acara v panen
TRANSCRIPT
ACARA V
PANEN DAN PASCA PANEN
I. PENDAHULUAN
a. Dasar TeoriPeningkatan produksi dan perbaikan mutu dari hasil pertanian, tampaknya
merupakan masalah penting karena permintaan akan hasil pertanian dan bahan
olahannya terus mengalami kenaikan. Oleh karena itu setelah melakukan
pemanenan hasil tanaman yang diusahakan, sebelum hasil yang dipanen itu
dipasarkan perlu dilakukan tindakan-tindakan tertentu agar hasil yang dipanen
mempunyai mutu yang baik. Tindakan tersebut dikatakan sebagai penanganan
pasca panen. Di samping penanganan pasca panen, tindakan yang tidak kalah
penting adalah penanganan saat panen.
Tujuan penanganan saat panen yaitu agar diperoleh hasil yang
memuaskan, baik kualitas maupun kuantitas (sesuai dengan yang diharapkan
pasar atau konsumen) yang kesemuanya itu akan lebih menguntungkan petani
penanamnya. Dengan adanya penanganan dan pengelolaan saat panen diharapkan
nantinya :
a. Tidak banyak hasil yang terbuang.
b. Tidak banyak hasil yang rusak.
Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam penanganan pasca panen antara
lain pengeringan, penyortiran, pengolahan hasil (penghilangan kulit atau bagian-
bagian yang dapat merusak mutu, pemisahan hasil yang baik dengan yang tidak
baik, dan sebagainya), penyiapan hasil agar mudah digunakan atau
diperdagangkan, penyimpanan hasil dalam suatu wadah atau tempat yang
memenuhi persyaratan agar tidak rusak mutunya.
Adapun tujuan-tujuan dari penanganan pasca panen antara lain :
1. Agar hasil tanaman yang telah dipungut tetap dalam keadaan baik mutunya atau
tetap segar seperti saat diambil.
2. Agar hasil tanaman menjadi lebih menarik dalam sifat-sifatnya (warna, rasa
atau aroma)
3. Agar hasil tanaman dapat memenuhi standar perdagangan.
4. Agar hasil tanaman selalu dalam keadaan siap dengan mutu yang terjamin
untuk dijadikan bahan baku bagi para konsumen industri yang memerlukannya.
5. Agar hasil tanaman dapat dicegah dari kerusakan dan dapat diawetkan lebih
lanjut dengan baik sewaktu-waktu digunakan atau dilempar ke pasaran dengan
kualitas yang terjamin.
Dari uraian di atas tampaklah sangat penting penanganan saat panen dan
pasca panen yang kesemuanya itu diarahkan pada pencapaian hasil panen yang
memuaskan.
b. Tujuan
Praktikan dapat memahami dan menjelaskan penanganan panen dan pasca panen
dalam usaha meningkatkan produksi tanaman, serta mampu menerapkannya pada
beberapa macam komoditas tanaman pertanian.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Peningkatan produksi dan perbaikan mutu dari hasil pertanian, tampaknya
merupakan masalah yang penting sepanjang jaman karena perminyaan akan hasil
pertanian dan bahan olahannya terus menunjukkan kenaikan. Oleh karena itu,
setelah melakukan pemanenan hasil tanaman yang diusahakan, maka sebelum
hasil yang dipanen dipasarkan perlu dilakukan tindakan-tindakan tertenru agar
hasil yang dipanen mempunyai mutu baik, tindakan-tindakan tersebut dikatakan
sebagai Penanganan Pasca Panen.
Tanpa penanganan yang baik dan cepat segera setelah pemanenan selesai
dilakukan, dapat menyebabkan penyusutan hasil panen, baik secara kualitatif
maupun kuantitatif. Tanpa diperhatikannya teknologi Penanganan Pasca Panen
ini, maka dapat berakibat :
a) Para petani yang telah berjerih payah melangsungkan usaha taninya, akan
merugikan usaha taninya sendiri dengan hilangnya sekitar 20% hasil tanaman
yang diusahakan sehubungan dengan terjadinya kehilangan-kehilangan pada
waktu : panen, pembersihan, pengeringan, pengangkutan, dan sebagainya.
b) Para pengelola lanjutan (KUD, industri-industri), yang menggunakan
sebagian modalnya untuk membeli, menyimpan, mengolah dan memasarkan
lebih lanjut, juga akan menderita kerugian dengan hilangnya sebagian hasil
tanaman yang dikelolanya.
