abtr tw
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Penyebab utama kematian maternal adalah disebabkan oleh 3 hal, yaitu perdarahan
dalam kehamilan, preklamsia/eklamsia dan infeksi.
Perdarahan selama kehamilan dapat dianggap sebagai keadaan akut yang dapat
membahayakan ibu dan anak, dan sampai dapat menimbulkan kematian. Sebanyak 20 %
wanita hamil pernah mengalami perdarahan pada awal kehamilan dan sebagian mengalami
abortus.
Diperkirakan frekuensi abortus spontan berkisar 10-15%. Namun demikian, frekuensi
seluruh keguguran yang pasti sukar ditentukan, karena abortus buatan banyak yang tidak
dilaporkan, kecuali bila terjadi komplikasi. Juga karena sebagian keguguran spontan hanya
disertai gejala dan tanda yang ringan, sehingga wanita tidak datang ke dokter atau rumah
sakit.1,4
Di tahun 2000 dan 2001, presentasi tertinggi aborsi terjadi pada wanita usia antara 20
hingga 30 tahun, yaitu 47 % pada wanita usia 20-30 tahun, 19 % pada wanita usia 15-19
tahun, 25 % pada wanita lebih dari 30 tahun. Juga didapatkan insidens abortus bertambah jika
kandungan wanita tersebut belum melebihi umur 3 bulan atau 12 minggu.1
Secara klinik dapat dibedakan antara abortus imminens, abortus insipiens, abortus
inkompletus, dan abortus kompletus. Dan dikenal pula abortus servikalis, missed abortion,
abortus habitualis, abortus infeksiosus, dan abortus septik. 4
Abortus harus diduga bila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh
perdarahan pervaginam setelah mengalami keterlambatan haid, sering terdapat rasa mules.
Sehingga untuk mendiagnosa suatu keadaan abortus, kita perlu mengetahui etiologi,
patofisisologi, dan gejala klinis yang dapat menjadi dasar pertimbangan dan tatalaksana
apakah kehamilan dapat terus dipertahankan serta untuk mengetahui prognosisnya.1,4
BAB II
Abortus Page 1
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Abortus adalah penghentian atau pengakhiran kehamilan sebelum usia kehamilan
20 minggu, atau berat janin kurang dari 500 gram. sedangkan menurut WHO batasan
usia kehamilan adalah sebelum 22 minggu. 1,,2,4,7,8
B. KLASIFIKASI1,4,8
Abortus dapat digolongkan atas dasar :
1. Abortus spontan
Abortus imminens
Abortus insipiens
Missed abortion
Abortus habitualis
Abortus infeksiosa & Septik
Abortus inkompletus
Abortus kompletus
2. Abortus provokatus
Abortus medicalis
Abortus kriminalis
1. Abortus spontan
Ialah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis
ataupun medisianalis, semata-mata disebabkan oleh faktor alamiah.
a. Abortus imminens
ialah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan 20 minggu
dengan berat badan janin 500gr, tanpa disertai dengan adanya pembukaan serviks
( dilatasi serviks) dan atau tanpa disertai rasa mules-mules dan hasil konsepsi masih
di dalam uterus. Abortus imminens sifatnya adalah mengancam, tetapi masih ada
kemungkinan untuk mempertahankan hasil konsepsi. Abortus imminens ditegakan
pada wanita yang hamil dengan gejala perdarahan pervaginam yang timbul dalam
waktu kehamilan trimester pertama.
Pada beberapa wanita hamil dapat terjadi perdarahan sedikit pada saat haid
yang semestinya datang jika tida terjadi pembuahan. Hal ini biasanya disebabkan oleh
Abortus Page 2
penembusan vili koriales kedalam desidua, pada saat implantasi ovum. Perdarahan
implantasi biasanya sedikit, warnanya merah, dan cepat berhenti, tidak disertai mules
– mules.
Perdarahan pada abortus imminens lebih ringan , namun dapat menetap dalam
beberapa hari sampai dengan beberapa minggu. Hal ini akan mengakibatkan
gangguan terhadap hasil konsepsi berupa persalinan preterm, berat badan lahir rendah
serta kematian prenatal.
b. Abortus Insipiens
ialah abortus yang sedang berlangsung, dengan ostium sudah terbuka dan
terdapat dilatasi servik uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih ada didalam
uterus. Dalam hal ini rasa mules menjadi lebih kuat, perdarahan bertambah.
c. Missed abortion
ialah keadaan dimana janin sudah mati, tetapi tetap berada dalam rahim dan
tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih. Tudak diketahui dengan pasti tetapi
diduga pengaruh hormon progesteron. Pemakaian hormon progesteron pada abortus
imminens mungkin juga dapat menyebabkan missed abortion.
d. Abortus habitualis
ialah keadaan dimana penderita mengalami keguguran berturut-turut 3 kali atau lebih.
e. Abortus infeksiosa, abortus septik1,4,5
Ialah keguguran yang disertai dengan infeksi genital. Sedangkan abortus
septik ialah keguguran disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau
toksinnya ke dalam peredaran darah atau peritoneum. Infeksi dalam uterus atau
sekitarnya dapat terjadi pada setiap abortus, tetapi biasanya ditemukan pada abortus
inkompletus ataupun abortus buatan yang dikerjakan tanpa asepsis dan antisepsis dari
penemuan terakhir abortus yang lakukan sendiri oleh pasien lebih besar meyebabkan
resiko terjadinya sepsis yang bisa meningkatkan morbiditas ibu dan anak Umumnya
pada abortus infeksisosa terbatas pada desidua. Pada abortus septik virulensi bakteri
tinggi, dan infeksi menebar ke miometrium, tuba, parametrium, dan peritoneum.
Apabila infeksi mneyebar lebih jauh, terjadilah peritonitis atau sepsis.
Abortus Page 3
Diagnosis abortus infeksiosus ditentukan dengan adanya abortus yang ditandai
gejala dan infeksi alat genital, seperti panas, takikardi, perdarahan pervaginam yang
berbau, uterus yang memebesar, lembek, serta nyeri tekan dan leukositosis. Jika
pasien datang dengan keluhan peryt sakit, demam, perdarahan pervaginam, dan test
kehamilannya positip perlu di pikirkan abortus septik.
