adrenaln

40
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelenjar endokrin merupakan sekelompok susunan sel yang mempunyai susunan mikroskopis sangat sederhana, kelenjar ini tidak mempunyai saluran keluar dan mencurahkan sekresinya langsung ke sirkulasi darah. Misalnya kelenjar adrenal yang berada di atas masing- masing ginjal (syaifuddin, 2006) Kelenjar adrenal diproduksi dalam rangka untuk memproses berbagai fungsi yang terjadi dalam tubuh manusia. Kelenjar adrenal yang paling dikenal untuk mengembangkan banyak perempuan dan laki-laki hormon. Hormon-hormon ini sangat penting bagi tubuh seseorang disebabkan oleh kenyataan bahwa mereka terutama bertanggung jawab untuk memberikan tubuh dengan kortikal, yang berkaitan dengan tingkat seseorang stres. Masalah dengan kelainan kelenjar adrenal adalah bahwa mereka dapat menyebabkan seseorang kelenjar membangun terlalu sedikit jumlah hormon dan juga mungkin bagi gangguan ini menyebabkan kelenjar adrenal

Upload: teguh-karisma-anugeraha

Post on 19-Dec-2015

219 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

jj

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang

Kelenjar endokrin merupakan sekelompok susunan sel yang mempunyai

susunan mikroskopis sangat sederhana, kelenjar ini tidak mempunyai saluran

keluar dan mencurahkan sekresinya langsung ke sirkulasi darah. Misalnya

kelenjar adrenal yang berada di atas masing-masing ginjal (syaifuddin, 2006)

Kelenjar adrenal diproduksi dalam rangka untuk memproses berbagai

fungsi yang terjadi dalam tubuh manusia. Kelenjar adrenal yang paling dikenal

untuk mengembangkan banyak perempuan dan laki-laki hormon. Hormon-

hormon ini sangat penting bagi tubuh seseorang disebabkan oleh kenyataan bahwa

mereka terutama bertanggung jawab untuk memberikan tubuh dengan kortikal,

yang berkaitan dengan tingkat seseorang stres. Masalah dengan kelainan kelenjar

adrenal adalah bahwa mereka dapat menyebabkan seseorang kelenjar membangun

terlalu sedikit jumlah hormon dan juga mungkin bagi gangguan ini menyebabkan

kelenjar adrenal tubuh untuk membentuk sejumlah hormon yang mungkin terlalu

banyak bagi siapa pun tubuh untuk menangani (Sapto, 1996)

Anda bisa yakin untuk menemukan kelenjar adrenal ini di atas dasar

masing-masing ginjal. Masing-masing kelenjar ini memiliki banyak bentuk

segitiga kecil. Salah satu kelenjar adrenal ini mengambil ruang yang sedikit

kurang dari satu inci panjang dan lebar tentang empat inci paling. Meskipun

gangguan ini dapat menjadi perhatian besar, adalah bahwa itu mengancam

kehidupan, ada untungnya banyak kelompok-kelompok pendukung yang satu ini

pasti dapat menemukan secara lokal. Untungnya, banyak dokter telah menemukan

bahwa gangguan kelenjar adrenal dapat diperlakukan sesuai dengan kelainan

tertentu, seperti: Sindrom Cushing dan Tumor hipofisis. The National Institute of

Child Health dan Human Development adalah cabang utama dukungan yang juga

membimbing banyak penelitian untuk gangguan ini (Sapto, 1996)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan secara global didapatkan hasil

bahwa insiden terjadinya penyakit ini adalah 1 dari setiap 100,000 orang populasi

didunia. Penyakit ini dapat menyerang semua umur dan pada semua kelompok

jenis kelamin. Insufisiensi adrenal secara keseluruhan kejadiannya jarang, dengan

insiden <0,01% pada populasi umum. Pada kelompok tertentu risiko untuk

berkembangnya insufisiensi adrenal cukup signifikan. Beberapa penelitian

menunjukkan insiden insufisiensi adrenal pada pasien kritis bervariasi mulai 0-

77% tergantung pada populasi yang diperiksa dan kriteria diagnosis yang dipakai.

Namun secara keseluruhan insiden insufisiensi adrenal pada pasien dengan

penyakit kritis sekitar 30%, dengan insiden setinggi 50-60% pada pasien dengan

syok septic (Wikipedia, 2011)

Berdasarkan data tersebut kelompok tertarik untuk membahas topik

mengenai gangguan yang diakibatkan karena hiposekresi dan hipersekresi

kelenjar medula adrenal agar nantinya kita mengetahui asuhan keperawatan yang

akan dilakukan untuk mengatasi masalah hipersekresi dan hiposekresi kelenjar

medula adrenal tersebut.

B.     Tujuan Penulisan

Tujuan Umum :

Untuk memahami asuhan keperawatan pada klien dengan hipersekresi dan

hiposekresi kelenjar medula adrenal.

