addison

40
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Addison Disease (AD) terjadi bila fungsi korteks adrenal tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan pasien akan hormon korteks adrenal. Penyebab terbanyak (75%) atrofi otoimun dan idiopatik, penyebab lain: operasi dua keelenjar adrenal atau infeksi kelenjar adrenal, TB kelenjar adrenal, sekresi ACTH tidak adekuat. Penghentian mendadak terapi hormon adrenokortika akan menekan respon normal tubuh terhadap stress dan menggangu mekanisme umpan balik normal. Terapi kortikosteroid selama dua sampai empat minggu dapat menekan fungsi korteks adrenal. Insiden penyakit Addison adalah 4 per 100.000 penduduk, 50% pasien dengan penyakit addison, kerusakan korteks adrenalnya merupakan manifestasi dari proses atoimun. Penyakit Addison adalah terjadi bila fungsi korteks adrenal tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan pasien akan kebutuhan hormon – hormon korteks adrenal. Dari Bagian Statistik Rumah Sakit Dr. Soetomo pada tahun 1983, masing-masing didapatkan penderita penyakit Addison. Frekuensi pada laki-laki dan wanita hampir sama. Menurut Thom, laki-laki 56% dan wanita 44% penyakit 1

Upload: regent-wb

Post on 05-Aug-2015

77 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Addison

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Addison Disease (AD) terjadi bila fungsi korteks adrenal tidak adekuat untuk

memenuhi kebutuhan pasien akan hormon korteks adrenal. Penyebab terbanyak

(75%) atrofi otoimun dan idiopatik, penyebab lain: operasi dua keelenjar adrenal atau

infeksi kelenjar adrenal, TB kelenjar adrenal, sekresi ACTH tidak adekuat.

Penghentian mendadak terapi hormon adrenokortika akan menekan respon normal

tubuh terhadap stress dan menggangu mekanisme umpan balik normal. Terapi

kortikosteroid selama dua sampai empat minggu dapat menekan fungsi korteks

adrenal. Insiden penyakit Addison adalah 4 per 100.000 penduduk, 50% pasien

dengan penyakit addison, kerusakan korteks adrenalnya merupakan manifestasi dari

proses atoimun. Penyakit Addison adalah terjadi bila fungsi korteks adrenal tidak

adekuat untuk memenuhi kebutuhan pasien akan kebutuhan hormon – hormon

korteks adrenal.

Dari Bagian Statistik Rumah Sakit Dr. Soetomo pada tahun 1983, masing-

masing didapatkan penderita penyakit Addison. Frekuensi pada laki-laki dan wanita

hampir sama. Menurut Thom, laki-laki 56% dan wanita 44% penyakit Addison dapat

dijumpai pada semua umur, tetapi lebih banyak ter- dapat pada umur 30 – 50 tahun .

50% pasien dengan penyakit addison, kerusakan korteks adrenalnya

merupakan manifestasi dari proses atoimun.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan addison ?2. Bagaimana etiologi addison ?3. Bagaimana patofisiologi addison ?4. Bagaimana asuhan keperawatan klien dengan addison ?

1

Page 2: Addison

1.3 Tujuan

1 Mahasiswa megetahui definisi addison 

2 Mahasiswa mengetahui etiologi addison 

3 Mahasiswa megetahui patofisiologi addison  

4 Mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan addison 

1.4 Manfaat

1 Menambah pengetahuan mahasiswa tentang definisi addison 

2 Menambah pengetahuan mahasiswa tentang etiologi addison 

3 Menambah pengetahuan mahasiswa tentang patofisiologi addison  

4 Menambah pengetahuan mahasiswa tentang asuhan keperawatan pada klien

dengan addison 

2

Page 3: Addison

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Penyakit Addison ialah kondisi yang terjadi sebagai hasil dari kerusakan

pada kelenjar adrenal (Black,1997) Penyakit Addison (juga dikenal sebagai

kekurangan adrenalin kronik, hipokortisolisme atau hipokortisisme) adalah

penyakit endokrin langka dimana kelenjar adrenalin memproduksi hormon steroid

yang tidak cukup. Penyakit ini juga dapat terjadi pada anak-anak. Nama penyakit

ini dinamai dari Dr Thomas Addison, dokter Britania Raya yang pertama kali

mendeskripsikan penyakit ini tahun 1855.

Penyakit Addison adalah penyakit yang terjadi akibat fungsi korteks tidak

adekuat untuk memenuhi kebutuhan pasien akan hormon-hormon korteks adrenal.

