abc

24
 II. Pembebanan Biaya berdasarkan Aktivitas  Activity Based Costing (ABC) Bortiandy Tobing Pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mempengaruhi perkembangan industri dan juga pola perilaku masyarakat. Hal ini semakin menjadikan kompetisi yang semakin sengit dalam dunia usaha. Untuk itu diperlukan berbagai daya dan upaya agar perusahaan dapat lebih fleksibel dan dapat menghasilkan produk yang spesifik dan profitable dengan tetap memperhatikan kepuasan pelanggan. Namun hingga saat ini masih banyak pihak yang menggunakan paradigma lama antara lain: 1. Untuk memperk ecil beban b iaya t etap (cost/u nit), maka p roses produksi harus menghasilkan produk dalam jumlah yang besar pula. 2. Pelang gan yan g memesan/me mbeli prod uk dal am juml ah y ang be sar adalah pelanggan yang memberikan profit besar pula. 3. Pelang gan yan g loy al jug a merup akan p elangga n yan g member ikan profit. Dan profit akan mengikuti kepuasan pelanggan. Berdasarkan penelitian dan per kembangan industri mengungkapkan bahwa paradigma tersebut tidaklah bena r sepenuhnya. Pola perilaku konsumen yang semakin spesifik (yang menjadikan produk tidak dapat diproduksi secara massal dan cenderung ter batas/ limited ), ketepatan waktu pengiriman, dll menjadikan dunia usaha harus mampu memberikan pelayanan yang terbaik dan tetap memiliki profit, walau menghasilkan produk dalam jumlah yang lebih sedikit. Untuk dapat bertahan dalam

Upload: jimy-ndawa

Post on 05-Oct-2015

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • II. Pembebanan Biaya berdasarkan AktivitasActivity Based Costing (ABC)

    Bortiandy Tobing

    Pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah

    mempengaruhi perkembangan industri dan juga pola perilaku masyarakat.

    Hal ini semakin menjadikan kompetisi yang semakin sengit dalam dunia

    usaha. Untuk itu diperlukan berbagai daya dan upaya agar perusahaan dapat

    lebih fleksibel dan dapat menghasilkan produk yang spesifik dan profitable

    dengan tetap memperhatikan kepuasan pelanggan. Namun hingga saat ini

    masih banyak pihak yang menggunakan paradigma lama antara lain:

    1. Untuk memperkecil beban biaya tetap (cost/unit), maka proses

    produksi harus menghasilkan produk dalam jumlah yang besar pula.

    2. Pelanggan yang memesan/membeli produk dalam jumlah yang besar

    adalah pelanggan yang memberikan profit besar pula.

    3. Pelanggan yang loyal juga merupakan pelanggan yang memberikan

    profit. Dan profit akan mengikuti kepuasan pelanggan.

    Berdasarkan penelitian dan perkembangan industri mengungkapkan bahwa

    paradigma tersebut tidaklah benar sepenuhnya. Pola perilaku konsumen

    yang semakin spesifik (yang menjadikan produk tidak dapat diproduksi

    secara massal dan cenderung terbatas/limited), ketepatan waktu

    pengiriman, dll menjadikan dunia usaha harus mampu memberikan

    pelayanan yang terbaik dan tetap memiliki profit, walau menghasilkan

    produk dalam jumlah yang lebih sedikit. Untuk dapat bertahan dalam

  • Activity Based Costing2

    persaingan bisnis, maka pelaku usaha harus mampu menentukan harga jual

    yang kompetitif berdasarkan analisa biaya produksi yang tepat.

    MENGAPA ABC SANGAT PENTING?

    Setiap dunia usaha tidak akan dapat masuk ke dalam kompetisi sekalipun

    untuk memulai memperbandingkan dengan perusahaan lain sampai kita

    tahu bagaimana menghitung beban biaya secara tepat. Dan untuk dapat

    memasuki persaingan global, setiap perusahaan harus dapat lebih fleksibel,

    terintegrasi dan terotomatisasi dalam meningkatkan produktivitas dan

    menurunkan biaya. Akan tetapi, adalah suatu hal yang mustahil untuk

    mendukung daya saing perusahaan tanpa suatu mekanisme perhitungan

    biaya yang akurat.