Tujuan Khusus : setelah mempelajari topik tentang asuhan keperawatan pada

klien dengan hipersekresi dan hiposekresi kelenjar medula adrenal  harus mampu :

1.      Menyebutkan anatomi dan fisiologi system endokrin

2.      Menjelaskan pengertian kelenjar medula adrenal

3.      Menyebutkan hipersekresi dan hiposekresi kelenjar medula adrenal

4.      Menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada klien dengan hipersekresi dan

hiposekresi kelenjar medula adrenal

5.      Mengaplikasikan asuhan keperawatan pada klien dengan hipersekresi dan

hiposekresi kelenjar medula adrenal

C.     Ruang Lingkup

Dalam makalah keperawatan medikal bedah ini kami membahas tentang

asuhan keperawatan pada klien dengan hipersekresi dan hiposekresi kelenjar

mudula adrenal.

D.    Metode Penulisan

Penulisan dalam menyusun makalah ini penulis menggunakan metode

deskriftif yaitu memaparkan atau mendeskripsikan tentang bagaimana asuhan

pada klien dengan hipersekresi dan hiposekresi kelenjar medula adrenal dengan

studi kepustakaan serta artikel-artikel yang kami dapatkan dari internet.

E.     Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan makalah ini terdiri dari 4 BAB, yaitu :

BAB I              : Pendahuluan, Latar belakang, ruang lingkup, tujuan

penulisan,metode penulisan dan  Sistematika penulisan

BAB II             : Tinjauan teoritis yang berisikan anatomi dan fisiologi system

endokrin,Hipersekresi kelenjar medula adrenal, dan hiposekresi kelenjar medulla

adrenal

BAB III            : asuhan keperawatan pada klien dengan hipersekresi dan

hiposekresi Kelenjar medula adrenal

BAB IV           : penutup yang berisikan saran dan kesimpulan

Daftar Pustaka

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A.     Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Adrenal

1.      Pengertian

Kelenjar adrenal atau suprarenal, terletak retroperitoneal pada ujung superior

tiap-tiap ginjal.. Kelenjar adrenal berbentuk ceper dan terdapat dibagian atas

ginjal dengan berat 5-9 gram, dan terdapat pada masing-masing ginjal. Kelenjar

adrenal terdiri dari dua bagian, yaitu bagian luar dan bagian dalam. Bagian luar

( korteks) berasal dari sel mesodermal (hormone steroid), sedangkan  bagian

dalam ( medula ) berasal dari sel ektodermal (hormone katekolamin). Meskipun

secara struktur bersambungan, korteks adrenal dan medula adrenal adalah organ

yang terpisah baik dari asal jaringan maupun fungsi fisiologik (Sapto, 2001)

Korteks adrenal bertanggung jawab untuk sekresi tiga kelompok hormone

steroid utama. Mineralokortikoid dan glukokortikoid adalah dua hormone yang

paling penting, dan hormone ketiganya adalah androgen. Glukokortikoid utama

adalah kortisol. Mineralokortikoid utama adalah aldosteron. Pengaturan sekresi

hormone adrenokortikal diselesaikan terutama melalui ACTH, yang bekerja

lansung mengontrol glukokortikoid dan steroid seks. Sekresi aldosteron terutama

dikontrol ole system rennin-angiotensin-aldosteron dan oleh kadar kalium dan

natrium serum.

2.      Struktur dan Fungsi Kelenjar Adrenal

Bagian cortex adrenal ( kuning ) terdiri dari:

a.       Zona glumerulosa mineralocortikoid (aldosteron )

Proses pengaturan renin Arah ke angiotensin dan menurunkan tekanan darahatau

aliran darah ginjal ke sel junkta glomeralis ginjal( Angiotensin Idan Angiotensin

II( vasokontriksi pembuluh darah))

b.      Zona fasciculate Glukokorticoid (kortisol)

Fungsinya :

1.      Meningkatkan kegiatan metabolisme berbagai zat dalam tubuh

        Meningkatkan glikogenesis dan glukogenesis dalam sel hati

        Meningkatkan metabolism protein terutama diotot dan tulang

        Meningkatkan sintesis DNA dan RNA dalam sel hati

        Menahan ion Na dan Cl, meningkatkan sekresi ion K di ginjal

        Meningkatkan lipolisis jaringan perifer, deposit lemak

2.      Menurunkan ambang ransang susunan saraf pusat

3.      Menggiatkan sekresi asam lambung

4.      Menguatkan efek noadrenalin terhadap pembuluh darah dan merendahkan

permeabilitas dinding pembuluh darah

5.      Menurunkan daya tahan terhadap infeksi dan menghambat pembentukan atibodi

6.      Menghambat pelepasan histamine dalam reaksi alergi

c.       Zona retikularis Gonadocorticoid (estrogen & androgen)

1.      Androgen; terutama ketosteroid dehidroepialdosteron maskulinisasi

meningkatkan anabolisme protein dan merangsang pertumbuhan

2.      Estrogen; pada keadaan fisiologis tidak mempunyai efek feminisasi

d.      Chromaffin in cells of medulla epinephrine & norepinephrine

1.      Epinefrin (adrenalin), Meningkatkan denyut jantung dam kekuatan kontraksi

jantung, memfasilitasi aliran darah ke otot dan otak, menyebabkan relaksasi oto

halus, membantu dengan konversi glikogen menjadi glukosa dalam hati.

