acara_ii_biji.doc

30
BAB III IDENTIFIKASI BIJI Tinjauan Pustaka Identifikasi Biji Menurut Reksohadiprojo (1994), banyak tanaman makanan ternak tropik menghasilkan biji dalam jumlah besar dan hanya sebagian kecil saja yang dapat terkumpul saat panen. Hal ini disebabkan oleh keadaan lamanya antara saat terbentuknya karangan bunga satu dengan yang lain; saat biji masak tiap karangan bunga tidak sama; saat biji masak, biji akan jatuh atau meloncat keluar; tanaman akan roboh pada saat biji masak.; kelebatan tanaman, jumlah biji tiap bunga dan persentase biji yang terpanen merupakan tiga faktor utama dalam produksi biji tanaman makanan ternak tropik yang paling dipengaruhi cuaca dan praktik bercocok tanam. Menurut Bray (1994), biji bila dipandang dari segi botani, merupakan struktur yang dibentuk dari ovulum (bakal biji). Rumput, biji botani tidak dapat dipisahkan dari buah yang merupakan struktur yang terbentuk dari ovarium dan bakal buah. Biji merupakan bagian dari tanaman yang apabila ditepar akan menghasilkan tanaman baru. Tumbuhan biji termasuk ke dalam divisi Spermatophyta. Alat reproduksi generatif berupa biji. Di 55

Upload: dini-dwi

Post on 09-Dec-2015

56 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

BAB III

IDENTIFIKASI BIJI

Tinjauan PustakaIdentifikasi Biji

Menurut Reksohadiprojo (1994), banyak tanaman makanan ternak

tropik menghasilkan biji dalam jumlah besar dan hanya sebagian kecil

saja yang dapat terkumpul saat panen. Hal ini disebabkan oleh keadaan

lamanya antara saat terbentuknya karangan bunga satu dengan yang lain;

saat biji masak tiap karangan bunga tidak sama; saat biji masak, biji akan

jatuh atau meloncat keluar; tanaman akan roboh pada saat biji masak.;

kelebatan tanaman, jumlah biji tiap bunga dan persentase biji yang

terpanen merupakan tiga faktor utama dalam produksi biji tanaman

makanan ternak tropik yang paling dipengaruhi cuaca dan praktik

bercocok tanam. Menurut Bray (1994), biji bila dipandang dari segi botani,

merupakan struktur yang dibentuk dari ovulum (bakal biji). Rumput, biji

botani tidak dapat dipisahkan dari buah yang merupakan struktur yang

terbentuk dari ovarium dan bakal buah. Biji merupakan bagian dari

tanaman yang apabila ditepar akan menghasilkan tanaman baru.

Tumbuhan biji termasuk ke dalam divisi Spermatophyta. Alat

reproduksi generatif berupa biji. Di dalam biji terdapat embrio. Tumbuhan

biji sudah memiliki akar, batang dan daun sejati, disebut kormus, sehingga

tumbuhan biji disebut Cormophyta. Tumbuhan biji juga sudah memiliki

berkas pembuluh pengangkut yang terdiri dari xilem dan floem sehingga

disebut tumbuhan Tracheophyta (Mckay, 2002).

Tumbuhan berbiji dibagi menjadi dua yaitu monocotiledoneae dan

dicotilenodeae sehingga jenis biji juga ada dua yaitu berkeping satu dan

berkeping Biji berkeping satu berasal dari bangsa rumput dan biji

berkeping dua berasal dari bangsa legum. Biji dikotil tersusun atas bagian-

bagian antara lain kulit biji, embrio, plumula, radikula, dan kotiledon. Biji

monokotil tersusun atas bagian-bagian antara lain radikula, embrio,

55

endosperm, kulit biji, jaringan buah, kotiledon, plumula, dan seludang.

Sebagai contoh biji dikotil adalah kacang, sedangkan contoh dari biji

monokotil adalah jagung. Tanaman legumeinose bijinya tidak

mengandung endosperm dan teretutup oleh testa (selubung biji) yang

tebal dengan hilium yang mencolok. Spesies legume akan menghasilkan

biji yang keras yang akan melunak secara gradual seiring waktu. Biji

legume tidak mempunyai endosperm namun cadangan makanannya

terdapat pada kotiledon. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan

kerusakan biji legum (yang dalam hal ini berfungsi sebagai benih) dari

pada graminae yaitu, relatifitas kondisi kulit biji legum. Jenis dari famili

leguminosae menunjukkan dormansi fisik, yang disebabkan oleh struktur

morfologis dari kulit biji yang rumit. Kondisi kedap air kulit biji  legum

relatif,  dalam arti bahwa bermacam-macam jenis, bermacam-macam

tingkatan kemasakan dan bermacam-macam individu dalam benih

homogen menunjukkan tingkat  ketahanan terhadap penyerapan air

(imbibisi) yang berbeda (Soetrisno, 2008).

