acara 4

31
ANALISIS SUBSISTEM A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Agroekosistem secara teoritis telah dipahami, namun perlu pemahaman lebih dalam hubungan antara subsistem dengan agroekosistem. Sawah, tegal dan perkebunan adalah subsistem dengan dominasi tanaman tertentu perlu dievaluasi sebagai subsistem dan sebagai bagian dari agroekosistem. Sedangkan talun (tegal pekarangan) sebagai subsistem dengan diversitas tinggi apakah dapat bertindak sebagai ekosistem yang mandiri. Agroekosistem adalah suatu cabang ilmu dalam pertanian, yakni penggabungan antara pertanian dan ekosistem yang berkaitan dengan ruang lingkup terdiri dari beberapa subsistem, subsistem yang diamati telah disebutkan diatas. Dalam agroekosistem, tanaman diambil dan dipanen dari lapangan untuk dikonsumsi manusia sehingga lahan pertanian selalu kehilangan garam-garam dan kandungan unsur-unsur lain yang berguna. Untuk memelihara agar keadaan produktivitas tetap tinggi ditambahkan pupuk organik pada lahan pertanian.

Upload: aprilia-fajriati

Post on 12-Nov-2015

227 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

agroekologi

TRANSCRIPT

ANALISIS SUBSISTEMA. Pendahuluan1. Latar BelakangAgroekosistem secara teoritis telah dipahami, namun perlu pemahaman lebih dalam hubungan antara subsistem dengan agroekosistem. Sawah, tegal dan perkebunan adalah subsistem dengan dominasi tanaman tertentu perlu dievaluasi sebagai subsistem dan sebagai bagian dari agroekosistem. Sedangkan talun (tegal pekarangan) sebagai subsistem dengan diversitas tinggi apakah dapat bertindak sebagai ekosistem yang mandiri. Agroekosistem adalah suatu cabang ilmu dalam pertanian, yakni penggabungan antara pertanian dan ekosistem yang berkaitan dengan ruang lingkup terdiri dari beberapa subsistem, subsistem yang diamati telah disebutkan diatas. Dalam agroekosistem, tanaman diambil dan dipanen dari lapangan untuk dikonsumsi manusia sehingga lahan pertanian selalu kehilangan garam-garam dan kandungan unsur-unsur lain yang berguna. Untuk memelihara agar keadaan produktivitas tetap tinggi ditambahkan pupuk organik pada lahan pertanian.Orang semakin menyadari bahwa penggunaan bahan-bahan kimia nonalami seperti pupuk dan pestisida menimbulkan efek negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Pertanian organik adalah sistem produksi pertanian yang holistik dan terpadu yang mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agroekosistem secara alami sehingga mampu menghasilkan pangan serat yang cukup berkualitas dan berkelanjutanPengamatan dengan menggunakan indera yang disatukan dengan hati melahirkan pandangan pertanian yang berwawasan lingkungan. Kuliah lapang ini bertujuan mengantarkan mahasiswa untuk memiliki pandangan pertanian sebagai kebutuhan utama manusia namun lingkungan sebagai tempat hidup untuk selamanya2. Tujuana. Mengetahui dan memahami berbagai tipe penggunaan lahan untuk kepentingan produksi pertanianb. Meningkatkan pemahaman tentang perlunya pengelolaan setiap subsistem dengan memperhitungkan kaidah-kaidah lingkunganc. Meningkatkan kecerdasan dengan kesadaran dan pikiran logis dari apa yang dilihat di lapangan dengan teori dan kajian yang selama ini diperoleh di kelas saat tatap mukad. Mampu mengabalisis dan membahas siklus hara yang ada di setiap tipe penggunaan lahan untuk produksi pertanian

