skripsi (padli achmad djamil)

Upload: vadli

Post on 09-Mar-2016

57 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

TEKNIK ELAKTRO

TRANSCRIPT

  • i

    S K R I P S I

    EVALUASI JUMLAH UNIT LAMPU PADA BEBERAPA

    GEDUNG UNIVERSITAS HALU OLEO DENGAN

    MENGGUNAKAN METODE LUMEN

    Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program

    STRATA SATU (S-1) Pada Program Studi Teknik Elektro

    Universitas Halu Oleo

    OLEH :

    PADLI ACHMAD DJAMIL

    E1 D2 13 009

    PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK ELEKTRO

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS HALU OLEO

    2 0 1 4

  • ii

    HALAMAN PENGESAHAN

    Judul Skrips : Evaluasi Jumlah Unit Lampu Pada Beberapa Gedung

    Universitas Halu Oleo Dengan Menggunakan

    Metode Lumen

    Nama Mahasiswa : Padli Achmad Djamil

    Stambuk : E1 D2 13 009

    Program Studi : S1 Teknik Elektro

    Menyetujui

    Pembimbing I pembimbing II

    MANSUR,ST.,MT SITI NAWAL JAYA,ST.,MSi

    NIP. 196910101 200112 1 001 NIP. 19790419 200501 2 002

    Mengetahui

    Ketua Program Studi kelas sore

    Ir. SALIMIN, MT

    NIP. 19631231 199903 1 002

  • iii

    HALAMAN PERSETUJUAN

    EVALUASI JUMLAH UNIT LAMPU PADA BEBERAPA GEDUNG

    UNIVERSITAS HALU OLEO DENGAN MENGGUNAKAN

    METODE LUMEN

    Oleh :

    PADLI ACHMAD DJAMIL

    E1 D2 13 009

    Telah Dipertahankan Di Depan Tim Penguji Dan Dinyatakan Lulus Pada Ujian

    Skripsi Program Studi Teknik Elektro Kelas Sore Fakultas Teknik

    Universitas Halu Oleo Pada Tanggal 28 Desember 2014

    Tim Penguji

    Penguji I : Ir. Samuel Jie, MT ( )

    Penguji II : Abdul Djohar, ST., MT ( )

    Penguji III : Wa Ode Siti Nur Alam, ST., M.Eng ( )

    Mengetahui

    Dekan Fakultas Teknik Ketua Program Studi Kelas Sore

    Mustarum Musaruddin, ST., MIT., Ph.D Ir. Salimin, MT Nip. 19730122 200112 1 002 Nip. 19631231 199903 1 002

  • iv

    PERNYATAAN KEASLIAN

    Yang bertanda tangan dibawah ini :

    Nama Mahasiswa : PADLI ACHMAD DJAMIL

    Tempat/Tgl Lahir : KOLAKA, 04 MEI 1992

    N I M : E1 D2 13 009

    Program Studi : S1 Teknik Elektro

    Menyatakan bahwa karya ilmiah/skripsi kami yang berjudul :

    Evaluasi Jumlah Unit Lampu Pada Beberapa Gedung

    Universitas Halu Oleo Dengan Menggunakan

    Metode Lumen

    Adalah bukan merupakan karya tulis orang lain, baik sebagian maupun

    keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah kami sebutkan sumbernya.

    Demikian pernyataan keaslian ini kami buat dengan sebenar-benarnya dan

    apabila pernyataan ini tidak benar, kami bersedia mendapat sanksi akademis.

    Kendari,. 2015

    Yang Menyatakan,

    (PADLI ACHMAD DJAMIL )

    STB. E1 D2 13 009

  • v

    ABSTRAK

    Padli Achmad Djamil (E1 D2 13 009) Evaluasi Jumlah Unit Lampu Pada

    Beberapa Gedung Universitas Halu Oleo Dengan Menggunakan Metode Lumen

    Dibawah Bimbingan Bapak Mansur, ST ., MT., Selaku Pembimbing Pertama dan

    Ibu Siti Nawal Jaya, ST ., MSi., Selaku Pembimbing Kedua.

    Kuantitas dan kualitas pencahayaan yang baik ditentukan dari tingkat

    refleksi cahaya dan tingkat rasio pencahayaan pada ruangan. Dengan demikian

    sangat penting untuk untuk dilakukan analisis bagi tiap ruangan yang akan

    digunakan sesuai dengan fungsi dan kegunaan ruangan tersebut maka dari itu

    harus dilakukan penentuan jumlah unit lampu dan intensitas penerangan pada tiap

    unit lampu sebagai langkah penerapan efisiensi energi sesuai kebutuhan.

    Hasil perbandingan jumlah unit lampu atau armatur hasil pengukuran dan

    perhitungan dengan menggunakan metode lumen maka dapat disimpulkan bahwa

    rata rata jumlah unit lampu atau armatur pada beberapa gedung Universitas Halu

    Oleo 80,95 % tidak memenuhi syarat sesuai dengan tingkat pencahayaan yang di

    rekomendasikan pada tabel SNI pencahayaan buatan tahun.

    Penentuan jumlah dan posisi unit lampu pada beberapa gedung Universitas

    Halu Oleo dapat dilakukan dengan menggunakan metode lumen dan berdasarkan

    dengan tingkat pencahayaan yang di rekomendasikan pada tabel SNI pencahayaan

    buatan tahun 2000.

    Kata kunci: Jumlah Unit Lampu Dan Armatur ,Metode Lumen, Tingkat

    Pencahayaan Yang Di Rekomendasikan Pada Tabel SNI Pencahayaan

    Buatan Tahun 2000.

  • vi

    KATA PENGANTAR

    Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa

    Taala atas berkat dan rahmat-NYA, sehingga berakhir pula masa studi penulis di

    Kampus Universitas Halu Oleo yang penuh dengan tantangan, namun penulis

    menyadari semua itu bagian dari pembelajaran dan perjuangan dimana banyak

    hikmah dan pembelajaran yang dapat diambil penulis.

    Selama menempuh pendikan dan pengerjaan penyusunan skripsi ini dengan judul

    Evaluasi Jumlah Unit Lampu Pada Beberapa Gedung Universitas Halu Oleo

    Dengan Menggunakan Metode Lumen banyak pihak yang telah memberikan

    bantuan, bimbingan dan dorongan. Oleh karena itu pada kesempatan ini, dengan

    segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya

    dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

    1. Kedua orang tua, Ayah dan Ibu yang tak henti-hentinya memanjatkan doa

    serta dukungan moral dan materi sampai penulis menyelesaikan studi.

    Terimah kasih tak terhingga, kasih sayang yang takkan pernah terlupakan

    sepanjang hayat.

    2. Bapak Prof. Dr. H. Usman Rianse, M.S. selaku Rektor Universitas Halu

    Oleo

    3. Bapak Mustarum Musaruddin, ST., MIT., Ph.D. Selaku Dekan Fakultas

    Teknik Universitas Halu Oleo.

  • vii

    4. Bapak Ir. Salimin, MT. selaku ketua Program Studi Kelas Sore Fakultas

    Teknik Universitas Halu Oleo.

    5. Bapak Mansur, ST., MT. selaku pembimbing 1 yang dengan sabar,

    memberikan waktu, bantuan, kesempatan, arahan, bimbingan, dan saran

    saran yang sangat bermanfaat selama studi, penelitian hingga tersusunnya

    skripsi ini. Semoga Allah SWT selalu member kesehatan, keselamatan,

    kesuksesan dan rezeki yang banyak. Amin.

    6. Ibu Siti Nawal Jaya, ST., MSi. selaku pembimbing 2 yang banyak

    membantu, memberikan solusi, nasehat, motivasi, arahan, bimbingan dan

    pelatihan selama penulis menjalani kuliah dan telah memberikan saran dan

    masukan yang sangat berharga untuk penyempurnaan penulisan skripsi ini.

    Semoga Ibu selalu dilindungi oleh Allah SWT, diberikan kesehatan,

    kesuksesan, dan rezeki yang banyak. Amin.

    7. Seluruh Dosen Teknik khususnya Dosen Teknik Elektro Fakultas Teknik

    Universitas Halu Oleo yang telah mendidik, mengajar Penulis dan

    berperan besar demi kelancaran kegiatan akademik selama masa studi

    karena tampa mereka kami tidak berarti apa-apa.

    8. Bapak La Ane yang telah banyak membantu dan memberikan arahan

    dalam penyusunan skripsi ini.

    9. Terima kasih atas segalanya kepada seluruh teman-teman Mahasiswa:

    Muh. Ruzly, Nurul Kifayah Jamil, La Ode Rahmat, Alimuddin, Hardianto,

    Ummil Khair Yunus Dan Aksari Pawiloi, .

  • viii

    10. Kepada semua pihak yang tak sempat penulis sebutkan namanya yang

    telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

    Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kata

    sempurna karena masih terdapat kekurangan didalamnya. Untuk itu penulis

    mohon maaf, dan sangat mengharapkan berbagai bentuk masukan yang

    bermanfaat bagi kesempurnaan laporan ini.

    Semoga skripsi ini dapat member manfaat bagi kita semua serta berguna

    bagi seluruh mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo khususnya

    mahasiswa Teknik Elektro

    Kendari, Desember 2014

    Penulis

  • ix

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

    HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii

    HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ iii

    PERNYATAAN KEASLIAN .............................................................................. iv

    ABSTRAK .............................................................................................................. v

    KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

    DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix

    DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvi

    DAFTAR TABEL ............................................................................................ xviii

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar belakang ............................................................................................. 1

    1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................... 2

    1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 3

    1.4. Batasan Masalah.......................................................................................... 3

    1.5. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 3

    1.6. Metode Penelitian........................................................................................ 4

    1.7. Sistematika Penulisan ................................................................................. 4

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Sejarah Perkembangan Sumber Cahaya...................................................... 6

  • x

    2.2. Sifat Gelombang Cahaya........................................................................... 10

    2.3. Pandangan Silau ........................................................................................ 13

    2.4. Satuan Satan Teknik Pencahayaan ......................................................... 15

    2.4.1. Steradian ......................................................................................... 15

    2.4.2. Hubungan Antara Satuan-Satuan Teknik Penerangan ................... 16

    2.4.3. Intensitas Cahaya (Luminous Intensity)......................................... 17

    2.4.4. Fluks Cahaya (Luminous Flux) ...................................................... 18

    2.4.5. Luminasi (Luminance) ................................................................... 19

    2.4.6. Iluminasi (Iluminance) ................................................................... 19

    2.4.7. Efikasi ............................................................................................ 20

    2.5. Hukum Penerangan ................................................................................... 21

    2.5.1. Hukum Kwadrat Terbalik .............................................................. 21

    2.5.2. Hukum Cosinus .............................................................................. 22

    2.6. Penyebaran Cahaya ................................................................................... 23

    2.6.1. Refleksi .......................................................................................... 24

    2.6.2. Transmisi ........................................................................................ 25

    2.6.3. Refleksi Netral Dan Selektif .......................................................... 25

    2.6.4. Transmisi Netral Dan Selektif ........................................................ 29

    2.6.5. Armatur .......................................................................................... 31

    2.7. Metode Lumen .......................................................................................... 36

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1. Tempat Dan Waktu Penelitian .................................................................. 40

  • xi

    3.2. Alat Alat Penelitian ................................................................................ 40

    3.3. Metode Pengmpulan Data ......................................................................... 40

    3.4. Metode Analisa Data ................................................................................. 40

    3.5. Prosedur Penelitian.................................................................................... 41

    3.6. Bagan Alir Penelitian ................................................................................ 41

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Deskripsi Data .......................................................................................... 43

    4.1.1. Data Evaluasi Jumlah Unit Lampu Dan Armatur Pada

    Ruangan Baca Perpustakaan Fakultas Teknik Universitas

    Halu Oleo ....................................................................................... 44