    Gambar 2.1. Komponen biaya

    Biaya Langsung

    T. Kerja LansungMaterial Langsung

    Biaya Tidak Langsung

    T. Kerja Tidak LansungMaterial Tidak Langsung

    Depresiasi, dll.

    Biaya Produk

    Pembebanan secara langsung

    Pembebanan berdasarkan alokasi/

    indikator tertentu

  • Activity Based Costing 3

    Dalam perkembangan tersebut, beberapa permasalahan yang cenderung

    dihadapi dalam perhitungan biaya produksi dan mempengaruhi dalam

    pengambilan keputusan adalah:

    1. Peningkatan jumlah produksi dan penjualan tidak berarti secara

    otomatis akan memberikan peningkatan profit.

    2. Beberapa produk adalah produk yang memberikan keuntungan dan

    beberapa merupakan produk kritis yang dapat menimbulkan

    kerugian (Dalam meningkatkan daya saing, salah satu strategi

    pemasaran adalah dengan melakukan subsidi silang/transfer price

    antara satu produk yang profit dan yang tidak profit).

    3. Produk yang dihasilkan harus dapat memenuhi persyaratan

    pelanggan yang akan memberikan kepuasan pelanggan.

    4. Tindakan penurunan cost pada satu bagian tertentu akan dapat

    mengurangi biaya mereka, tetapi akan dapat menciptakan biaya-

    biaya tambahan di ke arah muara bagian/departemen lain.

    Salah satu metoda yang dapat memberikan analisa perhitungan biaya produk

    secara akurat adalah dengan menggunakan metoda ABC. ABC membebankan

    cost ke produk atau jasa berdasarkan konsumsi terhadap aktivitas dasar

    pemikiran: produk atau jasa yang dihasilkan diperoleh melalui pelaksanaan

    rangkaian aktivitas dan penggunaan sumberdaya, yang dikonversikan dalam

    bentuk cost. Konsep ABC menganut sistem hubungan sebab akibat antara

    pemicu biaya (cost driver) dan aktivitas/activity center (Gambar 2.2).

  • Gambar 2.2. Perbandingan Pembiayaan Tradisional dan Konsep ABC

    PRODUCT

    Biaya Material Langsung

    Biaya T. Kerja

    Langsung

    Biaya Tidak Langsung

    (Overhead)

    Secara Langsung

    (direct trace)

    Secara Langsung

    (direct trace)

    Berdasar asumsi/ proporsi tertentu

    Biaya Material Langsung

    Biaya T. Kerja

    Langsung

    Secara Langsung

    (direct trace)

    Secara Langsung

    (direct trace)

    PRODUCT

    Jam proses

    Jumlah inspeksi

    Jumlah komponen

    Biaya Konsumsi

    Energy

    Biaya Inspeksi

    Mutu

    Biaya Perbaikan

    Mesin

    Biaya Tidak Langsung

    Traditional Cost System Activity Based Cost System= Activity Center

    = Cost Driver

  • Activity Based Costing 5

    Penggunaan sistem ABC dalam melakukan perhitungan biaya akan dapat

    mendefenisikan proses secara rinci, antara lain:

    1. mengidentifikasikan biaya per unit dari berbagai jasa dan produk,

    2. mengidentifikasikan bagian/section kritis pada inline proses (yang

    sangat mempengaruhi peningkatan cost)

    3. mengidentifikasikan integrasi proses secara utuh (keseimbangan

    pada seluruh lini proses).

    4. dll.

    Suatu keuntungan yang utama dalam menggunakan ABC adalah sistem ini

    akan dapat mengendalikan atau memperkecil penyimpangan dalam

    penetapan biaya produk sebagai akibat dari alokasi yang tidak tidak tepat

    (sewenang-wenang) terhadap biaya tak langsung. Hal inilah yang merupakan

    perbedaan dari perhitungan biaya tradisional (Gambar 2.2).

