achmad fanani 115060700111087 - universitas brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/achmad...

77
ANALISIS PEMILIHAN LOKASI PABRIK PUPUK DENGAN PENDEKATAN ANALYTIC HIERARCHY PROCESS-GOAL PROGRAMMING (AHP-GP) SKRIPSI TEKNIK INDUSTRI Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik ACHMAD FANANI NIM. 115060700111087 UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK MALANG 2017

Upload: others

Post on 27-Dec-2020

3 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

ANALISIS PEMILIHAN LOKASI PABRIK PUPUK DENGAN

PENDEKATAN ANALYTIC HIERARCHY PROCESS-GOAL

PROGRAMMING (AHP-GP)

SKRIPSI

TEKNIK INDUSTRI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik

ACHMAD FANANI

NIM. 115060700111087

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS TEKNIK

MALANG

2017

Page 2: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman
Page 3: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman
Page 4: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman
Page 5: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman
Page 6: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman
Page 7: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kepada kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Pemilihan Lokasi

Pabrik Pupuk Dengan Pendekatan Analytic Hierarchy Process Goal Progamming

(AHP-GP) dengan baik.

Skripsi ini disusun sebagai bagian dari proses memperoleh gelar Sarjana Strata Satu

(S-1) pada Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya. Setelah

melewati berbagai tahapan, skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan, semangat,

motivasi, dan dorongan dari berbagai pihak. Penulis sepatutnya menyampaikan rasa

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat kekuatan dan kesabaran tanpa henti dari

awal penulis memasuki dunia perkuliahan sampai dengan penulis dapat

menyelesaikan skripsi.

2. Bapak Ishartdita Pambudi Tama, ST., MT., Ph.D. selaku Ketua Jurusan Teknik

Industri Universitas Brawijaya.

3. Bapak Arif Rahman ST., MT. selaku Sekretaris Jurusan Teknik Industri Universitas

Brawijaya.

4. Ibu Ceria Farela Mada Tantrika ST., MT. selaku Dosen Pembimbing I atas kesabaran

dalam membimbing penulis, memberikan arahan, masukan, motivasi, serta ilmu yang

sangat berharga bagi penulis hingga terselesaikannya perkuliahan dan skripsi pada

Universitas Brawijaya.

5. Bapak Ihwan Hamdala ST., MT. selaku Dosen Pembimbing II atas kesabaran dalam

membimbing penulis, memberikan arahan, masukan, motivasi, serta ilmu yang sangat

berharga bagi penulis hingga terselesaikannya perkuliahan dan skripsi pada

Universitas Brawijaya.

6. Ibu Ratih Ardia Sari ST., MT. selaku dosen penasehat akademik atas kesabaran dalam

membimbing penulis dan arahan selama melaksanakan perkuliahan di Teknik Industri

Universitas Brawijaya.

7. Bapak dan Ibu Dosen beserta karyawan Jurusan Teknik Industri Universitas

Brawijaya yang telah membagi ilmu akademik maupun non-akademik dan berbagai

pengalaman hidup selama dalam dunia perkuliahan.

8. Almarhum Bapak Atim selaku ayah dari penulis yang telah membantu baik dalam hal

materil maupun motivasi untuk menyelesaikan perkuliahan.

Page 8: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

ii

9. Ibu Sofiyah selaku ibu yang telah memberikan dukungan berupa doa yang tidak

pernah putus, kesabaran, serta kasih sayang sehingga penulis dapat terus termotivasi

untuk menyelesaikan skripsi.

10. Seluruh pihak jajaran direksi PT. Suwarni Agro Mandiri yang sangat baik dan sabar

selama penulis melakukan observasi langsung di PT. Suwarni Agro Mandiri, serta

seluruh rekan-rekan PT. Suwarni Agro Mandiri atas bantuan informasi yang diberikan

kepada penulis.

11. Rekan-rekan pengurus HMTI-FTUB periode 2014-2015 selaku sahabat dekat yang

selalu ada memberi dukungan, motivasi, kesabaran, serta seluruh kebaikan yang

diberikan untuk penulis.

12. Alfian Nurdiansyah, Desfri Holifah, Dwi Wahyu dan M. Ali Syaifullah selaku sahabat

dekat yang selalu memberikan motivasi maupun dorongan untuk menyelesaikan

skripsi.

13. Keluarga Besar Mahasiswa Teknik Industri Universitas Brawijaya atas pengalaman

dan pembinaan yang telah diberikan kepada penulis.

14. Seluruh pihak untuk bantuannya yang tidak dapat disebut satu-persatu dan yang

sangat berperan dalam penyusunan skripsi ini.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini mungkin belum

sempruna karena keterbatasan ilmu dari penulis dan kendala-kendala yang terjadi selama

pengerjaan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran untuk

penyempurnaan tulisan di waktu yang akan dating. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat

dan dapat digunakan untuk penelitian dan pengembangan yang lebih lanjut.

Malang, Agustus 2017

Penulis

Page 9: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

iii

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ............................................................................................................ vii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ ix

DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................................... xi

RINGKASAN .................................................................................................................. xiii

SUMMARY ........................................................................................................................ xv

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1

1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................................. 4

1.3 Rumusan Masalah ................................................................................................. 5

1.4 Batasan Masalah ................................................................................................... 5

1.5 Tujuan Penelitian .................................................................................................. 5

1.6 Manfaat Penelitian ................................................................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 7

2.1 Penelitian Terdahulu ............................................................................................. 7

2.2 Kriteria Dalam Pemilihan Lokasi ......................................................................... 9

2.3 Analytic Hierarchy Process (AHP) ..................................................................... 11

2.3.1 Kelebihan Analitical Hierarchy Process (AHP) ........................................ 12

2.3.2 Kelemahan Analitical Hierarchy Process (AHP) ...................................... 13

2.3.3 Tahap Analitical Hierarchy Process (AHP) .............................................. 13

2.4 Goal Progamming (GP) ...................................................................................... 16

2.4.1 Terminologi Goal Programming ............................................................... 17

2.4.2 Unsur-Unsur Goal Programming .............................................................. 18

2.4.3 Prosedur Perumusan Goal Progamming .................................................... 19

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................... 23

3.1 Jenis Penelitian .................................................................................................... 23

Page 10: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

iv

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................................. 23

3.3 Langkah-Langkah Penelitian ............................................................................... 23

3.3.1 Tahap Pendahuluan ..................................................................................... 24

3.3.2 Tahap Pengumpulan Data ........................................................................... 24

3.3.3 Tahap Pengolahan Data .............................................................................. 26

3.3.4 Tahap Analisa dan Pembahasan ................................................................. 27

3.4 Diagram Alir Penelitian ...................................................................................... 28

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 29

4.1 Gambaran Umum Perusahaan ............................................................................. 29

4.1.1 Profil Perusahaan ........................................................................................ 29

4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan ........................................................................... 30

4.1.3 Struktur Organisasi Perusahaan .................................................................. 30

4.1.4 Produk ......................................................................................................... 30

4.1.5 Departemen Pada Lantai Produksi .............................................................. 31

4.2 Pengumpulan Data ............................................................................................... 32

4.2.1 Data Alternatif Lokasi ................................................................................ 32

4.2.2 Data Harga Tanah dan Upah Tenaga Kerja ................................................ 33

4.2.3 Data Jarak Lokasi Alternatif Pabrik Baru Dengan Lokasi Pasar ................ 33

4.3 Pengolahan Data ................................................................................................. 34

4.3.1 Pengolahan Data AHP ................................................................................ 34

4.3.1.1 Hierarki Keputusan ......................................................................... 34

4.3.1.2 Penentuan Bobot Kriteria ............................................................... 35

4.3.1.3 Penilaian Alternatif Lokasi Berdasarkan Kriteria yang Bersifat

Kualitatif ........................................................................................ 37

4.3.1.4 Penilaian Alternatif Lokasi Berdasarkan Kriteria yang Bersifat

Kuantitatif ....................................................................................... 40

4.3.1.5 Uji Konsistensi ................................................................................ 41

4.3.1.6 Hasil Akhir Perhitungan AHP ........................................................ 43

4.3.2 Pengolahan Data Goal Progamming .......................................................... 44

4.3.2.1 Penentuan Model Matematis ......................................................... 44

4.3.2.2 Solusi Model ................................................................................... 47

4.4 Analisis dan Pembahasan..................................................................................... 49

Page 11: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

v

BAB V PENUTUP ............................................................................................................. 53

5.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 53

5.2 Saran.................................................................................................................... 54

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 55

LAMPIRAN ....................................................................................................................... 57

Page 12: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

vi

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 13: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

vii

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

Tabel 2.1 Perbandingan Penelitian Terdahulu ............................................................... 8

Tabel 2.2 Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan ................................................ 14

Tabel 2.3 Contoh Matriks Perbandingan Berpasangan ................................................ 14

Tabel 2.4 Nilai Indeks Random .................................................................................... 16

Tabel 2.5 Jenis-jenis Kendala Tujuan .......................................................................... 19

Tabel 2.6 Nilai Fungsi Variabel Keputusan ................................................................. 20

Tabel 4.1 Alternatif lokasi Pabrik Baru ....................................................................... 33

Tabel 4.2 Harga Tanah dan Upah Tenaga Kerja .......................................................... 33

Tabel 4.3 Mitra Perusahaan PT. SAM ......................................................................... 33

Tabel 4.4 Jarak Alternatif Lokasi dangan Pasar........................................................... 34

Tabel 4.5 Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Pemilihan Lokasi .................. 35

Tabel 4.6 Matriks Ternormalisasi Kriteria Pemilihan Lokasi ...................................... 36

Tabel 4.7 Matriks Perbandingan Berpasangan Alternatif Lokasi Terhadap Kriteria

Akses Transportasi ....................................................................................... 37

Tabel 4.8 Matriks Ternormalisasi Alternatif Lokasi Terhadap Kriteria Akses

Transportasi .................................................................................................. 37

Tabel 4.9 Matriks Perbandingan Berpasangan Alternatif Lokasi Terhadap Kriteria

Lokasi Pasar ................................................................................................. 38

Tabel 4.10 Bobot Alternatif Lokasi Terhadap Kriteria Lokasi Pasar ............................ 38

Tabel 4.11 Matriks Perbandingan Berpasangan Alternatif Lokasi Terhadap Kriteria

Keamanan .................................................................................................... 39

Tabel 4.12 Bobot Alternatif Lokasi Terhadap Kriteria Keamanan ............................... 39

Tabel 4.13 Matriks Perbandingan Berpasangan Alternatif Lokasi Terhadap Kriteria

Lingkungan .................................................................................................. 39

Tabel 4.14 Bobot Alternatif Lokasi Terhadap Kriteria Lingkungan ............................. 40

Tabel 4.15 Bobot Alternatif Lokasi Terhadap Kriteria Harga Tanah ........................... 40

Tabel 4.16 Bobot Alternatif Lokasi Terhadap Kriteria Upah Tenaga Kerja ................. 41

Tabel 4.17 Hasil Normalisasi Matriks Alternatif Lokasi Terhadap Kriteria Akses

Transportasi .................................................................................................. 42

Tabel 4.18 Hasil Perhitungan Rasio Konsistensi ........................................................... 43

Tabel 4.19 Bobot Akhir AHP Alternatif Lokasi Jatirejo ............................................... 43

Page 14: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

viii

Tabel 4.20 Bobot Akhir AHP Alternatif Lokasi Puri ..................................................... 43

Tabel 4.21 Bobot Akhir AHP Alternatif Lokasi Jabung ................................................ 44

Tabel 4.22 Bobot Akhir AHP Alternatif Lokasi Pariaman ............................................ 44

Tabel 4.23 Fungsi Kendala yang Digunakan ................................................................. 45

Tabel 4.24 Rekap Hasil Bobot Akhir AHP Alternatuf Lokasi Terhadap Kriteia ........... 50

Page 15: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

ix

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

Gambar 1.1 Produksi Pupuk PT. Suwarni Agro Mandiri Bulan Januari-Juni 2015.......... 2

Gambar 1.2 Pertumbuhan Konsumsi Pupuk Anorganik Tahun 2010-2015 ...................... 2

Gambar 2.1 Struktur Hierarki AHP ................................................................................. 13

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian ............................................................................... 28

Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Suwarni Agro Mandiri ......................................... 30

Gambar 4.2 Produk PT. Suwarni Agro Mandiri ............................................................. 31

Gambar 4.3 Struktur Hierarki AHP pada Pemilihan Lokasi Pabrik Baru PT. SAM....... 35

Gambar 4.4 Lokasi Terpilih Hasil Pengolahan Goal Progamming Dengan Software

LINGO ......................................................................................................... 48

Gambar 4.5 Alokasi Pabrik Hasil Pengolahan Goal Progamming Dengan Software

LINGO ......................................................................................................... 49

Gambar 4.6 Hasil Pengolahan Goal Progamming Dengan Bantuan Software LINGO .. 51

Page 16: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

x

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 17: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

xi

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

Lampiran 1 Kuisioner Pembobotan Kriteria dan Alternatif Lokasi ................................ 57

Lampiran 2 Skrip LINGO Model Goal Progamming ..................................................... 61

Lampiran 3 Output LINGO Model Goal Progamming ................................................. 62

Page 18: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

xii

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 19: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

xiii

RINGKASAN

Achmad Fanani, Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, Agustus 2017, Analisis Pemilihan Lokasi Pabrik Baru Dengan Pendekatan Analytic Hierarchy Process-Goal Progamming (AHP-GP), Dosen Pembimbing: Ceria Farela Mada Tantrika dan Ihwan Hamdala

PT. Suwarni Agro Mandiri (PT. SAM) merupakan sebuah perusahaan industri fertilizer yang memproduksi pupuk berdasarkan pesanan. Produksi PT. SAM cenderung meningkat setiap bulannya, hal ini menandakan bahwa permintaan konsumen semakin meningkat. Kapasitas produksi saat ini dianggap masih kurang untuk dapat memenuhi permintaan konsumen. Maka dari itu perusahaan berencana membuka pabrik baru untuk menambah kapasitas produksinya. Namun perusahaan menemui kendala dalam menentukan lokasi pabrik barunya. Adanya batasan yang dimiliki perusahaan menjadikan analisis dalam pemilihan lokasi perlu dilakukan agar perusahaan dapat menentukan lokasi yang optimal dengan keterbatasan yang dimiliki. Dalam hal ini perusahaan mempertimbangkan akses transportasi, harga tanah, upah tenaga kerja, lokasi pasar, keamanan, dan lingkungan.

Penelitian ini menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dan Goal Progamming (GP). AHP digunakan untuk menentukan bobot kriteria dan juga bobot lokasi terhadap masing-masing kriteria yang akan menjadi input dalam pengolahan GP. Setelah itu dilakukan pengolahan GP dengan memasukkan hasil pembobotan AHP untuk menentukan lokasi yang optimal berdasarkan batasan dan tujuan yang ingin dicapai perusahaan. Dalam hal ini tujuan yang ingin dicapai perusahaan adalah memaksimalkan penilaian alternatif lokasi berdasarkan kriteria-kriteria yang dipertimbangkan oleh perusahaan dalam pemilihan lokasi.

Hasil penelitian ini untuk mengetahui lokasi terbaik yang dapat dipilih oleh PT. SAM dengan mempertimbangkan enam kriteria yaitu akses transportasi, harga tanah, upah tenaga kerja, lokasi pasar, keamanan, dan lingkungan. Dari pengolahan AHP dan GP diperoleh hasil 2 lokasi terbaik yaitu Jatirejo dan Pariaman dengan penyimpangan sebesar 0,082954. Terpilihnya Jatirejo dan Pariaman, maka perusahaan perlu memindahkan lokasi pabriknya saat ini dari Puri ke Jatirejo dan mendirikan pabrik baru di Pariaman. Jatirejo akan melayani permintaan pasar di Pulau Jawa dan Kalimantan yang mencakup PT. SHJ, PT. LPM, PT. FI, dan Koperasi KTJ dengan total jarak ditempuh 8.020km. Sedangkan lokasi Pariaman akan melayani permintaan pasar di Pulau Sumatera yang mencakup PT. BAP, PT. SHP, PT. BPP, IWI Mandiri, dan KUD RM dengan total jarak tempuh 5.417km. Total jarak tempuh dari lokasi terpilih Jatirejo dan Pariaman ke pasar-pasarnya sebesar 13.437km. Total jarak tempuh saat ini yaitu jarak dari Puri ke seluruh pasar sebesar 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman akan dapat mengurangi jarak tempuh sebesar 11.123,8km atau sebesar 45%. Kata Kunci: Pupuk, Pemilihan lokasi, Analytic Hierarchy Process (AHP), Goal Progamming (GP).

