abs trak 2007

116
ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25 1 ACETAMINOPHEN 1 Perbandingan Efek Pengobatan Parasetamol dan Diasepam dengan Natrium Diklofenak terhadap Derajat Nyeri dan Fleksibilitas Otot pada Nyeri Pinggang Non Spesifik Akut/Amaludin M; M.N. Jenie; Amin Husni.-- Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, 2006.-- irrp. ABSTRAK : Nyeri pinggang non spesifik merupakan masalah kesehatan masyarakat. Natrium diklofenak atau parasetamol dapat menghambat proshambat prostaglandin di tempat nyeri pinggang non spesifik (NPNS) akut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat nyeri dan tingkat fleksibilitas otot setelah pengobatan parasetamol dan diasepam dibandingkan natrium diklofenak pada NPNS akut, selama pemberian 6 hari. Studi randominasi di Poliklinik Saraf RSDK Semarang dengan sampel sebanyak 46 orang mulai bulan Januari sampai Juni 2006. Masing-masing kelompok setelah dinilai tingkat nyerinya dengan VAS (Visual analoque Scale) dan dinilai tingkat fleksibilitas otot pinggang dengan menilai MST (Modified Schober Test) di random alokasikan ke terapi kombinasi parasetamol 500 mg dan diasepam 2 mg atau natrium diklofenak 50 mg, 3 kali sehari dalam kapsul selama 6 hari. Kemudian pada hari 1,3,6 setelah perlakuan diukur kembali nilai VAS dan MST. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok parasetamol dan diasepam (PD) dan kelompok natrium diklofenak (ND) dalam penurunan nilai VAS dan peningkatan nilai MST. Nilai VAS hari 1 (p=0,508), 3 (p=0,545), 6(p=0,509), dan nilai MST hari 1 (p=0,782), 3 (p=891), 6 (p=0,722). Walaupun kelompok PD terjadi penurunan nilai VAS secara bermakna (p=0,001) dan peningkatan nilai VAS bermakna (p=0,001) dan peningkatan nilai MST secara bermakna (p=0,001). Kesimpulan perbedaan penurunan tingkat nyeri dan peningkatan fleksibilitas otot penderita nyeri pinggang non spesifik akut, pemberian kombinasi parasetamol dan diasepam maupun natrium diklofenak tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna. HDFK ADVERTISEMENTS 2 Persepsi Pejabat Kantor Pelayanan Pajak Daerah dan Dinas Pemukiman, Prasarana dan Wilayah tentang Iklan Rokok dan Dampaknya terhadap Kesehatan Masyarakat di Kota Yogyakarta/Nurul Fatimah.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp. ABSTRAK : There is 8,4 million deaths every year in the world because of cigarette as the result of increasing smoking prevalence. Seventy percent (70%) of these deaths occurred in developing countries. The result of a research that already conducted in Yogyakarta showed that the age of smoking was started from young age that is junior high school. Many advertisements in smoking become one of the causes of the increasing prevalence of smoking behavior. Various efforts that have been

Upload: badrun-dalang

Post on 10-Aug-2015

90 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

abstrak1

TRANSCRIPT

Page 1: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

1

ACETAMINOPHEN 1

Perbandingan Efek Pengobatan Parasetamol dan Diasepam dengan Natrium Diklofenak terhadap Derajat Nyeri dan Fleksibilitas Otot pada Nyeri Pinggang Non Spesifik Akut/Amaludin M; M.N. Jenie; Amin Husni.-- Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, 2006.-- irrp. ABSTRAK : Nyeri pinggang non spesifik merupakan masalah kesehatan masyarakat. Natrium diklofenak atau parasetamol dapat menghambat proshambat prostaglandin di tempat nyeri pinggang non spesifik (NPNS) akut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat nyeri dan tingkat fleksibilitas otot setelah pengobatan parasetamol dan diasepam dibandingkan natrium diklofenak pada NPNS akut, selama pemberian 6 hari. Studi randominasi di Poliklinik Saraf RSDK Semarang dengan sampel sebanyak 46 orang mulai bulan Januari sampai Juni 2006. Masing-masing kelompok setelah dinilai tingkat nyerinya dengan VAS (Visual analoque Scale) dan dinilai tingkat fleksibilitas otot pinggang dengan menilai MST (Modified Schober Test) di random alokasikan ke terapi kombinasi parasetamol 500 mg dan diasepam 2 mg atau natrium diklofenak 50 mg, 3 kali sehari dalam kapsul selama 6 hari. Kemudian pada hari 1,3,6 setelah perlakuan diukur kembali nilai VAS dan MST. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok parasetamol dan diasepam (PD) dan kelompok natrium diklofenak (ND) dalam penurunan nilai VAS dan peningkatan nilai MST. Nilai VAS hari 1 (p=0,508), 3 (p=0,545), 6(p=0,509), dan nilai MST hari 1 (p=0,782), 3 (p=891), 6 (p=0,722). Walaupun kelompok PD terjadi penurunan nilai VAS secara bermakna (p=0,001) dan peningkatan nilai VAS bermakna (p=0,001) dan peningkatan nilai MST secara bermakna (p=0,001). Kesimpulan perbedaan penurunan tingkat nyeri dan peningkatan fleksibilitas otot penderita nyeri pinggang non spesifik akut, pemberian kombinasi parasetamol dan diasepam maupun natrium diklofenak tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna.

HDFK ADVERTISEMENTS

2 Persepsi Pejabat Kantor Pelayanan Pajak Daerah dan Dinas Pemukiman, Prasarana dan Wilayah tentang Iklan Rokok dan Dampaknya terhadap Kesehatan Masyarakat di Kota Yogyakarta/Nurul Fatimah.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp. ABSTRAK : There is 8,4 million deaths every year in the world because of cigarette as the result of increasing smoking prevalence. Seventy percent (70%) of these deaths occurred in developing countries. The result of a research that already conducted in Yogyakarta showed that the age of smoking was started from young age that is junior high school. Many advertisements in smoking become one of the causes of the increasing prevalence of smoking behavior. Various efforts that have been

Page 2: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

2

done to convey the danger of smoking are not sufficient if it is not supported with good perception of decision maker on the danger of cigarette. Dinas Kantor Pelayanan Pajak Daerah (KPPD) and Dinas Permukiman Prasarana, dan Wilayah (KIMPRASWIL) have the authority to give permission of tobacco advertisement to be delivered to the community. The decision to issue the tobacco advertisement is influenced by the decision maker perception toward the tobacco advert cement and its effect. This research was aimed to find out the perception of the authorized person in both offices on tobacco advertisement and its impact toward public health. This research was a qualitative study using phenomenological approach. Data was collected using in-depth interview observation and document study. Perception of the authorized person of KPPD and KIMPRASWIL on tobacco advertisement and its impact showed that is no negative impact on public health. They did not care about the impact of tobacco advertisement on public health, because they did not deeply understand the information on the impact of tobacco for health. They trusted that people can choose good product or not for themselves. Decision making to release the tobacco advertisement and other advertisement were only based on the existing regulation that merely was aimed increasing the regional income. Socialization on tobacco and its impact is necessary to increase the knowledge of the authorized person of KPPD and KIMPRASWIL. Regulation of tobacco advertisement should not only be considering the increase of income but also their impact for health.

ABFK

AEDES 3

Uji Toksisitas Minyak Atsiri Kayu Manis (Cinnamomum burmanii BI), Serai Wangi (Andropogon nardus L.) dan Jeruk Purut (Citrus hystrix D.C.) terhadap Jentik Aedes aegypti/Soni Doke.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp. ABSTRAK : Health development is an integral part of national development which is aimed at achieving healthy life capability for all Indonesian population. One of effort is by controlling disease vectors such as malaria and dengue fever mosquitos. The use of synthetic insecticide can cause both positive and negative impact to human health. Natural insecticide made from plants is a good insecticide to be developed because it has a potential to control vector and is relatively safe degradable, and does not pollute the environment. The objective of this study is to determine the efficacy of volatil oil insecticide, to identify the relationship between concentration and exposure period, and to identify the residual effect of insecticide. Effectiveness of C. burmanii BL, A. nardus L and C hystrrix D.C. volatil oil based on contact period against Aedes aegypti larvae mortality.

Page 3: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

3

Design which was used in this study is true experiment method using post test only with group design. Population of the study was Aedes aegypti larvae colonized at the laboratory of Vector and Reservoir Control Research Unit, Salatiga. The sample was Aedes aegypti 3rd instars. Samples of each treatment was 15 larvae with six levels of concentration and four replicates for each treatment. The test materials of this study were C. burmanii BL, A. nardus L and c. hystrrix D.C. Volatil oil obtained from water and steam distillation of vapour C. burmanii BL, leaf and bar A. nardus L and also fruit husk C. hystrrix D.C. conducted at the laboratory of Traditional Medicine Research Center of Gadjah Mada University. The result of probit analysis showed that lethal concentration value (LC95) of C. burmanii Bl, A. nardus L. and C. hystrrix D.C. voaltil oil subsequently were : 0.007% v/v 0.028% v/v and 0.053% v/v. This results showed that there was killing efficacy of volatil oil of the three plants against Aedes aegypti larvae mortality. The result of correlation test showed that there was strong relationship between concentration and Aedes aegypti larvae mortality (p<0.05). The study was revealed that weak relationship between exposure period and Aedes aegypti larvae mortality (p>0.05). Regression test showed that there was positive effect of concentration and exposure period against Aedes aegypti larvae. Analysis of Variance revealed that significant is different (p=0,00) of the efficacy among three different volatile oil were tested, against Aedes aegypti larvae mortality. The longest residual effect was C. burmanii B.L. volatil oil with residual effect was 72 hours.

ABFK

4 Efektivitas Minyak Atsiri Serai (Andropogon nardus L.) terhadap Kematian Nyamuk Aedes aegypti/Indah Setyorini.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp. ABSTRAK : Dengue hemorrhagic fever remains one of the health problems in Indonesia. Aedes aegypti mosquito is the main vector of the fever. The use of synthetic insecticide in controlling the vector mosquito results in the new problem, which is the radiation of other non-target insects and the resistance vector mosquito. Natural insecticide is potential to be developed in controlling the vector mosquito because is save and highly degradable and does not pollute environment. One of the plants that have the potential as the natural insecticides A. nardus L. The objective of the study are determine the eradicative activity concentration the effective concentration and the best storage period of A. nardus L in eradicating the A. aegypti mosquito. The study is a true experiment with post test only with control group design. Samples are female A. aegypti. They are randomly sampled out from the population within 3 days of age. There are 20 mosquitoes for each treatment. There are 6 series of the Volatile oil concentration tested with a replications. The distillation of the volatile oil is conducted in Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) of Gadjah Mada University Yogyakarta using water

Page 4: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

4

and steam distillation. Effectiveness test is conducted in Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Resevoir Penyakit (B2P2VRP), Salatiga. The result of the study indicate that concentration of A. nardus L. volatile oil which is effective to eradicate A. aegypti mosquitoes are concentration of 5%;10%; 15%; 25%; 30%; 37,61% v/v and the probit analysis gives the lethal concentration (LC95) of 37,61% v/v. The volatile oil is effective in eradicating the A. aegypti mosquitoes at the concentration of 37,61% v/v. the results of the variant analysis indicate that there is a significant difference (p=0,000, p<0,05) in the average of eradicated A. aegypti mosquitoes between the concentration of the A. nardus L. There is a significant difference (p=0,000, p<0,05) in the average of eradicate A. aegypti between the spraying periods. The best storage period of A. nardus L. volatile oil is not more 24th hours.

ABFK AIR POLLUTION

5 Studi Analisis Risiko Kesehatan Pemajanan Karsinogen Benzo(a)pyrene pada Petugas Pintu Tol di Jabotabek/Sonny P. Warouw.-- Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan Ekologi dan Status Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depkes RI.,2006.-- irrp. ABSTRAK : Pencemaran udara merupakan salah satu faktor risiko terjadinya berbagai penyakit. Transportasi merupakan salah satu sumber utama pencemaran udara di perkotaan. Berbagai studi menunjukkan debu merupakan pencemar udara dominan di perkotaan. Berbagai jenis agen kimia dapat terikat bersama debu, salah satunya adalah zat karsinogen polycyclic aromatic hydrocarbon (PAH). Benzo(a) Pyrene atau BaP merupakan salah satu jenis PAH – Tujuan umum penelitian adalah untuk mengetahui perkiraan risiko kesehatan akibat pemajanan karsinogen Benzo(a) Pyrene dalam debu untuk pengendalian pencemaran udara transportasi serta pengendalian penyakit tidak menular. Penelitian ini dilakukan terhadap populasi berisiko yaitu petugas pintu tol Jasamarga di JABOTABEK sebanyak 51 orang dan 48 orang pembanding (reference). Lokasi penelitian di Jabotabek. Disain penelitian adalah Cross-sectional. Untuk memperkirakan risiko, masing-masing responden diukur pajanan debu TSP dan BaP, 1-OHP urin, serta dikumpulkan informasi mengenai lama pemajanan, frekuensi pemajanan, kemungkinan pajanan di luar jam kerja dan karakteristik karakteristik individu seperti umur, jenis kelamin, berat badan. Hasil analisis risiko kesehatan menunjukkan adanya hubungan antara sumber pajanan, agen risiko BaP di lingkungan, serta jumlah yang sudah ada dalam tubuh (1-OHP urin), serta dapat dihitung asupan (intake) untuk perkiraan risiko yang mungkin terjadi. Konsentrasi debu TSP dan BaP rata-rata pada petugas pintu tol lebih tinggi dibanding pembanding. Tingkat pajanan BaP pada manusia yang diukur dengan konsentrasi (1-OHP), pada petugas pintu tol lebih tinggi dibanding pembanding. Faktor lain yang diketahui mempengaruhi 1-OHP adalah kebiasaan merokok.

Page 5: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

5

Persentase petugas tol yang melampaui batas risiko karsinogenik yang dapat diterima (Excess Cancer Risk >1 per 10.000) sebesar 64,7%, pada kelompok pembanding sebesar 4,2%. Persentasi petugas pintu tol dengan risiko non-karsinogenik akibat debu TSP (Risk Quotion≥1) sebesar 90,2% dan pada pembanding 68,8%. Hasil simulasi terhadap beberapa alternatif upaya pengendalian risiko menunjukkan, upaya pengurangan konsentrasi pajanan BaP merupakan upaya yang paling efektif, dan perlu ditunjang melalui upaya pengaturan lama waktu kerja dan pola hidup yang sehat dan tidak merokok.

BPPK ANEMIA

6 Anemia Ibu Hamil sebagai Faktor Risiko Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Kabupaten Aceh Besar Pasca Tsunami 2004/Rachmawati.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp. ABSTRAK : The community of Nangroe Aceh Darussalam especially refugees who live either at the camps or not still feel the impact of earthquake and tsunami. Consumption pattern which lack nutrition and varies as well as unhealthy living environment sanitation may cause pregnant women to be anemic. The result of nutrition survey post tsunami conducted in February-March 2005 showed that prevalence of anemia among pregnant women at Badan Aceh dan Aceh Besar was 45.5%. Anemia during pregnancy is a serious problem because it may cause premature birth, Low Birth Weight (LBW), bleeding and maternal mortality. Considering the serious impact of anemia to pregnancy outcome, the association between anemia among pregnant women and occurrence of low birth at Aceh Besar post tsunami needs to be identified. The aimed study to identify the risk factor of anemia in women and occurrence of LBW at Aceh Besar post tsunami. The study was observational with prospective cohort design. Sample of the study were pregnant women at District Aceh Besar who encountered tsunami calamity 26 th December 2004 with gestation period of 36 weeks. Data obtained consisted of haemoglobin level, upper arm circumference, nutrition intake of pregnant women measured with food frequency questionnaire (FFQ) and occurrence of low birth weight identified by measuring weight of newly born infants 1 x 24 hours post partum. Data were processed and analyzed using univariable, bivariable with chi-square and multivariable with double logistic regression statistical test to find out each variable which was simultaneously influential. There was significant relationship between anemia pregnant women and occurrence of low birth weight (LBW). Anemia pregnant women had 3,74 times higher risk for having low birth weight infants. Anemia post tsunami is a risk factor on the occurrence of LBW at Aceh Besar, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).

ABFK

7 Determinant Factor of Anemia Occurrence among Junior High School Students in Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu (Secondary Data Analysis in 2005)/RR. Nur Fauziyah.-- Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006.-- 113p.

Page 6: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

6

ABSTRAK: Nutritional anemia, particularly iron deficiency anemia (IDA), is perhaps clinically the most widespread nutritional deficiency disorder in the world today. Anemia is a public health problem, not only among pregnant mothers, infants and young children but also among school age children including adolescent. Growing children require large amounts of iron for continous increase in body mass and are therefore vulnerable to iron deficency and its consequences. Prevalence of anemia at the age group of 5-14 years old is higher than the other age group, that is 28,3%. This research results got 41,4-66,7% girl students with anemia in Indonesia (WHO,2001). Prevalence of anemia occurrence among Junior High School students in Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu is 22%. It is a health problem with medium criteria at society and there is not a conduced research yet concerning determinant factor of anemia occurrence among Junior High School students. This research purpose to get describing a determinant factor of anemia occurrence among Junior High School students. This reearch used a secondary data analysis of improvement effort activities in sub-province of Administrasi Kepulauan Seribu using a cross sectional design. Study population are all students at the 7th, 8th,and 9th class of Junior High School 133 Pramuka Island and SMPN 260 Harapan Island, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. Sample units are chosen students by Stratified Random Sampling, Proportional allocation are 309 samples based on standard with the different test hypothesis of two proportions. The research result indicated an anemia occurrence proportion among Junior High School students with anemia were 22%. Form bivariable analysis result got a meaning relation between pain occurrence, protein consumption, vitamin C, iron with anemia occurrence. By a multivariable analysis found that determinant factor of anemia occurrence were protein consumption, vitamin C and iron, Less consumption of iron or 12, 4838 mg is most domiant determinant factor of anemia occurrence with value of OR 20,3 compared with students which their iron consumption are more than 12,4838 mg. It is imporant to be done a health monitoring and assessment of haemoglobin level routinely, supported by improving a health promotion concerning knowledge, nutrition consumption, personal hygiene and also giving tablet Fe for anemia patient, especially for girl students who have menstruated.

BIKM ANESTHESIA, SPINAL

8 Perbedaan Pengaruh Anestesi Spinal dan Anestesi Umum terhadap Kadar Gula Darah pada Sectio Caesaria/Wisnu Cahyana; Soenarjo.-- Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, 2006.-- irrp. ABSTRAK : Anestesi dan operasi dapat menyebabkan timbulnya respon stres, dengan akibat dapat terjadinya kenaikan kadar gula darah bahkan menjadi hiperglikemi. Hiperglikemi akan menurunkan fungsi sel darah putih dan menghambat penyembuhan luka sehingga akan menaikkan morbiditas dan mortalitas. Oleh karenanya perlu dicari cara anestesi yang paling sedikit menaikkan kadar gula darah, dengan spinal ataukah anestesi umum.

Page 7: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

7

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan rata-rata kenaikan kadar gula darah antara pasien yang mendapat anestesi spinal dengan pasien yang mendapat anestesi umum. Penelitian ini menggunakan desain uji klinis tahap 2 fase 3 terhadap 40 pasien, yang dibagi menjadi dua kelompok yang pemilihan sampelnya menggunakan consecutive sampling dan secara simple random sampling untuk menentukan cara anestesinya menggunakan anestesi spinal ataukah anestesi umum. Sampel merupakan pasien yang akan menjalani sectio caesaria dengan status fisik ASA I_II, umur 20 – 35 tahun, di RS Dr. Kariadi Semarang. Kelompok I memperolah anestesi spinal dengan menggunakan obat lidodex 100 mg yang dilanjutkan pemberian ephedrin 10 mg i.v. segera setelah obat spinal masuk. Kelompok II memperolah anestesi umum dengan induksi cepat, obat yang digunakan atrakurium 5 mg, propofol2. 2,5 mg/kgbb, succinylcholin I mg/kgbb dan atrakurium lagi 15 mg. Rumatan menggunakan N2O : O2 = 50% dan isoflurance ½ - 1 MAC. Setelah bayi lahir diberikan tramadol 2mg/kgbb. Pengukuruan kadar darah menggunakan darah arteriol yang diukur 3 kali (pre anestesi, post anestesi, dan post operasi) dengan alat Blood Glucose Test Meter Gluco Dr. Uji statistik dilakukan dengan Koimogorov-Smirnov Test untuk mengetahui normalitas distribusi sampel, T-Test dan Mann-Whitney Test. Hasilnya menunjukkan bahwa data karakteristik penderita dari kedua kelompok tidak didapatkan perbedaan yang bermakna. Terjadi penurunan kadar gula darah post anestesi dibandingkan dengan kadar gula darah pre anestesi pada kedua kelompok dengan kelompok I penurunannya lebih besar sekitar 4,10 gr%, sedang kelompok II hanya sekitar 2,55 gr%. Kadar gula darah post operasi terjadi kenaikan pada kedua kelompok, dengan kelompok I kenaikannya lebih besar sekitar 5,40 gr%, sedang kelompok II hanya sekitar 1,90 gr%. Meskipun demikian secara statistik perubahan tersebut tidak bermakna karena memiliki p>0,05. Kesimpulan tidak ada perbedaan yang bermakna cara anestesi spinal dengan anestesi umum terhadap kadar gula darah.

HDFK

ANTIBIOTICS

9 Drug Utilization Analysis of Out Patient Receipts in Primary Health Care which Contain Antibiotics at Tebet Health Center South Jakarta in Year 2005/Nurlaili Isnaini.-- Depok : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006.-- 63p. ABSTRAK: lihat nomor 69 ANTIMALARIALS

10 Pengembangan Metoda Isolasi untuk Mendapatkan Kadar Artemisinin yang Optimal Guna Menuju Kemandirian Bahan Baku Obat Malaria/Ani Isnawati.-- Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Farmasi, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depkes RI., 2006.-- irrp. ABSTRAK : lihat nomor 16

Page 8: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

8

ANTINEOPLASTIC AGENTS 11

Uji Aktivitas Antikanker Ekstrak Etanol Daging Buah Mahkota Dewa [Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.] terhadap Tumor Kelenjar Susu Mencit C3H/Erni Rahmawati.-- Jakarta : Program Pascasarjana Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006.-- 75p. ABSTRAK : Mahkota dewa [Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.] merupakan tumbuhan asli Indonesia yang berasal dari Papua. Tumbuhan ini dikenal di Indonesia, secara empiris banyak digunakan untuk mengobatai berbagai penyakit. Uji in vitro menunjukkan bahwa mahkota dewa dapat menghambat pertumbuhan sel HeLa dan leukemia. Tujuan penelitian ini adalah meneliti aktivitas antikanker ekstrak etanol daging buah mahkota dewa [Phaleria macrocarpo (Sheff.) Boerl.] terhadap tumor kelenjar susu mencit C3H, yang diinduksi dengan cara transplant. Penelitian 32 mencit C3H dibagi secara acak dalam 4 kelompok, yaitu kelompok kontrol dan ketiga kelompok uji yang diberikan ekstrak etanol 70% daging buah mahkota dewa dengan dosis D1 (20 kali dosis manusia), D 2 (40 kali dosis manusia), dan D 3 (80 kali dosis manusia) per oral selama 30 hari berturut-turut, setelah transplantasi tumor. Pertumbuhan tumor diamati dengan mengukur volume dan berat tumor. Proliferasi sel tumor diketahui dengan menghitung butir-butir AgNOR setelah dipulas dengan perak nitrat koloidal. Sel yang mengalami apoptosis diketahui dengan menghitung indeks apoptosis setelah dipulas dengan Tunel. Luas area nekrosis dianalisis dari pulasan HE. Hasil analisis varian menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat perbedaan bermakna pada volume tumor, berat tumor, nilai AgNOR, dan area nekrosis antara kelompok kontrol dengan ketiga kelompok uji (p>0,05) kecuali pada indeks apoptosis, menunjukkan perbedaan bermakna antara kelompok 80 kali dosis manusia dibandingkan kontrol (p<0,05). Disimpulkan bahwa pemberian ekstrak etanol daging buah mahkota dewa dengan dosis 20 kali, 40 kali dan 80 kali dosis manusia selama 30 hari berturut-turut setelah transplantasi tumor, tidak menghambat pertumbuhan tumor kelenjar susu mencit C3H yang diinduksi dengan cara transplant (p>0,05) namun terjadi penigkatan apoptosis secara bermakna (p<0,05) pada dosis 80kali dosis manusia.

BIFK ANTIOXIDANTS

12 Potensi Antioksidan Fraksi Semi Polar dan Polar Sari Bawang Putih (Allium sativum L) Mengurangi Nefrotoksisitas Pb pada Tikus/Rini.-- Jakarta : Program Pascasarjana Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006.-- 106p. ABSTRAK : Keracunan Pb merupakan masalah kesehatan dunia dan environmental disease utama. Untuk mengatasi akumulasi Pb dalam tubuh pengurangan nefrotoksisitas Pb sangat penting dilakukan.

Page 9: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

9

Penelitian ini bertujuan mempelajari kemungkinan penggunaan bawah putih (Allium sativum L) mengurangi nefrotoksisitas Pb. Untuk itu didesain penelitian rancangan acak lengkap, terhadap 20 ekor tikus putih jantan, galur Wistar. Digunakan bawang merah (Allium ascalonicum) sebagai pembanding. Kelompok kontrol I, diberi 1 ml aquades/100 g BB/hari selama 31 hari; Kelompok II diberi air dengan jumlah yang sama selama 15 hari, dan pada hari ke 16 diberi Pb asetal 20 mg/100g BB/hari selama 16 hari. Kelompok III dan IV, masing-masing diberi sari bawang merah dan sari bawang putih, 1 g/100 g BB/hari selama 15 hari, dan pada hari ke 16, 30 menit sesudahnya diberi asetat 20 mg/g BB/hari selama 16. Kadar ureum dan kreatinin plasma sebagai parameter fungsi ginjal. Kadar ureum plasma antara kelompok perlakuan tidak berbeda bermakna (p>0,05). Sebaliknya, kadar kreatinin plasma kelompok II meningkat bermakna (p<0,05), kelompok III dan IV menurun bermakna (p<0,05). Dengan demikian, bawang merah dan bawang putih berpotensi mengurangi nefrotoksisitas Pb. Pada nefrotoksisitas Pb, Pb ginjal meningkat dan terjadi stres oksidatif. Bawang putih digunakan secara luas sebagai bahan alam berkhasiat obat, sehingga dipelajari potensi dan mekanisme proteksinya terhadap nefrotoksisitas Pb. Desain penelitian, jumlah dan jenis tikus sama. Kelompok kontrol I, diberi 0,1 mg CMC/100 g BB/hari, selama 31 hari. Kelompok II, diberi CMC dengan jumlah yang sama selama 15 hari, dan pada hari ke 16 diberi Pb asetat 20 mg/100 g BB/hari selama 16 hari. Kelompok III dan IV, masing-masing diberi sari bawang putih dalam fraksi semi polar dan polar, 1 g/100 g BB/hari, selama 15 hari, dan pada hari ke 16, 30 menit sebelumnya diberi Pb asetat 20 mg/100 g BB/hari selama 16. Mekanisme proteksi bawang putih diteliti dengan mengukur kandungan Pb, senyawa bergugus SH, MDA dan OH jaringan ginjal. Pada kelompok II, kandungan Pb meningkat bermakna (p<0,05) mengakibatkan penurunan kadar senyawa bergugus SH bermakna (p<0,05). Sementara itu, kadar OH dan MDA meningkat bermakna (p<0,05). Sebaliknya kelompok III dan IV, kadar Pb menurun bermakna (p<0,05) dan kadar senyawa bergugus SH meningkat bermakna (p<0,05). Sementara itu, kadar OH dan MDA menurun bermakna (p<0,05). Pengurangan nefrotoksisitas Pb terlihat dari penurunan bermakna kadar kreatinin plasma (p<0,05). Hasil uji in vitro, daya khelat senyawa bergugus SH sari bawang putih sebanding dengan kadar senyawa bergugus SH. Dengan demikian, terbukti potensi antioksidan fraksi semi polar dan polar sari bawang putih mengurangi nefrotoksisitas Pb.

BIFK ANTITUBERCULAR AGENTS

13 Gizi Kurang sebagai Faktor Risiko Hepatitis Drug Induced karena Obat Anti Tuberkulosis/Rusmawati.-- Yogyakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp. ABSTRAK :lihat nomor 107 ANXIETY

14 Pengaruh Konseling Individu terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Prabedah di RSU Dr. Soetomo Surabaya/Endang Soelistyowati.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp.

Page 10: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

10

ABSTRAK : The number of patients having surgery is increasing due to epidemiologic transition which incites other diseases such as degenerative disease, trauma caused by traffic accidents and cancer. Patients who are going to have surgery often get anxious because they are afraid of operation and anesthesia which may cause disabilities or death. Such anxiety may affect success of operation, therefore effective ways are needed to minimize anxiety of perioperative patients. The study was meant to identify effects of individual counseling in minimalizing anxiety of perioperative patients. The study was a quasi experiment with Pretest and Post test Control Group design. Subject of the study consisted of 30 people who got perioperative counseling service and 30 people who did not get such service. Subjects were chosen using consecutive sampling technique. Research instruments were questionnaires. Anxiety difference of each group was measured with pair sample t-test whereas effects of perioperative counseling to anxiety of periperative patients were measured with independent sample t-test with significance level p<0,05. The result of this study showed that there was no characteristic difference in age, education, sex, types of operation and counseling place between the two groups with p>0,05. There was significant difference of anxiety (p>0,05) between experiment and control group. Test result showed that individual counseling could minimize anxiety of perioperative patients, since there was statistically significant difference with p=0,000 (p<0,05) of anxiety decrease between experiment and control group. Conclusion : perioperative patients who got individual counseling had lower level of anxiety than those who did not get individual counseling individual counseling could minimize anxiety of perioperative patients.

ABFK APPENDICITIS-diagnosis

15 Uji Diagnostik Pencitraan Ultrasonografi Grey Scale Dibandingkan dengan Pemeriksaan Apendikogram pada Penderita Apendisitis Kronis Eksaserbasi Akut/Ahmad Faesol.-- Yogyakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp. ABSTRAK : Apendisitis merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering terjadi, sepertiga dari pasien apendisitis tidak memperlihatkan gambaran klinis yang khas. Penelitian menunjukkan 15 – 25 % penderita apendisitis yang mendapat terapi operasi apendektomi ternyata apendiksnya normal. Radiologi mempunyai peranan yang cukup penting dalam usaha menurunkan negative appendectomy tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan akurasi pencitraan ultrasonografi dengan apendikogram yang didasarkan pemeriksaan patologi anatomi pada penderita apendisitis kronis eksaserbasi akut.

Page 11: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

11

Metode yang digunakan adalah penelitian observasional rancang uji diagnostik dengan cara melakukan pemeriksaan untrasonografi apendiks dan apendikogram pada pasien-pasien yang dikirim ke Bagian Radiologi RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta dengan kecurigaan apendisitis kronik eksaserbasi akut periode waktu bulan Juli sampai dengan Oktober 2006 dan masuk dalam kriteria inklusi. Apendikogram dilakukan dengan cara pemberian kontras BaSO4 serbuk halus yang diencerkan dengan perbandingan 1 : 3 secara peroral dan diminum sebelum pemeriksaan kurang lebih 8 – 10 jam untuk anak-anak atau 10 – 12 jam untuk dewasa, hasil apendikogram diexpertise oleh dokter spesialis radiologi. Ultrasonografi apendiks dilakukan oleh dua orang dokter spesialis radiologi menggunakan grey scale dengan transducer curvilinier frekuensi 5-7,5 MHz dan teknik kompresi bertingkat di daerah titik McBurney. Hasil penelitian didapatkan 15 dari 27 pasien (55,6%) dinyatakan sebagai penderita apendidisitis, 12 pasien lainnya menderita kista para ovarian sebanyak 7 pasien, abscess tuboovarial 1 pasien, hematosalping dengan kiste folikel 1 pasien, invaginasi ileocecal 1 pasien dan leiomyoma 1 pasien, ureterolithiasis dextra 1 pasien. Berdasarkan pemeriksaan ultrasonografi didapatkan 13 pasien memenuhi kriteria apendisitis, dari pemeriksaan apendikogram didapatkan 26 pasien memenuhi kriteria apendisitis. Nilai akurasi ultrasonografi apendiks : sensitivitas 86,7%, spesifisitas 75%, PPV 81,25%, NPV 81,8%, LR (+) 3,468 dan LR (-) 0,177. Nilai akurasi apendikogram : sensitivitas 100%, spesifisitas 8,3%, PPV 57,7%, NPV 100% LR(+)1,09 dan LR(-) 0,00. Disimpulkan pemeriksaan ultrasonografi grey scale apendiks lebih akurat dibanding apendikogram pada diagnosis penderita apendisitis kronis eksaserbasi akut.

ABFK ARTEMISIA

16 Pengembangan Metoda Isolasi untuk Mendapatkan Kadar Artemisinin yang Optimal Guna Menuju Kemandirian Bahan Baku Obat Malaria/Ani Isnawati.-- Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Farmasi, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depkes RI., 2006.-- irrp. ABSTRAK : Artemisinin merupakan obat malaria baru yang dihasilkan dari tanaman Artemisinin annual L. Artemisinin dapat bekerja efektif, cepat dan mempunyai efek samping kecil yang ditujukan untuk pengobatan malaria yang telah resisten terhadap klorokuin. Senyawa ini terkandung dalam tanaman dalam jumlah kecil yakni berkisar 0,1 – 0,4%. Walaupun telah ditemukan sejak tahun 1972 tapi sangat sulit untuk disintesa. Upaya untuk mendapatkan produk akhir dengan kadar artemisinin tinggi dalam tanaman dilakukan berbagai cara yaitu diantaranya dengan perlakuan budidaya tanaman, rekayasa genetik tanaman dan cara/metoda ekstraksi /isolasi artemisinin. Penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan metoda isolasi untuk menghasilkan kadar artemisinin yang optimal. Metoda isolasi dilakukan dengan mengekstrak herbal kering Artemisinin annua L. dengan menggunakan 2 metode ekstraksi yaitu dengan cara panas dan ekstraksi bertingkat. Cara panas dilakukan secara langsung menggunakan pelarut methanol, selanjutnya difraksinasi secara partisi menggunakan pelarut yang berbeda kepolarannya seperti heksan,

Page 12: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

12

diklormetan, dan etil asetat. Sedangkan yang kedua dengan cara ekstraksi bertingkat menggunakan pelarut heksan, diklormetan, dan etil setat yang masing-masing mempunyai kepolaran berbeda. Metode ekstraksi merupakan modifikasi dari metode isolasi yang pernah dilakukan di luar negeri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cara dingin baik dari hasil ekstrak maupun fraksinasi tidak terindentifikasi artemisinin dengan PLT. Cara panas baik ekstraksi langsung maupun bertingkat menunjukan positif artemisinin pada fraksi asetonitril dengan menggunakan KLT. Identifikasi lebih lanjut menggunakan Spektrofotometer infra merah dan spektrofotometri UV. Penetapan kadar dengan cara densitometri menunjukkan kadar 0,3%, sedangkan dengan menggunakan HPLC diperoleh kadar 0,37 %. Metode isolasi terbaik adalah metode cara panas dengan ekstraksi bertingkat.

BPPK

ASCORBIC ACID 17

Efek Suplementasi Kombinasi Fe Vitamin C dan Asam Folat terhadap Peningkatan Kadar Hb dan Kapasitas VO2 Maks pada Atlet Sepakbola Divisi Utama dan Divisi Satu Nasional di Daerah Istimewa Yogyakarta/Zainal Abidin.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp. ABSTRAK : An overload practice of endurance of an athletic football may break his blood sell and decrease his level of haemoglobin (Hb), and those well effect his aerobic capacity (VO2 max). This case makes the need of Iron (Fe) of the football players is more than the need of iron of the average people. This research is to measure the effect Fe, vitamin C (ascorbic acid) and folic acid combined supplementation to the increase of Hb and VO2 max capacity of the National Main and First Division Club Football Players in Daerah Istimewa Yogyakarta. This was a RCT (Randomized Controlled Trial) experimental research with a completely randomized design plan. The subjects were the football players of Perserikatan Sepakbola Indonesia Mataram (PSIM) Yogyakarta, Perserikatan Sepakbola Sleman (PSS) Sleman and Perserikatan Sepakbola Bantul (PERSIBA) Bantul which consisted of 70 players all together. They were then divided into 2 groups, treatment group and control group which consisted of 35 players each. The treatment group were given the supplement capsules combined of Fe 100 mg, vitamin C 100mg and folat acid 2 mg twice a week for 8 week, while the control group were given the placebo for the same form, color and size and the same time. Before and after the supplementation their haemoglobin were measured and their VO2 max were tested, while the physical trainings were done based on the schedule programmed by the clubs. The result showed that there was significant difference of the haemoglobin increasing between the treatment and the control group (p=0,008). The distribution of Fe, vitamin C and folic acid supplement combined can meaningfully increase haemoglobin. The was no significant difference of VO2 max capacity increasing between the treatment and the control group (p=0,062) and there was significant

Page 13: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

13

correlation between average of increase haemoglobin and VO2 max (r=0,712 and what about correlation of Hb increasing for VO2 max increasing p<0,001). Conclusion the combined supplementation of Fe, vitamin C and folat acid to the football players main and first division clubs in Daerah Istimewa Yogyakarta was increase their haemoglobin but no significant increase their VO2 max. There are positive correlation between average of increase haemoglobin and VO2 max.

ABFK ASTROCYTES

18 Pengaruh Stres Kronik terhadap Memori Kerja, Jumlah Astrosit dan Neuron Piramidal dan Tebal Lamina Piramidalis CA1 Hipocampus pada Tikus (Rattus norvegicus)/Nanang Wiyono.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp. ABSTRAK : Chronic stress may cause morphological changes in the hippocampus followed by deficit in the hippocampal function including the impairment of working memory. The aimed of this study was to investigate the changes the number of astrocytis and pyramidal neuron and the thickness of pyramidal layer CA1 hippocampus, and the relationship between these morphological changes in with working memory of the rats after chronic electric stress. The subjects of this study were 10 male rats (Rattus norvegicus) divided into control © and treatment group (T), each group consist of 5 rats. Working memory performance was tested for each group by using 8-arm trial maze for 12 days. After tested, T rats group were given chronic stress procedure with electrical foot shock of 60 volt for 10 second with 15 second interval for 15 minutes each day for 25 days. After chronic stress, the working memory of T and C group were tested again by using 8-arm radial maze for 12 days. Working memory measured by the total number of entered arm maze and error A type. At the end of the experiments, the rats were killed and the brains were removed to make paraffin blocks of CA1 hippocampus and were stained with immunohistochemical procedure with monoclonal antibody anti-GFAP. The number of astrocytes and pyramidal neuron counted per view field and the thickness of pyramidal layer CA1 hippocampus measured at 400 x magnification. The result of this study showed that chronic stress caused decreasing of working memory of the rats. The total number of entered arms maze and error A type for T group are higher than C group (p=0.05). Chronic stress also caused morphological changes in hippocampus. The number of astrocytes and pyramidal neurons and the thickness of pyramidalis layer of CA1 hippocampus in T group are smaller than C group (p=0.05). By applying correlation product moment test, it were found that there are positive correlation between number of astrocytes and pyramidal neurons, the thickness of pyramidal layer of CA1 hippocampus with working memory of the rats after chronic stress (p<0.05). It is concluded that in rats chronic stress caused decreasing of working memory, number of astrocytes and pyramidal neuron and the thickness of pyramidalis layer of CA1 hippocampus. It is concerned there are positive correlation between number of astrocytes and

Page 14: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

14

pyramidal neurons and the thickness of pyramidal layer of CA1 hippocampus with working memory of the rats after chronic stress.

ABFK BACTERIA

19 Faktor Risiko Infeksi TB pada Anak yang Kontak Serumah dengan Penderita TB Paru BTA (+) di Kabupaten Magelang Propinsi Jawa Tengah/Ruthy Ngapiyem.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp. ABSTRAK : lihat nomor 207 BCG VACCINE

20 Efektifitas Vaksinasi BCG Dibanding Imunoterapi Aleren Spesifik Dosis Eskalasi teradap Percobaan Gejala Klinik dan Kualitas Hidup/Andriana Tjitria Widi Wardhani; Suprihati; Widiastuti.-- Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, 2006.-- irrp. ABSTRAK: Vaksinasi BCG dan ITS pada manusia menimbulkan indusi peningkatan sel ThI, diikuti penurunan IgE spesifik sebagai mediator penyakit atopi termasuk rinitis alergi. Penurunan ini menyebabkan perbaikan gejala klinik alergi sehingga memperbaiki kualitas hidupnya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh vaksinasi BCG dibandingkan ITS pada rinitis alergi terhadap perubahan respon terapi terhadap gejala klinik dan kualitas hidup. Metode penelitian : Intervensi, randomize control group pretest postest design. Penderita rinitis alergi yang memenuhi kriteria, 21 penderita mendapat suntikan BCG intrakutan 0,1 cc pada hari pertama penelitian dan 21 penderita mendapat ITS 2 kali tiap minggu secara bertahap. Kedua kelompok dilakukan perhitungan skor gejala klinik sebelum dan sesudah dengan melalui kuisioner. Perhitungan skor kualitas hidup sebelum dan sesudah 8 minggu. Hasil yang diperoleh dari 42 penderita rinitis alergi sedang berat (BCG=21; ITS=21) termasuk dalam penelitian. Terdapat perbaikan gejala klinik yang bermakna pada kedua kelompok sebelum dan sesudah (p<0,05). Perbaikan gejala klinik antara kedua kelompok tidak berbeda bermakna (p>0,05. Terdapat perbaikan kualitas hidup yang bermakna pada kedua kelompok sebelum dan sesudah (p<0,05). Perbaikan kualitas hidup antara kedua kelompok tidak berbeda bermakna (>0,05). Kesimpulan vaksinasi BCG tidak lebih efektif memperbaiki gejala klinik dan kualitas hidup dibandingkan ITS pada penderita rinitis alergi.