56

Materi dan Metode

Materi

Alat. Alat yang digunakan pada praktikum identifikasi biji adalah

kamera, bolpoin dan kertas kerja.

Bahan. Bahan yang digunakan pada praktikum identifikasi biji

adalah berbagai macam biji rumput dan legum yang menjadi koleksi di

laboratorium Hijauan Makanan Ternak dan Pastura yaitu Gliricidia

maculata, Macroptilium lathyroides, Acacia villosa, Desmanthus virgatus,

Glycine max, Gmelina arborea, Pueraria phaseoloides, Zea mays,

Calopogonium mucunoides, Leucaena leucocephala, Flemingia

macrophylla, Albizia falcatara java, Arachis hypogea, Bauhinia blakeana,

Oryza sativa, Phalaris canariensis, Pueraria javanica, Sesbania

grandiflora, Sorghum bicolor, Sorghum helepanse, Teramnus labialis.

Metode

Berbagai macam biji rumput dan legum diamati dan difoto. Ciri-ciri

spesifik biji yag diamati adalah warna, bentuk, ukuran dan ketebalan kulit.

Hasil pengamatan ditulis di lembar kerja praktikum.

57

Hasil dan Pembahasan

Praktikum identifikasi biji bertujuan untuk mengetahui ciri-ciri

spesifik berbagai macam biji tanaman rumput dan legum sehingga dapat

diketahui lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhannya. Berdasarkan

praktikum yang telah dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 2.1. Hasil pengamatan pada biji tanaman rumput dan legum

No. Nama bijiCiri-Ciri Spesifik Biji

Warna BentukUkuran (mm)

Tebal kulit

1. Acacia villosa (akasia)coklat

tualonjong 2 tebal

2.Albizia falcatara java (sengon laut)

Coklatlonjong

pipih0,52 tebal

3.Arachis hypogea (kacang tanah)

Coklat bulat 7,16 tipis

4. Bauhinia blakeana (tayuman) Coklat pipih 2 tebal

5.Calopogonium mucunoides (kacang kalopo)

coklat bulat 2 tebal

6.Desmanthus virgatus (lamtoro mini)

Coklat bulat 1 tebal

7.Flemingia macrophylla (kacang opo-opo)

Hitam lonjong 3 tebal

8. Gliricidia maculata (gamal) Coklat pipih 2,16 Tebal

9.Glycine max (kacang kedelai)

Putih bulat 5, 08 Tipis

10. Gmelina arborea (jati)coklat muda

bulat 13,16 Tebal

11.Leucaena leucocephala (lamtoro)

Coklat pipih 1,12 tebal

12.Macroptilum latyroides (kacang batang)

Hitam bulat 1,16 tebal

13.Mucuna pruriens (koro benguk)

Putih lonjong 8,02 tebal

14. Oryza sativa (padi) PutihLonjong

tebal2, 04 tipis

15. Phalaris canariensis (kenari) kuning lonjong 1,12 tipis

16.Pueraria javanica (kacang kudzu)

Hitam lonjong 2,06 tebal

17. Sesbania grandiflora (turi) Coklat Lonjong 3,04 sedang

18.Sorghum bicolor (sorghum putih/merah)

Merah Bulat 2,12 Tipis

19.Sorgum helepanse (Sorgum bunga putih)

Putih Bulat 2,28 Tipis

58

20.Teramnus labialis (mashparni)

coklat muda

Bulat 13,16 tebal

21.Vigna signensis (kacang panjang)

Ungu Lonjong 3,14 tebal

22. Zea mays (jagung) Kuningbulat pipih

3,8 tebal

Acacia villosa

Nama lainnya adalah akasia. Berdasarkan praktikum yang

dilakukan biji Acacia villosa mempunyai ciri warna coklat, bentuk lonjong,

ukuran 2 mm, dan kulit tipis. Menurut Prohati (2009), biji Acacia villosa

berbentuk bulat telur hingga elips, berukuran panjang 4 sampai 6 mm dan

lebar 3 sampai 4 mm, berwarna hitam mengkilap, keras, tangkai biji

panjang berwarna kuning atau merah. Biji memiliki mantel keras dengan

sel-sel berbentuk jam pasir dan kadang-kadang terdapat garis berbentuk u

disebut pleurogram. Bentuk biji Acacia villosa sama dengan literatur yaitu

bulat oval, namun memiliki ukuran ukuran lebih kecil dari pada yang ada

pada literatur. Menurut Brans (2007) menyatakan bahwa, Acacia villosa

memiliki buah seperti kacang-kacangan dan terkadang folikel tidak

merekah atau pecah polong dan buah berbiji. Benih sering memiliki

mantel keras dengan sel berbentuk jam pasir, dan kadang-kadang

berbentuk garis u disebut pleurogram Kandungan senyawa antinutrisi dan

toksik pada Acacia villosa yaitu asam amino non protein (AANP) dan

polifenol.

