poa ok (adr)

58
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kesehatan merupakan salah satu aspek dari kehidupan masyarakat. Mutu hidup, produktivitas tenaga kerja, angka kesakitan dan kematian yang tinggi pada bayi dan anak-anak, menurunnya daya kerja fisik serta terganggunya perkembangan mental adalah akibat langsung atau tidak langsung dari masalah gizi kurang. Sebagaimana diketahui bahwa salah satu masalah gizi yang paling utama pada saat ini di Indonesia adalah kurang kalori dan protein, hal ini banyak ditemukan pada bayi dan anak yang masih kecil. Keadaan juga diperparah karena anak dan bayi merupakan golongan rentan. 3 Terjadinya kerawanan gizi pada bayi selain disebabkan makanan yang kurang juga karena Air Susu Ibu (ASI) banyak diganti dengan susu formula dengan cara dan jumlah yang tidak memenuhi kebutuhan. Hal ini pertanda adanya perubahan sosial dan budaya yang negatif dipandang dari segi gizi. Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI yang diperoleh termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung di dalam ASI tersebut. ASI tanpa bahan makanan lain dapat mencukupi kebutuhan pertumbuhan sampai usia sekitar enam bulan. 5 Setelah itu, ASI hanya berfungsi sebagai sumber protein, vitamin, dan mineral utama 1

Upload: handreputra6323

Post on 01-Jul-2015

4.827 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: POA ok (adr)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kesehatan merupakan salah satu aspek dari kehidupan masyarakat. Mutu hidup,

produktivitas tenaga kerja, angka kesakitan dan kematian yang tinggi pada bayi dan anak-

anak, menurunnya daya kerja fisik serta terganggunya perkembangan mental adalah akibat

langsung atau tidak langsung dari masalah gizi kurang.

Sebagaimana diketahui bahwa salah satu masalah gizi yang paling utama pada saat ini

di Indonesia adalah kurang kalori dan protein, hal ini banyak ditemukan pada bayi dan anak

yang masih kecil. Keadaan juga diperparah karena anak dan bayi merupakan golongan

rentan.3

Terjadinya kerawanan gizi pada bayi selain disebabkan makanan yang kurang juga

karena Air Susu Ibu (ASI) banyak diganti dengan susu formula dengan cara dan jumlah yang

tidak memenuhi kebutuhan. Hal ini pertanda adanya perubahan sosial dan budaya yang

negatif dipandang dari segi gizi.

Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI

yang diperoleh termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung di dalam ASI tersebut.

ASI tanpa bahan makanan lain dapat mencukupi kebutuhan pertumbuhan sampai usia sekitar

enam bulan.5 Setelah itu, ASI hanya berfungsi sebagai sumber protein, vitamin, dan mineral

utama untuk bayi yang telah mendapat makanan tambahan yang berupa beras.

Dalam pembangunan bangsa, peningkatan kualitas manusia harus dimulai sedini

mungkin, yaitu sejak masih bayi, salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam

peningkatan kualitas manusia adalah pemberian Air Susu Ibu (ASI). Pemberian ASI

semaksimal mungkin merupakan kegiatan penting dalam pemeliharaan anak dan persiapan

generasi penerus di masa depan. Akhir-akhir ini sering dibicarakan tentang peningkatan

penggunaan ASI. Dukungan politis dari pemerintah terhadap peningkatan penggunaan ASI

termasik ASI EKSLUSIF telah memadai, hal ini terbukti dengan telah dicanangkannya

Gerakan Nasional Peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu (GNPP-ASI) oleh Bapak Presiden

pada hari Ibu tanggal 22 Desember 1990 yang bertemakan "Dengan Asi, kaum ibu

mempelopori peningkatan kualitas manusia Indonesia". Dalam pidatonya presiden

menyatakan juga bahwa ASI sebagai makanan tunggal harus diberikan sampai bayi berusia

1

Page 2: POA ok (adr)

enam bulan. Pemberian ASI tanpa pemberiaan makanan lain ini disebut dengan menyusui

secara ekslusif. Selanjutnya bayi perlu mendapatkan makanan pendamping ASI kemudian

pemberian ASI di teruskan sampai anak berusia dua tahun.5

ASI merupakan makanan yang bergizi sehingga tidak memerlukan tambahan

komposisi. Disamping itu ASI mudah dicerna oleh bayi dan langsung terserap. Diperkirakan

80% dari jumlah ibu yang melahirkan ternyata mampu menghasilkan air susu dalam jumlah

yang cukup untuk keperluan bayinya secara penuh tanpa makanan tambahan selama enam

bulan pertama. Bahkan ibu yang gizinya kurang baik pun sering dapat menghasilkan ASI

cukup tanpa makanan tambahan selama tiga bulan pertama.12

ASI sebagai makanan yang terbaik bagi bayi tidak perlu diragukan lagi, namun akhir-

akhir ini sangat disayangkan banyak diantara ibu-ibu meyusui melupakan keuntungan

menyusui. Selama ini dengan membiarkan bayi terbiasa menyusu dari alat pengganti, padahal

hanya sedikit bayi yang sebenarnya menggunakan susu formula. Kalau hal yang demikian

terus berlangsung, tentunya hal ini merupakan ancaman yang serius terhadap upaya

pelestarian dari peningkatan penggunaan ASI.

Menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003,

didapati data jumlah pemberian ASI eksklusif pada bayi di bawah usia dua bulan hanya

mencakup 64% dari total bayi yang ada. Persentase tersebut menurun seiring dengan

bertambahnya usia bayi. Yakni, 46% pada bayi usia 2-3 bulan dan 14% pada bayi usia 4-5%.

Yang lebih memprihatinkan, 13% bayi di bawah dua bulan telah diberi susu formula dan satu

dari tiga bayi usia 2-3 bulan telah diberi makanan tambahan.14

Penelitian Dr. Parma dkk di Rumah Sakit Umum Dr. M. Jamil Padang tahun 1978 -

1979 di dapatkan bahwa lama pemberian ASI saja sampai 4-6 bulan pada ibu yang karyawan

adalah 12,63% dan pada ibu rumah tangga sebanyak 21,27%. Apabila dilihat dari

pendidikannya ternyata 75% dari ibu-ibu yang berpendidikan tamat SD telah memberikan

makanan pendamping ASI yang terlalu dini pada bayi.

Berbagai alasan dikemukakan oleh ibu-ibu mengapa keliru dalam pemanfaatan ASI

secara Eksklusif kepada bayinya, antara lain adalah produksi ASI kurang, kesulitan bayi

dalam menghisap, keadaan puting susu ibu yang tidak menunjang, ibu bekerja, keinginan

untuk disebut modern dan pengaruh iklan/promosi pengganti ASI dan tidak kalah pentingnya

adalah anggapan bahwa semua orang sudah memiliki pengetahuan tentang manfaat ASI. 2

2

Page 3: POA ok (adr)

Dari data laporan tahunan Puskesmas di wilayah kerja Lubuk Kilangan tahun 2009,

didapatkan angka pencapaian pemberian ASI eksklusif sebanyak 6,10 % (110 orang) dari

target yang seharusnya dicapai sebanyak 100 % (1808).13

1.2 Perumusan Masalah

1. Apa faktor yang menyebabkan rendahnya angka pemberian ASI eksklusif di

wilayah kerja puskesmas Lubuk Kilangan?

2. Langkah–langkah apa saja yang dilakukan untuk meningkatkan pemberian ASI

eksklusif di wilayah kerja Lubuk Kilangan?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Melakukan identifikasi masalah pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja

Puskesmas Lubuk Kilangan.

2. Menemukan penyebab utama rendahnya pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja

Puskesmas Lubuk Kilangan.

3. Mencarikan upaya pemecahan masalah dan alternatif pemecahan masalah agar

pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan dapat

terlaksana dengan baik.

1.4 Manfaat Penulisan

1. Teridentifikasinya masalah Pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas

Lubuk Kilangan.

2. Ditemukannya penyebab utama tidak terlaksananya pemberian ASI eksklusif di

wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan.

3. Diperolehnya upaya pemecahan masalah dan alternatif pemecahan masalah agar

Pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan dapat

terlaksana dengan baik.

3

Page 4: POA ok (adr)

BAB II

GAMBARAN UMUM PUSKESMAS

2.1 Sejarah Puskesmas13

Puskesmas Lubuk Kilangan ini didirikan diatas tanah wakaf yang diberikan

KAN yang pada tahun 1981 dengan Luas tanah 270 M2 dan Gedung Puskesmas sendiri

didirikan pada tahun 1983 dengan luas bangunan 140 M2 dimana saat itu Pimpinan

Pusksmas yang pertama adalah dr. Meiti Frida dan pada tahun itu juga Puskesmas

mempunyai 1 buah Pustu Baringin.