HDFK

Page 15: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

15

21 Pengaruh Vaksinasi BCG terhadap Kadar IgE-Total dan Perbaikan Gejala Klinik Rinitis Alergi/I Gusti Ketut Nurada; Suprihati; Edi Dharmana.-- Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, 2006.-- irrp. ABSTRAK : Vaksinasi BCG dapat memacu respon imun Th1, antara Th1, dan Th2, mempunyai kesetimbangan terbalik. Vaksinasi BCG diduga dapat menekan produksi IgE sehingga dapat memperbaiki keadaan penyakit-penyakit yang dipengaruhi Th2, termasuk rinitis alergi. Penelitian ini mempelajari pengaruh vaksinasi BCG terhadap kadar IgE total dan perbaikan keadaan klinik, serta hubungan antara kadar IgE total dengan gejala klinik rinitis alergi. Penelitian ini adalah suatu penelitian intervensi mengguakan randomized control pre-and post test design. Empat puluh orang penderita rinitis alergi derajat sedang-berat dibagi secara acak menjadi kelompok perlakuan yang diberikan suntikan BCG strain 1173 P2 Paris secara intrakutan dengan dosis 0,1 ml (2x105 CFUs) (n=21), dan kelompok kontrol yang diberikan suntikan pelarut BCG sebagai lasebo (n=19), pada hari pertama penelitian. Pengukuran kadar IgE total dilakuan sebelum perlakuan dan pada hari terakhir minggu ke-8 sesudah perlakuan. Skor gejala klinik dan minum obat juga dicatat setiap hari selama 8 minggu sesudah perlakuan. Pada kelompok BCG, kadar IgE total antara sebelum dan sesudah vaksinasi BCG tidak berbeda bermakna (p=0,502). Pada kelompok kontrol, kadar IgE total antara sebelum dan sesudah diberi pelarut BCG juga tidak berbeda bermakna (p=0,528). Pada kelompok BG,skor gejala klinik sesudah vaksinasi BCG menurun secara bermakna (p<0,05). Demikian juga pada kelompok kontrol, skor gejala klinik sesuah diberi pelarut BCG menurun secara bermakna (p<0,05). Delta skor sebelum dan sesudah perlakuan antara kelompok hubungan bermakna antara kadar IgE total dengan skor gejala klinik rinitis alergi (sebelum perlakuan ґs=-0.256, p=0,121; sesudah perlakuan rs=0.074; p=0.657. Vaksinasi BCG menggunakan strain 1173 P2 Paris dengan dosis 0,1 ml (2 x 105 CFUs) tidak dapat menurunkan kadar IgE total dan tidak lebih efektif memperbaiki gejala klinik rinitis alergi dibandingkan dengan plasebo. Tidak terdapat hubungan antara kadar total dengan gejala klinik rinitis alergi.

HDFK BEHAVIOR

22 Determinan Perilaku Suami yang Mempengaruhi Pilihan Penolong Persalinan bagi Istri/Sodikin.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp. ABSTRAK : One of the women roles in the family is reproduction function. Unfortunately, most of them not realize if they have rights in reproduction function. Cultural factors

Page 16: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

16

often as an obstacle for women in health care decision including decision for planning in number of children and interval between two children still depend on husband and parent decision. Most of the decision for determines child-birth assistant was depending on husband. This study generally explored husbands behavior factors to determining of child-birth assistant for his wife and especially to determine the dominant factor that was influence husband in chosen for child-birth assistant for his wife between some factors including social factor fee for delivery service, husbands knowledge, husbands believe, or husbands attitude. Results from this study can increased child-birth assistant by health professional and decreased the maternal and neonatal mortality rate. This study is observational study or non-experimental study. This study is using the cross-sectional design. Subjects study was husbands that his wife born a child in last one year (from January 1 to December 31, 2005) and living in Primary Health Center (Puskesmas) Sub district Pekuncen, District of Banyumas Central Java. Total respondents in this study is 110 (n = 110). The result of this study show that fee for delivery service was having a significant correlation to determine child-birth assistant (OR = 5.497; 95% CI : 1.822 to 16.588), p = 002 (p<05). The expensive fee for delivery have a correlation in increase the choosing for health professional 5.5 times compare with inexpensive fee for delivery service. This condition caused by some extreme fee for delivery service for health professional with implication distribution curve for mean fee for delivery service become right-sided skewness. Determinant fee for delivery service is the main factor for husband to determine for child-birth assistant for his wife. Husband tends to choose non health professional for child-birth assistant that was inexpensive. Therefore, a couple that will be married is important to follow the guidance and counseling about threat and complication possibility for the pregnant woman. Husband should be involved in guidance and counseling for the pregnant women when antenatal care. The important information need to know if health professional child-birth assistant is safe for his wife.

ABFK BEHAVIORAL MEDICINE

23 Karakteristik Sosiodemografik, Motivasi Keluarga Perilaku Pengobatan dan Pencegahan Penularan TB Paru Hubungannya dengan Angka Konversi di Kabupaten Madiun/Suratno.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp. ABSTRAK : Lung tuberculosis is a disease which has been a public concern from local to national government because of high mortality and morbidity rate. The high case of lung tuberculosis was influenced by the lack of knowledge, low social economy, and the compliance toward treatment program. In Madiun District conversion rate is still below the standardized target. The low recovery rate in the biggest threat toward TB transmission because multidrug resistance of the anti tuberculosis

Page 17: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

17

medicine. The family is an important element for patients recovery and also for prevention of lung TB disease transmission. The objective of this study is to assess the relationship between characteristic of family’s socio demographic, family’s motivation (intrinsic and extrinsic), treatment and prevention behavior of lung TB transmission and conversion rate. This was a quantitative research with cross sectional design. The population in this research was all families with family member who suffered from lung TB based on positive acid resistant bacillus. Data analysis used technique analysis of Pearson Product Moment correlation t-test, one way anova and logistic regression with significance level of 5%. The result of this study research showed that 1) there was a significant relationship between characteristic of family’s socio demographic and family’s motivation; 2) there was a significant relationship between family’s motivations and family’s behavior in the treatment and prevention of lung TB; 3) there was no significant relationship between treatment behavior prevention on lung TB transmission and conversion rate; 4) there was no significant relationship between characteristic of family’s socio demographic, family’s motivation and behavior of treatment and prevention on lung TB transmission with conversion rate. Conclusion to reach the recovery of lung TB patients with positive acid resistant bacillus as the effort of transmission prevention, improvement on family’s motivation is needed, especially family’s motivation in taking care the patient and the regularity of patient’s treatment including examination of sputum conversion periodically.

ABFK BENZOA(A)PYRENE

24 Studi Analisis Risiko Kesehatan Pemajanan Karsinogen Benzo(a)pyrene pada Petugas Pintu Tol di Jabotabek/Sonny P. Warouw.-- Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan Ekologi dan Status Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depkes RI.,2006.-- irrp. ABSTRAK : lihat nomor 5 BILIRUBIN

25 Hubungan Aktivitas Enzim ALT (Alamin Animo Transferase) dengan Kadar Bilirubin Total pada Penderita HbsAg Positif di RSUP Sleman/Subroto Tri Wibowo.-- Yogyakarta : Rumah Sakit Umum Pusat Sleman Yogyakarta, 2006.-- irrp. ABSTRAK : Infeksi virus hepatitis B masih merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Penegakan diagnosis hepatitis B mensyaratkan diketemukannya tanda-tanda replikasi virus (umpamanya HbaAg), serta kelainan-kelainan pada tes fungsi hati. Peningkatan transminase misalnya SGPT biasanya lebih tinggi dibanding SGOT, 10 sampai 200 kali batas atas normal. Kadar tertinggi dari bilirubin dicapai secara bersamaan waktu dengan tercapainya aktivitas tertinggi dari SGPT.

Page 18: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

18

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan aktivitas enzim alanin aminotransferase (ALT) dengan kadar bilirubin total pada penderita dengan HbsAg positif di RSUP Sleman, Yogyakarta. Metode penelitian adalah survey dengan pendekatan cross sectional. Lokasi pengambilan data di RSUP Sleman tahun 2005 pada penderita HbsAg positif yang disertai pemeriksaan aktivitas enzim alanin aminotransferase (ALT) dengan kadar bilirubin total. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji korelasi Pearson product moment untuk mengetahui hubungan aktivitas enzim alanin aminotransferase (ALT) dengan kadar bilirubin total pada penderita dengan HbsAg positif. Penelitian ini menunjukkan uji korelasi Pearson product moment didapatkan hasil 0,610. Ada hubungan-hubungan aktivitas enzim alanin aminotransferase (ALT) dengan kadar bilirubin total pada penderita dengan HbsAg positif.

ABPKY BIRTH WEIGHT

26 Stres, Asupan Zat Gizi, Status Gizi Ibu Hamil Pascabencana Tsunami 2004 dan Status Berat Badan Lahir di Kabupaten Aceh Besar/Silvina Wagustina.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp. ABSTRAK : Nutrition status of women before and during pregnancy will affect birth weight because it directly affects the condition of placenta. Numerous stressors faced by pregnant women post earthquake and tsunami calamity contribute to occurrence of low birth weight. Besides, availability of foods is a major problem during calamity and further more lots of refugee camps are dispersed in many areas. The study aimed to identify relationship between stress, nutrient intake and nutrition status of pregnant women post tsunami calamity 2004 and status of birth weight at District of Aceh Besar. The study was observational with cohort design. Samples of the study were as many as 166 pregnant women exposed to stress post earthquake and tsunami calamity 26th December 2004 at District of Aceh Besar. Data of stressor of post tsunami calamity were obtained from structured questionnaires, nutrition status of pregnant women identified from measurement of upper arm circumference to determine whether a women suffered from chronic energy deficiency or not; data of energy and protein intake were obtained from questionnaire of food intake frequency whereas data of birth weight status were measured 1x24 hours after birth. Univariable and bivariable analyses used chi-square whereas multivariable analysis used double logistic regression to find out every variable which was simultaneously influential. The result of the study showed that pregnant women with high stress caused of living at refugee camp and pregnancy increased risk of low birth weight, pregnant women with high stress ability increased risk of low energy and protein intake, and increased risk of low birth weight. Pregnant women with low energy and protein intake increased risk of chronic energy malnutrition, and increased risk of low birth weight. The result of multivariable analysis showed that stress due to living at refugee camp was the most influential factor of low birth weight occurrence post tsunami calamity 2004.

ABFK

Page 19: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

19

BLOOD CELLS 27

Perbedaan Hasil Jumlah Trombosit antara Alat Cell Dyn 3700 dengan Metode Indirek Per Sepuluh Lapangan Pandang di RSUP PKU Muhammadiyah Yogyakarta/Sistiyono.-- Yogyakarta : Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta, 2006.-- irrp. ABSTRAK : Hitung trombosit dengan alat otomatik mampu mengatasi semakin banyaknya jumlah permintaan pemeriksaan hitung trombosit. Tetapi apabila terdapat pengelompokan, trombosit tidak akan terhitung karena pengelompokan melampaui atas batas eksklusi ukuran. Metode otomatis kadang menyebabkan hasil perhitungan menjadi rendah palsu, maka metode manual tetap digunakan untuk mengetahui validitas hasil pemeriksaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan jumlah trombosit antara Alat Cell Dyn 3700 dengan Metode Indirek Per Sepuluh Lapangan Pandang. Penelitian deskriptif pendekatan explanatory dengan design penelitian cross sectional, yaitu perhitungan jumlah trombosit dengan Cell Dyn 3700 dan metode indirek per sepuluh lapangan pandang. Sampel yang digunakan adalah pasien yang diketahui jumlah trombositnya normal. Perbedaan hasil pemeriksaan diuji statistik dengan uji T test menggunakan SPSS 10.0 for windows. Hasil penelitian ini menunjukkan perbedaan hasil jumlah trombosit antara Cell Dyn 3700 dengan metode indirek per sepuluh lapangan pandang sebesar 3.600 sel/mm3. Tidak ada perbedaan hasil berdasarkan uji T test, dimana p=0,938 (p>α), maka Ho diterima dan Ha ditolak. Tidak ada perbedaan hasil pemeriksaan jumlah trombosit antara alat Cell Dyn 3700 dengan metode indirek per sepuluh lapangan pandang.

ABPKY BLOOD CIRCULATION

28 Data Dasar Penyakit Sistem Sirkulasi Darah di Indonesia/Delima (et. al.).-- Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Farmasi, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depkes RI., 2006.-- irrp. ABSTRAK : Penyebab kematian tidak lagi didominasi penyakit menular seperti pada tahun 1980-an. Penyakit sistem sirkulasi darah (SSD) sebagai penyebab kematian meningkat cukup tajam. Hasil surkesnas 2001 menunjukkan bahwa penyakit SDD merupakan penyebab kematian utama yaitu 26,3% kematian. Kejadian penyakit jantung, hipertensi, dan stroke juga semakin meningkat demikian juga dengan faktor-faktor risikonya. Penelitian ini merupakan studi potong lintang non intervensi, dilakukan di 14 Rumah Sakit Pendidikan di 13 kota di Indonesia tahun 2006 dan bertujuan untuk mendapatkan data dasar yang berkaitan dengan penyakit SSD di Indonesia khususnya mendapatkan informasi tentang kebijakan yang berkaitan dengan penyakit SSD dalam hal ini dibatasi pada penyakit jantung, hipertensi, dan stroke;

Page 20: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

20

mendapatkan informasi tentang faktor-faktor risiko dari penyakit SSD; mendapatkan besaran penyakit SSD di fasilitas pelayanan kesehatan. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi pemegang kebijakan dan pemegang program untuk menyusun rencana pengendalian penyakit SSD. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara kepada kepala instasi kesehatan terkait, ketua organisasi profesi dan LSM terkait. Pengumpulan data informasi faktor risiko penyakit SSD melalui pelacakan literatur serta informasi besaran penyakit melalui pencatatan data rekam medis morbiditas dan mortalitas mulai Januari 2004 hingga Juni 2006 di RS. Hasil penelitian menujukkan bahwa secara umum kebijakan pengendalian penyakit SSD belum ada secara khusus namun dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan sudah mulai mendapat perhatian walaupun belum prioritas dan dilaksanakan secara bersamaan dengan penyakit lain dalam upaya mencapai masyarakat sehat. Program promotif preventif lebih menjadi perhatian di dinas kesehatan sedangkan kuratif dan rehabilitatif di RS. Masalah dana dan SDM masih menjadi kendala di semua daerah. Diharapkan Departemen Kesehatan di pusat dapat menfasilitasi ketersediaan sarana prasarana serta membuat program yang komprehensif dan melibatkan semua unsur terkait di daerah. Beberapa penelitian di masyarakat menunjukkan faktor risiko penyakit SSD cukup besar seperti di Depok hipertensi 10,1%, hiperkolesterlemia 6%, obesitas 36,7%, merokok 33% pada laki-laki, aktivitas fisik kurang 18%, minum alkohol 6,6%, diet sayur kurang 94,2%. Kasus penyakit SSD yang dirawat inap di RS sebagian besar adalah kasus jantung iskemik, stroke sedangkan kasus rawat jalan yang paling banyak adalah hipertensi. Kasus dengan kematian tertinggi adalah stroke hemoragik.

BPPK BLOOD GLUCOSE

29 Perbedaan Pengaruh Anestesi Spinal dan Anestesi Umum terhadap Kadar Gula Darah pada Sectio Caesaria/Wisnu Cahyana; Soenarjo.-- Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, 2006.-- irrp. ABSTRAK : lihat nomor 8 BLOOD PLATELETS

30 Perbedaan Hasil Jumlah Trombosit antara Alat Cell Dyn 3700 dengan Metode Indirek Per Sepuluh Lapangan Pandang di RSUP PKU Muhammadiyah Yogyakarta/Sistiyono.-- Yogyakarta : Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta, 2006.-- irrp. ABSTRAK : lihat nomor 27

31 Perbedaan Hasil Hitung Trombosit antara Darah Kapiler dan Vena Menggunakan Metode Direk/Sistiyono.-- Yogyakarta : Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Yogyakarta, 2006.-- irrp.

Page 21: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

21

ABSTRAK : Bahan pemeriksaan hitung trombosit dapat memakai darah kapiler dan darah vena. Metode yang digunakan dapat berupa metode direk dan indirek. Ketidaktepatan hasil hitung trombosit sering terjadi karena penggunaan bahan pemeriksaan dan metode yang berbeda-beda di setiap laboratorium klinik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adanya perbedaan hasil hitung trombosit antara bahan pemeriksaan darah kapiler dan vena menggunakan metode direk. Penelitian ini merupakan penelitian secara deskriptif dengan pendekatan explainatory. Rancangan penelitian secara cross sectional yaitu dengan memeriksa hitung trombosit memakai metode direk. Bahan pemeriksaan yang dipakai adalah darah kapiler dan darah vena. Data yang diperoleh disajikan secara T-test dengan tingkat kebenaran 95%. Hasil penelitian menunjukkan hitung trombosit darah kapiler lebih rendah dari pada darah vena (265000 sel/mm3 < 289500 se/mm3 ). Uji Paired Saple T-test dengan p=0,000 maka Ho ditolak dab Ha diterima. Kesimpulan ada perbedaan hasil yang bermakna pada hitung trombosit dengan memakai bahan darah kapiler dan vena menggunakan metode direk.

ABPKY BLOOD PRESSURE

32 Respon Frekuensi Denyut Jantung dan Tekanan Darah terhadap Peningkatan Intensitas Kontraksi Isometrik/Ratna Indriawati.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp. ABSTRAK : In day life, isometric contraction is oftenly used. The cardiovascular system is one of the systems that respondent to isometric contraction, including the heart rate and blood pressure. The objective of this study is to evaluate the effect of isometric contraction intensity 30% of Maximal Isometric contraction (MIC) and 50% of MIC and to evaluate the effect of isometric contraction using handgrip and backlift dynamometer on heart rate and blood pressure. This is an experimental study, with pretest and post test control group design. Experimental subjects are sixty male Medical Faculty of Muhammadiyah University of Yogyakarta students that fulfill the inclusion criteria and divided into 2 groups, the group with handgrip dynamometer and the group with backlift dynamometer. These groups act also as the control group which receive no intervention. Heart rate and blood pressure are measured before, during and after isometric contraction using handgrip and backlift dynamometer with intensity of 30% and 50% MIC. The result of this study shows that there is a significant difference (p<0,05) between the heart rate, systolic pressure and diastolic pressure before, during and after isometric contraction using handgrip and backlift dynamometer with intensity of 30% and 50% MIC. The increased heart rate, systolic pressure and diastolic

Page 22: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

22

pressure of isometric contraction using handgrip dynamometer differs significantly than by using backlift dynamometer. The conclusion of this study is that increasing heart rate and blood pressure caused by isometric contraction with 50% intensity of MIC is higher than using 30% intensity of MIC and also on backlift than handgrip dynamometer.

ABFK BODY WEIGHT

33 Pola Makan Ibu, Lama Pemberian ASI Eksklusif, dan Perkembangan Berat Badan Bayi/Anak/Annasari Mustafa; Bachyar Bakri; Astutik Pudjirahaju.-- Malang : Politeknik Kesehatan Malang, 2006.-- irrp. ABSTRAK: lihat nomor 36 BREAST FEEDING

34 Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Status Gizi Berdasarkan Tinggi Badan Menurut Umur pada Anak Umur 2 Tahun di Kabupaten Purworejo Propinsi Jawa Tengah/Irna Avianti.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp. ABSTRAK : Children’s nutritional status is important for their development in the first 2 years of the life, which could be reflected by evaluate the exclusive breastfeeding and stunting rates. However, the incidence of exclusive breast feeding still remains low, while the incidence of stunting is high. The objectives of this study were to obtain the incidences of exclusive breast feeding and stunting among children of 2 year-old and to explore the association between stunting and exclusive breas feeding, as well as other possible risk factors. This study took advantage of the randomized clinical trial of vitamin A and zinc supplementation during pregnancy; iron and zinc supplementation during infancy, and the follow up study of the development of the children up to 2 years of age, which was conducted in Purworejo District, Central Java Province during the period of 1994 – 2003. The exclusive breast feeding defined as only breast feeding during the first 4 months of life, while stunting was determined if the height for age among 2 year-old children was Z score under –2 SD. The chi-square analysis were used to compare the exclusive breast feeding and background factors. General Linear Model with log binomial distribution was used to examine the relationship between stunting and exclusive breas feeding, as well as other possible risk factors. Only significant variables kept in the final multivariate logistic regression models. The incidence of exclusive breast feeding and stunting were 7,9% and 25,6%, respectively. The incidence of stunting increased by 98% among non-exclusive breast feeding children, however this relationship was not statistically significant (RR : 1.98, 95%CI : 0.98 – 3.99). The risk of stunting is also increase among than 150 cm and came from low income remained significant risk factors of stunting

Page 23: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

23

among 2 year-old children, the relative risks were 2.79 (95% CI:1.84 – 4.21) and 2.13 (98% BI : 1.60 – 2.83), respectively. Exclusive breast feeding and stunting remains nutritional problem in Purworejo District, Central Java Province. Exclusive breast feeding influenced the development of children clinically, indicated by stunting. Stunting is more common among children whose mother had short statuse and low family income

ABFK

35 Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Perkembangan Ketrampilan Makan Bayi Usia 2 – 12 Bulan/Budi Nurcahyani; M. Mexitalia; JC. Susanto.-- Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, 2006.-- irrp. ABSTRAK : Ketrampilan makan bayi yang diawali dengan belajar menyusui ibu, secara terhadap diikuti dengan belajar mengkonsumsi berbagai jenis makanan pendamping ASI dan selanjutnya beraneka ragam makan lain yang biasa dikonsumsi oleh anak yang lebih besar atau orang dewasa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pemberian ASI eksklusif dengan perkembangan ketrampilan makan pada bayi. Desain penelitian ini adalah longitudinal prospektif dengan subyek bayi usia 6 bulan – 12 bulan di Kelurahan Sendangguwo, Kecamatan Tembalang - Semarang. Subyek penelitian terdiri dari 69 bayi. Diikuti lama pemberian ASI eksklusif, cara pemberian makan, jenis makanan yang diberikan. Kemudian dinilai perkembangan motorik oral, motorik kasar, motorik halus dan ketrampilan makan setiap bulan sampai anak usia 12 bulan. Hasil yang diperoleh dari total sampel 69 bayi, terdapat 23 bayi yang mendapatkan ASI eksklusif selama = 4 bulan dan 46 bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif . Rerata pemberian ASI eksklusif selama 2,31 bulan. Pemberian ASI eksklusif paling lama pada ibu dengan pendidikan sedang. Perkembangan, motorik halus, motorik oral pada penelitian ini memiliki kisaran umur yang luas. Tidak terdapat perbedaan bermakna antara kelompok bayi yang mendapat ASI eksklusif = 4 bulan dan bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif dengan perkembangan ketrampilan makan pada bayi usia 6 bulan, 9 bulan dan 12 bulan. Pada usia 12 bulan didapatkan semua bayi mempunyai ketrampilan makan sesuai umur. Kesimpulan : tidak ada perbedaan yang bermakna pada perkembangan ketrampilan makan antara kelompok bayi yang mendapatkan ASI eksklusif = 4 bulan dan kelompok bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif.

HDFK

36 Pola Makan Ibu, Lama Pemberian ASI Eksklusif, dan Perkembangan Berat Badan Bayi/Anak/Annasari Mustafa; Bachyar Bakri; Astutik Pudjirahaju.-- Malang : Politeknik Kesehatan Malang, 2006.-- irrp.

Page 24: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

24

ABSTRAK: Rendahnya pencapaian target pemberian ASI eksklusif saat ini merupakan dasar dilaksanakannya penelitian ini. Beberapa faktor antara lain: Makanan ibu sehari-hari, tingkat pendidikan dan status pekerjaan ibu dapat mempengaruhi pemberian ASI eksklusif. Namun, selama ini belum diketahui bagaimanakah pengaruh pola makan ibu dan lama pemberian ASI eksklusif terhadap perkembangan berat badan bayi/anak di wilayah kerja Puskesmas Majolangu Kecamatan Lowokwaru Malang. Secara umum tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pola makan ibu, lama pemberian ASI eksklusif serta perkembangan berat badan bayi/anak. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain cross sectional. Populasi penelitian ini adalah semua bayi yang berusia 6 sampai 24 bulan di wilayah kerja Puskesmas di Kota Malang yang mempunyai data penimbangan 5 sampai 6 kali berturut-turut. Variabel yang diteliti meliputi: pola makan ibu, lama pemberian ASI eksklusif dan perkembangan berat badan bayi/anak. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dengan menggunakan Food Frequency Questioner (FFO), dan menanyakan lamanya ibu memberikan hanya ASI saja kepada bayinya sejak lahir, analisis data berat badan di KMS. Data yang diperoleh ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif. Untuk mengetahui pola makan ibu terhadap lama pemberian ASI eksklusif dan perkembangan berat badan bayi/anak dilakukan dengan uji statistik Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola makan sebagian besar ibu dalam katagori cukup (66,7%) dan baik (15,4%), hanya sebesar 17,9% pola makan ibu dalam katagori kurang. Sebagian besar lama pemberian ASI eksklusif pada bayi/anak hanya sampai usia kurang dari satu bulan (41,0%). Sebagian besar anak balita responden (80.00%) mengalami kenaikan berat badan. Kenaikan berat badan responden berkisar antara 0,2 sama 1,14 kg dengan rata-rata 0,6 ± 0,24 kg, dimana rata-rata lama pemberian ASI eksklusif selama 2,5 ± 2,2 bulan. Sedangkan, berat badan yang tidak naik bahkan sampai turun (20,00%) disebabkan karena rata-rata lama pemberian ASI eksklusif hanya 1,1 ± 1,8 bulan. Ada kecenderungan semakin baik pola makan ibu, semakin lama pula pemberian ASI eksklusif. Namun demikian, hasil uji statistik Chi-Square menunjukkan hubungan yang tidak signifikan (p=0,872) antara pola makan ibu dengan lama pemberian ASI eksklusif. Ada kecenderungan semakin lama pemberian ASI eksklusif, semakin nyata terlihat kenaikan dalam perkembangan berat badan bayi/anak. Namun, hasil uji statistik Chi-Square menunjukkan hubungan yang tidak signifikan (p=0,572) antara lama pemberan ASI eksklusif dengan perkembangan berat badan bayi/anak. Saran penelitian ini, sosialisasi dan advokasi pola konsumsi pangan ibu menyusui dilakukan secara intensif kepada ibu-ibu, dengan berpedoman pada gizi.

NPKM

Page 25: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

25

BREAST NEOPLASMS 37

Pola Alur Pensinyalan Kanker Payudara Usia Muda Non-Familial : Tinjauan pada Alur Hormonal (Estrogen) dan Non-Hormonal (IGF-IR, HER-2)/Noorwati Sutandyo.-- Jakarta : Program Pascasarjana Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006.-- 136p. ABSTRAK : Pasien kanker payudara usia muda cenderung meningkat di RS Kanker Dharmais. Faktor hormoral (estrogen) diketahui berperan penting pada karsinogenesis kanker payudara, namun faktor-faktor pertumbuhan, seperti insulin-like growth factor-1 (IGF-1) dan Her-2 juga berperan. Banyak studi mengaitkan kanker payudara usia muda dengan estrogen reseptor (ER) negatif, sedangkan ER negatif dikaitkan dengan overekspresi Her-2. Alur pensinyalan proliferatif pertumbuhan sebagian besar memakai sistem motogen-activated protein kinase (MAPK). Hasil rangsangan proliferatif lalu memicu transkripsi protein siklus sel. Protein siklus sel yang pertama terbentuk adalah siklin D1 yang transkripsinya dapat dirangsang baik oleh estrogen maupun faktor pertumbuhan. Belum diketahui apakah ada perbedaan komponen alur pensinyalan tersebut antara penderita kanker payudara usia muda (35 tahun atau kurang) dan yang lebih dari 35 tahun. Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari perbedaan pola pensinyalan antara penderita kanker payudara berusia 35 tahun atau kurang dan pasien yang berusia lebih dari 35 tahun. Pasien kanker payudara sporadik wanita direkrut untuk penelitian ini dan dibagi dalam dua kelompok, yaitu 35 tahun atau kurang dan lebih dari 35 tahun. Spesimen tumor diambil dari atau pengangkatan tumor yang dikonfirmasikan secara histopatologik. Ekspresi ER, IGF-1R, Her-2, MAPK, dan siklin D1 diperoleh dengan imunohistokimia. Spesimen darah diambil untuk pemeriksaan kadar estrogen dan IGF-1 serum serta pemeriksaan mutasi gen BRCA-1 dan BRCA-2. Hasil yang diperoleh sebanyak 93 orang pasien berhasil direkrut sejak September 2004 sampai Desember 2005. Terdapat 43 orang yang berusia 35 tahun atau kurang. Lebih dari 90% pasien mempuyai tipe karsinoma duktal invasif dan lebih dari separuhnya memiliki grade 2. Pulasan imunohistokimia berhasil dilakukan pada 90 spesimen. Ekspresi ER negatif pada 33 (78,6%) pasien berusia 35 tahun atau kurang dan 32 (66,7%) orang yang berusia lebih dari 35 tahun. Ekspresi IGF-1R, Her-2, MAPK, dan siklin D1 positif berturut-turut pada 17 (40,5%), 11 (26,2%), 28 (66,7%), dan 7 (16,7%) kasus dalam kelompok usia 35 tahun atau kurang dan 18 (37,5%), 11 (22,9%), 37 (77,1%), dan 9 (18,8%) kasus dalam kelompok usia lebih dari 35 tahun. Tidak ada perbedaan yang bermakna secara statistik pada kedua kelompok. ER negatif terdapat pada 72,2% dan MAPK positif terdapat pada 76,7% kasus. Variasi pola pensinyalan adalah ER-/IGF-1R-/Her-2- (26 kasus), ER-/IGF-1R+/Her-2-(19 kasus), dan ER-/IGF-1R-/Her-2+ (16 kasus). Disimpulkan pasien kanker payudara usia 35 tahun atau kurang memperlihatkan pola ekspresi ER, IGF-1R, Her-2, MAPK, dan siklin D1 yang sama dibandingkan pasien berusia lebih dari 35 tahun. Sebagian besar subyek menunjukkan ER negatif yang memberi kesan bahwa estrogen tidak berperan dominan. Tingginya ekspresi MAPK menimbulkan dugaan peran faktor pertumbuhan yang lebih

Page 26: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

26

dominan pada populasi penelitian ini. Terdapat banyak variasi pola pensinyalan yang membutuhkan penelitian lebih lanjut.

BIFK

38 Upaya Penyusunan Produk Layanan Penanganan Kanker Payudara Berdasarkan Pendekatan Customer Value di Klinik Onkologi Surabaya/Etiningtyas Nugraheni.-- Surabaya : Program Pascasarjana Universitas Airlangga, 2006.-- irrp. ABSTRAK : Latar belakang penelitian ini adalah peningkatan kejadian penyakit kanker yang cukup tajam di Indonesia yang patut dipikirkan penanganannya. Pada pengobatan penyakit kanker sering timbul penolakan yang mungkin disebabkan oleh ketidak sesuaian produk layanan dengan customer’s value. Kejadian di Klinik Onkologi Surabaya IKOS) adalah terjadinya fluktuasi kepatuhan terhadap saran pengobatan. Rumusan masalah penelitian ini : 1. Bagaimanakah karakteristik : demografi, sosio-ekonomi dan psikografi pasien kanker payudara di KOS; 2. Bagaimanakah harapan dan kebutuhan pasien terhadap penanganan kanker payudara; 3. Bagaimanakah nilai (value) pasien kanker payudara terhadap penanganan penyakitnya; 4. Bagaimanakah kesesuaian penanganan kanker payudara (nilai produk) di KOS dengan nilai (value) pasien; 5. Bagaimanakah peran provider yang dibutuhkan pasien kanker payudara; 6. Bagaimana model penanganan kanker payudara yang sesuai dengan harapan pasien, kebutuhan pasien, persepsi pasien terhadap penanganan kanker payudara di KOS dan nilai (value) pasien dalam mengatasi penolakan penggunaan produk layanan di KOS. Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui customer’s value pada penderita kanker payudara dalam upaya merancang produk layanan yang dapat diterima oleh pasien dan tetap mengikuti standar medis di Klinik Onkologi Surabaya. Sedangkan tujuan khususnya : 1. Mengidentifikasi karakteristik : demografi, sosio-ekonomi dan psikografi pasien kanker payudara di KOS; 2. Mengidentifikasi nilai (value) yang dimiliki pasien berdasarkan karakteristik : demografi, sosio-ekonomi dan psikografi melalui perwujudan keputusan mengikuti saran terapi di KOS; 3. Mengidentifikasi harapan dan kebutuhan pasien terhadap produk penanganan kanker payudara; 4. Mengidentifikasi persepsi pasien terhadap nilai produk penanganan kanker payudara di KOS; 5. Mempelajari kesesuaian antara nilai (value produk layanan KOS dengan nilai pasien (customer value) terhadap penanganan kanker payudara; 6. Mengidentifikasi peran provider yang dibutuhkan pasien KOS berdasarkan customer value; 7. Menyusun rancangan produk layanan yang memenuhi kriteria customer’s value. Studi observasional yang bersifat deskriptif kualitas ini dilakukan di KOS dengan sumber informasi : pasien dengan jumlah sampel sebesar 80 dan petugas yang terdiri dari dokter, paramedis, petugas counter dilakukan pada total populasi. Instrumen penelitian adalah kuesioner dengan panduan melalui teknik indepth interview bagi pasien dan kuesioner terbuka untuk petugas. Penelitian dilakukan selama 4 bulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 36,25% responden mempunyai nilai hidup untuk diri sendiri dan 63,75% untuk kelompok, sedangkan untuk nilai

Page 27: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

27

kebutuhan kesehatan, 60% menyatakan butuh dan peduli, sementara 40% tidak peduli. Untuk petugas secara umum mengetahui adanya fungsi produk, kualitas produk dan aksesori produk serta dapat mengenali adanya customer’s value yang akan membedakan kebutuhan masing-masing pasien.

LAEK CARDIOVASCULER DISEASES

39 Profil Penyakit Koroner dan Faktor Risikonya pada Penduduk Miskin Perkotaan di Jakarta/Asri Werdha Sari.-- Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Farmasi, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2006.-- irrp. ABSTRAK : Penyakit Kardiovaskuler (PKV) semakin menjadi perhatian karena dari hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) menunjukkan PKV telah meningkat dari urutan ke-11 (1972), menjadi urutan ke-3 (1986) dan menjadi penyebab kematian utama pada tahun 1992, 1995 dan 2001. Penelitian ini bertujuan untuk melihat profil penyakit jantung koroner dan faktor risikonya pada penduduk miskin perkotaan. Jenis penelitian ini adalah survey, dengan desain deskriptif cross sectional. Populasi studi adalah penduduk miskin di daerah Koja, Jakarta Utara, dengan jumlah sampel sebesar 97 responden. Lokasi penelitian ditentukan secara stratified random sampling dan sampel yang diambil adalah berusia 25 tahun ke atas yang kemudian akan diambil secara random. Variabel-variabel yang akan dipelajari dikumpulkan melalui wawancara mengenai data krakteristik umum responden, kebiasaan diet, perilaku aktifitas fisik, merokok dan alkohol. Pemeriksaan fisik yang akan dilakukan adalah antropometri, frekuensi denyut nadi, tekanan darah, auskultasi irama jantung, serta EKG. Pemeriksaan laboratorium darah yaitu kadar kolesterol total dan gula darah puasa. Kriteria hipertensi berdasarkan JNC-VII, yaitu TD sistolik ≥ 140 mmHg dan TD diastolik ≥ 90mmHg. Hiperkolesterolemia berdasarkan Petunjuk Penatalaksanaan Dislipidemia, Perkeni tahun 2004, yaitu kolesterol total ≥240mg/dl dan hiperglikemia berdasarkan Konsensus DM, Perkeni 2002, yaitu GD puasa ≥ 126mg/dl. Diagnosis PJK ditentukan berdasarkan pembacaan EKG dengan kode Minnesota (1.1-3. 4.1-3, 5.1-3) yang dibaca oleh dr SpJP dan anamnesis dengan menggunakan kuesioner yang digunakan oleh Monica Project tahun 2000 yang dilakukan di Jakarta Selatan. Hasil penelitian menunjukkan responden yang memiliki gejala PJK baik iskemia maupun infark serta reponden yang memiliki kelainan EKG yang mengarah kepada PJK ditemukan sebanyak 19,8%. Terdapat 44,8% responden menderita hipertensi, diabetes mellitus yaitu sebanyak 4,7% responden, 8,1% responden menderita hiperkolesterolemia, obesitas terjadi pada 9,4% populasi, dan obetasi tipe android yang mempunyai risiko besar terhadap PJK juga terjadi pada 9,4% dan semuanya adalah wanita. Merokok setiap hari dilakukan oleh 50% responden, bukan peminum alkohal sebanyak 91,7%, dan 62% respopnden melakukan olah raga.

BPPK

Page 28: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

28

CESAREAN SECTION

40 Perbandingan Morbiditas Demam Pasca Bedah Sesar Emergensi antara Pemberian Antibiotika Profilaksi Ceftriaxon 2g dengan Ceftriaxon 1 g dan Metronodazole 500 mg/Firman Satriawan.-- Yogyakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp. ABSTRAK : The use of prophylactic antibiotic has been shown to reduced the incidence of postoperative infection morbidity after cesarean section, such as fever morbidity, endometritis, operation wound infection urinary tracts infection, shock septic, pelvic abscess and thrombophelebitis. Many kind of antibiotics have been studies, and from the evidence can reduce the morbidity rate after cesarean section. The objective of this study was to determine the fever morbidity after emergency cesarean section between prophylactic antibiotic administration ceftriaxon 2 gr alone with ceftriaxon Ig and metronidazole 500 mg. The study was randomized clinical trial. A total of 66 eligible women were randomly assigned to first group (ceftriaxone 2 gr alone) and second (ceftriaxon 2 g and metronidazol 500 mg). Administration of antibiotic was performed when the sterile kerchief was placed. Fever morbidity after emergency cesarean section was compared in both of group using computerized analysis. The result showed that the mean of subject in this study was 30,7 ± 5,5 years. Hospitalized care third classes were more than second classes (68,2% : 31,8%), Indications were refused to acceleration (13,6%), antepartum hemorrhage due to total placenta previa (15,2%), fetal distress (22,7%) and others (48,5%). Proportion of leukocyte ≥15.000mmk is 51,5% and leukocyte < 15.000mmk is 48,5%. Proportion of albumin > 2,5% is 80,3% and albumin ≥ 2,5 g% is 19,7%. Haemoglobin level <10 g/dl is more than haemoglobin level ≥ g/dl (78,8% : 21,2%). Requirements of blood transfusion is less than subject who did not requite blood transfusion (74,2% vs 25,8%). Fever morbidity occurred more higher in ceftriaxone 2 gr than combination of ceftriaxone1 g and metronidazole, but it was not significant (6/33 : 5/33, p>0,05). Incidence of fever morbidity was correlated with albumin ≤ 2,5% (p<0,05), leucocyte count > 15.000/ml (p<0,05), and haemoglobin level ≤ 10g/dl (p<0,05). Conclusion : ceftriaxone 2 gr administration is as effective as ceftriaxone 1 gr and meteronidazole 500 mg to reduce fever morbidity after emergency cesarean section as prophylactic antibiotic.

