abort us
DESCRIPTION
abdTRANSCRIPT
ABORTUS
APA ITU ABORTUS ?
Abortus/aborsi adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan dengan berat badan janin <500 gram dan usia kandungan < 20 minggu. Usia
kehamilan yang cukup bulan/aterm adalah 37-40 minggu.
APA TANDA-TANDA TERJADINYA ABORTUS ?
Tanda-tanda terjadinya abortus pada umumnya adalah:
1. Terjadi kontraksi uterus/rahim
2. Terjadi perdarahan uterus/rahim
3. Dilatasi serviks (pelebaran mulut rahim)
4. Ditemukan sebagian atau seluruh hasil konsepsi/pembuahan
BAGAIMANA MEKANISME TERJADINYA ABORTUS ?
Pada kehamilan, janin menempel di endometrium (dinding uterus/rahim bagian dalam).
Untuk itu, endometrium harus tebal karena jika tipis maka janin tidak bisa menempel di
endometrium dengan sempurna. Tebal / tipisnya endometrium dipengaruhi oleh hormon
progesteron. Semakin banyak hormon progesteron, maka endometrium akan semakin tebal
sehingga janin bisa menempel dengan sempurna. Sebaliknya semakin sedikit hormon
progesteron, maka endometrium akan semakin tipis sehingga janin kurang menempel dan
akan terjadi keguguran/abortus. Oleh karena itu disimpulkan bahwa salah satu penyebab
terjadinya abortus/keguguran adalah kurangnya hormon progesteron.
APA SAJA KLASIFIKASI ABORTUS ?
Abortus diklasifikasikan menjadi 3, yaitu:
1. Abortus Spontan
adalah pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu yang berlangsung tanpa tindakan /
tanpa disengaja.
1. Abortus Buatan
adalah pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu akibat tindakan yang disengaja.
1. Abortus Terapeutik
adalah abortus buatan yang dilakukan pada kehamilan sebelum 20 minggu atas
indikasi tindakan medis.
APA SAJA PENYEBAB ABORTUS SPONTAN ?
Abortus spontan dapat disebabkan oleh:
- Kurangnya hormon progesteron
- Kelainan kromosom
- Infeksi (chlamydia, mycoplasma, dll)
- Gangguan endokrin/hormon (hipotiroidisme, diabetes mellitus)
- Oksidan (rokok, alkohol, radiasi, dan toksin), dll
APA SAJA MACAM-MACAM ABORTUS SPONTAN ?
1. ABORTUS IMMINENS
Abortus imminens adalah ancaman terjadinya abortus, ditandai perdarahan per
vaginam(lewat vagina), ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam
kandungan.
2. ABORTUS INSIPIENS
Abortus insipiens adalah abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks
telah mendatar, ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih dalam
kavum uteri dan dalam proses pengeluaran.
Ciri : Perdarahan per vaginam dengan kontraksi makin lama makin kuat dan makin
sering, serviks sudah terbuka.
3. ABORTUS INKOMPLETUS
Abortus inkompletus adalah peristiwa pengeluaran sebagian hasil konsepsi sebelum usia
kehamilan 20 minggu, berat janin < 500 gram
Ciri : Perdarahan per vaginam yang banyak, disertai kontraksi, serviks terbuka, sebagian
jaringan konsepsi keluar.
Penanganan : optimalisasi keadaan umum dan tanda vital ibu (perdarahan banyak dapat
menyebabkan syok), pengeluaran seluruh jaringan konsepsi dengan eksplorasi digital dan
bila perlu dilakukan kuretase.
4. ABORTUS KOMPLETUS
Abortus kompletus adalah peristiwa pengeluaran lengkap seluruh jaringan hasil konsepsi
sebelum usia kehamilan 20 minggu, berat janin < 500 gram.
Ciri : Perdarahan per vaginam yang banyak, kontraksi uterus, serviks sudah menutup,
keluar jaringan hasil konsepsi, tidak ada sisa jaringan di dalam uterus.
Penanganan : optimalisasi keadaan umum dan tanda vital ibu.
5. ABORTUS HABITUALIS
Abortus habitualis adalah kejadian abortus berulang pada 3 kehamilan atau lebih berturut
- turut. Abortus habitualis umumnya disebabkan karena kelainan anatomik uterus
(mioma, septum, serviks inkompeten, dll), atau kelainan faktor-faktor imunologi. Pada
kasus abortus habitualis perlu dilakukan pemeriksaan USG untuk melihat ada/tidaknya
kelainan anatomi. Selain itu juga perlu dilakukan rangkaian pemeriksaan faktor-faktor
hormonal / imunologi / kromosom.
6. MISSED ABORTION
Missed abortion adalah embrio/fetus meninggal dalam kandungan dan masih tertahan
dalam kandungan. Biasanya didahului tanda dan gejala abortus imminens yang kemudian
menghilang spontan atau menghilang setelah pengobatan.
Penanganan : mengeluarkan jaringan konsepsi dengan stimulasi kontraksi uterus. Jika
dilakukan tindakan kuretase, maka harus sangat hati-hati karena jaringan telah mengeras,
dan dapat terjadi gangguan pembekuan darah akibat komplikasi kelainan koagulasi
(hipofibrinogenemia).
APA PENGERTIAN ABORTUS TERAPEUTIK ?
Abortus terapeutik adalah abortus buatan yang dilakukan atas indikasi tindakan medis
dilakukan. Abortus terapeutik dilakukan pada usia kehamilan kurang dari 12 minggu, atas
pertimbangan / indikasi kesehatan wanita dimana bila kehamilan itu dilanjutkan akan
membahayakan dirinya, misalnya pada wanita dengan penyakit jantung, hipertensi, penyakit
ginjal, dll. Dapat juga dilakukan atas pertimbangan / indikasi kelainan janin yang berat.
BAGAIMANA PENANGANAN TERHADAP ANCAMAN ABORTUS?
Dokter sering menganjurkan tirah baring dan pemberian progesteron pada wanita hamil yang
mengalami ancaman abortus tetapi bukti ilmiah untuk manajemen ini masih jarang.
TIRAH BARING
Meskipun tidak ada bukti pasti bahwa tirah baring dapat mempengaruhi kehamilan, istirahat
dari aktivitas selama beberapa hari dapat membantu wanita merasa aman, juga memberikan
efek psikologis.
PROGESTERON
Progesteron diberikan pada 13 – 40% wanita dengan ancaman abortus. Progesteron
merupakan produk utama dari corpus luteum (bagian dari indung telur) dan pemberian
prostagen diharapkan dapat membantu corpus luteum dalam memproduksi progesteron dan
menginduksi relaksasi rahim yang sedang mengalami kontraksi. Dalam sebuah studi kecil,
pemberian progesteron dapat mengurangi kram pada rahim secara subjektif lebih cepat
dibandingkan dengan tirah baring saja.