Pembangunan Puskesmas ini dibiayai dari APBN. Pelayanan yang diberikan saat

itu meliputi BP, KIA dan Apotik. Dengan Jumlah pegawai yang ada pada saat itu sekitar

10 orang dan sampai saat ini telah mengalami pergantian Pimpinan Puskesmas sebanyak

11 kali.

Pada Tahun 1997 telah dilakukan rehabilatasi Puskesmas secara maksimal, karena

adanya keterbatasan lahan, rumah dinas paramedis yang ada pada saat itu dijadikan

kantor dan juga ada penambahan beberapa ruangan pelayanan lainnya.

Saat sekarang kondisi bangunan Puskesmas Lubuk Kilangan sudah permanen

terdiri dari beberapa ruangan kantor seperti: BP, KIA, Gigi, Labor, KB, Apotik, Imunisasi

dengan jumlah pegawai yang ada sebanyak 52 orang termasuk Pustu. Walaupun demikian

bangunan Puskesmas Lubuk Kilangan saat sekarang masih belum mempunyai gudang

obat dan gudang gizi (PMT), ruangan khusus Pelayanan Lansia.

Pelayanan Puskesmas Lubuk Kilangan yang diberikan saat ini adalah 6 Pelayanan

Dasar yaitu: Yankes, P2P, Kesga, Promkes, Kesling dan Program inovatif (untuk

Puskesmas Lubuk Kilangan saat sekarang Program inovatif Belum berjalan).

2.2 Kondisi Geografis13

Wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan meliputi seluruh Wilayah Kecamatan

Lubuk Kilangan dengan luas Daerah 85,99 Km2 yang terdiri dari 7 kelurahan dengan

luas:

4

Page 5: POA ok (adr)

a. Kelurahan Batu Gadang : 19.29 Km2

b. Kelurahan Indarung : 52.1 Km2

c. Kelurahan Padang Besi : 4.91 Km2

d. Kelurahan Bandar Buat : 2.87 Km2

e. Kelurahan Koto Lalang : 3.32 Km2

f. Kelurahan Baringin : 1.65 Km2

g. Kelurahan Tarantang : 1.85 Km2

Adapun batas-batas Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan adalah sebagai

berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Pauh

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Solok

c. Sebelah Barat berbatas dengan Kecamatan Lubuk Begalung

d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bungus Teluk Kabung

5

Gambar 2.1 Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan

Page 6: POA ok (adr)

2.3 Kondisi Demografi

Jumlah Penduduk Kecamatan Lubuk Kilangan adalah 43.532 Jiwa yang

terdiri dari 10.707 KK dengan perincian sebagai berikut:

a. Kelurahan Bandar Buat : 11.172 jiwa dan 2.743 KK

b. Kelurahan Padang Besi : 6.211 jiwa dan 1.610 KK

c. Kelurahan Indarung : 10.669 jiwa dan 2.632 KK

d. Kelurahan Koto Lalang : 6.378 jiwa dan 1.550 KK

e. Kelurahan Batu Gadang : 5.828 jiwa dan 1.489 KK

f. Kelurahan Baringin : 1.226 jiwa dan 244 KK

g. Kelurahan Tarantang : 2.048 jiwa dan 439 KK

Dengan jumlah 42RW dan 161 RT dengan perincian sebagai berikut:

a. Kelurahan Batu Gadang : 4 RW/ 18 RT

b. Kelurahan Indarung : 12 RW/ 44 RT

c. Kelurahan Padang Besi : 4 RW/ 20RT

d. Kelurahan Bandar Buat : 11 RW/ 40 RT

e. Kelurahan Koto Lalang : 7 RW/ 27 RT

f. Kelurahan Baringin : 2 RW/ 5 RT

g. Kelurahan Tarantang : 2 RW/ 7 RT

Sasaran Puskesmas

Jumlah penduduk : 43.532 Jiwa

Bayi (0-11 Bulan) : 904

Bayi (6-11 Bulan) : 542

Anak Balita (24-60 Bulan) : 3506

Balita (0-60 Bulan) : 4410

6

Page 7: POA ok (adr)

Ibu Hamil (Bumil) : 995

Ibu Nifas (Bufas) : 949

Ibu Bersalin : 949

Ibu meneteki (Buteki) : 1808

Lansia : 3138

WUS : 9287

2.4 Sarana dan Prasarana

a. Sarana Pendidikan

SMU/SMK : 3 Unit

SLTP : 4 Unit

SD : 23 Unit

TK : 15 Unit

b. Sarana Kesehatan

Puskesmas Lubuk Kilangan memiliki sarana:

Puskesmas Induk : 1 Unit

Puskesmas Pembantu : 3 Unit

- Pustu Indarung

- Pustu Batu Gadang

- Pustu Baringin

Rumah Sakit PT Semen Padang : 1 Unit

Mobil Puskesmas Keliling : 1 Unit

Motor Dinas : 4 Unit

Komputer : 2 Unit

Mesin Tik : 2 Unit

Laptop : 1 Unit

LCD/Infocus : 1 Unit

c. Prasarana Kesehatan

Posyandu Balita : 41 Buah

Posyandu Lansia : 11 Buah

7

Page 8: POA ok (adr)

Kader Kesehatan : 164 Orang

Praktek Dokter Swasta : 5 orang

Praktek Bidan Swasta : 21 orang

Pos UKK : 3 Pos

Pengobatan Tradisional : 38 Buah

Toga : 27 Buah

2.5 Ketenagaan

Dokter Umum : 4 Orang

Dokter Gigi : 2 Orang

Sarjana Kesehatan Masyarakat : 3 Orang

Akper : 6 Orang

SPK : 6 Orang

Akbid : 6 Orang

Bidan (D I) : 13 Orang

Asisten Apoteker : 2 Orang

AKL : 1 Orang

AAK : 1 Orang

Perawat Gigi : 2 Orang

Pekarya Kesehatan : 3 Orang

SMA : 2 Orang

SMP : 1 Orang

2.6 Kondisi Sosial, Budaya dan Ekonomi Penduduk

a. Kondisi Sosial dan Budaya

Suku terbesar yang ada di Kecamatan Lubuk Kilangan adalah Suku Minang,

juga ada suku lainnya, yaitu Jawa dan Batak. Mayoritas agama yang dianut

masyarakatnya adalah Islam( 43.451 Jiwa) dan Kristen dan Katolik (80 Jiwa).

b. Kondisi Ekonomi

8

Page 9: POA ok (adr)

Mata pencaharian penduduk umumnya adalah pegawai negeri, swasta, buruh,

dan tani

2.7 Struktur Puskesmas

STRUKTUR ORGANISASI PUSKESMAS LUBUK KILANGAN

BAB III

9

TATA USAHA

YESSI GUSMINARTI, SKM

PERENCANAAN

Drg. Euis Yoyo

Drg. Afridawati

Dr. Reni Angraini

Dr. Dezilia Arzie

KEUANGAN

Hj. Afridawarni

Hayati

PERLENGKAPAN & Inventaris

Desmiavita.D

KOORDINATOR YAN MEDIK

Dr. Dezilia Arzie

Pj. BP : Elva Nora

Pj. KIA Ibu : Nelwida

Pj. KIA Anak :Sefnita

Pj. BP Gigi :Drg. Afridawati

Pj. Apotik :Titin Haryani

Pj. Gudang Obat : Widani Yulesphina

Pj. Laboratorium : Esi Susanti,AmAk

Pj. MR :Yusmawarni

Pj. KB : Hj. Fitri Dewi

Pj. P3K/IGD : Damsiar

Pj. SP2TP : Yessi Gusminarti, SKM

Pj. Kesehatan Jiwa : Marini MS

Pj. Kesehatan Mata :Yumasnita Febri

KOORDINATOR YANKESMAS

Drg. Afridawati

Pj. Promkes :Frisna Devi,SKM

Pj. Kesehatan Lingkungan :Ernawati,AmKl

P2M Pj. Imunisasi

:Ermayani

Pj. DBD :Adsemar Tati Budi Pj. TB Paru dan Kusta :Damsiar Pj. Rabies : Marini MS, Amd.Kep Pj. Malaria :Adsemar Tati Budi Pj. Diare :Marina Yulia Ningsih Pj. Surveilans : Marry Denita Wati Pj. Campak : Marry Denita Wati

Pj. Kesehatan Olah Raga Marini MS, Amd.Kep

Pj. ISPA :Marry Denita Wati

Pj. Gizi : Renita, SKM

Pj. Lansia :Yusnidar

PUSTU INDARUNG

Mortianis

PUSTU BATU GADANG

Fitriani

PUSTU BARINGIN

Hj. Erliza HB

DEWAN PENYANTUN

PIMPINAN PUSKESMAS

Drg Euis Yoyo.