2.      Nonepinefrin (nonadrenalin) hormone ini memiliki pengaruh yang kecil pada otot

polos, proses metabolism dan cardiac output, namun memiliki efek vasokontriktif

kuat (penyempitan pembuluh darah), dengan demikian meningkatkan tekanan

darah.

3.      Vaskularisasi Kelenjar Adrenal

Kelenjar adrenal disuplai oleh sejumlah arteri yang masuk pada beberapa

tempat disekitar bagian tepinya. Ketiga kelompok utama arteri adalah arteri

suprarenalis superior, berasal dari arteri frenika inferior, arteri suprarenalis media,

berasal dari arteri aorta, dan arteri suprarenalis inferior berasal dari arteri

renalis.berbagai cabang arteri membentuk pleksus subkapsularis yang

mencabangkan tiga kelompok pembuluh : arteri dari simpai, arteri dari korteks,

yang benyak bercabang membentuk jaingan kapiler diantara sel-sel parenkim

(kapiler ini mengalir dalam kapiler medula) dan arteri dari medula, yang melintasi

korteks sebelum pecah membentuk bagian dari jalinan kapiler luas dari medula

(Karolin M, 1996)

Suplai vaskuler ganda ini memberikan medula dengan darah arteri (melalui

arteri medularis) dan darah vena (melalui arteri kortikalis). Endotel kapiler ini

sangat tipis dan diselingi lubang-lubang kecil yang ditutupi diafragma tipis. Di

bawah endotel terdapat lamina basal utuh. Kapiler dari medula bersama dengan

kapiler yang mensuplai kortex membentuk vena medularis, yang bergabung

membentuk vena adrenal atau suprarenalis.

4.      Medula Adrenal

Kelenjar ini dasarnya merupakan modifikasi ganglion simpatis. Akson neuron

simpatis preganglion dating dari korda torakik melalui saraf spnknikus. Akson ini

bersinap pada medula adrenal dengan sel-sel posganglion termodifikasi yang

mengalami kehilangan aksonnya dan mensekresi bahan kimia lansung kedalam

aliran darah. Oleh karenanya medula adrenal dapat dengansesuai ditinjau sebagai

perpanjangan endokrin lengan simpatis dari sistm saraf otonom (Barbara, 1996)

Medula adrenal berfungsi sebagai bagian dari system saraf otonom. Stimulasi

serabut saraf simpatik preganglion yang berjalan lansung kedalam sel-sel pada

medula adrenal akan menyebabkan pelepasan hormone katekolamin, yaitu

epinefrin dan nonepinefrin. Katekolamin mengatur lintasan metabolic untuk

meningkatkan katabolisme bahan bakar yang tersimpan sehingga kebutuhan kalori

dari sumber-sumber endogen terpenuhi (Barbara, 1996)

Epinefrin dan nonepinefrin yang disekresi oleh medula adrenal menyerupai

efek dari rabas massa dari neuron simpatis. Terlepas dari hal tersebut keduanya

menghasilkan beberapa aksi metabolic. Epinefrin dan nonepinefrin juga dapat

menghasilkan efek yang berlawanan dengan menstimulasi reseptor-reseptor  

adrenergik pada sel-sel islet. Karena efek banding dari kedua hormone pada

reseptor-reseptor adrenergik. Hasil akhirnya adalah bahwa epinefrin menaikan

glukosa plasma lebih banyak ketimbang nonepinefrin (Barbara, 1996).

Fungsi kelenjar suprarenalis bagian medula terdiri dari:

a.       Vasokontriksi pembuluh darah perifer

b.      Relaksasi bronkus

c.       Kontraksi selaput lendir dan arteriole pada kulit sehingga berguna untuk

mengurangi perdarahan pada operasi kecil

B.     Mekanisme Pengaturan Sekresi

Epinefrin disekresikan di bawah pengendalian sistem persarafan simpatis.

