abm
TRANSCRIPT
BAB2LANDASAN TEORI
2.1. Manajemen Berbasis Aktivitas
Manajemen Berbasis Aktivitas (M B A) adalah suatu manajemen un
meningkatkan operasi dan menghilangkan biaya-biaya yang tidak bernilai tam
(non-valueaddedcosts)denganmenggunakaninformasiperhitunganbiayaberbasisak:tiv
(Activity Based Costing). (Hilton, 1997, halaman 261). Tujuan utama dari Manajem
Berbasis Aktivitas adalah mengenali dan menghilangkan biaya-biaya dan aktivitas
tidak bemilai tambah.
Aktivitas yang tidak bernilai tambah atau non-value added activities adalah su
ak:tivitas atau kegiatan yang:
1. tidak perlu dan dapat dihilangkan; atau
2. perlu tetapi tidak efisien dan dapat dipeibaiki.
Biaya yang tidak bemilai tambah (non-value added costs) yang n:erupakan ak
dari aktivitas yang tidak bernilai tambah dapat diartikan sebagai biaya-biaya
akrtivitas yang dapat dihilangkan tanpa mengganggu kualitas barang, penampilan bar
maupun nilai dari barang tersebut
Manajemen Bernasis Aktivitas dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut (Hil,-" /
1997, halaman 262 dan 263):
I. Mengenali Aktivitas-aktivitas.
Langkah pertama ini adalah menganalisis ak-tivitas dengan mengenali se
aktivitas perusahaan yang penting. Daftaraktivitas yang dibuat ini hams dirinci sampa
tingkat praktis yang paling dasar .
Misalkan:Kegiatan pembelian sebaiknya dirinci ketingkat pmktisnya menjadi:
a. mendapatkan spesifikasi bamng;,
b. menyusun daftar penjual,
d. negosiasi,
e.
memesan, f
mengmm
II. Mengenali Aktivitas-aktivitas yang tidak bernilai tambah.
Ronald W Hilton menyatakan ada 3 (tiga) kriteria untuk menentukan apa
suatu aktivitas bernilai tambah atau tidak, sebagai berikut:
A. Apakah a!-.-tivitas itu diperlukan?
B. Apakah aktivitas itu telah dilakukan secara efisien?
C. Apakah aktivitas itu kadang-kadang bemilai tam bah dan kemudian
d menjadi tidak bernilai tambah?
Dalam suatu operasi produksi menurut Ronald W. Hilton (1997, halaman 2
terdapat 5 (lima) aktivitas, yaitu:
I. Proses;
2. Inspeksi;
3. Gerakan;
4. Tunggu;
5. Simpan.
Untuk dapat mengenali aktivitas-aktivitas yang tidak bernilai tambah maka p
diketahui Tata Letak Pabrik. Darit;ta letak pabrik akan terlihat al-"tivitas mana yang t
bemilai tambah misalnya aktivitas gerakan yang disebabkan tata letak pabrik yangt
baik dimana letak proses ke I dan proses selanjutnya (ke II) betjauhan,sehingga
terd gerakan memindahkan yang seharusnya tidak ada.
Menurut Everett E. Adam Jr dan Ronald J. Ebert ada 3 (tiga) tipe Tata Letak (1
halaman 253 s/d 255)
A. Process Layout, yaitu pengaturan suatu fusilitasdengan menggabungkan departe
departemen atau pekerjaan sesuai fungsinya.
B. Product Layout, yaitu pengaturan suatu fasilitasdimana peralatan atau pusat peket
C. Fixed Position Layout, yaitu pengaturan suatu fasilitas di mana barangnya te
pada suatu tempat.
