administrasi farmasi - · pdf filebuku administrasi farmasi ini disusun ... dan tentu saja...

61
ADMINISTRASI FARMASI Jilid III ( untuk kelas III ) Cetakan Pertama Disusun Berdasarkan Kurikulum SMF 2001 KHUSUS DIPERGUNAKAN UNTUK SEKOLAH MENENGAH FARMASI Departemen Kesehatan RI Badan Pengembangan Dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan Pusdiknakes 2004 375. 615 1 Ind. a

Upload: lydung

Post on 31-Jan-2018

292 views

Category:

Documents


22 download

TRANSCRIPT

Page 1: ADMINISTRASI FARMASI - · PDF fileBuku Administrasi Farmasi ini disusun ... dan tentu saja buku pegangan untuk guru adalah juga ... D. Penilaian Persediaan Akhir Memakai Metode Nilai

ADMINISTRASI FARMASI

Jilid III ( untuk kelas III )

Cetakan Pertama

Disusun Berdasarkan Kurikulum SMF 2001

KHUSUS DIPERGUNAKAN UNTUK SEKOLAH MENENGAH FARMASI

Departemen Kesehatan RI

Badan Pengembangan Dan Pemberdayaan

Sumber Daya Manusia Kesehatan

Pusdiknakes

2004

375. 615 1

Ind.

a

Page 2: ADMINISTRASI FARMASI - · PDF fileBuku Administrasi Farmasi ini disusun ... dan tentu saja buku pegangan untuk guru adalah juga ... D. Penilaian Persediaan Akhir Memakai Metode Nilai

i

ADMINISTRASI FARMASI

Jilid III ( untuk kelas III )

Cetakan Pertama

Disusun Berdasarkan Kurikulum SMF 2001

KHUSUS DIPERGUNAKAN UNTUK SEKOLAH MENENGAH FARMASI

Tim Penyusun :

1. Thomas Joko Nugroho, S.Pd.

2. Soemanto, BBA

Tim Pembahas / Editor :

1. Drs. H. Amir Hamzah

2. Wahyu Wira Adimadja

3. Sultan Kurnia, SE., S.Sos.

4. Yayan Setiawan, SE.

5. Susanti Sofas, S.Si., Apt.*)

Page 3: ADMINISTRASI FARMASI - · PDF fileBuku Administrasi Farmasi ini disusun ... dan tentu saja buku pegangan untuk guru adalah juga ... D. Penilaian Persediaan Akhir Memakai Metode Nilai

ii

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala

rahmat dan petunjukNya, bahwa buku pegangan untuk siswa Sekolah Menengah Farmasi

telah dapat disusun kembali. Penyusunan kembali ini dikarenakan telah berlakunya

kurikulum baru yakni Kurikulum Sekolah Menengah Farmasi 2001.

Kami sangat menghargai usaha Tim Penyusun buku pegangan ini yang dikoordinir

oleh Sekretariat Bersama Sekolah Menengah Farmasi Se Indonesia dan telah melibatkan

seluruh unsur SMF Se Indonesia.

Kita harapkan buku ini sangat bermanfaat bagi siswa peserta didik, guru / tenaga

pendidik di sekolah dalam upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilannya, untuk

nantinya akan diabdikan dalam pelayanan masyarakat di bidang farmasi khususnya dan

dibidang kesehatan umumnya.

Akhirnya untuk penyempurnaan cetakan selanjutnya kami harapkan adanya saran

perbaikan dan kritik dari semua pembaca.

Jakarta, Mei 2002

Page 4: ADMINISTRASI FARMASI - · PDF fileBuku Administrasi Farmasi ini disusun ... dan tentu saja buku pegangan untuk guru adalah juga ... D. Penilaian Persediaan Akhir Memakai Metode Nilai

iii

PENGANTAR DARI SEKBER

Cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang farmasi telah

diikuti dengan perombakan kurikulum Sekolah Menengah Farmasi 1987 dengan kurikulum

Sekolah Menengah Farmasi 2001. Dalam kurikulum baru ini telah diperjelas kompetensi

seorang Asisten Apoteker berdampingan dengan peran tenaga farmasi lainnya.

Buku Administrasi Farmasi ini disusun kembali untuk disesuaikan dengan Garis –

Garis Besar Program Pengajaran Kurikulum Sekolah Menengah Farmasi 2001 disertai

dengan harapan akan menjadi buku pegangan yang sangat bermanfaat bagi siswa Sekolah

Menengah Farmasi.

Perlu kita sadari bahwa buku ini adalah buku pegangan bagi murid dalam menerima

pelajaran, dan tentu saja buku pegangan untuk guru adalah juga beberapa referensi lainnya

sehingga diharapkan para guru dapat memperbaiki kesalahan – kesalahan seperti kesalahan

redaksional atau kesalahan cetak. Untuk itu kami sangat mengharapkan masukan –

masukan untuk penyempurnaan buku ini.

Kami sangat berterima kasih kepada Tim Penyusun, Tim Pembahas dan Editor yang

telah bekerja keras sehingga buku ini dapat terbit pada waktunya.

Jakarta, Mei 2003

Page 5: ADMINISTRASI FARMASI - · PDF fileBuku Administrasi Farmasi ini disusun ... dan tentu saja buku pegangan untuk guru adalah juga ... D. Penilaian Persediaan Akhir Memakai Metode Nilai

iv

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar ii

Pengantar Dari Sekber

Daftar Isi

iii

iv

BAB I : ADMINISTRASI PERGUDANGAN FARMASI

A. Gudang Farmasi Kabupaten / Kotamadya (GFK)

B. Pengelolaan Obat di Puskesmas

C. Administrasi Perbekalan Farmasi di Apotik

1

12

20

BAB II : INVENTORY CONTROL 23

BAB III : KEPEMIMPINAN

A. Defenisi Kepemimpinan

B. Pendekatan – Pendekatan Studi Kepemimpinan

27

27

BAB IV : PERHITUNGAN HARGA POKOK

A. Harga Pokok Perdagangan

B. Harga Pokok Produksi

35

40

BAB V : MENGHITUNG NILAI PERSEDIAAN AKHIR

A. Metode Pisik / Periodik

B. Metode Perpetual / Permanen / Terus Menerus

C. Penilaian Persediaan Akhir Memakai Metode Taksiran / Kira –

Kira

D. Penilaian Persediaan Akhir Memakai Metode Nilai Terendah

46

49

53

55

Page 6: ADMINISTRASI FARMASI - · PDF fileBuku Administrasi Farmasi ini disusun ... dan tentu saja buku pegangan untuk guru adalah juga ... D. Penilaian Persediaan Akhir Memakai Metode Nilai

1

BAB I

PENGELOLAAN ADMINISTRASI PERGUDANGAN FARMASI

A. Gudang Farmasi Kabupaten / Kotamadya (GFK)

1. Definisi Gudang Farmasi

Adalah tempat penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan pemeliharaan

barang persediaan berupa obat, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan lainnya

(seperti DDT, pompa, pipa, perbekalan KB, sepeda motor / sepeda roda dua, susu bubuk,

dll) yang tujuannya akan digunakan untuk melaksanakan program kesehatan di kabupaten /

kodya yang bersangkutan.

2. Kedudukan Gudang Farmasi

Sebagai unit pelaksana teknis dalam lingkungan Depkes yang berada di bawah

dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Depkes kabupaten / kodya.

3. Susunan Organisasi Gudang Farmasi

Gudang farmasi kabupaten / kodya dibagi dalam 2 type yang didasarkan kepada :

(a) Beban kerja

(b) Jumlah kefarmasian

(c) Institusi kesehatan

(d) Jumlah penduduk yang dilayani

(e) Jumlah proyek yang dilaksanakan

(f) Intensitas tata hubungan antar Depkes dengan Pemda sesuai dengan azas

dekonsentrasi, desentralisasi dan tugas perbantuan wilayah.

Susunan Organisasi Gudang Farmasi Type A

Susunan Organisasi Gudang Farmasi Type B

Kepala GFK dalam melaksanakan tugasnya, wajib mengikuti dan mematuhi

petunjuk - petunjuk Ka. Kandepkes Kabupaten / Kota Madya sesuai dengan peraturan

perundang- undangan yang berlaku.

Kepala Gudang

Farmasi Kab./Kodya

Ur. Tata Usaha

Sub. Sie

Penyimpanan & Penyaluran

Sub. Sie

Pencatatan & Evaluasi

Kepala Gudang

Farmasi Kab./Kodya

Petugas Tata Usaha

Sub. Sie

Penyimpanan & Penyaluran

Sub. Sie

Pencatatan & Evaluasi

Page 7: ADMINISTRASI FARMASI - · PDF fileBuku Administrasi Farmasi ini disusun ... dan tentu saja buku pegangan untuk guru adalah juga ... D. Penilaian Persediaan Akhir Memakai Metode Nilai

2

Fungsi Pokok Urusan Tata Usaha adalah melaksanakan tugas - tugas keuangan,

kepegawaian, tata usaha dan urusan dalam / Rumah Tangga.

Fungsi Pokok Sub Seksi Penyimpanan dan Penyaluran adalah melaksanakan

tugas-tugas penerimaan, penyimpanan, pemeliharaan dan pendistribusian obat, alat

kesehatan dan perbekalan farmasi lainnya.

Fungsi pokok Sub Seksi Pencatatan dan Evaluasi adalah melaksanakan tugas-

tugas penyiapan, penyusunan rencana, pencatatan dan pelaporan serta pengamatan

mengenai persediaan, penerimaan, penyimpanan dan pendistribusian obat, alat kesehatan

dan perbekalan farmasi lainnya.

4. Tugas Gudang Farmasi di Kabupaten / Kodya

Yaitu melaksanakan pengelolaan, penerimaan, penyimpanan dan pendistribusian

perbekalan farmasi dan alat kesehatan yang diperlukan dalam rangka pelayanan kesehatan,

pencegahan dan pemberantasan penyakit dan pembinaan kesehatan masyarakat di

Kabupaten / Kota Madya sesuai dengan petunjuk Kakandepkes Kabupaten / Kodya.

5. Fungsi Gudang Farmasi di Kabupaten / Kodya :

(a) Melakukan penerimaan, penyimpanan, pemeliharaan dan pendistribusian obat,

alat kesehatan dan perbekalan farmasi.

(b) Melakukan penyiapan, penyusunan rencana, pencatatan dan pelaporan mengenai

persediaan dan penggunaan obat, alat kesehatan dan perbekalan farmasi.

(c) Melakukan pengamatan mutu dan khasiat obat secara umum baik yang ada

dalam persediaan maupun yang didistribusikan.

(d) Melakukan urusan tata usaha, keuangan, kepegawaian dan urusan dalam.

GFK merupakan titik sentral pengelolaan obat di Daerah tingkat II. Untuk

meningkatkan efektifitas dan efisien pengelolaan obat diperlukan adanya koordinasi

dengan unit – unit yang terkait langsung antara lain : Pemda Dati II, Dinkes Dati II,

Kandep Trans, PHB Cabang.

6. Ruang Lingkup Pengelolaan Obat di Kebupaten atau Dati II

Pengelolaan obat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang meliputi aspek

perencanaan pengadaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian dan penggunaan obat.

Aspek Pengelolaan Obat meliputi :

(a) Perencanaan Pengadaan : meliputi kegiatan penentuan jenis, perhitungan dan

penetapan jumlah untuk setiap jenis obat yang akan disediakan dengan metode

perhitungan yang telah ditetapkan.

(b) Pengadaan : meliputi perencanaan pengadaan, pelaksanaan pembelian,

pemantauan status pesanan, pemeriksaan penerimaan dan pemeliharaan mutu

obat.

(c) Distribusi : meliputi kegiatan pengendalian persediaan penyimpanan, pengeluaran

dan pengiriman obat.

(d) Penggunaan : meliputi peresepan, dispersing dan penerimaan pasien.

Proses perencanaan pengadaan obat di Kabupaten / Kodya diawali di tingkat

Puskesmas dengan menyiapkan dan menyediakan data yang diperlukan dan selanjutnya

dikompilasi menjadi data Kab / Kodya dengan teknik perhitungan yang telah ditentukan.

7. Dokumen – dokumen / Formulir yang harus ada di Gudang Farmasi saat terjadi

pengelolaan obat di Dati II sebagai berikut :

a) Dokumen pada saat perencanaan pengadaan obat.

Formulir I : Kartu kompilasi pemakaian obat

Formulir II : Data 10 Penyakit terbesar

Page 8: ADMINISTRASI FARMASI - · PDF fileBuku Administrasi Farmasi ini disusun ... dan tentu saja buku pegangan untuk guru adalah juga ... D. Penilaian Persediaan Akhir Memakai Metode Nilai

3

Formulir III : Lembar kerja perencanaan pengadaan obat

Formulir IV : Penyesuaian rencana pengadaan obat (untuk semua sumber

anggaran)

b) Dokumen pada saat pengadaan barang.

Formulir V : Berita acara pemeriksaan penerimaan obat

Formulir Va : Lampiran berita acara pemeriksaan penerimaan obat

Formulir VI : Buku harian penerimaan obat

Formulir VII : Formulir realisasi pengadaan obat

c) Dokumen pada saat penyimpanan barang.

Formulir VIII : Kartu stok

Formulir IX : Kartu stok induk

d) Dokumen pada saat distribusi obat.

Formulir X : Kartu rencana distribusi

Formulit XI : Buku harian pengeluaran obat

Formulir XII : Lembaran pemakaian dan lembar permintaan obat

(LPLPO)

Formulir XIII : Form surat kiriman obat

e) Dokumen pada saat pencatatan dan pelaporan

Formulir XIV : Laporan mutasi obat

Formulir XV : Laporan kegiatan distribusi

Formulir XVI : Berita acara pencacahan akhir tahun anggaran

Formulir XVIa : Laporan pencacahan obat akhir tahun anggaran

Formulir XVII : Berita acara pemeriksaan / penelitian obat untuk dihapus

Formulir XVIIa : Lampiran laporan berita acara pemeriksaan / penelitian

obat untuk dihapus.

8. Tata Cara Pengelolaan Obat / Perbekalan Farmasi di GFK

Tahapan Kegiatan Pengelolaan Obat / Perbekalan Farmasi di GFK meliputi :

(a) Perencanaan

(b) Pengadaan

(c) Penyimpanan

(d) Distribusi

(e) Pencatatan

(f) Penggunaan

(g) Penghapusan obat

(a) Perencanaan Pengadaan Obat

Kegiatan perencanaan pengadaan obat bertujuan untuk menetapkan jenis dan

jumlah obat yang sesuai dengan pola penyakit dan kebutuhan pelayanan kesehatan

dasar termasuk program kesehatan yang telah ditetapkan. Tahapan perencanaan

pengadaan obat meliputi :

(1) Tahap persiapan yang meliputi :

i. Pembentukan Tim Terpadu : yang terdiri dari Kepala Depkes Dati II, Kepala

Dinkes Dati II, Ka GF Dati II, Ka. Sie Yankes Dinkes Dati II, Ka. Sie. P3

Dinkes Dati II, Ka Puskesmas, RSUD, Beppeda Dati II, Pemda Tk II (Bag.

Kesra & perencanaan program), PT. Askes Indonesia Dati II, Kantor

Transmigrasi, dll.

Page 9: ADMINISTRASI FARMASI - · PDF fileBuku Administrasi Farmasi ini disusun ... dan tentu saja buku pegangan untuk guru adalah juga ... D. Penilaian Persediaan Akhir Memakai Metode Nilai

4

ii. Penyiapan dan pengumpulam data :

- Mengkompilasikan data pemakaian obat dari seluruh unit pelayanan

kesehatan / Puskesmas dari LPLPOB

- Menyusun data 10 penyakit terbesar

- Menyiapkan data pencacahan obat pada akhir tahun anggaran untuk tingkat

GFK dan Puskesmas

- Menyiapkan data tentang obat yang akan diterima pada tahun berjalan

- Menyiapkan daftar harga setiap jenis obat (digunakan harga patokan obat

inpres tahun lalu)

(2) Tahap pelaksanaan meliputi :

i. Perhitungan kebutuhan obat dengan menggunakan methode konsumsi, yaitu

methode rata – rata dengan memperhatikan kemungkinan kenaikan jumlah

kunjungan, waktu tunggu (lead time) dan jumlah stock penyangga (buffer

stock) serta jumlah kebutuhan obat selama 1 tahun.

Rumus perhitungan jumlah kebutuhan untuk periode yang akan datang dengan

menggunakan methode konsumsi adalah : Jumlah kebutuhan obat 1 tahun = 12 x pemakaian rata – rata / bulan (x) + persentase kenaikan

kunjungan (10%) + stock penyangga (10%) + waktu tunggu

(6 bulan pemakaian) = 20,4 kali Catatan :

Waktu tunggu tidak selalu 6 bulan. Waktu tunggu untuk masing – masing

daerah dapat berbeda (tergantung pada letak geografis)

ii. Proyeksi kebutuhan untuk perencanaan pengadaan obat menghitung rancangan

pengadaan obat periode tahun yang akan dating dapat menggunakan rumus :

a =

b + c + d – e – f

a = Rancangan pengadaan obat tahun yang akan datang

b = Kebutuhan obat untuk sisa periode berjalan ( april – maret )

c = kebutuhan obat untuk tahun yang akan datang

d = Rancangan stok akhir

e = Stok awal periode berjalan / stok per 31 Maret di GFK dan Unit Yankes

f = Rencana penerimaan obat pada periode berjalan ( april s/d maret )

Menetapkan rancangan stok akhir periode yang akan datang.

Rancangan stok akhir diperkirakan = hasil perkalian antara waktu tunggu

dengan estimasi pemakaian rata – rata / bulan di tambah stok penyangga

Contoh soal :

Andaikan perencanaan dibuat tanggal 1 Januari 2003 dan waktu tunggu

= 6 bulan serta rata – rata pemakaian obat tiap bulan x.

Umpama stok awal 8 x, maka dapat dihitung :

Rencana penerimaan obatperiode berjalan = 3x

Rata – rata kebutuhan obat tiap bulan = 300 capsul @ Rp. 1.000

b = 1/1 s/d

1/4 = 3 bulan = 3x

c = 20,4

d = 6 x

e = 8 x

f = 3 x

Maka a = b + c + d – e – f

= 3 x + 20,4 x + 6 x + 8 x + 3 x

Page 10: ADMINISTRASI FARMASI - · PDF fileBuku Administrasi Farmasi ini disusun ... dan tentu saja buku pegangan untuk guru adalah juga ... D. Penilaian Persediaan Akhir Memakai Metode Nilai

5

= 40,4 x

= 40,4 x X 300 X Rp. 1.000

= Rp. 12.120.000

Jadi, rancangan pengadaan obat periode tahun yang akan datang Rp. 12.120.000

iii. Penyesuaian rancangan belanja obat dengan anggaran obat total yang tersedia

di Dati II. Kegiatan yang dilakukan :

(1) Melakukan analisis ABC – VEN

Analisa ABC (pareto) adalah pengklasifikasian obat berdasarkan jumlah

penyerapan dana, yang terdiri dari :

- Klasifikasi A menyerap dana sampai 70 %

- Klasifikasi B menyerap dana sampai 20 %

- Klasifikasi C menyerap dana sampai 10 %

Dalam pengisian tabel analisa pareto (ABC), penandaan obat klasifikasi A

adalah berdasarkan prosentase akumulatif lebih kecil atau sampai

mencapai 70 %. Sedangkan obat dengan klasifikasi B dengan prosentase

akumulatif mencapai lebih besar dari 70 % sampai mencapai 90 %. Dan

obat dengan klasifikasi C prosentase akumulatif melebihi 90 % hingga

100 %.