Page 20: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

xiv

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 21: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

xv

SUMMARY

Achmad Fanani, Department of Industrial Engineering, Faculty of Engineering, University of Brawijaya, August 2017, Analysis of selection new plant location with Analytic Hierarchy Process-Goal Progamming (AHP-GP) Approach, Academic Supervisors: Ceria Farela Mada Tantrika and Ihwan Hamdala

PT. Suwarni Agro Mandiri (SAM) is one of company which produces fertilizer based on the orders. Amount of production tends to increase in every month at PT Suwarni Agro Mandiri

decides to build new plant for increasing its production capacity. Some limitations of the company become obstacle to select the location, therefore the company needs analysis to decide the most optimal location of a new plant. Transportation access, land price, wages of labour, market location, security, and environment have to be considered by the company in this analysis.

This research used Analytic Hierarchy Process (AHP) and Goal Progamming (GP), Analytic Hierarchy Process (AHP) was used to decide weighting criteria and location in each criteria, and then it would became an input at Goal Progamming (GP) process. Goal Progamming (GP) was processed by inputing the result of weighting in Analytic Hierarchy Process (AHP) to decide the optimal location, therefore cbe achieved. Optimize the alternative assessment based on the considered criteria was one

This research aims for knowing the best location which can be selected by PT SAM

while considering six criterias there are transportation access, land price, wages of labour, market location, security, and environment. From AHP and GP approach Jatirejo and Pariaman are two best location, the deviation value is 0,082954. When they are chosen, therefore the company may move the current plant from Puri to Jatirejo and build a new plant in Pariaman. Jatirejo will serve market demand from Java and Borneo which includes PT. SHJ, PT. LPM, PT. FI and koperasi KTJ with 8020 km in total distance. And Pariaman will provide market demand from Sumatera which includes PT. BAP, PT. SHP, PT. BPP, IWI Mandiri and KUD RM with 5.417km in total distance. The sum of distance from Jatirejo and Pariaman to their market is 13.437km. The current total distance from Puri to all market places is 24.560,8 km, therefore while building plant in Jatirejo and Pariaman will less the distance by 11.123,8km or 45%. Keywords: Fertilizer, selection of new plant location, Analytic Hierarchy Process (AHP), Goal Progamming (GP).

Page 22: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

1

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dijelaskan latar belakang dari penelitian yang dilakukan, identifikasi

masalah, perumusan masalah, tujuan dari penelitian, manfaat penelitian yang dilakukan,

batasan dan asumsi penelitian.

1.1 Latar Belakang

Perkembangan sektor industri di Indonesia semakin pesat seiring dengan

berkembangnya pasar global. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), rata-rata pertumbuhan

produksi industri pengolahan/manufaktur besar dan sedang (IBS) pada tahun 2015 naik

4,57% dibanding tahun 2014 dan diprediksi meningkat di tahun berikutnya. Berbagai jenis

industri berusaha mencapai posisi puncak dalam dunia perekonomian, tidak terkecuali

pada industri pembuatan pupuk. Industri pembuatan pupuk terbagi menjadi 2, yaitu

industri pembuatan pupuk organik dan industri pembuatan pupuk anorganik. Pupuk

anorganik memiliki beberapa varian seperti NPK, Urea, Fosfat, ZA, K2SO4, dll.

PT Suwarni Agro Mandiri merupakan perusahaan nasional yang bergerak di bidang

industri fertilizer. Perusahaan ini memproduksi pupuk anorganik untuk area pertanian yang

berproduksi berdasarkan pesanan (make to order). PT Suwarni Agro Mandiri

menghasilkan beberapa macam pupuk yakni, NPK 15-15-15, NPK 15-15-6-4, NPK 13-6-

27-2, P20, P23, P25, VK, SKO dan FOSUL. Jenis pupuk tersebut ditentukan berdasarkan

komposisi material yang berbeda-beda. Dalam proses pembuatan pupuk di PT Suwarni

Agro Mandiri, terdapat empat proses utama yaitu proses granulasi, pengeringan,

pendinginan dan screening. Seluruh produk diproduksi dengan urutan proses dan alat yang

sama terkecuali namun pada jenis SKO dan VK proses pembuatan dilakukan berulang dan

memasuki mesin screening secara berulang. Perusahaan ini memiliki 4 lini produksi

dengan 6 karyawan di setiap lini dan shiftnya.

Pabrik pupuk PT. Suwarni Agro Mandiri berlokasi di kecamatan Puri, Mojokerto.

Pabrik ini memiliki luas total 3.890m2 dengan luas area produksi 1045m

2. Seluruh hasil

produksi akan digunakan untuk memenuhi permintaan dari 9 perusahaan yang tersebar di

seluruh daerah di Indonesia seperti PT. Surya Hutani jaya, PT. Bumi Andalas Permai, PT.

Laras Prima Makmur,dll. Selain itu PT. Suwarni Agro Mandiri juga memenuhi permintaan

1

Page 23: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

2

dari 2 perusahaan asing yang terdapat di Selandia Baru dan Jepang. Produksi pupuk PT.

Suwarni Agro Mandiri dapat dilihat pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1 Produksi Pupuk PT. Suwarni Agro Mandiri Bulan Januari-Juni 2015

Sumber: PT. Suwarni Agro Mandiri (2015)

Pada gambar 1.1 dapat dilihat bahwa produksi pupuk di PT. Suwarni Agro Mandiri

cenderung meningkat setiap bulannya. Pada bulan Januari 2015 produksi pupuk sebesar

934.656 Kg dan pada bulan Juni 2015 mencapai 1.490.191 Kg. Produksi perusahaan ini

berdasarkan pesanan (make to order), maka dapat dikatakan bahwa permintaan pupuk

terhadap perusahaan ini semakin meningkat. Selain itu, berdasarkan data Asosiasi

Produsen Pupuk Indonesia (APPI) diketahui bahwa pada tahun 2010 jumlah konsumsi

nasional pupuk anorganik sebesar 9.775.202 ton dan meningkat pada tahun-tahun

berikutnya hingga mencapai puncaknya sebesar 11.179.373 ton pada tahun 2014.

Pertumbuhan konsumsi pupuk anorganik dapat dilihat pada Gambar 1.2.

Gambar 1.2 Pertumbuhan Konsumsi Pupuk Anorganik Tahun 2010-2015

Sumber: Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia (2015)

Page 24: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

3

Semakin meningkatnya konsumsi pupuk di Indonesia mendorong perusahaan untuk

meningkatkan kapasitas produksinya. Upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk

meningkatkan kapasitas produksinya adalah dengan menambah kapasitas mesin atau

dengan mendirikan plant/pabrik baru. Dalam pendirian pabrik baru hal pertama yang harus

dilakukan perusahaan yaitu menentukan dimana lokasi pabrik tersebut akan didirikan.

Teori lokasi merupakan ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber

yang langka serta hubungan atau pengaruhnya suatu lokasi terhadap berbagai macam

kegiatan usaha baik secara ekonomi atau sosial (Ariyanti, 2013). Pemilihan lokasi pabrik

tidak ditentukan secara acak, namun dengan mekanisme dan pola yang dapat dipahami.

Analisis teori lokasi dapat dikembangkan untuk melihat potensi dan daya tarik yang

dimiliki lokasi tersebut.

Pemilihan lokasi yang optimal menjadi sebuah strategi penting untuk diperhatikan

bagi sebuah perusahaan. Lokasi dapat mempengaruhi keberlangsungan sebuah perusahaan

karena pemilihan lokasi yang tepat mampu memberikan biaya per unit dari proses produksi

dan distribusi yang rendah, sedangkan harga dan jumlah penjualan produk akan mampu

menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya bagi perusahaan. Dengan kata lain

pemilihan lokasi yang ideal mampu memberikan efisiensi yang maksimum. Menurut

Wignjosoebroto (2009) Berbagai kriteria yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan

lokasi antara lain lokasi pasar, lokasi sumber bahan baku, transportasi, sumber energi,

iklim, buruh dan tingkat upahnya, undang-undang dan sistem perpajakan, sikap masyarakat

setempat, serta air dan limbah industri. Selain kesembilan kriteria diatas, Handoko (2000)

menyebutkan bahwa harga tanah, dominasi masyarakat, tingkat pajak, kebutuhan ekspansi,

cuaca atau iklim, keamanan, kedekatan dengan pabrik-pabrik dan gudang-gudang lain

perusahaan maupun para pesaing, serta peraturan-peraturan tenaga kerja (labor laws) dan

relokasi merupakan kriteria yang juga perlu dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi.

PT Suwarni Agro Mandiri saat ini mampu memproduksi 5-6 ton pupuk setiap hari di

tiap lininya. Perusahaan menganggap kapasitas tersebut masih kurang untuk dapat

memenuhi permintaan konsumen. Maka dari itu perusahaan berencana membuka pabrik

baru untuk menambah kapasitas produksinya agar dapat memenuhi permintaan konsumen.

Namun perusahaan menemui kendala dalam menentukan lokasi pabrik barunya.

Perusahaan belum pernah melakukan analisis secara spesifik tentang beberapa alternatif

lokasi yang akan dijadikan tempat pabrik barunya. Selain itu adanya batasan yang dimiliki

perusahaan menjadikan analisis dalam pemilihan lokasi perlu dilakukan agar perusahaan

dapat menentukan 2 lokasi yang optimal dengan keterbatasan yang dimiliki. Perusahaan

Page 25: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

4

ingin mengetahui lokasi optimal jika ditambahkan 1 pabrik baru dan untuk mengevaluasi

lokasi saat ini sudah termasuk lokasi yang optimal atau belum. Dalam hal ini perusahaan

mempertimbangkan akses transportasi, harga tanah, upah tenaga kerja, lokasi pasar,

keamanan, dan lingkungan seperti yang diungkapkan oleh Wignjosoebroto (2009) dan

Handoko (2000), namun perusahaan tidak mempertimbangkan kriteri lokasi bahan baku

karena perusahaan menganggap supplier saat ini mampu memberikan pelayanan yang

sama dengan harga yang tidak jauh berbeda dimanapun lokasinya. Beberapa lokasi yang

menjadi alternatif lokasi pabrik baru adalah daerah Jatirejo-Mojokerto, Puri-Mojokerto,

Jabung-Kabupaten Malang, dan Pariaman-Padang.

Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan dalam menentukan lokasi pabrik,

baik dengan metode kuantitatif maupun kualitatif (Wignjosoebroto, 2009). Dalam

penelitian ini menggunakan metode analytic hierarchy process-goal programming (AHP-

GP) atau dapat disebut sebagai multi criteria goal programming. Metode analytic

hierarchy process (AHP) merupakan suatu model pendukung keputusan dimana peralatan

utamanya adalah sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya adalah persepsi

manusia, dalam hal ini adalah orang yang memahami permasalahan perusahaan. Dalam

penelitian ini metode AHP digunakan untuk pembobotan sejumlah kriteria yang menjadi

pertimbangan perusahaan untuk menentukan alternatif lokasi pabrik baru. Selanjutnya

digunakan metode goal progamming untuk menganalisis dan memberikan solusi atas

sejumlah tujuan yang ingin dicapai perusahaan. Dalam hal ini, tujuan yang ingin dicapai

perusahaan merupakan penilaian terhadap kriteria-kriteria yang menjadi pertimbangan

perusahaan dalam penentuan lokasi pabrik baru. Metode goal progamming (GP)

merupakan pemrograman linear yang digunakan untuk memperolah berbagai tujuan

tertentu secara simultan (Charnes dan Copper, 1960). Selain itu metode goal progamming

juga dapat menangani masalah alokasi optimal atau kombinasi optimum dari beberapa

masalah yang bertolak belakang sehingga keputusan yang diambil merupakan hasil yang

memuaskan dari berbagai alternatif yang ditawarkan (Armindo, 2006).

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan penjelasan pada latar belakang sebelumnya, dapat diidentifikasikan

beberapa permasalahan yang ada, yaitu :

1. PT. Suwarni Agro Mandiri menganggap kapasitas produksi saat ini masih kurang

untuk bisa memenuhi permintaan konsumen, sehingga perlu didirikan pabrik baru.

Page 26: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

5

2. Adanya beberapa lokasi yang menjadi alternatif dalam pemilihan lokasi pabrik baru

PT Suwarni Agro Mandiri yang dalam pemilihannya perlu mempertimbangkan kriteria

seperti: harga tanah, upah tenaga kerja, akses transportasi, lokasi pasar, keamanan, dan

lingkungan.

3. Adanya keterbatasan yang dimiliki PT.Suwarni Agro Mandiri terkait dengan modal

pendirian pabrik baru.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka rumusan masalah

yang dapat disusun adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana hasil pembobotan kriteria dan alternatif lokasi yang telah dilakukan oleh

pihak perusahaan dengan menggunakan metode AHP?

2. Lokasi manakah yang optimal dari empat lokasi alternatif jika dipertimbangkan

melalui enam kriteria dalam penentuan lokasi (akses transportasi, harga tanah, upah

tenaga kerja, lokasi pasar, keamanan dan lingkungan)?

1.4 Batasan Masalah

Batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Lokasi terbatas pada empat alternatif yaitu Jatirejo-Mojokerto, Puri-Mojokerto,

Jabung-Kabupaten Malang, dan Pariaman-Padang.

2. Kriteria yang dipertimbangkan terbatas enam kriteria yang menjadi prioritas

perusahaan dan tidak mempertimbangkan kriteria supplier atau lokasi bahan baku.

3. Modal perusahaan yang diperhitungkan terbatas pada modal yang digunakan untuk

pembebasan lahan.

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disampaikan, maka tujuan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Menentukan besar bobot kriteria dan bobot lokasi dengan menggunakan metode AHP.

2. Menentukan lokasi yang optimal dengan mempertimbangkan enam kriteria dalam

penentuan lokasi (akses transportasi, harga tanah, upah tenaga kerja, lokasi pasar,

keamanan, dan lingkungan).

Page 27: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

6

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dari pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dapat membantu PT Suwarni Agro Mandiri dalam pengambilan keputusan untuk

menentukan lokasi pabrik baru.

2. Dapat mengurangi dampak kerugian perusahaan yang diakibatkan kesalahan dalam

pemilihan lokasi pabrik baru

Page 28: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini berisi tentang landasan teori atau referensi yang digunakan dan diuraikan

secara ringkas. Landasan teori ini digunakan sebagai dasar kajian untuk pendukung dalam

penyelesaian permasalahan yang akan diteliti selanjutnya.

2.1 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang berkenaan dengan metode pemilihan lokasi dapat

dijadikan sebagai referensi penelitian ini dan juga dapat digunakan untuk mengetahui

posisi dan perbedaan penelitian yang dilakukan saat ini. Perbedaan penelitian terdahulu

dengan saat ini dapat dilihat pada Tabel 2.1, sedangkan deskripsi penelitian terdahulu yang

berkaitan dengan metode pemilihan lokasi pabrik baru adalah sebagai berikut:

1. Chang (2015) melakukan penelitian yang bertujuan untuk memecahkan masalah

pemilihan lokasi fasilitas menggunakan pendekatan pengambilan keputusan multi-

pilihan goal programming di Taiwan Power Company. Perusahaan ini memutuskan

ingin membuat pembangkit listrik dengan tenaga angin di lokasi yang baru.

Perusahaan telah menentukan empat lokasi alternatif untuk dibangun pembangkit

listrik yang baru. Alternatif yang terpilih adalah alternatif kota yang terbaik untuk

dibangun sebuah lokasi pabrik baru dimana ketiga alternatif tadi harus memenuhi

kriteria pemilihan berupa jarak dengan lingkungan warga, penerimaan warga sekitar

terhadap kebisingan yang ditimbulkan dan value satisfaction turbine installation.

Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan

pengambilan keputusan multi-pilihan dengan menggunakan pengambilan keputusan

dari berbagai pilihan yang diajukan oleh peneliti yang nantinya sesuai dengan

kebutuhan perusahaan. Selanjutnya dilakukan perhitungan goal programming terhadap

tiga tujuan pemilihan lokasi baru perusahaan yang harus dipenuhi dengan

menggunakan software LINDO. Terakhir, didapatkan hasil alternatif lokasi untuk

dilakukan pembangunan pembangkit listrik baru yang sesuai dengan kriteria dan

tujuan yang diinginkan oleh perusahaan.

