adi_w_octavianto_jurnalisme realitas virtual versi imras 2016
TRANSCRIPT
JURNALISME REALITAS VIRTUAL DALAM PERSPEKTIF JURNALIS DI INDONESIA
ADI W. OCTAVIANTO
TEKNOLOGI DIGITAL TELAH MEMBUKA PELUANG TRANSFORMASI DI BIDANG JURNALISTIK DAN MEDIA. SALAH SATU BENTUK TRANSFORMASI TERSEBUT ADALAH LAHIRNYA BENTUK-BENTUK BARU TEKNIK BERTUTUR YANG MUNGKIN LEBIH MAMPU M E N I N G K AT K A N K E T E R L I B ATA N A U D I E N S S E RTA MENGHADIRKAN KONTEKS YANG LEBIH KAYA DARI ISU DAN PERISTIWA YANG DILAPORKAN
(Pavlik & Bridges, 2013)
LATAR BELAKANG
http://www.nytimes.com/interactive/2014/12/29/us/year-in-interactive-storytelling.html?_r=0or
http://www.theguardian.com/world/interactive/2013/nov/01/snowden-nsa-files-surveillance-revelations-decoded#section/1
Multimedia Storytelling
in
Journalism
Augmented Reality
in
Journalism
New Video format
for mobile access
in
Journalism
New York Times Virtual Reality Apps
Pe n g e m b a n g a n a p l i k a s i khusus realitas virtual NYTVR menunjukkan komitmen The N e w Yo r k T i m e s u n t u k mengangkat realitas virtual menjadi salah satu bentuk kemasan berita yang penting (Albeanu, 2015)
“VIRTUAL REALITY JOURNALISM IS WITH US TO STAY, AND WILL BECOME EVEN MORE REALISTIC AND IMMERSIVE AS TECHNOLOGY IMPROVES”
Tom Kent
MAHLUK SEPERTI APAKAH VIRTUAL REALITY JOURNALISM ITU? PERUBAHAN SEPERTI APA YANG BISA TERJADI DI BIDANG JURNALISTIK TERKAIT MUNCULNYA VIRTUAL REALITY JOURNALISM?
INDONESIAN PERSPECTIVES?
1.Bagaimana jurnalisme realitas virtual didefinisikan?
2.Strategi konten dan kemasan yang tepat?
3.Potensi penerapan dan pengembangan di Indonesia?
“..AN IMMERSIVE MEDIA EXPERIENCE THAT REPLICATES EITHER A REAL OR IMAGINED ENVIRONMENT AND ALLOWS USERS TO INTERACT WITH THIS WORLD IN WAYS THAT FEEL AS IF THEY ARE THERE.”
TOW Center for Digital Journalism
TINJAUAN TEORI / KONSEP
Virtual Reality?
Creating Virtual Reality Experience:1.Kemampuan
membangun dunia virtual
2.Perangkat yang membantu proses meleburkan diri dengan lingkungan virtual
RESPONSE AS IF REAL (RAIR). KONEKSI EMOSIONAL ANTARA AUDIENS DENGAN KISAH YANG DILAPORKAN
Nonny de la pena dkk
IMPACT VIRTUAL REALITY
Social Construction of Reality1. Relevant social group
2. Interpretative flexibility
3. Closure and stabilisation
4. The wider context
Metode PenelitianStudi Kasus Robert E. StakeIntrinsic -> Virtual reality journalism masih asing dan belum banyak telaah ilmiah mengenai bidang ini. Dengan sendirinya menarik
Instrumental -> Sarana untuk memahami proses terbentuknya interpretasi teknologi virtual reality di bidang jurnalistik berdasarkan kerangka konsep SCOT
Kasus:Studi Kasus Robert E. StakeJurnalis di Indonesia dalam latar platform media tertentu, seperti online, cetak, televisi, radio.
Penelitian ini fokus pada jurnalis online terlebih dahulu, khususnya di kompas.com
Informan:1. Tri Wahono, News Managing Editor di kompas.com
2. Amir Sodikin, News Assistant Managing Editor di kompas.com
3. Roderick Adrian Mozes, Photo Editor & Photographer di kompas.com
4. Ari Prasetyo, Photo Editor & Photographer di kompas.com
SimpulanInforman-informan menyoroti vendor teknologi dan pengiklan sebagai
relevant social groups yang berperan dalam proses interpretasi dan implementasi virtual reality journalism. Dengan demikian setidaknya terdeteksi empat kelompok sosial relevan, yaitu: jurnalis (produsen informasi), audiens, vendor teknologi, dan pengiklan.
Relevant Social Group:
SimpulanPara informan mendeskripsikan jurnalisme realitas virtual sebagai bentuk
kemasan karya jurnalistik yang mampu mengajak audiens masuk dalam situasi yang dilaporkan, memberikan kebebasan pada audiens untuk melakukan eksplorasi lingkungan, dan seharusnya memiliki elemen interaktif untuk memanipulasi lingkungan virtual yang dimasuki.
Karya jurnalisme virtual dalam dua tipe, yaitu berbentuk reportase dan feature/dokumenter. Bentuk reportase lebih mudah diproduksi karena tidak terlalu memerlukan strategi storytelling. Reportase jurnalisme realitas virtual berbentuk video 360 mengandalkan situasi lingkungan yang menarik atau penuh aksi dalam peristiwa yang dilaporkan. Jenis-jenis reportase yang dianggap cocok untuk kemasan video 360, misalnya; liputan bencana, pameran, dan konser. Bentuk feature dan dokumenter memerlukan perencanaan yang lebih, bukan hanya mengandalkan gambar-gambar indah melainkan perlu alur cerita yang kuat dan menarik.
Interpretative Flexibility:
SimpulanTemuan paling menarik dalam penelitian ini adalah pernyataan Amir
Sodikin mengenai semakin tidak leluasanya jurnalis dalam melakukan pembingkaian berita melalui kemasan jurnalisme realitas virtual. Audiens yang menyimak video realitas virtual dapat membandingkan seleksi dan penonjolan fakta yang dikemas dalam bentuk narasi dengan impresi yang diperoleh melalui pengalaman RAIR. Ini membuka celah penelitian baru mengenai framing (pembingkaian) berita dalam jurnalisme realitas virtual. Sampai batas manakah pembingkaian masih dapat dilakukan? Masih relevan kah pembahasan mengenai pembingkaian dalam konteks jurnalisme realitas virtual?
Interpretative Flexibility:
TERIMA KASIH