Dapat meningkat dalan keadaan dimana individu tidak mengetahui apa yang akan

terjadi. Pengeluaran yang bertambah akan meningkatkan tekanan darah untuk

melawan shok yang disebabkan oleh situasi darurat. Sekresi hormon ini terjadi

dengan meningkatan kerja sistem pernafasan yang mengakibatkan paru-paru

bekerja ekstra untuk mengambil oksigen lebih banyak hingga meningkatkan juga

peredaran darah di seluruh bagian tubuh mulai dari otot-otot hingga ke otak, dan

peningkatan tersebut disebutkan beberapa riset bisa naik mencapai 300% melebihi

batas normal. Akibatnya, bukan jantung saja yang dapat terasa berdebar, namun

keseluruhan sistem tubuh termasuk pengeluaran keringat juga akan meningkat

dengan cepat (black, 2009)

 Aliran darah di kulit akan berkurang untuk dialihkan ke organ lain yang lebih

penting sehingga orang-orang yang menghadapi stress biasanya gampang

berkeringat, dimana dalam pengertian awam sering disebut keringat dingin.

Sekresi ini menaikkan konsentrasi gula darah dengan menaikkan kecepatan

glikogenolisis di dalam liver. Rangsangan sekresi epinefrin bisa berupa stres fisik

atau emosional yang bersifat neurogenik (black, 2009)

Faktor yang berfungsi mengatur sekresi epinefrin, antara lain :

a.         Faktor saraf: Bagian medula mendapat pelayanan dari saraf otonom. Oleh karena

itu sekresinya diatur oleh saraf otonom

b.         Faktor kimia: Susunan bahan kimia atau hormon lain dalam aliran darah

mempengaruhi sekresi hormon tertentu.

c.          Komponen non hormonal

Epinefrin segera dilepaskan di dalam tubuh saat terjadi respon terkejut atau

waspada.  Saat tubuh mengalami ketegangan yang parah, hipotalamus

mengirimkan perintah ke kelenjar pituitari agar melepaskan ACTH (hormon

adrenokortikotropis).  Di sisi lain, ACTH merangsang korteks adrenal, mendorong

pembuatan kortikosteroid.  Kortikosteroid ini memastikan produksi glukosa dari

molekul-molekul seperti protein, yang tak mengandung karbohidrat. Akibatnya,

tubuh menerima tenaga tambahan dan tekanan pun berkurang (Sapto, 2001)

Cairan ini mengirimkan lebih banyak gula dan darah ke otak, membuat  orang

lebih siaga.  Tekanan darah dan detak jantungnya meningkat, membuatnya lebih

waspada.  Ini hanyalah beberapa perubahan yang dihasilkan epinefrin pada tubuh

seseorang. Saat ada bahaya, reseptor di dalam tubuh ditekan, dan otak

mengirimkan perintah secepat kilat ke kelenjar adrenal. Sel-sel di bagian dalam

kelenjar adrenal lalu beralih ke keadaan siaga dan melepaskan hormon epinefrin

untuk menghadapi keadaan darurat. Molekul-molekul epinefrin bercampur dengan

darah dan menyebar ke seluruh bagian tubuh (Sapto, 2001)

C.     Gangguan Yang Terjadi Pada Kelenjar Medula Adrenal

Gangguan kelenjar adrenal adalah kondisi yang mengganggu fungsi normal

dari kelenjar adrenal. Mereka dicirikan oleh adrenal insufficiencies, di mana

terdapat kekurangan dalam ketersediaan steroid yang diproduksi oleh kelenjar

adrenal. Gangguan kelenjar adrenal menantang untuk mendiagnosis, tetapi jika

tidak diobati, mengancam kehidupan mereka. Adapun gangguan yang terdapat

pada kelenjar medula adrenal :

1.      Hipersekresi Kelenjar Medula Adrenal

Berbagai gejala negatif pada aktivitas atau metabolisme organ tubuh karena

pengaruh epinefrin bisa disebabkan karena sekresi yang berlebihan.

a.       Masalah yang timbul akibat hipersekresi kelenjar medula adrenal

1.      Palpitasi

Merupakan gejala abnormal pada kesadaran detak jantung, bisa terlalu lambat,

terlalu cepat, tidak beraturan, atau berada dalam frekuensi normal. Gejala ini

disebabkan akibat sekresi epinefrin yang berlebihan. Tapi bisa juga karena

konsumsi alkohol, kafein, kokain, amfetamin, atau obat-obatan yang lain,

penyakit (seperti hipertiroidisme), atau efek panik.

2.      Tachychardia

Peningkatan kecepatan aktivitas jantung. Kelainan endokrin seperti

feokromositoma dapat menyebabkan pelepasan epinefrin dan tachychardia bebas

dari sistem syaraf.

3.      Arrhythmia

Keadaan abnormal pada aktivitas elektrik jantung. Jantung bisa berdetak lebih

cepat atau sebaliknya malah lebih lambat. Sama seperti palpitasi, kelainan ini

dipicu oleh sekresi epinefrin yang berlebihan.

4.      Sakit kepala

Kondisi sakit pada kepala, pada bagian leher ke atas. Umumnya disebabkan

oleh ketegangan, migrain, ketegangan mata, dehidrasi, gula darah rendah dan

sinusitis. Beberapa sakit kepala juga karena kondisi ancaman hidup seperti

meningitis, ensephalatis, aneuisme cerebral, tekanan darah sangat tinggi, dan

tumor otak.