Jadi, penanganan hasil panen ini (sejak panen sampai ke konsumen) perlu
diperhatikan, agar komoditas yang dihasilkan dapat memenuhi persyaratan
pemasaran. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa teknologi penanganan pasca
panen ini penting sekali diperhatikan oleh petani maupun oleh para pengelola
lanjutab hasil pertanian.
Kegiatan pasca panen sayuran segar, ada beberapa perlakuan yang harus
diperhatikan, antara lain : pembersihan, pengeringan, sortasi dan pengemasan.
Kegiatan-kegiatan itu bertujuan agar :
1. Sayuran yang telah dipanen tetap baik mutunya atau tetap segar seperti waktu
diambil;
2. Sayuran menjadi lebih menarik dalam sifat-sifatnya (warna, rasa, bau dan
aroma);
3. Sayuran selalu dalam keadaan siap dengan mutu yang terjamin sebagai bahan
baku industri yang memerlukannya; dan
4. Hasil sayuran dapat dicegah dari kerusakan dan dapat diawetkan dengan baik
untuk digunakan sewaktu-waktu atau dipasarkan dalam kualitas yang terjamin.
III. BAHAN dan ALAT
a. Bahan :
1. Tanaman kangkung darat
2. Baby corn
3. Plastik
4. Label kertas
5. Isolasitif bening
b. Alat :
1. Pisau
2. Timbangan
3. Lemari pendingin
IV. PROSEDUR KERJA
a. Panen dan Pascapanen Kangkung Darat
1. Bahan dan alat yang dibutuhkan disiapkan.
2. Kangkung darat dipanen dengan cara mencabut tanaman bersama akar-
akarnya.
3. Tanah yang terdapat pada akar dibersihkan dengan cara dicuci.
4. Kangkung darat yang telah dipanen dikumpulkan, dipisahkan antara
sampel dan bukan sampel.
5. Kotoran, daun yang telah tua atau rusak dibersihkan.
6. Kangkung darat ditimbang untuk mengetahui berat bruto dan nettonya.
Berat bruto diperoleh dengan menimbang semua tanaman termasuk
sampel tanaman bersama akar-akarnya sedangkan berat neto diperoleh
dengan cara menimbang sampel tanaman yang telah dibuang (dipotong)
akar-akarnya.
7. Data yang diperoleh dicatat.
8. Dilakukan sortasi sesuai dengan kelasnya dengan cara mengamati
penampilan, ukuran, bentuk, bobot dan kesehatan sayuran.
9. Setelah dilakukan sortasi maka kangkung darat diikat dengan tali rafia.
b. Panen dan Pascapanen Baby Corn
1. Setelah detasseling maka 2 hari kemudian tongkol sudah siap dipanen.
2. Pemanenan dilakukan dengan cara memetik pangkal tongkol. Pada waktu
pemetikan harus dilakukan dengan cepat tetapi hati-hati agar batang tidak
ikut patah.
3. Baby corn yang telah dipanen kemudian ditimbang berat bruto dan
netonya. Berat bruto diperoleh dengan menimbang semua baby corn
beserta klobotnya sedangkan berat neto diperoleh dengan menimbang
semua baby corn yang telah dikupas klobotnya (tidak seluruhnya tetapi
disisakan sekitar tiga lembar terakhir sepanjang kira-kira 2 – 3 cm).
4. terakhir kira-kira 2 – 3 cm dari kepala tongkol. Setelah itu dilakukan
pengupasan dengan cara batas klobot yang akan dibuang dilingkar dengan
pisau.
5. Setelah baby corn dikupas klobotnya dan disisakan sekitar tiga lembar
terakhir sepanjang 2 – 3 cm dari kepala tongkol maka baby corn tersebut
dikemas dalam kantong plastik.