D. Combination Layout, yaitu gabungan dari ketiga type tata letak di alas
Ciri-ciri Tata Letak tersebut diatas :
Aspek Product Process Fixed Position
- Produk Standard, Volume Aneka, Volume Volume
Besar, Output Stabil dan Output Bervariasi Rendah
- Arus kerja Straight Line Arus Bervariasi Hampir tidak ad
- Keahlian Rutin Khusus Sangat Fleksibe
- Karyawan Besar
Penolong
(support staff)
Tugas Sesuai Skedul Dijadwal &
Dikoordisikan
- Penanganan Dapat diatur
Material
- Persediaan Turnover Tinggi
- Pemanfaatan Efisien
Ruang
Rangkap
Turnover Rendah
Output Kecil
Tetapi WipBesar
Bervariasi
Variable
Output Kecil
-Modal Besar
-Biaya Fixed Cost Tinggi -
Umum
Fixed Cost Rendah
U!num
Fixed Cost Rend
III. Mengetahui Hubungan Dari Aktivitas-aktivitas Penyebab Dasamya dan j
Pemicunya.
Dalam mengenali aktivitas-aktivitas tidak bemilai tambah, penting un
diketahui bagaimana aktivitas-aktivitas tersebut dihubungkan satu sarna lain.
Contoh:Hubungan aktivitas-aktivitas.
'
I
ISpesifikasi
Produksi 4Komponen
\VMemilih2
I Penjual
lMenerima
3 Komponen
I
PemeriksaanBarangjadi
5
PerbaikanBarangjadi yang rusak
6
Gam bar I. Hubungan Aktivitas
Suatu hubungan aktivitas-aktivitas disebut sebagai suatu proses. Karena itu anal
aktivitas sering disebutjuga sebagai analisis nilai proses (Process Value AnalysisI P V
Dalam hubungan aktivitas-aktivitas tersebut diatas, aktivitas 6 "Perbaikan bar
jadi yang rusak"adalah aktivitas yang tidak bemilai tambah. Perbaikan dipacu deng
mengenali baran g rusak (pemacu) selama pemeriksaanlpengontrolan. Penyeba b Dasar
d barang rusak dapat terjadi disalah satu aktivitas dalam proses sebelumnya (I s'd5)
sep misalnya mungkin kerusakan itu teljadi sejak ab:tivitas awal (aktivitas I) yaitu se
melakukan penentuan spesifikasi barang atau mungkin salah dalam memilih penj
(aktivitas 2)sehingga komponen yang diterima salah atau mungkin kesalahan terjadi dal
aktivitas produksi (aktivitas 4).
IV Menetapkan Standard Ul< ;!rn Kinelja.
Dengan mengukur kinerja dari semua aktivitas dan membandingkan den
perusaharm yang terbaik maka perhatian pimpinan akan diarahkan ke aktivitas-ah.1:iv
yang tidak bemilai tambah atau yang tidak efisien.
V Melaporkan Biaya-biaya Yang Tidak Bemilai Tambah.
Biaya-biaya yang tidak bemilai tambah harus diungkapkan dalam laporan bi
dari aktivitas. Dengan mengenali aktivitas yang tidak bemilai tam bah dan melapor
biayanya maka pimpinan dapat menentukan suatu tindakan perbaikan dan menghilang
biaya yang tidak bemilai tambab itu. Untuk mengurangi biaya yang tidak bemilai tambah
I . Pengurangan Aktivitas.
Cara ini ialah mengurangi waktu dan sumber daya yang dipergunakan
aktivitas tersebut.
2. MenghilangkanAktivitas.
Hal ini hanyadapat dilakukan hila memangaktivitas tersebut benar-benarti
berguna
3. Memilih Akiivitas.
Hal ini dilakukan dengan memilih akiivitas yang paling efisien dari sejum
pilihan aktivitas.
4. Penggabungan Aktivitas.
Aktivitas yang tidak bemilai tambah tersebut digabung dengan aktiv
yang dapat digabungkan.
