skripsi (padli achmad djamil)
DESCRIPTION
TEKNIK ELAKTROTRANSCRIPT
-
i
S K R I P S I
EVALUASI JUMLAH UNIT LAMPU PADA BEBERAPA
GEDUNG UNIVERSITAS HALU OLEO DENGAN
MENGGUNAKAN METODE LUMEN
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program
STRATA SATU (S-1) Pada Program Studi Teknik Elektro
Universitas Halu Oleo
OLEH :
PADLI ACHMAD DJAMIL
E1 D2 13 009
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
2 0 1 4
-
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Skrips : Evaluasi Jumlah Unit Lampu Pada Beberapa Gedung
Universitas Halu Oleo Dengan Menggunakan
Metode Lumen
Nama Mahasiswa : Padli Achmad Djamil
Stambuk : E1 D2 13 009
Program Studi : S1 Teknik Elektro
Menyetujui
Pembimbing I pembimbing II
MANSUR,ST.,MT SITI NAWAL JAYA,ST.,MSi
NIP. 196910101 200112 1 001 NIP. 19790419 200501 2 002
Mengetahui
Ketua Program Studi kelas sore
Ir. SALIMIN, MT
NIP. 19631231 199903 1 002
-
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
EVALUASI JUMLAH UNIT LAMPU PADA BEBERAPA GEDUNG
UNIVERSITAS HALU OLEO DENGAN MENGGUNAKAN
METODE LUMEN
Oleh :
PADLI ACHMAD DJAMIL
E1 D2 13 009
Telah Dipertahankan Di Depan Tim Penguji Dan Dinyatakan Lulus Pada Ujian
Skripsi Program Studi Teknik Elektro Kelas Sore Fakultas Teknik
Universitas Halu Oleo Pada Tanggal 28 Desember 2014
Tim Penguji
Penguji I : Ir. Samuel Jie, MT ( )
Penguji II : Abdul Djohar, ST., MT ( )
Penguji III : Wa Ode Siti Nur Alam, ST., M.Eng ( )
Mengetahui
Dekan Fakultas Teknik Ketua Program Studi Kelas Sore
Mustarum Musaruddin, ST., MIT., Ph.D Ir. Salimin, MT Nip. 19730122 200112 1 002 Nip. 19631231 199903 1 002
-
iv
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama Mahasiswa : PADLI ACHMAD DJAMIL
Tempat/Tgl Lahir : KOLAKA, 04 MEI 1992
N I M : E1 D2 13 009
Program Studi : S1 Teknik Elektro
Menyatakan bahwa karya ilmiah/skripsi kami yang berjudul :
Evaluasi Jumlah Unit Lampu Pada Beberapa Gedung
Universitas Halu Oleo Dengan Menggunakan
Metode Lumen
Adalah bukan merupakan karya tulis orang lain, baik sebagian maupun
keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah kami sebutkan sumbernya.
Demikian pernyataan keaslian ini kami buat dengan sebenar-benarnya dan
apabila pernyataan ini tidak benar, kami bersedia mendapat sanksi akademis.
Kendari,. 2015
Yang Menyatakan,
(PADLI ACHMAD DJAMIL )
STB. E1 D2 13 009
-
v
ABSTRAK
Padli Achmad Djamil (E1 D2 13 009) Evaluasi Jumlah Unit Lampu Pada
Beberapa Gedung Universitas Halu Oleo Dengan Menggunakan Metode Lumen
Dibawah Bimbingan Bapak Mansur, ST ., MT., Selaku Pembimbing Pertama dan
Ibu Siti Nawal Jaya, ST ., MSi., Selaku Pembimbing Kedua.
Kuantitas dan kualitas pencahayaan yang baik ditentukan dari tingkat
refleksi cahaya dan tingkat rasio pencahayaan pada ruangan. Dengan demikian
sangat penting untuk untuk dilakukan analisis bagi tiap ruangan yang akan
digunakan sesuai dengan fungsi dan kegunaan ruangan tersebut maka dari itu
harus dilakukan penentuan jumlah unit lampu dan intensitas penerangan pada tiap
unit lampu sebagai langkah penerapan efisiensi energi sesuai kebutuhan.
Hasil perbandingan jumlah unit lampu atau armatur hasil pengukuran dan
perhitungan dengan menggunakan metode lumen maka dapat disimpulkan bahwa
rata rata jumlah unit lampu atau armatur pada beberapa gedung Universitas Halu
Oleo 80,95 % tidak memenuhi syarat sesuai dengan tingkat pencahayaan yang di
rekomendasikan pada tabel SNI pencahayaan buatan tahun.
Penentuan jumlah dan posisi unit lampu pada beberapa gedung Universitas
Halu Oleo dapat dilakukan dengan menggunakan metode lumen dan berdasarkan
dengan tingkat pencahayaan yang di rekomendasikan pada tabel SNI pencahayaan
buatan tahun 2000.
Kata kunci: Jumlah Unit Lampu Dan Armatur ,Metode Lumen, Tingkat
Pencahayaan Yang Di Rekomendasikan Pada Tabel SNI Pencahayaan
Buatan Tahun 2000.
-
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa
Taala atas berkat dan rahmat-NYA, sehingga berakhir pula masa studi penulis di
Kampus Universitas Halu Oleo yang penuh dengan tantangan, namun penulis
menyadari semua itu bagian dari pembelajaran dan perjuangan dimana banyak
hikmah dan pembelajaran yang dapat diambil penulis.
Selama menempuh pendikan dan pengerjaan penyusunan skripsi ini dengan judul
Evaluasi Jumlah Unit Lampu Pada Beberapa Gedung Universitas Halu Oleo
Dengan Menggunakan Metode Lumen banyak pihak yang telah memberikan
bantuan, bimbingan dan dorongan. Oleh karena itu pada kesempatan ini, dengan
segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya
dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Kedua orang tua, Ayah dan Ibu yang tak henti-hentinya memanjatkan doa
serta dukungan moral dan materi sampai penulis menyelesaikan studi.
Terimah kasih tak terhingga, kasih sayang yang takkan pernah terlupakan
sepanjang hayat.
2. Bapak Prof. Dr. H. Usman Rianse, M.S. selaku Rektor Universitas Halu
Oleo
3. Bapak Mustarum Musaruddin, ST., MIT., Ph.D. Selaku Dekan Fakultas
Teknik Universitas Halu Oleo.
-
vii
4. Bapak Ir. Salimin, MT. selaku ketua Program Studi Kelas Sore Fakultas
Teknik Universitas Halu Oleo.
5. Bapak Mansur, ST., MT. selaku pembimbing 1 yang dengan sabar,
memberikan waktu, bantuan, kesempatan, arahan, bimbingan, dan saran
saran yang sangat bermanfaat selama studi, penelitian hingga tersusunnya
skripsi ini. Semoga Allah SWT selalu member kesehatan, keselamatan,
kesuksesan dan rezeki yang banyak. Amin.
6. Ibu Siti Nawal Jaya, ST., MSi. selaku pembimbing 2 yang banyak
membantu, memberikan solusi, nasehat, motivasi, arahan, bimbingan dan
pelatihan selama penulis menjalani kuliah dan telah memberikan saran dan
masukan yang sangat berharga untuk penyempurnaan penulisan skripsi ini.
Semoga Ibu selalu dilindungi oleh Allah SWT, diberikan kesehatan,
kesuksesan, dan rezeki yang banyak. Amin.
7. Seluruh Dosen Teknik khususnya Dosen Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Halu Oleo yang telah mendidik, mengajar Penulis dan
berperan besar demi kelancaran kegiatan akademik selama masa studi
karena tampa mereka kami tidak berarti apa-apa.
8. Bapak La Ane yang telah banyak membantu dan memberikan arahan
dalam penyusunan skripsi ini.
9. Terima kasih atas segalanya kepada seluruh teman-teman Mahasiswa:
Muh. Ruzly, Nurul Kifayah Jamil, La Ode Rahmat, Alimuddin, Hardianto,
Ummil Khair Yunus Dan Aksari Pawiloi, .
-
viii
10. Kepada semua pihak yang tak sempat penulis sebutkan namanya yang
telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna karena masih terdapat kekurangan didalamnya. Untuk itu penulis
mohon maaf, dan sangat mengharapkan berbagai bentuk masukan yang
bermanfaat bagi kesempurnaan laporan ini.
Semoga skripsi ini dapat member manfaat bagi kita semua serta berguna
bagi seluruh mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo khususnya
mahasiswa Teknik Elektro
Kendari, Desember 2014
Penulis
-
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ iii
PERNYATAAN KEASLIAN .............................................................................. iv
ABSTRAK .............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xviii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang ............................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 3
1.4. Batasan Masalah.......................................................................................... 3
1.5. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 3
1.6. Metode Penelitian........................................................................................ 4
1.7. Sistematika Penulisan ................................................................................. 4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sejarah Perkembangan Sumber Cahaya...................................................... 6
-
x
2.2. Sifat Gelombang Cahaya........................................................................... 10
2.3. Pandangan Silau ........................................................................................ 13
2.4. Satuan Satan Teknik Pencahayaan ......................................................... 15
2.4.1. Steradian ......................................................................................... 15
2.4.2. Hubungan Antara Satuan-Satuan Teknik Penerangan ................... 16
2.4.3. Intensitas Cahaya (Luminous Intensity)......................................... 17
2.4.4. Fluks Cahaya (Luminous Flux) ...................................................... 18
2.4.5. Luminasi (Luminance) ................................................................... 19
2.4.6. Iluminasi (Iluminance) ................................................................... 19
2.4.7. Efikasi ............................................................................................ 20
2.5. Hukum Penerangan ................................................................................... 21
2.5.1. Hukum Kwadrat Terbalik .............................................................. 21
2.5.2. Hukum Cosinus .............................................................................. 22
2.6. Penyebaran Cahaya ................................................................................... 23
2.6.1. Refleksi .......................................................................................... 24
2.6.2. Transmisi ........................................................................................ 25
2.6.3. Refleksi Netral Dan Selektif .......................................................... 25
2.6.4. Transmisi Netral Dan Selektif ........................................................ 29
2.6.5. Armatur .......................................................................................... 31
2.7. Metode Lumen .......................................................................................... 36
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Tempat Dan Waktu Penelitian .................................................................. 40
-
xi
3.2. Alat Alat Penelitian ................................................................................ 40
3.3. Metode Pengmpulan Data ......................................................................... 40
3.4. Metode Analisa Data ................................................................................. 40
3.5. Prosedur Penelitian.................................................................................... 41
3.6. Bagan Alir Penelitian ................................................................................ 41
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Data .......................................................................................... 43
4.1.1. Data Evaluasi Jumlah Unit Lampu Dan Armatur Pada
Ruangan Baca Perpustakaan Fakultas Teknik Universitas
Halu Oleo ....................................................................................... 44
4.1.2. Data Evaluasi Jumlah Unit Lampu Dan Armatur Pada Lab.
Terpadu III (Biokim, PK, dan Farmako) Fakultas Kedokteran
Universitas Halu Oleo .................................................................... 44