Gambar 2.1 Acacia fillosa

Albazia falcatara java

Nama lainnya adalah sengon laut. Berdasarkan praktikum yang

dilakukan biji Albazia falcatara java mempunyai ciri warna coklat, bentuk

59

pipih, ukuran 0,52 mm, dan kulit tebal. Sutedi (1998) menyatakan bahwa

buah Albazia falcatara berbentuk polong terbuka jika sudah masak dan

kering, sehingga bijinya terlempar. Biji yang dikeringkan udara selama 10

sampai 15 hari dapat disimpan dalam wadah kaleng tertutup selama kira-

kira 1 tahun. Biji yang tidak dikeringkan dan disimpan dengan baik,

setelah 14 hari daya kecambahnya dapat turun sampai 20 %. Jumlah biji

kering udara 40.500 butir per kg atau 36.000 butir per liter. Menurut

Sibarani (2010) biji Albazia falcatara java pipih, lonjong, 3 sampai 4 x 6

sampai 7 mm, warna hijau, bagian tengah coklat. Jumlah benih 40.000

butir/kg. Daya berkecambah rata-rata 80%. Berat 1.000 butir 16 sampai

26 gram. Tanaman ini memiliki polong-polongan, panjang 10 sampai 13

cm, lebar 2 cm. Menurut McKay (2002), bijinya mempunyai ukuran

panjang 6 mm, lonjong pipih dan warnanya coklat gelap. Bentuk dan

ukuran biji Albazia falcatara java berbeda dengan literature yang ada.

Tamanan sengon dapat tumbuh pada sebaran kondisi iklim yang sangat

luas, dengan demikian dapat tumbuh dengan baik hamper di sembarang

tempat.

Gambar 2.2 Albazia falcata

Arachis hypogea

Nama lainnya adalah kacang tanah. Berdasarkan hasil

pengamatan dapat diketahui bahwa Arachis hypogea (kacang tanah)

memiliki ciri-ciri warna kulit biji coklat, bentuknya bulat, ukuran7,16 mm,

dan kulitnya tipis. Menurut Purwono dan Purnamawati (2007), setiap

polong kacang tanah berisi 1 sampai 4 biji, namun kebanyakan 2-3 biji.

Setiap pohon memiliki jumlah dan isi polong beragam, tergantung pada

60

varietas dan tanaman yang dibudidayakan. Antinutrisi yang terdapat pada

kacang tanah adalah saponin. Saponin umumnya mempunyai karakteristik

yaitu rasa pahit, sifat iritasi mucosal, sifat penyabunan, dan sifat hemolitik

dan sifat membentuk komplek dengan asam empedu dan kolesterol.

Saponin mempunyai efek menurunkan konsumsi ransum karena rasa

pahit dan terjadinya iritasi pada oral mucosa dan saluran pencernaan.

Anak ayam yang diberi 0,9% triterpenoid saponin bisa menurunkan

konsumsi ransum, menurunkan berat badan, menurunkan kecernaan

lemak, meningkatkan ekskresi kolesterol dan menurunkan absorbsi

vitamin A dan D. Jayashree et a., (2005) menyatakan bahwa Arachis

hypogaea juga dikenal sebagai kacang tanah yang merupakan tanaman

legum penting di seluruh Amerika, Afrika dan Asia, di mana ia tumbuh

untuk konsumsi lokal dan perdagangan internasional, sebagai produk

pangan dan minyak. Daya hasil tinggi, umur pendek (genjah) antara 85

sampai 90 hari, hasilnya stabil, tahan terhadap penyakit utama (karat dan

bercak daun) dan toleran terhadap kekeringan atau tanah becek (Henny

et al, 2009).

Gambar 2.3 Arachis hipogea

Calopogonium mucunoides

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, biji Calopogonium

mucunoides mempunyai ciri warna coklat, bentuk bulat, ukuran 2 mm dan

kulit biji tebal. Menurut Mannetje dan Jones (1992), biji Calopogonium

mucunoides berbetuk persegi panjang, panjang 2 sampai 3 mm, berwarna

kekuningan atau coklat kemerahan. Ukuran dan warna biji Calopogonium

mucunoides sesuai dengan literatur, bentuknya berbeda dengan literatur.