2.2. Perhitungan Biaya Berbasis Aktivitas (Activity Base
Costing)
Menurut Robin Cooper dan RobertS. Kapltln, (Young, 1997, halaman 70) sis
biayadari semua perusahaanyangmerekakunjungi menunjukkanbanyak persarnaan um
dan yang terpenting adalah persamaan dari pemakaian sistem dua langkabftaha
pengalokasian biaya sebagai berikut:
1. Langkah pertama: biaya-b[ ya dikumpulkan ke dalam pusat biaya ( Cost Pool
Cost Centers) dan,
2. Langkah kedua: biaya-biaya dialokasikan dari pusat biaya kepada barang.
Walaupun terdapatperbedaan dalam menentukan dasaralokasi untukmengumpul
biaya-biaya kedalam pusat biayadalam langkah pertama tetapi dalam langkah kedua
m perusahaan tersebut, memakai jam kelja (direct labor hours) untuk
mengalokasikan bi
tidak langsung (overhead) dari pusat biaya kepada barangnya. Prosedur ini cukup b
pada waktu lampau dimana tenaga kelja merupakan aktivitas utama yang bernilai tamb
Labor
Material
'fEOID.OOY
Overhead OVffiHFADOON-1RACFABIE
komputerisasisertaoptimasi,makaupahlangsung(directlaborhour)telahmenunmpemn
seperti yang digambarkan oleh Gary Cokin, Jack Helbling, Alan Stratton dalam
buku
Sistem Aktivity Based Costing (Juni 1996, halaman 4) sebagai berikut :
100%
UNSUR BIAYA
PRODUKSI
TAHAP-TAHAP EVOLUSI PROSES PRODUKSI
BIA AUMUM
1RADISIONAL SIMPUKASJ O'KMATISA51 Ka.!roJERISASI OPTIMASIPROSES PROSES
PROOUKSI
Gambar 2. Evolusi Proses Produksi
Atau seperti yang digambarkan oleh Norm Raffish (Young, 1997, halaman 920
5%15%
50%55%
40%35%
1980 Year 2000
Gambar 3. Evolusi Unsur Biaya produksi
Seorang pekelja sering bekelja dalam pabrik yang memproduksi untuk bebe
macam barangyang berbeda karenanya sukar sekali menentukanjam kelja kepada
macam banmg tertentu. Beberapa perusahaan yang dikunjungi Robin Cooper dan
Ro S. Kaplan menyadari hal ini dan mulai memakai jam mesin (machine
hours)selain dari
kelja (labor hours) untuk mengalokasi biaya dari pusat biaya ke barang pada taha
ke ua dari proses pengalokasian. Sedang beberapa perusahaan khusunya y
menggunakan sistem Just In Time (JIT) atau proses produksi yang berkelm]utan
(Continu Flow Production Processes) menggunakan nilai harga bahan sebagai
dasar un mendistribusikan biaya dari pusat biaya kepada barang. Perpindahan dari
jmn ketja kep jam mesin atau nilai harga bahan memang lebih baik bila hanya
menggunakan jam k saja. Tetapi ada banyak biaya yang berhubungan dengan
keragaman (Diversity)
kesukaran (Complexity) dari barang, bukan berkaitan dengan jumlah barang y
diproduksi.
Sistem perhitungan biaya tradisional berpusatkan pada barang dalam pro
perhitungan biaya produksi. Biaya barang ditelusuri dari pusat biaya karena masing-
mas barang itu yang dianggap telah menghabiskan biaya tersebut. Sebaliknya dalam
Sis ABC (Activity Based Costing), pusat dari proses biaya adalah ah.--tivitas. Biaya-
bi ditelusuri dari aktivitas-aktivitas kepada barang berdasarkan kebutuhan barang
terse selama proses produksi (Cooper, Summer !988, halaman 45)
Dasar pendistribusian yang dipakai dalam Sistem ABC adalah kegiatan aktivi
yang bisa mencakup jam set-up (hours of set-up time). Jadi bila dalam sistem
tradisio dasarpengalokasian biaya padalangkah kedua paling banyak 3 (tiga)
macam yaitu :j
kelja,jam mesin dan nilai harga b!!.han. Sedangkan dalam Sistem ABC diperguna,.'-,
bennacmn-macam yang sebenamya dasarpengalokasian (pemacu biaya/costdriver) y
antara lain bisa mencakup:jam set-up,jumlah order, atau jumlah pengapalan.