4.1.3. Data Evaluasi Jumlah Unit Lampu Dan Armatur Pada Lab.
Gambar Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo .......... 45
4.1.4. Data Evaluasi Jumlah Unit Lampu Dan Armatur Pada Lab.
Mekanika Fluida Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo ............. 45
4.1.5. Data Evaluasi Jumlah Unit Lampu Dan Armatur Pada Ruang
Kelas Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo ............................... 46
4.1.6. Data Evaluasi Jumlah Unit Lampu Dan Armatur Pada Lab.
Teknologi Pangan (Unit Kimia Dan Biokimia) Fakultas
Pertanian Universitas Halu Oleo .................................................... 46
-
xii
4.1.7. Data Evaluasi Jumlah Unit Lampu Dan Armatur Pada Lab.
Mikrobiologi (Unit Biologi) Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan Universitas Halu Oleo ................................................. 47
4.1.8. Data Evaluasi Jumlah Unit Lampu Dan Armatur Pada Lab.
Komputasi (unit biologi) Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan Universitas Halu Oleo ................................................. 47
4.2. Analisa Data .............................................................................................. 56
4.2.1. Jumlah Unit Lampu Atau Armatur Sesuai Dengan Standar
Pencahayaan Buatan Tahun 2000 Pada Ruangan Baca
Perpustakaan Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo ................. 56
4.2.2. Jumlah Unit Lampu Atau Armatur Sesuai Dengan Standar
Pencahayaan Buatan Tahun 2000 Pada Lab. Terpadu Iii
(Biokim, Pk, Dan Farmako) Fakultas Kedokteran Universitas
Halu Oleo ....................................................................................... 59
4.2.3. Jumlah Unit Lampu Atau Armatur Sesuai Dengan Standar
Pencahayaan Buatan Tahun 2000 Pada Lab. Gambar
Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo ........................ 63
4.2.4. Jumlah Unit Lampu Atau Armatur Sesuai Dengan Standar
Pencahayaan Buatan Tahun 2000 Pada Lab. Mekanika
Fluida Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo .............................. 67
4.2.5. Jumlah Unit Lampu Atau Armatur Sesuai Dengan Standar
Pencahayaan Buatan Tahun 2000 Pada Ruang Kelas Fakultas
Teknik Universitas Halu Oleo ........................................................ 70
-
xiii
4.2.6. Jumlah Unit Lampu Atau Armatur Sesuai Dengan Standar
Pencahayaan Buatan Tahun 2000 Pada Lab. Teknologi
Pangan (Unit Kimia Dan Biokimia) Fakultas Pertanian
Universitas Halu Oleo .................................................................... 74
4.2.7. Jumlah Unit Lampu Atau Armatur Sesuai Dengan Standar
Pencahayaan Buatan Tahun 2000 Pada Lab. Mikrobiologi
(Unit Biologi) Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Halu Oleo .................................................................... 78
4.2.8. Jumlah Unit Lampu Atau Armatur Sesuai Dengan Standar
Pencahayaan Buatan Tahun 2000 Pada Lab. Komputasi (Unit
Biologi) Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas
Halu Oleo ....................................................................................... 77
4.3. Perbandingan Jumlah Unit Lampu Atau Armatur Antara Hasil
Pengukuran Dan Hasil Perhitungan Pada Beberapa Gedung
Universitas Halu Oleo Dengan Menggunakan Metode Lumen................ 86
4.3.1. Perbandingan Jumlah Unit Lampu Atau Armatur Antara
Hasil Pengukuran Dan Hasil Perhitungan Pada Ruangan Baca
Perpustakaan Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo ................... 86
4.3.2. Perbandingan Jumlah Unit Lampu Atau Armatur Antara
Hasil Pengukuran Dan Hasil Perhitungan Pada Lab. Terpadu
III (Biokim, PK, dan Farmako) Fakultas Kedokteran
Universitas Halu Oleo .................................................................... 86
-
xiv
4.3.3. Perbandingan Jumlah Unit Lampu Atau Armatur Antara
Hasil Pengukuran Dan Hasil Perhitungan Pada Lab. Gambar
Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo ........................ 87
4.3.4. Perbandingan Jumlah Unit Lampu Atau Armatur Antara
Hasil Pengukuran Dan Hasil Perhitungan Pada Lab. Gambar
Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo ........................ 87
4.3.5. Perbandingan Jumlah Unit Lampu Atau Armatur Antara
Hasil Pengukuran Dan Hasil Perhitungan Pada Ruang Kelas
Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo ......................................... 88
4.3.6. Perbandingan Jumlah Unit Lampu Atau Armatur Antara
Hasil Pengukuran Dan Hasil Perhitungan Pada Lab.
Teknologi Pangan (Unit Kimia Dan Biokimia) Fakultas
Pertanian Universitas Halu Oleo .................................................... 88
4.3.7. Perbandingan Jumlah Unit Lampu Atau Armatur Antara
Hasil Pengukuran Dan Hasil Perhitungan Pada Lab.
Mikrobiologi (Unit Biologi) Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan Universitas Halu Oleo ................................................. 88
4.3.8. Perbandingan Jumlah Unit Lampu Atau Armatur Antara
Hasil Pengukuran Dan Hasil Perhitungan Pada Lab.
Mikrobiologi (Unit Biologi) Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan Universitas Halu Oleo ................................................. 89
-
xv
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan ............................................................................................... 92
5.2. Saran .......................................................................................................... 94
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 95
LAMPIRAN
-
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Penerangan Dengan Api Dan Membuat Api Dari Gosokan Batu
Gambar 2.2. Api Lilin
Gambar 2.3. Lampu Minyak
Gambar 2.4. Lampu Tabung
Gambar 2.5. Kelompok Gelombang Elektromagnetik
Gambar 2.6. warna-warna spectrum
Gambar 2.7. Pandangan Silau
Gambar 2.8. Mata Manusia
Gambar 2.9. Radian
Gambar 2.10. Steradian
Gambar 2.11. Hubungan Antara Satuan-Satuan Utama Dari Teknik Penerangan
Jari-Jari R = 1 M
Gambar 2.12. Fluks Cahaya
Gambar 2.13. Iluminasai
Gambar 2.14. Hukum kebalikan kuadrat iluminasi
Gambar 2.15. Kurva Cosinus
Gambar 2.16. Refleksi Netral
Gambar 2.17. Refleksi Selektif
Gambar 2.18. Transmisi Netral
Gambar 2.19. Transmisi Selektif
Gambar 2.20. Jenis Pemantulan Dan Armatur
-
xvii
Gambar 3.1. Denah posisi unit armatur dan lampu ruangan baca perpustakaan
Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo
Gambar 3.2. Denah posisi unit armatur dan lampu pada Lab. Terpadu III
(Biokim, PK, dan Farmako) Fakultas Kedokteran Universitas Halu
Oleo
Gambar 3.3. Denah posisi unit armatur dan lampu pada Lab. Gambar Arsitektur
Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo
Gambar 3.4. Denah posisi unit armatur dan lampu pada Lab. Mekanika Fluida
Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo
Gambar 3.5. Denah posisi unit armatur dan lampu pada ruang kelas Fakultas
Teknik Universitas Halu Oleo
Gambar 3.6. Denah posisi unit armatur dan lampu pada Lab. Teknologi Pangan
(unit kimia dan biokimia) Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo
Gambar 3.7. Denah posisi unit armatur dan lampu pada Lab. Mikrobiologi (unit
biologi) Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu
Oleo
Gambar 3.8. Denah posisi unit armatur dan lampu pada Lab. Komputasi (unit
biologi) Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu
Oleo
-
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Tabel Warna Cahaya Lampu Tabung
Tabel 2.2. Panjang Gelombang
Tabel 2.3. Daftar Efikasi Lampu
Tabel 2.4. Perhitungan Intensitas Penerangan
Tabel 2.5. faktor refleksi beberapa permukaan untuk cahaya putih
Tabel 4.1. Data pengukuran ruang baca perpustakaan Fakultas Teknik Universitas
Halu Oleo
Tabel 4.2. Data pengukuran Lab. Terpadu III (Biokim, PK, dan Farmako)
Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo
Tabel 4.3. Data pengukuran Lab. Gambar Arsitektur Fakultas Teknik Universitas
Halu Oleo
Tabel 4.4. Data pengukuran Lab. Mekanika Fluida Fakultas Teknik Universitas
Halu Oleo
Tabel 4.5. Data pengukuran ruang kelas Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo
Tabel 4.6.Data pengukuran Lab. Teknologi Pangan (unit kimia dan biokimia)
Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo
Tabel 4.7. Data pengukuran Lab. Mikrobiologi (unit biologi) Fakultas Keguruan
Dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo
Tabel 4.8. Data pengukuran Lab. Komputasi (unit biologi) Fakultas Keguruan
Dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo
Tabel 4.9. Tingkat Pencahayaan Yang Direkomendasikan Dan Renderasi Warna
Tabel 4.10. Efisiensi Armatur Penerangan Langsung
-
xix
Tabel 4.11. Efisiensi Armatur Penerangan Sebagian Langsung
Tabel 4.12. Efisiensi Armatur Langsung Tak Langsung
Tabel 4.13. Efisiensi Armatur
Tabel 4.14. Efisiensi Armatur Penerangan Tak Langsung
Tabel 4.15. Perbandingan Pada Ruangan Baca Perpustakaan Fakultas Teknik
Universitas Halu Oleo
Tabel 4.16. Perbandingan pada Lab. Terpadu III (Biokim, PK, dan Farmako)
Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo
Tabel 4.17. Perbandingan Pada Lab. Gambar Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Halu Oleo
Tabel 4.18. Perbandingan Pada Lab. Mekanika Fluida Fakultas Teknik
Universitas Halu Oleo
Tabel 4.19. Perbandingan Pada Ruang Kelas Fakultas Teknik Universitas Halu
Oleo
Tabel 4.20. Perbandingan Pada Lab. Teknologi Pangan (Unit Kimia Dan
Biokimia) Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo
Tabel 4.21. Perbandingan Pada Lab. Mikrobiologi (Unit Biologi) Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo
Tabel 4.22. Perbandingan pada Lab. Komputasi (Unit Biologi) Fakultas Keguruan
Dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Cahaya adalah rambat gelombang elektromagnetik yang menjalar kesegala
arah yang dibedakan oleh panjang gelombang dan frekuensi dengan gelombang
elektromagnetik lainnya. Kehidupan manusia sangat bergantung pada cahaya
karena cahaya merupakan bagian mutlak dari kehidupan dan tanpa cahaya
kehidupan di atas bumi tidak dapat berkembang. Pencahayaan didalam ruangan
merupakan hal mutlak untuk menghadirkan rumah sehat dan setiap warna
memiliki potensi untuk memberikan faktor refleksi yang berbeda-beda.
Cahaya hanya merupakan satu bagian berbagai jenis gelombang
elektromagnetis yang terbang ke angkasa. Gelombang tersebut memiliki panjang
dan frekuensi tertentu, yang nilainya dapat dibedakan dari energi cahaya lainnya
dalam spektrum elektromagnetisnya.