(Soediman,1996)

Penyakit Addison adalah lesi kelenjar primer karena penyakit destruktif atau

atrofik,biasanya autoimun atau tuberkulosa. (Baroon, 1994)

Penyakit Addison adalah terjadi bila fungsi korteks adrenal tidak adekuat

untuk memenuhi kebutuhan pasien akan kebutuhan hormon – hormon korteks

adrenal (keperawatan medical bedah, bruner, dan suddart edisi 8 hal 1325)

Penyakit Addison adalah kekurangan partikal sekresi hormon korteks

adrenal. Keadaan seperti ini terlihat pada hipoado tironisme yang hanya mengenal

zona glomeruluna dan sakresi aldosteron pada sindrom adrenogenetal dimana

gangguan enzim menghambat sekresi steoid (Patofisiologi Edisi 2 Hal 296)

Bentuk primer dari penyakit ini disebabkan oleh atrofi/destruksi (kerusakan)

jaringan adrenal (misalnya respon autoimun, TB, infark hemoragik, tumor ganas)

atau tindakan pembedahan (Doenges, 1993).

Bentuk sekunder adalah gangguan pada kelenjar hipofisis yang

menyebabkan penurunan sekresi/ kadar ACTH, tetapi biasanya sekresi aldosteron

normal (Doenges, 1993).

3

Page 4: Addison

2.2 Etiologi

1. Etiologi dari penyakit Addison bentuk primer :

a. Infeksi kronis, terutama infeksi-infeksi jamur

b. Sel-se kanker yang menyebar dari bagian-bagian lain tubuh ke kelenjar-

kelenjar adrenal

c. Amyloidosis

d. Pengangkatan kelenjar-kelenjar adrenal secara operasi

2. Etiologi dari penyakit Addison bentuk sekunder :

a. Tumor-tumor atau infeksi-infeksi dari area

b. Kehilangan aliran darah ke pituitary

c. Radiasi untuk perawatan tumor-tumor pituitary

d. Operasi pengangkatan bagian-bagian dari hypothalamus

e. Operasi pengangkatan kelenjar pituitary

Penyebab lain dari ketidakcukupan adrenal sekunder adalah operasi

pengangkatan dari tumor-tumor yang jinak atau yang tidak bersifat kanker dari

kelenjar pituitary yang memproduksi ACTH (Penyakit Cushing). Pada kasus ini,

sumber dari ACTH secara tiba-tiba diangkat, dan hormon pengganti harus

dikonsumsi hingga produksi ACTH dan cortisol yang normal pulih kembali.

Pada satu waktu, kebanyakan kasus penyakit addison adalah merupakan

komplikasi dari TBC. Saat ini, 70% dianggap idiopatik. Sejak satu setengah hingga

dua per tiga klien dengan Addison idiopatik memiliki sirkulasi antibody yang

bereaksi secara spesifik menyerang  jaringan adrenal, kondisi ini mungkin merupakan

suatu dasar autoimun. Sebagai tambahannya, beberapa kasus penyakit Addison

disebabkan oleh neoplasma, amyloidosis, atau infeksi jamur sistemik.

4

Page 5: Addison

Insufisiensi adrenal primer itu jarang. Insiden dan prevalen di USA tidak

diketahui. Penyakit ini mengenai orang dengan segala macam tingkat usia dan

menyerang baik laki-laki maupun perempuan.

Insufisiensi adrenal primer disebabkan oleh hipofungsi kelenjar adrenal. 75%

penyakit Addison primer terjadi sebagai proses autoimun. Insufisiensi adrenal

umumnya terlihat pada orang dengan acquired immunodeficiency syndrome (AIDS).

20% penyakit Addison dikarenakan oleh TBC. Metastasisnya dari paru, payudara,

saluran GI, melanoma, atau lymphoma.

Insufisiensi adrenal sekunder adalah hipofungsi dari unit pituitary-hipotalamus.

Umumnya kebanyakan menyebabkan perawatan kronik dengan menggunakan

glukokortikoid untuk yang kasus nonendokrin. Penyebab lain termasuk

adrenalectomy bilateral, hipopituitari menghasilakan penurunan sekresi ACTH oleh

kelenjar pituitary, tumor pituitary atau infark, dan radiasi.

2.3 Tanda dan Gejala

1. Gejala awal : kelemahan, fatique, anoreksia, nausea, muntah, BB menurun,

hipotensi, dan hipoglikemi.

2. Astenia (gejala cardinal) : kelemahan yang berlebih.

3. Hiperpiqmentasi : menghitam seperti perunggu, coklat seperti terkena sinar

matahari, biasanya pada kulit buku jari, lutut, siku.

4. Rambut pubis dan aksilaris berkurang pada perempuan.

5. Hipotensi arterial ( TD : 80/50 mmHg/kurang).

6. Abnormalitas fungsi gastrointestinal.

Pada kasus yang berat, gangguan metabolisme natrium dan kalium yang dapat

ditandai oleh penurunan natrium dan air, serta dehidrasi yang kronis dan berat.