CAMAT

Page 10: POA ok (adr)

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Pengertian Air Susu Ibu (ASI)

Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa

dan garam-garam anorganik yang sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna

sebagai makanan bagi bayinya. 10

Sedangkan ASI Ekslusif adalah perilaku dimana hanya memberikan Air Susu

Ibu (ASI) saja kepada bayi sampai umur 6 (enam) bulan tanpa makanan dan

ataupun minuman lain kecuali sirup obat.6

ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat

memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama. ASI merupakan makanan

alamiah yang pertama dan utama bagi bayi sehingga dapat mencapai tumbuh

kembang yang optimal.

3.2 Kebaikan ASI dan Menyusui

ASI sebagai makanan bayi mempunyai kebaikan/sifat sebagai berikut:9

ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis,

ekonomis, mudah dicerna dan memiliki komposisi zat gizi yang ideal

sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi.

ASI mengandung laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu

buatan. Di dalam usus laktosa akan difermentasi menjadi asam laktat

yang bermanfaat untuk:

Menghambat pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen.

Merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang dapat

menghasilkan asam organik dan mensintesa beberapa jenis

vitamin.

Memudahkan terjadinya pengendapan calsium-cassienat.

Memudahkan penyerahan berbagai jenis mineral, seperti

calsium, magnesium.

10

Page 11: POA ok (adr)

ASI mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi

selama 5-6 bulan pertama, seperti: Immunoglobin, Lysozyme,

Complemen C3 dan C4, Antistapiloccocus, lactobacillus, Bifidus,

Lactoferrin.

ASI tidak mengandung beta-lactoglobulin yang dapat menyebabkan

alergi pada bayi.

Proses pemberian ASI dapat menjalin hubungan psikologis antara ibu

dan bayi.

Selain memberikan kebaikan bagi bayi, menyusui dengan bayi juga dapat

memberikan keuntungan bagi ibu, yaitu: (10)

Suatu rasa kebanggaan dari ibu, bahwa ia dapat memberikan

“kehidupan” kepada bayinya.

Hubungan yang lebih erat karena secara alamiah terjadi kontak kulit

yang erat, bagi perkembangan psikis dan emosional antara ibu dan

anak.

Dengan menyusui, bagi rahim ibu akan berkontraksi yang dapat

menyebabkan pengembalian keukuran sebelum hamil

Mempercepat berhentinya pendarahan post partum.

Dengan menyusui maka kesuburan ibu menjadi berkurang untuk

beberapa bulan sehingga dapat menjarangkan kehamilan.

Mengurangi kemungkinan kanker payudara pada masa yang akan

datang.

3.3 Produksi ASI

Proses terjadinya pengeluaran air susu dimulai atau dirangsang oleh isapan

mulut bayi pada puting susu ibu. Gerakan tersebut merangsang kelenjar Pituitary

Anterior untuk memproduksi sejumlah prolaktin, hormon utama yang

mengandalkan pengeluaran ASI. Proses pengeluaran air susu juga tergantung pada

Let Down Reflex, dimana hisapan puting dapat merangsang kelenjar Pituitary

Posterior untuk menghasilkan hormon oksitosin, yang dapat merangsang serabut

11

Page 12: POA ok (adr)

otot halus di dalam dinding saluran susu agar membiarkan susu dapat mengalir

secara lancar.12

Kegagalan dalam perkembangan payudara secara fisiologis untuk

menampung air susu sangat jarang terjadi. Payudara secara fisiologis merupakan

tenunan aktif yang tersusun seperti pohon tumbuh di dalam puting dengan cabang

yang menjadi ranting semakin mengecil.

Susu diproduksi pada akhir ranting dan mengalir kedalam cabang-cabang

besar menuju saluran ke dalam puting. Secara visual payudara dapat digambarkan

sebagai setangkai buah anggur, mewakili tenunan kelenjar yang mengsekresi

dimana setiap selnya mampu memproduksi susu, bila sel-sel Myoepithelial di

dalam dinding alveoli berkontraksi, anggur tersebut terpencet dan mengeluarkan

susu ke dalam ranting yang mengalir ke cabang-cabang lebih besar, yang secara

perlahan-lahan bertemu di dalam areola dan membentuk sinus lactiferous. Pusat

dari areola (bagan yang berpigmen) adalah putingnya, yang tidak kaku letaknya

dan dengan mudah dihisap (masuk kedalam) mulut bayi.

Berdasarkan waktu diproduksi, ASI dapat dibagi menjadi 3 yaitu:

A. Colostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar

mamae yang mengandung tissue debris dan redual material yang terdapat

dalam alveoli dan ductus dari kelenjar mamae sebelum dan segera sesudah

melahirkan anak.

Disekresi oleh kelenjar mamae dari hari pertama sampai hari ketiga

atau keempat, dari masa laktasi.

Komposisi colostrum dari hari ke hari berubah.

Merupakan cairan kental yang ideal yang berwarna kekuning-

kuningan, lebih kuning dibandingkan ASI Mature.

Merupakan suatu laksatif yang ideal untuk membersihkan

mekonium usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran

pencernaan bayi untuk menerima makanan selanjutnya.

Lebih banyak mengandung protein dibandingkan ASI Mature,

tetapi berlainan dengan ASI Mature dimana protein yang utama

adalah casein sedangkan pada colostrum protein yang utama adalah

12

Page 13: POA ok (adr)

globulin, sehingga dapat memberikan daya perlindungan tubuh

terhadap infeksi.

Lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan ASI Mature

yang dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai 6 bulan

pertama.

Lebih rendah kadar karbohidrat dan lemaknya dibandingkan

dengan ASI Mature.

Total energi lebih rendah dibandingkan ASI Mature yaitu 58

kalori/100 ml colostrum.

Vitamin larut lemak lebih tinggi. Sedangkan vitamin larut dalam

air dapat lebih tinggi atau lebih rendah.

Bila dipanaskan menggumpal, ASI Mature tidak.

PH lebih alkalis dibandingkan ASI Mature.

Lemaknya lebih banyak mengandung Cholestrol dan lecitin di

bandingkan ASI Mature.

Terdapat trypsin inhibitor, sehingga hidrolisa protein di dalam usus

bayi menjadi kurang sempurna, yangakan menambah kadar

antobodi pada bayi.

Volumenya berkisar 150-300 ml/24 jam.

B. Air Susu Masa Peralihan (Masa Transisi)

Merupakan ASI peralihan dari colostrum menjadi ASI Mature.

Disekresi dari hari ke 4 – hari ke 10 dari masa laktasi, tetapi ada

pula yang berpendapat bahwa ASI Mature baru akan terjadi pada

minggu ke 3 – ke 5.

Kadar protein semakin rendah, sedangkan kadar lemak dan

karbohidrat semakin tinggi.

Volume semakin meningkat.

C. Air Susu Mature

ASI yang disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya, yang dikatakan

komposisinya relatif konstan, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa

minggu ke 3 sampai ke 5 ASI komposisinya baru konstan.

13

Page 14: POA ok (adr)

Merupakan makanan yang dianggap aman bagi bayi, bahkan ada yang

mengatakan pada ibu yangs sehat ASI merupakan makanan satu-

satunya yang diberikan selama 6 bulan pertama bagi bayi.

ASI merupakan makanan yang mudah didapat, selalu tersedia, siap

diberikan pada bayi tanpa persiapan yang khusus dengan temperatur

yang sesuai untu bayi.

Merupakan cairan putih kekuning-kuningan, karena mengandung

casienat, riboflavum dan karoten.

Tidak menggumpal bila dipanaskan.

Volume: 300 – 850 ml/24 jam

Terdapat anti microbaterial factor, yaitu:

Antibodi terhadap bakteri dan virus.

Cell (phagocyle, granulocyle, macrophag, lymhocycle

type T)

Enzim (lysozime, lactoperoxidese)

Protein (lactoferrin, B12 Ginding Protein)

Faktor resisten terhadap staphylococcus.

