abstract - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/siti...

76
ABSTRAK SITI KHOLILLAH (105017000480), ”Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Rotating Trio Exchange (RTE) Terhadap Minat Belajar Matematika Siswa”. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Juli 2010. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Rotating Trio Exchange (RTE) terhadap minat belajar matematika siswa. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 21 Jakarta Tahun Ajaran 2009/2010. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen dengan desain penelitian Two Group Randomized Subject Posttest Only. Subyek penelitian ini adalah 70 siswa yang terdiri dari 34 siswa untuk kelas eksperimen dan 36 siswa untuk kelas kontrol yang diperoleh dengan teknik cluster random sampling pada siswa kelas VIII. Pengumpulan data setelah diberikan perlakuan diperoleh dari skor minat belajar matematika siswa. Instrumen yang diberikan berupa angket minat belajar matematika yang terdiri dari 25 butir pernyataan. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan tes U Mann-Whitney diperoleh harga Z -1,98 mempunyai kemungkinan di bawah H 0 sebesar p < 0,0239. Karena harga observasi U mempunyai kemungkinan yang sama besar dengan, atau lebih kecil dari α = 0,05 (0,0239 < 0,05), maka H 0 ditolak dan H a diterima. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa ”Rata-rata minat belajar matematika siswa yang diajar dengan pembelajaran kooperatif tipe Rotating Trio Exchange (RTE) lebih tinggi dari pada rata-rata minat belajar matematika siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional”. Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif tipe Rotating Trio Exchange (RTE) berpengaruh terhadap minat belajar matematika siswa. Kata kunci : Pembelajaran Kooperatif, Rotating Trio Exchange, Minat Belajar. i

Upload: vuduong

Post on 26-May-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

ABSTRAK

SITI KHOLILLAH (105017000480), ”Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Rotating Trio Exchange (RTE) Terhadap Minat Belajar Matematika Siswa”. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Juli 2010.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Rotating Trio Exchange (RTE) terhadap minat belajar matematika siswa. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 21 Jakarta Tahun Ajaran 2009/2010. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen dengan desain penelitian Two Group Randomized Subject Posttest Only. Subyek penelitian ini adalah 70 siswa yang terdiri dari 34 siswa untuk kelas eksperimen dan 36 siswa untuk kelas kontrol yang diperoleh dengan teknik cluster random sampling pada siswa kelas VIII. Pengumpulan data setelah diberikan perlakuan diperoleh dari skor minat belajar matematika siswa. Instrumen yang diberikan berupa angket minat belajar matematika yang terdiri dari 25 butir pernyataan. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan tes U Mann-Whitney diperoleh harga Z ≤ -1,98 mempunyai kemungkinan di bawah H0 sebesar p < 0,0239. Karena harga observasi U mempunyai kemungkinan yang sama besar dengan, atau lebih kecil dari α = 0,05 (0,0239 < 0,05), maka H0 ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa ”Rata-rata minat belajar matematika siswa yang diajar dengan pembelajaran kooperatif tipe Rotating Trio Exchange (RTE) lebih tinggi dari pada rata-rata minat belajar matematika siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional”. Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif tipe Rotating Trio Exchange (RTE) berpengaruh terhadap minat belajar matematika siswa.

Kata kunci : Pembelajaran Kooperatif, Rotating Trio Exchange, Minat Belajar.

i

Page 2: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

ABSTRACT

SITI KHOLILLAH (105017000480), " The Effect of Cooperative Learning type Rotating Trio Exchange (RTE) Interest on Student Learning Mathematics." Thesis for Math Education, Faculty of Tarbiyah and Teaching Science, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, July 2010. The purpose of this research is to determine whether the interest in learning mathematics students taught with cooperative learning type Rotating Trio Exchange (RTE) is higher than the interest in learning mathematics students taught with conventional learning. The research was conducted at SMP Negeri 21 Jakarta for academic year 2009/2010. The method used in this research is quasi experimental method with with Subject Two randomized posttest-only group. The subject of this research are 70 students consisting of 34 students for grade 36 students to experimental and control classes obtained by cluster random sampling technique in class VIII. The data collection after being given treatment obtained from scores students' interest in learning mathematics. Instruments are provided in the form of interest in learning mathematics questionnaire consisting of 25 grains statement. Based on the results of hypothesis testing with the Mann-Whitney U test was obtained prices have Z ≤ -1.98 under H0 possibility of p <0.0239. Because the price of U observations have an equal chance with, or smaller than α = 0.05 (0.0239 <0.05), then H0 rejected and Ha accepted. So it can be concluded that the "average interest in learning mathematics students taught with cooperative learning type Rotating Trio Exchange (RTE) is higher than average interest in learning mathematics students taught with conventional learning. " Thus, cooperative learning model type Rotating Trio Exchange (RTE) effect on students' interest in learning mathematics. Keywords: Cooperative Learning, Rotating Trio Exchange, Interest in Learning.

ii

Page 3: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas

rahmat dan hidayah-Nya maka skripsi ini dapat diselesaikan. Penulisan skripsi ini

merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika

pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Disadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis sangat

terbatas, maka adanya bimbingan, pengarahan dan dukungan dari berbagai pihak

sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis

mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya, kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. H. Dede Rosyada, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Maifalinda Fatra, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Matematika.

3. Bapak Otong Suhyanto, M.Si, Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika.

4. Ibu Dra. Afidah Mas’ud, Dosen Penasehat Akademik sekaligus Pembimbing I

dan Bapak Otong Suhyanto, M.Si, Dosen Pembimbing II yang selalu sabar

memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen dan Staff Jurusan Pendidikan Matematika.

6. Bapak Drs. H. Imam Suyanto, Kepala SMP Negeri 21 Jakarta yang telah

banyak membantu penulis selama penelitian berlangsung.

7. Bapak Sugeng Dirgantoro, S.Pd, Guru pamong tempat penulis mengadakan

penelitian.

8. Ayahanda (Bpk. Hasanuddin) dan Ibunda (Ibu Kona’ah (alm) dan Ibu

Rosidah) tercinta yang senantiasa memberikan cinta dan kasih sayangnya

kepada penulis serta selalu memberikan semangat, dukungan moril dan

materil selama menyelesaikan skripsi ini.

9. Kakak-kakakku (M. Imron, M. Ikhlas, S.Pd, Siti Hodijah, S.Pd, dan Siti

Khoiriyah, S.Pd) dan adikku (M. Ikrom Rosyidin) tercinta yang senantiasa

memberikan motivasi, dukungan dan semangat kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

iii

Page 4: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

10. Keluarga Besar Bapak H. Masduki (alm) dan Ibu Hj. Salamah yang senantiasa

mendoakan penulis dalam menuntut ilmu.

11. Ponakan-ponakan kecilku (M. Rizki, M. Fauzan dan A. Ardiansyah) tersayang

yang selalu memberikan semangat baru pada penulis dengan canda dan

tawanya.

12. Siswa dan siswi kelas VIII SMP Negeri 21 Jakarta, khususnya kelas VIII-5

dan VIII-6 yang telah bersikap kooperatif selama penulis mengadakan

penelitian.

13. Teman-teman ku tercinta, Liria Oktarina, Fitriah, Mas’udah, Nurul

Qomariyah, Feti Mutiawati serta seluruh mahasiswa dan mahasiswi jurusan

pendidikan matematika angkatan 2005, semoga kebersamaan kita menjadi

kenangan terindah untuk menggapai kesuksesan di masa mendatang.

14. Teman-teman seperjuanganku, Triwahyuni, Sakinah Komara, Alief Suciati

dan Dwi Rahmi Restiani yang selalu memberikan motivasi dan saling bertukar

informasi selama penulisan skripsi ini. Semoga kita bisa wisuda bersama-

sama.

15. Semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan, dorongan dan informasi

serta pendapat yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

Semoga Allah SWT dapat menerima sebagai amal kebaikan atas jasa baik

yang diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan-

kekurangan karena terbatasnya kemampuan penulis. Untuk itu kritik dan saran

yang membangun sangat penulis harapkan. Mudah-mudahan skripsi ini dapat

bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi khasanah ilmu

pengetahuan. Amin.

Jakarta, Juli 2010

Penulis

Siti Kholillah

iv

Page 5: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...................................................................................................... i

ABSTRACT ..................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR.................................................................................... iii

DAFTAR ISI................................................................................................... v

DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR...................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1

B. Identifikasi Masalah.................................................................... 6

C. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah........................... 6

D. Tujuan Penelitian ........................................................................ 7

E. Manfaat Penelitian ...................................................................... 7

BAB II DESKRIPSI TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR DAN

PENGAJUAN HIPOTESIS .......................................................... 8

A. Deskripsi Teoritik ....................................................................... 8

1. Minat Belajar Matematika .................................................... 8

a. Pengertian Minat ............................................................ 8

b. Pengertian Belajar Matematika ....................................... 11

c. Minat Belajar Matematika .............................................. 17

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar ........ 18

e. Peranan Minat dalam Belajar Matematika...................... 22

2. Pembelajaran Kooperatif ...................................................... 23

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif .............................. 23

b. Manfaat dan Tujuan Pembelajaran Kooperatif .............. 25

v

Page 6: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

c. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif ................. 27

e. Pembelajaran Kooperatif tipe Rotating Trio Exchange ... 29

3. Pembelajaran Konvensional.................................................. 36

B. Kerangka Berpikir....................................................................... 38

C. Hipotesis Penelitian..................................................................... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 40

A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 40

B. Metode dan Desain Penelitian..................................................... 40

C. Populasi dan Sampel ................................................................... 41

D. Teknik Pengumpulan Data.......................................................... 41

1. Definisi Konseptual .............................................................. 41

2. Definisi Operasional ............................................................ 41

3. Instrumen Penelitian ............................................................. 42

4. Uji Coba Instrumen Penelitian .............................................. 43

a. Uji Validitas .................................................................... 43

b. Uji Reliabilitas ................................................................ 43

E. Teknik Analisis Data................................................................... 44

1. Uji Normalitas....................................................................... 44

2. Uji Homogenitas ................................................................... 45

3. Uji Hipotesis ......................................................................... 46

F. Hipotesis Statistik ....................................................................... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 50

A. Deskripsi Data............................................................................. 50

1. Minat Belajar Matematika Kelompok Eksperimen............... 50

2. Minat Belajar Matematika Kelompok Kontrol ..................... 51

B. Pengujian Persyaratan Analisis ................................................... 54

C. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan......................................... 56

1. Pengujian Hipotesis............................................................... 56

2. Pembahasan........................................................................... 57

vi

Page 7: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

D. Keterbatasan Penelitian............................................................... 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 62

A. Kesimpulan ................................................................................. 62

B. Saran............................................................................................ 62

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 64

LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................ 66

vii

Page 8: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif .................................... 27

Tabel 2. Rancangan Penelitian ....................................................................... 40

Tabel 3. Kisi-Kisi Instrumen Minat Belajar Matematika ............................... 42

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Minat Belajar Matematika Kelompok

Eksperimen........................................................................................ 51

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Minat Belajar Matematika Kelompok Kontrol 52

Tabel 6. Perbandingan Minat Belajar Matematika Kelompok Eksperimen

dan Kelompok Kontrol...................................................................... 54

Tabel 7. Hasil Perhitungan Uji Normalitas ..................................................... 55

Tabel 8. Hasil Uji Perbedaan Data Kelompok Eksperimen dan Kelompok

Kontrol ............................................................................................. 56

viii

Page 9: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pola Pasangan Trio Putaran Pertama ............................................. 35

Gambar 2. Pola Pasangan Trio Putaran Kedua ................................................ 36

Gambar 3. Grafik Histogram dan Poligon Distribusi Frekuensi Minat

Belajar Matematika Kelompok Eksperimen .................................. 53

Gambar 4. Grafik Histogram dan Poligon Distribusi Frekuensi Minat

Belajar Matematika Kelompok Kontrol......................................... 53

Gambar 5. Kegiatan Siswa dalam Rotating Trio Exchange............................. 59

ix

Page 10: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen 67

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ...... 96

Lampiran 3. Lembar Kerja Siswa (LKS)...................................................... 113

Lampiran 4. Daftar Nama Kelompok Kooperatif ........................................ 142

Lampiran 5. Peta Rotating Trio Exchange (RTE) ........................................ 143

Lampiran 6. Kisi-kisi Instrumen Minat Belajar Matematika Sebelum

Validitas .................................................................................. 147

Lampiran 7. Angket Minat Belajar Sebelum Validitas ............................... 148

Lampiran 8. Kisi-kisi Instrumen Minat Belajar Matematika Setelah

Validitas .................................................................................. 151

Lampiran 9. Angket Minat Belajar Setelah Validitas................................... 152

Lampiran 10. Uji Validitas ............................................................................. 154

Lampiran 11. Uji Reliabilitas ........................................................................ 155

Lampiran 12. Perhitungan Uji Validitas dan Uji Reliabilitas......................... 156

Lampiran 13. Daftar Skor Minat Belajar Matematika ................................... 157

Lampiran 14. Perhitungan Daftar Distribusi Frekuensi, Mean, Varians, dan

Simpangan Baku Kelompok Eksperimen ................................ 158

Lampiran 15. Perhitungan Daftar Distribusi Frekuensi, Mean, Varians, dan

Simpangan Baku Kelompok Kontrol ....................................... 159

Lampiran 16. Perhitungan Uji Normalitas Kelompok Eksperimen................ 160

Lampiran 17. Perhitungan Uji Normalitas Kelompok Kontrol ...................... 162

Lampiran 18. Perhitungan Uji Hipotesis ....................................................... 164

Lampiran 19. Hasil Wawancara Prapenelitian .............................................. 167

Lampiran 20. Hasil Wawancara Siswa tentang Model Pembelajaran

Rotating Trio Exchange (RTE) ............................................... 169

Lampiran 21. Nilai Koefisien Korelasi ”r” Product Moment......................... 172

Lampiran 22. Luas Kurva Di Bawah Normal................................................. 174

Lampiran 23. Nilai Kritis Distribusi Kai Kuadrat (Chi Square) .................... 175

Page 11: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Agama Islam sangat memperhatikan masalah pendidikan (khususnya

belajar) untuk mencari dan menuntut ilmu pengetahuan. Sebagaimana Allah

memerintahkan kepada seluruh umat manusia untuk mempelajari ilmu

pengetahuan yang terkandung dalam Al-Qur’an Surat Al-Mujadalah ayat 11:

)١١: ألمجا د لة (يرفع اهللا الذ ين أمنو منكم والذين أوتواالعلم درجت ...

... Allah meninggikan orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. (Q.S Al-Mujadalah: 11).

Pendidikan merupakan suatu proses dari usaha dasar yang secara

sengaja mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan seseorang, untuk

mengaktualkan potensi kemampuan keimanan (tauhid), potensi kecerdasan

(akal), potensi kemampuan memikul amanat dan tanggung jawab, serta

potensi berkomunikasi melalui bahasa agar menjadi manusia muslim yang

bertakwa kepada Allah SWT. Dengan pendidikan segala potensi-potensi yang

dimiliki oleh manusia dapat dikembangkan, manusia dapat memperoleh ilmu

pengetahuan yang dapat dijadikan tuntunan dalam kehidupannya dan dengan

ilmu pengetahuan manusia memperoleh kebahagiaan di dunia dan akherat.

