alih

fungsi lahan sawah yang hingga kini belum bisa dihentikan. Selama 2013, luasan panen

di Sumatera Selatanmencapai 800.036 hektar atau meningkat dari tahun 2012 sekitar

769.725 hektar. Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan Dinas Pertanian, Tanaman

Pangan, dan Hortikultura ProvinsiSumsel Infantria mengatakan, intensifikasi masa

tanam menambah jumlah penanaman padi pada luasan yang tetap. ”Dari sawah yang

hanya bisa ditanami sekali setahun, ditingkatkan menjadi 2-3 kali setahun. Salah

satunya dilakukan di Kabupaten Banyuasin,” katanya, di Palembang, Minggu (9/3).

Produksi padi provinsi ini pada 2013 mencapai 3,59 juta ton atau surplus sekitar 1,2 juta

ton darikebutuhan beras masyarakat Sumsel. Jumlah ini meningkat dari tahun 2012

sekitar 3,4 juta ton dan 2011sebanyak 3,3 juta ton. Tahun 2014 ini, Pemprov Sumsel

Page 17: AGRIBISNIS DAN PENGEMBANGAN EKONOMI …agribisnis.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/AGRIBISNIS-1.pdf · pengaruh budaya organisasi dan teknologi informasi ... pemanfaatan

Mei, 2014 Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1

12

menargetkan intensifikasi penanaman pada 5.300hektar sawah. Adapun cetak sawah

baru ditargetkan seluas 2.350 hektar. Program intensifikasi sawahmasih sangat potensial

dikembangkan di Sumsel karena sekitar 400.000 hektar sawah di Sumsel baruditanami

sekali setahun. Sawah ini merupakan sawah lebak dan sawah tadah hujan. Sekitar

200.000hektar lahan lainnya dibiarkan tanpa ditanami. ”Intensifikasi masa tanam dan

cetak sawah masih efektif guna mengimbangi laju alih fungsi sawah. Namun, jika laju

alih fungsi sawah terus meningkat, dikhawatirkan alif fungsi akan semakin sulit

diimbangi,” ujar Infantria. Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya, Jawa

Barat, juga fokus menambah luas lahan sawahdi wilayah selatan. Namun, dibutuhkan

perbaikan sarana irigasi. (Palembang, Kompas 10 Maret 2014)

Tentang pemerintah lunak hadapi importir nakal, Pemerintah tidak harus

terlalu lunak kepada importir, apalagi para importir nakal. Kalau sam- pai beras yang

diimpor tak sesuai dengan ketentuan setelah tiba di Indonesia, tinggal memberikan

sanksi kepada importir. Hal itu seperti mencabut izin impor atau dengan meminta

mereka melakukan reekspor. Pihak eksportir juga bisa dikenai sanksi. Pendapat sama

diungkapkan pengamat perberasan sekaligus peneliti senior Pusat Sosial Ekonomi dan

Kebijakan Pertanian Kementerian Pertanian Husein Sawit, Menurut Husein, pemerintah

tidak perlu terlalu lunak kepada importir nakal. Tidak lazim dalam sistem perdagangan

dunia, di mana ada kegiatan perdagangan antarswasta, pemerintah justru harus

kehilangan uang untuk melakukan pengawasan fisik. Sebaiknya uang rakyat dalam

APBN dimanfaatkan untuk kegiatan yang lebih produktif, misalnya dengan

meningkatkan produksi pangan dalam negeri. Tidak memberikan insentif pada para

importir. "Kalau tidak sesuai spesifikasi tinggal menolak dan dikenai denda. Bisa

dengan menaikkan bea masuk berkali lipat,” ujarnya. (Kompas, 13 Maret 2014)

Tentang Impor Pangan Melambung, ’’Pemerintah tidak boleh hanya lari-lari

dan lompat-lompat mencari alasan. Benar bahwa pengelolaan permintaan pangan wajib

diperbaiki. Tetapi, jika re spons pasokannya kedodoran, pengelolaan permintaan pun

bisa gagal,” kata Bustanul. (LAS). (Kompas, 18 Maret 2014)

Tentang 3000 hektar lahan kekeringan, Produksi padi Kalimantan Selatan

tahun 2014 ditargerkan mencapai 2,2 Juta ton untuk itu, pemerintah pusat melalui

Direktorat Jendral Prasarana dan Sarana pertanian bersama pemerintah provinsi

mengupayakan sawah baru seluas 1.250 hektar (Kompas, 6 Maret 2014)

DAFTAR PUSTAKA

http://bangpren.blogspot.com/2012/03/agribisnis-dan-manajemen-agribisnis.html

(diakses 1 Mei 2014 pukul 20.50)

http://fitriah-maharani.blogspot.com/2012/02/definisi-agribisnis.html (diakses 2 Mei

2014 pukul 22.00)

(Kompas, 10 Februari 2014)

(Kompas, 17 Februari 2014)

(Kompas, 20 Februari 2014)

Page 18: AGRIBISNIS DAN PENGEMBANGAN EKONOMI …agribisnis.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/AGRIBISNIS-1.pdf · pengaruh budaya organisasi dan teknologi informasi ... pemanfaatan

Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1

Mei, 2014

13

(Kompas, 18 Februari 2014, hal 23)

(Kompas, 26 Februari 2014)

(Kompas, 5 Maret 2014)

(Kompas, 6 Maret 2014)

(Kompas, 10 Maret 2014)

(Kompas, 13 Maret 2014)

(Kompas, 18 Maret 2014)

(Kompas, 20 Maret 2014)