7

Page 29: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

8

2. Baran (2015) mengadakan penelitian terhadap perusahaan manufaktur X di Ankara,

Turki, untuk melihat pola pemenuhan permintaan bahan baku. Permasalahan yang

muncul adalah dalam satu jenis bahan baku yang digunakan perusahaan, pada

kenyataannya harus dipenuhi kebutuhannya oleh empat supplier. Digunakan AHP

untuk mengetahui kriteria yang sesuai dengan proses bisnis perusahaan, sehingga

dapat ditentukan bobot penilaian supplier. Selanjutnya peneliti membuat formulasi

goal programming untuk menentukan jumlah optimal pemesanan, dengan

memperhatikan kualitas, pengiriman, jarak, harga, dan kapasitas supplier. Dari

pengolahan data diketahui urutan peringkat supplier adalah supplier B (0,30), supplier

A (0,26), supplier C (0,25), dan supplier D (0,19). Kemudian dilakukan simulasi

menggunakan LINDO untuk lima skenario, yang mampu menghasilkan biaya

2.106.000 dibandingkan kondisi saat ini yang menggunakan biaya 2.126.000.

3. Guna (2011) melakukan penelitian untuk menentukan lokasi warehouse baru PT. Coca

Cola Amatil Indonesia. Perusahaan telah menentukan empat lokasi alternatif yang

akan dijadikan lokasi warehouse baru dengan mempertimbangkan enam kriteria.

Penentukan lokasi warehouse baru mengunakan multi criteria decision making dengan

model analytic hierarchy process (AHP) – goal programming (GP) untuk menentukan

2 alternatif lokasi. kemudian digunakan simulasi monte carlo untuk membangkitkan

permintaan dengan bilangan acak mengikuti distribusi data permintaan yang ada. Di

akhir, peneliti melakukan proses simulasi rute pengiriman produk berdasarkan 2

alternatif lokasi yang terpilih oleh AHP-GP untuk mendapatkan lokasi yang tepat

dengan rute pengiriman yang efisien. Hasil yang didapatkan dalam hal ini adalah

lokasi Mengwi terpilih sebagai kandidat dengan rute pengiriman yang efisien, dimana

hasil yang diperoleh total jarak pengiriman dari lokasi Mengwi 19,4% lebih rendah

dibandingkan kandidat lokasi Tabanan. Tabel 2.1 merupakan perbandingan penelitian

terdahulu dengan penelitian yang dilakukan.

Tabel 2.1

Perbandingan Penelitian Terdahulu

Karakteristik

Penelitian

Peneliti

Chang (2015) Baran (2015) Guna (2011) Penelitian ini

Objek

Penelitian

Taiwan Power

Company

Perusahaan

Manufaktur X

Turki

PT. CCAI PT. SAM

Parameter yang

Diamati

Pemilihan

lokasi

pembangkit

listrik baru

Pemilihan

supplier baru

Pemilihan lokasi

warehouse baru

Pemilihan

lokasi pabrik

baru

Page 30: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

9

Karakteristik

Penelitian

Peneliti

Chang (2015) Baran (2015) Guna (2011) Penelitian ini

Metode yang

Digunakan

RC Model dan

Goal

Programming

AHP dan Goal

Programming

AHP-GP dan

simulasi rute

pengiriman

AHP dan Goal

Programming

Analisis Hasil

Penelitian

Alternatif

lokasi

pembangkit

listrik baru

yang sesuai

dengan 3

kriteria dan

tujuan

Alternatif

supplier baru dan

jumlah

pemesanan yang

optimal

Alternatif lokasi

warehouse baru yang

sesuai dengan 6

kriteria dengan rute

pengiriman yang

effisien

Alternatif

lokasi pabrik

baru sesuai

dengan 6

kriteria dan

tujuan

2.2 Kriteria Dalam Pemilihan Lokasi

Terdapat banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam penentuan lokasi dimana

sebaiknya pabrik didirikan. Menurut Wignjosoebroto (2009) faktor-faktor yang harus

dipertimbangkan antara lain:

1. Lokasi pasar (market location)

Pasar atau market merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam proses

penentuan lokasi pabrik. Tergantung pada macam produk yang dihasilkan, pasar ini

bisa secara luas tersebar atau terpusatkan. Sebagai contoh apabila suatu pasar

ditetapkan untuk terpusatkan pada lokasi tertentu, maka pabrik yang akan didirikan

haruslah ditetapkan berdekatan dengan lokasi pasar tersebut, sedangkan apabila pasar

yang kita suplai ternyata tersebar dibeberapa lokasi tertentu, maka kita dapat

menempatkan pasar di titik beratnya. Mengenai lokasi pasar dimana produk akan

didistribusikan dapat dibedakan dalam empat macam, yaitu internasional, nasional,

regional, dan lokal.

2. Lokasi sumber bahan baku (raw material location)

Lokasi dari bahan baku untuk diproduksi sangat pula berpengaruh didalam

menentukan lokasi pabrik yang akan didirikan. Beberapa industri karena sifat dan

keadaan dari proses manufakturnya memaksa untuk menempatkan pabriknya

berdekatan dengan sumber bahan baku. Sebagai contoh untuk pabrik baja secara

tradisional akan meletakkan lokasi pabriknya berdekatan dengan sumber batu bara,

karena industri ini akan banyak menggunakan energi batu bara sebagai bahan baku

untuk proses pembakaran.

3. Alat angkutan (transportation)

Masalah tersedianya tidaknya fasilitas transportasi adalah sangat menentukan didalam

proses pemilihan media transportasi yang tepat. Beberapa pertimbangan harus

Page 31: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

10

dilakukan seperti jenis fasilitas transportasi yang ada pada daerah asal maupun tujuan,

relatif biaya dari masing-masing media transportasi, derajat kepentingan dari

pengiriman barang, dan kondisi khusus yang diharapkan dalam proses pengiriman.

4. Sumber energi (power)

Hampir dapat dipastikan bahwa semua industri akan memerlukan listrik untuk

berbagai macam kebutuhan dalam proses produksinya. Secara umum sebagian

perusahaan akan senang untuk membeli energi ini (dari perusahan listrik) daripada

harus membuat instalasi pembangkit listrik sendiri.

5. Iklim (climate)

Iklim atau cuaca secara nyata akan banyak mempengaruhi efektivitas, efisiensi, dan

tingkah laku pekerja pabrik didalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari.

Berdasarkan hasil penelitian, manusia akan dapat bekerja dengan nyaman di dalam

ruangan yang temparaturnya dapat dijaga sekitar 240C

6. Buruh dan tingkat upahnya (labor & wage salary)

Pendirian pabrik pada suatu lokasi tertentu akan mempertimbangkan pula tersedianya

tenaga kerja yang cukup yang tidak saja harus dilihat dari jumlahnya akan tetapi juga

harus ditinjau dari segi kemampuan dan keterampilan yang diperlukan. Selain itu

tingkat upah tentu saja juga merupakan salah satu faktor yang pantas diperhitungkan.

7. Undang-undang dan sistem perpajakan (law & taxation)

Aturan atau undang-undang yang dikeluarkan oleh suatu pemerintah baik tingkat pusat

maupun tingkat daerah akan pula mempengaruhi proses pemilihan pabrik. Beberapa

aspek dari operasi suatu pabrik yang umum diatur oleh undang-undang adalah berupa

jam kerja maksimal, usia kerja maksimal dan konsisi-kondisi kerja lainnya. Di

samping itu besar kecilnya pajak yang harus disetorkan oleh suatu industri akan pula

berbeda-beda tergantung di lokasi mana industri tersebut didirikan.

8. Sikap masyarakat setempat (community attitude)

Sikap masyarakat setempat dimana pabrik tersebut hendak didirikan ikut pula menjadi

dasar pertimbangan yang cukup penting artinya. Sosial kultural, adat istiadat, tradisi,

dan tingkat pendidikan rata-rata dari anggota masyarakat merupakan aspek penting

didalam penyelesaian masalah-masalah perburuan, perselisihan, dan lain-lain yang

menyangkut masalah hubungan industrial.

9. Air dan limbah industri (water & waste)

Pada beberapa industri tertentu, tersedianya air dalam jumlah besar sangat mutlak

diperlukan untuk aktivitas produksinya. Selain itu, proses pembuangan limbah industri

Page 32: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

11

belakangan ini banyak pula mendapat sorotan tajam dari berbagai kalangan

masyarakat, sehingga masalah pengendalian limbah industri sekarang ini juga

merupakan satu paket yang secara bersama-sama harus dipikirkan pada saat

perencanaan pendirian dan penentuan lokasi pabrik.

Sedangkan menurut Handoko (2000) beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan

antara lain:

1. Harga tanah.

2. Dominasi masyarakat.

3. Peraturan-peraturan tenaga kerja (labor laws) dan relokasi.

4. Kedekatan dengan pabrik-pabrik dan gudang-gudang lain perusahaan maupun para

pesaing.

5. Tingkat pajak.

6. Kebutuhan untuk ekspansi.

7. Cuaca atau iklim.

8. Keamanan.

9. Konsekuensi pelaksanaan peraturan tentang lingkungan hidup.

2.3 Analytic Hierarchy Process

AHP merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas

L. Saaty. AHP akan menguraikan masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks

menjadi suatu hirarki. Menurut Saaty (1991), hirarki didefinisikan sebagai suatu

representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level

dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan

seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, suatu masalah

yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok-kelompoknya yang kemudian diatur

menjadi suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan

sistematis.

AHP merupakan salah satu metode untuk membantu menyusun suatu prioritas dari

berbagai pilihan dengan menggunakan beberapa kriteria (multi criteria). Di samping

bersifat multi kriteria, AHP juga didasarkan pada suatu proses yang terstruktur dan logis.

Pemilihan atau penyusunan prioritas dilakukan dengan suatu prosedur yang logis dan

terstruktur. Secara garis besar, menurut Susila & Munadi (2007) terdapat tiga tahap AHP

dalam penyusunan prioritas, yaitu dekomposisi dari masalah, penilaian untuk

membandingkan elemen-elemen hasil dekomposisi dan sintesis dari prioritas.

Page 33: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

12

2.3.1 Kelebihan Analitical Hierarchy Process (AHP)

Menurut Saktiwibowo (2015), AHP layaknya sebuah metode analisis, AHP pun

memiliki kelebihan dalam system analisisnya. Kelebihan-kelebihan analisis ini adalah:

1. Kesatuan (Unity)

AHP dapat menjadikan suatu permasalahan yang luas dan tidak terstruktur menjadi

suatu model yang fleksibel dan mudah untuk dipahami.

2. Kompleksitas (Complexity)

AHP dapat memecahkan permasalahan yang kompleks dengan cara pendekatan sistem

dan pengintegrasian secara deduktif.

3. Saling Ketergantungan (Inter Dependence)

AHP dapat digunakan pada elemen-elemen sistem yang saling bebas dan tidak

membutuhkan hubungan linier.

4. Struktur Hirarki (Hierarchy Structuring)

AHP dapat diartikan sebagai pemikiran alamiah yang cenderung mengelompokkan

elemen sistem ke level-level yang berbeda dari masing-masing level berisi elemen

yang serupa.

5. Pengukuran (Measurement)

AHP menyediakan skala pengukuran dan metode untuk mendapatkan prioritas.

6. Konsistensi (Consistency)

AHP mempertimbangkan konsistensi logis dalam penilaian yang digunakan untuk

menentukan prioritas alternatif.

7. Sintesis (Synthesis)

AHP mengarah pada perkiraan keseluruhan mengenai seberapa diinginkannya masing-

masing alternatif.

8. Trade Off

AHP mempertimbangkan prioritas relatif faktor-faktor pada sistem sehingga orang

mampu memilih altenatif terbaik berdasarkan tujuan mereka.

9. Penilaian dan Konsensus (Judgement and Consensus)

AHP tidak mengharuskan adanya suatu konsensus, tapi dengan menggabungkan hasil

penilaian yang berbeda.

10. Pengulangan Proses (Process Repetition)

AHP mampu membuat orang menyaring definisi dari suatu permasalahan dan

mengembangkan penilaian serta pengertian mereka melalui proses pengulangan.

Page 34: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

13

2.3.2 Kelemahan AHP

Sedangkan menurut Saktiwibowo (2015) juga, kelemahan metode AHP adalah sebagai

berikut:

1. Ketergantungan model AHP pada input utamanya. Input utama ini berupa persepsi

seorang ahli sehingga dalam hal ini melibatkan subyektifitas sang ahli. Selain itu

model yang terbentuk menjadi tidak berarti jika ahli tersebut memberikan penilaian

yang keliru.

2. Metode AHP hanya merupakan metode matematis yang tidak memiliki pengujian

secara statistik, sehingga tidak ada batas kepercayaan dari kebenaran model yang telah

dibentuk.

2.3.3 Tahap AHP

Menurut Ramadhan (2014), Pada dasarnya langkah-langkah dalam metode AHP

adalah sebagai berikut.

1. Menyusun struktur hirarki dari permasalahan yang dihadapi.

Langkah pertama yaitu menguraikan permasalahan yang akan diselesaikan menjadi

unsur-unsurnya yaitu kriteria dan alternatif, kemudian disusun menjadi struktur hierarki

seperti gambar 2.1:

Tujuan

Kriteria 4Kriteria 3Kriteria 2Kriteria 1

Alternatif 2Alternatif 1

Level 1

Level 2

Level 3

Gambar 2.1 Struktur Hierarki AHP Sumber: Exa (2015)

2. Penilaian kriteria dan alternatif

Kriteria dan alternatif akan dinilai dengan cara perbandingan berpasangan. Menurut

Saaty (1991), untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 merupakan skala yang terbaik

dalam merepresentasikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala

perbandingan Saaty dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Page 35: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

14

Tabel 2.2

Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan

Intensitas

Kepentingan Keterangan

1 Kedua elemen sama pentingnya

3 Elemen yang satu sedikit lebih pending daripada elemen yang lainnya

5 Elemen yang satu lebih penting daripada yang lainnya

7 Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya

9 Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya

2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan-pertimbangan yang berdekatan

Sumber: Saaty (1991)

Perbandingan dilakukan berdasarkan kebijakan pembuat keputusan dengan menilai

tingkat kepentingan satu elemen terhadap elemen lainnya. Proses perbandingan

berpasangan dimulai dari level hirarki paling atas yang ditujukan untuk memilih kriteria,

misalnya A, kemudian diambil elemen yang akan dibandingkan, misal A1, A2, dan A3.

Maka susunan elemen-elemen yang dibandingkan tersebut akan tampak seperti pada Tabel

matriks 2.3.

Tabel 2.3

Contoh Matriks Perbandingan Berpasangan

A1 A2 A3

A1 1

A2 1

A3 1

Sumber: Saaty (1991)

Untuk menentukan nilai kepentingan relatif antar elemen digunakan skala bilangan

dari 1 sampai 9 seperti pada Tabel 2.2, Penilaian ini dilakukan oleh seorang pembuat

keputusan yang ahli dalam bidang persoalan yang sedang dianalisa dan mempunyai

kepentingan terhadapnya. Apabila suatu elemen dibandingkan dengan dirinya sendiri maka

diberi nilai 1. Jika elemen i dibandingkan dengan elemen j mendapatkan nilai tertentu,

maka elemen j dibandingkan dengan elemen i merupakan kebalikannya.

Dalam AHP ini, penilaian alternatif dapat dilakukan dengan metode langsung (direct),

yaitu metode yang digunakan untuk memasukkan data kuantitatif. Biasanya nilai-nilai ini

berasal dari sebuah analisis sebelumnya atau dari pengalaman dan pengertian yang detail

dari masalah keputusan tersebut. Jika si pengambil keputusan memiliki pengalaman atau

pemahaman yang besar mengenai masalah keputusan yang dihadapi, maka dia dapat

langsung memasukkan pembobotan dari setiap alternatif.

3. Penentuan prioritas

Untuk setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan perbandingan berpasangan

(pairwise comparisons). Nilai-nilai perbandingan relatif kemudian diolah untuk

menentukan peringkat alternatif dari seluruh alternatif. Baik kriteria kualitatif, maupun

Page 36: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

15

kriteria kuantitatif, dapat dibandingkan sesuai dengan penilaian yang telah ditentukan

untuk menghasilkan bobot dan proritas. Bobot atau prioritas dihitung dengan manipulasi

matriks atau melalui penyelesaian persamaan matematik. Pertimbangan-pertimbangan

terhadap perbandingan berpasangan disintesis untuk memperoleh keseluruhan prioritas

melalui tahapan berikut:

a. Kuadratkan matriks hasil perbandingan berpasangan.

b. Hitung jumlah nilai dari setiap baris, kemudian lakukan normalisasi matriks.