Sejak dimulainya peradaban hingga sekarang, manusia meciptakan cahaya
hanya dari api, walaupun lebih banyak sumber panas dari pada cahaya. Di abad
ke-21 ini kita masih menggunakan prinsip yang sama dalam menghasilkan panas
dan cahaya melalui lampu pijar. Hanya dalam beberapa dekade terakhir produk-
produk penerangan menjadi lebih canggih dan beraneka ragam. Perkiraan
menunjukan bahwa pemakaian energi oleh penerangan adalah 20 - 45% untuk
pemakaian energi total oleh bangunan komersial dan sekitar 3 - 10% untuk
pemakaian energi total oleh plant industry (Teknologi Instalasi Listrik). Hampir
kebanyakan pengguna energi komersial dan industri peduli penghematan energi
-
2
dalam sistim penerangan. Prinsip umum pencahayaan adalah bahwa cahaya yang
berlebihan tidak akan menjadi lebih baik. Penglihatan tidak menjadi lebih baik
hanya dari jumlah atau kuantitas cahaya tetapi juga dari kualitasnya. Kuantitas
dan kualitas pencahayaan yang baik ditentukan dari tingkat refleksi cahaya dan
tingkat rasio pencahayaan pada ruangan. Dengan demikian sangat penting untuk
untuk dilakukan analisis bagi tiap ruangan yang akan digunakan sesuai dengan
fungsi dan kegunaan ruangan tersebut maka dari itu harus dilakukan penentuan
jumlah unit lampu dan intensitas penerangan pada tiap unit lampu sebagai langkah
penerapan efisiensi energi sesuai kebutuhan. Maka dalam penelitian ini dipilih
judul EVALUASI JUMLAH UNIT LAMPU PADA BEBERAPA GEDUNG
UNIVERSITAS HALU OLEO DENGAN MENGGUNAKAN METODE
LUMEN .
Adapun salah satu alasan pentingnya penentuan jumlah unit lampu dan
intensitas cahaya (lumen) pada suatu ruang sebegai bentuk memaksimalkan
penggunaan suatu ruangan dan pemanfaatan energi secara lebih efisien.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan permasalahan dari penelitian tugas akhir ini adalah:
1. Bagaimana cara menetukan jumlah unit lampu atau armatur yang digunakan
pada beberapa gedung di Universitas Halu Oleo sesuai dengan tingkat
pencahayaan yang di rekomendasikan pada tabel SNI pencahayaan buatan
tahun 2000 ?
2. Bagaimana menentukan posisi lampu sehingga memperoleh pencahayaan
yang merata ?
-
3
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui cara menentukan jumlah unit lampu atau armatur yang
digunakan pada beberapa gedung di Universitas Halu Oleo sesuai dengan
tingkat pencahayaan yang di rekomendasikan pada tabel SNI pencahayaan
buatan tahun 2000 .
2. Dapat menentukan posisi lampu sehingga memperoleh pencahayaan yang
merata.
1.4. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini penulis merasa perlu memberi batasan masalah hanya
mengenai penentuan jumlah unit lampu dan posisi lampu sesuai dengan
kebutuhan pencahayaan pada beberapa gedung di Universitas Halu Oleo
bedasarkan luas ( ) ruangan , tinggi ruangan, warna dinding ruangan dan
Tingkat Pencahayaan yang direkomendasikan SNI pencahayaan buatan tahun
2000.
1.5. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini ialah dapat
menjadi suatu masukan dan sumber referensi bagi pelajar/mahasiswa dan
pembaca yang akan melakukan perencanaan penentuan jumlah unit lampu, dan
posisi unit lampu sehingga memperoleh pencahayaan yang merata sesuai dengan
Tingkat Pencahayaan yang direkomendasikan SNI pencahayaan buatan tahun
2000.
-
4
1.6. Metode penelitian
Penyusunan laporan penelitan Skripsi ini melalui beberapa tahap agar dapat
menghasilkan penulisan Skripsi yang lengkap diantaranya melalui:
1. Metode Studi Pustaka
Yaitu dengan cara mengumpulkan sumber sumber berupa literature
yang terdapat pada buku buku maupun sumber media lainnya yang
menunjang isi laporan.
2. Metode penentuan rumus
Yaitu dengan cara menganalisa semua rumus yang telah didapatkan dari
sumber literature.
3. Metode diskusi
Yaitu dengan melakukan diskusi dengan berbagai pihak yang mengetahui
dan memhami tentang judul yang kami susun.
4. Metode Konsultasi
Yaitu mengadakan konsultasi dengan Pembimbing I dan Pembimbing II.
1.7. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan tugas akhir ini terbagi dalam lima bab dengan
harapan maksud dan tujuan dari penulisan ini dapat terangkum seluruhnya.
Pembagian bab tersebut adalah sebagai berikut.
BAB I PENDAHULUAN
Merupakan bab yang terdiri atas latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, metode penelitian, dan
sistematika penulisan.
-
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Merupakan bab yang berisi teori dasar tentang pencahayaan.
BAB III METODE PENELITIAN
Merupakan bab yang menjelaskan tentang tempat dan waktu
penelitian, alat dan bahan, jenis dan sumber data, metode analisis
data,dan prosedur penelitian.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Merupakan bab yang membahas serta menganalisa data yang ada
untuk memperoleh hasil yang dibutuhkan.
BAB V PENUTUP
Merupakan bab yang berisi kesimpulan dan saran dari seluruh
rangkaian penulisan ini.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
-
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sejarah Perkembangan Sumber Cahaya
Cahaya adalah rambat gelombang elektromagnetik yang menjalar kesegala
arah yang dibedakan oleh panjang gelombang dan frekuensi dengan gelombang
elektromagnetik lainnya. Kehidupan manusia sangat bergantung pada cahaya
karena cahaya merupakan bagian mutlak dari kehidupan dan tanpa cahaya
kehidupan di atas bumi tidak dapat berkembang. Pencahayaan didalam ruangan
merupakan hal mutlak untuk menghadirkan rumah sehat dan setiap warna
memiliki potensi untuk memberikan faktor refleksi yang berbeda-beda.
Di alam semesta ini ada dua macam sumber cahaya, yaitu sumber cahaya
alami dan sumber cahaya buatan. Sumber cahaya alami yang tidak pernah padam
adalah matahari. Sedangkan sumber cahaya buatan pada awalnya ditemukan
nenek moyang kita dulu secara tidak sengaja. Ketika melihat kilat menyambar
sebatang pohon kemudian terbakar dan muncullah api. Atau semak-semak yang
tiba-tiba hangus terbakar karena panas dan menimbulkan api. Sejak itulah
manusia mengenal api dan memanfaatkannya sebagai penghangat tubuh, untuk
memasak dan sekaligus memberikan penerangan dimalam hari. Pembakaran kayu
dapat menimbulkan cahaya namun sebagai bentuk penerangan sangat terbatas dan
berbahaya karena sulit diatur. Munurut catatan sejarah dari hasil penggalian situs
kuno di Peking, China, sejak 400.000 tahun yang lalu api telah dinyalakan
manusia di gua-gua huniannya.
-
7
Gambar 2.1. Penerangan Dengan Api Dan Membuat Api Dari Gosokan Batu
(Prih Sumardjati, 2008)
Ditemukan juga pelita-pelita primitif di gua-gua di Lascaux, Perancis, yang
menurut para ahli ahli berumur 15.000 tahun. Pelita itu terbuat dari batu yang
dilubangi dan ada juga yang terbuat dari kerang atau tanduk binatang yang diberi
sumbu dari serabut- serabut tumbuhan dan diisi dengan lemak binatang. Lampu
buatan tangan manusia dengan bahan bakar minyak nabati antara lain minyak
zaitun dan lemak binatang muncul di Palestina 2.000 tahun SM. Kemudian diabad
7 SM di Yunani mulai digunakan lampu gerabah yang mudah pembuatannya
sehingga lebih murah dan penggunaannya pun semakin luas. Dengan merekayasa
tempat minyak lampu yang tadinya terbuka menjadi tertutup, membuat
pemakainya praktis / mudah dibawa dan dipindah-pindahkan. Pada abad 4 M
ditemukan lilin yang digunakan sebagai pencahayaan. Lilin pada awalnya terbuat
dari bahan yang dihasilkan oleh lebah madu atau dari sejenis minyak kental.
-
8
Gambar 2.2. Api Lilin
(Prih Sumardjati, 2008)
Pada tahun 1860 hingga kini kekuatan sinar lilin dijadikan patokan dasar
standar internasional pengukuran kekuatan cahaya (satuannya disebut candela)
dari suatu lampu.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan yang lebih baik mengenai proses
pembaharuan dan ditemukannya bahan bakar minyak dari perut bumi, sejak mulai
abad ke-18 penggunaan lampu minyak mulai berkembang pesat. Lampu minyak
dengan bahan bakar minyak korosin dapat digunakan sebagai sumber cahaya
secara aman (tidak mudah meledak) dan murah, sehingga lampu-lampu lilin tidak
terpakai lagi, kecuali untuk dekorasi atau kepentingan khusus.
Dengan penemuan gas bumi di Amerika Serikat dan Kanada menyebabkan
turunnya harga gas, sehingga pemakaian pencahayaan dengan gas menjadi
semakin luas. Seorang ilmuwan dari Inggris bernama William Murdock pada
tahun 1820 berhasil membuat sumber cahaya dari gas.
-
9
Gambar 2.3. Lampu Minyak
(Prih Sumardjati, 2008)
Menjelang akhir abad ke-19, George Claude, seorang ilmuwan Perancis
malakukan percobaan-percobaan dengan membuat busur antara dua elektroda
dalam sebuah pembuluh pipa vakum dengan diisi gas neon.
Gambar 2.4. Lampu Tabung
( www. margionoabdil.com/10/2014)
Bila pada kedua elektroda dipasang tegangan yang tinggi, maka terjadi suatu
cahaya merah yang dalam. Oleh karena didalam tabung diisi dengan gas neon,
lampu tabung ini sering disebut juga lampu neon. Pengisian pada tabung dengan
-
10
jenis gas-gas yang lain dapat menghasilkan beraneka warna-warni cahaya,
sehingga lampu ini banyak digunakan untuk keperluan hiasan dan iklan.
Perkembangan jenis lampu tabung ini terjadi sekitar tahun 1950-an, yaitu
dibuatnya lampu-lampu pelepas gas merkuri dan sodium. Berbeda dengan jenis
lampu pijar, lampu tabung tidak menghasilkan cahaya dari filamen pijar, tetapi
melalui proses eksilasi gas atau uap logam yang terkandung di dalam tabung
gelas. Warna dari cahaya yang dipancarkan bergantung pada jenis gas atau uap
logam yang terkandung di dalam tabung. Beberapa contohnya adalah sebagai
berikut :
Tabel 2.1. Tabel Warna Cahaya Lampu Tabung
( www. Alibaba.com/10/2014)
2.2. Sifat Gelombang Cahaya
Cahaya merupakan suatu bentuk energi yang diradiasikan atau dipancarkan
dari sebuah sumber dalam bentuk gelombang dan merupakan bagian dari
keseluruhan kelompok gelombang-gelombang elektromagnet. ( gambar 2.4 )
Panjang gelombang adalah jarak antara puncak gelombang energi. Kita dapat
-
11
memahami panjang gelombang (bukan gelombangnya) dalam suatu cara yang
sama dengan suatu jarak antara gelombang-gelombang berurutan diatas laut.