V. HASIL PENGAMATAN
a. Jagung
Berat kotor (sebelum dikupas)
Monokultur : 746 gram
Tumpangsari : 420 gram
Berat bersih (setelah dikupas)
Monokultur : 526 gram
Tumpangsari : 280 gram
1. MONOKULTUR
Berat sebelum dikupas : a gram
Berat setelah dikupas : b gram
Luas bedengan monokultur = 3 x 3 m = 9 m2 = 90.000 cm2
Jarak tanam = 50 x 25 cm = 1.250 cm2
Populasi = luas bedengan = 72 buah
Jarak tanam
Hasil =
=
= x = 4208
Produksi per Ha =
y = 4675555 gram
= 4675,5kg
= 4,675 ton/Ha
2. TUMPANG SARI
Berat sebelum dikupas : a gram
Berat setelah dikupas : b gram
Luas bedengan tumpangsari = 3 x 3m = 9m2 = 90.000 cm2
Jarak tanam = 90 x 40 cm = 3600 cm2
Populasi = 25 buah
Hasil (9m2) =
x = 777,8
Produksi per Ha =
=
y = 864222,2 gr
= 864,2 kg
= 0,864 ton/Ha
b. KANGKUNG
1. Berat kangkung sebelum dimasukan dalam kulkas
a. Monokultur
M1 = 200 gram
M2 = 375 gram
M3 = 350 gram
M4 = 150 gram
M5 = 290 gram
M6 = 200 gram
b. Tumpangsari
T1 = 150 gram
T2 = 75 gram
T3 = 90 gram
T4 = 100 gram
T5 = 75 gram
T6 = 125 gram
2. Berat kangkung setelah dimasukkan dalam kulkas
a. Monokultur
M1 = 175 gram
M2 = 300 gram
M3 = 250 gram
M4 = 125 gram
M5 = 200 gram
M6 = 175 gram
b. Tumpangsari
T1 = 75 gram
T2 = 50 gram
T3 = 50 gram
T4 = 40 gram
T5 = 25 gram
T6 = 50 gram
Keterangan :
M1, M2, dan M3 = menggunakan plastik
M4, M5, dan M6 = tanpa plastik
T1, T2, dan T3 = menggunakan plastik
T4, T5, dan T6 = tanpa plastic
VI. PEMBAHASAN
Panen adalah proses pengambilan komponen-komponen produksi dari
tanaman yang dibudidayakan dengan tujuan untuk dikonsumsi, diolah, dipasarkan
atau digunakan untuk keperluan lainnya (Tim Penulis PS, 1996). Dalam kegiatan
praktikum kali ini jenis tanaman yang dibudidayakan adalah baby corn dan
tanaman kangkung. Jenis kangkung yang ditanam adalah kangkung darat (Ipomea
aquatica Forsk). Mengingat umur tanaman kangkung yang cukup pendek, maka
pemanenan tanaman ini dilakukan lebih awal daripada tanaman baby corn.
Tanaman ini dipanen setelah berumur 28-35 hari (Sutarya, dkk., 1995).
1. Panen Kangkung
Tanaman kangkung merupakan salah satu jenis tanaman sayur-sayuran.
Bagian tanaman kangkung yang paling penting adalah batang muda dan pucuk-
pucuknya. Kangkung selain rasanya enak juga memiliki kandungan gizi cukup
tinggi, mengandung vitamin A, B dan vitamin C serta bahan-bahan mineral
terutama zat besi yang berguna bagi pertumbuhan badan dan kesehatan.
Disamping itu hewan juga menyukai kangkung bila dicampur dalam makanan
ayam, itik, sapi, kelinci dan babi.
Seorang pakar kesehatan Filipina: Herminia de Guzman Ladion
memasukkan kangkung dalam kelompok "Tanaman Penyembuh Ajaib", sebab
berkhasiat untuk penyembuh penyakit "sembelit" juga sebagai obat yang sedang
"diet". Selain itu, akar kangkung berguna untuk obat penyakit "wasir"
Kangkung sudah bisa dipanen pertama pada umur 2-3 bulan setelah tanam.
Panen perdana ini untuk mendapatkan hasil bahan sayuran daun juga berfungsi
untuk merangsang pertumbuhan vegetatif (pucuk-pucuk) berikutnya yang lebih
banyak. Saat ini kangkung sudah tumbuh dengan panjang batang kira-kira 20-25
cm. Ada pula yang mulai memangkas sesudah berumur 1,5 bulan dari saat
penanaman. Cara memanen kangkung darat adalah, pangkas batangnya dengan
menyisakan sekitar 2-5 cm di atas permukaan tanah atau meninggalkan 2-3 buku
tua. Cara pemanenan kangkung darat juga dapat dilakukan dengan mencabut
tanaman beserta dengan akar-akarnya Panen dilakukan pada sore hari dengan
tujuan agar tidak mengalami kelayuan yang drastis akibat pengaruh suhu udara
yang panas ataupun terik nya sinar matahari. Panenan dilakukan dengan cara
memotong kangkung yang siap panen dengan ciri batang besar dan ber daun lebar.