Apabila terdapat sepsis, penderita tampak sakit berat, kadang – kadang
menggigil, demam tinggi dan tekan darah menurun. Untuk mengetahui penyebabnya
perlu biakan darah dan getah pada serviks uteri.
f. Abortus inkompletus
Ialah abortus dengan masih tersisanya sebagian hasil konsepsi, ditandai
dengan pembukaan serviks. Pada abortus yang terjadi pada usia kehamilan sebelum
minggu ke 10, biasanya janin sudah keluar bersama-sama dengan plasenta, akan tetapi
sesudah usia kehamilan 10 minggu, pengeluaran janin dan plasenta akan terpisah.
Gejala abortus inkomplit berupa amenorea, sakit perut, dan mulas-mulas. Perdarahan
bisa sedikit atau banyak, dan biasanya berupa stolsel (darah beku); sudah ada keluar
fetus atau jaringan.
g. Abortus kompletus
ialah seluruh hasil konsepsi dikeluarkan ( desidua dan fetus ), sehingga seluruh rahim
kosong.
2. Abortus provokatus
Ialah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan maupun alat.
a. Abortus medisinalis
ialah abortus disertai indikasi medis, bila kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan
jiwa ibu.
b. Abortus kriminalis
ialah abortus yang terjadi oleh karena tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan
indikasi medis.
C. ETIOLOGI 1,4
Abortus Page 4
Pada kehamilan muda, abortus selalu didahului oleh kematian janin. Faktor-faktor
yang menyebabkan kematian fetus yaitu : faktor ibu, faktor hasil konsepsi dan faktor
bapak.
1. Faktor ibu1,5,6
Berbagai keadaan pada ibu yang dapat menimbulkan abortus yaitu :
- Infeksi : menyebabkan demam tinggi seperti pneumonia, tifoid, pielitis ,virus
rubella, cytomegallo, hepatitis, parvovirus, dan virus influenza, infeksi parasit
(malaria) dan protozoa (toxoplasmosis). Kematian fetus dapat disebabkan karena
toksin dari ibu atau invasi kuman atau virus pada fetus
- Anomali kongenital ( hipoplasia uteri, uteri bikornis, septum uterus, anomali
duktus uteri)
- Keracunan Pb, nikotin , gas beracun, alkohol.
- Hipoksia dan syok : penyakit pernafasan akut dan kronik, gagal jantung, anemia
berat, gastroenteritis berat dan cholera.
- Penyakit kronis : hipertensi dan nefritis kronik
- Penyakit endokrin : Hiperthyroid, Hipothyroid diabetes mellitus dan defisiensi
progesteron yang menyebabkan tidak sempurnanya uterus dalam menanti nidasi
dari ovum yang sudah dibuahi .
- Trauma : trauma fisik, laparatomi, trauma psikis dan kecelakaan.
- Gangguan sirkulasi plasenta: Penyakit nefritis, hipertensi, toksemia gravidarum,
anomali plasenta, dan endarteitis oleh karena lues.
- Kelainan alat kandungan : inkompentensi serviks, uterus septate, tumor uterus,
retrofleksi uterus, dan kelainan endometrium.
Tabel 1 : Risiko kejadian abortus dan usia ibu
---------------------------------------------------------------.
UMUR IBU RISIKO ABORTUS (%)
---------------------------------------------------------------
15 - 19 9.9
20 - 24 9.5
25 – 29 10.0
30 - 34 11.7
35 - 39 17.7
40 - 44 33.8
> 44 53.2
-------------------------------------------------------------
Sumber : Fertility and Sterility : vol.46, p 989; 1986 5
2. Faktor hasil konsepsi :1,7,8
Abortus Page 5
Kelainan telur menyebabkan kelainan pertumbuhan yang sedemikian rupa hingga
janin tidak mungkin hidup terus. Perkembangan janin yang abnormal, khususnya
dalam trimester pertama kehamilan, dapat diklasifikasikan menjadi perkembangan
janin dengan kromosom yang jumlahnya abnormal ( aneuploidi ) atau
perkembangan dengan komponen kromosom yang normal ( euploidi ).
Abortus Aneuploidi :
Ialah perkembangan janin dengan kromosom yang jumlahnya abnormal. Dari
beberapa penelitian tampak bahwa 50-60 % dari abortus dini spontan berhubungan
dengan anomali kromosom pada saat konsepsi, dilaporkan bahwa ¾ abortus
aneuploidi terjadi pada atau sebelum kehamilan 8 minggu. Trisomi autosom
merupakan kejadian yang paling sering diidentifikasi dan berhubungan dengan
abortus pada trimester pertama. Sebagai contoh yang lain adalah kelainan kromosom
Monosomi X (45,x) serta Triploidi.
Abortus euploidi :
Ialah perkembangan dengan komponen kromosom yang normal. Hasil konsepsi
dengan kromosom normal akan menghilang belakangan dengan kehamilan. Abortus
euploidi mencapai puncaknya pada kehamilan sekitar 13 minggu, dan insiden
abortus euploidi akan meningkat secara dramatis setelah usia maternal 35 tahun.
Penyebab dari abortus ini biasanya karena adanya abnormalitas genetik seperti
mutasi tersendiri dan karena faktor-faktor maternal.
Kelainan pertumbuhan selain oleh karena kelainan benih dapat juga disebabkan oleh
Kelainan lingkungan kurang sempurna, bila lingkungan di endometrium
disekitar tempat inflamasi kurang sempurna sehingga pemberian zat – zat
makanan pada hasil konsepsi terganggu
faktor eksogen, virus, radiasi, zat kimia dan obat – obatan, dan sebagainya
dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya di
uterus. Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen.