Nabi Muhammad SAW bersabda:

)رواه مسلم(ومن سلك طر يقا يلتمس فيه علما سهل اهللا له طر يقا إلى الجنه Barang siapa berjalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga. (H.R Muslim)1 Secara umum pendidikan bertujuan untuk menyempurnakan

kecerdasan-kecerdasan manusia yang secara basik (potensi) telah diberikan

oleh Allah SWT pada setiap orang. Pendidikan mengarahkan agar manusia

1 Hussein Bahresi, Hadits Shahih Bukhari-Muslim, (Surabaya: Karya Utama), h. 30.

Page 12: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

2

menggunakan kecerdasan yang ia miliki bukan hanya untuk kepentingan

dirinya sendiri melainkan untuk kebaikan umat manusia seluruhnya.

Sedangkan tujuan pendidikan nasional menurut Undang-Undang

Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

adalah sebagai berikut:

Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.2

Untuk memenuhi tujuan pendidikan tersebut maka diselenggarakan

rangkaian kependidikan secara sengaja, terarah, terencana, berjenjang dan

sistematis melalui pendidikan formal seperti sekolah. Pendidikan yang

diperoleh melalui sekolah diharapkan mampu menciptakan SDM yang

berkualitas dan berwawasan sehingga dapat membentuk peradaban manusia

yang bermartabat.

Salah satu bidang studi yang penting dikuasai oleh siswa di sekolah

adalah matematika. Tujuan umum diberikannya matematika pada pendidikan

dasar dan menengah, yaitu:

Untuk mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan efisien serta mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-harinya dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.3

Jadi dengan pembelajaran matematika di sekolah siswa diharapkan

dapat menghadapi perubahan dunia yang selalu berkembang dan siswa dapat

menggunakan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari maupun

dalam membantu mempelajari ilmu pengetahuan lainnya. Mengingat

2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional. (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Departemen Agama Republik Indonesia, 2003 ), h. 8.

3 Erman, S.Ar, dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: JICA-UPI, 2002), h. 56.

Page 13: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

3

pentingnya pembelajaran matematika, maka matematika diajarkan dari mulai

Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) hingga Sekolah

Menengah Atas (SMA).

Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir

sehingga materi matematika membutuhkan daya ingat dan daya nalar yang

cukup. Kemungkinan hal tersebut yang menyebabkan siswa sering

beranggapan bahwa matematika adalah mata pelajaran yang sulit dan kurang

disukai oleh siswa. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa yang

terlintas dalam pikiran siswa saat pertama kali mendengar kata “matematika”

adalah “susah, menegangkan, takut, dan menjadi salah satu pelajaran yang

tidak menyenangkan.”4

Bila siswa sudah merasa tidak suka ketika belajar matematika, maka

erat kaitannya dengan minat mereka terhadap matematika. Menurut Slameto

“minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau

aktivitas, tanpa ada yang menyuruh”.5 Ini menandakan bahwa rasa tidak suka

siswa ketika belajar matematika akan berdampak pada rendahnya minat siswa

ketika belajar matematika, padahal menurut teori Gestalt “belajar lebih

berhasil bila berhubungan dengan minat, keinginan dan tujuan siswa”.6

Pentingnya minat dimiliki oleh siswa ketika belajar matematika karena

minat yang besar terhadap sesuatu merupakan modal yang besar untuk

mencapai tujuan belajar. Namun kenyataannya masih banyak siswa yang

belajar dengan minat yang rendah terhadap pelajaran yang dipelajarinya,

seperti informasi yang diperoleh peneliti setelah melakukan wawancara

dengan guru matematika kelas VIII di SMP Negeri 21 Jakarta bahwa minat

siswa ketika belajar matematika masih tergolong rendah. Rendahnya minat

siswa ketika belajar matematika di SMP Negeri 21 Jakarta dapat dilihat dari

4 Nurhayati, “Penerapan Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Untuk

Meningkatkan Minat Belajar Matematika Siswa”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009), h. 2, t.d.

5 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), cet ke-4, h. 180.

6. Slameto, Belajar dan Faktor-faktor…, h. 10.

Page 14: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

4

kurangnya partisipasi siswa dalam kelas dan kurangnya usaha siswa untuk

menguasai materi yang belum dimengerti. Adapun faktor yang mungkin

menyebabkan rendahnya minat siswa untuk mempelajari matematika adalah

kurangnya dorongan yang kuat dari dalam diri siswanya sendiri ketika belajar

matematika, siswa kurang berkonsentrasi ketika belajar, siswa kurang percaya

diri untuk mengerjakan latihan soal sendiri, dan kurangnya kesempatan siswa

untuk dapat belajar dan berdiskusi dengan teman yang lebih banyak karena

guru hanya menerapkan pembelajaran secara konvensional.

Rendahnya minat siswa SMP Negeri 21 Jakarta terhadap pelajaran

matematika memberi dampak pada rendahnya hasil belajar matematika siswa.

Berdasarkan hasil observasi pada dua kelas yang dijadikan sampel yaitu kelas

VIII.5 dan kelas VIII.6 diperoleh nilai rata-rata ulangan matematika siswa

semester ganjil masing-masing sebesar 5,13 dan 4,85. Hal ini menandakan

kemampuan matematika siswa masih tergolong rendah.

Kurangnya minat siswa terhadap pelajaran matematika akan

mempengaruhi pusat pikiran mereka, selain itu akan menimbulkan

ketidaknyamanan atau tidak adanya kebahagiaan dalam belajar matematika.

Sebaliknya, dengan minat yang tinggi terhadap matematika maka proses

belajar mengajar akan berjalan lancar, dan tujuan pendidikan akan tercapai

sesuai dengan yang diharapkan.

Upaya meningkatkan minat siswa dalam belajar matematika

diantaranya guru dapat menggunakan berbagai model dan strategi

pembelajaran yang bervariasi. Salah satunya yaitu dengan model pembelajaran

kooperatif. Pembelajaran kooperatif bersumber dari fitrah manusia sebagai

makhluk sosial, yang senang hidup berkelompok. Ketika proses belajar

berlangsung biasanya siswa lebih suka bertanya kepada temannya dengan

bahasa yang saling dimengerti daripada bertanya kepada guru. Hal ini selaras

dengan Johnson, Johnson & Smith yang dikutip oleh Anita Lie dalam bukunya

Cooperative Learning “belajar adalah suatu proses pribadi, tetapi juga proses

Page 15: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

5

sosial yang terjadi ketika masing-masing orang berhubungan dengan yang

lainnya dan membangun pengertian dan pengetahuan yang sama.”7

Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model

pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.

Dalam pembelajaran kooperatif ini siswa belajar, bekerja, dan berinteraksi di

dalam kelompok-kelompok kecil, sehingga siswa dapat bekerja sama, saling

membantu, berdiskusi dalam memahami suatu materi pelajaran ataupun dalam

mengerjakan tugas kelompok maupun tugas-tugas terstruktur. Pembelajaran

kooperatif dalam matematika akan dapat membantu para siswa meningkatkan

sikap positif pada matematika. Para siswa secara individu membangun

kepercayaan diri terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan masalah-

masalah matematika, sehingga akan mengurangi bahkan menghilangkan rasa

tidak sukanya terhadap matematika dan meningkatkan minat siswa dalam

belajar matematika.

Terdapat beberapa variasi metode dalam pembelajaran kooperatif,

salah satu diantaranya adalah Rotating Trio Exchange (RTE). RTE dirancang

untuk melibatkan siswa secara langsung ke dalam pelajaran agar mereka

belajar aktif dan membantu untuk membangun perhatian serta minat mereka,

memunculkan keingintahuan mereka, dan merangsang berfikir. RTE

memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi dan bekerja sama

dengan lebih banyak teman, memberikan pengalaman baru berdiskusi dengan

teman yang mungkin belum pernah diajak berdiskusi sehingga diharapkan

siswa lebih terpacu semangatnya dan akhirnya timbul minat yang besar

terhadap matematika.

Dari uraian di atas, pembelajaran kooperatif tipe Rotating Trio

Exchange dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan minat

belajar matematika siswa. Lebih lanjut, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian masalah ini dengan mengangkat judul skripsi “Pengaruh Model

7 Anita Lie, Cooperative Learning, Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang

Kelas, (Jakarta: Gramedia, 2008), h. 5-6.

Page 16: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

6

Pembelajaran Kooperatif tipe Rotating Trio Exchange (RTE) Terhadap

Minat Belajar Matematika Siswa”.

B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dikemukakan

identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Kemampuan matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 21 Jakarta rendah.

2. Siswa kurang antusias ketika belajar matematika.

3. Siswa tidak aktif bertanya dan menjawab dalam kelas.

4. Kurangnya usaha siswa untuk dapat menguasai materi yang belum

dimengerti.

5. Kurangnya usaha siswa untuk mengerjakan latihan soal.

6. Pada proses pembelajaran matematika, guru belum pernah menerapkan

model pembelajaran kooperatif sehingga siswa kurang bekerja sama dalam

kelas.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah Dari uraian identifikasi masalah di atas, maka perlu adanya

pembatasan ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas antara lain:

1. Masalah yang diteliti dibatasi pada pengaruh penerapan model

pembelajaran koperatif dalam pembelajaran matematika. Pengaruhya

dilihat dari perbedaan minat siswa terhadap pelajaran matematika yang

diajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif dengan siswa yang

diajar dengan pembelajaran konvensional.

2. Pembelajaran kooperatif yang digunakan dalam penelitian adalah tipe

Rotating Trio Exchange (RTE).

3. Siswa yang dimaksud adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 21 Jakarta.

4. Minat belajar yang dimaksud adalah perhatian, perasaan senang,

partisipasi, keinginan yang kuat dan ketekunan.

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas maka

penulis menetapkan perumusan masalah sebagai berikut: ”Apakah model

Page 17: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

7

pembelajaran kooperatif tipe Rotating Trio Exchange (RTE) berpengaruh

terhadap minat belajar matematika siswa?”

D. Tujuan Penelitian Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan, penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Rotating Trio

Exchange (RTE) terhadap minat belajar matematika siswa.

E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat, bagi

siswa maupun guru, antara lain:

1. Manfaat bagi siswa

a). Menumbuhkan motivasi dan minat siswa dalam belajar matematika.

b). Diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa terhadap pelajaran

matematika.

2. Manfaat bagi guru

a). Metode ini dapat dijadikan alternatif dalam memilih metode

pembelajaran guna meningkatkan minat belajar matematika siswa.

b). Meningkatkan kreatifitas guru matematika dalam menyampaikan

materi melalui berbagai model pembelajaran terbaru.

3. Manfaat bagi peneliti

a). Dapat dijadikan tambahan wawasan pengetahuan yang bermafaat.

b). Bukti pengabdian sebagai calon pendidik dalam memberikan alternatif

solusi pemecahan masalah pendidikan mengenai minat belajar.

Page 18: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

8

BAB II

DESKRIPSI TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR DAN

PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritik

1. Minat Belajar Matematika

a. Pengertian Minat Setiap orang pasti mempunyai kecenderungan terhadap sesuatu

yang menarik perhatiannya. Kecenderungan tersebut menandakan

adanya minat terhadap suatu objek yang dituju. Hal ini sesuai dengan

pengertian minat secara bahasa “kecenderungan hati yang tinggi

terhadap sesuatu.”1

Minat merupakan kecenderungan seseorang untuk selalu

memperhatikan suatu objek secara terus menerus, seperti yang

dikemukakan oleh Hilgard yang dikutip oleh Slameto “interest is

persisting tendency to pay attention to and enjoy some activity or

content. Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan

dan mengenang beberapa kegiatan.” 2 Minat juga berhubungan dengan

keinginan seseorang terhadap objek tersebut “minat berarti

kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar

terhadap sesuatu.”3

Sedangkan Slameto menekankan bahwa minat sangat berkaitan

erat dengan perasaan seseorang (terutama perasaan senang) terhadap

sesuatu atau suatu kegiatan, sehingga ia melakukan kegiatan tersebut

tanpa paksaan. Ia menerangkan bahwa ”minat adalah suatu rasa lebih

suka atau rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang

1Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka, 2002), Ed. 3. Cet-2, h. 744. 2 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,

2003), h. 57. 3 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan; dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2008), cet. XIV, h. 136.

Page 19: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

9

menyuruh.”4 Sependapat dengan hal tersebut, As’ad mengemukakan

”minat adalah sikap yang membuat seseorang senang akan objek

situasi atau ide-ide tertentu. Hal ini diikuti oleh perasaan senang dan

kecenderungan untuk mencari objek yang disenanginya itu”5

Minat adalah kesadaran seseorang akan adanya suatu hubungan

antara dirinya dengan suatu objek, seseorang ataupun suatu situasi. Hal

tersebut dijelaskan oleh Whitheringthon bahwa “minat adalah

kesadaran seseorang, bahwa suatu objek, seseorang, suatu soal atau

suatu situasi mengandung sangkut paut dengan dirinya”.6 Sehingga

minat harus dipandang sebagai suatu sambutan yang sadar, sebab jika

tidak minat tidak punya arti sama sekali. Lebih lanjut Whitheringthon

menggolongkan minat menjadi dua macam, yaitu:

1) Minat primitif yaitu minat yang timbul dari pemenuhan kebutuhan

sehari-hari yang terasa secara langsung, seperti pemenuhan

kebutuhan pokok meliputi makanan, pakaian, tempat tinggal dan

sebagainya.

2) Minat kultural atau sosial yaitu minat yang timbul dari proses

belajar yang dipengaruhi oleh pengalaman seseorang.7

Minat kultural atau sosial menandakan bahwa minat tidak dibawa sejak

lahir, melainkan dapat dipelajari dan dapat mempengaruhi belajar

selanjutnya serta mempengaruhi minat-minat baru.

Apakah siswa berminat terhadap suatu pelajaran atau tidak,

maka dapat dilihat dari tanda-tanda yang diperlihatkannya ketika

belajar. Menurut Crow minat memiliki beberapa karakteristik antara

lain:

1) Minat timbul dari perasaan senang terhadap suatu objek atau situasi yang menarik perhatian seseorang.

4 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor ..., h. 180. 5 Abdul Rahmat, Super Teacher, (Bandung: MQS. Publishing,2009), h. 178 6 Witherington, Psikologi Pendidikan, Terjemahan: M. Bukhori, (Jakarta: Aksara Baru,

1978), h. 124 7 Witherington, Psikologi Pendidikan …, h. 125

Page 20: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

10

2) Minat dapat menyebabkan seseorang menaruh perhatian secara sadar, spontan, mudah, wajar, tanpa dipaksakan dan selektif.

3) Minat dapat meragsang seseorang untuk mencari objek atau situasi yang diminatinya.

