universitas brawijayarepository.ub.ac.id/633/1/reyudzky putri fityanti.pdf · 2020. 6. 19. ·...

71
EKSTRAK PROPOLIS SEBAGAIPREVENTIF PADA KULTURMAKROFAGYANG DIINFEKSI VIRUS Newcastle DiseaseBERDASARKAN PENURUNAN TNF- (Tumor Necrosis Factor Alpha) DAN IL-6 (Interleukin-6) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan Oleh : REYUDZKY PUTRI FITYANTI 125130100111029 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER HEWAN FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

Upload: others

Post on 28-Jan-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • EKSTRAK PROPOLIS SEBAGAIPREVENTIF PADA KULTURMAKROFAGYANG DIINFEKSI VIRUS Newcastle DiseaseBERDASARKAN PENURUNAN

    TNF- (Tumor Necrosis Factor Alpha) DAN IL-6 (Interleukin-6)

    SKRIPSI

    Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    Sarjana Kedokteran Hewan

    Oleh : REYUDZKY PUTRI FITYANTI

    125130100111029

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER HEWAN FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

    2017

  • 1

    LEMBAR PENGESAHANSKRIPSI

    Ekstrak PropolisSebagai Preventif Pada Kultur Makrofag Yang Diinfeksi Virus Newcastle Disease Berdasarkan Penurunan TNF-

    (Tumor Necrosis Factor Alpha) Dan IL-6 (Interleukin-6)

    Oleh :

    REYUDZKY PUTRI FITYANTI 125130100111029

    Setelah dipertahankan di depan Majelis Penguji pada tanggal

    dan dinyatakan memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan

    Pembimbing I Pembimbing II

    Dr. Sri Murwani, drh., MP drh. Dahliatul Qosimah, M.kes NIP. 196301011989032001 NIP. 198201272015042001

    Mengetahui, Dekan FakultasKedokteran Hewan

    Universitas Brawijaya

    Prof. Dr. NIP. 19600903 198802 2 001

  • ii

    ii

    LEMBAR PERNYATAAN

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

    Nama : Reyudzky Putri Fityanti

    NIM : 125130100111029

    Program Studi : Kedokteran Hewan

    Penulis skripsi berjudul :

    Ekstrak PropolisSebagai Preventif Pada Kultur Makrofag Yang

    Diinfeksi VirusNewcastle Disease Berdasarkan Penurunan TNF-

    (Tumor Necrosis Factor Alpha) Dan IL-6 (Interleukin-6)

    Dengan ini menyatakan bahwa :

    1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri dan tidak

    menjiplak karya orang lain, selain nama-nama yang termaktub di isi dan

    tertulis di daftar pustaka dalam skripsi ini.

    2. Apabila dikemudian hari ternyata skripsi yang saya tulis terbukti hasil

    jiplakan, maka saya akan bersedia menanggung segala resiko yang akan saya

    terima.

    Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala kesadaran.

    Malang,April 2017

    Yang menyatakan,

    Reyudzky Putri Fityanti

    NIM. 125130100111029

  • iii

    iii

    Ekstrak PropolisSebagai Preventif Pada Kultur Makrofag Yang Diinfeksi Virus Newcastle Disease Berdasarkan Penurunan TNF- (Tumor Necrosis

    Factor Alpha) Dan IL-6 (Interleukin-6)

    ABSTRAK

    Newcastle Disease merupakan penyakit dengan mortalitas tinggi yang menyerang unggas disebabkan oleh strain virulen avian paramyxoviridae.Virus merupakan mikroorganisme intraseluler, sehingga keberadaannya dapat memicu timbulnya respon imun seluler seperti aktivasi dari makrofag dan meningkatnya produksi sitokin. Oleh karena itu diperlukan antivirus dan imunostimulator sebagai upaya pencegahan agar makrofag tidak terinfeksi virus.Propolis memiliki kandungan aktif yang dapat berperan sebagai antivirus dan imunostimulator. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi ekstrak propolis sebagai preventif infeksi ND pada kultur makrofag berdasarkan penurunan produksi sitokin proinflamasi. Penelitian ini bersifat eksperimental dengan metode post test only control group design dan rancangan acak lengkap menggunakan kultur makrofag yang didapat dari peritoneum mencit strain Balb/Cjantan umur 6 minggu. Kultur makrofag dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan, yaitu kontrol negatif (A) kultur makrofag tanpa perlakuan, kontrol positif (B) kultur makrofag tidak diberi ekstrak propolis tetapi diinduksi virus ND, (C) kultur makrofag diberi ekstrak propolis 25 µg/ml lalu diinduksi virus ND, (D) kultur makrofag diberi ekstrak propolis50µg/mllalu diinduksi virus ND, dan (E)kultur makrofag diberi ekstrak propolis 100µg/ml lalu diinduksi virus ND.Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah kadar TNF- -6. Masing-masing diukur dengan metode flowcytometry setelah melewati masa inkubasi dan panen sel. Analisa data dilakukan secara nonparametrik menggunakan Kruskal-Wallis yang dilanjutkan dengan uji |Ri-Rj|. Hasil dari penelitin ini adalah terjadi penurunan produksi TNF-

    -6 pada kultur makrofag yang diberi preventif ekstrak propolis. Konsentrasi ekstrak propolis 25 µg/ml merupakan perlakuan terbaik yang memiliki efek paling besar untuk mencegah peningkatan produksi TNF- -6.

    Kata kunci : Paramyxoviridae, Propolis, kultur makrofag, Sitokin

  • iv

    iv

    Propolis Extractasa Preventive InMacrophages CultureInfected By Newcastle DiseaseViruses Based On Declining of TNF- (Tumor

    Necrosis Factor Alpha) and IL-6 (interleukin-6)

    ABSTRACT

    Newcastle Disease is a high mortality disease affecting poultry, caused by a virulent of avian Paramyxoviridae. Virus is intracellular microorganism, its presence can lead to cellular immune responses such as the activation of macrophages and increase production of cytokines. Thus antivirus immunostimulator needed as the preventive action for macrophages not to infected by virus. Propolis contains active substanceswhich can be acted as antivirus and immunostimulator. The purpose of this study was to determine the potential of propolis extract as a preventive in macrophage cultureinfected by NDV 64 HAU based on decreasing production of proinflamatory cytokines. This research was an experimental study with post test only control group design, completely randomized design, using macrophages culture of Balb/C miceperitoneal, male, age 6 weeks. Macrophages culture were divided into 5 groups: negative control (A), macrophages culture without treatment;positive control (B),macrophages culture were not not given the propolis extract but induced by NDV; induced virus ND (C), macrophages culture were given propolis extract 25 µg/ml then induced by NDV; (D) macrophages culture were given propolis extract 50 µg/ml then induced by NDV; (E) macrophages culture were given propolis extract 100 µg/ml then induced by NDV. The parameters observed in this researchwere the levels of TNF- -6. The parameters were measured using flowcytometry method after incubation and cell harvest period. Data analysis were done in nonparametric using Kruskal-Wallis test followed by |Ri-Rj|. The results of this researchshowed that there is a declining in the production of TNF-IL-6 in macrophages culture given a preventive action with propolis extract. Propolis extract concentration 50 µg/ml was the best treatment which has the biggest effect to prevent increasing production of TNF- -6.

    key word : Paramyxoviridae, Propolis, macrophages cultured, cytokines

  • v

    v

    KATA PENGANTAR

    Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat,

    limpahan rahmat, serta hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan

    skripsi Ekstrak PropolisSebagai Preventif Pada Kultur

    Makrofag Yang DiinfeksiVirus Newcastle Disease Berdasarkan Penurunan

    TNF- Tumor Necrosis Factor Alpha) Dan IL-6 (Interleukin-6)

    Penulis menyampaikan terima kasih kepada segenap pihak, yang secara

    langsung maupun tidak langsung telah membantu dan membimbing dalam

    menyelesaikan Skripsi ini. Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih

    kepada:

    1. Dr. Sri Murwani, drh., MP.selaku pembimbing I dandrh. Dahliatul Qosimah,

    M.Kes selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan serta

    nasehat kepada penulis.

    2. drh. Ahmad fauzi, M.Sc dan drh. Yudit Oktanella, M.Si selaku dosen

    penguji atas saran yang diberikan.

    3.

    atas kepemimpinan dan dukungan demi kemajuan FKH UB.

    4. Drh. Dyah Ayu Oktavianie A. P., M. Biotech selaku Wakil Dekan 1

    Fakultas Kedokteran Hewan atas kepemimpinan dan dukungan demi

    kemajuan FKH UB.

    5. Mama dan Ayah (Inda Rekyanti dan Tri Yudono) yang selalu memberikan

    semangat, doa, kasih sayang, dukungan baik secara moril maupun materil

    kepada penulis.

    6. Teman-teman satu tim penelitian : Muhtamalia Riska F. D., Rakhmah Wira

    W., Dien Ayu Utami, dan Didik Afif Sucitra.

    7. Keluarga besar serta seluruh mahasiswa FKH UB yang telah menjadi kolega

    baru selama proses pendidikan di Kedokteran Hewan.

    8. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan

    Skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

  • vi

    vi

    Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari

    kesempurnaan, maka saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak

    sangat diharapkan demi penyempurnaan selanjutnya.

    Semoga laporan Skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak,

    khususnya bagi penulis dan para pembaca pada umumnya.

    Malang, April 2017

    Penulis

  • vii

    vii

    DAFTAR ISI

    Halaman HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. ii LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iii ABSTRAK ........................................................................................................... iv ABSTRACT ............................................................................................................ v KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x DAFTAR TABEL.......................................................................................xi DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG...............................................xiii BAB 1 PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1 1.2. Perumusan Masalah............................................................................... 3 1.3. Batasan Masalah .................................................................................... 3 1.4. Tujuan Penelitian................................................................................... 4 1.5. Manfaat Penelitian................................................................................. 5

    BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Newcastle Disease (ND) ....................................................................... 6 2.2 TNF- (Tumor Necrosis Factor Alpha) .............................................. 12 2.3 IL-6 (Interleukin 6).............................................................................. 14 2.4 Makrofag ............................................................................................. 14 2.5 Propolis................................................................................................ 16

    BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL 3.1 Kerangka konsep ................................................................................. 18 3.2 Hipotesis penelitian ............................................................................. 21

    BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 22 4.2 Alat dan bahan

    4.2.1 Alat penelitian ......................................................................... 22 4.2.2 Bahan penelitian ...................................................................... 23

    4.3 Tahapan Penelitian .............................................................................. 24 4.4 Langkah Kerja

    4.4.1 Persiapan Hewan Coba ............................................................ 24 4.4.2 Rancangan Penelitian .............................................................. 26 4.4.3 Variabel Penelitian .................................................................. 28 4.4.4 Pembuatan Ekstrak Propolis .................................................... 28 4.4.5 Pembuatan Kultur Makrofag ................................................... 29 4.4.6 Pemberian Ekstrak Propolis Pada Kultur Makrofag ............... 31 4.4.7 Preparasi Virus ND ................................................................. 31 4.4.8 Penentuan Produksi TNF- .............. 33 4.4.9 Penentuan Produksi IL-6 Dengan Flowcytometry .................. 34

    4.5Analisis Data ........................................................................................... 34

  • viii

    viii

    BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengujian Pengaruh Ekstrak Propolis Terhadap Kadar TNF-

    IL-6 ....................................................................................................... 39 5.1.1 Pengujian Pengaruh Ekstrak Propolis Terhadap Kadar TNF- dengan Uji Kruskal-

    5.1.2 Pengujian Pengaruh Ekstrak Propolis Terhadap Kadar IL-6 dengan Uji Kruskal-Wa

    BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 51 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 52 LAMPIRAN .......................................................................................................... 58