    4.1.2. Data Evaluasi Jumlah Unit Lampu Dan Armatur Pada Lab.

    Terpadu III (Biokim, PK, dan Farmako) Fakultas Kedokteran

    Universitas Halu Oleo .................................................................... 44

    4.1.3. Data Evaluasi Jumlah Unit Lampu Dan Armatur Pada Lab.

    Gambar Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo .......... 45

    4.1.4. Data Evaluasi Jumlah Unit Lampu Dan Armatur Pada Lab.

    Mekanika Fluida Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo ............. 45

    4.1.5. Data Evaluasi Jumlah Unit Lampu Dan Armatur Pada Ruang

    Kelas Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo ............................... 46

    4.1.6. Data Evaluasi Jumlah Unit Lampu Dan Armatur Pada Lab.

    Teknologi Pangan (Unit Kimia Dan Biokimia) Fakultas

    Pertanian Universitas Halu Oleo .................................................... 46

  • xii

    4.1.7. Data Evaluasi Jumlah Unit Lampu Dan Armatur Pada Lab.

    Mikrobiologi (Unit Biologi) Fakultas Keguruan Dan Ilmu

    Pendidikan Universitas Halu Oleo ................................................. 47

    4.1.8. Data Evaluasi Jumlah Unit Lampu Dan Armatur Pada Lab.

    Komputasi (unit biologi) Fakultas Keguruan Dan Ilmu

    Pendidikan Universitas Halu Oleo ................................................. 47

    4.2. Analisa Data .............................................................................................. 56

    4.2.1. Jumlah Unit Lampu Atau Armatur Sesuai Dengan Standar

    Pencahayaan Buatan Tahun 2000 Pada Ruangan Baca

    Perpustakaan Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo ................. 56

    4.2.2. Jumlah Unit Lampu Atau Armatur Sesuai Dengan Standar

    Pencahayaan Buatan Tahun 2000 Pada Lab. Terpadu Iii

    (Biokim, Pk, Dan Farmako) Fakultas Kedokteran Universitas

    Halu Oleo ....................................................................................... 59

    4.2.3. Jumlah Unit Lampu Atau Armatur Sesuai Dengan Standar

    Pencahayaan Buatan Tahun 2000 Pada Lab. Gambar

    Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo ........................ 63

    4.2.4. Jumlah Unit Lampu Atau Armatur Sesuai Dengan Standar

    Pencahayaan Buatan Tahun 2000 Pada Lab. Mekanika

    Fluida Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo .............................. 67

    4.2.5. Jumlah Unit Lampu Atau Armatur Sesuai Dengan Standar

    Pencahayaan Buatan Tahun 2000 Pada Ruang Kelas Fakultas

    Teknik Universitas Halu Oleo ........................................................ 70

  • xiii

    4.2.6. Jumlah Unit Lampu Atau Armatur Sesuai Dengan Standar

    Pencahayaan Buatan Tahun 2000 Pada Lab. Teknologi

    Pangan (Unit Kimia Dan Biokimia) Fakultas Pertanian

    Universitas Halu Oleo .................................................................... 74

    4.2.7. Jumlah Unit Lampu Atau Armatur Sesuai Dengan Standar

    Pencahayaan Buatan Tahun 2000 Pada Lab. Mikrobiologi

    (Unit Biologi) Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

    Universitas Halu Oleo .................................................................... 78

    4.2.8. Jumlah Unit Lampu Atau Armatur Sesuai Dengan Standar

    Pencahayaan Buatan Tahun 2000 Pada Lab. Komputasi (Unit

    Biologi) Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas

    Halu Oleo ....................................................................................... 77

    4.3. Perbandingan Jumlah Unit Lampu Atau Armatur Antara Hasil

    Pengukuran Dan Hasil Perhitungan Pada Beberapa Gedung

    Universitas Halu Oleo Dengan Menggunakan Metode Lumen................ 86

    4.3.1. Perbandingan Jumlah Unit Lampu Atau Armatur Antara

    Hasil Pengukuran Dan Hasil Perhitungan Pada Ruangan Baca

    Perpustakaan Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo ................... 86

    4.3.2. Perbandingan Jumlah Unit Lampu Atau Armatur Antara

    Hasil Pengukuran Dan Hasil Perhitungan Pada Lab. Terpadu

    III (Biokim, PK, dan Farmako) Fakultas Kedokteran

    Universitas Halu Oleo .................................................................... 86

  • xiv

    4.3.3. Perbandingan Jumlah Unit Lampu Atau Armatur Antara

    Hasil Pengukuran Dan Hasil Perhitungan Pada Lab. Gambar

    Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo ........................ 87

    4.3.4. Perbandingan Jumlah Unit Lampu Atau Armatur Antara

    Hasil Pengukuran Dan Hasil Perhitungan Pada Lab. Gambar

    Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo ........................ 87

    4.3.5. Perbandingan Jumlah Unit Lampu Atau Armatur Antara

    Hasil Pengukuran Dan Hasil Perhitungan Pada Ruang Kelas

    Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo ......................................... 88

    4.3.6. Perbandingan Jumlah Unit Lampu Atau Armatur Antara

    Hasil Pengukuran Dan Hasil Perhitungan Pada Lab.

    Teknologi Pangan (Unit Kimia Dan Biokimia) Fakultas

    Pertanian Universitas Halu Oleo .................................................... 88

    4.3.7. Perbandingan Jumlah Unit Lampu Atau Armatur Antara

    Hasil Pengukuran Dan Hasil Perhitungan Pada Lab.

    Mikrobiologi (Unit Biologi) Fakultas Keguruan Dan Ilmu

    Pendidikan Universitas Halu Oleo ................................................. 88

    4.3.8. Perbandingan Jumlah Unit Lampu Atau Armatur Antara

    Hasil Pengukuran Dan Hasil Perhitungan Pada Lab.

    Mikrobiologi (Unit Biologi) Fakultas Keguruan Dan Ilmu

    Pendidikan Universitas Halu Oleo ................................................. 89

  • xv

    BAB V

    PENUTUP

    5.1. Kesimpulan ............................................................................................... 92

    5.2. Saran .......................................................................................................... 94

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 95

    LAMPIRAN

  • xvi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1. Penerangan Dengan Api Dan Membuat Api Dari Gosokan Batu

    Gambar 2.2. Api Lilin

    Gambar 2.3. Lampu Minyak

    Gambar 2.4. Lampu Tabung

    Gambar 2.5. Kelompok Gelombang Elektromagnetik

    Gambar 2.6. warna-warna spectrum

    Gambar 2.7. Pandangan Silau

    Gambar 2.8. Mata Manusia

    Gambar 2.9. Radian

    Gambar 2.10. Steradian

    Gambar 2.11. Hubungan Antara Satuan-Satuan Utama Dari Teknik Penerangan

    Jari-Jari R = 1 M

    Gambar 2.12. Fluks Cahaya

    Gambar 2.13. Iluminasai

    Gambar 2.14. Hukum kebalikan kuadrat iluminasi

    Gambar 2.15. Kurva Cosinus

    Gambar 2.16. Refleksi Netral

    Gambar 2.17. Refleksi Selektif

    Gambar 2.18. Transmisi Netral

    Gambar 2.19. Transmisi Selektif

    Gambar 2.20. Jenis Pemantulan Dan Armatur

  • xvii

    Gambar 3.1. Denah posisi unit armatur dan lampu ruangan baca perpustakaan

    Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo

    Gambar 3.2. Denah posisi unit armatur dan lampu pada Lab. Terpadu III

    (Biokim, PK, dan Farmako) Fakultas Kedokteran Universitas Halu

    Oleo

    Gambar 3.3. Denah posisi unit armatur dan lampu pada Lab. Gambar Arsitektur

    Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo

    Gambar 3.4. Denah posisi unit armatur dan lampu pada Lab. Mekanika Fluida

    Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo

    Gambar 3.5. Denah posisi unit armatur dan lampu pada ruang kelas Fakultas

    Teknik Universitas Halu Oleo

    Gambar 3.6. Denah posisi unit armatur dan lampu pada Lab. Teknologi Pangan

    (unit kimia dan biokimia) Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo

    Gambar 3.7. Denah posisi unit armatur dan lampu pada Lab. Mikrobiologi (unit

    biologi) Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu

    Oleo

    Gambar 3.8. Denah posisi unit armatur dan lampu pada Lab. Komputasi (unit

    biologi) Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu

    Oleo

  • xviii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1. Tabel Warna Cahaya Lampu Tabung

    Tabel 2.2. Panjang Gelombang

    Tabel 2.3. Daftar Efikasi Lampu

    Tabel 2.4. Perhitungan Intensitas Penerangan

    Tabel 2.5. faktor refleksi beberapa permukaan untuk cahaya putih

    Tabel 4.1. Data pengukuran ruang baca perpustakaan Fakultas Teknik Universitas

    Halu Oleo

    Tabel 4.2. Data pengukuran Lab. Terpadu III (Biokim, PK, dan Farmako)

    Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo

    Tabel 4.3. Data pengukuran Lab. Gambar Arsitektur Fakultas Teknik Universitas

    Halu Oleo

    Tabel 4.4. Data pengukuran Lab. Mekanika Fluida Fakultas Teknik Universitas

    Halu Oleo

    Tabel 4.5. Data pengukuran ruang kelas Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo

    Tabel 4.6.Data pengukuran Lab. Teknologi Pangan (unit kimia dan biokimia)

    Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo

    Tabel 4.7. Data pengukuran Lab. Mikrobiologi (unit biologi) Fakultas Keguruan

    Dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo

    Tabel 4.8. Data pengukuran Lab. Komputasi (unit biologi) Fakultas Keguruan

    Dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo

    Tabel 4.9. Tingkat Pencahayaan Yang Direkomendasikan Dan Renderasi Warna

    Tabel 4.10. Efisiensi Armatur Penerangan Langsung

  • xix

    Tabel 4.11. Efisiensi Armatur Penerangan Sebagian Langsung

    Tabel 4.12. Efisiensi Armatur Langsung Tak Langsung

    Tabel 4.13. Efisiensi Armatur

    Tabel 4.14. Efisiensi Armatur Penerangan Tak Langsung

    Tabel 4.15. Perbandingan Pada Ruangan Baca Perpustakaan Fakultas Teknik

    Universitas Halu Oleo

    Tabel 4.16. Perbandingan pada Lab. Terpadu III (Biokim, PK, dan Farmako)

    Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo

    Tabel 4.17. Perbandingan Pada Lab. Gambar Arsitektur Fakultas Teknik

    Universitas Halu Oleo

    Tabel 4.18. Perbandingan Pada Lab. Mekanika Fluida Fakultas Teknik

    Universitas Halu Oleo

    Tabel 4.19. Perbandingan Pada Ruang Kelas Fakultas Teknik Universitas Halu

    Oleo

    Tabel 4.20. Perbandingan Pada Lab. Teknologi Pangan (Unit Kimia Dan

    Biokimia) Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo

    Tabel 4.21. Perbandingan Pada Lab. Mikrobiologi (Unit Biologi) Fakultas

    Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo

    Tabel 4.22. Perbandingan pada Lab. Komputasi (Unit Biologi) Fakultas Keguruan

    Dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Cahaya adalah rambat gelombang elektromagnetik yang menjalar kesegala

    arah yang dibedakan oleh panjang gelombang dan frekuensi dengan gelombang

    elektromagnetik lainnya. Kehidupan manusia sangat bergantung pada cahaya

    karena cahaya merupakan bagian mutlak dari kehidupan dan tanpa cahaya

    kehidupan di atas bumi tidak dapat berkembang. Pencahayaan didalam ruangan

    merupakan hal mutlak untuk menghadirkan rumah sehat dan setiap warna

    memiliki potensi untuk memberikan faktor refleksi yang berbeda-beda.

