abtr tw

43
BAB I PENDAHULUAN Penyebab utama kematian maternal adalah disebabkan oleh 3 hal, yaitu perdarahan dalam kehamilan, preklamsia/eklamsia dan infeksi. Perdarahan selama kehamilan dapat dianggap sebagai keadaan akut yang dapat membahayakan ibu dan anak, dan sampai dapat menimbulkan kematian. Sebanyak 20 % wanita hamil pernah mengalami perdarahan pada awal kehamilan dan sebagian mengalami abortus. Diperkirakan frekuensi abortus spontan berkisar 10-15%. Namun demikian, frekuensi seluruh keguguran yang pasti sukar ditentukan, karena abortus buatan banyak yang tidak dilaporkan, kecuali bila terjadi komplikasi. Juga karena sebagian keguguran spontan hanya disertai gejala dan tanda yang ringan, sehingga wanita tidak datang ke dokter atau rumah sakit. 1,4 Di tahun 2000 dan 2001, presentasi tertinggi aborsi terjadi pada wanita usia antara 20 hingga 30 tahun, yaitu 47 % pada wanita usia 20-30 tahun, 19 % pada wanita usia 15-19 tahun, 25 % pada wanita lebih dari 30 tahun. Juga didapatkan insidens abortus bertambah jika kandungan wanita tersebut belum melebihi umur 3 bulan atau 12 minggu. 1 Secara klinik dapat dibedakan antara abortus imminens, abortus insipiens, abortus inkompletus, dan abortus kompletus. Dan dikenal pula abortus servikalis, missed Abortus Page 1

Upload: lovelytwo

Post on 27-Oct-2015

28 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: ABTR TW

BAB I

PENDAHULUAN

Penyebab utama kematian maternal adalah disebabkan oleh 3 hal, yaitu perdarahan

dalam kehamilan, preklamsia/eklamsia dan infeksi.

Perdarahan selama kehamilan dapat dianggap sebagai keadaan akut yang dapat

membahayakan ibu dan anak, dan sampai dapat menimbulkan kematian. Sebanyak 20 %

wanita hamil pernah mengalami perdarahan pada awal kehamilan dan sebagian mengalami

abortus.

Diperkirakan frekuensi abortus spontan berkisar 10-15%. Namun demikian, frekuensi

seluruh keguguran yang pasti sukar ditentukan, karena abortus buatan banyak yang tidak

dilaporkan, kecuali bila terjadi komplikasi. Juga karena sebagian keguguran spontan hanya

disertai gejala dan tanda yang ringan, sehingga wanita tidak datang ke dokter atau rumah

sakit.1,4

Di tahun 2000 dan 2001, presentasi tertinggi aborsi terjadi pada wanita usia antara 20

hingga 30 tahun, yaitu 47 % pada wanita usia 20-30 tahun, 19 % pada wanita usia 15-19

tahun, 25 % pada wanita lebih dari 30 tahun. Juga didapatkan insidens abortus bertambah jika

kandungan wanita tersebut belum melebihi umur 3 bulan atau 12 minggu.1

Secara klinik dapat dibedakan antara abortus imminens, abortus insipiens, abortus

inkompletus, dan abortus kompletus. Dan dikenal pula abortus servikalis, missed abortion,

abortus habitualis, abortus infeksiosus, dan abortus septik. 4

Abortus harus diduga bila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh

perdarahan pervaginam setelah mengalami keterlambatan haid, sering terdapat rasa mules.

Sehingga untuk mendiagnosa suatu keadaan abortus, kita perlu mengetahui etiologi,

patofisisologi, dan gejala klinis yang dapat menjadi dasar pertimbangan dan tatalaksana

apakah kehamilan dapat terus dipertahankan serta untuk mengetahui prognosisnya.1,4

BAB II

Abortus Page 1

Page 2: ABTR TW

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Abortus adalah penghentian atau pengakhiran kehamilan sebelum usia kehamilan

20 minggu, atau berat janin kurang dari 500 gram. sedangkan menurut WHO batasan

usia kehamilan adalah sebelum 22 minggu. 1,,2,4,7,8

B. KLASIFIKASI1,4,8

Abortus dapat digolongkan atas dasar :

1. Abortus spontan

Abortus imminens

Abortus insipiens

Missed abortion

Abortus habitualis

Abortus infeksiosa & Septik

Abortus inkompletus

Abortus kompletus

2. Abortus provokatus

Abortus medicalis

Abortus kriminalis

1. Abortus spontan

Ialah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis

ataupun medisianalis, semata-mata disebabkan oleh faktor alamiah.

a. Abortus imminens

ialah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan 20 minggu

dengan berat badan janin 500gr, tanpa disertai dengan adanya pembukaan serviks

( dilatasi serviks) dan atau tanpa disertai rasa mules-mules dan hasil konsepsi masih

di dalam uterus. Abortus imminens sifatnya adalah mengancam, tetapi masih ada

kemungkinan untuk mempertahankan hasil konsepsi. Abortus imminens ditegakan

pada wanita yang hamil dengan gejala perdarahan pervaginam yang timbul dalam

waktu kehamilan trimester pertama.

Pada beberapa wanita hamil dapat terjadi perdarahan sedikit pada saat haid

yang semestinya datang jika tida terjadi pembuahan. Hal ini biasanya disebabkan oleh

Abortus Page 2

Page 3: ABTR TW

penembusan vili koriales kedalam desidua, pada saat implantasi ovum. Perdarahan

implantasi biasanya sedikit, warnanya merah, dan cepat berhenti, tidak disertai mules

– mules.

Perdarahan pada abortus imminens lebih ringan , namun dapat menetap dalam

beberapa hari sampai dengan beberapa minggu. Hal ini akan mengakibatkan

gangguan terhadap hasil konsepsi berupa persalinan preterm, berat badan lahir rendah

serta kematian prenatal.

b. Abortus Insipiens

ialah abortus yang sedang berlangsung, dengan ostium sudah terbuka dan

terdapat dilatasi servik uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih ada didalam

uterus. Dalam hal ini rasa mules menjadi lebih kuat, perdarahan bertambah.

c. Missed abortion

ialah keadaan dimana janin sudah mati, tetapi tetap berada dalam rahim dan

tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih. Tudak diketahui dengan pasti tetapi

diduga pengaruh hormon progesteron. Pemakaian hormon progesteron pada abortus

imminens mungkin juga dapat menyebabkan missed abortion.

d. Abortus habitualis

ialah keadaan dimana penderita mengalami keguguran berturut-turut 3 kali atau lebih.

e. Abortus infeksiosa, abortus septik1,4,5

Ialah keguguran yang disertai dengan infeksi genital. Sedangkan abortus

septik ialah keguguran disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau

toksinnya ke dalam peredaran darah atau peritoneum. Infeksi dalam uterus atau

sekitarnya dapat terjadi pada setiap abortus, tetapi biasanya ditemukan pada abortus

inkompletus ataupun abortus buatan yang dikerjakan tanpa asepsis dan antisepsis dari

penemuan terakhir abortus yang lakukan sendiri oleh pasien lebih besar meyebabkan

resiko terjadinya sepsis yang bisa meningkatkan morbiditas ibu dan anak Umumnya

pada abortus infeksisosa terbatas pada desidua. Pada abortus septik virulensi bakteri

tinggi, dan infeksi menebar ke miometrium, tuba, parametrium, dan peritoneum.