Panen dilakukan 2-3 minggu sekali Setiap kali habis panen, biasanya akan
terbentuk cabang-cabang baru. Setelah 5 kali panen atau 10-11 kali panen maka
produksi kangkung akan menurun baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Jika
sudah terlihat berbunga, sisa kan ± 2 m2 untuk dikembangkan terus menjadi biji
yang kira-kira memakan waktu 40 hari sampai dapat dikeringkan. Tanaman
kangkung yang telah berumur satu tahun biasanya tumbuh lambat, kerdil, dan
kurang produktif. Gejala ini dapat disebabkan oleh tuanya umur tanaman dan
kondisi tanah tidak subur lagi. Oleh karena itu, tanaman ini sebaiknya dilakukan
peremajaan kembali. Pertanaman kangkung dibongkar, tanahnya diolah secara
sempurna, dan diberi pupuk kandang seperti pada permulaan berkebun , kemudian
ditanami bahan tanaman /benih/ bibit baru yang unggul dan sehat.
2. Pascapanen Kangkung
Komoditas sayuran memiliki kadar air antara 70%-95% (Sutarya, dkk,
1995). Stomata yang banyak terdapat pada bagian tanaman dapat menyebabkan
tanaman mudah layu. Kememaran pada sayuran akibat benturan akan
menimbulkan perubahan-perubahan penampakan dan susunan kimianya, serta
apabila mengalami luka akan mempercepat kebusukan. Di sini sangat berperan
penanganan produksi kangkung selepas panen. Penanganan pasca panen meliputi
semua kegiatan perlakuan dan pengolahan langsung terhadap produk pangan,
tanpa mengubah struktur asli produk atau pengolahan yang karena sifat panenan
harus segera dikerjakan setelah panen. Penanganan produksi kangkung selepas
panen kangkung pada praktikum kali ini meliputi kegiatan sebagai berikut :
1. Pengumpulan.
Tanaman-tanaman kangkung yang telah dipanen dikumpulkan dan diletakkan
pada tempat yang teduh untuk menghindari kelayuan.
2. Pencucian.
Kangkung dicuci dengan menggunakan air yang mengalir. Setelah dicuci,
tanaman kangkung dibiarkan terlebih dahulu agar air dari pencucian mengalir
dan kangkung tidak terlalu basah.
3. Sortasi dan seleksi.
Tanaman kangkung yang daunnya rusak atau busuk dan batangnya berlubang
dipisahkan dari tanaman kangkung yang masih utuh dan kondisinya bagus.
Dengan sortasi dan seleksi ini didapatkan tanaman kangkung yang kualitasnya
lebih baik sehingga apabila dijual di pasaran kemungkinan terjualnya lebih
besar. Kangkung darat yang masih muda dengan batang yang besar dan rongga
yang cukup besar memiliki kualitas pasar yang lebih baik daripada kangkung
air yang berbatang tipis dan kasar.
4. Pengikatan dan pengemasan.
Semua hasil panen yang telah diseleksi dikumpulkan dan dibagi menjadi
beberapa bagian yang kemudian diikat dengan tali rafia. Bila pengikatan telah
selesai, akar-akar dari tanaman kangkung dipotong dan dibersihkan. Untuk
menjaga kesegarannya kangkung yang telah diikat dimasukkan dalam plastik
bening dan siap diolah ataupun dipasarkan.
3. Panen Baby Corn
Baby corn atau sering disebut sebagai jagung semi merupakan sayuran baby
yang sudah banyak dikenal dan banyak disukai oleh masyarakat. Sayuran baby ini
dipetik saat tongkol masih muda atau belum dibuahi. Tanaman baby corn sangat
bermanfaat bagi kehidupan manusia dan hewan. Di Indonesia, baby corn
merupakan komoditi tanaman pangan kedua terpenting setelah padi. Di Daerah
Madura, baby corn banyak dimanfaatkan sebagai makanan pokok.
Dalam pemanenan hal penting yang harus diperhatikan adalah waktu dan
cara pemanenan. Bila pemanenan dilakukan terlalu awal, mutu sayuran baby
yang dihasikalkan akan sangat rendah. Demikan pula bila pemanenan dilakukan
terlambat maka tekstur sayuran terlalu keras.
Panen biasanya dapat dilakukan pada saat tanaman berumur 1- 1,5 bulan.
Pada saat itu, tongkol telah muncul ketika 5-7 hari saat bunga jantan tumbuh.