    Cahaya hanya merupakan satu bagian berbagai jenis gelombang

    elektromagnetis yang terbang ke angkasa. Gelombang tersebut memiliki panjang

    dan frekuensi tertentu, yang nilainya dapat dibedakan dari energi cahaya lainnya

    dalam spektrum elektromagnetisnya.

    Sejak dimulainya peradaban hingga sekarang, manusia meciptakan cahaya

    hanya dari api, walaupun lebih banyak sumber panas dari pada cahaya. Di abad

    ke-21 ini kita masih menggunakan prinsip yang sama dalam menghasilkan panas

    dan cahaya melalui lampu pijar. Hanya dalam beberapa dekade terakhir produk-

    produk penerangan menjadi lebih canggih dan beraneka ragam. Perkiraan

    menunjukan bahwa pemakaian energi oleh penerangan adalah 20 - 45% untuk

    pemakaian energi total oleh bangunan komersial dan sekitar 3 - 10% untuk

    pemakaian energi total oleh plant industry (Teknologi Instalasi Listrik). Hampir

    kebanyakan pengguna energi komersial dan industri peduli penghematan energi

  • 2

    dalam sistim penerangan. Prinsip umum pencahayaan adalah bahwa cahaya yang

    berlebihan tidak akan menjadi lebih baik. Penglihatan tidak menjadi lebih baik

    hanya dari jumlah atau kuantitas cahaya tetapi juga dari kualitasnya. Kuantitas

    dan kualitas pencahayaan yang baik ditentukan dari tingkat refleksi cahaya dan

    tingkat rasio pencahayaan pada ruangan. Dengan demikian sangat penting untuk

    untuk dilakukan analisis bagi tiap ruangan yang akan digunakan sesuai dengan

    fungsi dan kegunaan ruangan tersebut maka dari itu harus dilakukan penentuan

    jumlah unit lampu dan intensitas penerangan pada tiap unit lampu sebagai langkah

    penerapan efisiensi energi sesuai kebutuhan. Maka dalam penelitian ini dipilih

    judul EVALUASI JUMLAH UNIT LAMPU PADA BEBERAPA GEDUNG

    UNIVERSITAS HALU OLEO DENGAN MENGGUNAKAN METODE

    LUMEN .

    Adapun salah satu alasan pentingnya penentuan jumlah unit lampu dan

    intensitas cahaya (lumen) pada suatu ruang sebegai bentuk memaksimalkan

    penggunaan suatu ruangan dan pemanfaatan energi secara lebih efisien.

    1.2. Rumusan Masalah

    Rumusan permasalahan dari penelitian tugas akhir ini adalah:

    1. Bagaimana cara menetukan jumlah unit lampu atau armatur yang digunakan

    pada beberapa gedung di Universitas Halu Oleo sesuai dengan tingkat

    pencahayaan yang di rekomendasikan pada tabel SNI pencahayaan buatan

    tahun 2000 ?

    2. Bagaimana menentukan posisi lampu sehingga memperoleh pencahayaan

    yang merata ?

  • 3

    1.3. Tujuan Penelitian

    Tujuan yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

    1. Mengetahui cara menentukan jumlah unit lampu atau armatur yang

    digunakan pada beberapa gedung di Universitas Halu Oleo sesuai dengan

    tingkat pencahayaan yang di rekomendasikan pada tabel SNI pencahayaan

    buatan tahun 2000 .

    2. Dapat menentukan posisi lampu sehingga memperoleh pencahayaan yang

    merata.

    1.4. Batasan Masalah

    Dalam penelitian ini penulis merasa perlu memberi batasan masalah hanya

    mengenai penentuan jumlah unit lampu dan posisi lampu sesuai dengan

    kebutuhan pencahayaan pada beberapa gedung di Universitas Halu Oleo

    bedasarkan luas ( ) ruangan , tinggi ruangan, warna dinding ruangan dan

    Tingkat Pencahayaan yang direkomendasikan SNI pencahayaan buatan tahun

    2000.

    1.5. Manfaat Penelitian

    Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini ialah dapat

    menjadi suatu masukan dan sumber referensi bagi pelajar/mahasiswa dan

    pembaca yang akan melakukan perencanaan penentuan jumlah unit lampu, dan

    posisi unit lampu sehingga memperoleh pencahayaan yang merata sesuai dengan

    Tingkat Pencahayaan yang direkomendasikan SNI pencahayaan buatan tahun

    2000.

  • 4

    1.6. Metode penelitian

    Penyusunan laporan penelitan Skripsi ini melalui beberapa tahap agar dapat

    menghasilkan penulisan Skripsi yang lengkap diantaranya melalui:

    1. Metode Studi Pustaka

    Yaitu dengan cara mengumpulkan sumber sumber berupa literature

    yang terdapat pada buku buku maupun sumber media lainnya yang

    menunjang isi laporan.

    2. Metode penentuan rumus

    Yaitu dengan cara menganalisa semua rumus yang telah didapatkan dari

    sumber literature.

    3. Metode diskusi

    Yaitu dengan melakukan diskusi dengan berbagai pihak yang mengetahui

    dan memhami tentang judul yang kami susun.

    4. Metode Konsultasi

    Yaitu mengadakan konsultasi dengan Pembimbing I dan Pembimbing II.

    1.7. Sistematika Penulisan

    Sistematika penulisan tugas akhir ini terbagi dalam lima bab dengan

    harapan maksud dan tujuan dari penulisan ini dapat terangkum seluruhnya.

    Pembagian bab tersebut adalah sebagai berikut.

    BAB I PENDAHULUAN

    Merupakan bab yang terdiri atas latar belakang masalah, rumusan

    masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, metode penelitian, dan

    sistematika penulisan.

  • 5

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    Merupakan bab yang berisi teori dasar tentang pencahayaan.

    BAB III METODE PENELITIAN

    Merupakan bab yang menjelaskan tentang tempat dan waktu

    penelitian, alat dan bahan, jenis dan sumber data, metode analisis

    data,dan prosedur penelitian.

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

    Merupakan bab yang membahas serta menganalisa data yang ada

    untuk memperoleh hasil yang dibutuhkan.

    BAB V PENUTUP

    Merupakan bab yang berisi kesimpulan dan saran dari seluruh

    rangkaian penulisan ini.

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • 6

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Sejarah Perkembangan Sumber Cahaya

    Cahaya adalah rambat gelombang elektromagnetik yang menjalar kesegala

    arah yang dibedakan oleh panjang gelombang dan frekuensi dengan gelombang

    elektromagnetik lainnya. Kehidupan manusia sangat bergantung pada cahaya

    karena cahaya merupakan bagian mutlak dari kehidupan dan tanpa cahaya

    kehidupan di atas bumi tidak dapat berkembang. Pencahayaan didalam ruangan

    merupakan hal mutlak untuk menghadirkan rumah sehat dan setiap warna

    memiliki potensi untuk memberikan faktor refleksi yang berbeda-beda.

    Di alam semesta ini ada dua macam sumber cahaya, yaitu sumber cahaya

    alami dan sumber cahaya buatan. Sumber cahaya alami yang tidak pernah padam

    adalah matahari. Sedangkan sumber cahaya buatan pada awalnya ditemukan

    nenek moyang kita dulu secara tidak sengaja. Ketika melihat kilat menyambar

    sebatang pohon kemudian terbakar dan muncullah api. Atau semak-semak yang

    tiba-tiba hangus terbakar karena panas dan menimbulkan api. Sejak itulah

    manusia mengenal api dan memanfaatkannya sebagai penghangat tubuh, untuk

    memasak dan sekaligus memberikan penerangan dimalam hari. Pembakaran kayu

    dapat menimbulkan cahaya namun sebagai bentuk penerangan sangat terbatas dan

    berbahaya karena sulit diatur. Munurut catatan sejarah dari hasil penggalian situs

    kuno di Peking, China, sejak 400.000 tahun yang lalu api telah dinyalakan

    manusia di gua-gua huniannya.

  • 7

    Gambar 2.1. Penerangan Dengan Api Dan Membuat Api Dari Gosokan Batu

    (Prih Sumardjati, 2008)

    Ditemukan juga pelita-pelita primitif di gua-gua di Lascaux, Perancis, yang

    menurut para ahli ahli berumur 15.000 tahun. Pelita itu terbuat dari batu yang

    dilubangi dan ada juga yang terbuat dari kerang atau tanduk binatang yang diberi

    sumbu dari serabut- serabut tumbuhan dan diisi dengan lemak binatang. Lampu

    buatan tangan manusia dengan bahan bakar minyak nabati antara lain minyak

    zaitun dan lemak binatang muncul di Palestina 2.000 tahun SM. Kemudian diabad

    7 SM di Yunani mulai digunakan lampu gerabah yang mudah pembuatannya

    sehingga lebih murah dan penggunaannya pun semakin luas. Dengan merekayasa

    tempat minyak lampu yang tadinya terbuka menjadi tertutup, membuat

    pemakainya praktis / mudah dibawa dan dipindah-pindahkan. Pada abad 4 M

    ditemukan lilin yang digunakan sebagai pencahayaan. Lilin pada awalnya terbuat

    dari bahan yang dihasilkan oleh lebah madu atau dari sejenis minyak kental.

  • 8

    Gambar 2.2. Api Lilin

    (Prih Sumardjati, 2008)

    Pada tahun 1860 hingga kini kekuatan sinar lilin dijadikan patokan dasar

    standar internasional pengukuran kekuatan cahaya (satuannya disebut candela)

    dari suatu lampu.

    Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan yang lebih baik mengenai proses

    pembaharuan dan ditemukannya bahan bakar minyak dari perut bumi, sejak mulai

    abad ke-18 penggunaan lampu minyak mulai berkembang pesat. Lampu minyak

    dengan bahan bakar minyak korosin dapat digunakan sebagai sumber cahaya

    secara aman (tidak mudah meledak) dan murah, sehingga lampu-lampu lilin tidak

    terpakai lagi, kecuali untuk dekorasi atau kepentingan khusus.

    Dengan penemuan gas bumi di Amerika Serikat dan Kanada menyebabkan

    turunnya harga gas, sehingga pemakaian pencahayaan dengan gas menjadi

    semakin luas. Seorang ilmuwan dari Inggris bernama William Murdock pada

    tahun 1820 berhasil membuat sumber cahaya dari gas.

  • 9

    Gambar 2.3. Lampu Minyak

    (Prih Sumardjati, 2008)

    Menjelang akhir abad ke-19, George Claude, seorang ilmuwan Perancis

    malakukan percobaan-percobaan dengan membuat busur antara dua elektroda

    dalam sebuah pembuluh pipa vakum dengan diisi gas neon.

    Gambar 2.4. Lampu Tabung

    ( www. margionoabdil.com/10/2014)

    Bila pada kedua elektroda dipasang tegangan yang tinggi, maka terjadi suatu

    cahaya merah yang dalam. Oleh karena didalam tabung diisi dengan gas neon,

    lampu tabung ini sering disebut juga lampu neon. Pengisian pada tabung dengan

  • 10

    jenis gas-gas yang lain dapat menghasilkan beraneka warna-warni cahaya,

    sehingga lampu ini banyak digunakan untuk keperluan hiasan dan iklan.

    Perkembangan jenis lampu tabung ini terjadi sekitar tahun 1950-an, yaitu

    dibuatnya lampu-lampu pelepas gas merkuri dan sodium. Berbeda dengan jenis

    lampu pijar, lampu tabung tidak menghasilkan cahaya dari filamen pijar, tetapi

    melalui proses eksilasi gas atau uap logam yang terkandung di dalam tabung

    gelas. Warna dari cahaya yang dipancarkan bergantung pada jenis gas atau uap

    logam yang terkandung di dalam tabung. Beberapa contohnya adalah sebagai

    berikut :

    Tabel 2.1. Tabel Warna Cahaya Lampu Tabung

    ( www. Alibaba.com/10/2014)

    2.2. Sifat Gelombang Cahaya

    Cahaya merupakan suatu bentuk energi yang diradiasikan atau dipancarkan

    dari sebuah sumber dalam bentuk gelombang dan merupakan bagian dari

    keseluruhan kelompok gelombang-gelombang elektromagnet. ( gambar 2.4 )

    Panjang gelombang adalah jarak antara puncak gelombang energi. Kita dapat

  • 11

    memahami panjang gelombang (bukan gelombangnya) dalam suatu cara yang

    sama dengan suatu jarak antara gelombang-gelombang berurutan diatas laut.