4. Konsistensi Logis

Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingatkan secara konsisten sesuai

dengan suatu kriteria yang logis. Matriks bobot yang diperoleh dari hasil perbandingan

secara berpasangan tersebut harus mempunyai hubungan kardinal dan ordinal. Hubungan

tersebut dapat ditunjukkan sebagai berikut (Suryadi & Ramdhani, 1998):

Hubungan kardinal : aij . ajk = aik

Hubungan ordinal : Ai> Aj, Aj> Ak maka Ai> Ak

Hubungan diatas dapat dilihat dari dua hal sebagai berikut:

a. Dengan melihat preferensi multiplikatif, misalnya bila anggur lebih enak empat kali

dari mangga dan mangga lebih enak dua kali dari pisang maka anggur lebih enak

delapan kali dari pisang.

b. Dengan melihat preferensi transitif, misalnya anggur lebih enak dari mangga dan

mangga lebih enak dari pisang maka anggur lebih enak dari pisang.

Pada keadaan sebenarnya akan terjadi beberapa penyimpangan dari hubungan tersebut,

sehingga matriks tersebut tidak konsisten sempurna. Hal ini terjadi karena ketidak

konsistesan dalam preferensi seseorang. Penghitungan konsistensi logis dilakukan dengan

mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mengalikan matriks dengan proritas bersesuaian.

2. Menjumlahkan hasil perkalian per baris.

3. Hasil penjumlahan tiap baris dibagi prioritas bersangkutan dan hasilnya

dijumlahkan.

4. Menghitung seperti pada Persamaan (2-1).

∑ [ [∑ ]]

(2-1)

i : 1,2,...n

Wj : bobot dari kriteria j

aij : elemen dari matrik berbalikan

Page 37: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

16

5. Menghitung indeks konsistensi (CI) sesuai dengan Persamaan (2-2)

(2-2)

CI : indeks konsistensi

n : jumlah ordo matriks

6. Menghitung rasio konsistensi menggunakan Persamaan (2-3). Jika rasio konsistensi

≤ 0.1, hasil perhitungan data dapat dibenarkan.

(2-3)

CR : rasio konsistensi

RI : indeks random

Tabel 2.4

Nilai Indeks Random

Ukuran Matriks Nilai RI Ukuran Matriks Nilai RI

1,2 0,00 9 1,45

3 0,58 10 1,49

4 0,90 11 1,51

5 1,12 12 1,48

6 1,24 13 1,56

7 1,32 14 1,57

8 1,41 15 1,59

Sumber: Saaty (1991)

2.4 Goal Programming

Dalam memformulasikan dan solusi persoalan dalam program linier, proses

pemodelannya difokuskan pada tujuan tunggal seperti memaksimumkan keuntungan atau

meminimumkan biaya. Sehingga para pembuat keputusan berusaha agar berbagai tujuan

perusahaan menjadi satu tujuan tunggal. Padahal dalam berbagai proses pembuatan

keputusan dalam dunia nyata, pengintegrasian berbagai tujuan menjadi sebuah tujuan

tunggal saja sebenarnya tidak selalu tepat. Untuk menganalisis dan membuat solusi

persoalan untuk melibatkan berbagai tujuan digunakan teknik Goal Programming.

Goal programming diperkenalkan oleh Charnes dan Cooper pada awal tahun 1960,

merupakan pemrograman linier yang digunakan untuk memperoleh berbagai tujuan

tertentu secara simultan. Model Goal Prorgamming merupakan perluasan dari model

pemrograman linear (Hillier dan Lieberman, 1997). Tujuan dari linier Progamming adalah

maksimasi atau minimasi, sedangkan tujuan dari Goal Programming adalah meminumkan

penyimpangan-penyimpangan dari tujuan tertentu, sehingga hal ini dapat diartikan

bahwa semua masalah Goal Programming adalah masalah minimasi. Karena

penyimpangan-penyimpangan dari tujuan-tujuan tersebut diminimumkan, Goal

Page 38: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

17

Programming dapat menangani tujuan yang saling bertolak belakang. Jika terdapat banyak

tujuan, prioritas atau urutan ordinalnya dapat ditentukan, dan proses penyelesaian Goal

Programming dapat berjalan sedemikian rupa sehingga tujuan dengan prioritas tertinggi

dipenuhi sedekat mungkin sebelum memikirkan tujuan-tujuan dengan prioritas yang lebih

rendah.

2.4.1 Terminologi Goal Programming

Berikut ini adalah definisi dari beberapa istilah dan lambang yang biasa digunakan

pada goal programming (Mulyono, 2007:195):

1. Variabel Keputusan (Decision Variables)

Variabel keputusan adalah seperangkat variabel yang tak diketahui (dalam model GP

dilambangkan dengan , di mana ) yang akan dicari nilainya.

2. Right Hand Side Values (RHS)

Right Hand Side Values atau nilai sisi kanan adalah nilai-nilai yang biasanya

menunjukkan ketersediaan sumber daya (dilambangkan dengan ) yang akan

ditentukan kekurangan atau kelebihan penggunaannya.

3. Tujuan (Goal)

Tujuan adalah keinginan untuk meminimumkan angka penyimpangan dari suatu nilai

RHS pada suatu goal constraint tertentu.

4. Kendala Tujuan (Goal Constraint)

Goal constraint adalah sinonim dari istilah goal equation, yaitu suatu tujuan yang

diekspresikan dalam persamaan matematik dengan memasukkan variabel simpangan.

5. Faktor Tingkatan Prioritas (Preemptive Priority Factor)

Preemptive priority factor merupakan suatu sistem urutan (yang dilambangkan dengan

, dimana dan menunjukkan banyaknya tujuan dalam model) yang

memungkinkan tujuan-tujuan disusun secara ordinal dalam model GP. Sistem urutan

itu menempatkan tujuan-tujuan dalam susunan dengan hubungan seperti berikut:

merupakan tujuan yang paling penting

merupakan tujuan yang kurang penting dan seterusnya.

6. Variabel Simpangan (Deviational Variable)

Variabel simpangan adalah variabel-variabel yang menunjukkan kemungkinan

penyimpangan negatif dari suatu nilai RHS kendala tujuan yang dilambangkan dengan

Page 39: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

18

atau penyimpangan positif dari suatu nilai RHS yang dilambangkan dengan (di

mana dan adalah banyaknya kendala tujuan dalam model).

7. Bobot (Differential Weight)

Bobot adalah timbangan matematik yang diekspresikan dengan angka kardinal

(dilambangkan dengan dimana ) dan digunakan untuk

membedakan variabel simpangan di dalam suatu tingkat prioritas .

8. Koefisien Teknologi (Technological Coefficient)

Koefisien teknologi adalah nilai-nilai numerik (dilambangkan dengan ) yang

menunjukkan nilai per unit untuk menciptakan .

2.4.2 Unsur-Unsur Goal Programming

Menurut Mulyono (2007), setiap model GP paling sedikit terdiri dari tiga komponen,

yaitu:

Fungsi Tujuan

Ada tiga jenis fungsi tujuan dalam GP, yaitu:

Minimumkan ∑

(2-4)

Minimumkan ∑

(2-5)

Minimumkan ∑

(2-6)

Fungsi tujuan pertama pada Persamaan (2-4) digunakan jika variabel simpangan dalam

suatu masalah tidak dibedakan menurut prioritas atau bobot. Fungsi tujuan kedua

pada Persamaan (2-5) digunakan dalam suatu masalah dimana urutan tujuan-tujuan

diperlukan, tetapi variabel simpangan di dalam setiap prioritas memiliki kepentingan

yang sama. Dalam fungsi tujuan ketiga pada Persamaan (2-6), tujuan-tujuan diurutkan

dan variabel simpangan pada setiap tingkat prioritas dibedakan dengan menggunakan

bobot yang berlainan . Jadi fungsi tujuan yang akan digunakan tergantung pada

situasi masalahnya.

Kendala Tujuan

Dalam GP terdapat enam jenis kendala tujuan yang berlainan. Maksud setiap jenis

kendala itu ditentukan oleh hubungannya dengan fungsi tujuan. Jenis-jenis kendala

tujuan dapat dilihat pada Tabel 2.5

Page 40: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

19

Tabel 2.5

Jenis-jenis Kendala Tujuan

Kendala Tujuan

Variabel

Simpangan

dalam Fungsi

Tujuan

Kemungkinan

Simpangan

Penggunaan Nilai

RHS yang

Diinginkan

Negatif

Positif

Negatif dan positif

Negatif dan positif

Negatif dan positif

(artificial) Tidak ada

Sumber: Mulyono (2007)

Kendala Non-Negatif

Seperti dalam LP, variabel-variabel GP biasanya bernilai lebih besar atau sama dengan

nol. Semua model GP terdiri dari variabel simpangan dan variabel keputusan,

sehingga pernyataan non negatif dilambangkan sebagai:

Kendala Struktural

Di samping ketiga komponen yang telah disebutkan, dalam model GP kadang-kadang

terdapat komponen lain, yaitu, kendala struktural artinya kendala-kendala lingkungan

yang tidak berhubungan langsung dengan tujuan-tujuan masalah ynag dipelajari.

Variabel simpangan tidak dimasukkan dalam kendala ini, karena itu, kendala ini tidak

diikutsertakan dalam fungsi tujuan.

Pada penelitian menggunakan fungsi kendala tujuan sebagai berikut:

(2-7)

Dimana:

j = Banyak alternatif lokasi sejumlah j

Wi = Bobot dari hasil AHP

Xi = Alternatif lokasi

ni = Deviasi negatif

pi = Deviasi positif

2.4.3 Prosedur Perumusan Goal Programming

Langkah-langkah perumusan Goal Programming menurut Mulyono (2007) meliputi

beberapa tahap, yaitu:

Page 41: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

20

1. Menentukan variabel keputusan

Langkah ini merupakan dasar dalam pembuatan model keputusan untuk mendapatkan

solusi yang dicari. Semakin tepat penentuan variabel keputusan, maka akan semakin

mempermudah pengambilan keputusan yang dicari.

2. Menyatakan kendala tujuan

Pada model Goal Programming, tujuan-tujuan tersebut ditentukan oleh keinginan atau

kehendak pengambil keputusan, ketersediaan sumber daya, dan batasan atau kendala

lain yang secara eksplisit maupun implisit menentukan dalam pemilihan variabel

keputusan. Setiap kendala tujuan memiliki nilai yang berhubungan dengan nilai sisi

kanan ( ) yang merupakan target atau tujuan dari kendala tujuan tersebut. Ada 3

macam kemungkinan hubungan tersebut, yaitu

,

dan atau

.

3. Menentukan prioritas

Pada langkah ini dibuat urutan dari tujuan-tujuan. Apabila terdapat tujuan mutlak,

maka tujuan tersebut diletakkan pada prioritas utama. Prioritas untuk setiap tujuan

biasanya ditetapkan oleh pengambil keputusan atau dengan kerja sama dengan analis.

Jika persoalannya tidak memiliki urutan tujuan, lewati langkah ini dan kemudian ke

langkah berikutnya.

4. Menentukan bobot

Pada bagian ini adalah membuat urutan dalam suatu tujuan tertentu. Apabila tahap ini

dirasa tidak perlu, maka dilanjutkan pada tahap berikutnya.

5. Menyatakan fungsi tujuan

Pada tahap ini dipilih variabel deviasional yang benar untuk dimasukkan ke dalam

fungsi tujuan, setelah itu diberi prioritas dan pembobot yang tepat bila diperlukan.

Nilai variabel keputusan ditentukan dengan meminimumkan fungsi linier variabel

deviasional. Minimasi yang dilakukan tergantung dari nilai sisi kanan terhadap

nilai fungsi variabel keputusan

yang dikehendaki, seperti yang tercantum dalam

Tabel 2.6.

Tabel 2.6

Nilai Fungsi Variabel Keputusan

Tujuan Prosedur

sama atau lebih besar dari Minimumkan

sama atau lebih kecil dari Minimumkan

sama dengan Minimumkan dan

Sumber: Mulyono (2007)

Page 42: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

21

6. Menyatakan keperluan non-negatif

Langkah ini merupakan bagian resmi untuk perumusan masalah Goal Programming

karena semua variabel yang digunakan pada model Goal Programming tidak boleh

bernilai negatif.

Page 43: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

22

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 44: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian merupakan tahap awal yang menjelaskan langkah-langkah urutan

pengerjaan suatu penelitian. Metodologi penelitian dibuat untuk mengarahkan urutan

pengerjaan penelitian agar proses penelitian dapat berjalan dengan baik dan mencapai

tujuan penelitian yang ditetapkan di awal. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai metode

penelitian yang digunakan, tempat dan waktu penelitian, data yang digunakan selama

penelitian, langkah-langkah penelitian, dan diagram alir penelitian.

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang menekankan

pada penyajian data, menganalisis dan menginterpretasikan data. Menurut Mardalis (1999)

penelitian deskriptif merupakan penelitian yang menggambarkan sejumlah data yang

kemudian dianalisis dengan menggunakan metode tertentu lalu diinterpretasikan

berdasarkan kenyataan yang sedang berlangsung. Penelitian ini dilakukan dalam rangka

untuk mencari dan mengumpulkan sejumlah data untuk memperoleh gambaran fakta-fakta

yang jelas tentang berbagai keadaan dan situasi yang ada dalam perusahaan sehingga dapat

memberikan pemecahan masalah yang muncul.

3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. Suwarni Agro Mandiri dimana perusahaan ini

merupakan salah satu perusahaan industri pupuk yang memiliki pabrik di kota Mojokerto.

Perusahaan ini memproduksi pupuk NPK Granule, KSM Granule, dan Phosphate Granule

dengan beberapa variasi formula. Penelitian ini dilakukan selama bulan Desember 2016

hingga Agustus 2017.

3.3 Langkah-Langkah Penelitian

Pelaksanaan dalam penelitian ini meliputi beberapa tahapan yaitu tahap pendahuluan,

tahap pengumpulan data, tahap pengolahan data, tahap analisa dan pembahasan, serta tahap

kesimpulan dan saran.

23

Page 45: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

24

3.3.1 Tahap Pendahuluan

Penjelasan secara sistematis mengenai tahap pendahuluan adalah sebagai berikut:

1. Survei Pendahuluan

Langkah awal yang perlu dilakukan adalah melakukan pengamatan awal untuk

mendapatkan gambaran secara jelas dari kondisi objek yang akan diteiliti. Dari hasil

survei pendahuluan ini peneliti dapat mengetahui permasalahan yang terjadi pada

perusahaan tersebut. Survei pendahuluan dilakukan dengan cara melakukan observasi

secara langsung pada pabrik PT. Suwarni Agro Mandiri.

2. Studi Literatur

Studi literature dilaksanakan untuk mempelajari teori dan ilmu pengetahuan yang

berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti. Studi literatur diperoleh

darijurnal, skripsi, artikelterdahulu, internet danbuku-buku referensi.

3. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah merupakan tahapan awal penelitian yang bertujuan untuk

memahami permasalahan dan kondisi sebenarnya di PT. Suwarni Agro Mandiri

4. Perumusan Masalah

Setelah mengidentifikasi masalah, tahap selanjutnya dalah merumuskan masalah

yang telah ditemukan dan selanjutnya akan diselesaikan dalam penelitian ini.

5. Penentuan Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ditentukan berdasarkan perumusan masalah yang telah dijabarkan

pada tahap sebelumnya. Hal ini ditujukan untuk mempermudah peneliti dalam

menentukan batasan agar lebih fokus dalam menyelesaikan permasalahan sehingga

penelitian yang dilakukan dapat terarah dan tidak menyimpang.

3.3.2 Tahap Pengumpulan Data

Pengumpulan data diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan dalam penelitian untuk

mengungkap atau menjaring fenomena, informasi atau kondisi lokasi penelitian sesuai

dengan lingkup penelitian dan seluruh elemen populasi yang dapat mendukung kegiatan

penelitian. Data ini akan menjadi input pada tahap pengolahan data. Metode pengumpulan

data yang dilakukan adalah observasi, wawancara, dokumentasi perusahaan, arsip data

objek pengamatan dan berbagai literatur. Data yang dikumpulkan untuk penelitian ini

meliputi data sekunder antara lain:

Page 46: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

25

a. Akses Transportasi

Infrastruktur jalan memadai sehingga akses tranportasi pengiriman baik dengan

kedaraan kecil maupun besar mudah dilakukan. Data yang diambil dari hasil

wawancara dengan perusahaan.

b. Upah Tenaga Kerja

Upah tenaga kerja bergantung pada upah minimum regional. Dalam hal ini yang

diinginkan perusahaan adalah daerah dengan UMR terendah. Data ini diperoleh dari

informasi di tiap daerah yang menjadi alternatif lokasi.

c. Harga Tanah

Harga tanah di tiap lokasi alternatif. Luas tanah yang dibutuhkan 3 hektar. Data

ini diperoleh dari wawancara pada perusahaan dan informasi di tiap daerah yang

menjadi alternatif lokasi.

d. Lokasi Pasar

Data lokasi pasar berkaitan dengan jarak antara alternatif-alternatif lokasi dan

pasar terdekat. Data ini diperoleh dari wawancara pada perusahaan.

e. Keamanan

Data keamanan merupakan data tingkat kriminalitas di daerah alternatif lokasi.