Complement ( C3 dan C4)

3.4 Volume Produksi ASI

Pada minggu bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat ASI

mulai menghasilkan ASI. Apabila tidak ada kelainan, pada hari pertama sejak bayi

lahir akan dapat menghasilkan 50-100 ml sehari dari jumlah ini akan terus

bertambah sehingga mencapai sekitar 400-450 ml pada waktu bayi mencapai usia

minggu kedua.9 Jumlah tersebut dapat dicapai dengan menyusui bayinya selama

4–6 bulan pertama. Karena itu selama kurun waktu tersebut ASI mampu

memenuhi kebutuhan gizinya. Setelah 6 bulan volume pengeluaran air susu

menjadi menurun dan sejak saat itu kebutuhan gizi tidak lagi dapat dipenuhi oleh

ASI saja dan harus mendapat makanan tambahan.12

14

Page 15: POA ok (adr)

Dalam keadaan produksi ASI telah normal, volume susu terbanyak yang

dapat diperoleh adalah 5 menit pertama. Penyedotan/penghisapan oleh bayi

biasanya berlangsung selama 15-25 menit.12

Selama beberapa bulan berikutnya bayi yang sehat akan mengkonsumsi

sekitar 700-800 ml ASI setiap hari.8 Akan tetapi penelitian yang dilakukan pada

beberpa kelompok ibu dan bayi menunjukkan terdapatnya variasi dimana

seseorang bayi dapat mengkonsumsi sampai 1 liter selama 24 jam, meskipun

kedua anak tersebut tumbuh dengan kecepatan yang sama.

Konsumsi ASI selama satu kali menysui atau jumlahnya selama sehari

penuh sangat bervariasi. Ukuran payudara tidak ada hubungannya dengan volume

air susu yang diproduksi, meskipun umumnya payudara yang berukuran sangat

kecil, terutama yang ukurannya tidak berubah selama masa kehamilan hanya

memproduksi sejumlah kecil ASI.8

Pada ibu-ibu yang mengalami kekurangan gizi, jumlah air susunya dalam

sehari sekitar 500-700 ml selama 6 bulan pertama, 400-600 ml dalam 6 bulan

kedua, dan 300-500 ml dalamtahun kedua kehidupan bayi. Penyebabnya mungkin

dapat ditelusuri pada masa kehamilan dimana jumlah pangan yang dikonsumsi ibu

tidak memungkinkan untuk menyimpan cadangan lemak dalam tubuhnya, yang

kelak akan digunakan sebagai salah satu komponen ASI dan sebagai sumber

energi selama menyusui. Akan tetapi kadang-kadang terjadi bahwa peningkatan

jumlah produksi konsumsi pangan ibu tidak selalu dapat meningkatkan produksi

air susunya. Produksi ASI dari ibu yang kekurangan gizi seringkali menurun

jumlahnya dan akhirnya berhenti, dengan akibat yang fatal bagi bayi yang masih

sangat muda. Di daerah-daerah dimana ibu-ibu sangat kekurangan gizi seringkali

ditemukan “marasmus” pada bayi-bayi berumur sampai enam bulan yang hanya

diberi ASI.

3.5 Komposisi ASI

Kandungan colostrum berbeda dengan air susu yang mature, karena

colostrum lebih banyak mengandung imunoglobin A (IgA), laktoferin dan sel-sel

15

Page 16: POA ok (adr)

darah putih, yang sangat penting untuk pertahanan tubuh bayi terhadap serangan

penyakit (Infeksi), lebih sedikit mengandung lemak dan laktosa, lebih banyak,

mengandung vitamin dan lebih banyak mengandung mineral-mineral natrium

(Na) dan seng (Zn).

Berdasarkan sumber dari food and Nutrition Boart, National Research

Council Washington tahun 1980 diperoleh perkiraan komposisi Kolostrum ASI

dan susu sapi untuk setiap 100 ml seperti tertera pada tabel berikut:4

Tabel 1

Komposisi Kolostrum, ASI dan susu sapi untuk setiap 100 ml

Zat-zat Gizi Kolostrum ASI Susu Sapi

Energi (K Cal)

Protein (g)

- Kasein/whey

- Kasein (mg)

- Laktamil bumil

(mg)

- Laktoferin (mg)

- Ig A (mg)

Laktosa (g)

Lemak (g)

Vitamin

- Vit A (mg)

- Vit B1 (mg)

- Vit B2 (mg)

- Asam

Nikotinmik (mg)

- Vit B6 (mg)

- Asam pantotenik

- Biotin

- Asam folat

58

2,3

140

218

330

364

5,3

2,9

151

1,9

30

75

-

183

0,06

0,05

0,05

5,9

-

1,5

-

70

0,9

1 : 1,5

187

161

167

142

7,3

4,2

75

14

40

160

12-15

246

0,6

0,1

0,1

5

0,04

0,25

65

3,4

1 : 1,2

-

-

-

-

4,8

3,9

41

43

145

82

64

340

2,8

,13

0,6

1,1

0,02

0,07

16

Page 17: POA ok (adr)

- Vit B12

- Vit C

- Vit D (mg)

- Vit Z

- Vit K (mg)

Mineral

- Kalsium (mg)

- Klorin (mg)

- Tembaga (mg)

- Zat besi (ferrum)

(mg)

- Magnesium (mg)

- Fosfor (mg)

- Potassium (mg)

- Sodium (mg)

- Sulfur (mg)

39

85

40

70

4

14

74

48

22

1,5

35

40

40

100

4

15

57

15

14

6

130

108

14

70

12

120

145

58

30

Perbandingan komposisi kolostrum, ASI dan susu sapi dapat dilihat pada

tabel 1. Dimana susu sapi mengandung sekitar tiga kali lebih banyak protein

daripada ASI. Sebagian besar dari protein tersebut adalah kasein, dan sisanya

berupa protein whey yang larut. Kandungan kasein yang tinggi akan membentuk

gumpalan yang relatif keras dalam lambung bayi. Bila bayi diberi susu sapi,

sedangkan ASI walaupun mengandung lebih sedikit total protein, namun bagian

protein “whey”nya lebih banyak, sehingga akan membetuk gumpalan yang lunak

dan lebih mudah dicerna serta diserapoleh usus bayi.

Sekitar setengah dari energi yang terkandung dalam ASI berasal dari

lemak, yang lebih mudah dicerna dan diserap oleh bayi dibandingkan dengan

lemak susu sapi, sebab ASI mengandung lebih banyak enzim pemecah lemak

(lipase). Kandungan total lemak sangat bervariasi dari satu ibu ke ibu lainnya, dari

satu fase laktasi air susu yang pertama kali keluar hanya mengandung sekitar 1 –

17

Page 18: POA ok (adr)

2% lemak dan terlihat encer. Air susu yang encer ini akan membantu memuaskan

rasa haus bayi waktu mulai menyusui. Air susu berikutnya disebut “Hand milk”,

mengandung sedikitnya tiga sampai empat kali lebih banyak lemak. Ini akan

memberikan sebagian besar energi yang dibutuhkan oleh bayi, sehingga penting

diperhatikan agar bayi, banyak memperoleh air susu ini.8

Laktosa (gula susu) merupakan satu-satunya karbohidrat yang terdapat

dalam air susu murni. Jumlahnya dalam ASI tak terlalu bervariasi dan terdapat

lebih banyak dibandingkan dengan susu sapi.

Di samping fungsinya sebagai sumber energi, juga di dalam usus sebagian

laktosa akan diubah menjadi asam laktat. Di dalam usus asam laktat tersebut

membantu mencegah pertumbuhan bakteri yang tidak diinginkan dan juga

membantu penyerapan kalsium serta mineral-mineral lain.

ASI mengandung lebih sedikit kalsium daripada susu sapi tetapi lebih

mudah diserap, jumlah ini akan mencukupi kebutuhan untuk bahan-bahan pertama

kehidupannya. ASI juga mengandung lebih sedikit natrium, kalium, fosfor dan

chlor dibandingkan dengan susu sapi, tetapi dalam jumlah yang mencukupi

kebutuhan bayi.

Apabila makanan yang dikonsumsi ibu memadai, semua vitamin yang

diperlukan bayi selama empat sampai enam bulan pertama kehidupannya dapat

diperoleh dari ASI. Hanya sedikit terdapat vitamin D dalam lemak susu, tetapi

penyakit polio jarang terjadi pada anak yang diberi ASI, bila kulitnya sering

terkena sinar matahari. Vitamin D yang terlarut dalam air telah ditemukan

terdapat dalam susu, meskipun fungsi vitamin ini merupakan tambahan terhadap

vitamin D yang terlarut lemak.8

3.6 Manajemen Laktasi

Manajemen laktasi adalah upaya yang dilakukan untuk menunjang

keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaannya terutama dimulai pada masa

kehamilan, segera setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya4

18

Page 19: POA ok (adr)

Adapun upaya yang dilakukan adalah sebagai berikut pada masa

Kehamilan (antenatal) 4:

Memberikan penerangan dan penyuluhan tentang manfaat dan

keunggulan ASI, manfaat menyusui baik bagi ibu maupun bayinya,

di samping bahaya pemberian susu botol.

Pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara/keadaan puting

susu, apakah ada kelainan atau tidak. Di samping itu, perlu

dipantau kenaikan berat badan ibu hamil.

Perawatan payudara mulai kehamilan umur enam bulan agar ibu

mampu memproduksi dan memberikan ASI yang cukup.

Memperhatikan gizi/makanan ditambah mulai dari kehamilan

trimester kedua sebanyak 1 1/3 kali dari makanan pada saat belum

hamil.

Betapapun tingginya dan baiknya mutu ASI sebagai makanan bayi,

manfaatnya bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi sangat ditentukan oleh

jumlah ASI yang dapat diberikan oleh ibu. Kebaikan dan mutu ASI yang dapat

dihasilkan oleh ibu tidak sesuai dengan kebutuhan bayi, dan akibatnya bayi akan

menderita gangguan gizi.

ASI sebagai makanan tunggal harus diberikan sampai bayi berumur 6 bulan.

Hal ini sesuai dengan kebijaksanaan PP-ASI yaitu ASI diberikan selama 2 tahun

dan baru pada usia 4 bulan bayi mulai di beri makanan pendamping ASI, paling

lambat usia 6 bulan karena ASI dapat memenuhi kebutuhan bayi pada 6 bulan

pertama.

Adapun makanan bayi umur 0-6 bulan adalah sebagai berikut2

Susui bayi segera dalam 30 menit setelah lahir (Inisiasi dini)

Kontak fisik dan hisapan bayi akan merangsang produksi ASI. Pada periode

ini, ASI saja sudah dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi, karena ASI adalah

makanan terbaik untuk bayi. Menyusui sangat baik untuk bayi dan ibu.

Dengan menysusui akan terjalin hubungan kasih sayang antara ibu dan anak.

Berikan Kolostrum

19

Page 20: POA ok (adr)

Berikan ASI dari kedua payudara, kiri dan kanan secara bergantian, tiap kali

sampai payudara terasa kosong. Payudara yang dihisap sampai kosong

merangsang produksi ASI yang cukup.

o Berikan ASI setiap kali meminta/menangis tanpa jadwal.

o Berikan ASI 8-12 kali setiap hari, termasuk pada malam hari.

3.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi Produksi ASI

Adapun hal-hal yang mempengaruhi produksi ASI antara lain adalah:

a. Makanan Ibu

Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang dalam masa menyusui

tidak secara langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang

dihasilkan. Dalam tubuh terdapat cadangan berbagai zat gizi yang dapat

digunakan bila sewaktu-waktu diperlukan. Akan tetapi, jika makanan ibu terus

menerus tidak mengandung cukup zat gizi yang diperlukan tentu pada akhirnya

kelenjar-kelenjar pembuat air susu dalam buah dada ibu tidak akan dapat

bekerja dengan sempurna, dan akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi

ASI.

Unsur gizi dalam 1 liter ASI setara dengan unsur gizi yang terdapat dalam

2 piring nasi ditambah 1 butir telur. Jadi diperlukan kalori yang setara dengan

jumlah kalori yang diberikan 1 piring nasi untuk membuat 1 liter ASI. Agar Ibu

menghasilkan 1 liter ASI diperlukan makanan tamabahan disamping untuk

keperluan dirinya sendiri, yaitu setara dengan 3 piring nasi dan 1 butir telur.

Apabila ibu yang sedang menyusui bayinya tidak mendapat tamabahan

makanan, maka akan terjadi kemunduran dalam pembuatan ASI. Terlebih jika

pada masa kehamilan ibu juga mengalami kekurangan gizi. Karena itu

tambahan makanan bagi seorang ibu yang sedang menyusui anaknya mutlak

diperlukan. Dan walaupun tidak jelas pengaruh jumlah air minum dalam

jumlah yang cukup. Dianjurkan disamping bahan makanan sumber protein

seperti ikan, telur dan kacang-kacangan. Bahan makanan sumber vitamin juga

diperlukan untuk menjamin kadar berbagai vitamin dalam ASI.

20

Page 21: POA ok (adr)

b. Ketentraman Jiwa dan Pikiran

Pembuahan air susu ibu sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Ibu yang

selalu dalam keadaan gelisah, kurang percaya diri, rasa tertekan dan berbagai

bentuk ketegangan emosional, mungkin akan gagal dalam menyusui bayinya.

Pada ibu ada 2 macam, reflek yang menentukan keberhasilan dalam

menyusui bayinya, reflek tersebut adalah:

Reflek Prolaktin

Reflek ini secara hormonal untuk memproduksi ASI. Waktu bayi

menghisap payudara ibu, terjadi rangsangan neurohormonal pada puting

susu dan aerola ibu. Rangsangan ini diteruskan ke hypophyse melalui

nervus vagus, terus ke lobus anterior. Dari lobus ini akan mengeluarkan

hormon prolaktin, masuk ke peredaran darah dan sampai pada kelenjar–

kelenjar pembuat ASI. Kelenjar ini akan terangsang untuk menghasilkan

ASI.

Let-down Refleks (Refleks Milk Ejection)

Refleks ini membuantu melancarkan keluarnya ASI. Bila bayi didekatkan

pada payudara ibu, maka bayi akan memutar kepalanya kearah payudara

ibu. Refleks memutarnya kepala bayi ke payudara ibu disebut: ”rooting

reflex” (reflex menoleh). Bayi secara otomatis menghisap puting susu ibu

dengan bantuan lidahnya. Let-down reflex mudah sekali terganggu,

misalnya pada ibu yang mengalami goncangan emosi, tekanan jiwa, dan

gangguan pikiran. Gangguan terhadap let down reflex mengakibatkan ASI

tidak keluar. Bayi tidak cukup mendapat ASI dan akan menangis.

Tangisan bayi ini justru membuat ibu lebih gelisah dan semakin

mengganggu let down reflex.

c. Pengaruh persalinan dan klinik bersalin

Banyak ahli mengemukakan adanya pengaruh yang kurang baik terhadap

kebiasaan memberikan ASI pada ibu-ibu yang melahirkan di rumah sakit atau

klinik bersalin lebih menitikberatkan upaya agar persalinan dapat berlangsung

dengan baik, ibu dan anak berada dalam keadaan selamat dan sehat. Masalah

21

Page 22: POA ok (adr)

pemberian ASI kurang mendapat perhatian. Sering makanan pertama yang

diberikan justru susu buatan atau susu sapi. Hal ini memberikan kesan yang

tidak mendidik pada ibu, dan ibu selalu beranggapan bahwa susu sapi lebih

dari ASI. Pengaruh itu akan semakin buruk apabila disekitar kamar bersalin

dipasang gambar-gambar atau poster yang memuji penggunaan susu buatan.

d. Penggunaan alat kontrasepsi yang mengandung estrogen dan progesteron.

Bagi ibu yang dalam masa menyusui tidak dianjurkan menggunakan

kontrasepsi pil yang mengandung hormon estrogen, karena hal ini dapat

mengurangi jumlah produksi ASI bahkan dapat menghentikan produksi ASI

secara keseluruhan. Oleh karena itu, alat kontrasepsi yang paling tepat

digunakan adalah alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), yaitu IUD atau spiral.

Karena AKDR dapat merangsang uterus ibu sehingga secara tidak langsung

dapat meningkatkan kadar hormon oksitosin, yaitu hormon yang dapat

merangsang produksi ASI.

e. Perawatan Payudara

Perawatan fisik payudara menjelang masa laktasi perlu dilakukan, yaitu

dengan mengurut payudara selama 6 minggu terakhir masa kehamilan.

Pengurutan tersebut diharapkan apablia terdapat penyumbatan pada duktus

laktiferus dapat dihindarkan sehingga pada waktunya ASI akan keluar dengan

lancar.

3.8 Upaya peningkatan Pemberian ASI Eksklusif

10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui :

1. Mempunyai kebijakan tertulis tentang menyusui.

2. Melatih semua staf pelayanan kesehatan dengan ketrampilan.

3. Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui dan

penatalaksanaannya melalui unit rawat jalan kebidanan dengan memberikan

penyuluhan: manfaat ASI dan rawat gabung, perawatan payudara, makanan

ibu hamil, KB, senam hamil dan senam payudara.