ABFK

41 Perbedaan Pengaruh Anestesi Spinal dan Anestesi Umum terhadap Kadar Gula Darah pada Sectio Caesaria/Wisnu Cahyana; Soenarjo.-- Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, 2006.-- irrp. ABSTRAK : lihat nomor 8

Page 29: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

29

CHILD ABUSE 42

Hubungan Tingat Pengetahuan dan Sikap Orang Tua tentang Perkembangan Psikososial Anak dengan Perlakuan Salah pada Anak (Child Abuse) Usia 1-5 Tahun di Desa Rambipuji Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember/ Surachmindari; Ratna Suparwati.-- Malang: Politeknik Kesehatan Malang Jurusan Kebidanan Program Studi Kebidanan Jember, 2006.-- irrp. ABSTRAK : lihat nomor 131 CHILD DEVELOPMENT

43 Pengaruh Metode Penyuluhan terhadap Perilaku Ibu dalam Stimulasi Bermain sesuai Perkembangan Kognotif anak Usia 4 – 6 tahun/Moh. Arip.-- Surabaya : Program Pascasarjana Universitas Airlangga, 2006.-- irrp. ABSTRAK : Di dalam kehidupan berkeluarga masalah pengasuhan dan pemberian stimulasi pada anak umumnya dititik beratkan pada peran serta seorang ibu yang paling bertanggung jawab, karena ibu yang paling banyak di rumah dan bergaul dengan anak-anaknya di rumah. Namun masih banyak orang tua yang beranggapan bahwa keterampilan mengasuh dan memberikan stimulasi pada anak dengan sendirinya dimiliki jika waktunya tiba. Padahal pengetahuan dan keterampilan ini harus dipelajari dan dipahami dengan benar oleh setiap orang tua. Salah satu fungsi stimulasi bermain pada anak adalah merangsang perkembangan intelektual (kognotif), dimana anak akan melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap segala sesuatu yang ada dilingkungan sekitarnya. Dalam hal ini perilaku orang tua dalam bentuk pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan tindakan (practice) tentang stimulasi bermain merupakan salah satu faktor penting dalam membantu mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak karena dengan pengetahuan dan keterampilan yang baik tentang stimulasi bermain maka orang tua dapat lebih memahami cara mengasuh dan mendidik anak yang baik dan benar. Dengan demikian apa yang menjadi harapan terhadap kelangsungan hidup anak yang tangguh, cerdas, produktif dn berkualitas di masa depan dapat terwujud. Pada penelitian ini penyuluhan dengan metode gabungan ceramah, tanya jawab dan demontrasi merupakan salah satu bentuk pendekatan dalam pemberian informasi yang mampu memberikan pemahaman kepada ibu dalam bentuk pola pikir, sikap, dan tindakan atau praktik yang spesifik mengenai stimulasi bermain sesuai perkembangan kognotif anak usia 4-6 tahun. Tujuan penelitian ini adalah menganalisa pengaruh metode penyuluhan terhadap perilaku ibu dalam stimulasi bermain sesuai perkembangan kognitif anak usia 4-6 tahun. Desain penelitian ini adalah eksperimental dengan pre-test – post test with control group design. Populasinya adalah ibu-ibu wali murid sekolah TK Bustanul Athfal Aisyiyah I Cakranegara, sebagai sampel adalah ibu yang memiliki anak usia 4-6 tahun dengan kriteria sampel sebagai berikut : usia ibu 20-35 tahun, pendidikan minimal tamat SLTP, tidak bekerja, anak pertama dengan usia antara 4-6 tahun, belum pernah mendapat penyuluhan tentang stimulasi bermain pada anak. Besar sampel 46 responden yang diambil secara random sampling, kemudian secara randomisasi responden dibagi menjadi 2 kelompok, 23 responden mendapat penyuluhan dengan metode gabungan ceramah, tanya jawab, demonstrasi dan 23 responden dengan metode buku pedoman. Data dianalisis secara deskriptif dengan rerata dan deviasi standar, kemudian untuk uji

Page 30: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

30

pre test dan post test dengan uji t sampel berpasangan sedangkan untuk membandingkan antara kelompok metode gabungan ceramah, tanya jawab, dan demonstrasi dengan kelompok metode buku pedoman menggunakan uji t sampel bebas dengan tingkat kemaknaan 0,05. Berdasarkan analisis penelitian ini diperoleh hasil sebagai berikut : untuk responden pada kelompok dengan metode gabungan ceramah, tanya jawab dan demonstrasi sebelum penyuluhan mempunyai pengetahun dengan kategori cukup (66,67%) dan sesudah penyuluhan mempunyai pengetahun dengan kategori sangat baik (86,40%). Sebelum penyuluhan mempunyai sikap mendukung (74,93%). Sebelum penyuluhan mempunyai tindakan atau praktik dengan kategori baik (77,97%) dan sesudah penyuluhan mempunyai tidakan atau praktik dengan kategori baik (83,35%). Sedangkan responden pada kelompok metode buku pedoman sebelum penyuluhan mempunyai pengetahun dengan kategori baik (73,60%) demikian pula sesudah penyuluhan mempunyai pengetahuan dengan kategori baik (79,40%). Sebelum penyuluhan mempunyai sikap mendukung (72,25%) dan sesudah penyuluhan mempunyai sikap mendukung (73,35 %). Sebelum penyuluhan mempunyai tindakan atau praktik dengan kategori baik (77,49 %) demikian pula sesudah penyuluhan mempunyai tindakan atau praktik kategori baik (80,59%). Terdapat perbedaan pengetahun sebelum dan sesudah penyuluhan pada kelompok dengan metode gabungan ceramah, tanya dan demonstrasi (p=0.000), terdapat perbedaan sikap responden sebelum dan sesudah penyuluhan pada kelompok dengan metode gabungan ceramah, tanya jawab dan demonstrasi (p=0.000) dan terdapat perbedaan praktik responden sebelum dan sesudah penyuluhan pada kelompok dengan metode gabungan ceramah, tanya jawab dan demonstrasi (p=0.000). Pada kelompok metode buku pedoman terdapat perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan (p=0,001), terdapat perbedaan sikap responden sebelum dan sesudah mendapat buku pedoman (p=0,008) dan terdapat perbedaan praktik responden sebelum dan sesudah mendapat buku pedoman (p=0,000). Terdapat perbedaan pengetahuan antara responden yang mendapat penyuluhan dengan metode gabungan ceramah, tanyak jawab dan demonstrasi dengan yang mendapat metode buku pedoman (p=0,001), terdapat perbedaan sikap antara responden yang mendapat penyuluhan dengan metode gabungan ceramah, tanya jawab dan demonstrasi dengan yang mendapat metode buku pedoman (p=0,024) dan terdapat perbedaan praktik antara responden yang mendapat penyuluhan dengan metode gabungan ceramah, tanya jawab dan demonstrasi dengan yang mendapat metode buku pedoman (p=0,000). Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh metode penyuluhan terhadap pengetahuan, sikap dan praktik ibu dalam stimulasi bermain sesuai perkembangan kognitif usia 4-6 tahun. Adapun hasil di atas dapat disarankan dalam upaya meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktik ibu yang lebih baik dalam stimulasi bermain sesuai perkembangan kognitif anak usia 4-6 tahun, dapat dilakukan dengan salah satu metode penyuluhan yaitu metode gabungan ceramah, tanya jawab dan demonstrasi.

LAEK

44 Pengaruh Metode Pelatihan terhadap Kemampuan Ibu dalam Deteksi Dini Perkembangan Anak Usia 0 – 2 Tahun (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Kalikedinding Surabaya)/Sri Utami.-- Surabaya : Program Pascasarjana Universitas Airlangga, 2006.-- irrp.

Page 31: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

31

ABSTRAK : Dalam era globalisasi diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas. Kualitas anak masa kini merupakan penentu kualitas sumber daya manusia dimasa yang akan datang. Oleh karena itu anak harus dipersiapkan agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Masalah-masalah perkembangan anak dapat terjadi terutama pada tahun-tahun pertama kehidupan, sehingga perlu adanya deteksi dini penyimpangan perkembangan anak agar dapat dilakukan upaya pencegahan dan intervensi yang tepat. Deteksi dini dapat dilakukan oleh tenaga profesional, kader, keluarga terutama ibu sebagai orang terdekat. Namun belum banyak upaya deteksi dini dilakukan oleh keluarga/ibu. Sebagai bekal ibu untuk dapat melakukan deteksi dini adalah upaya pendidikan yang dapat berupa pelatihan, dengan pemilihan metode yang sesuai dari latar belakang tersebut di atas perlu diteliti tentang pengaruh metode pelatihan terhadap kemampuan ibu dalam deteksi dini perkembangan anak usia 0 – 2 tahun. Tujuan penelitian ini adalah menganalisa pengaruh metode pelatihan terhadap kemampuan ibu dalam deteksi dini perkembangan anak usia 0 – 2 tahun. Desain penelitian ini adalah eksperimental dengan pre test – post test control group design, sebagai sampel adalah ibu yang memiliki anak usia 0 – 2 tahun dan tinggal di wilayah kerja Puskesmas Kalikedinding Surabaya dengan kriteria sampel sebagai berikut : usia ibu antara 20 – 35 tahun, pendidikan minimal SLTP, tidak bekerja, anak usia 0 – 2 tahun tersebut merupakan anak pertama, belum pernah mendapat pelatihan tentang deteksi dini perkembangan anak. Besar sampel 46 responden yang diambil secara random sampling, kemudian secara randomisasi responden dibagi menjadi 2 kelompok, 23 responden mendapat pelatihan dengan metode kombinasi ceramah, tanya jawab dan demonstrasi dan 23 responden mendapat buku pedoman. Data dianalisis secara desktiptif dengan rerata dan deviasi standar, kemudian dilanjutkan dengan uji t sampel berpasangan dan Anova dengan α = 0,05. Dari penelitian ini diperoleh hasil sebagai berikut : untuk responden yang mendapat pelatihan metode kombinasi ceramah, tanya jawab dan demonstrasi mempunyai pengetahuan kurang (49,57%) saat sebelum intervensi dan setelah intervensi mempunyai pengetahuan baik (82,61%). Mempunyai sikap positif (53,97%) sebelum intervensi dan mempunyai sikap positif (74,04%) setelah intervensi, mempunyai ketrampilan sangat kurang (6,89%) sebelum intervensi dan ketrampilan baik (96,93%) setelah intervensi. Sedangkan untuk responden yang mendapat buku pedoman mempunyai pengetahuan cukup (63,48%) sebelum intervensi dan pengetahuan cukup (72,17%) setelah intervensi, serta mempunyai sikap positif (67,50%) sebelum intervensi dan sikap positif (69,21%) setelah intervensi dan kerampilan cukup (59,76%) setelah intervensi. Terdapat perbedaan yang bermakna antara pengetahuan sebelum dan sesudah mendapat pelatihan metode kombinasi ceramah, tanya jawab dan demonstrasi (p=0,010) terdapat perbedaan keterampilan responden antara sebelum dan sesudah mendapat pelatihan metode kombinasi ceramah, tanya jawab dan demonstrasi (p=0,000). Tidak terdapat perbedaan pengetahuan responden antara sebelum dan sesudah mendapat buku pedoman (p = 0,090), tidak terdapat perbedaan sikap responden antara sebelum dan sesudah mendapat buku

Page 32: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

32

pedoman (p = 0,067) dan terdapat perbedaan keterampilan responden antara sebelum dan sesudah mendapat buku pedoman (p = 0,000). Terdapat perbedaan yang bermakna antara pengetahuan responden yang mendapat pelatihan motode kombinasi ceramah, tanya jawab dan demonstrasi dengan yang mendapat buku pedoman (p = 0,046). Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara sikap responden yang mendapat pelatihan metode kombinasi ceramah, tanya jawab dan demonstrasi dengan yang mendapat buku pedoman (p = 0,180). Dan terdapat perbedaan yang bermakna antara keterampilan responden yang mendapat pelatihan metode kombinasi ceramah, tanya jawab dan demonstrasi dengan yang mendapat buku pedoman (p = 0,000). Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh metode pelatihan terhadap pengetahuan dan keterampilan ibu tentang deteksi dini perkembangan anak, namun tidak terdapat pengaruh metode pelatihan terhadap sikap ibu deteksi dini perkembangan anak. Dari hasil di atas dapat disarankan dalam upaya meningkatkan kemampuan keluarga khususnya ibu dalam deteksi dini perkembangan anak dapat dilakukan dengan berbagai cara salah satunya melalui pelatihan degnan pemilihan metode ceramah, tanya jawab dan demonstrasi.

LAEK CHLOROQUINE – therapeutic use

45 Monitoring Efikasi Terapi Malaria Vivax dengan Cholorquine di Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah/Burham; Muhammad Hussein Gasem.-- Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, 2006.-- irrp. ABSTRAK : Malaria masih merupakan masalah kesehatan yang penting di Jawa Tengah. Berdasarkan annual parasite incidence (API), di Jawa Bali ditemukan peningkatan kasus dari 0.51 per 1000 penduduk (1999) menjadi 0.60 per 1000 penduduk (2001). Salah satu masalah yang mempersulit penanggulangan malaria ialah berkembangnya resistensi terhadap chloroquine khususnya P. vivax. Pada penelitian di Lampung Selatan (2002) menunjukkan efikasi chloroquine terhadap Malaria vivax hanya 33%. Penelitian efikasi chloroquine pada Malaria vivax terus dilakukan di daerah malaria di Indonesia. Untuk mengetahui efikasi dan keamanan chloroquine pada pengobatan simptomatik Malaria vivax di Kabupaten Banjarnegara. Penelitian dilakukan dalam periode Oktober 2003 – Maret 2004 pada pasien rawat jalan di enam puskesmas : Madukara, Petuguran, Wanadadi, Banjarnegara II, Kendaga dan Banjarmangu I, Kabupaten Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah, Indonesia. Subyek penelitian adalah penderita rawat jalan dengan kriteria umur > 1 tahun, sediaan darah hapus positif P. vivax stadium aseksual, infeksi tunggal dengan kepadatan parasit seksual > 250/ml, riwayat demam 48 jam terakhir dan atau suhu aksila > 37,5OC, bersedia datang ke puskesmas atau dikunjungi untuk follow up dan ada informed consent. Sebagai kriteria eksklusi adalah adanya satu atau lebih tanda/gejala bahaya malaria berat, kurang gizi berat, ibu hamil dan menyusui, demam akibat penyakit lain termasuk mixed infection, reaksi hipersensitif atau intoleransi terhadap obat yang digunakan. Penelitian ini merupakan theurapeutic efficacy test methods. Semua pasien tidak mengetahui

Page 33: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

33

obat yang digunakan untuk studi. Setelah mengisi informed consent pasien akan mendapatkan chloroquine (CQ) 10 mg basa/kgBB pada HO dan B1 serta 5 mg basa.kgBB pada H2 dan primaquine dosis 0.25 mg/kgBB selama 14 hari. Hasil tiga puluh delapan pasien yang diteliti terdiri dari 21 laki-laki (55%) dan 17 perempuan (45%), dengan rerata umur 24,4 dan range 1 – 55 tahun. Seluruh pasien (100%) suhunya sudah tidak panas pada H2, sedangkan parasit darah tidak ditemukan pada seluruh pasien (100%) pada H3, tetapi ada satu pasien (2,6%) ditemukan parasit pada H21. Efek samping dijumpai pada H1 8 pasien (22%), H2 6 pasien (16%), H3 2 pasien (5%), semuanya dengan derajat yang ringan. Chloroquine masih cukup aman dan efektif untuk Malaria vivax (97,4%). Pada satu pasien (2,6%) yang masih ditemukan parasit pada H21 masih perlu diperiksa chloroquine blood level untuk menentukan apakah ini suatu reinfeksi atau resistensi.

HDFK COIN LESION, PULMONARY

46 Spikula sebagai Prediktor Keganasan Modul Paru Soliter pada Pemeriksaan CT-Scan Thorax/Dyah Astarini.-- Yogyakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp. ABSTRAK : Solitary pulmonary nodules were a. diagnostic defiance to differentiated malignant and benign pulmonary lesions. Characteristics of lung nodules included speculation, size, margins, location and intranodular calcification were considered as the predictor factors in pulmonary malignancy at CT thorax examination. The speculation estimated as the infiltrative strand into the surrounding lung parenchyma in malignant lesions and it estimated as the fibrotic strand in being lesions. This research was aimed to determine the role of speculation as the predictor of malignancy in solitary pulmonary nodules at CT thorax examinations. An retrospective observational analytic study was conducted with subjects were patients who respectively underwent an CT thorax examinations at Radiology Units of Dr. Sardjito Central Hospital, Yogyakarta, in a period of October 2006, yielded pattern of solitary pulmonary nodules and histopathological findings. All the examination result were noticed and analyzed by Chi-Square test and Logistic Regression tests. We evaluated 152 patients (102 men and 50 women : age range. 18 – 81 years : average age, 58 years of solitary pulmonary nodules (151 malignant and 51 benign). Analyzed by univariate Chi-Square (x2

) in 95% CI, yielded difference significantly between malignant and benign nodules, based on location of nodules (p = 0,000), speculation (p = 0,035) and intranodular calcification (p = 0,000). Size (diameter) nodules yielded not difference significantly between malignant and benign nodules because they had p value > 0,05 (p = 0,330). Analyzed by multivariate Logistic Regression, speculation of nodules had p = 0,001 in 95% CI (2,010 – 13,257) with estimated OR = 5,163; margins of nodules had p = 0,012 in

Page 34: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

34

95% CI (1,329 – 10,506) with estimated OR = 3,736; and location of nodules had p = 0,040 in 95% CI (1,041 – 5,445) with estimated OR = 2,381. Intranodular classification in the research were considered protective factor because they had p value > 0,05 (p = 0,994) in 95% CI (0,245 – 4,034) with estimated OR value < 1 (OR = 0,995). Characteristics of lung nodules included speculation, location and margins of nodules yielded difference significantly between malignant and benign nodules. The speculation is a most important role as a predictor of malignancy in solitary pulmonary nodules at CT thorax examinations.

ABFK COLORECTAL NEOPLASMS

47 Profil Imunitas Penderita Karsinoma Kolorektal Usia Muda, Baya dan Tua/Ida Bagus Metria.-- Surabaya : Program Pascasarjana Universitas Airlangga, 2006.-- irrp. ABSTRAK : Keganasan kolorektal saat ini menduduki urutan yang ketiga dari seluruh keganasan pada manusia setelah kanker paru-paru dan kanker prostat pada pria serta kanker mulut rahim dan kanker payudara pada wanita. Berdasarkan pengamatan di beberapa rumah sakit menujukkan bahwa, penderita karsinoma kolorektal (KKR), ternyata usia tua memiliki ketahanan hidup lebih baik dari penderita KKR usia muda. Semestinya ketahanan hidup penderita KKR usia muda lebih baik dari usia tua. Terjadinya peningkatan ketahanan hidup pada penderita KKR usia tua, nampaknya ada kaitan denan perubahan respons imun. Namun perubahan profil imunitas pada penderita KKR usia muda, baya dan tua sampai saat ini belum jelas. Oleh karena itu pada penelitian ini peneliti berupaya untuk menjelaskan perubahan profil imunitas pada penderita KKR tersebut, yang kelak dapat digunakan sebagai indikator untuk menentukan kualitas imunitas, maupun sebagai dasar pengembangan terapi terhadap penanganan KKR. Berdasarkan pemikiran tersebut maka penneliti melakukan suatu penelitian observasional dengan rancangan cross sectional analytic study. Adapun jumlah sampel yang diteliti adalah 62 penderita KKR (pria : 42 orang wanita : 20 orang), yang terdiri dari : 22 penderita usia muda, 14 penderita usia baya dan 26 penderita usia tua. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan paradigma psikoneuroimunologi dengan konsep stress cell. Oleh karena itu pada penelitian ini kortisol, dipandang sebagai indikator dalam menentukan tingkat stres seseorang. Berdasarkan hasil uji ANOVA, kadar kortisol darah antara pria dan wanita tidak ada perbedaan yang signifikan (p>0,05), oleh karena itu kelompok penderita KKR pria dan wanita tidak dianalisis secara terpisah. Adapun indikator yang digunakan untuk mencerminkan profil imunitas penderita adalah : CRP, IL-1β, IL-6, IL-10, IFNγ, TNFα, CD-8, IgM dan IgG. Dari hasil uji ANOVA berdasarkan pada kelompok umur muda, baya dan tua, diperoleh hasil : kortisol, CRP, IL-6, IFNγ, CD-8, IgG dan IgM menunjukkan perbedaan yang signifikan (p0,05). Bila dilakukan uji beda antara kelompok usia muda dan usia baya, diperoleh hasil : kadar kortisol, IL-6, IFNγ, CD-8, IgG dan

Page 35: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

35

IgM menunjukkan perbedaan yang signifikan (p<0,05), sementara kadar CRP, IL-1β, IL-10 dan TNFα tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna (p>0,05). Bila dilihat hasil uji beda antara kelompok usia muda dan tua diperoleh hasil : kortisol , CRP, IL-6, IFNγ, CD-8, IgG dan IgM menunjukkan perbedaan yang bermakna (p<0,05), sedangkan IL-1α, IL-10 dan TNFα tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna (p>0,05). Bila dilakukan uji beda antara kelompok usia baya dan tua, diperoleh hasil yang berbeda secara signifikan hanya pada IL-6 (p<0,05). Sedangkan variabel yang lainnya tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (p>0,05). Kelompok centroid penderita KKR usia muda berjauhan dengan usia baya maupun tua, sedangkan centroid penderita KKR usia baya dan tua sangat berdekatan. Berdasarkan hasil analisis tersebut maka penderita KKR dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok KKR usia muda dan kelompok KKR usia tua. Mengingat kortisol merupakan indikator dari suatu stres, maka untuk menentukan kemampuan mekanisme koping dari seseorang dapat diukur melalui kadar kortisol darah, apabila kemampuan kopingnya baik, maka kadar kortisolnya rendah, demikian juga sebaliknya. Dari hasil uji beda kortisol antara penderita KKR usia muda (X = 39,0591; SD = 8,8389) dengan penderita KKR usia tua (X = 18,1390; SD = 8,65550) menunjukkan suatu perbedaan yang signifikan (p<0,05). Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa semakin tua usia penderita KKR, semakin baik profil imunitasnya, dengan demikian semakin tua usia penderita KKR mekanisme kopingnya semakin baik. Setelah dilakukan uji diskriminan ternyata diperoleh variabel diskriminator, yaitu kadar kortisol rendah sedangkan IFNγ dan IgG tinggi. Berdasarkan dari variabel diskriminator tersebut dapat disimpulkan bahwa ketiga variabel (kortisol, IFNγ dan IgG) dapat digunakan sebagai indikator untuk memprediksi profil imunitas dari penderita KKR.

LAEK COMMUNITY HEALTH CENTERS

48 Analisis Ketersediaan Obat di Puskesmas Kota Jayapura/Sarce Makaba.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp. ABSTRAK : lihat nomor 170 CONTRACEPTION

49 Hubungan antara Lama Perdarahan Haid dengan Kadar Hb pada Akseptor IUD, PIL, dan non Akseptor di Kota Surakarta/Siti Handayani.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp. ABSTRAK : Recommended Dietary Allowance for adult woman has been increased like as Fe. This related to higher Fe needs of adult woman during their monthly menstruation bleeding. Anemia is one of secondary causes of Mother Mortality Rate. Formerly research stated that IUD acceptors suffered anemia higher than other acceptors since they got more bleeding during menstruation. Anemia in Surakarta in 2002 was 52.3% According to BKKBN until 2004 it showed PUS 72.257, IUD acceptors 16.216, pill acceptors 10.743.

Page 36: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

36

The study was proposed to know the correlation of length of menstruation bleeding with haemoglobin level among IUD, pill acceptors and non acceptors in Surakarta City. This was cross sectional study. Subjects were 152 consisted of women member of PKK organization in all RW in Surakarta and students of Extension Program of Nursing Department, Surakarta Health Polytechnic. Subjects were divided into three groups, IUD, pill acceptors and non acceptors. Length of menstruation bleeding of IUD acceptors averaged 6.1 days/cycle, pill 4.6 days/cycle and non acceptors 5.3 days/cycle. Anova test showed p<0.001. Tukey test resulted that difference of length of menstruation bleeding between IUD and pill acceptors (Sig. 0.000), IUD and control (Sig. 0.018), pill and control (Sig. 0.043). Based on bivariate test, the correlation between length of menstruation and haemoglobin level was p-value <0,104 OR 1.8 (CI 95% : 0.9-3.6). Based on Anova test, the difference of haemoglobin level among IUD, pill acceptors and non acceptors was 0.031. According to Tukey test, there was difference between haemoglobin level of pill group and control (Sig. 0.005). Haemoglobin level of IUD acceptors averaged 11.9 gram %, pill 12.2 gram % and non acceptors 12.9 gram %. The highest anemia prevalence in IUD acceptors were 43.9%, pill 30.4% and non acceptors 19.3%. There was difference of length of menstruation bleeding among IUD, pill acceptors and non acceptors. There was no significant correlation between length of menstruation bleeding and haemoglobin level and there was significant difference of haemoglobin level among IUD, pill acceptors and non acceptors.

ABFK CONTRACEPTIVE DEVICES

50 Kemandirian Akseptor KB Metode Implan Pascareposisi BKKBN di Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul/Theresia Puspitawati.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp. ABSTRAK : lihat nomor 81 COSTS AND COST ANALYSIS

51 Analisis Pembiayaan untuk Upaya Promosi Kesehatan Masyarakat di Puskesmas/Suci Wulansari et al.-- Surabaya : Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem dan Kebijakan Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depkes R.I.,2006.-- irrp. ABSTRAK : Sesuai dengan salah satu Grand Strategy Depkes RI yaitu bahwa pembangunan kesehatan harus lebih mengutamakan upaya promotif preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Program promosi kesehatan merupakan salah satu upaya promotif preventif yang wajib dilaksanakan oleh puskesmas. Pemerintah diharapkan mengalokasikan dana yang optimal untuk pelaksanaan program tersebut.

Page 37: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

37

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pembiayaan upaya promosi kesehatan masyarakat di puskesmas. Daerah penelitian adalah kota Madiun dan Kabupaten Ngawi, masing-masing kota/kabupaten diambil 2 puskesmas. Pengumpulan data secara cross sectional menggunakan pedoman wawancara, format biaya, dan data sekunder puskesmas. PHBS menjadi prioritas utama kegiatan promkes di Dinkes Madiun dan Ngawi, termasuk di puskesmas. Dinkes Ngawi masih kurang memfasilitasi pembiayaan promkes, hal ini ditunjukkan dari besaran prosentase anggaran program promkes puskesmas yang kurang dari 10% dari total anggaran yankesdas. Kebijakan dinkes Madiun sudah sangat mendukung pembiayaan promkes, yang ditunjukkan dengan alokasi anggaran promkes adalah terbesar dibanding program lainnya. Kebutuhan biaya promkes terbesar terdapat pada Puskesmas Padas yaitu Rp 39.229.709. Hal ini dipengaruhi oleh tingginya biaya investasi karena jumlah dan prosentase pengunaan peralatan dan kendaraan untuk promkes Puskesmas Padas cukup besar. Jumlah kebutuhan biaya promkes di Puskesmas Demangan Rp 18.841.840, Puskesmas Oro oro Ombo Rp 18.630.420, dan Puskesmas Ngawi sebesar Rp 7.545.113. Biaya investasi peralatan promkes masih belum difasilitasi oleh Dinkes di kedua daerah. Biaya operasional di Madiun sudah lebih besar dari pada di Ngawi dengan kegiatan yang lebih terencana. Keterbatasan dana untuk promkes, diantisipasi dengan menggunakan anggaran puskesmas dan JPKMM serta penggabungan kegiatan promkes dengan program lain yang didukung oleh kreativitas dan inovasi puskesmas.

LYAN COSTUMER PARTICIPATION

52 Upaya Peningkatan Peran serta Masyarakat dalam Rangka Akselesari Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)/Niniek L Pratiwi et al.-- Surabaya : Pusat Penelitian Pengembangan Sistem dan Kebijakan Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes R.I., 2006.-- irrp. ABSTRAK : Penelitian ini mengkaji sejauh mana peran organisasi masyarakat dalam upaya peran serta masyarakat terkait akselerasi penurunan angka kematian ibu dan bayi. Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatif dengan data kuantitatif dan kualitatif, dilakukan di 4 propinsi: Kalteng, Sulut, Jateng dan Jawa Timur dengan masing-masing propinsi dipilih 2 kabupaten dengan kriteria AKI dan AKB tinggi dan rendah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran organisasi masyarakat dalam upaya PSM terkait akselerasi penurunan angka kematian ibu dan bayi, sebatas memberikan penyuluhan dan pendidikan pada masyarakat sekitarnya dalam mengatasi 4 terlalu dan 3 terlambat dan ini masih dirasakan kurang, demikian pula dalam upaya mobilisasi dana untuk keperluan tersebut sangat dirasakan kurang optimal. Ke depan peran organisasi masyarakat melalui PSM perlu ditingkatkan sences of belonging melalui keterlibatan dalam proses perencanaan mulai identifikasi masalah sampai pada bentuk konstribusi nyata, sehingga tercapai kepekaan sosial yang lebih tinggi. Dengan demikian 5 tahap perubahan suatu inovasi dapat tercapai

LYAN

Page 38: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

38

COUNSELING 53

Pengaruh Konseling Individu terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Prabedah di RSU Dr. Soetomo Surabaya/Endang Soelistyowati.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp.

ABSTRAK : lihat nomor 14 C-REACTIVE PROTEIN

54 Kadar C-Reactive Protein dan Status Gizi Pasien Penyakit Ginjal Terminal yang Menjalani Hemidialisis Rutin di Unit Hemodialisis Rumah Sakit Dr. Kariadi dan Rumah Sakit Telogorejo Semarang/Wachid Putranto; Lestariningsih.-- Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, 2006.-- irrp.

ABSTRAK : lihat nomor 102 CYTOMEGALOVIRUS INVECTIONS-in infancy & childhood

55 Uji Diagnostik Serologi IgG dan IgM anti CMV, Antigenemia Darah, Antigenemia Urin terhadap Pemeriksaan Virologi dengan Metoda Polymerase Chain Reaction (PCR) sebagai Penanda Diagnostik untuk Infeksi Cytomegalovirus pada Bayi dan Anak/Vindriyanto.-- Yogyakarta : Faklultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp.

ABSTRAK :

Cytomegalovirus (CMV) infection is the leading cause of congenital viral infection in developed countries, occurring with incidence in 0,4 to 2,2% of all births. Early detection and the diagnosis of CMV infection is difficult and need to be explored. Sensitive and specific laboratory examination with high prediction is use to avoid an unnecessary therapy. Serological examination with IgG and IgM anti CMV is usually done in many laboratory, DNA CMV assay have an high sensitivity value.

This study is to determine the level IgG and TgM anti-CMV, antigenemia in children clinically suspected to be infected by CMV and to determine the diagnostic value of IgG and IgM anti CMV, antigenemia diagnostic tools for active CMV infection in comparison with PCR assay as the gold standard.

A procedure for diagnostic test was performed to all children suspected to have CMV infection. The sample were hospitalized children or who visited Neurology Outpatient Clinic in Sardjito Hospital during April 1st – September 1st 2003. DNA was extracted from fresh blood of the all sample and then amplified by PCR methods using specific primers for CMV. Serology test for IgG and IgM anti-CMV and PCR assay were conducted to confirm the diagnosis of active CMV infection.

The result indicate that there were 38 children who clinically suspected to be infected CMV with psychomotor development delay (26,3), cerebral atrophy (15,8%), speech delay (15,8), seizure (13,2), intracranial classification (10,5%), and communication delay (10,5%). Confirmation diagnosis using PCR showed a high sensitivity, specificity, positive predictive value, negative predictive value from 3 combination of the exam: 71%, 67%, 83%, 50%. Conclusion combination of the exam can be a diagnostic marker for CMV Infection.

ABFK

Page 39: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

39

DELIVERY 56

Determinan Perilaku Suami yang Mempengaruhi Pilihan Penolong Persalinan bagi Istri/Sodikin.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp.

ABSTRAK : lihat nomor 22 57

Upaya Peningkatan Manajemen Sistem Rujukan Kehamilan dan Persalinan dalam Rangka Percepatan Penurunan AKI dan AKB/Lestari Kanti Wiludjeng et al.-- Surabaya : Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem dan Kebijakan Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depkes RI., 2006.-- irrp.

ABSTRAK: Safe motherhood issues in Indonesia are complex, even beyond the health sector. Maternal mortality and morbidity continue to remain high. Care and services during pregnancy and delivery continue to be inadequate. Referrals and emergency obstetric care are still delayed by various complex factors such as geografis, delivery at home by births attendance still high, low economic of community, the skill of manpower health are limited and facilities health services are minimise. Reproductive health status and access to family planning services remain inadequate and inaccessible for many women. Contextual factors, including the low status of women, poverty, community beliefs and behaviors and decentralization, pose challenges to the efforts being made to improve the access of many women, especially poor women, to good quality family planning and obstetric care. The Government’s commitment to address safe motherhood issues is strong, but that commitment has yet to be appropriately translated into operations at the service and community levels.

LYAN

DEMOGRAPHY 58

Karakteristik Sosiodemografik, Motivasi Keluarga Perilaku Pengobatan dan Pencegahan Penularan TB Paru Hubungannya dengan Angka Konversi di Kabupaten Madiun/Suratno.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp. ABSTRAK : lihat nomor 23 DENGUE

59 Uji Kerentanan Vektor Demam Berdarah Dengue Aedes aegypti terhadap Insektisida Organophosphat dan Pyrethroid di Delapan Kecamatan Endemis DBD di DKI Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi/Shinta.-- Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan Ekologi dan Status Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depkes RI.,2006.-- irrp.

ABSTRAK : Penggunaan insektisida dalam waktu yang lama dan pada sasaran yang sama akan mendorong berkembangnya populasi Ae. aegypti menjadi resisten, terutama

Page 40: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

40

di daerah endemik DBD tempat insektisida tersebut sering diaplikasikan. Penelitian dilakukan di wilayah DKI Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kerentanan populasi larva/nyamuk Ae. aegypti terhadap insektisida organophospat dan pyrethroid. Status kerentanan larva Ae.aegypti terhadap insektisida organophosphat diketahui dengan uji kerentanan metode microtiter plate assay, kerentanan terhadap insektisida temephos digunakan metode Elliot. Kerentanan nyamuk Ae. aegypti terhadap organophosphat dan pyrethroid diketahui dengan uji kerentanan metode impregnated paper. Hasil penelitian menunjukkan bahwa status kerentanan Ae. aegypti terhadap insektisida organophospat (OP) dari DKI Jakarta bervariasi, sebanyak 56,40% populasi Ae. aegypti dari Jakarta Selatan dan 65,70% populasi Ae. aegypti dari Jakarta Utara telah resisten terhadap insektisida OP. Sebanyak 33,83% populasi Ae. aegypti dari Jakarta Timur cenderung resisten (36,47% masih rentan), lebih dari 60% populasi Ae. aegypti dari Jakarta Pusat dan Jakarta Barat masih rentan. Kota Bekasi (55,17%), Kota Tangerang (64,32%) dan Kota Bogor (78,40%) masih berstatus rentan. Larva Ae. aegypti masih rentan terhadap insektisida temephos 0,02 ppm, kematian 100% terjadi pada populasi asal Jakarta Pusat dan Bogor. Status rentan juga dijumpai di Jakarta Utara (98,67%); Jakarta Selatan (98,67%); Jakarta Timur (98.48%) dan Bekasi (98,87%). Populasi Ae. aegypti dari Jakarta Barat (97,34%) dan Tangerang (97,34%) dikatakan telah toleran. Nilai LC95 tertinggi diperoleh dari Ae aegypti Jakarta Barat (0,0164 ppm) dan nilai LC95 terendah adalah Jakarta Utara 0,0127 ppm. Hasil uji kerentanan nyamuk Ae. aegypti terhadap insektisida malathion 5% (organophosphat) menyatakan 71,13% populasi Ae.aegypti dari Jakarta Pusat telah resisten. Sedangkan Jakarta Utara (94,17%); Jakarta Barat (87,96%) ; Jakarta Timur (92,24%); Jakarta Selatan (86%); dan Kota Bekasi (96,91%) dinyatakan toleran. Bogor dan Tangerang masih rentan. Terhadap insektisida lambdacyhalothrin 0,05% dan cypermetrin 0,05% diketahui semua populasi Ae. aegypti dari JABOTABEK sudah dalam status resisten.

BPPK

DENGUE – prevention & control 60

Pengaruh Faktor Manajemen terhadap Hasil Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kota Denpasar Tahun 2006/I Nyoman Agus Mahardika.-- Surabaya : Program Magister Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, 2006.-- irrp.

ABSTRAK : Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit menular yang dapat menimbulkan wabah sehingga perlu dilakukan usaha pencegahan dan pemberantasannya. Kegiatan ini akan berhasil dengan baik bila ditunjang oleh sistem surveilans yang baik pula. Di samping itu keberhasilan kegiatan itu juga didukung oleh faktor-faktor manajemen seperti faktor manusia (man) yang terdiri dari pengetahuan, sikap, tindakan, tingkat pendidikan dan pelatihan yang pernah diikuti petugas, faktor imbalan (money), faktor bahan (material) dan faktor metode (method). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari besar pengaruh faktor manajemen terhadap hasil upaya pemberantasan penyakit Deman Berdarah

Page 41: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

41

Dengue berupa Angka Bebas Jentik dan Angka Insiden di samping mempelajari sistem surveilans DBD dan kejadian DBD. Manfaat dari penelitian ini untuk dapat dijadikan bahan masukan dalam penentuan kebijakan dalam upaya pembrantasan penyakit Demam Berdarah Dengue Dinas Kesehatan Kota Denpasar. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan desain penelitiannya merupakan penelitian cross sectional karena variabel-variabel yang termasuk faktor risiko dan variabel efek diobservasi sekaligus pada saat yang sama. Populasi dalam penelitian ini adalah semua Puskesmas yang ada di Kota Denpasar. Sampelnya adalah total populasi yaitu semua Puskesmas yang ada di Kota Denpasar sebanyak sepuluh Puskesmas. Data yang terkumpul dilakukan pengolahan secara deskriptif dengan menggunakan tabel frekuensi distribusi. Kuat pengaruh faktor manajemen terhadap hasil pemberantasan penyakit DBD dilakukan penghitungan koefisien Cramer’s V.

Hasil dari penelitian ini adalah : 1). Sistem surveilans di Kota Denpasar belum dapat mencapai tujuan sistem dalam mendeteksi KLB; 2). Kota Denpasar tergolong daerah endemis DBD dan penderita DBD lebih banyak terjadi pada golongan umur di atas 15 tahun; 3) Kepadatan jentik di Kota Denpasar termasuk sedang yang ditunjukkan oleh angka BI = 14,4 dan DF =3. Walaupun begitu tetap mempunyai risiko dalam penyebaran penyakit DBD; 4). Faktor manajemen yang mempunyai pengaruh sedang dalam meningkatkan Angka Bebas jentik adalah sikap petugas dengan Cramer’s V 0,500 dari faktor man dan ketersediaan bahan dari faktor material dengan Cramer’s V 0,500 sedangkan adanya imbalan dari faktor money serta abatisasi, fogging dan penyuluhan dari factor method adalah rendah dengan koefisien Cramer’s V di bawah 0,40. Faktor manajemen yang mempunyai pengaruh sedang dalam menurunkan Angka Insiden adalah tindakan petugas dengan Cramer’s V 0,509 dari faktor man dan faktor abatisasi dengan Cramer’s V 0,509 dari faktor method, sedangkan ketersediaan imbalan dari faktor money dan jumlah bahan dari factor moterial adalah rendah dengan koefisien Cramer’s V di bawah 0,04.

Sikap petugas dan ketersediaan bahan berupa bubuk abate menunjukkan pengaruh sedang dalam meningkatkan Angka Bebas jentik, untuk menurunkan Angka Insiden hanya tindakan petugas dan abatisasi yang memberikan pengaruh sedang. Faktor-faktor lainnya memberikan pengaruh rendah baik dalam meningkatkan Angka Bebas Jentik maupun dalam menurnkan Angka Insiden. Untuk perbaikan sistem surveilans DBD perlu dilakukan pemberian feed back kepada sumber data, learning organization melalui rapat-rapat yang terencana pada pengelola sisem untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dari petugas dalam analisis data.

LAEK DENGUE HEMORRHAGIC FEVER

61 Validity Analysis of Clinical DHF Diagnosis Standard Criteria WHO 1997 Based on Positive HI Test in DKI Jakarta, 2004-2005/Rohani Simanjuntak.-- Depok: FakultasKesehatan Masyarakat Universtas Indonesia, 2006.-- 92p.

ABSTRAK:

Dengue haemorrhagic fever (DHF) is an infected disease caused by a dengue virus spread by Aedes aegypty mosquitoes. The dengue viruses are members of

Page 42: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

42

the genus Flavivirus and family Flaviridae. There are four virus serotypes which are designated as DEN-1,DEN-2, DEN-3 dan DEN4. In Indonesia diagnosis of DHF is established based on WHO sandard guideline. Clinical diagnosis of DHF can be established if minimally there are some clinical symptoms such as fever and haemorrhagic manifestations plus trombocytopenia (trombocyt 100.000/mm3 or less) and haemoconcentratition (haematocrit increased by 20% or more). Several researchers found that in practically to assess the increasing of haematocrit 20% or more is difficult due to lack of previous haematocrit data before the patient get sick. Most of cases reported merely relied on the clinical criteria. However, there are other diseases have the same clinical symptoms such as chikungunya, malaria, measles, leptospirosis and typhoid. Validity of DHF clinical diagnosis criteria to eatch DHF cases based on positively HI test is still unkown yet. This studies conducted by analyzing laboratory DHF result that collected from 10 hospitals in Jakarta from Augus 2004 to December 2005. Study population is all suspected DHF patients/DHF patients who hospitalized in hospital in Jakarta August 2004-December 2005. From 194 samples, proportion DHF based on HI positive is 34,02% while sensitivity of WHO criteria is 3-30,3% and specificity is 99,2-100%. From ROC analysis cut off point of haematocrit is found 38 vol % for children (Sen :100%, Spe: 76,3, LR :4,2), for woman 43 vol% (sen: 100%, Spe: 89,5%, LR: 9,5) and for man 48 vol% (Sen: 100%, Spe: 88,5%, LR: 8,7). This study revealed that appropriate clinical diagnosis criteria of DHF is combination between fever, trombocytopenia and haemaconcentration which its sensitivity 71,2%, specificity 96,1%, positive predictive value (PPV): 90,4% and LR+ : 18,2.

BIKM DENGUE VIRUS

62 Profil Serologis Infeksi Primer dan Sekunder Virus Dengue dari Berbagai Daerah di Jawa Timur/Setya Budhy.-- Surabaya : Program Pascasarjana Universitas Airlangga, 2006.-- irrp. ABSTRAK : Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue serotipe 1, serotipe 2, serotipe 3, serotipe 4, yang ditularkan dari manusia kepada manusia lain oleh nyamuk jenis Aedes aegypti, diikuti dengan gejala demam yang mendadak, disertai manifestasi perdarahan dan kebocoran plasma yang dapat menyebabkan terjadinya renjatan yang dapat menyebabkan kematian, bila pertolongannya terlambat. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa profil antibodi pada infeksi primer dan sekunder infeksi virus dengue di tiga kota di Jawa Timur, yaitu Kota Surabaya, Jember dan Malang dengan melakukan pemeriksaan serologis yang menggunakan uji Enzyme Linked Imuno Sorbant Assay (ELISA).

