abstrak infus proposal ta

34
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu kedokteran dan teknologi yang semakin canggih menyebabkan tuntutan akan kemudahan dan ketepatan. Demikian halnya perkembangan ilmu dan teknologi di bidang alat – alat dan obat-obat kesehatan. Salah satu obat yang ada di rumah sakit yang digunakan adalah infus atau perawatan intravena [2] . Dalam penggunaan infus secara manual untuk mengetahui jumlah tetesan yang akan diberikan kepada pasien, perawat harus menghitung tetesan infuse sambil melihat jam tangan selama beberapa menit. Cara ini tentu memiliki tingkat ketelitian yang rendah dan bahkan bisa saja mengakibatkan kesalahan jika perawat tidak teliti dalam melihat arah putaran jam. Dalam pemberian infus dibutuhkan pengamatan yang sangat akurat dan perhitungan yang teliti berdasarkan aturan yang sudah ada untuk mencegah gejala penurunan suhu tubuh pasien secara drastis (Hypotermia) dan kelebihan cairan pada tubuh pasien [3] . Pada tugas akhir ini kami berusaha merancang dan membuat alat pengaturan jumlah tetesan infus pada pasien untuk mencatat banyaknya tetesan infus yang 1

Upload: yoki-yogi-januardi

Post on 11-Dec-2015

85 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu kedokteran dan teknologi yang semakin canggih

menyebabkan tuntutan akan kemudahan dan ketepatan. Demikian halnya

perkembangan ilmu dan teknologi di bidang alat – alat dan obat-obat kesehatan.

Salah satu obat yang ada di rumah sakit yang digunakan adalah infus atau

perawatan intravena[2]. Dalam penggunaan infus secara manual untuk mengetahui

jumlah tetesan yang akan diberikan kepada pasien, perawat harus menghitung

tetesan infuse sambil melihat jam tangan selama beberapa menit. Cara ini tentu

memiliki tingkat ketelitian yang rendah dan bahkan bisa saja mengakibatkan

kesalahan jika perawat tidak teliti dalam melihat arah putaran jam. Dalam

pemberian infus dibutuhkan pengamatan yang sangat akurat dan perhitungan yang

teliti berdasarkan aturan yang sudah ada untuk mencegah gejala penurunan suhu

tubuh pasien secara drastis (Hypotermia) dan kelebihan cairan pada tubuh

pasien[3].

Pada tugas akhir ini kami berusaha merancang dan membuat alat pengaturan

jumlah tetesan infus pada pasien untuk mencatat banyaknya tetesan infus yang

diberikan kepada pasien dalam suatu periode dan monitoring jarak jauh kondisi

infus dengan menggunakan buzzer/alarm. Alat ini menggunakan mikrokontroller

arduino uno untuk mengatur putaran motor servo saat membuka atau menutup

selang infus serta pengiriman data untuk monitoring jarak jauh.

Pada alat infus juga dipasang rangkaian penghitung tetesan. Rangkaian laju

aliran/tetesan digunakan untuk menghitung berapa jumlah tetesan infus yang telah

masuk ke dalam tubuh pasien berdasarkan putarran pada servo dan juga jenis

cairan infus yang dipilih pada user interface.

Diharapkan alat ini dapat mempermudah paramedis dalam pengaturan tetesan

infus yang diberikan kepada pasien. Sehingga dalam mengatur jumlah tetesan

1

infus, dokter atau perawat tidak secara manual sehingga menimbulkan kesalahan

dan meningkatkan pelayanan kepada pasien.

I.2 Rumusan Masalah

Ada pun rumusan masalah dari kasus di atas antara lain

1. Bagaimana merancang dan merealisasikan sebuah perangkat yang dapat

mengendalikan tetesan infus pada tabung infus agar dapat membantu

paramedis dalam menjalankan tugasnya (dengan Arduino).

2. Bagaimana menganalisis kinerja system yang telah diuji.

3. Bagaimana merancang dan merealisasikan prototype alat infus dengan user

interface dari arduino agar paramedis dapat mengatur jumlah tetesan.

4. Bagaimana merancang system proteksi yang terhubung dengan ruang perawat.

I.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulisan tugas akhir ini, yaitu

1. Merancang dan merealisasikan sebuah perangkat yang dapat mengendalikan tetesan infus pada tabung infus agar dapat membantu paramedis dalam menjalankan tugasnya.