Gambar 2.5. Kelompok Gelombang Elektromagnetik
(www.tarn2007.com /10/2014)
Cahaya alam dari matahari atau lampu wolfram sering disebut cahaya putih
dan terdiri dari campuran spektrum dari semua cahaya pelangi ( gambar 2.5 )
menunjukkan sumber cahaya alam dari matahari yang terdiri dari cahaya tidak
tampak dan cahaya tampak.
Dari hasil percobaan Isaac Newton, cahaya putih dari matahari dapat
diuraikan dengan prisma kaca dan terdiri dari campuran spektrum dari semua
cahaya pelangi.
Gambar 2.6. warna-warna spectrum
(Prih Sumardjati, 2008)
-
12
Pada gambar ( gambar 2.5 ) dapat dilihat bahwa sinar-sinar cahaya yang
meninggalkan prisma dibelokkan dari warna merah hingga ungu. Warna cahaya
ditentukan oleh panjang gelombangnya.
Kecepatan rambat V gelombang elektromagnetik di ruang bebas = 3.105
km/det. Jika frekuensi energinya = f dan panjang gelombangnya (lambda).
Maka berlaku :
=
...................................................................... ( 2.1 )
Panjang gelombang tampak berukuran antara 380m sampai dengan 780m
seperti pada tabel berikut ini.
Tabel 2.2. Panjang Gelombang
(Prih Sumardjati, 2008)
Selain memiliki warna tertentu, setiap panjang gelombang yang memberi
kesamaan intensitas tertentu, mata manusia paling peka terhadap cahaya dengan
= 555m yang berwarna kuning hijau.
-
13
2.3. Pandangan Silau
Gambar 2.7. Pandangan Silau
(Prih Sumardjati, 2008)
Kalau posisi mata kita seperti gambar diatas, dapat kita rasakan bahwa kita
merasakan pandangan yang menyilaukan karena mata kita mendapatkan :
cahaya langsung dari lampu listrik, dan
cahaya tidak langsung / pantulan
cahaya dari gambar yang kita lihat. Dengan kondisi ini kita tidak dapat melihat
sasaran objek gambar dengan nyaman. Pandangan silau dapat didefinisikan
sebagai terang yang berlebihan pada mata kita karena cahaya langsung atau
cahaya pantulan maupun keduanya. Supaya mata kita bisa melihat sasaran objek
dengan nyaman / jelas, maka diatur sedemikian rupa agar cahaya jatuh pada
sasaran objek dan bukan pada mata kita. Untuk memahami pandangan silau
mempunyai gerakan penglihatan, kita perlu mempelajari sedikit tentang
bekerjanya mata manusia (gambar dibawah).
-
14
Gambar 2.8. Mata Manusia
(Prih Sumardjati, 2008)
Selaput pelangi bekerja sebagai tirai / penutup untuk mengendalikan
banyaknya cahaya yang masuk ke mata. Seperti kita lihat, bahwa cahaya adalah
suatu bentuk energi radiasi yang lewat melalui lensa menuju lapisan saraf peka
yang disebut retina di bagian belakang mata. Kemudian disampaikan oleh saraf
optik ke otak yang menyebabkan perasaan cahaya. Melihat secara langsung pada
sebuah sumber cahaya, menghasilkan suatu kesan yang kuat pada retina. Untuk
mencegah kerusakan pada bagian mata yang sensitif ini, secara otomatis pelangi
berkontraksi. Kondisi ini mengurangi intensitas bayangan yang diterima. Dengan
menutupnya selaput pelangi ini akan menurunkan banyaknya cahaya yang
diterima. Jadi adanya cahaya terang yang kuat pada posisi yang salah, benar-benar
akan membuat penglihatan tidak nyaman, dan juga akan menimbulkan efek
kelelahan pada mata. Untuk mencegah terjadinya pandangan silau diperlukan
teknik pemasangan sumber cahaya maupun armaturnya dengan tepat.
-
15
2.4. Satuan-Satuan Teknik Pencahayaan
Satuan-satuan penting yang digunakan dalam teknik penerangan ialah :
Satuan untuk intensitas cahaya : kandela ( cd )
Satuan untuk flux cahaya : lumen ( lm )
Satuan untuk intensitas penerangan atau ilumunasi : flux ( lx )
Satuan untuk sudut ruang ialah staradiani ( sr ).
2.4.1. Steradian
Misalkan panjang busur suatu lingkaran sama dengan jari-jarinya. Kalau
kedua bujur busur itu dihubungkan dengan titik tengah lingkaran, maka sudut
antara dua jari-jari ini disebut satu radian, disingkat rad.
Gambar 2.9. Radian
(Prih Sumardjati, 2008)
Radian adalah sudut pada titik tengah lingkaran antara dua jari-jari dimana
kedua ujung busurnya jaraknya sama dengan jari-jari tersebut (misal R = 1m).
oleh karena keliling lingkaran = 2R, maka :
1 radian =
= .................................................. ( 2.2 )
-
16
Misalkan dari permukaan sebuah bola dengan jari-jari r ditentukan suatu
bidang dengan luas . Kalau ujung suatu jari-jari kemudian menjalani tepi
bidang itu, maka sudut ruang yang dipotong dari bola oleh jari-jari ini, disebut
satu steradian.
Gambar 2.10. Steradian
(Prih Sumardjati, 2008)
Karena luas permukaan bola = 4R2, maka di sekitar titik tengah bola
terdapat 4 sudut ruang yang masing-masing = 1 steradian. Jumlah steradian suatu
sudut ruang dinyatakan dengan lambang (omega).
2.4.2. Hubungan Antara Satuan-Satuan Teknik Penerangan
Misalkan suatu sumber cahaya berbentuk titik memencarkan cahaya dengan
intensitas satu kandela ke setiap jurusan. Kalau sumber cahaya ini diletakkan
dititik tengah sebuah bola dengan jari-jari satu meter, maka flux cahaya dalam
satu steradian akan sama dengan satu lumen. Intensitas penerangan dipermukaan
bola yang dibatasi oleh sudut ruang satu steredian itu akan sama dengan satu lux.
-
17
Gambar 2.11. Hubungan Antara Satuan-Satuan Utama Dari Teknik
Penerangan Jari-Jari R = 1 M
(P. Van Herten, Tahun 1986)
2.4.3. Intensitas Cahaya ( Luminous Intensity )
Menurut sejarah, sumber cahaya buatan adalah lilin (candela). Candela
dengan singkatan Cd ini merupakan satuan Intensitas Cahaya (I) dari sebuah
sumber yang memancarkan energy cahaya ke segala arah.
I =
( Cd ) ................................................................ ( 2.3 )
Keterangan :
I = Intensitas cahya (cd)
F = ( phi ) = Flux Cahaya (lumen)
= Sudut Ruang (steredian)
( phi ), adalah lambang untuk flux cahaya.
Jadi jumlah candela sama dengan jumlah lumen per steradian. Flux cahaya
yang dipancarkan oleh suatu sumber cahaya ialah seluruh jumlah cahaya yang
dipancarkan dalam satu detik. Kalau sumber cahayanya, misalnya lampu pijar,
ditempatkan dalam reflektor, maka cahayanya akan diarahkan, tetapi jumlah atau
-
18
flux cahayanya tetap. Seperti sudah diketahui, satu-satuan flux cahaya adalah
lumen.
2.4.4. Fluks cahaya ( Luminous Flux )
Adalah jumlah cahaya yang dipancarkan oleh sumber cahaya. Lambang
fluks cahaya adalah F atau dan satuannya dalam lumen (lm). Satu lumen adalah
fluks cahaya yang dipancarkan dalam 1 steradian dari sebuah sumber cahaya 1 cd
pada pemukaan bola dengan jari-jari R = 1m.
Gambar 2.12. Fluks Cahaya
(Prih Sumardjati, 2008)
Jika fluks cahaya dikaitkan dengan daya listrik maka:
Satu watt cahaya dengan panjang gelombang 555m sama nilainya dengan
680 lumen.
Jadi dengan = 555m, maka 1 watt cahaya = 680 lumen.
-
19
2.4.5. Luminasi ( luminance )
Luminasi ( luminance ) Adalah suatu ukuran terangnya suatu benda baik
pada sumber cahaya maupun pada suatu permukaan. Luminasi yang terlalu besar
akan menyilaukan mata (contoh lampu pijar tanpa amatur). Luminasi suatu
sumber cahaya dan suatu permukaan yang memantulkan cahayanya adalah
intensitasnya dibagi dengan luas semua permukaan.
Sedangkan luas semua permukaan adalah luas proyeksi sumber cahaya pada
suatu bidang rata yang tegak luru pada arah pandang, jadi bukan permukaan
seluruhnya.
L =
( Cd/ ) ........................................................... ( 2.4 )
Keterangan :
L = Luminasi ( cd/ )
I = Intensitas ( cd )
As = Luas semua permukaan ( )
2.4.6. Iluminasi (Iluminance)
Iluminasi sering di sebut juga intensitas penerangan atau kekuatan
penerangan atau dalam BSN di sebut Tingkat Pencahayaan pada suatu bidang
adalah fluks cahaya yang menyinari permukaan suatu bidang. Lambang iluminasi
adalah E dengan satuan lux (lx).
E =
( lux ) ............................................................... ( 2.4 )
-
20
Keterangan :
E = Iluminasi / Intensitas penerangan / kekuatan penerangan / tingkat
pencahayaan (lux).
F = fluks cahaya (lumen).
A = luas permukaan bidang ( ).
Gambar 2.13. Iluminasai
(Prih Sumardjati, 2008)
2.4.7. Efikasi
Efkasi Adalah rentang angka perbandingan antara fluks cahaya (lumen)
dengan daya listrik suatu sumber cahaya (watt), dalam satuan lumen/watt. Efikasi
juga disebut fluks cahaya spesifik. Tabel berikut ini menunjukkan efikasi dari
macam -macam lampu. Efikasi ini biasanya didapat pada data katalog dari suatu
produk lampu.
Tabel 2.3. Daftar Efikasi Lampu
(Prih Sumardjati, 2008)
-
21
2.5. Hukum Penerangan
Satuan-satuan penting yang digunakan dalam teknik penerangan antara lain :
Sudut ruang W Steradian (Sr)
Intensitas cahaya I Candela (cd)
Fluks cahaya F() lumen (Lm)
Luminasi L (cd/m2)
Iluminasi E Lux (lx)
2.5.1. Hukum Kwadrat Terbalik
Pada umumnya bidang yang diterangi bukan permukaan bola, tetapi bidang
datar.
Gambar 2.14. Hukum kebalikan kuadrat iluminasi
(Prih Sumardjati, 2008)
Tabel 2.4. Perhitungan Intensitas Penerangan
(Prih Sumardjati, 2008)
-
22
Cahaya dari sumber 1 cd yang menyinari bidang x (seluas 1 m2) yang
berjarak 1 m akan mengiluminasi 1 lux. Jika kemudian jarak tersebut dikalikan
dua (ke bidang Z), maka iluminasi 1 lux tadi akan menyinari bidang seluas 4 m2.