VEN adalah metoda pengklasifikasian obat berdasarkan tiga golongan,

yaitu :

V = Very Essential

E = Essential

N = Non Essential

(2) Menyusun prioritas kebutuhan dan penyesuaian kebutuhan dengan

anggaran yang tersedia

(3) Menyusun prioritas kebutuhan & penyesuaian kebutuhan berdasar data 10

penyakit terbesar

iv. Pengalokasian kebutuhan obat persumber anggaran. Kegiatan yang dilakukan :

(1) Menetapkan kebutuhan anggaran untuk masing – masing obat per sumber

anggaran

(2) Menghhitung presentase belanja untuk masing – masing obat terhadap

masing – masing sumber anggaran

(3) Menghitung presentase angaran masing – masing obat terhadap total

anggaran dari semua sumber.

(b) Pengadaan

Pengadaan merupakan proses untuk penyediaan obat yang dibutuhkan di unit

pelayanan kesehatan. Tujuan pengadaan obat adalah agar tersedianya obat dengan

jenis dan jumlah yang cukup sesuai kebutuhan dengan mutu yang terjamin serta

dapat diperoleh pada saat diperlukan. Langkah – langkah dalam pengadaan barang :

(1) Pemilihan metode pengadaan

(2) Pemilihan pemasok

(3) Pemantauan status pesanan

(4) Penentuan waktu pengadaan dan kedatangan obat

(5) Penerimaan dan pemeriksaan obat

Metoda pengadaan obat ada 4 macam, yaitu :

Pelelangan umum

Pelelangan terbatas

Page 11: ADMINISTRASI FARMASI - · PDF fileBuku Administrasi Farmasi ini disusun ... dan tentu saja buku pegangan untuk guru adalah juga ... D. Penilaian Persediaan Akhir Memakai Metode Nilai

6

Pemilihan langsung

Pembelian / pengadaan langsung

Kegiatan penerimaan dan pemeriksaan obat :

Penyusunan rencana pemasukan obat

Penerimaan obat

Pemeriksaan mutu obat

Pengisian berita acara pemeriksaan dan penerimaan obat

Pencatatan harian penerimaan obat

Pengisian formulir realisasi pengadaan obat

(c) Penyimpanan

Penyimpanan adalah suatu kegiatan meyimpan dan memelihara dengan cara

menempatkan obat – obatan yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari

pencurian serta gangguan baik yang dapat merusak mutu obat. Tujuan

penyimpanan obat :

(1) Memelihara mutu obat

(2) Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab

(3) Menjaga kelangsungan persediaan

(4) Memudahkan pencarian dan pengawasan

Kegiatan Penyimpanan Obat :

(1) Pengaturan tata ruang

Pertimbangan dalam menentukan tata ruang adalah :

- Kemudahan bergerak arus barang

- Sirkulasi udara yang baik

- Penempatan rak yang tepat dan penggunaan pallet

- Kondisi penyimpanan khusus untuk vaksin, narkotika dan alkohol atau zat

yang mudah terbakar

(2) Penyusunan stock obat

Pengaturan stock obat dilakukan dengan langkah – langkah sebagai berikut :

- Penerapan prinsip FIFO dalam penyimpanan dan pengeluaran barang

- Penyimpanan khusus untuk narkotika dalam lemari terkunci, vaksin dalam

lemari pendingin, alkohol dan zat –zat yang mudah terbakar dalam ruang

terpisah.

- Obat yang mempunyai batas kadaluwarsa disimpan dan dikeluarkan terlebih

dahulu bagi obat yang mendekati habis waktu kadaluwarsanya.

- Pallet digunakan untuk menyimpan obat dalam kemasan besar

- Obat berbentuk syrup dan cairan diletakkan pada rak / lemari yang paling

bawah

- Cantumkan nama masing – masing obat pada rak dengan rapi.

(3) Pencatatan stock obat

Fungsi pencatatan kartu stock :

- Untuk mencatat mutasi obat

- Alat bantu untuk menyusun laporan, prencanaan pengadaan, distribusi,

pengendalian persediaan dan sebagai pembanding terhadap keadaan fisik

dalam tempat penyimpanan

(4) Pengamanan mutu obat

Mutu obat yang disimpan di gudang dapat mengalami perubahan karena faktor

fisika maupun kimia. Perubahan mutu obat dapat diamati secara visual. Jika

dari pengamatan visual diduga ada kerusakan yang tidak dapat ditetapkan

dengan cara organoleptis, harus dilakukan sampling untuk pengujian

laboratorium.

Page 12: ADMINISTRASI FARMASI - · PDF fileBuku Administrasi Farmasi ini disusun ... dan tentu saja buku pegangan untuk guru adalah juga ... D. Penilaian Persediaan Akhir Memakai Metode Nilai

7

Tanda – tanda perubahan mutu obat adalah sebagai berikut :

Tablet : - terjadi perubahan warna, bau atau rasa

- kerusakan berupa noda, berbintik – bintik, lubang,

sumbing, pecah, retak dan atau terdapat benda – benda

asing, jadi bubuk dan lembab

- kaleng atau botol rusak, sehingga dapat mempengaruhi

mutu obat

Kapsul : - perubahan warna isi kapsul

- kapsul terbuka, kosong, rusak atau melekat satu dengan

lainnya

Tablet salut : - pecah – pecah, terjadi perubahan warna

- basah dan lengket satu dengan yang lainnya

- kaleng atau botol rusak, sehingga menimbulkan kelainan

fisik

Cairan : - menjadi keruh atau timbul endapat

- konsistensi berubah

- warna atau rasa berubah

- botol – botol plastik rusak atau bocor

Salep : - warna berubah

- pot atau tube rusak atau bocor

- bau berubah

Injeksi : - kebocoran wadah (vial, ampul)

- terdapat partikel asing pada serbuk injeksi

- larutan yang seharusnya jernih tampak keruh atau ada

endapan

- warna larutan berubah

Tidak lanjut terhadap obat yang terbukti rusak adalah :

- Dikumpulkan dan disimpan terpisah

- Dikembalikan / diklaim sesuai aturan yang berlaku

- Dihapuskan sesuai dengan aturan yang berlaku

(d) Distribusi

Distribusi adalah suatu rangkaian kegiatan dalam rangka pengeluaran dan

pengiriman obat – obatan yang bermutu terjamin keabsahan serta tepat jenis dan

jumlah dari gudang obat secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan unit

– unit pelayanan kesehatan. Tujuan distribusi adalah :

(1) Terlaksananya pengiriman obat secara teratur dan merata sehingga dapat

diperoleh pada saat dibutuhkan

(2) Terjamin kecukupan dan terpelihara efisiensi penggunaan obat di unit

pelayanan kesehatan

(3) Terlaksana pemerataan kecukupan obat sesuai kebutuhan pelayanan dan

program kesehatan.

Page 13: ADMINISTRASI FARMASI - · PDF fileBuku Administrasi Farmasi ini disusun ... dan tentu saja buku pegangan untuk guru adalah juga ... D. Penilaian Persediaan Akhir Memakai Metode Nilai

8

Kegiatan Distribusi :

Kegiatan Distribusi Rutin, mencakup distribusi untuk kebutuhan pelayanan

umum diunit pelayanan kesehatan. Kegiatan yang dilakukan adalah :

1) Perencanaan distribusi.

2) Penetapan frekwensi pengiriman obat.

3) Penyusunan peta lokasi, jalur dan jumlah pengiriman obat.

Kegiatan Distribusi Khusus, mencakup distribusi obat program dan perbekalan

kesehatan (untuk pelaksanaan program kesehatan yang telah ditetapkan)

Kegiatan distribusi khusus di Gudang Farmasi Kabupaten/Kotamadya dilakukan

sebagai berikut :

1. Gudang Farmasi Kabupaten/Kotamadya menyusun rencana distribusi obat

untuk masing-masing program sesuai dengan rencana pelaksanaan kegiatan

program yang diterima dari Provinsi atau Dinas Kesehatan Daerah Tingkat II.

Gudang Farmasi Kabupaten /Kotamadya bekerja sama dengan penanggung

jawab program, mengusahakan pendistribusian obat sebelum pelaksanaan

kegiatan masing-masing program.

2. Distribusi obat program kepada Puskesmas dilakukan atas permintaan

penanggung jawab program yang diketahui oleh Kepala Dinas Kesehatan

Tingkat II.

3. Untuk pelaksanaan program penanggulangan penyakit tertentu seperti malaria,

frambusia dan penyakit kelamin, bilamana obatnya diminta langsung oleh

petugas program kepada Gudang Farmasi Kabupaten/Kotamadya tanpa melalui

Puskesmas, maka petugas yang bersangkutan harus membuat laporan

permintaan dan pemakaian obat yang diketahui oleh Kepala Dinas Kesehatan

Dati II.

4. Obat program yang diberikan langsung oleh petugas program kepada penderita

di lokasi sasaran, diperoleh/diminta dari Puskesmas yang membawahi lokasi

sasaran. Setelah selesai pelaksanaan pemberian obat, bilamana ada sisa obat

harus dikembalikan ke Puskesmas yang bersangkutan. Khusus untuk program

diare diusahakan ada sejumlah persediaan obat di Posyandu yang pengadaannya

diatur oleh Puskesmas.

Tata cara pendistribusian obat

1. Gudang Farmasi Daerah Tingkat II (Gudang Farmasi) melaksanakan distribusi

obat ke Puskesmas dan Rumah Sakit di wilayah kerjaya sesuai dengan

kebutuhan masing-masing Unit Pelayanan Kesehatan.

2. Puskesmas induk mendistribusikan kebutuhan obat-obatan untuk Puskesmas

Pembantu, Puskesmas Keliling dan Unit-Unit Pelayanan Kesehatan lainnya

yang ada di wilayah binaannya.

3. Distribusi obat-obatan dapat pula dilaksanakan langsung dari Gudang Farmasi

ke Puskesmas Pembantu sesuai dengan situasi dan kondisi wilayah atas

persetujuan kepala Puskesmas yang membawahinya.

4. Tata cara pengiriman obat ke Unit Pelayanan Kesehatan dapat dilakukan

dengan cara penyerahan yaitu pengiriman dan pengawasan pengiriman obat

dilakukan oleh Gudang Farmasi. Cara lain adalah dengan pengambilan bila

puskesmas / RS mengatur sendiri pengambilan obat dari Gudang Farmasi.

5. Obat-obatan yang akan dikirim ke Puskesmas atau rumah sakit harus disertai

dengan dokumen penyerahan/pengiriman obat.

6. Sebelum dilakukan pengepakan atas obat-obat yang akan dikirim, maka perlu

dilakukan periksaan terhadap:

- jenis dan jumlah obat

Page 14: ADMINISTRASI FARMASI - · PDF fileBuku Administrasi Farmasi ini disusun ... dan tentu saja buku pegangan untuk guru adalah juga ... D. Penilaian Persediaan Akhir Memakai Metode Nilai

9

- kualitas atau kondisi obat

- isi kemasan dan kekuatan sediaan

- kelengkapan dan kebenaran dokumen pengiriman obat.

7. Tiap pengeluaran obat dari Gudang Farmasi harus segera dicatat pada kartu

stok dan kartu stok induk obat serta Buku Harian Pengeluaran Obat.

Pencatatan pendistribusian obat; meliputi pencatatan dalam:

1. Kartu Rencana Distribusi

2. Buku harian pengeluaran obat

3. Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO)

4. Surat kiriman obat

(e) Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan dan pelaporan data obat di Gudang Farmasi Kabupaten / Kotamadya

merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka penatausahaan obat-obatan secara

tertib, baik obat-obatan yang diterima, disimpan, didistribusikan maupun yang

digunakan di unit-unit pelayanan, di Puskesmas dan Rumah Sakit.

Tujuan Pencatatan dan Pelaporan adalah tersedianya data mengenai jenis dan

jumlah penerimaan, persediaan, pengeluaran / penggunaan dan data mengenai

waktu dari seluruh rangkaian kegiatan mutasi obat.

Sebagian dari kegiatan pencatatan dan pelaporan obat ini telah diuraikan pada

masing-masing aspek pengelolaan obat. Berikut ini akan diuraikan secara ringkas

kegiatan pencatatan dan pelaporan obat yang perlu dilakukan oleh GFK.

1. Pencatatan dan Pengolahan Data Untuk Mendukung Perencanaan Pengadaan

Obat.

a. Kartu Rencana Distribusi.

b. Perhitungan tingkat kecukupan obat per UPK.

Kegiatan ini perlu dilakukan untuk memastikan bahwa rencana distribusi akan

dapat didukung sepenuhnya oleh sisa stok obat dalam gudang penyimpanan

Gudang Farmasi.

Perhitungan dilakukan langsung pada Kartu Rencana Distribusi Obat. Tingkat

kecukupan dihitung dari sisa stok obat di Gudang Farmasi dibagi dengan total

kebutuhan stok optimum obat Unit Pelayanan Kesehatan.

Jika tingkat kecukupan obat semakin menurun maka petugas Gudang Farmasi

dapat mempergunakan catatan pada Kartu Realisasi Pengadaan Obat untuk

memberikan umpan balik kepada sumber dana obat agar mempercepat

pengadaan obat yang alokasinya telah disetujui.

Jika ternyata semua pengadaan telah dilakukan, maka petugas Gudang Farmasi

harus segera menyesuaikan stok optimum obat bersangkutan untuk seluruh

UPK.

Tingkat kecukupan sisa stok obat di Gudang Farmasi dalam mendukung

rencana distribusi harus selalu dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan

Tingkat II setempat.

2. Laporan Pengelolaan Obat.

Sebagai unit kerja yang secara fungsional berada di bawah dan langsung

bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kesehatan Tingkat II, maka Gudang

Farmasi memiliki kewajiban untuk melaporkan kegiatan pengelolaan obat yang

dilaksanakan.

Page 15: ADMINISTRASI FARMASI - · PDF fileBuku Administrasi Farmasi ini disusun ... dan tentu saja buku pegangan untuk guru adalah juga ... D. Penilaian Persediaan Akhir Memakai Metode Nilai

10

Laporan yang perlu disusun GFK terdiri dari :

Laporan Mutasi Obat.

Laporan Kegiatan Distribusi.

Laporan Pencacahan Persediaan Akhir Tahun Anggaran.

Laporan Tahunan / Profile Pengelolaan Obat Dati II.

(f) Penggunaan

Penggunaan obat merupakan salah satu mata rantai yang tidak dipisahkan dengan

fungsi pengelolaan obat lainnya, yaitu perencanaan, pengadaan dan pendistribusian

obat. Aspek penggunaan obat di Gudang Farmasi Kabupaten / Kotamadya

diletakkan dalam konteks dukungan terhadap kerasionalan peresepan, meliputi hal-

hal sebagai berikut :

Pengendalian kecukupan suplai.

Jaminan mutu obat.

Evaluasi konsumsi obat terhadap pola morbiditas.

Penerapan pedoman pengobatan yang telah ditetapkan.

Penggunaan obat secara rasional

Penggunaan obat yang tepat sesuai pedoman / standar terapi akan dapat

menunjang optimasi penggunaan dana, meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan

kesehatan. Ketepatan penggunaan obat di unit pelayanan kesehatan perlu didukung

antara lain dengan tersedianya obat yang tepat jenis dan jumlahnya serta mutu yang

baik.

Penggunaan obat dikatakan tepat / rasional, jika obat yang diberikan

memenuhi kriteria di bawah ini :

1. sesuai standar terapi yang ditetapkan untuk diagnosa yang di tegakkan.

2. tersedia pada saat dibutuhkan.

3. diberikan dengan dosis yang tepat.

4. cara pemberian dengan interval waktu pemberiaan yang tepat.

5. lama pemberiaan tepat.

6. harus efektif, aman dan mutu terjamin.

Dari keenam kriteria tersebut, maka criteria ketersediaan obat (butir 2) dan jaminan

mutu (butir 6) merupakan kontribusi eksklusif dari aspek pengelolaan obat

yang akan mendukung aspek medik dari pemberiaan obat oleh penulis resep

(butir 1, 3, 4 dan 5)

Faktor yang mempengaruhi terjadinya penggunaan obat yang tidak rasional

Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penggunaan obat

yang tidak rasional antara lain adalah :

1. Pemberian pengobatan belum didasarkan pada pedoman terapi yang telah

ditetapkan.

2. Kurangnya sarana penunjang untuk membantu menegakkan diagnosa yang

tepat.

3. Informasi yang sering “bias” yang dilakukan oleh industri farmasi akan

berakibat adanya peresepan obat-obat yang tidak tepat dan tidak sesuai dengan

kebutuhan pengobatan yang diperlukan.

4. Adanya tekanan dari pasien dalam bentuk permintaan untuk meresepkan obat-

obat berdasarkan pilihan pasien sendiri.

5. Sistem perencanaan dan pengelolahan obat yang lemah juga akan mendorong

terjadinya penggunaan obat yang tidak rasional. Salah satu contoh adalah

terbatasnya jumlah obat yang tersedia sehingga peresepan obat hanya

didasarkan pada jenis obat yang ada dalam persediaan.

Page 16: ADMINISTRASI FARMASI - · PDF fileBuku Administrasi Farmasi ini disusun ... dan tentu saja buku pegangan untuk guru adalah juga ... D. Penilaian Persediaan Akhir Memakai Metode Nilai

11

Dampak ketik rasionalan penggunaan obat terhadap suplai obat.

Dari sudut penyediaan obat, dampak ketidak rasionalan penggunaan obat dapat

berakibat pada :

- Kualitas data penyakit akibat dari penetapan diagnosa yang keliru.

- Kualitas data konsumsi yang akan dijadikan dasar bagi perencanaan kebutuhan

obat.

- Pengadaan obat yang tidak cost effective, karena kurang mendukung pola

morbiditas.

- Pemborosan biaya.

Peran Gudang Farmasi dalam peningkatan penggunaan rasional

Gudang Farmasi dapat berperan dalam meningkatkan penggunaan obat secara

rasional melalui :

1. Perencaan obat terpadu di Dati II.

Perencanaan pengadaan obat yang didasarkan pada hasil analisis/evaluasi atas

data pola penyakit dan data penggunaan di UPK yang diolah oleh Gudang

Farmasi dan usulan dari unit pelayanan kesehatan dan unit kerja terkait lainnya

dalam rangka penyusunan rancangan pengadaan obat di setiap Daerah Tingkat

II diharapkan dapat menghasilkan penyediaan obat sesuai kebutuhan di unit

pelayanan kesehatan .

2. Distribusi obat.

Pendistribusian obat secara tepat jenis, tepat jumlah dan tepat waktu akan

sangat membantu upaya peningkatan secara rasional dimana peresepan obat

dapat di laksanakan berdasarkan pada kebutuhan, tidak didasarkan pada obat

yang tersedia.

3. Informasi dini atas pola penggunaan obat di unit pelanan kesehatan.

Berdasarkan evaluasi/analisis data penggunaan obat yang disampaikan melalui

LPLPO/LB2, Gudang Farmasi dapat memberikan informasi kepada Puskesmas

mengenai pola penggunaan obat di masing-masing Puskesmas. Informasi dapat

diberikan secara selektif sesuai prioritas, misalnya :

- pola penggunaan antibiotika antar Puskesmas.

- perbandingan penggunaan antibiotika dengan jumlah kunjungan kasus.

- perbandingan penggunaan jenis antibiotika dengan jenis penyakit.

- tingkat penggunaan obat suntik.

Informasi inidisampaikan oleh kepala Gudang Farmasi Kabupaten/Kotamadya

melalui Kepala Dinas Kesehatan Daerah Tingkat II pada acara pertemuan

bulanan antara Dinas Kesehatan Daerah Tingkat II dengan dokter Puskesmas

atau disampaikan langsung kepada masing – masing unit pelayanan kesehatan.

Dengan penyampaian informasi ini secara berkala dan berkelanjutan diharapkan

penggunaan obat yang lebih tepat di Puskesmas akan dapat di tingkatkan.

Dari kegiatan-kegiatan di atas diharapkan petugas Puskesmas akan dapat :

Mengenal dan mengidentifikasi berbagai masalah penggunaan obat

yang tidak tepat.

Memahami berbagai dampak ketidak tepatan penggunaan obat.