22

Page 23: POA ok (adr)

4. Membantu ibu-ibu mulai menyusui bayinya dalam waktu 30 menit setelah

melahirkan, yang dilakukan di ruang bersalin. Apabila ibu mendapat narkose

umum, bayi disusui setelah ibu sadar.

5. Memperlihatkan kepada ibu-ibu bagaimana cara menyusui dan cara

mempertahankannya, melalui penyuluhan yang dilakukan di ruang

perawatan.

6. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada bayi

baru lahir.

7. Melaksanakan rawat gabung yang merupakan tangung jawab bersama antara

dokter, bidan, perawat dan ibu.

8. Memberikan ASI kepada bayi tanpa dijadwal.

9. Tidak memberikan dot atau kempeng.

10. Membentuk dan membantu pengembangan kelompok pendukung ibu

menyusui, seperti adanya pojok laktasi yang memantau kesehatan ibu nifas

dan bayi, melanjutkan penyuluhan agar ibu tetap menyusui sampai anak

berusia 2 tahun, dan demonstrasi perawatan bayi, payudara, dll.

23

Page 24: POA ok (adr)

BAB IV

PEMBAHASAN

4. 1 Analisis Situasi

4.1.1 Program Puskesmas13

Puskesmas Lubuk Kilangan memiliki 6 program dasar yang merupakan

program pokok kerja Puskesmas, yaitu:

1. Promosi Kesehatan13

Program promosi kesehatan meliputi:

Posyandu balita sebanyak 41 buah.

Posyandu lansia sebanyak 11 buah.

Pengobatan Tradisional (BATRA) sebanyak 38 buah.

Tanaman Obat Keluarga (TOGA) sebanyak 27 buah.

Pos Upaya Kesehatan Kerja (UKK) sebanyak 3 buah.

Poskeskel sebanyak 4 buah dari 7 Kelurahan yang ada, Namun hanya 1

Poskeskel yang memilki sarana dan prasarana walaupun belum berjalan

optimal, 3 Poskeskel lainnya masih dalam proses.

2. Kesehatan lingkungan13

Program kesehatan lingkungan diwujudkan dalam 1 (satu) buah klinik

sanitasi. Namun program ini belum dapat dilaksanakan secara efektif

sehingga belum ada data yang akurat mengenai keadaan kesehatan

lingkungan di Puskesmas Lubuk Kilangan. Adapun Program Kesehatan

Lingkungan di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan diantaranya adalah :

Survey Perumahan dan Lingkungan

Inspeksi dan Sanitasi Air Bersih

Pemeriksaan dan Pengawasan Tempat-Tempat Umum (TTU) / Tempat

Pengolahan Makanan (TPM)

Pengawasan Pestisida dan Insektisida

Pengawasan Tempat Pembuangan Sampah (TPS)

Klinik Sanitasi

24

Page 25: POA ok (adr)

Kunjungan Sekolah

Pengambilan Sampel

Pencatatan dan Pelaporan

3. Gizi13

Adapun kegiatan yang dilaksanakan oleh Program Gizi di wilayah kerja

Puskesmas Lubuk Kilangan baik didalam dan diluar gedung diantaranya

adalah :

Kegiatan penimbangan dilakukan di Posyandu dan Puskesmas setiap

bulannya.

Penyuluhan gizi dilakukan didalam dan diluar gedung Puskesmas

dilaksanakan minimal satu kali dalam seminggu.

Distribusi vitamin pada bayi dan anak balita yang dilaksanakan pada bulan

Februari dan Agustus.

Pemberian tablet Fe pada ibu hamil (bumil) dan ibu nifas (bufas) dimana

hasil pencapaian program ini sudah mencapai target.

Kegiatan Pojok Gizi (Pozi) yang dilakukan dua kali dalam seminggu.

PMT-Pemulihan diberikan kepada balita dengan status gizi kurus dan

sangat kurus dari keluarga miskin.

MP-ASI diberikan kepada bayi 6-11 bulan berupa bubur susu dan balita

12-24 bulan berupa biskuit.

Pemantauan gizi buruk dilakukan setiap bulan dengan memantau

perubahan status gizi balita buruk.

Pemetaan Kadarzi dilakukan di tujuh Kelurahan dan hasilnya belum

mencapai target keluarga Kadarzi.

Penimbangan missal dilakukan pada bulan Februari dan belum semua

balita ditimbang.

Pemeriksaan Yodium dilaksanakan dua kali di Kelurahan Bandar Buat,

Indarung dan Tarantang yang hasilnya baik.

Kegiatan survey cepat GAKY berupa kegiatan untuk mengetahui

pemetaan GAKY tahun 2008

25

Page 26: POA ok (adr)

4. KIA dan KB13

Jumlah ibu hamil (bumil) yang berada di wilayah kerja Puskesmas Lubuk

Kilangan adalah 995 orang sedangkan bayi (0-11 bulan) berjumlah 904 orang

dan bayi (6-11 bulan) berjumlah 542 orang. Lembaga pendidikan yang berada

di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan meliputi TK (15 unit), SD (23

unit), SMP (4 unit), SMU/SMK (3 unit).

5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit13

Program pencegahan dan pemberantasan penyakit di Puskesmas Lubuk

Kilangan diwujudkan dengan pemberian imunisasi rutin untuk bayi, wanita

usia subur, dan anak sekolah serta pelaksanaan surveilans dan pendekatan

epidemiologi kasus penyakit yang berpotensi wabah.

6. Pengobatan13

Puskesmas Lubuk Kilangan adalah Puskesmas rawat jalan yang melayani

pasien dari dalam dan luar wilayah kerja Puskesmas. Puskesmas memiliki

Puskesmas pembantu berjumlah 3 unit di kelurahan Indarung, Batu Gadang

dan Baringin. Angka kunjungan Puskesmas Lubuk Kilangan meningkat dari

tahun ke tahun. Kasus terbanyak adalah infeksi saluran pernafasan atas setiap

tahunnya.

4.1.2 Kerjasama Lintas Program dan Lintas Sektor13

a. Lintas Program

Pada dasarnya setiap kegiatan Puskesmas baik di dalam maupun di luar

gedung yang melibatkan masyarakat terwujud dari sinkronisasi beberapa

program puskesmas. Dalam penyelenggaraannya, penanganan masalah

gizi memerlukan peran serta program lain di puskesmas. Peran promkes,

Balai Pengobatan, KIA serta Posyandu sangat diperlukan dalam kerjasama

untuk membantu meningkatkan pemberian ASI eksklusif.

b. Lintas Sektor

26

Page 27: POA ok (adr)

Penyebab rendahnya pemberian ASI eksklusif sangat kompleks, sehingga

pencegahan dan penanggulangannya tidak dapat ditangani oleh sektor

kesehatan saja melainkan perlu dukungan secara komprehensif dari

berbagai sektor, seperti sektor pemerintah, swasta, dan LSM. Kerjasama

ini yang belum terjalin dengan baik sedangkan idealnya dalam

peningkatan pembrian ASI eksklusif harus ada kerjasama.

4. 1. 3 Sarana dan Prasarana13

Puskesmas ini terdiri dari satu bagian utama dan satu bagian kantor.

Bagian utama terdiri atas beberapa ruangan yang digunakan untuk BP,

KIA, Gigi, Labor, KB, Apotik, Imunisasi dengan jumlah pegawai yang

ada sebanyak 52 orang termasuk Pustu. Di bagian depan terdapat

bangunan kantor yang terdiri dari ruang tata usaha, ruang pertemuan,

ruangan staf administrasi, serta ruang Kepala Puskesmas. Walaupun

demikian bangunan Puskesmas Lubuk Kilangan saat ini masih belum

mempunyai gudang obat dan gudang gizi (PMT) dan ruangan khusus

pelayanan lansia.

4. 1. 4. Ketenagaan dan Struktur Organisasi13

Puskesmas Lubuk Kilangan yang didirikan pada tahun 1983 dengan

luas bangunan 140 m2 memiliki 52 orang staf. Angka ini tentu tidak

relevan dengan cakupan wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan yang

memiliki jumlah penduduk 43. 532 jiwa, angka ini didapatkan dari tujuh

kelurahan yang menjadi tanggung jawab Puskesmas ini dengan rincian

sebagai berikut:

a. Kelurahan Bandar Buat : 11.172 jiwa dan 2.743 KK

b. Kelurahan Padang Besi : 6.211 jiwa dan 1.610 KK

c. Kelurahan Indarung : 10.669 jiwa dan 2.632 KK

27

Page 28: POA ok (adr)

d. Kelurahan Koto Lalang : 6.378 jiwa dan 1.550 KK

e. Kelurahan Batu Gadang : 5.828 jiwa dan 1.489 KK

f. Kelurahan Baringin : 1.226 jiwa dan 244 KK

g. Kelurahan Tarantang : 2.048 jiwa dan 439 KK

4.2 Identifikasi Masalah

Proses identifikasi masalah dilakukan melalui observasi, laporan tahunan

Puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2008-2009, dan wawancara dengan kepala dan

penanggung jawab program-program di Puskesmas. Beberapa masalah di

Puskesmas Lubuk Kilangan yang ditemui antara lain :

1. Rendahnya pemberian ASI eksklusif pada bayi

Dari 1501 sasaran ibu yang menyusui hanya sekitar 143 orang pada

tahun 2008.