5.      Tremor

Kebanyakan tremor terjadi pada tangan. Pada beberapa orang, tremor adalah

gejala kelainan saraf yang lain. Umumnya disebabkan karena masalah pada

bagian otak atau spinal cord yang mengontrol otot melalui tubuh atau area

tertentu, seperti tangan. Penyebabnya adalah stres yang teralu banyak sehingga

sekresi epinefrin menjadi tidak terkendali

6.      Hipertensi

Merupakan suatu kondisi medis dimana tekanan darah naik secara kronis.

Hipertensi adalah karakter khas dari berbagai abnormalitas kortikal adrenal.

7.      Edema paru-paru akut

Akumulasi fluida dalam paru-paru, disebabkan kegagalan jantung melepaskan

fluida dari sirkulasi paru-paru, akibat disnormalitas sekresi epinefrin.

8.      Alergi

Alergi adalah suatu proses inflamasi yang tidak hanya berupa reaksi cepat dan

lambat tetapi juga merupakan proses inflamasi kronis yang kompleks  dipengaruhi

faktor genetik, lingkungan dan pengontrol internal.Alergi dikaitkan dengan

peningkatan hormone epinefrin dan progesterone. Peningkatan hormon epinefrin

menimbulkan manifestasi klinis perubahan suasana hati, dan kecemasan.

9.      Kelebihan kortisol

Penyebab tersering kelebihan kortisol adalah iatrogenik, yaitu penyebab tersebut

dikarenakan oleh dosisi terapeutik yang diberika untuk berbagai macam kondisi,

antara lain :

        Pengobatan inflamasi, penyakit-penyakit autoimun, dan alergi

        Pencegahan reaksi penolakan organ transplantasi

        Pencegahan fibrosis )pembentukan jaringan parut) yang berlebihan setelah operasi

        Mengurangi tekanan tinggi intrakranial akut

        Mengurani ukuran dan aktivitas jaringan limfatik

Beberapa tanda dan gejala-gejala kelebihan kortisol berkaitan dengan keadaan

diabetogenik katabolik dan efek ketogenik yang ditimbulkannya.

        Keilangan matriks tulang dan kalsium tulang

        Penurunan intoleransi glukosa, penururnan penggunaan glukosadan peningkatan

glukoneogenesis

        Peningkatan ketogenesis dan mobilitas asam lemak

        Peningkatan retensi natriun dan air

Kelainan-kelainan yang menjadi resiko tinggi pada penderita kelebihan kortisol

antara lain :

        Hipertensi

        Diabetes millitus

        Osteoporesis

        Ulkus peptikum

        Psikosis

10.  Kelebian Aldosteron

Tiga efek utama aldosteron adalah hipertensi, hipokalemi, hipernatremia.

Hipertensi terjadi akibat peningkatan volume darah karena reabsorbsi natrium.

Bersamaan dengan tertahannya natrium, kalium diekskresikan dan menyebabkan

hipoklemi. Hipoklemia dapat menyebabkan hal berikut:

        Perubahan excitabilitas membran otot, menyababkan kelemahan, parestesia,

bising usus yang hipoaktif, dan refleks tendon dalam

        Aritmia jantung, perubahan gambar EKG

        Hilangnya kemampuan ginjal untuk mengkonsentrasikan: urin encer, poliuria, dan

nocturia

        Alkalosis metabolik

        Penekanan pelepasan renin, dan selanjutnya teradap sekresi aldosteron

b.      Pemeriksaan Penunjang

Ada beberapa pemeriksaan penunjang terkait dengan hiposekresi dan

hipersekresi kelenjar medula adrenal, diantaranya:

1.      Pemeriksaan laboratorium:

a.       Kadar kortisol dan aldosteron serum

b.      Kadar ACTH serum, kadar glukosa darah

c.       Pemeriksaan leukosit

d.      Pemeriksaan elektrolit serum (Na, K, Cl), dengan nilai normal:

Natrium:

310-335 mg (13,6-14 meq/liter), Kalium: 14-20 mg% (3,5-5,0 meq/liter), Klorida:

350-375 mg% (100-106 meq/liter).

e.       Pemeriksaan urine terhadap  17-OHC dan 17 ketosteroid

2.      Pemeriksaan radiologi, anteriografi, CT scan, pemeriksaan EKG, anteriogram

adrenal.

2.      Hiposekresi Kelenjar Medula Adrenal

                           Disfungsi kelenjar adrenal merupakan gangguan metabolik yang

menunjukkan kekurangan atau defisiensi kelenjar adrenal (Rumohorbo Hotma,

1999).

a.       Insufisiensi

                     Insufisiensi merupakan ketidakmampuan untuk mensekresi

glukokortikoid, mineralokortikoid, dan androgen dapat terjadi keran atropfi, atau

kerusakan pada kelenjar adrenal.