Mengenal dan memahami berbagai factor yang berpengaruh terhadap

terjadinya penggunaan obat yang tidak tepat.

Page 17: ADMINISTRASI FARMASI - · PDF fileBuku Administrasi Farmasi ini disusun ... dan tentu saja buku pegangan untuk guru adalah juga ... D. Penilaian Persediaan Akhir Memakai Metode Nilai

12

(g) Penghapusan Obat

Penghapusan adalah rangkaian kegiatan dalam rangka pembebasan obat-obatan

milik/kekayaan Negara dari tanggung jawab berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Tujuan Penghapusan Obat adalah sebagai berikut :

1. Penghapusan pertanggung jawaban petugas terhadap obat-obatan yang

diurusnya, yang sudah ditetapkan untuk dihapuskan sesuai ketentuan yang

berlaku.

2. Menghindarkan pembiayaan (biaya penyimpanan, pemeliharaan, penjagaan dan

lain-lain) atas barang yang sudah tidak layak untuk dipelihara.

3. Menjaga keselamatan kerja dan menghindarkan diri dari pengotoran lingkungan

Cara-cara Penghapusan :

Bupati/Walikota KDH Tk.II mengeluarkan Surat Keputusan Penghapusan Obat.

Dalam Surat Keputusan ini ditentukan cara penghapusan yaitu dengan jalan

Pemusnahan Obat.

Penghapusan dengan cara Pemusnahan.

1. Kepala Dinas Kesehatan Dati II, membentuk Panitia Pemusnahan, dengan

tugas-tugas antara lain :

Menentukan cara-cara pemusnahan dengan memperhatikan ketentuan

yang berlaku di bidang AMDAL.

Menyiapkan obat-obatan yang akan dimusnahkan.

Menyiapkan pelaksanaan pemusnahan, sesuai dengan tata cara yang

disetujui.

Membuat Berita Acara Pemusnahan.

Menyampaikan laporan pelaksanaan pekerjaan kepada Bupati / Walikota

KDH Tingkat II setempat.

2. Berdasarkan laporan dari Panitia Pemusnahan, Bupati / Walikota KDH

Tingkat II setempat melaporkan kepada Gubernur KDH Tingkat I, tentang

pelaksanaan Surat Keputusan Pemusnahan, yaitu :

Surat pengantar laporan pelaksanaan dari Kepala Dinas Kesehatan Dati II.

Berita Acara Pemusnahan.

B. Pengelolaan Obat di Puskesmas

1. Sasaran pokok pencatatan, pengolahan dan pelaporan obat di puskesmas :

Terlaksananya tertib administrasi dan pengelolaan obat

Tersedianya data yang akurat dan tepat waktu

Tersedianya data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian oleh unit yang

lebih tinggi

2. Macam – macam format pencatatan dan pelaporan obat di puskesmas dan sub unit

pelayanan kesehatan :

Kartu stock obat

Laporan pemakaian dan lembar permintaan obat ( LPI.PO )

Buku catatan harian penerimaan dan pemakaian obat

Buku catatan harian penerimaan resep

Laporan obat rusak / Daluarsa

Surat pernyataan obat hilang

Page 18: ADMINISTRASI FARMASI - · PDF fileBuku Administrasi Farmasi ini disusun ... dan tentu saja buku pegangan untuk guru adalah juga ... D. Penilaian Persediaan Akhir Memakai Metode Nilai

13

3. Tugas dan wewenang

a) Kepala Puskesmas

Bertanggung jawab atas pelaksanaan pengelolaan obat dan pencatatan

pelaporan di Puskesmas.

Mengawasi dan membina pelaksanaan pengelolaan obat dan pencatatan

pelaporan

Mengajukan permintaan obat kepada Kadinkes Dati II / Ka GFK setempat.

Menyampaikan laporan bulanan pemakaian obat kepada Kadinkes Dati II

setempat

Melaporkan semua obat yang hilang, rusak, daluarsa dan obat yang tidak

dibutuhkan kepada Kadinkes Dati II / GFK setempat.

Mengembalikan obat – obatan yang tidak dibutuhkan, rusak dan daluarsa

kepada Kadinkes Tk II / GFK.

b). Petugas Gudang Obat Puskesmas

Menerima, menyimpan, memelihara obat yang ada di gudang membuat catatan

mutasi obat yang keluar maupun yang masuk gudang tobat Puskesmas dalam

kartu stok.

Mempersiapkan data penerimaan dan pemakaian obat

Mengkompilasi data pemakaian dan sisa obat dari masing – masing sub unit

Mempersiapkan laporan pemakaian dan permintaan obat

Menerima, menyimpan dan memelihara LPLPO yang sudah diisi.

Melayani permintaan obat oleh kamar obat dan Puskesmas Pembantu

Menerima dan mengumpulkan obat rusak / daluarsa dari gudang simpanannya,

kamar obat dan Puskesmas Pembantu

Mempersiapkan laporan obat hilang, rusak dan daluarsa

Melaporkan obat yang tidak dipakai, hilang, rusak dan daluarsa kepada Kepala

Puskesmas

Menyimpan kartu stok selama 10 tahun

c). Petugas Kamar Obat Puskesmas

Menyimpan, memelihara dan membuat catatan mutasi obat yang diterima

maupun yang dipakai oleh kamar obat Puskesmas dalam bentuk Buku Catatan

Harian Penerimaan dan Pemakaian Obat

Memberi tanda “ UMUM “ pada resep – resep untuk pasien umum

Memberi tanda “ PHB “ pada resep – resep untuk peserta PHB Asuransi

Kesehatan.

Memberi tanda “ Gratis “ pada resep – resep untuk pasien yang tidak membayar

biaya pelayanan.

Memelihara dan menyimpan resep obat secara tertib ( untuk bukti pengeluaran

obat kepada pasien )

Setiap awal bulan mempersiapkan data pemakaian obat dan jumlah penerimaan

resep ( umum, PHB dan gratis )

Membuat laporan dan secara berkala mengajukan permintaan obat kepada

Kepala Puskesmas / Petugas Gudang Obat.

Melayani permintaan obat untuk keperluan Kamar Suntik, Puskesmas Keliling

dan Posyandu

Menyimpan dan memelihara obat yang ada di Kamar Obat.

Menyerahkan kembali obat rusak / daluarsa kepada Petugas Gudang Obat.

Page 19: ADMINISTRASI FARMASI - · PDF fileBuku Administrasi Farmasi ini disusun ... dan tentu saja buku pegangan untuk guru adalah juga ... D. Penilaian Persediaan Akhir Memakai Metode Nilai

14

d). Petugas Kamar Suntik

Menyimpan, memelihara dan membuat catatan obat yang digunakan maupun

yang diterimanya dalam bentuk Buku Catatan Harian Penerimaan dan

Pemakaian Obat.

Setiap awal bulan (atau jika stok hampir habis) mempersiapkan data pemakaian

obat dan melaporkan serta mengajukan permintaan obat kepada Kepala

Puskesmas / Petugas Kamar Obat.

Menyimpan obat yang ada di Kamar Suntik dengan baik / pada tempat yang

sesuai.

Menyerahkan kembali obat rusak / daluarsa kepada Kepala Puskesmas /

Petugas Kamar Obat.

e). Petugas Obat Puskesmas Pembantu

Menyimpan, memelihara dan membuat catatan obat yang digunakan maupun

yang diterima oleh Puskesmas Pembantu dalam bentuk Buku Catatan Harian

Penerimaan dan Pengeluaran Obat.

Setiap awal bulan mempersiapkan data pemakaian obat, sisa stok dan

melaporkan serta mengajukan permintaan obat kepada Kepala Puskesmas /

Petugas Gudang Obat.

Menyimpan resep – resep obat sebagai bukti penggunaan obat.

Menyerahkan kembali obat rusak / daluarsa kepada Kepala Puskesmas /

Petugas Gudang Obat.

f). Petugas Lapangan Puskesmas Keliling / Posyandu

Setiap kali melaksanakan kegiatan lapangan, mengajukan permintaan obat yang

diperlukan kepada Kepala Puskesmas / Petugas Kamar Obat

Mencatat pemakaian dan sisa obat

Menyimpan resep – resep obat sebagai bukti penggunaan obat

Setelah selesai dengan kegiatan lapangan, segera mengembalikan sisa obat

kepada Kepala Puskesmas.

4. Kartu Stok

a). Fungsi Kartu Stok

Sebagai sumber informasi tentang mutasi obat (penerimaan, pengeluaran,

hilang, rusak atau daluarsa)

Sebagai sumber data untuk menyusun LPLPO ( Laporan Pemakaian dan

Lembar Permintaan Obat )

Sebagai dokumen negara yang harus disimpan dan dipelihara secara tertib

selama 10 tahun.

b). Kegiatan yang dilakukan :

Letakkan kartu stok bersama obat bersangkutan pada lokasi penyimpanan

Pencatatan dilakukan secara rutin dar hari ke hari

Setiap terjadi mutasi obat langsung dicatat dalam kartu stok

Setiap ditemukan obat rusak / daluarsa atau hilang langsung dicatat di kartu

stok

Pada setiap akhir bulan jumlahkan penerimaan dan pengeluaran obat

c). Manfaat informasi di dalam kartu stok

Informasi di dalam kartu stok digunakan untuk :

Pengisian formulir LPL.PO

Menentukan jenis dan jumlah permintaan obat

Page 20: ADMINISTRASI FARMASI - · PDF fileBuku Administrasi Farmasi ini disusun ... dan tentu saja buku pegangan untuk guru adalah juga ... D. Penilaian Persediaan Akhir Memakai Metode Nilai

15

Mengendalikan neraca pemasukan dan pengeluaran obat

d). Format kartu stok :

KARTU STOK GUDANG OBAT PUSKESMAS

Nama Obat : ……………………………….. Satuan : ………………………………..

Satuan Kemasan : ………………………………..

No. Kode : ………………………………...

Puskesmas : ……………………….

Kecamatan : ………………………. Kab/Kodya : ……………………….

Tgl No. Dokumen

Dari / Kepada

Penerimaan Pengeluaran Tgl Kadaluarsa

Sisa Stok

Paraf Ket.

1 2 3 4 5 6 7 8 9

5. Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO)

a). Pihak – pihak yang menggunakan LPL.PO

Gudang obat Puskesmas

Kamar obat

Kamar suntik

Puskesmas pembantu

Puekesmas keliling

Posyandu

b). Fungsi LPL.PO

Laporan pemakaian obat bulanan

Lembar permintaan obat

Laporan kunjungan resep

Dokumen bukti pengeluaran obat / sumber informasi

Dokumen bukt penerimaan obat / sumber informasi

Sumber informasi untuk perencanaan

Sarana untuk monitoring dan evaluasi persediaan dan penggunaan obat

Sumber informasi untuk melakukan supervisi dan pembinaan (hasil pengolahan

LPLPO)

Sarana untuk meningkatkan kepatuhan petugas dalammenyampaikan laporan

pemakaian obat

c). Kegiatan yang harus dilakukan :

Catat semua mutasi obat yang terjadi ( penerimaan, pengeluaran, obat rusak dan

lain – lain ). Pada kartu stok secara rutin, tertib dan tepat waktu

Kompilasi data obat dari masing – masing Sub Unit ( dari LPL.PO Sub Unit )

Laksanakan pengisian LPL.PO dengan memanfaatkan data dari kartu stok

gudang obat puskesmas dan data hasil kompilasi laporan dari setiap Sub Unit.

d). Sumber data pengisian LPLPO :

Kartu stok

Buku Catatan harian penerimaan dan pemakaian obat

Page 21: ADMINISTRASI FARMASI - · PDF fileBuku Administrasi Farmasi ini disusun ... dan tentu saja buku pegangan untuk guru adalah juga ... D. Penilaian Persediaan Akhir Memakai Metode Nilai

16

Buku catatan harian penerimaan resep

e). Manfaat informasi LPLPO :

Mengendalikan tingkat stok di masing – masing Unit / Sub Unit Pelayanan

Kesehatan

Perencanaan distribusi

Perencanaan kebutuhan obat

Memantau pola penggunaan obat

Format LPLPO

LAPORAN PEMAKAIAN dan LEMBAR PERMINTAAN OBAT PUSKESMAS

PUSKESMAS : ............... KECAMATAN : ............... PELAPORAN BULAN / PERIODE : ............ DOKUMEN NO : ..............

KODYA : ............... PERMINTAAN BULAN / PERIODE : ............. GFK : ...............

PUSKESMAS : ...............

No. Nama Obat Satuan Stok

Awal Peneri- maan

Perse- diaan

Pema-kaian

Sisa Stok

Stok Opt.

1 PHB A Ket

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

1 Air Raksa Dental use

Btl

2 Aminofilin inj.

24mg/ml–10 ml

Amp

3 Aminofilin Tablet 10 mg

Tab

4 Amitriptilin

HCl tabb. Salut 25 mg

Tab

5 Amoksisilin

Kaps. 250 mg

Kaps

6 Amoksisilin dry Syr. 125mg/5ml

Btl

7 Ampisilina

Kaplet 500 mg

Kapl

8 Ampisilina dry Syr. 125 mg/ml

Btl

9 Antalgin

Tabl. 500 mg

Tab

10 Antasida DOEN

tabl. kombinasi

Tab

Jumlah kunjungan resep Umum PHB Jumlah

Bayar Tidak Bayar

Mengetahui / menyetujui Yang menyerahkan Yang meminta

Kepala Dinkes II Kepala GFK Pimpinan Puskesmas

( ……………………… ) ( …………………. ) ( …………………. )

6. Buku Catatan harian Penerimaan dan Pemakaian Obat a). Pihak – pihak yang menggunakan Buku Catatan Harian Penerimaan dan Pemakaian Obat :

Kamar Obat

Kamar Suntik

Puskesmas Pembantu

Puskesmas Keliling

Posyandu

Page 22: ADMINISTRASI FARMASI - · PDF fileBuku Administrasi Farmasi ini disusun ... dan tentu saja buku pegangan untuk guru adalah juga ... D. Penilaian Persediaan Akhir Memakai Metode Nilai

17

b). Fungsi Buku Catatan Harian Penerimaan dan Pemakaian Obat :

Mencatat penerimaan dan pemakaian obat

Sumber data untuk menyusun laporan bulanan menggunakan format LPL.PO

c). Kegiatan yang harus dilakukan :

Sediakan sebuah buku tulis ukuran folio dengan tebal 100 halaman dan buat

lajur seperti contoh dibawah ini.

Catat nama obat yang tersedia. Untuk satu jenis obat disediakan 1 – 2 halaman.

Laksanakan pencatatan atas penerimaan dan pemakaian obat.

Setiap akhir bulan jumlahkan seluruh penerimaan dan pemakaian obat dalam

satu bulan.

d). Format Buku Catatan Harian Penerimaan dan Pemakaian Obat :

Nama Obat : ..................... TGL / TH PENERIMAAN PEMAKAIAN SISA KET

1/7 – 93

.

.

.

dst s/d

31/7 – 93

Jumlah

e). Manfaat :

Untuk pengisian format LPLPO Sub Unit PK.

7. Laporan Obat rusak dan atau Daluarsa

a) Pihak – pihak yang menggunakan laporan obat rusak dan atau daluarsa :

Kepala Puskesmaa

Petugas Pengelola Obat

b). Kegiatan yang harus dilakukan :

Mengumpulkan obat – obatan yang rusak dan atau daluarsa

Catat jenis dan jumlah obat yang rusak / daluarsa tersebut pada formulir laporan

obat rusak / daluarsa seperti terlampir.

Catat jumlah obat yang rusak / daluarsa pada kartu stok pada kolom

pengeluaran.

Isi format laporan.

Kirimkan obat yang rusak / daluarsa bersama – sama laporan ke Dinas

Kesehatan Dati II

c). Manfaat informasi laporan Obat rusak dan atau daluarsa :

Untuk memperbarui catatan mutasi obat dalam kartu stok pada satuan kerja

yang melaporkan dan yang menerima kembali obat rusak / daluarsa.

Untuk mengetahui persediaan obat yang betul – betul dapat dipakai

Sebagai informasi awal untuk menelusuri penyebab kerusakan obat

Page 23: ADMINISTRASI FARMASI - · PDF fileBuku Administrasi Farmasi ini disusun ... dan tentu saja buku pegangan untuk guru adalah juga ... D. Penilaian Persediaan Akhir Memakai Metode Nilai

18

d). Contoh Format Laporan Obat Rusak dan atau Daluarsa.

Laporan Obat Rusak / Daluarsa

No Jenis Obat No. Batch /

No. Lot

Tgl Daluarsa Jumlah Keterangan

1 2 3 4 5 6

1 Ampisilin 500mg Dp 10012356 01 – 6 – 92 100 Kaplet Daluarsa

2 Tiamin HCl 50mg Thm 11757 700 Tablet Rusak

Yang menerima Melaporkan / Menyerahkan Obat

( ……………… ) ( ………………)

8. Surat Pernyataan Obat Hilang

a). Pihak yang menggunakan :

Kepala Puskesmas

Petugas Pengelola

b. Pihak yang menyimpan untuk diproses lebih lanjut :

Lembar pertama untuk Dinas Kesehatan Dati II

Lembar kedua untuk Gdang Farmasi Kabupaten / Kodya

Lembar ketiga untuk Arsip Puskesmas

c). Kegiatan yang harus dilakukan :

Mempersiapkan Surat Pernyataan Obat Hilang sesuai dengan petunjuk berikut.

Menyusun daftar obat jadi yang hilang seperti format terlampir.

d). Fungsi :

Sebagai bahan laporan kepada Kepala Dinas Kesehatan Dati II

e). Manfaat informasi Surat Pernyataan Obat Hilang :

Masukan untuk langkah – langkah pengamanan

f). Format Surat Pernyataan Obat Hilang :

Puskesmas : (1)__________________

Pemerintah Daerah Tk II. (2) ____________________________

Surat Pernyataan Obat Hilang

Pada hari ini, tanggal (3) _________ bulan (4) ________, kami yang bertanda tangan di bawah ini selaku Kepala Puskesmas (6) ___________________ Daerah Tingkat II Kabupaten / Kotamadya (7) _______________ telah memeriksa dan memastikan adanya

kejadian obat hilang di lokasi (8) ___________________ yang termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas (9) __________ bersama –

sama dengan petugas pengelola obat bersangkutan. Jenis dan jumlah obat yang hilang dinyatakan pada lampiran surat pernyataan ini.

Kejadian tersebut timbul sebagai akibat dari (10)____________________________________

___________________________________________________________________________

___________________________________________________________________________

Demikian surat pernyataan ini disusun, agar dapat dipergunakan seperlunya.

Petugas Pengelola Obat Kepala Puskesmas

(11) ________________ (12) ______________

( ……………………… ) ( ……………………. )

Page 24: ADMINISTRASI FARMASI - · PDF fileBuku Administrasi Farmasi ini disusun ... dan tentu saja buku pegangan untuk guru adalah juga ... D. Penilaian Persediaan Akhir Memakai Metode Nilai

19

g). Lampiran Daftar Obat Hilang

LAMPIRAN DAFTAR OBAT HILANG

Lokasi : ( a ) ……………….