Data ini diperoleh dari wawancara pada perusahaan dan informasi di tiap daerah yang

menjadi alternatif lokasi.

f. Lingkungan

Data yang berkaitan dengan lingkungan disini yaitu data tentang tersedianya

jaringan listrik, PDAM, telepon, sanitasi baik, dan tidak di daerah perumahan. Data ini

dikumpulkan melalui wawancara pada perusahaan dan melalui aplikasi google maps.

Penentuan kriteria diatas merupakan usulan dari peneliti berdasarkan studi

literatur yang telah dilakukan dan telah divalidasi oleh pihak perusahaan.

g. Pembobotan Kriteria Matriks AHP

Pembobotan kriteria adalah data primer yang diambil melalui kuesioner terhadap

responden yang dalam hal ini merupakan orang yang mengetahui kondisi perusahaan.

Penilaianini termasuk pada penilaian subyektif yang nantinya akan menjadi bobot

pada matriks AHP. Responden yang menilai dalam penelitian ini yakni seorang kepala

pabrik.

h. Data Goal Programming

Data goal programing berkaitan dengan batasan-batasan yang dimiliki perusahaan

seperti modal untuk pembebasan lahan, upah tenaga kerja, dan jarak pabrik ke lokasi

Page 47: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

26

pasar yang nantinya akan menjadi sasaran tujuan dalam formulasi goal programming.

Data ini diperoleh melalui wawancara pada pihak perusahaan.

3.3.3 Tahap Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan metode yang relevan dengan permasalahan yang

dihadapi. Berikut ini merupakan tahap pengolahan data yang dilakukan.

a. Pengolahan AHP:

1. Menyusun struktur hirarki masalah

Tahap pertama dalam metode AHP adalah penyusunan hirarki. Persoalan yang akan

diselesaikan diuraikan menjadi unsur-unsurnya yaitu kriteria dan alternatif.

2. Menentukan prioritas pada setiap kriteria

Hasil penyebaran kuisioner digunakan sebagai input dalam pembobotan kriteria

maupun alternatif lokasi menggunakan metode AHP. Pembobotan ini bertujuan

untuk mengidentifikasi kriteria mana yang lebih penting. Penilaian dilakukankan

dengan melakukan perbandingan berpasangan pada kriteria-kriteria yang

digunakan.

3. Melakukan penilaian alternatif lokasi berdasarkan kriteria

Sama halnya dengan pembobotan kriteria, pembobotan terhadap alternatif lokasi

pada tiap kriteria dilakukan untuk mengidentifikasi alternatif lokasi mana yang

lebih penting pada masing-masing kriteria. Penilaian dilakukan dengan cara

melakukan perbandingan berpasangan pada alternatif lokasi berdasarkan masing-

masing kriteria.

4. Menghitung konsistensi logis

Matriks bobot yang diperoleh dari hasil pebandingan berpasangan tersebut harus

mempunyai hubungan kardinal dan ordinal. Pada keadaan sebenarnya akan terjadi

penyimpangan dari hubungan tersebut, sehingga matriks tersebut tidak konsisten

sempurna. Perhitungan konsistensi logis dilakukan untuk memperoleh indeks

konsisten (consistency index) yang digunakan untuk menguji apakah data input

memuaskan atau tidak.

5. Menghitung bobot yang akan dimasukkan dalam goal progamming dengan rumus:

(3.1)

Dimana :

= Bobot yang akan dimasukkan dalam goal progamming

Page 48: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

27

= Bobot Kriteria

= Bobot tiap alternatif lokasi

b. Pengolahan GP

Rangking bobot prioritas yang telah didapatkan pada AHP merupakan nilai

subjektifitas, kemudian digunakan goal programming untuk pencapaian objektif.

Dalam penelitian ini mempertimbangkan nilai subjektifitas dan nilai objektifitas.

Berikut adalah langkah-langkah pengolahan goal progamming:

1. Menentukan goal.

Kriteria pada AHP akan menjadi goal yang akan dicapai perusahaan. Berikut

adalah enam goal yang diinginkan dalam penentuan lokasi :

1. Goal 1 : Ketersediaan jaringan akses jalan menuju pabrik baru.

2. Goal 2 : Biaya total pembelian lahan pabrik baru tidak melebihi anggaran

perusahaan.

3. Goal 3 : Upah tenaga kerja maksimal yang diijinkan perusahaan.

4. Goal 4 : Aspek kedekatan pabrik baru dengan lokasi pasar baik

5. Goal 5 : Aspek keamanan baik

6. Goal 6 : Aspek lingkungan baik

7. Goal 7 : Minimasi Jarak

2. Menentukan fungsi objektif dan tujuan sasaran dari goal yang telah dibuat.

Dari goal yang telah dibuat pada tahap sebelumnya dibuat fungsi objektif dan

sasaran yang akan diminimasi.

3. Menentukan fungsi tujuan.

Fungsi tujuan dibuat berdasarkan tujuan sasaran yang akan dicapai.

4. Mencari 2 alterntif lokasi yang optimal.

3.3.4 Tahap Analisa dan Pembahasan

Dalam tahap ini, akan ditampilkan kriteria pemilihan lokasi pabrik baru yang sesuai

dengan kebutuhan perusahaan, peringkat alternatif lokasi pabrik baru berdasarkan

penilaian terhadap masing-masing bobot kriteria dan hasil dari perhitungan goal

progamming

Page 49: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

28

3.4 Diagram Alir Penelitian

Tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian digambarkan dalam diagram alir

penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 3.1. Penelitian tahap awal meliputi studi

lapangan dan studi pustaka dan diakhiri pada tahap kesimpulan dan saran.

Mulai

Studi

Lapangan

Studi Literatur

Identifikasi

Masalah

Perumusan

Masalah

Tujuan

Penelitian

Pengumpulan Data :

1. Data akses transportasi

2. Data upah tenaga kerja

3. Data harga tanah di lokasi alternatif

4. Data jarak lokasi alternatif dengan pasar terdekat

5. Data tingkat kriminalitas di daerah sekitar

lokasi

6. Data lingkungan disekitar lokasi

7. Data pembobotan kriteria untuk matriks AHP

8. Data goal progamming

Analisis dan

Pembahasan

Kesimpulan & Saran

Selesai

Pengolahan Data :

1. Mengolah rekapitulasi data kriteria yang dikumpulkan

2. Mengolah data AHP :

Menyusun struktur hirarki masalah

Menentukan prioritas pada setiap kriteria

Melakukan penilaian alternatif lokasi berdasarkan

kriteria

Menghitung konsistensi logis

Menghitung bobot yang akan dimasukkan GP

3. Mengolah data Goal Progamming

Menentukan goal

Menentukan fungsi objektif dan tujuan sasaran dari

GP

Menentukan fungsi tujuan

Mencari alternatif lokasi yang paling optimal

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

Page 50: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

29

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dijabarkan mengenai gambaran umum perusahaan, pengumpulan

data-data yang diperlukan selama penelitian, pengolahan data untuk penentuan alternatif

lokasi terbaik PT. Suwarni Agro Mandiri dan analisa alternatif lokasi berdasarkan hasil

penelitian yang telah dilakukan. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode

AHP (Analytic Hierarchy Process) dan GP (Goal Progamming).

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

Pada gambaran umum perusahaan ini akan diuraikan mengenai profil, visi dan misi,

struktur organisasi, produk, serta departemen pada lantai produksi.

4.1.1 Profil Perusahaan

PT. Suwarni Agro Mandiri (PT. SAM) adalah sebuah perusahaan yang bergerak di

bidang Industri Fertilizer yang memproduksi pupuk anorganik dengan berbagai varian. PT.

Suwarni Agro Mandiri berdiri sejak akhir tahun 2010, dengan kantor pusat yang berlokasi

pada Jl. Perusahaan No. 17 Kav.B, (Ruko Samping ITN 2) Tunjungtirto, Singosari,

Malang, Jawa Timur, dan salah satu pabrik dari PT. Suwarni Agro Mandiri terletak pada

Desa Brayung, Puri, Mojokerto, Jawa Timur.

PT. Suwarni Agro Mandiri berdiri sebagai wujud komitmen perusahaan demi

menjamin kepuasan konsumen. Juga untuk memperkuat kapasitas produksi dan menjamin

kapasitas delivery. Motto PT. Suwarni Agro Mandiri adalah "Quality, Accurate &

Economic" dan berkomitmen akan memberikan hasil produksi yang berkualitas dengan

ketepatan hasil produksi dan harga yang ekonomis untuk semua jenis pasar. Produk yang

dibuat oleh PT. Suwarni Agro Mandiri diharapkan dapat membantu kebutuhan atas pupuk

oleh para petani dan pengusaha perkebunan.

Dengan kapasitas produksi 24.000 ton per tahun, PT. Suwarni Agro Mandiri memiliki

tujuan utama yakni kepuasan yang akan meningkatkan permintaan konsumen melalui

perubahan berkelanjutan (continous improvement) pada kualitas, ongkos, teknologi dan

servis.

29

Page 51: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

30

4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan

Visi dari PT. Suwarni Agro Mandiri ialah sebagai berikut:

“Menjadi perusahaan fertilizer yang mampu bersaing dalam skala global dengan

mengedepankan kualitas produksi dan harga yang terjangkau”

Sedangkan Misi dari PT. Suwarni Agro Mandiri ialah sebagai berikut:

“Membantu para petani dan pengusaha perkebunan dalam meningkatkan kualitas dan

kuantitas produksi tanamannya dengan menyediakan pupuk yang berkualitas, akurat dan

harga yang terjangkau”

4.1.3 Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi pada PT. Suwarni Agro Mandiri ditunjukkan pada Gambar 4.1.

KEPALA

PABRIK

WAKIL

KEPALA

PABRIK

KABAG.

LOGISTIK

PPIC

KABAG. HRGA

KABAG.

QUALITY

CONTROL

ADMIN &

KEUANGAN

KABAG.

PRODUKSI

MEKANIKSPV PRODUKSI STAFF QC

STAFF

GUDANGDRIVERSTAFF PPIC

OFFICE BOYSTAFF HRGA SATPAM

OPERATOR

OPERATOR

CRUSHER

OPERATOR

SCREENER

Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Suwarni Agro Mandiri

Sumber: PT. Suwarni Agro Mandiri (2015)

4.1.4 Produk

PT. Suwarni Agro Mandiri memproduksi beberapa macam jenis pupuk yang

dibedakan berdasarkan formula pencampuran dari pupuk itu sendiri. Beberapa jenis pupuk

tersebut diantaranya adalah NPK 15-15-15, NPK 15-15-6-4, NPK 12-12-12-17-2, NPK 20-

10-10, NPK 19-7-19, NPK 13-6-27-2, NPK 13-6-22-2, NPK 8-15-10, NPK 10-8-15, NPK

8-5-22, P25 Granul, P23 Granul, P20 Granul, Kalium Granul, Phosphate Sulfur Granul

dan Aburandu Granul. Pada penelitian kali ini jenis pupuk yang diamati adalah pupuk

Page 52: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

31

dengan jenis NPK 15-15-15. Pupuk NPK 15-15-15 dipilih sebab jenis pupuk inilah yang

paling banyak dipesan oleh costumer. NPK merupakan singkatan dari Nitrogen Phosphate

Kalium yang merupakan senyawa dari pencampuran pupuk tersebut. Gambar dari produk

pupuk dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Produk PT. Suwarni Agro Mandiri

Sumber : PT. Suwarni Agro Mandiri

4.1.5 Departemen Pada Lantai Produksi

Pada PT. Suwarni Agro Mandiri terdapat 6 departemen pada lantai produksi yang

terletak dalam sebuah workshop. Penjelasan dari tiap departemen tersebut ialah sebagai

berikut:

1. Production Office

Production Office merupakan tempat para staff untuk melakukan aktifitas.

Departemen ini ditempati oleh Factory Manager dan Office Manager beserta

jajarannya.

2. Quality Control

Departemen Quality Control merupakan sebuah departemen yang berfungsi untuk

melakukan uji pada produk jadi dari hasil produksi PT. Suwarni Agro Mandiri yakni

pupuk. Uji yang dilakukan pada departemen ini ialah uji senyawa material, uji mutu

pupuk dan uji efektifitas pupuk.

3. Maintenance

Merupakan departemen yang berfungsi untuk melakukan pengecekan berkala

pada mesin dan melakukan penggantian mesin bila terjadi kerusakan.

4. Production Line

Merupakan departemen yang berfungsi untuk memproduksi pupuk yang

merupakan produk utama yang dihasilkan oleh perusahaan. Didalamnnya terdapat

proses Granulasi, Heating, Cooling dan Screening.

Page 53: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

32

5. Gudang Bahan Baku

Merupakan departemen yang berfungsi untuk menyimpan dan mendata bahan

baku pembuatan pupuk, seperti Nitrogen, Phosphate, Kalium, Aburandu, Sulfur, Clay

dan Kaolin.

6. Gudang Bahan Bakar

Merupakan departemen yang berfungsi untuk menyimpan dan mendistribusikan

bahan bakar yang ada seperti kayu bakar dan batu bara.

7. Gudang Bahan Jadi

Merupakan departemen yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan produk jadi

berupa beberapa jenis pupuk yang diproduksi di perusahaan ini sebelum nantinya akan

dikirim kepada konsumen.

8. Crusher Area

Merupakan departemen yang berfungsi untuk menghancurkan dan meleburkan

sisa produksi berukuran oversize untuk kemudian diolah kembali menjadi produk jadi.

9. Waste Area

Merupakan departemen yang berfungsi untuk menyimpan limbah perusahaan

yang dapat dijual kembali atau pun dapat diproses kembali seperti karung dan hasil

oversize.

4.2 Pengumpulan Data

Pada pengumpulan data akan diuraikan data-data yang akan diolah dan dianalisis

untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.

4.2.1 Data Alternatif Lokasi

Terdapat 4 alternatif lokasi yang akan dipilih sebagai lokasi pabrik baru PT. Suwarni

Agro Mandiri. Alternatif ini diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan General

Manager PT. Suwarni Agro Mandiri bapak Edhi Soewartono, ST., MT. Lokasi yang

menjadi alternatif dalam pemilihan lokasi pabrik baru merupakan lokasi yang

memungkinkan untuk didirikan pabrik baru, artinya perusahaan telah memastikan bahwa

di daerah tersebut terdapat lahan yang cukup dan tersedia bahan bakunya, serta daerah

tersebut merupakan daerah yang diijinkan dalam pendirian sebuah pabrik. Alternatif lokasi

pabrik baru PT. Suwarni Agro Mandiri dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Page 54: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

33

Tabel 4.1

Alternatif lokasi Pabrik Baru

No. Alternatif Lokasi Alamat

1. Jatirejo Desa Kumiter, Jatirejo, Kab. Mojokerto

2. Puri Desa Brayung, Puri, Mojokerto

3. Jabung Desa Jabung, Kecamatan Jabung, Kab. Malang

4. Pariaman Jl. H. SDM Ilyas, Desa Padang Cakur Kecamatan Pariaman

Selatan. Kota Pariaman. Sumatra Barat.

Sumber: PT. Suwarni Agro Mandiri

Lokasi pabrik saat ini berada di Puri, Kota Mojokerto. Hasil yang diperoleh dari

penelitian ini nantinya akan dijadikan bahan pertimbangan bagi perusahaan untuk

menambah pabrik baru sekaligus memindah lokasi pabrik saat ini atau hanya menambah

pabrik baru.

4.2.2 Data Harga Tanah dan Upah Tenaga Kerja

Tabel 4.2 menyajikan data harga tanah dan upah tenaga kerja pada masing-masing

alternatif lokasi pabrik baru.

Tabel 4.2

Harga Tanah dan Upah Tenaga Kerja

No. Alternatif Lokasi Upah Tenaga Kerja Harga tanah/m2

1 Jatirejo Rp 3.030.000,- Rp 300.000,-

2 Puri Rp 3.030.000,- Rp 500.000,-

3 Jabung Rp 2.188.000,- Rp 200.000,-

4 Pariaman Rp 1.800.725,- Rp 200.000,-

Sumber: PT. Suwarni Agro Mandiri

4.2.3. Data Jarak Lokasi Alternatif Pabrik Baru Dengan Lokasi Pasar

Terdapat 9 mitra perusahaan dengan lokasi pasar sebagaimana pada Tabel 4.3. Lokasi

pasar yang dimaksudkan adalah lokasi dimana perusahaan-perusahaan mitra PT. SAM

berada.