Dengan berlanjutnya penyakit yang disertai hipotensi akut akibat dari

hipokortikoisme, pasien akan mengalami krisis addisonian yang ditandai oleh

5

Page 6: Addison

sianosis, panas dan tanda-tanda syok, pucat, perasaan cemas, denyut nadi cepat dan

lemah, pernafasan cepat serta tekanan darah rendah. Di samping itu, pasien dapat

mengeluh sakit kepala, mual, nyeri abdomen serta diare, dan memperlihatkan tanda-

tanda kebingungan serta kegelisahan. Bahkan aktivitas jasmani ynag sedikit

berlebihan, terpajan udara dingin, infeksi yang akut atau penurunan asupan garam.(

Keperawatan Medikal Bedah II, edisi 8, 2001 )

2.4 Patofisiologi

Penyebab terjadinya Hipofungsi Adrenokortikal mencakup operasi pengangkatan kedua kelenjar adrenal atau infeksi pada kedua kelenjar tersebut. Tuberkulosis (TB) dan histoplasmosis merupakan infeksi yang paling sering ditemukan dan menyebabkan kerusakan pada kedua kelenjar adrenal. Meskipun kerusakan adrenal akibat proses autoimun telah menggantikan tuberculosis sebagai penyebab penyakit Addison, namun peningkatan insidens tuberculosis yang terjadi akhir-akhir ini harus mempertimbangkan pencantuman pemyakit infeksi ini kedalam daftar diagnosis. Sekresi ACTH yang tidak adekuat dari

6

Page 7: Addison

kelenjar hipofisis juga akan menimbulkan insufisiensi adrenal akibat penurunan stimulasi korteks adrenal.

Gejala insufisiensi adrenokortikal dapat pula terjadi akibat penghentian mendadak terapi hormon adrenokortikal yang akan menekan respon normal tubuh terhadap keadaan stres dan mengganggu mekanisme umpan balik normal. Terapi dengan pemberian kortikosteroid setiap hari selama 2-4 minggu dapat menekan fungsi korteks adrenal. Oleh sebab itu kemungkinan Addison harus di anitsipasi pada pasien yang mendapat pengobatan kortikosteroid.

2.5 Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium :

Diagnosis dari penyakit Addison tergantung terutama pada tes darah dan

urin. Tes diagnostic fungsi adrenalkortikal meliputi:

1. Uji ACTH

Meningkat secara mencolok (primer) atau menurun (sekunder). Tes

skrining ini paling akurat untuk penyakit Addison. Prosedurnya sebagai

berikut:  batas dasar plasma cortisol ditarik (waktu ‘0’). Kortisol plasma

merespon ACTH secara intravena, 45 menit kemudian sampel darah

diambil. Konsentrasi kortisol seharusnya lebih besar dari pada 20 µg/dl.

2. Plasma ACTH

Jika gagal menggunakan tes skrining, plasma ACTH dengan akurat akan

mengkategorisasikan dengan insufisiensi adrenal primer (tinggi), atau

sekunder (normal atau rendah).

3. Serum elektrolit

Serum sodium biasanya menurun, sementara potassium dan kalsium

biasanya meningkat. Walau pun demikian, natrium dan kalium yang

abnormal dapat terjadi sebagai akibat tidak adanya aldosteron dan

kekurangan kortisol.

4. ADH meningkat

Aldosteron menurun, kortisol plasma menurun dengan tanpa respons

pada pemberian ACTH secara IM (primer) atau secara IV.

5. Glukosa: hipoglikemia

7

Page 8: Addison

6. Ureum/ kreatini

mungkin meningkat (karena terjadi penurunan perfusi ginjal).

Analisa gas darah : Asidosis metabolic

7. Sel darah merah (eritrosit): normositik,

anemia normokromik (mungkin tidak nyata/ terselubung dengan

penurunan volume cairan) dan hematokrit (Ht) meningkat (karena

hemokonsentrasi). Jumlah limfosit mungkin rendah, eosinofil meningkat.

8. Urine (24 jam)

17- ketosteroid, 17-hidroksikortikoid, dan 17-ketogenik steroid

menurun. Kadar kortisol bebas menurun. Kegagalan dalam pencapaian atau

peningkatan kadar steroid urin setelah pemeriksaan dengan pemberian

ACTH merupakan indikasi dari penyakit Addison primer (atrofi kelenjar

adrenal yang permanen), walaupun peningkatan kadar ACTH memberikan

kesan penyebab supresi hormone sekunder. Natrium urin meningkat.

2. Pemeriksaan radiografi abdominal menunjukan adanya klasifikasi di adrenal

1. CT Scan

Detektor klasifikasi adrenal dan pembesaran yang sensitive

hubungannya dengan insufisiensi pada tuberculosis, infeksi, jamur,

penyakit infiltrasi malignan dan non malignan dan hemoragik adrenal.

2. Gambaran EKG

Tegangan rendah aksis QRS vertical dan gelombang ST non spesifik

abnormal sekunder akibat adanya abnormalitas elektrolik

3. Tes stimulating ACTH

Cortisol adarah dan urin diukur sebelum dan setelah suatu bentuk

sintetik dari ACTH diberikan dengan suntikan. Pada tes ACTH yang

disebut pendek cepat. Penyukuran cortisol dalam darah di ulang 30 sampai

60 menit setelah suatu suntikan ACTH adalah suatu kenaikan tingkatan –

tingkatan cortisol dalam darah dan urin.