3. PATOFISIOLOGI11,2,4,7,8
Abortus Page 6
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti
nekrosis jaringan yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing
dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi biasanya dikeluarkan seluruhnya
karena Villi koriales belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan antara
8 sampai 14 minggu villli koriales menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya
plasenta dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada
kehamilan lebih dari 14 minggu yang dikeluarkan setelah ketuban pecah adalah janin
lebih dahulu disusul plasenta. Hasil konsepsi keluar dalam berbagai bentuk, seperti
kantong kosong amnion atau benda kecil tanpa bentuk yang jelas (blighted ovum), janin
lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus
papiraseus.2,4
Jika pada wanita yang hamil muda mengeluarkan darah pervaginam dalam
jumlah sedikit maka ia diduga menderita abortus imminens. Perdarahan sedikit pada
hamil muda mungkin juga disebabkan oleh hal-hal lain dari abortus, misalnya placenta
sign (gejala plasenta) yaitu perdarahan dan pembuluh darah sekitar placenta, pada saat
penembusan villi kariales ke dalam desidua, pada saat implantasi ovum. 1,2
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada kalanya
kanton amnion kosong atau tampak didalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas
( blighted ovum); mungkin pula janin telah mati lama(missed Abortion)
Abortus Page 7
Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat, maka ia dapat
diliputi lapisan bekuan darah. Isi uterus dinamakan mola kruenta. Bentuk ini menjadi
mola kranosa apabila pigmen darah telah diserap dan dalam sisanya terjadi organisasi.
Bentuk lain adalah mola tuberosa; dalam hal ini amnion tampak berbenjol – benjol
karena tejadi hemato antara amnion dan korion.1
E. GEJALA KLINIS 1,4,7,8
Pikirkan kemungkinan abortus pada wanita usia reproduktif yang mengalami
terlambat haid ( terlambat haid dengan jangka waktu lebih dari satu bulan sejak waktu
haid terakhirnya ), jadi kita harus dapat memastikan tentang siklus menstruasi
terakhirnya.
Dengan adanya gejala klinis sebagai berikut :
Tanda-tanda kehamilan, seperti amenorea, mual-muntah, mengidam, hiperpigmentasi
mamma, tes kehamilan positif
Adanya perdarahan dari kemaluan ( tentukan derajat, durasi, disertai/ tidak jaringan
hasil konsepsi ).
Kaku perut
Pengeluaran sebagian hasil konsepsi
Dilatasi serviks.
Penilaian tanda vital, untuk mencari tanda- tanda syok akibat perdarahan
Pada pemeriksaan ginekologi, bisa didapatkan pembukaan
serviks, sisa jaringan, perdarahan yang masih berlangsung.
Pada pemeriksaan bimanual didapatkan pembesaran dan uterus yang lunak.
Penentuan kehidupan janin dapat dilakukan dengan ultrasonografi, dilihat dari
gerakan denyut jantung janin dan gerakan janin dapat dicoba didengarkan dengan alat
doppler atau Laennec.
F. DIAGNOSIS
1. Anamnesis : perdarahan, haid terakhir, pola siklus haid, ada tidak gejala / keluhan
lain, cari faktor risiko / predisposisi. Riwayat penyakit umum dan riwayat obstetri /
ginekologi.
2. Prinsip : pasien usia reproduktif dengan perdarahan per vaginam abnormal harus
selalu dipertimbangkan kemungkinan adanya kehamilan.
Abortus Page 8
3. Pemeriksaan fisis umum : keadaan umum, tanda vital, sistematik. Jika keadaan umum
buruk perlu dilakukan resusitasi dan stabilisasi segera
4. Pemeriksaan ginekologi : ada tidaknya tanda akut abdomen. Jika memungkinkan, cari
sumber perdarahan : apakah dari dinding vagina, atau dari jaringan serviks, atau darah
mengalir keluar dari ostium
5. Jika diperlukan, ambil darah / cairan / jaringan untuk pemeriksaan penunjang (ambil
sediaan sebelum pemeriksaan vaginal touche)
6. Pemeriksaan vaginal touche dilakukan secara hati-hati. Bimanual tentukan besar dan
letak uterus. Tentukan juga apakah satu jari pemeriksa dapat dimasukkan ke dalam
ostium dengan mudah/ lunak, atau tidak (melihat ada tidaknya dilatasi serviks).
Jangan dipaksa. Adneksa dan parametrium diperiksa, ada tidaknya massa atau tanda
akut lainnya.
Pada abortus spontan biasanya disertai dengan perdarahan pervaginam dengan atau
tanpa rasa mules. Perdarahan pervaginam dapat hanya berupa flek (bercak-bercak darah)
hingga perdarahan banyak. Hal ini sangat penting untuk menilai apakah perdarahan
semakin berkurang atau bahkan memburuk. Adanya gumpalan darah atau jaringan
merupakan tanda bahwa abortus berjalan dengan progresif. Bila ditemukan nyeri perlu
dicatat letak dan lamanya nyeri tersebut berlangsung.
Pada pemeriksaan fisik, abdomen perlu diperiksa untuk menentukan lokasi nyeri.
Sumber dicari dengan pemeriksaan inspekulo dan pemeriksaan vaginal toucher, tentukan
perdarahan berasal dari dinding vagina, permukaan serviks.
Secara iktisar abortus iminens dapat kita diagnosis kalau pada kehamilan muda
didapatkan : (3)
1. perdarahan sedikit
2. nyeri memilin karena kontraksi tidak ada atau sedikit sekali
3. pada pemeriksaan dalam belum ada pembukaan serviks
4. tidak ditemukan kelainan pada serviks
Pada pemeriksaan dalam, lakukan pemeriksaan pergerakan serviks karenanya bila
nyeri pada pergerakan serviks (+), maka kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik perlu
dipertimbangkan. Jika ditemukan OUI telah membuka, kemungkinan yang terjadi adalah
abortus insipiens, inkomplit maupun abortus komplit. Pemeriksaan pada uterus juga perlu
dilakukan, tentukan besar, konsistensi uterus serta pada adneksa adakah nyeri tekan atau
Abortus Page 9
massa. Bila didapatkan adanya sekret vagina abnormal, sebaiknya dibuat pemeriksaan
biologisnya.