    Gambar 2.5. Kelompok Gelombang Elektromagnetik

    (www.tarn2007.com /10/2014)

    Cahaya alam dari matahari atau lampu wolfram sering disebut cahaya putih

    dan terdiri dari campuran spektrum dari semua cahaya pelangi ( gambar 2.5 )

    menunjukkan sumber cahaya alam dari matahari yang terdiri dari cahaya tidak

    tampak dan cahaya tampak.

    Dari hasil percobaan Isaac Newton, cahaya putih dari matahari dapat

    diuraikan dengan prisma kaca dan terdiri dari campuran spektrum dari semua

    cahaya pelangi.

    Gambar 2.6. warna-warna spectrum

    (Prih Sumardjati, 2008)

  • 12

    Pada gambar ( gambar 2.5 ) dapat dilihat bahwa sinar-sinar cahaya yang

    meninggalkan prisma dibelokkan dari warna merah hingga ungu. Warna cahaya

    ditentukan oleh panjang gelombangnya.

    Kecepatan rambat V gelombang elektromagnetik di ruang bebas = 3.105

    km/det. Jika frekuensi energinya = f dan panjang gelombangnya (lambda).

    Maka berlaku :

    =

    ...................................................................... ( 2.1 )

    Panjang gelombang tampak berukuran antara 380m sampai dengan 780m

    seperti pada tabel berikut ini.

    Tabel 2.2. Panjang Gelombang

    (Prih Sumardjati, 2008)

    Selain memiliki warna tertentu, setiap panjang gelombang yang memberi

    kesamaan intensitas tertentu, mata manusia paling peka terhadap cahaya dengan

    = 555m yang berwarna kuning hijau.

  • 13

    2.3. Pandangan Silau

    Gambar 2.7. Pandangan Silau

    (Prih Sumardjati, 2008)

    Kalau posisi mata kita seperti gambar diatas, dapat kita rasakan bahwa kita

    merasakan pandangan yang menyilaukan karena mata kita mendapatkan :

    cahaya langsung dari lampu listrik, dan

    cahaya tidak langsung / pantulan

    cahaya dari gambar yang kita lihat. Dengan kondisi ini kita tidak dapat melihat

    sasaran objek gambar dengan nyaman. Pandangan silau dapat didefinisikan

    sebagai terang yang berlebihan pada mata kita karena cahaya langsung atau

    cahaya pantulan maupun keduanya. Supaya mata kita bisa melihat sasaran objek

    dengan nyaman / jelas, maka diatur sedemikian rupa agar cahaya jatuh pada

    sasaran objek dan bukan pada mata kita. Untuk memahami pandangan silau

    mempunyai gerakan penglihatan, kita perlu mempelajari sedikit tentang

    bekerjanya mata manusia (gambar dibawah).

  • 14

    Gambar 2.8. Mata Manusia

    (Prih Sumardjati, 2008)

    Selaput pelangi bekerja sebagai tirai / penutup untuk mengendalikan

    banyaknya cahaya yang masuk ke mata. Seperti kita lihat, bahwa cahaya adalah

    suatu bentuk energi radiasi yang lewat melalui lensa menuju lapisan saraf peka

    yang disebut retina di bagian belakang mata. Kemudian disampaikan oleh saraf

    optik ke otak yang menyebabkan perasaan cahaya. Melihat secara langsung pada

    sebuah sumber cahaya, menghasilkan suatu kesan yang kuat pada retina. Untuk

    mencegah kerusakan pada bagian mata yang sensitif ini, secara otomatis pelangi

    berkontraksi. Kondisi ini mengurangi intensitas bayangan yang diterima. Dengan

    menutupnya selaput pelangi ini akan menurunkan banyaknya cahaya yang

    diterima. Jadi adanya cahaya terang yang kuat pada posisi yang salah, benar-benar

    akan membuat penglihatan tidak nyaman, dan juga akan menimbulkan efek

    kelelahan pada mata. Untuk mencegah terjadinya pandangan silau diperlukan

    teknik pemasangan sumber cahaya maupun armaturnya dengan tepat.

  • 15

    2.4. Satuan-Satuan Teknik Pencahayaan

    Satuan-satuan penting yang digunakan dalam teknik penerangan ialah :

    Satuan untuk intensitas cahaya : kandela ( cd )

    Satuan untuk flux cahaya : lumen ( lm )

    Satuan untuk intensitas penerangan atau ilumunasi : flux ( lx )

    Satuan untuk sudut ruang ialah staradiani ( sr ).

    2.4.1. Steradian

    Misalkan panjang busur suatu lingkaran sama dengan jari-jarinya. Kalau

    kedua bujur busur itu dihubungkan dengan titik tengah lingkaran, maka sudut

    antara dua jari-jari ini disebut satu radian, disingkat rad.

    Gambar 2.9. Radian

    (Prih Sumardjati, 2008)

    Radian adalah sudut pada titik tengah lingkaran antara dua jari-jari dimana

    kedua ujung busurnya jaraknya sama dengan jari-jari tersebut (misal R = 1m).

    oleh karena keliling lingkaran = 2R, maka :

    1 radian =

    = .................................................. ( 2.2 )

  • 16

    Misalkan dari permukaan sebuah bola dengan jari-jari r ditentukan suatu

    bidang dengan luas . Kalau ujung suatu jari-jari kemudian menjalani tepi

    bidang itu, maka sudut ruang yang dipotong dari bola oleh jari-jari ini, disebut

    satu steradian.

    Gambar 2.10. Steradian

    (Prih Sumardjati, 2008)

    Karena luas permukaan bola = 4R2, maka di sekitar titik tengah bola

    terdapat 4 sudut ruang yang masing-masing = 1 steradian. Jumlah steradian suatu

    sudut ruang dinyatakan dengan lambang (omega).

    2.4.2. Hubungan Antara Satuan-Satuan Teknik Penerangan

    Misalkan suatu sumber cahaya berbentuk titik memencarkan cahaya dengan

    intensitas satu kandela ke setiap jurusan. Kalau sumber cahaya ini diletakkan

    dititik tengah sebuah bola dengan jari-jari satu meter, maka flux cahaya dalam

    satu steradian akan sama dengan satu lumen. Intensitas penerangan dipermukaan

    bola yang dibatasi oleh sudut ruang satu steredian itu akan sama dengan satu lux.

  • 17

    Gambar 2.11. Hubungan Antara Satuan-Satuan Utama Dari Teknik

    Penerangan Jari-Jari R = 1 M

    (P. Van Herten, Tahun 1986)

    2.4.3. Intensitas Cahaya ( Luminous Intensity )

    Menurut sejarah, sumber cahaya buatan adalah lilin (candela). Candela

    dengan singkatan Cd ini merupakan satuan Intensitas Cahaya (I) dari sebuah

    sumber yang memancarkan energy cahaya ke segala arah.

    I =

    ( Cd ) ................................................................ ( 2.3 )

    Keterangan :

    I = Intensitas cahya (cd)

    F = ( phi ) = Flux Cahaya (lumen)

    = Sudut Ruang (steredian)

    ( phi ), adalah lambang untuk flux cahaya.

    Jadi jumlah candela sama dengan jumlah lumen per steradian. Flux cahaya

    yang dipancarkan oleh suatu sumber cahaya ialah seluruh jumlah cahaya yang

    dipancarkan dalam satu detik. Kalau sumber cahayanya, misalnya lampu pijar,

    ditempatkan dalam reflektor, maka cahayanya akan diarahkan, tetapi jumlah atau

  • 18

    flux cahayanya tetap. Seperti sudah diketahui, satu-satuan flux cahaya adalah

    lumen.

    2.4.4. Fluks cahaya ( Luminous Flux )

    Adalah jumlah cahaya yang dipancarkan oleh sumber cahaya. Lambang

    fluks cahaya adalah F atau dan satuannya dalam lumen (lm). Satu lumen adalah

    fluks cahaya yang dipancarkan dalam 1 steradian dari sebuah sumber cahaya 1 cd

    pada pemukaan bola dengan jari-jari R = 1m.

    Gambar 2.12. Fluks Cahaya

    (Prih Sumardjati, 2008)

    Jika fluks cahaya dikaitkan dengan daya listrik maka:

    Satu watt cahaya dengan panjang gelombang 555m sama nilainya dengan

    680 lumen.

    Jadi dengan = 555m, maka 1 watt cahaya = 680 lumen.

  • 19

    2.4.5. Luminasi ( luminance )

    Luminasi ( luminance ) Adalah suatu ukuran terangnya suatu benda baik

    pada sumber cahaya maupun pada suatu permukaan. Luminasi yang terlalu besar

    akan menyilaukan mata (contoh lampu pijar tanpa amatur). Luminasi suatu

    sumber cahaya dan suatu permukaan yang memantulkan cahayanya adalah

    intensitasnya dibagi dengan luas semua permukaan.

    Sedangkan luas semua permukaan adalah luas proyeksi sumber cahaya pada

    suatu bidang rata yang tegak luru pada arah pandang, jadi bukan permukaan

    seluruhnya.

    L =

    ( Cd/ ) ........................................................... ( 2.4 )

    Keterangan :

    L = Luminasi ( cd/ )

    I = Intensitas ( cd )

    As = Luas semua permukaan ( )

    2.4.6. Iluminasi (Iluminance)

    Iluminasi sering di sebut juga intensitas penerangan atau kekuatan

    penerangan atau dalam BSN di sebut Tingkat Pencahayaan pada suatu bidang

    adalah fluks cahaya yang menyinari permukaan suatu bidang. Lambang iluminasi

    adalah E dengan satuan lux (lx).

    E =

    ( lux ) ............................................................... ( 2.4 )

  • 20

    Keterangan :

    E = Iluminasi / Intensitas penerangan / kekuatan penerangan / tingkat

    pencahayaan (lux).

    F = fluks cahaya (lumen).

    A = luas permukaan bidang ( ).

    Gambar 2.13. Iluminasai

    (Prih Sumardjati, 2008)

    2.4.7. Efikasi

    Efkasi Adalah rentang angka perbandingan antara fluks cahaya (lumen)

    dengan daya listrik suatu sumber cahaya (watt), dalam satuan lumen/watt. Efikasi

    juga disebut fluks cahaya spesifik. Tabel berikut ini menunjukkan efikasi dari

    macam -macam lampu. Efikasi ini biasanya didapat pada data katalog dari suatu

    produk lampu.

    Tabel 2.3. Daftar Efikasi Lampu

    (Prih Sumardjati, 2008)

  • 21

    2.5. Hukum Penerangan

    Satuan-satuan penting yang digunakan dalam teknik penerangan antara lain :

    Sudut ruang W Steradian (Sr)

    Intensitas cahaya I Candela (cd)

    Fluks cahaya F() lumen (Lm)

    Luminasi L (cd/m2)

    Iluminasi E Lux (lx)

    2.5.1. Hukum Kwadrat Terbalik

    Pada umumnya bidang yang diterangi bukan permukaan bola, tetapi bidang

    datar.

    Gambar 2.14. Hukum kebalikan kuadrat iluminasi

    (Prih Sumardjati, 2008)

    Tabel 2.4. Perhitungan Intensitas Penerangan

    (Prih Sumardjati, 2008)

  • 22

    Cahaya dari sumber 1 cd yang menyinari bidang x (seluas 1 m2) yang

    berjarak 1 m akan mengiluminasi 1 lux. Jika kemudian jarak tersebut dikalikan

    dua (ke bidang Z), maka iluminasi 1 lux tadi akan menyinari bidang seluas 4 m2.