B. Hasil dan Pembahasan1. Hasil Pengamatan a. SawahTabel 4.1 Analisis Subsistem SawahASPEK EKOLOGI

LOKASI (POSITION)S0703733,3 E11005437,7 128,6 mdpl

KEMIRINGAN (%)6 %

SUHU UDARA (C)340C

RH UDARA (%)36 %

INTENSITAS CAHAYA (LUX)53800 LUX

RH TANAH (DRY, MOIST, WET)WET

pH TANAH-

ASPEK VEGETASI

JENIS TANAMANPadi

JARAK TANAM20 cm x 20 cm

LUAS LAHAN0,26 Ha

ADA/TIDAK COVER CROP-

ADA/TIDAK NAUNGAN-

ROTASI TANAMAN DALAM 1 TAHUN

PadiPadiPadi3 x

ASPEK KEHARAAN

SIKLUS HARA (terbuka/tertutup)Terbuka

JENIS PUPUKPonska, TSP, Urea, ZA

WAKTU PEMBERIAN PUPUK10 HST => Ponska, TSP, Urea. 30 HST => Ponska, TSP, ZA. 60 HST => ZA

DOSIS PUPUKPonska: 25 Kg; TSP: 25 Kg; Urea: 50 Kg

ASPEK PEMELIHARAAN

JENIS PESTISIDAHerbisida, Insektisida

DOSIS PESTISIDAHerbisida: 2 Kg/0,26 Ha; Insektisida: 20cc/tangki

CARA APLIKASIDicampur dengan pupuk pertama lalu disemprotkan

PENYIANGAN (ADA/TIDAK)Ada

ASPEK INPUT-OUTPUT

INPUT YANG DIGUNAKANPupuk, Pestisida, Benih

OUTPUT (PRODUK)Padi/Gabah 13 kwintal/ 0,26 Ha

PRODUKSI PER LUASAN LAHAN (ton/ha)

KEUNTUNGAN PER HEKTAR (Rp)

Sumber : Boardlis

b. PekaranganTabel 4.2 Analisis Subsistem PekaranganASPEK EKOLOGI

LOKASI (POSITION)S0703724,9 E11005437,8 132 mdpl

KEMIRINGAN (%)1 %

SUHU UDARA (C)350C

RH UDARA (%)29 %

INTENSITAS CAHAYA (LUX)19600 LUX

RH TANAH (DRY, MOIST, WET)WET

pH TANAH-

ASPEK VEGETASI

JENIS TANAMANPisang, Kacang Tanah, Pepaya (Carica papaya), Cabe, singkong/ Ketela pohon