Page 43: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

43

Serum yang diperiksa sebanyak 174 sampel yang berasal dari tiga kota di Jawa Timur, dan hasil analisis serologis dari pemeriksaan IgM antidengue dan IgG anti dengue dengan uji ELISA menunjukkan 107 sampel (61,49%- adalah infeksi sekunder, 16 sampel (9,20%) menunjukkan infeksi primer, 9 sampel (5,17%) menunjukkan equivocal, sedangkan sisanya sebanyak 42 sampel (24,14%) menunjukkan hasil negatif. Untuk hasil yang equivocal sebanyak 9 sampel, ada 2 sampel (1,15%) equivocal IgM dan 7 sampel (4,20%) IgG. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa populasi respon imun telah didominasi oleh infeksi sekunder, berarti sebagian besar penderita terjangkit kembali penyakit infeksi virus dengue ini, karena penderita berasal dari daerahnya sendiri yang endemis penyakit infeksi virus dengue sehingga populasi nyamuk Aedes aegypti yang banyak mempunyai kesempatan menimbulkan penyakit infeksi virus dengue secara berulang. Sebagian kecil menunjukkan respon imun primer, artinya kelompok ini baru saja terjangkit. Kemungkinan adalah seorang pendatang baru yang berasal dari daerah non endemis. Hasil negatip, mungkin waktu pengambilan sampel, antibodi belum terwujud atau eror laboratorium terhadap sampel yang diperoleh oleh peneliti. Hasil equivocal terjadi dapat diartikan mereka terjangkit tetapi respon imun belum terwujud secara adequate. Pada hasil yang equivocal sebanyak sembilan sampel dengan 2 sampel sampel equivocal IgM dan 7 sampel equivical IgG, menunjukkan bahwa pada penderita telah mulai terbentuk respon imun terhadap virus dengue, namun kadar antibodinya belum cukup optimal untuk dinyatakan positip. Berdasarkan analisis terhadap penelitian ini, dapat ditarik beberapa kesimpulan : (1) Penyebab infeksi primer dan infeksi sekunder virus dengue yang dibedakan berdasarkan kota menunjukkan ada perbedaan yang bermakna (p<0,05) antara infeksi primer maupun infeksi sekunder di Jawa Timur yang meliputi kota Surabaya, Jember dan Malang, (2) Jumlah kasus infeksi primer maupun infeksi sekunder di kota Surabaya paling dominan dari pada kota Jember dan Malang, 16 kasus penderita DBD menunjukkan infeksi primer, meliputi 9 kasus (56,25%) penderita DBD di kota Surabaya, 4 kasus (25%) penderita DBD di kota Jembar, 3 kasus (18,75%) penderita DBD di kota Malang sedangkan 107 kasus penderita DBD menunjukkan infeksi sekunder, meliputi 45 kasus (42,06) penderita DBD di kota Surabaya, 32 kasus (29,90%) penderita DBD di kota Jember dan 30 kasus (28,04%) penderita DBD di kota Malang. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disampaikan beberapa saran : (1) Perlu adanya kerjasama lintas sektoral dalam penanganan DBD pada waktu kejadian luar biasa maupun tidak, (2) Peran aktif masyarakat sangat diperlukan dalam penanganan DBD, khususnya dalam pengendalian mengenai vektornya, (3) Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi penanganan penyakit DBD di Jawa Timur.

LAEK

DENTAL HEALTH SERVICES 63

Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Puskesmas Wonodadi di Kabupaten Blitar/Hera Aviyuni.-- Surabaya : Program Pascasajana Universitas Airlangga, 2006.-- irrp.

ABSTRAK :

Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Puskesmas Wonodadi di Kabupaten Blitar merupakan tempat untuk memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada

Page 44: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

44

masyarakat terutama yang berada di wilayah Kecamatan Wonodadi. Dari data yang diperoleh selama empat tahun terakhir (2002 – 2005) di dapat jumlah kunjungan pasien yang sangat rendah yaitu berkisar antara 18% dari target yang ditentukan. Hal ini adalah salah satu indikasi awal dari rendahnya mutu pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Wonodadi sehingga menyebabkan ketidakpuasan pasien.

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor penyebab ketidakpuasan pasien terhadap mutu pelayanan kesehatan gigi dan mulut Puskesmas Wonodadi sebagai dasar penyusunan rekomendasi upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan gigi dan mulut Puskesmas Wonodadi di Kabupaten Blitar. Adapun metode penelitian adalah dengan mewawancarai 65 pasien menggunakan kuesioner terhadap enam dimensi mutu Robert dalam Supriyanto (2203) yaitu : availability, accessability, appropriate, acceptance, competense dan physically safe.

Dari hasil penelitian kemudian ditentukan tingkat kesesuaian dengan membandingkan nilai mean harapan dan kenyataan. Apabila didapat tingkat kesesuaian kurang dari 100% artinya kepuasan belum terpenuhi. Setelah itu disusun prioritas masalah menggunakan diagram cartesius. Variabel-variabel di kuadran 1 atau prioritas utama merupakan prioritas masalah penyebab ketidakpuasan pasien.

Hasil penelitian menunjukkan ada beberapa faktor penyebab ketidakpuasan pasien yaitu : (1) availability : alat-alat yang ada di BP Gigi dan Mulut masih sangat kuno, sering rusak dan tidak lengkap; (2) accessability : lokasi puskesmas tidak strategis dan tarif dianggap mahal oleh pasien; (3) appropriate : dokter gigi sering meninggalkan ruangan dan perawat gigi tidak fokus pada pekerjaan saat ada pasien; (4) acceptance : perhatian dokter gigi dan perawat gigi biasa saja dan tidak khusus; (5) competence : pasien yang komplain terhadap hasil perawatan dan sering kena alat saat perawatan; (6) physically safe : hasil cabut gigi dan suntik anetasi masih terasa sakit dan pasien tidak nyaman saat dirawat.

Untuk mengatasi masalah yang menyebabkan ketidakpuasan pasien tersebut disusun rekomendasi sebagai berikut : (1) availability : alat dilengkapi, diperbaiki dan diservice 6 bulan sekali; (2) accessability : promosi pelayanan kesehatan, sosialisasi tarif dan pemindahan lokasi untuk jangka panjang; (3) appropriate : dokter gigi harus di ruangan dan perawat gigi harus fokus pada pekerjaan saat ada pasien; (4) acceptance : dokter gigi dan perawat gigi harus memberii perhatian lebih khusus pada pasien; (5) competence : dokter gigi dan perawat gigi diberi pelatihan lebih 1 kali dalam setahun; (6) physically safe : dokter gigi memperbaiki pencabutan gigi dan penyuntingan anestesi serta ruangan BP Gigi dan Mulut diperluas.

LAEK DIABETES MELLITUS NON-INSULIN-DEPENDENT

64 Faktor- faktor Risiko Kejadian Penyakit Diabetes Melitus Tipe 2 pada Orang Dewasa di Kabupaten Boyolali Propinsi Jawa Tengah/Erwan Mujio.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp.

ABSTRAK : The diabetes mellitus type 2 in Indonesia is still public health problem, because on account of transition epidemiology disease from the communicable disease to the

Page 45: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

45

non communicable disease. In Indonesia rise in cases 1,3% diabetes mellitus. Diabetes mellitus cases found period 2001 the 16 cases, 2002 the 940 cases, 2003 the 1.613 cases, and 2005 the 3.892 cases in Boyolali Regency. The study aimed to find out risk factor diabetes mellitus type 2 cases among adult in Boyolali Regency and give suggestions preventive new cases and for complication preventive. This was an analytical study with case control approach. There were 86 samples of to bear diabetes mellitus type 2 among adult who visited to the Centre Public Health, and 175 samples of the control group coming from 2 sources, ie : 175 visitors of the Centre Public Health in Boyolali Regency. Data were obtained through interviews, direct observation, and check laboratory, from February 2006 until May 2006. The result indicated that among 11 variables supposed to be risk factor diabetes type 2 in Boyolali Regency. Among 9 variables supposed to be bivariate analysis were significant (p<0,05), 10 variables were multivariate analysis it 7 variables were significant statistically as risk factors diabetes mellitus type 2 among adult in Boyolali Regency (p<0,005). The variables were significant analysis statistic by multivariate analysis that they were variables a family history of diabetes (OR 14,8, p=0,000), a history risk factor of diabetes mellitus gestational (OR 6,6, p=0,000), a low levels history of physical activity (OR 3,9, p=0,002), and a dietary history of the lower fibers (OR 3,9, p=0,031), a dietary of the height fat (OR 3,2, p=0,030), a dietary history of the height sugar (OR 4,1, p=0,003), and obesity (OR 4,9, p=0,011). The of variables are not significant analysis statistic by multivariate analysis, that they are variables hypertension abdominal obesity, and a habits of smoking, and a low levels history of sportsman activity. Conclusion : a family history of diabetes mellitus, a history risk factor of the diabetes mellitus gestational, a low levels history of physical activity, and a dietary history of the height sugar, a dietary history of the height fat, a dietary history of the lower fibers, and obesity that they are statistically significant (p<0,05) as risk factors diabetes type 2 cases among adult in Boyolali Regency.

ABFK DIARRHEA

65 Hubungan Kualitas Mikrobilogis Air PDAM Sumber Pajudan dan Sumber Pangelen, Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Terhadap Kejadian Penyakit Diare (Studi di Desa Tanggungmong dan Kalurahan Polagan Kecamatan Sampang Kabupaten Sampang)/Nizam Sutarja.-- Surabaya : Program Pascasarjana Universitas Airlangga, 2006.-- irrp. ABSTRAK : Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia, beberapa faktor timbulnya penyakit diare bisa disebabkan oleh kuman/bakteri melalui kontaminasi makanan/minuman yang tercemar tinja dan atau kontak lansung dengan penderita. Dengan penggunaan air bersih yang memenuhi syarat bakteriologis disertai perilaku hidup sehat diharapkan dapat menurunkan kasus diare sebesar 22 – 27%.

Page 46: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

46

Penelitian bertujuan mempelajari kejadian penyakit diare hubungannya dengan 1) Kualitas mikrobilogis air PDAM (air baku dan air kran sambungan rumah) dan 2) Tingkat pengetahuan serta tingkat perilaku masyarakat pelanggan air PDAM. Rancangan penelitian ini menggunakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional, sedangkan teknis penelitiannya dengan pengamatan di lapangan (observasi). Pengambilan sampel dengan sistem multistage random sampling, sedangkan untuk jumlah sampel dengan simple random sampling dengan cara undian. Penelitian ini dimulai pada bulan April 2005 sampai dengan bulan September 2005. Sebanyak 29 Kepala Keluarga pelanggan air PDAM di desa Tranggumong dan 18 Kepala Keluarga di Kelurahan Polagan Kecamatan Sampang dijadikan responden. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner. Data dianalisa dengan menggunakan uji statistik Chi-Square. Dari penelitian ini didapatan hasil bahwa uji laboratorium kualitas mikrobiologis air baku PDAM sumber Pajudan hasilnya jelek sedangkan sumber Pangelen hasilnya baik, untuk air kran pelanggan PDAM didapatkan hasil Most Probable Number (MPN) bakteri Coliform per 100 ml sampel adalah sangat jelek (1100 dan 2400++) sebanyak 90% kecuali satu sample air kran dari desa Tanggumong dengan Jumlah Perkiraan Terdekat (MPN) adalah 0. Dari 47 responden yang menderita diare pada 2 bulan terakhir sebanyak 10 orang, sedangkan yang tidak sakit 37 orang. Setelah dilakukan uji Chi-Square dengan nilai p = 0,000 (p<0,05) menunjukkan ada hubungan antara perilaku responden dengan kejadian diare terutama dalam hal mencuci tangan sebelum makan dan cuci dengan sabun setelah buang air besar (nilai p=0,001 dan p = 0,000) serta cara menyimpan makanan/minuman (nilai p = 0,043). Kesimpulan dari penelitian ini adalah semakin rendah perilaku seseorang maka makin besar kemungkinan orang tersebut menderita diare terutama pada perilaku penyimpanan makanan dan minuman yang tertutup hanya 27,7%, cuci tangan sebelum makan 44,7% dan perilaku cuci dengan sabun setelah buang air besar 59,6%.

LAEK DIARRHEA, INFANTILE

66 Hubungan Pola Pemberian Makanan dengan Diare pada Bayi Usia 0 – 24 Bulan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito Yogyakarta/Yulica Aridawarni.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp. ABSTRAK : Breast feeding is the best food of highest standard with appropriate and safe nutritional content, so that it can give physical protection to infants. This supply of breast feeding to infants is suggested from birth to 24 months of age, whereas supply of substitute breast milk is given at 6 months of age. However, some mothers give substitute breast feeding without breast feeding to their babies until they are 24 months of age. Some studies show different result about the relationship between feeding pattern and diarrheas comparing groups of infants supplied with non-breast feeding and those supplied with continued breast

Page 47: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

47

feeding. Diarrhea is one of causes of high illness and mortality rate among children under five, particulary in developing countries. The objective of the study was to identify relationship between feeding pattern and diarrhea among infants age 0 – 24 months at Dr. Sardjito Hospital, Yogyakarta. The study used secondary data from Medical Records Installation of Dr. Sardjito Hospital, Yogyakarta. It was quantitative with unmatching case control study design. Samples were infants age 0 – 24 months having diarrhea with as many as 213 cases and 213 controls. Bivariable analysis used Chi-Square and multivariable analysis used logistic regression test with significance level p<0.05. The result of both bivariable and multivariable analysis with 9 logistic regression models indicated consistency, i.e. there was no differences and no significant relationship between feeding pattern and occurrence of diarrhea among infants of 0 – 24 months of age with OR 0.82; CI 95% 0.55 – 1.21 (p=0.37). There was no difference in confounding variables such as sex, age of infants, age of mothers, mother’s education and job and class of care in bivariable analysis. However, in multivariable analysis the model of both 7 and 9 there was significant relationship between variable of mother’s education with OR 0.61; CI 0.40-0.91 (p=0.017) and variable of drinking water source with OR 1.89 (p=0.0075). Feeding pattern (non-breast feeding or continued breastfeeding) did not have significant relationship with occurrence of diarrhea among infants age 0 – 24 months either in bivariable or multivariable analysis, whereas in variable of drinking water source it showed that infants given drinking water taken from a well had higher risk of having diarrhea than those given drinking water taken from drinking water company.

ABFK

67 Influence of Environment Sanitation toward Diarrhea on Infant in West Java Province Year 2005/Trimulyaningsih.-- Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006.-- 110p. ABSTRAK: lihat nomor 78 DISASTERS

68 Stres, Asupan Zat Gizi, Status Gizi Ibu Hamil Pascabencana Tsunami 2004 dan Status Berat Badan Lahir di Kabupaten Aceh Besar/Silvina Wagustina.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp. ABSTRAK : lihat nomor 26 DRUG UTILIZATION

69 Drug Utilization Analysis of Out Patient Receipts in Primary Health Care which Contain Antibiotics at Tebet Health Center South Jakarta in Year 2005/Nurlaili Isnaini.-- Depok : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universtitas Indonesia, 2006.-- 63p.

Page 48: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

48

ABSTRAK: The tendency of overused of antibiotics in primary health care indicate the irrational used and inhibit lowering morbidity and mortality of diseases and hence increase bacterial resistance and so that elevate drug expenditure at future. There were two drug utility indicator examied named average drug cost per encounter and average drug per encounter. The objective of this research was to know the discription of antibiotics drug utilization on two indicators mentioned above and the factors influence it. Results of this research were the persent age of encounter containing antibiotics was 37,74%. The biggest proportion of antibiotics utilization based on adult patients (12-65 years old) was 56,5%. Based on payer status of self payer patients was 89,%. And based on type of diseases at other infection beyond UTI was 61,6%. The average number of days antibiotics dispensed was 4 days, that the values incompatible with Antibiotics drug quidelines. The average of single encounter was Rp.6.226,01 where the average R/ per encounter was 3 items. Bivariate analysis of two drug utilization indicators, with independent variable showed significant differences amongs age, payment status and type of diseases. The result of multivariate analysis indicated age (except elderly), payment status, diagnosis of UTI and number of days antibiotics dispensed significantly able to predict variable of drug price per encounter and the average R/per-encounter. It was suggesed the treatment precription that compatible with standart treatment quidelines that usually used, the length of therapy. More spesific continuing of the analysis about average drug price per-enconter which with analysing average antibiotic drugs price.

BIKM ECLAMPSIA

70 Kadar Besi dan Malondialdehid Plasma pada Preeklampsia/Husnil Kadri.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp. ABSTRAK : Iron (Fe) is transitional metals which is abundant in the placenta. Placental ischemia could result in release of iron and products of oxidative stress in to maternal circulation which then initiate pre eclampsia. An increased oxidative stress could lead to production of Reactive Oxygen Species (ROS). Accumulation of ROS can initiate a lipid peroxidation to final end product such as Malondiadehyde (MDA). The magnitude of iron role in induced lipid peroxidation is still unclear. This study was conducted to explain correlation between plasma total iron and MDA level in pre eclamptic women and normal pregnancy. This investigation was carried out an analytic observational with cross sectional study. Twenty-four pre eclamptic patients were matched in gestational age with healthy pregnant women. Plasma samples from all of subjects were determined level of total iron with

Page 49: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

49

a Atomic Absorption Spectrofotometre (AAS). Plasma MDA were measured on a TBARS C18 spectrofotometre’s method. Result of the study showed that plasma total iron was significantly higher in the pre eclamptic patients than in normal pregnancies (161,69±81,01 : 110,24 ± 37,08 µg/dl., p<0,05). Plasma MDA also was significantly higher in pre eclamptic patients than in normal pregnancies (2,50 ± 0,20 : 0,90 ± 0,12 µmol/1., p<0,05). No correlation was found between plasma iron and MDA in pre eclamptic patient (r= -0,182., p>0,05). Furthermore, low negative correlation was detected in normal pregnancy (r = -0,300., p>0,05). Although there is no significant correlation in each group, the relationship trend to negative correlation. The result from confounding variables (hematocrit and leukocytes) analyses was found only leukocytes from normal pregnancy which has positive correlation with MDA (r = 0,457, p<0,05). No correlation between leukocytes and MDA in pre eclemptic patients (r = 0,221, p>0,05). Conclusion : placental ischemia could lead to plasma total iron and MDA in pre eclamptic patients are higher than normal pregnancies. There is no correlation between total iron and MDA, because iron which has capability to initiate lipid peroxidation only free iron (Fe++), not plasma total iron.

ABFK

71 Perbandingan Keefektifan dan Keamanan Penggunaan Nifedipin Retard vs Nifedipin Biasa dalam Pencapaian Mean Arterial Pressure (MAP) ≤ 125 mmHg pada Pre eklampsia Berat/Puska Primi Ardini.-- Yogyakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp. ABSTRAK : The new type of nifedipine, nifedipe retard, has been used and accepted as a slow release antihypertensive agents in pregnancy because of its efficacy and safety. Both these drugs, consisting of nifedipine which have effect to inhibit influx Ca2 + to intracellular and then reduce the smooth muscle tone of the arterioles, thus lowering the increased peripheral resistance and consequently the blood pressure. The objective of this study was to compact administration of nifedipine retard (30 mg) vs. nifedipine (10 mg) to decrease mean arterial pressure (MAP)≤125 mmHg in severe pre eclampsia in term of effectiveness and safety. Randomized clinical trial. The study was conducted in Sardjito hospital Yogyakarta and affiliation hospitals. A total of 90 eligible pregnant women with severe pre eclampsia were randomly assigned to a treated (nifedipine retard) and a control (nifedipine) group. Thirty milligrams of nifedipine retard and 10 mg of nifedipine were given by oral administration. Successful treatment was a target MAP ≤ 125 mmHg after on 90 minutes without hypertension and fetal distress. There was no difference between treated and control group in the rate patients who reached MAP ≤ 125 mmHg (88,6% : 84,8%, p=0,75). There cases of fetal distress were happened in control group (6,5%), but no statistically different (p=0,24). There was no hypotension in the both group. Nifedipine retard, although of slower onset, is as effective as nifedipine for reaching MAP ≤ 125 mmHg in the treatment of severe pre eclampsia, without side effect on mother and fetus.

ABFK

Page 50: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

50

EDUCATION

72 Efek Tonsilektomi/Adenotonsilektomi Penderita Tonsilitis Kronik/ Adenotonsilitis Kronik terhadap Gejala Klinik dan Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar/Retno P.; Slamet Suyitno; Suprihati.-- Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, 2006.-- irrp.

ABSTRAK :

Tonsilitis kronik (TK) adalah infeksi atau inflamasi tonsila palatina. Adenotonsilitis kronik (ATK) adalah infeksi atau inflamasi adenoid dan tonsila palatina. Tonsilektomi (TE) adalah tindakan bedah berupa pengangkatan tonsila palatina. Adenoidektomi dan tonsilektomi (ATE) adalah tindakan bedah berupa pengangkatan adenoid dan tonsila palatina. TK/ATK dapat menimbulkan gangguan kesehatan sehingga dapat menurunkan prestasi belajar. TE/ATE diharapkan dapat mengatasi gangguan kesehatan sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar.

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian pre dan post test kontrol group design. Sampel penelitian adalah siswa sekolah dasar, menderita TK/ATK dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi . Jumlah sampel 52 anak, 26 anak masuk kelompok kasus (TE/ATE) dan 26 anak masuk kelompok kontrol (tanpa TE/ATE). Kontrol diambil dari sekolah yang sama dan kelas yang sama dengan sampel. Data prestasi anak dicatat dengan melihat nilai rapor terakhir sebelum tonsilektomi dan nilai rapor 6 bulan kemudian.

Pada penelitian ini pemilihan sampel dan kontrol sudah sebanding dalam hal status gizi, sosial ekonomi, pendidikan orangtua. Uji beda skor gejala klinik antara dua kelompok ada perbedaan bermakna (p=0,001). Uji beda skor gejala klinik sebelum dan sesudah TE/ATE pada kasus ada perbedaan bermakna (p=0,001). Uji beda prestasi awal dan akhir pada penderita TK dibandingkan ATK yang dioperasi tidak ada perbedaaan bermakna (p>0,05). Kesimpulannya TE/ATE menurunkan skor gejala klinik TE/ATE tidak meningkatkan prestasi belajar penderita TK/ATK. Tidak ada perbedaan prestasi belajar penderita TK/ATK sebelum ataupun sesudah operasi.

HDFK ELECTROMAGNETIC FIELDS

73 Dampak Medan Magnet dan Medan Listrik dari Jaringan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) terhadap Kesehatan Masyarakat/Anwar Musadad.-- Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan Ekologi dan Status Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depkes RI.,2006.-- irrp. ABSTRAK : Jaringan listrik memancarkan radiasi medan magnet (MM) dan medan listrik (ML). Keterpaparan yang lama dan kontinyu dapat mengganggu kesehatan dan merusak beberapa sistem/fungsi tubuh manusia seperti susunan syaraf pusat, fungsi reproduksi, dan fungsi darah.

Hasil penelitian epidemiologi di masyarakat di berbagai negara belum menunjukkan efek yang jelas dan konklusif. Untuk itu pada tahun 2006 dilakukan

Page 51: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

51

penelitian kasus kontrol kejadian leukemia pada anak dengan tujuan mengetahui dampak MM dan ML terhadap kejadian leukemia pada anak. Sebagai kasus adalah anak usia <=10 tahun penderita leukemia yang datang memeriksakan diri dan menjalani pengobatan di Divisi Hematologi-Onkologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM/FKUI Jakarta, sedangkan sebagai kontrol adalah anak usia <=10 tahun bukan penderita leukemia berdasarkan hasil pemeriksaan Poli Umum Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM/FKUI Jakarta. Kriteria inklusi dari kasus leukemia adalah penderita leukemia yang terdiagnosa dalam kurun waktu 6 tahun terakhir (2000 s/d 2006) dan beralamat di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Sedangkan kriteria eksklusi adalah penderita down syndrome. Jumlah kasus sebesar 130 anak dan kontrol sebesar 243 anak (1:2) dan dilakukan matching kelompok menurut umur anak. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, pengamatan dan pengukuran pajanan MM dan ML di rumahtangga.

Hasil penelitian menunjukkan kuat MM dan ML di rumahtangga, baik pada kasus maupun pada kontrol masih di bawah batas yang direkomendasikan IRPA/WHO. MM tidak berpengaruh terhadap kejadian leukemia pada anak, sedangkan ML berpengaruh terhadap kejadian leukemia pada anak. Faktor lain yang berpengaruh terhadap kejadian leukemia pada anak adalah besar daya listrik rumah dan rata-rata lama kontak anak dengan televisi.

BPPK EMPLOYEE PERFORMANCE APPRAISAL

74 Komitmen dan Kinerja Petugas Pengelola TB-Paru Puskesmas di Kabupaten Solok dan Kabupaten Solok Selatan/Syamsuar Syah.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp. ABSTRAK :

There are increasing cases and mortality its pulmonary tuberculosis. In 2004 at the Health Office of Solok District and Health and Social Welfare Office of Solok Selatan District recovery rate of positive acid fast bacillus of pulmonary tuberculosis was only as much as 69.7% whereas the target was 85% and discovery of positive acid fast bacillus new case was only 52.2% whereas the target was 70%. Recovery rate of positive acid fast bacillus of pulmonary tuberculosis was as much as 71.3% in 2002 and 71.5% in 2003. Discovery of positive acid fast bacillus new case was 54.8%. In 2002 and 54.8% in 2003. Commitment and performance of pulmonary tuberculosis program staff needs to be identified.

The objective of this study is to identify commitment and performance of staff of pulmonary tuberculosis program at community health center of Solok and Solok Selatan district. The study used cross sectional design. Population consisted of all (24) staff of pulmonary tuberculosis program at community health center of Solok and Solok Selatan District. Independent variable of the study was staff commitment, whereas dependent variable was performance of staff of pulmonary tuberculosis program. Data were obtained through questionnaire and observation of recording and reporting system of pulmonary tuberculosis program. Statistical analysis used correlation technique to evaluate relationship between independent and dependent variable.

The result of this study showed that staff commitment had significant relationship with performance of staff of pulmonary tuberculosis program at community health

Page 52: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

52

center of Solok and Solok Selatan District (r = 0.705, p = 0.000). Mean while the result of chi- square showed that there was significant relationship between gender, age, education and length of work and commitment of pulmonary tuberculosis staff; and there was no significant relationship between gender, age, education and length of work and performance. Conclusion : commitment of staff affected performance of staff of pulmonary tuberculosis program.

ABFK ENVIRONMENTAL HEALTH

75 Manajemen Pengawasan Sanitasi Lingkungan dan Kualitas Bakteriologis Air Minum pada Depot di Kota Manado/Jasman.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2007.-- irrp.

ABSTRAK :

Clean water that suitable for drinking as primary need for human’s life is getting difficult to be found as the impact of household waste and industrial waste pollution toward surface water and land water source. PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) Drinking Regional Company in Manado city could not fulfill community’s need which caused water becomes an expensive consumption.

The objective of this study was to find out : 1) the relationship between control management and drinking water bacteriology quality; 2) the relationship between environmental sanitation condition and water bacteriology quality and 3) the relationship between the distance of standard water source to drink stand and bacteriology quality of drinking water.

This was an observational research that used cross sectional design in order to find out the relationship between independent variables and dependent variable. The samples of research was 38 DAM in Manado city area. The research data was collected using questionnaire and observation sheet while data of drinking water quality was obtained from the result of laboratory check up with multiple tube fermentation technique.

The result of statistic test showed that 1) the relationship between control management and water quality obtained that p value = 0,001 which means that there was a significant relationship and the value of correlation coefficient or r = 0,533 showed a strong relationship. 2) The relationship between the condition of environmental sanitation and water bacteriology quality obtained that p value = 0,000 means that there was a significant relationship and the value of correlation coefficient or r = 0,609 which showed that the relationship was strong. 3) Relationship between the distance of standard water source to the drink stand with bacteriology quality obtained that p value = 0,004 which showed a significant relationship but it is obtained that the correlation coefficient value OR = 0,454 which means that the relationship was weak.

ABFK

76 Hubungan Faktor Konstruksi, Sanitasi Lingkungan dan Kebiasaan Masyarakat dengan Kualitas Air Sumur Gali Umum dan Diare serta Upaya Pengelolaannya (Studi di Kecamatan Jenu Kabupaten Tuban Tahun 2006)/Endah Nurul Kumarijati.-- Surabaya : Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, 2006.-- irrp.

Page 53: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

53

ABSTRAK :

Salah satu masalah utama dalam Program Penyehatan Air di Kemacatan Jenu Kebupaten Tuban adalah rendahnya kualitas bakteriologis air sumur gali umum, kurangnya kegiatan pemeriksaan pada sarana sumur gali terhadap risiko terjadinya pencemaran dan tingginya kejadian diare. Faktor konstruksi, sanitasi lingkungan dan kebiasaan masyarakat pemakai sumur gali umum adalah faktor yang sangat mempengaruhi kualitas airnya.

Tujuan umum penelitian ini adalah mengindentifikasi dan menganalisa faktor konstruksi, sanitasi lingkungan dan kebiasaan masyarakat pada kualitas air sumur gali umum dan diare di Kecamatan Jenu Kebupaten Tuban.

Penelitian ini adalah penelitian observasional, dilakukan secara cross sectional. Sampel penelitian adalah seluruh populasi sumur gali umum di Kecamatan Jenu Kabupaten Tuban. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner, lembar observasi/pengukuran dan pengujian di laboratorium. Sebagai responden adalah 93 (sembilan puluh tiga) orang kepala keluarga pengguna sumur gali umum yang bertempat tinggal terdekat dengan lokasi sumur yang diteliti. Analisis faktor konstruksi, sanitasi lingkungan dan kebiasaan masyarakat pada kualitas air sumur gali umum serta penentuan faktor yang paling besar pengaruhnya dilakukan dengan menggunakan uji statistik Regresi Logistik Ganda. Sedangkan analisis hubungan kualitas air sumur gali umum dengan kejadian diare dilakukan dengan uji Chi-square.

Analisis hubungan faktor konstruksi, sanitasi lingkungan dan kebiasaan masyarkat dengan kualitas air sumur gali umum dengan uji Regresi Logistik Ganda diperoleh hasil untuk variabel konstruksi p<0,05 artinya ada hubungan yang signifikan antara konstruksi dengan kualitas air sumur gali umum. Faktor sanitasi lingkungan p<0,05 artinya ada hubungan bermakna antara sanitasi lingkungan dengan kualitas air sumur gali umum. Faktor yang paling berpengaruh adalah sanitasi lingkungan. Sedangkan variabel kebiasaan masyarakat p>0,05 artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan masyarakat pada waktu mengambil air dengan kualitas air sumur gali umum. Analisis hubungan kualitas air sumur gali umum dengan diare dengan uji Chi-square diperoleh hasil p<0,05 artinya ada hubungan bermakna antara kualitas air sumur gali umum dengan diare.

Disimpulkan bahwa faktor konstruksi dan sanitasi lingkungan berhubungan dengan kualitas air sumur gali umum sehingga perlu dilakukan tindak lanjut yaitu perbaikan konstruksi dan perlindungan pencemaran sarana sumur gali umum.

LAEK

77 Particulate Matter (PM10) and House Environment Factors Influencing Incidence of Acute Respiratory Infections among Childen Under Five of Age in Teluknaga Sub Distrit, Tangerang District 2006/Widya Anggraeni.-- Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006.-- 110p. ABSTRAK: lihat nomor 186

78 Influence of Environment Sanitation toward Diarrhea on Infant in West Java Province Year 2005/Trimulyaningsih.-- Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006.-- 110p.

Page 54: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

54

ABSTRAK: In developing countries diarrhea is mortality and morbility case on infant estimated 1,8 million people per year. Infant diarrhea prevalence in Indonesia year 2002-2003 mostly found in South Celebes Province and West Java Province. While diarrhea prevalence on infant in 2005 mostly found in North Sumatra Province, NAD and West Java .Based on 10 diseases pattern mostly inpatient, diarrhea is the most disease. Some of research result suggested that environment is risk factor toward diarrhea in infant. Environment sanitation factor especially pure water means, waste disposal means, garbage disposal means, and resident density have a very importan role in diarrhea cases. This research was further analysis of Basic Human Servies Baseline Household Survey in 2005. Samples are infants under three years in 1893 of West Java Province. Data analysis that used is multivariable analysis using multiple logistic regression . Research result shows diarrhea cases on infant in West Java Province is 2,85%. From multivarable analysis with multiple logistic regression found infant from family with waste disposal means that not qualifying health risk is 1,5 times suffering diarrhea. While infant from family with garbage disposal means, that not qualifying health risk is 2 times suffering diarrhea. Diarrhea cases on infant from family with the lower economic status have 2 times risk compared to infant from high economic status. Diarrhea cases on infant from family with low knowledge have 2 times risk compared to infant from high knowledge mother. So also, diarrhea on infant of mother that has bad attitude got 2 times risk. Infant of mother who is rerely wash their hand with soap before feeding their children and providing food has 2 times risk of suffering diarrhea. Based on research result, suggested besides providing environment sanitation means that qualified health requeste, public could also increasing hygiene life behavior and healthy. Especially washing hand behavior that is the most effective ways in preventing diarrhea, because most of infectious germ that case diarrhea infecting through fecal or oral.

BIKM ENZYMES

79 Hubungan Aktivitas Enzim ALT (Alamin Animo Transferase) dengan Kadar Bilirubin Total pada Penderita HbsAg Positif di RSUP Sleman/Subroto Tri Wibowo.-- Yogyakarta : Rumah Sakit Umum Pusat Sleman Yogyakarta, 2006.-- irrp. ABSTRAK : lihat nomor 25 EPILEPSY

80 Berat Lahir Rendah sebagai Faktor Risiko Epilepsi pada Anak/Prijo Sudibjo.-- Yogykarta : Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp. ABSTRAK : lihat nomor 118

Page 55: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

55

FAMILY PLANNING 81

Kemandirian Akseptor KB Metode Implan Pascareposisi BKKBN di Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul/Theresia Puspitawati.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp. ABSTRAK : In the beginning the family planning program was designed for reducing the high maternal mortality rate. However in the development the demographic target has become dominant. Critiques have been lashed to the performance of the BKKBN. These have propelled the sign of paradigm. In the same time, due to the regional autonomy program of the government the BKKBN has undergone a repositioning process, whereby there is no more subsidy for the implant contraception method. The general objective of the research is to investigate the level of self reliance level of the implant method users. Implant method users and three determinant factors: knowledge, social economic status and access to family planning services. The type of research is a cross sectional survey, quantitative research combined with qualitative one. The sample consists of the implant method users in Patuk Subdistrict, Gunungkidul District. There were 132 respondents who were selected by simple random sampling. The quantitative data have been analyzed using a descriptive statistics, Spearmen Rank Correlation and logistic regression model were used to examine which of the three factors is the most influencial variable. The qualitative data collected and findings were presented as quotations. The research findings have come to the following conclusions : 1) the level of self reliance of the implant method users is high; 2) there is a significant relationship between the level of self reliance of the implant method users and the level of knowledge; 3) there is a significant relationship between the level of self reliance of the implant method users and the availability of access of family planning services to the users; 4) lastly, there is no significant relationship between the level of self reliance of the implant method users and the social economic status.

ABFK

82 Upaya Peningkatan Akses terhadap Informasi dan Pelayanan Keluarga Berencana Berkualitas dalam Rangka Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi/Bambang W. Tjipto et al.-- Surabaya : Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem dan Kebijakan Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depkes R.I., 2006.-- irrp. ABSTRAK : Penelitian ini mempunyai tujuan (1) Mengkaji perubahan struktur organisasi dan kegiatan BKKBN tingkat Kabupaten dalam era desentralisasi (2) Mengkaji informasi keluarga berencana (KB) yang diterima oleh pasangan usia subur (PUS) (3) Mengkaji pemberian informasi oleh provider melalui pelayanan KB yang berkualitas di Puskesmas dan RSUD (4) Mengembangkan pola peningkatan akses informasi yang berkaitan dengan 4 pelayanan Keluarga Berencana (KB) berkualitas yang berdampak pada percepatan penurunan AKI dan AKB.

Page 56: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

56

Penelitian ini adalah penelitian terapan analisa data secara diskriptif ,dengan mengambil lokasi penelitian di tiga provinsi, yaitu Provinsi Jawa Timur (Kabupaten Trenggalek dan Kabupaten Malang), Provinsi Kalimantan Tengah (Kabupaten Kuala Kapuas dan Kota Palangkaraya), Provinsi Bali (Kabupaten Klungkung dan Kabupaten Buleleng). Subyek penelitian adalah Stakeholder Kesehatan pada level Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan, BKKBD Level Provinsi dan Kabupaten/Kota, Pasangan Usia Subur (PUS) . Data dikumpulkan dengan teknik kuisioner (angket), wawancara, diskusi kelompok terarah, dan pengamatan data sekunder. Hasil penelitian di ketiga provinsi menunjukan bahwa (1) struktur organisasi BKKBN Kabupaten/Kota era desentralisasi sebagian besar bergabung dalam Badan Dukcapil dan PLKB di Puskesmas berkantor di Kecamatan dengan tupoksi KIE tentang KB ke masyarakat tetapi status kurang jelas, (2) Penerimaan informasi KB oleh peserta KB dari lain-lain lebih besar dari petugas kesehatan perlu diperhatikan, (3) pelayanan informasi KB berkualitas oleh bidan, rata-rata cukup tetapi khususnya tentang informed Choice dan penapisan klien untuk kelaikan medik masih kurang. Pemahaman alkon dan jenisnya berkaitan dengan indikasi, kontra indikasi, manfaat dan efek samping/ keterbatasan masing-masing jenis juga masih kurang pada sebagian besar responden terutama di Provinsi Kalimantan Tengah, (4) Pola peningkatan akses informasi tentang Keluarga Berencana (KB) berkualitas yang berdampak pada percepatan penurunan AKI dan AKB diperlukan dengan pelatihan intensif kepada bidan dalam bentuk kalakarya atau pendampingan.

LYAN

83 Pengembangan Indeks Keluarga Sejahtera di Propinsi Jawa Timur/Soenarnatalina M.-- Surabaya : Program Pascasarjana Universitas Airlangga, 2006.-- rrp. ABSTRAK : Tingkat kesejahteraan suatu masyarakat dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang ada di dalam maupun yang datang dari luar lingkungan keluarga yang bersangkutan. Faktor internal yang menentukan tingkat kesejahteraan suatu keluarga antara lain adalah kondisi kesehatan, tingkat pendidikan ilmu pengetahuan, keterampilan, penguasaan teknologi, kemampuan ekonomi dan lain sebagainya. Faktor eksternal dapat berupa struktur sosial ekonomi, fasilitas pendidikan, produksi dan konsumsi, transportasi dan komunikasi yang dapat menjadi pendukung bagi upaya memenuhi kebutuhan kesejahteraan keluarganya. Menurut Miles dan Irvings, ada empat indikator untuk merumuskan konsep keluarga sejahtera yaitu : rasa aman atau security, kesejahteraan atau welfare, kebebasan atau Freedom, dan jati diri atau indentitas. Keluarga sejahtera adalah keluarga yang dapat melaksanakan fungsi keluarga dengan terpadu dan serasi. Beberapa fungsi keluarga adalah fungsi keagamaan, kebudayaan, cinta kasih, perlindungan, reproduksi, sosialiasasi dan pendidikan, ekonomi, dan pemeliharaan lingkungan. Apabila fungsi keluarga dijalankan secara baik oleh keluarga, maka kesejahteraan keluarga akan terjamin. Bila diperhatikan dengan seksama, sebenarnya berbagai indikator yang telah digunakan selama ini (indikator keluarga sejahtera menurut BKKBN) lebih bersifat sebagai bertahap, artinya bila belum memenuhi kriteria suatu tahapan, maka keluarga tersebut masih berada pada tahapan di bawahnya. Penggunaan kriteria

Page 57: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

57

bertahap ini dapat menimbulkan masalah dalam penentuan terhadap keluarga sejahtera. Keluarga yang tidak memenuhi satu atau beberapa kriteria pada satu tahap belum tentu tidak memenuhi kriteria tahap di atasnya. Sebaliknya keluarga yang sudah memenuhi kriteria suatu tahapan belum tentu sudah memenuhi semua tahapan di bawahnya. Indikator keluarga sejahtera dapat diamati dari berbagai aspek yaitu kesehatan dan gizi, pendidikan, perumahan dan lingkungan, sosial budaya dan ekonomi. Kesejahteraan sebenarnya tidak dapat hanya diukur dengan melihat satu variabel/dimensi karena bersifat multidimensional. Indikator hanya memilki suatu kondisi/variabel tertentu. Untuk mengatasi masalah tersebut, dalam mengukur suatu kondisi yang bersifat multi diminsional bisa digunakan indeks atau indikator komposit dari beberapa indikator yang ada. Indikator adalah suatu ukuran mengukur perubahan, sedangkan indeks adalah kumpulan beberapa indikator dan dengan metode tertentu didapatkan suatu nilai yang nantinya dapat digunakan sebagai kriteria atau indikator komposit. Oleh sebab itu untuk dapat menilai tingkat keluarga sejahtera diusulkan untuk menggunakan indeks keluarga sejahtera sebagai metode tambahan di samping pengguna berbagai indikator yang sudah ada. Permasalahan yang akan dikaji pada penelitian ini adalah : (1) Dari indikator keluarga sejahtera yang sudah ada dan indikator keluarga sejahtera yang diusulkan dalam penelitian ini indikator mana yang merupakan indikator yang valid dan reliabel, (2) Berdasarkan indikator keluarga sejahtera yang valid dan. Reliabel, dapatkah dikembangkan indeks keluarga sejahtera, (3) Bagaimana pengujian ketepatan indeks keluarga sejahtera yang telah dikembangkan dalam mengkategorikan tingkat kesejahteraan keluarga, (4) Untuk menentukan kategori keluarga sejahtera, dapatkah dikembangkan piranti lunak (software) untuk memudahkan data entri, dan penentuan kategori keluarga sejahtera. Tujuan umum penelitian ini adalah menyusun indeks keluarga sejahtera yang nantinya digunakan sebagai kriteria penentuan tingkat keluarga sejahtera. Tujuan khusus penelitian ini adalah : (1) Mengidentifikasi indikator keluarga sejahtera yang valid dan reliabe, (2) Mengembangkan indeks keluiarga sejahtera, (3) Menguji ketepatan indeks keluarga sejahtera dalam mengkategorikan tingkat kesejahteraan keluarga, (4) Mengembangkan piranti lunak (software) yang dapat digunakan untuk menentukan katagori keluarga sejahtera. Dua tahap penelitian yaitu pengembangan indeks dan pengujian indeks. Lokasi penelitian di 5 kabupaten Sidoarjo, Bangkalan, Lamongan, Probolinggo dan Blitar. Populasi dari penelitian ini adalah kelauarga di propinsi Jawa Timur. Sampel penelitian adalah keluarga yang dipilih pada daerah penelitian. Teknik pengambilan sampel secara multistage random sampling dengan besar sampel 960 keluarga. Data dikumpulkan secara primer, dengan menggunakan pedoman wawancara/kuesioner. Selain itu dikumpulkan beberapa data sekunder untuk memperdalam kajian dari penelitian ini. Variabel yang diteliti adalah variabel karakteristik responden (umur, pendidikan, pekerjaan), variabel yang merupakan indikator kesehatan tediri dari 25 variabel, indikator pendidikan terdiri dari 4 variabel, indikator perumahan dan lingkungan terdiri dari 14 variabel, indikator sosial budaya terdiri dari 5 variabel, serta indikator ekonomi 11 variabel.