    Jadi iluminasi dari suatu permukaan akan mengikuti hukum kebalikan kwadrat

    yaitu :

    E =

    ...................................................................... ( 2.5 )

    Keterangan :

    E = Iluminasi (lux)

    I = Intensitas penerangan (cd)

    r = jarak dari sumber cahaya ke bidang (m)

    2.5.2. Hukum Cosinus

    Gambar 2.15. Kurva Cosinus

    (Prih Sumardjati, 2008)

    Sesuai dengan hukum kebalikan kwadrat iluminasi, maka :

    pada titik A :

    =

    ................................................................... ( 2.6 )

  • 23

    pada titik B :

    =

    ................................................................... ( 2.7 )

    Jadi Iluminasi pada titik B :

    = . COS ........................................................ ( 2.8 )

    =

    . COS ........................................................ ( 2.9 )

    Jika letak titik sumber cahaya diatas bidang = h, maka

    r =

    ................................................................... ( 2.10 )

    Sehingga,

    =

    . ..................................................... ( 2.11 )

    dan secara umum dapat di tulis :

    =

    . ....................................................... ( 2.12 )

    hukum snellius juga disebut hukum pembiasan atau hukum sinus

    dikemukakan oleh Willebrord Snellius pada tahun 1621 sebagai rasio yang terjadi

    akibat prinsip fermat. cahaya dikatakan mempunyai kecepatan yang tinggi ada

    medium yang lebih padat karena cahaya adalah gelombang yang timbul akibat

    terusiknya plenum, subtansi kontinu yang membentuk alam semesta.

    2.6. Penyebaran Cahaya

    Penyebaran Cahaya dari suatu cahaya bergantung pada konstruksi sumber

    cahaya itu sendiri dan armature yang digunakan. Sebagian besar cahaya yang

    direspon mata tidak langsung di sumber cahaya, tetapi setelah dipantulkan atau

    melalui benda yang tembus cahaya.

  • 24

    2.6.1. Refleksi

    Jika sinar sinar cahaya sejajar yang mengenai suatu permukaan,

    dipantulkan tetap sejajar, maka terjadi refleksi cermin atau refleksi teratur.

    Refleksi demikian terjadi pada cermin dan permukaan logam yang dipoles.

    Jika sinar sinarnya dipantulkan tersebar ke semua jurusan, maka terjadi

    refleksi baur atau refleksi difus, seperti yang terjadi pada suatu permukaan kasar,

    misalnya pada langit langit yang dikapur.

    Antara dua bentuk masih dijumpai beberapa bentuk refleksi lain, misalnya

    refleksi campuran, yang dapat dikenali dari permukaan yang berkilat, misalnya

    jalan yang basah, linoleum yang baru digosok dan sebagainya.

    Kalau bentuk berkas cahaya yang dipantulkan agak lebih teratur, dikatakan

    bahwa terjadi refleksi terpencar. Jumlah cahaya ditidak ditentukan oleh

    mengkilatnya suatu permuakaan, tetapi oleh sifat sifat permukaan cahayanya.

    Permukaan difus kadang kadang dapat memantulkan lebih banyak cahaya dari

    pada suatu permukaan mengkilat.

    Bagian fluks cahaya yang dipantulkan ditentukan oleh factor refleksi r suatu

    permukaan :

    r =

    ............................ ( 2.13 )

    factor refleksi 0,6 atau 60% berarti, bahwa 60% dari fluks cahaya yang

    mengenai permukaan, dipantulkan.

  • 25

    2.6.2. Transmisi

    Bahan bahan tembus cahaya, seperti berbagai jenis kaca, seluloida dan

    sebagainya, akan memantulkan atau menyerap hanya sebagian saja dari cahaya

    yang mengenainya. Sebagian besar dari cahaya itu dapat menembus bahan

    bahan tersebut.

    Transmisi difus sempurna. Sinar sinar yang masuk sejajar, keluar tersebar,

    misalnya pada kaca opal. Karena itu kaca ini banyak digunakan untuk penerangan,

    antara lain untuk lampu argenta.

    Transmisi campuran, seperti yang terjadi pada kaca buram dan pada lampu

    lampu pijar yang kacanya diburamkan. Bagian fluks cahaya yang dapat

    menembus ditentukan oleh faktor transmisi t suatu bahan :

    t =

    ................................ ( 2.14 )

    untuk suatu permukaan berlaku :

    a + r + t = 1. ................................................................ ( 2.15 )

    2.6.3. Refleksi Netral Dan Selektif

    Kalau cahaya yang mengenai mengenai permukaan dipantulkan tanpa

    perubahan warna, maka terjadi refleksi netral.

    Kalau disinari dengan cahaya merah, permukaan itu akan memantulkan

    cahaya merah juga. Kalau disinari dengan cahaya putih, akan dipantulkan cahaya

    putih. Jadi warna suatu permukaan akan ikut ditentukan oleh warna cahaya yang

    menyinarinya.

  • 26

    hitam merahputih putih kelabu putih merah

    r > 75% r = 5-75% r < 5%permukaan

    putih

    Warna suatu permukaan juga ditentukan oleh intensitas cahaya yang

    menyinarinya.

    Permukaan hitam yang diberi penerangan kuat akan tampak kelabu. Sebagai

    contoh misalkan papan tulis hitam dalam ruangan yang gorden-gordennya ditutup.

    Melalui celah gorden, seberkas cahaya metahari jatuh diatas papan tulis itu. Kalau

    berkasa cahayanya cukup terang, ada kemungkinan bagian papan tulis yang

    diterangi itu akan tampak lebih muda warnanya dari pada warna suatu garis yang

    dibuat dengan kapur tulis putih diatas papan tersebut.

    Kesan cahaya putih hanya relatif. Cahaya putih bias juga memberi kesan

    kelabu, bahkan hitam. Hal ini tergantung pada faktor refleksi r permukaan yang

    disinari, jika faktor refleksinya melebihi 75%, permukaannya dikatan putih. Jika r

    di antara 5% dan 75%, permukaanya dikatakan berwarna kelabu. Jika r kurang

    dari 5%, permukaannya dikatakan hitam ( gambar 2.16).

    Gambar 2.16. Refleksi Netral

    (P. Van Herten, Tahun 1986)

    Jika permukaan berwarna disinari dengan cahaya putih, maka cahaya yang

    cahaya yasng dipantulkan akan juga berwarna. Dikatakan bahwa terjadi refleksi

    selektif . permukaan merah akan memantulkan terutama cahaya merah, warna-

    warna lainnya akan diserap lebih banya dari warna yang lain.

  • 27

    putih merah

    Permukaan merah

    merah merah

    Gambar 2.17. Refleksi Selektif

    (P. Van Herten, Tahun 1986)

    Jadi factor refleksi suatu permukaan tidak hanya ditentukan oleh bahannya,

    tetapi juga oleh warna cahaya yang menyinarinya. Jika permukaan merah disinari

    cahaya merah, maka hamper tidak terjadi absorpsi. Jadi dalam hal ini factor

    refleksinya akan sangat besar jika dibandingkan dengan faktor refleksi permukaan

    itu untuk cahaya putih.

  • 28

    Tabel 2.5. faktor refleksi beberapa permukaan

    untuk cahaya putih

    faktor refleksi beberapa permukaan untuk cahaya putih

    plesteran putih ( baru, kering) 0,70-0,80

    plesteran putih ( lama ) 0,30-0,60

    cat air putih 0,65-0,75

    cat minyak putih 0,75-0,85

    cat aluminium 0,60-0,75

    beton ( baru ) 0,49-0,50

    beton ( lama ) 0,05-0,15

    batu bata ( baru ) 0,10-0,30

    batu bata ( lama ) 0,05-0,15

    papan serat kayu ( kuning gading, baru ) 0,50-0,60

    papan serat kayu ( kuning gading, lama ) 0,30-0,40

    kayu berk dan esdoorn, warna muda 0,55-0,65

    kayu eik, diberi lak warna muda 0,40-0,50

    kayu eik, diberi lak warna gelap 0,15-0,40

    kayu mahoni 0,15-0,40

    gorden kuning 0,30-0,45

    gorden merah 0,10-0,20

    gorden biru 0,10-0,20

    gorden perak kelabu 0,15-0,25

    gorden coklat tua 0,10-0,20

    beledru hitam 0,005-0,01

    reflectal 0,95-0,98

    perak ( dipoles ) 0,88-0,93

    email ( putih ) 0,65-0,75

    nikel ( dipoles ) 0,53-0,63

    nikel ( buram ) 0,48-0,52

    aluminium ( dipoles ) 0,65-0,75

    aluminium ( buram ) 0,55-0,60

    aluminium ( "alzac" ) 0,80-0,85

    tembaga 0,48-0,50

    krom ( dipoles ) 0,60-0,70

    krom ( buram ) 0,52-0,55

    kaleng 0,68-0,70 (P. Van Herten, Tahun 1986)

  • 29

    Warna suatu permukaan juga tergantung pada warna cahaya yang

    meneranginya. Jika warna suatu permukaan dalam cahaya buatan berbeda dengan

    warnanya pada siang hari, dikatakan bahwa cahaya itu palsu. Perubahan warna ini

    dapat dilihat dengan jelas di jalan-jalan dengan penerangan lampu natrium. Dalam

    cahaya kuning lamu natrium ini. Suatu benda putih akan tampak kuning ; yang

    dipantulkan hanya cahaya kuning saja. Benda ungu akan tampak hamper hitam,

    sebab cahaya kuning dari lampu akan diserap benda itu dan tidak ada refleksi.

    kalau dua benda, yang satu berwarna gelap dan yang lain berwarna muda,

    diletakkan dibawah sinar matahari selama jangka waktu yang sama, maka benda

    yang berwarna gelap akan menjadi lebih panas, karena lebih banyak menyerap

    sinar matahari. Karena itu didaerah-daerah tropis banyak banyak dikenakan

    pakaian berwarna muda atau putih. Karena warna-warna ini tidak banyak

    menyerap cahaya matahari.

    2.6.4. Transmisi Netral Dan Selektif

    Transmisi netral dapat disamakan dengan refleksi netral. Kalau suatu bahan

    dapat ditembus cahaya, dan warna cahayanya tidak atau hampir tidak berubah,

    maka dapat dikatakan bahwa terjadi transmisi netral. Cahaya merah juga keluar

    sebagai cahaya merah. Cahaya putih dapat memberi kesan putih, kelabu atau

    hampir hitam. Tergantung dari faktor transmisinya.

  • 30

    putih

    putih

    putih

    Kelabu

    putih

    Hitam

    merah

    merah

    R > 75% T = 5 75% R > 5%Kaca jendela

    putih

    Biru tua

    merah

    Filter biru tua

    putih

    Filter merahmerah

    merah

    merah

    Gambar 2.18. Transmisi Netral

    (P. Van Herten, Tahun 1986)

    Seperti juga pada refleksi, dikatakan terajdi transmisi selektif kalau semua

    warna diserap kecuali satu warna tertentu. Kaca merah misalnya akan menyerap

    hampir semua warna kecuali warna merah. Kalau cahaya putih mengenai kaca

    merah, maka pada satu sisi hanya dipantulkan cahaya merah, jadi sisi kaca itu

    akan tampak merah. Sisi lainnya hanya dapat ditembus oleh cahaya merah, jadi

    juga sisi ini akan tampak merah.

    Gambar 2.19. Transmisi Selektif

    (P. Van Herten, Tahun 1986)

  • 31

    Merah mengenai filter biru tua, maka cahaya merah itu akan diserap ,

    sehingga tidak dapat menembus filter tersebut. Karena juga tidak ada cahaya yang

    dipantulkan. Maka kedua sisi filter itu akan tampak hitam.