    (Pada sistem biaya tradisional, untuk mengalokasikan biaya tidak langsung,

    dilakukan dengan pembebanan secara proporsional dengan menggunakan

    suatu indikator atau faktor pembanding yang dianggap sesuai, sedangkan

    unsur-unsur biaya yang lainnya dialokasikan secara langsung, sesuai dengan

    perhitungan langsungnya masing-masing).

    KENDALI WAKTU PADA ABC SYSTEM (TIME-DRIVEN ACTIVITY BASED

    COSTING)

    Waktu merupakan salah satu dimensi yang membatasi seluruh rangkaian

    hidup (3 dimensi yang membatasi: waktu, ruang dan gerak). Dalam sistem

    proses produksi, seluruh aktivitas selalu dipengaruhi dan dibatasi oleh waktu.

  • Activity Based Costing6

    Upah tenaga kerja, pemakaian utilitas, depresiasi dan lain sebagainya,

    merupakan kompensasi atas penggunaan waktu oleh manusia maupun oleh

    mesin dan peralatan yang digunakan. Sehingga waktu merupakan salah satu

    kendali yang dapat digunakan dalam melakukan analisa dan implementasi

    sistem ABC.

    Kendali waktu (Time Driven) adalah suatu pendekatan yang dapat digunakan

    untuk menghindari berbagai kesulitan dalam melakukan implementasi ABC.

    Metoda Time-Driven Activity-Based Costing memiliki dua parameter, yaitu:

    1. Pembebanan biaya untuk setiap unit waktu yang digunakan sumber daya

    yang tersedia dalam memenuhi kapasitas yang tersedia sesuai dengan

    aktivitas perusahaan/bisnis. (Total pengeluaran Overhead dibagi dengan

    total jam kerja karyawan yang digunakan/tersedia).

    2. Penilaian dari unit waktu yang digunakan dalam setiap aktivitas: berapa

    banyak waktu yang digunakan dalam menyelesaikan satu unit produk/

    WIP pada setiap aktivitas (hal ini didasarkan pada hasil perkiraan atau

    pengamatan langsung).

    Pendekatan waktu ini juga memberikan pengaruh yang cukup signifikan

    terhadap permasalahan teknis yang dihadapi, ketika upaya peningkatan hasil

    produksi dikaitkan secara otomatis dengan penambahan waktu proses.

    Dengan pendekatan waktu, tindakan yang pertama sekali harus dilakukan

    adalah mengan menghitung jumlah waktu yang masih kosong (tidak

    terpakai) atau waktu mengganggur. (Sebab, penambahan jumlah waktu dan

    jumlah tenaga kerja pasti akan menambah jumlah produksi. Namun yang

    harus diperhatikan adalah, apakah penambahan jumlah jam kerja dan tenaga

  • Activity Based Costing 7

    kerja tersebut sudah benar dan optimal?). Pada perkembangan selanjutnya

    metoda ini akan sangat membantu dalam merancang proses dengan varian

    produk, pelanggan dan karakteristik aktivitas yang menyebabkan variasi di

    waktu proses. Hal ini pula yang menjadi cikal bakal dari pelaksanaan proses

    tepat waktu (Just in time/JIT).

    PENERAPAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING

    Penerapan sistem Activity Based Costing dapat dilakukan melalui 4 (empat)

    tahapan berikut:

    1. Identifikasi aktivitas

    Secara umum, proses (produksi) perusahaan terdiri atas:

    a. Inbound logstic/penyediaan bahan baku: aktivitas yang terkait

    dengan pemesanan dan pembelian seluruh bahan baku yang akan

    digunakan untuk pekerjaan/proses produksi

    b. Operation: aktivitas untuk melakukan konversi seluruh bahan baku

    yang tersedia, dengan menggunakan seluruh sumber daya yang

    tersedia menjadi produk jadi/finish product.

    c. Outbond logistic: aktivitas untuk menyimpan dan memelihara produk

    yang telah jadi/finish product sebelum produk tersebut

    didistribusikan/diserahkan kepada pelanggan.

    d. Marketing dan sales: aktivitas untuk menyalurkan dan menjual

    produk jadi kepada pelanggan ataupun jaringan distribusi, serta

    menerima masukan dan saran dari pelanggan atas persyaratan yang

    ditetapkan ataupun yang diinginkan oleh pelanggan.