Apabila infeksi mneyebar lebih jauh, terjadilah peritonitis atau sepsis.

Abortus Page 3

Page 4: ABTR TW

Diagnosis abortus infeksiosus ditentukan dengan adanya abortus yang ditandai

gejala dan infeksi alat genital, seperti panas, takikardi, perdarahan pervaginam yang

berbau, uterus yang memebesar, lembek, serta nyeri tekan dan leukositosis. Jika

pasien datang dengan keluhan peryt sakit, demam, perdarahan pervaginam, dan test

kehamilannya positip perlu di pikirkan abortus septik.

Apabila terdapat sepsis, penderita tampak sakit berat, kadang – kadang

menggigil, demam tinggi dan tekan darah menurun. Untuk mengetahui penyebabnya

perlu biakan darah dan getah pada serviks uteri.

f. Abortus inkompletus

Ialah abortus dengan masih tersisanya sebagian hasil konsepsi, ditandai

dengan pembukaan serviks. Pada abortus yang terjadi pada usia kehamilan sebelum

minggu ke 10, biasanya janin sudah keluar bersama-sama dengan plasenta, akan tetapi

sesudah usia kehamilan 10 minggu, pengeluaran janin dan plasenta akan terpisah.

Gejala abortus inkomplit berupa amenorea, sakit perut, dan mulas-mulas. Perdarahan

bisa sedikit atau banyak, dan biasanya berupa stolsel (darah beku); sudah ada keluar

fetus atau jaringan.

g. Abortus kompletus

ialah seluruh hasil konsepsi dikeluarkan ( desidua dan fetus ), sehingga seluruh rahim

kosong.

2. Abortus provokatus

Ialah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan maupun alat.

a. Abortus medisinalis

ialah abortus disertai indikasi medis, bila kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan

jiwa ibu.

b. Abortus kriminalis

ialah abortus yang terjadi oleh karena tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan

indikasi medis.

C. ETIOLOGI 1,4

Abortus Page 4

Page 5: ABTR TW

Pada kehamilan muda, abortus selalu didahului oleh kematian janin. Faktor-faktor

yang menyebabkan kematian fetus yaitu : faktor ibu, faktor hasil konsepsi dan faktor

bapak.

1. Faktor ibu1,5,6

Berbagai keadaan pada ibu yang dapat menimbulkan abortus yaitu :

- Infeksi : menyebabkan demam tinggi seperti pneumonia, tifoid, pielitis ,virus

rubella, cytomegallo, hepatitis, parvovirus, dan virus influenza, infeksi parasit

(malaria) dan protozoa (toxoplasmosis). Kematian fetus dapat disebabkan karena

toksin dari ibu atau invasi kuman atau virus pada fetus

- Anomali kongenital ( hipoplasia uteri, uteri bikornis, septum uterus, anomali

duktus uteri)

- Keracunan Pb, nikotin , gas beracun, alkohol.

- Hipoksia dan syok : penyakit pernafasan akut dan kronik, gagal jantung, anemia

berat, gastroenteritis berat dan cholera.

- Penyakit kronis : hipertensi dan nefritis kronik

- Penyakit endokrin : Hiperthyroid, Hipothyroid diabetes mellitus dan defisiensi

progesteron yang menyebabkan tidak sempurnanya uterus dalam menanti nidasi

dari ovum yang sudah dibuahi .

- Trauma : trauma fisik, laparatomi, trauma psikis dan kecelakaan.

- Gangguan sirkulasi plasenta: Penyakit nefritis, hipertensi, toksemia gravidarum,

anomali plasenta, dan endarteitis oleh karena lues.

- Kelainan alat kandungan : inkompentensi serviks, uterus septate, tumor uterus,

retrofleksi uterus, dan kelainan endometrium.

Tabel 1 : Risiko kejadian abortus dan usia ibu

---------------------------------------------------------------.

UMUR IBU RISIKO ABORTUS (%)

---------------------------------------------------------------

15 - 19 9.9

20 - 24 9.5

25 – 29 10.0

30 - 34 11.7

35 - 39 17.7

40 - 44 33.8

> 44 53.2

-------------------------------------------------------------

Sumber : Fertility and Sterility : vol.46, p 989; 1986 5

2. Faktor hasil konsepsi :1,7,8

Abortus Page 5

Page 6: ABTR TW

Kelainan telur menyebabkan kelainan pertumbuhan yang sedemikian rupa hingga

janin tidak mungkin hidup terus. Perkembangan janin yang abnormal, khususnya

dalam trimester pertama kehamilan, dapat diklasifikasikan menjadi perkembangan

janin dengan kromosom yang jumlahnya abnormal ( aneuploidi ) atau

perkembangan dengan komponen kromosom yang normal ( euploidi ).

Abortus Aneuploidi :

Ialah perkembangan janin dengan kromosom yang jumlahnya abnormal. Dari

beberapa penelitian tampak bahwa 50-60 % dari abortus dini spontan berhubungan

dengan anomali kromosom pada saat konsepsi, dilaporkan bahwa ¾ abortus

aneuploidi terjadi pada atau sebelum kehamilan 8 minggu. Trisomi autosom

merupakan kejadian yang paling sering diidentifikasi dan berhubungan dengan

abortus pada trimester pertama. Sebagai contoh yang lain adalah kelainan kromosom

Monosomi X (45,x) serta Triploidi.

Abortus euploidi :

Ialah perkembangan dengan komponen kromosom yang normal. Hasil konsepsi

dengan kromosom normal akan menghilang belakangan dengan kehamilan. Abortus

euploidi mencapai puncaknya pada kehamilan sekitar 13 minggu, dan insiden

abortus euploidi akan meningkat secara dramatis setelah usia maternal 35 tahun.