4) Minat bersifat personal karena setiap individu memiliki perbedaan dalam menentukan minatnya dan hal ini berkaitan dengan kepentingan pribadi seseorang.

5) Dapat bersifat konsisten sepanjang objek yang diminati efektif bagi individu.

6) Minat bersifat diskriminatif sepanjang objek yang diminati efektif bagi individu.

7) Minat bersifat diskriminatif karena dapat membantu seseorang membedakan hal-hal yang harus dan tidak harus dilakukan sehubungan dengan minatnya.

8) Minat tidak bersifat native atau bawaan melainkan tumbuh dan berkembang bersamaan dengan pengalaman-pengalaman selama perkembangan individu, dan minat dapat juga menjadi “sebab” atau “akibat” dari pengalaman.8

Secara lebih ringkas Windradini menyebutkan karakteristik

minat, yaitu:

1) Adanya rasa ingin tahu dan keinginan yang kuat untuk mencapai

tujuan.

2) Mencari informasi ke berbagai pihak berkaitan dengan tujuan yang

akan dicapai atau diraih.

3) mengikuti program belajar tambahan agar dapat mempermudah

pencapaian tujuan.9

Sedangkan menurut Super & Sumarto untuk mengetahui minat

dapat menggunakan empat cara, yaitu:

1) Dengan melihat kenyataan seseorang apakah ia senang atau tidak senang pada suatu objek atau barang, aktivitas atau pekerjaan.

2) Dengan melihat dan mengobservasi partisipasi seseorang ke dalam suatu aktivitas atau pekerjaan.

3) Dengan menggunakan tes objektif. 4) Dengan mengukur atau melihat jawaban-jawaban seseorang

dari sejumlah pertanyaan tentang aktivitas atau pekerjaan yang

8 Abdul Rahmat, Super Teacher…, h. 181. 9 Abdul Rahmat, Super Teacher…, h. 182.

Page 21: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

11

disenangi atau tidak disenangi, di sini responden menjawab setiap item atau pertanyaan yang sesuai dengan minatnya.10

Lebih lanjut menurut Slameto ”Suatu minat dapat

diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa

siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula

dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu kegiatan”11

Sependapat dengan hal tesebut, Crow & Crow menyebutkan bahwa

minat dapat menjadi penyebab kegiatan dan penyebab partisipasi

dalam kegiatan.

Dari beberapa karakterisistik minat yang telah diungkapkan

oleh para ahli di atas, maka penulis menetapkan indikator minat dalam

penelitian ini adalah: perasaan senang, perhatian, keinginan yang kuat,

ketekunan dan partisipasi.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa minat

adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan suatu objek

secara sadar dan terus menerus dengan disertai perasaan senang tanpa

paksaan. Minat akan menimbulkan adanya pemusatan perhatian lalu

timbul usaha (untuk: mendekati/mengetahui/memiliki/menguasai/

berhubungan) yang dilakukan dengan perasaan senang karena adanya

daya tarik dari objek yang dituju.

b. Pengertian Belajar Matematika ”Belajar adalah kunci yang paling vital dalam setiap usaha

pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada

pendidikan.”12 Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan

batasan dan makna yang terkandung dalam belajar. Disebabkan oleh

kemampuan berubah karena belajarlah, maka manusia dapat

berkembang lebih jauh daripada makhluk-makhluk lainnya, sehingga

10 Abdul Rahmat, Super Teacher…, h. 186. 11 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor ..., h. 180. 12 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), h. 59

Page 22: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

12

ia terbebas dari kemandegan fungsinya sebagai khalifah Allah di muka

bumi.

Menurut Slameto ”belajar ialah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

dalam interaksi dengan lingkungannya”.13 Sehingga dapat dikatakan

bahwa belajar adalah proses perubahan diri untuk memperoleh

pengetahuan.

Belajar akan menunjukkan adanya suatu perubahan tingkah

laku yang disebabkan oleh pengalaman, hal tersebut diungkapkan oleh

Cronbach ”Learning is show by a change in behavior as a result of

experience”14 Sedangkan Harold Spears memberikan batasan belajar

pada memperhatikan, membaca, meniru, mencoba sesuatu sendiri,

mendengar, dan mengikuti tujuan ”Learning is to observe, to read, to

imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction”15

Dari beberapa pengertian belajar di atas, diketahui bahwa kata

kunci dari pengertian belajar adalah perubahan tingkah laku. Dan ciri-

ciri yang menunjukkan bahwa seseorang telah melakukan kegiatan

belajar adalah:

1) Perubahan tingkah laku yang aktual atau potensial. Aktual berarti

perubahan tingkah laku itu dapat dilihat seperti: menulis dan

membaca (psikomotorik), sedangkan perubahan yang potensial

berarti perubahan yang tidak dapat dilihat dan hanya dapat

dirasakan oleh orang yang belajar saja seperti minat, keyakinan

(afektif) atau peningkatan pengetahuan dan kemampuan analisis

(konitif) .

13 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor ..., h. 2. 14Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2004), cet ke-11, h. 20. 15 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta:

Pedoman Ilmu Jaya, 2007), h. 54.

Page 23: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

13

2) Perubahan tingkah laku yang diperoleh merupakan kemampuan

baru dalam bidang kognitif, afektif atau psikomotorik.

3) Adanya usaha atau aktifitas yang sengaja dilakukan oleh orang

yang belajar dengan pengalaman (memperhatikan, mengamati,

memikirkan, merasakan, menghayati dan sebagainya) atau dengan

latihan (melatih, menirukan).16

Perubahan yang terjadi setelah proses belajar tidak hanya pada

aspek kognitif berupa penambahan ilmu pengetahuan saja, tetapi juga

mencakup aspek afektif dan aspek psikomotorik berupa meningkatnya

minat, menciptakan sikap positif, meningkatkan keterampilan dan lain-

lain. Seperti yang dijelaskan oleh Sardiman bahwa ”perubahan tidak

hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga

berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri,

minat, watak dan penyesuaian diri.”17

Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa belajar akan membawa

perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik (dari yang tidak tahu

menjadi tahu, dari yang cuek menjadi perhatian, dari yang tidak

berminat menjadi berminat, dan lain-lain) sebagai akibat dari

pengalaman masing-masing individu yang belajar. Belajar bukanlah

suatu tujuan tetapi belajar merupakan suatu proses untuk mencapai

tujuan.

Matematika disebut sebagai ratunya ilmu pengetahuan karena

matematika merupakan ilmu yang mandiri, tanpa bantuan ilmu lain

matematika dapat tumbuh dan berkembang untuk ilmunya sendiri.

Namun dapat juga disebut sebagai pelayan ilmu pengetahuan karena

perkembangan dan penemuan ilmu pengetahuan bergantung kepada

matematika. Istilah matematika sendiri berasal dari bahasa Yunani,

Mathematike, yang berarti “relating to learning“. Perkataan itu

mempunyai akar kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu.

16 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan ..., h. 56-57. 17 Sardiman, Interaksi dan Motivasi ..., h. 21.

Page 24: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

14

Perkataan mathematike berhubungan sangat erat dengan sebuah kata

lainnya yang serupa, yaitu mathanein yang mengandung arti belajar

(berpikir).18

James and James mengungkapkan bahwa matematika adalah

”ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-

konsep yang berhubungan satu sama lain dengan jumlah yang banyak

dan terbagi dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis dan geometri.”19

Menurut Russeffendi matematika adalah ”ilmu tentang struktur yang

terorganisasi mulai dari unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang

didefinisikan, ke aksioma atau postulat akhirnya ke dalil atau

teorema.”20 Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

dalam pembelajaran matematika antara konsep matematika yang satu

dengan konsep matematika yang lain saling berkaitan. Konsep-konsep

matematika tersusun secara hierarkis, terstruktur, logis dan sistematis

mulai dari konsep yang paling sederhana sampai konsep yang paling

kompleks.

Sedangkan menurut Paling “matematika adalah suatu cara

untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi

manusia.”21 Manusia akan menggunakan informasi, menggunakan

pengetahuannya tentang bilangan, bentuk, dan ukuran serta

menggunakan kemampuan berhitung dan mengingat untuk

menemukan jawaban atas masalah yang dihadapinya sehari-hari.

Matematika merupakan suatu alat untuk mengembangkan cara

berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan

bekerjasama. Karena itu, matematika sangat diperlukan baik untuk

kehidupan sehari-hari maupun dalam menghadapai perkembangan

18 Erman Suherman,dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung :

JICA-UPI.2001), h. 18 19 Erman Suherman,dkk, Strategi Pembelajaran ...., h. 18 20 Sri Anitah W, dkk., Materi Pokok Strategi Pembelajaran Matematika, (Jakarta:

Universitas Terbuka, 2007), h. 7.4. 21 Mulyono Abdurahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2003), h. 252.

Page 25: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

15

IPTEK sehingga matematika perlu dibekalkan kepada setiap siswa

sejak SD, bahkan sejak TK. “matematika yang diberikan di sekolah

baik pada jenjang pendidikan dasar (SD dan SMP) maupun pada

jenjang pendidikan menengah (SMU dan SMK), disebut dengan

matematika sekolah”.22

Dari berbagai pengertian yang dipaparkan di atas dapat

disimpulkan bahwa matematika merupakan suatu ilmu yang tersusun

secara hierarkis, sistematis, memiliki konsep-konsep yang saling

berhubungan satu sama lain, dapat diterapkan di sekolah untuk

mengembangkan cara berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan

kreatif, serta kemampuan bekerjasama baik pada jenjang pendidikan

dasar (SD dan SMP) maupun pada jenjang pendidikan menengah

(SMU dan SMK) dan dapat digunakan sebagai pemecahan masalah

dalam kehidupan sehari-hari. Matematika yang diajarkan di sekolah

jelas berhubungan dengan siswa, sehingga dalam penyampaiannya

perlu memperhatikan aspek psikologi terutama teori psikologi

perkembangan. Karena ketika proses belajar, siswa memerlukan

tahapan belajar sesuai dengan perkembangan jiwa dan kognitifnya.

Ada dua obyek yang dapat diperoleh siswa ketika belajar

matematika yaitu obyek tidak langsung dan objek langsung.23 Obyek

tidak langsung antara lain ialah kemampuan menyelidiki dan

memecahkan masalah, mandiri (belajar, bekerja, dan lain-lain),

bersikap positif terhadap matematika, dan mengetahui bagaimana

semestinya belajar.

22 Erman Suherman,dkk, Strategi Pembelajaran ...., h. 54 23 Ruseffendi, Pengantar Kepada Membantu Guru Dalam Mengembangkan

Kompetensinya Dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA, (Bandung: Tarsito, 2006), h. 165.

Page 26: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

16

Objek langsung ialah fakta, keterampilan, konsep dan aturan

(principle).

1) Fakta. Contoh fakta ialah angka/ lambang bilangan, sudut, ruas

garis, symbol, notasi.

2) Keterampilan. Keterampilan adalah kemampuan memberikan

jawaban yang benar dan cepat. Misalnya membagi sebuah ruas

garis menjadi 2 buah ruas garis yang sama panjang, melakukan

pembagian cara singkat, membagi bilangan dengan pecahan,

menjumlahkan pecahan, membagi pecahan decimal.

3) Konsep. Adalah ide abstrak yang memungkinkan kita

mengelompokkan benda-benda (obyek) ke dalam contoh dan non

contoh. Contoh suatu konsep ialah garis lurus. Dengan adanya

konsep itu memungkinkan kita untuk memisahkan obyek-obyek;

apakah obyek itu garis lurus atau bukan.

4) Aturan (principle). Aturan ialah obyek yang paling abstrak. Aturan

ini dapat berupa sifat, dalil atau teori. Contoh aturan ialah, “dua

buah segitiga sama dan sebangun bila dua sisi yang seletak dan

sudut apitnya kongruen”.

Jerome Bruner mengemukakan bahwa belajar matematika

adalah belajar mengenai konsep-konsep dan struktur-struktur serta

keterkaitan antara konsep-konsep dan struktur-struktur tersebut.

Belajar matematika merupakan pembentukan pola pikir dalam

pemahaman suatu pengertian maupun dalam penalaran suatu

hubungan di antara pengertian-pengertian itu.24

Ada banyak alasan mengapa siswa perlu belajar matematika.

Diantaranya menurut Cockroft ada enam alasan matematika perlu

diajarkan kepada siswa, yaitu:

1) Selalu digunakan dalam segala kehidupan. 2) Semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika

yang sesuai. 3) Merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas.

24 Erman Suherman,dkk, Strategi Pembelajaran ...., h. 55.

Page 27: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

17

4) Dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara.

5) Meningkatkan kemampuan berfikir logis, ketelitian, kesadaran ruang.

6) Memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang. 25

Enam alasan tersebut mengukuhkan betapa pentingnya matematika

dipelajari oleh siswa di sekolah.

Dari pendapat di atas, maka dapat dikatakan bahwa belajar

matematika adalah belajar yang cenderung melatih dan membimbing

siswa yang mengarah pada kemampuan di bidang kognitif, yaitu

berkenaan dengan berpikir, mengetahui, memahami, bernalar dan

memecahkan masalah. Belajar matematika harus memberikan peluang

kepada siswa untuk berusaha dan mencari pengalaman tentang

matematika.

c. Minat Belajar Matematika Minat belajar matematika adalah kecenderungan siswa

terhadap pelajaran matematika yang menyebabkan timbulnya

perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik dan semuanya

dilakukan dengan perasaan senang tanpa paksaan. Minat merupakan

kekuatan yang mendorong siswa dalam memberi perhatian ketika

belajar matematika dan minat menjadi penyebab siswa ikut

berpartisipasi dalam proses pembelajaran.

Siswa yang berminat terhadap pelajaran matematika berarti ia

sudah belajar matematika atau setidaknya mempunyai pengetahuan

tentang matematika. Karena pengetahuan tentang matematika itulah

yang akan menimbulkan anggapan-anggapan dalam diri siswa, seperti:

apakah matematika bermanfaat bagi dirinya?, apakah matematika

berguna untuk mencapai cita-citanya?, atau apakah matematika dapat

menjadikannya orang kaya? dan lain-lain. Jika setelah belajar siswa

beranggapan bahwa matematika ada sangkut paut dengan dirinya dan

25 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak ...., h.253

Page 28: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

18

bermanfaat untuk hidupnya, maka ia dapat berkata bahwa ia berminat

terhadap matematika. Tetapi jika seseorang tidak mempunyai

pengetahuan atau informasi apapun tentang matematika kemudian ia

berkata bahwa ia tidak berminat pada matematika maka itu tidak

mungkin terjadi.

Minat belajar matematika merupakan suatu aspek psikologis

siswa yang terungkap melalui beberapa gejala seperti: gairah,

keinginan, perasaan suka untuk melakukan proses perubahan tingkah

laku melalui berbagai kegiatan yang meliputi kegiatan memperhatikan,

mencari pengetahuan dan pengalaman terhadap matematika, yang

ditunjukkan melalui keantusiasan, keaktifan, ketekunan dan partisipasi

siswa dalam belajar matematika. Siswa yang berminat terhadap

pelajaran matematika akan selalu terdorong untuk rajin belajar, dengan

membaca buku matematika, memperhatikan penjelasan guru,

mengerjakan soal-soal latihan atau selalu bertanya untuk lebih

memahami materi yang diberikan.