Pada kasus abortus, selain memperhatikan perdarahannya, perlu dicari penyebab
terjadinya abortus dan menentukan sikap dalam penanganan selanjutnya. Pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukan antara lain :1,7,8
1. β-HCG
2. Pemeriksaan kadar Hb dan Ht
3. Pemeriksaaan golongan darah dan skrining antibody
4. Pemeriksaan kadar progesteron serum
5. Fibrinogen dan faktor-faktor pembekuan
6. USG
USG merupakan pemeriksaan penunjang yang sangat baik dalam menegakkan
diagnosa abortus karena dapat melihat suatu hasil konsepsi viable atau tidak. Selain itu
juga sebagai observasi untuk menilai keberhasilan dalam melakukan penanganan. USG
tidak dapat dilakukan pada kehamilan 3 – 4 minggu. USG baru bisa dilakukan pada
kehamilan lebih dari 5 minggu berupa USG transvaginal. Gerakan jantung dapat dilihat
pada embrio >5mm dari kranial ke arah kauda atau usia kehamilan 5 – 6 minggu.
Pada gambaran USG pada janin viable berusia 6 minggu atau kurang beresiko abortus
15 -30% , resiko akan menurun 5 – 10% sekitar 7 -9 minggu usia kehamilan dan < 5%
setelah 9 minggu.
Abortus Page 10
Gambar kehamilan intrauterin usia 8 minggu kehamilan terlihat adanya (E)
embrio dan (Y) Yolksac1
Kantong gestasi yang kosong blighted ovum1
G. PENATALAKSANAAN 3,4
Tentukan status hemodinamik, jika terdapat syok, atasi syok dengan segera.
Penanganan abortus imminens terdiri atas :3,4
- Istirahat baring
Penderita harus berbaring selama beberapa hari sampai perdahan berhenti. Tidur
berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan, karena cara ini menyebabkan
bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanik. Jika
perdarahan berhenti, pasien harus menjaga diri, jangan banyak bekerja dan dilarang
coitus selama 2 minggu. Pasien bisa diberi sedativa, misalnya luminal, codein,
morphin.
Tentang pemberian progesteron pada abortus imminens belum ada
persesuaian faham. Sebagian besar ahli tidak menyetujuinya, dan mereka
yang menyetujuinya menyatakan harus ditentukan dahulu adanya
kekurangan hormon progesteron. Apabila dipikirkan bahwa sebagian besar
abortus didahului oleh kematian hasil konsepsi dan kematian ini dapat
disebabkan oleh banyak faktor, maka pemberian hormon progesteron
memang tidak banyak manfaatnya.
Abortus Page 11
Pemeriksaan ultrasonografi penting dilakukan untuk menentukan apakah
janin masih hidup
Jika perdarahan disebabkan erosi, maka erosi diberi nitras argenti 5-10%
kalau sebabnya polyp, maka polyp diputar dengan cunam sampai
tangkainya terputus.
Penanganan pada abortus insipiens :3
- Jika usia kehamilan kurang dari 16 minggu, lakukan evakuasi uterus dengan Aspirasi
Vakum Manual (AVM). Jika evakuasi tidak dapat segera dilakukan :
berikan ergometrin 0,2 mg IM ( dapat diulang sesudah 15 menit jika perlu ) atau
misoprostol 400 mcg per oral ( dapat diulang sesudah 4 jam jika perlu )
segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
- Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu :
Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi, kemudian evakuasi sisa-sisa hasil konsepsi
Jika perlu lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan ( garam fisiologik atau
ringer laktat ) dengan kecepatan 40 tetes per menit untuk membantu ekspulsi hasil
konsepsi.
Penanganan pada abortus inkomplit3
- jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang dari 16 minggu,
evakuasi dengan cara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil
konsepsi melalui serviks. Jika perdarahan berheti, beri ergometrin 0,2 mg IM atau
misoprostol 400 mcg per oral.
- Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang dari 16
minggu, evakuasi sisa hasil konsepsi dengan AVM, merupakan metode evakuasi yang
terpilih. Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya dilakukan jika aspirasi vakum
manual tidak tersedia. Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera berikan ergometrin
0,2 mg IM ( diulang setelah 15 menit jika perlu ) atau misiprostol 400 mcg per oral
( dapat diulang setelah 4 jam jika perlu ).
- Jika kehamilan lebih dari 16 minggu, berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml
cairan IV dengan kecepatan 40 tetes/menit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi.
- Jika perlu berikan misoprostol pervaginam setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil
konsepsi ( maksimal 800 mcg )
- Evakuasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
- Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
Penanganan pada abortus komplit 3
Abortus Page 12
- Tidak perlu evakuasi lagi
- Observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak
- Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan
- Apabila terjadi anemia sedang, berikan tablet Sulfas ferrosus 600 mg/hari selama 2
minggu, jika anemia berat berikan transfusi darah.
- Konseling
Penanganan pada abortus septik 1,5,6
Miminimalkan risiko terjadinya septic syok.Servikal dan vagina smear dan kultur
darah dan menggunakan antibiotic spectrum luas seperti sefalosporin dan
metronidazol.Kuretase harus dilakukan sesegera mungkin.Perforasi septic uterus dapat
dengan mudah diatasi dan dalam beberapa kasus dilakukan histerektomi. Histeroktomi
sebaiknya dilakukan sebelum terjadinya syok septik karena pada fase syok pasien sudah
dalam kondisi yang sangat menurun. Dimasa lalu septic obortus umumnya terjadi gagal
ginjal akut.
TABEL PERBEDAAN JENIS ABORTUS3
JENIS
ABORTUS
PERDARAHAN NYERI
PERUT
KELUAR
JARINGAN
TFU OUE TERAPI
IMMINENS Segar ( merah),
Bercak-Sedang
+ - Sesuai usia
kehamilan
Tertutup Pertahankan
kehamilan
INSIPIENS Sedang-Banyak ++ - Sesuai usia
kehamilan
Terbuka Kuret
INKOMPLIT Banyak + + Sesuai usia
kehamilan
Terbuka Kuret
KOMPLET Sedikit + + < usia
kehamilan
Tertutup Konservatif
Perdarahan Serviks Uterus Gejala/tanda Diagnosis
Bercak hingga
sedang
Tertutup Sesuai usia gestasi Kram perut bawah
Uterus lunak
Abortus
imminens
Sedikit membesar
dari normal
Limbung atau pingsan
Nyeri perut bawah
Nyeri goyang porsio
Massa adneksa
Cairan bebas intra abdomen
Kehamilan
ektopik
terganggu
Tertututp /
terbuka
Lebih kecil dari usia
gestasi
Sedikit/tanpa nyeri perut bawah
Riwayat ekspulsi hasil konsepsi
Abortus
komplit
Abortus Page 13
Sedang hingga
masif/ banyak
Terbuka Sesuai usia
kehamilan
Kram atau nyeri perut bawah
Belum terjadi ekspulsi hasil
konsepsi
Abortus
insipiens
Kram atau nyeri perut bawah
Ekspulsi sebagian hasil konsepsi
Abortus
inkomplit
Terbuka Lunak dan lebih besar
dari usia gestasi
Mual/muntah
Kram perut bawah
Sindrom mirip preeklamsia
Tak ada janin, keluar jaringan
seperti anggur
Abortus
mola
H. PROGNOSIS 3,4
Macam dan lamanya perdarahan menentukan prognosis kelangsungan kehamilan.