  • ix

    ix

    DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 2.1 Struktur Virus Newcastle Disease ...................................................................... 7 4.4 Lokasi Injeksi Virus Newcastle Disease .......................................................... 32 5.1 Gambaran Kultur Makrofag ............................................................................. 37 5.2 Gambaran Kultur Makrofag Setelah Diberi Ekstrak Propolis Kemudian Diinkubasi Selama 24 Jam ..................................................................................... 38 5.3 Hasil Uji HA Diperoleh 64 HAU.....................................................................39 5.4 Histogram Rata-rata Kadar TNF- .................................................................. 41 5.5 Histogram Rata-rata Kadar IL-6 ...................................................................... 48

  • x

    x

    DAFTAR TABEL Tabel Halaman Tabel 2.5 Kandungan Kimia Propolis .................................................................... 16 Tabel 5.1 Pengujian Pengaruh Ekstrak Propolis Terhadap Kadar TNF- Uji Kruskal-Wallis dan Ri-Rj5% ........................................................... 44 Tabel 5.1 Pengujian Pengaruh Ekstrak Propolis Terhadap Kadar IL-6 dengan Uji Kruskal-Wallis dan Ri-Rj 5% .......................................................... 49

  • xi

    xi

    DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman Lampiran 1. Sertifikat Laik Etik ........................................................................... 58 Lampiran 2. Surat Keterangan Skrining Fitokimia Propolis ................................. 59 Lampiran 3. Surat Keterangan Kesehatan Mencit ................................................ 60 Lampiran 4. Kerangka Operasional ...................................................................... 61 Lampiran 5. Pembuatan Ekstrak Propolis ............................................................. 62 Lampiran 6. Pengenceran Propolis ........................................................................ 63 Lampiran 7. Preparasi Virus ND ........................................................................... 64 Lampiran 8. Pembuatan Kultur Makrofag ............................................................ 65 Lampiran 9. Perhitungan Makrofag ...................................................................... 66 Lampiran 10. Metode Flowcytometry .................................................................... 67 Lampiran 11. Gambar Hasil Flowcytometry ......................................................... 68 Lampiran 12. Data Hasil Analisa Statistik IL-6 dan TNF- ................................. 75

  • xii

    xii

    DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG Simbol/singkatan Keterangan ND Newcastle Disease TNF- Tumor Necrosis Factor Alpha IL-6 Interleukin 6 HAU HA Unit RPMI 1640 Roswell Park Memorial Institute 1640 TAB Telur Ayam Berembrio HA Test Hemaglutination Test SN Serum Neutralization ELISA Enzyme Linked Immunosorbent Assay FAT Flourescent Antibody Technique IFN Interferon DOC Day Old Chicken APP Acute Phaseprotein MCP Monocyte Recruitment Protein MMP Matrix Metalloproteinase ROS Reactive Oxygen Species GF Growth Factor PBS Phosphate Buffer Saline RBC Red Blood Cell FBS Fetal Bovine Serum TLR Toll Like Receptor

  • 1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Newcastle Disease merupakan penyakit infeksius menyerang

    unggas yang mematikan. Penyakit ini disebabkan oleh NDV (Newcastle

    Disease Virus) famili Paramyxoviridae yang merupakan virus RNA.Pada

    tahun 1926, wabah ND pertama kali dilaporkan terjadi di pulau Jawa, dan

    sekarang ND merupakan penyakit endemik di Indonesia. Laporan terakhir

    mengenai isolasi virus ND di Indonesia adalah tahun 2009, isolat tersebut

    dinamakan sebagai NDV/Bali-1/07. Meskipun sudah dilakukan vaksinasi

    yang ketat pada peternakan ayam, akhir-akhir ini kasus ND masih

    dilaporkan di lapangan. Hal ini mungkin disebabkan virus yang

    bersirkulasi di lapangan tidak sesuai lagi dengan strain virus pad vaksin

    yang tersedia(Adi et al., 2010).Kerugian yang ditimbulkan ND berupa

    kematian yang tinggi, penurunan produksi telur dan daya tetas, serta

    hambatan terhadap pertumbuhan (Pudjiatmoko et al., 2014).

    Tindakan pencegahan harus dilakukan secara komprehensif, salah

    satunya dengan meningkatkan sistem imun menggunakan senyawa atau

    bahan tertentu sebagai imunostimulator. ND bersifat intraseluler, sehingga

    dapat hidup di kultur makrofag. Dalam hal ini makrofag berperan dalam

    fagositosis sertamemproduksi sitokin (Kaihena,2013). Interaksi antara

    antibodi dan molekul antigen dapat mengaktifasi makrofag menginduksi

    ekspresi sitokin proinflamasi. Sitokin proinflamasi yang berperan sebagai

  • 2

    indikator terjadinya inflamasi adalah sitokin TNF- -6. Infeksi yang

    berat akan memicu produksi TNF- Hardyanto, 2013).

    Sitokin IL-6 merupakan mediator penting dari respon inflamasi dan

    terlibat dalam berbagai kegiatan seluler, termasuk proliferasi sel,

    diferensiasi, dan apoptosis. Fungsi sitokin IL-6 selain sebagai indikator

    inflamasi adalah bersama dengan TNF-

    monosit ke tempat inflamasi untuk menyingkirkan antigen atau stimulus

    terjadinya inflamasi (Bratawidjaja, 1998).

    Tindakan preventif untuk kasus ND yang umum dilakukan adalah

    dengan memberikan vaksinasi. Namun karena kasus ND masih terjadi di

    lapangan, maka perlu dilakukan upaya alternatif. Kali ini kami akan

    mencoba untuk menggunakan Ekstrak Propolis sebagai preventif pada

    kultur makrofag yang diinfeksi virus ND. Propolis adalah salah satu jenis

    bahan yang memiliki potensi sebagai imunostimulator alami (Herawati et

    al, 2015).

    Propolis adalah suatu zat yang dihasilkan oleh lebah madu dengan

    cara mengumpulkan resin atau getah dari berbagai macam tumbuhan,

    kamudian resin ini akan bercampur dengan saliva dan enzim yang ada

    pada lebah. Bagi lebah, propolis bersifat desinfektan atau antimikroba

    yang dapat membunuh bakteri atau virus yang masuk ke dalam sarangnya

    (Lofty, 2006). Propolis mengandung senyawa kompleks seperti vitamin,

    mineral, enzim, senyawa fenolik dan flavonoid. Flavonoid mempunyai

    berbagai efek farmakologis antara lain sebagai imunostomulan, antikanker,

  • 3

    antioksidan, antiviral, antialergi, antihepatoksik (Koca, 2007); dan juga

    memiliki aktivitas dalam hal meningkatkan respon imun (Wu et al, 2011).

    Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini dilakukan untuk

    mengetahui pengaruh dari ekstrak etanol propolis terhadap ekspresi dari

    TNF- -6.Diharapkanpada penelitian ini pemberian ekstrak etanol

    propolismampu menurunkan produksi TNF- -6 pada kultur

    makrofag yang didapatkan dari peritoneal mencit.

    1.2. Perumusan masalah

    Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan

    masalah dari penelitian ini adalah :

    1. Apakah ekstrak propolis memiliki efek preventif terhadap kultur makrofag

    yang diinfeksi virus Newcastle Disease melalui penurunan produksi

    Tumor Necrosis Factor Alpha (TNF-

    2. Apakah ekstrak propolis memiliki efek preventif terhadap kultur makrofag

    yang diinfeksi virus Newcastle Disease melalui penurunan produksi

    Interleukin 6(IL-6)?

    1.3 Batasan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penelitian ini

    dibatasi pada :

    1. Hewan model yang digunakan adalah mencit jantan (Mus musculus) galur

    Balb/C. Mencit yang digunakan berjumlah 4 ekor, usia 6-8minggu dengan

    berat badan 20-30 gram (Rahayuningsih, 2010). Mencit didapatkan dari

    Dinas Pertanian Kota Malang. Penggunaan hewan coba telah mendapatkan

  • 4

    sertifikat laik etik dari Komisi Etik Penelitian Universitas Brawijaya

    Malang No: 610-KEP-UB.

    2. Prosedur kultur makrofag dari peritoneum mencit menggunakan medium

    Roswell Park Memorial Institute 1640 (RPMI 1640) dilakukan dengan

    menggunakan metode yang digunakan oleh Rahayuningsih (2010).

    3. Virus Newcastle Disease diperoleh dari PUSVETMA yang kemudian

    dikembangbiakan pada Telor Ayam Berembrio (TAB) dan dilakukan

    Hemaglutination Test (HA) untuk mengetahui titer virus. Titer dari virus

    yang diinfeksikan pada kultur makrofag adalah 64 HAU (Hoss et al,

    1989).

    4. Propolis didapatkan dari lebah jenis Trigona sp yang menghisap bunga

    randu dan bunga hutan di Peternakan Lebah Lawang Rimba Raya.

    Kemudian dilakukan ekstrak di Laboraturium Farmakologi Fakultas

    Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dengan menggunakan metode

    dari Jaya et al (2008).

    5. Penentuan perlakuan yang diberikan pada kultur makrofag dibedakan

    menjadi lima (A) kontrol negatif, (B) kontrol positif, (C)pemberian ekstrak

    propolis25µg/ml, (D) pemberian ekstrak propolis 50µg/ml, dan (E)

    pemberian ekstrak propolis 100µg/ml(Herawati et al, 2015).

    6. Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah kadar TNF- -6

  • 5

    1.4. Tujuan penelitian

    Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

    1. Mengetahui potensi ekstrak propolis sebagai preventif terhadap kultur

    makrofag yang diinfeksi virusNewcastle Disease melalui penurunan

    produksi Tumor Necrosis Factor Alpha (TNF-

    2. Mengetahui potensi ekstrak propolis sebagai preventif terhadap kultur

    makrofag yang diinfeksi virus Newcastle Disease melalui penurunan

    produksiInterleukin 6(IL-6).

    1.5 Manfaat penelitian

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

    mengenai potensi ekstrak propolissebagai preventif terhadap kultur

    makrofag yang diinfeksi virus Newcastle Disease melalui penurunan

    produksi sitokin proinflamasi, Tumor Necrosis Factor Alpha (TNF-

    Interleukin-6 (IL-6). Selain itu juga sebagai referensi atau acuan dalam

    penelitian selanjutnya terhadap tindakan preventif terhadap virus

    Newcastle Disease.

  • 5

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1Newcastle Disease (ND)

    2.1.1 Etiologi

    Newcastle disease (ND) merupakan suatu penyakit pernapasan dan

    sistemik, yang bersifat akut dan mudah sekali menular, yang disebabkan

    oleh virus dan menyerang berbagai jenis unggas, terutama ayam (Tabbu,

    2000). ND disebabkan oleh virus berukuran 150-250 milimikron yang

    memiliki amplop dan kapsid berbentuk heliks yang simetris.

    Spesies : Newcastle Disease Virus

    Genus : Avulavirus

    Famili : Paramyxoviridae

    Ordo : Mononegavirales

    Grup : ss-RNA

    Genom virus ini mempunyai enam protein utama yang

    menyusunnya yaitu Nucleocapsid protein (N), Phosphoprotein (P), Matrix

    protein (M), Fusion protein (F), Hemagglutininneuraminidase protein

    (HN) dan Large polymerase protein (L) (Rout & Samal 2008). Gambar

    2.1 merupakan gambaran struktur virus ND. Terdapat dua protein non-

    struktural lainnya yang dihasilkan selama proses transkripsi gen P yaitu V

    dan W. Protein N, P, HN dan F terletak di bagian luar envelope sedangkan

    protein M terdapat di lapisan dalam virion (Peeters et al. 2004).Ada dua

    protein penting pada virus ND, yakni HN dan F. Protein H merupakan

  • 6

    protein yang melekat dan mengikat pada reseptor pada bagian luar

    membran sel inang, termasuk sel darah merah. Bagian N (neuraminidase)

    merupakan enzim aktif yang membantu dalam pelepasan virus dari

    membran sel inang. Aktivitas enzim ini mempengaruhi waktu yang

    dibutuhkan bagi virus untuk mengelusi dari sel darah merah. Protein F

    berfungsi untuk fusi antara amplop virus dengan membran sel inang

    (Pudjiatmoko et al., 2014).