Page 58: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

58

Hasil penelitian menunjukkan bahwa didapatkan berbagai variabel yang merupakan indikator, kesehatan pendidikan, perumahan dan lingkungan, sosial dan budaya serta ekonomi. Dengan menggunakan Cofirmatory Factor Analysis (CFA) maka ada beberapa variabel dinyatakan valid, (λ p< 0,05) dan dinyatakan reliabel (δ, p < 0,05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah (1) Formula untuk menghitung indeks keluarga sejahtera yaitu : indeks keluarga sejahtera = 0,44 x indekes kesehatan + 0,66 x indeks pendidikan + 0,63 x indeks perumahan dan lingkungan + 0,55 x indeks sosial dan budaya +0,76 x indeks ekonomi. Dari perhitungan skor komposit kategori keluarga sejahtera adalah 8,3% pra sejahtera, 20,6% KS I, 36,6% KS II, 31,9% KS III serta 2,6% KS III Plus. (2) Indeks yang dihasilkan konsisten sebesar 94,2% dalam mengklasifikasikan tingkat kesejahteraan keluarga. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan perlunya dilakukan sosialisasi dan pemanfaatan formula indeks keluarga sejahtera yang telah dibentuk.

LAEK FEEDING BEHAVIOR – in infancy and childhood

84 Hubungan Pola Pemberian Makanan dengan Diare pada Bayi Usia 0 – 24 Bulan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito Yogyakarta/Yulica Aridawarni.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp. ABSTRAK : lihat nomor 66 FERTILITY AGENTS, MALE

85 Pengaruh Model Kerukunan Pogogutat Motoluadi terhadap Peningkatan Konsumsi Garam Beryodium pada Wanita Usia Subur (WUS) di Kecamatan Passi Kabupaten Bolaang Mongondow Sulawesi Utara/Ramly Abudi.-- Surabaya : Program Pascasarjana Universitas Airlangga, 2006.-- irrp.

ABSTRAK : Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) masih merupakan masalah gizi utama di Indonesia dimana survei nasional pemetaan GAKY pada tahun 1998 ditemukan 1300 Kecamatan di Indonesia termasuk kategori endemik GAKY. Demikian pula dengan kecamatan Passi Kabupaten Bolaang Mongondow sesuai hasil survei tahun 1998 diperoleh Total Goiter Rate (TGR) sebesar (10,51%). Hal ini mengindikasikan bahwa daerah tersebut termasuk daerah endemis GAKY karena nilai TGR nya melewati batas standar yang ditetapkan oleh WHO. Dengan temuan-temuan ini pemerintah menempuh berbagai macam upaya dalam menanggulangi masalah tersebut mulai dari upaya penanggulangan program jangka pendek sampai dengan program jangka panjang. Namun upaya penanggulangan tersebut belum memberikan hasil optimal seperti yang diharapkan.

Hambatan-hambatan yang diperoleh dalam penanggulangan masalah GAKY sangat beragam mulai dari tingkat pengetahuan masyarakat tentang masalah GAKY yang masih rendah sampai pada rendahnya kualitas garam beryodium yang tersedia dipasaran merupakan masalah yang sering ditemui dalam upaya program penanggulangan GAKY. Untuk itu perlu melibatkan potensi yang ada di masyarakat dalam hal penanggulangan masalah ini. Potensi yang ada di

Page 59: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

59

masyarakat apabila dimanfaatkan merupakan sumber daya yang kuat dan efisien serta lebih bersifat menetap. Potensi masyarakat yang dapat digunakan dalam mengatasi masalah GAKY di kecamatan Passi adalah dengan mengembangkan kerukunan Pogogutat Motoluadi pada kelompok Wanita Usia Subur (WUS). Kerukunan Pogogutat Motoluadi adalah suatu budaya hidup gotong-royong yang bersifat kekeluargaan pada masyarakat Bolaang Mongondow yang nampak pada kegiatan pelaksanaan pesta pernikahan. Diharapkan dengan sistem gotong-royong ini sumbangan yang diberikan oleh keluarga dan masyarakat sekitarnya dapat menyertakan garam beryodium sebagai salah satu bahan pokok yang diberikan dalam kerukunan tersebut, sehingga lambat laun kegiatan ini akan meningkatkan kesadaran para wanita usia subur untuk mengkonsumsi garam beryodium.

Untuk mengetahui pangaruh model kerukunan Pogogutat Motoluadi terhadap peningkatan konsumsi garam beryodium pada wanita usia subur maka dilakukan penelitian di kecamatan Passi Kabupaten Bolaang Mongondow dengan sampel wanita usia subut yang berusia 15 – 44 tahun dan tinggal di desa Pangian, Passi, serta desa Wangga sejumlah 96 orang dengan waktu penelitian dari bulan April – Agustus 2005. Untuk pengumpulan data tentang model kerukunan Pogogutat Motoluadi dilakukan dengan metode observasi dan wawancara pada Guhanga Lipu, Sangadi, dan petugas kesehatan serta Focus Group Discussion (FGD) yang terbatas pada wanita usia subur sedangkan data mengenai tingkat pengetahuan tentang garam beryodium, tingkat keterampilan dan ketersediaan garam beryodium di rumah tangga pada wanita usia subur dilakukan dengan metode kuesioner. Berdasarkan hasil pengumpulan data tentang model kerukunan Pogogutat Motoluadi bahwa wanita usia subur terutama kelompok “Kaum” sudah mulai melakukan pemberian garam beryodium dalam setiap kegiatan kerukunan Pogogutat Motoluadi sebagai upaya peningkatan kesadaran masyarakat dalam mengkonsumsi garam beryodium sedangkan untuk pengukuran tingkat pengetahuan tentang garam beryodium pada wanita usia subur di masing-masing desa tersebut umumnya hanya mencapai taraf kurang sampai dengan cukup yakni desa Pangian sebesar (90,6%), desa Passi (93,8%), dan desa Wangga (87,5%) tetapi setelah dilakukan intervensi diperoleh hasil tingkat pengetahuan tentang garam beryodium pada wanita usia subur dengan hasil baik yakni desa Pangian sebesar (84,4%), desa Pasi (81,3% dan desa Wangga (75%). Demikian pula dengan pengukuran tingkat keterampilan wanita usia subur dalam menguji kualias garam beryodium di tiga desa tersebut mengalami peningkatan yakni desa Pangian sebesar (84,4%), desa Passi (87,5%) dan desa Wangga (90,6%). Sementara itu untuk ketersediaan garam beryodium di rumah tangga dengan kualitas garam beryodium ≥30 ppm setelah dilakukan intervensi meningkat menjadi (81,2%) untuk desa Pangian (87,5%) untuk desa Passi, dan (87,5%) untuk desa Wangga.

Hasil analisis yang dilakukan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa model kerukunan Pogogutat Motoluadi cukup efektif dalam meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi garam beryodium sebab budaya ini dilakukan dan dilestarikan oleh seluruh warganya termasuk kelompok “kaum” ibu-ibu. Oleh karena itu diperlukan rangsangan secara terus-menerus di dalam kegiatan rutinitasnya agar pelaksanaan kegiatan tersebut dapat berjalan dengan lancar. Demikian pula analisis statistik dengan menggunakan Wilcoxon signed Rank Test menunjukkan hasil ada pengaruh yang signifikan pada variabel tingkat pengetahun tentang garam beryodium keterampilan dalam menguji kualitas garam

Page 60: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

60

beryodium, dan ketersediaan garam beryodium di rumah tangga terhadap peningkatan konsumsi garam beryodium pada Wanita Usia Subur (WUS) di desa Pangian, Passi, dan Wangga dengan nilai (p>0,05). Untuk pengukuran variabel tingkat pengetahuan tentang garam beryodium diperoleh hasil desa Pangian (P=0,001), desa Passi (p=0,000), dan desa Wangga (p=0,002), selanjutnya untuk pengukuran variabel tingkat keterampilan dalam menguji kualitas garam beryodium diperoleh hasil desa Pangian (p=0,004), desa Passi (p=0,001), dan desa Wangga (p=0,000) serta untuk pengukuran variabel ketersediaan garam beryodium di rumah tangga diperoleh hasil desa Pangian (p=,004), desa Passi (p=0,000), dan desa Wangga (p=0,000).

Oleh karena itu dalam upaya program penanggulangan maslah GAKY perlu dilakukan peningkatan pengetahuan dan pemberian keterampilan khususnya dalam hal peningkatan konsumsi garam beryodium serta pula memperhatikan potensi dan karakteristik masyarakat setempat yang dapat menghambat dan menunjang pelaksanaan program tersebut.

LAEK FEVER

86 Perbandingan Morbiditas Demam Pasca Bedah Sesar Emergensi antara Pemberian Antibiotika Profilaksi Ceftriaxon 2g dengan Ceftriaxon 1 g dan Metronodazole 500 mg/Firman Satriawan.-- Yogyakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp. ABSTRAK : lihat nomor 40

87 Faktor Klinis dan Demografi yang Berhubungan dengan Infeksi Saluran Kemih pada Anak Usia Muda dengan Demam/Linda Elianora Sinaga.-- Yogyakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp.

ABSTRAK :

The incidence of urinary tract infection (UTI) in children is high. Inadequate management causes complications such as bacteriaemia, meningitis, decrease in renal function and persistent renal dysfunction. The diagnosis could be difficult in young children because symptoms such as fever, vomiting, anorexia and irritability that may indicate urinary tract infection are common in other childhood illnesses. Therefore clinicians could identify young infants with no definite source of fever that have high risk for UTI.

The aim of this study was to identify clinical and demographic factors associated with UTI in children ≤2 years old. A case control study was conducted in children who admitted to the outpatient and emergency department of Dr. Sardjito Hospital Yogyakarta. All young children with indefinite source of fever (temperature ≥ 38ºC), did not consume antibiotics within previous 48 hours, no contraindication for doing urine transurethral sample and agree to participate were included. There were 38 subjects with positive urine culture as case group and 114 as control group. Univariate tests and multiple logistic regression were used to identify demographic and clinical factors associated with the likelihood of UTI.

Univarite X2 analysis showed that there were high risk for UTI in girls OR 2.2 (95% CI : 1,04-4,63), children < 6 months old OR 3,5 (95%) CI : 1,4-8,7) and fever ≥48 hours OR 2,5 (95% CI : 1,2 – 5,4). High fever ≥ 39ºC was not significantly

Page 61: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

61

associated with risk for UTI in this study. After multivariable adjustment the OR became higher for each factors. Children < 6 months old had the highest risk (OR 3,1; 95% CI : 1,2 – 8,2) and fever ≥ 48 hours (OR 2,8; 95% CI : 1,2 – 6,3), girls (OR 2,7; 95% CI : 1,2 – 6,0) subsequently.

Children < 6 months old, fever ≥2 days and girls were associated with high risk for UTI in young children without a definite source fever.

ABFK FILARIASIS

88 Menentukan Filariasis Terkini di Indonesia/Sekartuti.-- Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Farmasi, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depkes RI., 2006.-- irrp.

ABSTRAK :

Di beberapa daerah terutama yang susah dijangkau, prevalensi filariasis masih tinggi, sehingga merupakan masalah kesehatan bagi masyarakat. Pada tahun 2000 WHO telah mencanangkan Program Eliminasi Filariasis di dunia yang diharapkan tercapai pada tahun 2020. Indonesia merupakan salah satu negara yang terlihat dalam komitmen eliminasi filariasis tersebut. Di Indonesia masalah filariasis ini sangat kompleks, penyebarannya sangat luas, dan penyebabnya 3 jenis cacing yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori. Pengobatan masal menggunakan DEC albendazole telah dilakukan di beberapa daerah endemik dengan frekuensi dan cakupan yang bervariasi. Akan tetapi sebagian besar daerah belum mulai melakukan pengobatan masal karena faktor antara lain : belum tersedianya data dasar tentang besarnya masalah, kendala operasional, dan lain-lain. Oleh karena itu, dalam rangka menunjang keberhasilan Program Eliminasi Filariasis di Indonesia, telah dilakukan identifikasi situasi filariasis terkini yang meliputi aspek epidemiologi, pengobatan, serta operasionalisasi program di beberapa daerah endemik.

Tujuan penelitian ini bertujuan untuk menentukan situasi filariasis terkini di Indonesia. Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif dan potong lintang di beberapa daerah yang diduga endemik, daerah endemik rendah, daerah yang telah dinyatakan endemik tinggi yang ditetapkan sebagai target pengobatan, dan daerah yang sudah melakukan eliminasi (pengobatan masal) tahun ke-2, ke-3 maupun ke-5. Survei dilakukan di 8 propinsi dan 10 kabupaten.

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa tidak semua daerah yang diduga mempunyai masalah filariasis , mempunyai angka kesakitan yang tinggi (MF rate > 1%), seperti Kabupaten Tasikmalaya dan Luwu Timur. Sedangkan daerah yang paling bermasalah dan perlu mendapat perhatian dan penanganan segera adalah wilayah Kabupaten Sikka dan Kotawaringin Barat; Daerah yang dianggap non endemik (Mf rate < 1%), terbukti memang tidak ada kasus positif mikrofilaria meskipun ditemukan penderita kaki gajah. Masalah filariasis di Jawa Timur (wilayah Kabupaten Lamongan) belum dapat dikonfirmasi species cacing filaria penyebabnya meskipun telah menggunakan tehnik identifikasi antibodi yang spesifik terhadap Brugia dan atau Wuchereria (RDT); Implementasi unit pengobatan masal di berbagai yang sudah melaksanakan program eliminasi bervariasi (kabupaten/ kecamatan/desa) sesuai dengan kesiapan dana dan SDM setempat, demikian juga kesiapan manajemen program dan tatalaksana kasus di

Page 62: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

62

rumah sakit di berbagai tingkat administrasi; Data pendukung program eliminasi (peta endemisitas, PSP masyarakat terhadap penyakit filariasis, dan vektor potensial) masih sangat terbatas di hampir semua daerah yang diteliti.

Untuk meningkatkan kesiapan dan keberhasilan program eliminasi filariasis di Indonesia disampaikan beberapa saran antara lain: Penentuan angka kesakitan (Mf rate) di daerah di mana kasus kronis ditemukan perlu dilakukan untuk menentukan cara penanganannya (program eliminasi atau cukup dengan pengobatan selektif), dan sebagai bahan advokasi kepada pemegang keputusan (stake holders); Dalam persiapan eliminasi perlu diketahui PSP masyarakat terhadap penyakit filariasis agar penyuluhan yang dilakukan sebelum pengobatan masal lebih (terarah/kena sasaran); Untuk mempersiapkan SDM yang akan berperan dalam kegiatan di laboratorium, rumah sakit, maupun di lapangan, dapat meminta bantuan instansi terkait yang mempunyai kompetensi.

BPPK FINANCIAL MANAGEMENT

89 Studi Optimalisasi Anggaran Pembangunan Kesehatan di Kabupaten/Kota/K. Aryastami et. al.-- Surabaya : Pusat Penelitian Pengembangan Sistem dan Kebijakan Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depkes R.I., 2006.-- irrp. ABSTRAK : District/municipality’s health financing is greatly depending upon the district’s income and revenues as well as the political commitments of the local authority. There is no study shown how much money has to be provided to increase targets/program’s achievements by a particular number. The Ministry of Health had set target and obligatory for minimum health standard that has to be implemented in each district/municipality. Maternal and neonatal health (MNH) services is one of the services in the district health system that has to be delivered by puskesmas to improving maternal and neonatal health towards reducing of the maternal and neonatal mortality. It is a cross sectional study of health policy and financing.

The study taken place in three districts/municipality, namely district of Badung, Bali; District of Tanah Datar, West Sumatera and Kupang Municipality in East Nusa Tenggara. Time of the study was February to November 2006. The biggest allocation of budgetting according to the district health competency was for the basic health services, preventions of communicable diseases, and nutrition. Budget allocation for investation in maternal and neonatal health was relatively loss, except for the Badung district. The budget allocated for the basic health services has a similar patron among the areas under study, except for the Tanah Datar district, the proportion of operational costs for immunization seem lower than two other districts. There was gaps between budget allocation and budget necessity. The budget was hardly used to serve the community. Indirect budget, most of the time goes for staff trainings, building capacity, as well as facility’s improvements. Percapita allocation for MNH varies among the district/municapality. Badung got the lowest (Rp. 20,000) percapita allocation, it has the highest fiscal capacity; mean while Tanah Datar, the middle fiscal capacity had the highest (Rp. 47,000). Kupang, the lowest fiscal capacity posting the middle percapita allocation, which was Rp. 40,000.

Page 63: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

63

According to the health services function, the proportion allocating for trainings was the highest, more than 70% (Kupang and Tanah Datar), and basic health services achieving 50% of the budget in Badung. In conclusion, budget allocation was difference among the district, the proportion was burden to public administration and only small part for the operational. Of the total health budget, the biggest proportion, or 30-35% was financing due to the MNH programs. Unfortunately, the allocation was less specified, scattered beyond other programs and tend to set for routine activites. In addition, allocation for investation was very low (2-7%), except for Badung that is 47,2%.

LYAN FOLIC ACID

90 Efek Suplementasi Kombinasi Fe Vitamin C dan Asam Folat terhadap Peningkatan Kadar Hb dan Kapasitas VO2 Maks pada Atlet Sepakbola Divisi Utama dan Divisi Satu Nasional di Daerah Istimewa Yogyakarta/Zainal Abidin.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp.

ABSTRAK :lihat nomor 17 FORMALDEHYDE

91 Paparan Formaldehid sebagai Faktor Risiko Terjadinya Kanker Nasofaring/Adi Nolodewo; Hanny Setyawan.-- Semarang: Fakultas Kedokteran Unuversitas Diponegoro, 2006.-- irrp. ABSTRAK:

Formadeldehid merupakan bahan kimia yang banyak dijumpai di lingkungan industri, pertanian, peternakan, rumah tangga, bahkan dalam makanan/ minuman. Bahan ini dapat berbentuk padat, cair, uap/ asap. Formaldehid bersifat korosif terhadap mukosa, sehingga bila terhisap terus menerus menimbulkan nekrosis hebat menyebabkan mukosa lebih peka terhadap karsinogen lain. Selain itu, secara tidak langsung, formaldehid dapat memicu terjadinya mutasi DNA. “Matching case control”. Kasus adalah penderita karsinoma nasofaring di bangsal THT-KL RSDK meliputi sebanyak 32 penderita yang memenuhi kriteria inklusi sedangkan kontrol 32 penderita bukan KNF yang periksa di klinik THT-KL RS Dr. Kariadi Semarang. Kriteria paparan formaldehid dinilai berdasarkan lama dan frekwensi paparan formaldehid berbagai bentuk. Rata-rata kelompok berumur 46,3±14,6 tahun (termuda umur 15 tahun, tertua umur 79 tahun) dan kelompok kontrol berumur 47,8 ± 14,6 tahun (termuda umur 15 tahun, tertua umur 79 tahun) dan kelompok kontrol berumur 47,8 ± 14,1 tahun (termuda umur 17 tahun, tertua umur 71 tahun). Jenis kelamin sampel 87,5% laki-laki dan 12,5% perempuan. Status gizi sampel 9,4% termasuk dalam kategori kurus < 18,5% BMI, normal ≥ 18,5% sampai < 25% BMI dan obesitas ≥ 25% BMI. Tingkat pendidikan sampel pada kelompok kasus dan kontrol adalah sebagai berikut; 56,3% SD; 15,7% SMP; 21,8% SMA/SMK; dan 6,2% Perguruan Tinggi. Analisis bivariat menggunakan Mc Neman test dilakukan KNF. Perguruan paparan formaldehid berbentuk uap, matched Odds Ratio (mOR) 16,0; 95%; CI 2,9-338,9; p = 0,000068. Berbentuk partikel debu mOR 3,0;95% CI 1,04-10,6; p = 0,0206.

Page 64: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

64

Berbentuk asap mOR7,50;95%; CI1,7-67.6; p=0,0001. Berbentuk makanan bakar/asap mOR 1,8; 95%; CI 0,5-6,8; p=0,222. Berbentuk makanan awetan/ instan mOR 2,8; 95%; CI 0,8-11,8; p=0,059. Berbentuk minuman beralkohol mOR 3,7; 95%; CI 1,9-16,4; p=0,0286. Analisis multivariat dengan menggunakan analisis conditional multiple logistic regression, urutan pertama paparan formaldehid yang paling berpengaruh terhadap terjadinya KNF adalah paparan formaldehid berbentuk uap, mOR 160; 95%;CI 2,9-338.9; p=0,000068 disusul urutan kedua adalah paparan formaldehid berbentuk asap, mOR 7,50; 95%; CI 1,7-67,6; p=0,222, urutan ke tiga adalah minuman berakohol, mOR3,7;95%; CI 1,9 9-164; p=0,0286.

Paparan formaldehid berbentuk uap, asap dan minuman berakohol terbukti merupakan faktor risiko terbesar dibandingkan dengan formaldehid yang berbentuk lain terhadap kejadian KNF di RS. Dr. Kariadi.

HDFK HAY FEVER

92 Efektifitas Vaksinasi BCG Dibanding Imunoterapi Aleren Spesifik Dosis Eskalasi teradap Percobaan Gejala Klinik dan Kualitas Hidup/Andriana Tjitria Widi Wardhani; Suprihati; Widiastuti.-- Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Diponerogo, 2006.-- irrp.

ABSTRAK: lihat nomor 20 93

Pengaruh Vaksinasi BCG terhadap Kadar IgE-Total dan Perbaikan Gejala Klinik Rinitis Alergi/I Gusti Ketut Nurada; Suprihati; Edi Dharmana.-- Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, 2006.-- irrp.

ABSTRAK : lihat nomor 21 HEALTH MANPOWER

94 Komitmen dan Kinerja Petugas Pengelola TB-Paru Puskesmas di Kabupaten Solok dan Kabupaten Solok Selatan/Syamsuar Syah.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp.

ABSTRAK : lihat nomor 74 HEALTH PROMOTION

95 Promosi Kesehatan melalui Metode Demonstrasi dan Modul untuk Meningkatkan Pengetahuan dan Keterampilan Bidan Puskesmas tentang Universal Precaution HIV/AIDS di Kota Medan/Elkadi.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp.

ABSTRAK :

The case of Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) spread out quickly in various parts of the world including Indonesia. This research showed the case of HIV/AIDS patients in the Province of North Sumatera especially in Medan municipality. There is a lack of knowledge and skill of Primary Health Care midwife in Medan regarding understanding and application of universal precaution HIV/AIDS in order to avoid and prevent the

Page 65: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

65

transmission of HIV/AIDS. If it is not applied maximally, fatal impact and the transmission of HIV/AIDS for patients or midwife can be occurred. In order to prevent and avoid the incident, health promotion regarding universal precaution HIV/AIDS for midwife of Primary Health Care in Medan municipality is implemented.

The purpose of this research are was to find out the effectiveness of health promotion through demonstration method and module in the effort of improving knowledge and skill of midwife in Primary Health Care regarding universal precaution HIV/AIDS in Medan municipality.

This was a quasi experimental research with non equivalent control group design. The subject in the research was 68 midwives of Primary Health Care who live in the working area of municipality health office in Medan out total population of 37 people. Every respondent was given health promotion on universal precaution HIV/AIDS, and given pretest (before), post test 1 (soon) and post test 2 (one month) after given health promotion on universal precaution HIV/AIDS. Data was processed with computer by using statistic analysis.

The results showed that after given health promotion, knowledge and skill of midwives was significantly increased, knowledge was significantly increased with p: 0,00 (p: <0,05) in the period before, until, after given health promotion, but there was a significantly decreasing on knowledge in the coming period and after 1 month after promotion with p: 0,00 (p<0,05). There was an increasing on knowledge and skill of midwife before and as soon as the health promotion is given, but there was a decreasing after 1 month the health promotion is given.

ABFK

96 Analisis Pembiayaan untuk Upaya Promosi Kesehatan Masyarakat di Puskesmas/Suci Wulansari et al.-- Surabaya : Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem dan Kebijakan Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depkes R.I.,2006.-- irrp.

ABSTRAK : lihat nomor 51 HEALTH SERVICES

97 Pengembangan Pelayanan Kesehatan untuk Malaria di Daerah Sulit di Jangkau/Basundari Sri Utami.-- Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Farmasi, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2006.-- irrp.

ABSTRAK :

Meskipun kasus malaria di Purworejo, secara garis besar sudah menunjukkan penurunan, masih terdapat daerah-daerah yang merupakan fokus malaria, dimana daerah tersebut merupakan daerah terisolir yang sulit terjangkau oleh layanan kesehatan. Dengan dana yang terbatas, penemuan dan pengobatan penderita untuk memutus atau, mengurangi sumber penularan yang dilakukan oleh Juru Malaria Desa (JMD) sedangkan kunjungan minimal 1 x sebulan, tidak bisa dipertahankan sebagaimana seharusnya, hal ini menyebabkan rendahnya cakupan pencarian kasus, terlambatnya penemuan penderita yang akan berakibat turunnya cakupan pengobatan. Disamping hal tersebut penderita enggan untuk datang ke puskesmas, karena sulit dan mahalnya transportasi, hal ini akan

Page 66: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

66

berakibat tingginya angka kesakitan dan penularan malaria di daerah tersebut. Sehingga situasi ini sangat berpotensi untuk dapat terjadi re-emerging. Berdasarkan hasil penelitian yang sudah diakukan dalam 4 tahun terakhir, telah disusun model pengendalian malaria untuk daerah sulit dijangkau yang merupakan replikasi hasil-hasil penelitian tersebut model penanggulangan ini akan di implimentasikan di 3 daerah terpilih di Kabupaten Purworejo.

Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan model layanan kesehatan untuk malaria di daerah sulit dijangkau di Purworejo, dengan tahapan; menyiapkan kader malaria untuk mengenali algoritma gejala klinis malaria dan dapat melakukan pengambilan darah jari serta membuat apusan SD (Sediaan Darah); memberdayakan posmaldes dalam konfirmasi penderita dan pengobatan malaria di daerah sulit dijangkau serta menghitung cost effectiveness operasionalisasi model penanggulangan. Hasil kegiatan penelitian ini diharapkan dapat menjadi metoda alternatif pelayanan kesehatan untuk program malaria yang efektif dan efisien, sesuai situasi dan kondisi di daerah endemis yang sudah dijangkau.

Dengan mempertimbangkan informasi dari data sekunder, 3 desa terpilih adalah Desa Kalitengkek (Puskesmas Gebang) pada tahun 2004 menunjukkan angka API 36,7 ‰. Desa Guntur (Puskesmas Bener) pada tahun 2004 menunjukkan angka API 8,8 ‰ sebagai wilayah perlakuan (model I dan II) dan Desa Girijoyo (Puskesmas Winong) pada tahun 2004 menunjukkan angka API 12,4 ‰ dipilih sebagai wilayah kontrol.

Hasil perhitungan keefektifan biaya menunjukkan untuk mendapatkan 1 diagnosa benar model 1 memerlukan biaya sebesar Rp. 2.495.075,42; untuk mendapatkan 1 diagnosa benar model 2 memerlukan biaya sebesar Rp. 7.694.829,67 dan untuk mendapatkan 1 diagnosa benar Pusling memerlukan biaya sebesar Rp. 2.354.183,-. Penggunaan RDT menyebabkan biaya model 1 menjadi lebih murah dibandingkan dengan menggunakan mikroskopis. Penggunaan RDT pada model 2 dan Pusling tidak membuat biaya menjadi lebih murah.

Dari hasil perhitungan terlihat bahwa model 1 menunjukkan daya guna yang mahal. Model 2 menunjukkan daya guna yang kurang baik dibandingkan kontrol (Pusling) dengan biaya yang lebih mahal. Bila diagnosa malaria menggunakan RDT (ICT) hasil perhitungan menunjukkan bahwa biaya yang sama. Model 2 menunjukkan daya guna yang kurang baik dibandingkan kontrol (Pusling) dengan biaya yang lebih mahal.

BPPK

98 Upaya Peningkatan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja di Puskesmas Kabupaten Jombang (Berdasarkan Analisa Kinerja Petugas Kesehatan Remaja, Kebutuhan Harapan dan Penilaian Remaja)/Ida Nikmatul Ulfah.-- Surabaya : Program Pascasarjana Universitas Airlangga, 2006.-- irrp.

ABSTRAK :

Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja di Kabupaten Jombang telah ada sejak tahun 2000. Dari hasil pelayanan yang telah dilaksanakan antara tahun 2002 sampai tahun 2004. Cakupan masih belum mencapai target yakni rata-rata sebesar 23,8% dari target sebesar 45%. Tujuan penelitian ini adalah menyusun upaya peningkatan pemanfaatan pelayanan kesehatan peduli remaja di Kabupaten Jombang (berdasarkan analisis kinerja petugas kesehatan remaja, kebutuhan, harapan dan penilaian remaja)

Page 67: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

67

Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 26 Mei sampai 26 Juni 2006 di Puskesmas Kabupaten Jombang berupa penelitian observasional. Ada 3 kelompok responden yaitu petugas, pengguna pelayanan dan bukan pengguna pelayanan. Jumlah responden petugas adalah seluruh petugas kesehatan remaja di 13 Puskesmas sejumlah 13 orang, pengguna pelayanan adalah pengunjung yang datang ke 3 Puskesmas selama penelitian yakni sebanyak 89 orang dan bukan pengguna pelayanan adalah siswa dari 3 SMU di wilayah Puskesmas yang diteliti secara random.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi cakupan adalah pengetahuan, kemampuan, supervisi dan beban kerja. Sedangkan dari analisis harapan penilaian dengan menggunakan diagram kartesius menunjukkan bahwa yang berada pada kuadran A (Prioritas Utama) adalah faktor tarif, kesembuhan, privacy kamar periksa dan kenyamanan kamar periksa, yang artinya pengguna merasa belum puas terhadap faktor tersebut. Sedangkan yang berada pada kuadran B (Pertahankan Prestasi) adalah faktor jarak antara Puskesmas dengan rumah pengguna, keramahan dan kesopanan petugas, yang artinya Puskesmas telah melakasanakan dengan baik dan harus dipertahankan. Kuadran C. (Prioritas rendah) adalah ketersediaan transportasi, kesediaan petugas memberikan informasi, perhatian petugas terhadap keluhan pasien, kesesuaian tindakan petugas, yang artinya faktor tersebut kurang penting pengaruhnya bagi pelanggan, pelaksanaannya biasa-biasa saja. Pada kuadran D (Berlebihan) adalah ketrampilan petugas, jaminan kerahasiaan, kenyamanan ruang tunggu, artinya faktor tersebut dianggap pelanggan kurang penting, akan tetapi pelaksanaannya berlebihan. Dianggap kurang penting tetapi sangat memuaskan. Hasil Focus Group Discussion sebagai berikut pelatihan petugas, meningkatkan koordinasi petugas, kerjasama lintas sektor, meningkatkan kuantitas dan kualitas supervisi, menata ruangan yang ada di Puskesmas untuk pelayanan remaja.

Dari hasil penelitian dan FGD diperoleh beberapa rekomendasi sebagai berikut : (1) untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan petugas perlu diberikan pelatihan bagi petugas yang belum pernah dilatih dan review bagi petugas yang sudah pernah dilatih, (2) meningkatkan kuantitas dan kualitas supervisi, (3) meningkatkan kordinasi antara petugas agar beban petugas kesehatan remaja tidak berat, (4)meningkatkan kerjasama lintas sektor, (5) mensosialisasikan bahwa saat ini belum bisa gratis, dan daftar tarif ditempatkan di pintu depan Puskesmas agar tidak timbul salah persepsi, (6) pelatihan pelayanan prima, (7) mendesain kamar yang ada misalnya dengan diberi batas khusus.

Kesimpulan dari penelitian adalah masih perlunya, (a) peningkatan pengetahuan dan kemampuan petugas melalui pelatihan, (b) koordinasi lintas sektor, (c) perlunya koordinasi antar petugas, (d) menambah kuantitas dan kualitas supervisi (e) mensosialisasikan tarif, (f) pelatihan pelayanan prima bagi petugas, (g) menata kamar di Puskesmas untuk pelayanan remaja.

LAEK

99 Analisis Permasalahan Upaya Pelayanan Kesehatan Kerja dalam Kaitan dengan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Guna Perencanaan Program K3/Dita Artningtyas.-- Surabaya : Program Pascasarjana Universitas Airlangga, 2006.-- irrp.

Page 68: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

68

ABSTRAK :

Karyawan Rumah Sakit lebih banyak mengalami masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dibandingkan dengan karyawan sipil lainnya. Karyawan Rumah Sakit merupakan aset yang harus dilindungi. Pelayanan kesehatan kerja di Rumah Sakit Haji Surabaya dalam pelaksanaannya masih perlu ditingkatkan oleh karena belum sesuai dengan upaya pelayanan kesehatan kerja Rumah Sakit seperti pada pokok-pokok kebijakan Rumah Sakit oleh Departemen kesehatan R.I. walaupun telah mendapat sertifikat lulus akreditas K3RS. Rendahnya kepedulian terhadap upaya pelayanan kesehatan kerja karyawan disebabkan oleh Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMKK3) yang belum terlaksana dengan baik.

Tujuan umum penelitian ini adalah menganalisa permasalahan upaya pelayanan kesehatan kerja dalam kaitan dengan SMK3 guna perencanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit Haji Surabaya. Penelitian ini adalah exploratif semi kualitatif. Subyek penelitian ini adalah 62 karyawan, pada setiap unitnya diambil 2 – 5 orang yang dianggap mengerti tentang K3. Dalam menganalisis upaya pelayanan kesehatan kerja, peneliti menggunakan 4 indikator yaitu : promotif, preventif, penerapan ergonomi dan kuratif, sedangkan pada SMK3 menggunakan 3 indikator yaitu : komitmen dan kebijakan, pelaksanaan serta pengukuran dan evaluasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa :

1. Permasalahan promotif adalah perilaku/kebiasaan karyawan yang tidak biasa makan pagi, makan dan istirahat tidak teratur, serta terbatasnya pengetahuan tentang keselamatan dan kesehatan kerja/K3 terutama kepada karyawan yang tidak mempunyai dasar pendidikan kesehatan.

2. Masalah preventif adalah perlindungan terhadap bahaya-bahaya fisik, kimia, biologi dan zat-zat berbahaya di tempat kerja oleh karena keterbatasan dana.

3. Masalah penerapan ergonomi adalah karyawan yang bekerja belum sesuai protap (prosedur tetap) dan adanya ruangan/alat yang mempercepat kelelahannya.

4. Masalah kuratif adalah belum adanya prosedur tetap untuk pelayanan kesehatan tenaga honorer.

5. Masalah komitmen dan kebijakan adalah sosialisasi dan tidak adanya dukungan dana khusus untuk K3.

6. Masalah pelaksanaan SMK3 adalah sosialisasi protap yang belum menyeluruh dan petugas K3 yang belum memiliki keahlian khusus.

7. Masalah pengukuran dan evaluasi pada SMK3 adalah belum ada standard operating procedure untuk evaluasi K3.

Sebagai kesimpulannya adalah adanya kaitan yang erat antara upaya pelayanan kesehatan kerja dengan SMK3. Hasil penelitian direkomendasikan kepada direktur untuk meningkatkan upaya pelayanan kesehatan kerja di Rumah Sakit Haji Surabaya yang terpenting guna perencanaan K3 adalah PK3RS dimasukkan kedalam struktur organisasi RS serta disediakan sarana khusus untuk K3.

LAEK

100 Upaya Revitalisasi Pelayanan Kesehatan Puskesmas dan Jaringannya dalam Rangka Peningkatan Kualitas Pelayanan Kesehatan/Lestari Handayani et al.-- Surabaya : Pusat Penelitian Pengembangan Sistem dan Kebijakan Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depkes R.I., 2006.-- irrp.

Page 69: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

69

ABSTRAK: Banyak keluhan tentang pelayanan kesehatan di puskesmas sehingga Depkes mengeluarkan kebijakan revitalisasi Puskesmas dengan mengacu Kepmenkes 128 tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Penelitian ini dilakukan tahun 2006 untuk melihat upaya revitalisasi yang sudah dilakukan puskesmas di 8 puskesmas yang terletak di propinsi Jawa Timur (kabupaten Jombang dan Bojonegoro), Jawa Barat (Kabupaten Cianjur) dan Nusa tenggara Timur (Kabupaten Sikka). Data primer dikumpulkan dengan wawancara dibantu kuesioner, wawancara mendalam dan FGD serta data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan program revitalisasi Puskesmas masih belum dikenal di tingkat puskesmas, masih menjadi wacana di tingkat nasional meskipun telah dilakukan sosialisasi di tingkat provinsi. Terlihat variasi tentang upaya pelayanan pengembangan yang diselenggarakan karena perbedaan situasi dan kondisi namun pada umumnya lebih fokus ke Pelayanan Kesehatan Perorangan (UKP) sedangkan komitmen petugas terhadap kegiatan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) kurang. Masyarakat sudah cukup puas dengan pelayanan pengobatan yang diberikan puskesmas. Secara umum masih banyak keluhan petugas tentang kerja rangkap, fasilitas kurang, SDM tidak kompeten. Disarankan oleh petugas dalam rangka revitalisasi puskesmas diharapkan agar manajemen puskesmas diperbaiki, peningkatan kompetensi petugas, pemberian reward berupa pendidikan dan pelatihan serta pemenuhan sarana dan prasarana kegiatan pelayanan. Rekomendasi penelitian ini: (1) Sosialisasi program revitalisasi Puskesmas dan Kepmenkes 128 tahun 2004 sampai ke tingkat puskesmas (2) Pemberian pelatihan manajerial bagi kepala puskesmas dan pelatihan teknis bagi petugas puskesmas sesuai tugas masing-masing, (3) Peningkatan motivasi dengan pemberian reward kepada petugas.

LYAN HEART RATE

101 Respon Frekuensi Denyut Jantung dan Tekanan Darah terhadap Peningkatan Intensitas Kontraksi Isometrik/Ratna Indriawati.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp. ABSTRAK : lihat nomor 32 HEMODIALYSIS

102 Kadar C-Reactive Protein dan Status Gizi Pasien Penyakit Ginjal Terminal yang Menjalani Hemidialisis Rutin di Unit Hemodialisis Rumah Sakit Dr. Kariadi dan Rumah Sakit Telogorejo Semarang/Wachid Putranto; Lestariningsih.-- Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, 2006.-- irrp. ABSTRAK : Pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis rutin mempunyai prognosis yang jelek, karena tingginya angka kejadian penyakit kardiovaskuler. Malnutrisi, seperti hipoalbuminemia, merupakan predictor kematian pada

Page 70: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

70

kelompok ini. C-reactif protein (CRP) merupakan predictor kejadian infark miokard, stroke, dan sudden death cardiac. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar CRP, status gizi, dan hubungan antara kadar CRP dan status gizi pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis rutin. Pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis rutin yang memenuhi kriteria inklusi dilakukan pemeriksaan kadar CRP dan status gizi yang meliputi kadar albumin, lingkar lengan atas, indeks massa tubuh. Kriteria inklusi penelitian ini adalah bersedia sebagai responden, penderita penyakit ginjal yang menjalani hemodialisis rutin 4 – 5 jam 2 kali seminggu selama > 3 bulan. Kadar CRP normal < 6 mg/dl yang diukur 2 jam setelah hemodialisis dimulai. Kadar CRP meningkat > 0,1 sudah dianggap meningkat. Kadar albumin normal 3,5 – 4,5 mg/dl, lingkar lengan atas > 13,5 cm, indeks masa tubuh normal 18,5 – 24,9 kg/m2. Dari hasil penelitian didapat 39 subyek yang memenuhi kriteria inklusi, terdiri dari 21 pria (53,8%) dan 18 wanita (46,2%) dengan usia 30 – 59 tahun. Lama menjalani hemodilisis 3 – 72 bulan. Kadar CRP meningkat didapatkan pada 8 subyek (20,5%) dengan nilai CRP < 5-52 mg/dl. Indeks massa tubuh 16,7 – 28 kg/m2. Underweight didapatkan pada 3 subyek (16,7%). Kadar albumin 3,36 – 5,24 mg/dl, dengan hipoalbuminemia didapatkan pada 2 (11,1%). Lingkar lengan atas subyek 18 – 32 cm dan tidak satupun yang mengalami malnutrisi berdasarkan lingkar lengan atas. Tidak didapatkan bukti adanya hubungan antara kadar CRP dengan kadar albumin, indeks massa tubuh, maupun lingkar lengan atas. Kesimpulan pasien penyakit ginjal yang menjalani hemodialisis yang mempunyai kadar CRP meningkat sebanyak 20,5%, hipoalbuminemia 11,1%, underweight 16,7%.

