adr pada hati
TRANSCRIPT
PENDAHULUAN
Hati adalah salah satu organ tubuh yang dapat dilalui dan dijadikan tempat singgah
sementara berbagai macam obat setelah pemberiannya melalui jalur ekstravaskuler maupun
intravaskuler. Keadaan ini dapat terjadi karena hati berperan di antaranya dalam mengelola
sistem vaskuler dan parenkim hepatika (Donatus, 1995).
Sistem vaskuler hepatika memungkinkan masuknya obat induk ke dalam hati melalui
vena porta (first pass effect), sebelum diteruskan ke dalam peredaran sistemik melalui vena
hepatika (Donatus, 1995).
Gambar 1 Sistem Vaskuler Hepatika
Sistem parenkim hepatika memungkinkan hati sebagai tempat utama metabolisme
(biotransformasi) obat induk menjadi metabolitnya, baik sewaktu obat induk pertama kali
melewati hati maupun sebelum dieksresi. Padahal sebagian besar obat merupakan senyawa
nonpolar, yang pada prinsipnya agak sulit dieksresi dari tubuh karena mengalami reabsorpsi
di epitel tubulus renal dan kandung empedu. Sistem pematabolisme obat di hati, mengubah
senyawa nonpolar menjadi turunannya yang lebih polar atau larut air, sehingga mudah
dieksresi ke dalam air kencing atau empedu. Dengan demikian, disamping tempat eliminasi,
hati juga merupakan sasaran efek samping obat atau efek toksik obat (Donatus, 1995).
1 | P a g e
Gambar 2 Sistem Parenkim Hepatika
Patifisiologi Hepatitis dan Sirosis
Sirosis hati adalah suatu kondisi di mana jaringan hati yang normal digantikan oleh
jaringan parut (fibrosis) yang terbentuk melalui proses bertahap. Jaringan parut ini
memengaruhi struktur normal dan regenerasi sel-sel hati. Sel-sel hati menjadi rusak dan mati
sehingga hati secara bertahap kehilangan fungsinya. Penyebab sirosis hepatik biasanya tidak
dapat diketahui hanya berdasarkan klasifikasi morfologis hati yang mengalami sirosis. Dalam
perjalanan penyakitnya, walaupun dikatakan kerusakan hati pada penyakit sirosis hati bersifat
irreversible, tetapi dengan pengobatan yang baik maka pembentukan jaringan ikat dapat
dikurangi dan peradangan yang terjadi dapat dihentikan (Mary, 2008).
Gambar 4. Fungsi liver
2 | P a g e
Hepatitis adalah peradangan yang dapat menyebabkan nyeri dan pembengkakan pada
hati. Hepatitis dapat disebabkan oleh banyak hal. Hepatitis ini paling sering disebabkan oleh
salah satu virus 5 hepatitis (A, B, C, D atau E). Semua jenis hepatitis tersebut merupakan
penyebab peradangan hati, serta mengganggu kemampuan dari hati untuk
berfungsi. Kurangnya pasokan darah ke hati, racun, gangguan autoimun, penggunaan alkohol
yang berlebihan dapat menyebabkan hepatitis. Pada hati manusia merupakan target organ
bagi virus hepatitis. Virus ini dilepaskan ke peredaran darah, mekanisme terjadinya
kerusakan hati yang kronik disebabkan karena respon imunologik penderita terhadap infeksi.
(Anonim, 2007)
Gambar 3.Kanker Hati
Penyakit Hepatitis dapat menyebabkan kerusakan sel hati yang serius. Sel hati akan
mengalami kerusakan, sehingga tidak dapat berfungsi seperti biasanya. Pada kasus yang berat
atau komplikasi, bahkan dapat menyebabkan kerusakan hati secara permanen. Akhirnya,
timbullah sakit gagal hati, sirosis, atau bahkan kanker hati yang dapat mengakibatkan
kematian.
Hepatitis menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting tidak hanya di
Amerika tetapi juga diseluruh Dunia. Penyakit ini menduduki peringkat ketiga diantara
semua penyakit menular yang dapat dilaporkan di Amerika Serikat (hanya dibawah penyakit
kelamin dan cacar air dan merupakan penyakit epidemi di kebanyakan negara-negara dunia
ketiga. Sekitar 60.000 kasus telah dilaporkan ke Center for Disease Control di Amerika
Serikat setiap tahun, tetapi jumlah yang sebenarnya dari penyakit ini diduga beberapa kali
lebih banyak. Walaupun mortalitas akibat hepatitis virus ini rendah, tetapi penyakit ini sering
dikaitkan dengan angka morbiditas dan kerugian ekonomi yang besar.