2. Menganalisis dan membandingkan kinerja sistem yang telah diuji dengan

pengujian manual yang dilakukan oleh paramedic.

3. Merancang dan merealisasikan prototype alat infus dengan user interface dari

arduino agar paramedis dapat mengatur jumlah tetesan.

4. Merancang system proteksi yang terhubung dengan ruang perawat.

I.4 Ruang Lingkup

Pada Tugas akhir ini terdapat beberapa batasan masalah sebagai berikut

1. Prototipe perangkat yang dapat mengendalikan tetesan infus ini hanya

digunakan pada system infus makro.

2. Mikrokontroler yang digunakan adalah Arduino Uno.

3. Menggunakan infuse pack milik Terumo dan Otsuka

2

4. Prototipe Pengatur tetesan infus otomatis dapat terhubung pada ruang perawat

hanya berlaku pada Rumah Sakit yang memiliki line dari ruang pasien ke

ruang perawat.

5. Algoritma yang digunakan adalah Fuzzy Logic.

6. Kondisi psikologis pasien diabaikan.

I.5 Manfaat

1. Bagi masyarakat

a. Pemberian tetesan infus menjadi lebih tepat dan efisien.

b. Mengurangi keresahan karena tetesan infus telah ter-otomatisasi.

2. Instansi kesehatan, Dokter dan Perawat

a. Mengurangi faktor kelalaian dari manusia, sehingga mengakibatkan

gangguan kesehatan pada pasien.

b. Mengurangi resiko kekurangan cairan infus pada pasien.

c. Keefisienan dalam mengatur tetesan infus

3. Peneliti

a. Sebagai bahan penelitian lebih lanjut dibidang instrumentasi medis.

b. Mengaplikasikan pelajaran yang telah di dapat sebelumnya.

I.6 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini meliputi

1. Studi literatur

Studi literatur merupakan pembelajaran dari sumber bacaan yang mendukung

pengerjaan tugas akhir ini. Adapun referensi yang digunakan meliputi jurnal,

buku, paper, laporan penelitian sebelumnya yang terkait dengan instrumentasi

medis.

2. Pencarian dan Pengumpulan Data

Pencarian dan Pengumpulan Data dilakukan untuk mengisi database jumlah

tetesan yang nantinya akan disimpan di arduino.

3. Perancangan dan Simulasi

3

Perancangan dilakukan dalam beberapa tahap yaitu membuat rancang bangun

pada pengatur tetesan infus, rancang bangun user interface pada arduino, dan

perancangan system yang terhubung ke ruang perawat. Setelah itu, membuat

program yang nantinya akan diupload ke arduino untuk memutar pengatur

tetesan infus.

4. Pengujian dan Analisis

Pengujian dilakukan dengan menguji system dengan masukan jumlah

kebutuhan cairan pasien yang berbeda tiap menit. Pengukuran ketepatan

dilakukan dengan membandingkan hasil pengaturan manual dengan

pengaturan otomatis berbasis database yang ada di Arduino.

5. Penyusunan Laporan

Setelah dilakukan pengujian dan analisis, hasil keluaran rancang bangun

system pakar pengaturan tetesan infus otomatis berbasis fuzzy logic yang

dadidapat ditulis dalam bentuk laporan.

4

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

II.1 Arduino Uno

Arduino Uno adalah salah satu kit mikrokontroler yang berbasis pada

ATmega28. Modul ini sudah dilengkapi dengan berbagai hal yang dibutuhkan untuk

mendukung mikrokontroler untuk bekerja dengan masukan dari power suply atau

sambungkan melalui kabel USB ke PC Arduino Uno ini sudah siap sedia. Arduino

Uno ini memilki 14 pin digital input/output, 6 analog input, sebuah resonator keramik

16MHz, koneksi USB, konektor power input, ICSP header, dan sebuah tombol

reset[4].