JARAK TANAMTidak ada

LUAS LAHAN0,125 Ha

ADA/TIDAK COVER CROPTidak ada

ADA/TIDAK NAUNGANTidak ada

ROTASI TANAMAN DALAM 1 TAHUNTidak diketahui

ASPEK KEHARAAN

SIKLUS HARA (terbuka/tertutup)Terbuka

JENIS PUPUKPupuk kandang

WAKTU PEMBERIAN PUPUKTidak diketahui

DOSIS PUPUKTidak diketahui

ASPEK PEMELIHARAAN

JENIS PESTISIDATidak ada

DOSIS PESTISIDATidak ada

CARA APLIKASITidak ada

PENYIANGAN (ADA/TIDAK)Ada

ASPEK INPUT-OUTPUT

INPUT YANG DIGUNAKANBenih kacang tanah

OUTPUT (PRODUK)Kacang tanah, cabe, Pisang, Singkong/ ketela pohon

PRODUKSI PER LUASAN LAHAN (ton/ha)Tidak menentu

KEUNTUNGAN PER HEKTAR (Rp)Tidak menentu

Sumber: Boardlistc. TegalTabel 4.3 Analisis Subsistem tegalASPEK EKOLOGI

LOKASI (POSITION)S0703757,3 E11005438,2 143 mdpl

KEMIRINGAN (%)2 %

SUHU UDARA (C)270C

RH UDARA (%)53 %

INTENSITAS CAHAYA (LUX)14420 LUX

RH TANAH (DRY, MOIST, WET)WET

pH TANAH-

ASPEK VEGETASI

JENIS TANAMAN

Jagung (Zea mays), Kacang Tanah

JARAK TANAMJagung: 50cm x 20cm; Kacang tanah: 15cm x 15cm

LUAS LAHAN0,1 Ha

ADA/TIDAK COVER CROPTidak ada

ADA/TIDAK NAUNGANTidak ada

ROTASI TANAMAN DALAM 1 TAHUN

Kacang tanahJagung2 x

ASPEK KEHARAAN

SIKLUS HARA (terbuka/tertutup)Terbuka

JENIS PUPUKPonska, TSP, Urea, ZA

WAKTU PEMBERIAN PUPUK1 MST

DOSIS PUPUK

ASPEK PEMELIHARAAN

JENIS PESTISIDAInsektisida

DOSIS PESTISIDA

CARA APLIKASI

PENYIANGAN (ADA/TIDAK)Ada

ASPEK INPUT-OUTPUT

INPUT YANG DIGUNAKANPupuk, Pestisida, Benih

OUTPUT (PRODUK)Jagung: 3-5 kwintal; Kacang tanah: 3-4 kwintal

PRODUKSI PER LUASAN LAHAN (ton/ha)Jagung: 3-5 ton/Ha; Kacang tanah: 3-4 ton/Ha

KEUNTUNGAN PER HEKTAR (Rp)

Sumber: Boardlistd. PerkebunanTabel 4.4 Analisis Subsistem PerkebunanASPEK EKOLOGI

LOKASI (POSITION)S0703738,5 E11005456,8 128,6 mdpl

KEMIRINGAN (%)2 %

SUHU UDARA (C)300C

RH UDARA (%)46 %

INTENSITAS CAHAYA (LUX)16480 LUX

RH TANAH (DRY, MOIST, WET)WET

pH TANAH-

ASPEK VEGETASI

JENIS TANAMANKaret

JARAK TANAM4m x 5m

LUAS LAHAN> 5 Ha

ADA/TIDAK COVER CROPAda, Rerumputan

ADA/TIDAK NAUNGANTidak ada

ROTASI TANAMAN DALAM 1 TAHUTidak ada

ASPEK KEHARAAN

SIKLUS HARA (terbuka/tertutup)Terbuka

JENIS PUPUKPupuk NPK

WAKTU PEMBERIAN PUPUK3 Tahun pertama

DOSIS PUPUK

ASPEK PEMELIHARAAN

JENIS PESTISIDAFungisida

DOSIS PESTISIDA

CARA APLIKASIDioleskan pada sayatan

PENYIANGAN (ADA/TIDAK)Ada di piringan pohon

ASPEK INPUT-OUTPUT

INPUT YANG DIGUNAKANBibit, Pupuk, Pestisida (fungisida)

OUTPUT (PRODUK)Latex

PRODUKSI PER LUASAN LAHAN (ton/ha)

KEUNTUNGAN PER HEKTAR (Rp)

Sumber: Boardlist

e. Talun Tabel 4.5 Analisis Subsistem TalunASPEK EKOLOGI

LOKASI (POSITION)S0701435,9 E11005855,3 143 mdpl

KEMIRINGAN (%)2 %

SUHU UDARA (C)300C

RH UDARA (%)50 %

INTENSITAS CAHAYA (LUX)8100 LUX

RH TANAH (DRY, MOIST, WET)WET

pH TANAH-

ASPEK VEGETASI

JENIS TANAMANJati (Tectona grandis), Mahoni (Swietenia mahagoni), Lamtoro (Leucaena glauca), Sengon (Albizia chinensis)