Prognosis menjadi kurang baik bila perdarahan berlangsung lama, mules-mules yang
disertai pendataran serta pembukaan serviks.
Prognosis pada kasus abortus imminens sulit untuk diperkirakan. Setelah terjadi
abortus imminens 2/3 kehamilan berlanjut sampai usia 28 minggu dan selebihnya bisa
terjadi missed abortus. Jika kehamilan terus berlanjut, maka sering diikuti dengan
persalinan preterm, placenta praevia, dan retardasi pertumbuhan fetus.
I. DIAGNOSIS BANDING1,4,5,6
1. Kehamilan ektopik terganggu (KET)
Pada KET juga ditemukan amenorhea disertai perdarahan pervaginam, rasa nyeri di
bagian bawah perut dan adanya pembesaran di belakang uterus. Tetapi nyeri pada
kehamilan ektopik biasanya lebih hebat. Pemeriksaan seperti kuldosintesis dan
ultrasonografi dapat dikerjakan untuk menyingkirkan diagnosis banding ini.
Abortus Page 14
Gambar uterus yang kosong (U) dengan masa pada adneksa (A) suspek kehamilan ektopik β hcg saat USG
transabdominal lenih dari 100mIU/mL
2. Mola Hidatidosa
Pada mola hidatidosa, uterus biasanya membesar lebih cepat daripada masa
kehamilan, dan kadang disertai dengan hiperemis gravidarum. Hal ini disebabkan
karena kadar B-hCG yang tinggi di dalam darah. Apabila ada kecurigaan terhadap
mola hidatidosa, perlu dilakukan USG yang akan tampak gambaran seperti badan
salju (snowstorm like appeareance). Bila tidak dimungkinkan melakukan USG dapat
dilakukan uji batang sonde (Acosta-Sison/Hanifa)
3. Karsinoma servisis uteri, poligus serviks, dsb
Perdarahan yang disebabkan oleh hal ini dapat menyerupai abortus iminens.
Pemeriksaan dengan spekulum, pemeriksaan sitologik dan biopsi dapat membantu
dalam menegakkan diagnosis pasti.
Abortus Page 15
J. KOMPLIKASI 1,4
Komplikasi yang berbahaya pada abortus ialah perdarahan, perforasi, infeksi dan
syok.
1). Perdarahan yang hebat
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi
dan jika perlu pemberian tranfusi darah.
2). Perforasi
Perforasi uterus dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiperretrofleksi. Jika
terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamati dengan teliti, jika ada tanda bahaya,
perlu segera dilakukan laparatomi, dan tergantung luas dan bentuk perforasi,
penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomi.Melakukan kerokan secara
sempurna memerlukan pengalaman. Sisa-sisa hasil konsepsi harus dikeluarkan,
tetapi jaringan miometrium jangan sampai terkerok, karena hal itu dapat
mengakibatkan terjadinya perlekatan dinding kavum uteri di beberapa tempat.
Sebaiknya kerokan dihentikan pada suatu tempat apabila pada suatu tempat tersebut
dirasakan bahwa jaringan tidak begitu lembut lagi.
3). Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada abortus. Infeksi bisa
menyebar ke miometrium, tuba, parametrium dan peritoneum. Apabila infeksi
menyebar lebih lanjut, terjadilah peritomitis umum atau sepsis dengan kemungkinan
diikuti oleh syok. Penanganan bisa diberikan antibiotika pilihan. Dari penelitian
terbaru ternayta komplikasi akibat aborsi septik ada banyak selain yang sudah di
sebutkan diatas adalah endometritis, metritis, dan nekrosis uterus. Di mana yang
paling banyak adalah metritis dan endometritis masing-masing 91% dan nekrosia
uterus. Yang paling banyak menyebabkan kematian ibu adalah nekrosis uterus.
4). Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena
infeksi berat (syok endoseptik).
Abortus Page 16
K. Pemantauan Pasca Abortus
Insidens abortus spontan kurang lebih 15% (1 dari 7 kehamilan) dari seluruh
kehamilan.
Syarat-syarat memulai metode kontrasepsi dalam waktu 7 hari pada kehamilan yang tidak
diinginkan :
1. Tidak terdapat komplikasi berat yang membutuhkan penanganan lebih lanjut.
2. Ibu menerima konseling dan bantuan secukupnya dalam memilih metode kontrasepsi yang
paling sesuai.
Metode kontrasepsi pasca abortus :
1. Kondom : Waktu aplikasinya segera, Efektivitasnya tergantung dari tingkat kedisiplinan
Klien, Dapat mencegah penyakit menular seksual.
2. Pil kontrasepsi : Waktu aplikasinya segera, Cukup efektif tetapi perlu ketaatan klien untuk
minum pil secara teratur.
3. Suntikan : Waktu aplikasinya segera, Konseling untuk pilihan hormon tunggal atau
kombinasi.
4. Implan : Waktu aplikasinya segera, Jika pasangan tersebut mempunyai 1 anak atau lebih
dan ingin kontrasepsi, jangka panjang.
5. Alat kontrasepsi dalam rahim : Waktu aplikasinya segera dan setelah kondisi pasien pulih
Kembali, Tunda insersi jika hemoglobin kurang 7 gr/dl (anemia) atau jika dicurigai adanya
infeksi.
6. Tubektomi : Waktu aplikasinya segera, Untuk pasangan yang ingin menghentikan
Fertilitas, Jika dicurigai adanya infeksi, tunda prosedur sampai keadaan jelas. Jika
hemoglobin kurang 7 gram/dl, tunda sampai anemia telah diperbaiki.