61

Gambar 2.4 Calopogonium mucunoides

Desmanthus virgatus

Berdasarkan praktikum yang dilakukan biji Desmanthus virgatus

mempunyai ciri warna coklat, bentuk persegi panjang, ukuran sangat kecil,

dan kulit tebal. Menurut Wagner et al., (1999), tanaman ini memiliki 9

sampai 27 per polong, panjang 2,1 sampai 2,9 mm lebar 1,4 sampai 2,7

mm, warna merah atau coklat keemasan dan dengan panjang 0,6 sampai

1,2 mm dan lebar 0,3 sampai 1,0 mm. Hasil pengamatan sudah cukup

sesuai jika di bandingkan dengan literatur. Perbedaan ukuran biji

dipengaruhi oleh species tanaman, umur tanaman saat dipetik, serta iklim

dan pemupukan (Porsea, 1992). Menurut Mannetje dan Jones (1992),

bentuk biji Desmanthus virgatus bulat sampai ellips dan berwarna coklat

mengkilap. Tepung daun lamtoro (Leucaena leucochepala) kering asama

dengan biji kapuk sebagai sumber protein. Pertumbuhan lamtoro bias

menekan pertumbuhan broilerdan produksi telur pada layer. Nilai nutrisi

rendah pada lamtoro karena adanya mimosin. Lamtoro mengandung

mimosin sebesar 3-5% BK, tetapi juga mengandung senyawa antinutrisi

lain termasuk protease inhibitor, tannin dan galactomannan. Karena

adanya mimosin ini penggunaan lamtoro dalam ransum non ruminansia

sebesar 5-10% tanpa menimbulkan gejala toxicosis. Efek yang merugikan

dari mimosin, yaitu menurunkan pertumbuhan dan menurunkan produksi

telur. Ayam muda lebih sensitive dari pada ayam dewasa.

62

Gambar 2.5 Desmanthus viganthus

Desmodium rensonii

Berdasarkan praktikum yang dilakukan biji Desmodium rensonii

mempunyai ciri warna coklat, bentuk bulat, ukuran 1mm, dan kulit tebal.

Menurut McKay (2002), tanaman rensonii mempunyai benih kecil sekitar

500.00/kg. Warnanya bervariasi dari coklat dan coklat kekuningan.

Dengan umur potongdelapan minggu, ketinggin potong 50 cm dan 12

minggu ketinggian potong 100 cm diperoleh kandungan protein kasar

mencapai 18%. Memiliki kandungan kalori yang tinggi juga melebihi 3000

kkal/kg

Gambar 2.6 Desmodium rensonii

Flemingia macrophylla

Nama lainnya adalah kacang opo-opo. Berdasarkan praktikum

yang telah dilakukan biji Flemingia macrophylla mempunyai ciri warna

hitam, bentuk lonjong, ukuran 3 mm, dan kulit tebal. Menurut Mannetje

dan Jones (1992), biji Flemingia macrophylla berbentuk bulat dengan

diameter 2 sampai 3 mm, berwarna hitam mengkilap dan biasanya

terdapat noda atau titik yang sangat kecil. Porsea (1992) menyatakan

bahwa produksi dari tumbuhan ini 45.000 sampai 97.000 biji / kg . Akan

tumbuh pada sebagian besar tanah, dengan sangat rendah sampai

sedang (bahkan tinggi) kesuburan, dengan kisaran pH 4-8 , dan

63

aluminium larut yang tinggi. Tanaman ini akan tumbuhan optimal antara

suhu 22 sampai 28 º C.

Gambar 2.7 Flemingea macrophila

Gliciridia maculata

Nama lain Gliciridia maculata adalah gamal. Berdasarkan

praktikum yang dilakukan biji Gliciridia maculata mempunyai ciri warna

coklat, bentuk bulat pipih, ukuran 2,16 mm, dan kulit tebal. Menurut Wada

(2009), Gliricidia maculata bunganya berwarna putih lebih sering

digunakan stek batang dalam usaha pengembang biakan gamal

alasannya sulit mencari dan mengumpulkan biji gamal, penanaman stek

lebih baik berasal dari batang bawah tanamkan yang cukup usia diatas 2

tahun dengan diameter diatas 4 cm. Gamal mempunyai kandungan zat

racun yang pertama aalah decumerol, suatu senyawa yang mengikat

vitamin K yang dapat mengganggu serta menggumpalkan darah.