JARAK TANAMTidak ada

LUAS LAHAN0,5 Ha

ADA/TIDAK COVER CROPAda, Rerumputan

ADA/TIDAK NAUNGANTidak ada

ROTASI TANAMAN DALAM 1 TAHUNTidak ada rotasi

ASPEK KEHARAAN

SIKLUS HARA (terbuka/tertutup)Tertutup

JENIS PUPUKPupuk hayati atau seresah

WAKTU PEMBERIAN PUPUKTidak diketahui

DOSIS PUPUKTidak diketahui

ASPEK PEMELIHARAAN

JENIS PESTISIDATidak ada

DOSIS PESTISIDATidak ada

CARA APLIKASITidak ada

PENYIANGAN (ADA/TIDAK)Tidak ada

ASPEK INPUT-OUTPUT

INPUT YANG DIGUNAKANTidak diketahui

OUTPUT (PRODUK)Kayu

PRODUKSI PER LUASAN LAHAN (ton/ha)Tidak diketahui

KEUNTUNGAN PER HEKTAR (Rp)Tidak diketahui

Sumber: Boardlist

2. Pembahasana. SawahSawah adalah pertanian yang dilaksanakan di tanah yang basah atau dengan pengairan. Bersawah merupakan cara bertani yang lebih baik daripada cara yang lain, bahkan merupakan cara yang sempurna. Hal ini disebabkan karena tanah dipersiapkan lebih dahulu, yaitu dengan dibajak, diairi secara teratur dan dipupuk (Rustiadi 2007).Subsistem sawah yang diteliti di daerah ......memiliki lokasi atau position S0703733,3 E11005437,7. Ketinggian tempat tersebut adalah 128,6 mdpl dengan kemiringan lahan 6 % yang tergolong kategori lahan datar. Suhu udaranya 340C dengan intensitas cahaya 53800 LUX. Subsistem sawah yang diamati memiliki RH udara 36 % dan RH tanahnya WET atau basah. Luas subsistem sawah yang diamati sekitar 2600 m2 atau 0,26 Hektar. Pola tanam yang diterapkan adalah monokultur dengan jenis tanaman padi (Oryza sativa). Jarak tanam pada tanaman padi ini adalah 20cm x 20cm. Subsistem sawah tersebut tidak ada cover crop maupun naungan. Rotasi tanaman dalam setahun terjadi sebanyak tiga kali karena subsistem sawah yang diamati termasuk sawah irigasi, rotasi tanamannya yaitu padi=> padi=> padi. Siklus hara yang terjadi pada subsistem sawah ini adalah terbuka karena pemupukan dilakukan oleh manusia atau petani (adanya campur tangan manusia). Jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk ponska, urea, TSP, dan ZA. Waktu pemberian pupuk yaitu, pada 10 HST (Hari Setelah Tanam) diberi pupuk ponshka, urea dan TSP; 30 HST diberi pupuk ponska, TSP dan ZA; 60 HST diberi pupuk ZA. Selain diberi pupuk padi juga diberi pestisida seperti herbisida dan insektisida untuk mengatasi organisme pengganggu tanaman. Dosis yang diberikan pada subsistem sawah tersebut adalah 2 Kg/0,26 Ha untuk herbisida dan 20 cc/tangki untuk insektisida. Penyiangan juga dilakukan untuk menghilangkan gulma. Input yang digunakan pada subsistem sawah tersebut antara lain pupuk (phonska, urea, TSP, ZA), pestisida(herbisida, insektisiida) dan benih padi. Output padi dipanen sebanyak tiga kali dalam setahun, sekali panen didapatkan padi sekitar 13 kwintal/0,26 Hektar. Harga padi atau gabah Rp. 4000,-/Kg untuk gabah basah atau yang baru dari sawah dan Rp. 6.000,-/Kg untuk gabah kering yang siap giling. Output padi pada subsistem sawah yang diamati apabila diuangkan sekitar Rp. 1.600.000,-.b. PekaranganSubsistem pekarangan yang diteliti di daerah ......memiliki lokasi atau position S0703724,9 E11005437,8. Ketinggian tempat tersebut adalah 132 mdpl dengan kemiringan lahan 1 % yang tergolong kategori lahan datar. Suhu udaranya 350C dengan intensitas cahaya 16900 LUX. Subsistem sawah yang diamati memiliki RH udara 29 % dan RH tanahnya WET atau basah.Luas subsistem pekarangan yang diteliti sekitar 1250 m2 atau 0,125 Hektar. Pola tanam yang diterapkan adalah polikultur dengan jenis tanaman pisang, kacang tanah, pepaya, cabe, ketela pohon/ singkong. Jarak tanam pada subsistem tersebut tidak ada atau tidak ditentukan. Subsistem pekarangan tersebut tidak ada cover crop maupun naungan. Rotasi tanaman dalam setahun tidak menentu.Siklus hara yang terjadi pada subsistem pekarangan tersebut adalah terbuka karena adanya campur tangan manusia. Jenis pupuk yang digunakan pada subsistem tersebut adalah pupuk kandang. Waktu dan dosis pemberian pupuk tidak menentu, tidak ada pestisida yang digunakan pada subsistem tersebut. Penyiangan juga dilakukan pada subsistem pekarangan yang diamati, namun jarang. Input yang digunakan pada subsistem pekarangan tersebut antara lain benih kacang tanah, pupuk, dan bibit tanaman. Outpu atau produk yang dihasilkan antara lain kacang tanah, pepaya, ketela pohon/ singkong, cabe, pisang. Hasil produksi dan keuntungannya tidak menentu, karena biaya input tidak diperhitungkan dan hasil panen dikonsumsi sendiri.c. Tegal Lahan pertanian tegal berkembang di lahan-lahan kering, yang jauh dari sumber-sumber air yang cukup. Sistem ini diusahakan orang setelah mereka menetap lama di wilayah itu, walupun demikian