    2.6.5. Armatur

    a. Pengaturan

    Armartur armartur lampu dapat dibagi menurut beberapa cara, yaitu :

    1. Bedasarkan sifat penerangannya, atas armartur untuk penerangan

    langsung, sebagian besar langung, difus, sebagian besar langsung dan tak

    langsung;

    2. Bedasarkan kontruksinya, atas armartur biasa, kedap tetesan air, kedap air,

    kedap letupan debu dan kedap letupan gas;

    3. Bedasarkan penggunaannya, atas armatur untuk penerangan dalam,

    penerangan luar, penerangan industri, penerangan dekorasi, dan armartur

    yang ditanam didinding atau dilangit-langit dan yang tidak ditanam.

    4. Bedasarkan bentuknya, atas armartur balon, pinggan, rok, gelang,

    armartur pancaran lebar dan pencaran terbatas;

    Kemudian armatur kandil, palung dan armatur-armatur jenis lain untuk

    lampu-lampu bentuk tabung;

    5. Bedasarkan cara pemasangannya, atas armatur langit-langit, dinding,

    gantung, berdiri, armartur gantung memakai pipa dan armartur gantung

    memeakai kabel.

    Bentuk sumber cahaya dan armartur harus demikian rupa sehingga tidak

    menyilaukan mata. Bayang-bayang harus ada, sebab baying-bayang ini diperlukan

  • 32

    untuk dapat melihat benda-benda sewajarnya. Akan tetapi baying-bayang itu tidak

    boleh terlalu tajam.

    Selain itu kontruksi armartur harus sedemikian rupa sehingga ada cukup

    sirkulaasi udara untuk menyingkirkan panas yang ditimbulkan oleh sumber

    cahaya. Oleh karna itu harus ada cukup banyak lubang dibagian bawah dan bagian

    atas armatur. Suhu armatur sekali-kali tidak boleh menjadi sedemikain tinggi

    hingga dapat menimbulkan kebakaran atau rusak isolasi.

    b. Penerangan langsung

    efisiensi penerangan lampu sangat baik. Cahaya yang dipancarkan sumber

    cahaya seluruhnya diarahkan kebidang yang harus diberi penerangan; langit-langit

    hampir tidak ikut berperan. Akan tetapi system penerangan ini akan menimbulkan

    baying-bayang yang tajam. Keberatan ini bias dikurangi dengan mengguanakan

    sumber-sumber cahaya bentuk tabung ( lampu TL ).

    Kalau digunakan penerangan langsung, harus diusahakan kalau cahyanya

    tidak mengenai mata. Penerangan langsung terutama digunakan di ruangan-

    ruangan yang tinggi, misalnya dibengkel dan pabrik, dan untuk penerangan luar.

    armartur pemancar lebar digunakan untuk penerangan umum dalam bengkel-

    bengkel; untuk penerangan setempat, misalnya diatas mesing-mesin perkakas,

    digunakan armatur pemancar terbatas.

    c. Terutama penerangan langsung

    Efisiensi penerangan yang sebagian besar langsung ini juga cukup baik.

    Dibansingkan dengan penerangan langsung, pembentukan bayang-bayang dan

  • 33

    kilaunya agak kurang. Sejumlah kecil cahaya dipancarkan keatas, karena itu kesan

    mengenai ruangannya menjadi lebih baik. Seolah-olah langitnya lebih tinggi.

    System penerangan ini digunakan digedung-gedung ibadat, untuk tangga didalam

    rumah gang dan sebagainya.

    d. Penerangan difus

    Efisiensi penerangan difus lebih rendah dari pada efisiensi kedua system

    penerangan langsung dan penerangan terutama langsung. Sebagian dari cahaya

    sumber-sumber cahaya sekarang diarahkan kedinding dan langit-langit.

    Pembentukan bayang-bayang dan kilaunya banyak berkurang.

    Penerangan difus digunakan diruangan-ruangan sekolah, diruangan-ruangan

    kantor dan ditempat-tempat kerja. Armatur untuk penerangan difus ialah armatur-

    armatur balon, misalnya armatur gantung memakai pipa. Armatur ini memiliki

    balon dari kaca opal tripleks. Kaca ini tidak banyak menyerap cahaya, jadi

    efisiensinya tinggi. Kaca opal tripleks terdiri dari dua lapis kaca bening dengan

    satu lapis tipis kaca opal diantaranya.

    e. Terutama penerangan tak langsung

    bayang-bayang dan kilau yang timbul pada system penereangan ini hanya

    sedikit. Sebagian besar dari sumber-sumber cahaya sekarang diarahkan keatas.

    Karena itu langit-langit dan dinding-dinding ruangan harus diberi warna terang.

    Penerangan sebagian besar tak langsung ini dugunakan dirumah-rumah sakit,

    ruang baca, took-toko dan dikamar tidur.

  • 34

    f. penerangan tak langsung

    pada system penerangan tak langsung cahayanya dipantulkan oleh langit-

    langit dan dinding-dinding. warna langit-langit dan dinding dinding ini harus

    terang, bayang-bayang hampir tidak ada lagi. penerangan tak langsing antara lain

    digunakan diruangan-ruangan untuk membaca, menulis dan untuk melakukan

    pekerjaan-pekerjaan halus lainnya.

  • 35

    (Prih Sumardjati, 2008)

    (a) jenis pemantulam (b) berbagai bentuk armatur

    Gambar 2.20. Jenis Pemantulan Dan Armatur

    (Prih Sumardjati, 2008)

  • 36

    2.7. Metode Lumen

    Besarnya intensitas penerangan (E) bergantung dari jumlah fluks cahaya

    dari luas bidang kerja yang dinyatakan dalam lux (lx).

    Keterangan :

    E : Intensitas penerangan (lux)

    F : Fluks cahaya (luman)

    A : Luas bidang kerja (m2)

    E =

    . ..................................................................... ( 2.16 )

    Tidak semua cahaya dari lampu mencapai bidang kerja, karena ada yang di

    pantulkan (faktor refleksi = r), dan diserap (faktor absorpsi = a) oleh dinding,

    plafon dan lantai. Faktor refleksi dinding (rw) dan faktor refleksi plafon (rp)

    merupakan bagian cahaya yang dipantulkan oleh dinding dan langit-langit / plafon

    yang kemudian mencapai bidang kerja.

    Faktor refleksi bidang kerja (rm) ditentukan oleh refleksi lantai dan

    refleksi dinding antara bidang kerja dan lantai secara umum, nilai rm = 0,10 (jika

    rm tidak diketahui, maka diambil nilai rm 0,10)

    Faktor refleksi dinding / langit-langit untuk warna :

    - Warna Putih dan Warna sangat muda = 0.70

    - Warna muda = 0,50

    - Warna sedang = 0.30

    - Warna gelap = 0,10

  • 37

    Indeks ruang (K)

    K =

    .............................................................. ( 2.17 )

    Keterangan :

    p = Panjang ruangan (m)

    l = lebar ruangan (m)

    tb = tinggi sumber cahaya diatas bidang kerja (m).

    Indeks ruang dihitung berdasarkan dimensi ruangan yang akan diberi penerangan

    cahaya lampu. Nilai k hasil perhitungan digunakan untuk menentukan nilai

    efisiensi penerangan lampu. Bila nilai k angkanya tidak ada (tidak tepat) pada

    tabel, maka untuk menghitung efisiensi (kp) dengan interpolasi:

    = +

    . ( ) ......................................... ( 2.17 )

    Bila nilai k lebih besar s, maka nilai kp yang diambil adalah K = s, sebab

    nilai K diatas s, nilai kp -nya hampir tak berubah lagi.

    Faktor penyusutan/faktor depresiasi (Kd) menentukan hasil perhitungan

    intensitas penerangan. Hal ini disebabkan karena umur lampu; kotoran/debu;

    dinding yang sudah lama adanya pengaruh akibat susut tegangan.

    Kd =

    .......................................... ( 2.18 )

    Untuk memperoleh efesiensi penerangan dalam keadaan dipakai, nilai yang

    didapat dari tabel, masih harus dikalikan dengan d.

    Faktor depresiensi ini dibagi menjadi tiga golongan utama yaitu :

    - Pengotoran ringan (daerah yang hampir tidak berdebu)

    - Pengotoran biasa

  • 38

    - Pengotoran berat (daerah banyak debu)

    Oleh karena pengaruh efesiensi lampu (Kp) dan pengaruh faktor depresiasi (Kd),

    maka besarnya fluks cahaya yang sampai pada bidang kerja adalah

    F = F . Kp . Kd ............................................................. ( 2.19 )

    Maka besarnya intensitas penerangan menjadi :

    E =

    ................................................................. ( 2.20 )

    Besarnya fluks (F) total merupakan perkalian antara jumlah armatur atau

    lampu dengan fluks cahaya tiap armatur atau lampu.

    Jadi F = na . Fa atau F = nL . FL

    Keterangan :

    F = Fluks cahaya total (lumen)

    Fa = Fluks cahaya tiap armatur

    FL = Fluks cahaya tiap lampu

    na = Jumlah armatur

    nL = Jumlah lampu

    dengan demikian untuk menentukan jumlah armatur atau jumlah lampu dari

    suatu ruangan yang akan diberi penerangan buatan dapat dihitung dengan rumus :

    =

    atau =

    ..................................... ( 2.21 )

    Keterangan :

    E = intensitas penerangan (luman /m2 atau lux)

    p = Panjang ruangan (m)

    l = lebar ruangan (m)

  • 39

    Fa = Fluks cahaya tiap armatur (luman)

    FL = Fluks cahaya tiap lampu (luman)

    Kp = Efisiensi Penerangan

    Kd = faktor depresiasi

    na = jumlah armatur

    nL = jumlah lampu

    Untuk menentukan posisi armatur atau jumlah lampu dari suatu ruangan

    yang akan diberi penerangan buatan dapat dihitung dengan rumus :

    =

    dan =

    ...................................... (2.22)

    =

    dan =

    ............................................................. (2.23)

    Keterangan :

    Pa = Panjang armatur lampu

    La = Lebar armatur lampu

    = Jumlah deret armatur mengerah Vertikal

    = Jumlah deret armatur mengerah Horizontal

    = Jarak antara lampu tiap deretnya mengarah Vertikal

    = Jarak antara lampu dan dinding mengarah Vertikal

    = jarak antara lampu tiap deretnya mengarah Horizontal

    = jarak antara lampu dan dinding mengarah Horizontal

  • 40

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1. Tempat Dan Waktu Penelititian

    pencarian literature dan melakukan pengambilan data penelitian dilaksanan

    pada bulan Oktober 2014 Sampai dengan bulan November 2014 yang bertempat

    di wilayah Universitas Halu Oleo.

    3.2. Alat Alat Penelitian

    Alat dan Bahan yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah :

    1. Alat ukur / meteran

    2. Tangga

    3. Alat-alat tulis.

    3.3. Metode Pengumpulan Data

    Penelitian ini merupakan jenis penelitian analisis-deskripsi yang

    menitikberatkan pada pengumpulan data-data yang berhubungan dengan cara

    penentuan jumlah unit lampu pada suatu ruagan mengguanakan metode lumen.

    data tersebut diantaranya, data tinggi suatu ruangan, data luas suatu ruangan , dan

    data-data lainnya yang mendukung dari pengukuran yang dilakukan pada

    beberapa gedung Universitas Halu Oleo.

    3.4. Metode Analisa Data

    Metode analisa data adalah cara mengolah data yang telah diperoleh untuk

    kemudian memberikan suatu jawaban atau kesimpulan yang dapat dipertanggung

    jawabkan. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa

  • 41

    deskriptif yaitu menggambarkan keadaan objek yang diteliti sesuai dengan data

    hasil pengukuran.

    3.5. Prosedur Penelitian

    Dalam penelitian ini dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

    1. Study litelatur

    2. Diskusi dengan pembimbing dan pihak yang berkopeten dibidang

    pencahayaan buatan.