Dicumerol diperkirakan merupakan hasil konversi dari coumarin yang

disebabkan oleh bakteri ketika terjadi fermentasi. Senyawa racun yang

kedua adalah HCN (Hydro Cyanic Acid), sering disebut juga Prussic Acid,

Asam Prusik atau Asam Sianida. Meskipun kandungan HCN dalam gamal

tergolong rendah, yaitu 4 mg/kg. zat lain yaitu nitrat (NO3), sebetulnya

nitrat itu sendiri tidak bercun terhadap ternak, tetapu pada jumlah yang

banyak dapat menyebabkan penyakit ang disebut keracunan nitrat (nitrate

poisoning). Nitrate yang secara alamiah terdapat pada tanaman dirubah

menjadi nitrit oleh proses pencernaan, pada gilirannya nitrit dikonversi

menjadi ammonia (Nasution, 2009).

64

Gambar 2.8 Gliricidia maculata

Glycine max

Berdasarkan praktikum yang dilakukan biji Glycine max atau

disebut juga kedelai mempunyai ciri warna putih, bentuk bulat, ukuran

5,08 mm, dan ketebalan kulit tipis. Menurut Wada (2009), kedelai memiliki

ukuran yang bervariasi dan warna kulit biji yang berbeda, termasuk di

dalamnya warna hitam, coklat, biru, kuning, hijau, dan motled. Kulit ari

pada biji yang sudah tua keras dan tahan air. Antinutrisi yang terkandung

pada Glycine max adalah asam oxsalat, asam askorbat oksidase, dan

lektin.

Gambar 2.9 Glycine max

Gmelina arborea

Berdasarkan praktikum yang dilakukan biji Gmelina arborea yang

juga disebut jati mempunyai ciri warna coklat, bentuk bulat, ukuran13,16

mm, dan ketebalan kulit tebal. Menurut Reksohadiprojo (1994), biji

Gmelina keras seperti batu, panjang 16 sampai 25 mm, permukaan licin,

satu ujung bulat ujung lain runcing, terdiri dari 4 ruang dan setiap ruang

terdapat benih. Rachmawati et al.,(2009), Gmelina memiliki buah yang

berdaging, panjang 20 sampai 35 mm, kulit mengkilat, mesokarp lunak,

dan agak manis. Biji keras seperti batu dengan panjang 16 sampai 25

mm, permukaan licin, satu ujung bulat dan ujung lain runcing. Biji terdiri

65

dari 4 ruang dan jarang dijumpai 5 ruang, serta sedikitnya terdapat satu

ruang berisi benih, jarang dalam satu buah terdiri dari dua biji batu.

Ukuran benih meningkat menurut ukuran biji, yakni dengan panjang 6

sampai 9 mm.  Berat 1.000 butir biji adalah sekitar 400 gr Gmelina dapat

tumbuh baik di daerah dengan musim kemarau yang basah maupun

kering, yaitu pada tipe curah hujan A sampai D. Jenis ini tumbuh pada

tanah yang agak liat dan kurus dengan ketinggian sampai 1000 mdpl.

Gambar 2.10 Gmelina

Leucaena leucocephala

Berdasarkan praktikum yang dilakukan Leucaena leucocephala

disebut juga lamtoro mempunyai ciri warna merah kecoklatan, bentuk

pipih, ukuran 1,12 mm, dan ketebalan kulit tebal. Menurut Mannetje dan

Jones (1992), panjang biji Leucaena leucocephala 6 sampai 10 mm dan

berwarna coklat. Asam amino non esensial berupa mimosin atau

leucaenine terdapat pada lamtoro (Leucaena loucocephala). Daun lamtoro

mempunyai kandungan nutrisi yang rendah karena danya mimosin.

Lamtoro mengandung mimosin sebesar 3 sampai 5 BK, tetapi juga

mengandung senyawa antinutrisi lain termasuk protease inhibitor, tannin,

dan galactomanan. Karena adanya ini penggunaan lamtoro dalam ransum

nonruminansia sebesar 5-10% tanpa menimbulkan gejala toxicosis. Efek

yang merugikan dari mimosin yaitu menurunkan pertumbuhan dan

menurunkan produksi telur. Rumus bangun leucaenine mirip dengan AA-

tyrosin. Tyrosin membentuk hormon tyroxin yang mempengaruhi

metabolisme sel, mitosis sel, terutama sel rambut. Apabila konsentrasi

mimosin dalam tubuh tinggi maka pembelahan sel terhambat, akibatnya

molekul tyrosin (kematian sel) terjadi kerontokan bulu atau rambut

66

(alopaecia). Mikoorganisme rumen dapat menetralkan efek mimosin

menjadi tidak beracun dengan jalan dilayukan atau dijemur pada sinar

matahari.

Gambar 2.11 Leucaena leucocephala

Macroptilium lathyroides

Berdasarkan praktikum yang dilakukan biji Macroptliium lathyroides

mempunyai ciri warna hitam, bentuk bulat, ukuran 1,16 mm, dan

ketebalan kulit tebal. Menurut Mannetje dan Jones (1992), bentuk biji

Macroptilium lathyroides bulat sampai tidak beraturan, panjang 3 mm da

berwarna abu-abu keclokatan dengan bintik cerah.