tingkatan pengusahaannya rendah. Pengelolaan tegal pada umumnya jarang menggunakan tenaga yang intensif, jarang ada yang menggunakan tenaga hewan. Tanaman-tanaman yang diusahakan terutama tanaman tanaman yang tahan kekeringan dan pohon-pohonan (Deptan DIY 2009).Subsistem tegal yang diteliti di daerah ......memiliki lokasi atau position S0703757,3 E11005438,2. Ketinggian tempat tersebut adalah 143 mdpl dengan kemiringan lahan 2 % yang tergolong kategori lahan datar. Suhu udaranya 270C dengan intensitas cahaya 14420 LUX. Subsistem sawah yang diamati memiliki RH udara 53 % dan RH tanahnya WET atau basah.Luas subsistem tegal yang diteliti sekitar 1000 m2 atau 0,1 Hektar. Pola tanam yang diterapkan adalah monokultur dengan jenis tanaman jagung atau kacang tanah. Jarak tanam pada subsistem tersebut adalah 50cm x 20cm untuk jagung dan 15cm x 15 cm untuk kacang tanah. Subsistem tegal tersebut tidak ada cover crop maupun naungan. Rotasi tanaman dalam setahun terjadi sebanyak dua kali yaitu jagung => kacang tanah.Siklus hara yang terjadi pada subsistem tegal tersebut adalah terbuka karena adanya campur tangan manusia. Jenis pupuk yang digunakan pada subsistem tersebut adalah urea, TSP, phonska, dan ZA. Satu minggu setelah tanam jagung diberi pupuk urea dan ZA dengan dosis 1 sdm/ tanaman. Penyiangan juga dilakukan pada subsistem tegal yang diamati untuk menghilangkan gulma atau tanaman pengganggu. Satu minggu setelah tanam, tanaman juga di beri pestisida jenis insektisida dengan cara disemprotkan. Dosis untuk insektisida adalah 25 cc/ tangki ukuran 14 L.Input yang digunakan pada subsistem tersebut antara lain benih jagung hibrida, benih kacang tanah, pupuk (urea, phonska, TSP, ZA), pestisida (insektisida). Output atau produk yang dihasilkan dari subsistem tersebut adalah jagung dan kacang tanah. Jagung yang dihasilkan sebanyak 3-5 kwintal/ 0,1 Ha dan kacang tanah sebanyak 3-4 kwintal/0,1 Ha. Produksi perluasan lahan untuk jagung adalah 3-5 ton/ Ha dan 3-4 ton/ Ha untuk kacang tanah. d. Perkebunan Subsistem perkebunan karet yang diteliti di daerah ......memiliki lokasi atau position S0703738,5 E11005456,8. Ketinggian tempat tersebut adalah 148,9 mdpl dengan kemiringan lahan 2 % yang tergolong kategori lahan datar. Suhu udaranya 300C dengan intensitas cahaya 16480 LUX. Subsistem sawah yang diamati memiliki RH udara 46 % dan RH tanahnya WET atau basah.Luas subsistem perkebunan karet yang diteliti > 50.000 m2 atau > 5 Hektar. Pola tanam yang diterapkan adalah monokultur dengan jenis tanaman tahunan yaitu karet. Jarak tanam pada subsistem tersebut adalah 4m x 5m. Subsistem perkebunan tersebut terdapat cover crop, tetapi yidak ada naungan karena tanaman utamanya adalah tanaman tahunan dan memiliki batang pohon yang tinggi. Rotasi tanaman dalam setahun tidak ada.Siklus hara yang terjadi pada subsistem perkebunan tersebut adalah terbuka karena adanya campur tangan manusia. Jenis pupuk yang digunakan pada subsistem tersebut adalah pupuk NPK. Pemberian pupuk dilakukan pada tiga tahun pertama dan tahun-tahun selanjutnya tidak diberi pupuk secara secara rutin. Penyiangan juga dilakukan pada subsistem perkebunan yang diamati untuk menghilangkan gulma atau tanaman pengganggu. Penyiangan dilakukan di piringan pohon. Jenis pestisida yang digunakan adalah fungisida dengan cara dioleskan menggunakan kuas di area sayatan.Input yang digunakan pada subsistem tersebut antara lain bibit tanaman karet, pupuk (NPK), pestisida (fungisida). Output atau produk yang dihasilkan dari subsistem tersebut adalah latex. e. TalunTalun (tegal pekarangan) adalah salah satu sistem agroforestry yang khas, ditanami dengan campuran tanaman tahunan/kayu (perennial) dan tanaman musiman (annual), dimana strukturnya menyerupai hutan, secara umum ditemui di luar pemukiman dan hanya sedikit yang berada di dalam pemukiman (Yanto 2008).Fungsi talun dapat dibedakan menjadi empat bagian, yaitu produksi subsistem, produksi komersil, sumber daya nutfah dan konservasi tanah serta fungsi sosial. Sebagai salah satu komponen agroekosistem, komposisi dan struktur talunserta fungsi tumbuhan yang ditemukan di dalamnya dipengaruhi oleh berbagai faktor biofisik, sosial ekonomi dan budaya masyarakat setempat. Adanya berbagai faktor tersebut dan intensitas pengelolaan lahan oleh pemiliknya memungkinkan struktur vegetasi talun berbeda-beda pada setiap daerah. Struktur multi strata dan bermacam-macamnya komposisi spesies pada talun sangat penting bagi berbagai organisme dalam menggunakan talun tersebut sebagai habitatnya, terutama pada suatu daerah yang cukup jauh dari hutan (Pratiwi 2004).