Tanggal : ( b ) ………………

No. Nama Obat No. Batch /

No. Lot

Jumlah Keterangan

9. Alur Pelaporan Pemakaian Obat dan Permintaan Obat sbb :

a). Skema Alur Pemakaian dan Permintaan Obat :

LPLPO LPLPO

LPLPO LPLPO LPLPO

= jalur pelaporan

= jalur distribusi obat

b). Waktu Pembuatan Laporan

Secara periodik setiap Unit dan Sub Unit Pelayanan Kesehatan harus membuat

laporan obat dengan menggunakan form LPLPO (Puskesmas, kamar obat, kamar

suntik, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling dan Posyandu)

Dinkes Dati II

/ GFK

Puskesmas

(Gudang Obat)

Kamar Obat Pustu

Pusling Posyandu Kamar Suntik

LPLPO

Page 25: ADMINISTRASI FARMASI - · PDF fileBuku Administrasi Farmasi ini disusun ... dan tentu saja buku pegangan untuk guru adalah juga ... D. Penilaian Persediaan Akhir Memakai Metode Nilai

20

10. Pengawasan Obat di Puskesmas

a). Tugas Pengawasan

Salah satu tugas dan wewenang Kepala Puskesmas wajib melaksanakan

pengawasan melekat terhadap obat – obatan yang diterima, disimpan dan

didistribusikan dan yang digunakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

b). Maksud dan tujuan pengawasan

Mencegah secara dini terjadinya penyimpangan atau ketidak cocokan antara

obat yang diterima, disimpan dan dikeluarkan di Puskesmas dengan dokumen

pendukungnya tanpa menunggu pelaksanaan stok opname pada akhir bulan atau

akhir tahun.

c. Informasi yang diperoleh dari pengawasan di Puskesmas

Kepastian bahwa seluruh obat baik jenis maupun jumlahnya yang diterima dari

gudang farmasi kabupaten dan yang dikeluarkan ke Sub Unit telah tercatat pada

kartu stok.

Kepastian bahwa penyimpanan obat di gudang Puskesmas sesuai dengan tata

cara / aturan penyimpanan obat serta secara fisik jumlahnya sama dengan

jumlah pada kartu stok.

d). Ruang lingkup pengawasan obat di Puskesmas

Kegiatan penerimaan dan penyimpanan obat

Distribusi dan penyerahan obat

Penggunaan obat – obatan akhir Sub Unit 4 PK

C. Administrasi Perbekalan Farmasi di Apotik

1. Definisi Apotik ( PP 25 Th. 1980 )

Apotik adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan

penyaluran obat kepada masyarakat.

2. Tugas dan fungsi Apotik

(a) Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah

jabatan

(b) Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran

dan penyerahan obat atau bahan obat

(c) Sarana penyaluran perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang

diperlukan masyarakat secara meluas dan merata.

3. Pengelolaan Apotik

Pengelolaan apotik dibidang pelayanan kefarmasian meliputi :

(a) Pembuatan, pengolahan, paracikan, pengubahan bentuk, pencampuran,

penyimpanan dan penyerahan obat atau bahan obat.

(b) Pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan perbekalan kesehatan

dibidang farmasi lainnya.

(c) Informasi mengenai perbekalan kesehatan dibidang farmasi

4. Perbekalan Farmasi

Perbekalan farmasi yang disalurkan oleh apotik meliputi :

(a) Obat

(b) Bahan Obat

(c) Obat asli Indonesia

(d) Bahan obat asli Indonesia

(e) Alat kesehatan

(f) Kosmetika, dll

Page 26: ADMINISTRASI FARMASI - · PDF fileBuku Administrasi Farmasi ini disusun ... dan tentu saja buku pegangan untuk guru adalah juga ... D. Penilaian Persediaan Akhir Memakai Metode Nilai

21

5. Aliran Barang Masuk

a). Prosedur pembelian

(1) Tahap persiapan

Perencanan dan penentuan perbekalan farmasi yang akan dibeli baik nama

barang dan banyaknya berdasarkan buku defecta yang berasal dari data

penjualan bebas, bagian peracikan maupun kartu stok yang ada digudang.

Dokumen yang diperlukan adalah daftar kebutuhan obat yang harus dibeli.

Mencari dan menemukan penyalur masing – masing obat yang dilengkapi

nama, alamat, nomor telepon penyalur ; daftar harga obat masing – masing

penyalur ; penentuan waktu dan frekuensi pembelian

Mengadakan perundingan dengan beberapa penyalur untuk merundingkan

persyaratan jenis, mutu barang yang diperlukan ; persyaratan harga dan

potongan – potongan yang diperoleh ; persyaratan pengiriman barang ;

persyaratan waktu pembayaran.

(2) Tahap pemesanan :

Disiapkan surat pemesanan barang rangkap tiga untuk dikirim kepada penyalur,

gudang dan arsip pembelian.

(3) Tahap penerimaan :

Barang yang diterima harus diperiksa oleh petugas gudang bila perlu disaksikan

oleh petugas pembelian dengan melakukan pemeriksaan sbb :

Mencocokkan surat pengiriman barang, faktur dengan surat pemesanan

barang

Mencocokkan surat pengiriman barang dan faktur dengan barang – barang

yang nyata – nyata dikirim, baik terhadap nama barang, kemasan, jumlah

serta pemeriksaan terhadap kadaluarsa

(4) Tahap penyimpanan barang :

Petugas gudang mencatat seluruh penerimaan barang hari itu dalam buku

harian penerimaan barang

Mencatat semua surat pengiriman barang ke kartu stok

Menyimpan barang sesuai dengan jenis dan sifat barang

Barang tertentu disimpan di tempat terpisah, misalnya :

- Narkotika, disimpan di lemari terkunci

- Serum, vaksin di lemari pendingin

- Bahan yang mudah terbakar di tempat tersendiri

(5) Pencatatan dokumen / faktur pembelian barang

Mengumpulkan faktur / bon pembelian barang

Mencatat dalam jurnal pembelian untuk semua faktur atau pembelian kredit

Mencatat dalam jurnal pengeluaran kas, untuk semua pembelian barang

secara kontan

Membuat posting ke buku besar pembantu dan buku besar umum

6. Aliran Barang Keluar

Prosedur penjualan :

a) Penjualan obat bebas, alkes dan lain - lain :

(1) Setiap pembelian obat bebas diberikan tanda bukti transaksi penjualan

berupa bon atau kwitansi penjualan rangkap 3 dan diberi nomor, tanggal,

nama barang, banyak harga satuan dan jumlah.

(2) Bukti transaksi tersebut digunakan untuk membayar pada kasir sejumlah

bon / kwitansi. Tembusan 1 dipegang sbagai arsip kasir setelah diberi

stempel lunas.

(3) Asli dan tembusan 2 diserahlan kepada pelayan apotik untuk pengambilan

barang; setelah tembusan 2 dan asli diberi tanda barang telah diambil.

Tembusan 2 sebagai arsip pelayan apotik yang menyerahkan barang.

Page 27: ADMINISTRASI FARMASI - · PDF fileBuku Administrasi Farmasi ini disusun ... dan tentu saja buku pegangan untuk guru adalah juga ... D. Penilaian Persediaan Akhir Memakai Metode Nilai

22

(4) Bon yanga sli dan obat – obat bebas diserahkan kepada pasien.

b) Penjualan obat dengan resep dokter :

(1) Resep yang diterima dari pasien diberi harga sambil mengontrol

ketersediaan obat dan diserahkan pada pasien lagi

(2) Pasien membayar ke kasir harga obat yang akan diambil sesuai dengan

resep tersebut dan ditandai jumlah yang akan diambil serta diberi nomor

urut R/ dan catat nama, umur, alamat yang lengkap di belakang resep

(3) Resep yang sudah lunas diserahkan kepada asisten apoteker yang bertugas

untuk :

Menghitung komposisi obat

Menyiapkan etiket

Menyiapkan obat / bahan baku obat

Meracik obat sesuai ketentuan yang berlaku

Pengemasan obat yang sudah selesai diracik

(4) Obat yang sudah selesai diracik dikemas dan dikontrol kembali

Resep obat yang sesuai dengan nama pasien

Komposisi obat dan perhitungan dosis

Kelengkapan bahan obat yang sudah diracik

(5) Penyerahan obat oleh petugas yang ditentukan dengan kontrol yang ketat

antara nomor dan nama pasien harus sesuai.

(6) Paraf pasien yang telah memintan / mengambil obat tersebut.

(7) Resep yang sudah dikerjakan dilampirkan dengan kalkulasi perhitungan

harga pokok obat + laba + uang R/ (rangkap 2)

(8) Resep yang sudah dikerjakan dengan kalkulasi harga obat, disimpan secara

teratur sesuai tanggal, bulan dan tahun

(9) Kalkulasi harga pokok obat diserahkan ke bagian pembukuan untuk dicatat.

Page 28: ADMINISTRASI FARMASI - · PDF fileBuku Administrasi Farmasi ini disusun ... dan tentu saja buku pegangan untuk guru adalah juga ... D. Penilaian Persediaan Akhir Memakai Metode Nilai

23

BAB II

INVENTORY CONTROL (PENGENDALIAN PERSEDIAAN)

Tujuan Inventory Control adalah untuk menciptakan keseimbangan antara

besarnya persediaan dengan besarnya permintaan dari sekelompok barang. Prinsip

keseimbangan adalah lengkap tetapi yang perlu saja dan jumlahnya cukup (tidak

berlebihan atau tidak kekurangan).

Besar kecilnya volume persediaan didasarkan pada :

1. Kecepatan bergerak atau perputaran

Barang yang mempunyai kecepatan bergeraknya cepat (turn over tinggi) disediakan

lebih banyak (product fast moving = persediannya banyak). Sedang barang yang

mempunyai turn over rendah, disediakan lebih sedikit (product slow moving =

disediakan sedikit .

2. Lokasi Apotek / P.B.F.

Apotik di pulau jawa, persediaan cukup disediakan untuk 1 bulan. Diluar pulau

Jawa, persediaan barang disediakan untuk 1 ½ - 2 bulan omzet.

3. Kebutuhan perbulan

Pembelian berdasarkan kebutuhan perbulan diartikan pengadaan barang sebesar

harga pokok, atau Cost Of Goods Sold ( C.G.S )

Contohnya :

Misalnya omzet rata – rata perbulan = Rp. 100.000.000,-

Laba bruto rata – rata dipungut 23% dari omzet

Maka harga pokoknya = 77% x Rp. 100.000.000 atau = Rp. 77.000.000,-

Jenis keseimbangan :

Pengadaan barang berdasarkan 2 jenis keseimbangan, yaitu :

1. Keseimbangan secara total adalah : keseimbangan antara seluruh permintaan

dengan seluruh persediaan atau antara seluruh pembelian dengan seluruh

penjualan secara proporsional.

Misalnya : omzet perbulan 100 juta, laba bruto yang dipungut = 25%

Maka harga pokok = 75% = Rp. 75 juta

Jadi jumlah pembelian supaya seimbang dengan penjulana ( omzet ) = Rp. 75 juta

a. Keseimbangan komposisi / proporsional : adalah keseimbangan antara sekelompok

produk, yaitu antara kelompok produk yang fast moving dan kelompok produk yang

slow moving.

Misalnya : omzet = Rp. 100 juta, COG = Rp. 75 juta, laba 25% ( hanya pokok )

Produk yang fast moving menghasilkan omzet 80% dari seluruh omzet dan yang

slow moving menghasilkan 20%.

Maka : persediaan barang dari kedua kelompok ini harus proporsional seimbang.

Yaitu : 80% x Rp. 75 juta + Rp. 60 juta, untuk produk fast moving

20% x 75 juta = Rp. 15 juta, untuk produk slow moving

Soal tentang Pengadaan barang secara seimbang :

Omzet rata – rata suatu pabrik = 100 juta

Terdiri dari : Penjualan dengan resep dokter = Rp. 75 juta

Penjualan ke dokter rumah sakit = Rp. 20 juta

Penjualan bebas = Rp. 5 juta

Page 29: ADMINISTRASI FARMASI - · PDF fileBuku Administrasi Farmasi ini disusun ... dan tentu saja buku pegangan untuk guru adalah juga ... D. Penilaian Persediaan Akhir Memakai Metode Nilai

24

Laba yang diinginkan untuk :

Penjualan dengan resep dokter = 25%

Penjualan ke dokter rumah sakit = 10%

Penjualan bebas = 20%

Masing – masing dari omzet penjualan

Ditanya :

a. Berapakah total laba dan persen laba total

b. Berapakah harga pokok

c. Berapa jumlah pembelian bulan berikutnya agar terjadi keseimbangan

1. Penjualan dengan R/ dr = Rp. 75 juta

2. Penjualan ke dr RS = Rp. 20 juta

2. Penjualan bebas = Rp. 5 juta

Jawab :

a. Laba = omzet – HP

HP =

% HP

x omzet % omzet

Laba untuk obat

dengan resep

dari dokter :

=

Rp.

75.000.000

-

100

x 75.000.000

= Rp.

15.000.000,000

125

Laba untuk obat

dengan resep

dari rumah sakit

:

=

Rp.

20.000.000

-

100

x 20.000.000

= Rp.

1.818.181,818

110

Laba untuk obat

bebas :

=

Rp.

5.000.000

-

100

x 5.000.000

= Rp.

833.33,330

120 +

Total Laba : = Rp. 17.651.515,150

b. HP = Total omzet – total laba

= 100.000.000 – 17.651.515,15

= 82.348.484,85

% laba = Total laba

x 100 % Total HP

= 17.651.515,150

x 100 % = 21,435 % 82.348.484,85

c. Perbandingan omzet = 75 : 20 : 5

= 15 : 4 : 1

Jumlah obat dengan resep dokter yang harus dibeli bulan berikutnya adalah :

15

x 82.348.484,85 = Rp. 61.761.363,64 20

Jumlah obat dengan resep dokter dari rumah sakit yang harus dibeli bulan berikutnya

adalah :

4

x 82.348.484,85 = Rp. 16.469.696,97 20

Page 30: ADMINISTRASI FARMASI - · PDF fileBuku Administrasi Farmasi ini disusun ... dan tentu saja buku pegangan untuk guru adalah juga ... D. Penilaian Persediaan Akhir Memakai Metode Nilai

25

Jumlah obat dengan penjualan bebas yang harus dibeli bulan berikutnya adalah :

1

x 82.348.484,85 = Rp.4.117.424,243 20

Faktor utama yang harus dipertimbangkan dalam menetapkan kebijaksanaan pembelian

barang :

1. Kriteria Supplier dipilih atas dasar :

Harga yang kompetitif

Pelayanan yang cepat

Masa kredit yang menguntungkan

2. Waktu

Waktu pemesanan barang adalah pada saat persediaan berada pada keadaan

Re Order Point. Re Order Point adalah saat / titik pemesanan kembali, yakni bila

persediaan barang pada kondisi Buffer Stock. Buffer Stock adalah jumlah

persediaan yang harus ada dalam gudang untuk menjaga jangan sampai kehabisan

barang selama terjadi pemesanan barang.

Lead Time atau waktu tunggu yaitu waktu yang diperlukan mulai saat pemesanan

barang sampai barang datang.

3. Lokasi

(a) Lokasi persediaan barang

Di ruang racikan

Di ruang gudang

Pemesanan mulai dilaksanakan bila digudang sudah habis dengan catatan di

ruang racikan cukup tersedia selama pemesanan kembali.

(b) Lokasi Apotik :

Apotik berada di kota besar

Apotik berada di luar kota

Apotik berada di luar kota yang tanggung letak / lokasi aporik terhadap

supplier sangat mempengaruhi waktu tunggu ( Lead Time )

4. Volume dan frekwensi pembelian

Makin kecil volume pembelian, makin tinggi frekuensi pembelian

Makin besar volume pembelian, makin jarang frekuensi pembelian

Akibat kecilnya volume pembelian :

(a) Tingginya frekuensi pembelian

(b) Tingginya frekuensi pemeriksaan dan pengaturan barang

(c) Tingginya frekuensi menerima barang

(d) Tingginya frekuensi kegiatan pencatatan penerimaan dan pembayaran

barang

Akibat dari besarnya volume pembelian :

(a) Memerlukan ruang cukup besar

(b) Memerlukan finansial / kapital yang besar

(c) Menimbulkan resiko kerusakan barang

(d) Memerlukan buffer stock yang cukup besar

Page 31: ADMINISTRASI FARMASI - · PDF fileBuku Administrasi Farmasi ini disusun ... dan tentu saja buku pegangan untuk guru adalah juga ... D. Penilaian Persediaan Akhir Memakai Metode Nilai

26

Gambar : Pesanan / pembelian sebesar kebutuhan 4 minggu :

V4 VM VM = posisi persediaan

VM = Volume maksimal pembelian

R = Re Order point

V3

V2

V1

R R

Safety stock

M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4

Lead Time = 1 minggu

Page 32: ADMINISTRASI FARMASI - · PDF fileBuku Administrasi Farmasi ini disusun ... dan tentu saja buku pegangan untuk guru adalah juga ... D. Penilaian Persediaan Akhir Memakai Metode Nilai

27

BAB III

KEPEMIMPINAN

A. Defenisi Kepemimpinan

Menurut James AF. Stoner, kepemimpinan managerial dapat didefinisikan sebagai

suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan – kegiatan dari

sekelompok anggota yang saling berhubungan tugasnya. Ada tiga implikasi penting dari

definisi tersebut :

1. Kepemimpinan menyangkut orang lain, bawahan atau pengikut. Kesediaan

mereka untuk menerima pengarahan dari pemimpin.

2. Kepemimpinan menyangkut suatu pembagian kekuasaan yang tidak seimbang

diantara para pemimpin dan anggota kelompok. Para pemimpin mempunyai

wewenang untuk mengarahkan berbagai kegiatan para anggota kelompok, tetapi

para anggota kelompok tidak dapat mengarahkan kegiatan – kegiatan pemimpin

secara langsung.

3. Selain dapat memberikan pengarahan kepada para bawahan atau pengikut,

pemimpin dapat juga mempergunakan pengaruh. Dengan kata lain, para

pemimpin tidak hanya dapat memerintah bawahan apa yang harus dilakukan

tetapi juga dapat mempengaruhi bagaimana bawahan melaksanakan perintahnya.

B. Pendekatan – Pendekatan Studi Kepemimpinan

Klasifikasi Pendekatan Studi Kepemimpinan ada tiga ( 3 ), yaitu :

1. Pendekatan – pendekatan kesifatan

2. Pendekatan – pendekatan perilaku

3. Pendekatan – pendekatan situasional (contingency)

1. Pendekatan Kesifatan

Pendekatan kesifatan memandang kepemimpinan sebagai suatu kombinasi sifat –

sifat yang tampak. Pada teoritis kesifatan adalah kelompok pertama yang bermaksud

menjelaskan tentang aspek kepemimpinan. Mereka percaya, bahwa para pemimpin

memiliki ciri – ciri atau sifat – sifat tertentu yang menyebabkan mereka dapat memimpin

para pengikutnya.

Berbagai studi pembandingan sifat – sifat pemimpin dan bukan pemimpin, sering

menemukan bahwa pemimpin cenderung lebih tinggi, mempunyai tingkat kecerdasan yang

lebih tinggi, lebih ramah dan lebih percaya diri dari pada yang lain dan mempunyai

kebutuhan akan kekuasaan lebih besar. Tetapi kombinasi sifat – sifat tertentu, akan

membedakan antara pemimpin atau calon pemimpin dari pengikut belum pernah

ditemukan. Sehingga timbul anggapan para peneliti sifat – sifat kepemimpinan, bahwa

pemimpin dilahirkan, bukan dibuat, atau seseorang itu dilahirkan membawa atau tidak

membawa sifat – sifat yang diperlukan bagi seorang pemimpin.

Sifat – sifat tertentu yang tampaknya penting untuk kepemimpinan yang effektif

menurut Edwin Ghiselli :

Kemampuan dalam kedudukannya sebagai pengawas (Supervisory Ability)

atau pelaksanaan fungsi – fungsi dasar manajemen, terutama pengarahan

dan pengawasan pekerjaan orang lain.