  • Activity Based Costing8

    e. Service: aktivitas untuk membangun hubungan dengan pelanggan

    dan membina kesetiaan pelanggan (customer loyalty) terhadap

    penggunaan produk perusahaan.

    Untuk dapat menganalisa tahapan proses tersebut maka setiap proses

    harus memiliki prosedur standar yang akan digunakan sebagai acuan

    pelaksanaan aktivitas tersebut. Dan secara umum tahapan proses a c

    merupakan satu kesatuan yang terintegrasi, dan memiliki dampak

    langsung terhadap pembebanan biaya produk. Sedangkan proses d e

    (Marketing hingga service), merupakan aktivitas yang tidak langsung

    terhadap proses produksi, dan masuk ke dalam kategori biaya tidak

    langsung (overhead cost).

    Dalam melakukan identifikasi aktivitas, maka perusahaan sebaiknya

    harus memiliki 2 (dua) jenis diagram alur proses, yaitu:

    1. Diagram alur aktivitas setiap bagian (Gambar 2.3)

    2. Diagram alur rincian proses produksi yang terinci untuk setiap item

    produk mulai dari tahapan pembelian raw material hingga

    penyimpanan produk jadi. (Gambar 2.4.). Semakin rinci diagram alur

    tersebut, maka semakin akurat pula analisa yang akan dihasilkan.

    Beberapa data yang dibutuhkan dan sebaiknya dicantumkan pada

    setiap tahapan aktivitas antara lain adalah:

    2.1. Ukuran produk yang dibutuhkan untuk menghasilkan setiap

    jenis produk jadi dapat juga secara kategorial (besar, sedang,

    kecil) . Ukuran tersebut dapat berupa: berat, jumlah, dimensi,

    standar mutu, dll.

  • Activity Based Costing 9

    Gambar 2.3. Diagram Alur Aktivitas Bagian Pembelian

    AKTIVITAS PIC

    Supervisor QC & 2 Operator QC

    Supervisor Purchasing (Purch)

    Supervisor Purch. dan group bongkar

    (6 orang/group)

    Staff Purch. (2 orang)

    KETERANGAN

    Supervisor menerima surat pengantar barang dari supplier dan memeriksa PO yang telah dikirimkan dan menginformasikan ke QC utk dilakukan inspeksi

    Supervisor QC dan operator QC melakukan inspeksi terhadap persyaratan mutu penerimaan material

    Jika tidak memenuhi syarat keberterimaan, maka material dikembalikan kepada supplier.Jika memenuhi, maka dilakukan pembongkaran dan penyimpanan

    Material didistribusikan kepada bagian yang akan menggunakan.

    Mulai

    PenerimaanMaterial

    InspeksiMaterial

    Pembongkaran dan

    penyimpanan

    Passed?

    Distribusi

    Selesai

    Tidak

    Ya

    Proses Produksi

  • Activity Based Costing10

    2.2. Ukuran jumlah target kerja/kapasitas baku untuk elemen

    produktif yang digunakan (tenaga kerja langsung, mesin dan

    peralatan) pada setiap aktivitas (jumlah unit (pcs, kg,

    dll.)/satuan waktu).

    2.3. Jumlah tenaga kerja tidak langsung yang baku (yang harus

    tersedia) selama proses produksi berlangsung, seperti: jumlah

    operator QC, Foremen, dll.

    Gambar 2.4. Diagram Alur Rinci/Detail Produk

  • Activity Based Costing 11

    2.4. Jumlah dan jenis bahan pendukung yang digunakan

    2.5. Standar jumlah buangan/waste yang diijinkan (yield product).

    - Dalam perkembangan selanjutnya, data-data tersebut di atas

    merupakan dasar dalam penyusunan daftar kebutuhan bahan baku

    (Bill of material) dan penerapan metoda Just in time/JIT.