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar Minat belajar tiap-tiap siswa tidaklah sama. Ketidaksamaan itu

disebabkan oleh banyak hal yang mempengaruhi minat belajar

sehingga ia dapat belajar dengan baik atau tidak. Demikian juga halnya

dengan minat siswa terhadap pelajaran matematika, ada siswa yang

minatnya tinggi dan ada juga yang rendah. Hal tersebut akan sangat

mempengaruhi aktivitas dan hasil belajarnya dalam pelajaran

matematika.

Secara garis besar, timbulnya minat belajar pada diri siswa

dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal (dari dalam individu)

dan faktor eksternal (dari luar individu).

Page 29: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

19

1) Faktor Internal

a) Kebutuhan

Seseorang akan melakukan sesuatu jika ada kebutuhan di

dalam dirinya atau ada sesuatu yang hendak dicapainya. Kebutuhan

sebagai faktor yang mempengaruhi minat dan menjadi tolak ukur

tinggi rendahnya minat terhadap suatu objek. Misalnya, siswa yang

ingin menang dalam olimpiade matematika, maka rasa ingin

menang tersebut akan menimbulkan minat untuk belajar lebih giat

dari sebelumnya.

b) Bakat

Menurut Chaplin “bakat adalah kemampuan potensial yang

dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang

akan datang”26 Kemampuan itu baru terealisasi menjadi

keberhasilan setelah belajar dan berlatih. Jika bahan pelajaran yang

dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya pun

akan baik karena ia belajar dengan perasaan senang. Misalnya,

siswa yang mempunyai bakat berhitung akan lebih senang dan

mudah mengerti pelajaran metematika, dibandingkan siswa yang

kurang berbakat dalam berhitung.

c) Sikap

Seseorang tentu memiliki kecenderungan untuk menerima

atau menolak sesuatu berdasarkan penilaian, apakah sesuatu itu

bermanfaat bagi dirinya atau tidak. Misalnya, apakah belajar

matematika dirasakan bermanfaat bagi kehidupan siswa atau tidak?

Apabila dirasakan bermanfaat bagi siswa, maka akan melahirkan

sikap positif terhadap matematika. Namun sebaliknya, jika

dirasakan matematika kurang atau tidak bermanfaat bagi siswa,

maka akan melahirkan sikap negatif dalam diri siswa terhadap

matematika. Sikap negatif yang terjadi terus menerus akan menjadi

26 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan; dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2008), cet. XIV, h. 135.

Page 30: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

20

suatu kebiasaan yang akhirnya akan mempengaruhi minat siswa

terhadap matematika.

2) Faktor Eksternal

a) Bahan Pelajaran

Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, akan sering

dipelajari oleh siswa yang bersangkutan. Dan sebaliknya bahan

pelajaran yang tidak menarik minat siswa tentu akan

dikesampingkan oleh siswa. Sebagaimana yang dikemukakan oleh

Slameto bahwa “Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena

bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat

siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena

tidak ada daya tarik baginya.”27

b). Guru

Guru adalah penanggung jawab dalam proses pembelajaran.

Menurut Kurt Singer bahwa “guru yang berhasil membina

kesediaan belajar murid-muridnya, berarti telah melakukan hal-hal

yang terpenting yang dapat dilakukan demi kepentingan murid-

muridnya.”28 Guru yang pandai, baik, ramah , disiplin, serta

disenangi siswa sangat besar pengaruhnya dalam membangkitkan

minat siswa. Sebaliknya guru yang memiliki sikap buruk dan tidak

disukai oleh siswa, akan sukar dapat merangsang timbulnya minat

dan perhatian siswa.

c). Metode Pembelajaran

Faktor-faktor yang dapat menumbuhkan minat siswa untuk

belajar tidak hanya bahan pelajaran dan guru, tetapi metode

pembelajaran juga merupakan faktor yang dapat menumbuhkan

minat siswa untuk belajar. Menurut Wina salah satu cara yang

dapat dilakukan untuk meningkatkan minat siswa adalah “Gunakan

27 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor…, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 57. 28 Kurt Singer, Membina Hasrat Belajar di Sekolah, (Bandung: Remadja Karya, 1987), h.

93.

Page 31: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

21

pelbagai model dan strategi pembelajaran secara bervariasi.” 29

Oleh karena itu, untuk meningkatkan minat belajar siswa guru

hendaknya menggunakan metode pembelajaran yang tepat, efesien

dan efektif yakni dengan pemilihan metode sesuai dengan materi

yang akan disampaikan.

Selain faktor-faktor di atas yang dapat mempengaruhi minat

siswa dalam belajar, ada juga beberapa cara yang dapat dilakukan guru

untuk meningkatkan minat belajar siswa. Diantaranya menurut

Djamarah yaitu:

1) Membandingkan adanya suatu kebutuhan pada diri siswa, sehingga dia rela belajar tanpa paksaan.

2) Menghubungkan bahan pelajaran yang diberikan dengan persoalan pengalaman yang dimiliki siswa, sehingga siswa mudah menerima bahan pelajaran.

3) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang baik dengan cara menyediakan lingkungan belajar yang kreatif dan kondusif.

4) Menggunakan berbagai macam bentuk dan teknik mengajar dalam konteks perbedaan individual siswa.30

Beberapa cara lain yang dapat dilakukan untuk membangkitkan

minat belajar siswa adalah:

1) Hubungkan bahan pelajaran yang akan diajarkan dengan kebutuhan

siswa. Minat siswa akan tumbuh manakala ia dapat menangkap

bahwa materi pelajaran itu berguna untuk kehidupannya.

2) Sesuaiakan materi pelajaran dengan tingkat pengalaman dan

kemampuan siswa. Materi pelajaran yang terlalu sulit untuk

dipelajari atau materi pelajaran yang jauh dari pengalaman siswa,

akan tidak diminati oleh siswa.

3) Gunakan pelbagai model dan strategi pembelajaran secara

bervariasi. 31

29 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 288. 30 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 133. 31 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 288.

Page 32: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

22

Menyampaikan materi pelajaran yang dapat menarik perhatian

siswa juga dapat meningkatkan minat belajar siswa, seperti

“menghubungkan antara materi pelajaran dengan kehidupan nyata,

memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif dalam kelas, dan

memberi kesempatan siswa untuk menerapkan langsung apa yang telah

dipelajarinya.”32

Menurut Tanner & Tanner, guru dapat membentuk minat-minat

baru pada siswa dengan ”memberikan informasi pada siswa mengenai

hubungan antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan

bahan pengajaran yang lalu, menguraikan kegunaannya bagi siswa di

masa yang akan datang.”33 Selain itu membangkitkan minat baru pada

siswa juga dapat menggunakan minat-minat siswa yang telah ada.

Secara umum, usaha yang dapat dilakukan guru untuk

meningkatkan minat belajar siswa adalah menghubungkan bahan

pelajaran dengan pengalaman dan kebutuhan siswa, memberikan

kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi aktif dalam

pembelajaran, dan menggunakan metode atau strategi pembelajaran

yang bervariasi. Namun jika usaha-usaha tersebut tidak berhasil, guru

dapat menggunakan insentif dalam usaha mencapai tujuan

pembelajaran. Pemberian insentif diharapkan akan membangkitkan

motivasi dan mungkin minat terhadap bahan pelajaran akan muncul.

e. Peranan Minat dalam Belajar Matematika Minat adalah suatu landasan yang paling meyakinkan demi

keberhasilan suatu proses belajar. Minat berpengaruh besar terhadap

belajar, karena jika bahan pelajaran tidak sesuai dengan minat maka

siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya

tarik baginya dan ia tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran

32 Kurt Singer, Membina Hasrat Belajar ..., h. 92. 33 Slameto, Belajar dan Faktor…, h. 181.

Page 33: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

23

tersebut. Siswa yang berminat terhadap matematika, akan berpeluang

besar untuk mendapatkan hasil belajar matematika yang memuaskan.

Minat merupakan alat motivasi yang dapat membangkitkan

kegairahan belajar siswa karena minat berperan sebagai motivating

force yaitu sebagai kekuatan yang mendorong siswa untuk belajar.

Siswa yang berminat terhadap pelajaran matematika akan tampak

terdorong terus untuk tekun belajar dan selalu berusaha untuk

mencapai hasil yang memuaskan. Berbeda dengan siswa yang

sikapnya hanya menerima pelajaran, mereka hanya tergerak untuk mau

belajar tetapi sulit untuk terus tekun karena tidak ada pendorongnya.

Minat juga dapat menambah kegiatan belajar, dapat menjadi

penyebab timbulnya suatu kegiatan dan dapat menjadi penyebab siswa

ikut berpartisipasi aktif dalam kegiatan tersebut, misalnya siswa yang

berminat terhadap pelajaran matematika maka ia akan memberikan

perhatian lebih ketika belajar, ia akan mencari informasi yang

mendalam tentang materi yang sedang dipelajari dan ia akan

berpartisipasi aktif dalam kelas.

Siswa yang telah memiliki minat terhadap pelajaran

matematika, kemungkinan akan menjaga pikirannya untuk selalu

berpikir positif tentang matematika sehingga dia dapat menguasai

pelajaran matematika dengan baik yang pada akhirnya dapat

mempengaruhi hasil belajar matematika siswa tersebut. Karena minat

yang besar terhadap matematika merupakan modal yang besar untuk

mencapai tujuan belajar matematika.

2. Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran

yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan

pembelajaran yang berpusat pada siswa, dimana guru mendorong

siswa untuk melakukan kerja sama dalam kelompok-kelompok kecil

Page 34: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

24

pada waktu menerima pelajaran atau mengerjakan soal-soal dan tugas-

tugas. “Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan

lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika

mereka saling berdiskusi dengan temannya.”34

Menurut Anita Lie “pembelajaran kooperatif adalah sistem

pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk

bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur.”35

Tugas-tugas tersebut perlu dipersiapkan secara matang, terencana dan

terstruktur agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar, dan guru

juga harus selalu membimbing dan mengawasi jalannya pembelajaran

agar seluruh siswa dapat terlibat dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran kooperatif melibatkan lebih dari sekedar

menempatkan siswa secara bersama dalam suatu kelompok kecil dan

memberikan tugas kepada mereka. Akan tetapi didalamnya juga

melibatkan pemikiran dan perhatian penuh pada berbagai aspek dari

proses kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa dituntut

untuk saling bekerja sama dan saling membantu satu sama lain dalam

menyelesaikan atau mempelajari suatu pokok bahasan. “Pembelajaran

kooperatif mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai

sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu

tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama

lainnya.”36

Sedangkan menurut Slavin “Pembelajaran kooperatif adalah

suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam

kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6

orang dengan struktur kelompok heterogen.”37 Dalam pembelajaran

34 Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta:

Prestasi Pustaka, 2007), h. 41. 35 Anita Lie, Cooperative Learning, Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-

ruang Kelas, (Jakarta: Gramedia Widiasarana, 2002), h. 18. 36 Erman, S.Ar, dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: JICA-

FPMIPA, 2002), h. 218. 37 Trianto, Model-Model Pembelajaran ...., h. 12.

Page 35: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

25

kooperatif, kelas disusun dalam kelompok-kelompok kecil dengan

kemampuan yang heterogen. Maksudnya setiap kelompok terdiri dari

campuran siswa yang memiliki kemampuan akademik yang berbeda,

jenis kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa

menerima perbedaan dan bekerja dengan teman yang berbeda latar

belakangnya.

Jadi, berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan

bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran

dimana siswa dikondisikan agar dapat belajar dan dapat saling

bekerjasama dengan siswa lainnya dalam kelompok kecil pada waktu

menerima pelajaran atau menyelesaikan tugas-tugas yang telah

disiapkan oleh guru.

Falsafah yang mendasari pembelajaran kooperatif dalam

pendidikan adalah falsafah homo homini socius, yang menekankan

bahwa manusia adalah makhluk sosial. Dan sebagai makhluk sosial

yang membutuhkan pertolongan orang lain, siswa perlu membina

kerjasama yang baik dengan siswa lainnya ketika belajar. Menurut

Roger dan David Johnson, tidak semua kerja kelompok dapat

dikatakan kelompok belajar kooperatif setidaknya ada lima unsur yang

harus diterapkan, yaitu: “saling ketergantungan positif, tanggung jawab

perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, serta evaluasi

proses kelompok.”38

b. Manfaat dan Tujuan Pembelajaran Kooperatif Penerapan pembelajaran kooperatif dapat memberikan manfaat

yang besar apabila dilaksanakan secara terstruktur dan terencana

dengan baik. Adapun manfaat dari pembelajaran kooperatif yaitu:

38 Anita Lie, Cooperative Learning, Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang

Kelas, (Jakarta: Gramedia Widiasarana, 2002), h. 30.

Page 36: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

26

1) Mampu mengembangkan aspek moralitas dan interaksi sosial.

2) Mampu mempersiapkan siswa untuk belajar bagaimana caranya

mendapatkan berbagai pengetahuan dan informasi sendiri.

3) Meningkatkan kemampuan siswa untuk bekerjasama dengan orang

lain.

4) Dapat membentuk pribadi yang terbuka dan menerima perbedaan

yang terjadi.

5) Membiasakan siswa untuk selalu aktif dan kreatif dalam

mengembangkan analisisnya, serta dapat mengkomunikasikan hasil

temuannya kepada siswa yang lain.39

Manfaat dari pembelajaran kooperatif di atas tidak hanya

berkaitan dengan keterampilan bersosialisasi dan bekerjasama dengan

orang lain saja, namun bermanfaat juga untuk menambah pengetahuan

karena jika belajar bersama-sama kemungkinan besar lebih mudah

menemukan dan memahami konsep yang sulit.

Tujuan utama yang ingin dicapai dalam pembelajaran

kooperatif adalah ketika siswa belajar dalam kelompok mereka dapat

saling menghargai pendapat orang lain, memberi kesempatan kepada

orang lain untuk mengemukakan pendapat dan menyampaikan

pendapat mereka secara berkelompok. Sedangkan menurut Ibrahim

yang dikutip dalam Isjoni, pembelajaran kooperatif dikembangkan

untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan, yaitu:

1) Hasil belajar akademik: dalam pembelajaran kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa dan tugas-tugas akademik lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit.

2) Penerimaan terhadap perbedaan individu: pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.

39 Yudha M. S, Strategi Pembelajaran Kooperatif, (Bandung: Bintang WaliArtika, 2008),

h. 44-45.

