acara 4.doc
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM SIFAT FISIK HASIL PERTANIAN
MENGHITUNG LOSSES TEKNOLOGI PENGOLAHAN MINIMAL (SUSUT BOBOT KARENA PENGUPASAN)
Oleh:Yopi Agustin
NIM AIH011004
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIANPURWOKERTO
2013
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahan hasil pertanian umumnya bersifat mudah rusak (perishable). Selama
pengolahan bahan pangan akan mengalami perubahan-perubahan baik secara
fisik, kimiawi maupun biokimiawi dengan adanya beberapa perlakuan. Oleh
karena perubahan-perubahan tersebut harus dioerhatikan sebagai dasar terjadinya
proses sehingga apa yang terjadi selama pengolahan dapat dikendalikan untuk
mencapai produk dengan karakteristik yang diinginkan. Secara umum operasi
pengolahan dapat dibedakan atas operasi praproses, proses dan pasca proses.
Pengupasan merupakan operasi pra proses yang bertujuan untuk memisahkan
kulit dari bahan. Pengupasan ditujukukan untuk memisahkan bagian yang dapat
dimakan dari kulitnya dan bagian yang harus dibuang. Pengupasan ada tiga
macam cara yaitu cara mekanis, cara khemis dan cara uap bertekanan.
B. Tujuan
Mengetahui besarnya susut massa selama pengupasan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Pengupasan merupakan proses pemisahan kulit dengan bagian yang akan
dikonsumsi. Pengupasasn ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara
mekanik dan cara kimia. Pengupasan biasanya dilakukan dengan alat bantu berupa
pisau yang biasanya terbuat dari besi., baja maupun dari stainlessteel. Adapun
permukaan untuk pisau yang terbuat dari stainlessteel akan terdapat suatu
lapiasam oksida (krom) yang sangat stabil, sehngga pisau ini tahan terhadap
korosi. Sedangkan pisau yang terbuat dari besi biasa mudah mengalami korosi,
dan apabial digunakan dalam pengupasan akan mengakibatkan bahan mudah
mengalami oksidasi menghasilkan warna coklat (pencoklatan). Cara-cara
pengupasan yaitu:
1. Pengupasan mekanis
Pengupasan secara mekanis umumnya dilakukan dengan menggunakan
pisau biasa atau stainless steel. Namun, untuk mendapatkan hasil akhir yang
baik sebaiknya menggunakan pisau yang berbahan stainless steel jika akan
mengupas bahan pangan seperti buah-buahan agar tidak terjadi pewarnaan
gelap yang dapat mempengaruhi kenampakan produk. Efisiensi pengupasan
rendah dan lebih efektif untuk mengupas bahan yang berukuran besar.
2. Pengupasan khemis (lye peeling)
Pengupasan secara khemis (lye peeling) pada umumnya digunakan
untuk mengupas buah dan sayuran berkulit tipis (kentang, wortel) serta biji-
bijian berkulit ari. Larutan yang digunakan adalah larutan NaOH 1% pada
suhu 93°C selama 0,5 – 5 menit tergantung jenis bahannya. Untuk
mempermudah pelepasan kulit, pengupasan khemis umumnya dikombinasi
dengan penyemprotan dan pencucian dengan air.
3. Pengupasan uap bertekanan
Pengupasan menggunakan uap bertekanan. Cara ini pada umumnya
digunakan untuk pengupasan ketela rambat dan beet.
Buah-buahan yang mengandung zat tanin akan mengalami pewarnaan
menjadi gelap apabila dikupas dengan pisau. Oleh adanya ion Ca++,Mg++ dan Fe++.
Tanin akan membentuk senyawa yang berwarna gelap. Adanya asam-asam
organik yang banyak terdapat pada buah-buahan akan menyebabkan terjadinya
korosi pada pisau yang digunakan untuk pengupasan.
Pengupasan secara khemis banyak dilakukan pada buah-buahan dan sayur-
sayuran yang berkulit tipis dan biji-bijian yang berkulit ari. Larutan yang umum
digunakan adaslah NaOH 1% pada suhu 93oC. Konsentrasi larutan dan lamanya
perendaman bervariasi tergantung jenis dan kualitas bahan.
Selain pengupasan secara mekanis dan khemis, pengupasan dapat
dilakuakan dengan menggunakan uap bertekanan yang dilakukan dengan tekanan
1500 Kpa selama 15-30 detik. Kemudian dapat diikuti dsengan penyemprotan
dengan air. Cara ini dapay dilakukan pada ketela rambat, beet dll. Cara
pengupasan dengan cara lain lagi yaitu dengan cara Flame Peeling, namun cara
ini dapat ,mengakibatkan kehilangan komposisi bahan sebesar 9%, sebab cara ini
dilakukan dengan pemanasan pada suhu 1000oC yang dilakukan dengan
penyemprotan air. Biasanya cara ini dilakukan pada bahan-bahan seperti bawang
putih.(Praptiningsih,1999).