Jadi iluminasi dari suatu permukaan akan mengikuti hukum kebalikan kwadrat
yaitu :
E =
...................................................................... ( 2.5 )
Keterangan :
E = Iluminasi (lux)
I = Intensitas penerangan (cd)
r = jarak dari sumber cahaya ke bidang (m)
2.5.2. Hukum Cosinus
Gambar 2.15. Kurva Cosinus
(Prih Sumardjati, 2008)
Sesuai dengan hukum kebalikan kwadrat iluminasi, maka :
pada titik A :
=
................................................................... ( 2.6 )
-
23
pada titik B :
=
................................................................... ( 2.7 )
Jadi Iluminasi pada titik B :
= . COS ........................................................ ( 2.8 )
=
. COS ........................................................ ( 2.9 )
Jika letak titik sumber cahaya diatas bidang = h, maka
r =
................................................................... ( 2.10 )
Sehingga,
=
. ..................................................... ( 2.11 )
dan secara umum dapat di tulis :
=
. ....................................................... ( 2.12 )
hukum snellius juga disebut hukum pembiasan atau hukum sinus
dikemukakan oleh Willebrord Snellius pada tahun 1621 sebagai rasio yang terjadi
akibat prinsip fermat. cahaya dikatakan mempunyai kecepatan yang tinggi ada
medium yang lebih padat karena cahaya adalah gelombang yang timbul akibat
terusiknya plenum, subtansi kontinu yang membentuk alam semesta.
2.6. Penyebaran Cahaya
Penyebaran Cahaya dari suatu cahaya bergantung pada konstruksi sumber
cahaya itu sendiri dan armature yang digunakan. Sebagian besar cahaya yang
direspon mata tidak langsung di sumber cahaya, tetapi setelah dipantulkan atau
melalui benda yang tembus cahaya.
-
24
2.6.1. Refleksi
Jika sinar sinar cahaya sejajar yang mengenai suatu permukaan,
dipantulkan tetap sejajar, maka terjadi refleksi cermin atau refleksi teratur.
Refleksi demikian terjadi pada cermin dan permukaan logam yang dipoles.
Jika sinar sinarnya dipantulkan tersebar ke semua jurusan, maka terjadi
refleksi baur atau refleksi difus, seperti yang terjadi pada suatu permukaan kasar,
misalnya pada langit langit yang dikapur.
Antara dua bentuk masih dijumpai beberapa bentuk refleksi lain, misalnya
refleksi campuran, yang dapat dikenali dari permukaan yang berkilat, misalnya
jalan yang basah, linoleum yang baru digosok dan sebagainya.
Kalau bentuk berkas cahaya yang dipantulkan agak lebih teratur, dikatakan
bahwa terjadi refleksi terpencar. Jumlah cahaya ditidak ditentukan oleh
mengkilatnya suatu permuakaan, tetapi oleh sifat sifat permukaan cahayanya.
Permukaan difus kadang kadang dapat memantulkan lebih banyak cahaya dari
pada suatu permukaan mengkilat.
Bagian fluks cahaya yang dipantulkan ditentukan oleh factor refleksi r suatu
permukaan :
r =
............................ ( 2.13 )
factor refleksi 0,6 atau 60% berarti, bahwa 60% dari fluks cahaya yang
mengenai permukaan, dipantulkan.
-
25
2.6.2. Transmisi
Bahan bahan tembus cahaya, seperti berbagai jenis kaca, seluloida dan
sebagainya, akan memantulkan atau menyerap hanya sebagian saja dari cahaya
yang mengenainya. Sebagian besar dari cahaya itu dapat menembus bahan
bahan tersebut.
Transmisi difus sempurna. Sinar sinar yang masuk sejajar, keluar tersebar,
misalnya pada kaca opal. Karena itu kaca ini banyak digunakan untuk penerangan,
antara lain untuk lampu argenta.
Transmisi campuran, seperti yang terjadi pada kaca buram dan pada lampu
lampu pijar yang kacanya diburamkan. Bagian fluks cahaya yang dapat
menembus ditentukan oleh faktor transmisi t suatu bahan :
t =
................................ ( 2.14 )
untuk suatu permukaan berlaku :
a + r + t = 1. ................................................................ ( 2.15 )
2.6.3. Refleksi Netral Dan Selektif
Kalau cahaya yang mengenai mengenai permukaan dipantulkan tanpa
perubahan warna, maka terjadi refleksi netral.
Kalau disinari dengan cahaya merah, permukaan itu akan memantulkan
cahaya merah juga. Kalau disinari dengan cahaya putih, akan dipantulkan cahaya
putih. Jadi warna suatu permukaan akan ikut ditentukan oleh warna cahaya yang
menyinarinya.
-
26
hitam merahputih putih kelabu putih merah
r > 75% r = 5-75% r < 5%permukaan
putih
Warna suatu permukaan juga ditentukan oleh intensitas cahaya yang
menyinarinya.
Permukaan hitam yang diberi penerangan kuat akan tampak kelabu. Sebagai
contoh misalkan papan tulis hitam dalam ruangan yang gorden-gordennya ditutup.
Melalui celah gorden, seberkas cahaya metahari jatuh diatas papan tulis itu. Kalau
berkasa cahayanya cukup terang, ada kemungkinan bagian papan tulis yang
diterangi itu akan tampak lebih muda warnanya dari pada warna suatu garis yang
dibuat dengan kapur tulis putih diatas papan tersebut.
Kesan cahaya putih hanya relatif. Cahaya putih bias juga memberi kesan
kelabu, bahkan hitam. Hal ini tergantung pada faktor refleksi r permukaan yang
disinari, jika faktor refleksinya melebihi 75%, permukaannya dikatan putih. Jika r
di antara 5% dan 75%, permukaanya dikatakan berwarna kelabu. Jika r kurang
dari 5%, permukaannya dikatakan hitam ( gambar 2.16).
Gambar 2.16. Refleksi Netral
(P. Van Herten, Tahun 1986)
Jika permukaan berwarna disinari dengan cahaya putih, maka cahaya yang
cahaya yasng dipantulkan akan juga berwarna. Dikatakan bahwa terjadi refleksi
selektif . permukaan merah akan memantulkan terutama cahaya merah, warna-
warna lainnya akan diserap lebih banya dari warna yang lain.
-
27
putih merah
Permukaan merah
merah merah
Gambar 2.17. Refleksi Selektif
(P. Van Herten, Tahun 1986)
Jadi factor refleksi suatu permukaan tidak hanya ditentukan oleh bahannya,
tetapi juga oleh warna cahaya yang menyinarinya. Jika permukaan merah disinari
cahaya merah, maka hamper tidak terjadi absorpsi. Jadi dalam hal ini factor
refleksinya akan sangat besar jika dibandingkan dengan faktor refleksi permukaan
itu untuk cahaya putih.
-
28
Tabel 2.5. faktor refleksi beberapa permukaan
untuk cahaya putih
faktor refleksi beberapa permukaan untuk cahaya putih
plesteran putih ( baru, kering) 0,70-0,80
plesteran putih ( lama ) 0,30-0,60
cat air putih 0,65-0,75
cat minyak putih 0,75-0,85
cat aluminium 0,60-0,75
beton ( baru ) 0,49-0,50
beton ( lama ) 0,05-0,15
batu bata ( baru ) 0,10-0,30
batu bata ( lama ) 0,05-0,15
papan serat kayu ( kuning gading, baru ) 0,50-0,60
papan serat kayu ( kuning gading, lama ) 0,30-0,40
kayu berk dan esdoorn, warna muda 0,55-0,65
kayu eik, diberi lak warna muda 0,40-0,50
kayu eik, diberi lak warna gelap 0,15-0,40
kayu mahoni 0,15-0,40
gorden kuning 0,30-0,45
gorden merah 0,10-0,20
gorden biru 0,10-0,20
gorden perak kelabu 0,15-0,25
gorden coklat tua 0,10-0,20
beledru hitam 0,005-0,01
reflectal 0,95-0,98
perak ( dipoles ) 0,88-0,93
email ( putih ) 0,65-0,75
nikel ( dipoles ) 0,53-0,63
nikel ( buram ) 0,48-0,52
aluminium ( dipoles ) 0,65-0,75
aluminium ( buram ) 0,55-0,60
aluminium ( "alzac" ) 0,80-0,85
tembaga 0,48-0,50
krom ( dipoles ) 0,60-0,70
krom ( buram ) 0,52-0,55
kaleng 0,68-0,70 (P. Van Herten, Tahun 1986)
-
29
Warna suatu permukaan juga tergantung pada warna cahaya yang
meneranginya. Jika warna suatu permukaan dalam cahaya buatan berbeda dengan
warnanya pada siang hari, dikatakan bahwa cahaya itu palsu. Perubahan warna ini
dapat dilihat dengan jelas di jalan-jalan dengan penerangan lampu natrium. Dalam
cahaya kuning lamu natrium ini. Suatu benda putih akan tampak kuning ; yang
dipantulkan hanya cahaya kuning saja. Benda ungu akan tampak hamper hitam,
sebab cahaya kuning dari lampu akan diserap benda itu dan tidak ada refleksi.
kalau dua benda, yang satu berwarna gelap dan yang lain berwarna muda,
diletakkan dibawah sinar matahari selama jangka waktu yang sama, maka benda
yang berwarna gelap akan menjadi lebih panas, karena lebih banyak menyerap
sinar matahari. Karena itu didaerah-daerah tropis banyak banyak dikenakan
pakaian berwarna muda atau putih. Karena warna-warna ini tidak banyak
menyerap cahaya matahari.
2.6.4. Transmisi Netral Dan Selektif
Transmisi netral dapat disamakan dengan refleksi netral. Kalau suatu bahan
dapat ditembus cahaya, dan warna cahayanya tidak atau hampir tidak berubah,
maka dapat dikatakan bahwa terjadi transmisi netral. Cahaya merah juga keluar
sebagai cahaya merah. Cahaya putih dapat memberi kesan putih, kelabu atau
hampir hitam. Tergantung dari faktor transmisinya.
-
30
putih
putih
putih
Kelabu
putih
Hitam
merah
merah
R > 75% T = 5 75% R > 5%Kaca jendela
putih
Biru tua
merah
Filter biru tua
putih
Filter merahmerah
merah
merah
Gambar 2.18. Transmisi Netral
(P. Van Herten, Tahun 1986)
Seperti juga pada refleksi, dikatakan terajdi transmisi selektif kalau semua
warna diserap kecuali satu warna tertentu. Kaca merah misalnya akan menyerap
hampir semua warna kecuali warna merah. Kalau cahaya putih mengenai kaca
merah, maka pada satu sisi hanya dipantulkan cahaya merah, jadi sisi kaca itu
akan tampak merah. Sisi lainnya hanya dapat ditembus oleh cahaya merah, jadi
juga sisi ini akan tampak merah.
Gambar 2.19. Transmisi Selektif
(P. Van Herten, Tahun 1986)
-
31
Merah mengenai filter biru tua, maka cahaya merah itu akan diserap ,
sehingga tidak dapat menembus filter tersebut. Karena juga tidak ada cahaya yang
dipantulkan. Maka kedua sisi filter itu akan tampak hitam.