Pada satu tanaman tongkol pertama dan kedua dipetik ketika 2-3 hari rambut
muncul dari ujung tongkol (silking) pada pagi atau sore hari. Sebaliknya semua
tongkol dibawahnya dapat dipetik bila tongkol tumbuh dengan baik tanpa harus
berpatokan pada umur munculnya rambut.
Menurut Tim Penulis PS (1993), pemanenan tidak boleh dilakukan terlambat
karena dapat mempengaruhi mutu tongkol yang dihasilkannya setelah tongkol
keluar, harus dilakukan pengontrolan agar panen tidak terlambat. Sebab
keterlambatan sehari saja dapat mengurangi kualitas baby corn. Hal ini
disebabkan semakin hari tongkol akan semakin mengeras dan membesar dan
berwarna pucat sehingga tidak memenuhi mutu yang disukai konsumen.
Sebaliknya pemanenan yang terlalu awal akan diperoleh baby corn yang terlalu
lunak sehingga ujung tongkol mudah patah dan kualitasnya menurun. Pemanenan
sebaiknya dilakukan setiap hari sehingga tongkol dapat dipanen pada saat yang
tepat.
Setelah pembuangan bunga jantan, pengontrolan perlu ditingkatkan
karena sekitar 5-7 hari setelah itu tongkol pertama akan muncul. Paling lambat
dua hari kemudian tongkol pertama harus sudah dipanen. Selesai panen tongkol
pertama maka tongkol kedua segera tumbuh dan keesokan harinya sudah dapat
dipanen, begitu seterusnya untuk tongkol selanjutnya.
Hasil panen jagung tidak semua berupa baby corn, tergantung dari tujuan
panen. Seperti pada tanaman padi, tingkat kemasakan buah jagung juga dapat
dibedakan dalam 4 tingkat: masak susu, masak lunak, masak tua dan masak
kering/masak mati.
Ada 3 masa panen Baby corn, yaitu panen kontrol, panen raya dan panen
pembersihan. Dalam satu lahan biasanya terdapat sebagian kecil tanaman yang
tumbuh lebih cepat sehingga pemetikannya dilakukan mendahului yang lain.
Panen seperti ini disebut panen kontrol. Setelah didahului panen kontrol beberapa
kali, barulah berlangsung panen raya, yaitu sebagian besar tanaman harus di petik
tongkol nya secara serentak. Panen pembersihan adalah pemetikan tongkol untuk
mtanaman yang kurang cepat atau terlambat pertumbuhannya.
Adapun ciri-ciri tongkol baby corn yang siap panen, antara lain rambut
tongkol sudah mencapai 2cm-3cm (Tim penulis PS, 1996). Ciri-ciri ini biasanya
hanya digunakan untuk tongkol pertama dan kedua saja. Sedangkan tongkol
selanjutnya dilihat dari pertumbuhannya. Di samping itu biasanya tongkol
berukuran agak besar.
Cara panen baby corn adalah dengan cara memutar tongkol berikut
kelobotnya, atau dapat dilakukan dengan mematahkan/ memotong tangkai buah
baby corn. Pemetikan ini harus dilakukan cepat tetapi hati-hati agar batang tidak
ikut terpotong karena dapat menyebabkan tanaman mati. Pemetikan tongkol
dapat menggunakan pisau yang ramping. Caranya, pelepah tempat daun tempat
tongkol berada dibelah sedikit lalu tongkol ditarik ke samping pada bagian yang
dibelah tadi dan selanjutnya ujung tongkol dipotong dengan hati-hati sehingga
tongkol tidak rusak atau patah (Soemadi,1996). Pada bekas petikan tongkol dapat
tumbuh tongkol baru, tetapi biasanya bentuknya sudah tidak sempurna Pada lahan
yang luas dan rata sangat cocok bila menggunakan alat mesin pemetikan.
4. Pascapanen Baby Corn
Seperti halnya sayuran pada umumnya, sayuran baby corn biasa dikonsumsi
dalam kondisi segar. Oleh karena itu, kesegarannya harus dapat dipertahankan
semenjak panen hingga sayuran tersebut diterima dan siap dikonsumsi oleh
konsumen.