Abortus Page 17
BAB III
IKHTISAR KASUS
I.IDENTITAS
Nama Pasien : Nn.F.P
No RM : 704231
Tempat tanggal lahir : Boyolali, 16 agustus 1980
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jl. Vinca No.542 Serua Rt/Rw : 01/015
Datang ke VK RUSP Fatmawati tanggal 23 januari 2010
II.ANAMNESA
Autoanamnesa tanggal 23 Janiari 2010 pukul 23.45 WIB
A. Keluhan Utama :
Keluar darah yang bergumpal-gumpal lewat vagina sejak 2 hari SMRS
B. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengaku sedang hamil 3 bulan, HPHT akhir 26 oktober 2009, taksiran
persalinan 3 Agustus 2010 dan pasien memeriksa kehamilan di dokter SPOG
RSUP Fatmawati. Pasien datang dengan keluhan keluar darah bergulpal berbentuk
janin lewat vagina sejak 2 hari SRMS. Pasien sedang melakukan pekerjaan kantor
sehari-hari,tiba-tiba perut bagian bawah terasa tegang dan mules seperti mau
BAB, pasien merasa ada sesuatu yang keluar lewat vaginanya dan disertai darah.
Darah berwarna merah segar(+), hari kedua pasien mengaku keluar dara disertai
adanya gumpalan-gumpalan darah yang merembes keluar celana pasien. Pasien
Abortus Page 18
segera dibawa oleh suami ke VK RSUP Fatmawati, Nyeri perut bagian bawah
(Pusing (-),mual (-),demam (-), gigi berlobang (-). Pasien mengaku riwayat
berhubungan seksual dengan suami pasien 2 hari yang lalu.
C. Riwayat Menstruasi :
Menarche : 12 tahun
Siklus : 28 hari
Lamanya : 6-7 hari
Banyaknya : 3 pembalut
Dismenorea : -
HPHT : 26 oktober 2010
TP : 3 Agustus 2010
D. Riwayat Perkawinan : Kawin 1 kali, umur perkawinan 5 tahun
E. Riwayat Kehamilan lalu :
Hamil Abortus/SC/
Normal
Kelamin Usia BB Penolong Tempat
Lahir
Keadaan
Sekarang
1. SC a.i
Gagal
Induksi
Laki-laki 4 thn 2500 g Dokter RSF Sehat
2. SC a.i BSC Laki-laki 3 thn 2700 g Dokter RSF Sehat
3. Ini
F. Riwayat KB : IUD 1 tahun
G. Riwayat Penyakit Sistemik :
DM(-), hipertensi(-), hipertiroid(-), jantung(-), asma(-)
H. Riwayat Penyakit Keluarga :
DM(-), hipertensi(-), hipertiroid(-), jantung(-), asma(-),TBC(-)
I. Riwayat Operasi : SC 2 kali
J. Riwayat Kebiasaan :
Merokok(-), alkohol(-), minum jamu(-), narkoba(-), stress (-)
Abortus Page 19
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. STATUS GENERALIS
KU/KS : Baik/Cm
T: 120/70 Hg N : 88 x/mnt, regular, cukup S: 35,7 P:18x/mnt
Tb : 162 cm Bb : Kg
Kepala
Rambut : hitam, tidak mudah rontok
Mata : CA-/-, SI -/-
THT : dalam batas normal
Leher
KGB : tidak teraba membesar
Kel. Tyroid : tidak teraba membesar
Toraks
Mammae : Simetris, hiperpigmentasi pada kedua areola,retraksi
puting tidak ada, benjolan -/-
Axilla : bulu ketiak (+/+)
Pulmo : Suara nafas vesikuler, rhonki-/-, wheezing -/-
Cor : S1S2 reguler, murmur(-), gallop(-)
Abdomen : NT (-), H/L ttm, Massa (-), Bu (+) N
Ekstremitas : akral hangat, edema-/-
Abortus Page 20
B.Status OBSTETRIKUS
TFU : tidak di ukur
Kontraksi (-)
DJJ : tidak duikur
I : V/u tenang, perdarahan (-)
Io: tidak dilakukan pemeriksaan
VT : uterus ~telur angsa,OUE terbuka 1 cm, teraba jaringan di OUE,porsio
menebal
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Lab (24 Januari 2010)
Hb : 10,8 g/dl Ht : 32 % L : 15,4 ribu/ul
Tr : 294 ribu/ul Eri : 3,95 juta/ul
VER : 18,5 fl HER : 27,3 pg KHER : 33,5 g/dl RDW : 12,9%
Hitung jenis :
Netrofil :85 % linfosit : 12 % monosit : 3 %
GDS : 95 g/dl
Hasil USG (24 Januari 2010):
Tampak massa hipohiperechoic ukuran 3 x 3 cm
D / : sisa konsepsi
Abortus Page 21
V. RESUME
Pasien nyonya berumur 29 tahun datang ke RS mengaku hamil 2 bulan. HPHT 26
oktober 2010, ANC di dokter Sp.OG, dengan keluhan keluar darah dari vagina sejak 2
hari SMRS, hari pertama keluar darah encer dan segar sebanyak 4 pembalut.
kemudian pada hari kedua berupa gumpalan berbentuk janin, darah sebanyak 3
gumpalan besar. Dari pemeriksaan fisik dalam batas normal TD : 120/70 mmHg, Nadi
: 88 x/menit, P ; 18 x/mnt, Suhu : 35,70 C, pemeriksaan obstreti VT: OUE pembukaan
1 cm, Dari pemeriksaan lab : Hb : 10,8 g/dl, Leukosit : 15,4 ribu/ul, dan pemeriksaan