Gambar 2.12 Macroptilum lahtyroides

Mucuna pruriens

Berdasarkan praktikum yang dilakukan didapatkan bahwa Mucuna

pruriens (koro benguk) memiliki ciri-ciri warna biji putih, bentuknya lonjong,

ukuran bijinya 8,02 mm, serta ketebalan kulitnya cukup tebal. Menurut

Purwanto (2007), koro benguk (Mucuna pruriens) adalah jenis tanaman

kacang-kacangan dari wilayah tropis yang banyak ditemukan di lahan

pertanian, termasuk di Indonesia. Jenis tanaman itu serumpun dengan

67

tanaman kacang kapri dan kacang buncis. Respon terhadap panjang hari

yang lebih pendek, pembungaan juga dipengaruhi oleh suhu udara malam

yang lebih tinggi (210C). Mucuna biasanya mati 45-60 hari setelah

menghasilkan biji. Mucuna pruriens yang dikenal dengan koro benguk

mempunyai kandungan hydrogen cyanide (HCN) yang tinggi apabila

dibandingkan dengan jenis koro yang lain. Beberapa penelitian terdahulu,

dengan penanganan dan pengolahan yang tepat (menghilangkan bahan

toksik) tanaman ini mempunyai potensi yang sangat tinggi. India

(terutama) banyak memanfaatkan kadar mikroelemen dan makroelemen

ekstrak biji M. pruriens. Hewan coba terbukti meningkatkan aktifitas

seksual hewan coba tikus putih jantan yang normal.1 M. pniriens dapat

dimanfaatkan juga sebagai obat herbal mengurangi stres dan

meningkatkan kualitas sperma, dan memperbaiki profil semen dan

parameter biok (Sutedi, 1998).

Gambar 2.13 Mucuna pruriens

Oryza sativa

Biji Oryza sativa yang diamati memiliki ciri-ciri kulit berwarna coklat

cerah berbentuk lonjong, ukurannya 2,04 mm, dan ketebalan kulitnya tipis.

Menurut Prohati (2009) Oryza sativa yang sehari-hari kita sebut biji padi

atau butir atau gabah, sebenarnya bukan biji melainkan buah padi yang

tertutup oleh lemma dan palea. Oryza sativa termasuk dalam suku padi-

padian atau poaceae. Tanaman semusim, berakar serabut, batang sangat

pendek, struktur serupa batang terbentuk dari rangkaian pelepah daun

yang saling menopang daun sempurna dengan pelepah tegak, daun

berbentuk lanset, warna hijau muda hingga hijau tua, berurat daun sejajar,

68

tertutupi oleh rambut yang pendek dan jarang, bagian bunga tersusun

majemuk, tipe malai bercabang, satuan bunga disebut floret yang terletak

pada satu spikelet yang duduk pada panikula, tipe buah bulir atau

kariopsis yang tidak dapat dibedakan mana buah dan bijinya, bentuk

hampir bulat hingga lonjong, ukuran 3mm hingga 15mm, tertutup oleh

palea dan lemma yang dalam bahasa sehari-hari disebut sekam, struktur

dominan padi yang biasa dikonsuksi yaitu jenis enduspermium (Henny et

al, 2009). Antinutrisi yang terdapat pada padi adalah antitripsin yang

berperan menghambat pencernaan.

Gambar 2.14 Oryza sativa

Phalaris canariensis

Disebut juga kenari. Berdasarkan pengamatan diketahui ciri – ciri

spesifiknya yaitu berwarna kuning, bentuk pipih lonjong, ukuran kecil, dan

kulit tipis. Menurut Adam (1999) kenari merupakan tumbuhan yang

berasal dari daerah meditera, dapat tumbuh sangat lebat jika pada kondisi

lembab. Pisau daun meruncing secara bertahap yang panjangnya 8.9

sampai 25.4 cm, lebar 0.6 sampai 1.9 cm, datar, dan keras pada kedua

permukaan. Bijinya berwarna kuning cerah, tipe tumbuhnya erect bisa

mencapi tinggi 0.6 sampai 1.8 meter.

Gambar 2.15 Phalaris canariensis

69

Pueraria javanica

Disebut juga kacang kudzu. Berdasarkan praktikum yang dilakukan

biji pueraria javanica mempunyai ciri merah kehitaman, bentuk tabung,

ukuran 2,06 mm, dan ketebalan kulit tebal. Menurut Manentje dan Jones

(1992), bentuk biji Pueraria phaseoloides bulat sampai persegi dengan

ujung melengkung, ukuran 3 sampai 2 mm dan berwarna coklat atau

coklat kemerahan. Ukuran hasil praktikum dennga literatur sesuai. Berasal

dari India timur, yang kini telah tersebar luas di negara-negara tropik.