III. METODOLOGI
A. Alat dan Bahan
1. Kentang
2. Alat pengupas
3. Pisau
4. Neraca digital
B. Prosedur Kerja
1. Mengupas kentang dengan alat pengupas, mencatat massa awal (mi), massa
akhir (mo), massa kentang kupas (mk) dan waktu pengupasan (t).
2. Mengupas kentang dengan menggunakan pisau. Mencatat massa awal, massa
akhir, massa kentang kupas, dan waktu pemgupasan.
3. Menghitung losses dengan persamaan
a. losses = mi - mo
b. Kecepatan pengupasan alar Vme = mi / tme
c. Kecepatan pengupasan manual Vma = mi / tma
4. Mencatat hasil.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 1. Data Pengamatan.Pengupasan mekanik Pengupasan manual
m1 (kg) 459,45 gram 494,65 gram
mo (kg) 342,4 gram 439,85 gram
mk (kg) 117,05 gram 54,8 gram
t (jam) 0,0283 jam 0,0819 jam
m1 = massa awal (kg)
mo = massa akhir (kg)
mk = massa kupasan (kg)
t me = waktu pengupasan mekanik (jam)
t ma = waktu pengupasan manual (jam)
Perhitungan:
Losse (me) = m1 - mo Losse (ma) = m1 - mo
= 459,45 - 324,4 = 494,65 - 439,85
= 117,05 gram = 54,8 gram
Kecepatan pengupasan manual ( V ma ) = m1 / t ma
= 494,65 g/0,0819
= 0,49465 / 0,0819 = 6,039 kg/jam
Kecepatan pengupasan mekanik ( V me ) = m1 / t ma
= 459,45 g/0,0283
= 0,45945 / 0,0819 = 16,235 kg/jam
B. Pembahasan
Proses minimum (minimally processed) produk hortikultura merupakan
usaha penyiapan dan penanganan produk untuk mempertahankan kesegaran
alaminya dan lebih mudah digunakan oleh konsumen. Tujuan utama proses
minimum produk hortikultura adalah mempertahankan kesegaran produk tanpa
menurunkan mutu gizi dan menjamin umur simpan produk memadai untuk areal
konsumen tertentu. Penyiapan dan penanganan produk tersebut meliputi
pembersihan (cleaning), pencucian (washing), trimming/peeling, coring, slicing,
shredding, dan pengkemasan. Beberapa istilah digunakan untuk process minimum
produk hortikultura, seperti proses ringan (lightly processed), proses sebagian
(partially processed), proses segar (fresh processed), dan proses awal
(preprepared).
Mekanisme alat pengupas kentang semi mekanis yang digunakan dalam
praktikum yaitu bahan di tusuk dengan jarum panjang kemudian bagian tuas alat
diputar sehingga kentang akan berputar dan bergerak maju sehingga bagian pisau
akan menyayat bagian kulit kentang
Kelebihan dan kekurangan pengupasan kentang dengan menggunakan pisau
dan alat semi mekanis yaitu:
1. Kelebihan
a. Kelebihan pengupasan dengan pisau
Kelebihan pengupasan dengan menggunakan pisau yaitu besar
losses atau kehilangan akibat pengupasan dapat diminimalkan tergantung
dari ketelitian pada saat pengupasan. Selain itu hasil pengupasan tidak
menimbulkan bekas sayatan pisau seperti pada pengupasan dengan
menggunakan alat semi mekanis.
b. Kelebihan pengupasan dengan alat semi mekanis
Kelebihan pengupasan dengan menggunakan alat semi mekanis
yaitu waktu pengupasan yang diperlukan lebih cepat dibandingkan
dengan waktu pengupasan kentang dengan menggunakan pisau.
2. Kekurangan
a. Kekurangan pengupasan dengan pisau
Kekurangan pengupasan dengan menggunakan pisau yaitu waktu
pengupasan yang diperlukan lebih lama dibandingkan waktu pengupasan
pada alat semi mekanis.
b. Kekurangan pengupasan dengan alat semi mekanis
Kekurangan pengupasan dengan menggunakan alat semi mekanis
yaitu losse atau kehilangan akibat pengupasan yang lebih besar
dibandingkan pengupasan dengan menggunakan pisau. Selain itu
terdapat bekas sayatan pisau pada hasil kentang yang telah dikupas.