Kebutuhan akan prestasi dalam pekerjaan, mencakup percarian tanggung

jawab dan keinginan sukses

Kederdasan, mencakup kebijakan, pemikiran kreatif dan daya pikir

Page 33: ADMINISTRASI FARMASI - · PDF fileBuku Administrasi Farmasi ini disusun ... dan tentu saja buku pegangan untuk guru adalah juga ... D. Penilaian Persediaan Akhir Memakai Metode Nilai

28

Ketegasan (Decisiveness), atau kemampuan untuk membuat keputusan –

keputusan dan memecahkan masalah – masalah dengan cakap dan tepat

Kepercayaan diri, atau pandangan terhadap dirinya sebagai kemampuan

untuk menghadapi masalah

Inisiatif atau kemampuan untuk bertindak tidak tergantung,

mengembangkan serangkaian kegiatan dan menemukan cara – cara baru

atau inovasi

Syarat – syarat kepemimpinan yang ditentukan oleh Angkatan Bersenjata RI adalah :

(a) Syarat – syarat minimal yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin menurut

standar ABRI adalah :

Watak yang baik ( karakter, budi dan moral )

Intelegensia yang tinggi

Kesiapan lahir dan bathin

(b) Syarat – syarat lain yang diperlukan :

Sadar akan tanggung jawab

Mempunyai sifat – sifat kepemimpinan yang menonjol

Membimbing diri dengan azas – azas dan prinsip – prinsip kepemimpinan

Melaksanakan kegiatan – kegiatan dan perintah – perintah dengan penuh

tanggung jawab ( correct ) serta mampu membimbing anak buahnya dengan

baik dan mengemblengnya menjadi satu kesatuan yang efektif

Mengenal anak buahnya, memahami sepenuhnya akan sifat dan tingkah

laku masing – masing dalam segala macam keadaan, suasana dan pengaruh.

Paham akan cara bagaimana seharusnya mengukur dan menilai

kepemimpinannya.

2. Pendekatan Perilaku Pemimpin

Pendekatan kedua bermaksud mengidentifikasi perilaku – perilaku (behaviours)

pribadi yang berhubungan dengan kepemimpinan effektif. Pendekatan mencoba untuk

menentukan apa yang dilakukan pemimpin effektif, bagaimana mereka mendelegasikan

tugas, bagaimana mereka berkomunikasi dengan dan memotivasi bawahan mereka,

bagaimana mereka menjalankan tugas – tugas, dan sebagainya.

Tidak seperti sifat – sifat, bagaimanapun juga perilaku dapat dipelajari atau

dikembangkan, sehingga individu – individu dapat dilatih dengan perilaku – perilaku

kepemimpinan yang tepat agar mampu memimpin lebih effektif.

Pendekatan perilaku memusatkan perhatiannya pada dua aspek perilaku

kepemimpinan yaitu : fungsi – fungsi dan gaya – gaya kepemimpinan.

(a) Fungsi – fungsi kepemimpinan

Aspek pertama pendekatan perilaku kepemimpinan menekankan pada fungsi –

fungsi yang dilakukan pemimpin dalam kelompoknya. Agar kelompok berjalan

dengan effektif, seseorang harus melaksanakan dua fungsi utama :

Fungsi – fungsi yang berhubungan dengan tugas (task related) atau

pemecahan masalah fungsi pertama menyangkut pemberian saran

penyelesaian, informasi dan pendapat.

Fungsi – fungsi pemeliharaan kelompok (Group maintenance) atau sosial.

Fungsi kedua mencakup segala sesuatu yang dapat membantu kelompok

berjalan lebih lancar. Persetujuan dengan kelompok lain, penengahan

perbedaan pendapat atau sebagainya.

Page 34: ADMINISTRASI FARMASI - · PDF fileBuku Administrasi Farmasi ini disusun ... dan tentu saja buku pegangan untuk guru adalah juga ... D. Penilaian Persediaan Akhir Memakai Metode Nilai

29

(b) Gaya – gaya kepemimpinan

Para peneliti telah mengidentifikasi dua gaya kepemimpinan, yaitu :

Gaya dengan orientasi tugas (task oriented )

Manager berorientasi tugas mengarahkan dan mengawasi bawahan secara

tertutup untuk menjamin bahwa tugas dilaksanakan sesuai dengan yang

diinginkannya. Manager dengan gaya kepemimpinan ini lebih

memperhatikan pelaksanaan pekerjaan daripada pengembangan dan

pertumbuhan karyawan.

Gaya dengan orientasi karyawan

Manager berorientasi karyawan mencoba untuk lebih memotivasi bawahan

dibanding mengawasi mereka . Mereka mendorong para anggota kelompok

untuk melaksanakan tugas – tugas dengan memberikan kesempatan

bawahan untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan, menciptakan

suasana persahabatan serta hubungan – hubungan saling mempercayai dan

menghormati dengan para anggota kelompok.

Salah satu Teori dan Penelitian Kepemimpinan dengan pendekatan Perilaku

adalah Mc. Gregor atau Douglas Mc. Gregor, bahwa strategi kepemimpinan dipengaruhi

anggapan – anggapan seseorang pemimpin tentang sifat dasar manusia. Sebagai hasil

pengalamannya menjadi konsultan, Mc.Gregor menyimpulkan dua kumpulan anggapan

yang saling berlawanan yang dibuat oleh para manajer dalam industri.

Anggapan – anggapan teori X :

Rata – rata pembawaan manusia malas atau tidak menyukai pekerjaan dan akan

menghindarinya bila mungkin.

Bila mungkin karakteristik manusia tersebut orang harus dipaksa, diawasi,

diarahkan atau diancam dengan hukuman agar mereka menjalankan tugas untuk

mencapai tujuan - tujuan organisasi.

Rata – rata manusia lebih menyukai diarahkan, ingin menghindari tanggung

jawab, mempunyai ambisi relatif kecil dan menginginkan keamanan / jaminan

hidup diatas segalanya.

Anggapan – anggapan teori Y :

Penggunaan usaha phisik dan mental dalam bekerja adalah kodrat manusia seperti

bermain atau beristirahat.

Pengawasan dan ancaman hukuman eksternal bukanlah satu – satunya cara untuk

mengarahkan usaha pencapaian tujuan organisasi. Orang akan melakukan

pengendalian diri dan pengarahan diri untuk mencapai tujuan yang telah

disetujuinya.

Keterikatan pada tujuan merupakan fungsi dari penghargaan yang berhubungan

dengan prestasi mereka.

Rata – rata manusia dalam kondisi yang layak, belajar tidak hanya untuk

menerima tetapi mencari tanggung jawab.

Ada kapasitas besar untuk melakukan imajinasi, kecerdikan dan kreatifitas dalam

penyelesaian masalah – masalah organisasi yang secara luas tersebar pada seluruh

karyawan.

Potensi intelektual rata – rata manusia hanya digunakan sebagian saja dalam

kondisi kehidupan industri modern.

Page 35: ADMINISTRASI FARMASI - · PDF fileBuku Administrasi Farmasi ini disusun ... dan tentu saja buku pegangan untuk guru adalah juga ... D. Penilaian Persediaan Akhir Memakai Metode Nilai

30

Kisi – kisi manajerial dari Blake dan Mounton

Kisi – kisi manajerial (Managerial grid) yang dikembangkan oleh Robert Blake

dan Jane Monton juga berkenan dengan orientasi manajer pada tugas (produksi) dan

karyawan (orang) serta kombinasi antara kedua ekstrim.

Gambar :

Menunjukkan suatu kisi – kisi atau jaringan dengan sumbu horizontal perhatian

terhadap produksi dan sumber vertikal perhatian terhadap karyawan.

Manajer 1.1 pada sudut kiri bawah :

Dalam kisi – kisi digambarkan sebagai seorang manager yang Turun Tahta,

perhatian rendah terhadap karyawan maupun terhadap produksi / tugas. Ini adalah

bentuk ekstrim dari gaya manajemen Laissez Faire.

Manager 1.9 :

Mempergunakan kepemimpinan santai, serba mengizinkan, dengan tekanan pada

pemeliharaan keuangan dan kepuasan karyawan. Manajer tipe ini cenderung

menghindari ketegangan dalam pelaksanaan pekerjaan, dengan perhatian

terhadap karyawan yang tinggi tetapi perhatian terhadap produksi rendah.

Manager 5.5 :

Page 36: ADMINISTRASI FARMASI - · PDF fileBuku Administrasi Farmasi ini disusun ... dan tentu saja buku pegangan untuk guru adalah juga ... D. Penilaian Persediaan Akhir Memakai Metode Nilai

31

Disebut gaya Middle of the road management atau Organization Man

Management. Memperhatikan baik terhadap kepuasan karyawan maupun

terhadap produksi. Kadang manajer tipe ini menggunakan pendekatan tawar

menawar implisit untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.

Manager 9.1 :

Digambarkan sebagai seorang otokrat, pemegang tugas yang keras, dengan

berbagai karakteristik pengawasan tertutup. Management tugas atau otoriter ini

perhatiannya terhadap produksi dan effisiensi tinggi tetapi rendah perhatiannya

terhadap karyawan.

Manager 9.9 :

Percaya bahwa saling memahami dan menyetujui tentang apa tujuan – tujuan

organisasi dan cara – cara pencapaiannya adalah inti pengarahan kerja.

Manajement team atau Demokratik ini memberikan perhatian penuh baik pada

produksi maupun semangat kerja dan kepuasan karyawan, melalui penggunaan pendekatan

partisipatif atau team dalam pelaksanaan pekerjaan.

Blake dan Mounton mengemukakan bahwa gaya manajemen 9.9 adalah tipe

perilaku kepemimpinan yang paling effektif. Pendekatan ini dalam hampir semua situasi,

akan menghasilkan peningkatan prestasi, tingkat absensi dan perputaran karyawan rendah,

dan kepuasan kerja karyawan tinggi. Kisi – kisi manajerial dari Blake dan Mounton

digunakan secara meluas sebagai peralatan latihan.

Adakah gaya kepemimpinan ideal ?

Telah terjadi perdebatan dalam waktu cukup lama untuk mencari jawaban apakah

ada gaya kepemimpinan normatif atau ideal. Perdebatan ini biasanya terpusat pada

gaggasan bahwa gaya ideal itu ada : yaitu gaya yang secara aktif melibatkan bawahan

dalam pencapaian tujuan dengan menggunakan tehnik – tehnik manajemen partisipasif dan

memusatkan perhatian baik terhadap karyawan dan tugas.

Di lain pihak, beberapa penelitian membuktikan pula bahwa pendekatan otokratik

dibawah berbagai kondisi, pada kenyataannya lebih effektif dibanding pendekatan lain.

Jadi pengalaman – pengalaman kepemimpinan mengungkapkan bahwa dalam berbagai

situasi pendekatan otokratik mungkin yang paling baik, dalam berbagai situasilain,

pendekatan partisipatif yang lebih efektif, atau pendekatan orientasi tugas dibanding

orientasi karyawan dari sisi lain.

Kesimpulan yang dapat dibuat, bahwa kepemimpinan adalah kompleks dan gaya

kepemimpinan yang paling tepat tergantung kepada beberapa variabel yang saling

berhubungan seprti ditunjukkan pembahasan berikut.

Type – type kepemimpinan :

Bila kita mengamati cara – cara pemimpin melakukan kepemimpinannya, penulis

setuju dengan pendapat para ahli lainnya di dunia, bahwa cara kepemimpinan itu

dilaksanakan ke dalam lima ( 5 ) tipe, yakni :

(a) Tipe otokratis

Kepemimpinan yang bertipe otokratis merasa paling baik hampir dalam segala

hal. Sesuai dengan sifatnya pemimpin tipe ini dalam melaksanakan

kepemimpinannya akan bersikap :

Menganggap organisasi sebagai miliknya sendiri

Menyatukan dan menyamakan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi

Menganggap semua kerabat kerja sebagai alat semata – mata

Page 37: ADMINISTRASI FARMASI - · PDF fileBuku Administrasi Farmasi ini disusun ... dan tentu saja buku pegangan untuk guru adalah juga ... D. Penilaian Persediaan Akhir Memakai Metode Nilai

32

Tidak mau menerima kritk, saran dan pendapat orang lain

Terlalu tergantung pada kekuasaan yang dimilikinya ( kekuasaan formal

karena ia telah diangkat sebagai pimpinan )

Dalam menggerakan kerabat kerjanya sering mempergunakan unsur paksaaan

dan hukuman

(b) Tipe Militeristis

Kepemimpinan yang bertipe Militeristis (berprilaku seperti militer meski bukan

militer). Sikap para pemimpin tipe militeristis, antara lain :

Menggerakkan kerabat kerjanya dengan memerintah

Tergantung pada jabatan atau pangkat yang dimilikinya

Senang bersifat formalitas yang berlebih – lebihan

Menuntut disiplin yang tinggi dan bersikap kaku

Sukar untuk menerima kritik dari kerabat kerja / bawahan

Menggemari upacara – upacara untuk berbagai keadaan

(c) Tipe Paternalis

Kepemimpinan tipe paternalistis (kebapakan / merasa serba paling tahu). Sikap

parapemimpin tipe ini antara lain :

Menganggap kerabat kerja tidak pernah dewasa

Bersikap terlalu melindungi terhadap kerabat kerjanya

Jarang memberi kesempatan untuk memutuskan sendiri segala hal yang

menjadi wewenang dan tanggung jawab kerabat kerja

Jarang memberi kesempatan untuk mengembangkan kreatifitas

Sering bersikap maha tahu dalam banyak hal

(d) Tipe Kharismatis

Kepemimpinan tipe kharismatik (memanfaatkan wibawa / kharisma). Pemimpin

yang memiliki kharisma karena cakap mendidik dan membina diri sebaik –

baiknya, disamping selalu berusaha taqwa pada Tuhan YME melalui agama yang

dianutnya, mereka memiliki cara memimpin yang amat sederhana sebab segenap

kerabat kerjanya akan taat dan patuh melaksanakan tugasnya masing – masing

serta tanpa perintah. Sikap para pemimpin tipe ini antara lain :

Dalam menggerakkan kerabat kerja bersikap memberi keleluasaan, sebab

manusia adalah mahluk yang mulia.

Selalu berusaha menyerasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan

kepentingan dan tujuan pribadi kerabat kerja

Selalu menerima saran, pendapat dan kritik yang bersifat membangun

Mengutamakan kerja sama dalam setiap usaha untuk mencapai tujuan

Mengutamakan kerja yang membuat kekeliruan bukan dihukum / dimarahi

melainkan diberi kesempatan seluas – luasnya untuk mengadakan perbaikan

agar kesalahan serupa tidak terulang

Berusaha meningkatkan kemampuan dan kreatifitas semua orang yang

menjadi kerabat kerjanya, agar kesejahteraan hidup merekapun meningkat

pula dari saat ke saat.

Berusaha mengembangkan dirinya agar lebih cakap dan bijaksana memimpin

segenap kerabat kerjanya.

(e) Tipe Demokratis

Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe pemimpin

yang demokratis yang paling tepat untuk organisasi modern karena :

Page 38: ADMINISTRASI FARMASI - · PDF fileBuku Administrasi Farmasi ini disusun ... dan tentu saja buku pegangan untuk guru adalah juga ... D. Penilaian Persediaan Akhir Memakai Metode Nilai

33

Dalam proses penggerakkan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat

bahwa manusia itu adalah mahluk yang termulia di dunia

Selalu berusaha mengsinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi

dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari para bawahannya

Ia senang menerima saran, pendapat dan bahkan kritik – kritik dari

bawahannya

Selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan teamwork dalam usaha

mencapai tujuan

Dengan ikhlas memberikan kebebasan yang seluas – luasnya kepada

bawahannya untuk berbuat kesalahan yang kemudian dibanding dan

diperbaiki agar bawahan itu tidak lagi berbuat kesalahan yang lalu

Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya.

Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.

Secara implisit tergambar bahwa untuk menjadi pemimpin tipe demokratis

bukanlah suatu hal yang mudah untuk dicapai. Akan tetapi karena pemimpin yang

demikianlah yang paling ideal, alangkah baiknya jika semua pemimpin berusaha menjadi

seorang pemimpin yang demokratis.

3. Pendekatan Situasional (Contigency)

Pendekatan Situasional Contigency menggambarkan bahwa gaya yang digunakan

adalah bergantung pada faktor – faktor seperti situasi, karyawan, tugas, organisasi dan

variable lingkaran lainnya. Faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku kepemimpinan

menurut Mary Parker Follet yang menggambarkan hukum situasi menyatakan bahwa

ada 3 variable yang mempengaruhi para pemimpin, yaitu :

Pemimpin

Pengikut atau bawahan

Situasi

Ketiga faktor tersebut diatas saling berhubungan dan saling berinteraksi.

Bila digambarkan ketiga variable tersebut diatas adalah sebagai berikut :

Rangkaian kesatuan kepemimpinan Tannen Bawn dan Selmit :

Mempertimbangkan tiga kumpulan kekuatan sebelum melakukan pemilihan gaya

kepemimpinan, yaitu :

1. Kekuatan manager adalah :

(a) Sistem nilai

(b) KEPercayaan terhadap bawahan

(c) Kecenderungan kepemimpinan sendiri

(d) Perasaan aman dan tidak aman

2. Kekuatan – kekuatan di dalam diri para bawahan :

(a) Kebutuhan mereka akan kebebasan

(b) Kebutuhan mereka akan peningkatan tanggung jawab

(c) Apakah mereka tertarik dalam dan mempunyai keahlian …………..

(d) Harapan mereka mengenai keterlibatan dalam pembuatan keputusan

Kemampuan dan

kualitas pemimpin

Situasi Kemampuan dan

kualitas bawahan

Page 39: ADMINISTRASI FARMASI - · PDF fileBuku Administrasi Farmasi ini disusun ... dan tentu saja buku pegangan untuk guru adalah juga ... D. Penilaian Persediaan Akhir Memakai Metode Nilai

34

3. Kekuatan – kekuatan situasi adalah :

(a) Tipe organisasi

(b) Effektifitas kelompok

(c) Desakan waktu

(d) Sifat masalah itu sendiri

Konsep Tannen Bawm dan Selmit merupakan rangkaian kesatuan seperti ditunjukkan

gambar sbb : Kepemimpinan Kepemimpinan

Terpusat pada terpusat pada

Pemimpin bawahan

1 2 3 4 5 6 7

Penggunaan wewenang

Oleh manajer

Daerah Kebebasan

Bagi bawahan

Manajer

membuat

keputusan

dan

mengumum

kannya

Manajer

“menjual”

keputusan

Manajer

mengemuka kan

gagasan dan

mengundang

pertanyaan

Manajer

mengutarakan

keputusan

sementara yang

dapat diubah

Manajer

mengemukakan

masalah,

memperoleh

saran dan

membuat

keputusan

Manajar

merusmuskan

batasan,

meminta

kelompok

membuat

keputusan

Manajer

memperbolehkan

bawahan berfungsi

dalam batasan yang

ditenrukan atasan

Page 40: ADMINISTRASI FARMASI - · PDF fileBuku Administrasi Farmasi ini disusun ... dan tentu saja buku pegangan untuk guru adalah juga ... D. Penilaian Persediaan Akhir Memakai Metode Nilai

35

BAB IV

PERHITUNGAN HARGA POKOK

A. Harga Pokok Perdagangan

Harga poko perdagangan ialah harga pembelian barang ditambah biaya – biaya

lain yang diperhitungkan sampai barang siap dijual.

Fungsi harga pokok adalah :

1. Untuk menetapkan harga jual

2. Untuk menghitung laba / rugi

3. Untuk menilai efisiensi ( alat pengawasan )

4. Untuk menilai persediaan barang ( dalam neraca )

Unsur – unsur harga pokok dalam perhitungan laporan rugi / laba :

1. Persediaan awal

2. Pembelian

3. Retur pembelian

4. Potongan pembelian dan pengurangan harga

5. Beban angkut pembelian

6. Barang tersedia untuk dijual

7. Persediaan akhir

Format – format perhitungan harga pokok :

Persediaan Awal xx

Pembelian = xxxx

Retur pembelian = x (-)

= xxx

Pot.Pembelian & pengur.harga = x (-)

= xx

Beban angkut pembelian = x (+)

Pembelian bersih = xxx xxx (+)

Barang tersedia untuk dijual xxxxx

Persediaan akhir x (-)

Harga Pokok xxxx

Contoh Soal :

Diketahui data persediaan barang PT. ABC sbb :

Persediaan awal = Rp. 2.000.000

Pembelian = Rp. 4.000.000

Retur pembelian = Rp. 1.000.000

Potongan pembelian dan pengurangan harga = Rp. 500.000

Beban angkut pembelian = Rp. 750.000

Persediaan akhir = Rp. 1.000.000

Hitung harga pokok penjualan barang tersebut !