Pada tahun 2009 dari 1808 sasaran, hanya sekitar 110 orang yang

memberikan hanya ASI eksklusif (6,10 %).

2. Rendahnya D/S Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan.

Berdasarkan data bagian gizi puskesmas lubuk kilangan dan

berdasarkan laporan tahunan puskesmas lubuk kilangan tahun 2009.

Pencapaian D/S di puskesmas Lubuk Kilangan masih jauh dari target

(65%) yaitu 57%. Di sini terdapat kesenjangan yaitu sebesar -8%.

3. Rendahnya cakupan penemuan TB Paru (CDR= Case Detection Rate).

Pencapaian CDR TB Paru masih jauh di bawah target. Dalam laporan

tahunan puskesmas tahun 2008, didapatkan data bahwa target sasaran

CDR TB Paru 65 orang, sedangkan yang tercapai hanya 13 orang

(19%). Sedangkan target yang ditetapkan Dinas Kesehatan Kota

Padang yaitu sebesar 70%. Di tahun 2009 angka penemuan kasus

meningkat menjadi 22%, namun angka ini masih jauh di bawah target.

28

Page 29: POA ok (adr)

4. Kurangnya pencapaian PHBS rumah tangga di Kelurahan Tarantang di

wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan.

Dari laporan PHBS di Kelurahan Tarantang didapatkan hanya 4

indikator yang mencapai indonesia sehat 2010, yaitu 65 %. Indikator

yang belum mencapai target tersebut adalah diantaranya pemberian

ASI eksklusif, penimbangan bayi dan balita, mencuci tangan dengan

air dan sabun, penggunaan jamban sehat, melakukan 3M, serta makan

buah dan sayur.

5. Tingginya angka kejadian ISPA

Angka kejadian ISPA tertinggi selama dua tahun terakhir berdasarkan

data tahunan 2008 dan 2009. Penderita terbanyak adalah bayi, balita,

dan anak-anak.

4.3 Penentuan Prioritas Masalah

Banyaknya masalah yang ditemukan dalam program Puskesmas tidak

memungkinkan untuk diselesaikan sekaligus atau seluruhnya, sehingga perlu

dilakukan prioritas masalah yang merupakan masalah terbesar. Dalam hal ini

metode yang kami gunakan adalah teknik scoring. Dari masalah tersebut akan

dibuat plan of action untuk meningkatkan dan memperbaiki mutu pelayanan.

Kriteria nilai yang digunakan adalah sebagai berikut :

Urgensi: merupakan masalah yang penting untuk diselesaikan

Nilai 1 : tidak penting

Nilai 2 : kurang penting

Nilai 3 : cukup penting

Nilai 4 : penting

Nilai 5 : sangat penting

Intervensi

Nilai 1 : tidak mudah

Nilai 2 : kurang mudah

29

Page 30: POA ok (adr)

Nilai 3 : cukup mudah

Nilai 4 : mudah

Nilai 5 : sangat mudah

Biaya

Nilai 1 : tidak mahal

Nilai 2 : kurang mahal

Nilai 3 : cukup murah

Nilai 4 : murah

Nilai 5 : sangat murah

Kemungkinan meningkatkan mutu

Nilai 1 : sangat rendah

Nilai 2 : rendah

Nilai 3 : cukup sedang

Nilai 4 : tinggi

Nilai 5 : sangat tinggi

Tabel 4.1 Prioritas Masalah

Kriteria Urgensi Intervensi Biaya Mutu Total Rank

30

Page 31: POA ok (adr)

Tingginya angka kejadian

ISPA3 3 3 3 12 V

Kurangnya pencapaian

PHBS rumah tangga di

Kelurahan Tarantang di

wilayah kerja Puskesmas

Lubuk Kilangan

4 3 4 4 15 II

Rendahnya cakupan

penemuan TB Paru (CDR=

Case Detection Rate).

4 3 3 3 13 IV

Rendahnya D/S Posyandu

di wilayah kerja Puskesmas

Lubuk Kilangan.

5 4 3 4 14 III

Rendahnya pemberian ASI

eksklusif pada bayi 4 4 4 4 16 I

Masalah yang menjadi prioritas utama adalah rendahnya pemberian ASI

eksklusif pada bayi. Dari tabel penilaian prioritas masalah di atas, kami

mengambil prioritas utama untuk Plan Of Action yaitu rendahnya pemberian ASI

eksklusif pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan. Penulis

menganggap perlu untuk meningkatkan upaya pemberian ASI eksklusif di

wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan karena perbedaan antara target dan

pencapaiannya terdapat kesenjangan yang cukup besar. Hal ini terlihat dari

pencapaian ASI eksklusif selama periode Januari s/d Desember 2009 hanya

sebanyak 110 bayi. Ini menunjukkan masih rendahnya presentase pencapaian 6,10

% dari target pencapaian 100 % dari ibu yang menyusui.

4.4 Analisis Sebab Akibat Masalah

31

Page 32: POA ok (adr)

Berdasarkan penilaian prioritas di atas, kami menganggap perlunya

pengidentifikasian, analisis, dan upaya pemecahan masalah tidak tercapainya

pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan.

Tidak tercapainya pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas

Lubuk Kilangan berdasarkan hasil observasi, wawancara dengan Pimpinan

Puskesmas dan pemegang program KIA ibu dan anak serta masyarakat diperoleh

permasalahan sebagai berikut :

1. Lingkungan.

Lokasi Posyandu masih sulit dicapai dan tidak strategis untuk dijangkau

oleh masyarakat.

2. Manusia.

Kurangnya motivasi dari petugas untuk mengingatkan pemberian ASI

eksklusif.

Pengetahuan dan peran serta masyarakat dalam pemberian ASI eksklusif

masih kurang.

Pengetahuan kader posyandu yang masih terbatas mengenai manfaat

pemberian ASI eksklusif.

Masyarakat kurang termotivasi dalam pemberian ASI eksklusif.

Belum semua kader posyandu mendapatkan pelatihan.

3. Material

Media dan alat peraga, seperti leaflet, poster mengenai pemberian ASI

eksklusif jumlahnya masih terbatas.

4. Metode

Promosi pemberian ASI eksklusif ke masyarakat berupa sosialisasi melalui

penyuluhan masih kurang.

Untuk menunjukkan hubungan sebab akibat, maka dibuat diagram sebab

akibat (diagram tulang ikan) sebagai berikut :

32

Page 33: POA ok (adr)

4. 5. Alternatif Pemecahan Masalah.

1. Material

33

Rendahnya Tingkat Pemberian ASI Ekslusif

di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk

Kilangan

Lingkungan

Lokasi Posyandu masih sulit dicapai dan

tidak strategis untuk dijangkau oleh

masyarakat

Manusia

Kurangnya motivasi dari petugas untuk

mengingatkan pemberian ASI eksklusif.

Belum semua kader posyandu mendapatkan

pelatihan.

Pengetahuan dan peran serta masyarakat

dalam pemberian ASI eksklusif masih kurang.

Pengetahuan kader posyandu yang masih

terbatas mengenai manfaat pemberian ASI

eksklusif.

Masyarakat kurang termotivasi dalam

pemberian ASI eksklusif.

Material

Media dan alat peraga, seperti leaflet, poster

mengenai pemberian ASI eksklusif jumlahnya

masih terbatas.

Metode

Promosi pemberian ASI eksklusif

ke masyarakat berupa sosialisasi

melalui penyuluhan masih kurang.