Pengertian Dan Macam-Macam Abortus (Keguguran) Serta Penyebabnya
Sering sekali wanita hamil mengalami abortus atau keguguran. Tapi banyak orang yang
belum mengetahui apa itu pengertian abortus/keguguran, macam-macam abortus/keguguran
dan penyebab abortus/keguguran.
Apa sih abortus/keguguran itu? Abortus/keguguran sendiri artinya suatu ancaman atau
pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan, dan sebagai batasan
digunakan kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat anak kurang dari 500 gram.
Abortus pun dibagi bagi lagi menjadi beberapa bagian, antara lain :
1. Abortus Komplet
Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari rahim pada kehamilan kurang dari 20 minggu.
2. Abortus Inkomplet
Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari rahim dan masih ada yang tertinggal.
3. Abortus Insipiens
Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks yang telah mendatar,
sedangkan hasil konsepsi masih berada lengkap di dalam rahim.
4. Abortus Iminens
Abortus tingkat permulaan, terjadi perdarahan per vaginam, sedangkan jalan lahir masih
tertutup dan hasil konsepsi masih baik di dalam rahim.
5. Missed Abortion
Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus terlah meninggal dalam kandungan sebelum
kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih dalam kandungan.
6. Abortus Habitualis
Abortus yang terjadi sebanyak tiga kali berturut turut atau lebih.
Banyak juga ya, namun jangan khawatir ibu ibu tidak harus bisa membedakan jenis jenis
abortus diatas. Tentu saja harus dilakukan pemeriksaan intensif agar bisa membedakan jenis
abortus diatas karena penangannnya pun berbeda beda. Ada yang memerlukan obat obatan,
istirahat atau malah kuretase. Untuk memeriksa pasien dengan abortus, dokter biasanya
menggunakan bantuan alat Dopler untuk mendeteksi denyut jantung janin dan atau USG
untuk menentukan secara langsung keadaan janin apakah masih hidup atau sudah meninggal.
Untuk menangani pasien abortus, ada beberapa langkah yang dibedakan menurut jenis
abortus yang dialami, antara lain :
1. Abortus Komplet
Tidak memerlukan penanganan penanganan khusus, hanya apabila menderita anemia ringan
perlu diberikan tablet besi dan dianjurkan supaya makan makanan yang mengandung banyak
protein, vitamin dan mineral.
2. Abortus Inkomplet
Bila disertai dengan syok akibat perdarahan maka pasien diinfus dan dilanjutkan transfusi
darah. Setelah syok teratasi, dilakukan kuretase, bila perlu pasien dianjurkan untuk rawat
inap.
3. Abortus Insipiens
Biasanya dilakukan tindakan kuretase bila umur kehamilan kurang dari 12 minggu yang
disertai dengan perdarahan.
4. Abortus Iminens
Istirahat baring, tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan karena cara ini
akan mengurangi rangsangan mekanis dan menambah aliran darah ke rahim. Ditambahkan
obat penenang bila pasien gelisah.
5. Missed Abortion
Dilakukan kuretase. Cuma kudu hati hati karena terkadang plasenta melekat erat pada rahim.
Terbukanya jalan lahir akibat abortus dan akibat dari tindakan kuretase tentu tidak terlepas
dari komplikasi. Komplikasi yang sering terjadi yaitu infeksi, perforasi/robekan/lubang pada
dinding rahim. Tapi bila dikerjakan sesuai prosedur dan pasien cepat tanggap akan keluhan
yang diderita maka kemungkinan terjadinya komplikasi dapat ditekan seminimal mungkin.
Setelah tahu tentang apa itu abortus, mulailah sekarang kita membahas, apa yang
menyebabkan terjadinya abortus. Abortus pada wanita hamil bisa terjadi karena beberapa
sebab diantaranya :
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi. Kelainan inilah yang paling umum
menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum umur kehamilan 8 minggu. Beberapa
faktor yang menyebabkan kelainan ini antara lain : kelainan kromoson/genetik,
lingkungan tempat menempelnya hasil pembuahan yang tidak bagus atau kurang
sempurna dan pengaruh zat zat yang berbahaya bagi janin seperti radiasi, obat obatan,
tembakau, alkohol dan infeksi virus.
2. Kelainan pada plasenta. Kelainan ini bisa berupa gangguan pembentukan pembuluh
darah pada plasenta yang disebabkan oleh karena penyakit darah tinggi yang
menahun.
3. Faktor ibu seperti penyakit penyakit khronis yang diderita oleh sang ibu seperti
radang paru paru, tifus, anemia berat, keracunan dan infeksi virus toxoplasma.
4. Kelainan yang terjadi pada organ kelamin ibu seperti gangguan pada mulut rahim,
kelainan bentuk rahim terutama rahim yang lengkungannya ke belakang (secara
umum rahim melengkung ke depan), mioma uteri, dan kelainan bawaan pada rahim.
Nah, itulah 4 hal yang paling sering menyebabkan keguguran atau abortus pada ibu hamil
sehingga untuk pencegahannya harus dilakukan pemeriksaan yang komprehensif atau
mendetail terhadap kelainan kelainan yang mungkin bisa menyebabkan terjadinya abortus.
Sumber : Buku Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal
etelah tahu tentang apa itu abortus, mulailah sekarang kita membahas, apa yang
menyebabkan terjadinya abortus. Abortus pada wanita hamil bisa terjadi karena beberapa
sebab diantaranya :
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi. Kelainan inilah yang paling umum
menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum umur kehamilan 8 minggu. Beberapa
faktor yang menyebabkan kelainan ini antara lain : kelainan kromoson/genetik,
lingkungan tempat menempelnya hasil pembuahan yang tidak bagus atau kurang
sempurna dan pengaruh zat zat yang berbahaya bagi janin seperti radiasi, obat obatan,
tembakau, alkohol dan infeksi virus.
2. Kelainan pada plasenta. Kelainan ini bisa berupa gangguan pembentukan pembuluh
darah pada plasenta yang disebabkan oleh karena penyakit darah tinggi yang
menahun.
3. Faktor ibu seperti penyakit penyakit khronis yang diderita oleh sang ibu seperti
radang paru paru, tifus, anemia berat, keracunan dan infeksi virus toxoplasma.
4. Kelainan yang terjadi pada organ kelamin ibu seperti gangguan pada mulut rahim,
kelainan bentuk rahim terutama rahim yang lengkungannya ke belakang (secara
umum rahim melengkung ke depan), mioma uteri, dan kelainan bawaan pada rahim.