3 | P a g e
Morfin dan Kodein
Morfin dalam bahasa asing dikenal sebagai morphine atau morphium. Morfin berkhasiat
analgetis kuat, dan memiliki kerja antara lain: sedative dan hipnotis, menimbulkan euphoria,
menekan pernapasan dan menghilangkan reflex batuk. Efek analgesik morfin timbul
berdasarkan 3 mekanisme:
morfin meninggikan ambang rangsang nyeri
morfin dapat mempengaharui emosi, artinya morfin dapat mengubah reaksi yang
timbul di korteks serebri pada waktu persepsi nyeri diterima oleh korteks serebri dari
thalamus
morfin memudahkan tidur dan pada waktu tidur ambang rangsang nyeri meningkat
(Thompson, 1991)
Kodein adalah sejenis obat golongan opiat yang digunakan untuk mengobati nyeri sedang
hingga berat, batuk (antitusif), diare, dan irritable bowel syndrome. Pengubahan kodein
menjadi morfin berlangsung di hati, dan dikatalisis oleh enzim sitokrom P450 dan CYP2D6,
sedangkan enzim CYP3A4 akan mengubah kodein menjadi norkodeina. Kodein merupakan
prodrug, karena di saluran pencernaan kodein diubah menjadi bentuk aktifnya, yakni morfin
dan kodeina-6-glukoronida Sekitar 5-10% kodein akan diubah menjadi morfin.
(Hasselström, J., et al, 2010)
4 | P a g e
Pembahasan
ADR Morfin akibat hepatitis dan sirosis
Morfin dimetabolisme di hati dengan jalur glukoronidasi membentuk metabolit M3G
(morfin-3-glukoronat) dan M6G (morfin-6-glukoronat) yang kemudian diubah menjadi
morfin-3,6-diglukoronat dan dieksresikan lewat urin.
Bila sel hati rusak akibat terjadinya penyakit hepatitis dan sirosis hati, maka morfin
dalam bentuk utuh akan terdapat lebih banyak di dalam darah. Hal ini akan mengakibatkan
efek toksik dari morfin seperti : kesulitan bernafas, pembengkakan bibir, wajah, dan lidah,
rasa lemas otot, kulit pucat dan dingin, sakit kepala dan hilangnya kesadaran sampai koma.
Studi dari Department of Clinical Pharmacology di Swedia menunjukkan peningkatan kadar
morfin dalam plasma secara signifikan pada penderita sirosis hati bila dibandingkan dengan
pengguna morfin yang sehat.
5 | P a g e
ADR Kodein akibat hepatitis dan sirosis
ADR yang terjadi dapat menyebabkan kematian atau bersifat fatal pada bayi yang
minum ASI. ADR terkait genotype CYP2D6 pada ibu. Pemakaian codeine oleh ibu yang
sedang menyusui dapat berpotensi menyebabkan ADR serius, bahkan mematikan bayi yang
disusuinya. Pemakaian codeine oleh ibu yang menyusui menyebabkan juga kadar morfin
tinggi pada ASInya jika si ibu adalah ultra-rapid metabolizer sehingga dapat mengancam
nyawa bayinya.
Jenis dan Wujud Kerusakan Hati karena Obat
1. Kerusakan Hati Akut
Berdasarkan gambaran histologi, klinis, dan biokimianya, kerusakan hati akut yang
disebabkan oleh obat digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu :
a. Luka Sitotoksik
Jenis luka sitotoksik berkaitan dengan kerusakan pada parenkim sel hati. Luka
jenis ini dapat berupa nekrosis atau steatosis. Nekrosis mungkin termasuk tipe
zonal sebagaimana terjadi akibat obat parasetamol dan halotan, atau tersebar
(difus) seperti pada obat isoniazid dan iproniazid. Steatosis mungkin berupa
mikrovesikuler seperti yang ditunjukkan oleh tetrasiklin atau makrovesikuler
sebagaimana diperlihatkan oleh metotreksat.
b. Luka Kholestatik
Jenis luka kholestatik terdiri dari dua macam luka yang menggambarkan
terjadinya penahanan aliran empedu. Yakni, luka yang terwujud sebagai respon
radang seperti pada kasus obat eritromisin estolat dan klorpromasin atau tanpa
respon radang seperti pada kasus obat steroid kontraseptif dan steroid anabolik.
c. Campuran
Selain kedua jenis luka tersebut, kadang juga dijumpai jenis luka hepatik
campuran sitotoksik dan kholestatik seperti pada kasus obat asam para-
aminosalisilat.