1.      Manifestasi Klinis

               Hipotensi, hiponatremia, dan hiperkalemia terlihat khas pada pasien

insufisiensi adrenokortikal primer karena kekurangan mineralkortikoid. Pasien-

pasien ini dapat mengalami perubahan keadaan kardiovaskuler akibat berubahnya

keadaan cairan dan elektrolit. Volume darah sirkulasi yan rendah dan pengecilan

ukuran jantung terjadi. Perubahan EKG dapat terjadi dengan adanya hiperkalemia.

               Sebaliknya, jika terdapat hipoplasia sekunder terhadap penurunan

sekresi ACTH, biasanya hanya sekresi kortisol yang menurun. Hal ini terjadi

karena ACTH memiliki pengaruh yang minimal pada sekresi aldosteron, yangs

ekresinya dikontrol oleh system rennin angiotensin. Bagaimanapun juga, mungkin

terdapat hiposekresi hormon hipofise lainnya.

               Gejala-gejala gastrointestinal sering kali menjadi alasan yang membawa

penderita untuk berobat. Gejala-gejala insufisiensi adrenokortikal sering kali

memiliki onset yang berangsur-angsur dan samar. Asthenia (kelemahan)

merupakan keluhan utama, yang intensitasnya tidak sebanding dengan gejala-

gejala lain.

2.      Pengobatan

Insufisiensi adrenokortikal iatrogenic terjadi karena atrofi adrenal yang di

induksi oleh terapi kortikosteroid. Peningkatan kadar kortisol serum akan

menghambat sekresi ACTH dan CRH, karenanya stimulasi pada sel-sel korteks

adrenal berkurang. Penurunan poros Hipotalamus Hipofise Adrenal (HPA) ini

dapat berlangsung lebih dari 1 tahun, jika kortikosteroid digunakan dalam dosis

besar atau jika terapi dilakukan dalam waktu yang lama. Selama terjadi penekanan

poros HPA, stress dapat mencetuskan insufisiensi adrenokortikal akut (krisis

adrenal).

Tindakan yang dapat mengurangi penekanan poros HPA antara lain dengan

pemberian kortisol dalam dosis besar di pagi hari dan dosis kecil di sore hari.

Pemberian kortikosteroid secara topical menyebabkan penekanan yang lebih kecil

daripada pemberian sistemik. Penghentian dosis secara bertahap sebelum

menghentikan semua kortikosteroid telah dilakukan sejak dulu dengan anggapan

bahwa hal ini dapat mencegah krisis adrenal, namun demikian, terlihat bahwa

penekanan HPA berlangsung lama dengan cara ini.

b.      Krisis Adison (Krisis Adrenal)

Krisis adrenal merupakan suatu insufisiensi adrenal yang berat dengan

eksaserbasi yang tiba-tiba. Hal ini dapat menimbulkan kematian dengan cepat jika

tidak segera ditangani.

1.      Etiologi

Kejadiannya biasanya dicetuskan oleh adanya stress atau bisa karena kelenjar

adrenal terkena infeksi atau oleh sebab autoimun.

2.      Manifestasi Klinis

Tanda-tanda krisis adrenal, yaitu:

        Berkurangnya volume dan tekanan darah karena turunnya kadar Na+ dan volume

air dari cairan tubuh.

        Hipoglikemia dan turunnya daya tahan tubuh terhadap stress, sehingga penderita

mudah menjadi shock dan terjadi kematian hanya karena stress kecil saja misalnya

flu atau kelaparan.

        Lesu mental dan fisik.

        Tanda-tanda krisis adrenal antara lain, yaitu hiposekresi, shock, demam, nausea,

dan vomitus, serta kebingungan.

3.      Pengobatan

Tindakan keperawatan pada pasien insufisiensi adrenokortikal meliputi:

        Pemberian dan penyuluhan hormonal

        Menjamin asupan makanan normal yang teratur dan adekuat untuk meningkatkan

kandungan protein

        Menjamin asupan natrium dan cairan normal (meningkat)

        Pengelolaan hipoglikemia

        Menghindari stress

        Istirahat yang sering

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN

HIPERSEKRESI DAN HIPOSEKRESI KELENJAR MEDULA ADRENAL

A.     Pengkajian

1.      Identitas klien

2.      Keluhan utama : pusing, sakit kepala, pucat, badan lemah, tremor, dan lesu.

3.      Riwayat kesehatan klien

Data Subjek:

a.       Kelemaan yang luas

b.      Persepsi klien terhadap perubaan gambaran tubuh

c.       Perubahan suasana hati

d.      Kemampuan untuk mentolerir stress

e.       Perlunya bantuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari

f.        Pola tidur dan makan

g.       Pengetahuan mengenai disfungsi adrenal dan terapinya

h.       Regiman terapi

i.         Adanya gejala-gejala yang tidak menyenangkan

j.        Pusing, sakit kepala

k.      Pucat, tremor, dan lesu

Data Objek:

a.       BB setiap hari

b.      Suhu dan TD setiap 4 jam

c.       Intake dan output setiap 4 jam

d.      Interritas kulit

e.       Intake makanan

f.        Tanda-tanda awal infeksi

g.       TTV: TD turun kalau terjadi hiposekresi dan naik kalau terjadi hipersekresi.