    2. Identifikasi elemen biaya pada setiap aktivitas

    Tahapan selanjutnya adalah melakukan identifikasi terhadap elemen-

    elemen biaya pada setiap aktivitas. Secara umum, elemen biaya dapat

    dibagi atas 3 bagian besar, yaitu:

    a. Biaya langsung/Direct cost: biaya yang secara langsung melekat pada

    material/WIP yang dikerjakan pada masing-masing tahapan (Direct

    Labor & Direct Materials). Contoh: Biaya RM, Ingredients, Packaging,

    Biaya Tenaga kerja langsung/Target, konsumsi energi (mesin dan

    peralatan), dll. untuk setiap item pekerjaan.

    b. Biaya tidak langsung/Indirect cost: biaya yang secara tidak langsung

    melekat pada material/WIP yang dikerjakan pada masing-masing

    tahapan. Contoh: Biaya Pelayan, Mandor, Listrik (penerangan area

    kerja), Air (sanitasi, dll.), Manufacturing Supplies, dll.

    c. Biaya operasional lainnya/Factory overhead (FOH): biaya yang secara

    tidak langsung secara keseluruhan organisasi yang tidak termasuk

    biaya tidak langsung dan tidak langsung di atas - Pengeluaran Rutin

    Perusahaan Contoh: Gaji Direksi, Administrasi perkantoran (Telepon,

    Listrik, Air), Listrik penerangan pabrik, depresiasi, pajak, dll.

  • Activity Based Costing12

    Untuk lebih memudahkan analisa dan pengamatan, sebaiknya elemen-

    elemen biaya langsung (a) dan biaya tidak langsung (b), dicantumkan

    dalam diagram alur produk.

    Contoh identifikasi biaya pada salah satu aktivitas:

    Standar Upah/Jam = Rp 5.600,-

    Target Kerja = 10 kg/jam = Rp. 560,-/kg

    Biaya Pembekuan (Listrik) = Rp. 150.000/jam

    Kapasitas Freezer/jam = 1.500 Kg = 1.000 pack = Rp 100/kg = Rp 150

    /pack

    Gaji/Upah pelayan = Rp. ./jam

    Biaya material = Rp. ../unit

    Ingredients = Rp /unit

    Packaging = Rp ../ unit

    Manufacturing Supplies = Rp ..

    3. Penentuan penyebab/pengendali (activity cost driver) dalam melakukan

    pembebanan biaya aktivitas (cost of activities)

    Untuk dapat menerapkan sistem ABC, tahapan yang teramat penting

    adalah menentukan basis (activity cost driver) untuk pembebanan biaya

    aktivitas (cost of activities). Basis ini yang akan digunakan sebagai dasar

    proporsi beban biaya dalam melakukan perhitungan biaya per unit

    produk pada setiap tahapan proses.

    Faktor sebagai pengendali biaya pada setiap tahapan proses, dapat

    didasarkan pada beban kerja setiap aktivitas hasil kerja (kg, pcs), jam

    kerja (jam kerja orang dan jam operasional mesin), biaya (Rp), dll. Untuk

  • Activity Based Costing 13

    dapat melakukan analisa secara cepat dan tepat, maka penggunaan

    paramater yang seragam antara aktivitas sangat dianjurkan. Dalam hal

    ini pendekatan terhadap konsumsi waktu (labor hour) yang digunakan

    merupakan salah satu cost driver yang dapat digunakan di hampir

    seluruh aktivitas, sebab seluruh aktivitas dilakukan dalam suatu

    rangkaian waktu.