Berikut adalah spesifikasi Arduino Uno :

a. Catu Daya 5V

b. Teganan Input (rekomendasi) 7-12V

c. Teganan Input (batasan) 6-20V

d. Pin I/O Digital 14 (of which 6 provide PWM output)

5

Gambar II.1ARDUINO UNO

e. Pin Input Analog 6

f. Arus DC per Pin I/O 40 mA

g. Arus DC per Pin I/O untuk PIN III.IIIV 50 mA

h. Flash Memory III2 KB (ATmegaIII28) dimana 0.5 KB digunakan oleh bootloader

i. SRAM 2 KB (ATmegaIII28)

j. EEPROM 1 KB (ATmegaIII28)

k. Clock Speed 16 MHz

II.2 Fuzzy Logic (Logika Fuzzy)

Pada sistem infus kali ini sakan menggunakan Logika Fuzzy sebagai penentu

yang menggerakkan servo. Logika Fuzzy akan menentukan besar sudut bukaan pada

servo. Logika Fuzzy adalah peningkatan dari logika Boolean yang berhadapan

dengan konsep kebenaran sebagian. Saat logika klasik menyatakan bahwa segala hal

dapat diekspresikan dalam istilah biner (0 atau 1, hitam atau putih, ya atau tidak),

logika fuzzy menggantikan kebenaran boolean dengan tingkat kebenaran. Logika

Fuzzy memungkinkan nilai keanggotaan antara 0 dan 1, tingkat keabuan dan juga

hitam dan putih, dan dalam bentuk linguistik, konsep tidak pasti seperti "sedikit",

"lumayan", dan "sangat". Logika ini berhubungan dengan set fuzzy dan teori

kemungkinan. Logika fuzzy diperkenalkan oleh Dr. Lotfi Zadeh dari Universitas

California, Berkeley pada 1965.

II.3 Motor Servo

Motor servo adalah sebuah perangkat atau aktuator putar (motor) yang dirancang

dengan sistem kontrol umpan balik loop tertutup (servo), sehingga dapat di set-up

atau di atur untuk menentukan dan memastikan posisi sudut dari poros output motor.

motor servo merupakan perangkat yang terdiri dari motor DC, serangkaian gear,

rangkaian kontrol dan potensiometer. Serangkaian gear yang melekat pada poros

motor DC akan memperlambat putaran poros dan meningkatkan torsi motor servo,

sedangkan potensiometer dengan perubahan resistansinya saat motor berputar

6

berfungsi sebagai penentu batas posisi putaran poros motor servo[5]. Motor servo

nantinya akan menjadi actuator penggerak valve infus.

II.4 Sistem Pakar (Expert System)

A. Gambaran Umum

Sistem pakar adalah suatu sistem yang memanfaatkan pengetahuan

manusia yang ditangkap di sebuah komputer untuk memecahkan masalah

yang biasanya membutuhkan keahlian manusia[6]. Sistem pakar adalah sistem

yang berusaha mengadopsi pengetahuan manusia ke komputer yang dirancang

untuk memodelkan kemampuan menyelesaikan masalah seperti layaknya

seorang pakar. Sistem pakar mencari dan memanfaatkan informasi yang

relevan dari pengguna dan dari basis pengetahuan yang tersedia untuk

membuat rekomendasi. Sistem pakar juga dapat didefinisikan sebagai sistem

berbasis komputer yang menggunakan pengetahuan, fakta, dan tehnik

penalaran dalam memecahkan masalah yang biasanya hanya dapat

dipecahkan oleh seorang pakar dalam bidang tersebut[7]. Sistem pakar

memberikan nilai tambah pada teknologi untuk membantu dalam menangani

7

Gambar II.3Motor Servo

era informasi yang semakin canggih . Sistem pakar yang baik dirancang agar

dapat menyelesaikan suatu permasalahan tertentu dengan meniru kerja dari

para ahli [8].

Konsep dasar suatu sistem pakar mengandung beberapa unsur,

diantaranya adalah keahlian, ahli, pengalihan keahlian, inferensi, aturan, dan

kemampuan menjelaskan. Keahlian adalah salah satu penguasaan

pengetahuan di bidang tertentu dan mempunyai keinginan untuk belajar

memperbaharui pengetahuan dalam bidangnya. Pengalihan keahlian adalah

mengalihkan keahlian dari seorang pakar dan kemudian dialihkan lagi ke

orang yang bukan ahli atau orang awam yang membutuhkan. Pengalihan

keahlian ini adalah tujuan utama dari sistem pakar. Inferensi merupakan suatu

rangkaian proses untuk menghasilkan informasi dari fakta yang diketahui atau

diasumsikan. Kemampuan menjelaskan merupakan salah satu fitur yang harus

dimiliki oleh sistem pakar setelah tersedia program di dalam computer[9].