h.       Sistem pernapasan: nafas cepat, dipsnea, tidak teraba massa saat dipalpasi, tidak

ada nyeri, suara resonan saat diperkusi, ronchi.

i.         Sistem kardiovaskuler:

1)      Jantung: Ictus cordis teraba pada ICS 5 mid klavikula, terdengar suara redup atau

dullness, suara jantung melemah

2)      Capilarry Refill Time (CRT): hiposekresi >3 dtk, hipersekresi <3dtk

j.        Sistem pencernaan:

1)      mulut dan kerongkongan: mukosa kering

2)      abdomen: terasa lembut atau keras, kram perut

3)      anus: tidak terdapat iritasi

4)      pola nutrisi: nausea, muntah, anoreksia berat, mual, muntah, BB menurun dengan

cepat

5)      pola eliminasi (BAB): konstipasi atau diare

k.      Sistem perkemihan (BAK): diuresis yang diikuti oliguria (hiposekresi)

l.         Sistem integumen: turgor kulit jelek, membran mukosa kering.

B.     Diagnosa Keperawatan

1.      Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul pada hipersekresi kelenjar medula

adrenal

a.      Resiko Kelebihan volume cairan berhubungan dengan sekresi kortisol berlebih

karena sodium dan retensi cairan

Tujuan : Klien menunjukkan keseimbangan volume cairan setelah dilakukan

tindakan keperawatan

intervensi :

1)      Ukur intake output

2)      Hindari intake cairan berlebih ketika pasien hipernatremia

3)      Ukur TTV

4)      Timbang BB klien

5)      Monitor ECG untuk abnormalitas (ketidakseimbangan elektrolit)

6)      Lakukan alih baring setiap 2 jam

7)      Kolaborasi hasil lab (elektrolit : Na, K, Cl)

8)      Kolaborasi dalam pemberian tinggi protein, tinggi potassium dan rendah sodium

b.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot dan perubahan

metabolisme protein

Tujuan : Klien menunjukkan aktifitaskembali normal setelah dilakukan tindakan

keperawatan

Intervensi :

1)      Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktifitas

2)      Tingkatkan tirah baring / duduk

3)      Catat adanya respon terhadap aktivitas seperti: takikardi, dispnea, fatique

4)      Tingkatkan keterlibatan pasien dalam beraktivitas sesuai kemampuannya

5)      Berikan bantuan aktivitas sesuai dengan kebutuhan

6)      Berikan aktivitas hiburan yang tepat seperti : menonton TV dan mendengarkan

radio

c.       Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan respon imun, respon imflamasi

Tujuan : Infeksi tidak terjadi setelah dilakukan intervensi

Intervensi :

1)      Kaji tanda-tanda infeksi

2)      Ukur TTV setiap 8 jam

3)      Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan

4)      Batasi pengunjung

5)      Tempatkan klien pada ruang isolasi sesuai indikasi

6)      Pemberian antibiotik sesuai indikasi

7)      Pemeriksaan lab (Leukosit)

2.      Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada hiposekresi kelenjar medula

adrenal

a.       Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kekurangan natrium dan

kehilangan cairan melalui ginjal, kelenjar keringat, saluran gastrointestinal

(karena kekurangan aldosteron)

Tujuan : Klien dapat mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit  setelah

dilakukan tindakan

Intervensi :

1)      Pantau TTV, catat perubahan tekanan darah pada perubahan posisi, kekuatan dari

nadi perifer

2)      Kaji pasien mengenai ada rasa haus, kelelahan, nadi cepat, pengisian kapiler

memanjang, turgor kulit jelek, membran mukosa kering.

3)      Periksa adanya perubahan status mental dan sensori.

4)      Aukultasi bising usus (peristaltik usus). Catat dan laporkan adanya mual, muntah,

dan diare.