Penyebab dari abortus ini biasanya karena adanya abnormalitas genetik seperti

mutasi tersendiri dan karena faktor-faktor maternal.

Kelainan pertumbuhan selain oleh karena kelainan benih dapat juga disebabkan oleh

Kelainan lingkungan kurang sempurna, bila lingkungan di endometrium

disekitar tempat inflamasi kurang sempurna sehingga pemberian zat – zat

makanan pada hasil konsepsi terganggu

faktor eksogen, virus, radiasi, zat kimia dan obat – obatan, dan sebagainya

dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya di

uterus. Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen.

3. PATOFISIOLOGI11,2,4,7,8

Abortus Page 6

Page 7: ABTR TW

Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti

nekrosis jaringan yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing

dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.

Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi biasanya dikeluarkan seluruhnya

karena Villi koriales belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan antara

8 sampai 14 minggu villli koriales menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya

plasenta dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada

kehamilan lebih dari 14 minggu yang dikeluarkan setelah ketuban pecah adalah janin

lebih dahulu disusul plasenta. Hasil konsepsi keluar dalam berbagai bentuk, seperti

kantong kosong amnion atau benda kecil tanpa bentuk yang jelas (blighted ovum), janin

lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus

papiraseus.2,4

Jika pada wanita yang hamil muda mengeluarkan darah pervaginam dalam

jumlah sedikit maka ia diduga menderita abortus imminens. Perdarahan sedikit pada

hamil muda mungkin juga disebabkan oleh hal-hal lain dari abortus, misalnya placenta

sign (gejala plasenta) yaitu perdarahan dan pembuluh darah sekitar placenta, pada saat

penembusan villi kariales ke dalam desidua, pada saat implantasi ovum. 1,2

Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada kalanya

kanton amnion kosong atau tampak didalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas

( blighted ovum); mungkin pula janin telah mati lama(missed Abortion)

Abortus Page 7

Page 8: ABTR TW

Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat, maka ia dapat

diliputi lapisan bekuan darah. Isi uterus dinamakan mola kruenta. Bentuk ini menjadi

mola kranosa apabila pigmen darah telah diserap dan dalam sisanya terjadi organisasi.

Bentuk lain adalah mola tuberosa; dalam hal ini amnion tampak berbenjol – benjol

karena tejadi hemato antara amnion dan korion.1

E. GEJALA KLINIS 1,4,7,8

Pikirkan kemungkinan abortus pada wanita usia reproduktif yang mengalami

terlambat haid ( terlambat haid dengan jangka waktu lebih dari satu bulan sejak waktu

haid terakhirnya ), jadi kita harus dapat memastikan tentang siklus menstruasi

terakhirnya.

Dengan adanya gejala klinis sebagai berikut :

Tanda-tanda kehamilan, seperti amenorea, mual-muntah, mengidam, hiperpigmentasi

mamma, tes kehamilan positif

Adanya perdarahan dari kemaluan ( tentukan derajat, durasi, disertai/ tidak jaringan

hasil konsepsi ).

Kaku perut

Pengeluaran sebagian hasil konsepsi

Dilatasi serviks.

Penilaian tanda vital, untuk mencari tanda- tanda syok akibat perdarahan

Pada pemeriksaan ginekologi, bisa didapatkan pembukaan

serviks, sisa jaringan, perdarahan yang masih berlangsung.

Pada pemeriksaan bimanual didapatkan pembesaran dan uterus yang lunak.

Penentuan kehidupan janin dapat dilakukan dengan ultrasonografi, dilihat dari

gerakan denyut jantung janin dan gerakan janin dapat dicoba didengarkan dengan alat

doppler atau Laennec.

F. DIAGNOSIS

1. Anamnesis : perdarahan, haid terakhir, pola siklus haid, ada tidak gejala / keluhan

lain, cari faktor risiko / predisposisi. Riwayat penyakit umum dan riwayat obstetri /

ginekologi.

2. Prinsip : pasien usia reproduktif dengan perdarahan per vaginam abnormal harus

selalu dipertimbangkan kemungkinan adanya kehamilan.

Abortus Page 8

Page 9: ABTR TW

3. Pemeriksaan fisis umum : keadaan umum, tanda vital, sistematik. Jika keadaan umum

buruk perlu dilakukan resusitasi dan stabilisasi segera

4. Pemeriksaan ginekologi : ada tidaknya tanda akut abdomen. Jika memungkinkan, cari

sumber perdarahan : apakah dari dinding vagina, atau dari jaringan serviks, atau darah

mengalir keluar dari ostium

5. Jika diperlukan, ambil darah / cairan / jaringan untuk pemeriksaan penunjang (ambil

sediaan sebelum pemeriksaan vaginal touche)

6. Pemeriksaan vaginal touche dilakukan secara hati-hati. Bimanual tentukan besar dan

letak uterus. Tentukan juga apakah satu jari pemeriksa dapat dimasukkan ke dalam

ostium dengan mudah/ lunak, atau tidak (melihat ada tidaknya dilatasi serviks).

Jangan dipaksa. Adneksa dan parametrium diperiksa, ada tidaknya massa atau tanda

akut lainnya.

Pada abortus spontan biasanya disertai dengan perdarahan pervaginam dengan atau

tanpa rasa mules. Perdarahan pervaginam dapat hanya berupa flek (bercak-bercak darah)

hingga perdarahan banyak. Hal ini sangat penting untuk menilai apakah perdarahan

semakin berkurang atau bahkan memburuk. Adanya gumpalan darah atau jaringan

merupakan tanda bahwa abortus berjalan dengan progresif. Bila ditemukan nyeri perlu

dicatat letak dan lamanya nyeri tersebut berlangsung.

Pada pemeriksaan fisik, abdomen perlu diperiksa untuk menentukan lokasi nyeri.

Sumber dicari dengan pemeriksaan inspekulo dan pemeriksaan vaginal toucher, tentukan

perdarahan berasal dari dinding vagina, permukaan serviks.

Secara iktisar abortus iminens dapat kita diagnosis kalau pada kehamilan muda

didapatkan : (3)

1. perdarahan sedikit

2. nyeri memilin karena kontraksi tidak ada atau sedikit sekali

3. pada pemeriksaan dalam belum ada pembukaan serviks

4. tidak ditemukan kelainan pada serviks

Pada pemeriksaan dalam, lakukan pemeriksaan pergerakan serviks karenanya bila

nyeri pada pergerakan serviks (+), maka kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik perlu

dipertimbangkan. Jika ditemukan OUI telah membuka, kemungkinan yang terjadi adalah

abortus insipiens, inkomplit maupun abortus komplit. Pemeriksaan pada uterus juga perlu

dilakukan, tentukan besar, konsistensi uterus serta pada adneksa adakah nyeri tekan atau

Abortus Page 9

Page 10: ABTR TW

massa. Bila didapatkan adanya sekret vagina abnormal, sebaiknya dibuat pemeriksaan

biologisnya.