Penanganan pasca panen sayuran baby memiliki tujuan utama untuk
memperkecil kehilangan dan kerusakan hasil panen serta mempertahankan
kesegarannya. Penanganan pasca panen dilakukan sejak hasil dipanen sampai ke
tangan konsumen. Beberapa penanganan pasca panen meliputi pembersihan,
sortasi , grading, pengemasan, penyimpanan, pengangkutan dan pengolahan.
a. Pembersihan
Selain untuk menghilangkan sumber-sumber kontaminan. Pembersihan juga
bertujuan agar sosok sayuran baby corn lebih menarik. Kegiatan ini merupakan
langkah pertama setelah pemanenan sehingga memegang peranan penting dalam
proses selanjutnya. Pada waktu pembersihan , bagian-bagian yang tidak penting
dipotong dan benda-benda lain yang terikut seperti tanah, dibuang. Setelah itu
dilakukan pencucian.
Pencucian sayuran baby sebaiknya menggunakan air dingin yang mengalir.
Kegiatan ini merupakan suatu cara untuk mengurangi jumlah mikroorganisme
yang berada di permukaan sayuran; terutama bila sayuran tersebut terkena debu
atau hujan; menurunkan suhu sayuran (precooling) sehingga dapat
memperpanjang kesegaran sayuran baby corn; dan mencegah pengkristalan bila
disimpan dalam suhu rendah.
b. Sortasi
Sortasi atau pemilahan adalah tindakan pasca panen yang bertujuan untuk
memisahkan hasil panen yang baik dan jelek . Suatu hasil panen dikatakan baik
bila tidak mengalami kerusakan fisik dan sosoknya tetap menarik. Sebaliknya
hasil panen disebut jelek bila telah mengalami kerusakan fisik, seperti mengerut
akibat proses penguapan atau terdapat bekas serangan hama dan penyakit.
Hasil sortasi yang baik selanjutnya dapat diproses lebih lanjut untuk
memenuhi permintaan konsumen dengan memperhatikan syarat-syarat mutu yang
diinginkan konsumen. Hasil sortasi yang jelek dapat dijual ke konsumen-
konsumen di pasar tradisional atau untuk dikonsumsi sendiri. Apabila tingkat
kerusakannya cukup parah baby corn dapat digunakan sebagai pakan ternak.
c. Granding
Grading adalah tindakan-tindakan pasca panen yang bertujuan
mengelompokkan hasil panen yang akan dijual berdasarkan mutu. Grading
merupakan cara yang dapat dlakukan untuk melihat mutu suatu produk dan
selanjutnya akan menentukan tingkat harga yang disetujui oleh produsen dan
konsumen.
Beberapa syarat mutu yang menentukan kelas suatu produk antara lain
kesamaan sifat varietas, tingkat ketuaan, kerusakan, warna, ukuran dan kotoran.
Sistemgrading sangat bervariasi antara lain tergantung dari negara penghasil,
kebiasaan suatu negara dan selera konsumen.
d. Pengemasan
Pengemasan adalah salah satu cara untuk melindungi dan mengawetkan hasil
panen agar dapat sapai ke tangan konsumen dalam keadaan segar dan dengan
mutu yang baik. Pengemasan juga menentukan dalam pemasaran produk tersebut.
VII. KESIMPULAN
1. Panen adalah proses pengambilan komponen-komponen produksi dari
tanaman yang dibudidayakan untuk dikonsumsi, diolah atau digunakan untuk
keperluan lain.
2. Panen dan penanganan pasca panen yang baik perlu diperhatikan untuk
menjaga kualitas hasil panen dan memberikan penampilan yang lebih baik
kepada hasil panen.
3. Kegiatan pasca panen sayuran segar ada beberapa perlakuan yang harus
diperhatikan, antara lain : pembersihan, pengeringan, sortasi dan pengemasan.
4. Tanaman baby corn harus sangat diperhatikan waktu panennya karena apabila
terlalu tua atau terlalu muda kualitasnya tidak baik.
5. Waktu pemanenan harus benar-benar tepat sesuai dengan keadaan dan sifat
hasil panen yang diinginkan. Bila pemanenan dilakukan terlalu awal, mutu
sayuran baby yang dihasikalkan akan sangat rendah. Demikan pula bila
pemanenan dilakukan terlambat maka tekstur sayuran terlalu keras.
DAFTAR PUSTAKA
Nazaruddin. 1993. Budidaya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran Rendah. Jakarta : Penebar Swadaya.
Rahmat, Sutarya, dkk. 1995. Pedoman Bertanam Sayuran Dataran Rendah. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Rukmana, Rahmat, Ir. 1993. Bertanam Kangkung. Yogyakarta : Kanisius.
Tim Penulis PS. 1996. Sweet Corn Baby Corn. Jakarta : Penebar Swadaya.