2.6.5. Armatur
a. Pengaturan
Armartur armartur lampu dapat dibagi menurut beberapa cara, yaitu :
1. Bedasarkan sifat penerangannya, atas armartur untuk penerangan
langsung, sebagian besar langung, difus, sebagian besar langsung dan tak
langsung;
2. Bedasarkan kontruksinya, atas armartur biasa, kedap tetesan air, kedap air,
kedap letupan debu dan kedap letupan gas;
3. Bedasarkan penggunaannya, atas armatur untuk penerangan dalam,
penerangan luar, penerangan industri, penerangan dekorasi, dan armartur
yang ditanam didinding atau dilangit-langit dan yang tidak ditanam.
4. Bedasarkan bentuknya, atas armartur balon, pinggan, rok, gelang,
armartur pancaran lebar dan pencaran terbatas;
Kemudian armatur kandil, palung dan armatur-armatur jenis lain untuk
lampu-lampu bentuk tabung;
5. Bedasarkan cara pemasangannya, atas armatur langit-langit, dinding,
gantung, berdiri, armartur gantung memakai pipa dan armartur gantung
memeakai kabel.
Bentuk sumber cahaya dan armartur harus demikian rupa sehingga tidak
menyilaukan mata. Bayang-bayang harus ada, sebab baying-bayang ini diperlukan
-
32
untuk dapat melihat benda-benda sewajarnya. Akan tetapi baying-bayang itu tidak
boleh terlalu tajam.
Selain itu kontruksi armartur harus sedemikian rupa sehingga ada cukup
sirkulaasi udara untuk menyingkirkan panas yang ditimbulkan oleh sumber
cahaya. Oleh karna itu harus ada cukup banyak lubang dibagian bawah dan bagian
atas armatur. Suhu armatur sekali-kali tidak boleh menjadi sedemikain tinggi
hingga dapat menimbulkan kebakaran atau rusak isolasi.
b. Penerangan langsung
efisiensi penerangan lampu sangat baik. Cahaya yang dipancarkan sumber
cahaya seluruhnya diarahkan kebidang yang harus diberi penerangan; langit-langit
hampir tidak ikut berperan. Akan tetapi system penerangan ini akan menimbulkan
baying-bayang yang tajam. Keberatan ini bias dikurangi dengan mengguanakan
sumber-sumber cahaya bentuk tabung ( lampu TL ).
Kalau digunakan penerangan langsung, harus diusahakan kalau cahyanya
tidak mengenai mata. Penerangan langsung terutama digunakan di ruangan-
ruangan yang tinggi, misalnya dibengkel dan pabrik, dan untuk penerangan luar.
armartur pemancar lebar digunakan untuk penerangan umum dalam bengkel-
bengkel; untuk penerangan setempat, misalnya diatas mesing-mesin perkakas,
digunakan armatur pemancar terbatas.
c. Terutama penerangan langsung
Efisiensi penerangan yang sebagian besar langsung ini juga cukup baik.
Dibansingkan dengan penerangan langsung, pembentukan bayang-bayang dan
-
33
kilaunya agak kurang. Sejumlah kecil cahaya dipancarkan keatas, karena itu kesan
mengenai ruangannya menjadi lebih baik. Seolah-olah langitnya lebih tinggi.
System penerangan ini digunakan digedung-gedung ibadat, untuk tangga didalam
rumah gang dan sebagainya.
d. Penerangan difus
Efisiensi penerangan difus lebih rendah dari pada efisiensi kedua system
penerangan langsung dan penerangan terutama langsung. Sebagian dari cahaya
sumber-sumber cahaya sekarang diarahkan kedinding dan langit-langit.
Pembentukan bayang-bayang dan kilaunya banyak berkurang.
Penerangan difus digunakan diruangan-ruangan sekolah, diruangan-ruangan
kantor dan ditempat-tempat kerja. Armatur untuk penerangan difus ialah armatur-
armatur balon, misalnya armatur gantung memakai pipa. Armatur ini memiliki
balon dari kaca opal tripleks. Kaca ini tidak banyak menyerap cahaya, jadi
efisiensinya tinggi. Kaca opal tripleks terdiri dari dua lapis kaca bening dengan
satu lapis tipis kaca opal diantaranya.
e. Terutama penerangan tak langsung
bayang-bayang dan kilau yang timbul pada system penereangan ini hanya
sedikit. Sebagian besar dari sumber-sumber cahaya sekarang diarahkan keatas.
Karena itu langit-langit dan dinding-dinding ruangan harus diberi warna terang.
Penerangan sebagian besar tak langsung ini dugunakan dirumah-rumah sakit,
ruang baca, took-toko dan dikamar tidur.
-
34
f. penerangan tak langsung
pada system penerangan tak langsung cahayanya dipantulkan oleh langit-
langit dan dinding-dinding. warna langit-langit dan dinding dinding ini harus
terang, bayang-bayang hampir tidak ada lagi. penerangan tak langsing antara lain
digunakan diruangan-ruangan untuk membaca, menulis dan untuk melakukan
pekerjaan-pekerjaan halus lainnya.
-
35
(Prih Sumardjati, 2008)
(a) jenis pemantulam (b) berbagai bentuk armatur
Gambar 2.20. Jenis Pemantulan Dan Armatur
(Prih Sumardjati, 2008)
-
36
2.7. Metode Lumen
Besarnya intensitas penerangan (E) bergantung dari jumlah fluks cahaya
dari luas bidang kerja yang dinyatakan dalam lux (lx).
Keterangan :
E : Intensitas penerangan (lux)
F : Fluks cahaya (luman)
A : Luas bidang kerja (m2)
E =
. ..................................................................... ( 2.16 )
Tidak semua cahaya dari lampu mencapai bidang kerja, karena ada yang di
pantulkan (faktor refleksi = r), dan diserap (faktor absorpsi = a) oleh dinding,
plafon dan lantai. Faktor refleksi dinding (rw) dan faktor refleksi plafon (rp)
merupakan bagian cahaya yang dipantulkan oleh dinding dan langit-langit / plafon
yang kemudian mencapai bidang kerja.
Faktor refleksi bidang kerja (rm) ditentukan oleh refleksi lantai dan
refleksi dinding antara bidang kerja dan lantai secara umum, nilai rm = 0,10 (jika
rm tidak diketahui, maka diambil nilai rm 0,10)
Faktor refleksi dinding / langit-langit untuk warna :
- Warna Putih dan Warna sangat muda = 0.70
- Warna muda = 0,50
- Warna sedang = 0.30
- Warna gelap = 0,10
-
37
Indeks ruang (K)
K =
.............................................................. ( 2.17 )
Keterangan :
p = Panjang ruangan (m)
l = lebar ruangan (m)
tb = tinggi sumber cahaya diatas bidang kerja (m).
Indeks ruang dihitung berdasarkan dimensi ruangan yang akan diberi penerangan
cahaya lampu. Nilai k hasil perhitungan digunakan untuk menentukan nilai
efisiensi penerangan lampu. Bila nilai k angkanya tidak ada (tidak tepat) pada
tabel, maka untuk menghitung efisiensi (kp) dengan interpolasi:
= +
. ( ) ......................................... ( 2.17 )
Bila nilai k lebih besar s, maka nilai kp yang diambil adalah K = s, sebab
nilai K diatas s, nilai kp -nya hampir tak berubah lagi.
Faktor penyusutan/faktor depresiasi (Kd) menentukan hasil perhitungan
intensitas penerangan. Hal ini disebabkan karena umur lampu; kotoran/debu;
dinding yang sudah lama adanya pengaruh akibat susut tegangan.
Kd =
.......................................... ( 2.18 )
Untuk memperoleh efesiensi penerangan dalam keadaan dipakai, nilai yang
didapat dari tabel, masih harus dikalikan dengan d.
Faktor depresiensi ini dibagi menjadi tiga golongan utama yaitu :
- Pengotoran ringan (daerah yang hampir tidak berdebu)
- Pengotoran biasa
-
38
- Pengotoran berat (daerah banyak debu)
Oleh karena pengaruh efesiensi lampu (Kp) dan pengaruh faktor depresiasi (Kd),
maka besarnya fluks cahaya yang sampai pada bidang kerja adalah
F = F . Kp . Kd ............................................................. ( 2.19 )
Maka besarnya intensitas penerangan menjadi :
E =
................................................................. ( 2.20 )
Besarnya fluks (F) total merupakan perkalian antara jumlah armatur atau
lampu dengan fluks cahaya tiap armatur atau lampu.
Jadi F = na . Fa atau F = nL . FL
Keterangan :
F = Fluks cahaya total (lumen)
Fa = Fluks cahaya tiap armatur
FL = Fluks cahaya tiap lampu
na = Jumlah armatur
nL = Jumlah lampu
dengan demikian untuk menentukan jumlah armatur atau jumlah lampu dari
suatu ruangan yang akan diberi penerangan buatan dapat dihitung dengan rumus :
=
atau =
..................................... ( 2.21 )
Keterangan :
E = intensitas penerangan (luman /m2 atau lux)
p = Panjang ruangan (m)
l = lebar ruangan (m)
-
39
Fa = Fluks cahaya tiap armatur (luman)
FL = Fluks cahaya tiap lampu (luman)
Kp = Efisiensi Penerangan
Kd = faktor depresiasi
na = jumlah armatur
nL = jumlah lampu
Untuk menentukan posisi armatur atau jumlah lampu dari suatu ruangan
yang akan diberi penerangan buatan dapat dihitung dengan rumus :
=
dan =
...................................... (2.22)
=
dan =
............................................................. (2.23)
Keterangan :
Pa = Panjang armatur lampu
La = Lebar armatur lampu
= Jumlah deret armatur mengerah Vertikal
= Jumlah deret armatur mengerah Horizontal
= Jarak antara lampu tiap deretnya mengarah Vertikal
= Jarak antara lampu dan dinding mengarah Vertikal
= jarak antara lampu tiap deretnya mengarah Horizontal
= jarak antara lampu dan dinding mengarah Horizontal
-
40
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Tempat Dan Waktu Penelititian
pencarian literature dan melakukan pengambilan data penelitian dilaksanan
pada bulan Oktober 2014 Sampai dengan bulan November 2014 yang bertempat
di wilayah Universitas Halu Oleo.
3.2. Alat Alat Penelitian
Alat dan Bahan yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah :
1. Alat ukur / meteran
2. Tangga
3. Alat-alat tulis.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini merupakan jenis penelitian analisis-deskripsi yang
menitikberatkan pada pengumpulan data-data yang berhubungan dengan cara
penentuan jumlah unit lampu pada suatu ruagan mengguanakan metode lumen.
data tersebut diantaranya, data tinggi suatu ruangan, data luas suatu ruangan , dan
data-data lainnya yang mendukung dari pengukuran yang dilakukan pada
beberapa gedung Universitas Halu Oleo.
3.4. Metode Analisa Data
Metode analisa data adalah cara mengolah data yang telah diperoleh untuk
kemudian memberikan suatu jawaban atau kesimpulan yang dapat dipertanggung
jawabkan. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa
-
41
deskriptif yaitu menggambarkan keadaan objek yang diteliti sesuai dengan data
hasil pengukuran.