Tujuan pengembangan sistem pakar sebenarnya tidak untuk

menggantikan peran para pakar, namun untuk mengimplementasikan

pengetahuan para pakar ke dalam bentuk perangkat lunak, sehingga dapat

digunakan oleh banyak orang dan tanpa biaya yang besar. Selain itu, bagi para

ahli, sistem pakar ini justru akan membantu aktifitasnya sebagai asisten yang

sangat berpengalaman.

Kelebihan:

Adapun banyak manfaat yang dapat diperoleh dengan

mengembangkan sistem pakar, antara lain [10]:

1. Masyarakat awam non-pakar dapat memanfaatkan keahlian di dalam bidang

tertentu tanpa kesadaran langsung seorang pakar

2. Meningkatkan produktivitas kerja, yaitu bertambahnya efisiensi pekerjaan

tertentu serta hasil solusi kerja

3. Penghematan waktu dalam menyelesaikan masalah yang kompleks

4. Memberikan penyederhanaan solusi untuk kasus-kasus yang kompleks dan

berulang-ulang

8

5. Pengetahuan dari seorang pakar dapat dikombinasikan tanpa ada batas

waktu

6. Memungkinkan penggabungan berbagai bidang pengetahuan dari berbagai

pakar untuk dikombinasikan.

Selain banyak manfaat yang diperoleh, ada juga kelemahan

pengembangan sistem pakar, yaitu :

1. Daya kerja dan produktivitas manusia menjadi berkurang karena semuanya

dilakukan secara otomatis oleh sistem

2. Pengembangan perangkat lunak sistem pakar lebih sulit dibandingkan

dengan perangkat lunak konvensional.

Untuk membangun sistem yang difungsikan untuk menirukan seorang

pakar manusia harus bisa melakukan hal-hal yang dapat dikerjakan oleh para

pakar. Untuk membangun sistem yang seperti itu, maka dibutuhkan

komponen-komponen sebagai berikut[11] :

1. Basis pengetahuan (Knowledge base).

Berisi pengetahuan-pengetahuan yang dibutuhkan untuk memahami,

memformulasikan dan memecahkan persoalan. Bentuk basis pengetahuan

yang umum digunakan ada 2, yaitu: penalaran berbasis aturan dan

penalaran berbasis kasus.

2. Motor inferensi (inference engine).

Ada 2 cara yang dapat dikerjakan dalam melakukan inferensi, yaitu:

a. Forward chaining merupakan grup dari multiple inferensi yang

melakukan pencarian dari suatu masalah kepada solusinya. Forward

chaining adalah data-driven karena inferensi dimulai dengan informasi

yang tersedia dan baru konklusi diperoleh.

b. Backward chaining menggunakan pendekatan goal-driven, dimulai dari

ekspektasi apa yang diinginkan terjadi (hipotesis), kemudian mencari

bukti yang mendukung (atau kontradiktif) dari ekspektasi tersebut.

9

3. Blackboard.

Merupakan area kerja memori yang disimpan sebagai database untuk

deskripsi persoalan terbaru yang ditetapkan oleh data input dan digunakan

juga untuk perekaman hipotesis dan keputusan sementara.

4. Subsistem akuisisi pengetahuan.

Akuisisi pengetahuan adalah akumulasi, transfer, dan transformasi

keahlian pemecahan masalah dari pakar atau sumber pengetahuan

terdokumentasi ke program komputer untuk membangun atau

memperluas basis pengetahuan.

5. Antarmuka pengguna (User Interface).

Digunakan untuk media komunikasi antara user dan program.

6. Subsistem penjelasan.

Digunakan untuk melacak respon dan memberikan penjelasan tentang

kelakuan sistem pakar secara interaktif melalui pertanyaan.

7. Sistem penyaring pengetahuan.

B. Implementasi Pada dunia Medis

Salah satu masalah di dalam dunia medis atau kedokteran adalah

adanya ketidakseimbangan antara pasien dan dokter. Selain itu, sebagian

besar dari masyarakat tidak terlatih secara medis sehingga apabila mengalami

gejala penyakit yang diderita belum tentu dapat memahami cara-cara

penanggulangannya[12]. Sangat disayangkan apabila gejala-gejala yang

sebenarnya dapat ditangani lebih awal menjadi penyakit yang lebih serius

akibat kurangnya pengetahuan.