8

Page 9: Addison

4. Tes Stimulating CRH

Ketika respon pada tes pendek ACTH adalah abnormal, suatu tes

stimulasi CRH “Panjang” diperlukan untuk menentukan penyebab dari

ketidak cukupan adrenal. Pada tes ini, CRH sintetik di suntikkan secara

intravena dan cortisol darah diukur sebelum dan 30, 60 ,90 dan 120 menit

setelah suntikan. Pasien – pasien dengan ketidak cukupan adrenal seunder

memp. Respon kekurangan cortisol namun tidak hadir / penundaan respon

– respon ACTH. Ketidakhadiran respon – respon ACTH menunjuk pada

pituitary sebagai penyebab ; suatu penundaan respon ACTH menunjukan

pada hypothalamus sebagai penyebab.

5. Sinar X

Jantung kecil, kalsifikasi kelenjar adrenal, atau TB (paru, ginjal)

mungkin akan ditemukan.

2.6 Penatalaksanaan

1. Medik

a) Terapi dengan pemberian kortikostiroid setiap hari selama 2 sampai 4

minggu dosis 12,5-50 mg/hr.

b) Hidrkortison (solu – cortef) disuntikan secara IV.

c) Prednison (7,5 mg/hr) dalam dosis terbagi diberikan untuk terapi pengganti

kortisol.

d) Pemberian infus dekstrose 5% dalam larutan saline.

e) Fludrukortison : 0,05 – 0,1 mg/hr diberikan per oral.

2. Keperawatan

a) Pengukuran TTV.

b) Memberikan rasa nyaman dengan mengatur / menyediakan waktu istirahat

pasien.

9

Page 10: Addison

c) Meniempatkan pasien dalam posisi setengah duduk dengan kedua tungkai

ditinggikan.

d) Memberikan suplemen makanan dengan penambahan garam.

e) Fallow up : mempertahankan berat badan, tekanan darah dan elektrolit

yang normal disertai regresi gambaran klinis.

f) Memantau kondisi pasien untuk mendeteksi tanda dan gejala yang

menunjukan adanya krisis Addison.

10

Page 11: Addison

BAB III TINJAUAN KASUS

3.1 Konsep Asuhan Keperawatan

3.1.1 Pengkajian

1) Identitas

Penyakit Addison bisa terjadi pada laki – laki maupun perempuan yang

mengalami krisis adrenal

2) Keluhan Utama

Pada umumnya pasien mengeluh kelemahan, fatique, nausea dan

muntah.

3) Riwayat Penyakit Dahulu

Perlu dikaji apakah klien pernah menderita tuberkulosis, hipoglikemia

maupun ca paru, payudara dan limpama

4) Riwayat Penyakit Sekarang

Pada pasien dengan penyakit Addison gejala yang sering muncul ialah

pada gejala awal : kelemahan, fatiquw, anoreksia, nausea, muntah, BB

turun, hipotensi dan hipoglikemi, astenia (gejala cardinal). Pasien

lemah yang berlebih, hiperpigmentasi, rambut pubis dan axila

berkurang pada perempuan, hipotensi arterial (TD : 80/50 mm)

5) Riwayat Penyakit Keluarga

Perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang pernah mengalami

penyakit yang sama / penyakit autoimun yang lain.

6) Pemeriksaan Fisik ( Body Of System)

a. Sistem Pernapasan

I : Bentuk dada simetris, pergerakan dada cepat, adanya kontraksi

otot bantu pernapasan (dispneu), terdapat pergerakan cuping

hidung

P : Terdapat pergesekan dada tinggi

P : Resonan

11

Page 12: Addison

A : Terdapat suara ronkhi, krekels pada keadaan infeksi

b. Sistem Cardiovaskuler

I : Ictus Cordis tidak tampak

P : Ictus cordis teraba pada ICS 5-6 mid clavikula line sinistra

P : Redup

A : Suara jantung melemah

c. Sistem Pencernaan

· Mulut dan tenggorokan : nafsu makan menurun, bibir kering

· Abdomen :

I : Bentuk simetris

A: Bising usus meningkat

P : Nyeri tekan karena ada kram abdomen

P : Timpani

d. Sistem muskuluskeletal dan integumen

Ekstremitas atas : terdapat nyeri

Ekstremitas bawah : terdapat nyeri

Penurunan tonus otot

Turgor kulit jelek, membran mukosa kering, ekstremitas

dingin,cyanosis, pucat, terjadi piperpigmentasi di bagian distal

ekstremitas dan buku – buku pad ajari, siku dan mebran mukosa

e. Sistem Endokrin

Destruksi kortek adrenal dapat dilihat dari foto abdomen, Lab.