Tabel 4.3

Mitra Perusahaan PT. SAM

No. Mitra Perusahaan Lokasi Pengiriman

1. PT Surya Hutani Jaya Kota Samarinda

2. PT Bumi Andalas Permai Kota Palembang

3. PT Laras Prima Makmur Kota Surabaya

4. PT Sumber Hijau Permai Kota Palembang

5. PT Bumi Persada Permai Kota Jambi

6. PT Finnantara Intiga Kabupaten Sintang, Kalimantan barat

7. IWI Mandiri Pasar Sungai Lambang Kiliranjao Padang

8. Koperasi Karya Tunggal Jaya Ds. Pangkalan Dewa Kec. Pangkalan Lada

9. KUD Remaja Makmur Kota Padang

Sumber : PT. Suwarni Agro Mandiri (2015)

Page 55: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

34

Dari data letak alternatif lokasi pabrik baru dan data lokasi pasar maka dapat dihitung

jarak pabrik dengan pasar. Data jarak lokasi alternatif lokasi pabrik baru dengan lokasi

pasar disajikan pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4

Jarak Alternatif Lokasi dangan Pasar (km)

PT.

SHJ

PT.

BAP

PT.

LPM

PT.

SHP

PT.

BPP

PT.

FI

IWI

Man

diri

Koper

asi

KTJ

KUD

RM Total

Jatirejo 1.614 1.345 67 1.345 1.615 1.527 1.917 802 2.068 12.300

Puri 1.607 1.347 60,4 1.347 1.616 1.521 1.918 795 2.069 12.280,4

Jabung 1.646 1.464 101 1.464 1.733 1.352 2.035 834 2.191 12.820

Pariaman 3.446 912 2.152 912 626 2.508 204 2.634 54,5 13.448,5

Jarak min 1.607 912 60,4 912 626 1352 204 795 54,4 13.045,8

Sumber: Google Maps

4.3 Pengolahan Data

Subbab ini menjelaskan pengolahan data menggunakan analytical hierarchy process

(AHP) guna mendapatkan bobot kriteria dan bobot alternatif lokasi. Selanjutnya, bobot

yang didapat dari hasil AHP digunakan sebagai input dalam pengolahan goal progamming

dengan bantuan software LINGO

4.3.1 Pengolahan Data AHP

Pengolahan data AHP didasarkan pada suatu prosedur yang logis dan terstruktur.

Dalam penelitian ini akan dijelaskan setiap tahap pengolahan data menggunakan AHP.

4.3.1.1 Hierarki Keputusan

Struktur hierarki AHP disusun untuk membantu proses pengambilan keputusan

dengan memperhatikan seluruh kriteria keputusan yang terlibat di dalam sistem. Pada

tingkat paling atas hierarki dinyatakan tujuan atau sasaran dari sistem yang akan dicari

solusi dari permasalahan tersebut. Tingkat berikutnya merupakan penjabaran dari tujuan

tersebut. Dalam model yang diusulkan dalam penelitian ini setidaknya terdapat tiga level

hirarki sebagai berikut :

a. Level I : Sasaran dari keputusan yang akan diambil ditempatkan pada puncak hirarki

yaitu “Pemilihan Lokasi Pabrik Baru PT. SAM ”

b. Level II : Pada tingkatan kedua, diajukan kriteria-kriteria penilaian dari yang dapat

menunjukkan kualitas dari alternatif model yang diusulkan. Kriteria tersebut terdiri

dari akses transportasi, upah tenaga kerja, harga tanah, lokasi pasar, serta lingkungan.

Page 56: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

35

c. Level III : Pada tingkatan ketiga diusulkan alternatif lokasi pabrik baru PT. SAM,

yaitu Jatirejo-Mojokerto, Puri-Mojokerto, Jabung-Malang, dan Pariaman-Padang.

Pada Gambar 4.3 dapat dilihat struktur hirarki AHP dalam penelitian ini.

2 Lokasi Alternatif

terbaik

Akses Transportasi

Upah Tenaga Kerja

Harga Tanah KeamananLokasi Pasar Lingkungan

Jatirejo-Mojokerto

Puri-Mojokerto Jabung-MalangPariaman-

Padang

Gambar 4.3 Struktur Hierarki AHP Pada Pemilihan Lokasi Pabrik Baru PT. SAM Sumber : PT. Suwarni Agro Mandiri

4.3.1.2 Penentuan Bobot Kriteria

Bobot masing-masing kriteria diperoleh dengan membandingkan tingkat kepentingan

antar kriteria atau yang disebut dengan perbandingan berpasangan. Dalam melakukan

perbandingan berpasangan dilakukan dengan memberikan kuisioner kepada responden

yang dalam penelitian ini merupakan kepala pabrik PT. SAM. Bentuk kuisioner dapat

dilihat pada lampiran 1.

Hasil perbandingan tingkat kepentingan antar kriteria yang sudah didapat , kemudian

dimasukkan ke dalam matriks perbandingan berpasangan. Tabel 4.5 merupakan matriks

perbandingan berpasangan kriteria pemilihan lokasi pabrik baru PT.SAM.

Tabel 4.5

Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Pemilihan Lokasi

Akses

Transportasi

(a)

Harga

Tanah

(b)

Upah

Tenaga

Kerja (c)

Lokasi

Pasar

(d)

Keamanan

(e)

Lingkungan

(f)

Akses

Transportasi (a) 1,000 4,000 0,500 0,500 3,000 3,000

Harga Tanah (b) 0,250 1,000 0,250 0,333 2,000 2,000

Upah Tenaga

Kerja (c) 2,000 4,000 1,000 1,000 5,000 6,000

Lokasi Pasar (d) 2,000 3,000 1,000 1,000 4,000 4,000

Keamanan (e) 0,333 0,500 0,200 0,250 1,000 1,000

Lingkungan (f) 0,333 0,500 0,167 0,250 1,000 1,000

Jumlah 5,917 13,000 3,117 3,333 16,000 17,000

Page 57: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

36

Hasil dari matriks perbandingan berpasangan dilakukan proses normalisasi matriks

untuk mendapatkan bobot dari masing-masing kriteria. Proses normalisasi dilakukan

dengan cara membagi nilai aa - ff dengan jumlah nilai kolom tersebut sehingga

menghasilkan matriks ternormalisasi. Hasil proses normalisasi dapat dilihat pada Tabel

4.6. Setelah didapatkan, langkah selanjutnya ialah menghitung bobot kriteria pemilihan

lokasi. Bobot kriteria diperoleh dengan cara menghitung rata-rata pada masing-masing

baris dari matriks ternormalisasi seperti pada Tabel 4.6.

Contoh perhitungan untuk nilai kolom aa adalah sebagai berikut:

Tabel 4.6

Matriks Ternormalisasi Kriteria Pemilihan Lokasi

Akses

Transportasi

(a)

Harga

Tanah

(b)

Upah

Tenaga

Kerja

(c)

Lokasi

Pasar

(d)

Keamanan

(e)

Lingkungan

(f)

Bobot

Kriteria

Akses

Transportasi

(a)

0,169 0,308 0,160 0,150 0,188 0,176 0,192

Harga Tanah

(b) 0,042 0,077 0,080 0,100 0,125 0,118 0,090

Upah Tenaga

Kerja (c) 0,338 0,308 0,321 0,300 0,313 0,353 0,322

Lokasi Pasar

(d) 0,338 0,231 0,321 0,300 0,250 0,235 0,279

Keamanan

(e) 0,056 0,038 0,064 0,075 0,063 0,059 0,059

Lingkungan

(f) 0,056 0,038 0,053 0,075 0,063 0,059 0,057

Jumlah 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00

Dari Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa kriteria upah tenaga kerja memliki bobot

terbesar yaitu 0,322. Selanjutnya, kriteria lokasi pasar memiliki bobot sebesar 0,279, yaitu

pada urutan kedua. Hal ini menandakan bahwa kriteria upah tenaga kerja dan lokasi pasar

lebih diperhatikan oleh perusahaan jika dibandingkan dengan kriteria-kriteria yang lain

dalam menentukan lokasi pabrik. Perusahaan berpendapat bahwa kedua kriteria tersebut

sangat berpengaruh terhadap biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan secara terus

menerus. Hal ini akan berpengaruh terhadap harga pokok produksi perusahaan. Sehingga

dapat dikatakan bahwa perusahaan lebih memperhatikan kriteria-kriteria yang

mempengaruhi jalannya proses bisnis perusahaan.

Page 58: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

37

4.3.1.3 Penilaian Alternatif Lokasi Berdasarkan Kriteria yang Bersifat Kualitatif

Kriteria kualitatif merupakan kriteria yang penilaian/pembobotannya berdasarkan

persepsi responden. Yang termasuk dalam kriteria kualitatif adalah kriteria akses

transportasi, lokasi pasar, keamanan dan lingkungan. Penilaian alternatif lokasi dilakukan

dengan membandingkan tingkat kepentingan antar alternatif lokasi terhadap masing-

masing kriteria atau yang disebut perbandingan berpasangan. Dengan menggunakan

langkah-langkah yang sama seperti proses perhitungan bobot kriteria pemilihan lokasi pada

subbab sebelumnya maka diperoleh bobot alternatif lokasi terhadap masing-masing

kriteria. Berikut merupakan hasil perhitungan bobot alternatif lokasi terhadap kriteria yang

bersifat kualitatif.

a. Perbandingan antar alternatif lokasi terhadap kriteria akses transportasi

Tabel 4.7 adalah perhitungan perbandingan berpasangan antar alternatif lokasi

terhadap kriteria akses transportasi.

Tabel 4.7

Matriks Perbandingan Berpasangan Alternatif Lokasi Terhadap Kriteria Akses Transportasi

Jatirejo (a) Puri (b) Jabung (c) Pariaman (d)

Jatirejo (a) 1,00 6,00 7,00 7,00

Puri (b) 0,17 1,00 3,00 1,00

Jabung (c) 0,14 0,33 1,00 0,33

Pariaman (d) 0,14 1,00 3,00 1,00

Jumlah 1,452 8,333 14,000 9,333

Bagi nilai aij pada tabel diatas dengan jumlah nilai kolom tersebut sehingga

menghasilkan matriks ternormalisasi seperti pada Tabel 4.8. Setelah didapatkan, langkah

berikutnya ialah menghitung bobot alternatif lokasi dengan cara menghitung rata-rata pada

masing-masing baris matriks ternormalisasi seperti pada Tabel 4.8.

Contoh perhitungan untuk nilai kolom aa adalah sebagai berikut:

Tabel 4.8

Matriks Ternormalisasi Alternatif Lokasi Terhadap Kriteria Akses Transportasi

Jatirejo Puri Jabung Pariaman Jumlah Bobot

Jatirejo 0,689 0,720 0,500 0,750 2,659 0,665

Puri 0,115 0,120 0,214 0,107 0,556 0,139

Jabung 0,098 0,040 0,071 0,036 0,246 0,061

Pariaman 0,098 0,120 0,214 0,107 0,540 0,135

Jumlah 1,000 1,000 1,000 1,000 4,000 1,00

Page 59: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

38

Pada tabel 4.8 dapat dilihat bahawa Jatirejo memiliki bobot tertinggi, yaitu sebesar

0,665. Pada urutan kedua yaitu Puri sebesar 0,139. Dalam hal akses transportasi

perusahaan memberi bobot terbesar pada Jatirejo. Hal ini dikarenakan perusahaan menilai

Jatirejo memiliki kondisi jalan yang baik dan termasuk jalan provinsi yang lebar.

Sedangkan untuk Puri memliki kondisi jalan yang cukup baik dan masih tegolong jalan

kabupaten.

b. Perbandingan antar alternatif lokasi terhadap kriteria lokasi pasar

Tabel 4.9 adalah hasil perhitungan perbandingan berpasangan antar alternatif lokasi

terhadap kriteria lokasi pasar.

Tabel 4.9

Matriks Perbandingan Berpasangan Alternatif Lokasi Terhadap Kriteria Lokasi Pasar

Jatirejo Puri Jabung Pariaman

Jatirejo 1,00 1,00 3,00 0,14

Puri 1,00 1,00 3,00 0,14

Jabung 0,33 0,33 1,00 0,14

Pariaman 7,00 7,00 7,00 1,00

Jumlah 9,333 9,333 14,000 1,429

Dengan menggunakan langkah-langkah yang sama seperti perhitungan bobot

alternatif lokasi terhadap kriteria akses transportasi, maka dapat diperoleh hasil bobot

alternatif lokasi seperti pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10

Bobot Alternatif Lokasi Terhadap Kriteria Lokasi Pasar

Jatirejo Puri Jabung Pariaman Jumlah Bobot Lokasi

Jatirejo 0,107 0,107 0,214 0,100 0,529 0,132

Puri 0,107 0,107 0,214 0,100 0,529 0,132

Jabung 0,036 0,036 0,071 0,100 0,243 0,061

Pariaman 0,750 0,750 0,500 0,700 2,700 0,675

Jumlah 1,000 1,000 1,000 1,000 4,000 1

Dari tabel 4.10 dapat dilihat bahwa Pariaman memiliki bobot tertinggi, yaitu sebesar

0,675. Pada urutan kedua yaitu Jatirejo dan Puri sebesar 0,132. Dalam kriteria kedekatan

dengan lokasi pasar, perusahaan memberi bobot terbesar pada Pariaman dikarenakan

perusahaan banyak mengirim hasil produksinya ke Pulau Sumatera terutama di Padang dan

kota-kota sekitar. Sedangkan untuk Jatirejo dan Puri memiliki bobot yang sama karena

perusahaan menganggap Jatirejo dan Puri memiliki lokasi yang berdekatan dan masih

dalam satu kota. Jatirejo dan Puri memiliki jarak yang berdekatan dengan lokasi pasar yang

ada di Pulau Jawa dan Kalimantan.

Page 60: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

39

c. Perbandingan antar alternatif lokasi terhadap kriteria keamanan

Tabel 4.11 merupakan hasil perbandingan berpasangan alternatif lokasi terhadap

kriteria keamanan.

Tabel 4.11

Matriks Perbandingan Berpasangan Alternatif Lokasi Terhadap Kriteria Keamanan

Jatirejo Puri Jabung Pariaman

Jatirejo 1,00 0,50 0,50 0,33

Puri 2,00 1,00 1,00 0,33

Jabung 2,00 1,00 1,00 0,33

Pariaman 3,00 3,00 3,00 1,00

Jumlah 8,000 5,500 5,500 2,000

Sedangkan Tabel 4.12 merupakan hasil perhitungan bobot alternatif lokasi terhadap

kriteria keamanan.

Tabel 4.12

Bobot Alternatif Lokasi Terhadap Kriteria Keamanan

Jatirejo Puri Jabung Pariaman Jumlah Bobot Lokasi

Jatirejo 0,125 0,091 0,091 0,167 0,473 0,118

Puri 0,250 0,182 0,182 0,167 0,780 0,195

Jabung 0,250 0,182 0,182 0,167 0,780 0,195

Pariaman 0,375 0,545 0,545 0,500 1,966 0,491

Jumlah 1,000 1,000 1,000 1,000 4,000 1

Dari tabel 4.12 dapat dilihat bahwa Pariaman memiliki bobot tertinggi, yaitu sebesar

0,491. Pada urutan kedua yaitu Jabung dan Puri sebesar 0,195. Dalam kriteria keamanan,

perusahaan memberi bobot terbesar pada Pariaman. Perusahaan menilai di Pariaman

tingkat kemanannya cukup tinggi karena ada kaitannya dengan orang-orang yang

berpengaruh di daerah Pariaman. Sedangkan untuk Puri dan Jabung parusahaan menilai

kedua daerah ini memliki tingkat keamanan yang sama. Karena tingkat kriminal dan

premanisme disana cenderung rendah dan tidak seperti yang ada di Jatirejo.

d. Perbandingan antar alternatif lokasi terhadap kriteria lingkungan

Tabel 4.13 merupakan hasil perbandingan berpasangan alternatif lokasi terhadap

kriteria lingkungan.

Tabel 4.13

Matriks Perbandingan Berpasangan Alternatif Lokasi Terhadap Kriteria Lingkungan Jatirejo Puri Jabung Pariaman

Jatirejo 1,00 0,50 0,50 0,33

Puri 2,00 1,00 1,00 0,33

Jabung 2,00 1,00 1,00 0,33

Pariaman 3,00 3,00 3,00 1,00

Jumlah 8,000 5,500 5,500 2,000

Page 61: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

40

Sedangkan Tabel 4.14 merupakan hasil perhitungan bobot alternatif lokasi terhadap

kriteria Lingkungan

Tabel 4.14

Bobot Alternatif Lokasi Terhadap Kriteria Lingkungan

Jatirejo Puri Jabung Pariaman Jumlah Bobot Lokasi

Jatirejo 0,222 0,214 0,286 0,200 0,922 0,231

Puri 0,444 0,429 0,429 0,400 1,702 0,425

Jabung 0,111 0,143 0,143 0,200 0,597 0,149

Pariaman 0,222 0,214 0,143 0,200 0,779 0,195

Jumlah 1,000 1,000 1,000 1,000 4,000 1

Dari tabel 4.14 dapat dilihat bahwa Puri memiliki bobot tertinggi, yaitu sebesar 0,425.