Page 37: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

27

3) Pengembangan keterampilan sosial: tujuannya adalah mengajarkan siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi.40

Dari uraian tersebut diketahui bahwa setidaknya ada 3 tujuan

yang ingin dicapai melalui pembelajaran kooperatif yaitu: hasil belajar

akademik, penerimaan terhadap perbedaan individu dan

pengembangan keterampilan sosial. Dan semuanya itu dapat tercapai

jika siswa dapat menerapkan pembelajaran kooperatif secara benar dan

terstruktur.

c. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Dalam pembelajaran kooperatif peran guru sangat penting,

karena dalam pelaksanaannya diperlukan kemauan dan kemampuan

serta kreatifitas guru dalam mengelola kelas. “Guru harus menjadi

fasilitator, mediator, director-motivator, dan evaluator.”41 Dan agar

dapat mengelola kelas lebih efektif, guru harus melaksanakan langkah-

langkah pembelajaran kooperatif dengan benar dan tepat. Berikut

adalah langkah-langkah pembelajaran kooperatif yang dinyatakan

dalam tabel dibawah ini:42

Tabel 1

Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Fase Tingkah Laku Guru

Fase-1

Menyampaikan

tujuan dan

memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran

yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan

memotivasi siswa belajar.

Fase-2

Menyajikan

Guru menyajikan informasi kepada siswa

dengan cara demonstrasi atau lewat bahan

40 Isjoni, Cooperative Learning, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 27-28. 41 Isjoni, Cooperative Learning …, h. 62. 42 Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif …, h. 48-49.

Page 38: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

28

informasi bacaan.

Fase-3

Mengorganisasikan

siswa ke dalam

kelompok kooperatif

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana

caranya membentuk kelompok belajar dan

membantu setiap kelompok agar melakukan

transisi secara efisien.

Fase-4

Membimbing

kelompok bekerja

dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok

belajar pada saat mereka mengerjakan tugas

mereka

Fase-5

Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang

materi yang telah dipelajari atau masing-

masing kelompok mempresentasikan hasil

kerjanya.

Fase-6

Memberikan

penghargaan

Guru mencari cara untuk menghargai baik

upaya maupun hasil belajar individu dan

kelompok.

Secara umum langkah-langkah pembelajaran kooperatif terdiri

dari 6 (enam) fase, namun terdapat beberapa variasi model

pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan dan langkah-

langkahnya sedikit berbeda tergantung metode yang digunakan.

Beberapa metode dari pembelajaran kooperatif yaitu:

1) Student Team Achievement Division (STAD)

2) Jigsaw

3) Group Investigation (GI)

4) Rotating Trio Exchange

5) Group Resume.

Page 39: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

29

d. Pembelajaran Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange

(RTE) Pembelajaran kooperatif tipe Rotating Trio Exchange (RTE)

yang dikembangkan oleh Melvin L. Silberman adalah sebuah cara

mendalam bagi siswa untuk berdiskusi mengenai berbagai masalah

dengan beberapa teman kelasnya. Dalam Rotating Trio Exchange

siswa dapat saling bekerjasama dan saling mendukung, selain itu juga

dapat mengembangkan social skill siswa.43

Hubungan yang baik dengan teman sekelas sangat penting

dalam perkembangan siswa di kelas, namun terkadang siswa

mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan beberapa siswa

lainnya. Dengan Rotating Trio Exchange siswa diharapkan dapat

berinteraksi dengan semua siswa dalam kelompok yang berbeda-beda.

Selain itu, diharapkan juga dapat meningkatkan kemampuan siswa

dalam berkomunikasi, baik dengan anggota kelompoknya, anggota

kelompok lain ataupun dengan guru. Dengan dasar itulah Rotating Trio

Exchange dapat digunakan dalam upaya meningkatkan perkembangan

social skill siswa.

Pembelajaran kooperatif tipe Rotating Trio Exchange

merupakan salah satu cara untuk membuat siswa aktif dari awal.

Rotating Trio Exchange dirancang untuk melibatkan siswa secara

langsung ke dalam mata pelajaran untuk membangun perhatian serta

minat mereka, memunculkan keingintahuan mereka, dan merangsang

berfikir.44 Sehingga jika perhatian serta minat mereka terhadap

pelajaran sudah terbangun akan memungkinkan hasil belajar yang

dicapai akan memuaskan.

Rotating Trio Exchange memungkinkan siswa untuk berbagi

apa yang mereka tahu dan mengerti berdasarkan unit studi. Rotating

43Daniel Muijs dan David Reynolds, Effective Teaching, Evidence and Practice, (California:SAGE Publications Ltd, 2005), h.52

44 Melvin L. Silberman, Active Learning:101 Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2007), h. 81.

Page 40: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

30

Trio Exchange dapat digunakan pada akhir pelajaran untuk meringkas

pelajaran yang telah dipelajari dengan mengajukan beberapa

pertanyaan dan pertanyaan semakin sulit pada putaran selanjutnya.

Tujuannya adalah agar setiap siswa dapat bertukar pikiran dan berbagi

pengetahuan.

Para siswa dalam Rotating Trio Exchange diminta untuk

membahas berbagai pertanyaan mengenai materi pelajaran dalam

kelompok trio. Diskusi ini dapat membantu mereka saling mengenal

satu sama lain, belajar tentang sikap, pengetahuan dan pengalaman.45

Dengan memutar dua anggota kelompok maka kelompok-kelompok

baru akan terbentuk sehingga jumlah siswa yang saling mengenal satu

sama lain semakin bertambah. Perputaran ini disesuaikan dengan

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru.

Beberapa ciri pembelajaran kooperatif yang sejalan dengan ciri

metode Rotating Trio Exchange, yaitu antara lain; (1) Siswa bekerja

dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi

belajarnya, (2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki

kemampuan tinggi, sedang dan rendah, dan (3) Penghargaan lebih

berorientasi kepada kelompok daripada individu.46

Karakteristik yang dimiliki Rotating Trio Exchange tetap

menggambarkan karakteristik pembelajaran kooperatif, meskipun

dalam Rotating Trio Exchange siswa harus berdiskusi dengan teman

yang berbeda-beda setiap perputaran. Karakteristik tersebut yaitu:

1. Rasa saling ketergantungan positif. Dalam Rotating Trio Exchange

guru telah menyiapkan beberapa pertanyaan mengenai materi

pelajaran dalam bentuk Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS ini

memungkinkan siswa untuk belajar, berdiskusi dan sharing secara

45 Mel Silberman, Active Training: A Handbook of Techniques, Design, Case Example,

and Tips, (New York: Lexington Books, 1990), h. 49. 46 Muhammad Faiq Dzaki, Aktivitas Belajar Pada Model Pembelajaran Kooperatif,

diakses dari http://Penelitiantindakankelas.Blogspot.Com/2009/03/Aktivitas-Belajar-Pada-Model.Html, 15 Agustus 2010.

Page 41: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

31

mendalam serta dapat mengevaluasi dirinya dan kelompok trionya

dalam penguasaan dan kemampuan memahami materi pelajaran.

Kondisi inilah yang memungkinkan setiap siswa merasa adanya

ketergantungan positif pada kelompok trionya ketika

menyelesaikan LKS yang diberikan, sehingga setiap siswa

terdorong untuk saling bekerja sama.

2. Tanggung jawab perseorangan. Setiap siswa berkewajiban berbagi

pengetahuan dan informasi yang diketahuinya kepada kelompok

trionya ketika berdiskusi. Karena ketika presentasi hasil diskusi

kelompok, guru akan memanggil siswa secara acak. Jadi setiap

anggota kelompok harus menguasai materi yang dipelajari.

3. Tatap muka. Interaksi antar siswa yang terjadi dalam Rotating Trio

Exchange terjadi secara langsung tanpa perantara. Para siswa dapat

berinteraksi dan berdiskusi secara langsung dengan semua teman

kelasnya. Kegiatan interaksi ini akan memberikan kesempatan

siswa untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua

anggota.

4. Komunikasi antar anggota. Dalam Rotating Trio Exchange selain

siswa belajar mengenai materi pelajaran, siswa juga belajar cara

berkomunikasi dengan kelompok trionya seperti ketika

mengemukakan pendapat, mendengarkan pendapat orang lain,

ataupun menyanggah pendapat orang lain. Berdiskusi dengan

teman yang berbeda-beda setiap perputaran dalam Rotating Trio

Exchange dapat melatih kemampuan berkomunikasi siswa dengan

anggota kelompok lainnya.

5. Evaluasi proses kelompok. Guru melakukan evaluasi proses

kelompok di setiap awal pertemuan, yaitu guru menghimbau

kepada seluruh siswa untuk dapat bekerjasama dengan baik dengan

teman kelompoknya, siswa selalu diingatkan jangan hanya

mengandalkan satu orang untuk menyelesaikan seluruh tugas yang

Page 42: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

32

Pengelompokkan siswa yang dibuat kecil dalam dalam

Rotating Trio Exchange yaitu dalam setiap kelompok beranggotakan

tiga siswa bertujuan agar interaksi antar anggota kelompok menjadi

maksimal dan efektif.47 Dan keuntungan kelompok kecil dalam

pembelajaran kooperatif tipe Rotating Trio Exchange antara lain: (1)

Keuntungan kognitif yang diperoleh dari pengalaman belajar. Ada dua

aspek keuntungan yang dapat diperoleh yaitu peningkatan kemampuan

berpikir dan komunikasi. (2) Keuntungan Sosial yaitu dengan

bekerjasama dan saling membantu anggota yang lain, dan (3)

Keuntungan Personal yaitu siswa mempunyai kesempatan untuk

menjadi aktif.48 Selain keuntungan tersebut dengan dibentuknya

kelompok kecil juga menghindari adanya dominasi kelompok tertentu

sehingga dapat mengaktifkan siswa yang pasif.

Isjoni mengemukakan langkah-langkah pembelajaran

kooperatif tipe Rotating Trio Exchange, yaitu: Kelas dibagi ke dalam

beberapa kelompok yang terdiri dari 3 orang, kelas ditata sehingga

setiap kelompok dapat melihat kelompok lainnya di kiri dan kanannya,

berikan pada setiap trio tersebut pertanyaan yang sama untuk

didiskusikan. Setelah selesai berilah nomor untuk setiap anggota trio

tersebut, contohnya nomor 0, 1, dan 2. Kemudian perintahkan nomor 1

untuk memutar satu trio searah jarum jam dan nomor 2 sebaliknya,

berlawanan arah jarum jam. Sedangkan nomor 0 tetap di tempat. Ini

akan mengakibatkan timbulnya trio baru. Berikan kepada setiap trio

baru tersebut pertanyaan-pertanyaan baru untuk didiskusikan,

tambahkanlah sedikit tingkat kesulitan. Rotasikan kembali siswa sesuai

dengan pertanyaan yang telah disiapkan.49

47 Kevin Barry dan Len King, Beginning Teaching And Beyond, third edition, (Autralia;

Thomson, 2006), h. 53. 48 Kevin Barry dan Len King, Beginning Teaching…h. 241-242 49 Isjoni, Cooperative Learning…,h. 59.

Page 43: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

33

Sedangkan prosedur pembelajaran kooperatif tipe Rotating

Trio Exchange menurut Melvin L. Silberman adalah sebagai berikut:

1) Buatlah berbagai macam pertanyaan yang membantu peserta didik

memulai diskusi tentang isi pelajaran. Guru menggunakan

pertanyaan-pertanyaan dengan tidak ada jawaban betul dan salah.

2) Bagilah peserta didik dibagi menjadi kelompok yang masing-

masing beranggota tiga. Aturlah kelompok-kelompok tiga itu di

ruangan, agar masing-masing dari kelompok tiga (trio) itu dapat

dengan jelas melihat sebuah trio disebelah kanannya dan satu trio

di sebelah kirinya. Seluruh konfigurasi trio itu akan menjadi

sebuah lingkaran atau sebuah persegi panjang.

3) Berilah masing-masing trio sebuah pertanyaan pembuka

(pertanyaan yang sama bagi tiap-tiap kelompok trio) untuk

didiskusikan. Pilihlah pertanyaan yang paling tidak menantang

yang telah anda buat untuk mulai pertukaran trio. Anjurkanlah agar

setiap orang dalam trio itu bergiliran menjawab pertanyaan.

4) Setelah masa waktu diskusi sesuai, mintalah trio-trio itu

menentukan nomor 0, 1, atau 2 bagi masing-masing dari

anggotanya. Arahkan para peserta didik dengan nomor 1 untuk

memutar satu trio searah jarum jam. Mintalah peserta didik dengan

nomor 2 untuk memutar dua trio searah jarum jam. Mintalah

peserta didik nomor 0 untuk tetap di tempat, sebab mereka

merupakan anggota-anggota tetap dari suatu tempat trio. Suruhlah

mereka mengangkat tangan mereka tinggi-tinggi agar peserta didik

yang berputar dapat menemukannya. Hasilnya akan menjadi trio

yang sangat baru.

5) Mulailah sebuah pertukaran baru dengan sebuah pertanyaan baru.

Tingkatkan kesulitan atau “tingkat ancaman” dari pertanyaan

ketika meneruskan pada putaran-putaran baru.

6) Trio dapat diputar berkali-kali sebanyak pertanyaan yang dimiliki

untuk ditetapkan dan waktu diskusi tersedia. Tiap-tiap waktu,

Page 44: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

34

menggunakan prosedur putaran yang sama. Sebagai contoh, dalam

suatu pertukaran trio dari tiga rotasi, masing-masing peserta didik

akan segera bertemu, secara mendalam, dengan enam peserta didik

yang lain. 50

Dan variasi yang dapat dilakukan dalam pembelajaran

kooperatif tipe Rotating Trio Exchange adalah sebagai berikut:

1) Setelah masing-masing putaran pertanyaan, dengan cepat buatlah

pool (jajak pendapat) pada kelompok penuh tentang berbagai

respons mereka sebelum memutar siswa pada trio-trio baru.

2) Gunakan pasangan-pasangan atau kuartet sebagai ganti dari trio.

Dari serangkaian langkah yang dikemukakan di atas, maka

pembelajaran kooperatif tipe Rotating Trio Exchange ini secara

sistematik adalah sebagai berikut:

1) Guru membuat berbagai macam pertanyaan dalam bentuk Lembar

Kerja Siswa (LKS) untuk membantu siswa memulai diskusi

tentang isi pelajaran.

2) Siswa dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang

beranggotakan 3 orang siswa. Pengelompokkan siswa dilakukan

oeh guru berdasarkan tingkat kemampuan akademik, yaitu dalam

setiap kelompok terdiri dari siswa kemampuan tinggi (kartu

merah), siswa kemampuan sedang (kartu kuning), dan siswa

kemampuan rendah (kartu hijau).

3) Guru memberikan LKS pada setiap kelompok trio dengan

pertanyaan yang sama dan dalam mengerjakan setiap LKS

diberikan batas waktu.

4) Setelah batas waktu yang diberikan habis, guru akan berkata

”waktunya perputaran”. Maka siswa berputar sesuai dengan kartu

yang dimilikinya. Siswa yang memiliki kartu kuning memutar satu

trio searah jarum jam, siswa yang memiliki kartu hijau memutar

50 Melvin L. Silberman, Active Learning…, h. 85-86.

Page 45: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

35

dua trio searah jarum jam, sedangkan siswa yang memiliki kartu

merah tetap dikelompoknya.