    Gambar 2.1 Struktur Virus Newcastle Disease (Chang and Dutch, 2012)

    2.1.2 Gejala Klinis

    Penyakit ini menyebar dengan cepat pada spesies ayam, kalkun dan

    spesies unggas yang lain. Periode inkubasi dan gejala klinis ND

    dipengaruhi oleh beberapa faktor. Masa inkubasi ND pada unggas antara

    3-6 hari tergantung pada jenis spesies inang, kekebalan inang serta

    konsentrasi dan strain virus ND. Gejala klinis non-spesifik yang

    ditunjukkan oleh ND meliputi depresi, bulu rontok, sulit bernafas dengan

    mulut terbuka, hipertermia, anoreksia, lesu dan hipotermia sebelum

    kematian.Meskipun demikian, dugaan terhadap ND muncul apabila organ

  • 7

    limpa, timus, bursa fabricius dan saluran pencernaan unggas yang sakit

    mengalami perdarahan dan nekrosis (Courtney et al. 2013).

    Berdasarkan gejala klinis yang diperlihatkan ayam terinfeksi virus

    ND dikelompokkan dalam lima patotipe yaitu viscerotropic velogenic,

    sangat patogenik dengan ciri kematian yang tinggi dan lesi hemoragik

    pada usus; neurotropic velogenic, dengan ciri kematian yang tinggi, gejala

    pernafasan dan saraf; mesogenic, dengan kematian rendah, gejala

    pernafasan dan saraf; lentogenic, dengan gejala klinis ringan dari saluran

    pernafasan; dan asymptomatic enteritic, dengan bentuk infeksi subklinis

    enteric (OIE, 2012).

    Tekanan respon kekebalan inang oleh infeksi virus ND

    menyebabkan kerusakan organ limfoid primer bersifat sementara atau

    permanen (Nasser et al. 2000). Sistem kekebalan spesifik (humoral dan

    seluler) tidak dapat berfungsi secara optimal pada ayam yang terinfeksi

    virus ND karena jaringan limfoid tidak berkembang sehingga

    menyebabkan kelainan patologi atau kerusakan pada organ limfoid seluler

    seperti limpa dan timus (Rue et al, 2011).

    2.1.3 Cara Penularan

    Penularan virus ND yang utama terjadi secara per inhalasi atau

    lewat saluran pernafasan. Virus ND dikeluarkan oleh ayam terutama lewat

    berbagai ekskresi. Barang atau bahan-bahan yang ada di kandang,

    termasuk alas kandang (liter), dapat tercemar virus ND dan terbawa angin

    ke peternakan ayam yang jaraknya berdekatan. Penularan virus ND juga

  • 8

    dapat terjadi per os pada ayam yang berdekatan dalam satu kandang.

    Ayam yang selamat dari serangan virus ND, tetapi masih meninggalkan

    gejala saraf hendaknya disingkirkan (dipotong) agar tidak menularkan

    penyakit pada ayam lain (Soeharsono, 2005).

    2.1.4 Patogenesitas

    Protein HN berperan dalam tahap penempelan virus ND pada

    reseptor sel inang yang mengandung sialic acid yaitu glycoprotein dan

    glycolipid (Iorio et al. 2009). Protein F sebagai perantara penempelan

    virus dengan penyatuan virus dan membran sel inang. Selanjutnya, RNA

    virus dilepaskan ke dalam sitoplasma kemudian terjadi replikasi. Proses

    masuknya virus ke dalam sel melalui dua cara, yang pertama adalah

    penyatuan secara langsung antara envelope virus dengan membran plasma

    dan yang kedua adalah diperantarai oleh reseptor endositosis (Ferreira et

    al, 2004).

    Disamping mempunyai reseptor yang cocok dengan virus ND, sel

    inang juga harus memiliki enzim tripsin yang fungsinya mirip protease

    untuk memecah protein F0 menjadi F1 dan F2 pada infeksi ND avirulen

    walaupun protease tidak selalu diperlukan untuk penempelan virus ND

    virulen (Sakaguchi et al. 1991). Penyebaran reseptor sel pada ayam yang

    peka terhadap virus ND avirulen bersifat terbatas dan hanya ditemukan

    pada saluran pencernaan dan pernafasan atas, sedangkan replikasi virus

    ND virulen terjadi di sebagian besar jaringan inang (Brown et al. 1999).

    Virus ND avirulen yang diinokulasikan lewat mulut bereplikasi di

  • 9

    esofagus, tembolok dan proventrikulus satu hari pasca-inokulasi, lalu

    bereplikasi di duodenum, jejunum, ileum dan sekum, kemungkinan terjadi

    sebagai akibat dari viremia pada hari keempat hingga keenam pasca-

    infeksi (Bouzari & Spardbrow, 2006).

    2.1.5 Diagnosis

    Diagnosa awal terhadap ND tipe velogenik viserotropik dapat

    didasarkan atas gejala klinik yang diperkuat oleh pemeriksaan patologik.

    ND tipe Velogenik Neurotropik bersifat kurang spesifik dibandingkan

    dengan VVND. Diagnosa awal untuk bentuk ini dapat didasarkan atas

    adanya gejala gangguan pernapasan dan gangguan saraf. Sedangkan untuk

    infeksi virus ND yang disebabkan oleh galur mesogenik dan lentogenik,

    sulit untuk didiagnosa berdasarkan gejala klinik dan perubahan patologik

    tertentu. Diagnosa akhir didasarkan atas isolasi dan identifikasi virus

    penyebab penyakit (Tabbu, 2000).

    Menurut Pudjiatmoko et al. (2014), diagnosa penyakit Newcastle

    Disease dapat didasarkan atas epizootiologi, tanda-tanda klinis, kelainan

    patologi anatomi yang dikukuhkan dengan hasil pemeriksaan

    laboratorium, sebagai berikut:

    a) Isolasi dari swab trakea atau kloaka atau suspensi 10% dari otak

    atau paru, dalam larutan NaCl fisiolofis yang mengandung

    antibiotik diinokulasikan pada telur ayam berembrio (TAB) umur

    9-11 hari.

  • 10

    b) Pemeriksaan serologi, dengan menguji adanya antibodi dalam

    tubuh dengan uji HI, uji Serum Neutralization (SN) dan Enzyme

    linked immunosorbent assay (ELISA).

    c) Pengujian adanya antigen dapat dilakuukan pula dengan uji

    Flourescent Antibody Technique (FAT) atau dengan rapid test.

    2.1.6 Imunitas Terhadap Virus

    Respon kekebalan non-spesifik (alamiah) terdiri dari faktor-faktor

    yang sudah ada sejak lahir atau sebelum tubuh terinfeksi mikroorganisme.

    Respon kekebalan ini bersifat cepat dan paling awal dalam pertahanan

    terhadap infeksi mikroorganisme.Komponen sistem imun non spesifik

    tidak mempunyai kemampuan untuk bereplikasi secara cepat, akan tetapi

    selalu siap untuk melawan dan mencerna bahan-bahan asing dalam waktu

    yang singkat. Sel-sel dalam sistem imun non spesifik meliputi granulosit

    yang berfungsi memfagosit atau mencerna, natural killer cells khusus

    untuk sel kanker, makrofag dan komplemen yang kesemuanya berfungsi

    sebagai pertahanan pertama terhadap adanya infeksi(Ferdous et al.

    2008)dan mediator peradangangan sitokin (Scott & Owens, 2008).

    Menurut, ada beberapa mekanisme utama respons nonspesifik

    terhadap virus, yaitu :

    1. Infeksi virus secara langsung akan merangsang produksi IFN

    oleh sel-sel terinfeksi; IFN berfungsi menghambat replikasi

    virus (Sinthari, 2014).

  • 11

    2. IFN tidak akan bekerja sendirian. IFN akan merangsang

    makrofag untuk meningkatkan sintesis dari sitokin lain seperti

    TNF- -6 (Ishartadiati, 2008).

    2.1.7 Pengendalian dan Pencegahan

    Tujuan dari pengendalian ND adalah mencegah ayam yang peka agar tidak

    terinfeksi oleh virus tersebut atau mengurangi jumlah ayam yang peka

    dengan program vaksinasi. Untuk mencegah masuknya dan menyebarnya

    virus ND ke dalam suatu peternakan, maka diperlukan pengamanan

    biologis yang ketat dan pelaksanaan aspek manajemen lainnya secara

    optimal untuk menghilangkan faktor pendukung / sumber infeksi virus.

    Sistem perkandangan, sanitasi/desinfeksi, kualitas DOC, kualitas dan

    kuantitas pakan, pengaturan pekerja atau pengujung dan system

    transportasi sapronak/pronak juga penting untuk diperhatikan.

    Pengamanan biologis yang ketat perlu didukung oleh program vaksinasi

    terhadap ND yang sesuai untuk merangsang timbulnya kekebalan pada

    suatu kelompok ayam yang peka (Tabbu, 2000).

    2.2Tumor Necrosis Factor -

    Tumor Necrosis Factor -

    proinflamasi dalam sistem imun. TNF-

    termasuk makrofag (Widegren, 2008). TNF-

    memiliki susunan struktur trimer yang pada awalnya berbentuk prekursor

    (pTNF-

  • 12

    bentuk terlarut (sTNF-

    biologis dari TNF- diantaranya :

    1. Mengerahkan neutrofil dan monosit ke tempat infeksi serta

    mengaktifkan sel-sel tersebut untuk menyingkirkan mikroba.

    2. Merangsangan yang multiple terhadap limfosit T teraktifkan, misalnya

    respon proliferasi limfosit T terhadap antigen, peningkatan reseptor

    untuk IL-2 dan IFN- tkan ekspresi antigen

    MHC kelas 1 pada fibroblast dan sel endotel(Abbas et al., 2010).

    3. Merangsang fagosit mononuklear untuk mensekresi IL-1 dengan efek

    seperti TNF.

    4. Menjadi reseptor pengatur respon kekebalan serta mampu

    menimbulkan efek seluler yang beragam termasuk apoptosis, nekrosis,

    efek keradangan, efek proliferasi atau yang mempromosikan

    pertumbuhan dan efek hematopoietik.

    5. Mengaktivasi produksi khemokin yang memiliki efek kemotaksis

    terhadap sel-sel inflamasi.

    Interaksi antara faktor-faktor tersebut merupakan mekanisme

    efektor yang terjadi pada respon imun yang dapat bersifat protektif atau

    bahkan menyebabkan kerusakan jaringan yang disebut reaksi

    hipersensitifitas (Thomas, 2001).

    Tumor Necrosis Factor dibentuk atas 212 asam amino diatur pada

    homotrimers yang stabil dengan berat molekul 51 kD. Seperti sitokin 14

    proinflamasi yang lain, ekspresi dan sintesa dari TNF-

  • 13

    dihasilkan oleh sel-sel hematopoetik saja (Raharjo, 2010). TNF-

    mengalami peningkatan produksi pada keadaan inflamasi akut dan kronik

    (Popa et al., 2007). Infeksi yang berat dapat memicu produksi TNF- dalam

    jumlah besar. Peranan yang menguntungkan dari TNF-

    sebagai respon imun terhadap bakteri, jamur, virus, dan invasi parasit

    (Tracey and Cerami, 1994).

    2.3 Interleukin-6 (IL-6)

    Interleukin-6 ini merupakan salah satu IL dengan berat molekul 22-29 kD

    yang memegang peranan sangat penting pada reaksi inflamasi dan

    menginduksi produksi antibodi (Silva et al., 2007).IL-6 berfungsi dalam

    imunitas nonspesifik dan spesifik. Diproduksi fagosit momonuklear, sel

    endotel vascular, fibroblast, dan sel lain sebagai respon terhadap mikroba

    dan sitokin lain. IL-6 mempunyai berbagai fungsi. Dalam imunitas

    nonspesifik, IL-6 merangsang hepatosit untuk memproduksiacute

    phaseprotein(APP) dan bersama CSF merangsang progenitor di sumsum

    tulang untuk memproduksi neutrofil. Dalam imunitas spesifik, IL-6

    merangsang pertumbuhan dan diferensiasi sel B menjadi sel mast yang

    memproduksi antibodi.Pelepasan IL-6 ini merangsang sel makrofag muda

    menjadi matang dan sel makrofag yang sudah matang akan mampu

    melakukan fagositosis lebih efisien (Martinez dan Dunn, 2011; Mosser,

    2003).IL-6 bersama dengan TNF-a dan IL-1, meningkat pada kondisi

    septik atau peradangan aseptik.