Pada urutan kedua yaitu Jatirejo sebesar 0,231. Dalam kriteria lingkungan yang berkaitan

dengan ketersediaan listrik, PDAM, telepon, dan juga sanitasi, perusahaan memberi bobot

terbesar pada Puri dikarenakan di Puri lebih mudah mendapatkan aspek-aspek diatas

terutama pada jaringan telepon.

4.3.1.4 Penilaian Alternatif Lokasi Berdasarkan Kriteria yang Bersifat Kuantitatif

Kriteria kuantitatif merupakan kriteria yang penilaian/pembobotannya berdasarkan

data aktual. Yang termasuk dalam kriteria kuantitatif adalah kriteria harga tanah dan

kriteria upah tenaga kerja. Berikut merupakan perhitungan bobot alternatif lokasi terhadap

kriteria yang bersifat kuantitatif.

a. Perbandingan antar alternatif lokasi terhadap kriteria harga tanah

Berbeda dengan perhitungan bobot alternatif lokasi terhadap kriteria-kriteria

sebelumnya, bobot alternatif lokasi terhadap kriteria harga tanah diperoleh dari data aktual.

Tabel 4.15 merupakan hasil perhitungan bobot alternatif lokasi terhadap kriteria harga

tanah.

Tabel 4.15

Bobot Alternatif Lokasi Terhadap Kriteria Harga Tanah

Alternatif Lokasi Harga Tanah

(a) (b) = 1/(a) Bobot Lokasi

Jatirejo 300.000 0,000003 0,217391

Puri 500.000 0,000002 0,130435

Jabung 200.000 0,000005 0,326087

Pariaman 200.000 0,000005 0,326087

Jumlah 1.200.000 0,000015 1

Bobot lokasi diperoleh dengan cara membagi nilai (b) dengan jumlah nilai (b). Contoh

perhitungan untuk bobot lokasi Jatirejo adalah sebagai berikut:

Page 62: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

41

Dari tabel 4.15 dapat dilihat bahwa Jabung dan Pariaman memiliki bobot tertinggi,

yaitu sebesar 0,326087. Hal ini dikarenakan harga tanah di Jabung dan Pariaman lebih

murah jika dibandingan dengan lokasi-lokasi alternatif yang lain.

b. Perbandingan antar alternatif lokasi terhadap kriteria upah tenaga kerja

Dengan menggunakan langkah-langkah yang sama seperti perhitungan bobot alternatif

lokasi terhadap kriteria harga tanah, Tabel 4.16 merupakan hasil perhitungan bobot

alternatif lokasi terhadap kriteria upah tenaga kerja.

Tabel 4.16

Bobot Alternatif Lokasi Terhadap Kriteria Upah Tenaga Kerja

Alternatif Lokasi Upah Tenaga Kerja

(a) (b)=1/(a) Bobot

Jatirejo 3.030.000 0,0000003 0,197337

Puri 3.030.000 0,0000003 0,197337

Jabung 2.188.000 0,0000005 0,273278

Pariaman 1.800.725 0,0000006 0,332049

Dari tabel 4.16 dapat dilihat bahwa Pariaman memiliki bobot tertinggi, yaitu sebesar

0,332049. Hal ini karena jika dilihat pada data upah tenaga kerja, Pariaman memiliki upah

tenaga kerja yang lebih murah jika dibandingkan dengan alternatif lokasi yang lain.

4.3.1.5 Uji Konsistensi

Setelah bobot kriteria dan alternatif lokasi telah diperoleh, selanjutnya melakukan

perhitungan rasio konsistensi untuk mengetahui apakah hasil pembobotan yang diperoleh

sudah konsisten. Rasio konsistensi kriteria dan alternatif lokasi harus lebih kecil atau sama

dengan 10%. Rumus perhitungan rasio konsistensi (CR) dapat dilihat pada Subbab 2.3.1.

Contoh perhitungan nilai konsistensi untuk alternatif lokasi terhadap kriteria Akses

Transportasi akan dijelaskan pada perhitungan di bawah ini. Langkah pertama ialah

membuat matriks awal berdasarkan rekapitulasi hasil kuesioner pembobotan yang terdapat

pada Tabel 4.7. Selanjutnya membuat matriks normalisasi alternatif lokasi terhadap kriteria

Akses Transportasi dapat dilihat pada Tabel 4.14. Nilai Jumlah dapat diperoleh dengan

cara menjumlahkan seluruh nilai pada baris, seperti:

Sedangkan untuk memperoleh nilai Vp dilakukan perhitungan sebagai berikut:

Page 63: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

42

Tabel 4.17

Hasil Normalisasi Matriks Alternatif Lokasi Terhadap Kriteria Akses Transportasi

Jatirejo Puri Jabung Pariaman Jumlah Vektor Prioritas

Jatirejo 0,689 0,720 0,500 0,750 2,659 0,665

Puri 0,115 0,120 0,214 0,107 0,556 0,139

Jabung 0,098 0,040 0,071 0,036 0,246 0,061

Pariaman 0,098 0,120 0,214 0,107 0,540 0,135

Jumlah 1,000 1,000 1,000 1,000 4,000 1

Setelah mendapatkan nilai masing-masing VP, selanjutnya melakukan perhitungan

Vector Eigen dengan cara mengalikan matriks awal dengan bobot atau vektor prioritas

seperti pada perhitungan berikut:

(

) [

] [

]

Selanjutnya dengan menghitung nilai matriks normalisasi terbobot (VB). Pehitungan

nilai VB dengan cara membagi nilai Vector Eigen dengan bobot untuk masing-masing

baris. Perhitungan nilai VB adalah sebagai berikut:

[

] [

] [

]

Langkah berikutnya yaitu menjumlahkan seluruh nilai dari VB (∑VB). Hasil ini akan

digunakan untuk perhitungan nilai eigen maksimum (λmaks). Nilai eigen maksimum

diperoleh melalui penjumlahan total VB (∑VB) kemudian dibagi dengan ukuran matriks

yang ada (n). Perhitungan nilai eigen maksimum (λmaks) adalah sebagai berikut:

Hasil dari perhitungan nilai consistency index (CI) di atas, digunakan dalam

perhitungan nilai konsitensi rasio (CR). Nilai random index (RI) dapat dilihat pada Tabel

2.4.

Berikut ini contoh perhitungan nilai konsistensi rasio (CR):

Page 64: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

43

Nilai CR < 0,1 maka hasil pembobotan dinyatakan konsisten sehingga penilaian yang

diberikan responden terhadap data yang bersangkutan dianggap sesuai. Hasil uji

konsistensi yang sudah dihitung sesuai dengan tahapan di atas terhadap bobot kriteria dan

alternatif lokasi terdapat pada Tabel 4.18.

Tabel 4.18

Hasil Perhitungan Rasio Konsistensi

Variabel Nilai CR

Kriteria 0,022

Alternatif Lokasi Terhadap Kriteria Akses Transportasi 0,051

Alternatif Lokasi Terhadap Kriteria Lokasi Pasar 0,058

Alternatif Lokasi Terhadap Kriteria Keamanan 0,022

Alternatif Lokasi Terhadap Kriteria Lingkungan 0,022

Dari Tabel 4.18 dapat dilihat bahwa nilai rasio konsistensi semua kriteria dan alternatif

lokasi terhadap masing-masing kriteria kurang dari 0,1, sehingga dapat disimpulkan bahwa

semua perhitungan dinyatakan konsisten. Setelah semua perhitungan dinyatakan konsisten.

4.3.1.6 Hasil Akhir Perhitungan AHP

Dari perhitungan bobot kriteria dan bobot perbandingan antar alternatif lokasi

diperoleh hasil bobot akhir AHP. Bobot akhir berasal dari hasil kali bobot kriteria dengan

bobot alternatif lokasi. Setelah didapat bobot akhir, akan dilakukan optimasi goal

progamming untuk mendapatkan hasil 2 lokasi yang terbaik. Tabel 4.19 adalah hasil

perhitungan bobot akhir AHP untuk lokasi Jatirejo.

Tabel 4.19

Bobot Akhir AHP Alternatif Lokasi Jatirejo

Kriteria Pemilihan lokasi Bobot Kriteria Bobot Alternatif lokasi Bobot Akhir

Akses Transportasi 0,192 0,665 0,128

Harga Tanah 0,090 0,217 0,019

Upah Tenaga Kerja 0,322 0,197 0,063

Lokasi Pasar 0,279 0,132 0,037

Keamanan 0,059 0,118 0,007

Lingkungan 0,057 0,231 0,013

Tabel 4.20 merupakan hasil perhitungan bobot akhir AHP untuk lokasi Puri.

Tabel 4.20

Bobot Akhir AHP Alternatif Lokasi Puri Kriteria Pemilihan lokasi Bobot Kriteria Bobot Alternatif lokasi Bobot Akhir

Akses Transportasi 0,192 0,139 0,027

Harga Tanah 0,090 0,130 0,012

Upah Tenaga Kerja 0,322 0,197 0,063

Lokasi Pasar 0,279 0,132 0,037

Keamanan 0,059 0,195 0,012

Lingkungan 0,057 0,425 0,024

Page 65: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

44

Tabel 4.21 merupakan hasil perhitungan bobot akhir AHP untuk lokasi Jabung.

Tabel 4.21

Bobot Akhir AHP Alternatif Lokasi Jabung

Kriteria Pemilihan lokasi Bobot Kriteria Bobot Alternatif lokasi Bobot Akhir

Akses Transportasi 0,192 0,061 0,012

Harga Tanah 0,090 0,326 0,029

Upah Tenaga Kerja 0,322 0,273 0,088

Lokasi Pasar 0,279 0,061 0,017

Keamanan 0,059 0,195 0,012

Lingkungan 0,057 0,149 0,009

Tabel 4.22 merupakan hasil perhitungan bobot akhir AHP untuk lokasi Pariaman.

Tabel 4.22

Bobot Akhir AHP Alternatif Lokasi Pariaman

Kriteria Pemilihan lokasi Bobot Kriteria Bobot Alternatif lokasi Bobot Akhir

Akses Transportasi 0,192 0,135 0,026

Harga Tanah 0,090 0,326 0,029

Upah Tenaga Kerja 0,322 0,332 0,107

Lokasi Pasar 0,279 0,675 0,188

Keamanan 0,059 0,491 0,029

Lingkungan 0,057 0,195 0,011

Dari Tabel 4.19 hingga Tabel 4.22 merupakan hasil bobot akhir menggunakan AHP.

Bobot Tersebut akan digunakan sebagai input pada optimasi goal progamming. Optimasi

dilakukan untuk mencari hasil terbaik berdasarkan tujuan yang ingin dicapai perusahaan.

4.3.2 Pengolahan Data Goal Progamming

Pengolahan goal progamming dilakukan untuk memperoleh 2 lokasi terbaik dari 4

alternatif lokasi. Bobot yang didapat pada pengolahan sebelumnya digunakan sebagai

input dalam pengolahan ini.

4.3.2.1 Penentuan Model Matematis

Dalam penelitian ini terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai. Tujuan-tujuan ini

selanjutnya dirumuskan dalam persamaan matematis menjadi suatu batasan atau kendala

yang disebut fungsi kendala tujuan. Dalam fungsi kendala tujuan ini dimasukkan pula

variabel simpangan yang menunjukkan kemungkinan terjadinya penyimpangan. Nilai dari

penyimpangan ini harus seminimal mungkin. Fungsi kendala tujuan ini mengacu pada

persamaan (2-7). Berikut ini adalah tujuan-tujuan yang akan dicapai:

1. Goal 1 : Ketersediaan jaringan akses jalan menuju pabrik baru.

2. Goal 2 : Biaya total pembelian lahan pabrik baru tidak melebihi anggaran perusahaan.

Page 66: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

45

3. Goal 3 : Upah tenaga kerja maksimal yang diijinkan perusahaan.

4. Goal 4 : Aspek kedekatan pabrik baru dengan lokasi pasar baik

5. Goal 5 : Aspek keamanan baik

6. Goal 6 : Aspek lingkungan baik

7. Goal 7 : Minimasi jarak

Dari tujuan-tujuan diatas maka dapat dirumuskan fungsi kendala dan sasaran yang

akan diminimasi seperti pada Tabel 4.23.

Tabel 4.23

Fungsi Kendala yang Digunakan

No. Fungsi Kendala Tujuan Sasaran

1 ∑

Min

2 ∑

Min

3

Min

4 ∑

Min

5 ∑

Min

6 ∑

Min

7 ∑

Min

8 ∑

9 ∑

10 ∑

Page 67: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

46

Keterangan :

= Nilai aspek akses transportasi pada alternatif lokasi

= UMR pada alternatif lokasi

= Harga lahan/tanah pada alternatif lokasi

= Nilai kedekatan alternatif lokasi dengan lokasi pasar

= Nilai aspek keamanan pada alternatif lokasi

= Nilai aspek lingkungan pada alternatif lokasi

B = Total nilai aspek akses transportasi

C = Biaya yang dianggarkan perusahaan untuk mendirikan 2 pabrik

D = Upah tenaga kerja yang diinginkan perusahaan

E = Total nilai dalam aspek kedekatan alternatif lokasi pabrik dengan pasar

F = Total nilai dalam aspek keamanan

G = Total nilai dalam aspek lingkungan

= Jarak alternatif lokasi (i) dengan Pasar (j)

= Variabel Keputusan lokasi pabrik

= Variabel keputusan lokasi pasar

H = Jarak Optimal

M = Bilangan yang sangat besar

Kendala tujuan ke-7 merepresentasikan bahwa jarak yang ditempuh untuk melakukan

satu kali pengiriman dari lokasi pabrik (i) ke pasar (j) adalah paling minimum. Untuk

kendala tujuan ke-8 bertujuan untuk memastikan bahwa satu pasar akan dilayani oleh 1

pabrik. Sedangkan kendala tujuan ke-9 merepresentasikan bahwa pasar akan dilayani oleh

lokasi pabrik yang terpilih.

Fungsi tujuan pada penelitian ini adalah dengan meminimumkan variabel deviasional.

Variabel deviasional merupakan penyimpangan yang terjadi pada ruas kiri suatu

persamaan atau fungsi kendala terhadap ruas kanannya. Dengan meminimumkan

penyimpangan-penyimpangan ini maka diharapkan hasil optimasi yang diperoleh bisa

mendekati target yang ingin dicapai. Berikut fungsi tujuan yang ingin dicapai yaitu dengan

meminimumkan penyimpangan dari fungsi kendala diatas.

Nilai RHS yang digunakan berasal dari penjumlahan 2 bobot terbesar pada masing-

masing kriteria. Hal ini bertujuan untuk memaksimumkan nilai yang ingin dicapai

perusahaan. Nilai bobot bisa dilihat pada Tabel 4.19 hingga Tabel 4.22. Sedangkan untuk

Page 68: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

47

jarak, jarak optimal (H) diperoleh dari 2 kali penjumlahan jarak terdekat antara alternatif

lokasi dengan masing-masing lokasi pasar. Jarak optimal dapat dilihat pada Tabel 4.4

Berikut nilai RHS yang digunakan dalam formulasi goal progamming.

B = 0,128 + 0,027 = 0,155

C = 0,029 + 0,029 = 0,058

D = 0,107 + 0,088 = 0,195

E = 0,188 + 0,037 = 0,225

F = 0,029 + 0,012 = 0,041

G = 0,024 + 0,013 = 0,037

H = 2(1607 + 912 + 60,4 + 912 + 626 + 1352 + 204 + 795 + 54,5) = 13045,8

4.3.2.2 Solusi Model

Setelah model matematis tebentuk maka langkah selanjutnya adalah melakukan

penyelesaian model dengan bantuan software LINGO 11.0. Model matematis yang telah

terbentuk terlebih dahulu diterjemahkan kedalam bahasa LINGO agar hasil perhitungan

komputasi dapat diselesaikan. Berikut merupakan model matematis yang telah

diterjemahkan kedalam bahasa lingo.