Praktikum yang dilakukan yaitu menghitung susut bobot akibat pengupasan
pada kentang. Pada praktikum ini dilakukan dua metode pengupasan kentang
yaitu dengan menggunakan pisau (manual) dan dengan menggunakan alat semi
mekanis. Berdasarkan hasil praktikum besar nilai kehilangan (losses) pada
pengupasan kentang dengan pisau lebih kecil dibandingkan losses pada
pengupasan alat semi mekanis. Besarnya losses yang dihasilkan dengan
pengupasan pisau yaitu 54,8 gram dan losses pada pengupasan alat semi mekanis
yaitu 117,05 gram. Sedangkan waktu yang diperlukan dalam pengupasan kentang
dengan pisau lebih lama dibandingkan waktu pengupasa pada alat semi mekanis.
Waktu pada pengupasan pisau yaitu 0,0819 jam dan waktu pengupasan dengan
alat semi mekanis yaitu 0,0283. Dengan demikian kecepatan pengupasan dengan
menggunakan pisau lebih kecil dibandingkan kecepatan pengupasan dengan
menggunakan alat semi mekanik. Kecepatan pengupasan manuak yaitu sebesar
6,039 kg/jam dan kecepatan pengupasan mekanik yaitu sebesar 16,235 kg/jam.
Beberapa contoh alat yang dapat digunakan untuk mengupas kentang selain
yang digunakan pada saat praktikum yaitu:
1. Ceramic peeler
Ceramic peeler adalah alat pengupas buah dan sayuran yang dilengkapi
pisau keramik tajam dengan desain yang sangat nyaman untuk digunakan.
Terbuat dari bahan keramik khusus sehingga kuat dan selalu tajam tanpa
harus diasah seperti pisau pengupas berbahan stainless steel. Tidak akan
pernah berkarat karena tidak menggunakan bahan dasar logam. Gagang alat
pengupas ini terbuat dari bahan karet anti-slip dengan kepala pisau yang dapat
berputar secara unik sehingga memberi kemudahan dan kenyamanan pada
proses pengupasan.
Gambar 1. Ceramic peeler.
2. Rotato exspress
Rotato exspress merupakan alat pengupas kentang atau buah-buhan lain
secara otomatis. Cara kerja alat pengupas ini yaitu akan mengupas kulit
(lapisan luar) jenis buah dan sayuran dengan mudah dan rapi dengan cara
menancapkan ujung buah atau sayuran yang ada di atas dan bawah kemudian
tekan tombol on. Sumber energi dari alat ini yaitu bersumber dari baterai AA
sebanyak 2 buah.
Gambar 2. Rotato exspress.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pengupasan merupakan proses pemisahan kulit dengan bagian yang akan
dikonsumsi. Pengupasasn ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan
cara mekanik dan cara manual.
2. Berdasarkan hasil praktikum besar nilai kehilangan (losses) pada pengupasan
kentang dengan pisau lebih kecil dibandingkan losses pada pengupasan alat
semi mekanis. Besarnya losses yang dihasilkan dengan pengupasan pisau
yaitu 54,8 gram dan losses pada pengupasan alat semi mekanis yaitu 117,05
gram.
B. Saran
Saran yang dapat disampaikan yaitu alat yang digunakan pada saat
praktikum diperbanyak lagi agar jalannya praktikum dapat lebih efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Aman, M. Fisiologi Pasca Penen. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. 1989.
Winarno, F.G. Kimia Pakan dan Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.1992.
Buckle, dkk. 1987. Ilmu Pangan. Jakarta: UI press
Jenny, Betty Sri Laksmi. 1988. Sanitasi Dalam Induntri Pangan. Bogor: IPB
Kumara, D. 2011. Pengupasan. (Online). http://danang-kurang-kerjaan.blogspot.com/2011/05/pengupasan.html. Diakses 27 Desember 2013.
Moeljanto, Rini D. dan Bernardinus T. Wahyu W. 2002. Khasiat Dan Manfaat Susu kambing Susu Terbaik di Hewan Ruminsia. Jakarta : Agromedia Pustaka
Praptiningsih, Yulia.1999.Teknologi Pengolahan. Jember: Fakultas Tenologi Pertanian Universitas Jember
Saksono, Lukman. 1986. Pengantar Sanitasi Makanan. Bandung : PT. Alumni
Suwasono, Sony dan Jayus. 2006. Buku Ajar Mikrobiologi Industri Pangan. Jember : Jurusan THP FTP UNEJ