Temperatur sesuai didaerah tropis yang lembab.

Gambar 2.16 Pueraria phaseoloides

Sesbania grandiflora

Berdasarkan praktikum yang dilakukan biji Sesbania grandiflora

(turi) mempunyai ciri coklat, bentuk lonjong, ukuran 3,04mm, dan kulit

tipis. Menurut Horne (2001), biji turi tidak terlalu keras namun berukuran

besar. Biji turi putih berbentuk polong menggantung, berbentuk pita, biji 15

sampai 50 buah dalam satu polong. Berasal dari Srilangka, bahan

penanaman adalah biji. Beradaptasi pada ketinggian pada dataran rendah

sampai dataran tinggi, di bawah 1200m. curah hujan 2000mm/tahun.

Sejenis tanaman semak yang bias mencapai 5-10 m, tumbuh cepat di

daerah tropis yang lembab. Biji turi putih berbentuk polong menggantung,

berbentuk pita, Biji berbentuk polong yang menggantung, berbentuk pita

dengan sekat antara, panjang 20 sampai 55 cm, lebar 7 sampai 8 mm biji

15 sampai 50 buah dalam satu polong (Wagner et al., 1999).

70

Gambar 2.17 Sesbania grandiflora

Sorghum bicolor

Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa ciri-ciri dari Sorghum

bicolor adalah warna kulit putih dan merah, bentuknya bulat, ukuran 2,12

mm, dan ketebalan kulit tebal. Menurut Prohati (2009), varietas sorghum

yang dikenal ada dua yaitu sorghum putih dan sorghum merah. Biji

sorgum mempunyai senyawa antinutrisi seperti tannin dan asam fitat

yang memberikan efek yang merugikan dalam sistem pencernaan

manusia (Elefatio et al., 2005). Tannin adalah komponen fenolik

yangdapat berinteraksi dengan protein, sehingga terbentuk kompleks

ynag tidak larut dan dapat menurunkan daya cerna. Selain itu tannin yang

jumlahnya tinggi dalam biji dapat menyebabkan rasa sepat dan pahit serta

menimbulkan warna yang gelap.

Gambar 2.18 Shorgum bicolor

Sorgum halepanse

Disebut juga sebagai sorgum bunga putih. Ciri-ciri biji Sorgum

helepanse adalah warna biji putih, bentuk biji bulat, ukuram biji 2,28 mm,

dan kulit tebal. Menurut Prohati (2009), varietas sorghum yang dikenal

ada dua yaitu sorghum putih dan sorghum merah. Biji sorgum

mempunyai senyawa antinutrisi seperti tannin dan asam fitat yang

memberikan efek yang merugikan dalam sistem pencernaan manusia.

71

Kandungan tannin dalam sorghum diduga berkaitan dengan warna kulit

biji sorghum, yaitu semakin gelap warna biji sorghum maka makin tinggi

kandungan tannin. Sorghum yang berwarna coklat tua mengandung

tannin cukup tinggi. Sorghum mengandung tannin tinggi, bila diberikan

dapat menyebabkan pertumbuhan ayam-ayam muda terhambat.

Gambar 2.19 Shorgum halepanse

Teramus labialis

Teramus labialis atau disebut juga maspharni adalah tanaman yang

memiliki ciri-ciri biji yang berwarna hitam, berbentuk agak bulat dan kecil.

Tanaman ini biasa digunakan untuk pakan ternak ruminansia

(Reksohadiprodjo, 1994).Hasil pengamatan sudah sesuai jika di

bandingkan dengan literatur. Porsea (1992) menyatakan bahwa, T. labialis

dianggap sebagai tanaman padang rumput yang paling menjanjikan di

Kuba. Produksi biji yang cukup baik, yakni mencapai 0,5 ton / ha, dan

benih berkecambah mudah dan benih tidak memerlukan skarifikasi serta

tidak ada inokulum rhizobium khusus yang diperlukan. Tanaman Teramus

labialis biasa digunakan untuk pakan ternak ruminansia (Reksohadiprodjo,

1994).

Gambar 2.20 Teramnus labialis

72

Vigna sinensis

Berdasarkan hasil praktikum dapat diketahui bahwa ciri-ciri biji

Vigna sinensis (kacang panjang) adalah biji berwarna ungu, bentuknya

lonjong, ukuran 3,14 mm, dan ketebalan kulitnya tebal. Menurut Prohati

(2009), mengatakan bahwa Vigna sinensis memiliki biji berwarna ungu

yang terbungkus dalam kulit buah berwarna hijau sewaktu muda.