HDFK

103 Point Prevalence Hepatitis Viruses C pada Hemodialisis Reguler di Semarang/Muchamad Nur Aziz; Hirlan; Arwedi Arwanto.-- Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, 2006.-- irrp. ABSTRAK : lihat nomor 109 HEMOGLOBINS

104 Hubungan antara Lama Perdarahan Haid dengan Kadar Hb pada Akseptor IUD, PIL, dan non Akseptor di Kota Surakarta/Siti Handayani.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp. ABSTRAK : lihat nomor 49

105 Efek Suplementasi Kombinasi Fe Vitamin C dan Asam Folat terhadap Peningkatan Kadar Hb dan Kapasitas VO2 Maks pada Atlet Sepakbola Divisi Utama dan Divisi Satu Nasional di Daerah Istimewa Yogyakarta/Zainal Abidin.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp. ABSTRAK : lihat nomor 17

Page 71: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

71

HEMOLYSIS 106

Hubungan antara Kadar Ureum Serum dan Indeks Hemolisis pada Penderita Penyakit Ginjal Kronis Pradialisis dan Penentuan Cut Off Valuenya/Junaedi Wibawa; Lisyani Suromo; Arwedi Arwanto.-- Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, 2006.-- irrp. ABSTRAK : lihat nomor 128 HEPATITIS

107 Gizi Kurang sebagai Faktor Risiko Hepatitis Drug Induced karena Obat Anti Tuberkulosis/Rusmawati.-- Yogyakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp. ABSTRAK : Some anti tuberculosis drugs were used in combination to treat tuberculosis. Appropriate therapy shows good outcome, however, anti tuberculosis drugs can cause hepatotoxicity. The previous study suggests that malnutrition is a risk factor of Drug Induced-Hepatitis (DIH) To determine whether moderate malnutrition is a risk factor of DIH among children treated with anti tuberculosis drugs. A case control study was conducted among children treated with anti tuberculosis drugs. Data were obtained from medical record of outpatient and inpatient of pediatrics patients from January 2001 to November 2006 in 6 hospitals. Drug Induced-Hepatitis (DIH) is defined as elevated serum transaminase 5 times more than normal, elevated bilirubin level more than 1,5 mg/dl or any elevation of transaminase serum with clinical symptom such as ichterus. Patients meeting the inclusion criteria were included in the study and those meeting the exclusion criteria excluded from the study. Then data were followed retrospectively to see the nutritional status at the starting point of therapy. The Odds Ratio (OR) of nutritional status determine using chi square analysis. There were 31 children diagnosed as DIH, 2 were excluded from the study because of phenytoin and carbamazepin therapy. There were no significant differences on age, gender, and moderate malnutrition. Only severe malnutrition was had significant difference with OR 3,2 (95% CI 1,13 – 9,2; p = 0,023). Moderate malnutrition is not a risk factor while severe malnutrition is a risk factor of DIH among children treated with anti tuberculosis drugs.

ABFK HEPATITIS B

108 Hubungan Aktivitas Enzim ALT (Alamin Animo Transferase) dengan Kadar Bilirubin Total pada Penderita HbsAg Positif di RSUP Sleman/Subroto Tri Wibowo.-- Yogyakarta : Rumah Sakit Umum Pusat Sleman Yogyakarta, 2006.-- irrp. ABSTRAK : lihat nomor 25

Page 72: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

72

HEPATITIS C-LIKE VIRUSES 109

Point Prevalence Hepatitis Viruses C pada Hemodialisis Reguler di Semarang/Muchamad Nur Aziz; Hirlan; Arwedi Arwanto.-- Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, 2006.-- irrp. ABSTRAK : Perkiraan prevalensi infeksi Virus Hepatitis C (VHC) pada pasien hemodialisis berkisar pada 3% (170 juta) di dunia. Saat ini Indonesia belum memiliki data prevalensi infeksi VHC di antara pasien hemodialisis secara nasional. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi infeksi Virus Hepatitis C (VHC) pada pasien unit hemodialisis di kota Semarang. Desain penelitian adalah belah-lintang. Jumlah sampel adalah 139 pasien pada unit hemodialisis di Semarang untuk menentukan prevalensi infeksi virus hepatitis C (VHC). Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa 139 pasien yang masuk kriteria inklusi terdiri dari 88 orang lakil-laki (63,7%) dan 51 (36,3%) wanita. Prevalensi Hepatitis Virus C pada pasien hemodialisis reguler di Rumah Sakit Dr. Kariadi (75%), Rumah Sakit Tlogorejo (61,2%), Rumah Sakit Elisabeth (29,4%) dan Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum (53,3%). Prevalensi infeksi Virus Hepatitis C pada pasien hemodialisis reguler di Semarang 59,6%. Adanya hubungan yang bermakna jumlah hemodialisis dengan infeksi Virus Hepatitis C (p=0,000 r=0,435) Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa prevalensi infeksi Virus Hepatitis C pada pasien Hemodialisis reguler di Semarang adalah tinggi. Dan hubungan bermakna antara jumlah hemodialisis dengan infeksi VHC.

HDFK HIV

110 Promosi Kesehatan melalui Metode Demonstrasi dan Modul untuk Meningkatkan Pengetahuan dan Keterampilan Bidan Puskesmas tentang Universal Precaution HIV/AIDS di Kota Medan/Elkadi.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp. ABSTRAK : lihat nomor 95 HOSPITALIZATION

111 Program Pemasaran Rawat Inap Rumah Sakit Muhammdiyah Babat Berdasarkan Analisis Customer Window/Diana Roossumantri .-- Surabaya : Program Pascasarjana Universitas Airlangga, 2006.-- irrp. ABSTRAK : Pemanfaatan rawat inap rumah sakit dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, baik dari faktor rumah sakit, faktor pasien dan faktor lingkungan. Alasan inilah yang mendasari pentingnya penelitian tentang analisis pelanggan yang belum pernah dilakukan di RS Muhammadiyah Babat. Berdasarkan informasi tentang kebutuhan dan persepsi konsumen akan produk yang ditawarkan rumah sakit, dapat

Page 73: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

73

diketahui posisi jasa rumah sakit sehingga pada akhirnya dapat digunakan untuk menyusun rencana pemasaran untuk meningkatkan pemanfaatan rawat inap RS Muhammadiyah Babat. Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya BOR di rawat inap Rumah Sakit Muhammadiyah Babat. Salah satu upaya meningkatkan BOR adalah dengan menyusun program pemasaran yang dapat didasarkan dari identifikasi kebutuhan dan harapan konsumen yang memilih rawat inap di rumah sakit ini, sehingga diharapkan dengan terpenuhinya harapan mereka dapat memberi kepuasan yang ada akhirnya dapat menimbulkan rasa loyal dan tujuan akhir dari rumah sakit dapat tercapai. Penelitian bertujuan untuk menyusun program pemasaran berdasarkan identifikasi tentang karakteristik pasien, harapan dan pelayanan yang diterima pasien. Hasil tersebut diposisikan kedalam diagram jendela pelanggan. Selain itu penelitian ini juga mengidentifikasi kepuasan konsumen dengan 7 unsur pemasaran , yaitu product, price, place, people, promotions, process dan physical facility. Dari hasil analisis akan disusun program pemasaran meliputi unsur bauran pemasaran 7 P. Penelitian ini adalah penelitian dengan survei konsumen bersifat analisis dengan jumlah responden 67 orang yang dilakukan secara stratified random sampling yaitu pasien atau keluarga pasien di rawat inap Rumah Sakit Muhammadiyah Babat. Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2005, data didapat dengan melakukan wawancara menggunakan kuesioner. Hasil penelitian terhadap pasien atau keluarga yaitu responden terbanyak berusia di atas 60 tahun, berjenis kelamin laki-laki dengan tingkat pendidikan SD, pekerjaan sebagai petani dan pendapatan di bawah Rp. 500.000,- per bulan. Harapan dan kenyataan yang diterima pasien diposisikan dalam jendela pelanggan adalah sebagai berikut : yang berada di posisi A (attention) yaitu (a) product meliputi kurangnya dokter spesialis (kelas sal); (b) place meliputi kondisi rumah sakit yang ramai/bising (kelas 3); (c) people meliputi dokter dan perawat yang kurang memberikan penjelasan (kelas sal); (d) process meliputi penyelesaian administrasi keluar rumah sakit sukar dipahami (kelas 1); (e) physical facility meliputi ruang rawat inap yang kurang nyaman (kelas 3), tidak tersedia ruang tunggu yang memadai (kelas 2,3). Selanjutnya posisi A inilah yang menjadi masalah dan menjadi dasar penyusunan program pemasaran.

a. Variabel product : kerjasama dengan dokter spesialis untuk praktek di RSMB, peningkatan SDM dari dokter umum menjadi dokter spesialis.

b. Variabel Place : menyediakan fasilitas ruang tunggu, pemberantasan waktu berkunjung dan pengaturan pengunjung , pemberian sekat antara pasien di kelas 2 dan kelas 3.

c. Variabel People : pembuatan buku pedoman untuk perawat dalam melayani pasien, mengadakan pelatihan komunikasi untuk staf yang berhadapan langsung dengan pasien, dokter memakai nama dada dan memakai jas dokter. Sosialisasi fasilitas konsultasi medis yang telah tersedia.

d. Variabel Price : mempercepat penerapan billing system , letak kasir dipindah ke dekat kamar obat (selama ini lokasinya dibelakang).

e. Variabel Physical facility : relokasi ruangan menambah jumlah kursi di ruang tunggu, menyediakan majalah dan koran.

Page 74: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

74

Program pemasaran berdasarkan hasil analisis Customer Window di rawat inap RSMB dapat digunakan oleh pihak manajemen rumah sakit sebagai dasar perumusan dan pengembangan berbagai strategi. Pelaksanaan upaya memperbaiki kelemahan yang ada di rawat inap perlu disusun secara bertahap menurut prioritas sesuai dengan pertimbangan pada kebutuhan, waktu dan tenaga sejalan dengan tujuan utama organisasi.

LAEK HYPNOSIS

112 Hipnoterapi untuk Penurunan Berat Badan pada Individu Obes/Hera Nurlita.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp. ABSTRAK : lihat nomor 159 IgE

113 Pengaruh Vaksinasi BCG terhadap Kadar IgE-Total dan Perbaikan Gejala Klinik Rinitis Alergi/I Gusti Ketut Nurada; Suprihati; Edi Dharmana.-- Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, 2006.-- irrp. ABSTRAK : lihat nomor 21 IMMUNITY

114 Profil Imunitas Penderita Karsinoma Kolorektal Usia Muda, Baya dan Tua/Ida Bagus Metria.-- Surabaya : Program Pascasarjana Universitas Airlangga, 2006.-- irrp. ABSTRAK : lihat nomor 47 INFANT MORTALITY

115 Hubungan Kualitas Pelayanan Antenatal dengan Kematian Perinatal di Kabupaten Sukoharjo/T. Bintara Herusantosa.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp. ABSTRAK : Infant mortality in Indonesia still high compared to countries in South East Asia. About 50% of infant mortality happened in the neonatal period (age less than one month). Two-third proportion from the death are perinatal mortality. Height of perinatal mortality in Indonesia have the strong relationship with unadequat of mother situation, antenatal care during pregnancy, management of delivery and neonatal care. In two the last year, 2003 and 2004, cases of perinatal death in District of Sukoharjo are increased, and also the proportion to all infant death. Cause of perinatal death are asphyxia, low birth weight, infection and congenital disparity.

Page 75: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

75

Antenatal care in District of Sukoharjo during the time are not optimal. There are some indicator ANC which still less. That is detecting high risk of pregnancy still low, number of drop out mother visit, and low coverage of iron supplement during pregnancy. Screening of anemia in the year 2004 showed cases of anemia in pregnant mother reached 50 percentage. The aimed of this study is to examine the relationship between quality of antenatal care and the occurrence of perinatal mortality in District of Sukoharjo. Design of case control study used, data collected from 21 primary health center, during year 2004. Quality of antenatal care identified as risk factor of perinatal death. Mother characteristic that is mother age, parity, mother education and complication of pregnancy used as external variable. Bivariate analysis reveal poor quality of antenatal care had risk of perinatal death with OR 2,3. Mothers ages < 20 years had risk of perinatal death with OR 3,28, primipara had risk of perinatal death with OR 3,09 and complication of pregnancy had risk of perinatal death with OR 3,19. Do not found the relationship between mother education mothers ages > 35 years, and parity > 4 with the occurrence of perinatal death. Multivariate analysis showed complication of pregnancy as distocia improve the risk 6.006 times occurrence of death. Poor quality of antenatal care have no relationship with perinatal death. Distocia as complication of pregnancy represent the factor having strong relationship with the occurrence of perinatal death.

ABFK

116 Upaya Peningkatan Peran serta Masyarakat dalam Rangka Akselesari Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)/Niniek L Pratiwi et al.-- Surabaya : Pusat Penelitian Pengembangan Sistem dan Kebijakan Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes R.I., 2006.-- irrp.

ABSTRAK : lihat nomor 52

117 Determinant of Early Neonatal Death at RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi in 2001-2005 (Case Control Study)/Efriza.-- Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006.-- 96p.

ABSTRAK:

Meternal Mortality Rate and Infant Mortality Rate are useful to know the illustration of public health problem level which become a special attention on health development. Most of baby died at neonatal period (0-28 days). According to data of SDKI 2002-2003, neonatal death rate are 20 per 1000 life births. Most of neontal death which was at the age of baby was 0-7 days (early neonatal death). Early neonatal death rate at RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi are 79.19 per 1000 life births in 2005. First hours of life became a critical moment for high risk babies. Early detection for mother with high risk factors and meaning invention at neonates assist in monitoring and therapy quickly and precisely.

This research purpose to know the risk factors of early neonatal death at RSUD Dr. Amad Mchtar Bukittinggi in 2001-2005. Research used a secondary data analysis (medical record data of mother and baby) with a case control design. The

Page 76: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

76

cases were 93 babies who born life and died at period of early neonatal and the control were 392 babies who born life and still life at period of early neonatal at RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi in 2001-2005. This research used an analysis multiple logistic regression.

Research result showed that the occurrence of early neonatal death affected by gestational age, apgar value of 1 minute after birth, apgar value of 5 minutes after birth and birth weight after controlled by the obstetric complications of pregnancy or delivery, referall system, ward class, type of delivery, education of mother and parity. The most dominant risk factor of early neonatal death was birth weight baby with early low birth weight (less than1500 gram) have a risk to die at period of early neonatal that are 59 times compared to baby with nomal weight. While baby with low birth weight (<2500 gram) have a risk to die at period of early neonatal that are 6 times compared to baby with normal weight (>2500 gram).

To anticipate of risk factor of early neonatal death, antenatal care of pregnant mothers shoud be universalized, care of neonate, relationship between service center at primary level and service center at high level, delivery at hospital is also cared by a pediatric, available instruments, human resources, standard operational procedure (SOP) and making a Neonatal intensive Care Unit.

BIKM INFANT, LOW BIRTH WEIGHT

118 Berat Lahir Rendah sebagai Faktor Risiko Epilepsi pada Anak/Prijo Sudibjo.-- Yogykarta : Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp. ABSTRAK : Low birth weight can caused brain injury and risk of childhood epilepsy. There were a high incidence of childhood epilepsy in developing country according to permanent brain injury caused by malnutrition and pre or perinatal complication. The study aimed to identify and association between low birth weight and childhood epilepsy and to know whether low birth weight baby had a higher risk of childhood epilepsy. An unmatch case control study base on consecutive childhood patients aged until 7 years old admitted as epilepsy according to International League Agains Epilepsy 1981 criteria from out patient Neuropediatrics Department Sardjito Hospital. The 95% confidence interval (CI) for each odds ratio was obtain. Chi-square test will be used in univariat analysis and confounding factors will be analyzed using multivariate logistic regression analysis. This study includes 180 patient consist of 90 epilepsy patient as a study group and 90 non epilepsy patient as control group. Univariate analysis found the odds ratio for low birth weight was 3.59 (95% CI: 1.70 – 7.56; pm = 0,001), history of not crying baby was 4.53 (95% CI: 1.74 – 11.8; p = 0,001) and a family history of epilepsy was 2.14 (95% CI ; 1.82 – 2.51; p = 0,001). Multivariate logistic regression analysis found that only low birth weight (OR 3.1: 95% CI : 1.41 – 6.80; p = 0,005) and history of not crying baby (OR 3.4 : 95% CI : 1.22 – 9.23; p = 0,02) were significant independent risk factors childhood epilepsy. Low birth weight is a significant risk factor for childhood epilepsy.

ABFK

Page 77: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

77

119 Anemia Ibu Hamil sebagai Faktor Risiko Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Kabupaten Aceh Besar Pasca Tsunami 2004/Rachmawati.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp. ABSTRAK : lihat nomor 6 INFORMATION SERVICES

120 Upaya Peningkatan Akses terhadap Informasi dan Pelayanan Keluarga Berencana Berkualitas dalam Rangka Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi/Bambang W. Tjipto et al.-- Surabaya : Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem dan Kebijakan Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depkes R.I., 2006.-- irrp. ABSTRAK : lihat nomor 82 INSECTICIDES, ORGANOPHOSPHATE

121 Uji Kerentanan Vektor Demam Berdarah Dengue Aedes aegypti terhadap Insektisida Organophosphat dan Pyrethroid di Delapan Kecamatan Endemis DBD di DKI Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi/Shinta.-- Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan Ekologi dan Status Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depkes RI.,2006.-- irrp. ABSTRAK : lihat nomor 59 INTENSIVE CARE, NEONATAL

122 Faktor Risiko Lama Penggunaan Ventilator Mekanik di Neonatal Intensive Care Unit (NICU) RS Dr. Kariadi Semarang/Lucy Savitri; M. Soleh Kosim.-- Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, 2006.-- irrp. ABSTRAK : lihat nomor 216 IODINE

123 Pengaruh Model Kerukunan Pogogutat Motoluadi terhadap Peningkatan Konsumsi Garam Beryodium pada Wanita Usia Subur (WUS) di Kecamatan Passi Kabupaten Bolaang Mongondow Sulawesi Utara/Ramly Abudi.-- Surabaya : Program Pascasarjana Universitas Airlangga, 2006.-- irrp. ABSTRAK : lihat nomor 85 IRON

124 Efek Suplementasi Kombinasi Fe Vitamin C dan Asam Folat terhadap Peningkatan Kadar Hb dan Kapasitas VO2 Maks pada Atlet Sepakbola Divisi Utama dan Divisi Satu Nasional di Daerah Istimewa Yogyakarta/Zainal Abidin.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp. ABSTRAK :lihat nomor 17

Page 78: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

78

IRON COMPOUNDS 125

Kadar Besi dan Malondialdehid Plasma pada Preeklampsia/Husnil Kadri.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp. ABSTRAK : lihat nomor 70 KIDNEY FAILURE, CHRONIC

126 Indeks Massa Bebas Lemak dan Kekuatan Genggam Tangan sebagai Parameter Status Nutrisi Penderita Penyakit Ginjal Kronik Non Dialisis Stadium 3, 4 dan 5/Meilani Kumala.-- Jakarta : Program Pascasarjana Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006.-- 171p. ABSTRAK : Insidens dan prevalensi penyakit ginjal kronik (PGK) meningkat dari tahun ke tahun baik di negara maju ataupun sedang berkembang. Malnutrisi energi protein (MEP) sering dijumpai pada penderita PGK dengan dialisis (PGK-D) ataupun sebelum mendapat terapi dialisis (PGK-ND). Malnutrisi energi protein pada PGK-ND dapat menurunkan kualitas hidup, meningkatkan morbiditas dan mortalitas serta merupakan prediktor yang kuat terhadap survival penderita PGK-D di kemudian hari. Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh parameter komposisi tubuh dan fungsi otot yang dapat mendeteksi kecenderungan terjadinya MEP pada penderita PGK-ND. Penelitian dilakukan di Bagian Dalam RS Sumber Waras, RS PGI. Cikini, RS Islam Jakarta dan Universitas Tarumanegara dengan rancangan cross sectional. Subyek penelitian : 45 penderita PGK-ND (30 laki-laki, 15 perempuan) dan 45 subyek kontrol yang disepadankan jenis kelamin, usia, (PGK-ND 48,2 ± 7,3 tahun, kontrol 47,7 ± 6,2 tahun) tinggi badan (PGK-ND 159,4 ± 7,5 cm, kontrol 160,6 ± 7,6 cm) dan indeks massa tubuh (IMT) (PGK-ND 22,4 ± 3,4 kg/m2 , kontrol 22,5 ± 3,1 kg/m2 ). Status nutrisi dikelompokkan dalam status nutrisi kurang, normal dan lebih berdasarkan IMT, WHO, 1995. Pada penderita dan subyek kontrol dilakukan penilaian asupan nutrisi(tanya ulang 2x 24 jam dan pencatatan asupan makanan), pemeriksaan biokimiawi (darah dan urin), pengukuran komposisi tubuh (antropometri dan bioelectric impedance analysis, BIA), dan fungsi otot (kekuatan genggam tangan). Hasil yang diperoleh adalah penderita dan subyek kontrol didapatkan 7 (15,6%) status nutrisi kurang, 28 (62,2%) normal dan 10 (22,2%) lebih. Rerata laju filtrasi glomerulus penderita PGK-ND sebesar 19,3 ± 1,7mL/men/1,73 m2 , 13 (18,9%) penderita stadium 3, 17 (37,8%) stadium 4 dan 15 (33,3%) stadium 5. Konsentrasi albumin, prealbumin dan insulin like growth factor-1 (IGF-1) penderita PGK-ND tidak berbeda bermakna berdasarkan status nutrisi dan stadium PGK. Konsentrasi transferin didapatkan lebih tinggi bermakna pada penderita PGK-ND status nutrisi lebih dibandingkan dengan status nutrisi kurang dan normal. Konsentrasi C Reactive Protein (CRP) lebih tinggi bermakna pada penderita PGK-ND, status nutrisi kurang dibandingkan dengan status nutrisi baik. Derajat asidosis metabolik (konsentrasi HCO3 ) penderita PGK-ND tidak berbeda berdasarkan status nutrisi dan stadium PGK. Asupan nutrisi penderita tidak berbeda bermakna

Page 79: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

79

berdasarkan status nutrisi dan stadium PGK. Secara antropometri massa bebas lemak (MBL), indeks-MBL (I-MBL), massa lemak (ML) dan persen ML penderita PGK-ND tidak berbeda bermakna dengan subjek kontrol. Berdasarkan BIA didapatkan MBL, dan I-MBL, persen ML penderita PGK-ND lebih tinggi bermakna dibandingkan subyek kontrol (p<0,05). Massa bebas lemak (MBL), I-MBL dan ML penderita PGK-ND berbeda bermakna antara ketiga status nutrisi (p<0,001). Nilai MBL, I-MBL mempunyai linearitas dengan klasifikasi status nutrisi berdasarkan uji trend analysis. Massa bebas lemak dan I-MBL berkorelasi dengan IMT. Massa bebas lemak I-MBL, ML dan persen ML PGK-ND tidak berbeda bermakna di antara ketiga stadium PGK. Status hidrasi penderita PGK-ND tidak berbeda dengan subyek kontrol dan berdasarkan status serta stadium PGK. Status hidrasi penderita PGK-ND dan subyek kontrol dalam keadaan normal. Kekuatan genggam tangan (KGT) penderita lebih rendah bermakna dibandingkan dengan kontrol, dan KGT penderita dengan status nutrisi kurang lebih rendah bermakna dengan status nutrisi baik. Kekuatan genggam tangan mempunyai korelasi dengan I-MBL. Terdapat kesesuaian yang baik antara I-MBL dan KGT dengan IMT untuk penilaian status nutrisi penderita PGK-ND. Dengan uji Receiver Operating Curve didapatkan titik potong I-MBL sebesar 14,23 kg/m2 dan titik potong KGT sebesar 9,7 kg untuk membedakan status nutrisi kurang dan baik. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan protein viseral (albumin, prealbumin, transferin dan insulin like growth factor-1) merupakan parameter status nutrisi yang lemah untuk penderita PGK-ND. Indeks massa tubuh mempunyai korelasi positif dengan I-MBL dan KGT. Indeks I=MBL dan KGT dapat membedakan derajat status nutrisi penderita PGK-ND stadium 3, 4, dan 5, dan dapat digunakan sebagai prediktor untuk skrining status nutrisi pada penderita PGK-ND.

BIFK

127 Kadar C-Reactive Protein dan Status Gizi Pasien Penyakit Ginjal Terminal yang Menjalani Hemidialisis Rutin di Unit Hemodialisis Rumah Sakit Dr. Kariadi dan Rumah Sakit Telogorejo Semarang/Wachid Putranto; Lestariningsih.-- Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, 2006.-- irrp.

ABSTRAK : Lihat nomor 102 128

Hubungan antara Kadar Ureum Serum dan Indeks Hemolisis pada Penderita Penyakit Ginjal Kronis Pradialisis dan Penentuan Cut Off Valuenya/Junaedi Wibawa; Lisyani Suromo; Arwedi Arwanto.-- Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, 2006.-- irrp.

ABSTRAK :

Peningkatan ureum serum pada penderita penyakit ginjal kronis menyebabkan kelainan metabolisme, salah satunya menyebabkan anemia, yang disebabkan pengaruh toksik ureum terhadap sel darah merah, sehingga mudah mengalami hemolisis. Peningkatan hemolisis ini dapat dilihat dari peningkatan indeks hemolisis.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kadar ureum dengan indeks hemolisis dan mengetahui kadar (cut off value) ureum yang sudah mulai memberikan efek hemolisis terhadap sel darah merah yang ditandai dengan peningkatan indeks hemolisis.

Page 80: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

80

Sebanyak 50 sampel diambil secara konsekutif dari semua penderita yang didiagnosis menderita penyakit ginjal kronis yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dengan rancangan penelitian deskriptif analitik dan pendekatan belah lintang. Diperiksa kadar ureum, hemoglobin dan urobilinogen urine, kemudian dihitung indeks hemolisis yang merupakan rasio antara urobilinogen urin dibanding hemoglobin. Hasil pemeriksaan dan perhitungan tersebut dihitung dengan uji normalitas data Kolmogorov Smirnov, dilanjutkan dengan uji statistik Rank Spearman, kemudian dibuat kurva ROC untuk menentukan cut off value.

Hasil uji hubungan menunjukkan bahwa terdapat hubungan lemah bermakna rerata kadar ureum dan indeks hemolisis (p=0,001; r=0,501). Dari kurva ROC didapatkan bahwa cut off value kadar ureum yang sudah menimbulkan peningkatan indeks hemolisis adalah 105 mg/dl.

Kesimpulan terdapat hubungan lemah antara kadar ureum dan indeks hemolisis pada penderita penyakit ginjal kronik pra dialisis. Cut off value kadar ureum yang sudah menimbulkan peningkatan indeks hemolisis adalah 105 mg/dl. Kadar ureum serum dapat digunakan untuk uji saring melihat ada tidaknya hemolisis sel darah merah pada penderita penyakit ginjal kronis.

HDFK KNOWLEDGE

129 Promosi Kesehatan melalui Metode Demonstrasi dan Modul untuk Meningkatkan Pengetahuan dan Keterampilan Bidan Puskesmas tentang Universal Precaution HIV/AIDS di Kota Medan/Elkadi.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp. ABSTRAK : lihat nomor 95 KNOWLEDGE, ATTITUDES, PRACTICE

130 Hubungan Kualitas Mikrobilogis Air PDAM Sumber Pajudan dan Sumber Pangelen, Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Terhadap Kejadian Penyakit Diare (Studi di Desa Tanggungmong dan Kalurahan Polagan Kecamatan Sampang Kabupaten Sampang)/Nizam Sutarja.-- Surabaya : Program Pascasarjana Universitas Airlangga, 2006.-- irrp.

ABSTRAK : lihat nomor 65

131 Hubungan Tingat Pengetahuan dan Sikap Orang Tua tentang Perkembangan Psikososial Anak dengan Perlakuan Salah pada Anak (Child Abuse) Usia 1-5 Tahun di Desa Rambipuji Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember/ Surachmindari; Ratna Suparwati.-- Malang: Politeknik Kesehatan Malang Jurusan Kebidanan Program Studi Kebidanan Jember, 2006.-- irrp.

ABSTRAK :

Perlakuan salah pada anak (child abuse) adalah perlakuan salah terhadap fisik dan emosional, menelantaran pendidikan dan kesehatannya dan juga penyalahgunaan sexual. Dari hasil survey melalui angket terhadap ibu balita yang datang di posyandu sebanyak 20 orang di desa Rambipuji Kecamatan Rambipuji

Page 81: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

81

Kabupaten Jember ternyata 100% orang tua pernah melakuan salah pada anak baik berupa fisik maupun psikologis.

Berdasarkan gambaran di atas, maka dilakukan penelitian tentang hubungan tingkat pengetahuan dan sikap orang tua tentang perkembangan psikososial anak dengan perlakuan salah pada anak (child abuse) usia 1-5 th. Desain penelitian ini menggunakan korelasional dengan pendekatan cross sectional, jumlah sampel 80 orang tua yang mempunyai balita dengan kriteria inklusi yaitu orang tua yang pernah melakukan perlakuan salah pada anak. Dengan teknik sampling purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan sejak awal Januari sampai akhir Januari dengan menyebar questioner sebagai alat ukurnya.

Dari hasil perhitungan dengan uji statistik chi-square diperoleh hasil X2 = 44,94 pada tabel chi-square X²α 0,05 df4 = 9,45 dan X² = 23,12 pada tabel chi-square X² α 0,05 < 5,99 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan tingkat pengetahuan dan sikap orang tua tentang perkembangan psikososial anak dengan tingkat perlakuan salah pada anak (child abuse) usia 1-5 th

Faktor lain yang perlu diteliti dan mungkin ada hubungan dengan perlakuan salah pada anak adalah pengalaman masa lalu orang tua, gangguan kejiwaan, tekanan kehidupan, anak yang tidak diinginkan, pengaruh pergeseran budaya serta media masa.

NPKM LEAD

132 Pencemaran Plumbum (Pb) dalam Air Lindi pada Ikan Tambak dan Kandungan Plumbum Rambut Konsumen di Tempat Pembuangan Akhir Terjun Kota Medan Tahun 2006/Zainul Ikkwan.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2007.-- irrp. ABSTRAK : The end place of garbage (TPA) Terjun in Medan City is a kind of industry TPA, which there are 12 industries around it that produce lead waste. The processing of waste is open dumping method and the TPA has not system of waster processing yet, leachate that is produced will be leak in the ground coat under it. There is culivation of fish or fishpond around TPA Terjun it’s very potential to become leachate pollution at the community fishpond around TPA. Realizing the important of the information about the danger from lead pollution in leachate to community health generally and specially in the community who lived around TPA. So there is assumption, it’s give contribution to probably lead pollution to fish from fishpond and consumer. This research has goals 1) Prove the correlation lead intake form consumption of fish from the fishpond around TPA with the level of lead in consumer hair. 2) Prove the factor except consumption of fish (age, a long of lived, education and job) which influence to level lead in consumer hair. The research is an observational study cross sectional design approach to study the influence of lead pollution from leachate in fish from fishpond to level lead in

Page 82: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

82

the consumer hair. Sum of respondents are 33 people which of respondents has done interviewed about the diet of fish from fishpond by dietary history method and recall 2x1 of week. The sample of the fish has taken form 3 spot that is 10 m, 95 m, and 170 m form the lead pollution source in leachate. The sample of hair and fish has check by using AAS system in Research Laboratory North Sumatra University, Education National Department. Result of this research showed that intake of lead form consumption of fish form fishpond around TPA Terjun in Medan City his significant correlation with the level of lead of the consumption that is 86,235 g/day. Age and a long of lived has also positive correlation with level of lead in hair respondent with each p = 0,007; r = 0,342; and p = 0,007; or r = 0,425. No different significantly of level of lead in every level education with p = 0,219 but work there has different of level of lead for every group of work with p = 0,013. Result of regression indicates that intake of lead form fish, age a long of lived, and work together influential to the level of lead and age have a big influence. The influence form all variable to the level of leading hair is 35,4% but 64,6% is contribution of another cause out of researched.

ABFK LEAD POISONING

133 Studi Lanjut Risiko Kesehatan Cemaran Logam Berat pada Masyarakat di Kepulauan Seribu/Athena.-- Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan Ekologi dan Status Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depkes RI.,2006.-- irrp. ABSTRAK : Telah dilakukan penelitian Studi Lanjut Risiko Kesehatan Cemaran Logam Berat pada masyarakat di Kepulauan Seribu tahun 2006 dengan disain cross sectional . Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana logam berat Pb, Cd, dan Hg sudah masuk ke dalam tubuh masyarakat, dan sejauh mana risiko kesehatan masyarakat yang biasa mengkonsumsi ikan dan air minum yang mengandung logam berat. Lokasi penelitian adalah di Pulau Untung Jawa dan Pulau Panggang, dengan jumlah sampel 75 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan pemeriksaan biomarker, serta rountable discussion. Analisis logam berat Pb, Cd, dan Hg dalam darah dilakukan metode spektrofotometri serapan atom (atomic absorption spectrophotometry/AAS) dan analisis Hg dalam rambut dilakukan dengan mercury analyzer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari seluruh sampel darah yang diperiksa 8 % telah terdeteksi adanya logam berat Pb dengan kadar tertinggi mencapai 39,5 g/ml, 82,7 % terdeteksi Cd dengan kadar tertinggi 1,65g/ml, dan 88,7 % mengandung Hg dengan kadar tertinggi 20,3 g/ml. Untuk sampel rambut, kadar Hg terdeteksi sebesar 115,12 g/ml. Gangguan kesehatan yang dirasakan oleh responden Pulau Panggang lebih cenderung ke sistem persyarafan yang bukan sebagai akibat pajanan logam berat Hg. Dilihat dari risikonya, terdapat perbedaan risiko di antara kedua pulau. Responden Pulau Untung Jawa telah mempunyai risiko apabila mengkonsumsi hasil laut sepanjang hidupnya. Dari hasil rountable discussion diperoleh informasi bahwa upaya mengatasi pencemaran logam berat telah dilakukan oleh berbagai

Page 83: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

83

pihak, diantaranya telah dibentuk pokja yang terdiri dari lintas program dan lintas sektor, tetapi hasilnya belum sesuai dengan yang diharapkan

BPPK LUNG DISEASES, OBSTRUCTIVE

134 Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Paru Obstruktif Kronik di Kabupaten Magelang/Yulianto.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp. ABSTRAK : Trend of chronic obstructive pulmonary diseases (COPD) have been increased and become new threatening as death reason. Cigarettes, air pollution, and family history are the significant factors. This research objectives are to knowing the factors related to COPD incident in Magelang District, which in its result can used in promotion and preventive means. This research used case control design. The cases as 129 persons collected from COPD patient in Lung Policlinic of Army Hospital Dr. Soedjono Magelang, and Special Work Unit of Preventing and Lung Diseases Medicating (BP4) Magelang. The control with the same quantity defined by individual matching of sex, ages and residences. To tracking history of risk factor used structured questionnaires. Data analyzed by univariate, bivariate, and multivariate. In bivariate analysis, variables that related to COPD were family history (OR : 3.91), active smokers/smokers former (OR : 4.91), passive smoker (OR : 7.34), insecticide using > 5 years (OR : 5.19) and work were family history, active smokers/smokers former and passive smokers. Conclusion family, history active smoker/smokers former and passive smoker were COPD risk factors in Magelang District.

ABFK

MALARIA 135

Alel Dimorfik Gen EBA-175 Plasmodium falciparum dan Kaitannya dengan Manifestasi Klinis Malaria di Papua/Yohanna Sorontou.-- Jakarta : Program Pascasarjana Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006.-- 172p. ABSTRAK : lihat nomor 173 MALARIA, VIVAX – drug therapy

136 Monitoring Efikasi Terapi Malaria Vivax dengan Cholorquine di Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah/Burham; Muhammad Hussein Gasem.-- Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, 2006.-- irrp. ABSTRAK : lihat nomor 45

Page 84: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

84

MALARIA-therapy 137

Pengembangan Pelayanan Kesehatan untuk Malaria di Daerah Sulit di Jangkau/Basundari Sri Utami.-- Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Farmasi, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2006.-- irrp. ABSTRAK : lihat nomor 97 MALONDIALDEHYDE

138 Kadar Besi dan Malondialdehid Plasma pada Preeklampsia/Husnil Kadri.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp. ABSTRAK : lihat nomor 70

139 Kadar Malondialdehid (MDA) pada Psoriasis/Citra Cahyarin; Irma Binarso; S. Indrayanti.-- Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, 2006.-- irrp. ABSTRAK : Psoriasis merupakan suatu penyakit inflamasi kulit yang kronik dan rekuren, ditandai dengan hiperproliferasi keratinosit dan diferensiasi keratinosit yang abnormal. Adanya insufisiensi aktivitas antioksidan bersama dengan peningkatan kadar reactive oxygen species (ROS) telah dikemukakan dalam patogenesisi psoriasis. ROS akan menginduksi oksidasi dari asam lemak poliansaturasi dalam sistem biologik yang menyebabkan pembentukan produk-produk peroksidasi lipid seperti malondialdehid (MDA). Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui kadar MDA serum pada penderita psoriasis dan hubungannya dengan skor PSAI serta lama menderita psoriasis. Penelitian ini merupakan penelitian observasional. Subyek penelitian adalah 16 penderita psoriasis yang berobat di IRJA Kulit dan Kelamin RS. Dr. Kariadi Semarang pada periode Januari-Maret 2006 dan 16 subyek bukan psoriasis sebagai kontrol. Data yang dikumpulkan berupa karakteristik penderita, lama sakit, tipe psoriasis dan penilaian derajat keparahan dengan skor PASI. Kadar MDA serum diukur dengan metode spektrofotometri dari Hunter. Kadar MDA serum antara penderita psoriasis dengan bukan psoriasis diuji dengan uji Mann-Whitney U. Korelasi antara kadar MDA serum dengan skor PASI dan lama sakit diuji dengan uji korelasi Spearman. Penderita psoriasis terdiri atas 14 psoriasis vulgaris dan 2 psoriasis gutata. Rerata kadar MDA serum penderita psoriasis adalah 1,3 (SB=0,77) mmo/L sedangkan pada bukan psoriasis adalah 0,6 (SB=0,18) mmol/L (p=0,03). Rerata kadar MDA serum penderita psoriasis vulgais adalah 1,3 (SB=0,78) mmol/L, sedangkan pada psoriasis gutata 1,5 (SB=0,88) mmol/L (p=0,6). Rerata skor PASI adalah 18 (SB=11,27). Rerata lama menderita psoriasis sejak pertama kali timbul sampai dengan sakit yang sekarang adalah 4,7 (SB=3,20) tahun. Rerata lama menderita psoriasis yang sekarang adalah 4,2 (SB=2,51) minggu. Koefisien korelasi antara kadar MDA serum dengan skor PASI adalah 0,16 (p=0,6), sedangkan koefisien

Page 85: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

85

korelasi antara kadar MDA serum dengan lama sakit yang sekarang adalah 0,42 (p=0,1). Kadar MDA serum penderita psoriasis lebih tinggi secara bermakna dibandingkan bukan psoriasis. Terdapat korelasi positif derajat sangat rendah antara kadar MDA serum dengan skor PASI dan korelasi positif derajat sedang antara kadar MDA serum dengan lama menderita psoriasis.

HDFK MATERNAL BEHAVIOR

140 Pengaruh Metode Penyuluhan terhadap Perilaku Ibu dalam Stimulasi Bermain sesuai Perkembangan Kognotif anak Usia 4 – 6 tahun/Moh. Arip.-- Surabaya : Program Pascasarjana Universitas Airlangga, 2006.-- irrp. ABSTRAK : lihat nomor 43 MATERNAL MORTALITY

141 Upaya Peningkatan Akses terhadap Informasi dan Pelayanan Keluarga Berencana Berkualitas dalam Rangka Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi/Bambang W. Tjipto et al.-- Surabaya : Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem dan Kebijakan Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depkes R.I., 2006.-- irrp. ABSTRAK : lihat nomor 82

142 Upaya Peningkatan Manajemen Sistem Rujukan Kehamilan dan Persalinan dalam Rangka Percepatan Penurunan AKI dan AKB/Lestari Kanti Wiludjeng et al.-- Surabaya : Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem dan Kebijakan Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depkes RI., 2006.-- irrp. ABSTRAK: lihat nomor 57

143 Upaya Peningkatan Peran serta Masyarakat dalam Rangka Akselesari Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)/Niniek L Pratiwi et al.-- Surabaya : Pusat Penelitian Pengembangan Sistem dan Kebijakan Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes R.I., 2006.-- irrp. ABSTRAK : lihat nomor 52 MEMORY

144 Pengaruh Stres Kronik terhadap Memori Kerja, Jumlah Astrosit dan Neuron Piramidal dan Tebal Lamina Piramidalis CA1 Hipocampus pada Tikus (Rattus norvegicus)/Nanang Wiyono.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp. ABSTRAK : lihat nomor 18

Page 86: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

86

MENSTRUATION 145

Hubungan antara Lama Perdarahan Haid dengan Kadar Hb pada Akseptor IUD, PIL, dan non Akseptor di Kota Surakarta/Siti Handayani.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp.

ABSTRAK : lihat nomor 49 MENTAL HEALTH SERVICES

146 Analisis Kebutuhan dan Harapan Masyarakat sebagai Strategi Pengembangan Pelayanan Kesehatan Jiwa di Puskesmas Manukan Kulon Surabaya/Ika Indiyah Prasetyawati.-- Surabaya : Program Pascasarjana Universitas Airlangga, 2006.-- irrp.

ABSTRAK :

Kebijakan pemerintah yang tertuang dalam Kebijakan Nasional Pembangunan Kesehatan Jiwa 2001 – 2004 menyebutkan bahwa Puskesmas diharapkan lebih meningkatkan perannya dalam program pelayanan kesehatan jiwa di institusinya melalui upaya promotif, preventif dan kuratif. Penelitian ini dilakukan karena masih rendahnya tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan jiwa di Puskesmas Manukan Kulon Surabaya. Tujuan penelitian ini adalah menyusun usulan strategi pengembangan pelayanan kesehatan jiwa yang meliputi aspek 5P (Power, Position, Pace, Potensial dan Performance), berdasarkan analisis kebutuhan dan harapan masyarakat pengguna/konsumen dan analisis penilaian masyarakat serta penilaian masyarakat terhadap kondisi pelayanan kesehatan jiwa saat ini dalam upaya meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan jiwa di Puskesmas Manukan Kulon Surabaya. Penelitian ini bersifat deskriptif dibantu dengan analisis jendela pelanggan. Penelitian dilaksanakan dari bulan Nopember 2004 sampai dengan Januari 2005. Sumber informasi yaitu masyarakat pengguna/konsumen yang bertempat tinggal di wilayah Puskesmas Manukan Kulon, yang pernah atau sedang di Puskesmas Manukan Kulon, Rumah Sakit Umum Dr. Soetomo, Rumah Sakit Jiwa Menur dan RSAL Dr. Ramelan Surabaya sebanyak 77 orang dan juga Kepala Puskesmas dan Pelaksana Pelayanan Program Kesehatan Jiwa di Puskesmas Manukan Kulon Surabaya. Sampel dari masyarakat diambil secara simple random sampling. Hasil analisisi penelitian didapatkan sebagai berikut :

1. Hasil pengetahuan responden tentang gangguan jiwa dan tentang pelayanan kesehatan jiwa di Puskesmas cukup tinggi, dan sebagian besar responden memilih berobat ke Puskesmas dari pada ke RSU atau ke RS Jiwa Manur.