  • 14

    2.4 Makrofag

    Makrofag adalah salah satu tipe sel darah putih yang memakan benda

    asing. Makrofag mempunyai peranan kunci dalam respon imun yang

    bereaksi terhadap benda asing. Makrofag terutama berasal dari sel dari

    sum-sum tulang, dari promonosit yang akan membelah menghasilkan

    monosit yang beredar dalam darah. Pada tahap kedua monosit berimigrasi

    kedalam jaringan ikat tempat mereka menjadi matang dan inilah yang

    disebut makrofag. Makrofag membantu dalam proses penghancuran

    antigen. Makrofag juga mengeluarkan substansi yang menstimulasi sel

    lainnya yang juga berperan dalam sistem imun, dan juga terlibat dalam

    presentasi antigen, dalam hal ini makrofag membawa antigen di

    permukaan sel dan mempresentasikan kepada sel T (Effendi, 2003).

    Makrofag juga melepaskan TNF-

    (Baratawidjaja, 2004).

    Monosit berdiferensiasi menjadi makrofag yang memproduksi berbagai

    macam sitokin (TNF- -1, IL-10, IL-6 TGF- -8, MCP-

    1), growth facor, metalloproteinase dan dapat memodifikasi lipoprotein

    melalui oksidasi. Monocyte recruitment protein-1 (MCP-1), berperan

    dalam perekrutan monosit dari sirkulasi. (Osterud & Bjorklid, 2003; van

    Haelst, 2005). Kerja kolektif dari macrophage-derived cytokine dan lipid-

    mediator adalah menginduksi inflamasi lokal yang banyak mengandung

    neutrofil yang akan memfagositosis dan menghancurkan patogen (Abbas

    and Litchtman, 2003).

  • 15

    Makrofag memegang peranan utama dalam proses inflamasi dan

    kekebalan alami. Aktivitasnya besar, tergantung pada kapasitasnya untuk

    memproduksi free-oxygen radicals, protease, complement factor, dan

    sitokin (Hansson, 2001). Pada umumnya makrofag atau monosit yang

    diaktifkan dengan berbagai rangsangan, dengan cepat menginduksi

    produksi sejumlah sitokin seperti TNF- - - -6.

    Makrofag, limfosit, fibroblast, sel endotel, otot polos yang ditemukan

    dalam vaskuler dengan inflamasi dapat mengekspresikan reseptor TNF

    (Baratawidjaja,2004).

    2.5 Propolis

    Ada banyak produk yang dihasilkan dari lebah, diantaranya adalah

    madu, royal jeli, polen, dan juga propolis. Propolis adalah kompleks dari

    resin yang dikumpulkan dari berbagai tanaman oleh lebah madu yang

    kemudian bercampur dengan air liur lebah madu. Lebah menggunakan

    propolis dalam pembuatan, pemeliharaan, perlindungan, dan untuk

    mensterilkan sarangnya (Marcucci et al, 2001). Komposisi dari propolis

    sangat kompleks. Unsur utamanya adalah lilin lebah, resin, dan senyawa

    volatil. Lilin lebah adalah hasil sekresi dari lebah itu sendiri, sedangkan

    resin dan volatil berasal dari tanaman (Rachmadian, 2011). Beberapa

    kandungan kimia telah diidentifikasi dalam propolis, diantaranya adalah

    resin, lilin lebah, minyak esensial, protein, senyawa organik lainnya yang

    akan ditampilkan pada Tabel 2.5. berikut :

  • 16

    Tabel 2.5 Kandungan Kimia Propolis (Sivasubramaniam & Seshadri, 2005)

    Kelas Komponen Jumlah Group Komponen

    Resin 45-55% Flavonoid, asam fenolat dan esternya Lilin dan asam lemak 25-53% Sebagian besar dari lilin lebah dan beberapa

    dari tanaman Minyak esensial 10% Senyawa volatile Protein 5% Protein kemungkinan berasal dari polen dan

    amino bebas Senyawa organik lain dan mineral

    5%% Mineral yang paling terkenal adalah Fe dan Zn, selain itu adalah Au, Ag, Cs, Hg, La, dan Sb. Senyawa lain seperti keton, laktan, kuinon, asam benzoate, gula, vitamin B3

    Senyawa yang terkandung dalam propolis secara garis besar

    dikelompokkan dalam tiga kelompok yaitu flavonoid, turunan cinnamic

    acid, dan terpenoid. Senyawa tersebut memiliki peran penting dalam

    aktivitas biologis propolis, antara lain sebagai imunomodulator,

    antimikrobial, antioksidan, antiinflamasi, antifungal, antiprotozoa,

    antiparasit, dan antiproliferatif (Rachmadian, 2011).

  • 35

    BAB 3

    KERANGKA KONSEPTUAL

    3.1 Kerangka Konsep

    Keterangan :

    : Variabel Terikat : Induksi NDV

    : Variabel Bebas : Pemberian Propolis

    : Efek Pemberian Propolis

    : Efek Pemberian NDV

    Mencit

    Kultur Makrofag Ekstrak Propolis

    TNF- IL-6

    Aktivitas Makrofag

    KulturMakrofagDiinfeksi Virus ND (64 HAU)

    Proliferasi dan Diferensiasi Makrofag Imunostimulator

    Antivirus

    ROS Sitokin MMP GF

    Penurunan Aktivasi dari Makrofag

  • 18

    Ekstrak propolis mengandung flavonoid, tanin, dan saponin.

    Flavonoid sebagai antioksidan dapat melindungi dari radikal bebas dengan

    cara mentransfer ion hidrogen ke ion yang mengalami radikal bebas

    sehingga menjadi stabil. Keadaan ion yang telah stabil menyebabkan

    menurunnya keadaan stres oksidatif. Tannin atau polifenol bekerja

    menghambat pelepasan mediator inflamasi dan menghentikan reaksi rantai

    radikal bebas. Sedangkan saponin akan mencegah kerusakan membran sel

    akibat radikal bebas. Telah dibuktikan bahwa flavonoid mampu

    mempercepat fagositosis. Fagositois yang berlebih akan memerlukan O².

    Hal ini akan menyebabkan terjadinya respiratory burst. Jika tidak

    tergantung dengan O² maka fagositosis akan menggunakan enzim sebagai

    antioksidan endogen (SOD, NO, H²O²). Pada saat terdapat antigen yang

    harus difagositosis namun antioksidan endogen tidak tersedia dalam jumlah

    yang cukup, maka diperlukan antioksidan tambahan untuk membantu

    menurunkan produksi dari ROS. Radikal bebas yang banyak dan tidak

    diimbangi dengan antioksidan yang cukup akan menyebabkan stres

    oksidatif yang meningkat. Pemberian ekstrak propolis akan mencegah

    terjadinya peningkatan produksi dari makrofag seperti ROS, Sitokin

    proinflamasi (TNF- -6), MMP, dan Growth Factor. Sehingga fungsi

    makrofag akan kembali normal.

    Pada saat NDV diinfeksikan ke dalam kultur makrofag, akan terjadi

    diferensiasi dan proliferasi dari makrofag. Hal ini akan menyebabkan

    peningkatan dari sitokin proinflamasi diantaranya TNF- -6. TNF-

  • 19

    merupakan sitokin yang mengawali proses apoptosis dan menginduksi

    sitokin-sitokin lainnya seperti IL-6. Sedangkan IL-6 akan membuat

    makrofag mampu melakukan fagositosis dengan lebih efisien. Aktivitas dari

    makrofag tergantung pada kapasitasnya untuk memproduksi free-oxygen

    radicals (ROS), sitokin, matrix metalloprotease (MMP), dan growth factor

    (GF).

    ROS adalah beberapa jenis molekul dan radikal yang berasal dari

    molekul oksigen (O2) yang digunakan dalam pernapasan. Efek toksik ROS

    pada DNA adalah dapat modifikasi basa DNA atau pemotongan cincin

    DNA sehingga mengakibatkan penuaan dan kanker. Sedangkan efek toksik

    pada protein adalah inaktivasi enzim, depolarisasi protein yang dapat

    mengakibatkan radang inflamasi. Sitokin merupakan protein sistem imun

    yang mengatur interaksi antarsel dan memacu reaktivitas imun.

    Metaloproteinase matriks atau MMP merupakan protease dengan aktivitas

    degradasi terhadap proteinjaringan ikat seperti kolagen, elastin, proteoglikan

    dan laminin. MMP telah dikenal perannya dalam pertumbuhan sel kanker

    dan metastasisdan telah sering menjadi target terapi anti kanker karena

    ekspresinya yang berlebih.Sedangkangrowth factor sebagian besar berperan

    untuk memicu siklus sel dan menghambat apoptosis.Aktivasi makrofag

    karena pemberian NDV juga akan menyebabkan peningkatan produksi dari

    ROS, sitokin, MMP, dan GF. Sehingga akan menyebabkan kerusakan

    jaringan.

  • 20

    3.2 Hipotesis Penelitian

    Berdasarkan kerangka konseptual yang telah ada, maka hipotesis

    yang

    dapat diajukan adalah sebagai berikut ini :

    1. Pemberian ekstrak propolis memiliki efek preventif terhadap kultur

    makrofag yang diinfeksi virus ND dengan menurunkan produksi Tumor

    Necrosis Factor Alpha (TNF-

    2. Pemberian ekstrak propolis memiliki efek preventif terhadap kultur

    makrofag yang diinfeksi virus ND dengan menurunkan produksi

    Interleukin 6 (IL-6).

  • 35

    BAB 4

    METODE PENELITIAN

    4.1 Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2016. Pelaksanaan

    penelitian terdiri atas beberapa tahapan meliputi :

    1. Pembuatan ekstrak propolisdi Laboraturium Farmakologi Fakultas

    Kedokteran Universitas Brawijaya.

    2. Aklimatisasi mencit dilakukan di Laboratorium Farmakologi Universitas

    Muhammadiah Malang.

    3. Preparasi NDV di Laboraturium Imunologi Fakultas Kedokteran Hewan

    Universitas Brawijaya.

    4. Pembuatan kultur makrofag dilaksanakan di Laboratorium Biomedik

    Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang.

    5. Pengukuran Tumor Necrosis Factor (TNF- Interleukin-6 (IL-6)

    menggunakan teknik flowcytometry dilaksanakan di Laboratorium

    Fisiologi Hewan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan (MIPA)

    Universitas Brawijaya Malang.

    4.2 Alat dan Bahan

    4.2.1 Alat Penelitian

    Alat pemeliharaan hewan coba terdiri atas kandang kotak plastik

    dengan ukuran 35 x 27,5 x 12 cm untuk setiap kelompok perlakuan, tutup

    kandang yang terbuat dari kawat, meja untuk meletakkan kandang, tempat

  • 22

    pakan dan minum, lampu serta alas kandang berupa sekam. Alat yang

    digunakan untuk preparasi dan pembuatan kultur makrofag terdiri atas

    blade, spuit 10 cc, tabung sentrifuse steril, hemasitometer, microplate 24

    sumuran, inkubator CO2. Alat preparasi virus ND adalah Peneropong

    telur, Pengebor telur, Spuit 1 ml, Forceps, Gunting, Inkubator Telur (37°

    C, 62% kelembaban), microplate 96 sumuran dengan dasar U, dan

    Mikropipet. Alat untuk membuat ekstrak propolis adalah Erlenmeyer 500

    ml dan 1000 ml, pengaduk, corong gelas, pipet, kertas saring, Rotary

    evaporator, Thermostirer, Vortex-mixe, waterbath, Magnetic stirrer 5 cm,

    aliminium foil, kulkas, Thermometer, dan botol untuk menyimpan dosis.