Diagnostik ACTH meningkat

f. Sistem Eliminasi Uri

Diuresis yang diikuti oliguria, perubahan frekuensi dan krakteristik

urin

g. Eliminasi Alvi

Diare sampai terjadi konstipasi, kram abdomen

12

Page 13: Addison

h. Sistem Neurosensori

Pusning, sinkope, gemetar, kelemahan otot, kesemutan terjadi

disorientasi waktu, tempat, ruang (karena kadar natrium rendah),

letargi, kelelahan mental, peka rangsangan, cemas, koma ( dalam

keadaan krisis)

i. Nyeri / kenyamanan

Nyeri otot, kaku perut, nyeri kepala, nyeri tulang belakang,

abdomen, ekstremitas

j. Keamanan

Tidak to0leran terhadap panas, cuaca udaha panas, penngkatan

suhu, demam yang diikuti hipotermi (keadaan krisis)

k. Aktivitas / Istirahat

Lelah, nyeri / kelemahan pada otot terjadi perburukan setiap hari),

tidak mampu beraktivitas / bekerja. Peningkatan denyut jantung /

denyut nadi pada aktivitas yang minimal, penurunan kekuatan dan

rentang gerak sendi.

l. Seksualitas

Adanya riwayat menopouse dini, aminore, hilangnya tanda – tanda

seks sekunder (berkurang rambut – rambut pada tubuh terutama

pada wanita) hilangnya libido

m. Integritas Ego

Adanya riwayat – riwayat fasctros stress yang baru dialami,

termasuk sakit fisik atau pembedahan, ansietas, peka rangsang,

depresi, emosi tidak stabil.

3.1.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Kekurangan volume cairan b/d kekurangan natrium dan kehilangan

cairan melalui ginjal, kelenjar keringat, saluran GIT ( karena

kekurangan aldosteron)

13

Page 14: Addison

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d intake tidak adekuat (mual,

muntah, anoreksia) defisiensi glukontikord

3. Intoleransi aktivitas b/d penurunan produksi metabolisme,

ketidakseimbangan cairan elektrolit dan glukosa

4. Gangguan harga diri b/d perubahan dalam kemampuan fungsi,

perubahan karakteristik tubuh

5. Anxietas b/d kurangnya pengetahuan

6. Defisit perawatan diri b/d kelamahan otot

7. Gx eliminasi uri b/d Gx reabsorbsi pada tubulus

3.1.3 RENCANA KEPERAWATAN

a. Kekurangan volume cairan b/d ketidakseimbangan input dan output

Tujuan japen : kebutuhan cairan terpenuhi setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama ± 4 jam

Tujuan japan : klien dapat mempertahankan keseimbangan cairan dan

elektrolit setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama ± 7 jam

Kriteria hasil :

- Pengeluaran urin adekuat (1 cc/kg BB/jam)

- TTV dbn N : 80 – 100 x/menit S : 36 – 37 oC TD : 120/80 mmHg

- Tekanan nadi perifer jelas kurang dari 3 detik

- Turgor kulit elastis

- Pengisian kapiler naik kurang dari 3 detik

- Membran mukosa lembab

- Warna kulit tidak pucat

- Rasa haus tidak ada

- BB ideal (TB 100) – 10% (TB – 100) – H

- Hasil lab

Ht : W = 37 – 47 %

L = 42 – 52 %

Ureum = 15 – 40 mg/dl

14

Page 15: Addison

Natrium = 135 – 145 mEq/L

Calium = 3,3 – 5,0 mEq/L

Kretanium = 0,6 – 1,2 mg/dl

Intervensi

1) Pantau TTV, catat perubahan tekanan darah pada perubahan posisi,

kekuatan dari nadi perifer

R/ Hipotensi pastoral merupakan bagian dari hiporolemia akibat

kekurangan hormon aldosteron dan penurunan curah jantung sebagai

akibat dari penurunan kolesterol

2) Ukur dan timbang BB klien

R/ Memberikan pikiran kebutuhan akan pengganti volume cairan dan

keefektifan pengobatan, peningkatan BB yang cepat disebabkan oleh

adanya retensi cairan dan natrium yang berhubungan dengan

pengobatan strois

3) Kaji pasien mengenai rasa haus, kelelahan, nadi cepat, pengisian

kapiler memanjang, turgor kulit jelek, membran mukosa kering, catat

warna kulit dan temperaturnya

R/ mengidentifikasi adanya hipotermia dan mempengaruhi kebutuhan

volume pengganti

4) Periksa adanya status mental dan sensori

R/ dihidrasi berat menurunkan curah jantung, berat dan perfusi jaringan

terutama jaringan otak

5) Ouskultasi bising usus ( peristaltik khusus) catat dan laporan adanya

mual muntah dan diare

R/ kerusakan fungsi saluran cerna dapat meningkatkan kehilangan

cairan dan elektrolit dan mempengaruhi cara untuk pemberian cairan

dan nutrisi

6) Berikan perawatan mulut secara teratur

15

Page 16: Addison

R/ membantu menurunkan rasa tidak nyaman akibat dari dehidrasi dan

mempertahankan kerusakan membrane mukosa

7) Berikan cairan oral diatas 300 cc/hr sesegera mungkin, sesuai dengan

kemampuan kx

R/ adanya perbaikan pada saluran cerna dan kembalinya fungsi cairan

cerna tersebut memungkinkan cairan dana elektrolit melalui oral

Kolaborasi

8) Berikan cairan, antara lain :