5) Dalam kelompok trio baru, siswa diberi LKS putaran kedua dengan

tingkat kesulitan berdasarkan tingkatan materi yang berikan.

6) Begitu seterusnya, sampai semua LKS selesai dijawab dan

dianalisis.

7) Setelah itu dilakukan diskusi kelas (presentasi kelompok) untuk

membahas LKS yang telah dikerjakan.

Berikut ini adalah dua contoh pola pasangan Rotating Trio

Exchange pada putaran I dan putaran II:

kelompok 1

A1 B1 C1

C4 A2

B4 B2

A4 C2

kelompok 2 ke

lom

pok

4

C3 B3 A3

Gambar 1. Pola Pasangan Trio Putaran Pertama

kelompok 3

Page 46: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

36

kelompok 1

A4 B1 C3

C2 A1

B4 B2

A3 C4

kelompok 2

kelo

mpo

k 4

C1 B3 A2

kelompok 3

Gambar 2. Pola Pasangan Trio Putaran Kedua

Keterangan: A = siswa yang memiliki kartu kuning

B = siswa yang memiliki kartu merah

C = siswa yang memiliki kartu hijau

3. Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional yang dimaksud di sini adalah

pembelajaran secara klasikal. ”Dimana guru mengajar sejumlah siswa,

biasanya antara 30 - 40 siswa di dalam sebuah ruangan dan proses

pembelajaran biasanya berpusat pada guru.”51 Para siswa cenderung

mempunyai kemampuan minimum dan diasumsikan mempunyai minat

dan kecepatan belajar yang relatif sama. Dengan kondisi seperti ini,

kondisi belajar siswa secara individual baik menyangkut kecepatan

belajar, kesulitan belajar dan minat belajar sukar diperhatikan oleh guru.

Pada umumnya cara guru untuk menentukan kecepatan menyajikan dan

tingkat kesukaran materi kepada siswanya berdasarkan pada informasi

kemampuan siswa secara umum.

Beberapa metode yang biasa digunakan dalam pembelajaran

konvensional antara lain, metode ceramah, metode diskusi, metode

51 Erman, S.Ar, dkk, Strategi Pembelajaran …, h. 214.

Page 47: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

37

tanya jawab, metode ekspositori, metode drill atau latihan, metode

pemberian tugas, metode demonstrasi, metode permainan, dan lain-lain.

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode ekspositori.

Metode ekspositori adalah metode yang menekankan kepada proses

penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok

siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran

secara optimal.

Terdapat beberapa karakteristik pada metode ekspositori, yaitu:

a. Metode ekspositori dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran secara verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan strategi ini.

b. Biasanya materi yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang.

c. Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri. Artinya, setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali materi yang telah diuraikan.52

Metode ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan

pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered

approach). Dikatakan demikian, karena dalam metode ini guru

memegang peran yang dominan, namun tidak sedominan dalam metode

ceramah. Dengan metode ekspositori guru tidak hanya berceramah

melainkan juga memberikan latihan atau tugas, serta memberikan

kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Oleh karena itu, metode

ekspositori ini dapat dikatakan sebagai gabungan dari metode ceramah,

metode tanya jawab, dan metode pemberian tugas.

52 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,

(Jakarta: Kencana, 2009), Cet. VI, h. 179.

Page 48: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

38

B. Kerangka Berpikir Minat adalah suatu rasa lebih suka atau rasa keterikatan pada sesuatu

tanpa ada yang menyuruh. Orang yang menaruh minat pada suatu aktivitas

akan memberikan perhatian yang besar, Ia tidak segan mengorbankan waktu

dan tenaga demi aktivitas tersebut. Oleh karena itu, seorang siswa yang

mempunyai minat terhadap suatu pelajaran, ia akan memberikan perhatian

lebih terhadap pelajaran tersebut dan akan berusaha keras untuk memperoleh

nilai yang bagus yaitu dengan belajar.

Pentingnya minat dimiliki oleh siswa ketika belajar adalah karena

minat yang besar terhadap suatu pelajaran merupakan modal yang besar untuk

mencapai tujuan belajar. Tidak terkecuali minat siswa pada pelajaran

matematika, dengan adanya minat dalam diri siswa terhadap pelajaran

matematika maka tujuan pembelajaran matematika akan mudah tercapai.

Namun kenyataannya masih banyak siswa yang belajar dengan minat

yang rendah terhadap pelajaran yang dipelajarinya. Kurangnya minat siswa

terhadap pelajaran matematika akan mempengaruhi pusat pikiran mereka,

selain itu akan menimbulkan ketidaknyamanan atau tidak adanya kebahagiaan

dalam belajar matematika. Adapun faktor yang mungkin menyebabkan

rendahnya minat siswa untuk mempelajari matematika adalah kurangnya

dorongan yang kuat dari dalam diri siswanya sendiri ketika belajar

matematika, siswa kurang berkonsentrasi ketika belajar, siswa kurang percaya

diri untuk mengerjakan latihan soal sendiri, dan kurangnya kesempatan siswa

untuk belajar, berdiskusi, ataupun sharing dengan lebih banyak teman karena

guru hanya menerapkan pembelajaran secara konvensional.

Salah satu model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada

siswa untuk belajar, berdiskusi, ataupun sharing dengan lebih banyak teman

dan diharapkan juga dapat meningkatkan minat mereka dalam belajar

matematika adalah pembelajaran kooperatif tipe Rotating Trio Exchange

(RTE). RTE ini dirancang untuk melibatkan siswa secara langsung ke dalam

mata pelajaran untuk membangun perhatian serta minat mereka, memunculkan

keingintahuan mereka, dan merangsang berfikir. Tujuan dari pembelajaran

Page 49: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

39

kooperatif tipe RTE adalah agar setiap siswa dapat bertukar pikiran dan

berbagi pengetahuan serta memberikan pengalaman baru kepada siswa karena

dapat belajar dengan teman yang mungkin belum pernah mereka ajak diskusi,

sehingga diharapkan siswa lebih terpacu semangatnya dan akhirnya

menumbuhkan minat yang besar untuk belajar matematika yang dianggap

sulit. Dengan demikian, diduga bahwa model ini dapat berpengaruh positif

terhadap minat belajar matematika.

C. Hipotesis Penelitian Berdasarkan deskripsi teoritik dan kerangka berpikir maka dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: Rata-rata minat belajar

matematika siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe Rotating Trio Exchange lebih tinggi dari pada rata-rata minat belajar

matematika siswa yang diajar menggunakan pembelajaran konvensional.

Page 50: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

40

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 21 Jakarta pada semestar

genap Tahun Ajaran 2009/2010. Penelitian dilaksanakan dari bulan April

sampai dengan bulan Mei 2010.

B. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi eksperimen,

dimana tidak memungkinkan peneliti untuk mengontrol semua variabel yang

relevan kecuali dari variabel-variabel tertentu. Pelaksanaannya melibatkan dua

kelompok, yaitu kelompok eksperimen yang diberi perlakuan pembelajaran

kooperatif tipe Rotating Trio Exchange (RTE) dan kelompok kontrol yang

diberi perlakuan pembelajaran konvensional. Penelitian ini menggunakan

desain penelitian berbentuk Two Group Randomized Subject Posttest Only,

dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 2

Rancangan Penelitian

Kelompok Perlakuan Posttest

R(e) Xe T

R(k) Xk T

Keterangan:

R = Proses pemilihan subjek secara acak

e = Kelompok eksperiment

k = Kelompok kontrol

Xe = Perlakuan yang diberikan pada kelompok eksperiment

Xk = Perlakuan yang diberikan pada kelompok kontrol

T = Tes yang sama pada kedua kelompok

Page 51: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

41

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Target

Seluruh siswa SMP Negeri 21 Jakarta.

2. Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII semester

genap tahun ajaran 2009/2010 yang terbagi ke dalam 6 (enam) kelas.

3. Sampel

Teknik pengambilan sampel menggunakan cluster random sampling, yaitu

dimana pengambilan sampel dilakukan secara random pada kelompok-

kelompok unit yang kecil atau “kluster”, bukan secara individual. Setelah

dilakukan sampling terhadap enam kelas yang ada, diperoleh sampel

adalah kelas VIII-5 sebagai kelompok kontrol dan kelas VIII-6 sebagai

kelompok eksperimen.

D. Teknik Pengumpulan Data 1. Definisi Konseptual

Minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau

keinginan yang besar terhadap sesuatu. Sedangkan belajar ialah suatu

proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sehingga

minat belajar adalah kecenderungan siswa terhadap sesuatu atau bidang

studi tertentu yang menyebabkan timbulnya perubahan tingkah laku ke

arah yang lebih baik dan semuanya dilakukan dengan perasaan senang

tanpa paksaan. Siswa yang memiliki minat belajar dapat dilihat dari

perhatiannya terhadap guru dan pelajaran, kemauannya untuk belajar,

partisipasinya ketika proses belajar berlangsung, dan perasaannya ketika

mengikuti pelajaran matematika.

2. Definisi Operasional

Secara operasional yang dimaksud dengan minat belajar adalah

skor yang diperoleh siswa dalam mengisi angket minat belajar

Page 52: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

42

matematika. Dengan indikator minat belajar dalam penelitian ini adalah:

perhatian, perasaan senang, partisipasi, keinginan yang kuat dan

ketekunan.

3. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket

minat belajar matematika, untuk penyusunan butir-butir pernyataan angket

mengacu pada indikator-indikator pada variabel yang akan diukur. Dan

bentuk skala yang dipakai adalah skala likert yaitu bentuk kuisioner yang

mengungkap sikap siswa dalam bentuk jawaban (pernyataan) berupa

Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju

(STS). Angket ini terdiri dari 35 butir pernyataan. Jawaban dari setiap

pernyataan positif diberi skor dengan rentang nilai dari 4 sampai 1,

sedangkan jawaban dari setiap pernyataan negatif diberi skor dengan

rentang nilai dari 1 sampai 4. Untuk kisi-kisi instrumen minat belajar

matematika dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3

Kisi-Kisi Instrumen Minat Belajar Matematika

Variabel Indikator Pernyataan

Positif

Pernyataan

Negatif

Jumlah

Butir

Perhatian 13*, 29, 34 3, 15, 26* 6

Perasaan senang 1, 12, 30 2, 4*, 22,

33*

7

Partisipasi 17*, 19, 27,

32

8, 24, 28 7

Keinginan yang

kuat

6, 10*, 21,

25*

5, 9, 18* 7

Minat

Belajar

Matematika

Ketekunan 7, 14*, 20,

23, 31

11, 16, 35* 8

Jumlah 19 16 35

Keterangan : *) Invalid / butir pernyataan tidak valid

Page 53: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

43

4. Uji Coba Instrumen Penelitian

Sebelum angket diberikan pada siswa kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol, terlebih dahulu angket tersebut di uji cobakan kepada

siswa di luar kedua kelompok tersebut. Hal ini dilakukan dengan tujuan

untuk mengetahui apakah memenuhi persyaratan validitas dan reliabilitas.

a. Uji Validitas

Untuk menghitung validitas butir soal angket digunakan rumus

korelasi Product Moment, yakni sebagai berikut: 1

))()()((

))((2222 YYNXXN

YXXYNrxyΣ−ΣΣ−Σ

ΣΣ−Σ=

Keterangan:

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y

∑X = jumlah skor tiap-tiap butir

∑Y = jumlah skor tiap-tiap siswa

N = jumlah siswa

Untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal angket, maka

rhitung dibandingkan dengan rtabel product moment. Jika rhitung > rtabel

maka butir angket tersebut valid. Dan jika rhitung < rtabel maka butir

angket tersebut tidak valid. Dan Berdasarkan hasil perhitungan yang

dilakukan (lampiran 10), diperoleh 25 butir pernyataan yang valid dari

35 butir pernyataan yang diajukan.

b. Uji Reliabilitas

Untuk mengukur reliabilitas instrumen angket minat digunakan

rumus Alpha, sebagai berikut:2

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛ Σ−⎟

⎠⎞

⎜⎝⎛

−= 2

2

11 11 t

b

SS

nnr

1 Subana dan Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, (Jakarta: Pusataka Setia, 2009), h.

130. 2 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 175.

Page 54: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

44

Keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen

n = banyaknya butir pernyataan atau banyaknya soal yang valid 2bSΣ = jumlah varians butir

2tS = varians total

Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan (lampiran 11)

pada 25 butir pernyataan yang valid diperoleh nilai reliabilitas soal

sebesar 0,87.

E. Teknik Analisis Data Dari data yang telah diperoleh, kemudian dilakukan perhitungan

statistik dan melakukan perbandingan terhadap dua kelompok tersebut untuk

mengetahui kontribusi pembelajaran kooperatif tipe Rotating Trio Exchange

(RTE) terhadap minat belajar matematika siswa. Perhitungan statistik yang

digunakan, yaitu:

1. Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data pada dua

kelompok sampel yang diteliti berasal dari populasi yang berdistribusi

normal atau tidak. Dalam penelitian ini, pengujian normalitas

menggunakan uji kai kuadrat (chi square). Adapun prosedur pengujiannya

adalah sebagai berikut:3

a. Menentukan hipotesis

H0 : Data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : Data sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

b. Menentukan rata-rata.

c. Menentukan standar deviasi.

d. Membuat daftar frekuensi observasi dan frekuensi ekspektasi.

1) Rumus banyak kelas: (aturan Struges)

K = 1 + 3,3 log (n), dengan n adalah banyaknya subjek

3 Subana dan Sudrajat, Dasar-dasar…, h. 149 – 150.

Page 55: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

45

2) Rentang (R) = skor terbesar – skor terkecil

3) Panjang kelas (P) = KR

e. Cari hitung2χ dengan rumus:

( )∑ −=

i

iihitung

EEO 2

f. Cari tabel2χ dengan derajat kebebasan (dk) = banyak kelas (K) – 3 dan

taraf kepercayaan 95 % atau taraf signifikansi α = 5%.

g. Kriteria pengujian:

Jika ≤ , maka H0 diterima hitung2χ tabel

Jika > , maka H0 ditolak hitung2χ tabel

2. Uji homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah kedua

kelompok sampel berasal dari populasi yang sama (homogen) atau tidak.

Dalam penelitian ini, pengujian homogenitas menggunakan uji Fisher (F).

Adapun prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut:4

a. Menentukan hipotesis

H0 : 22

21 σσ =

H1 : 22

21 σσ ≠

b. Cari Fhitung dengan rumus:

terkecilVarians terbesarVariansF =

c. Tetapkan taraf signifikansi (α)

d. Hitung Ftabel dengan rumus:

( )1,12

tabel21

FF−−

=nnα

4 Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung: Tarsito, 2005), Cet. III, h. 249.

Page 56: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

46

e. Tentukan kriteria pengujian H0, yaitu:

Jika Fhitung ≤ Ftabel, maka H0 diterima

Jika Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak

Adapun pasangan hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut:

H0 : Kedua kelompok sampel mempunyai varians yang sama.