Tanaman kacang panjang merupakan tanaman semak, menjalar,

semusim dengan tinggi kurang lebih 2,5 m. Batang tanaman ini tegak,

silindris, lunak, berwarna hijau dengan permukaan licin. Daunnya

majemuk, lonjong, berseling, panjang 6 sampai 8 cm, lebar 3 sampai 4,5

cm, tepi rata, pangkal membulat, ujung lancip, pertulangan menyirip,

tangkai silindris, panjang kurang lebih 4 cm, dan berwarna hijau. Bunga

tanaman ini terdapat pada ketiak daun, majemuk, tangkai silindris,

panjang kurang lebih 12 cm, berwarna hijau keputih-putihan, mahkota

berbentuk kupu-kupu, berwarna putih keunguan, benang sari bertangkai,

panjang kurang lebih 2 cm, berwarna putih, kepala sari kuning, putik

bertangkai, berwarna kuning, panjang kurang lebih 1 cm, dan berwarna

ungu (Henny et al, 2009).

Gambar 2.21 Vigna sinensis

Zea mays

Berdasarkan praktikum yang dilakukan biji Zea mays (jagung)

mempunyai ciri warna kuning, bentuk oval, ukuran 3,8 mm, dan ketebalan

kulit tebal. Menurut Reksohadiprojo (1994), warna biji jagung bervariasi,

antara lain warna kehitaman, biru keabu-abuan, ungu, hijau, merah, putih

dan kuning. Biji jagung biasa digunakan untuk tiga tujuan utama yakni

73

sebagai bahan makanan pokok terutama di daerah tropis, makanan untuk

ternak hewan dan unggas (terutama di negara-negara industri di daerah

temperate, menyediakan lebih dari 2/3 dari total perdagangan biji-bijian

untuk pakan ternak), dan sebagai bahan baku untuk kegiatan industri.

Wardiyono (2009) menyatakan bahwa biji jagung biasanya berwarna

kuning dengan kulit yang cukup tebal. Biasa digunakan untuk tiga tujuan

utama yakni sebagai bahan makanan pokok terutama di daerah tropis,

makanan untuk ternak hewan dan unggas (terutama di negara-negara

industri di daerah temperate, menyediakan lebih dari 2/3 dari total

perdagangan biji-bijian untuk pakan ternak), dan sebagai bahan baku

untuk kegiatan industri.

Gambar 2.22 Zea mays

74

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat

disimpulkan bahwa biji tiap jenis tumbuhan memiliki ciri yang berbeda.

Warna biji bervariasi dari coklat, kuning, putih dan hitam. Bentuk biji

bervariasi antara oval, bulat, dan pipih. Ukuran biji bervariasi dari ukuran

kecil, sedang dan besar. Ketebalan tiap jenis tumbuhan bervariasi dari

tipis, sedang dan tebal.

75

Daftar Pustaka

Bray, R. A dan Woodroffe, T. D. .1994. Macroptilium antropurpureum (DC) Urban (atro) cv. Aztec. Australian Journal of Experimental.

Henny Rachmawati, Djoko Iriantono dan Christian P. Hansen, IFSP. 2009. Informasi singkat benih. http: bpthbalinusra.net. Diakses tanggal 25 Maret 2011.

Horne, Peter M. dan W. Stur Wewrnwer. 2001. Mengembangkan Teknologi Hijauan Makanan Ternak Bersama Petani Kecil. A Ciar and Aciat. Manila.

Mannetje, L.’t dan R.M. Jones. 1992. Plant Resources of South East Asia. Pudoc Scientific Publishers. Netherland.

Mckay. 2002. Identivication in Plant. Available at www.stylosanthes%20cv%20verano.com. Di akses pada tanggal 27 Maret 2009.

Nasution, Satria. 2009. Keunggulan Gamal Sebaga Pakan Ternak. Kementerian Pertanian Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Palembang.

Prohati. 2009. Keanekaragaman Tumbuhan Hayati Indonesia. Available at http://www.proseanet.org. Di akses pada tanggal 1 April 2009.

Purwanto, Imam. 2007. Mengenal Lebih Dekat Leguminoseae. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Purwono dan Purnamawati. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Penebar Swadaya, Jakarta.

Reksohadiprodjo, S. 1994. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik Edisi Revisi Cetakan ke-3. BPFE. Yogyakarta

Soetrisno, R.D. 2008. Pengantar Kultur Jaringan Tanaman Pakan. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Wagner, W.L., D.R. Herbst and S.H. Sohmer. 1999. Colocasia In Manual of the Flowering Plants of Hawaii. University of Hawaii Press. Honolulu, Hawaii.

76