Page 34: POA ok (adr)

a. Penyediaan media dan alat peraga, seperti leaflet dan poster

penyuluhan ASI Eksklusif untuk ibu hamil dan ibu menyusui

i. Rencana : Pertemuan kepala Puskesmas dan Dinas

kesehatan Kota tentang penyediaan media

dan alat peraga

ii. Pelaksana : Pimpinan Puskesmas & Dinas Kesehatan

Kota

iii. Pelaksanaan : Mei 2010

iv. Sasaran : Dinas Kesehatan Kota

v. Target : Dinas Kesehatan Kota menyediakan media

dan alat peraga, seperti leaflet dan poster

penyuluhan ASI eksklusif

vi. Indikator : Tersedianya media peraga, seperti poster,

leaflet tentang penyuluhan ASI eksklusif

di puskesmas dan posyandu.

b. Pembuatan video tentang ASI eksklusif dan manajemen laktasi

i. Rencana : Pembuatan video tentang ASI eksklusif dan

manajemen laktasi.

ii. Pelaksana : Petugas Puskesmas

iii. Pelaksanaan : Juni 2010.

iv. Sasaran : Petugas Puskesmas

v. Target : Terlaksananya pembuatan video tentang

ASI eksklusif dan manajemen laktasi.

vi. Indikator : Tersedianya video tentang ASI eksklusif

dan manajemen laktasi, serta diputarnya

video ASI eksklusif dan manajemen

laktasi pada saat penyuluhan di dalam atau

di luar gedung.

2. Manusia.

Pelatihan kader Posyandu tentang pemberian ASI eksklusif

34

Page 35: POA ok (adr)

i. Rencana : Pelatihan kader Posyandu

ii. Pelaksana : Petugas puskesmas

iii. Pelaksanaan : Mei 2010.

iv. Sasaran : Kader Posyandu

v. Target : Kader posyandu mengerti tentang

pemberian ASI eksklusif

vi. Indikator : Kader Posyandu mendapatkan pelatihan

tentang pemberian ASI eksklusif dan dapat

menerapkan hasil pelatihan pada saat

penyuluhan.

3. Lingkungan

Lokasi Posyandu sebaiknya di tempat yang mudah di jangkau oleh

masyarakat.

i. Rencana : Mencari lokasi Posyandu di tempat yang

mudah dijangkau oleh masyarakat.

ii. Pelaksana : Lurah dan Tokoh Masyarakat

iii. Pelaksana : Juni 2010

iv. Sasaran : Lurah dan Tokoh Masyarakat

v. Target : Adanya lokasi posyandu yang strategis

sehingga mudah di akses oleh ibu hamil

dan ibu menyusui.

vi. Indikator : Posyandu didirikan di tempat yang mudah

dijangkau oleh masyarakat dan mudah

diakses oleh transporatsi.

4. Metode

Perlu dilakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya

pemberian ASI eksklusif di lingkungan Puskesmas Lubuk Kilangan sesuai

waktu yang telah ditentukan.

i. Rencana : Melakukan penyuluhan, pemutaran video,

dan penyebaran leaflet tentang pentingnya

35

Page 36: POA ok (adr)

pemberian ASI eksklusif kepada

masyarakat.

ii. Pelaksana : Petugas puskesmas

iii. Pelaksanaan : Setiap Bulan.

iv. Sasaran : Kader posyandu, Ibu hamil, dan Ibu

menyusui

v. Target : Kader posyandu, Ibu hamil, dan Ibu

Menyusui mengetahui akan pentingnya

pemberian ASI eksklusif.

vi. Indikator : Penyuluhan ASI eksklusif terlaksana 1

kali sebulan secara rutin dan lancar.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

36

Page 37: POA ok (adr)

5. 1. Kesimpulan

Sesuai dengan kondisi dan situasi yang ditemui dalam pemberian ASI

eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan Kota Padang, maka dapat

disimpulkan rendahnya tingkat pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja

Puskesmas Lubuk Kilangan Kota Padang disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu

faktor manusia, material, metode, dan lingkungan.

Dari faktor manusia yang menyebabkan rendahnya tingkat pemberian ASI

eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan adalah kurangnya motivasi

dari petugas untuk mengingatkan pemberian ASI eksklusif, pengetahuan dan

peran serta masyarakat dalam pemberian ASI eksklusif masih kurang,

pengetahuan kader posyandu yang masih terbatas mengenai manfaat pemberian

ASI eksklusif, belum semua kader posyandu mendapatkan pelatihan serta

masyarakat kurang termotivasi dalam pemberian ASI eksklusif.

Sedangkan dari faktor material, yang menyebabkan rendahnya tingkat

pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan adalah

media dan alat peraga, seperti leaflet, poster mengenai pemberian ASI eksklusif

jumlahnya masih terbatas.

Dan dari faktor metode, yang menyebabkan Belum semua kader posyandu

mendapatkan pelatihan adalah promosi pemberian ASI eksklusif ke masyarakat

berupa sosialisasi melalui penyuluhan masih kurang.

Dari faktor lingkungan, rendahnya tingkat pemberian ASI eksklusif di

wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan disebabkan secara tidak lansung oleh

lokasi Posyandu masih sulit dicapai dan tidak strategis untuk dijangkau oleh

masyarakat.

Berdasarkan analisis sebab akibat masalah di atas, maka diperlukan

alternatif pemecahan masalah dari berbagai faktor yang menyebabkan rendahnya

tingkat pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan.

Dari faktor manusianya, diperlukan pelatihan kader Posyandu tentang pemberian

ASI eksklusif. Dari faktor materialnya, perlunya penyediaan media dan alat

peraga, seperti leaflet dan poster penyuluhan ASI Eksklusif untuk ibu hamil dan

37

Page 38: POA ok (adr)

ibu menyusui. Serta pembuatan video tentang ASI eksklusif dan manajemen

laktasi untuk membantu proses penyuluhan. Sedangkan dari metode diperlukan

Perlu dilakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya pemberian

ASI eksklusif di lingkungan Puskesmas Lubuk Kilangan sesuai waktu yang telah

ditentukan. Sedangkan dari faktor lingkungan diperlukannya lokasi Posyandu

sebaiknya di tempat yang mudah di jangkau oleh masyarakat.

5. 2. Saran

1. Perlu adanya pelatihan kader tentang pemberian ASI eksklusif.

2. Puskesmas harus memprioritaskan pengembangan pemberian ASI

eksklusif baik SDM maupun sarana dan prasarana penunjang untuk

kegiatan tersebut.

3. Puskesmas diharapkan membuat perencanaan kegiatan dan anggaran untuk

sosialisasi tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif.

4. Setiap bulan Puskesmas sebaiknya membahas kemajuan dan

perkembangan program pemberian ASI melalui lokakarya mini

puskesmas (Lokmin).

BAB VI

PENUTUP

38

Page 39: POA ok (adr)

Melalui kegiatan kepaniteraan klinik dibagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas ini, telah dilakukan identifikasi terhadap

berbagai masalah yang ada di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan Padang.

Dalam hal ini kegiatan lebih difokuskan pada Upaya Peningkatan Tingkat

Pemberian ASI eksklusif. Hasil dari kegiatan ini agar dapat dimanfaatkan oleh

pimpinan puskesmas Lubuk Kilangan dalam meningkatkan target pencapaian

pemberian ASI eksklusif. Disamping itu, hasil ini berupa masukan kepada semua

pihak untuk dapat berpartisipasi ke depan dalam upaya mendekatkan pelayanan

kesehatan kepada masyarakat. Kepada semua pihak yang telah membantu

sehingga laporan ini dapat tersusun, kami ucapkan banyak terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

39

Page 40: POA ok (adr)

1. Djaeni Ahmad Soediaotama, (terjemahan); Faktor Gizi., Bhratara Karya Aksara, Jakarta, 1985

2. Depkes RI. Pedoman Pemberian MP-ASI, Jakarta. 1992

3. Djaeni Ahmad Sedjaoetama, Ilmu Gizi II, Dian Rakyat, Jakarta 1995

4. Depkes RI, manajemen Laktasi. Jakarta. 1994

5. Depkes RI, Panduan 13 Pesan dasar Gizi Bayi, dan Balita, Bhratara, Jakarta 1992

6. Depkes RI, Petunjujk Pelaksanaan Peningkatan ASI Ekslusif. Jakarta. 1997

7. Moehji Sjahmien. Pemeliharaan Gizi Bayi dan Balita. Bharatara. 1992

8. Mochtadi Deday, Gizi untuk Bayi. Sinar Harapan. Jakarta. 1994

9. Moehji Sjahmien, Ilmu Gizi, Bhratara, Jakarta. 1992

10. Puspita Theresia, Bahan Kuliah Gizi Dalam Daur Kehidupan. Akzi. Banda Aceh. 1995

11. Suharyono dan Ebrahim G.Z. Air Susu Ibu. Yayasan Essentia Medika, Yogyakarta. 1977

12. Winarno F.G. Gizi dan Makanan Bagi Bayi dan Anak Sapihan. Sinar Harapan, Jakarta. 1990

13. Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2009.

14. Diakses dari www.kesehatan reproduksi.com

40