Jawab .................

Page 41: ADMINISTRASI FARMASI - · PDF fileBuku Administrasi Farmasi ini disusun ... dan tentu saja buku pegangan untuk guru adalah juga ... D. Penilaian Persediaan Akhir Memakai Metode Nilai

36

Jawab :

Persediaan awal Rp. 2.000.000

Pembelian Rp. 4.000.000

Retur pem & pengurangan.harga Rp. 500.000 (-)

Rp. 3.500.000

Beban angkut pembelian Rp. 750.000 (+)

Pembelian bersih Rp. 4.250.000 Rp. 4.250.000 (+)

Barang tersedia untuk dijual Rp. 6.250.000

Persediaan akhir Rp. 1.000.000 (-)

Harga Pokok Rp. 5.250.000

Jadi :

HP =

Persediaan awal + pembelian bersih – persediaan akhir

Pembelian bersih =

Pembelian – Retur pembelian – Potongan pembelian

+ Beban angkut pembelian

Nota Pembelian Barang :

1) Format nota pembelian barang / faktur pembelian barang Berat kotor = .........…kg

Tara ekstra (%) = .........…kg - (bulat)

= .........…kg

Tara % = .........…kg - (bulat)

= .........…kg

Refaksi % = .........…kg - (bulat)

= .........…kg

Potongan lain = .........…kg -

Berat bersih = .........…kg x Rp........./kg = Rp.........…

Rabat % = Rp.........… -

= Rp.........…

Biaya lelang % = Rp.........… +

= Rp.........…

Potongan tunai = Rp.........… -

= Rp.........…

Ongkos – ongkos :

Kurtasi 10 % = Rp.........…

Lainnya = Rp.........… + = Rp.........… +

= Rp.........…

Komisi % = Rp.........… +

Pembelian bersih = Rp.........…

Catatan :

½ kg keatas dibulatkan menjadi 1 kg

Kurang dari ½ kg, hilangkan

½ rupiah ke atas dibulatkan menjadi 1 rupiah

kurang dari ½ rupiah, hilangkan

Page 42: ADMINISTRASI FARMASI - · PDF fileBuku Administrasi Farmasi ini disusun ... dan tentu saja buku pegangan untuk guru adalah juga ... D. Penilaian Persediaan Akhir Memakai Metode Nilai

37

2). Keterangan Istilah – Istilah Dalam Nota / Faktur Pembelian dan Nota / Faktur

Penjualan

(a) Potongan berat meliputi :

Tara ekstra atau tara istimewa, potongan terhadap pembungkus (kemasan)

khusus, biasanya dinyatakan dalam % ttara = pembungkus

Tara atau pembungkus dapat dinyatakan dalam %

Refaksi, potongan yang diperhitungkan terhadap kemungkinan menyusutnya

baran, dinyatakan dalam %

Potongan lainnya secara khusus adalah yang sering disebutkan dalam

satuan Kg.

(b) Bruto atau Berat kotor adalah berat barang beserta pembungkus / kemasannya.

Netto atau Berat bersi adalah berat barang setelah dikurangi potongan – potongan

berat.

(c) Potongan harga meliputi :

Rabat, potongan yang diberikan jika membeli dalam partai besar dan biasanya

diberikan kepada pihak yang akan menjual kembali

Potongan tunai atau potongan kontan, diberikan apabila pembayaran

dilakukan tunai.

(d) Macam – macam biaya :

Biaya lelang, bila jual beli dilakukan melalui pelelangan umum. Biaya ini

biasanya dinyatakan dalam % dan selalu ditambahkan baik dalam faktur

pembelian ataupun faktur penjualan.

Kurtasi atau propisi merupakan ongkos jasa seorang perantara (makelar)

biasanya dinyatakan dalam %

Komisi, ongkos jasa perantara komisioner yang dinyatakan dalam %

Biaya / ongkos lain – lain, seperti ongkos angkuta, sewa gudang, ongkos

bongkar muat, dll

Ketiga biaya (1, 2, 3) dalam faktur pembelian ditambahkan, sedang dalam faktur

penjualan dikurangkan.

Contoh Soal dan Jawab Pembelian Barang Dagangan :

1. Seorang pedagang simplisia di jakarta menyuruh komisioner di semarang untuk

membeli 12,650Kg simplisia. Tara 2%, tara ekstra 1%, harga Rp. 800,00/kg netto.

Rabat 4%, pot. Tunai 1 ½ dan biaya lelang 1%. Komisioner memperhitungkan ongkos

angkut ke jakarta sebesar Rp. 240.000,00 kurtasi 1% dan komisi 5%. Susunlah faktur

pembelian sebagaimana harus dibuat oleh komisioner tersebut.

Jawab :

Berat kotor = 12.650 Kg

Tara ekstra = 127 Kg (-)

= 12.523 Kg

Tara = 250 Kg (-)

Berat bersih = 12.273 Kg x Rp. 800,00 = Rp. 9.818.400,00

Rabat 4% …………….. = Rp. 392.736,00 (-)

= Rp. 9.425.664,00

Biaya lelang 1% = Rp. 94.256,64 (+)

= Rp. 9.519.920,64

Page 43: ADMINISTRASI FARMASI - · PDF fileBuku Administrasi Farmasi ini disusun ... dan tentu saja buku pegangan untuk guru adalah juga ... D. Penilaian Persediaan Akhir Memakai Metode Nilai

38

Pot. Tunai 1 ½% = Rp. 141.384,96 (-)

= Rp. 9.378.535,68

Ongkos – ongkos :

Kurtasi 1% 94.256,64

Angkutan 240.000,00 = Rp. 334.256,64 (+)

= Rp. 9.712.792,32

Komisi 5% = Rp. 485.639,62 (+)

Harga pokok = Harga pembelian bersih = Rp. 10.198.431,94

Nota penjualan / Faktur penjualan barang dagangan

1). Format Nota / Faktur Penjualan Barang FAKTUR PENJUALAN

Berat kotor a.d. berat bersih lihat faktur pembelian : (sama caranya dengan faktur pembelian)

Berat bersih = …………… Kg x Rp. ……….. / Kg = Rp. ………………..

Rabat % = Rp. ……………….. (-)

= Rp. ………………..

Biaya Lelang % = Rp. ………………. (-)

= Rp. ………………..

Ongkos – ongkos :

Kurtasi % = Rp. …………….

Lainnya = Rp. …………….

Komisi % = Rp. …………….

= Rp. ……………….. (-)

Penjualan bersih = Rp. ………………..

2) Keterangan tentang perantara dalam perdagangan barang

Dikenal ada 2 ( dua ) macam perantara, yaitu :

Makelar : Seorang perantara perdagangan yang diangkat oleh pejabat negara

atas nama presiden dan diambil sumpahnya sebelum melaksanakan

tugasnya. Ia menjalankan tugas pekerjaannya atas nama orang lain

(pihak penyuruhnya atau prinsipalnya) tetapi tidak mempunyai

hubungan tetap atau tidak terikat dengan hubungan tetap. Atas

jasanya ia memperoleh imbalan : kurtasi atau propisi yang

dinyatakan dalam %.

Komisioner : Seorang perantara yang melakukan usahanya dapat mengadakan

persetujuan atas nama sendiri, tetapi atas perintah dan tanggung

jawab pihak lain ( prinsipalnya ).Imbalan jasanya : komisi dalam %

Perbedaan antara Komisioner dengan Makelar.

KOMISIONER Makelar

a. Jabatan bebas

b. Bertindak atas nama sendiri, tetapi atas

perintah dan tanggung jawab

penyuruhnya

c. Memikul kewajiban keuangan

d. Merupakan perwakilan tidak langsung

a. Diangkat pemerintah dan disumpah

b. Bertindak atas nama penyuruhnya

c. Tidak memikul kewajiban keuangan

d. Merupakan perwakilan langsung

Page 44: ADMINISTRASI FARMASI - · PDF fileBuku Administrasi Farmasi ini disusun ... dan tentu saja buku pegangan untuk guru adalah juga ... D. Penilaian Persediaan Akhir Memakai Metode Nilai

39

Contoh soal dan jawab Nota / Faktur Penjualan Barang Dagangan

Seorang saudagar kopra di Ujung Pandang menyuruh komisioner di Surabaya untuk

menjualkan 2,186 Kg Simplisia dengan ketentuan sbb : Tara 2%, Tara istimewa 1%,

Rabat 3%, Pot. Tunai 1%, ongkos angkutan dan bongkar muat sebesar Rp. 225.000,00.

Komisi dan kurtasi yang diperhitungkan 4% dan 1%. Susunlah faktur penjualan dengan

harga netto Rp. 2.000,00 per Kg.

Jawab :

Berat kotor = 2.186 Kg

Tara ist. 1% = 22 Kg (-)

= 2.164 Kg

Tara 2% = 43 Kg (-)

Berat bersih = 2.121 Kg x Rp. 2.000,00 = Rp. 4.242.000,00

Rabat 3% = Rp. 127.000,00 (-)

= Rp. 4.114.740,00

Potongan tunai 1 ½% = Rp. 41.147,40 (-)

= Rp. 4.073.592,60

Ongkos – ongkos :

Kurtasi 1% = Rp. 41.147,40

Ongk. Angkut = Rp. 225.000,00

Komisi 4% = Rp. 162.943,70 (+)

Harga penjualan bersih = Rp. 348.901,10 (-)

= Rp. 3.689.501,50

Harga Pokok Barang di Apotik

1. Harga Netto Apotik ( HNA )

Harga netto apotik sama dengan harga beli yang dibayarkan apotik kepada penyalur

tanpa memperoleh potongan penjualan. Sering disebut Harga Pokok Penjualan. Untuk

menetapkan Harga Jual maka apotik mempunyai kebijaksanaan sendiri dalam

menentukan % (persentase) laba.

Jadi :

Harga Jual = HNA + Laba

Contoh :

1. Tanggal 3/3 2003 Apotik Jaya Abadi membeli Kalpicillin Kaplet 500mg 1 (satu) dos

@ Rp. 85.000. dari PT. Prima Medika dengan Harga Netto Apotik (HNA). Bila laba

yang diinginkan apotik = 30% dari harga pokok, hitunglah harga jualnya !

Jawab :

Diketahui : HNA = Rp. 85.000

Laba = 30 %

Perhitungan : Harga jual = HNA + Laba

= 85.000 + ( 0,3 x 85.000 )

= 85.000 + 25.500

= Rp. 110.500,00

2. Tanggal 5/3 2003 Apotik Jaya Abadi membeli separtai obat – obatan dengan harga

Rp. 2.000.000,00 ( HNA ) PPN 10% = Rp. 200.000,00 maka jumlah yang dibayar

apotik kepada PT. Sumber Makmur = Rp. 2.200.000,00. Bila apotik mempunyai

kebijaksanaan laba 331/3% dari harga pokok, maka harga jualnya ?

Page 45: ADMINISTRASI FARMASI - · PDF fileBuku Administrasi Farmasi ini disusun ... dan tentu saja buku pegangan untuk guru adalah juga ... D. Penilaian Persediaan Akhir Memakai Metode Nilai

40

Jawab :

Harga jual = HNA + PPN Laba

= 2.000.000,00 + 200.000,00 + ( 331/3 % x 2.200.000 )

= 2.200.000,00 + 733.333,00

= 2.933.333,00

Harga Eceran Tertinggi (HET)

Harga eceran tertinggi adalah harga jual yang tertinggi yang ditetapkan oleh

penyalur / oleh produksi farmasi sebagai imbalan keuntungan yang diperoleh apotik berupa

potongan penjualan.

Harga Pokok Penjualan Apotik = HET – Potongan Penjualan

Atau

HPP = HET – Potongan Penjualan ( Laba )

Contoh -1:

5/5 2003 dibeli Pehacort tablet sebanyak 1 fls (500 Tab.) seharga Rp. 210.000,00 (HET)

dari PT.Bhakti Wira Husada dengan potongan penjualan 331/3%. Hitunglah

harga pokok penjualan !

Jawab :

Harga Jual Tertinggi = Rp. 210.000,00

Lab / Potongan Penjualan = 33 1/3 = Rp. 70.000,00 (-)

Harga Pokok Penjualan = Rp. 140.000,00

Contoh-2 :

7/5 2003 dibeli Bartolium Kapsul 1 fls (50 kapsul) dengan harga Rp. 81.000 (HET)

dengan PPN 10% (Rp. 8100,00) dengan potongan 33 1/3%. Maka harga

pokok penjualan sbb :

HET = Rp. 81.000,00

Potongan Penjualan = 33 1/3% = Rp. 27.000,00 (-)

Harga Netto Apotik = Rp. 54.000,00

Pajak ( PPN 10% ) = Rp. 5.400,00 (+)

Harga Pokok Penjualan = Rp. 59.400,00

Jadi :

HPP = HET – Potongan Penjualan + PPN

B. Harga Pokok Produksi

1. Penggolongan Biaya Menurut Fungsi Pokok dalam Perusahaan

Dalam perusahaan manufaktur, ada tiga fungsi pokok, yaitu fungsi produksi,

fungsi pemasaran dan fungsi administrasi & umum. Oleh karena itu dalam perusahaan

manufaktur, biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok :

1. Biaya Produksi

2. Biaya Pemasaran

3. Biaya Administrasi

Biaya Produksi merupakan biaya – biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi

produk jadi yang siap untuk dijual. Contohnya adalah biaya depresiasi mesin dan

Page 46: ADMINISTRASI FARMASI - · PDF fileBuku Administrasi Farmasi ini disusun ... dan tentu saja buku pegangan untuk guru adalah juga ... D. Penilaian Persediaan Akhir Memakai Metode Nilai

41

ekuipmen, biaya bahan baku, biaya bahan penolong, biaya gaji dan karyawan yang bekerja

dalam bagian – bagian, baik yang langsung maupun yang tidak langsung berhubungan

dengan proses produksi. Menurut obyek pengeluarannya, secara garis besar biaya produksi

ini dibagi menjadi :

1. Biaya bahan baku,

2. Biaya tenaga kerja langsung, dan

3. Biaya overhead pabrik (factory overhead cost)

Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung disebut pula dengan istilah biaya utama

(prime cost). Biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik sering pula disebut

biaya konversi (coversion cost), yang merupakan biaya untuk mengkonversi (mengubah)

bahan baku menjadi produk jadi.

Biaya pemasaran merupakan biaya – biaya yang terjadi untuk melaksanakan

kegiatan pemasaran produk. Contohnya adalah biaya iklan, biaya promosi, biaya angkutan

dari gudang perusahaan ke gudang pembeli, gaji karyawan bagian – bagian yang

melaksanakan kegiatan pemasaran, biaya contoh (samlpe).

Biaya administrasi dan umum merupakan biaya – biaya untuk mengkoordinasi

kegiatan produksi dan pemasaran produk. Contoh biaya ini adalah biaya gaji karyawan

bagian keuangan, akuntansi, personalia dan bagian hubungan masyarakat, biaya

pemeriksaan akuntan, biaya cotocopy. Jumlah biaya pemasaran dan biaya administrasi dan

umum sering pula disebut dengan istilah Biaya Komersil (Commercial Expenses).

2. Penggolongan Biaya Menurut Hubungan Biaya dengan sesuatu yang dibiayai

Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen. Dalam hubungannya

dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan menjadi dua golongan :

1. Biaya langsung ( Direct Cost )

2. Biaya tidak langsung ( Indirect cost )

Dalam hubungannya dengan produk, biaya produksi dibagi menjadi dua, yaitu

biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung. Dalam hubungannya dengan

departemen, biaya dibagi menjadi dua golongan, yaitu biaya langsung departemen dan

biaya tidak langsung departemen.

Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu – satunya adalah

karena adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai tersebut tidak ada, maka

biaya langsung ini akan terjadi. Dengan demikian biaya langsung akan mudah

diidentifikasikan dengan sesuatu yang dibiayai.

Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja

langsung. Biaya langsung departemen (direct departement costs) adalah semua biaya yang

terjadi di dalam departemen tertentu. Contohnya adalah biaya tenaga kerja yang bekerja

dalam departemen bagi Departemen Pemeliharaan dan Biaya Depresiasi mesin yang

dipakai dalam departemen tersebut, merupakan biaya langsung bagi departemen tersebut.

Biaya langsung adalah biaya yang langsung membebani produk ( hasil produksi ),

seperti :

Harga bahan baku serta bahan tambahan yang dipakai

Upah kerja ( mesin dan manusia )

Biaya ini disebut sebagai biaya variable (tidak tetap) karena bergantung pada volume

produksi.

Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh

sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut

dengan istilah biaya produk tidak langsung atau biaya overhead pabrik (factory overhead

costs). Biaya ini tidak mudah diidentifikasikan dengan produk tertentu.

Gaji mandor yang mengawasi pembuatan produk A, B dan C merupakan biaya

tidak langsung bagi baik produk A, B maupun C, karena gaji mandor tersebut terjadi bukan

Page 47: ADMINISTRASI FARMASI - · PDF fileBuku Administrasi Farmasi ini disusun ... dan tentu saja buku pegangan untuk guru adalah juga ... D. Penilaian Persediaan Akhir Memakai Metode Nilai

42

hanya karena perusahaan memproduksi salah satu produk tersebut, melainkan karena

memproduksi ketiga jenis produk tersebut.

Jika perusahaan hanya menghasilkan satu macam produk (misalnya perusahaan

semen, pupuk urea, gula) maka semua biaya merupakan biaya langsung dalam

hubungannya dengan produk sering disebut dengan istilah biaya overhead pabrik (factory

overhead costs).

Dalam hubungannya dengan departemen, tetapi manfaatnya dinikmati oleh lebih

dari satu departeme. Contohnya adalah biaya yang terjadi di Departemen Pembangkit

Tenaga Listrik. Biaya ini dinikmati oleh departemen – departemen lain dalam perusahaan,

baik untuk penerangan, maupun untuk menggerakkan mesin dan ekuipmen yang

mengkonsumsi listrik. Bagi departemen pemakai listrik, biaya listrik yang diterima dari

alokasi biaya Departemen Pembangkit Tenaga Listrik merupakan biaya tidak langsung

departemen.

Biaya tidak langsung, ialah biaya yang dikeluarkan tetapi tidak langsung

membebani hasil produksi, misal :

pemakaian listrik

biaya pemeliharaan mesin - mesin

biaya penyusutan mesin dan gedung pabrik

gaji teknisi mesin - mesin

biaya administrasi dan lainnya di pabrik tsb.

3. Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi

Dalam pembuatan produk terdapat dua kelompok biaya, yaitu biaya produksi dan

biaya nonproduksi. Biaya produksi merupakan biaya – biaya yang dikeluarkan dalam

pengolahan bahan baku menjadi produk, sedangkan biaya nonproduksi merupakan biaya –

biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan nonproduksi, seperti kegiatan pemasaran dan

kegiatan administrasi dan umum.

Biaya produksi membentuk harga pokok produksi, yang digunakan untuk

menghitung harga pokok produk jadi dan harga pokok produk yang pada akhir periode

akuntans masih dalam proses. Biaya nonproduksi ditambahkan pada harga pokok produksi

untuk menghitung total harga pokok produk.

Unsur – unsur harga pokok produksi dengan metode Full Costrip sbb :

Biaya bahan baku xx

Biaya tenaga kerja langsung xx

Biaya overhead pabrik variabel xx

Biaya overhead pabrik tetap xx

Harga pokok produksi xx

Harga pokok produk yang dihitung dengan pendekatan Full costing terdiri dari

unsur harga pokok produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya

overhead pabrik variabel, dan biaya overhead pabrik tetap) ditambah dengan biaya

nonproduksi (biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum). Lihat gambar yang

melukiskan unsur harga pokok produksi dan harga pokok produk dengan pendekatan full

costing.