Pengetahuan sebenarnya dapat diperoleh dari buku-buku atau situs-

situs internet yang membahas tentang kesehatan. Akan tetapi, untuk

mempelajari hal tersebut tidaklah mudah karena selain memerlukan waktu

yang cukup lama untuk memahaminya, sumber-sumber tersebut juga belum

tentu dapat mendiagnosis jenis penyakit seperti yang dilakukan oleh seorang

dokter.

10

Oleh karena itu, di dunia kedokteran, sudah banyak bermunculan

aplikasi sistem pakar. Sistem pakar ini mampu mendiagnosis berbagai jenis

penyakit pada manusia, baik penyakit mata, THT (telinga, hidung,

tenggorokan), mulut, organ dalam (jantung, hati, ginjal), maupun AIDS [13].

Dengan adanya sistem pakar ini, orang awam mampu mendeteksi

adanya penyakit pada dirinya berdasarkan gejala-gejala yang dirasakan oleh

orang tersebut dengan menjawab pertanyaan pada aplikasi seperti halnya

konsultasi ke dokter. Dengan demikian, orang awam dapat mendeteksi

penyakit beserta solusi pengobatannya sejak dini sehingga bisa dilakukan

penanganan segera, bahkan dapat dilakukan upaya pencegahan terhadap

penyakit tertentu [14].

Jadi, dengan pengembangan sistem pakar, diharapkan bahwa orang

awam pun dapat menyelesaikan masalah yang cukup rumit yang sebenarnya

hanya dapat diselesaikan dengan bantuan para ahli.

II.5 AutoCAD

Dalam pembuatan proyek yang menghasilkan perangkat keras membutuhkan

desain IIID, karena hal tersebut merupakan pedoman rancangan dan gambaran awal

yang merepresentsikan produk jadi. Dalam pembuatan Prototipe Hovercraft patroli,

kami menggunakan perangkat lunak AutoCAD besutan Autodesk yang memang

dikhususkan dalam perancangan desain 2D maupun 3D.

11

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

III.1 Gambaran Umum Sistem

Gambar III.1Gambaran Umum Sistem

Gambar III.1 merupakan gambaran umum pada rancang bangun system pakar

pengatur tetesan infus otomatis secara umum teerbagi menjadi beberapa komponen

utama, yaitu Arduino Uno, LCD Display, catu daya, sensor LED, motor servo dan

buzzer.

Untuk pengolahan data pasien, database jumlah tetesan dan pengambilan

keputusan pada motor servo dilakukan di Arduino Uno dengan masukan catu daya,

sinyal yang diberikan oleh sensor LED dan data masukan dari user interface. User

memasukkan data 9pasien pada user interface, kemudian data diolah berdasarkan

kebutuhan cairan pada pasien. Selanjutnya saat push button ditekan proses

peregangan dan penegangan pada selang menggunakan motor servo dimulai.

Sensor LED akan mendeteksi jumlah tetesan tiap menitnya. Jika sensor telah

mendapat jumlah tetesan yang sesuai, sensor akan mengirim sinyal ke arduino uno

dan kemudian arduino uno akan men-drive motor servo untuk menentukan jumlah

12

tetesan yang sesuai. Apabila jumlah tetesan sesuai dengan set poin, maka motor servo

akan mempertahankan posisi putarannya, tetapi jika jumlah tetesan tidak sesuai

dengan set poin yang ditentukan maka motor akan berputar ke arah kiri untuk

melonggarkan selang sampai jumlah tetesan sesuai dengan jumlah tetesan yang

diinginkan.

Jumlah tetesan tiap menitnya akan ditampilkan pada LCD yang ditanam pada box

user interface. Pada box user interface paramedis akan memantau jumlah tetesan tiap

menitnya. Pengamatan juga dilakukan di ruang paramedic menggunakan line yang

terhubung dengan masing-masing alat infus otomatis di ruang pasien. Saat volume

pada tabung infus kurang dari 10% sensor akan mengirim sinyal ke arduino, lalu

arduino akan menyalakan buzzer yang ada di ruang paramedis dan ruang pasien.