Pada kasus abortus, selain memperhatikan perdarahannya, perlu dicari penyebab

terjadinya abortus dan menentukan sikap dalam penanganan selanjutnya. Pemeriksaan

penunjang yang dapat dilakukan antara lain :1,7,8

1. β-HCG

2. Pemeriksaan kadar Hb dan Ht

3. Pemeriksaaan golongan darah dan skrining antibody

4. Pemeriksaan kadar progesteron serum

5. Fibrinogen dan faktor-faktor pembekuan

6. USG

USG merupakan pemeriksaan penunjang yang sangat baik dalam menegakkan

diagnosa abortus karena dapat melihat suatu hasil konsepsi viable atau tidak. Selain itu

juga sebagai observasi untuk menilai keberhasilan dalam melakukan penanganan. USG

tidak dapat dilakukan pada kehamilan 3 – 4 minggu. USG baru bisa dilakukan pada

kehamilan lebih dari 5 minggu berupa USG transvaginal. Gerakan jantung dapat dilihat

pada embrio >5mm dari kranial ke arah kauda atau usia kehamilan 5 – 6 minggu.

Pada gambaran USG pada janin viable berusia 6 minggu atau kurang beresiko abortus

15 -30% , resiko akan menurun 5 – 10% sekitar 7 -9 minggu usia kehamilan dan < 5%

setelah 9 minggu.

Abortus Page 10

Page 11: ABTR TW

Gambar kehamilan intrauterin usia 8 minggu kehamilan terlihat adanya (E)

embrio dan (Y) Yolksac1

Kantong gestasi yang kosong blighted ovum1

G. PENATALAKSANAAN 3,4

Tentukan status hemodinamik, jika terdapat syok, atasi syok dengan segera.

Penanganan abortus imminens terdiri atas :3,4

- Istirahat baring

Penderita harus berbaring selama beberapa hari sampai perdahan berhenti. Tidur

berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan, karena cara ini menyebabkan

bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanik. Jika

perdarahan berhenti, pasien harus menjaga diri, jangan banyak bekerja dan dilarang

coitus selama 2 minggu. Pasien bisa diberi sedativa, misalnya luminal, codein,

morphin.

Tentang pemberian progesteron pada abortus imminens belum ada

persesuaian faham. Sebagian besar ahli tidak menyetujuinya, dan mereka

yang menyetujuinya menyatakan harus ditentukan dahulu adanya

kekurangan hormon progesteron. Apabila dipikirkan bahwa sebagian besar

abortus didahului oleh kematian hasil konsepsi dan kematian ini dapat

disebabkan oleh banyak faktor, maka pemberian hormon progesteron

memang tidak banyak manfaatnya.

Abortus Page 11

Page 12: ABTR TW

Pemeriksaan ultrasonografi penting dilakukan untuk menentukan apakah

janin masih hidup

Jika perdarahan disebabkan erosi, maka erosi diberi nitras argenti 5-10%

kalau sebabnya polyp, maka polyp diputar dengan cunam sampai

tangkainya terputus.

Penanganan pada abortus insipiens :3

- Jika usia kehamilan kurang dari 16 minggu, lakukan evakuasi uterus dengan Aspirasi

Vakum Manual (AVM). Jika evakuasi tidak dapat segera dilakukan :

berikan ergometrin 0,2 mg IM ( dapat diulang sesudah 15 menit jika perlu ) atau

misoprostol 400 mcg per oral ( dapat diulang sesudah 4 jam jika perlu )

segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.

- Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu :

Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi, kemudian evakuasi sisa-sisa hasil konsepsi

Jika perlu lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan ( garam fisiologik atau

ringer laktat ) dengan kecepatan 40 tetes per menit untuk membantu ekspulsi hasil

konsepsi.

Penanganan pada abortus inkomplit3

- jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang dari 16 minggu,

evakuasi dengan cara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil

konsepsi melalui serviks. Jika perdarahan berheti, beri ergometrin 0,2 mg IM atau

misoprostol 400 mcg per oral.

- Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang dari 16

minggu, evakuasi sisa hasil konsepsi dengan AVM, merupakan metode evakuasi yang

terpilih. Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya dilakukan jika aspirasi vakum

manual tidak tersedia. Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera berikan ergometrin

0,2 mg IM ( diulang setelah 15 menit jika perlu ) atau misiprostol 400 mcg per oral

( dapat diulang setelah 4 jam jika perlu ).

- Jika kehamilan lebih dari 16 minggu, berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml

cairan IV dengan kecepatan 40 tetes/menit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi.

- Jika perlu berikan misoprostol pervaginam setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil

konsepsi ( maksimal 800 mcg )

- Evakuasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.

- Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.

Penanganan pada abortus komplit 3

Abortus Page 12

Page 13: ABTR TW

- Tidak perlu evakuasi lagi

- Observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak

- Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan

- Apabila terjadi anemia sedang, berikan tablet Sulfas ferrosus 600 mg/hari selama 2

minggu, jika anemia berat berikan transfusi darah.

- Konseling

Penanganan pada abortus septik 1,5,6

Miminimalkan risiko terjadinya septic syok.Servikal dan vagina smear dan kultur

darah dan menggunakan antibiotic spectrum luas seperti sefalosporin dan

metronidazol.Kuretase harus dilakukan sesegera mungkin.Perforasi septic uterus dapat

dengan mudah diatasi dan dalam beberapa kasus dilakukan histerektomi. Histeroktomi

sebaiknya dilakukan sebelum terjadinya syok septik karena pada fase syok pasien sudah

dalam kondisi yang sangat menurun. Dimasa lalu septic obortus umumnya terjadi gagal

ginjal akut.