Subsistem tegal yang diteliti di daerah ......memiliki lokasi atau position S0701435,9 E11005855,3. Ketinggian tempat tersebut adalah 143 mdpl dengan kemiringan lahan 2 % yang tergolong kategori lahan datar. Suhu udaranya 300C dengan intensitas cahaya 8100 LUX. Subsistem sawah yang diamati memiliki RH udara 50 % dan RH tanahnya WET atau basah.Luas subsistem talun yang diteliti sekitar 5000 m2 atau 0,5 Hektar. Pola tanam yang diterapkan adalah polikultur atau campuran dengan jenis tanaman jati, mahoni, lamtoro dan sengon. Jarak tanam pada subsistem tersebut tidak ada. Subsistem talun tersebut terdapat cover crop berupa rerumputan, namun tidak ada naungan karena tanaman utamanya tanaman tahunan yang berbatang besar dan tinggi. Rotasi tanaman dalam setahun tidak ada.Pengelolaan lahan juga tidak dilakukan pada subsistem ini, hingga tidak ada input yang diberikan. Pada subsistem talun, diversitas tanaman cukup tinggi. Tanaman tumbuh sendiri sehingga letaknya tidak beraturan. Tanaman di talun dapat tumbuh dengan baik karena mendapatkan pupuk organik. Pupuk organik berasal dari daun yang rontok yang dibiarkan begitu saja sehingga bisa menjadi pupuk bagi tanaman. Sehingga yang terjadi adalah siklus hara tertutup, dalam arti unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan vegetasi talun diambil dari tanah, dan sebagian besar unsur hara tersebut dikembalikan lagi ke dalam tanah melalui daun, ranting atau cabang yang gugur. Dalam sistem tersebut, jumlah kehilangan hara melalui pencucian dan erosi sangatlah kecil, sebagian besar cadangan hara tersimpan dalam vegetasi di atas tanah. Output yang dihasilkan dari subsistem talun berupa kayu yang dapat digunakan sebagai bahan bangunan atau rantingnya dapat digunakan untukkayu bakar.Permasalahan yang sering ditemukan pada subsistem talun adalah banyak tumbuhan gulma karena tidak ada pengelolaan lahan pada subsistem ini. Gulma menimbulkan kerugian-kerugian karena mengadakan persaingan dengan tanaman pokok, mengotori kualitas produksi pertanian, menimbulkan allelopathy, mengganggu kelancaran pekerjaan para petani dan sebagai perantara atau sumber hama dan penyakit. Pada talun yang diamati, tidak dilakukan penanggulangan atas gulma yang tumbuh atau hanya dibiarkan saja, karena pemilik talun tidak terlalu mengoptimalkan produksi lahan tersebut.