3.5. Prosedur Penelitian
Dalam penelitian ini dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Study litelatur
2. Diskusi dengan pembimbing dan pihak yang berkopeten dibidang
pencahayaan buatan.
3. Pembentukan kerangka pikir.
3.6. Bagan Alir Penelitian
Gambar 3.1 Diadram alir analisis data
Mulai
Pengumpulan Data /
studi literatur
Analisis data dan
evaluasi
Selesai
-
42
Mulai, dimana mempersiapkan segala sesuatu yang dapat mendukung
untuk melaksakan penelitian ini.
Pengumpulan data mencangkup data primer dan skunder yang
diperoleh dari buku-buku studi, media internet, dan hasil pengukuran
pad beberaa gedung di Universitas Halu Oleo yang akan digunakan
dalam proses analisis .
Analisis data merupakan bentuk dari proses hasil anlisis rumus-rumus
yang dipergunakan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini untuk
mendapatkan jumlah titik lampu yang sesuai dengan standar
pencahayaan.
4. Menyusun laporan dan hasil penelitian.
-
43
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi data
Pada bab ini dilakukan perhitungan jumlah unit lampu pada beberapa
gedung di Universitas Halu Oleo, sebaga dasar dilakukannya evaluasi jumlah unit
lampu pada beberapa gedung di Universitas Halu Oleo sesuai dengan fungsi
ruangan tersebut dengan mengguanakan metode lumen, dari data data yang telah
diperoleh dari hasil pengukuran beberapa ruangan di Universitas Halu Oleo.
Pada Studi evaluasi jumlah unit lampu pada beberapa gedung Universitas
Halu Oleo dengan menggunakan metode lumen, dibutuhkan data panjang, data
lebar, data tinggi, data tinggi bidang kerja, data jumlah unit lampu, data jumlah
lumen tiap lampu, data warna dinding, data warna plafon, dan data warna lantai
pada masing masing ruangan yang akan dilakukan evaluasi jumlah unit armartur
dan lampu dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
-
44
4.1.1. Data evaluasi jumlah unit lampu dan armatur pada ruangan baca
perpustakaan Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo.
Tabel 4.1. Data pengukuran ruang baca perpustakaan Fakultas Teknik
Universitas Halu Oleo
NO data pengukuran ruang baca perpustakaan Fakultas Teknik
1 tinggi ruangan 3 meter
2 panjang ruangan 11.8 meter
3 lebar ruangan 4.77 meter
4 warna dinding (rw) Putih/warna muda
5 warna palfon (rp) Putih
6 tinggi bidang kerja 0.78 meter
7 jenis lampu TLD 36 watt, Philips
8 jumlah unit lampu tiap armatur 1 unit, armatur penerangan tak langsung
9 jumlah lumen lampu 2600 lumen, 72 lm/watt
10 jumlah unit armature 3 unit
11 jumlah lampu 3 unit
4.1.2. Data evaluasi jumlah unit lampu dan armatur pada Lab. Terpadu III
(Biokim, PK, dan Farmako) Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo.
Tabel 4.2. Data pengukuran Lab. Terpadu III (Biokim, PK, dan Farmako)
Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo
NO data pengukuran Lab. Terpadu III Fakultas Kedokteran
1 tinggi ruangan 3.82 meter
2 panjang ruangan 9.83 meter
3 lebar ruangan 8 meter
4 warna dinding (rw) putih/warna muda
5 warna palfon (rp) Putih
6 tinggi bidang kerja 0.92 meter
7 jenis lampu TLD 36 watt, Philips
8 jumlah unit lampu tiap armatur 1 unit, armatur penerangan tak langsung
9 jumlah lumen lampu 3250 lumen, 90 lm/watt
10 jumlah unit armature 8 unit
11 jumlah lampu 8 unit
-
45
4.1.3. Data evaluasi jumlah unit lampu dan armatur pada Lab. Gambar Arsitektur
Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo.
Tabel 4.3. Data pengukuran Lab. Gambar Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Halu Oleo
NO data pengukuran Lab. Gambar Arsitektur
1 tinggi ruangan 3.6 meter
2 panjang ruangan 11.8 meter
3 lebar ruangan 9.94 meter
4 warna dinding (rw) putih/warna muda
5 warna palfon (rp) Putih
6 tinggi bidang kerja 0.87 meter
7 jenis lampu TLD 36 watt, Philips
8 jumlah unit lampu tiap armatur 1 unit, armatur penerangan tak langsung
9 jumlah lumen lampu 2600 lumen, 72 lm/watt
10 jumlah unit armature 12 unit
11 jumlah lampu 12 unit
4.1.4. Data evaluasi jumlah unit lampu dan armatur pada Lab. Mekanika Fluida
Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo.
Tabel 4.4. Data pengukuran Lab. Mekanika Fluida Fakultas Teknik
Universitas Halu Oleo
NO data pengukuran Lab. Mekanika Fluida
1 tinggi ruangan 3.6 meter
2 panjang ruangan 11.8 meter
3 lebar ruangan 9.94 meter
4 warna dinding (rw) putih/warna muda
5 warna palfon (rp) Putih
6 tinggi bidang kerja 0.77 meter
7 jenis lampu TLD 36 watt, Philips
8 jumlah unit lampu tiap armatur 1 unit, armatur penerangan tak langsung
9 jumlah lumen lampu 2600 lumen, 72 lm/watt
10 jumlah unit armature 12 unit
11 jumlah lampu 12 unit
-
46
4.1.5. Data evaluasi jumlah unit lampu dan armatur pada ruang kelas Fakultas
Teknik Universitas Halu Oleo.
Tabel 4.5. Data pengukuran ruang kelas Fakultas Teknik
Universitas Halu Oleo
NO data pengukuran ruang kelas Fakultas Teknik
1 tinggi ruangan 3.2 meter
2 panjang ruangan 9 meter
3 lebar ruangan 8 meter
4 warna dinding (rw) putih/warna muda
5 warna palfon (rp) Putih
6 tinggi bidang kerja 0.70 meter
7 jenis lampu TLD 36 watt, Philips
8 jumlah unit lampu tiap armatur 1 unit, armatur penerangan tak langsung
9 jumlah lumen lampu 2600 lumen, 72 lm/watt
10 jumlah unit armature 6 unit
11 jumlah lampu 6 unit
4.1.6. Data evaluasi jumlah unit lampu dan armatur pada Lab. Teknologi Pangan
(unit kimia dan biokimia) Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo.
Tabel 4.6. Data pengukuran Lab. Teknologi Pangan (unit kimia dan biokimia)
Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo
NO data pengukuran Lab. Teknologi Pangan
1 tinggi ruangan 3.4 meter
2 panjang ruangan 10.76 meter
3 lebar ruangan 8.95 meter
4 warna dinding (rw) putih dan coklat
5 warna palfon (rp) Putih
6 tinggi bidang kerja 0.82 meter
7 jenis lampu TLD 36 watt, Philips
8 jumlah unit lampu tiap armatur 2 unit, armatur penerangan sebagian langsung
9 jumlah lumen lampu 2600 lumen, 72 lm/watt
10 jumlah unit armature 6 unit
11 jumlah lampu 12 unit
-
47
4.1.7. Data evaluasi jumlah unit lampu dan armatur pada Lab. Mikrobiologi (unit
biologi) Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo.
Tabel 4.7. Data pengukuran Lab. Mikrobiologi (unit biologi) Fakultas Keguruan
Dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo
NO data pengukuran Lab. Mikrobiologi (unit biologi)
1 tinggi ruangan 3.46 meter
2 panjang ruangan 4.66 meter
3 lebar ruangan 3.4 meter
4 warna dinding (rw) putih dan coklat
5 warna palfon (rp) Putih
6 tinggi bidang kerja 0.83 meter
7 jenis lampu TLD 36 watt, Philips
8 jumlah unit lampu tiap armatur 2 unit, armatur penerangan sebagian langsung
9 jumlah lumen lampu 2600 lumen, 72 lm/watt
10 jumlah unit armature 1 unit
11 jumlah lampu 2 unit
4.1.8. Data evaluasi jumlah unit lampu dan armatur pada Lab. Komputasi (unit
biologi) Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo.
Tabel 4.8. Data pengukuran Lab. Komputasi (unit biologi) Fakultas Keguruan
Dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo
NO data pengukuran Lab. Komputasi (unit biologi)
1 tinggi ruangan 3.46 meter
2 panjang ruangan 10,62 meter
3 lebar ruangan 4.65 meter
4 warna dinding (rw) putih dan coklat
5 warna palfon (rp) Putih
6 tinggi bidang kerja 0.76 meter
7 jenis lampu TLD 36 watt, Philips
8 jumlah unit lampu tiap armatur 2 unit, armatur penerangan sebagian langsung
9 jumlah lumen lampu 2600 lumen, 72 lm/watt
10 jumlah unit armature 3 unit
11 jumlah lampu 6 unit
-
48
Tabel 4.9. Tingkat Pencahayaan Yang Direkomendasikan Dan Renderasi Warna
tingkat pencahayaan yang direkomendasikan dan renderasi warna
fungsi ruangan tingkat
pencahyaan (lux)
kelompok renderasi
warna keterangan
rumah tinggal :
teras 60 1 atau 2
ruang tamu 120-250 1 atau 2
ruang makan 120-250 1 atau 2
ruang kerja 120-250 1
ruang tidur 120-250 1 atau 2
ruang mandi 250 1 atau 2
dapur 250 1 atau 2
garasi 60 3 atau 4
perkantoran :
ruang direktur 350 1 atau 2
ruang kerja 350 1 atau 2
ruang komputer 350 1 atau 2
Gunakan armatur berkisi untuk mencegah silau akibat pentulan layar monitor
ruang rapat 300 1 atau 2
ruang gambar 750 1 atau 2
Gunakan pencahayaan setempat pada meja gambar.
gudang arsip 150 1 atau 2
ruang arsip aktif 300 1 atau 2
lembaga pendidikan :
ruang kelas 250 1 atau 2
perpustakaan 300 1 atau 2
laboratorium 500 1
ruang gambar 750 1
Kantin 200 1
-
49
fungsi ruangan tingkat
pencahyaan (lux)
kelompok renderasi
warna keterangan
Pertokoan/ruang pamer :
Ruang pamer dengan obyek berukuran besar (misalnya mobil)
500 1
Tingkat pencahayaan ini harus dipenuhi pada lantai. Untuk beberapa produk tingkat pencahayaan pada bidang vertikal juga penting.
Toko Kue dan Makanan
250 1
Toko buku dan alat tulis / gambar
300 1
Toko perhiasan, arloji
500 1
Barang Kulit dan Sepatu
500 1
Toko Pakaian 500 1
Pasar Swalayan 500 1 atau 2
Pencahayaan pada bidang vertikal pada rak barang.
Toko Alat listrik (TV, Radio, Cassette, mesin cuci, dll.)