5)      Berikan cairan, antara lain:

     Cairan NaCl 0,9%

     Larutan glukosa

6)      Berikan obat sesuai dosis; Mineral kortikoid, fludokortison, deoksikortikosteron

25-30mg/hari peroral

7)      Pantau hasil laboratorium

        Hematokrit (Ht)

        Ureum atau kreatinin

        Kalium

b.      Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak

adekuat (mual, muntah, anoreksia) defisiensi glukortikoid

Tujuan : kebutuhan nutrisi klien kembali adekuat setelah dilakukan tindakan

intervensi

Intervensi :

1)      Aukultasi bising usus dan kaji apakah ada nyeri perut, mual atau muntah

2)      catat adanya kulit yang dingin atau basah, perubahan tingkat kesadaran, nadi yang

cepat, nyeri kepal, sempoyongan

3)      Pantau pemasukan makanan dan timbang BB tiap hari

4)      Berikan atau Bantu perawatan mulut

5)      Berikan lingkungan yang nyaman untuk makna contoh bebas dari bau tidak

sedap, tidak terlalu ramai

6)      Berikan glukosa intravena dan obat obatan sesuai indikasi seperti glukokortikoid

c.        Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan produksi metabolime

ketidak seimbangan cairan elektrolit dan glukosa

Tujuan : Aktivitas klien kembali adekuat setelah dilakukan tindakan

Intervensi :

1)      kaji tingkat kelemahan klien dan identifikasi aktifitas yang dapat dilakukan oleh

klien

2)      Pantau TTV sebelum dan sesudah melakukan aktivitas

3)      Sarankan pasien untuk menentukan masa atau periode antara istirahat dan

melakukan aktivitas

4)      Diskusikan cara untuk menghemat tenaga misal: duduk lebih baik daripada

berdiri selama melakukan aktifitas

5)      Tingkatkan keterlibatan pasien dalam beraktivitas sesuai kemampuannya

BAB IV

PENUTUP

A.     Kesimpulan

Kelenjar Adrenal atau Kelenjar Suprarenalis terletak diatas kedua ginjal.

Ukurannya berbeda-beda, beratnya 5-9 gram. Kelenjar adrenal ini terbagi atas 2

bagian, yaitu korteks adrenal yang menghasilkan kortisol, aldosteron dan

androgen, dan medula adrenal yang menghasilkan katekolamin yang mana di

dalamnya terdapat epinephrine dan nonepinephrine (Sapto, 2001)

Hiposekresi kelenjar medula adrenal berupa insufisiensi dan krisis adison

(krisis adrenal). Sedangkan hipersekresi kelenjar medula adrenal, palpitasi,

tachychardia, arrhythmia, sakit kepala, tremor, hipertensi, edema paru-paru akut,

dan alergi.

Pemberian asuhan keperawatan penderita kelainan fungsi kelenjar medula

adrenal difokuskan pada upaya pencegahan terhadap terjadinya komplikasi yang

berlanjut selama proses pemulihan fisik klien. Penentuan diagnosa harus akurat

agar pelaksanaan asuhan keperawatan dapat diberikan secara maksimal dan

mendapatkan hasil yang diharapkan. Pemberian asuhan keperawatan kepada klien

penderita kelainan fungsi kelenjar medula adrenal secara umum bertujuan untuk

menormalkan sekresi pada medula adrenal dengan menurunkan pencetus atau

tingkat stres seseorang. Oleh karena itu, dibutuhkan kreativitas dan keahlian

dalam pemberian asuhan keperawatan dan kolaborasikan dengan tim medis

lainnya yang bersangkutan (Black, 2009)

B.     Saran

1.      Bagi perawat yang akan memberikan asuhan keperawatan dengan klien dengan

gangguan fungsi sistem endokrin harus lebih memperhatikan dan tahu pada

bagian-bagian mana saja dari asuhan keperawatan pada klien dengn gangguan ini

yang perlu ditekankan.

2.      Untuk pasien semestinya harus lebih tanggap terhadap pengkajian-pengkajian

yang dilakukan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan khususnya dalam

asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan fungsi sistem endokrin, karena

peningkatan penyembuhan pasien, melakukan prosedur diagnostik, pemeriksaan-

pemeriksaan dan melakukan perawatan tindak lanjut sangat penting bagi pasien

maupun perawat.

3.      Hendaknya mahasiswa keperawatan dapat menerapkan dan membandingkan ilmu

yang telah didapat di kampus berupa teori dengan kasus di ruangan, yang nantinya

mahasiswa mampu mengaplikasikan tindakan keperawatan dengan sebaik-

baiknya.

DAFTAR PUSTAKA

Harnowo, Sapto. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: widya Medika

Hudak, Karolin M. 1996. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik. Jakarta: EGC

Si. Long, Barbara. 1996. Perawatan Medikal Bedah Yayasan Ikatan Alumni

Pendidikan Keperawatan Padjadjaran: Bandung.

Black, Joyce M. 2009. Medical Surgical Nursing Clinical Management for Positif

Outcomese Eight Edition Vol I (Singapore) Elservier Pte LTd

Doenges, Marilyin. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC: Jakarta.

Syaifuddin. 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat. EGC: Jakarta.

Wikipedia. 2011. Gangguan Kelenjar Adrenal (Online).

(http://www.wikipedia.com, diakses 11 Maret 2011)