H1 : Kedua kelompok sampel mempunyai varians yang berbeda.

3. Uji hipotesis

Untuk uji hipotesis, jika kedua sampel berdistribusi normal maka

menggunakan rumus uji t. Rumus yang digunakan, yaitu:

a. Untuk sampel yang homogen5

21

21

11nn

s

XXt

gab

hitung

+

−=

dengan ∑∑

=i

ii

fXf

X 1 dan ∑∑

=i

ii

fXf

X 2

Sedangkan ( ) ( )

211

21

222

211

−+−+−

=nn

SnSnS gab

Keterangan:

thitung : harga t hitung

1X : nilai rata-rata hitung data kelompok eksperimen

2X : nilai rata-rata hitung data kelompok kontrol

S12 : varians data kelompok eksperimen

S22 : varians data kelompok kontrol

Sgab : simpangan baku kedua kelompok

n1 : jumlah siswa pada kelompok eksperimen

n2 : jumlah siswa pada kelompok kontrol

Setelah harga t hitung diperoleh, kita lakukan pengujian

kebenaran kedua hipotesis dengan membandingkan besarnya thitung

5 Sudjana, Metoda Statistika…, h. 239.

Page 57: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

47

dengan ttabel, dengan terlebih dahulu menetapkan degrees of

freedomnya atau derajat kebebasannya, dengan rumus:

dk = (n1 + n2) – 2

dengan diperolehnya dk, maka dapat dicari harga ttabel pada taraf

kepercayaan 95 % atau taraf signifikansi (α) 5%. Kriteria pengujiannya

adalah sebagai berikut:

Jika thitung < ttabel maka H0 diterima

Jika thitung ≥ ttabel maka H0 ditolak

b. Untuk sampel yang tak homogen (heterogen)6

1) Mencari nilai thitung dengan rumus:

2

22

1

21

21

nS

nS

XXt

+

−=

2) Menentukan derajat kebebasan dengan rumus:

11 2

2

2

22

1

2

1

21

2

2

22

1

21

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

+−

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

=

nnS

nnS

nS

nS

dk

3) Mencari ttabel dengan taraf signifikansi (α) 5%.

4) Kriteria pengujian hipotesisnya:

Jika thitung < ttabel maka H0 diterima

Jika thitung ≥ ttabel maka H0 ditolak

Jika dalam perhitungan diperoleh sampel berasal dari populasi

yang tidak berdistribusi normal maka dapat menggunakan uji

nonparametrik, yaitu tes U Mann-Whitney. Adapun langkah-langkah

dalam tes U Mann-Whitney adalah sebagai berikut:7

6 Subana dan Sudrajat, Dasar-dasar..., h.164-166. 7 Sidney Siegel, Statistik Nonparametrik untuk Ilmu-Ilmu Sosial, Terjemahan: Zanzawi

Suyuti dan Landung, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1997), h. 158.

Page 58: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

48

a. Tentukan harga-harga n1 dan n2. n1 untuk jumlah siswa yang lebih

sedikit, dan n2 untuk jumlah siswa yang lebih banyak.

b. Berilah ranking bersama skor-skor kedua kelompok itu.

c. Tentukan harga U dengan rumus:8

111

211 R2

)1n(nnnU −

++= dan

222

212 R2

)1n(nnnU −

++=

Dimana:

n1 = jumlah sampel kelas eksperimen

n2 = jumlah sampel kelas kontrol

U1 = jumlah peringkat kelas eksperimen

U2 = jumlah peringkat kelas kontrol

R1 = jumlah rangking pada sampel kelas eksperimen

R2 = jumlah rangking pada sampel kelas kontrol

d. Metode untuk menetapkan signifikansi harga U observasi dengan

rumus:

12)1nn()n()(n

2nn

-U Z

-UZ

2121

21

U

U

++=

=σμ

e. Jika harga observasi U mempunyai kemungkinan yang sama besar

dengan, atau lebih kecil dari α, tolaklah H0 dan menerima Ha.

Adapun hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut:

H0 : Rata-rata minat belajar matematika siswa pada kelompok

eksperimen sama dengan rata-rata minat belajar matematika

siswa pada kelompok kontrol.

8 Sugiyono, Statistik Nonparametris untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 61.

Page 59: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

49

Ha : Rata-rata minat belajar matematika siswa pada kelompok

eksperimen lebih tinggi dari rata-rata minat belajar matematika

siswa pada kelompok kontrol.

F. Hipotesis Statistik Hipotesis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

H0 : μ1 = μ2

Ha : μ1 > μ2

Keterangan :

H0 = Hipotesis nol

Ha = Hipotesis Alternatif

1μ = Rata-rata minat belajar matematika siswa yang diajar dengan

pembelajaran kooperatif tipe Rotating Trio Exchange (RTE).

2μ = Rata-rata minat belajar matematika siswa yang diajar dengan

pembelajaran konvensional.

Page 60: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

50

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Sampel yang diambil dalam penelitian ini terdiri dari 2 kelas, yaitu

kelas VIII.5 dan kelas VIII.6. Kelas VIII.6 terdiri dari 34 orang siswa sebagai

kelompok eksperimen yang diajar dengan pembelajaran kooperatif tipe

Rotating Trio Exchange (RTE), dan kelas VIII.5 terdiri dari 36 orang siswa

sebagai kelompok kontrol yang diajar dengan pembelajaran konvensional.

Untuk mengukur minat belajar matematika kedua kelompok tersebut

maka diberikan posttes berupa angket minat belajar matematika. Angket

tersebut diberikan setelah kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diberi

perlakuan yang berbeda. Namun sebelum angket tersebut diberikan, terlebih

dahulu dilakukan uji coba instrumen pada kelas VIII.4 sebanyak 35 butir

pernyataan.

Setelah dilakukan uji coba instrumen selanjutnya dilakukan uji

validitas dan uji reliabilitas. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh 25 butir

pernyataan yang valid dengan nilai reliabilitas soal sebesar 0,87. Adapun skor

minat belajar matematika yang didapatkan oleh kedua kelompok tersebut

adalah sebagai berikut.

1. Minat Belajar Matematika Kelompok Eksperimen

Dari hasil posttes yang diberikan kepada kelompok eksperimen yang

diajar dengan pembelajaran kooperatif tipe Rotating Trio Exchange (RTE),

diperoleh skor terendah adalah 51 dan skor tertinggi adalah 82. Untuk lebih

jelasnya, penyajian data dalam bentuk distribusi frekuensi skor minat belajar

matematika kelompok eksperimen dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Page 61: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

51

Tabel 4. Distribusi Frekuensi

Minat Belajar Matematika Kelompok Eksperimen

Frekuensi Interval Kelas

Absolut Relatif (%) Kumulatif

51 – 55 2 5.88 2

56 – 60 5 14.71 7

61 – 65 5 14.71 12

65 – 70 10 29.41 22

71 – 75 7 20.59 29

76 – 80 3 8.82 32

81 – 85 2 5.88 34

Jumlah 34 100

Berdasarkan hasil perhitungan (lampiran 14) diperoleh skor rata-rata

( X ) minat belajar matematika kelompok eksperimen adalah 67,71, varians

(Se2) sebesar 60,52 dan simpangan baku (S) sebesar 7,78 dengan jumlah

sampel (ne) sebanyak 34 orang siswa. Pada tabel tersebut terlihat bahwa skor

yang paling banyak diperoleh siswa kelompok eksperimen terletak pada

interval 65 – 70 yaitu sebesar 29,41%. Pola penyebaran data minat belajar

matematika kelompok eksperimen dapat dilihat pada gambar 3 (grafik

histogram dan poligon frekuensi minat belajar matematika kelompok

ekperimen).

2. Minat Belajar Matematika Kelompok Kontrol

Dari hasil posttes yang diberikan kepada kelompok kontrol yang

diajar dengan pembelajaran konvensional, diperoleh nilai terendah adalah 48

dan nilai tertinggi adalah 84. Untuk lebih jelasnya, penyajian data dalam

bentuk distribusi frekuensi skor minat belajar matematika kelompok

eksperimen dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Page 62: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

52

Tabel 5. Distribusi Frekuensi

Minat Belajar Matematika Kelompok Kontrol

Frekuensi Interval Kelas

Absolut Relatif (%) Kumulatif

48 - 53 7 19.44 7

54 - 59 0 0.00 7

60 - 65 15 41.67 22

66 - 71 10 27.78 32

72 - 77 0 0.00 32

78 - 83 3 8.33 35

84 - 89 1 2.78 36

Jumlah 36 100

Berdasarkan hasil perhitungan (lampiran 15) diperoleh skor rata-rata

( X ) minat belajar matematika kelompok kontrol adalah 64, varians (Se2)

sebesar 81 dan simpangan baku (S) sebesar 9 dengan jumlah sampel (ne)

sebanyak 36 orang siswa. Pada tabel tersebut terlihat bahwa nilai yang

paling banyak diperoleh oleh siswa kelompok kontrol terletak pada interval

60 – 65 yaitu sebesar 41,67%. Pola penyebaran data minat belajar

matematika kelompok kontrol dapat dilihat pada gambar 4 (grafik histogram

dan poligon frekuensi minat belajar matematika kelompok kontrol).

Page 63: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

53

Frekuensi

10

7

5

3

2

0 Nilai

Gambar 3. Grafik Histogram dan Poligon 50,5 55,5 60,5 65,5 70,5 75,5 80,5 85,5

Frekuensi Minat Belajar Matematika Kelompok Eksperimen

Frekuensi

15

10

7

3

1 0 Nilai

48,5 53,5 59,5 65,5 71,5 77,5 83,5 89,5

Gambar 4. Grafik Histogram dan Poligon

Frekuensi Minat Belajar Matematika Kelompok Kontrol

Page 64: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

54

Untuk lebih jelasnya, perbandingan skor minat belajar matematika

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 6

Perbandingan Minat Belajar Matematika Kelompok Eksperimen

dan Kelompok Kontrol

Kelompok Eksperimen Kontrol

Jumlah Siswa 34 36

Rata-rata 67,71 64

Varians 60,52 81

Simpangan Baku 7,78 9

B. Pengujian Persyaratan Analisis

Berdasarkan prasyarat analisis sebelum dilakukan pengujian hipotesis

perlu dilakukan pemeriksaan telebih dahulu terhadap data penelitian. Uji

prasyarat yang perlu dilakukan adalah:

Uji Normalitas

Dalam penelitian ini, uji normalitas yang digunakan adalah uji kai

kuadrat (chi square). Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data

sampel berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak, dengan ketentuan

bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika memenuhi

kriteria χ2hitung < χ2

tabel diukur pada taraf signifikansi dan tingkat kepercayaan

tertentu.

• Uji Normalitas Kelompok Eksperimen

Dari hasil perhitungan uji normalitas minat belajar matematika

kelompok eksperimen (lampiran 16), diperoleh harga χ2hitung = 1,75

sedangkan dari tabel harga kritis uji kai kuadrat (chi square) diperoleh

χ2tabel untuk dk = 4 pada taraf signifikansi α = 5% adalah 9,49. Karena

χ2hitung kurang dari χ2

tabel (1,75 < 9,49), maka H0 diterima, artinya data

Page 65: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

55

sampel pada kelompok eksperimen berasal dari populasi berdistribusi

normal.

• Uji Normalitas Kelompok Kontrol

Dari hasil perhitungan uji normalitas minat belajar matematika

kelompok kontrol (lampiran 17), diperoleh harga χ2hitung = 21,39,

sedangkan dari tabel harga kritis uji kai kuadrat (chi square) diperoleh

χ2tabel untuk dk = 4 pada taraf signifikansi α = 5% adalah 9,49. Karena

χ2hitung lebih dari χ2

tabel (21,39 > 9,49), maka H0 ditolak, artinya data

sampel pada kelompok kontrol berasal dari populasi berdistribusi tidak

normal.

Untuk lebih jelasnya, data perhitungan mengenai uji normalitas

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

Tabel 7

Uji Normalitas Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Kelompok dk χ2hitung

χ2tabel

(α = 5%) Kesimpulan

Eksperimen 4 1,75 9,49 Sampel berasal dari populasi

yang berdistribusi normal

Kontrol 4 21,39 9,49 Sampel berasal dari populasi

berdistribusi tidak normal

Karena ada data sampel yang berasal dari populasi yang berdistribusi

tidak normal, maka untuk pengujian hipotesis dilakukan tes statistik

nonparametrik dan tidak perlu dilakukan pengujian homogenitas.

Page 66: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

56

C. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan 1. Pengujian Hipotesis

Setelah dilakukan pengujian persyaratan analisis, didapatkan bahwa

salah satu data sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal. Maka

untuk pengujian hipotesis digunakan tes statistik nonparametrik. Pengujian

dilakukan untuk mengetahui apakah rata-rata minat belajar matematika

siswa pada kelompok eksperimen yang dalam pembelajarannya

menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Rotating Trio Exchange (RTE)

lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata minat belajar matematika siswa

pada kelompok kontrol yang dalam pembelajarannya menggunakan

pembelajaran konvensional. Untuk pengujian tersebut diajukan hipotesis

sebagai berikut:

H0 : 21 μμ =

H1 : 21 μμ >

Keterangan:

1μ : rata-rata minat belajar matematika siswa pada kelompok eksperimen

2μ : rata-rata minat belajar matematika siswa pada kelompok kontrol

Pengujian hipotesis dengan tes statistik nonparametrik menggunakan

tes U Mann-Whitney dengan α = 0,05 yaitu untuk menguji H0. Kriteria

pengujian yang digunakan adalah jika harga oservasi U mempunyai

kemungkinan yang sama besar dengan, atau lebih kecil dari α = 0,05, maka

tolaklah H0 dan menerima Ha. Untuk lebih jelasnya, data perhitungan

mengenai uji hipotesis dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 8

Hasil Uji Perbedaan Data Kelompok Eksperimen

dan Kelompok Kontrol

Kelompok U μU σU p α Kesimpulan

Eksperimen 443,5

Kontrol 780,5 612 85,1 0,0239 0,05 Tolak H0

Page 67: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

57

Dari tabel di atas diperoleh perhitungan bahwa Z ≤ -1,98 mempunyai

kemungkinan di bawah H0 sebesar p < 0,0239 (lampiran 18). Karena harga

observasi U mempunyai kemungkinan yang sama besar dengan, atau lebih

kecil dari α = 0,05 (0,0239 < 0,05), maka H0 ditolak dan Ha diterima.

Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa ”Rata-rata minat belajar

matematika siswa yang diajar dengan pembelajaran kooperatif tipe Rotating

Trio Exchange (RTE) lebih tinggi dari pada rata-rata minat belajar

matematika siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional”.

2. Pembahasan

Perbedaan rata-rata minat belajar matematika siswa antara kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol menunjukkan bahwa pembelajaran

kooperatif tipe RTE lebih baik dari pada pembelajaran konvensional. Hal

tersebut didukung oleh hasil pengamatan selama proses pembelajaran

berlangsung serta hasil wawancara dengan beberapa orang siswa yang

diambil secara acak.