Nah, itulah 4 hal yang paling sering menyebabkan keguguran atau abortus pada ibu hamil
sehingga untuk pencegahannya kudu dilakukan pemeriksaan yang komprehensip atau
mendetail terhadap kelainan kelainan yang mungkin bisa menyebabkan terjadinya abortus.
ekanbaru(infobidannia) Macam-macam Abortus adalah:
1. Abortus spontan
2. Abortus yang disengaja
3. Abortus tidak aman
4. Abortus septik
Abortus spontan adalah penghentian kehamilan sebelum janin mencapai viabilitas (usia
kehamilan 22 minggu). Tahapan abortus spontan meliputi :
1. Abortus imminens (kehamilan dapat berlanjut).
2. Abortus insipiens (kehamilan tidak akan berlanjut dan akan berkembang menjadi
abortus inkomplit atau abortus komplit).
3. Abortus inkomplit (sebagian hasil konsepsi telah dikeluarkan).
4. Abortus komplit (seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan).
Abortus yang disengaja adalah suatu proses dihentikannya kehamilan sebelum janin
mencapai viabilitas.
Abortus tidak aman adalah suatu prosedur yang dilakukan oleh orang yang tidak
berpengalaman atau dalam lingkungan yang tidak memenuhi standar medis minimal atau
keduanya.
Abortus septik adalah abortus yang mengalami komplikasi berupa infeksi-sepsis dapat
berasal dari infeksi jika organisme penyebab naik dari saluran kemih bawah setelah abortus
spontan atau abortus tidak aman. Sepsis cenderung akan terjadi jika terdapat sisa hasil
konsepsi atau terjadi penundaan dalam pengeluaran hasil konsepsi. Sepsis merupakan
komplikasi yang sering terjadi pada abortus tidak aman dengan menggunakan peralatan.
Penanganan
____________
Jika dicurigai suatu abortus tidak aman terjadi, periksalah adanya tanda-tanda infeksi atau
adanya perlukaan uterus, vagina dan usus, lakukan irigasi vagina untuk mengeluarkan
tumbuh-tumbuhan, obat-obat lokal atau bahan lainnya.
Penanganan abortus imminens :
1. Tidak perlu pengobatan khusus atau tirah baring total.
2. Jangan melakukan aktifitas fisik berlebihan atau hubungan seksual.
3. Jika perdarahan :
- Berhenti : lakukan asuhan antenatal seperti biasa, lakukan penilaian jika
perdarahan terjadi lagi.
- Terus berlangsung : nilai kondisi janin (uji kehamilan atau USG). Lakukan
konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain. Perdarahan berlanjut,
khususnya jika ditemukan uterus yang lebih besar dari yang diharapkan,
mungkin menunjukkan kehamilan ganda atau mola.
4. Tidak perlu terapi hormonal (estrogen atau progestin) atau tokolitik (misalnya
salbutamol atau indometasin) karena obat-obat ini tidak dapat mencegah
abortus.
Penanganan abortus insipiens :
1. Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi
vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera lakukan :
- Berikan ergometrin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit bila
perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila
perlu).
- Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
2. Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :
- Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi.
- Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan intravena
(garam fisiologik atau larutan ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes per
menit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.
3. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
Penanganan abortus inkomplit :
1. Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang 16 minggu,
evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk
mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan
berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler atau misoprostol 400 mcg per
oral.
2. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang 16
minggu, evaluasi sisa hasil konsepsi dengan :
- Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih. Evakuasi
dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual
tidak tersedia.
- Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0,2 mg
intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg
per oral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu).
3. Jika kehamilan lebih 16 minggu :
- Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik
atau ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes per menit sampai terjadi
ekspulsi hasil konsepsi.
- Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam sampai
terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg).
- Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
4. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
Penanganan abortus komplit :
1. Tidak perlu evaluasi lagi.
2. Observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak.
3. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
4. Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600 mg per hari
selama 2 minggu. Jika anemia berat berikan transfusi darah.
5. Konseling asuhan pasca keguguran dan pemantauan lanjut.
Pemantauan Pasca Abortus
__________________________
Insidens abortus spontan kurang lebih 15% (1 dari 7 kehamilan) dari seluruh kehamilan.
Syarat-syarat memulai metode kontrasepsi dalam waktu 7 hari pada kehamilan yang tidak
diinginkan :
1. Tidak terdapat komplikasi berat yang membutuhkan penanganan lebih lanjut.
2. Ibu menerima konseling dan bantuan secukupnya dalam memilih metode
kontrasepsi yang paling sesuai.
Metode kontrasepsi pasca abortus :
1. Kondom
- Waktu aplikasinya segera.
- Efektivitasnya tergantung dari tingkat kedisiplinan klien.
- Dapat mencegah penyakit menular seksual.
2. Pil kontrasepsi
- Waktu aplikasinya segera.
- Cukup efektif tetapi perlu ketaatan klien untuk minum pil secara teratur.
3. Suntikan
- Waktu aplikasinya segera.
- Konseling untuk pilihan hormon tunggal atau kombinasi.
4. Implan
- Waktu aplikasinya segera.
- Jika pasangan tersebut mempunyai 1 anak atau lebih dan ingin kontrasepsi
jangka panjang.
5. Alat kontrasepsi dalam rahim
- Waktu aplikasinya segera dan setelah kondisi pasien pulih kembali.
- Tunda insersi jika hemoglobin kurang 7 gr/dl (anemia) atau jika dicurigai
adanya infeksi.
6. Tubektomi
- Waktu aplikasinya segera.
- Untuk pasangan yang ingin menghentikan fertilitas.
- Jika dicurigai adanya infeksi, tunda prosedur sampai keadaan jelas. Jika
hemoglobin kurang 7 gram/dl, tunda sampai anemia telah diperbaiki.
- Sediakan metode alternatif (seperti kondom).
Beberapa wanita mungkin membutuhkan :
1. Jika klien pernah diimunisasi, berikan booster tetanus toksoid 0,5 ml atau jika
dinding vagina atau kanalis servikalis tampak luka terkontaminasi.
2. Jika riwayat imunisasi tidak jelas, berikan serum anti tetanus 1500 unit
intramuskuler diikuti dengan tetanus toksoid 0,5 ml setelah 4 minggu.
3. Penatalaksanaan untuk penyakit menular seksual.
4. Penapisan kanker serviks.
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. The
Word Health mendefinisikan abortus adalah suatu ekspulsi atau ekstraksi dari sebuah embryo
atau fetus dengan berat 500 gram atau kurang, usia kehamilan kurang dari 20 minggu1.
Etiologi
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu.