2. Kerusakan Hati Kronis
Berbagai macam obat bila digunakan dalam jangka panjang, telah terbukti dapat
menimbulkan luka hepatik yang kronis. Luka hepatik tersebut meliputi sirosis,
6 | P a g e
hepatitis aktif kronis, nekrosis hepatik subakut, steatosis, hepatis peliosis, tumor
hepatik, dan fosfolipidosis.
a. Sirosis
Beberapa jenis sirosis, dapat berkembang karena pemberian obat jangka panjang
atau sebagai akibat lanjutan peristiwa luka hepatik akut. Contohya adalah obat
metotreksat yang dapat menyebabkan sirosis pada penggunaan jangka panjang.
b. Hepatitis Aktif Kronis (HAK)
Merupakan penyakit radang hati yang progresif. Oksifenosatin adalah contoh obat
yang telah dilaporkan dapat menyebabkan HAK. Gejala klinisnya berupa
pembesaran hati yang seringkali diikuti splenomegali (pembesaran kelenjar limfa)
dan tumor, nilao GOT serum meningkat sampai di atas 200 Unit Karmen (UK)
dan terjadi hipoglobulinemi yang diiukuti dengan hipoalbuminemi.
c. Nekrosis Hepatik Subakut
Ditemukan terjadi setelah penggunaan jangka panjang alfa-metildopa, sinkopen,
dan isoniazid. Sindroma luka hepatik jenis ini ditandai oleh penyakit hati yang
nyata, progresif, dan berkembang sampai sirosis. Perkembangannya lebih lambat
daripada luka sitotoksik akut tetapi masih lebih cepat daripada HAK.
d. Hepatis peliosis
Meskipun jarang terjadi, hepatis peliosis pernah ditemukan sebagai akibat
penggunaan steroid kontraseptif dan steroid anabolik, ditandai dengan adanya
ruang yang terisi darah. Luka peliotik mungkin pecah dan menyebabkan gejala
hemoperitoneum yang hebat.
e. Tumor hepatik
Tumor hepatik atau luka neoplastik ringan pernah dilaporkan dengan penggunaan
steroid kontraseptif. Pada hewan, tumor hati yang membahayakan dijumpai
setelah pemberian steroid anabolik, griseofulvin, dan isoniazid.
f. Fosfolipidosis
Fosfolipidosis merupakan luka hati yang ditandai dengan hepatosit penuh dengan
lipid. Luka hepatik ini dapat berkembang menjadi sirosis. Keadaan ini pernah
dilaporkan di Jepang akibat penggunaan Coralgil.
7 | P a g e
Mekanisme Kerusakan Hati karena Obat
Obat dapat menimbulkan kerusakan hati melalui berbagai cara, baik yang dapat diperkirakan
dan bergantung dosis, maupun yang tidak dapat diperkirakan dan tak tergantung dosis.
Kelompok obat yang dapat menyebabkan luka hepatik yang dapat diperkirakan diacu sebagai
hepatotoksik intrinsik, prosesnya dikenal sebagai toksisitas-intrinsik, dan aksinya dapat
terjadi secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung, dengan cara obat induk atau
bentuk metabolitnya langsung berikatan dengan komponen membran sel dan merusak sel hati
beserta seluruh organelnya, seperti ditunjukkan oleh klorofom dan parasetamol. Secara tidak
langsung, dengan cara obat induk dan bentuk metabolitnya dalam menimbulkan luka hepatik
dengan cara mengganggu jalur metabolik khas (misalnya tetrasiklin), atau mengganggu jalur
eksresi hepatik (misal steroid kontraseptif, steroid anabolik, rifampisin). Kerusakan hati yang
tidak dapat diperkirakan dan tak tergantung dosis, terjadi bilamana kerentanan individu
terhadap obat lebih penting daripada toksisitas obatnya (idiosinkrasi). Keadaan ini dapat
terjadi karena reaksi hipersensitivitas yang diperantarai oleh mekanisme alergi (misal
sulfonamida, klorpromazin, halotan) atau karena keabnormalan metabolik yang
mengakibatkan penumpukan metabolit toksik (misal iproniazid, sinkopen, isoniazid).
8 | P a g e
Daftar Pustaka :
Anonim, 2007, Explain hepatitis B, http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/tutorial.html,
diakses tanggal 3 mei 2011
Anonim, 2009, Hepatitis D Co-Infection, http://www.hepb.org/hepb/hepdconinfection.htm l ,
diakses tanggal 3 mei 2011
Anonim, 2010, Home Drug Testing Kit, diambil dari
http://www.homedrugtestingkit.com/morphine.html, diakses tanggal 3 Mei 2011
Donatus, I.A., 1995, Efek Samping Obat : Efek pada Hati, Edisi II, 85-86, penyunting : Sri
Suryawati, Pusat Studi Farmakologi Klinik dan Kebijakan Obat UGM, Yogyakarta
Hasselström, J., et al, 2010, The metabolism and bioavailability of morphine in patients with
severe liver cirrhosis, diambil dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1380128/, diakses tanggal 3 Mei 2011
McQuay, H.J., et al, 2010, Ophioid Problems, Mophine Metabolism and Excretion, diambil
da
ri,http://www.medicine.ox.ac.uk/bandolier/booth/painpag/wisdom/c14.html#RTFToC
37, diakses tanggal 3 April 2011
Mary,B,.dkk, 2008,Klien Ganguan Hati ,Buku Kedokteran ECG, Jakarta
Thompson, Paul Ivan, Pharmacology of morphine and the active metabolite
morphine-6-glucuronide, University of Auckland; 1991
9 | P a g e