250 1 atau 2
Industri Umum :
Gudang 100 3
Pekerjaan Kasar 100 ~ 250 2 atau 3
Pekerjaan Sedang 200 ~ 500 1 atau 2
Pekerjaan Halus 500 ~ 1000 1
Pekerjaan Amat Halus
1000 ~ 2000 1
Pemeriksaan Warna
750 1
Rumah Ibadah :
Mesjid 200 1 atau 2
Untuk tempat-tempat yang membutuhkan tingkat pencahayaan yang lebih tinggi dapat digunakan pencahayaan setempat
Gereja 200 1 atau 2 Idem
Vihara 200 1 atau 2 Idem
-
50
fungsi ruangan tingkat
pencahyaan (lux)
kelompok renderasi
warna keterangan
hotel & restoran :
Lobby & koridor 100 1
Pencahayaan pada bidang vertikal sangat penting untuk menciptakan suasana / kesan ruang yang baik.
Ballroom/ruang siding
200 1
istem pencahayaan harus dirancang untuk menciptakan suasana sesuai sistem pengendalian Switching dan dimming dapat digunakan untuk memperoleh berbagai efek pencahayaan.
Ruang Makan 250 1
Cafetaria 250 1
Kamar Tidur 150 1 atau 2
Diperlukan lampu tambahan pada bagian kepala tempat tidur dan cermin
Dapur 300 1
Rumah Sakit / Balai Pengobatan :
Ruang Rawat Inap 250 1 atau 2
Ruang Operasi, ruang bersalin
300 1
Gunakan pencahayaan setempat pada tempat yang diperlukan.
Laboratorium
Ruang rekreasi & rehabilitasi
(SNI, BSN, 2000)
-
51
Tabel 4.10. Efisiensi Armatur Penerangan Langsung
efisiensi penerangan untuk kedaan baru faktor depresiasi untuk masa
pemelihaaraan
armatur
penerangan
langsung
v
% K rw
rp
0.5
rm
0.7
0.3
0.1
0.1
0.5
0.5
0.3
0.1
0.1
0.5
0.3
0.3
0.1
0.1
1 tahun 2 tahun 3 tahun
TBS 15
TSC 15
4 X TL 40 W
0.5 0.28 0.23 0.19 0.27 0.23 0.19 0.27 0.22 0.19
0.6
0.33 0.28 0.24
0.32 0.28 0.24
0.32 0.27 0.24
Pengotoran ringan
0.8
0.42 0.36 0.23
0.41 0.36 0.32
0.4 0.36 0.32
0.85 0.8 0.7
1
0.48 0.43 0.4
0.47 0.43 0.39
0.46 0.42 0.49
1.2
0.52 0.48 0.44
0.51 0.47 0.44
0.5 0.46 0.43
Pengotaran sedang
1.5
0.56 0.52 0.49
0.55 0.52 0.49
0.54 0.51 0.48
0.8 0.7 0.65
0 2
0.61 0.58 0.55
0.6 0.57 0.54
0.59 0.56 0.54
2.5
0.64 0.61 0.59
0.63 0.6 0.58
0.62 0.59 0.57
Pengotoran berat
72 3 0.66 0.64 0.61
0.65 0.63 0.61
0.64 0.62 0.6
x x x
4
0.69 0.67 0.65
0.68 0.66 0.64
0.66 0.65 0.63
72 5 0.71 0.69 0.67 0.69 0.68 0.66 0.68 0.66 0.65
(P. Van Harten, 2002, 47)
-
52
Tabel 4.11. Efisiensi Armatur Penerangan Sebagian Langsung
efisiensi penerangan untuk kedaan baru faktor depresiasi untuk masa
pemelihaaraan
armatur
penerangan
sebagian
langsung
v
% K rw
rp
0.5
rm
0.7
0.3
0.1
0.1
0.5
0.5
0.3
0.1
0.1
0.5
0.3
0.3
0.1
0.1
1 tahun 2 tahun 3 tahun
GCB
2 X TLF 65 W
0.5 0.32 0.26 0.22 0.29 0.24 0.21 0.27 0.23 0.2
0.6
0.37 0.31 0.27
0.35 0.3 0.26
0.32 0.38 0.25
Pengotoran ringan
0.8
0.46 0.42 0.36
0.43 0.38 0.35
0.4 0.36 0.33
0.9 0.8 0.75
1
0.53 0.48 0.44
0.49 0.45 0.42
0.46 0.42 0.39
1.2
0.58 0.52 0.48
0.54 0.49 0.46
0.5 0.46 0.43
Pengotaran sedang
1.5
0.62 0.58 0.54
0.58 0.54 0.51
0.54 0.51 0.48
0.8 0.75 0.7
22 2 0.68 0.64 0.6
0.63 0.59 0.57
0.58 0.55 0.53
2.5
0.71 0.67 0.64
0.66 0.63 0.6
0.61 0.59 0.57
Pengotoran berat
87 3 0.73 0.7 0.67
0.68 0.65 0.63
0.63 0.61 0.59
x x x
4
0.76 0.74 0.71
0.71 0.69 0.67
0.65 0.64 0.62
65 5 0.78 0.76 0.74 0.72 0.71 0.69 0.67 0.65 0.64
(P. Van Harten, 2002, 47)
-
53
Tabel 4.12. Efisiensi Armatur Langsung Tak Langsung
efisiensi penerangan untuk kedaan baru faktor depresiasi untuk masa
pemelihaaraan
armatur
langsung tak
langsung
v
% K rw
rp
0.5
rm
0.7
0.3
0.1
0.1
0.5
0.5
0.3
0.1
0.1
0.5
0.3
0.3
0.1
0.1
1 tahun 2 tahun 3 tahun
GCB
2 X TLF 65 W
roster sejajar
0.5 0.26 0.2 0.17 0.22 0.18 0.15 0.19 0.16 0.14
0.6
0.3 0.25 0.21
0.26 0.22 0.19
0.23 0.19 0.17
Pengotoran ringan
0.8
0.38 0.32 0.28
0.33 0.29 0.25
0.28 25 0.23
0.85 0.8 0.7
1
0.43 0.38 0.34
0.38 0.34 0.3
0.32 0.29 0.27
1.2
0.47 0.42 0.38
0.41 0.37 0.34
0.35 0.32 0.3
Pengotaran sedang
1.5
0.51 0.47 0.43
0.45 0.41 0.38
0.38 0.36 0.33
0.8 0.7 0.65
38 2 0.56 0.52 0.49
0.49 0.46 0.43
0.42 0.4 0.38
2.5
0.59 0.56 0.52
0.52 0.49 0.46
0.44 0.42 0.4
Pengotoran berat
81 3 0.61 0.58 0.55
0.54 0.51 0.49
0.46 0.44 0.42
x x x
4
0.64 0.62 0.59
0..56 0.54 0.52
0.48 0.47 0.45
43 5 0.66 0.64 0.62 0.58 0.56 0.54 0.5 0.48 0.47
(P. Van Harten, 2002, 47)
-
54
Tabel 4.13. Efisiensi Armatur
efisiensi penerangan untuk kedaan baru faktor depresiasi untuk masa
pemelihaaraan
armatur v
% K rw
rp
0.5
rm
0.7
0.3
0.1
0.1
0.5
0.5
0.3
0.1
0.1
0.5
0.3
0.3
0.1
0.1
1 tahun 2 tahun 3 tahun
NB 64
dengan
lampu
pijar 300W
0.5 0.23 0.18 0.14 0.2 0.16 0.12 0.18 0.14 0.11
0.6
0.27 0.21 0.17
0.24 0.19 0.15
0.2 0.16 0.13
Pengotoran ringan
0.8
0.34 0.28 0.23
0.29 0.24 0.2
0.25 0.21 0.18
0.85 0.8 x
1
0.39 0.33 0.28
0.34 0.29 0.25
0.29 0.25 0.21
1.2
0.43 0.37 0.32
0.37 0.32 0.28
0.31 0.27 0.24
Pengotaran sedang
1.5
0.47 0.41 0.36
0.41 0.36 0.32
0.35 0.31 0.28
0.8 0.7 x
38 2 0.52 0.47 0.42
0.45 0.41 0.37
0.39 0.35 0.32
2.5
0.56 0.51 0.47
0.48 0.44 0.41
0.41 0.38 0.35
Pengotoran berat
81 3 0.59 0.54 0.5
0.51 0.47 0.44
0.43 0.41 0.38
x x x
4
0.62 0.58 0.55
0.54 0.51 0.48
0.46 0.44 0.42
43 5 0.65 0.61 0.58 0.56 0.54 0.51 0.48 0.46 0.44
(P. Van Harten, 2002, 47)
-
55
Tabel 4.14. Efisiensi Armatur Penerangan Tak Langsung
efisiensi penerangan untuk kedaan baru faktor depresiasi untuk masa
pemelihaaraan
armatur
penerangan tak
langsung
v
% K rw
rp
0.5
rm
0.7
0.3
0.1
0.1
0.5
0.5
0.3
0.1
0.1
0.5
0.3
0.3
0.1
0.1
6 bulan 1 tahun
alur
dengan TL
0.5 0.13 0.1 0.08 0.08 0.06 0.05 0.04 0.04 0.03
0.6
0.14 0.11 0.09
0.09 0.07 0.06
0.05 0.04 0.04
Pengotoran ringan
0.8
0.18 0.14 0.12
0.11 0.09 0.08
0.06 0.05 0.05
0.58 0.8
1
0.2 0.17 0.15
0.13 0.11 0.1
0.07 0.06 0.06
1.2
0.22 0.19 0.17
0.14 0.13 0.11
0.08 0.07 0.06
Pengotaran sedang
1.5
0.24 0.21 0.19
0.16 0.14 0.13
0.09 0.08 0.07
x x
70 2 0.27 0.24 0.21
0.18 0.16 0.14
0.1 0.09 0.08
2.5
0.28 0.26 0.24
0.18 0.17 0.16
0.1 0.09 0.09
Pengotoran berat
70 3 0.3 0.27 0.25
0.19 0.18 0.17
0.11 0.1 0.09
x x
4
0.31 0.29 0.27
0.2 0.19 0.17
0.11 0.11 0.1
0 5 0.33 0.3 0.28 0.21 0.2 0.16 0.12 0.11 0.1
(P. Van Harten, 2002, 47)
-
56
4.2. Analisa Data
Dari data hasil pengukuran pada beberapa gedung di Universitas Halu Oleo,
maka dapat dilakukan evaluasi jumlah unit lampu atau armatur yang sesuai
dengan standar pencahayaan buatan tahun 2000 dengan menggunakan metode
lumen.
4.2.1. Jumlah unit lampu atau armatur sesuai dengan standar pencahayaan buatan
tahun 2000 pada ruangan baca perpustakaan Fakultas Teknik Universitas
Halu Oleo, yaitu :
Dik :
p = 11,8 meter
l = 4,77 meter
= 3 meter
= 0,78 meter
tb = - = 3 - 0,78 = 2,22 meter
Pa = 0,75 m
La = 0,07 m
= 2 unit
= 8 unit
E = 300 Lux, (tabel 4.9)
= 2600 Lumen
= 0,8 untuk pemeliharaan selama 1 tahun dengan pengotoran ringan.
Indeks ruangan (K) :
-
57
K =
K =
= 1,530117927 = 1,5
Efisiesi penerangan :
Jenis lampu = TLD 36 WATT, PHILIPS, A