a) Cairan Na Cl 0,9 %

R/ mungkin kebutuhan cairan pengganti 4 – 6 liter, dengan

pemberian cairan Na Cl 0,9 % melalui IV 500 – 1000 ml/jam, dapat

mengatasi kekurangan natrium yang sudah terjadi

b) Larutan glukosa

R/ dapat menghilangkan hipovolemia

9) Berikan obat sesuai dosis

a) Kartison (ortone) / hidrokartison (cortef) 100 mg intravena setiap 6

jam untuk 24 jam

R/ dapat mengganti kekurangan kartison dalam tubuh dan

meningkatkan reabsorbsi natrium sehingga dapat menurunkan

kehilangan cairan dan mempertahankan curah jantung

b) Mineral kartikoid, flu dokortisan, deoksikortis 25 – 30 mg/hr

peroral

R/ di mulai setelah pemberian dosis hidrokortisol yang tinggi yang

telah mengakbatkan retensi garam berlebihan yang mengakibatkan

gangguan tekanan darah dan gangguan elektrolit

10) Pasang / pertahankan kateter urin dan selang NGT sesuai indikasi

R/ dapat menfasilitasi pengukuran haluaran dengan akurat baik urin

maupun lambung, berikan dekompresi lambung dan membatasi

muntah

16

Page 17: Addison

11) Pantau hasil laborat

a) Hematokrit ( Ht)

R/ peningkatan kadar Ht darah merupakan indikasi terjadinya

hemokonsentrasi yang akan kembali normal sesuai dengan terjadinya

dehidrasi pada tubuh

b) Ureum / kreatin

R/ peningkatan kadar ureum dan kreatinin darah merupakan indikasi

terjadinya kerusakan tingkat sel karena dehidrasi / tanda serangan

gagal jantung

c) Natrium

R/ hiponatremia merupakan indikasi kehilangan melalui urin yang

berlebihan katena gangguan reabsorbsi pada tubulus ginjal

d) Kalium

R/ penurunan kadar aldusteron mengakibatkan penurunan natrium

dan air sementara itu kalium tertahan sehingga dapat menyebabkan

hiperkalemia

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d intake tidak adekuat (mual,

muntah, anoreksia) defisiensi glukortikoid

Tujuan Japan : klien dapat mempertahankan asupan nutrisi dan

mengidentifikasi tanda – tanda perubahan nutrisi

kurang dari kebutuhan setelah dilakukan intervensi

selama ± 3 x 24 jam

Tujuan Japen : kebutuhan nutrisi klien kembali adekuat setelah

dilakukan tindakan intervensi japen selama ± 1 x 24

jam

Kriteria hasil :

- Tidak ada mual mutah

- BB ideal (TB-100)-10%(TB-100)

- Hb : W : 12 – 14 gr/dl

- Nyeri kepala (-)

- Kesadaran kompos mentis

17

Page 18: Addison

L : 13 – 16 gr/dl

Ht : W : 37 – 47 %

L : 42 – 52 %

Albumin : 3,5 – 4,7 g/dl

Glebulin : 2,4 – 3,7 g/dl

Bising Usus : 5 – 12 x/menit

- TTV dalam batas normal

S : 36 – 372 oC)

( RR : 16 – 20 x/menit)