Dalam Sistem ABC, biaya produksi suatu barang adalah jumlah dari biaya-bi
semuaaktivitas yang dibutuhkan untuk memproduksi dan menyerahkan barangterse
Pusat biaya (Cost Pool or Cost Center) sesuai dengan saran dari Robin Coo
(Hilton, 1997, halaman 196+!97)terdiri dari:
I. UnitLevel
Kelompok aktivitas ini berlaku bagi masing-masing unit produksi.
Kelompok aktivitas ini dilaksanakan dalam setiap Lot(Bacth) bukan bagi mas
. masing unit produksi.
3. Product- Sustaining Level
Kelompokaktivitas yangdimaksudadalah aktivitas yang d!butuhkan untuk
menun keseluruban lini produkstetapi tidak selaludilaksanakan pada setiap
penggant Lot!Bacth.
4. Facility(orGeneml Opemtions)Level
Kelompok ah.-tivitas fasilitas ini di butuhkan agar seluruh proses produksi berja
lancar. Facility level disebut juga sebagai Corpomte Level. (Brandon & Drtina, 19
halaman 186)
Setelah pada tahapan langkah pertama, dikumpulkan biaya-biaya pada mas
masing pusat biaya, maka pada tahapan kedua menurut Sistem ABC, dicari pemacu
bi (Cost Driver). Suatu pemacu biaya (Cost Driver) adalah kekhususan dari suatu
aktiv yangmenycbabkan timbulnya biaya.
Contoh pusat biaya dengan pemacu biaya:(Hilton, 1997, halaman 219).
PusatBiaya
(Cost Pool)
Biaya Set-Up
Depresi Mesin
PemacuBiaya
(Cost Driver)
- Lot/Batch(Run)
- JamMesin(MachineHour)
Dengan didapatinyapemacu biayadari masing-masing pusat biaya makadicari tarif
pemacu biaya tersebut sebagai berikut: Misal diketahui Budgeted Overhead Cost=
3.894.000.000,- untuk barangMoedl1,Model2 danModel3dengan datasebagai beri
Tabell. ContohDataProduksi
Modell Model2 Model3
...;.Unit
10.000
1(10.000/Lot)
20.000
4(5000/Lot)
4.000
10(4000/Lo
Direct Material Rp. 50.000,- Rp. 90.000,- Rp. 20.000,
Direct Labor 3JamKetja 4Jamketja 2Jamketja
Set':.Up 10Jam/Lot 10Jam/Lot lOJam!Lot
Machine Time ljammesin 1,25 Jam mesin 2Jammesin
-
Pusat biaya yang ada adalah:
Cost Pool Cost Driver Budgeted Cost
1. Unit Level
1.1. Machinery JamMesin Rp. 1.212.600.000,-
2. Batch Level
2.1. Set-Up Lot Rp. 3.000.000,-
2.2. Receiving Inspection Lot Rp. 200.000.000,-
2.3. Material Handling Lot Rp. 600.000.000,-
2.4. Quality Assurance Lot Rp. 421.000.000,-
2.5. Packaging& Shipping Lot Rp. 250.000.000,-
3. Product Sustaining Level
3.1. Engineering Unit Rp. 700.000.000,-
4. Facility Level
4.1. Fasilitas Jamketja Rp. 507.400.000,-
To ta I Rp. 3.894.000.000,-
Contoh menghitungtarif dari pemacu biaya:
1.1. Pusat Biaya:Machinery, dengan pemacu biayanya:Jam mesin
Model 1 Model2 Model3
Jam mesin!Unit
JumlahUnit
JumlahJam mesin
!jam
10.000
10.000jam
1,25 jam
20.000
25.000jam
2jam
4.000
8.000jam
Totaljammesin 10.000+25.000+8000 =43.000jam
Total Budgeted Cost Rp. 1.212.600.000
TarifJam mesin :Rp. 1.212.600.000,-:43.000 =Rp. 28.200,-/jam