penunjang USG : ada sisa konsepsi di uterus
VI. DIAGNOSIS
G3P2A0 H12 minggu dengan Abortus Inkomplit dan BSC2 kali
VII. PENATALAKSANAAN
Rdx : observasi tanda Vital
Observasi perdarahan
Rtx : evakuasi Kuretase
Abortus Page 22
Laporaan Operasi
Macam operasi : kuretase
Tanggal OP : 24 -01-2010 lama OP : 20 menit
1. Pasien dalam posisi litotomi dalam analgesi neuroleptik
2. Aseptik dan antiseptik daerah genital dan sekitarnya
3. Kandung kemuh di kosongkan
4. Dipasang spekulum bawah dan atas kemudian dipasang tenakulum
5. Spekulum atas di aff
6. Dilakukan sondase 9 cm, retrofleksi
7. Dengan curet tang di keluarkan jaringan 15 cc
8. Demgan curet tang dikeluarkan jaringan 10 cc
9. Dilakukan kuretase searah jarum jam
10. Diyakinkan tidak ada perdarahan, tindakan di hentikan.
11. Jaringan di masukan di toples dengan formalin 10 % dikirim ke bagian PA.
Tanggal 24 januari 2010-01-28
Jam 03:00 – 03: 20 berlangsung kuretase, sondase 9 cm, keluar jaringan 25 cc kesan sisa
Konsepsi
Obsevasi 2 jam paska kuret :
Jam Tekanan
darah
Nadi Pernapasan Suhu perdarahan
03: 35 120/70 mmhg 92 x / mnt 18 x / mnt 56.00 C -
03: 50 120/70 mmhg 92 x / mnt 18 x / mnt -
04: 05 120/70 mmhg 88 x / mnt 18 x / mnt -
04: 35 120/70 mmhg 90 x / mnt 18 x / mnt -
05:05 120/70 mmhg 88 x / mnt 18 x / mnt 36,10 C -
Abortus Page 23
Jam 05: 30
S : (-)
O : KU : compos mentis
Tanda Vital : TD : 120/70 mmHg. N : 88 x / mnt, P : 18 x / mnt S : afebris
Status Generalis : dalam batas normal
Status Obsttretri : kontraksi uterus baik
V/U : tenang, perdarahan (-)
A : G3P2A1H12 minggu paska kuret a.i Abortus inkomplit
P : Rdx : observasi perdarahan di rumah ( pasien boleh pulang , kontrol kepoli 1 minggu)
Rth : mobilisasi aktif
Higiene V/U
Diet TKTP
Amoxycilin 3 x 500 mg
As. Mefenamat 3 x 500 mg
Sulfas ferosus 1 x 300 mg
Metergin 2 x 0,125 mg
Abortus Page 24
BAB IV
ANALISA KASUS
Abortus berdasarkan definisinya adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup diluar kandungan, dengan usia kurang dari 20 minggu dan berat janin
belum mencapai 500 gr.
Pada pasien (sesuai dengan HPHT ) didapatkan kehamilan 12 minggu, datang
dengan perdarahan pervaginam, jadi dapat disimpulkan adanya perdarahan pada
kehamilan muda.
Keluhan utama pada abortus adalah perdarahan pervaginam, dimana pada pasien ini.
Ny F.P , 29 th datang dengan keluhan perdarahan pervaginam dan keluarnya
gumpalan berbentuk janin sejak 2 hari SMRS, disertai keluhan tambahan berupa
nyeri perut bawah. Diagnosis abortus didapatkan selain dari adanya perdarahan
pervaginam dan keluarnya jaringan berbentuk gumpalan, didapatkan dari anamnesis,
os mengatakan jika hari pertama haid terakhir adalah 26 oktober 2009. Diagnosis
abortus inkomplitus didapatkan selain dari riwayat perdarahan pervaginam, dari
pemeriksaan dalam dimana memberikan hasil yg mendukung penegakan diagnosis
abortus inkompletus Selain itu pemeriksaan USG transabdominal dapat dilakukan,
karena dapat melihat sisa jaringan, dan juga dapat untuk menyingkirkan diagnosa
banding ( KET, Mola hidatidosa ).
Berdasarkan keluhan utama pasien berupa perdarahan pervaginam, pada kehamilan
kurang dari 20 minggu, selain abortus perlu juga dicurigai adanya KET dan mola
hidatidosa sebagai diagnosis banding.
Kehamilan ekopik terganggu, gejala awalnya berupa amenorea seperti pada
kehamilan biasa dan kemudian terjadi perdarahan pervaginam, Tetapi hal ini dapat
disingkirkan sebab tidak terdapatnya tanda-tanda akut abdomen yang merupakan
tanda klasik pada KET dan pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan nyeri goyang
portio dan jika dilakukan pemeriksaan USG akan didapati bahwa hasil konsepsi
berada dalam kavum uteri sehingga diagnosis banding KET dapat disingkirkan
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar di
mana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh villi korialis mengalami perubahan
hidropik. Pada awalnya gejala yang timbul mirip pada kehamilan biasa, terjadi
perdarahan. Tetapi diagnosa ini dapat disangkal, karena pada pasien ini dengan
Abortus Page 25
didapatkan perdarahan pervaginam dan keluarnya jaringan berbentuk janin dan tidak
adanya keluarnya jaringan mola seperti buah anggur atau mata ikan, serta jika
dilakukan USG tidak ditemukannya snow flake pattern pada pemeriksaan USG.
Pada pemeriksaan ginekologi tidak dilakukan pemeriksaan inspekulo padahal pada
pasien dengan perdarahan pervaginam pemeriksaan inspekulo harus dilakukan untuk
konfirmasi dengan pemeriksaan lain, pada pasien ini tidak dilakukan karena dari
pemeriksaan USG sudah di pastikan ada hasil sisa konsepsi di dalam uterus.
Penyebab abortus secara garis besar terbagi menjadi dua berdasarkan faktor maternal
dan faktor hasil konsepsi . pada pasien ini penyebabnya masih perlu dicari. Dari
faktor konsepsi, kelainan perkembangan maupun pertumbuhan hasil konsepsi dapat
menyebabkan kematian janin maupun cacat. Penyebab lain bisa berupa kelainan
kromosom , dari beberapa penelitian tampak bahwa 50-60% dari abortus dini spontan
berhubungan dengan anomali kromosom pada saat konsepsi, dikenal sebagai abortus
aneuploidi lebih sering pada kehamilan dini yaitu kurang dari 8 minggu, Abortus
euploidi mencapai puncaknya pada kehamilan sekitar 13 minggu, jadi jika dilihat dari
usia kehamilan ( 12 minggu ), pada pasien ini dapat terjadi abortus euploidi. Akan
tetapi adanya kelainan kromoson pada janinnya yang menjadi penyebab abortus tidak
dapat dibuktikan sebab tidak dilakukan pemeriksaan.