III.2 Analisis Kebutuhan

Pada implementasi system infus otomatis ini dibutuhkan aspek pendukung yaitu

perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware).

III.2.1 Perangkat Keras

Tahap pengerjaan dari system ini adalah rancang mekanik dan rancang

system elektronik. Berikut adalah penjelasan prosedur tersebut.

III.2.1.1 Perancangan Mekanik

Perancangan mekanik pada rancang bangun alat pengaturan

jumlah tetesan infuse ini terdiri dari perancangan penjepit tempat

jatuhnya tetesan infuse, dan perancangan letak motor servo untuk

menjepit selang infus. Penjepit selang infus menggunakan satu set

gear box dan motor servo dengan torsi yang tinggi dan respon yang

halus. Motor yang digunakan adalah motor servo yang diberi

tegangan 9V.

Driver motor menggunakan H-bridge yang mempunyai table

kebenaran seperti pada table III.2.1.1.

13

Tabel III.2.1.1 Tabel Kebenaran Motor

Input 1 Input 2 Force Keterangan

High Low Putar kanan Tegangan High =

4.8VLow High Putar kiri

High High Stop Tegangan Low = 0V/

groundLow Low Stop

III.2.1.2 Perancangan Sistem Elektronik

Perangkat sistem elektronika pada rancang bangun pengatur

jumlah tetesan infus pada pasien.ini diantaranya adalah pembuatan

catu daya, rangkaian, rangkaian sensor photo dioda, rangkaian

minimum system Aduino, dan serial komunikasi RF Moduls.

III.2.1.2.1 Catu daya

Gambar III.2.1.2.1 Skematik Catu Daya

III.2.1.2.2 Rangkaian Sensor Photodioda

Rangkaian sensor photodioda pada rancang bangun

pengatur jumlah tetesan infus pada pasien ini digunakan

sebagai sensor untuk mendeteksi adanya tetesan. Selain itu

sensor photodioda juga berfungsi sebagai sensor level cairan

14

infus [6] .Berikut ini merupakan gambar rangkaian sensor

photodioda.

Gambar III.2.1.2.2 Rangkaian Sensor Photodioda

III.2.1.2.3 Rangkaian Sistem Minimum Motor Driver

Motor Servo tidak dapat bekerja tanpa adanya komponen

dasar pendukung. Motor DC tipe H-Bridge menggunakan

power driver berupa transistor. Rangkaian driver motor ini

dapat mengendalikan arah putaran motor DC dalam 2 arah dan

dapat di kontrol dengan metode PWM (Pulse With

Modulation). Rangkaian driver motor ini menggunakan

rangkaian jembatan transistor 4 unit dengan potensi impuls

tegangan induksi motor DC berupa dioda yang dipasang

paralel dengan masing-masing transistor secara reverse bias .

III.3 Perancangan Perangkat Lunak (Software)

Perancangan perangkat lunak dalam sistem ini bertujuan agar diperoleh putaran

dari motor servo sehingga tetesan infuse dapat disesuaikan. Selain itu kami juga

melakukan proses penamaan port arduino tujuannya adalah agar arduino dan keypad

pada user interface dapat terkonfigurasi dengan baik.

15

III.4 Diagram Alir Sistem Keseluruhan

Gambar III.4 Diagram Alir Sistem Keseluruhan

16

Gambar III.4 merupakan diagram alir system keseluruhan. Perangkat infus

otomatis ini akan melalui beberapa tahap sebelum dapat menentukan tetesan infus

yang diinginkan. Paramedic akan memasukkan jumlah tetesan yang diinginkan

pada UI, ketika tombol start ditekan maka arduino akan mulai mengolah data

tersebut.

Sensor akan membaca jumlah tetesan yang terekam tiap menit nya. Jika

cairan telah menetes, maka motor servo akan memutar untuk melonggarkan dan

menegangkan selang agar jumlah tetesan sesuai dengan set point dan jika cairan

tidak menetes maka sensor akan mengirim sinyal balik ke arduino lalu arduino

akan menyalakan alarm/buzzer.

Jika caiaran telah sesuai dengan set point yang diinginkan, maka motor akan

mempertahankan putarannya, akan tetapi jiha tetesan belum mencapai set point

maka motor akan terus melakukan putaran hingga jumlah tetesan sesuai dengan set

point yang diinginkan.