    Alat untuk pengujian flowcytometry terdiri atas spuit 5 mL, sentrifuge

    tube, mikropipet 10 dan 1000 mikroliter, tabung dan rak eppendorf,

    sentrifus, masker, sarung tangan dan tissue tabung propilen, microtube,

    Pro

    4.2.2 Bahan Penelitian

    Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi mencit

    Balb/C, bahan pemeliharaan hewan coba yaitu pakan, air minum dan

    sekam. Bahan preparasi virus ND berupa Phospat Buffered Saline (PBS)

    dan alkohol 70%. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan ekstrak

    propolis adalah propolis yang diambil dari peternakan lebah Rimba Raya

    Lawang, E-pure, etanol dan DMSO. Bahan yang dilakukan untuk

    preparasi NDV adalah Telur Berembrio, Alkohol 70%, Lilin yang telah

  • 23

    dicairkan, RBC 10% (Washed red blood cells), PBS (Phosphat Buffer

    Saline).Bahan yang digunakan untuk preparasi dan pembutan kultur

    makrofag terdiri atas alkohol 70%,larutan RPMI dingin, PBS, medium

    komplit (RPMI 1640, FBS 10%, penicillin, streptomycin dan glutamin),

    asam asetat 3%. Bahan pada uji flowcytometry terdiri atas PBS steril,

    antibodi intraseluler (TNF - -6).

    4.3 Tahapan Penelitian

    Berikut ini adalah tahapan penelitian yang dilakukan:

    1. Persiapan hewan coba

    2. Rancangan penelitian

    3. Variabel penelitian

    4. Pembuatan ekstrak propolis

    5. Preparasi virus ND

    6. Pembuatan kultur makrofag dari peritoneum mencit

    7. Pemberian ekstrak propolis pada kultur makrofag

    8. Pemberian virus ND pada kultur makrofag

    9. Penentuan produksi TNF- -6 dengan flowcytometry

    4.4. Langkah Kerja

    4.4.1 Persiapan Hewan Coba

    Hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit

    Balb/c jantan umur 6 minggu dengan berat badan 20-30 gram

    (Rahayuningsih,2010). Strain yang dipilih adalah Balb/C sebab strain ini

    dapat menimbulkan respon imuntias apabila diinokulasi dengan virus

  • 24

    Newcastle Disease (Hoss et al,1989). Penelitian ini menggunakan hewan

    coba mencit Balb/c karena merupakan mencit yang sering digunakan pada

    penelitian bertujuan umum maupun penelitian di bidang imunologi.

    Sebelum perlakuan terlebih dahulu mencit diaklimatisasi selama

    lima hari dengan cara ditempatkan pada sebuah kandang yang terbuat dari

    plastik dan diberi pakan berupa susu PAP berbentuk pelet dan air minum

    secara ad libitum (Mangkoewidjojo, 2006). PAP adalah pelet buatan

    pabrik dan tebuat dari biji-bijian seperti jagung, wheat bran, tetes tebu,

    palm olein, asam amino esensial, mineral esensial, premix, dan vitamin.

    Kandungan protein pada susu PAP yang tinggi namun memiliki

    kandungan serat yang rendah. PAP biasa digunakan sebagai pakan kelinci

    dan pakan untuk menggemukkan anak sapi. Kandungan gizi susu PAP

    adalah : Protein 16%, Lemak kasar 3-7%, Serat kasar 8%, Kalsium 0,9-

    1,2%, dan Phosphor 0,6-1,0%. Menurut Harmita dan Maksum (2008),

    mencit bersifat penakut, fotofobia, cenderung berkumpul dengan

    sesamanya dan lebih aktif pada malam hari dibandingkan siang hari

    sehingga perlu dilakukan aklimatisasi. Hal ini juga dijelaskan oleh

    Institute of Laboratory Animal Resources Commision an Life Science

    (2010) bahwa sebelum hewan coba digunakan dalam percobaan, diberikan

    aklimatisasi atau masa adaptasi minimal selama lima hari untuk tujuan

    meminimalisasi stress dan hewan coba dapat mengekspresikan tingkah

    laku alaminya. Hewan coba dikandangkan dalam lima kandang kelompok

    sesuai dengan kelompok perlakuan yang akan diberikan. Setiap kandang

  • 25

    berisi 4 ekor mencit.Kandang mencit diletakkan pada lokasi yang bebas

    dari kebisingan dan polutan dengan suhu ruang 20-24ºC dan siklus gelap-

    terang selama 12 jam.Kandang dibersihkan dan diganti alas kandang setiap

    hari.

    4.4.2 Rancangan Penelitian

    Penelitian bersifat eksperimental dengan menggunakan Rancangan

    Acak Lengkap (RAL) yaitu penggunaan media yang sama atau dianggap

    seragam dalam penelitian (Kusriningrum, 2008). Penelitian menggunakan

    metode Post test only control group design dimana percobaan

    (eksperimen) yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh yang

    timbul sebagai akibat dari adanya perlakuan tertentu. Pengukuran

    parameter produksi TNF- -6 dilakukan untuk mengetahui pengaruh

    pemberian ekstrak etanol propolis pada kultur makrofag yang diinduksi

    virus ND. Hewan coba dalam penelitian ini dibagi menjadi lima kelompok

    perlakuan yang berbeda, antara lain:

    1. Kelompok A (kontrol negatif): Kultur makrofag yang tidak diberi

    ekstrak propolis dan tidak diinduksi virus ND.

    2. Kelompok B (kontrol positif): Kultur makrofag yang diinduksi virus

    ND dosis 64.

    3. Kelompok C (perlakuan satu): Kultur makrofag yang diberi ekstrak

    propolis konsentrasi 25µg/ml kemudian diinduksi virus ND dosis 64

    HAU.

  • 26

    4. Kelompok D (perlakuan dua): Kultur makrofag yang diberi ekstrak

    propolis konsentrasi 50µg/ml kemudian diinduksi virus ND dosis 64

    HAU.

    5. Kelompok E (perlakuan tiga): Kultur makrofag yang diberi ekstrak

    propolis konsentrasi 100µg/ml kemudian diinduksi virus ND dosis 64

    HAU.

    Jumlah hewan model yang diperlukan dalam penelitian ditentukan

    dengan melakukan optimasi terlebih dahulu. Pada saat optimasi, dari satu

    ekor mencit dapat diambil 2,5 ml yang mengandung 2.500.000 sel

    makrofag. Jumlah sampel minimal dihitung menggunakan rumus

    (Kusriningrum, 2008).

    Sehingga:

    P (n-1) 15 Keterangan:

    5 (n-1) p = jumlah kelompok perlakuan

    5n-5 n = jumlah ulangan yang diperlukan

    5n

    5n

    n

    Berdasarkan hasil perhitungan di atas, untuk lima kelompok perlakuan

    diperlukan jumlah ulangan lebih besar sama dengan empat atau minimal

    empat kali ulangan dalam setiap kelompok. Penelitian ini menggunakan

    empat kali ulangan dalam setiap kelompok perlakuan sehingga jumlah

    kultur makrofag yang diperlukan sebanyak 20 sumuran kultur makrofag.

  • 27

    Satu sumuran berisikan 500.000 sel makrofag (Akrom, 2013). Sehingga

    satu ekor mencit dapat dipakai untuk satu kali pengulangan, jadi pada

    penelitian ini dibutuhkan empat ekor mencit karena terdapat empat kali

    pengulangan.

    4.4.3 Variabel Penelitian

    Variabel yang diamati dari penelitian ini adalah:

    1. Variabel bebas

    Variabel bebas dalam penelitian ini adalah ekstrak propolis dengan

    konsentrasi bertingkat 25 µg/ml, 50µg/ml, 100µg/ml. Penetapan

    konsentrasi yang digunakan didasarkan pada modifikasi dari

    penelitian yang telah dilakukan oleh Herawati et al (2015). Variabel

    bebas lainnya adalah virus ND yang diberikan dengan dosis 64

    HAU.

    2. Variabel tidak bebas (variabel terikat)

    Variabel terikat dalam penelitian ini adalah TNF- -6.

    3. Variabel kontrol (variabel kendali)

    Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah mencit strain Balb/C,

    umur 6-8 minggu, jenis kelamin jantan, berat badan 20-25 gram,

    pakan yang diberikan seragam yaitu pakan standar berbentuk pelet

    (Mangkoewidjojo, 2006).

    4.4.4Pembuatan Ekstrak Propolis

    Langkah pertama adalah mengekstraksi propolis dengan etanol

    sebagai pelarut memekai perbandingan propolis : etanol adalah 1 : 10. Alat

  • 28

    yang digunakan yaitu Thermostirer berkecepatan 150 rpm selama 4 jam

    dan diputar dengan bantuan Magnetic Stirer 5 cm. Hasilnya disaring

    dengan menggunakan kertas saring sehingga didapat filtrate propolis.

    Filtrat dipisahkan dari pelarut dengan cara penguapan dalam rotary

    evaporator pada suhu 70°C berkecepatan 2-3 rpm (Jaya et al, 2008).

    4.4.4.1 Penentuan Konsentrasi Ekstrak Propolis

    Penelitian ini menggunakan konsentrasi ekstrak propolis untuk

    virus uji 0% (kontrol positif), 25µg/ml, 50µg/ml, dan100µg/ml. Menurut

    Herawati et al (2015) pengencer yang digunakan adalah dimethyl sulfoxide

    (DMSO). Alasannya adalah karena DMSO memiliki polaritas yang sama

    dengan propolis. Jumlah ekstrak propolis yang dimasukkan kedalam

    sumuran adalah 500 µl (Herawati et al, 2015). Jadi hel pertama yang

    dilakukan adalah pembuatan stok propolis 1000 µg/ml DMSO. Kemudian

    diencerkan kembali dengan medium komplit menggunakan rumus

    V1.M1=V2.M2 sampai mendapatkan konsentrasi yang diinginkan.

    Perhitungannya terdapat pada Lampiran 6 (halaman 64). Dalam media

    perlakuan terdapat komposisi sebagai berikut:

    Perlakuan C : 500 µl makrofag + 500 µl ekstrak propolis konsentrasi 25 µg/ml

    + suspensi virus ND 64 HAU 100 µl

    Perlakuan D:500 µl makrofag + 500 µl ekstrak propolis konsentrasi 50 µg/ml

    + suspensi virus ND 64 HAU 100 µl

    Perlakuan E : 500 µl makrofag + 500 µl ekstrak propolis konsentrasi 100

    µg/ml + suspensi virus ND 64 HAU 100 µl

  • 29

    4.4.5 Pembuatan Kultur Makrofag

    4.4.5.1 Isolasi Makrofag

    Prosedur dibawah ini dilakukan untuk mendapatkan 5x105

    sel/sumuran. Mencit dieuthanasia dengan dislokasi servikalis, kemudian

    diletakkan dalam posisi terlentang, kulit abdomen dibuka sehingga tampak

    peritoneum kemudian dibersihkan dengan alkohol 70%, kemudian

    diinjeksi dengan 10cc larutan RPMI dingin ke dalam rongga peritoneum.

    Peritoneum digoyang-goyangkan pelan untuk mendapatkan makrofag

    yang cukup banyak. Setelah itu cairan disedot kembali sampai habis dan

    dimasukkan dalam tabung sentrifuse steril. Cairan kemudian disentrifus

    dengan kecepatan 800 rpm pada suhu ruang (25 °C) selama 8 menit.

    Setelah supernatan dibuang, ditambahkan 1cc RPMI 1640, penicillin-

    streptomycin sebanyak 10 µl. Sel-sel makrofag dihitung dengan

    hemasitometer. Makrofag diwarnai dengan Trypan Blue 0,05% dengan

    perbandingan 1:1. Campuran makrofag dan TB dimasukkan ke dalam

    haemositometer dengan kemiringan 45°, sampel dimasukkan pada dua sisi

    pengisian lalu didiamkan selama 1 menit sebelum dilakukan perhitungan

    dibawah mikroskop inverted dengan perbesaran 400x. Sel yang hidup

    tidak terwarnai dan sel yang mati berwarna biru (Rahayuningsih, 2010).