2. Kebutuhan responden untuk pelayanan kesehatan jiwa di Puskesmas cukup besar (66,2%), dan (43%) membutuhkan pelayanan pengobatan kasus gangguan jiwa.

3. Harapan responden untuk pelayanan kesehatan jiwa di Puskesmas adalah prosedur pelayanan adminstrasi yang cepat, alur pelayanan diharapkan terpisah dengan pasien umum, ada pelayanan khusus rujukan, kemampuan petugas, adanya kerjasama Puskesmas dengan RSU Dr.

Page 87: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

87

Soetomo/RSJ Menur dalam pelayanan penyuluhan dan konsultasi, konsultasi oleh dokter, pelayanan kunjungan rumah, tarif dan waktu pelayanan sama dengan pasien umum, adanya jadwal rutin penyuluhan adanya inovasi pelayanan di Puskesmas, jenis petugas yang sesuai, sikap petugas baik, tersedianya jumlah dan jenis obat untuk pasien jiwa, dan mutu pelayanan kesehatan jiwa yang cukup baik.

4. Penilaian pelayanan kesehatan jiwa di Puskesmas yang tersedia saat ini menunjukkan hasil prosedur pelayanan masih rumit, alur pelayanan khusus jiwa tidak ada, kemampuan petugas kurang, ada kerjasama konsultasi dengan RS Jiwa Menur, tidak ada pelayanan konsultasi dengan psikiater, jadwal penyuluhan rutin kurang, ketersediaan jumlah dan jenis obat untuk pasien jiwa kurang, dan mutu pelayanan kesehatan jiwa pada aspek realibility kurang.

Dengan mengacu pada hasil analisis data dan hasil FGD maka pemilihan strategi ditentukan dengan pengembangan pasar, inovasi penambangan produk dengan penyederhanaan alur pelayanan, peningkatan jumlah dan pengetahuan petugas, kerjasama, koordinasi dan advokasi dengan lintas sektor serta pemenuhan ketersediaan sarana dan obat sesuai kebutuhan masyarakat.

LAEK

MERCURY POISONING 147

Analisis Dampak dan Risiko Pencemaran Penggunaan Merkuri pada Penambang Emas terhadap Kesehatan Masyarakat di Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah Tahun 2006/Inswiasri.-- Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan Ekologi dan Status Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depkes RI., 2006.-- irrp.

ABSTRAK :

Penggunaan merkuri dalam kegiatan tambang emas rakyat di berbagai wilayah selalu menimbulkan masalah pencemaran maupun kesehatan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak dan menghitung risiko pencemaran Hg dan As dalam kegiatan mengolah bahan tambang emas di Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah.

Metode penelitian dengan menggunakan disain potong lintang, dengan pemeriksaan Hg dan As dari sampel darah, rambut, urine; sampel lingkungan dari air sungai, sedimen, ikan, sayuran, dan sumber air bersih. Di samping itu dilakukan wawancara terhadap masyarakat. Pemeriksaan Hg dan As dengan menggunakan ICP. Penelitian dilakukan di Kecamatan Tumbang Miri, Kuala Kurun, dan Sepang, Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah pada tahun 2006 selama 8 bulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar Hg dalam air sungai sudah terdeteksi sejak dari hulu sungai Kahayan (0,00116 ppm) namun masih dalam batas normal, setelah sampai di Kuala Kurun, kadar Hg (0,0610 ppm) dalam air sungai meningkat melebihi standar PP 82/2001. Sampai di Sepang kadar Hg dalam air sungai turun lagi menjadi normal (0,0007 ppm). Kadar Hg dalam sedimen sangat tinggi yaitu 3,206 – 143,388 ppm.

Kadar Hg maupun As dalam sumber air minum yang berasal dari air sumur, air sumur bor, air PAM dan air hujan tidak terdeteksi adanya logam Hg maupun As (= 0,0007 ppm). Namun perlu dicermati bahwa 46,8% masyarakat di wilayah tersebut

Page 88: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

88

menggunakan air sungai sebagai sumber air minum. Khususnya di Tumbang Miri 83,3 % masyarakat menggunakan air sungai sebagai sumber air minum.

Ikan yang dikonsumsi oleh masyarakat di wilayah Tumbang Miri, Kurun dan Sepang berasal dari Palangkaraya, sebab di sungai Kahayan yang melintas di wilayah tersebut tidak ada ikan. Kadar Hg rata-rata = 0,00674 ppm, As = 0,00084 ppm. Kadar Hg dalam sayuran berkisar antara 0,34 – 8,0425 ppm.

Kadar Hg dalam rambut maksimum yaitu 11,43 ppm sedangkan kadar Hg rata-rata normal adalah 2 ppm (WHO, 1990). Untuk kadar Hg dalam urine tertinggi adalah 574,5 ppm (kadar Hg normal 4 ppb). Kadar Hg dalam darah tertinggi adalah 1,215 ppm = 1215 ug/l (kadar normal 8 ppb).

Analisis risiko kesehatan dari pajanan Hg dari lingkungan telah menunjukkan angka 3,6 – 97,5. Kemungkinan ada 4 – 98 orang mendapat gangguan kesehatan akibat pajanan Hg yang ada di lingkungan.

BPPK MIDWIFERY

148 Promosi Kesehatan melalui Metode Demonstrasi dan Modul untuk Meningkatkan Pengetahuan dan Keterampilan Bidan Puskesmas tentang Universal Precaution HIV/AIDS di Kota Medan/Elkadi.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp.

ABSTRAK : lihat nomor 95 MYOCARDIAL INFRACTION

149 Ejection Fraction sebagai Faktor Prognostik Utama Penderita Pasca Infark Miokard Akut di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Tahun 2000-2001 (Analisis Kesintasan 5 Tahun)/Lasmaria Sitorus.-- Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006.-- 64p.

ABSTRAK: lihat nomor 178

MYOCARDIAL INFARCTION – therapy 150

Pengaruh Penambahan Tiklopidin pada Pengobatan Infark Miokard Akut terhadap Ketahanan Hidup 1 Tahun/Sri Pudji Lestari; Sugiri.-- Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, 2006.-- irrp.

ABSTRAK :

Angka kejadian Sindroma Koroner Akut (SKA) di Indonesia makin meningkat. Manfaat penambahan Tiklopidin pada pengobatan penderita Infark Miokard Akut (IMA) telah dilaporkan, sedangkan pengaruh terhadap ketahanan hidup selama 1 tahun belum pernah diteliti.

Design penelitian adalah penelitian observasional dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan tiklopidin terhadap ketahanan hidup selama 1 tahun pada penderita IMA. Semua penderita IMA dirawat di ICCU RS Dr. Kariadi selama periode Juli 2000 – Desember 2004 dan memenuhi kriteria seleksi pada tahap pertama. Dilakukan pencatatan tentang : umur, jenis kelamin; faktor predisposisi: merokok, diabetes melitus, hipertensi, hiperkholesterolemia dan

Page 89: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

89

komplikasi : ekstrasistole ventrikel maligna, gagal jantung. Pada tahap kedua (pengamatan 1 tahun) dilakukan evaluasi ketahanan hidup dan aktivitas fisik jika penderita masih hidup. Analisa statistik menggunakan bivariate, SPSS versi 12 dan analisis regresi logistik dengan tingkat kemaknaan p<0,005.

Hasil selama periode penelitian didapatkan 40 penderita IMA yang memenuhi kriteria seleksi yang di rawat di ICCU RSUP Dr. Kariadi Semarang. 20 orang mendapat tambahan Tkliopidin 250 mg, 20 orang mendapat plasebo di samping obat lain yang lazim digunakan. Kelompok perlakuan dan kelompok kelola tidak berbeda secara bermakna (p>0,005). Setelah 1 tahun kelompok yang mendapat penambahan Tiklopidin yang masih hidup 16 orang (80%) tidak berbeda bermakna dengan yang tidak mendapat Tiklopidin (p=1,00).

Kesimpulan penelitian ini adalah salah satu penelitian kecil untuk mengetahui pengaruh penambahan Tiklopidin pada penderita IMA. Penambahan Tiklopidin pada penderita IMA pada penelitian ini tidak meningkatkan ketahanan hidup selama 1 tahun. Penambahan Tiklopidin memperbaiki reperfusi pada fase akut tapi pada jangka panjang 1 tahun belum terbukti meningkatkan ketahanan hidup.

HDFK NASOPHARYNGEAL NEOPLASMS

151 Paparan Formaldehid sebagai Faktor Risiko Terjadinya Kanker Nasofaring/Adi Nolodewo; Hanny Setyawan.-- Semarang: Fakultas Kedokteran Unuversitas Diponegoro, 2006.-- irrp.

ABSTRAK: lihat nomor 91 NIFEDIPINE

152 Perbandingan Keefektifan dan Keamanan Penggunaan Nifedipin Retard vs Nifedipin Biasa dalam Pencapaian Mean Arterial Pressure (MAP) ≤ 125 mmHg pada Pre eklampsia Berat/Puska Primi Ardini.-- Yogyakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp.

ABSTRAK : lihat nomor 71 NURSING SERVICES

153 Upaya Peningkatan Kualitas Pelayanan Keperawatan Berdasarkan Analisis Format Dokumentasi Asuhan Keperawatan Studi di Ruang Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Soetomo Surabaya/Hanna Trisnawati.-- Surabaya : Program Pascasarjana Universitas Airlangga, 2006.-- irrp.

ABSTRAK :

Pelayanan keperawatan merupakan ujung tombak utama pelayanan kesehatan di Rumah Sakit dan merupakan cermin utama dari keberhasilan pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Pelayanan keperawatan yang bermutu tinggi harus dilaksanaan oleh tenaga keperawatan professional dengan cara yang professional juga. Setiap aspek dari pengobatan dan perawatan pasien yang dilakukan oleh tim pelayanan kesehatan harus didokumentasikan sehingga dapat memberikan gambaran secara keseluruhan dari kondisi kesehatan pasien, serta

Page 90: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

90

merupakan alat bukti yang legal bagi pasien, keluarga, tim kesehatan lain maupun pihak lain yang memerlukan.

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo merupakan Rumah Sakit rujukan tertinggi untuk Indonesia bagian timur sekaligus sebagai rumah sakit pendidikan. Sebagai rumah sakit rujukan tertinggi sudah selayaknya rumah sakit Dr. Soetomo memberikan pelayanan dengan mutu baik.

Dalam upaya mengembangkan dan meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit Dr. Soetomo dibentuk kelompok kerja (POKJA) antara lain tim pengembangan dan evaluasi proses keperawatan yang bertugas mengevaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan. Adapun hasil dari evaluasi tersebut evaluasi keperawatan mempunyai angka terendah yaitu 49,66% (1999), 59,90% (2000) dari standar kendali 70%.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah menyusun upaya peningkatan pelayanan keperawatan berdasarkan analisis format dokumentasi asuhan keperawatan di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa format dokumentasi perlu direvisi dengan sistem check list sesuai dengan spesialisasinya. Bentuk format dan kemudahan format dokumentasi asuhan keperawatan tidak menunjukkan adanya kesulitan. Hanya soal waktu pengisian yang masih kurang sehingga perlu pengaturan waktu sesuai supaya pengisian format tersebut diisi dengan baik. Sebagian besar perawat sudah termotivasi untuk mengisi format dokumentasi keperawatan. Beban kerja pada waktu pagi dan sore hari didominasi oleh kegiatan fungsional, sedangkan pada malam hari waktu instirahat terlalu lama. Kinerja perawat berdasarkan penerapan dokumentasi asuhan keperawatan menunjukkan bahwa perawat sering tidak mengisi : 1) format dokumentasi evaluasi (81,7%) 2) format dokumentasi intervensi (59,8%) dan 3) format rencana keperawatan (51,2%).

Untuk meningkatkan pengisian format asuhan keperawatan dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan keperawatan diperlukan suatu bentuk format yang sederhana dan lengkap, adanya standar penulisan yang jelas, persediaan lembar format yang cukup. Supervisor harus dari ruangan itu sendiri sehingga tahu respon pasien. Untuk meningkatkan sumber daya manusia perlu adanya pelatihan, lokakarya, diskusi antar perawat secara rutin.

LAEK NUTRITION DISORDERS

154 Gizi Kurang sebagai Faktor Risiko Hepatitis Drug Induced karena Obat Anti Tuberkulosis/Rusmawati.-- Yogyakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp.

ABSTRAK :lihat nomor 107 NUTRITIONAL STATUS

155 Stres, Asupan Zat Gizi, Status Gizi Ibu Hamil Pascabencana Tsunami 2004 dan Status Berat Badan Lahir di Kabupaten Aceh Besar/Silvina Wagustina.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp.

ABSTRAK : lihat nomor 26

Page 91: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

91

156 Indeks Massa Bebas Lemak dan Kekuatan Genggam Tangan sebagai Parameter Status Nutrisi Penderita Penyakit Ginjal Kronik Non Dialisis Stadium 3, 4 dan 5/Meilani Kumala.-- Jakarta : Program Pascasarjana Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006.-- 171p.

ABSTRAK : lihat nomor 126 157

Kadar C-Reactive Protein dan Status Gizi Pasien Penyakit Ginjal Terminal yang Menjalani Hemodialisis Rutin di Unit Hemodialisis Rumah Sakit Dr. Kariadi dan Rumah Sakit Telogorejo Semarang/Wachid Putranto; Lestariningsih.-- Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, 2006.-- irrp.

ABSTRAK : lihat nomor 102 NUTRITIONAL STATUS – in infancy and childhood

158 Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Status Gizi Berdasarkan Tinggi Badan Menurut Umur pada Anak Umur 2 Tahun di Kabupaten Purworejo Propinsi Jawa Tengah/Irna Avianti.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp.

ABSTRAK : Lihat nomor 34

OBESITY 159

Hipnoterapi untuk Penurunan Berat Badan pada Individu Obes/Hera Nurlita.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp.

ABSTRAK :

Obesity is a major health problem. There is a dramatic increase in the prevalence of obesity in many countries and in Indonesia. Evidence strongly suggests dietary intake of high energy, high fatty foods and decrease physical activity are the primary causes of obesity. Obesity has been directly linked with mortality and morbidity from chronic diseases. Treatment for obese person involves multiple techniques and strategies including dietary therapy, physical activity, behavior therapy as well as combination of these strategies. Hypnosis enable some one to change habits, achieve goals to reduce weight and long-term weight loss maintenance.

This study was conducted to know whether hypnosis have an effect for weight loss in obese people. The study was a quasi experimental with a pre and post-test control group design. Subjects were divided into two groups : 11 obese individuals received hypnotherapy and nutrition counseling and another 11 obese individuals received only nutrition counseling. Weight was measured at the beginning of the intervention and then after intervention . Food intake were analyzed with computer software. Wilcoxon was used to analyzed the data.

Results of study show that weight reduction varied between case and control (with hypnotherapy and without hypnotherapy). The average weight loss among the two groups (3,29 kg in case and 0,60 kg in control) were significantly different (p<0,05). The average energy intake among the two groups (1278,4 kcal in case and 1659 kcal in control) were significantly different (p<0,05). Physical activity in case group was higher than the control group. In conclusion, a combination of

Page 92: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

92

hypnotherapy and nutrition counseling leads to a better weight reduction than the one without hypnotherapy.

ABFK

OCCUPATIONAL DISEASES 160

Rinitis Akibat Kerja dan Faktor-faktor yang Berhubungan Studi pada Pekerja yang Terpajan Debu Tepung Gandum di Bagian Pengepakan PT X Tahun 2005/Ibnu Fahrudin.-- Jakarta : Program Pascasarjana Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006.-- 57p.

ABSTRAK :

PT. X adalah produsen tepung gandum, dimana dalam proses produksinya dihasilkan debu tepung yang mencemari lingkungan kerja. Debu tepung gandum yang masuk ke dalam saluran nafas pekerja dapat menyebabkan penyakit pada saluran nafas yaitu Rinitis akibat Kerja.

Tujuan dari penelitian ini yaitu diketahuinya faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan rinitis akibat kerja. Penelitian ini dilakukan dengan desain studi kasus kontrol untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor risiko pada pekerja dan terjadinya rinitis akibat kerja. Responden adalah pekerja yang bekerja di bagian pengepakan yang memenuhi syarat inklusi, berjumlah 215 responden. Data yang dikumpulkan yaitu variabel bebas (umur, masa kerja, pakai APD, riwayat atopi dan kebiasaan merokok) dan variabel tergantungannya rinitis akibat kerja.

Hasil pengukuran kadar debu personal melebihi NAB (4mg/m3) yaitu di proses pengepakan sebesar 5.66 mg/m3. Dari 215 responden didapatkan 82 responden (38.1%) yang menderita rinitis akibat kerja atau kasus dan 133 responden (61.9%) pemakaian alat pelindung Diri yang baik, berhubungan dengan terjadinya rinitis akibat kerja yaitu masing-masing dengan OR=4.24; p=0.00; 95% CI 2.35-7.66 dan OR 2.06; p=0.014; 95% CI 1.16-3.65.

Disimpulkan pajanan debu tepung di udara bagian pengepakan melebihi Nilai Ambang Batas. Faktor yang berhubungan dengan rinitis akibat kerja pada pekerja bagian pengepakan adalah adanya riwayat atopi dan pemakaian alat pelindung diri (masker) yang kurang baik.

BIFK OCCUPATIONAL HEALTH

161 Analisis Permasalahan Upaya Pelayanan Kesehatan Kerja dalam Kaitan dengan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Guna Perencanaan Program K3/Dita Artningtyas.-- Surabaya : Program Pascasarjana Universitas Airlangga, 2006.-- irrp.

ABSTRAK : lihat nomor 99 OILS, VOLATILE

162 Uji Toksisitas Minyak Atsiri Kayu Manis (Cinnamomum burmanii BI), Serai Wangi (Andropogon nardus L.) dan Jeruk Purut (Citrus hystrix D.C.) terhadap Jentik Aedes aegypti/Soni Doke.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp.

ABSTRAK : lihat nomor 3

Page 93: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

93

163 Efektivitas Minyak Atsiri Serai (Andropogon nardus L.) terhadap Kematian Nyamuk Aedes aegypti/Indah Setyorini.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp. ABSTRAK : lihat nomor 4

164 Perbandingan Tingkat Kewaspadaan serta Faktor yang Mempengaruhi pada Sopir Truk Hauling Shift Siang dan Malam Kontraktor Tambangan Batubara/Anang Prayudi.-- Jakarta : Program Pascasarjana Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006.-- 100p. ABSTRAK : Shift work provided benefit in supporting a company’s productivity. However, shift work also might cause fatigue and alertness disturbance of hauling truck drivers who work on shift. The risk of work accident would be significantly increased in line with decreasing level of alertness. The aims of this study are to know the alertness level of the hauling truck drivers who work on shift and the influencing factors, also to identify the relationship of shift work with alertness level. The research method is comparative cross sectional study was obtained from questionnaire and measurement of Kraepelin test which was done after the completion of shift work of day and night drivers. The result of this study was analysis with SPSS 11.5. It was found that the prevalence of “bad” alertness of the hauling truck drivers was 56.6%. The strongest related factor with bad alertness was length of work period (p=0.05) with OR=2.9. Other factors that showed no significant relation but have close relation were training (p=0.06 and OR=0.47), body weight (p=0.10 and OR=1.9), number of children (p=0.14 and OR=1.9) and the age of the youngest child (p=0.19 and OR=0.53). In relation with the length of work period, alertness is related with “general performance” of which the adoption process takes significant role. Drivers adapt well with longer period of assignment in year so that the alertness level is much better.

Training factor with OR=0.47 and IK < 1 indicated that a rare training was interpreted as a protective factor for bad alertness. This finding was contradictive and it would need comprehensive evaluation especially in relation with training material and content, training method, time of training delivery and also with the trainer’s competency.

Excessive body weight and obesity affect drivers to work with extra energy for doing the work activities. It leads to fatigue and at the end it causes sleepness and decrease of alertness.

Number of children and the age of the youngest child influenced the alertness. It can be explained that parental care and attention is much needed for the children and it would affect resting time of the workers. From this study, significant difference of the alertness level amongest hauling truss drivers (day shift and night shift) could not be proven.

BIFK

Page 94: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

94

OSTEOARTHRITIS 165

Hubungan Waktu Tempuh GUG Test dan Indeks Lequesne pada Penderita Osteoartritis/Yaputri C; Angliadi.-- Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, 2006.-- irrp.

ABSTRAK :

Osteoartritis (OA) lutut adalah salah satu kelainan muskuloskeletal yang paling sering dijumpai di seluruh dunia dan merupakan penyebab utama impairmen dan disabilitas pada usia lanjut. Osteoartritis lutut menimbulkan gangguan pada keseimbangan sendi lutut dan berkurangnya kekuatan dan aktivitas otot kuadrisep. Penilaian fungsi keseimbangan dan mobilitas fungsional dasar dilakukan dengan Get Up and Go (GUG) test sedangkan indeks Lequesne digunakan untuk menilai gradasi klinik OA lutut.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan waktu tempuh GUG test dengan skor indeks Lequesne pada penderita OA lutut. Penelitian deskriptif dengan disain belah lintang (cross-sectional). Penelitian dilakukan di Bagian Rehabilitasi Medik RSU Prof. Dr. R.D. Kandou Manado dari Oktober s/d Desember 2005. Subyek adalah 38 pasien OA lutut (30 perempuan dan 8 laki-laki) berusia 50 – 75 tahun, memenuhi kriteria klinis OA lutut berdasarkan American College of Rheumatology dan radiologis sesuai dengan kriteria Kellgren dan Lawrence grade II atau lebih.

Dilakukan pengisian formulir indeks Lequesne oleh subyek setelah mendengarkan penjelasan peneliti. Subyek kemudian melakukan GUG test. Subyek diinstruksikan untuk duduk dengan punggungnya menyentuh sandaran kursi yang mempunyai armrest. Saat diperintahkan “jalan”, subyek berdiri dan berjalan secepat mungkin sepanjang 15,2 tanpa melambatkan jalannya sebelum mencapai garis finish. Semua subyek memakai alas kaki yang biasa dipakai untuk berjalan. Analisa statistik dilakukan dengan menggunakan regresi linier sederhana dan koefisien korelasi.

Hasil rata-rata waktu tempuh GUG test adalah 12,2 detik dengan standar deviasi 3,13 detik, sedangkan rata-rata skor indeks Lequesne adalah 7,95 dengan standar deviasi 2,7. Dari hasil uji analisis korelasi didapatkan bahwa waktu tempuh GUG test berhubungan positif yang sangat bermakna dengan total skor indeks lequesne, domain jarak berjalan maksimum, domain nyeri dan ADL dengan koefisien korelasi berturut-turut r = 0,829; 0,763; 0,606 (p<0,01). Penelitian ini juga mendapatkan bahwa terdapat hubungan negatif yang sangat bermakna antara waktu tempuh GUG test dan panjang tungkai subyek (r=-0,420; p<0,01)

Kesimpulan, GUG test dapat digunakan sebagai indikator untuk menilai gradasi klinik pada penderita OA lutut, dimana semakin singkat waktu untuk menyelesaikan GUG test maka semakin baik gradasi klinik penderita.

HDFK

PAIN 166

Perbandingan Efek Pengobatan Parasetamol dan Diasepam dengan Natrium Diklofenak terhadap Derajat Nyeri dan Fleksibilitas Otot pada Nyeri Pinggang Non Spesifik Akut/Amaludin M; M.N. Jenie; Amin Husni.-- Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, 2006.-- irrp.

ABSTRAK : lihat nomor 1

Page 95: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

95

167 Pengaruh Transcutaneous Electric Nerve Stimulation (TENS) terhadap Penurunan Nyeri Persalinan Kala 1/Ardi Panggayuh; Hupitoyo; Tarsikah.--Malang: Politeknik Kesehatan Malang Program Studi Kebidanan,2006.-- irrp.

ABSTRAK : lihat nomor 206 PATIENT DROPOUTS

168 Pengembangan Sistem Surveilans Kasus TBC Drop Out di BP4 Surabaya/Ratna Djuwita.-- Surabaya : Program Pascasarjana Universitas Airlangga, 2006.-- irrp.

ABSTRAK :

BP4 Surabaya sebagai UPT Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur telah melaksanakan Program Pemberantasan TBC Paru dengan strategi DOTS sejak tahun 2003. Berdasarkan arsip laporan TB 08 Triwulan I s/d Triwulan IV tahun 2004 dapat dievaluasi bahwa angka TBC DO adalah 36,8%. Bila dibandingkan dengan angka kesembuhan nasional 85% maka jumlah kasus DO di BP4 Surabaya tinggi. Kasus TBC DO banyak terjadi pada penderita yang masih menjalani fase intensif yaitu 31,6% atau 82,9% dari seluruh jumlah kasus TBC DO. Dari keadaan ini maka timbul permasalahan, model sistem surveilans yang mana yang dapat digunakan untuk mencegah terjadinya DO.

Tujuan umum penelitian ini adalah mengembangkan model sistem surveilans TBC Paru kasus TBC DO dengan tujuan khusus mengidentifikasi komponen sistem surveilans TBC DO yaitu mengindentifikasi tujuan, ruang lingkup, input (kebutuhan data, sarana dan prasarana , tenaga, biaya, metode), proses (pengumpulan dan pengolahan data, analisis, interpretasi data serta diseminasi informasinya), output (informasi epidemiologi yang dihasilkan) dan mencari faktor risiko penyebab terjadinya kasus TBC DO.

Metodologi penelitian yang digunakan adalah metodologi pengembangan. Subyek penelitian adalah tim surveilans TBC Paru di BP4 Surbaya dan penderita kasus TBC DC. Kegiatan dilakukan selama sepuluh bulan sejak pembuatan praproposal bulan Oktober tahun 2005 sampai Juli 2006. Pengumpulan data penelitian adalah dengan menggunakan metode wawancara, observasi serta telaah dokumen.

Hasil indetifikasi terhadap sistem surveilans TBC Paru yang sudah berjalan sejak tahun 2003 dengan menggunakan strategi DOTS adalah : sistem belum mencapai tujuannya yaitu mencegah terjadinya kasus TBC DO. Data penderita terutama nama dan alamat tidak valid. Walaupun data penderita mangkir yang tidak mengambil obat selama dua hari berturut-turut dapat dipantau pada sarana TB elektronik yang telah ada, tetapi tidak pernah ditindaklanjuti karena belum ada manajemen penanganan kasus TBC DO. Masalah lain adalah tidak ada tenaga khusus yang menangani kasus TBC DO, tidak ada biaya untuk pelacakan kasus dan belum ada metode khusus untuk kegiatan pelacakan kasus. Pengolahan data kasus mangkir belum dilakukan. Kegiatan pencatatan dan pelaporan yang berkaitan dengan kasus TBC DO adalah menganalisa TB 03 menjadi bentuk laporan TB 08 (hasil pengobatan). Jumlah kasus TBC DO dilaporkan setiap tiga bulan sekali ke dinas Kesehatan Propinsi. Dari hasil penelitian terhadap faktor risiko penyebab DO diperoleh bahwa penyebab kasus TBC DO adalah karena pemahaman penderita tentang akibat yang ditimbulkan bila makan obat tidak teratur masih belum baik sehingga bila penderita merasa sudah sembuh, mereka akan menghentikan pengobatannya.

Page 96: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

96

Berdasarkan hasil penelitian maka diusulkan pengembangan sistem surveilans kasus TBC DO yang diharapkan dapat menekan terjadinya kasus TBC DO. Pada model sistem yang akan dikembangkan dengan metode pelacakan kasus, BP4 Surabaya bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota khususnya Surabaya. Pendataan penderita diharapkan menyertakan KTP. Untuk meningkatkan pengetahun masyarakat diharapkan adanya peningkatan penyuluhan oleh petugas. Untuk meningkatkan koordinasi, maka perlu memperkuat jejaring surveilans.

LAEK PATIENT SATISFACTION

169 Hasil Guna Pemberian Torodin (DetrusitolR) untuk Rasa tidak Nyaman karena Kateter Uretra Menetap dengan Parameter S-FMPQ pada Pasien yang Menjalani Operasi dengan Anestesi Spinal di RS Dr. Sardjito Yogyakarta./Herjuna Hardiyanto.-- Yogyakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp.

ABSTRAK : lihat nomor 213 PHARMACEUTICAL SERVICES

170 Analisis Ketersediaan Obat di Puskesmas Kota Jayapura/Sarce Makaba.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp.

ABSTRAK :

One success indicator of health service is availability of drugs at the health center whenever they are needed. A preliminary study at the health center of Jayapura Municipality in 2005 indicates that there has been drug unavailability in all health centers from 2 – 14 days, even up to over a month for some kinds of drugs so that some drugs can not be prescribed, some are substituted and patients have to pay for drugs which they can get for free. However, there are some overstocked drugs because they are rarely prescribed. The objective of the study was to find out : a) relevance of drugs with list of national essential drugs; b) relevance of drug available with disease pattern; c) availability of drugs at the health center; d) percentage of expired/damaged drugs; e) period of drug unavailability; f) patients access to drugs. The study was observational using both quantitative and qualitative method with cross sectional design. Quantitative data were obtained from observation of documents and drugs store room at the health center and district/municipal pharmaceutical warehouse and qualitative data were collected from in depth interview. Analysis unit were health centers at Jayapura Municipality and Municipal Pharmaceutical warehouse in Jayapura. Data were analyzed descriptively. In average as much as 87.82% of drugs available at the health center of Jayapura Municipality was relevant with list of national essential drugs. Drugs available were relevant with medication guideline for malaria disease and diarrhea. In some health centers drugs for acute respiratory tract infection were unavailable. Availability of drugs mostly used was relatively good, some drugs were even overstocked because they were available more than 3 months. All health centers

Page 97: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

97

at Jayapura Municipality had drug available from 2 days to 2 months or more. Percentage of damaged drugs varied, from 3.85% at Elly Uyo Health Center to 23.66% at Wamena Health Center. As much as 99.18% of prescription could be served and 0.75% substituted. Patients paid for drugs outside retribution with different tariff for every health center, varying from one thousand to ten thousand rupias. Availability of drugs at the health center of Jayapura Municipality in general was relatively good, even overstocked. Patients access to drugs was good with as much as 99.18% of prescription could be served.

ABFK PLANT EXTRACTS

171 Uji Aktivitas Antikanker Ekstrak Etanol Daging Buah Mahkota Dewa [Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.] terhadap Tumor Kelenjar Susu Mencit C3H/Erni Rahmawati.-- Jakarta : Program Pascasarjana Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006.-- 75p. ABSTRAK : lihat nomor 11 PLANTS, MEDICINAL

172 Potensi Antioksidan Fraksi Semi Polar dan Polar Sari Bawang Putih (Allium sativum L) Mengurangi Nefrotoksisitas Pb pada Tikus/Rini.-- Jakarta : Program Pascasarjana Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006.-- 106p. ABSTRAK : lihat nomor 12 PLASMODIUM FALCIPARUM

173 Alel Dimorfik Gen EBA-175 Plasmodium falciparum dan Kaitannya dengan Manifestasi Klinis Malaria di Papua/Yohanna Sorontou.-- Jakarta : Program Pascasarjana Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006.-- 172p. ABSTRAK :

Protein EBA-175(Erythrocyte binding antigen-175) Plasmodium falciparum merupakan ligan yang memperantarai perlekatan merozoit pada residu asam sialat glikoforin A pada eritrosit manusia dan oleh karena itu memegang peran yang sangat penting pada invasi sel. Gen penyandi protein ini, EBA-175 telah dibuktikan memiliki alel dimorfik, FCR (F) dan CAMP © yang dilaporkan berkaitan dengan menifestasi klinis malaria. Alel ini ditandai oleh adanya insersi nuleotida sebesar 423 pb pada alel F dan 342 pb pada alel C.

Suatu penelitian epidemiologi molekul yang bertujuan untuk menentukan frekuensi distribusi kedua alel tersebut serta kaitannya dengan manifestasi klinis malaria telah dilaksanakan pada isolat-isolat Plasmodium falciparum yang dikumpulkan dari pasien-pasien malaria asimptomatik dan simptomatik di Kabupaten Jayapura, Propinsi Papua melalui survei malariometrik dan pengumpulan sampel di pusat-pusat pelayanan kesehatan.

Page 98: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

98

Analisis dengan teknik penggadaan DNA (polymerase chain reaction) 110 isolat dari pasien simptomatik dan 100 isolat dari pasien asimptomatik menunjukkan bahwa alel C merupakan alel yang dominan pada kedua kelompok tersebut, dengan frekuensi distribusi pada malaria asimptomatik : alel C : 62.7%, alel F : 18.2% dan alel C/F: 19.1%. Sedangkan frekuensi distribusi pada malaria simptomatik adalah alel C : 55%, alel F : 37% dan alel C/F : 8%. Uji statistik dengan Chi-square menunjukkan tidak adanya keterkaitan antara alel-alel tersebut di atas dengan manifestasi klinis malaria. Pengobatan kasus malaria dengan obat antimalaria sulfadoksin-pirimetamin (SP) menunjukkan adanya perubahan yang bermakna pada distribusi kedua alel tersebut dan dimana alel C ditemukan berkaitan dengan kegagalan pengobatan SP. Hasil-hasil yang diperoleh berbeda secara bermakna dengan frekuensi distribusi alel EBA-175 yang dilaporkan di beberapa negara endemis malaria dimana alel F merupakan alel dominan. Dominasi alel C di Papua kemungkinan sebagian dapat dikaitkan dengan resistensi relatif alel tersebut terhadap obat SP.

BIFK POLYYMERASE CHAIN REACTION

174 Uji Diagnostik Serologi IgG dan IgM anti CMV, Antigenemia Darah, Antigenemia Urin terhadap Pemeriksaan Virologi dengan Metoda Polymerase Chain Reaction (PCR) sebagai Penanda Diagnostik untuk Infeksi Cytomegalovirus pada Bayi dan Anak/Vindriyanto.-- Yogyakarta : Faklultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp.

ABSTRAK : lihat nomor 55 POVERTY

175 Profil Penyakit Koroner dan Faktor Risikonya pada Penduduk Miskin Perkotaan di Jakarta/Asri Werdha Sari.-- Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Farmasi, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2006.-- irrp. ABSTRAK : lihat nomor 39 PREGNANCY

176 Anemia Ibu Hamil sebagai Faktor Risiko Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Kabupaten Aceh Besar Pasca Tsunami 2004/Rachmawati.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp. ABSTRAK : lihat nomor 6 PRIMARY HEALTH CARE

177 Analisis Pembiayaan untuk Upaya Promosi Kesehatan Masyarakat di Puskesmas/Suci Wulansari et al.-- Surabaya : Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem dan Kebijakan Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depkes R.I.,2006.-- irrp. ABSTRAK : lihat nomor 51

Page 99: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

99

PROGNOSIS 178

Ejection Fraction sebagai Faktor Prognostik Utama Penderita Pasca Infark Miokard Akut di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Tahun 2000-2001 (Analisis Kesintasan 5 Tahun)/Lasmaria Sitorus.-- Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006.-- 64p.

ABSTRAK:

Berbagai upaya telah dilakukan di Pusat Jantung Nasional Harapan Kita (PJNHK) untuk menurunkan angka kesakitan dan angka kematian pada pasien pasca IMA, namun belum ada evaluasi terhadap kesintasan penderita setelah 5 tahun pasca perawatan IMA dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesintasan tersebut.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui probabilitas kesintasan 5 tahun penderita pasca IMA, menggunakan data primer (data rekam medik pasien). Variable independen utama yang diteliti adalah ejection fraction sedangkan ejection fraction sedangkan variabel kovariat kontrol, umur, hipertesi, rokok, dan diabetes melitus.

Penelitian epidemiologi observasional analitik menggunakan desain kohort retrospektif. Sampel berjumlah 386 orang diambil dari pasien infark miokard akut tahun 2000-2001 secara keseluruhan kemudian diamati sejak pulang dari rumah sakit hingga 5 tahun . Data dikumpulkan dari catatan rekam medik, kemudian data dianalisis menggunakan Stata 7, pengolahan data dimulai dari univariat, bivariat dan multivarat.

Penelitian menunjukkan probabilitas kesintasan 5 tahun penderita pasca IMA adalah sebesar 87,6% (95% CI: 0,83-0,91). Variabel yang berhubungan dengan terjadinya kematian pasca IMA antara lain adalah ejection fraction, keteraturan kontrol, umur, dan diabetes melitus. Sedangkan variabel lain yang tidak berhubungan adalah hipertensi dan merokok.

Hasil penelitian ini menunjukkan kesintasan 5 tahun penderita IMA tahun 2000-2001 lebih baik jika dibandingkan dengan kesintasan 5 tahun penderita di Amerika dan Kanada, untuk itu layanan yang sudah berjalan dapat dipertahankan dan juga dapat ditingkatkan. Pelayanan terhadap penderita pasca IMA perlu ditingkatkan agar dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian. Rehabilitas dan penyuluhan secara terus menerus perlu dilakukan sehingga penderita memahami faktor-faktor risiko terjadinya kematian pasca IMA dan bisa menghindarinya. Dengan tingginya angka penderita yang tidak kontrol setelah pulang dari rumah sakit (30,8%) agar meningkatkan pelayanan preventif dan promotif melalui peningkatan pelayanan customer service. Disarankan untuk peneliti lain agar melakukan penelitian secara kohort prospektif sehingga data-data yang dikumpulkan bisa lebih lengkap dan lebih akurat serta mengembangkan variabel-variabel yang belum diteliti misalnya kolesterol, sedangkan EF dan kontrol dapat lebih dilengkapi.

BIKM PROTEINURIA

179 Faktor-faktor Risiko Proteinuria di Beberapa Kecamatan di Kota Semarang/Santoso; Murni Indrasti; Sugiri.-- Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, 206.-- irrp.

ABSTRAK : lihat nomor 192

Page 100: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

100

PSORIASIS 180

Kadar Malondialdehid (MDA) pada Psoriasis/Citra Cahyarin; Irma Binarso; S. Indrayanti.-- Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, 2006.-- irrp.

ABSTRAK : lihat nomor 139 PUBLIC HEALTH

181 Persepsi Pejabat Kantor Pelayanan Pajak Daerah dan Dinas Pemukiman, Prasarana dan Wilayah tentang Iklan Rokok dan Dampaknya terhadap Kesehatan Masyarakat di Kota Yogyakarta/Nurul Fatimah.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp.

ABSTRAK : lihat nomor 2 182

Analisis Dampak dan Risiko Pencemaran Penggunaan Merkuri pada Penambang Emas terhadap Kesehatan Masyarakat di Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah Tahun 2006/Inswiasri.-- Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan Ekologi dan Status Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depkes RI., 2006.-- irrp.

ABSTRAK : lihat nomor 147 QUALITY OF LIFE

183 Efektifitas Vaksinasi BCG Dibanding Imunoterapi Aleren Spesifik Dosis Eskalasi teradap Percobaan Gejala Klinik dan Kualitas Hidup/Andriana Tjitria Widi Wardhani; Suprihati; Widiastuti.-- Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Diponerogo, 2006.-- irrp. ABSTRAK: lihat nomor 20 RADIATION

184 Dampak Medan Magnet dan Medan Listrik dari Jaringan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) terhadap Kesehatan Masyarakat/Anwar Musadad.-- Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan Ekologi dan Status Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depkes RI.,2006.-- irrp. ABSTRAK : lihat nomor 73 REFUSE DISPOSAL

185 Pencemaran Plumbum (Pb) dalam Air Lindi pada Ikan Tambak dan Kandungan Plumbum Rambut Konsumen di Tempat Pembuangan Akhir Terjun Kota Medan Tahun 2006/Zainul Ikkwan.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2007.-- irrp.

ABSTRAK : lihat nomor 132

Page 101: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

101

RESPIRATORY TRACT INFECTIONS – in infancy & childhood 186

Particulate Matter (PM10) and House Environment Factors Influencing Incidence of Acute Respiratory Infections among Childen Under Five of Age in Teluknaga Sub Distrit, Tangerang District 2006/Widya Anggraeni.-- Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006.-- 110p.

ABSTRAK:

Incidence of Acute Respiratory Infections (ARI) among children under five of age in Sub-District Teluk Naga has coupied the first rank of big ten diseases based on yearly report of Community Health Center (CHC). This disease is predicted to be induced by physical house conditions, indoor air quality, and conditions of children under five of age. One important factor of house air quality that suspected to be related to the incidence of ARI is P10. Therefore, the study was conducted in Sub-District Teluk Naga to elicit information whether PM10 statistically influence the incidence of ARI among children under five of age.

The design of study was case control with population of children underfive from Sub-District Teluk Naga and sample 195 that contains 65 cases and 130 control. Cases were children under five who suffer from ARI based on CHC monthly report and they were selected using systematic random sampling. Meanwhile, controls were children under five that had the same sex and did not suffer from ARI and live in the same village with the cases. Data of house conditions were collected through measurements and other variables were collected through observations and interview using structured questionaires. Data were analyzed to determine univariate, bivariate, and multivarate data.