1. Faktor janin
a. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin atau cacat. Faktor-
faktor yang dapat menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan ialah sebagai berikut :
a) Perkembangan zigot yang abnormal
Hertig dan Sheldon (1943) menjumpai ovum patologis (blighted) yang separuh mudigah
mengalami degenerasi atau tidak sama sekali dalam suatu analisa terhadap 100 abortus
spontan. Poland dkk. (1981) menemukan disororganisasi morfologis pertumbuhan pada 40%
abortus spontan sebelum minggu ke 20. Dari mudigah-mudigah yang menjalani pemeriksaan
biakan jaringan dan analisis kromosom, 60% memperlihatkan kelainan kromosom.
b) Abortus aneuploidi
Seperempat dari kelainan kromosom dapat disebabkan oleh karena kelainan gametogenesis
ibu dan 5 % oleh kesalahan ayah, hal ini dilaporkan oleh Jacobs dan Hasold (1980), antara
lain:
Ø Trisomi autosom
Merupakan kelainan kromosom yang paling sering di jumpai pada trimester pertama.
Ø Monosomi
Kelainan kromosom yang memungkinkan lahirnya bayi perempuan hidup (sindrom turner)
Ø Kelainan struktural kromosom
Jarang menyebabkan abortus dan baru teridentifikasi setelah diketemukan teknik pemitaan.
Sebagian dari bayi ini lahir hidup dan mungkin normal.
c) Abortus Euploid
Tiga perempat dari abortus aneuploidi terjadi sebelum minggu ke-8, sedangkan abortus
euploidi memuncak pada usia gestasi 13 minggu (Kaji dkk. 1980)2.
2. Faktor Ibu
a. lnfeksi
Temmeran, dkk (1992) melaporkan bahwa abortus spontan secara independen berkaitan
dengan antibodi virus imunodefisiensi manusia 1 (HIV – 1) dalam darah ibu, seroreaktifitas
sifilis pada ibu, kolonisasi vagina ibu oleh streptokokus group B.
Bakteri, virus, atau plasmodium masuk melalui plasenta ke janin, sehingga dapat
menyebabkan kematian janin.
b. Kelainan endokrin
v Hipotiroidisme
v Diabetes Melitus
v Defisiensi Progesteron
c. Faktor lingkungan dan pemakaian obat
v Radiasi
v Toksin lingkungan
v Kontrasepsi
v Tembakau / rokok
v Alkohol
v Kafein
d. Nutrisi
e. Faktor imunologis
f. Trombofilia herediter
g. Gamet yang menua
h. Laparatomi
i. Trauma fisik
j. Cacat uterus
3. Faktor plasenta
Endartiritis dapat terjadi dalam villi koriales dan menyebabkan oksigenisasi plasenta
terganggu, sehingga dapat menggangu pertumbuhan dan kematian janin3.
Patofisiologi
Abortus biasanya disertai dengan perdarahan di dalam desidua basalis dan perubahan
nekrotik dalam jaringan-jaringan yang berdekatan dengan tempat pendarahan. Ovum dapat
terlepas sebagian atau seluruhnya dan mungkin menjadi benda asing dalam uterus, sehingga
merangsang uterus berkontraksi dan mengakibatkan pengeluaran janin. Pada kehamilan
kurang dari 8 minggu hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi korialis
belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan 8 minggu sampai 14 minggu
villi korialis menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan
sempurna yang dapat menyebabkan perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu ke atas
umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah adalah janin, disusul beberapa waktu
kemudian plasenta. Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniatur4.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Adakalanya kantong
amnion kosong atau tampak didalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas (blighted ovum)
mungkin juga janin telah mati lama (missed abortion)5.
Klasifikasi
Ada berbagai jenis abortus, yaitu
1. Menurut jenisnya :
v Abortus Spontan : abortus yang berlangsung tanpa tindakan
v Abortus buatan : pengakhiran produk kehamilan sebelum umur kehamilan 20
minggu akibat tindakan. Terbagi dua yaitu ;
- Abortus provokatus terapeutik : abortus buatan yang dilakukan atas tindakan medik
- Abortus provokatus kriminalis : abortus buatan yang dilakukan tanpa indikasi medik
2. Menurut derajatnya
v Abortus iminens : perdarahan yang berasal dari uterus pada usia kehamilan yang kurang
dari 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih didalam uterus dan tanpa adanya dilatasi
serviks
v Abortus insipien : perdarahan yang berasal dari uterus pada usia kehamilan, yang kurang
dari 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi
masih di uterus.
v Abortus inkompletus : pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada usia kehamilan sebelum
20 minggu dengan masih ada sisa yang tertinggal di uterus.
v Missed abortion : kematian janin sebelum usia 20 minggu tetapi tidak dikeluarkan selama
8 minggu atau lebih.
3. Abortus irfeksiosus
Abortus yang disertai infeksi pada genital
4. Abortus septik
Abortus infeksiosus berat yang disertai penyebaran kuman atau toksin kedalam peredaran
darah atau peritoneum.
5. Abortus habitualis
Abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-turut5.
Diagnosis
Abortus harus diduga bila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh adanya
perdarahan pervaginam setelah mengalami haid terlambat, sering pula terdapat rasa mules.
Kecurigaan tersebut diperkuat dengan ditentukannya kehamilan muda pada pemeriksaan
bimanual dan dengan tes kehamilan secara biologic atau imunologik bilamana hal itu
dikerjakan. Harus dipertimbangkan juga macam dan banyaknya perdarahan, pembukaan
serviks, dan adanya jaringan dalam kavum uteri atau vagina6.
Komplikasi
1. Perdarahan
Kematian penderita terjadi karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak
diberikan pada waktunya. Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa
hasil konsepsi dan jika perlu pemberian tranfusi darah.
2. Perforasi
Sering terjadi sewaktu dilatasi dan kuretase dilakukan oleh tenaga yang tidak ahli.
3. Infeksi
Infeksi sering terjadi pada abortus buatan yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan
anti sepsis.
4. Syok
Syok dapat terjadi karena perdarahan dan karena adanya infeksi berat5.
Penanganan
Penanganan pada abortus iminen adalah sebagai berikut:
1. Istirahat total sampai 2-3 hari bebas perdarahan. Istirahat atau tidur berbaring dapat
menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanik.
2. Jangan melakukan aktifitas fisik yang berlebihan atau berhubungan seksual.
3. Pemberian obat-obatan hormonal dan anti spasmodika diharapkan untuk mencegah
keluarnya fetus.
4. Pemeriksaan USG sangat penting dilakukan untuk menilai kondisi janin atau apakah
janin masih hidup3.
Definisi Abortus Imminens
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau sebelum
kehamilan tersebut. Berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di
luar kandungan.
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan
(Mochtar Rustam, Sinopsis Obstetri. 1998 : 209).