-

Intervensi

1) Auskultasi bising usus dan kaji apakah ada nyeri perut, mual muntah

R/ Kekurangan kartisol dapat me nyebabkan fejala intestinal berat yang

mempengaruhi pencernaan dan absorpsi makanan

2) Catat adanya kulit yang dingin / basah, perubahan tingkat kesadaran,

nagi yang cepat, nyeri kepala, sempoyongan

R/ Gejala hipoglikemia dengan timbulnya tanda tersebut mungkin perlu

pemberian glukosa dan mengindikasikan pemberian tambahan

glukokortikad

3) Pantau pemasukan makanan dan timbang BB tiap hati

R/ anoreksi, kelemahan, dan kehilangan pengaturan metbolisme oleh

kartisol terhadap makanan dapat mengakibatkan penurunan berat

badan dan terjadinya mal nutrisi

4) Berikan atau bantu perawatan mulut

R/ mulut yang bersih dapat meningkatkan nafsu makan

5) Berikan lingkungan yang nyaman untuk makan contoh bebas dari bau

yang tidak sedap, tidak terlalu ramai

R/ Dapat meningkatkan nafsu makan dan memperbaiki pemasukan

makanan

6) Pertahankan status puasa sesuai indikasi

R/ mengistirahatkan gastro interstinal, mengurangi rasa tidak enak

7) Berikan Glukosa intravensi dan obat – obatan sesuai indikasi seperti

glukokortikoid

18

Page 19: Addison

R/ memperbaiki hipoglikemi, memberi sumber energi pemberian

glukokertikoid akan merangsang glukoogenesis, menurunkan

penggunaan mukosa dan membantu penyimpanan glukosa sebagai

glikogen

8) Pantau hasil lab seperti Hb, Hi

R/ anemia dapat terjadi akibat defisit nutrisi / pengenceran yang terjadi

akibat reterisi cairan sehubungan dengan glukokortikoid.

c. Itoleransi aktivitas b/d penurunan O2 kejaringan otot kedalam

metabolisme, ketidak seimbangan cairan elektrolit dan glukosa

Tujuan : aktivitas klien kembali adekuat setelah dilakukan

tindakan keperawatan

Kriteria hasil :

- menunjukan peningkatan klien dan partisipasi dalam aktivitas setelah

dilakukan tindakan

- TTV N : 80 – 100 x/menit RR : 16 – 20 x/menit TD : 120/80 mmHg

Intervensi

1) Kaji tingkat kelemahan klien dan identifikasi aktivitas yang dapat

dilakukan oleh klien

R/ pasien biasanya telah mengalami penurunan tenaga kelemahan otot,

menjadi terus memburuk setiap hari karena proses penyakit dan

munculnya ketidakseimbangan natrium kalium

2) Pantau TTV sebelum dan sesudah melakukan aktivitas

R/ kolapsnya sirkulasi dapat terjadi sebagai dari stress, aktivitas jika

curah jantung berkurang

3) Sarana pasien untuk menentukan masa atau periode antara istirahat

dan melakukan aktivitas

R/ mengurangi kelelahan dan menjaga ketenangan pada jantung

19

Page 20: Addison

4) Diskusikan cara untuk menghemat tenaga misal : duduk lebih baik

dari pada berdiri selama melakukan aktivitas

R/ pasien akan dapat melakukan aktivitas yang lebih banyak dengan

mengurangi pengeluaran tenaga pada setiap kegiatan yang dilakukan

d. Gangguan harga diri b/d perubahan dalam kemampuan fungsi,

perubahan karakteristik tubuh

Tujuan Japan : Individu dapat mengontrol dan mengidentifikasi tanda –

tanda Gx harga diri

Tujuan japen : Harga diri klien kembali positif setelah dilakukan

tindakan keperawatan

Kriteria hasil :

- Menunjukan kemampuan beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi

pada tubuhnya

- Dapat beradaptasi dengan orang lain

- Dapat mengungkapkan perasaannya tentang dirinya.

Intervensi

1) Dorongan pasien untuk mengungkapkan perasaan tentang

keadaannya misal : perubahan penampilan dan peran

R/ Membantu mengevaluasi berapa banyak masalah yang dapat diubah

oleh pasien

2) Sarankan pasien untuk melakukan manajemen stress misal :

- Teknik relaksasi

- Visualisasi

- Imaginasi

R/ Meminimalkan perasaan stress, frustasi, meningkatkan kemampuan

koping.

3) Dorongan pasien untuk membuat pilihan guna berpartisipasi dalam

penampilan diri sendiri

20

Page 21: Addison

R/ dapat membantu meningkatkan kepercayaan diri, memperbaiki harga

diri

4) Fokus pada perbaikan yang sedang terjadi dan pengobatan misal

menurunkan pigmentasi kulit

R/ ungkapkan seperti ini dapat mengangkat semangat pasien dan

meningkatkan harga diri pasien

5) Sarankan pasien untuk mengunjungi seseorang yang penyakitnya

telah terkontrol dan gejalanya telah berkurang

R/ dapat menolong pasien untuk melihat hasil dari pengobatan yang

telah dilakukan

6) Kolaborasi

Rujuk kepelayanan sosial konseling, dan kelompok pendukung sesuai

pendukubg

R/ pendekatan secara koprehensif dapat membantu memnuhi kebutuhan

pasien untuk memelihara tingkah laku pasien.