TABEL PERBEDAAN JENIS ABORTUS3

JENIS

ABORTUS

PERDARAHAN NYERI

PERUT

KELUAR

JARINGAN

TFU OUE TERAPI

IMMINENS Segar ( merah),

Bercak-Sedang

+ - Sesuai usia

kehamilan

Tertutup Pertahankan

kehamilan

INSIPIENS Sedang-Banyak ++ - Sesuai usia

kehamilan

Terbuka Kuret

INKOMPLIT Banyak + + Sesuai usia

kehamilan

Terbuka Kuret

KOMPLET Sedikit + + < usia

kehamilan

Tertutup Konservatif

Perdarahan Serviks Uterus Gejala/tanda Diagnosis

Bercak hingga

sedang

Tertutup Sesuai usia gestasi Kram perut bawah

Uterus lunak

Abortus

imminens

Sedikit membesar

dari normal

Limbung atau pingsan

Nyeri perut bawah

Nyeri goyang porsio

Massa adneksa

Cairan bebas intra abdomen

Kehamilan

ektopik

terganggu

Tertututp /

terbuka

Lebih kecil dari usia

gestasi

Sedikit/tanpa nyeri perut bawah

Riwayat ekspulsi hasil konsepsi

Abortus

komplit

Abortus Page 13

Page 14: ABTR TW

Sedang hingga

masif/ banyak

Terbuka Sesuai usia

kehamilan

Kram atau nyeri perut bawah

Belum terjadi ekspulsi hasil

konsepsi

Abortus

insipiens

Kram atau nyeri perut bawah

Ekspulsi sebagian hasil konsepsi

Abortus

inkomplit

Terbuka Lunak dan lebih besar

dari usia gestasi

Mual/muntah

Kram perut bawah

Sindrom mirip preeklamsia

Tak ada janin, keluar jaringan

seperti anggur

Abortus

mola

H. PROGNOSIS 3,4

Macam dan lamanya perdarahan menentukan prognosis kelangsungan kehamilan.

Prognosis menjadi kurang baik bila perdarahan berlangsung lama, mules-mules yang

disertai pendataran serta pembukaan serviks.

Prognosis pada kasus abortus imminens sulit untuk diperkirakan. Setelah terjadi

abortus imminens 2/3 kehamilan berlanjut sampai usia 28 minggu dan selebihnya bisa

terjadi missed abortus. Jika kehamilan terus berlanjut, maka sering diikuti dengan

persalinan preterm, placenta praevia, dan retardasi pertumbuhan fetus.

I. DIAGNOSIS BANDING1,4,5,6

1. Kehamilan ektopik terganggu (KET)

Pada KET juga ditemukan amenorhea disertai perdarahan pervaginam, rasa nyeri di

bagian bawah perut dan adanya pembesaran di belakang uterus. Tetapi nyeri pada

kehamilan ektopik biasanya lebih hebat. Pemeriksaan seperti kuldosintesis dan

ultrasonografi dapat dikerjakan untuk menyingkirkan diagnosis banding ini.

Abortus Page 14

Page 15: ABTR TW

Gambar uterus yang kosong (U) dengan masa pada adneksa (A) suspek kehamilan ektopik β hcg saat USG

transabdominal lenih dari 100mIU/mL

2. Mola Hidatidosa

Pada mola hidatidosa, uterus biasanya membesar lebih cepat daripada masa

kehamilan, dan kadang disertai dengan hiperemis gravidarum. Hal ini disebabkan

karena kadar B-hCG yang tinggi di dalam darah. Apabila ada kecurigaan terhadap

mola hidatidosa, perlu dilakukan USG yang akan tampak gambaran seperti badan

salju (snowstorm like appeareance). Bila tidak dimungkinkan melakukan USG dapat

dilakukan uji batang sonde (Acosta-Sison/Hanifa)

3. Karsinoma servisis uteri, poligus serviks, dsb

Perdarahan yang disebabkan oleh hal ini dapat menyerupai abortus iminens.

Pemeriksaan dengan spekulum, pemeriksaan sitologik dan biopsi dapat membantu

dalam menegakkan diagnosis pasti.

Abortus Page 15

Page 16: ABTR TW

J. KOMPLIKASI 1,4

Komplikasi yang berbahaya pada abortus ialah perdarahan, perforasi, infeksi dan

syok.

1). Perdarahan yang hebat

Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi

dan jika perlu pemberian tranfusi darah.

2). Perforasi

Perforasi uterus dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiperretrofleksi. Jika

terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamati dengan teliti, jika ada tanda bahaya,

perlu segera dilakukan laparatomi, dan tergantung luas dan bentuk perforasi,

penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomi.Melakukan kerokan secara

sempurna memerlukan pengalaman. Sisa-sisa hasil konsepsi harus dikeluarkan,

tetapi jaringan miometrium jangan sampai terkerok, karena hal itu dapat

mengakibatkan terjadinya perlekatan dinding kavum uteri di beberapa tempat.

Sebaiknya kerokan dihentikan pada suatu tempat apabila pada suatu tempat tersebut

dirasakan bahwa jaringan tidak begitu lembut lagi.

3). Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada abortus. Infeksi bisa

menyebar ke miometrium, tuba, parametrium dan peritoneum. Apabila infeksi

menyebar lebih lanjut, terjadilah peritomitis umum atau sepsis dengan kemungkinan

diikuti oleh syok. Penanganan bisa diberikan antibiotika pilihan. Dari penelitian

terbaru ternayta komplikasi akibat aborsi septik ada banyak selain yang sudah di

sebutkan diatas adalah endometritis, metritis, dan nekrosis uterus. Di mana yang

paling banyak adalah metritis dan endometritis masing-masing 91% dan nekrosia

uterus. Yang paling banyak menyebabkan kematian ibu adalah nekrosis uterus.

4). Syok

Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena

infeksi berat (syok endoseptik).

Abortus Page 16

Page 17: ABTR TW

K. Pemantauan Pasca Abortus

Insidens abortus spontan kurang lebih 15% (1 dari 7 kehamilan) dari seluruh

kehamilan.

Syarat-syarat memulai metode kontrasepsi dalam waktu 7 hari pada kehamilan yang tidak

diinginkan :

1. Tidak terdapat komplikasi berat yang membutuhkan penanganan lebih lanjut.

2. Ibu menerima konseling dan bantuan secukupnya dalam memilih metode kontrasepsi yang

paling sesuai.

Metode kontrasepsi pasca abortus :

1. Kondom : Waktu aplikasinya segera, Efektivitasnya tergantung dari tingkat kedisiplinan

Klien, Dapat mencegah penyakit menular seksual.

2. Pil kontrasepsi : Waktu aplikasinya segera, Cukup efektif tetapi perlu ketaatan klien untuk

minum pil secara teratur.

3. Suntikan : Waktu aplikasinya segera, Konseling untuk pilihan hormon tunggal atau

kombinasi.

4. Implan : Waktu aplikasinya segera, Jika pasangan tersebut mempunyai 1 anak atau lebih

dan ingin kontrasepsi, jangka panjang.