    Cara perhitungan sel adalah :

    a) Sel yang menempel garis kanan dan bawah dimasukkan dalam

    perhitungan, sedangkan yang menempel pada garis kiri dan atas tidak

    dihitung. Sel yang menggumpal dihitung sebagai satu sel.

  • 30

    b) Diperkirakan jumlah sel dalam 1 kotak besar 20-60 atau 100-300 dalam

    4 kotak besar. Apabila lebih banyak, harus dilakukan pengenceran lagi.

    c) Jumlah sel per ml dan jumlah sel yang hidup per ml dalam suspensi

    dapat dihitung dengan rumus :

    Total sel/ml = total sel x faktor pengenceran x 104 4 Jumlah sel hidup = sel hidup x faktor pengenceran x 104 4

    Setelah dilakukan perhitungan sel dalam suspensi sampel, maka

    dilakukan pengenceran dengan densitas 5x105 sel/500 µl dengan rumus

    V1xC1=V2xC2.

    4.4.5.2 Kultur Makrofag

    Suspensi sel yang didapat kemudian dikultur dalam medium

    komplit (RPMI 1640, penicillin-streptomycin) di dalam microplate 24

    sumuran dasar rata, masing-masing sumuran 500 mikroliter (kepadatan

    5x105 sel/500 µl), kemudian diinkubasi dalam inkubator CO² pada suhu

    370C selama 24 jam. Fungsi inkubator CO² adalah untuk mempertahankan

    suhu optimal dengan tingkat CO² 5% (Rahayuningsih, 2010).

    4.4.6Pemberian Ekstrak Propolis pada Kultur Makrofag

    Penelitian ini menggunakan beberapa level konsentrasi ekstrak

    propolis. Medium kultur diganti dengan medium komplit ditambah ekstrak

    dengan konsentrasi 25µg/ml, 50µg/ml, dan 100µg/ml. Kultur makrofag

    yang ada dalam sumuran sejumlah 500 µl di beri ekstrak propolis

  • 31

    sebanyak 500 µl. Kemudian diinkubasi selama 24 jam (Herawati et al,

    2015).

    4.4.7 Preparasi Virus ND

    4.4.7.1 Membiakkan Virus Pada Telur Ayam Berembrio

    Virus dibiakkan pada TAB berumur 9-11 hari. Telur diteropong terlebih

    dahulu untuk memastikan tempat injeksi. Dilakukan candling untuk

    mengetahui letak embrio ayam dan lokasi pembuluh darah, selanjutnya

    diberi tanda dari cangkang telor supaya lokasi injeksi virus tidak mengenai

    embrio dan pembuluh darah tersebut. Gambar 4.4 merupakan gambaran

    lokasi injeksi virus Newcastle Disease di allantois sac.

    Gambar 4.4 Lokasi Injeksi Virus Newcastle Disease (Murwani et al, 2013)

    Kemudian telur disterilkan pada tempat injeksi. Setelah virus diinokulasikan,

    lubang ditutup dengan menggunakan paraffin. Telur diamati setelah 16-18

    jam untuk memastikan bahwa embrio sudah mati, kemudian telur dapat

    disimpan dalam suhu 4° C. Cara memastikan bahwa embrio sudah mati

    adalah dengan melakukan candling kembali dan embrio tidak akan

    merespon terhadap cahaya (Suryana, 2001).

  • 32

    4.4.7.2 Hemaglutination (HA) Test

    Uji HA dilakukan untuk mengetahui titer dari virus yang akan

    diinduksikan pada kultur makrofag. Hal pertama yang dilakukan adalah

    memasukkan 0,025 ml PBS dari sumuran 2-12. Suspensi virus dimasukkan

    ke dalam sumuran 1 sebanyak 0,025 ml. Selanjutnya ambil 0,025 ml dari

    sumuran 1 dan campurkan ke sumuran 2 sampai sumuran ke-11. Ambil

    0,025 ml pada sumuran ke-11 untuk dibuang. Kemudian ditambahkan

    0,025 ml RBC ke semua sumuran lalu campur hingga homogen. Sumuran

    ke-12 hanya berisi PBS dan RBC karena digunakan sebagai kontrol

    negatif. Jika sudah terjadi endapan eritrosit pada sumuran ke-12, maka

    dapat diamati aglutinasi yang terjadi pada dasar sumuran dengan

    memiringkan plat titermikro. Endapan yang tidak dapat mengalir

    merupakan positif HA (OIE, 2012).

    4.4.7.3 Pemberian Virus ND Pada Kultur Makrofag

    Kultur makrofag yang sudah diberi ekstrak kemudian diinkubasi selama 24

    jam diinduksi virus ND dengan dosis infeksi 64 HAU. Kemudian

    dilakukan inkubasi kembali selama 30 menit (Herawati et al, 2015).

    4.4.8Penentuan Produksi TNF- Flowcytometry

    Kultur makrofag yang sudah diinduksi dengan NDV dan diberi

    ekstrak propolis dengan berbagai macam dosis ditambahkan PBS

    sebanyak 1 mL lalu dihomogenkan dengan cara pipetting.Fungsi dari PBS

    ini adalah untuk pencucian dan pengenceran setelah panen dari kultur sel.

    Setelah itu diambil 100 µl kemudian dimasukkan ke dalam microtube

  • 33

    baru. Selanjutnya ditambahkan 500 l PBS, kemudian disentrifugasi

    dengan kecepatan 2500 rpm selama 5 menit dengan suhu 40C. Hasil dari

    sentrifugasi diambil bagian peletnya kemudian ditambahkan antibodi cell

    surface molecule yang digunakan untuk staining molekul permukaan sel

    sebanyak 50 l, lalu diinkubasi selama 30 menit dengan suhu 40C. Setelah

    itu ditambahkancytofix cytopermyang berfungsi untuk fiksasi dan

    permeabilisasi sel untuk pewarnaan sitokin intraseluler dengan antibodi

    anti-sitokin fluorochrome-terkonjugasisebanyak 100 µl, kemudian

    diinkubasi selama 20 menit dengan suhu 40C, lalu ditambahkan

    washpermuntuk mencuci sel-sel dan untuk mencairkan antibodi anti-

    sitokin untuk pewarnaan 1 mL dan disentrifugasi lagi dengan kecepatan

    2500 rpm selama 5 menit dengan suhu 40C. Setelah didapatkan pelet hasil

    sentrifugasi ditambahkan antibodi intraseluler (TNF-

    ditambahkan 300 l PBS, lalu dimasukkan dalam kuvet flowcytometry

    4.4.9Penentuan Produksi IL-6 dengan Flowcytometry

    Kultur makrofag yang sudah diinduksi dengan NDV dan diberi

    ekstrak propolis dengan berbagai macam dosis ditambahkan PBS

    sebanyak 1 mL lalu dihomogenkan dengan cara pipetting.Fungsi dari PBS

    ini adalah untuk pencucian dan pengenceran setelah panen dari kultur

    sel.Setelah itu diambil 100 µl, kemudian dimasukkan ke dalam microtube

    baru. Selanjutnya ditambahkan 500 l PBS, kemudian disentrifugasi

    dengan kecepatan 2500 rpm selama 5 menit dengan suhu 40C. Hasil dari

  • 34

    sentrifugasi diambil bagian peletnya kemudian ditambahkan antibodi cell

    surface molecule yang digunakan untuk staining molekul permukaan sel

    sebanyak 50 l, lalu diinkubasi selama 30 menit dengan suhu 40C. Setelah

    itu ditambahkan cytofix cytoperm sebanyak 100 µl, kemudian diinkubasi

    selama 20 menit dengan suhu 40C, lalu ditambahkan washperm 1 mL dan

    disentrifugasi lagi dengan kecepatan 2500 rpm selama 5 menit dengan

    suhu 40C. Setelah didapatkan pelet hasil sentrifugasi ditambahkan IL-6

    sebanyak 50 µl, kemudian ditambahkan 300 l PBS, lalu dimasukkan ke

    dalam kuvet flowcytometry

    4.5 Analisis Data

    Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa

    kuantitatif One Way ANOVA, a

    One Way ANOVA dimaksudkan untuk melihat pengaruh terhadap

    pemberian ekstrak propolis sebagai preventif pada kultur makrofag yang

    diinfeksi virus ND, kemudian dilanjutkan dengan uji Tukey untuk melihat

    perbedaan tiap perlakuan.

  • 35

    BAB 5

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Sebelum penelitian berlangsung, dilakukan optimasi terlebih dahulu untuk

    mengetahui berapa jumlah sel makrofag yang dihasilkan dari satu ekor

    mencit. Setiap sumuran dalam kultur berisi 500.000 sel makrofag. Setelah

    dilakukan optimasi, dari satu ekor mencit mampu menghasilkan 2.500.000

    sel. Peneitian ini memerlukan sebanyak 20 sumuran, sehingga jumlah

    mencit yang dibutukan hanya 4 ekor. Makrofag diisolasi dari peritoneum

    mencit dengan menginjeksikan medium RPMI 1640 kedalam rongga

    peritoneum mencit. Selanjutnya makrofag dikultur dalam medium komplit

    (RPMI 1640, penicillin-streptomycin) dalam microplate 24 sumuran dasar

    rata. Masing-masing sumuran berisikan makrofag dengan kepadatan

    500.000 sel. Kemudian kultur makrofag tersebut dibagi menjadi lima

    perlakuan. Kontrol negatif berupa kultur makrofag tanpa ekstrak propolis

    dan tanpa virus ND. Kontrol positif berupa kultur makrofag tanpa ekstrak

    propolis tapi diberi virus ND. Perlakuan 1 adalah pemberian ekstrak

    propolis konsentrasi 25 µg/ml, perlakuan 2 konsentrasi 50 µg/ml, dan

    perlakuan 3 konsentrasi 100 µg/ml.

    Makrofag merupakan sel yang memiliki peran utama dalam proses

    fagositosis atau penghancuran antigen. Propolis memiliki kandungan

    flavonoid, tanin atau polifenol, dan saponin. Kandungan-kandungan dari

    propolis tersebut mampu meningkatkan proliferasi dari makrofag sehingga

    dapat meningkatkan jumlah makrofag. Selain itu propolis juga mampu

  • 36

    menstimulasi fagostosis. Menurut Tyastuti et al (2006), propolis dapat

    meningkatkan persentase fagositosis makrofag pada ayam yang terkena

    ND. Propolis juga dapat membersihkan polutan dan racun dalam tubuh,

    sehingga metabolisme sel dapat berlangsung optimal (Prasetyo et al,

    2013).

    Berikut ini merupakan gambar makrofag yang diambil setelah

    dilakukan proses kultur, sehingga makrofag masih dalam keadaan hidup :

    Gambar 5.1 Gambaran Kultur Makrofag Keterangan : Gambaran kultur makrofag yang tidak diberi ekstrak propolis, A : Perbesaran 100x, B : Perbesaran 400x, C : Sel Makrofag, D : Eritrosit

    Perbesaran 100x

    Perbesaran 400x

    A

    B

    C

    D

  • 37

    Gambar 5.2 Gambar Kultur Makrofag Setelah Diberi Ekstrak Propolis Kemudian Diinkubasi Selama 24 Jam (Perbesaran 100x).

    Keterangan: A: Ekstrak Propolis 25 µg/ml, B: Ekstrak Propolis 50 µg/ml, C: Ekstrak Propolis 100 µg/ml. D: Makrofag. Terjadi peningkatan proliferasi dan diferensiasi dari makrofag pada kultur makrofag yang diberi ekstrak propolis. Sehingga jumlah makrofag pada kultur yang diberi ekstrak propolis akan meningkat.

    Percesaran 100x

    Perbesaran 100x

    Perbesaran 100x

    A

    B

    C

    D

    D

    D

  • 38

    Makrofag berukuran 10-30 mm, berbentuk bulat, permukaan

    mengkilat, kompak serta besarnya sama. Makrofag merupakan sel yang

    panjang umurnya dan dapat bertahan berbulan-bulan bila berada di dalam

    jaringan (Effendi, 2003). Setelah diinkubasi selama 24 jam, makrofag

    diberi ekstrak propolis dengan beberapa tingkat konsentrasi yang berbeda.