    3. Pembentukan kerangka pikir.

    3.6. Bagan Alir Penelitian

    Gambar 3.1 Diadram alir analisis data

    Mulai

    Pengumpulan Data /

    studi literatur

    Analisis data dan

    evaluasi

    Selesai

  • 42

    Mulai, dimana mempersiapkan segala sesuatu yang dapat mendukung

    untuk melaksakan penelitian ini.

    Pengumpulan data mencangkup data primer dan skunder yang

    diperoleh dari buku-buku studi, media internet, dan hasil pengukuran

    pad beberaa gedung di Universitas Halu Oleo yang akan digunakan

    dalam proses analisis .

    Analisis data merupakan bentuk dari proses hasil anlisis rumus-rumus

    yang dipergunakan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini untuk

    mendapatkan jumlah titik lampu yang sesuai dengan standar

    pencahayaan.

    4. Menyusun laporan dan hasil penelitian.

  • 43

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Deskripsi data

    Pada bab ini dilakukan perhitungan jumlah unit lampu pada beberapa

    gedung di Universitas Halu Oleo, sebaga dasar dilakukannya evaluasi jumlah unit

    lampu pada beberapa gedung di Universitas Halu Oleo sesuai dengan fungsi

    ruangan tersebut dengan mengguanakan metode lumen, dari data data yang telah

    diperoleh dari hasil pengukuran beberapa ruangan di Universitas Halu Oleo.

    Pada Studi evaluasi jumlah unit lampu pada beberapa gedung Universitas

    Halu Oleo dengan menggunakan metode lumen, dibutuhkan data panjang, data

    lebar, data tinggi, data tinggi bidang kerja, data jumlah unit lampu, data jumlah

    lumen tiap lampu, data warna dinding, data warna plafon, dan data warna lantai

    pada masing masing ruangan yang akan dilakukan evaluasi jumlah unit armartur

    dan lampu dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

  • 44

    4.1.1. Data evaluasi jumlah unit lampu dan armatur pada ruangan baca

    perpustakaan Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo.

    Tabel 4.1. Data pengukuran ruang baca perpustakaan Fakultas Teknik

    Universitas Halu Oleo

    NO data pengukuran ruang baca perpustakaan Fakultas Teknik

    1 tinggi ruangan 3 meter

    2 panjang ruangan 11.8 meter

    3 lebar ruangan 4.77 meter

    4 warna dinding (rw) Putih/warna muda

    5 warna palfon (rp) Putih

    6 tinggi bidang kerja 0.78 meter

    7 jenis lampu TLD 36 watt, Philips

    8 jumlah unit lampu tiap armatur 1 unit, armatur penerangan tak langsung

    9 jumlah lumen lampu 2600 lumen, 72 lm/watt

    10 jumlah unit armature 3 unit

    11 jumlah lampu 3 unit

    4.1.2. Data evaluasi jumlah unit lampu dan armatur pada Lab. Terpadu III

    (Biokim, PK, dan Farmako) Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo.

    Tabel 4.2. Data pengukuran Lab. Terpadu III (Biokim, PK, dan Farmako)

    Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo

    NO data pengukuran Lab. Terpadu III Fakultas Kedokteran

    1 tinggi ruangan 3.82 meter

    2 panjang ruangan 9.83 meter

    3 lebar ruangan 8 meter

    4 warna dinding (rw) putih/warna muda

    5 warna palfon (rp) Putih

    6 tinggi bidang kerja 0.92 meter

    7 jenis lampu TLD 36 watt, Philips

    8 jumlah unit lampu tiap armatur 1 unit, armatur penerangan tak langsung

    9 jumlah lumen lampu 3250 lumen, 90 lm/watt

    10 jumlah unit armature 8 unit

    11 jumlah lampu 8 unit

  • 45

    4.1.3. Data evaluasi jumlah unit lampu dan armatur pada Lab. Gambar Arsitektur

    Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo.

    Tabel 4.3. Data pengukuran Lab. Gambar Arsitektur Fakultas Teknik

    Universitas Halu Oleo

    NO data pengukuran Lab. Gambar Arsitektur

    1 tinggi ruangan 3.6 meter

    2 panjang ruangan 11.8 meter

    3 lebar ruangan 9.94 meter

    4 warna dinding (rw) putih/warna muda

    5 warna palfon (rp) Putih

    6 tinggi bidang kerja 0.87 meter

    7 jenis lampu TLD 36 watt, Philips

    8 jumlah unit lampu tiap armatur 1 unit, armatur penerangan tak langsung

    9 jumlah lumen lampu 2600 lumen, 72 lm/watt

    10 jumlah unit armature 12 unit

    11 jumlah lampu 12 unit

    4.1.4. Data evaluasi jumlah unit lampu dan armatur pada Lab. Mekanika Fluida

    Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo.

    Tabel 4.4. Data pengukuran Lab. Mekanika Fluida Fakultas Teknik

    Universitas Halu Oleo

    NO data pengukuran Lab. Mekanika Fluida

    1 tinggi ruangan 3.6 meter

    2 panjang ruangan 11.8 meter

    3 lebar ruangan 9.94 meter

    4 warna dinding (rw) putih/warna muda

    5 warna palfon (rp) Putih

    6 tinggi bidang kerja 0.77 meter

    7 jenis lampu TLD 36 watt, Philips

    8 jumlah unit lampu tiap armatur 1 unit, armatur penerangan tak langsung

    9 jumlah lumen lampu 2600 lumen, 72 lm/watt

    10 jumlah unit armature 12 unit

    11 jumlah lampu 12 unit

  • 46

    4.1.5. Data evaluasi jumlah unit lampu dan armatur pada ruang kelas Fakultas

    Teknik Universitas Halu Oleo.

    Tabel 4.5. Data pengukuran ruang kelas Fakultas Teknik

    Universitas Halu Oleo

    NO data pengukuran ruang kelas Fakultas Teknik

    1 tinggi ruangan 3.2 meter

    2 panjang ruangan 9 meter

    3 lebar ruangan 8 meter

    4 warna dinding (rw) putih/warna muda

    5 warna palfon (rp) Putih

    6 tinggi bidang kerja 0.70 meter

    7 jenis lampu TLD 36 watt, Philips

    8 jumlah unit lampu tiap armatur 1 unit, armatur penerangan tak langsung

    9 jumlah lumen lampu 2600 lumen, 72 lm/watt

    10 jumlah unit armature 6 unit

    11 jumlah lampu 6 unit

    4.1.6. Data evaluasi jumlah unit lampu dan armatur pada Lab. Teknologi Pangan

    (unit kimia dan biokimia) Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo.

    Tabel 4.6. Data pengukuran Lab. Teknologi Pangan (unit kimia dan biokimia)

    Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo

    NO data pengukuran Lab. Teknologi Pangan

    1 tinggi ruangan 3.4 meter

    2 panjang ruangan 10.76 meter

    3 lebar ruangan 8.95 meter

    4 warna dinding (rw) putih dan coklat

    5 warna palfon (rp) Putih

    6 tinggi bidang kerja 0.82 meter

    7 jenis lampu TLD 36 watt, Philips

    8 jumlah unit lampu tiap armatur 2 unit, armatur penerangan sebagian langsung

    9 jumlah lumen lampu 2600 lumen, 72 lm/watt

    10 jumlah unit armature 6 unit

    11 jumlah lampu 12 unit

  • 47

    4.1.7. Data evaluasi jumlah unit lampu dan armatur pada Lab. Mikrobiologi (unit

    biologi) Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo.

    Tabel 4.7. Data pengukuran Lab. Mikrobiologi (unit biologi) Fakultas Keguruan

    Dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo

    NO data pengukuran Lab. Mikrobiologi (unit biologi)

    1 tinggi ruangan 3.46 meter

    2 panjang ruangan 4.66 meter

    3 lebar ruangan 3.4 meter

    4 warna dinding (rw) putih dan coklat

    5 warna palfon (rp) Putih

    6 tinggi bidang kerja 0.83 meter

    7 jenis lampu TLD 36 watt, Philips

    8 jumlah unit lampu tiap armatur 2 unit, armatur penerangan sebagian langsung

    9 jumlah lumen lampu 2600 lumen, 72 lm/watt

    10 jumlah unit armature 1 unit

    11 jumlah lampu 2 unit

    4.1.8. Data evaluasi jumlah unit lampu dan armatur pada Lab. Komputasi (unit

    biologi) Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo.

    Tabel 4.8. Data pengukuran Lab. Komputasi (unit biologi) Fakultas Keguruan

    Dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo

    NO data pengukuran Lab. Komputasi (unit biologi)

    1 tinggi ruangan 3.46 meter

    2 panjang ruangan 10,62 meter

    3 lebar ruangan 4.65 meter

    4 warna dinding (rw) putih dan coklat

    5 warna palfon (rp) Putih

    6 tinggi bidang kerja 0.76 meter

    7 jenis lampu TLD 36 watt, Philips

    8 jumlah unit lampu tiap armatur 2 unit, armatur penerangan sebagian langsung

    9 jumlah lumen lampu 2600 lumen, 72 lm/watt

    10 jumlah unit armature 3 unit

    11 jumlah lampu 6 unit

  • 48

    Tabel 4.9. Tingkat Pencahayaan Yang Direkomendasikan Dan Renderasi Warna

    tingkat pencahayaan yang direkomendasikan dan renderasi warna

    fungsi ruangan tingkat

    pencahyaan (lux)

    kelompok renderasi

    warna keterangan

    rumah tinggal :

    teras 60 1 atau 2

    ruang tamu 120-250 1 atau 2

    ruang makan 120-250 1 atau 2

    ruang kerja 120-250 1

    ruang tidur 120-250 1 atau 2

    ruang mandi 250 1 atau 2

    dapur 250 1 atau 2

    garasi 60 3 atau 4

    perkantoran :

    ruang direktur 350 1 atau 2

    ruang kerja 350 1 atau 2

    ruang komputer 350 1 atau 2

    Gunakan armatur berkisi untuk mencegah silau akibat pentulan layar monitor

    ruang rapat 300 1 atau 2

    ruang gambar 750 1 atau 2

    Gunakan pencahayaan setempat pada meja gambar.

    gudang arsip 150 1 atau 2

    ruang arsip aktif 300 1 atau 2

    lembaga pendidikan :

    ruang kelas 250 1 atau 2

    perpustakaan 300 1 atau 2

    laboratorium 500 1

    ruang gambar 750 1

    Kantin 200 1

  • 49

    fungsi ruangan tingkat

    pencahyaan (lux)

    kelompok renderasi

    warna keterangan

    Pertokoan/ruang pamer :

    Ruang pamer dengan obyek berukuran besar (misalnya mobil)

    500 1

    Tingkat pencahayaan ini harus dipenuhi pada lantai. Untuk beberapa produk tingkat pencahayaan pada bidang vertikal juga penting.

    Toko Kue dan Makanan

    250 1

    Toko buku dan alat tulis / gambar

    300 1

    Toko perhiasan, arloji

    500 1

    Barang Kulit dan Sepatu

    500 1

    Toko Pakaian 500 1

    Pasar Swalayan 500 1 atau 2

    Pencahayaan pada bidang vertikal pada rak barang.

    Toko Alat listrik (TV, Radio, Cassette, mesin cuci, dll.)

    250 1 atau 2

    Industri Umum :

    Gudang 100 3

    Pekerjaan Kasar 100 ~ 250 2 atau 3

    Pekerjaan Sedang 200 ~ 500 1 atau 2

    Pekerjaan Halus 500 ~ 1000 1

    Pekerjaan Amat Halus

    1000 ~ 2000 1

    Pemeriksaan Warna

    750 1

    Rumah Ibadah :

    Mesjid 200 1 atau 2

    Untuk tempat-tempat yang membutuhkan tingkat pencahayaan yang lebih tinggi dapat digunakan pencahayaan setempat

    Gereja 200 1 atau 2 Idem

    Vihara 200 1 atau 2 Idem

  • 50

    fungsi ruangan tingkat

    pencahyaan (lux)

    kelompok renderasi

    warna keterangan

    hotel & restoran :

    Lobby & koridor 100 1

    Pencahayaan pada bidang vertikal sangat penting untuk menciptakan suasana / kesan ruang yang baik.