5. Alat kontrasepsi dalam rahim : Waktu aplikasinya segera dan setelah kondisi pasien pulih

Kembali, Tunda insersi jika hemoglobin kurang 7 gr/dl (anemia) atau jika dicurigai adanya

infeksi.

6. Tubektomi : Waktu aplikasinya segera, Untuk pasangan yang ingin menghentikan

Fertilitas, Jika dicurigai adanya infeksi, tunda prosedur sampai keadaan jelas. Jika

hemoglobin kurang 7 gram/dl, tunda sampai anemia telah diperbaiki.

Abortus Page 17

Page 18: ABTR TW

BAB III

IKHTISAR KASUS

I.IDENTITAS

Nama Pasien : Nn.F.P

No RM : 704231

Tempat tanggal lahir : Boyolali, 16 agustus 1980

Agama : Islam

Suku Bangsa : Jawa

Pendidikan : S1

Pekerjaan : PNS

Alamat : Jl. Vinca No.542 Serua Rt/Rw : 01/015

Datang ke VK RUSP Fatmawati tanggal 23 januari 2010

II.ANAMNESA

Autoanamnesa tanggal 23 Janiari 2010 pukul 23.45 WIB

A. Keluhan Utama :

Keluar darah yang bergumpal-gumpal lewat vagina sejak 2 hari SMRS

B. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien mengaku sedang hamil 3 bulan, HPHT akhir 26 oktober 2009, taksiran

persalinan 3 Agustus 2010 dan pasien memeriksa kehamilan di dokter SPOG

RSUP Fatmawati. Pasien datang dengan keluhan keluar darah bergulpal berbentuk

janin lewat vagina sejak 2 hari SRMS. Pasien sedang melakukan pekerjaan kantor

sehari-hari,tiba-tiba perut bagian bawah terasa tegang dan mules seperti mau

BAB, pasien merasa ada sesuatu yang keluar lewat vaginanya dan disertai darah.

Darah berwarna merah segar(+), hari kedua pasien mengaku keluar dara disertai

adanya gumpalan-gumpalan darah yang merembes keluar celana pasien. Pasien

Abortus Page 18

Page 19: ABTR TW

segera dibawa oleh suami ke VK RSUP Fatmawati, Nyeri perut bagian bawah

(Pusing (-),mual (-),demam (-), gigi berlobang (-). Pasien mengaku riwayat

berhubungan seksual dengan suami pasien 2 hari yang lalu.

C. Riwayat Menstruasi :

Menarche : 12 tahun

Siklus : 28 hari

Lamanya : 6-7 hari

Banyaknya : 3 pembalut

Dismenorea : -

HPHT : 26 oktober 2010

TP : 3 Agustus 2010

D. Riwayat Perkawinan : Kawin 1 kali, umur perkawinan 5 tahun

E. Riwayat Kehamilan lalu :

Hamil Abortus/SC/

Normal

Kelamin Usia BB Penolong Tempat

Lahir

Keadaan

Sekarang

1. SC a.i

Gagal

Induksi

Laki-laki 4 thn 2500 g Dokter RSF Sehat

2. SC a.i BSC Laki-laki 3 thn 2700 g Dokter RSF Sehat

3. Ini

F. Riwayat KB : IUD 1 tahun

G. Riwayat Penyakit Sistemik :

DM(-), hipertensi(-), hipertiroid(-), jantung(-), asma(-)

H. Riwayat Penyakit Keluarga :

DM(-), hipertensi(-), hipertiroid(-), jantung(-), asma(-),TBC(-)

I. Riwayat Operasi : SC 2 kali

J. Riwayat Kebiasaan :

Merokok(-), alkohol(-), minum jamu(-), narkoba(-), stress (-)

Abortus Page 19

Page 20: ABTR TW

III. PEMERIKSAAN FISIK

A. STATUS GENERALIS

KU/KS : Baik/Cm

T: 120/70 Hg N : 88 x/mnt, regular, cukup S: 35,7 P:18x/mnt

Tb : 162 cm Bb : Kg

Kepala

Rambut : hitam, tidak mudah rontok

Mata : CA-/-, SI -/-

THT : dalam batas normal

Leher

KGB : tidak teraba membesar

Kel. Tyroid : tidak teraba membesar

Toraks

Mammae : Simetris, hiperpigmentasi pada kedua areola,retraksi

puting tidak ada, benjolan -/-

Axilla : bulu ketiak (+/+)

Pulmo : Suara nafas vesikuler, rhonki-/-, wheezing -/-

Cor : S1S2 reguler, murmur(-), gallop(-)

Abdomen : NT (-), H/L ttm, Massa (-), Bu (+) N

Ekstremitas : akral hangat, edema-/-

Abortus Page 20

Page 21: ABTR TW

B.Status OBSTETRIKUS

TFU : tidak di ukur

Kontraksi (-)

DJJ : tidak duikur

I : V/u tenang, perdarahan (-)

Io: tidak dilakukan pemeriksaan

VT : uterus ~telur angsa,OUE terbuka 1 cm, teraba jaringan di OUE,porsio

menebal

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Lab (24 Januari 2010)

Hb : 10,8 g/dl Ht : 32 % L : 15,4 ribu/ul

Tr : 294 ribu/ul Eri : 3,95 juta/ul

VER : 18,5 fl HER : 27,3 pg KHER : 33,5 g/dl RDW : 12,9%

Hitung jenis :

Netrofil :85 % linfosit : 12 % monosit : 3 %

GDS : 95 g/dl

Hasil USG (24 Januari 2010):

Tampak massa hipohiperechoic ukuran 3 x 3 cm

D / : sisa konsepsi

Abortus Page 21

Page 22: ABTR TW

V. RESUME

Pasien nyonya berumur 29 tahun datang ke RS mengaku hamil 2 bulan. HPHT 26

oktober 2010, ANC di dokter Sp.OG, dengan keluhan keluar darah dari vagina sejak 2

hari SMRS, hari pertama keluar darah encer dan segar sebanyak 4 pembalut.

kemudian pada hari kedua berupa gumpalan berbentuk janin, darah sebanyak 3

gumpalan besar. Dari pemeriksaan fisik dalam batas normal TD : 120/70 mmHg, Nadi

: 88 x/menit, P ; 18 x/mnt, Suhu : 35,70 C, pemeriksaan obstreti VT: OUE pembukaan