@SUM(LOKASI(I):AT(I)*X(I)) + N1 - P1 = 0.155;

@SUM(LOKASI(I):HT(I)*X(I)) + N2 - P2 = 0.058;

@SUM(LOKASI(I):UTK(I)*X(I)) + N3 - P3 = 0.195;

@SUM(LOKASI(I):LP(I)*X(I)) + N4 - P4 = 0.225;

@SUM(LOKASI(I):KL(I)*X(I)) + N5 - P5 = 0.041;

@SUM(LOKASI(I):LG(I)*X(I)) + N6 - P6 = 0.037;

@SUM(LOKASI(I):X(I)) = 2;

@SUM(TRANS(I,J):Y(I,J)*JARAK(I,J)*2) + N7 - P7 = 13045.8;

N8 = N7/13045.8;

P8 = P7/13045.8;

M = 1000000;

@FOR(LOKASI(I): @SUM(PASAR(J): Y(I,J)) <= M * X(I));

@FOR(PASAR(J): @SUM(LOKASI(I): Y(I,J)) = 1);

@FOR(LOKASI(I):@BIN(X(I)));

@FOR(TRANS(I,J):@BIN(Y(I,J)));

MIN = N1 + N2 + N3 + N4 + N5 + N6 + P8;

Pada komputasi perhitungan dengan menggunakan LINGO, penyimpangan yang

digunakan dalam menghitung fungsi tujuan untuk fungsi kendala ketujuh adalah P8. N8

dan P8 merupakan bentuk rasio dari penyimpangan N7 dan P7, yaitu dengan cara membagi

nilai N7 dan P7 dengan nilai optimalnya. Tujuannya adalah untuk menyetarakan nilai N7

dan P7 dengan nilai penyimpangan-penyimpangan lain yang hasilnya kecil. Hasil

pengolahan LINGO secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 3. Dari hasil perhitungan

dengan bantuan software LINGO diperoleh bahwa lokasi yang terpilih adalah lokasi

Jatirejo-Mojokerto dan Pariaman-Padang dengan nilai reduce cost sebesar 0,2309430 dan

Page 69: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

48

0,2025628. Nilai reduce cost merupakan nilai penurunan harga tiap unit variable keputusan

tanpa berpengaruh pada nilai optimum. Lokasi Jatirejo akan melayani permintaan untuk

daerah Pulau Jawa dan Kalimantan yang mencakup PT. SHJ, PT. LPM, PT. FI, dan

Koperasi KTJ. Sedangkan lokasi Pariaman akan melayani permintaan untuk daerah di

Pulau Sumatera yang mencakup PT. BAP, PT. SHP, PT. BPP, IWI Mandiri, dan KUD

RM. Gambar 4.4 merupakan report hasil perhitungan LINGO yang menunjukkan lokasi

terpilih. Sedangkan Gambar 4.5 merupakan report pengolahan goal progamming yang

menunjukkan hasil alokasi pabrik.

Gambar 4.4 Lokasi Terpilih Hasil Pengolahan Goal Progamming Dengan Software

LINGO

Page 70: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

49

Gambar 4.5 Alokasi Pabrik Hasil Pengolahan Goal Progamming Dengan Software LINGO

4.4 Analisis dan Pembahasan

Pada penelitian ini terdapat 6 kriteria yang menjadi pertimbangan perusahaan dalam

menentukan lokasi pabrik baru, diantaranya adalah akses transportasi, harga tanah, upah

tenaga kerja, lokasi pasar, keamanan dan lingkungan. Dari pembobotan yang telah

dilakukan perusahaan yang dalam hal ini diwakilkan oleh kepala pabrik PT.SAM,

diperolah hasil bobot tertinggi terletak pada kriteria upah tenaga kerja yaitu sebesar 0,322,

hal ini berarti kriteria upah tenaga kerja lebih penting dibandingkan kriteria-kriteria yang

lain. Perusahaan menilai bahwa upah tenaga kerja sangat mempengaruhi keberlangsungan

perusahaan nantinya, karena perusahaan berkaca pada kasus di perusahaan-perusahaan lain

yang lebih memilih memindahkan lokasi produksinya demi menekan biaya pokok

produksi. Selanjutnya adalah kriteria lokasi pasar, sama halnya dengan upah tenaga kerja,

lokasi pasar dianggap lebih penting jika dibandingkan dengan harga tanah karena lokasi

pasar berpengaruh terhadap pengiriman hasil produksi kepada konsumen. Lokasi yang jauh

akan berdampak pada biaya pengiriman yang mahal. Sedangkan harga tanah, perusahaan

Page 71: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

50

menilai bahwa biaya yang dikeluarkan cukup besar namun hanya sekali dikeluarkan.

Kriteria keamanan dan lingkungan memiliki bobot terendah, hal ini dikarenakan

perusahaan menganggap bahwa kriteria ini lebih mudah diatasi jika dibandingkan dengan

kriteria-kriteria yang lain. Namun terlepas dari hasil bobot yang diberikan, keenam kriteria

merupakan kriteria yang dianggap penting dari sekian banyak kriteria yang dapat

dipertimbangkan perusahaan dalam menentukan lokasi pabrik.

Hasil pembobotan akhir pada perhitungan AHP menunjukkan pembobotan masing-

masing alternatif lokasi terhadap masing-masing kriteria, dapat dilihat pada Tabel 4.19

hingga Tabel 4.22. Hasil rekap dan perbandingannya disajikan pada Tabel 4.24.

Tabel 4.24

Rekap Hasil Bobot Akhir AHP Alternatuf Lokasi Terhadap Kriteia

Jatirejo Puri Jabung Pariaman Bobot Tertinggi

Lokasi dengan

Bobot Tertinggi

Akses Transportasi 0,128 0,027 0,012 0,026 0,128 Jatirejo

Harga Tanah 0,019 0,012 0,029 0,029 0,029 Jabung,

Pariaman

Upah Tenaga Kerja 0,063 0,063 0,088 0,107 0,107 Pariaman

Lokasi Pasar 0,037 0,037 0,017 0,188 0,188 Pariaman

Keamanan 0,007 0,012 0,012 0,029 0,029 Pariaman

Lingkungan 0,013 0,024 0,009 0,011 0,024 Puri

Jumlah 0,223 0,133 0,183 0,461

Dari Tabel 4.24 dapat dilihat bahwa lokasi Jatirejo lebih unggul dibanding alternatif

lokasi yang lain dalam hal kriteria akses transportasi. Lokai Pariaman lebih unggul

dibandingkan lokasi lain dalam kriteria harga tanah, upah tenaga kerja, lokasi pasar, dan

keamanan. Sedangkan lokasi Puri lebih unggul dibandingkan lokasi lain dalam hal kriteria

lingkungan. Dari perhitungan jumlah bobot semua kriteria tanpa mempertimbangkan

minimasi jarak lokasi yang terpilih adalah Pariaman dan Jatirejo. Hasil pembobotan AHP

merupakan hasil penilaiaan subyektifitas responden, untuk mengoptimalkan hasil

berdasarkan data aktual dilapangan untuk beberapa kriteria dan juga adanya jarak antara

alternatif lokasi dengan 9 pasar yang menjadi pertimbangan perusahaan maka perlu

dilakukan perhitungan goal programming.

Pengolahan goal progamming mencakup nilai subyektif dan juga nilai obyektif. Nilai

Z bernilai optimal jika nilainya mendekati RHS. Gambar 4.6 merupakan hasil perhitungan

komputasi goal progamming dengan menggunakan software LINGO.

Penyimpangan negatif dan penyimpangan positif menunjukkan berapa banyak

kekurangan atau kelebihan dari target tujuan (RHS). Jika nilai target dicapai secara pas,

maka kedua variabel simpangan akan bernilai nol. Dari gambar 4.6 dapat diketahui hasil

Page 72: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

51

optimum dari perhitungan goal progamming mampu menghasilkan nilai Z sebesar

0,082954. Hal ini menandakan bahwa total penyimpangan yang dihasilkan dari lokasi

terpilih Jatirejo dan Pariaman adalah sebesar 0,082954. Jika dilihat dari penyimpangan

kendala tujuan n1 hingga n6 , dapat dikatakan bahwa hasil yang diperoleh optimal, karena

penyimpangan-penyimpangan yang terjadi telah mendekati nol. Selain itu, hasil dari

perhitungan goal progamming yang mempertimbangkan minimasi jarak diperoleh hasil

yang sejalan dengan hasil yang diperoleh dari pembobotan AHP. Terpilihnya Jatirejo dan

Pariaman, maka perusahaan perlu memindahkan lokasi pabriknya saat ini dari Puri ke

Jatirejo dan mendirikan pabrik baru di Pariaman.

Gambar 4.6 Hasil Pengolahan Goal Progamming Dengan Bantuan Software LINGO

Jatirejo akan melayani permintaan PT. SHJ, PT. LPM, PT. FI, dan Koperasi KTJ

dengan total jarak ditempuh 8.020km. Sedangkan lokasi Pariaman akan melayani

permintaan PT. BAP, PT. SHP, PT. BPP, IWI Mandiri, dan KUD RM dengan total jarak

tempuh 5.417km. Total jarak yang ditempuh perusahaan untuk melayani pasar-pasarnya

sebesar 13.437km, sedangkan jarak optimalnya sebesar 13.045,8km. Maka besar

penyimpangan yang dihasilkan sebesar 391,2km. Selain itu total jarak tempuh saat ini yaitu

jarak dari Puri ke seluruh pasar sebesar 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di

Jatirejo dan Pariaman akan dapat mengurangi jarak tempuh sebesar 11.123,8km atau

sebesar 45%.

Page 73: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

52

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 74: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

53

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan dijabarkan kesimpulan berdasarkan tujuan dari penelitian ini dan

pembahasan pada sebelumnya. Selain itu, pada bab ini juga diberikan saran pada

perusahaan dan juga penelitian selanjutnya.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat dijabarkan kesimpulan

sebagai berikut.

1. Hasil dari perhitungan bobot dengan menggunakan metode AHP diperoleh bobot

kriteria masing-masing sebesar 0,192 untuk kriteria akses transportasi, 0,09 untuk

kriteria harga tanah, 0,322 untuk kriteria upah tenaga kerja, 0,279 untuk kriteria lokasi

pasar, 0,059 untuk kriteria keamanan dan 0,057 untuk kriteria lingkungan. Sedangkan

untuk bobot lokasi berdasarkan masing-masing kriteria dapat dijabarkan sebagai

berikut.

a. Berdasarkan kriteria akses transportasi bobot untuk masing-masing lokasi sebesar

0,665 untuk Jatirejo, 0,139 untuk Puri, 0,061 untuk Jabung, dan 0,135 untuk

Pariaman.

b. Berdasarkan kriteria harga tanah bobot untuk masing-masing lokasi sebesar 0,217

untuk Jatirejo, 0,130 untuk Puri, 0,326 untuk Jabung, dan 0,326 untuk Pariaman.

c. Berdasarkan kriteria upah tenaga kerja bobot untuk masing-masing lokasi sebesar

0,197 untuk Jatirejo, 0,197 untuk Puri, 0,273 untuk Jabung, dan 0,332 untuk

Pariaman.

d. Berdasarkan kriteria lokasi pasar bobot untuk masing-masing lokasi sebesar 0,132

untuk Jatirejo, 0,132 untuk Puri, 0,061 untuk Jabung, dan 0,675 untuk Pariaman.

e. Berdasarkan kriteria keamanan bobot untuk masing-masing lokasi sebesar 0,118

untuk Jatirejo, 0,195 untuk Puri, 0,195 untuk Jabung, dan 0,491 untuk Pariaman.

f. Berdasarkan kriteria lingkungan bobot untuk masing-masing lokasi sebesar 0,231

untuk Jatirejo, 0,425 untuk Puri, 0,149 untuk Jabung, dan 0,195 untuk Pariaman.

2. Lokasi optimal berdasarkan perhitungan goal progamming dengan

mempertimbangkan keenam kriteria (akses transportasi, harga tanah, upah tenaga

kerja, lokasi pasar, keamanan, dan lingkungan) yaitu lokasi Jatirejo dan Pariaman.

53

Page 75: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

54

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan ini, adapun saran yang dapat diberikan

kepada perusahaan yaitu PT. Suwarni Agro Mandiri dan juga penelitian selanjutnya adalah

sebagai berikut:

1. Untuk perusahaan, hasil penelitian pemilihan lokasi optimal pabrik baru dengan

menggunakan Analytical Hierarchy Process dan Goal Progamming dapat dijadikan

bahan pertimbangan dalam menentukan lokasi pabrik baru yang akan didirikan

nantinya.

2. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan ada pengembangan untuk melakukan analisa

dengan menambahkan kriteria yang lain seperti kriteria supplier atau kriteria lokasi

bahan baku dan juga menambahkan subkriteria pada masing-masing kriteia. Seperti

penambahan sub kriteria tingkat permintaan pada masing-masing pasar dan jarak

untuk kriteria lokasi pasar. Dengan penambahan subkriteria diharapkan mampu

memberikan hasil yang lebih optimal.

Page 76: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

55

DAFTAR PUSTAKA

Ariyanti, N. 2013. Teori Lokasi. http://latahzanovi.blogspot.co.id/2013/06/teori-

lokasi.html. (diakses 01 juli 2016)

Armindo, R. 2006. Penentuan Kapasitas Optimal Produksi CPO (Crude Palm Oil) di

Pabrik Kelapa Sawit PT. Andira Agro dengan Menggunakan Goal Programming.

Tugas Akhir. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Badri, Masood A. 1998. Combining The Analytic Hieratchy Process And Goal

programming For Global Facility Location-Allocation Problem. 237-248.

Baran, Erhan dan Erol, Serpil. 2015. A Model Suggestion To Determine The Order

Quantity In Supplier Selection Problems. Gazi University Journal of Science Part A:

Engineering And Innovation GU J Sci Part:A 3(3)45-50

Bourgeois, R., 2005. Analytic Hierarchy Process: an Overview. Bogor : UNCAPSA-

UNESCAP.

Chang, H. J. & Hsieh, C. M., 2014. A TOPSIS Model For Chain Store Location Selection,

http://sibresearch.org/uploads/2/7/9/9/2799227/riber_h14-262_410-416.pdf.

(diakses 1 Juli 2016)

Charnes, A. dan W.W.Cooper. 1960. Management Models and Industrial Applications of

Linear Programming. Vol.1.John Wiley and sons, Inc, New York

Exa , V. 2015. Pengertian Analytic Hierarchy Process (AHP),

http://vebryexa.com/pengertian-analytic-hierarchy-process-ahp.html. (diakses 15

November 2016)

Firmansyah, Hengky. 1997. Penentuan Jumlah dan Lokasi gudang Yang Optimal dengan

Menggunakan Metode Displan (Studi Kasus pada PT. Inti Boga Sejahtera

Jakarta). Tugas Akhir, Fakultas Teknik Management Industri, Universitas

Pasundan, Bandung.

Guna, I Dewa GD. Wirya 2011. Penentuan Lokasi Warehouse Baru Dengan Pendekatan

Multi Criteria Goal Programming Untuk Mencapai Efisiensi Rute Pengiriman.

Tugas akhir, Jurusan Teknik Industri, Institut Sepuluh November (ITS), Surabaya.

Handoko, H. 2000. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Yogyakarta: BPFE.

Herjanto, E. 2007. Manajemen Operasi, Edisi 3, Jakarta: Grasindo.

Hillier, F. dan Lieberman, G. 1994. Pengantar Riset Opersi. Jakarta: Erlangga, Jilid 1 Edisi

Kelima.

Mardalis. 1999. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta: Bumi Aksara

Mulyono, S. 2007. Riset Operasi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia

55

Page 77: Achmad Fanani 115060700111087 - Universitas Brawijayarepository.ub.ac.id/3220/1/Achmad Fanani.pdf · 2020. 4. 20. · 24.560,8km, maka dengan mendirikan pabrik di Jatirejo dan Pariaman

56

Ramadhan, S. 2014. Prinsip Kerja AHP. http://setiajiramadhan.blogspot.com/

(diakses 01 Juli 2016)

Saaty, T. L. 1991. Pengambilan Keputsan Bagi Para Pemimpin Proses Hirarki Analitik

Untk Pengambilan Keputusan Dalam Situasi yang Kompleks, Jakarta : PT Pustaka

Binaman Pressindo.

Saktiwibowo. 2015. Analytic Hirarchy Process.

https://saktiwibowo.wordpress.com/2015/01/ (diakses 01 Juli 2016)

Suryadi,K. & Ramdhani, A. 1998. Sistem Pendukung Keputusan. Bandung : Remaja

Rosdakarya.

Susila & Munadi. 2007. Penggunaan Analytical Hierarchy Process Untuk Penyusunan

Prioritas Proposal Penelitian. http://www.litbang.pertanian.go.id/warta-ip/pdf-

file/1.wayanerna_ipvol16-2-2007.pdf. ( diakses 11 Juni 2016)

Wignjosoebroto, S. 2009. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Surabaya: Guna

widya.