C. Kesimpulan dan Saran1. Kesimpulana. Sawah 1) Jenis tanaman yang ada pada subsistem sawah adalah padi2) Pola tanam pada subsistem sawah adalah secara monokultur3) Diversitas vegetasi pada subsistem sawah rendah4) Jarak tanam padi yang baik berkisar antara 15-30 cm5) Rotasi tanaman dalam setahun terjadi tiga kali karena siubsistem sawah yang diamati merupakan sawah irigasi.6) Pupuk yang digunakan pada subsistem ini adalah phonska, urea, TSP, dan ZA7) Jenis pestisida yang digunakan pada subsistem ini adalah herbisida dan insektisida8) Siklus hara pada subsistem sawah adalah siklus hara terbukab. Pekarangan1) Jenis tanaman yang ada pada subsistem pekarangan antara lain tanaman tahunan dan tanaman palawija2) Pola tanam pada subsistem pekarangan adalah polikultur atau campuran3) Jarak tanam pada subsistem pekarangan tidak ada4) Diversitas vegetasi pada subsistem pekarangan lumayan tinggi, lebih tinggi dibandingkan diversitas vegetasi di sawah5) Pupuk yang digunakan pada subsistem ini adalah pupuk kandang6) Siklus hara yang ada pada subsistem ini adalah siklus hara terbukac. Tegal1) Jenis tanaman yang ada pada subsistem tegal yang diamati adalah jagung dan kacang tanah2) Pola tanam pada subsistem yang diamati adalah monokultur3) Jarak tanam yang digunakan untuk jagung adalah 50cmx 20cm dan 15cm x 15cm untuk kacang tanah4) Rotasi tanaman dalam setahun terjadi dua kali5) Diversitas vegetasi pada subsistem tegal lebih banyak dibandingkan di sawah namun lebih sedikit dibandingkan di pekarangan6) Pupuk yang digunakan pada subsistem ini adalahurea, TSP, ZA, phonska7) Jenis pestisida yang digunakan pada subsistem ini adalah insektisida8) Siklus hara yang terjadi pada subsistem tegal adalah siklus hara terbukad. Perkebunan 1) Jenis tanaman pada subsistem perkebunan adalah tanaman tahunan, tanaman pada subsistem perkebunan yang diamati adalah tanaman karet2) Tanaman karet adalah tanaman yang tumbuh di dataran rendah3) Jarak tanam karet yang baik adalah sekitar 4m x 5m4) Subsistem perkebunan memiliki luas > 5 Ha5) Perawatan secara intensif dilakukan pada tiga tahun pertamae. Talun1) Jenis tanaman pada subsitem talun biasanya adalah tanaman tahunan yang memiliki produk berupa kayu, tanaman yang ada pada subsistem tslun yang diamati antara lain pohon jati, mahoni, lamtoro, sengon2) Pola tanam pada subsistem talun adalah campuran3) Jarak tanam pada subsistem ini tidak beraturan atau tidak ada4) Rotas tanaman dalam setahun tidak terjadi karena tanaman utamanya tahunan5) Pada subsistem talun tidak ada perawatan sehingga input dan output tidak dapat diketahui atau sulit ditentukan 6) Subsistem talun memiliki diversitas sangat tinggi7) Siklus hara yang terjadi pada subsistem talun adalah siklus hara tertutup8) Permasalahan yang muncul pada subsistem talun adalah gulma, yang sering kali dibiarkan saja2. Sarane. Penjelasan sebaiknya dibagi menjadi beberapa kelompok agar dapat tersampaikan dengan baik kepada praktikanf. Seharusnya praktikan menganalisis sendiri, coass hanya sebagai pendamping dan pengarahg. Praktikan harus lebih serius dalam melaksanakan praktikum

DAFTAR PUSTAKA