Page 48: ADMINISTRASI FARMASI - · PDF fileBuku Administrasi Farmasi ini disusun ... dan tentu saja buku pegangan untuk guru adalah juga ... D. Penilaian Persediaan Akhir Memakai Metode Nilai

43

Contoh Perhitungan Harga Pokok Produksi dan Harga Pokok Produk serta Harga Jual.

Contoh-1

Dalam memproduksi 1000 botol sirup antihistaminika dikeluarkan biaya – biaya sbb : Biaya langsung - Bahan Utama Rp. 472.000,00

- Bahan Pembantu Rp. 128.000,000

Rp. 600.000,00

- Upah Mesin

80 Jam x Rp. 2.000

Rp. 160.000,00

- Upah Karyawan

80 Jam x Rp. 1.200

Rp. 96.000,00

Rp. 256.000,00 +

Jumlah biaya langsung Rp. 856.000,00

Biaya tidak langsung

Biaya tidak langsung 20% dari biaya langsung :

20% x Rp. 856.000,00

Rp. 171.200,00

+

Jumlah harga pokok produksi Rp. 1.102.000,00

per 1000 botol

Laba yang diinginkan 20% Rp. 220.400,00 +

Harga jual bersih pabrik Rp. 1.322.400,00

per 1000 botol

Harga jual produk per unit / per botol Rp. 1.322,40

Contoh – 2 :

Sebuah perusahaan farmasi membuat obat – obatan dalam suatu proses produksi

membutuhkan biaya – biaya :

- Bahan utama = Rp. 520.000,00

- Bahan penolong = Rp. 342.000,00

- Upah mesin dan karyawan = Rp. 441.000,00

- Biaya tidak langsung diperhitungkan 30 % dari biaya langsung

- Biaya umum satu bulan = Rp. 1.204.200,00

Page 49: ADMINISTRASI FARMASI - · PDF fileBuku Administrasi Farmasi ini disusun ... dan tentu saja buku pegangan untuk guru adalah juga ... D. Penilaian Persediaan Akhir Memakai Metode Nilai

44

Proses produksi berlangsung selama 15 hari. Barang yang dihasilkan dikemas 3 kemasan

dengan perbandingan 2 : 3 : 5, yang masing – masing berjumlah 1.000 kesatuan per unit

Hitunglah harga pokok barang untuk tiap – tiap kemasan.

Jawab : Biaya langsung :

Bahan utama …………………………………………………..Rp. 520.000,00

Bahan penolong ……………………………………………….Rp. 342.000,00

Upah mesin dan karyawan …………………………………….Rp. 441.000,00 (+)

Jumlah biaya langsung Rp. 1.303.000,00

Biaya tidak langsung :

0,5 x 1.0.900,00 ……………………………………………….Rp. 390.900,00 (+)

Jumlah harga pokok produksi Rp. 1.693.900,00

Biaya umum untuk 15 hari :

½ x Rp. 1.204.200,00 …………………………………………Rp. 602.100,00 (+)

Jumlah harga pokok produk Rp. 2.296.000,00 / 3000 unit kemasan yang

berbeda

Barang yang dihasilkan : 1000 kst kemasan I

1000 kst kemasan II

1000 kst kemasan III Perbandingan I : II : III = 2 : 3 : 5

Bila seandainya seluruh batch dihasilkan hanya untuk jenis kemasan I, akan diperoleh :

Jenis kemasan I ……………………. = 1.000 kst I

1.000 kst I = 3/2 x 1.000 kst = 1.500 kst I

1.000 kst III = 5/2 x 1.00 kst = 2.500 kst I

Jumlah = 5.000 kst

Maka harga pokok / kst I = Rp. 2.296.000 = Rp. 429,20

Harga pokok / kst II = 3/2 x Rp. 459,20 = Rp. 688,80

Harga pokok / kst III = 5/2 x Rp. 459,20 = Rp. 1.148,00

Soal – soal Latihan :

1. Separtai kopi dengan bruto 9.645 kg, tara ekstra 1%, tara 157 kg dibeli dengan harga

Rp.600/kg netto,kalau rabat 3% dan potongan tunai 2% berapakah harga beli bersih ?

2. Separtai barang netto 4,750 kg, pembungkus 51 kg dan pembungkus istimewa 1%.

Berapakah bruto barang tersebut ?

3. Buatlah nota pembelian dari separtai amylum yang dibeli oleh sebuah pabrik farmasi

dengan harga Rp. 800,00/kg netto. Berat kotornya 8.865 kg. Pembungkus 2%, rabat

5%, potongan tunai 2%, biaya lelang 1 1/2 %, kurtasi 3%, ongkos – ongkos lain

Rp.65.000,00 dan komisi 5%.

4. Seorang komisioner membelikan untuk komitennya 120 bal barang bruto

12.263 kg, tara 1 kg tiap bal, tara istimewa 1%, harga netto Rp. 250,00 per kg,

rabat 2% dan potongan tunai 1,5%. Susunlah faktur pembelian sebagaimana harus

dikirimkankomisioner kepada komitennya dengan memperhitungkan pula :

(a) Jasa makelar

(b) Ongkos angkut yang harus dibayar komisioner Rp.6.00/kg

(c) Barang tersebut diansuransikan oleh komisioner sebesar Rp. 3.00.000,00. Premi

telah dibayar 3%, biaya polis dan asmeterai Rp. 35.000,00

(d) Ongkos – ongkos lain yang telah dibayar Rp. 55.000,00

(e) Komisioner menghendaki komisi 4%

5. Separtai barang dijual dengan harga Rp. 400,00/kg netto, tara ekstra rabat 3%,

potongan tunai 1%, ongkos angkut lainnya. Harga akhir nota penjualan itu Rp.

1.725.000,00. Diminta :

(a) Menghitung berat kotor barang

Page 50: ADMINISTRASI FARMASI - · PDF fileBuku Administrasi Farmasi ini disusun ... dan tentu saja buku pegangan untuk guru adalah juga ... D. Penilaian Persediaan Akhir Memakai Metode Nilai

45

(b) Menyusun nota penjualannya

6. Separtai barang dengan timbangan kotor 18.975 kg dibeli dengan harga Rp. 900.00 per

kg, pembungkus 2%, pembungkus ekstra 4%, rabat 5% dan potongan tunai 2%.

Seminggu kemudian barang – barang tersebut dijual. Ternyata timbangan pembungkus

3% dan potongan tunai 2%. Hitunglah :

(a) Harga beli bersih

(b) Harga jual bersih

(c) Labanya

7. Dalam sebuah faktur penjualan tercatat : Komisi 2%, kurtasi ½%, potongan

tunai 1½ % dan ongkos – ongkos Rp.100.750,00. Jika diketahui bahwa jumlah komisi

Rp. 37.650,00 lebih besar dari kurtasi, hitunglah berapa penjualan kotor serta penjualan

bersihnya.

8. Seorang komisioner membelikan untuk komitannya 150 karung beras yang brutonya

8.925Kg, pemnbungkus 2Kg tiap karung, harga beli Rp. 152.500,00 : kurtasi ½% dan

komisi …. % @ 750/kg. Jika faktur yang dikirimkan komisioner tersebut memuat

harga beli bersih Rp. 6.093.862,50 berapa % komisinya ?

9. Dalam suat faktur penjualan tercatat : Dijual 4.000 Kg barang @ Rp. 750.00 per kg,

rabat 5%, potongan tunai 2%, ongkos – ongkos Rp. 18.675,00 kurtasi ……..% dan

komisi 3%. Bila jumlah akhir faktur tersebut Rp. 2.683.410,00 hitung berapa %

kurtasinya.

10. Timbanglah bersih separtai barang adalah 4.680 Kg. Barang tersebut dibeli

dengan : Biaya lelang 1%, potongan tunai 2½, kurtasi ½ %. Jumlah penjualan

bersihnya Rp. 810.810,00. Berapakah harga beli per kg barang tersebut ?

Page 51: ADMINISTRASI FARMASI - · PDF fileBuku Administrasi Farmasi ini disusun ... dan tentu saja buku pegangan untuk guru adalah juga ... D. Penilaian Persediaan Akhir Memakai Metode Nilai

46

B A B V

MENGHITUNG NILAI PERSEDIAAN AKHIR

Macam – macam metode yang digunakan dalam penilaian persediaan akhir

A. Metode pisik / periodik

Dalam metode ini ada beberapa cara dalam menetapkan persediaan antara lain :

1. Tanda pengenal khusus

2. Rata – rata sederhana

3. Rata – rata tertimbang

4. FIFO / MPKP ( Masuk paling awal / pertama harus keluar awal / pertama )

5. LIFO / MTKP ( Masuk paling akhir harus keluar paling awal / pertama )

B. Metode Perpetual / Permanen / Terus Menerus

Dalam metode ini ada beberapa cara dalam menetapkan persediaan akhir antara lain :

1. FIFO / MPKP

2. LIFO / MTKP

3. Rata – rata tertimbang / Rata – rata bergerak

C. Penilaian persediaan akhir memakai metode taksiran / kira – kira

Metode ini dipakai kalau secara fisik tidak memungkinkan ( Karena kebakaran ), maka

dipakai taksiran / kira – kira. Metode ini ada dua ( 2 ) cara :

1. Metode harga eceran

2. Metode laba kotor

D. Penilaian persediaan akhir memakai metode nilai terendah

Dalam metode ini persediaan akhir dihitung dengan cara menentukan nilai terendah

antara harga pembelian dan harga pasaran.

A. Metode Pisik / Periodik

1. Metode tanda pengenal khusus :

Setiap barang dagangan yang mempunyai harga pokok yang sama diberi tanda

pengenal yang sama waktu dilaksanakan inventarisasi serta dihitung jumlahnya. Jumlah

harga / nilai persediaan akhir dihitung berdasarkan harga tanda pengenal khusus seperti

yang tertera pada masing – masing barang.

Contoh soal :

Data – data suatu perusahaan diketahui sebagai berikut :

Barang kelompok A. Persediaan tgl. 1/1 sebanyak 500 unit @ Rp. 100,00

Barang kelompok B. Pembelian tgl 3/1 sebanyak 800 unit @ Rp. 200,00

Barang kelompok C. Pembelian tgl 12/1 sebanyak 900 unit @ Rp. 300,00

Barang kelompok D. Pembelian tgl 18/1 sebanyak 1000 unit @ Rp. 400,00

Barang kelompok E. Pembelian tgl 25/1 sebanyak 500 unit @ Rp. 500,00

Jika diketahui pada tgl. 31/1 setelah dilakukan inventarisasi secara fisik / nyata, masih

terdapat persediaan sebanyak 1000 – Unit yang terdiri dari barang kelompok B = 400 unit,

barang kelompok D = 400 unit dan barang kelompok E = 200 unit. Berapakah harga / nilai

persediaan barang tersebut ?

Jawab :

Barang kelompok B = 400 unit = 400 x Rp. 200,00 = Rp. 80.000,00

Barang kelompok D = 400 unit = 400 x Rp. 400,00 = Rp. 160.000,00

Barang kelompok E = 200 unit = 200 x Rp. 500,00 = Rp. 100.000,00

Jumlah 1000 unit Rp. 340.000,00

Page 52: ADMINISTRASI FARMASI - · PDF fileBuku Administrasi Farmasi ini disusun ... dan tentu saja buku pegangan untuk guru adalah juga ... D. Penilaian Persediaan Akhir Memakai Metode Nilai

47

2. Metode rata – rata sederhana

Harga pokok rata – rata per unit dengan metode rata – rata sederhana sama dengan

Total Harga per unit masing – masing kelompok dibagi dengan jumlah kelompok.

HP Rata – rata per unit =

Σ harga per unit masing - masing

Σ kelompok

Nilai persediaan akhir ( NPA ) sama dengan sisa persediaan akhir dikalikan dengan

banyak.

Harga rata – rata :

NPA = Banyak persediaan akhir x HP rata – rata per unit metode sederhana

Contoh soal :

Sama dengan soal No. 1 pada soal metode Tanda Pengenal Khusus

Jawab :

Jadi harga pokok rata – rata per unit :

Kelompok A harga pokok per unit = Rp. 100,00

Kelompok B harga pokok per unit = Rp. 200,00

Kelompok C harga pokok per unit = Rp. 300,00

Kelompok D harga pokok per unit = Rp. 400,00

Kelompok E harga pokok per unit = Rp. 500,00

5 kelompok = Rp. 1.500,00

Maka harga rata – ratanya = Rp. 1.500,00 : 5 = Rp. 300,00

Saldo / sisa persediaan akhir 1000 unit = 1000 x Rp. 300,00 = Rp. 300.000,00

3. Metode Rata – rata Tertimbang :

Harga pokok rata – rata per unit dengan metode rata – rata tertimbang sama

dengan hasil penjumlahan masing nilai kelompok dibagi dengan total unit dari masing

kelompok

HP Rata – rata tertimbang =

Σ NP masing –masing kelompok

Total unit masing – masing kelompok

NPA = Banyaknya persediaan akhir x HP rata – rata tertimbang

Contoh soal :

Sama dengan soal No. 1 pada soal metode Tanda Pengenal Khusus

Jawab :

Barang kelompok A tgl. 1/1 sebanyak 500 unit

500 x Rp. 100,00 = Rp. 50.000,00

Barang kelompok B tgl. 3/1 sebanyak 800 unit

800 x Rp. 200,00 = Rp. 160.000,00

Barang kelompok C tgl. 12/1 sebanyak 900 unit

900 x Rp. Rp. 300,00 = Rp. 270.000,00

Barang kelompok D tgl. 18/1 sebanyak 1000 unit = Rp. 400.000,00

Barang kelompok E tgl . 25/1 sebanyak 500 unit

500 x Rp. 500,00 = Rp. 250.000,00

sebanyak 3700 unit = Rp. 1.130.000,00

Page 53: ADMINISTRASI FARMASI - · PDF fileBuku Administrasi Farmasi ini disusun ... dan tentu saja buku pegangan untuk guru adalah juga ... D. Penilaian Persediaan Akhir Memakai Metode Nilai

48

Maka harga pokok rata – rata per unit = Rp. 1.130.000,00 : 3.700

= Rp. 305.4054054 = Rp. 305,41

Jumlah harga / nilai persediaan akhir untuk 1000 unit = 1000 x Rp. 305,41

= Rp. 305.410,00

4. Metode First In – First Out ( FIFO ) = Masuk pertama keluar / dijual pertama

( MPKP ) Secara fisik.

Prinsip metode FIFO :

Barang ayng dibeli pertama dijual pertama

Nilai persediaan akhir dihitung secara mundur dari barang yang dibeli paling akhir.

Slogan metode FIFO : “ Ingat beras ingat Cosmos “ atau “ Beli awal masak awal “

Cara perhitungan :

Nilai persediaan akhir dihitung mundur dari barang yang dibeli paling akhir

Bila jumlah persediaan akhir masih bersisa dari hasil pengurangan dengan barang

yang dibeli paling akhir maka dihitung lagi dari barang yang dibeli dari nomor dua

( 2 ) terakhir dan seterusnya.

Contoh soal dan Jawab :

Tgl 1/1 Pembelian barang 500 unit @ Rp. 100,00

3/1 Pembelian barang 800 unit @ Rp. 200,00

12/1 Pembelian barang 900 unit @ Rp. 300,00

18/1 Pembelian barang 1000 unit @ Rp. 400,00

25/1 Pembelian barang 500 unit @ Rp. 500,00

Bila saldo akhir 1000 unit, hitunglah nilai persediaan akhir dengan metode FIFO secara

fisik.

Jawab :

Nilai persediaan akhir sbb :

Jumlah unit persediaan akhir = 1000 unit

Pembelian 25/1 500 unit x Rp. 500,00 = Rp. 250.000,00

Pembelian 18/1 500 unit x Rp. 400,00 = Rp. 200.000,00 (+)

Nilai persediaan akhir = Rp. 450.000,00

5. Metode Last in, First out ( LIFO ) masuk paling akhir, keluar / dijual paling awal /

pertama secara fisik.

Slogan metode LIFO : Ingat beras ingat gentong atau Yang dibeli akhir dimasak awal

Prinsip metode LIFO :

Barang yang dibeli terakhir dijual lebih awal

Nilai persediaan akhir dihitung secara maju mulai dari barang yang dibeli paling

awal.

Cara perhitungan :

Nilai persediaan akhir dihitung secara maju mulai dari barang yang dibeli paling

awal.

Bila jumlah persediaan akhir masih bersisa setelah dikurangi dengan barang yang

dibeli paling awal maka dihitung lagi dari barang yang dibeli dari nomor dua paling

awal dan seterusnya.

Contoh soal sama dengan soal LIFO :

Jawab :

Nilai persediaan akhir sbb :

Jumlah unit persediaan akhir = 1000 unit

Pembelian 1/1 = 500 unit @ Rp. 100,00 = Rp. 50.000,00

Pembelian 3/1 = 500 unit @ Rp. 200,00 = Rp. 100.000,00 (+)

Page 54: ADMINISTRASI FARMASI - · PDF fileBuku Administrasi Farmasi ini disusun ... dan tentu saja buku pegangan untuk guru adalah juga ... D. Penilaian Persediaan Akhir Memakai Metode Nilai

49

Nilai persediaan akhir = Rp. 150.000,00

B. Metode Perpetual / Permanen / Terus Menerus

Dalam penyelesaian PERPETUAL setiap transaksi / kejadian mempengaruhi

besar / banyaknya persediaan akhir. Baik persediaan awal, pembelian serta penjualan

dicatat harga / nilainya menurut sebesar harga pokok pembelian masing – masing unitnya.

1. Perhitungan nilai persediaan akhir metode perpetual secara FIFO

Bila dalam metode fisik saldo akhir harga diketahui pada akhir suatu periode,

maka pada metode perpetual setiap saat dapat diketahui nilai saldo akhirnya. Setiap terjadi

transaksi prinsip dan slogannya sama dengan metode FIFO secara perpetual adalah sama.

Contoh :

Persediaan awal barang tgl. 1/1 sebanyak 600 unit @ Rp. 100,00

Pembelian tgl. 3/1 sebanyak 800 unit @ Rp. 200,00

Penjualan tgl. 8/1 sebanyak 1000 unit @ Rp.

Pembelian tgl. 12/1 sebanyak 600 unit @ Rp. 300,00

Pembelian tgl. 18/1 sebanyak 900 unit @ Rp. 400,00

Penjualan tgl. 20/1 sebanyak 1500 unit @ Rp.

Pembelian tgl. 25/1 sebanyak 500 unit @ Rp. 500,00

Jawab ..............