    Ballroom/ruang siding

    200 1

    istem pencahayaan harus dirancang untuk menciptakan suasana sesuai sistem pengendalian Switching dan dimming dapat digunakan untuk memperoleh berbagai efek pencahayaan.

    Ruang Makan 250 1

    Cafetaria 250 1

    Kamar Tidur 150 1 atau 2

    Diperlukan lampu tambahan pada bagian kepala tempat tidur dan cermin

    Dapur 300 1

    Rumah Sakit / Balai Pengobatan :

    Ruang Rawat Inap 250 1 atau 2

    Ruang Operasi, ruang bersalin

    300 1

    Gunakan pencahayaan setempat pada tempat yang diperlukan.

    Laboratorium

    Ruang rekreasi & rehabilitasi

    (SNI, BSN, 2000)

  • 51

    Tabel 4.10. Efisiensi Armatur Penerangan Langsung

    efisiensi penerangan untuk kedaan baru faktor depresiasi untuk masa

    pemelihaaraan

    armatur

    penerangan

    langsung

    v

    % K rw

    rp

    0.5

    rm

    0.7

    0.3

    0.1

    0.1

    0.5

    0.5

    0.3

    0.1

    0.1

    0.5

    0.3

    0.3

    0.1

    0.1

    1 tahun 2 tahun 3 tahun

    TBS 15

    TSC 15

    4 X TL 40 W

    0.5 0.28 0.23 0.19 0.27 0.23 0.19 0.27 0.22 0.19

    0.6

    0.33 0.28 0.24

    0.32 0.28 0.24

    0.32 0.27 0.24

    Pengotoran ringan

    0.8

    0.42 0.36 0.23

    0.41 0.36 0.32

    0.4 0.36 0.32

    0.85 0.8 0.7

    1

    0.48 0.43 0.4

    0.47 0.43 0.39

    0.46 0.42 0.49

    1.2

    0.52 0.48 0.44

    0.51 0.47 0.44

    0.5 0.46 0.43

    Pengotaran sedang

    1.5

    0.56 0.52 0.49

    0.55 0.52 0.49

    0.54 0.51 0.48

    0.8 0.7 0.65

    0 2

    0.61 0.58 0.55

    0.6 0.57 0.54

    0.59 0.56 0.54

    2.5

    0.64 0.61 0.59

    0.63 0.6 0.58

    0.62 0.59 0.57

    Pengotoran berat

    72 3 0.66 0.64 0.61

    0.65 0.63 0.61

    0.64 0.62 0.6

    x x x

    4

    0.69 0.67 0.65

    0.68 0.66 0.64

    0.66 0.65 0.63

    72 5 0.71 0.69 0.67 0.69 0.68 0.66 0.68 0.66 0.65

    (P. Van Harten, 2002, 47)

  • 52

    Tabel 4.11. Efisiensi Armatur Penerangan Sebagian Langsung

    efisiensi penerangan untuk kedaan baru faktor depresiasi untuk masa

    pemelihaaraan

    armatur

    penerangan

    sebagian

    langsung

    v

    % K rw

    rp

    0.5

    rm

    0.7

    0.3

    0.1

    0.1

    0.5

    0.5

    0.3

    0.1

    0.1

    0.5

    0.3

    0.3

    0.1

    0.1

    1 tahun 2 tahun 3 tahun

    GCB

    2 X TLF 65 W

    0.5 0.32 0.26 0.22 0.29 0.24 0.21 0.27 0.23 0.2

    0.6

    0.37 0.31 0.27

    0.35 0.3 0.26

    0.32 0.38 0.25

    Pengotoran ringan

    0.8

    0.46 0.42 0.36

    0.43 0.38 0.35

    0.4 0.36 0.33

    0.9 0.8 0.75

    1

    0.53 0.48 0.44

    0.49 0.45 0.42

    0.46 0.42 0.39

    1.2

    0.58 0.52 0.48

    0.54 0.49 0.46

    0.5 0.46 0.43

    Pengotaran sedang

    1.5

    0.62 0.58 0.54

    0.58 0.54 0.51

    0.54 0.51 0.48

    0.8 0.75 0.7

    22 2 0.68 0.64 0.6

    0.63 0.59 0.57

    0.58 0.55 0.53

    2.5

    0.71 0.67 0.64

    0.66 0.63 0.6

    0.61 0.59 0.57

    Pengotoran berat

    87 3 0.73 0.7 0.67

    0.68 0.65 0.63

    0.63 0.61 0.59

    x x x

    4

    0.76 0.74 0.71

    0.71 0.69 0.67

    0.65 0.64 0.62

    65 5 0.78 0.76 0.74 0.72 0.71 0.69 0.67 0.65 0.64

    (P. Van Harten, 2002, 47)

  • 53

    Tabel 4.12. Efisiensi Armatur Langsung Tak Langsung

    efisiensi penerangan untuk kedaan baru faktor depresiasi untuk masa

    pemelihaaraan

    armatur

    langsung tak

    langsung

    v

    % K rw

    rp

    0.5

    rm

    0.7

    0.3

    0.1

    0.1

    0.5

    0.5

    0.3

    0.1

    0.1

    0.5

    0.3

    0.3

    0.1

    0.1

    1 tahun 2 tahun 3 tahun

    GCB

    2 X TLF 65 W

    roster sejajar

    0.5 0.26 0.2 0.17 0.22 0.18 0.15 0.19 0.16 0.14

    0.6

    0.3 0.25 0.21

    0.26 0.22 0.19

    0.23 0.19 0.17

    Pengotoran ringan

    0.8

    0.38 0.32 0.28

    0.33 0.29 0.25

    0.28 25 0.23

    0.85 0.8 0.7

    1

    0.43 0.38 0.34

    0.38 0.34 0.3

    0.32 0.29 0.27

    1.2

    0.47 0.42 0.38

    0.41 0.37 0.34

    0.35 0.32 0.3

    Pengotaran sedang

    1.5

    0.51 0.47 0.43

    0.45 0.41 0.38

    0.38 0.36 0.33

    0.8 0.7 0.65

    38 2 0.56 0.52 0.49

    0.49 0.46 0.43

    0.42 0.4 0.38

    2.5

    0.59 0.56 0.52

    0.52 0.49 0.46

    0.44 0.42 0.4

    Pengotoran berat

    81 3 0.61 0.58 0.55

    0.54 0.51 0.49

    0.46 0.44 0.42

    x x x

    4

    0.64 0.62 0.59

    0..56 0.54 0.52

    0.48 0.47 0.45

    43 5 0.66 0.64 0.62 0.58 0.56 0.54 0.5 0.48 0.47

    (P. Van Harten, 2002, 47)

  • 54

    Tabel 4.13. Efisiensi Armatur

    efisiensi penerangan untuk kedaan baru faktor depresiasi untuk masa

    pemelihaaraan

    armatur v

    % K rw

    rp

    0.5

    rm

    0.7

    0.3

    0.1

    0.1

    0.5

    0.5

    0.3

    0.1

    0.1

    0.5

    0.3

    0.3

    0.1

    0.1

    1 tahun 2 tahun 3 tahun

    NB 64

    dengan

    lampu

    pijar 300W

    0.5 0.23 0.18 0.14 0.2 0.16 0.12 0.18 0.14 0.11

    0.6

    0.27 0.21 0.17

    0.24 0.19 0.15

    0.2 0.16 0.13

    Pengotoran ringan

    0.8

    0.34 0.28 0.23

    0.29 0.24 0.2

    0.25 0.21 0.18

    0.85 0.8 x

    1

    0.39 0.33 0.28

    0.34 0.29 0.25

    0.29 0.25 0.21

    1.2

    0.43 0.37 0.32

    0.37 0.32 0.28

    0.31 0.27 0.24

    Pengotaran sedang

    1.5

    0.47 0.41 0.36

    0.41 0.36 0.32

    0.35 0.31 0.28

    0.8 0.7 x

    38 2 0.52 0.47 0.42

    0.45 0.41 0.37

    0.39 0.35 0.32

    2.5

    0.56 0.51 0.47

    0.48 0.44 0.41

    0.41 0.38 0.35

    Pengotoran berat

    81 3 0.59 0.54 0.5

    0.51 0.47 0.44

    0.43 0.41 0.38

    x x x

    4

    0.62 0.58 0.55

    0.54 0.51 0.48

    0.46 0.44 0.42

    43 5 0.65 0.61 0.58 0.56 0.54 0.51 0.48 0.46 0.44

    (P. Van Harten, 2002, 47)

  • 55

    Tabel 4.14. Efisiensi Armatur Penerangan Tak Langsung

    efisiensi penerangan untuk kedaan baru faktor depresiasi untuk masa

    pemelihaaraan

    armatur

    penerangan tak

    langsung

    v

    % K rw

    rp

    0.5

    rm

    0.7

    0.3

    0.1

    0.1

    0.5

    0.5

    0.3

    0.1

    0.1

    0.5

    0.3

    0.3

    0.1

    0.1

    6 bulan 1 tahun

    alur

    dengan TL

    0.5 0.13 0.1 0.08 0.08 0.06 0.05 0.04 0.04 0.03

    0.6

    0.14 0.11 0.09

    0.09 0.07 0.06

    0.05 0.04 0.04

    Pengotoran ringan

    0.8

    0.18 0.14 0.12

    0.11 0.09 0.08

    0.06 0.05 0.05

    0.58 0.8

    1

    0.2 0.17 0.15

    0.13 0.11 0.1

    0.07 0.06 0.06

    1.2

    0.22 0.19 0.17

    0.14 0.13 0.11

    0.08 0.07 0.06

    Pengotaran sedang

    1.5

    0.24 0.21 0.19

    0.16 0.14 0.13

    0.09 0.08 0.07

    x x

    70 2 0.27 0.24 0.21

    0.18 0.16 0.14

    0.1 0.09 0.08

    2.5

    0.28 0.26 0.24

    0.18 0.17 0.16

    0.1 0.09 0.09

    Pengotoran berat

    70 3 0.3 0.27 0.25

    0.19 0.18 0.17

    0.11 0.1 0.09

    x x

    4

    0.31 0.29 0.27

    0.2 0.19 0.17

    0.11 0.11 0.1

    0 5 0.33 0.3 0.28 0.21 0.2 0.16 0.12 0.11 0.1

    (P. Van Harten, 2002, 47)

  • 56

    4.2. Analisa Data

    Dari data hasil pengukuran pada beberapa gedung di Universitas Halu Oleo,

    maka dapat dilakukan evaluasi jumlah unit lampu atau armatur yang sesuai

    dengan standar pencahayaan buatan tahun 2000 dengan menggunakan metode

    lumen.

    4.2.1. Jumlah unit lampu atau armatur sesuai dengan standar pencahayaan buatan

    tahun 2000 pada ruangan baca perpustakaan Fakultas Teknik Universitas

    Halu Oleo, yaitu :

    Dik :

    p = 11,8 meter

    l = 4,77 meter

    = 3 meter

    = 0,78 meter

    tb = - = 3 - 0,78 = 2,22 meter

    Pa = 0,75 m

    La = 0,07 m

    = 2 unit

    = 8 unit

    E = 300 Lux, (tabel 4.9)

    = 2600 Lumen

    = 0,8 untuk pemeliharaan selama 1 tahun dengan pengotoran ringan.

    Indeks ruangan (K) :

  • 57

    K =

    K =

    = 1,530117927 = 1,5

    Efisiesi penerangan :

    Jenis lampu = TLD 36 WATT, PHILIPS, A