Abortus imminens adalah terjadi perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman terhadap
kelangsungan suatu kehamilan. Dalam kondisi ini, kehamilan masih mungkin berlanjut dan
dipertahankan (Wiknjosastro dkk, 2002 : 147).
Abortus imminens adalah abortus ini baru mengancam dan masih ada harapan untuk
mempertahankannya (FK-UNPAD, 1984 : 8).
Partus Immaturus adalah pengeluaran buah kehamilan antara 28 minggu – 37 minggu atau
bayi dengan berat badan 1000 gr – 2500 gr.
Partus Maturus atau partus alferme adalah pengeluaran buah kehamilan antara 37 mg – 42 mg
atau bayi dengan berat badan 2500 gr atau lebih.
Partus Postmaturus atau partus serotinus adalah pengeluaran buah kehamilan setelah
kehamilan 42 minggu. (FK-UNPAD, 1984 : 222).
Etiologi
Faktor-faktor penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti tetapi terdapat
beberapa faktor sebagai berikut :
Kelainan Pertumbuhan Hasil Konsepsi
Faktor kromosom
Gangguan terjadi sejak semula pertemuan kromosom, termasuk kromosom.
Faktor lingkungan endometrium
Endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi hasil konsepsi: gizi ibu kurang
karena anemia atau terlalu pendek jarak kehamilan
Pengaruh Luar
Infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima hasil konsepsi. Hasil konsepsi
terpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan pertumbuhan hasil konsepsi terganggu.
Kelainan pada Plasenta
Kita jumpai pada ibu yang menderita poenyakit nefritis, hypertensi, tosemia, gravidarum,
anomali plasenta.
Penyakit Ibu
Penyakit infeksi seperti pneumonia, tifus abnoinalis, malaria, sifilis
Anemia Ibu
Penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati, penyakit diabetes
melitus.
Keracunan nikotin, gas racun, alkohol dll.
Kelainan Traktus Genetalis
Retroversio uteri, miomata uteri, atau kelainan bawaan uterus dapat menyebabkan abortus
Antagenesis Reshus
Pada antagonis rhesus darah ibu yang melalui plasenta merusak darah fetus, sehingga terjadi
anemia pada fetus yang berakibat meninggalnya fetus.
Penyakit bapak
Umur lanjut, penyakit kronis seperti : TBC, anemi, dekompensasi, kordis, mainutrisi, netritis,
sufilis, keracunan, sinar rontgen dan avitaminosis.
(Mochtar, Rustam, Sinopsis Obstetri, 1998 : 209).
III. Klasifikasi
Abortus dapat dibagi atas dua golongan :
Abortus Spontan
Abortus yang terjadi tidak diketahui faktor-faktor mekanis ataupun medisinalis, semata-mata
disebabkan oleh faktor-faktor alamiah.
Contoh : Abortus kompletus, Abortus inkompletus, Abortus insipiens,
Abortus imminens, missed abortion, Abortus hubitualis, Abortus
infeksiosus, Abortus septi
Abortus Provakotus (inducet obortion)
Abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat. Abortus ini
terbagi lagi menjadi :
a) Abortus Medisinalis (abortus trhapeuticd)
Abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat
membahayakan jiwa ibu.
b) Abortus Kriminalis
Abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan
indikasi medis.
(Mochtar Rustam, Sinopsis Obstetri, 1998 : 211).
IV. Gejala Klinis
1. Terdapat keterlambatan datang bulan.
2. Terdapat perdarahan, disertai perut sakit.
3. Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan da terjadi
kontraksi otot rahim.
4. Hasil pemeriksaan dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, kanalis
servikalis masih tertutup, dapat dirasakan kontrasi otot rahim.
5. Hasil pemeriksaan tes hamil masih positif
1. Penanganan Abortus Imminens
1. Istirahat – baring, tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan,
karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan
berkurangnya rangsang mekanik.
2. Anjuran untuk tidak melakukan aktifitas fisik secara berlebihan atau
melakukan hubungan seksual.
3. Pemeriksaan USG penting dilakukan untuk menentukan apakah janin masih
hidup.
(Wiknjosastro dkk, 2002 : 305)
Pengertian
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa gestasi belum
mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500gr (Derek liewollyn&Jones, 2002).
Terdapat beberapa macam kelainan dalam kehamilan dalam hal ini adalah abortus yaitu
abortus spontan, abortus buatan, dan terapeutik. Abortus spontan terjadi karena kualitas sel
telur dan sel sperma yang kurang baik untuk berkembang menjadi sebuah janin. Abortus
buatan merupakan pengakhiran kehamilan dengan disengaja sebelum usia kandungan 28
minggu.Pengguguran kandungan buatan karena indikasi medik disebut abortus terapeutik
(Prawirohardjo, S, 2002). Menariknya pembahasan tentang abortus dikarenakan pemahaman
di kalangan masyarakat masih merupakan suatu tindakan yang masih dipandang sebelah
mata. Oleh karena itu, pandangan yang ada di dalam masyarakat tidak boleh sama dengan
pandangan yang dimiliki oleh tenaga kesehatan, dalam hal ini adalah perawat setelah
membaca pokok bahasan ini.
Angka kejadian abortus diperkirakan frekuensi dari abortus spontan berkisar 10-15%.
Frekuensi ini dapat mencapai angka 50% jika diperhitungkan banyak wanita mengalami
kehamilan dengan usia sangat dini, terlambatnya menarche selama beberapa hari, sehingga
seorang wanita tidak mengetahui kehamilannya. Di Indonesia, diperkirakan ada 5 juta
kehamilan per-tahun, dengan demikian setiap tahun terdapat 500.000-750.000 janin yang
mengalami abortus spontan.
Abortus terjadi pada usisa kehamilan kurang dari 8 minggu, janin dikeluarkan seluruhnya
karena villi koriales belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan 8–14
minggu villi koriales menembus desidua secara mendalam, plasenta tidak dilepaskan
sempurna sehingga banyak perdarahan. Pada kehamilan diatas 14 minggu, setelah ketubah
pecah janin yang telah mati akan dikeluarkan dalam bentuk kantong amnion kosong dan
kemudian plasenta (Prawirohardjo, S, 2002).
Peran perawat dalam penanganan abortus dan mencegah terjadinya abortus adalah dengan
memberikan asuhan keperawatan yang tepat. Asuhan keperawatan yang tepat untuk klien
harus dilakukan untuk meminimalisir terjadinya komplikasi serius yang dapat terjadi seiring
dengan kejadian abortus.
Klasifikasi
1. Abortus spontanea (abortus yang berlangsung tanpa tindakan)
Yaitu:
Abortus imminens : Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya
dilatasi serviks.
Abortus insipiens : Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih
dalam uterus.