21

Page 22: Addison

e. Nyeri akut b/d diskontinuitas sistem konduksi spasme otot abdomen

Tujuan Japan : Individu mampu mengidentifikasi tanda – tanda

munculnya nyeri setelah dilakukan tindakan

keperawatan 1 x 24 jam

Tujuan japen : Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama ± 2 jam

Kriteria hasil :

- Kx mengatakan nyeri berkurang

- Kx tidak menyeringai kesakitan

- TTV dalam batas normal

S : 36 – 372 oC

N : 80 – 100 x/menit

RR: 16 – 20 x/menit

Intervensi

1) Beri penjelasan pada klien tentang penyebab nyeri dan proses

penyakit

R/ Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga, serta agar klien lebih

kooperatif terhadap tindakan yang akan dilakukan

2) Kaji tanda – tanda adanya nyeri baik verbal maupun non verbal, catat

lokasi, intensitas (skala 0 – 10) dan lamanya

R/ Bermanfaat dalam mengevaluasi nyeri, menentukan pilihan

intervensi, menentukan efektifitas terapi

3) Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi, seperti

imajinasi, misal musik yang lembut, relaksasi

R/ Membantu untuk menfokuskan kembali perhatian dan membantu

pasien untuk mengatasi nyeri / rasa tidak nyaman secara lebih efektif

22

Page 23: Addison

4) Kolaborasi

Berikan obat analgetik dan atau analgetik sprei tenggorok sesuai

dengan kebutuhannya.

R/ menurunkan nyeri dan rasa tidak nyaman, meningkatkan istirahat.

f. Cemas b/d kurangnya pengetahuan

Tujuan Japan : Klien mampu menerima kondisinya dan menyatakan

bahwa Kx tidak cemas lagi.

Kriteria hasil :

- Pasien akan menyatakan pemahaman, kebutuhan untuk mengatasi

kurangnya percaya diri

- Px akan menunjukan pemahaman program medis dan gejala untuk

dilaporkan ke dokter

- Pasien akan menunjukan perubahan poal hidup / perilaku untuk

menurunkan terjadinya masalah

Intervensi

1) Bantu Px dalam membuat metode untuk menhindari atau mengubah

episode stres, diskusi teknik relaksasi

R/ Penurunan stress dapat membatasi pengeluaran katekolamin oleh

sistem saraf simatis, sehingga membatasi / mencegah respon

vasokonstriksi

2) Diskusikan tujuan, dosis, efek samping obat

R/ Informasi perlu bagi pasien untuk mengikuti program terapi dan

mengevaluasi keefektifan

3) Kaji skala anxietas

R/ Mengetahui derajad kecemasan Kx

4) Sarankan Px tetap menetapkan secara aktif, jadwal yang teratur dalam

makan, tidur dan latihan

23

Page 24: Addison

R/ Membantu meningkatkan perasaan menyenangkan sehat, dan untuk

emmahami bahwa aktivitas fisik yag tidak teratur dapat

meningkatkan kebutuhan hormon

5) Diskusikan perasaan pasien yang berhubungan dengan pemakaian

obat untuk sepanjang kehidupan Px.

R/ Dengan mendiskusikan fakta – fakta tersebut dapat membantu Px

untuk memasukkan perubahan perilaku yang perlu ke dalam gaya

hidup

6) Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian anti depresan, diazepam

g. Gangguan eliminasi uri b/d Gx reabsorbsi

Tujuan Japan : eliminasi Kx adekuat setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1 x 24 jam

Tujuan Japen : Elliminasi Kx adekuat setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 6 jam

Kriteria hasil :

- Kx tidak lagi mengeluh Bak sedikit / kencing tidak lancar

Intervensi

1) Anjurkan pada Kx agar diet tinggi garam

R/ menambah retensi Na+

2) Anjurkan pada kx untuk minum banyak

R/ melancarkan aliran kencing lancar

3) Pemasangan kateter

R/ Agar kx dapat BAK dengan lancar

4) Obs. Input dan output

R/ Mengetahui keseimbangan cairan

5) Kolaborasi pemberian diuretik

R/ meningkatkan kerja ginjal untuk melancarkan BAK

24

Page 25: Addison

BAB IVPENUTUP

4.1 Simpulan

Penyakit Addison adalah penyakit yang terjadi akibat fungsi korteks tidak

adekuat untuk memenuhi kebutuhan pasienakan hormon-hormon korteks adrenal.

Jadi tetaplah menjalankan pola hidup sehat untuk meminimalisir terinfeksinya

penyakit. Terutama terhadap penyakit Penyakit Addison ini.

Penyakit addison merupakan insufiensi adrenal yang berat dengan

ekserbasi yang tiba-tiba. Hal ini dapat menimbulkan kematian apabila tidak

segera ditangani.

4.2 Saran

Seorang perawat harus mengetahui konsep dasar penyakit dari addison dan

mampu meningkatkan pelayanan kesehatan terutama pada penyakit addison.

Selain itu perawat juga harus mampu berkolaborasi dengan tenaga kesehatan

lainnya maupun keluarga pasien agar memudahkan proses perawatan dan

mempercepat proses penyembuhan.

25

Page 26: Addison

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah,Edisi 8 vol.1,

Jakarta : EGC.

http://ayusceeliia.blogspot.com/2010/10/asuhan-keperawatan-klien-dengan.html

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan PasiEdisi 3. Jakarta : EGC.

http ://Saktya.blogspot.com/2011/11/Asuhan-Keperawatan-Addison.html

http ://askep-addison-disease_11.html

26