1 cm, Dari pemeriksaan lab : Hb : 10,8 g/dl, Leukosit : 15,4 ribu/ul, dan pemeriksaan

penunjang USG : ada sisa konsepsi di uterus

VI. DIAGNOSIS

G3P2A0 H12 minggu dengan Abortus Inkomplit dan BSC2 kali

VII. PENATALAKSANAAN

Rdx : observasi tanda Vital

Observasi perdarahan

Rtx : evakuasi Kuretase

Abortus Page 22

Page 23: ABTR TW

Laporaan Operasi

Macam operasi : kuretase

Tanggal OP : 24 -01-2010 lama OP : 20 menit

1. Pasien dalam posisi litotomi dalam analgesi neuroleptik

2. Aseptik dan antiseptik daerah genital dan sekitarnya

3. Kandung kemuh di kosongkan

4. Dipasang spekulum bawah dan atas kemudian dipasang tenakulum

5. Spekulum atas di aff

6. Dilakukan sondase 9 cm, retrofleksi

7. Dengan curet tang di keluarkan jaringan 15 cc

8. Demgan curet tang dikeluarkan jaringan 10 cc

9. Dilakukan kuretase searah jarum jam

10. Diyakinkan tidak ada perdarahan, tindakan di hentikan.

11. Jaringan di masukan di toples dengan formalin 10 % dikirim ke bagian PA.

Tanggal 24 januari 2010-01-28

Jam 03:00 – 03: 20 berlangsung kuretase, sondase 9 cm, keluar jaringan 25 cc kesan sisa

Konsepsi

Obsevasi 2 jam paska kuret :

Jam Tekanan

darah

Nadi Pernapasan Suhu perdarahan

03: 35 120/70 mmhg 92 x / mnt 18 x / mnt 56.00 C -

03: 50 120/70 mmhg 92 x / mnt 18 x / mnt -

04: 05 120/70 mmhg 88 x / mnt 18 x / mnt -

04: 35 120/70 mmhg 90 x / mnt 18 x / mnt -

05:05 120/70 mmhg 88 x / mnt 18 x / mnt 36,10 C -

Abortus Page 23

Page 24: ABTR TW

Jam 05: 30

S : (-)

O : KU : compos mentis

Tanda Vital : TD : 120/70 mmHg. N : 88 x / mnt, P : 18 x / mnt S : afebris

Status Generalis : dalam batas normal

Status Obsttretri : kontraksi uterus baik

V/U : tenang, perdarahan (-)

A : G3P2A1H12 minggu paska kuret a.i Abortus inkomplit

P : Rdx : observasi perdarahan di rumah ( pasien boleh pulang , kontrol kepoli 1 minggu)

Rth : mobilisasi aktif

Higiene V/U

Diet TKTP

Amoxycilin 3 x 500 mg

As. Mefenamat 3 x 500 mg

Sulfas ferosus 1 x 300 mg

Metergin 2 x 0,125 mg

Abortus Page 24

Page 25: ABTR TW

BAB IV

ANALISA KASUS

Abortus berdasarkan definisinya adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin

dapat hidup diluar kandungan, dengan usia kurang dari 20 minggu dan berat janin

belum mencapai 500 gr.

Pada pasien (sesuai dengan HPHT ) didapatkan kehamilan 12 minggu, datang

dengan perdarahan pervaginam, jadi dapat disimpulkan adanya perdarahan pada

kehamilan muda.

Keluhan utama pada abortus adalah perdarahan pervaginam, dimana pada pasien ini.

Ny F.P , 29 th datang dengan keluhan perdarahan pervaginam dan keluarnya

gumpalan berbentuk janin sejak 2 hari SMRS, disertai keluhan tambahan berupa

nyeri perut bawah. Diagnosis abortus didapatkan selain dari adanya perdarahan

pervaginam dan keluarnya jaringan berbentuk gumpalan, didapatkan dari anamnesis,

os mengatakan jika hari pertama haid terakhir adalah 26 oktober 2009. Diagnosis

abortus inkomplitus didapatkan selain dari riwayat perdarahan pervaginam, dari

pemeriksaan dalam dimana memberikan hasil yg mendukung penegakan diagnosis

abortus inkompletus Selain itu pemeriksaan USG transabdominal dapat dilakukan,

karena dapat melihat sisa jaringan, dan juga dapat untuk menyingkirkan diagnosa

banding ( KET, Mola hidatidosa ).

Berdasarkan keluhan utama pasien berupa perdarahan pervaginam, pada kehamilan

kurang dari 20 minggu, selain abortus perlu juga dicurigai adanya KET dan mola

hidatidosa sebagai diagnosis banding.

Kehamilan ekopik terganggu, gejala awalnya berupa amenorea seperti pada

kehamilan biasa dan kemudian terjadi perdarahan pervaginam, Tetapi hal ini dapat

disingkirkan sebab tidak terdapatnya tanda-tanda akut abdomen yang merupakan

tanda klasik pada KET dan pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan nyeri goyang

portio dan jika dilakukan pemeriksaan USG akan didapati bahwa hasil konsepsi

berada dalam kavum uteri sehingga diagnosis banding KET dapat disingkirkan

Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar di

mana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh villi korialis mengalami perubahan

hidropik. Pada awalnya gejala yang timbul mirip pada kehamilan biasa, terjadi

perdarahan. Tetapi diagnosa ini dapat disangkal, karena pada pasien ini dengan

Abortus Page 25

Page 26: ABTR TW

didapatkan perdarahan pervaginam dan keluarnya jaringan berbentuk janin dan tidak

adanya keluarnya jaringan mola seperti buah anggur atau mata ikan, serta jika

dilakukan USG tidak ditemukannya snow flake pattern pada pemeriksaan USG.

Pada pemeriksaan ginekologi tidak dilakukan pemeriksaan inspekulo padahal pada

pasien dengan perdarahan pervaginam pemeriksaan inspekulo harus dilakukan untuk

konfirmasi dengan pemeriksaan lain, pada pasien ini tidak dilakukan karena dari

pemeriksaan USG sudah di pastikan ada hasil sisa konsepsi di dalam uterus.

Penyebab abortus secara garis besar terbagi menjadi dua berdasarkan faktor maternal

dan faktor hasil konsepsi . pada pasien ini penyebabnya masih perlu dicari. Dari

faktor konsepsi, kelainan perkembangan maupun pertumbuhan hasil konsepsi dapat

menyebabkan kematian janin maupun cacat. Penyebab lain bisa berupa kelainan

kromosom , dari beberapa penelitian tampak bahwa 50-60% dari abortus dini spontan

berhubungan dengan anomali kromosom pada saat konsepsi, dikenal sebagai abortus

aneuploidi lebih sering pada kehamilan dini yaitu kurang dari 8 minggu, Abortus

euploidi mencapai puncaknya pada kehamilan sekitar 13 minggu, jadi jika dilihat dari

usia kehamilan ( 12 minggu ), pada pasien ini dapat terjadi abortus euploidi. Akan

tetapi adanya kelainan kromoson pada janinnya yang menjadi penyebab abortus tidak

dapat dibuktikan sebab tidak dilakukan pemeriksaan.