    Kultur makrofag yang telah digolongkan menjadi 5 perlakuan kemudian

    diinduksi virus Newcastle Disease 64 HAU. Virus ND ditanam dalam telur

    ayam berembrio. Kemudian setelah embrio mati, dilakukan uji HA untuk

    mengetahui titernya. Gambar hasil uji HA adalah sebagai berikut :

    Gambar 5.3 Hasil Uji HA diperoleh 64 HAU

    Dari Gambar 5.3dapat dilihat bahwa hasil uji HA diperoleh titer 2

    pangkat 6 yang setara dengan 64 HAU. Selanjutnya dilakukan panen sel

    makrofag untuk diketahui pengaruh pemberian ekstrak propolis sebagai

    preventif terhadap virus ND melalui produksi kadar TNF- -6. Pada

    penelitian secara in vivo, kadar TNF- -6 meningkat pada hari

    ketiga.

  • 39

    5.1 Pengujian Pengaruh Ekstrak Propolis Terhadap Kadar TNF-

    IL-6

    Ada beberapa prasyarat parametrik yang harus terpenuhi sebelum

    sebuah data dapat dianalisa menggunakan One Way ANOVA. Diantaranya

    adalah uji normalitas (Saphiro-Wilk) dan homogenitas (Levene). Pengujian

    asumsi normalaitas dan homogenitas untuk kadar TNF- -6 tidak

    terpenuhi (Lampiran 12). Oleh karena itu proses pengujian dilakukan

    secara non parametrik dengan Kruskal-Wallis yang dilanjutkan dengan uji

    |Ri-Rj|. Pengujian tidak dilakukan dengan Mann-Whitney karena akan

    muncul permasalahan mendasar berupa penolakan terhadap hipotesis nol

    yang benar (Daniel, 1989).

    5.1.1 Pengujian Pengaruh Ekstrak Propolis Terhadap Kadar TNF-

    dengan Uji Kruskal-Wallis

    Tumor Necrosis Factor Alpha dalam keadaan normal berperan

    dalam proses apoptosis (Thomas, 2001). Hal inilah yang menyebabkan

    TNF-

    adalah mekanisme kematian sel terprogram yang penting dalam berbagai

    proses biologi. Ketika terjadi inflamasi, makrofag akan bekerjadanakan

    memacu produksi sitokin. Seperti yang tampak pada kontrol positif, kadar

    dari TNF- Hasil penelitian menunjukkan

    bahwa pemberian ekstrak propolis yang mengandung zat aktif berupa

    flavonoid dan tanin memberikan efek antiinflamasi dan antioksidan yang

    ditandai dengan adanya rata-rata penurunan persentase TNF- pada

  • 40

    konsentrasi 25 µg/ml, 50 µg/ml, dan 100 µg/ml.Berdasarkan rata-rata pada

    perlakuan 1 dengan konsentrasi preventif25 µg/ml, perlakuan 2dengan

    konsentrasi preventif50 µg/ml, danperlakuan 3 dengan konsentrasi

    preventif100 µg/ml terjadi penurunan produksi TNF- makrofag.

    Namun, rata-rata penurunan produksi TNF- (P2) lebih mendekati

    nilai persentase kontrol negatif.

    Rata-rata kadarTNF- kelompok kontrol dan perlakuan secara

    lengkap ditunjukkan dalam histogram berikut :

    Gambar 5.4 HistogramRata-Rata KadarTNF- Keterangan : K (-) adalah kontrol negatif (kultur makrofag tanpa preventif

    dengan propolis dan tanpa induksi virus ND); K (+) adalah kontrol positif (kultur makrofag yang diinduksi virus ND); P (1) adalah perlakuan 1 (kultur makrofag dengan preventif propolis konsentrasi 25 µg/ml dan diinduksi virus ND); P (2) adalah perlakuan 2 (kultur makrofag dengan preventif propolis konsentrasi 50 µg/ml dan diinduksi virus ND); dan P (3) adalah perlakuan 3 (kultur makrofag dengan preventif propolis konsentrasi 100 µg/ml dan diinduksi virus ND).

  • 41

    Pada Gambar 5.4 ditunjukkan histogram rata-ratakadar TNF-

    pada semua kelompok kontrol dan perlakuan. Dimulai dari kelompok K+,

    terlihat bahwa rata-rata kadarTNF- menurun pada semua kelompok

    perlakuan pemberian ekstrak propolis. Namun secara statistik, penurunan

    tersebut tampak tidak signifikan.

    Menurut data yang diperoleh, terdapat peningkatan produksi TNF-

    secara signifikan (p

  • 42

    Semakin berat infeksi, TNF- yang diproduksi juga akan semakin besar.

    Pada kadar rendah TNF-

    menginduksi inflamasi akut. Pada kadar sedang, TNF-

    inflamasi sistemik. Sedangkan pada kadar tinggi, TNF-

    peradangan, penyembuhan luka, remodelling jaringan dan dapat

    menginduksi syok septik dan cachexia. Semakin meningkat jumlah TNF-

    akan memicu terjadinya reaksi inflamasi sistemik yang berat.Aktivitas

    makrofag secara berlebihan dalam proses inflamasi dapat mengakibatkan

    produksi sitokin meningkat (Popa et al, 2007).

    Ekstrak propolis memiliki kandungan aktif seperti flavonoid,

    tannin atau polifenol, dan saponin. Flavonoid merupakan antioksidan dan

    antiinflamasi. Mekanisme hambatan yang dilakukan oleh flavonoid

    sebagai antioksidan bisa terjadi secara langsung yaitu dengan

    mendonorkan ion hidrogen sehingga ion-ion yang mengalami radikal

    bebas berubah menjadi stabil. Keadaan ion yang telah stabil menyebabkan

    menurunnya keadaan stres oksidatif. Flavonoid juga akan mengurangi

    pelepasan dari peroksidase, yang menghambat produksi reactive oxygen

    species (Rachmadian, 2011).

    Mekanisme antiinflamasi saponin adalah dengan mencegah

    kerusakan biomolekul akibat radikal bebas karena saponin mengandung

    gugus antioksidan. Hal ini memungkinkan saponin untuk menekan

    aktivitas superoksida melalui pembentukan intermediate hidroperoksida.

    Selain flavonoid dan saponin, polifenol merupakan zat aktif dari ekstrak

  • 43

    propolis yang memiliki peran mengurangi inflamasi. Polifenol berperan

    melindungi sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas sehingga

    mencegah proses inflamasi dan peradangan (Rachmadian, 2011). TNF-

    akan meningkat saat makrofag teraktivasi. Penurunan kadar TNF- terjadi

    melalui penekanan kompleks antigen-antibodi dalam mekanisme infiltrasi

    sel inflamasi sehingga dapat menurunkan aktivitas radikal bebas dan

    enzim Matrix Metalloproteinase (MMP) sehingga reaksi inflamasi dapat

    menurun (Lehner, 2011).

    Pengujian asumsi normalitas dan homogenitas untuk variabel

    kadarTNF- tidak terpenuhi (lampiran 12). Oleh karena itu dilakukan

    pengujian untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak propolis

    terhadap kadarTNF-

    Kruskal-Wallis. Berikut hasil pengujian pengaruh pemberian ekstrak

    propolisdengan beberapa level konsentrasi terhadap kadar TNF- dengan

    menggunakan uji Kruskal-Wallis.

    Tabel 5.1 Pengujian Pengaruh Ekstrak Propolis Terhadap KadarTNF-

    dengan Uji Kruskal-Wallisdan |Ri-Rj| 5%

    Perlakuan Mean ± SD p-value

    K- 49.83 ± 11.87 a

    0.022 K+ 68.04 ± 0.65 b P1 67.76 ± 0.94 b P2 61.45 ± 6.33 ab P3 63.29 ± 6.09 ab

    Keterangan: Pada rata-rata ±sd jika memuat notasi yang berbeda berarti ada perbedaan yangbermakna (p0.05).

  • 44

    Berdasarkan pada hasil analisis dengan menggunakan uji Kruskal-

    Wallis, didapatkan p-value sebesar 0.022, lebih kecil daripada

    (p

  • 45

    sd kelompok P2 dan P3 memuat notasi yang sama dengan kelompok

    kontrol negatif.Hal ini mengandung pengertian bahwa pemberian ekstrak

    propolisdengan konsentrasi 50 dan 100 µg/ml (P2 dan P3) mampu

    menurunkan kadarTNF- ultur makrofag kondisi

    normal. Sehingga dapat dikatakan bahwa ekstrak propolis mampu

    berperan sebagai antioksidan tambahan dari luar yang berfungsi untuk

    menyeimbangkan sel yang mengalami radikal bebas sehingga menjadi

    stabil dan ROS dihasilkan lebih sedikit. Sedangkan pada kelompok

    pemberian ekstrak propolisdengan konsentrasi 25 µg/ml berbeda

    signifikan dengan kelompok kontrol negatif tapi memiliki notasi sama

    dengan kontrol positif. Hal ini membuktikan bahwa pemberian ekstrak

    propolis konsentrasi 25 µg/ml (P1) belum mampu menghasilkan kadar

    TNF-

    5.1.2Pengujian Pengaruh Ekstrak PropolisTerhadap Kadar IL-6 dengan

    Uji Kruskal-Wallis

    Makrofag memiliki kemampuan menghasilkan sekresi sel yang

    dikenal dengan interleukin seperti TNF- -1, IL-4, dan IL-6. Sitokin

    dihasilkan oleh sel dalam reaksi radang atau imunologik yang berfungsi

    sebagai isyarat antara sel-sel untuk berkomunikasi dalam respon imun.

    Sitokinproinflamasi IL-6 merupakan salah satu interleukin yang

    memegang peranan sangat penting pada reaksi inflamasi. Selain itu IL-6

    dapat meningkatkan respon antibodi terhadap patogen yang mempercepat

  • 46

    pelenyapan patogen yang dicerna oleh makrofag. IL-6 juga berperan dalam

    proses apoptosis, sehingga IL-6 juga masih dihasilkan pada kontrol negatif

    (Titus et al, 1991).

    Semakin meningkat aktivitas patogen akan menyebabkan adanya

    infiltrasi sel inflamasi yang mengakibatkan IL-6 juga meningkat seperti

    yang terdapat pada kontrol positif. Peningkatan kadar IL-6 berkolerasi

    dengan kerusakan sel dan inflamasi. Makrofag berperan sebagai salah satu

    sel dalam sistem pertahanan tubuh melawan invasi virus dengan cara

    fagositosis. Sitokin IL-6 ini dapat memediatori makrofag mensintesis

    reaksi inflamasi untuk melindungi terhadap virus. Menurut pendapat Silva

    et al (2007), sitokin merupakan sinyal penting yang dihasilkan oleh sel-sel

    tubuh untuk mengaktifkan kerja sel lain, sehingga jenis dari sitokin yang

    disekresikan oleh sel akan memberikan efek pada sel target. Sitokin dapat

    beraksi secara autocrine yaitu mempengaruhi lingkungan pada sel yang

    melepaskannya, paracrine yaitu berpengaruh terhadap sel lain di

    sekitarnya, dan endocrine yaitu berpengaruh terhadap lingkungan sel

    sekitarnya.

    Secara statistik diperoleh hasil bahwa kelompok perlakuan P (2)

    dengan konsentrasi 50 µg/ml memiliki perbedaan yang signifikan

    dibandingkan kelompok kontrol positif (

  • 47

    sebagai antiinflamasi dan antioksidan.Flavonoid sebagai antioksidan

    melindungi tubuh terhadap efek radikal bebas dengan cara mentransfer

    sebuah elektron ke senyawa radikal bebas sehingga menjadi stabil dan sel

    terlindungi dari adanya peroksidasi lipid.

    Fungsi tanin atau polifenol sebagai antiinflamasi bekerja dengan

    cara menghambat pelepasan mediator inflamasi sedangkan sebagai

    antioksidan, tanin memiliki kemampuan dalam menghentikan reaksi rantai

    radikal bebas secara efisien (Pazil, 2009).Mekanisme antiinflamasi

    saponin yaitu dengan mencegah kerusakan biomolekul akibat radikal

    bebas karena saponin mengandung gugus antioksidan. Hal ini

    memungkinkan saponin untuk merusak superoksida melalui pembentukan

    intermediate hidroperoksida (Fitriyani et al, 2011).