Jawab :

Cara I : Perhitungan Perpetual FIFO / MKP ( nilai dalam ratusan rupiah )

Tgl PEMASUKAN / PEMBELIAN PENGELUARAN / PENJUALAN PERSEDIAAN / SALDO / SISA

B.UNIT HP/UNIT JUMLAH B.UNIT HP UNIT JUMLAH B.UNIT HP UNIT JUMLAH

1/1 600 1 600 3/1 800 2 1600 800 2 1600

1400 2200

8/1 600 1 600 400 2 800 400 2 800

400 2 800

12/1 600 3 1800 600 3 1800

1000 2600

400 2 800 600 3 1800 18/1 900 4 1800 900 4 3600

1900 6200 20/1 400 2 800 600 3 1800 400 4 1600 500 4 2000

25/1 500 5 2500 400 4 1600 25/1 500 5 2500 500 5 2500

900 4100

Jumlah unit saldo akhir = 900 unit

Nilai saldo akhir = Rp. 410.000,00

FIFO cara lainnya :

Keterangan b.unit hp.unit Jumlah

1/1 Pers.Awal 600 100 Rp. 60.000,00

3/1 Pembelian 800 200 Rp. 160.000,00

1400 Rp. 220.000,00

8/1 Penjualan 600 100

Rp. 140.000,00

400 200

Page 55: ADMINISTRASI FARMASI - · PDF fileBuku Administrasi Farmasi ini disusun ... dan tentu saja buku pegangan untuk guru adalah juga ... D. Penilaian Persediaan Akhir Memakai Metode Nilai

50

400 Rp. 80.000,00

12/1 Pembelian 600 300 Rp. 180.000,00

1000 Rp. 260.000,00

18/1 Pembelian 900 400 Rp. 360.000,00

1900 Rp. 620.000,00

20/1 Penjualan 400 200

600 300 Rp. 460.000,00

500 400

400 Rp. 160.000,00

25/1 Pembelian 500 500 Rp. 250.000,00

900 Rp. 410.000,00

Jumlah unit saldo alhir = 900 unit

Nilai persediaan akhir = Rp. 410.000,00

Keterangan :

1. Persediaan awal dan pembeliaan selalu ditambahkan

2. Sedangkan penjualan selalu dikurangkan

Contoh :

Penjualan tgl. 8/1 = 1000 unit, barang yang dijual berasal dari :

Pembelian tgl. 1/1 = 600 unit @ Rp. 100

Pembelian tgl. 3/1 = 400 unit @ Rp. 200,00

Penjualan tgl. 20/1 = 1500 unit, barang yang dijual berasal dari :

Pembelian tgl. 3/1 = 400 unit @ Rp. 200,00

Pembelian tgl. 12/1 = 600 unit @ Rp. 300,00

Pembelian tgl. 18/1 = 500 unit @ Rp. 400,00

2. Perhitungan nilai persediaan akhir metode perpetual secara LIFO

Slogan : Sama dengan slogan metode LIFO secara fisik yaitu ingat beras ingat gentong

atau Yang dibeli terakhir dimasak lebih dahulu

Prinsip : Sama dengan prinsip metode LIFO secara fisik :

Barang yang dibeli terakhir dijual lebih dahulu

Nilai persediaan akhir dihitung secara maju mulai dari barang yang dibeli paling

awal

Cara perhitungan :

Untuk pembelian selalu ditambahkan pada setiap transaksi

Untuk penjualan selalu dikurangkan dari pembelian sebelumnya atau pembelian

paling akhir, kalau belum mencukupi diambil dari pembelian nomor dua (2)

terakhir dari tanggal transaksi penjualan dan seterusnya.

Contoh soal metode LIFO secara perpetual sama dengan soal metode FIFO secara

perpetual.

Jawab :

Perhitungan perpetual LIFO = NIKE (dalam ratusan rupiah)

(Masuk / pembelian terakhir keluar / dijual pertama / paling awal)

Tgl

Pembelian / Pemasukan Penjualan / Pengeluaran Sisa / Saldo / Persediaan

B. Unit HP/Unit Jumlah B. Unit HP/Unit Jumlah B. Unit HP/Unit Jumlah

1/1 600 1 600

600 1 600

3/1 800 2 1600 800 2 1600

1400 2200

8/1 800 2 1600 400 1 400

200 1 200

Page 56: ADMINISTRASI FARMASI - · PDF fileBuku Administrasi Farmasi ini disusun ... dan tentu saja buku pegangan untuk guru adalah juga ... D. Penilaian Persediaan Akhir Memakai Metode Nilai

51

400 1 400

12/1 600 3 1800 600 3 1800

1000 2200

400 1 400

600 3 1800

18/1 900 4 3600 900 4 3600

1900 5800

900 4 3600 400 1 400

20/1 600 3 1800

400 1 400

25/1 500 5 2000 500 5 2500

900 2900

Jumlah unit persediaan akhir = 900 unit

Nilai persediaan akhir Rp. 290.000,00

Untuk lebih jelasnya sebagai berikut : Persediaan awal tgl. 1/1 sebanyak 600 unit @ Rp. 1.00,00 = Rp. 600,00

Persediaan tgl. 3/1 sebanyak 800 unit @ Rp. 200,00 = Rp. 1600,00

1400 unit Rp. 2200,00

Penjualan tgl. 18/1 = 1000 unit

Diambil dulu dari :

Pembelian tgl. 3/1 = 800 unit (-) @ Rp. 200 = Rp. ……………

Pembelian tgl. 1/1 = 200 unit @ Rp. 100 = Rp. ……………

Penjualan tgl. 20/1 = 1500 unit

Diambil dari :

Pembelian tgl 18/1 = 900 unit (-) @ Rp. 400 = Rp. ……………

Pembelian tgl. 12/1 = 600 unit @ Rp. 300 = Rp. ……………

Penyelesaian secara lainnya (LIFO) : Tgl Keterangan B. Unit HP. Unit Jumlah

1/1 Pers. awal 600 Rp. 100.00 Rp. 660.000

3/1 Pembelian 800 Rp. 200.00 Rp. 160.000

1400 Rp. 220.000

- 800

8/1 Penjualan 1000 Rp. 200.00 Rp. 180.000

- 200 Rp. 100.00

400 Rp. 40.000

12/1 Pembelian 600 Rp. 300.00 Rp. 180.000

1000 Rp. 220.000

18/1 Pembelian 900 Rp. 400.00 Rp. 360.000

1900 Rp. 580.000

- 900 Rp. 400.00 Rp. 540.000

20/1 Penjualan 1500

- 600 Rp. 300.00

400 Rp. 40.000

25/1 Pembelian 500 Rp. 500.00 Rp. 250.000

900 Rp. 290.000

3. Metode perpetual rata – rata tertimbang / bergerak

Perhitungan nilai persediaan akhir dengan metode perpetual rata – rata tertimbang

/ bergerak. Pada prinsip harga rata – rata perunit setiap terjadi transaksi selalu terjadi

perubahan.

Harga pokok rata – rata per unit = Total harga setelah terjadi transaksi

Jumlah unit setelah terjadi transaksi

Page 57: ADMINISTRASI FARMASI - · PDF fileBuku Administrasi Farmasi ini disusun ... dan tentu saja buku pegangan untuk guru adalah juga ... D. Penilaian Persediaan Akhir Memakai Metode Nilai

52

Contoh Soal : sama dengan soal pada soal metode FIFO secara perpetual

Jawab :

Perhitungan Perpetual Rata – Rata Tertimbang / Bergerak (nilai ratusan rupiah)

Tgl

Pembelian / Pemasukan Penjualan / Pengeluaran Sisa / Saldo / Persediaan

B. Unit HP/Unit Jumlah B. Unit HP/Unit Jumlah B. Unit HP/Unit Jumlah

1/1 600 1 600,00

3/1 800 2 1600 1400 1.5714 2200,00

8/1 1000 1.5714 1.5714 400 1.5714 628,60

12/1 600 3 1800 1000 2.4286 2.428,60

18/1 900 4 3600 1900 3.1729 6.028,60

20/1 1500 3.1729 4.759,35 400 3.1731 1.269,25

25/1 500 5 2500 900 4.1880 3.769,25

Untuk lebih jelasnya sebagai berikut :

Persediaan / saldo / sisa awal tgl. 1/1 sebanyak 600 unit @ Rp. 1,00 = Rp. 600,00

Pembelian tgl. 3/1 sebanyak 800 unit @ Rp. 2,00 = Rp. 1.600,00 (+)

1400 unit Rp. 2.200,00

Maka harga pokok rata – rata per unit = Rp. 2.200,00 : 1.400 = Rp. 1,5714

Penjualan tgl. 8/1 sebanyak 1000 unit harga pokoknya / unit = Rp. 1.5714

1000 x Rp. 1.5714 = Rp. 1.571,40

Selisih harga pokok yang tersedia dengan harga pokok yang terjual.

Harga pokok tersedia = Rp. 2.200,00

Harga pokok yang terjual = Rp. 1.571,40 (-)

Rp. 628,60

Maka harga pokok / unit dari sisa barang = Rp. 628,60 : 400 = Rp. 1,5715

Pembelian barang tgl. 12/1 sebanyak 600 unit @ Rp. 300 =

600 x Rp. 3,00 = Rp. 1.800,00

Sisa tgl. 8/1 400 unit @ Rp. 1.5715 = 400 x Rp. 1,5715 = Rp. 628,60 (+)

1000 unit Rp. 2.428,60

Maka harga pokok rata – rata / unit dari sisa barang : Rp. 2.428,60 : 1000 = Rp. 2,4286

Pembelian barang tgl. 8/1 – 900 unit @ Rp. 4,00 = 900 x Rp. 4,00 = Rp. 3.600,00

Barang yang tersedia tgl. 18/1 = 1000 unit @ Rp. 2,4286 = Rp. 2.428,60

900 unit @ Rp. 4,00 = Rp. 3.600,00 (+)

1900 unit Rp. 6.028,60

Maka harga pokok rata – rata / unit = Rp. 6.028,600 : 1900 = Rp. 3,1729

Penjualan barang tgl. 20/1 1500 unit harga pokok / unit Rp. 3,1729

1500 x Rp. 3,1729 = Rp. 4.759,35

Sisa barang = 1990 unit – 1500 unit = 400 unit

Selisih harganya = Rp. 6.028,60 – Rp. 4.759,35 = Rp. 1.269,25

Harga pokok rata – rata / unit = Rp. 1.269,25 : 400 = Rp. 3,1731

Persediaan barang / saldo / selisih sampai dengan akhir tgl. 25/1 :

Sisa barang tgl. 20/1 = 400 unit @ Rp. 3,1731 = Rp. 1.269,25

Pembelian akhir tgl. 20/1 1500 unit @ Rp. 5,00 = Rp. 2.500,00

Jumlah persediaan / saldo 900 unit Rp. 3.769,25

Cara lain : Metode Perpetual Rata – Rata Tertimbang / Bergerak Persediaan awal tgl. 1/1 600 unit @ Rp. 100,00 = Rp. 60.000,00 hp.rata – rata

Pembelian tgl. 3/1 800 unit @ Rp. 200,00 = Rp. 160.000,00 Rp. 220.000,00

1400 unit Rp. 220.000,00 1400

= Rp. 157,15

Page 58: ADMINISTRASI FARMASI - · PDF fileBuku Administrasi Farmasi ini disusun ... dan tentu saja buku pegangan untuk guru adalah juga ... D. Penilaian Persediaan Akhir Memakai Metode Nilai

53

Penjualan tgl. 18/1 1000 unit @ Rp. 157,15 = Rp. 157.140,00 hp. Rata – rata

400 unit Rp. 62.860,00 Rp. 62.860,00

400

= Rp. 157,15

Pembelian tgl. 12/1 500 unit @ Rp. 300,00 = Rp. 18.000,00 hp.rata – rata

1000 unit Rp. 242.860,00 Rp. 242.860,00

1000

= Rp. 242,86

C. Penilaian Persediaan Akhir Memakai Metode Taksiran / Kira - Kira

1. Metode harga eceran.

Pemakaian persediaan akhir dengan metode harga eceran mempunyai prosedur

sebagai berikut :

(a) Tiap kelompok yang dimiliki tetapkan dulu harga ecerannya.

(b) Barang yang dijual cari perbandingannya antara harga pokok dan harga eceran.

Biasanya dinyatakan dalam % ( prosentase ), yaitu :

Harga pokok

x 100 % Harga eceran

(c) Persediaan akhir eceran diperoleh dari persediaan barang untuk dijual ada berapa

/ seharga berapa dikurangi oleh yang terjual.

(d) Persediaan akhir menurut harga pokok ditetapkan oeh jumlah proses ( % ) dari

hasil perbandingan antara harga pokok dan harga eceran dikalikan jumlah

persediaan akhir eceran

Persediaan akhir eceran diperoleh dari :

Persediaan barang untuk dijual ada beberapa dikurangi oleh barang yang dijual (penjualan)

Contoh menetapkan persediaan akhir memakai Metode Taksiran Harga Eceran.

Data – data dari suatu perusahaan sebagai berikut :

KETERANGAN HARGA POKOK HARGA ECERAN

Persediaan awal Rp. 25.000,00 Rp. 35.000,00

Pembelian Rp. 65.000,00 Rp. 85.000,00

Penjualan menunjukkan Rp. 80.000,00

Ditanya : Berapakah Nilai Persediaan Akhir ?

Jawab :

KETERANGAN HARGA POKOK HARGA ECERAN

Persediaan awal Rp. 25.000,00 Rp. 35.000,00

Pembelian Rp. 65.000,00 Rp. 85.000,00

Persediaan akhir ter-

sedia Untuk dijual Rp. 90.000,00 Rp. 120.000,00

Maka perbandingan Harga Pokok dan Harga Eceran =

Rp. 90.000,00

x 100 %

= 75 % Rp. 120.000,00

Barang tersedia untuk dijual menurut harga eceran Rp. 120.000,00

Jumlah penjualan menunjukkan Rp. 80.000,00 (-)

Maka persediaan akhir harga eceran Rp. 40.000,00

Maka persediaan harga pokoknya = 75% x Rp. 40.000,00 = Rp. 30.000,00

2. Metode Laba Kotor

Dalam metode ini perusahaan beranggapan / menganggap bahwa prosen ( % )

laba kotor untuk dua ( 2 ) periode berturut – turut sama besarnya. Persediaan akhir

memakai laba kotor ditentukan :

Page 59: ADMINISTRASI FARMASI - · PDF fileBuku Administrasi Farmasi ini disusun ... dan tentu saja buku pegangan untuk guru adalah juga ... D. Penilaian Persediaan Akhir Memakai Metode Nilai

54

(a) Barang dijual menurut Harga Pokok Pembelian dikuranggi oleh Harga Pokok

Penjualan

(b) Harga Pokok Penjualan ditetapkan Penjualan dikurangi Laba Kotor.

Data – Data Perusahaan Memakai Metode Taksiran Laba Kotor

KETERANGAN Tahun 1980 Tahun 1981

Persediaan awal Rp. 200.000,00 Rp. 250.000,00

Pembelian Rp. 400.000,00 Rp. 800.000,00

Retur pembelian Rp. 25.000,00 Rp. 30.000,00

Penjualan Rp. 750.000,00 Rp. 700.000,00

Retur penjualan Rp. 50.000,00 Rp.

Ditanya : Berapakah Nilai Persediaan Akhir tahun 1980 – 1981 ?

Jawab : Tahun 1980

Penjualan Rp. 750.000,00

Retur penjualan Rp. 50.000,00 (-)

Rp. 700.000,00

Harga pokok penjualan :

Persediaan awal Rp. 200.000,00

Pembelian Rp. 400.000,00 (+)

Rp. 600.000,00

Retur pembelian Rp. 25.000,00 (-)

Rp. 575.000,00

Persediaan akhir Rp. 250.000,00 (-) ( yang terdapat dipersediaan awal tahun 1981)

Laba kotornya Rp. 325.000,00

Prosennya : Rp. 325.000,00

x 100 % = 46,42857142 = 46,28 %

Rp. 700.000,00

Tahun 1981 :

Persediaan awal Rp. 250.000,00

Pembelian Rp. 800.000,00 (+)

Rp. 1.050.000,00

Retur pembelian Rp. 30.000,00 (-)

Pembelian bersih Rp. 1.020.000,00

Penjualan ……………………………………. Rp. 700.000,00

Laba kotor 46,28 % x Rp. 700.000,00 = Rp. 32.396,00 (-)

Harga pokok penjualan ……………………….. Rp. 667.604,00

Maka persediaan akhirnya Rp. 1.020.000,00

Rp. 667.000,00 (-)

Rp. 352.396,00

Contoh menetapkan persediaan akhir memakai metode rata – rata terendah antara Harga

Pokok Pembelian dan Harga Pasaran dilakukan sebagai berikut :

a. Untuk setiap jenis barang / individu / masing – masing unit

b. Untuk masing – masing kelompok

c. Jumlah seluruh persediaan

Page 60: ADMINISTRASI FARMASI - · PDF fileBuku Administrasi Farmasi ini disusun ... dan tentu saja buku pegangan untuk guru adalah juga ... D. Penilaian Persediaan Akhir Memakai Metode Nilai

55

D. Penilaian Persediaan Akhir Memakai Metode Nilai Terendah

Dalam metode ini persediaan akhir dihitung dengan cara menentukan nilai

terendah antara harga pembelian dan harga pasaran.

Penyelesaian Harga Terendah Antara Harga Pokok dan Harga Pasaran Per Kelompok Kelompok Bahan

Baku

B. Unit H. Pokok Harga Pasaran

I A 6000 6000 x 0,20 = Rp. 1200 6000 x 0,15 = Rp. 900

Bahan Baku B 5000 500 x 0,10 = Rp. 500 5000 x 0,09 = Rp. 450

C 3000 3000 x 0,30 = Rp. 900 3000 x 0,40 = Rp. 1200

Rp. 2600 Rp. 2550

II

Bahan dalam

proses

D 8000 8000 x 0,10 = Rp. 800 8000 x 0,08 = Rp. 640

E 9000 9000 x 0,05 = Rp. 450 9000 x 0,10 = Rp. 900

Rp. 1250 Rp. 1540

III

Bahan jadi

F 5000 5000 x 3,30 = Rp. 1500 5000 x 0,25 = Rp 1250

G 3000 3000 x 0,40 = Rp. 1200 3000 x 0,50 = Rp 1500

Rp. 2700 Rp. 2750

Maka harga terendah di Kel. I Rp. 2.550,00

Kel. II Rp. 1.250,00

Kel. III Rp. 2.700,00

Jumlah harga terendah dari Kel. I, II, dan III ( secara kolektif ) = Rp. 6.500,00

Penyelesaian Harga Terendah Antara Harga Poko dan Harga Pasaran Secara Keseluruhan Kelompok Bahan Baku B. Unit H. Pokok Harga Pasaran

I A 6000 6000 x 0,20 = Rp. 1200 6000 x 0,15 = Rp. 900

B 5000 500 x 0,10 = Rp. 500 5000 x 0,09 = Rp. 450

C 3000 3000 x 0,30 = Rp. 900 3000 x 0,40 = Rp. 1200

D 8000 8000 x 0,10 = Rp. 800 8000 x 0,08 = Rp. 640

E 9000 9000 x 0,05 = Rp. 450 9000 x 0,10 = Rp. 900

F 5000 5000 x 3,30 = Rp. 1500 5000 x 0,25 = Rp 1250

G 3000 3000 x 0,40 = Rp. 1200 3000 x 0,50 = Rp 1500

Rp. 6550 Rp. 6840

Maka jumlah Persediaan dan harga terendah adalah menurut harga pokok = Rp.

6.550,00

Penyelesaian Harga Terendah antara harga pokok dengan harga pasaran, persatuan,

perkelompok dan secara keseluruhan. ( Nilai dinyatakan dalam ribuan rupiah ) adalah

sebagai berikut :

Page 61: ADMINISTRASI FARMASI - · PDF fileBuku Administrasi Farmasi ini disusun ... dan tentu saja buku pegangan untuk guru adalah juga ... D. Penilaian Persediaan Akhir Memakai Metode Nilai

56

Kelompok

Jenis

Jumlah

HP./

Unit

H. Psr /

Unit

Jumlah

Tiap jenis nilai terendah antar harga pokok dan harga pasaran

H. Pokok H.Psr. Jenis Kel Pers.

Keseluruhan

I B. Baku A 6.000 0,2 0,15 1.200 900 900 B 5.000 0,1 0,09 500 450 450

C 3.000 0,3 0,40 900 1200 900

2.600 2.550 2.550

II B. Dalam

Proses

D 8.000 0,1 0,08 800 640 640

E 9.000 0,05 0,10 450 900 450

1.250 1.540 1.250

III Barang

jadi

F 5.000 0,3 0,25 1.500 1.250 1.250

G 3.000 0,4 0,50 1.200 1.500 1.200 2.700 2.750 2.700

6.550 6.840 6.550

5.790 6.500 6.550

Harga terendah antara Harga Pokok dengan

Harga satuan persatuan = Rp. 5.790.000

Harga satuan perkelompok = Rp. 6.500.000

Harga satuan secara keseluruhan = Rp. 6.550.000