Seluruh proses tersebut akan ditampilkan pada LCD sehingga memudahkan

paramedic dalam melakukan pemantauan.

17

III.5 Diagram Alir Pengambilan Keputusan

18

19

Gambar III.5 Diagram Alir Pengambilan Keputsan L dan P

Gambar III.5 merupakan diagram pengambilan keputusan sistem ini, dimana

paramedis akan memasukkan data pasien berdasarkan kategori yang telah ada.

Selanjutnya saat tombol start ditekan sistem secara otomatis akan menyesuaikan

jumlah tetesan sesuai kategori dan set point yang diinginkan.

20

DAFTAR PUSTAKA

[1] Han PY, Coombes ID, Green B., “ Factors predictive of intravenous fluid administration errors in Australian surgical care wards”, QualSaf Health Care 2010; 14: 179-184

[2] Altman D.G, Bland J.M , “ Measurement in Medicine: the Analysis of Method Comparison Studies”, The Statistician 32 (1983) 307-317

[3] KEPERAWATAN :Cairan infuse, Arya WITL Diakses tanggal 13september 2014http://aryawitl.blogspot.com/2009/02/cairan-infus.html

[4] Arduino, Diakses tanggal 13 september 2014http://team-ichibot.com/arduino

[5] Robot Indonesia : Jenis – jenis motor, Paulus Andi Nalwan Diakses tanggal 13 september 2014 http://www.robotindonesia.com/article/an0012.pdf

[6] Daniel dan Virginia, G. 2010. Implementasi Sistem Pakar Untuk Mendiagnosis Penyakit Dengan Gejala Demam Menggunakan Metode Certainty Factor. Jurnal Informatika, Volume 6, Nomor 1.

[7] Fatta, H. dan Wibowo, S. 2010. Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan Pada Manusia. Yogyakarta: AMIKOM.

[8] Hamdani. 2010. Sistem Pakar Untuk Diagnosa Penyakit Mata Pada Manusia. Jurnal Informatika Mulawarman, Volume 5, Nomor 2.

[9] Handayani, L dan Sutikno, T. 2008. Sistem Pakar untuk Diagnosis Penyakit THT Berbasis Web dengan “e2gLite Expert System Shell”. Jurnal Teknologi Industri, Volume 12, Nomor 1.

[10] Kumar, S dan Prava, D. 2010. An Expert System for Diagnosis of Human Diseases. International Journal of Computer Applications, Volume 1, Nomor 13.

[11] Naser, A. dan Zaiter, A. 2008. An Expert System For Diagnosing Eye Disease Using Clips. Journal of Theoretical and Applied Information Technology.

21

[12] Prabowo, W. ,dkk. 2008. Sistem Pakar Berbasis Web Untuk Diagnosa Awal Penyakit THT. Proceeding of SNASTI.

[13] Setiawan, Anton. 2009. Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan Pada Manusia. Jurnal Telkomnika, Volume 7, Nomor 3.

[14] Sulistyohati, A. dan Hidayat, T. 2008. Aplikasi Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Ginjal Dengan Metode Dempster-Shafer. Proceeding of SNASTI.

[15] Muhammad H. Rashid, “Power Electronics Handbook”, Academic Press, Pensacola Florida, 2001

Adil, Ratna, M.T. “Pengembangan Sistem Monitoring Tetesan Infus Pada Ruang Perawatan Rumah Sakit”, Karya Tulis Ilmiah. PENS-ITS Sukolilo, Surabaya, 2011

Kokoh, Bagus. “Rancang Bangun Pengaturan Jumlah Tetesan Infus pada Pasien”, Karya Tulis Ilmiah. PENS-ITS Sukolilo, Surabaya, 2011

Sabarudin, Gufron ,”Dual Infus Pump Berbasis Mikrokontroller”, Karya Tulis Ilmiah. POLTEKES Surabaya, 2008

22

LAMPIRAN

1. Berikut merupakan rencana kegiatan ygn kami rencanakan

No Agenda

Bulan ke

1 2 III 4 5

Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Identifikasi Masalah

2Pengumpulan dan

Pengolahan data

3 Belanja Bahan

4 Pengerjaan Produk

5 Percobaan Produk

6 Evaluasi

7 Perbaikan

8Penyusunan Tugas

Akhir

23

24