    Pada Gambar 5.5ditunjukkan histogram rata-ratakadar IL-6semua

    kelompok kontrol dan perlakuan. Dimulai dari kelompok K+, terlihat

    bahwa rata-rata kadar IL-6menurun pada semua kelompok perlakuan

    pemberian ekstrak Propolis. Secara statistik ditunjukkan bahwa pemberian

    ekstrak propolis dengan konsentrasi 50 µg/ml (P2) dan 100 µg/ml (P3)

    terbukti mampu menurunkan kadar IL-6 pada kultur makrofag yang

    diinduksi virus ND secara signifikan.

  • 48

    Rata-rata kadar IL-6 kelompok kontrol dan perlakuan secara

    lengkap ditunjukkan dalam histogram berikut :

    Gambar 5.5HistogramRata-Rata Kadar IL-6 Keterangan : K (-) adalah kontrol negatif (kultur makrofag tanpa preventif

    dengan propolis dan tanpa induksi virus ND); K (+) adalah kontrol positif (kultur makrofag yang diinduksi virus ND); P (1) adalah perlakuan 1 (kultur makrofag dengan preventif propolis konsentrasi 25 µg/ml dan diinduksi virus ND); P (2) adalah perlakuan 2 (kultur makrofag dengan preventif propolis konsentrasi 50 µg/ml dan diinduksi virus ND); dan P (3) adalah perlakuan 3 (kultur makrofag dengan preventif propolis konsentrasi 100 µg/ml dan diinduksi virus ND). Jumlah IL-6 pada kelompok perlakuan 2 (konsentrasi preventif 50

    µg/ml)mengalami penurunan dibandingkan kelompok kontrol positif.

    Kelompok P (2) yang diberi preventif ekstrak propolis dengan konsentrasi

    50 µg/ml menunjukkan bahwa konsentrasi ini merupakan konsentrasi yang

    paling baik untuk menurunkan produksi IL-6.

  • 49

    Berikut hasil pengujian pengaruh pemberian ekstrak

    propolisdengan beberapa level konsentrasi terhadap kadar IL-6dengan

    menggunakan uji Kruskal-Wallis.

    Tabel 5.2 Pengujian Pengaruh Ekstrak Propolis Terhadap Kadar IL-6

    dengan Uji Kruskal-Wallis dan |Ri-Rj| 5%

    Perlakuan Mean ± SD p-value K- 42.38 ± 0.33 a

    0.002 K+ 60.51 ± 7.35 c P1 54.34 ± 0.63 bc P2 50.3 ± 2.29 ab P3 51.18 ± 2.71 ab

    Keterangan: Pada rata-rata ± sd jika memuat notasi yang berbeda berarti ada perbedaan yangbermakna (p0.05).

    Berdasarkan pada hasil analisis dengan menggunakan uji Kruskal-

    Wallis, didapatkan p-value sebesar 0.002, lebih kecil daripada

    (p

  • 50

    Pada perbandingan antara kelompok kontrol positif (K+) dengan

    perlakuan, ditunjukkan bahwa penurunan kadar IL-6 secara signifikan

    ditunjukkan pada kelompok perlakuan pemberian ekstrak propolis

    konsentrasi50 dan 100µg/ml (P2 dan P3).Hal ini ditunjukkan dari nilai

    rata-rata ± sd kelompok perlakuan P2 dan P3 lebih rendah dan memuat

    notasi yang berbeda jika dibandingkan dengan kelompok kontrol positif.

    Pada perbandingan antara kelompok (K-) dengan perlakuan,

    ditunjukkan bahwa pemberian ekstrak propolis konsentrasi50 µg/ml (P2)

    dan 100 µg/ml (P3) mampu menurunkan kadar IL-6 hingga mendekati

    kultur makrofag normal (K-). Hal ini ditunjukkan dari nilai rata-rata ± sd

    kelompokperlakuantersebut memuat notasi yang sama dengan kelompok

    kontrol negatif. Dapat diartikan bahwa pemberian ekstrak propolisdengan

    konsentrasi 50 dan 100 µg/ml (P2 dan P3) mampu menurunkan kadarTNF-

    dikatakan bahwa ekstrak propolis mampu berperan sebagai antioksidan

    tambahan dari luar yang berfungsi untuk menyeimbangkan sel yang

    menglami radikal bebas sehingga menjadi stabil dan ROS dihasilkan lebih

    sedikit. Sedangkan pada kelompok pemberian ekstrak propolisdengan

    konsentrasi 25 µg/ml berbeda signifikan dengan kelompok kontrol negatif

    tapi memiliki notasi sama dengan kontrol positif. Hal ini membuktikan

    bahwa pemberian ekstrak propolis konsentrasi 25 µg/ml (P1) belum

    mampu menghasilkan kadar TNF- kultur makrofag kondisi

    normal.

  • 35

    BAB 6

    KESIMPULAN DAN SARAN

    6.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini, yaitu :

    1. Ekstrak propolis dapat digunakan sebagai tindakan preventif pada kultur

    makrofag yang diinfeksi virus Newcastle Disease. Konsentrasi ekstrak

    propolis 50 µg/ml merupakan perlakuan terbaik yang memiliki efek

    paling besar untukmencegah peningkatan produksi kadar TNF- (Tumor

    Necrosis Factor Alpha).

    2. Ekstrak propolis dapat digunakan sebagai tindakan preventif pada kultur

    makrofag yang diinfeksi virus Newcastle Disease. Konsentrasi ekstrak

    propolis 50 µg/ml merupakan perlakuan terbaik yang memiliki efek

    paling besar untukmencegah peningkatan produksi kadar IL-6 (Interleukin

    6).

    6.2 Saran 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai variasi konsentrasi

    ekstrak propolisuntuk mengetahui konsentrasi yang lebih efektif dalam

    menurunkan kadar sitokin proinflamasi (TNF- -6).

    2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut terhadap pengaplikasian ekstrak

    propolis untuk mengetahui efek klinis pada ayam sebagai preventif

    terjadinya penyakit Newcastle Disease.

  • 36

    DAFTAR PUSTAKA

    Abbas, A. K., Lichtman, A. H., and Pillai, S. 2010.Selular and Molecular Immunology, updated ed. 6 ed.Philadelphia. John E. Kennedy Blvd Ste 1800.

    Abbas, A. K., Litchman, A. H. 2003. Chapter 12 Cytokines. Chapter 13 Effector

    mechanism of cell-mediated immunity. Chapter 14 Effector mechanism of humoral immunity. In:Celluler and molecular Immunology. 21 ed. Philadelphia.

    Adi, A. M., Astawa, N. M., Putra, K. S. A., Hayashi, Y. Matsumoto, Y. 2010.

    Isolation and Characterization of a Pathogenis Newcastle Disease Virus From a Natural Case In Indonesia. J Vet Med Sci. 72 : 313-319.

    Akrom, 2013. Mekanisme Kemopreventif MBJH pada Tikus Sprague dawley (SD)

    yang Diinduksi 7,12 Dimethylbenza(a) Antracene (DMBA). Disertasi : Jogjakarta : Pasca Sarjana UGM.

    Bouzari, M. and Spardbrow, P. 2006. Early Events Following Oral

    Administration of Newcastle Disease Virus Strain V4. Journal Poult. Sci. 43 : 408-414.

    Baratawidjaja, K. G. 2013. Imunologi Dasar. Edisi ke-10.Jakarta : FKUI. Brown, C., King, D. J., and Seal, B. S. 1999. Pathogenesis of Newcastle Disease

    in Chickens experimentally Infected With Virusesof Different Virulence. Vet. Pathol. 36 : 125-132.

    Chang, A. and Dutch, R. E. 2012. Paramyxovirus Fusion and Entry: Multiple

    Paths to a Common End. USA : University of Kentucky. Courtney, S.C., Susta, L., Gomez, D., Hines, N., Pearson, J.E., Brown, C.C.,

    Miller, P.J., Afonso, C.L., 2013. Highly divergent virulent isolates of Newcastle disease virus from the Dominican Republic are members of a new genotype that may have evolved unnoticed for over two decades. J. Clin. Microbiol. 51, 508 517.

    Daniel., W., W. 1989. Statistika Nonparametrik Terapan. Georgia State

    University. Jakarta : PT Gramedia. Edewor, T. I. 2016. A Review : Immunological Potential of Bioactive Flavonoids

    And Flavonoids Containing Fractions Isolated From Medical Plants. Cibtech Journal of Bio-Protocol ISSN : 2319-3840 Vol. 5 (2). Ogbomoso : Ladoke Akintola University Of Technology.

  • 37

    Effendi, Z. 2003. Daya Fagositosis Makrofag Pada Jaringan Longgar Tubuh. Medan : Bagian Histologi FKUSU.

    Ferdous, F., Maurice, D. & Scott, T. 2008. Broiler chick thrombocyte response to

    lipopolysaccharide. Poultry Science, 87, 61_63. Ferreira, L., Villar, E. and Munoz-Barroso, I. 2004. Gangliosides and N-

    glycoproteins function as Newcastle Disease Virus Reseptors. Int. J. Biochem. Cell Biol. 36 : 2344-2356.

    Fitriyani, A., L. Winarti, S. Muslichah, dan Nuri. 2011. Uji Antiinflamasi Ekstrak

    Metanol Daun Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz & Pav) pada Tikus Putih. Majalah Obat Tradisional, 16 (1), 34-42.

    Hansson, G. K. 2011. Immune Mechanism in Artherosclerosis, Artherosclerosis,

    Thrombosis, and Vascular Biology. 21:1876. Hardyanto, J., Pratiwi, T., Winarso, D. 2013. Efek Perasan Daun dan Tangkai

    Semanggi Air (Marsilea Crenata) Terhadap Penurunan Kadar Tumor Necrosis Alpha Dan Interleukin 1 Beta Pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Urolithiasis. Malang : Program Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya.

    Harmita dan Maksum, R. 2008. Buku Ajar Analisis Hayati. Edisi Ketiga. Jakarta:

    ECG pp: 63-67. Hayter, R. B. and Besch, E. L. 1974. Airborn Particle Deposition in the

    Respiratory Tract of Chickens. Poult. Sci. 53, 1507-1511. Herawati, I., Husin, U. A., Sudigdoadi, S. 2015. Pengaruh Ekstrak Etanol

    Propolis Terhadap Aktivitas & Kapasitas Fagositosis Pada Kultur Makrofag Yang Diinfeksi Enteropathogenic Escherichia Coli (EPEC). MKB Vol. 47 No. 2. Bandung : FK UNPAD.

    Hoss, A., Zwarthoff, E. C., Zawatzky, R. 1989. Differential Expression of

    Interferon Alpha and Bata Induced with Newcastle Disease Virus in Mouse Machrophage Cultures. J. gen Virol, 70. 575-589. Heidelberg : Institute of Virus Reseach.

    Iorio RM, Syddall RJ, Sheehan JP, Bratt MA, Glickman RL, dan Riel AM. 2009.

    Neutralization Map of the Hemagglutinin-Neuraminidase Glycoprotein of Newcastle Disease Virus: Domains Recognized by Monoclonal Antibodies That Prevent Receptor Recognition. Journal of Virology. 65(9): 4999-5006.

  • 38

    Institute of Laboratory Animal Resources Commision an Life Science. 2010. Guide for the Care and Use of Laboratory Animals. Eight Edition. Washington: The National Academies Press.

    Ishartadiati, K. 2008. Peranan TNF, Il-1, dan IL-6 Pada Respon Imun Terhadap

    Protozoa. Surabaya : Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.

    Jaya, F., Radiati, L. E., Awwaly, K. U., Kalsum, U. 2008. Pengaruh Pemberian

    Ekstrak Propolis Terhadap Sistem Kekebalan Seluler Pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Strain Wistar. Malan