Pengamatan selama proses pembelajaran diperoleh beberapa

informasi yaitu perilaku siswa kelompok eksperimen yang teramati adalah

sebagai berikut: Perhatian, Ketika guru memberikan penjelasan atau arahan

mengenai apa yang akan mereka bahas dalam LKS, mereka tampak

memperhatikan dan mendengarkan dengan serius. Dan setelah selesai

presentasi para siswa terlihat mencatat semua rangkuman materi yang telah

dipelajari, walaupun pada awalnya hanya sebagian siswa saja yang mencatat

dibuku catatan. Hal tersebut karena mereka menganggap sudah mengerjakan

LKS jadi tidak perlu mencatat dan ditambah lagi pada awal-awal pertemuan

waktu yang dibutuhkan untuk presentasi, mencatat dan mengerjakan latihan

soal sangat kurang, namun setelah diberi arahan dan motivasi oleh guru

akhirnya mereka mencatat rangkuman materi yang diberikan.

Perasaan senang, Ketika LKS dibagikan pada masing-masing

kelompok trio, mereka terlihat bersemangat dalam mengerjakannya.

Terlebih lagi jika ada soal yang harus dipraktekkan seperti mencari konsep

Page 68: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

58

luas permukaan kubus dengan menggunakan potongan-potongan persegi

yang diletakkan pada jaring-jaring kubus, menentukan rumus volume kubus

dengan memasukkan kubus-kubus kecil ke dalam kubus yang lebih besar,

atau membedakan jaring-jaring balok diantara 3 buah jaring-jaring dengan

cara mengguntingnya. Mereka saling membantu dan bekerjasama untuk

menyelesaikannya. Namun terkadang jika LKS yang diberikan berisi soal

untuk mencari rumus-rumus, sebagian siswa terlihat pusing karena mereka

harus mengingat kembali rumus-rumus yang sudah dipelajari dan jika

mereka benar-benar tidak paham, mereka akan bertanya kepada guru.

Partisipasi, Pada saat diskusi kelompok, para siswa terlihat serius

berdiskusi untuk menyelesaikan LKSnya dan mereka terlihat berani

mengemukakan pendapat kepada teman lainnya dalam kelompok trio.

Dalam mengerjakan LKS, kelompok-kelompok trio saling berbagi tugas

yaitu setelah selesai berdiskusi dengan kelompok trionya mereka bergantian

menulis. Dan ketika guru menunjuk salah satu anggota kelompok trio untuk

mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, mereka yang ditunjuk akan

langsung maju ke depan kelas.

Keinginan yang kuat, Ketika siswa mengerjakan LKS pada

pertemuan pertama, mereka tampak bingung dalam mengerjakannya karena

mereka belum terbiasa menemukan dan memahami konsep matematika

sendiri. Selain itu kekurangpahaman siswa menafsirkan petunjuk atau

perintah yang diberikan dalam LKS mengakibatkan waktu yang dihabiskan

untuk mengerjakan setiap LKS tidak sesuai dengan waktu yang ditetapkan

guru. Namun, pada pertemuan selanjutnya sedikit demi sedikit diskusi

kelompok mulai kondusif. Siswa mulai terbiasa menyelesaikan LKS tepat

waktu karena mereka saling berdiskusi dengan teman kelompoknya untuk

menjawab pertanyaan yang ada di LKS sehingga LKS pun cepat selesai dan

ditambah lagi guru memberikan reward bonus 5 poin untuk setiap kelompok

yang menyelesaikan LKS kurang dari waktu yang ditentukan.

Ketekunan, Pada awal pertemuan, banyak siswa yang tidak

mengerjakan PR karena mereka tidak mencatat apa yang diberikan guru.

Page 69: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

59

Namun setelah beberapa pertemuan, siswa rajin mengerjakan latihan soal

ataupun PR yang diberikan oleh guru. Dan ketika guru menyuruh siswa

membawa atau membuat alat untuk dipakai ketika mengerjakan LKS

mereka membawanya pada pertemuan berikutnya.

Gambar 5. Kegiatan Siswa dalam Rotating Trio Exchange

Sedangkan perilaku siswa kelompok kontrol yang teramati adalah

sebagai berikut: Perhatian, Ketika guru menerangkan materi, ada sebagian

siswa yang mendengarkan dengan serius, tetapi ada juga yang tidak

memperhatikan seperti bercanda, ataupun mengobrol dengan teman

sebangkunya. Ketika ditegur oleh guru, baru mereka mau memperhatikan.

Dan hanya siswa yang memperhatikan saja yang rajin mencatat semua

materi yang diberikan guru.

Perasaan senang, Ketika pelajaran matematika berlangsung,

sebagian siswa tampak semangat untuk belajar. Namun ada juga yang

tampak gelisah ingin agar pelajaran cepat-cepat selesai, mereka terlihat

pusing dengan pelajaran matematika. Partisipasi, Saat guru menyuruh siswa

untuk mengerjakan latihan soal di depan kelas, tidak semua siswa langsung

maju ke depan kelas. Mereka tampak kurang percaya diri untuk

mengerjakannya karena takut apa yang dikerjakannya salah.

Keinginan yang kuat, Setelah guru menjelaskan materi dan

memberikan kesempatan siswa untuk bertanya mengenai materi yang belum

Page 70: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

60

dipahami, siswa hanya diam saja. Ketika diberi latihan soal, ada sebagian

siswa yang belum bisa mengerjakannya, tetapi tidak ada usaha dari siswa

tersebut untuk bertanya kepada teman atau bertanya kepada guru.

Ketekunan, Ketika diberi tugas ataupun PR, hanya sebagian siswa saja yang

selesai dan rajin mengerjakan tugasnya, sedangkan yang lainnya terlihat

masih sibuk menyelesaikan tugasnya, ketika pelajaran matematika dimulai.

Setelah dilakukan pengujian prasyarat analisis, diperoleh kesimpulan

bahwa sampel kelompok kontrol yang diajar dengan pembelajaran

konvensional berasal dari populasi berdistribusi tidak normal. Hal tersebut

dikarenakan pada pembelajaran konvensional kondisi belajar siswa secara

individual baik menyangkut kecepatan belajar, kesulitan belajar dan minat

belajar sulit terkontrol oleh guru. Dalam proses pembelajaran siswa tidak

diberi kesempatan yang luas untuk berdiskusi dengan siswa lainnya

sehingga tidak ada tanggung jawab dalam diri siswa untuk membantu siswa

lain dalam memahami materi pelajaran. Jam pelajaran matematika pada

kelompok kontrol pun kurang strategis yaitu 2 jam pelajaran matematika

harus dijeda istirahat, jadi setelah istirahat siswa harus memulai

berkonsentrasi lagi dari awal. Dan ada jam pelajaran matematika yang

berada pada jam terakhir pelajaran sehingga kondisi siswa sudah mulai lelah

dan ingin cepat-cepat pulang yang mengakibatkan siswa susah

berkonsentrasi. Kondisi-kondisi seperti itulah yang menurut peneliti

mengakibatkan sampel kelompok kontrol berdistribusi tidak normal.

Dari hasil wawancara dengan beberapa siswa kelompok eksperimen

diperoleh informasi bahwa mereka senang belajar matematika dengan

pembelajaran kooperatif tipe Rotating Trio Exchange karena materi yang

dipelajari lebih dapat dipahami, selain itu mereka lebih bersemangat dalam

belajar. Rasa senang inilah yang mempengaruhi minat siswa dalam belajar.

Kenyataan ini didukung oleh teori yang dikemukakan oleh Crow tentang

beberapa karakteristik minat yaitu ”Minat timbul dari perasaan senang

Page 71: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

61

terhadap suatu objek atau situasi yang menarik perhatian seseorang”1 Dari

informasi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa siswa kelompok

eksperimen memberikan respon positif terhadap diterapkannya

pembelajaran kooperatif tipe Rotating Trio Exchange (RTE). Berdasarkan

semua informasi di atas, dapat dikatakan bahwa pembelajaran kooperatif

tipe Rotating Trio Exchange (RTE) berpengaruh terhadap minat belajar

matematika siswa.

D. Keterbatasan Penelitian Peneliti menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna. Berbagai

upaya telah dilakukan agar memperoleh hasil yang maksimal. Namun

demikian, masih terdapat hal-hal yang tidak dapat terkontrol dan tidak dapat

dikendalikan sehingga hasil dari penelitian ini pun belum optimal. Hal-hal

tersebut antara lain:

1. Kondisi siswa yang belum terbiasa belajar menggunakan Lembar Kerja

Siswa (LKS) dan dibatasi waktu ketika mengerjakannya membuat situasi

kelas pada awal pertemuan sulit terkontrol.

2. Kekurangpahaman siswa menafsirkan petunjuk atau perintah yang terdapat

dalam LKS sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama bagi siswa

menyelesaikan LKSnya, yang mengakibatkan proses pembelajaran kurang

efektif pada awal pertemuan.

3. Karena jumlah siswa yang banyak sehingga membutuhkan waktu yang

relatif lama untuk menunggu siswa berkumpul dengan kelompok trio-nya

dalam setiap awal pertemuan.

1 Abdul Rahmat, Super Teacher, (Bandung: MQS. Publishing,2009), h. 181.

Page 72: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

62

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh skor rata-rata minat kelompok

eksperimen yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Rotating

Trio Exchange (RTE) adalah sebesar 67,71. Sedangkan, skor rata-rata minat

kelompok kontrol yang diajar dengan pembelajaran konvensional adalah

sebesar 64. Setelah dilakukan pengujian hipotesis dengan tes U Mann-

Whitney maka diperoleh harga Z ≤ -1,98 mempunyai kemungkinan di bawah

H0 sebesar p < 0,0239. Karena harga observasi U mempunyai kemungkinan

yang sama besar dengan, atau lebih kecil dari α = 0,05 (0,0239 < 0,05), maka

H0 ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa ”Rata-

rata minat belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran

kooperatif tipe Rotating Trio Exchange (RTE) lebih tinggi dari pada rata-rata

minat belajar matematika siswa yang diajar dengan pembelajaran

konvensional”. Dengan kata lain, pembelajaran matematika dengan

menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Rotating Trio Exchange

(RTE) mempunyai pengaruh terhadap minat belajar matematika siswa.

B. Saran

Terdapat beberapa saran peneliti terkait hasil penelitian pada skripsi

ini, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Guru yang hendak menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe

Rotating Trio Exchange (RTE) dalam pembelajaran matematika di kelas

diharapkan dapat membuat LKS yang lebih simpel dengan pertanyaan

yang sedikit, karena berdasarkan pengamatan penulis selama proses

pembelajaran berlangsung, siswa dapat lebih mengerti dan paham jika

pertanyaan dalam LKS tidak terlalu banyak.

Page 73: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

63

2. Guru harus dapat melakukan persiapan dan pengaturan kelas yang baik,

agar tahapan-tahapan dalam pembelajaran kooperatif tipe Rotating Trio

Exchange (RTE) dapat terlaksana dengan baik.

3. Agar proses perputaran/rotasi berjalan dengan baik, guru harus

menjelaskan prosedurnya dengan jelas dan rinci pada awal pertemuan (jika

perlu gambarkan proses rotasinya pada kertas karton).

4. Karena beberapa keterbatasan dalam melaksanakan penelitian ini, maka

disarankan ada penelitian lanjut yang meneliti tentang pembelajaran

kooperatif tipe Rotating Trio Exchange (RTE) pada pokok bahasan lain

atau mengukur aspek yang lain, seperti meneliti secara lebih mendalam

tentang “Bagaimana pengaruh pembelajaran kooperatif tipe Rotating Trio

Exchange (RTE) terhadap kemampuan berpikir siswa?” atau “Bagaimana

pengaruh pembelajaran kooperatif tipe Rotating Trio Exchange (RTE)

terhadap hasil belajar matematika siswa?”

Page 74: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

64

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003.

Anitah, Sri, Materi Pokok Strategi Pembelajaran Matematika, Jakarta: Universitas Terbuka, 2007.

Bahresi, Hussein, Hadits Shahih Bukhari-Muslim, Surabaya: Karya Utama.

Barry, Kevin dan Len King, Beginning Teaching And Beyond, third edition, Autralia; Thomson, 2006.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006.

Faiq, Muhammad Dzaki, Aktivitas Belajar Pada Model Pembelajaran Kooperatif, diakses dari http://Penelitiantindakankelas.Blogspot.Com/2009/03/Aktivitas-Belajar-Pada-Model.Html,

Isjoni, Cooperative Learning, Bandung: Alfabeta, 2009.

Ismail, dkk., , Kapita Selekta Pembelajaran Matematika, Jakarta: Universitas Terbuka, 2002.

Lie, Anita, Cooperative Learning, Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas, Jakarta: Gramedia Widiasarana, 2002.

Muijs, Daniel dan David Reynolds, Effective Teaching, Evidence and Practice, California: SAGE Publications Ltd, 2005.

Nurhayati, ”Penerapan Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Untuk Meningkatkan Minat Belajar Matematika Siswa”, Skripsi Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, t.d., Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Jakarta, 2009.

Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.

Rahmat, Abdul, Super Teacher, Bandung: MQS. Publishing, 2009.

Rohman, Arif, Memahami Pendiidikan dan Ilmu Pendidikan, Yogyakarta: LaksBang Mediatama, 2009.

64

Page 75: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

65

Sabri, Alisuf, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007.

Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Cet. VI, Jakarta: Kencana, 2009.

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Cet ke-11. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004.

Siegel, Sidney, Statistik Nonparametrik untuk Ilmu-Ilmu Sosial, Terjemahan: Zanzawi Suyuti dan Landung, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1997.

Silberman, Mel, Active Training: A Handbook of Techniques, Design, Case Example, and Tips, New York: Lexington Books, 1990.

Silberman, Melvin L., Active Learning:101 Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2007.

Singer, kurt, Membina Hasrat Belajar di Sekolah, Bandung: Remadja Karya, 1987.

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Cet ke-4. Jakarta: Rineka Cipta, 2003.

Subana, M dan Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, Cet.II, Jakarta: Pustaka Setia, 2005.

Sudjana, Metoda Statistika, Cet. III, Bandung: Tarsito, 2005

Sugiyono, Statistik Nonparametrik untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta, 2007.

Suherman, Erman, dkk., Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Bandung: JICA-UPI, 2001.

Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Cet. XI, Bandung: PT Remaja Rosydakarya, 2005.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002.

Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007.

65

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Departemen Agama Republik Indonesia, 2003.

Page 76: ABSTRACT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21618/1/SITI KHOLILLAH-FITK.pdf · Nurhayati di MTs Al Hidayah Tajur didapatkan informasi bahwa

66

66

Wiranaputra, Udin S., dkk., Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Universitas Terbuka, 2007.

Witherington, Psikologi Pendidikan, Terjemahan: M. Bukhori, Jakarta: Aksara Baru, 1978.

Yudha M.S., Strategi Pembelajaran Kooperatif, Bandung: Bintang Wali Artika, 2008.