The study revealed that there were four significant variables based on the level of significance of 5% namely PM10 concentration P=0,000(5.21;2,7-10,04), relative humidity P=0.001(3.02;1,57-5,81), lighting p = 0,000(15.06 ; 6,77-33,4) and temperature p=0,000 (36.49 ; 10,85-122,71). Result of logistic regression showed that there were no interactions between analyzed variables, however, house temperature had been found as confounding factor. It is suggested that improvement of house conditions are of paramount importance to reduce sources of contaminants and therefore increase indoor air quality. Moreover, measures of indoor air quality should be conducted by Distrct Health Office through implementing standards of healthy house and establishing sanitation clinics to educate people who attend CHC regarding the relation between house conditions and ARI.

BIKM RHINITIS

187 Rinitis Akibat Kerja dan Faktor-faktor yang Berhubungan Studi pada Pekerja yang Terpajan Debu Tepung Gandum di Bagian Pengepakan PT X Tahun 2005/Ibnu Fahrudin.-- Jakarta : Program Pascasarjana Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006.-- 57p.

ABSTRAK : lihat nomor 160

Page 102: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

102

RISK FACTOR 188

Faktor Risiko Infeksi TB pada Anak yang Kontak Serumah dengan Penderita TB Paru BTA (+) di Kabupaten Magelang Propinsi Jawa Tengah/Ruthy Ngapiyem.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp.

ABSTRAK : lihat nomor 207 189

Faktor Risiko Terjadinya Cedera pada Anak Usia Sekolah Dasar di Kota Yogyakarta/Susy Kuscithawati.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp.

ABSTRAK : Every year many children all over the world become disabled or die because of injury. It is estimated that 98% of child mortality is caused by injury, and this mostly happens in low and middle income countries. Injury may happen accidentally or intentionally and internally (from the children themselves) or externally (from environmental factors).

The objective of the study was to identify the seriousness and types of injury and risk factors of injury occurrence among elementary school children at Yogyakarta Municipality. The study was cross sectional design and was conducted at 28 elementary schools of Yogyakarta Municipality with as many as 4690 children of grade I – VI as subject of the study. Samples were taken using multistage cluster sampling technique. Dependent variables consisted of injury that took place at schools, home and the surrounding and absence from school, whereas independent variables consisted of age and sex of children, age of mothers, social and economic status, home environment and time. Research instruments used were questionnaires to get data of injury risk factors and impact of injury and observation sheets to access school environment.

The result of this study showed that injury prevalence was as much as 42.56% (mild injury 36.89% and severe injury 5,7%). Factors related to injury occurrence among elementary school children were sex (OR = 0,76; 95% CI 0,67 – 0,86) and home environment (OR = 2.64; 95% CI 1,20 – 5,4). Types of injury that often happened to elementary school children were scratches, bruises, sprains, bites, flesh wounds burns, road accidents, broken bone and small particles infiltration. Conclusion home environment was an important factor of injury occurrence among elementary school children. Therefore preventive action had to be taken by improving home and environment security, and alerts of parents in order that occurence of injury could be avoided. Sex of children was also an important factor of cause for injury occurrence among elementary school children.

ABFK

190 Faktor- faktor Risiko Kejadian Penyakit Diabetes Melitus Tipe 2 pada Orang Dewasa di Kabupaten Boyolali Propinsi Jawa Tengah/Erwan Mujio.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp.

ABSTRAK : lihat nomor 64

Page 103: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

103

191 Faktor Risiko Klinik pada Tindakan Pembedahan Urologi di Unit Bedah Sentral Badan Rumah Sakit Umum Tabanan/I.A. Ratih Wulansari Manuaba.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp.

ABSTRAK : Risk management, and in particular clinical risk management, is an area that has been reasonably well developed within the health service in specific sector and specialities. Risk management is to get things right the first time-in other words, to change the environment whereby the systems and behaviors can be modified to reduce the potential for health care risk. Urology department of Tabanan hospital is a new kind health service, since October 2004. There was several cases reported as adverse events post urology surgery, that may increased mortality rate post surgery. This study want to do risk identification from prepared patient before surgery, during surgery, and post surgery, which part of that may lack and could the sources as the potential risk factors of adverse events.

This research goal is to identify risk factor as the sources of adverse events post urology surgery patient, so that we can formulated what kind risk management program to diminished adverse events. This research is a cross sectional study. All patients who have surgery, within a period of August – September 2005 at Tabanan hospital become sample of this study. Data collected by check list guide and observation then analysed by multiple regression statistic.

The result indicate that all 52 urology surgery patient included for this study, most of them were man (88,46%, came from ≥ 40 years old (92,31%), 28 (53,85%) sample got adverse events post surgery. Statistical analysed no significant for sex (p=0,12), old (p=0,37), time period given prophylactic antibiotic (p=0,84), time period infra venous line has been inserted (p=0,74), time period urine catheter has been inserted (p=0,52), time period public hair has been cut before surgery (p=0,85), patient pre morbid condition (p=0,83), ASA class status (p=0,39), duration of the surgery (p=0,23) as the clinical risk factor for the adverse events. It was significant for patient length of stay at the hospital before surgery (p=0,003) as clinical risk factor.

Conclusion this study found high rate of adverse events post urology surgery patient. It was significant for patient length of stay at the hospital before surgery as clinical risk factors. To decrease adverse events of post urology surgery, it seems another study with increase the sample size and look another risk factor.

ABFK

192 Faktor-faktor Risiko Proteinuria di Beberapa Kecamatan di Kota Semarang/Santoso; Murni Indrasti; Sugiri.-- Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, 206.-- irrp.

ABSTRAK :

Proteinuria dikenal sebagai prediktor gagal ginjal terminal. Proteinuria ringan berhubungan dengan penyakit ginjal dini pada populasi dengan diabetes mellitus maupun non diabetes mellitus. Penelitian epidemiologi telah menunjukkan petanda-petanda untuk penyakit kardiovaskuler juga merupakan faktor-faktor risiko penyakit ginjal dan proteinuria. Penelitian mengenai faktor-faktor risiko proteinuria saat ini pada umumnya terbatas terutama pada populasi Kaukasia,

Page 104: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

104

hanya terdapat sedikit data dalam literatur yang melakukan identifikasi faktor-faktor risiko terjadinya proteinuria pada populasi Asia.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian proteinuria. Penelitian cross sectional. Kuesioner terstruktur mengenai jenis kelamin, suku bangsa, umur, riwayat hipertensi, diabetes mellitus, penyakit ginjal, merokok, pemakaian obat (OAINs, antibiotik, kontras), riwayat diabetes mellitus dan hipertensi pada keluarga ditanyakan pada subyek yang ditetili. Pemeriksaan fisik meliputi tekanan darah, berat badan, tinggi badan, lingkar pinggang dan lingkar panggul. Pemeriksaan glukosa darah dilakukan untuk menegakkan diagnosis diabetes mellitus. Sampel urin sewaktu diambil untuk menentukan keberadaan proteinuria. Tempat Kota Semarang, Jawa Tengah, Indonesia.

Hasil dari 634 responden, dilakukan analisis 618 subyek dengan data yang lengkap. Dari analisis univariat didapatkan bahwa variabel yang merupakan prediktor proteinuria adalah umur, riwayat hipertensi, riwayat merokok, rasio lingkar pinggang-lingkar panggul, tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik dan diabetes mellitus. Jenis kelamin, suku bangsa, riwayat penyakit ginjal, riwayat penggunaan obat-obatan (antibiotik, OAINs), riwayat DM pada keluarga, riwayat hipertensi pada keluarga, riwayat penyakit ginjal pada keluarga dan indeks masa tubuh (IMT) tidak terbukti sebagai predikte proteinuria. Setelah dilakukan analisis multivariat didapatkan : umur berhubungan independen secara bermakna dengan proteinuria (PR 1,73; 95% CI 1,03 – 2,89; p=0,039); tekanan darah sistolik berhubungan independen secara bermakna dengan proteinuria (PR 1,76; 95% CI 1,04-2,99; p=0,036); tekanan darah diastolik berhubungan independen secara bermakna dengan proteinuria (PR 1,80; 95% CI 1,04-4,14; p=0,036); diabetes mellitus berhubungan secara independen dengan proteinuria (PR 2,92; 95% CI 1,68-5,09; p<0,0001).

Kesimpulan umur, tekanan darah sistolik (TDS), tekanan darah diastolik (TDD), diabetes mellitus adalah faktor-faktor risiko proteinuria independen pada populasi penelitian ini.

HDFK RUBELLA – in infancy & childhood

193 Besaran Penyakit Rubella pada Anak Balita di Bandung dan Semarang/Bambang Heriyanto.-- Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Farmasi, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depkes RI., 2006.-- irrp.

ABSTRAK :

Dewasa ini banyak dilaporkan adanya KLB campak bersamaan dengan infeksi rubella, karena kedua penyakit memiliki gejala klinik yang mirip. Di kawasan ASEAN (Singapura, Malaysia, Philipina dan Thailand) telah melakukan imunisasi rubella. Indonesia juga sudah saatnya memiliki data dasar tentang besarnya kongenital rubella dan suatu saat perlu melakukan imunisasi rubella. Dewasa ini telah dikembangkan beberapa jenis vaksin yang dapat dipakai untuk mencegah kejadian Rubella dan telah banyak dipakai diseluruh dunia.

Penelitian ini merupakan suatu studi klinik dan komunitas yang bertujuan untuk mengetahui besarnya masalah penyakit tersebut pada masyarakat. Terutama dalam rangka melakukan pencegahan dengan imunisasi terhadap penyakit

Page 105: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

105

tersebut. Penelitian klinik dilakukan di rumah sakit, sedang penelitian pada komunitas dilakukan di Puskesmas. Berdasarkan besarnya insiden penyakit kongenital rubella sindroma maka dipilih propinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah untuk dilakukan penelitian pada penderita cacat kongenital di rumah sakit bagian kesehatan anak, yang akan diperiksa sekitar 60 penderita. Pemeriksaan laboratorium dilakukan terhadap IgM anti rubella. Sedangkan 200 anak balita dan ibunya akan diambil darahnya untuk diperiksa IgG antibodinya.

Hasil penelitian ini akan merupakan masukan bagi program dan dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan pencegahan penyakit rubella di masa depan serta dampaknya pada masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 60% anak telah mempunyai antibodi IgG terhadap virus rubella dan 80% ibu yang masih subur (WUS) sudah mempunyai antibodi terhadap virus rubella. Ini berarti bahwa 60% anak balita dan 80% ibu usia subur sudah pernah terinfeksi virus rubella atau dengan kata lain virus rubella telah bersirkulasi di masyarakat daerah penelitian.

Disimpulkan bahwa virus rubella telah bersirkulasi di masyarakat secara luas. Disarankan untuk mulai melakukan imunisasi rubella pada anak balita untuk menghentikan sirkulasi virus polio di masyarakat.

BPPK SAFETY

194 Perbandingan Tingkat Kewaspadaan serta Faktor yang Mempengaruhi pada Sopir Truk Hauling Shift Siang dan Malam Kontraktor Tambangan Batubara/Anang Prayudi.-- Jakarta : Program Pascasarjana Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006.-- 100p. ABSTRAK : lihat nomor 164 SANITATION

195 Hubungan Faktor Konstruksi, Sanitasi Lingkungan dan Kebiasaan Masyarakat dengan Kualitas Air Sumur Gali Umum dan Diare serta Upaya Pengelolaannya (Studi di Kecamatan Jenu Kabupaten Tuban Tahun 2006)/Endah Nurul Kumarijati.-- Surabaya : Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, 2006.-- irrp. ABSTRAK : lihat nomor 76

SEX BEHAVIOR 196

Hubungan Faktor Orang Tua dan Faktor Lingkungan dengan Pengetahuan Remaja Wanita tentang Perilaku Seksual Bebas di SMA N. 3 dan SMA Methodis I Palembang Agustus 2006/Poltekkes Palembang Departemen Kesehatan R.I.-- Palembang : Poltekkes Palembang Departemen Kesehatan R.I., 2006.-- irrp.

ABSTRAK :

Remaja adalah suatu periode transisi dari masa kanak-kanak kemasa dewasa dan masa ini merupakan masa yang sangat rawan dalam kehidupan seseorang, sebab selama masa ini kejadian/peristiwa seperti sosial, ekonomi, biologi dan demografi akan menentukan tahap kehidupan masa dewasanya (Bongaartss and Cohen,

Page 106: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

106

1998). Menurut Wimpi Pangkahila (1988) remaja menerima pengetahuan tentang seksualitas pertama kali bukan dari sumber (informasi) yang benar bahkan mereka tidak cukup menerima pengetahuan seksualitas secara benar dan bertanggung jawab, sebaliknya dengan mudah mereka menerima informasi tentang seks dari sumber yang salah dan tidak bertanggung jawab misalnya gambar porno, bahkan dengan erotik dapat disaksikan di depan komputer. Kurangnya kadar informasi tentang pengetahuan seksualitas yang diperoleh remaja antara lain disebabkan sikap orang tua yang tabu untuk membicarakan seks dengan anaknya sehingga anaknya berpaling mencari sumber-sumber lain yang tidak akurat seperti teman sebaya (Sarwono, 2000).

Adapun tujuan penelitian ini adalah diketahuinya hubungan antara faktor orang tua dan faktor lingkungan dengan pengetahuan tentang perilaku seksual bebas pada remaja wanita di SMA N.3 dan SMA Methodis I Palembang. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2006. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah “Cross sectional” dimana variabel bebas yaitu faktor orang tua (pendidikan, sikap, komunikasi orang tua-anak sosial ekonomi) dan faktor lingkungan (media masa, dan teman sebaya) dan variabel terikat (pengetahuan remaja wanita tentang perilaku seksual bebas) diukur pada waktu bersamaan. Berdasarkan hasil penelitian dari 166 responden didapatkan pengetahuan remaja wanita yang baik tentang perilaku seksual bebas sebesar (72,3%), orang tua yang berpendidikan tinggi sebesar (71,1%), orang tua yang mempunyai sikap positif sebesar 66,9%, komunitas Ortu-anak yang baik, sebesar 55,4%, tingkat sosial ekonomi ortu yang tinggi sebesar 65,7%, remaja wanita yang terakses oleh media masa sebesar 15,7%, dan remaja wanita yang terpengaruh teman sebaya sebesar 15,1%.

Dari hasil bivariat yang menggunakan uji Chi-square didapatkan adanya hubungan yang bermakna antara pendidikan, sikap, komunikasi orang tua-anak, sosial ekonomi dan pengaruh teman sebaya dengan pengetahuan remaja wanita tentang perilaku seksual bebas, sedangkan untuk media masa tidak terdapat hubungan yang bermakna. Berdasarkan uji regresi logistik didapatkan nilai Odds Ratio terbesar (3,357) adalah variabel teman sebaya, angka tersebut menunjukkan bahwa remaja wanita yang terpengaruh teman sebaya mempunyai kecenderungan 3,357 kali berpengetahuan baik tentang perilaku seksual bebas setelah dikontrol oleh variabel komunikasi ortu-anak dengan pendidikan orang tua.

Kesimpulan pengetahuan remaja wanita SMA Negeri 3 dan SMA Methodis I Palembang tentang perilaku seksual bebas 3,357 kali lebih besar dipengaruhi oleh teman sebaya dibanding yang tidak terpengaruh setelah dikontrol oleh variabel komunikasi ortu-anak dengan pendidikan orang tua. Saran utama yaitu diharapkan dengan memiliki pengetahuan yang benar mengenai perilaku seksual bebas khususnya yang berasal dari sumber yang dapat dipercaya, akan terbentuk perilaku seksual yang positif dan bertanggung jawab.

BGPKP SOCIAL PERCEPTION

197 Persepsi Pejabat Kantor Pelayanan Pajak Daerah dan Dinas Pemukiman, Prasarana dan Wilayah tentang Iklan Rokok dan Dampaknya terhadap Kesehatan Masyarakat di Kota Yogyakarta/Nurul Fatimah.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp.

ABSTRAK : lihat nomor 2

Page 107: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

107

STRESS 198

Pengaruh Stres Kronik terhadap Memori Kerja, Jumlah Astrosit dan Neuron Piramidal dan Tebal Lamina Piramidalis CA1 Hipocampus pada Tikus (Rattus norvegicus)/Nanang Wiyono.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp.

ABSTRAK : lihat nomor 18 199

Stres, Asupan Zat Gizi, Status Gizi Ibu Hamil Pascabencana Tsunami 2004 dan Status Berat Badan Lahir di Kabupaten Aceh Besar/Silvina Wagustina.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp.

ABSTRAK : lihat nomor 26

TICLOPIDINE – therapeutic use 200

Pengaruh Penambahan Tiklopidin pada Pengobatan Infark Miokard Akut terhadap Ketahanan Hidup 1 Tahun/Sri Pudji Lestari; Sugiri.-- Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, 2006.-- irrp.

ABSTRAK : lihat nomor 150

TOMOGRAPHY SCANNERS, X-RAY COMPUTED 201

Spikula sebagai Prediktor Keganasan Modul Paru Soliter pada Pemeriksaan CT-Scan Thorax/Dyah Astarini.-- Yogyakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp.

ABSTRAK : lihat nomor 46

TONSILLECTOMY 202

Efek Tonsilektomi/Adenotonsilektomi Penderita Tonsilitis Kronik/ Adenotonsilitis Kronik terhadap Gejala Klinik dan Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar/Retno P.; Slamet Suyitno; Suprihati.-- Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, 2006.-- irrp.

ABSTRAK : lihat nomor 72

TONSILLITIS 203

Efek Tonsilektomi/Adenotonsilektomi Penderita Tonsilitis Kronik/ Adenotonsilitis Kronik terhadap Gejala Klinik dan Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar/Retno P.; Slamet Suyitno; Suprihati.-- Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, 2006.-- irrp.

ABSTRAK : lihat nomor 72

TOXICITY TESTS 204

Uji Toksisitas Minyak Atsiri Kayu Manis (Cinnamomum burmanii BI), Serai Wangi (Andropogon nardus L.) dan Jeruk Purut (Citrus hystrix D.C.) terhadap Jentik Aedes aegypti/Soni Doke.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp. ABSTRAK : lihat nomor 3

Page 108: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

108

TOXOPLASMOSIS 205

Pola Epidemiologi Toksoplasmosis di Surabaya (Studi Seroepidemiologi Toksoplasmosis pada Pekerja Rumah Pemotongan Hewan dan Penjual Daging Kambing)/Yoso Wiyarno.-- Surabaya : Program Pascasarjana Universitas Airlangga, 2006.-- irrp. ABSTRAK : Toksoplasmosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa Toxoplasma gondii dan dikenal sebagai salah satu penyakit antropozoonosis. Parasit Toxoplasma gondii dapat menginfeksi manusia dan hewan berdarah panas. Kucing dan sebangsanya diketahui sebagai hospes definitif, sedangkan manusia dan hewan lain yang berdarah panas sebagai hospes perantara. Penelitian yang telah dilakukan di Jawa Timur maupun dibeberapa tempat lainnya menunjukan prevalensi toksoplasmosis pada kambing relatif tinggi. Kambing penderita dapat menyebabkan bahaya bagi masyarakat dan pengelola daging, karena dapat menginfeksi pada manusia melalui makanan, maupun perlukaan. Pola epidemiologi toksoplasmosis pada pengelola daging kambing di Surabaya belum pernah diteliti secara mendalam. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap pola seroepidemiologis toksoplasmosis pada pekerja yang kontak langsung dengan daging kambing. Guna mengungkapkan pola seroepidemiologi toksoplasmosis dilakukan pemeriksaan toksoplasmosis pada pekerja yang kontak dengan daging kambing dan pemeriksaan toksoplasmosis pada kambing. Pemeriksaan pada pekerja dengan menggunakan uji serologis untuk mengetahui pola toksoplasmosis berdasarkan titer IgG dan IgM, sedangkan pemeriksaan pada kambing menggunakan uji serologis untuk mengetahui pola toksoplasmosis berdasarkan titter IgG dan uji biologi untuk mengetahui adanya kista pada daging kambing. Penelitian ini menggunakan rancangan observasi yang bersifat komparatif. Responden observasi penelitian berasal dari pemotong kambing di RPH, pemotong kambing di luar RPH, penjual daging kambing di pasar tradisional Surabaya, sedangkan responden kontrol adalah administrasi di RPH. Reponden penelitian diambil secara total populasi dengan melalui persyaratan yang telah ditetapkan. Jumlah reponden penelitian yang digunakan penelitian untuk pemotong kambing di RPH sebanyak 20 orang, pemotong kambing di luar RPH 10 orang, penjual daging kambing 20 orang dan petugas administrasi RPH 20 orang. Sampel kambing yang didapatkan dari RPH sebanyak 150 ekor, sampel kambing dari pemotongan di luar RPH sebanyak 30 ekor. Pengambilan sampel kambing dilakukan secara acak sederhana. Analisis data dengan menggunakan statistik uji chi-square dan chi-square for trend. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tempat pemotongan di RPH dan luar RPH masih belum memenuhi standar tempat pemotongan yang ideal. Proporsi toksoplasmosis berdasarkan titer IgG dan berdasarkan adanya parasit T. gondii pada daging kambing sebesar (36,7%) dengan rincian kambing dari Pacitan (14%, 0%), Trenggalek (17%, 0%), Probolinggo (31,4%), Pasuruan (33,10%), Kediri (37%,5%), Lumajang (67%,0%), dan Situbondo (75,0%). Responden pemotong kambing di RPH dan di luar RPH serta penjual daging kambing saat bekerja sehari-hari tidak menggunakan alat pelindung diri. Berdasarkan pemeriksaan titer IgG dan IgM yang positif toksoplasmosis pada responden sebesar 71,4% dan

Page 109: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

109

34,3%, dengan rincian yaitu pada pemotong kambing di RPH 85% dan 55%, pemotong kambing di luar RPH 80% dan 40%, penjual daging kambing 80% dan 30% petugas administrasi RPH 45% dan 10%. Besarnya odd ratio toksoplasmosis berdasarkan pemeriksaan IgG dan IgM pada pemotong kambing di RPH (693; 11,00), pemotong kambing di luar RPH (4.89; 6.0), penjual 4.89; 4.85) dan petugas administrasi RPH (1.00; 1.00). Kesimpulan penelitian adalah adanya pola epidemiologi yang memperlihatkan kecenderungan penurunan proporsi toksoplasmosis pada responden yang kontak dengan daging kambing dibandingan dengan responden yang tidak kontak dengan daging kambing. Pekerja pemotong kambing dan penjual daging kambing yang dijadikan responden tidak menggunakan alat pelindung diri dalam melakukan pekerjaannya. Berdasarkan pemeriksaan titer IgG didapatkan besarnya risiko toksoplasmosis pada pemotong kambing di RPH sebesar 6.93 kilo lebih besar dibandingkan risiko toksoplasmosis pada pekerja administrasi RPH. Sedangkan pemotong kambing di luar RPH dan penjual daging kambing besar risiko toksoplasmosis berdasarkan titer IgG adalah 4.89 lebih besar dibandingkan pekerja administrasi RPH. Berdasarkan titer IgM didapatkan besarnya risiko toksoplasmosis pada pemotong kambing di RPH sebesar 11 kali lebih besar dibandingkan risiko toksoplasmosis pada pekerja administrasi RPH. Sedangkan pemotong kambing di luar RPH sebesar 6 kali dan penjual daging kambing sebesar 4.85 kali lebih besar dibandingkan pekerja adminstrasi RPH. Tempat pemotongan kambing di RPH dan di luar RPH masih belum memenuhi standar yang ideal. Disarankan perlu dilakukan peningkatan kesehatan dan keselamatan kerja di lingkungan RPH agar pemotong kambing dapat terhindar dari infeksi toksoplasmosis. Peningkatan keselamatan kerja dapat dilakukan dengan : penggunaan alat pelindung diri maupun berperilaku sehat; perlu dilakukan perbaikan sarana yang terdapat di RPH Surabaya seperti air bersih yang cukup, tempat sampah, dan laboratotium; perlu dilakukan perbaikan dan pembinaan terhadap tempat pemotongan hewan di luar RPH agar tempat pemotongan tersebut dapat memenuhi standar kesehatan untuk tempat pemotongan hewan; untuk melindungi masyarakat dan lingkungan di sekitar tempat pemotongan hewan di RPH dan pemotongan di luar RH agar terhindar dari dampak negatif dari aktivitas pemotongan hewan maka perlu dilakukan Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL); perlu dilakukan penyuluhan terhadap masyarakat agar berhati-hati jika kontak maupun mengolah daging kambing; masyarakat jika mengkonsumsi daging kambing, hendaklah dimasak terlebih dahulu dengan kematangan yang sempurna agar kista yang terdapat di dalam daging tersebut mati.

LAEK TRANSCUTANEOUS ELECTRIC NERVE, STIMULATION

206 Pengaruh Transcutaneous Electric Nerve Stimulation (TENS) terhadap Penurunan Nyeri Persalinan Kala 1/Ardi Panggayuh; Hupitoyo; Tarsikah.--Malang: Politeknik Kesehatan Malang Program Studi Kebidanan,2006.-- irrp. ABSTRAK : Salah satu aspek proses fisiologik dari bersalin adalah his yang dapat menimbulkan nyeri dan ketidaknyamanan. Akan tetapi, pengalaman nyeri selama

Page 110: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

110

persalinan bukanlah reflesi yang sederhana dari proses fisiologik persalinan. Nyeri persalinan merupakan akibat interaksi berbagai faktor fisiologik dan psikologik yang kompleks dan subjektif pada individu wanita dalam menginterpretasikan stimulasi persalinan. Pemahaman tentang nyeri persalinan sebagai kerangka multifaktor akan memberikan dasar terhadap pendekatan yang berpusat pada wanita dalam manajemen nyeri persalinan yang meliputi serangkaian strategi intervensi farmokologik maupun non-farmakologik. Salah satu metode untuk mengurangi nyeri persalinan dan sering digunakan sebagai intervensi rutin dalam menolong mengurangi nyeri persalinan di beberapa negara adalah transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS). Penelitian ini bertujuan utuk mengetahui efek hipoalgesik dari TENS pada ibu bersalin kala 1. Metode penelitian yang digunakan adalah pra-experimen dengan desain penelitian one group pretest-postest, yaitu melakukan observasi sebanyak dua kali: sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan. Wanita inpartu kala 1 diukur intensitas nyeri (pretest) kemudian diberikan stimulasi elektrik, selanjutnya dilakukan postest dengan mengukur kembali intensitas nyerinya. Pengukuran intensitas nyeri dilakukan pada saat timbul his, dengan menunjuk angka 0 – 10 pada Visual Analog Scale. Jumlah sampel 10 responden wanita inpartu kala 1. Sampel diambil dengan cara purposive sampling. Untuk menguji hipotensis, digunakan Wilcoxon Mates Pair Test, dan didapat hasil statistik Z = -2,877 dengan p = 0,004. Disimpulkan bahwa terdapat perbedaan skala nyeri sebelum dan sesudah perlakukan. Dengan demikian, Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) efektif menurunkan intensitas nyeri persalinan pada kala 1 (p<0.05).

NPKM TUBERCULOSIS

207 Faktor Risiko Infeksi TB pada Anak yang Kontak Serumah dengan Penderita TB Paru BTA (+) di Kabupaten Magelang Propinsi Jawa Tengah/Ruthy Ngapiyem.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp. ABSTRAK : Tuberculosis disease is still a major problem for most countries in the world, especially in the developing countries. It in estimated 119 people of 100.000 Indonesians are infected by lung-tuberculosis with positive acid fast bacillus. Fifteen (50%) of them are children. It was discovered in 2005 that 242 adult; in Magelang Regency of Central Java Province, were infected by lung-tuberculosis with positive acid fast bacillus. The high prevalence of TB infection is expected to be supported by the high risk of infection especially by at home contacts with positive acid fast bacillus TB patients. Assessment of number of TB infection in children between 1 - 15 years old on home-contact with positive acid fast bacillus TB patient is needed, including the surrounding support factors of infection. This is a cross sectional observational study in Magelang Regency, using sample of children between 1 – 15 years old at home with positive acid fast bacillus TB patients which are on or post TB medication for 1 year. Data were collected through interview, observation and measurement (weight, humidity level, brightness, air circulation/ ventilation and tuberculin test), then were analyzed using univariate, bivariate and multivariate analysis.

Page 111: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

111

Observation result number of incidents of TB infection on children is 68,8% (99 children) and factors related to the incident is : positive acid fast bacillus level, with odds ratio : 2,09 (p<0,05). The others unsignificant related factors are : sex, age, education, BCG immunization status, child’s nutrition status, smoking habit, type of floor, ventilation, crowded, humidity and brightness. Conclusion factor related to TB infection on children in Magelang Regency at home with positive acid fast bacillus TB patients is positive acid fast bacillus.

ABFK

208 Related Factors to Clinic Tuberculosis Occurrence among Children at Sub-Province of Lima Puluh Kota in 2006/Ali Amran-- Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia,2006.-- 88p. ABSTRAK: Tuberculosis (TBC) is still a main health problem. One-third of world population infected by mycobacterium tuberculosis. Its estimated that almost nine millions people have tuberculosis with death rate of three millions people every year. According to SKRT (2001) indicated that Tuberculosis is the third level as cause of death in Indonesia. Based on Primary Health Care and Hospital report at Sub-Province of Lima Puluh Kota in 2005 recorded 212 adult patients and 191 children patents with Tuberculosis. This researh purpose to know related factors to clinic Tuberculosis occurrence among children at sub-province of Lima Puluh Kota in 2005. This research used a control case design with 74 cases and 74 controls. Research result indicated that environmental factor of house physic related to clinic Tuberculosis occurrence among children were house ventilation with OR=3,85 (95% CI: 1,9-7,60).bed room ventilation with OR= 3,47 (95% CI:1,75-6,85), full house dwelling with OR= 2,31 (95% CI: 1,19-4,48), full room dwelling with OR= 6,14 (95 CI: 2,67-14,13), illumination with OR= 5,73 (95% CI: 2,61-12,57) and dampness with OR=6,51 (95% CI:3,06-13,86). There were a relation betwen infection source and clinic Tuberculosis occurrence among children got OR=5,84 (95% CI: 2,07-16,45). While individual characteristic factors related to clinic Tuberculosis occurrence among children are BCG immunization status with OR=2,34 (95% CI:1,13-4,82) and head of family income OR=2,34 (95% CI:1,64-9,55). From multivariate analysis found that the most dominant factors related to Tuberculsis occurrence among chldren are illumination (OR=2,77), infection source (OR=4,15), dampness (OR=4,0) full bed room dwelling (OR=5,55), and house ventilation (OR=4,24) after controlled with room ventilation variable, full house dwelling, BCG immunization status and head of family income. The research concluded that there were a relation between environmental factor of house physic such as house and room Ventilation, full house dwelling, llumination, house dampness, and existence of infection source, giving a BCG immunization and also head of family income with clinic Tuberculosis occurrence among children at sub-province of Lima Puluh Kota. From this research result was suggested to Public Health Service of Sub-province which plays a role as facilitator and operatioal stake holder to make a program

Page 112: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

112

planning of Tuberculosis eradication completely and comprehensive. Improving a quantity and quality of health promotion program through human resources, method and promotion media, so public can understand a preventive and eradication efforts of Tuberculosis and implementing them everyday. It was expected to public in building a residence house based on healthy house criteria.

BIKM TUBERCULOSIS, MULTIDRUG-RESISTANT

209 Factors are Influence not Recovery Cases Tuberculosis Patients BTA Positif after Intensif Fase in Puskesmas Balaraja Regency Tangerang at 2003-2005/Yuliana Sari.-- Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006.-- 69p. ABSTRAK: Tuberculosis is still a major problem worldwide, one third of the world population are infected by Mycobacterium tuberculosis. In the 2000, approximately 10,2 million of new cases are indentified and 3,5 million people died because of this disease annually. WHO state that Indonesian is the third country most contribute tuberculosis problem after India and China (Depkes RI, 2002). Up to present the tuberculosis rehabilitation program in Indonesian is still far away from expected outcomes. Increasing morbidity and mortality of tuberculosis because of not treatment patients, cure rate still low, new cases, not recovery patient and relapse. So the problem about not recovery cases to be a priority to solve. The purpose of the study was determining variables influence not recovery cases of tuberculosis patient in Tangerang. Method : the design of this study was longitudinal retrospective with tuberculosis patients as subjects and characteristic, access factors to influence. The data were analyze using the multiple logistic regression in order to find the most proper (fit), simple (Parsimonlous) and the right (robust). Model in order to describe the relationship between the outcome variable and one set predictor variables. 164 subjects participated in the study of which 38 (23,2%) of the subject are identify as cases not recovery. Based on the findings the study also propose a predicted model of tuberculosis patient not recovery treatment. The result of multiple logistic regression analysis show that the predictor of the outcome are job, distance and to reach, and distance is the main determinant. The result of this study showed that distance have OR=2,71 95%CI: 1,21-6,07; to reach have OR=2,54 % CI: 1,12-5,76; Job have OR= 0,41 95% CI :0,18-0,92; Conclusion: this study have conclusion that a distance have a lead of access factors and to reach of the other hand job of tuberculosis patient have difinitive influence not recovery cases.

BIKM TUBERCULOSIS, PULMONARY

210 Pengembangan Sistem Surveilans Kasus TBC Drop Out di BP4 Surabaya/Ratna Djuwita.-- Surabaya : Program Pascasarjana Universitas Airlangga, 2006.-- irrp. ABSTRAK : lihat nomor 168

Page 113: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

113

TUBERCULOSIS-prevention and control 211

Karakteristik Sosiodemografik, Motivasi Keluarga Perilaku Pengobatan dan Pencegahan Penularan TB Paru Hubungannya dengan Angka Konversi di Kabupaten Madiun/Suratno.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp. ABSTRAK : lihat nomor 23 ULTRASONOGRAPHY

212 Uji Diagnostik Pencitraan Ultrasonografi Grey Scale Dibandingkan dengan Pemeriksaan Apendikogram pada Penderita Apendisitis Kronis Eksaserbasi Akut/Ahmad Faesol.-- Yogyakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp. ABSTRAK : lihat nomor 15 URINARY CATHETERIZATION

213 Hasil Guna Pemberian Torodin (DetrusitolR) untuk Rasa tidak Nyaman karena Kateter Uretra Menetap dengan Parameter S-FMPQ pada Pasien yang Menjalani Operasi dengan Anestesi Spinal di RS Dr. Sardjito Yogyakarta./Herjuna Hardiyanto.-- Yogyakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp. ABSTRAK : Urethral catheters are used for diagnostic and therapeutic patient discomfort tend to pain, urethral and bladder trauma, ladder spasm, stone formation, infection of urinary tract and sepsis are known complications associated with catheter use. Discomfort or pain due to retained catheter is one of patients bothering medical procedures. Medications to reduce the discomfort are indicated. Tolterodine is one of the anti muscarinic drugs might decrease detrusor motility, probably become the alternative therapy. The objective of this study was to determine the incidence and degree of patients discomfort related retained catheter and effect of tolterodine. The trial an randomized, prospective clinical experimental, single blind and controlled with placebo. The subjects were in patients of Sardjito General Hospital who through surgery with spinal anaesthesia and acomplaished inclusion and exclusion criteria. Detrusitol 2 mg (group A) and placebo (group B) was administered per oral 1 hour previous to catheterisation. Catheterisation was performed during onset of anesthesia. The discomfort was evaluated times in h-0, h-6, h-12 and h-24. The result indicate that all 80 male subjects, age 14 – 40 years old, randomized into group A : age mean 30,27 years old ± 7,18 and group B : age mean 28,53 years old ± 8,82. The most common sensation is burn (hot) 16 (40%), aching 10 (25%), heavy 5 (12,5%). In the first evaluation (h-0) 10 (25%) group A was discomfort (2,5% - moderate, 22,5% - mild) and group B, 11 (52,5%) was discomfort (12,5% - moderate, 40% - mild). Statistically there was a significant difference, p=0.029. The 2nd evaluation, group A: 2 (5%) felt discomfort (decrease

Page 114: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

114

by 20%) and group B : 16 (40%) felt discomfort (decrease by 12,5%, p=0,0001. The 3rd and 4th evaluation there was no discomfort in group A. Group B, the 3rd evaluation : 11 (27,5%) and the 4th evaluation 10 (25%). Analysis for the 3rd evaluation, p=0,000 and 4th evaluation, p=0,001. Age, background for education, occupation and surgery field were no significant difference statistically. The retained urethtral catheter cause mild and moderate blood rate bladder discomfort. The incidence and degree of bladder discomfort can be decreased by tolterodine 2 mg per oral 1 hour previous to catheterization.

ABFK URINARY TRACT INFECTIONS

214 Faktor Klinis dan Demografi yang Berhubungan dengan Infeksi Saluran Kemih pada Anak Usia Muda dengan Demam/Linda Elianora Sinaga.-- Yogyakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp.

ABSTRAK : lihat nomor 87 UROLOGIC SURGICAL PROCEDURES

215 Faktor Risiko Klinik pada Tindakan Pembedahan Urologi di Unit Bedah Sentral Badan Rumah Sakit Umum Tabanan/I.A. Ratih Wulansari Manuaba.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp. ABSTRAK :lihat nomor 191 VENTILATORS, MECHANICAL

216 Faktor Risiko Lama Penggunaan Ventilator Mekanik di Neonatal Intensive Care Unit (NICU) RS Dr. Kariadi Semarang/Lucy Savitri; M. Soleh Kosim.-- Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, 2006.-- irrp. ABSTRAK : Ventilator mekanik (VM) merupakan alat yang membantu atau mengambil alih pertukaran gas dalam paru untuk mempertahankan kehidupan pasien di unit perawatan intensif. Tujuan utamanya adalah untuk memberikan ventilasi akveolar yang adekuat, memperbaiki oksigenasi, pengeluaran karbodioksida seluler, mengurangi kerja pernapasan dan mencegah kelelahan otot pernapasan dengan sedikit atau tanpa efek samping terhadap paru dan sistemik. Lama penggunaan dan VM mempengaruhi besarnya risiko komplikasi. Tujuan identifikasi faktor-faktor awal pada penderita yang merupakan faktor risiko lama penggunaan VM di Bangal NICU RS Dr. Kariadi Semarang. Metode penelitian observasional retrospektif dilakukan sejak tahun 2003 – 2005 di Bangsal NICU RS DR. Kariadi Semarang. Sebanyak 35 bayi masuk dalam kriteria inklusi. Data diambil dari catatan medik. Variabel bebas meliputi berat lahir, maturitas janin, riwayat asfikasi, keadaan sepsis, modus awal VM dan analisa gas darah. Variabel tergantung adalah lama penggunaan VM dengan katagori lama

Page 115: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

115

bila > 5 hari dan singkat bila = 5 hari. Analisis statisik dilakukan dengan X2 dan uji regresi logistik, diolah dengan SPSS 11.5. Hasil : Dari 35 bayi didapatkan 25 bayi yang menggunakan VM lama dan 10 bayi singkat. Rata-rata lama penggunaan VM 7.6 hari. Hasil X2, faktor awal yang diteliti bukan merupakan faktor risiko lama penggunaan VM, yaitu berat lahir (RR :1; 95%CI : 0.2-4.5), riwayat asfiksia (RR : l; 95%CI : 0.2-6.3), maturitas janin (RR : 2.7; 95%CI : 0.5-15.3), pH arteri (RR : 1.3; 95%CI : 0.2-8.6), PaCO2 (RR : 3.7; 95%CI : 0.6 –20.9), PaO2 (RR : 2.2; 95%CI : 0.2-22.1), HCO3 (RR : 2.1; 0.5 – 9.5), AaDO2 (RR : 0.7; 95%CI : 0.6-0.88), keadaan sepsis (RR : 2.1; 95% CI : 0.5-9.5) dan modus awal VM (RR :3.7; 95% CI : 0.6 – 20.9). Hal ini menunjukkan bahwa ada faktor-faktor lain yang memberikan kontribusi terhadap lama penggunaan VM. Uji multivariat dngan regresi logistik terhadap variabel bebas maturasi janin, PaCO2 , keadan sepsis dan modus awal VM bukan merupakan faktor risiko lama penggunaan VM. Bayi preterm, hipokapnia, HCO3 <15 meq/l, AaDO2 >563, modus awal VM dengan Pressure control Ventilation/PCV dan keadaan sepsis persentasenya lebih tinggi dalam menggunakan yang lama. Kesimpulan : Berat lahir, maturitas janin, riwayat asfiksia, kedaan spesis, mldus awal VM, pH arteri, PaCO2 PaO2, HCO3 , maupun AaDO2 bukan merupakan faktor risiko terhadap lama penggunaan VM.

HDFK WATER

217 Manajemen Pengawasan Sanitasi Lingkungan dan Kualitas Bakteriologis Air Minum pada Depot di Kota Manado/Jasman.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2007.-- irrp. ABSTRAK : lihat nomor 75 WATER MICROBIOLOGY

218 Hubungan Kualitas Mikrobilogis Air PDAM Sumber Pajudan dan Sumber Pangelen, Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Terhadap Kejadian Penyakit Diare (Studi di Desa Tanggungmong dan Kalurahan Polagan Kecamatan Sampang Kabupaten Sampang)/Nizam Sutarja.-- Surabaya : Program Pascasarjana Universitas Airlangga, 2006.-- irrp. ABSTRAK : lihat nomor 65 WATER POLLUTION, CHEMICAL

219 Pencemaran Plumbum (Pb) dalam Air Lindi pada Ikan Tambak dan Kandungan Plumbum Rambut Konsumen di Tempat Pembuangan Akhir Terjun Kota Medan Tahun 2006/Zainul Ikkwan.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2007.-- irrp. ABSTRAK :lihat nomor 132

Page 116: Abs Trak 2007

ABSTRAK PENELITIAN KESEHATAN, SERI 25

116

WEIGHT LOSS 220

Hipnoterapi untuk Penurunan Berat Badan pada Individu Obes/Hera Nurlita.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp. ABSTRAK : lihat nomor 159 WOUNDS AND INJURIES

221 Faktor Risiko Terjadinya Cedera pada Anak Usia Sekolah Dasar di Kota Yogyakarta/Susy Kuscithawati.-- Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2006.-- irrp. ABSTRAK : lihat nomor 189