Faktor maternal yang memungkinkan menjadi penyebab abortus, antara lain

adalah infeksi. Pada pasien ini tidak didapatkan riwayat keputihan atau gigi bolong,

dan hasil pemeriksaan laboratorium, berupa lekositosis (15.400 ), sehingga hal ini

memungkinkan terjadinya infeksi ascending yang dapat menyebabkan abortus.

Faktor-faktor lain yang bisa menjadi penyebab abortus, seperti, riwayat penyakit

kronis, antagonis rhesus, penggunaan obat-obatan maupun riwayat trauma tidak

ditemukan pada pasien ini. Mengenai gangguan endokrin yang sering menjadi

penyebab pada abortus yaitu gangguan hormon tiroid, baik hipotiroid maupun

hipertiroid pada pemeriksaan fisik tidak didapatkan tanda-tanda manifestasi dari

kedua kelainan tersebut,.

Untuk diagnosa abortus akibat inkompetensi serviks belum dapat disingkirkan,

meskipun memang belum ada pemeriksaan yang spesifik untuk menentukan

inkompetensi serviks, namun biasanya inkompetensi serviks jarang menonjol sebelum

kehamilan 16 minggu, karena janin belum cukup besar untuk menimbulkan

pendataran dan dilatasi serviks.

Abortus Page 26

Page 27: ABTR TW

Pada kasus abortus, selain memperhatikan perdarahannya, perlu dicari penyebab

terjadinya abortus dan menentukan sikap dalam penanganan selanjutnya. Pemeriksaan

penunjang yang dapat dilakukan antara lain :

1.β-HCG

2.Pemeriksaan kadar Hb dan Ht

3.Pemeriksaaan golongan darah dan skrining antibody

4.Pemeriksaan kadar progesteron serum

5.USG

6.Fibrinogen dan faktor- faktor pembekuan.

Penanganan pada pasien ini yaitu dilakukan kuretase, dan didapatkan sisa jaringan

sebanyak 25 cc, kemudian diberikan antibiotik, analgetik dan metergin. Penanganan

untuk abortus inkomplitus sudah sesuai dengan yang seharusnya dilakukan. Pada

pasien ini diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi, dan pemberian metergin untuk

membantu kontraksi uterus, bertujuan untuk menghentikan perdarahan. Penanganan

pada abortus inkomplit :

- jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang dari 16 minggu,

evakuasi dengan cara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil

konsepsi melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg IM atau

misoprostol 400 mcg per oral.

- Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang dari 16

mingg, evakuasi sisa hasilkonsepsi dengan AVM, merupakan metode evakuasi yang

terpilih. Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera berikan ergometrin 0,2 mg IM

( diulang setelah 15 menit jika perlu ) atau misiprostol 400 mcg per oral ( dapat

diulang setelah 4 jam jika perlu ).

- Jika kehamilan lebih dari 16 minggu, berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml

cairan IV dengan kecepatan 40 tetes/menit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi.

- Jika perlu berikan misoprostol pervaginam setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil

konsepsi ( maksimal 800 mcg )

- Evakuasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.

- Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan

Abortus Page 27

Page 28: ABTR TW

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Penyebab utama kematian maternal adalah disebabkan oleh 3 hal, yaitu perdarahan

dalam kehamilan, preklamsia/eklamsia dan infeksi.

Perdarahan selama kehamilan dapat dianggap sebagai keadaan akut yang dapat

membahayakan ibu dan anak, dan sampai dapat menimbulkan kematian. Sebanyak 20 %

wanita hamil pernah mengalami perdarahan pada awal kehamilan dan sebagian mengalami

abortus.

Pada kasus perdarahan pada masa kehamilan , dengan usia kehamilan dibawah 20

minggu. Selain dicurigai sebagai abortus tapi perlu juga dipikirkan diagnosa banding lainnya

seperti adanya KET dan mola hodatidosa.

Pada abortus diperlukan penanganan yang segera, untuk mengatasi perdarahan,

maupun untuk mencegah terjadinya syok dan komplikasi lainnya.

SARAN

Penanganan yang adekuat dari tenaga medis (bidan/dokter) dalam melakukan

anamnesa, pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan penunjang sehingga dapat memberikan

penatalaksanaan yang adekuat sehingga dapat mempengaruhi prognosanya, dan menurunkan

nilai kematian maternal.

Perawatan sebelum kelahiran yang rutin ( ANC ) dapat mengurangi terjadinya

abortus.

Ibu yang mengalami abortus hendaknya diminta untuk menunda kehamilan berikut

sampai ia benar-benar pulih. Jika kehamilan tersebut merupakan kehamilan yang tidak

diinginkan, beberapa metode kontrasepsi dapat segera dimulai ( dalam waktu 7 hari ). Selain

itu Ibu hamil juga harus bebas dari segala macam infeksi yang bisa menyebabkan abortus.

Abortus Page 28

Page 29: ABTR TW

Daftar Pustaka

1. Saifuddin, Abdul Bari.MPH, Prof.dr. SpOG. Ilmu Kebidanan. Perdarahan pada

keehamilan Muda ” Abortus “. Edisi Keempat. yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawihardjo. Jakarta. 2009 : 460-474

2. Cunningham, Macdonald. William Obstetrics.” Abortion”. 21th edition. Appleton and

Lange. Stanford Connecticut. 2001:856-877

3. Sastrawinata, Sulaeman, Prof. Obstetri Patologi. Bagian Obstetri dan Ginekologi

Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, Bandung. 1981:11-17

4. Safuddin, Abdul bari. Prof. Dr. DSOG. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal

dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 2001:146-147

5. Sauites, Teresa A, DO. Western Journal of emergency. “sepsis after attempted self-

induced abortion. Voleme X, No.4. Tacoma, WA. Novemver 2009; 278-80

6. Birs, M. Moldovan, Mihaela. Pascut, D. Motoc, A. Romanian Journal. Depatment of

obstetric-ginecology. “ Utero-adnexal damage in septic abortion”. Vol.4 no.50.

Timisoara.2009. 657-662

7. www. Emedicine.com. “ abortion “

8. www. Wikipedia Indonesia.com “ abortion “

Abortus Page 29