Faktor maternal yang memungkinkan menjadi penyebab abortus, antara lain
adalah infeksi. Pada pasien ini tidak didapatkan riwayat keputihan atau gigi bolong,
dan hasil pemeriksaan laboratorium, berupa lekositosis (15.400 ), sehingga hal ini
memungkinkan terjadinya infeksi ascending yang dapat menyebabkan abortus.
Faktor-faktor lain yang bisa menjadi penyebab abortus, seperti, riwayat penyakit
kronis, antagonis rhesus, penggunaan obat-obatan maupun riwayat trauma tidak
ditemukan pada pasien ini. Mengenai gangguan endokrin yang sering menjadi
penyebab pada abortus yaitu gangguan hormon tiroid, baik hipotiroid maupun
hipertiroid pada pemeriksaan fisik tidak didapatkan tanda-tanda manifestasi dari
kedua kelainan tersebut,.
Untuk diagnosa abortus akibat inkompetensi serviks belum dapat disingkirkan,
meskipun memang belum ada pemeriksaan yang spesifik untuk menentukan
inkompetensi serviks, namun biasanya inkompetensi serviks jarang menonjol sebelum
kehamilan 16 minggu, karena janin belum cukup besar untuk menimbulkan
pendataran dan dilatasi serviks.
Abortus Page 26
Pada kasus abortus, selain memperhatikan perdarahannya, perlu dicari penyebab
terjadinya abortus dan menentukan sikap dalam penanganan selanjutnya. Pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukan antara lain :
1.β-HCG
2.Pemeriksaan kadar Hb dan Ht
3.Pemeriksaaan golongan darah dan skrining antibody
4.Pemeriksaan kadar progesteron serum
5.USG
6.Fibrinogen dan faktor- faktor pembekuan.
Penanganan pada pasien ini yaitu dilakukan kuretase, dan didapatkan sisa jaringan
sebanyak 25 cc, kemudian diberikan antibiotik, analgetik dan metergin. Penanganan
untuk abortus inkomplitus sudah sesuai dengan yang seharusnya dilakukan. Pada
pasien ini diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi, dan pemberian metergin untuk
membantu kontraksi uterus, bertujuan untuk menghentikan perdarahan. Penanganan
pada abortus inkomplit :
- jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang dari 16 minggu,
evakuasi dengan cara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil
konsepsi melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg IM atau
misoprostol 400 mcg per oral.
- Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang dari 16
mingg, evakuasi sisa hasilkonsepsi dengan AVM, merupakan metode evakuasi yang
terpilih. Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera berikan ergometrin 0,2 mg IM
( diulang setelah 15 menit jika perlu ) atau misiprostol 400 mcg per oral ( dapat
diulang setelah 4 jam jika perlu ).
- Jika kehamilan lebih dari 16 minggu, berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml
cairan IV dengan kecepatan 40 tetes/menit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi.
- Jika perlu berikan misoprostol pervaginam setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil
konsepsi ( maksimal 800 mcg )
- Evakuasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
- Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan
Abortus Page 27
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Penyebab utama kematian maternal adalah disebabkan oleh 3 hal, yaitu perdarahan
dalam kehamilan, preklamsia/eklamsia dan infeksi.
Perdarahan selama kehamilan dapat dianggap sebagai keadaan akut yang dapat
membahayakan ibu dan anak, dan sampai dapat menimbulkan kematian. Sebanyak 20 %
wanita hamil pernah mengalami perdarahan pada awal kehamilan dan sebagian mengalami
abortus.
Pada kasus perdarahan pada masa kehamilan , dengan usia kehamilan dibawah 20
minggu. Selain dicurigai sebagai abortus tapi perlu juga dipikirkan diagnosa banding lainnya
seperti adanya KET dan mola hodatidosa.
Pada abortus diperlukan penanganan yang segera, untuk mengatasi perdarahan,
maupun untuk mencegah terjadinya syok dan komplikasi lainnya.
SARAN
Penanganan yang adekuat dari tenaga medis (bidan/dokter) dalam melakukan
anamnesa, pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan penunjang sehingga dapat memberikan
penatalaksanaan yang adekuat sehingga dapat mempengaruhi prognosanya, dan menurunkan
nilai kematian maternal.
Perawatan sebelum kelahiran yang rutin ( ANC ) dapat mengurangi terjadinya
abortus.
Ibu yang mengalami abortus hendaknya diminta untuk menunda kehamilan berikut
sampai ia benar-benar pulih. Jika kehamilan tersebut merupakan kehamilan yang tidak
diinginkan, beberapa metode kontrasepsi dapat segera dimulai ( dalam waktu 7 hari ). Selain
itu Ibu hamil juga harus bebas dari segala macam infeksi yang bisa menyebabkan abortus.
Abortus Page 28
Daftar Pustaka
1. Saifuddin, Abdul Bari.MPH, Prof.dr. SpOG. Ilmu Kebidanan. Perdarahan pada
keehamilan Muda ” Abortus “. Edisi Keempat. yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawihardjo. Jakarta. 2009 : 460-474
2. Cunningham, Macdonald. William Obstetrics.” Abortion”. 21th edition. Appleton and
Lange. Stanford Connecticut. 2001:856-877
3. Sastrawinata, Sulaeman, Prof. Obstetri Patologi. Bagian Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, Bandung. 1981:11-17
4. Safuddin, Abdul bari. Prof. Dr. DSOG. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 2001:146-147
5. Sauites, Teresa A, DO. Western Journal of emergency. “sepsis after attempted self-
induced abortion. Voleme X, No.4. Tacoma, WA. Novemver 2009; 278-80
6. Birs, M. Moldovan, Mihaela. Pascut, D. Motoc, A. Romanian Journal. Depatment of
obstetric-ginecology. “ Utero-adnexal damage in septic abortion”. Vol.4 no.50.
Timisoara.2009. 657-662
7. www. Emedicine.com. “ abortion “
8. www. Wikipedia Indonesia.com “ abortion “
Abortus Page 29