Abortus inkompletus : Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum
20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
Abortus kompletus : Semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.
2. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat)
Yaitu:
Menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya
dianggap bayi belum dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan belum
mencapai umur 28 minggu, atau berat badanbayi belum 1000 gram, walaupun
terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram dapat terus hidup.
Etiologi
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab yaitu :
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan
sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah :
a. Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma X
b. Lingkungan sekitar tempat impaltasi kurang sempurna
c. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan temabakau dan alcohol
2. Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun
3. Faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis.
4. Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester kedua),
retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.
Penyebab dari segi Maternal
Penyebab secara umum:
Infeksi akut
1. virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis.
2. Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.
3. Parasit, misalnya malaria.
Infeksi kronis
1. Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.
2. Tuberkulosis paru aktif.
3. Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.
4. Penyakit kronis, misalnya :
1. hipertensi
2. nephritis
3. diabetes
4. anemia berat
5. penyakit jantung
6. toxemia gravidarum
5. Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dll.
6. Trauma fisik.
Penyebab yang bersifat lokal:
1. Fibroid, inkompetensia serviks.
2. Radang pelvis kronis, endometrtis.
3. Retroversi kronis.
4. Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga menyebabkan
hiperemia dan abortus
Penyebab dari segi Janin
Kematian janin akibat kelainan bawaan.
Mola hidatidosa .
Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan degenerasi.
Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis jaringan sekitar
yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus.
Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua secara dalam
jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu,
penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan
banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu
daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong amnion atau
benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum),janin lahir mati, janin masih hidup,
mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.
Manifestasi Klinis
1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
2. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan
darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan
normal atau meningkat
3. Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi
4. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat
kontraksi uterus
5. Pemeriksaan ginekologi :
a. Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi,
tercium bau busuk dari vulva
b.Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah
tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau
jaringan berbau busuk dari ostium.
c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak
jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia
kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan
adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.
Komplikasi
1. Perdarahan, perforasi, syok dan infeksi
2. Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan
pembekuan darah
Pemeriksaan Penunjang
1. Tes Kehamilan
Positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus
2. Pemeriksaaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
3. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion
Diagnosa Banding
Kehamilan etopik terganggu, mola hidatidosa, kemamilan dengan kelainan serviks. Abortion
imiteins perlu dibedakan dengan perdarahan implantasi yang biasanya sedikit, berwarna
merah, cepat terhenti, dan tidak disertai mules-mules.
Penatalaksanaan
Abortus dapat dibagi dalam 2 golongan, yaitu :
v Abortus spontaneus
Yaitu abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau medisinalis,
tetapi karena faktor alamiah. Aspek klinis abortus spontaneus meliputi :
1. Abortus Imminens
Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan
tanpa adanya dilatasi serviks. Diagnosis abortus imminens ditentukan apabila
terjadi perdarahan pervaginam pada paruh pertama kehamilan. Yang pertama
kali muncul biasanya adalah perdarahan, dari beberapa jam sampai beberapa
hari kemudian terjadi nyeri kram perut. Nyeri abortus mungkin terasa di
anterior dan jelas bersifat ritmis, nyeri dapat berupa nyeri punggung bawah
yang menetap disertai perasaan tertekan di panggul, atau rasa tidak nyaman
atau nyeri tumpul di garis tengah suprapubis. Kadang-kadang terjadi
perdarahan ringan selama beberapa minggu. Dalam hal ini perlu diputuskan
apakah kehamilan dapat dilanjutkan.
Sonografi vagina,pemeriksaan kuantitatif serial kadar gonadotropin korionik
(hCG) serum, dan kadar progesteron serum, yang diperiksa tersendiri atau
dalam berbagai kombinasi, untuk memastikan apakah terdapat janin hidup
intrauterus. Dapat juga digunakan tekhnik pencitraan colour and pulsed
Doppler flow per vaginam dalam mengidentifikasi gestasi intrauterus hidup.
Setelah konseptus meninggal, uterus harus dikosongkan. Semua jaringan yang
keluar harus diperiksa untuk menentukan apakah abortusnya telah lengkap.
Kecuali apabila janin dan plasenta dapat didentifikasi secara pasti, mungkin
diperlukan kuretase. Ulhasonografi abdomen atau probe vagina Dapat
membantu dalam proses pengambilan keputusan ini. Apabila di dalam rongga
uterus terdapat jaringan dalam jumlah signifikan, maka dianjurkan dilakukan
kuretase.
Penanganan abortus imminens meliputi :
ü Istirahat baring. Tidur
Istirahat baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam
pengobatan, karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah
ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanik.
ü Terapi hormon progesteron intramuskular atau dengan berbagai zat
progestasional sintetik peroral atau secara intramuskular.Walaupun
bukti efektivitasnya tidak diketahui secara pasti.
ü Pemeriksaan ultrasonografi untuk menentukan apaka}r janin masih
hidup.
2. Abortus Insipiens
Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum
20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat tetapi hasil
konsepsi masih dalam uterus. Dalam hal ini rasa mules menjadi lebih sering
dan kual perdarahan bertambah. Pengeluaran hasil konsepsi dapat
dilaksanakan dengan kuret vakum atau dengan cunam ovum, disusul dengan
kerokan.
Penanganan Abortus Insipiens meliputi :
1) Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan
aspirasi vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera lakukan:
ü Berikan ergomefiin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah
15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat
diulang sesudah 4 jam bila perlu).
ü Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari
uterus.
2) Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :
ü Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa
hasil konsepsi.
ü Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan
intravena (garam fisiologik atau larutan ringer laktat dengan
kecepatan 40 tetes permenit untuk membantu ekspulsi hasil
konsepsi.
3) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan
3. Abortus lnkompletus
Abortus Inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
Apabila plasenta (seluruhnya atau sebagian) tertahan di uterus, cepat atau
lambat akan terjadi perdarahan yang merupakan tanda utama abortus
inkompletus. Pada abortus yang lebih lanjut, perdarahan kadang-kadang
sedemikian masif sehingga menyebabkan hipovolemia berat.
Penanganan abortus inkomplit :
1) Jika perdarahant idak seberapab anyak dan kehamilan kurang 16
minggu, evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam
ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui
serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg
intramuskulera taum iso prostol4 00 mcg per oral.
2) Jika perdarahanb anyak atau terus berlangsungd an usia kehamilan
kurang 16 minggu, evaluasi hasil konsepsi dengan :
ü Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang
terpilih. Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya
dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia.
ü Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera beri ergometrin 0,2
mg intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau
misoprostol 400 mcg peroral (dapat diulang setelah 4 jam bila
perlu).
3) Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:
ü Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena
(garam fisiologik atau ringer laktat) dengan k ecepatan 40
tetes permenit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi
ü Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4
jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800
mcg)
ü Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
4) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
4. Abortus Kompletus
Pada abortus kompletus semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada
penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan
uterus sudah banyak mengecil. Diagnosis dapat dipermudah apabila hasil
konsepsi dapat diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar
dengan lengkap.
Penderita dengan abortus kompletus tidak memerlukan pengobatan khusus,
hanya apabila penderita anemia perlu diberikan tablet sulfas ferrosus 600 mg
perhari atau jika anemia berat maka perlu diberikan transfusi darah.
5. Abortus Servikalis
Pada abortus servikalis keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh
ostium uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga semuanya terkumpul
dalam kanalis servikalis dan serviks uteri menjadi besar, kurang lebih bundar,
dengan dinding menipis. Padap emeriksaand itemukan serviks membesar dan
di atas ostium uteri eksternum teraba jaringan. Terapi terdiri atas dilatasi
serviks dengan busi Hegar dan kerokan untuk mengeluarkan hasil konsepsi
dari kanalis servikalis.
6. Missed Abortion
Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi
janin yang telah mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.
Etiologi missed abortion tidak diketahui, tetapi diduga pengaruh hormone
progesterone. Pemakaian Hormone progesterone pada abortus imminens
mungkin juga dapat menyebabkan missed abortion.
Diagnosis
Missed abortion biasanya didahului oleh tanda-tanda abortus imminens yang
kemudian menghilang secara spontan atau setelah pengobatan. Gejala
subyektif kehamilan menghilang, mamma agak mengendor lagi, uterus tidak
membesar lagi malah mengecil, tes kehamilan menjadi negatif. Dengan
ultrasonografi dapat ditentukan segera apakah janin sudah mati dan besamya
sesuai dengan usia kehamilan. Perlu diketahui pula bahwa missed abortion
kadang-kadang disertai oleh gangguan pembekuan darah karena
hipofibrinogenemia, sehingga pemeriksaan ke arah ini perlu dilakukan.
Penanganan
Setelah diagnosis missed abortion dibuat, timbul pertanyaan apakah hasil
konsepsi perlu segera dikeluarkan. Tindakan pengeluaran itu tergantung dari
berbagai faktor, seperti apakah kadar fibrinogen dalam darah sudatr mulai
turun. Hipofibrinogenemia dapat terjadi apabila janin yang mati lebih dari I
bulan tidak dikeluarkan. Selain itu faktor mental penderita perlu diperhatikan
karena tidak jarang wanita yang bersangkutan merasa gelisah, mengetahui ia
mengandung janin yang telah mati, dan ingin supaya janin secepatnya
dikeluarkan.
6. Abortus Habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut turut.
Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, tetapi kehamilannya berakhir
sebelum 28 minggu.
PENEGAKAN DIAGNOSIS ABORTUS INKOMPLETUS
Dibuat oleh: Ismy Dianty,Modifikasi terakhir pada Tue 17 of Jan, 2012 [19:01]
ABSTRAK
Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup di luar kandungan. Sampai saat ini janin terkecil yang dilaporkan dapat hidup di
luar kandungan, mempunyai berat badan 297 gram waktu lahir. Akan tetapi jarangnya janin
dilahirkan dengan berat badan di bawah 500 gram dapat terus hidup, maka abortus ditentukan
sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai 500 gram atau kurang dari 20
minggu. Abortus dapat dibagi menjadi abortus spontan dan abortus provokatus.
Insiden aborsi dipengaruhi oleh umur ibu dan riwayat obstetrinya seperti kehamilan
normal sebelumnya, riwayat abortus spontan dan kelahiran anak yang memiliki kelainan
genetic. Frekuensi abortus diperkirakan sekitar 10-15% dari semua kehamilan.
KATA KUNCI : Abortus, Abortus Inkompletus
KASUS
Seorang G2P1A0 usia 31 tahun datang dari IGD dengan keluhan utama mengalami
perdarahan pervaginam sejak malam sebelum masuk Rumah Sakit, darah berwarna merah
kecoklatan, darah seperti menstruasi, mrongkol-mrongkol (+), nyeri perut (+) mulas sedikit.
Awalnya 1 minggu SMRS mengalami flek-flek berwarna kecoklatan, badan terasa lemas.
Riwayat ANC teratur di bidan, tidak ada penyakit yang diderita pasien, tidak ada riwayat
keluarga yang sama, riwayat kontrasepsi menggunakan suntik KB dan berganti menggunakan
pil KB, riwayat menstruasi HPMT 27-03-2011, HPL 01-01-2012, UK 13-1 minggu, riwayat
coitus (-).
Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sedang, compos mentis, dengan vital sign
TD 130/ 80 mmHg, HR 84 x/ menit, RR 20 x/ menit, T 36.8 o C. Pemeriksaan kepala, leher,
thorak dan ekstremitas dalam batas normal. Status obstetri pada pemeriksaan abdomen
didapatkan inspeksi tampak uterus gravidarum sesuai dengan umur kehamilan, tidak tampak
striae gravidarum, palpasi abdomen supel, nyeri tekan (-), massa tumor (-), perkusi timpani,
auskultasi peristaltic (+), DJJ tidak dapat dinilai, pemeriksaaan dalam didapatkan vulva uretra
tenang, dinding vagina licin, serviks terbuka 1 jari, teraba jaringan, STLD (+). Pemeriksaan
laboratorium darah lengkap dalam batas normal, USG tidak dilakukan.
DIAGNOSIS
Abortus Inkompletus
TERAPI
Tindakan yang dilakukan adalah kuretase
Intruksi post kuretase :
- Awasi keadaan umum dan vital sign
- Awasi perdarahan
- Amoxicillin 3x500mg
- Asam Mefenamat 3x500mg
- Sulfas Ferrosus 2x1
DISKUSI
Abortus merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan. Batasan yang digunakan adalah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat
janin kurang dari 500 gram
Hal-hal yang dapat menyebabkan abortus dapat dibagi sebagai berikut:
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi (Kelainan kromosom, Lingkungan kurang
sempurna, Pengaruh dari luar : radiasi, virus, obat-obatan)
2. Kelainan pada plasenta misalnya endarteritis vili korioalis karena hipertensi menahun.
3. Penyakit ibu misalnya pada pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria, anemia
berat, keracunan, peritonitis, toksoplasmosis, sifilis, tuberculosis, diabetes mellitus, dan
penyakit sistemik berat.
4. Kelainan traktus genitalis
Pada awal abortus terjadilah perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti oleh
nekrosis jaringan disekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian
atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan
uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil
konsepsi itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karen villi khoriales belum menembus desidua
secara mendalam. Pada kehamilan antara 8 sampai 14 minggu villi khoriales menembus
desidua lebih dalam sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat
menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu keatas, umumnya yang
dikeluarkan setelah ketuban pecah adalah janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta.
Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan lengkap.
Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau seluruh bagian embrio
akibat adanya perdarahan minimal pada desidua. Kegagalan fungsi plasenta yang terjadi
akibat perdarahan subdesidua tersebut menyebabkan terjadinya kontraksi uterus dan
mengawali proses abortus Pada kehamilan kurang dari 8 minggu : Embrio rusak atau cacat
yang masih terbungkus dengan sebagian desidua dan villi chorialis cenderung dikeluarkan
secara in toto , meskipun sebagian dari hasil konsepsi masih tertahan dalam cavum uteri atau
di canalis servicalis. Perdarahan pervaginam terjadi saat proses pengeluaran hasil konsepsi.
Pada kehamilan 8 – 14 minggu: Mekanisme diatas juga terjadi atau diawali dengan pecahnya
selaput ketuban lebih dulu dan diikuti dengan pengeluaran janin yang cacat namun plasenta
masih tertinggal dalam cavum uteri. Plasenta mungkin sudah berada dalam kanalis servikalis
atau masih melekat pada dinding cavum uteri. Jenis ini sering menyebabkan perdarahan
pervaginam yang banyak. Pada kehamilan minggu ke 14 – 22: Janin biasanya sudah
dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya plasenta beberapa saat kemudian. Kadang-kadang
plasenta masih tertinggal dalam uterus sehingga menyebabkan gangguan kontraksi uterus dan
terjadi perdarahan pervaginam yang banyak. Perdarahan umumnya tidak terlalu banyak
namun rasa nyeri lebih menonjol. Dari penjelasan diatas jelas bahwa abortus ditandai dengan
adanya perdarahan uterus dan nyeri dengan intensitas beragam.
Klasifikasi Abortus :
1. Abortus Spontan
Abortus spontan adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului factor-faktor mekanis
maupun medialis, semata-mata disebabkan oleh factor-faktor alamiah. Biasanya disebabkan
karena kurangnya kualitasnsel telur dan sperma.
a. Abortus Imminens (Threaned Abortion) : Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus
pada kehamilan <20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus dan tanpa ada
dilatasi serviks. b. Abortus Insipiens (Invitable) : Merupakan suatu abortus yang sedang
berlangsung, ditandai dengan perdarahan pervaginam <20 minggu dengan adanya pembukaan
serviks, namun tanpa pengeluaran hasil konsepsi.
c. Abortus Komplit : Seluruh hasil konsepsi dikeluarkan (desidua dan fetus), sehingga
rongga rahim kosong.
d. Abortus Inkomplit
Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari cavum uteri. Pda kehamilan >10 minggu, keluar
janin dan plasenta tidak terjadi secara berrsamaan dan sebagian juga masih tertahan di uterus.
Abortus inkomplit biasanya disertai rasa nyeri akibat kontraksi uterus dalam usaha untuk
mengeluarkan hasil konsepsi. Perdarahan umumnya persisten dan seringkali banyak.
Gambaran klinis :
· Nyeri mulai dari ringan dan intermitten, tetapi secara bertahap menjadi lebih hebat.
· Perdarahan pervaginam merupakan gejala yang paling khas dimana jumlah perdarahan
cenderung lebih banyak daripada haid biasa bahkan cukup untuk menyebabkan syok
hipovolemik. Selama jaringan plasenta tetap melekat sebagian pada dinding uterus, maka
kontraksi miometrium terganggu, pembuluh darah didalam segmen yang terbuka pada tempat
menempelnya plasenta berdarah hebat. Pasien dapat mengeluarkan banyak bekuan darah atau
janin yang dpat dikenal atau jaringan plasenta.
· Biasanya pasien telah melewatkan 2 siklus haid, karena abortus inkompletus cenderung
terjadi kira-kira 10 minggu setelah mulainya siklus haid terakhir.
· Inspekulo : sering vagina banyak mengandung bekuan darah dan serviks tampak
mendatar dan dilatasi, jaringan plasenta dapat terlihat di ostium uteri dan vagina.
· Diagnosis ditegakkan dengan terlihatnya jaringan plasenta atau janin.
Penatalaksanaan : Hasil konsepsi yang dikeluarkan atau perdarahan menjadi berlebih
maka evakuasi uterus segera diindikasikan untuk meminimalkan perdarahan dan resiko
terjadinya infeksi.
e. Abortus Habitualis : Abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih secara berturut-
turut.
f. Missed Abortus : Kematian janin pada usia <20 minggu dan tidak dikeluarkan hingga 8
minggu lebih.
g. Abortus Infeksious / septic : Abortus yang disertai infeksi pada genitalia, diagnosis
ditegakkan dengan adanya tanda infeksi pada genitalia seperti panas, takikardi, perdarahan
pervaginam yang bau, uterus besar dan lembek, nyeri tekan dan leukositosis.
2. Abortus Provokatus
Abortus provokatus adalah pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu akibat tindakan
baik menggunakan alat maupun obat-obatan. Ada 2 macam : kriminalis dan teraupetik.
Penegakkan Diagnosis :
1. Anamnesa
· Terlambat haid atau amenorea kurang dari 20 minggu
· Perdarahan pervaginam dengan sebagian jaringan keluar atau tidak
· Rasa mulas atau keram perut di daerah simfisis, sering disertai nyeri pinggang akibat
kontraksi uterus.
2. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun,
denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.
3. Pemeriksaan Ginekologi
a. Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam ada/ tidak, sisa jaringan hasil konsepsi ada/
tidak, tercium/ tidak bau busuk dari vulva.
b. Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup, ada/
tidaknya jaringan keluar dari ostium, ada/ tidak cairan atau jaringan berbau busuk OUE.
c. Vaginal Touche : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan
dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat
porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa.
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus.
Penurunan level plasma yang rendah dari B-hCG adalah prediktif terjadinya kehamilan
abnormak (blighted ovum, abortus spontan, atau kehamilan ektopik)
b. Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup, pada
abortus inkompletus kantung kehamilan umumnya pipih dan ireguler serta terlihat adanya
jaringan plasenta sebagai massa yang echogenik dalam kavum uteri.
KESIMPULAN
Abortus Inkompletus merupakan sebagian hasil konsepsi telah keluar dari cavum uteri.
Pada kehamilan >10 minggu, keluar janin dan plasenta tidak terjadi secara berrsamaan dan
sebagian juga masih tertahan di uterus. Abortus inkomplit biasanya disertai rasa nyeri akibat
kontraksi uterus dalam usaha untuk mengeluarkan hasil konsepsi. Perdarahan umumnya
persisten dan seringkali banyak.