    Contoh dengan menggunakan Jam Kerja Orang:

    Konsep yang digunakan adalah Time and Motion Study

    Seluruh aktivitas dikonversikan ke dalam bentuk jam kerja orang dan

    mesin (untuk beban utility)

    Penentuan standar cost menggunakan beberapa asumsi-asumsi

    mendasar

    Perhitungan actual cost berdasarkan actual penggunaan jam kerja

    orang

    Pembebanan FOH Costs dan Overhead Costs lainnya dilakukan

    dengan proporsi waktu kerja orang yang digunakan

    Contoh perhitungan menggunakan jam kerja orang:

    Asumsi Umum:

    Jumlah Jam kerja normal/bulan = 173 jam

    Incoming RM/bulan = 600 ton

    Jumlah Tenaga Kerja Langsung = 3.000 orang = 3.000 x 173

    jam = 519.000 jam orang/bulan

    Factory Overhead = Rp 6 Milyar = Rp 6 Milyar / 519.000 jam

    = Rp 11.561,-/ jam orang

  • Activity Based Costing14

    UMR/bulan = Rp 802.500 = Rp 802.500/173 jam = Rp 4.639 /

    jam

    Receiving Area (seluruh tenaga kerja adalah tenaga kerja harian

    dan non target):

    Jumlah Tenaga Kerja = 10 orang (termasuk Mandor, pelayan

    dan Quality Control)

    Jumlah Jam Kerja / bulan = 10 x 173 jam = 1.730 jam kerja

    orang

    Jumlah Incoming Material /bulan = 600 ton = (1.730 jam * 60

    menit) / 600 ton =0,173 menit orang / kg

    Deheading Area:

    Jumlah T. Kerja Non Target (Pelayan dan Mandor) = 20 orang

    Jumlah Jam Kerja / bulan = 20 x 173 jam = 3.460 jam kerja

    orang

    Beban jam kerja non target = (3.460 x 60 menit) / 600 ton =

    0,346 menit org/ kg HO

    Target kerja size Besar = 20 kg/jam = 3 menit org / kg = 3,346

    menit orang / kg

    Target kerja size Sedang = 18 kg /jam = 3,33 menit orang / kg

    = 3,676 menit org / kg

    Target kerja size kecil = 15 kg/jam = 4 menit orang / kg =

    4,346 menit org / kg

    Area/Bagian Lain:

  • Activity Based Costing 15

    Penentuan jumlah karyawan non target adalah berdasarkan

    jumlah minimum karyawan target yang harus dibutuhkan

    Penentuan kapasitas kerja pada setiap bagian yang tidak

    menggunakan tenaga kerja non target, dapat dilakukan

    dengan pendekatan Time and Motion Study

    Mesin, Air, Listrik, dan Utility:

    Pembebanan dengan proporsi penggunaan utilitas tersebut.

    Contoh:

    Kapasitas Mesin Freezer = 500 kg/jam = 15.000 watt/jam (Rp

    ./watt/jam) = 0,12 menit/kg WIP = Rp..../menit = Rp /kg

    Penggunaan Penerangan di Ruang I = 2.000 watt/jam =

    Rp./menit

    Untuk selanjutnya perhitungan ABC dilakukan pada setiap aktivitas/work

    center dengan tetap memperhatikan faktor keseragaman alat ukur.

    Perhitungan standar cost yang telah diperoleh, sebaiknya dicantumkan

    ke dalam Diagram alur proses yang telah disusun (Gambar 2.5). Pada

    gambar 2.5, standar Upah/Jam yang digunakan adalah Rp. 4.650,-

    4. Perhitungan biaya per unit dari aktivitas

    Pada tahapan akhir dari penerapan sistem ABC adalah melakukan

    perhitungan total terhadap standar cost untuk setiap unit dari seluruh

    cost yang telah diidentifikasikan dan ditetapkan pada aktivitas tersebut.

    Data-data yang telah dikumpulkan disusun/dirangkai mulai dari tahapan

    awal hingga tahap akhir untuk masing-masing produk, berdasarkan

    satuan/unit (jam kerja org atau biaya/Rupiah).

  • Activity Based Costing16

    Gambar 2.5.

    Diagram Alur Proses yang telah dilengkapi dengan standar cost

    Contoh:

    Total Biaya Pokok = (RM + Pack + Labor + Utility) + FOH

    (RM = Biaya Raw Material/Unit; Pack = Biaya Packaging/Unit; Labor =

    Biaya Tenaga KerjaUnit; Utility = Biaya Utility/Unit; FOH = Assumsi Biaya

  • Activity Based Costing 17

    Factory Over Head/ jam org yg telah dikonversi menjadi Rp/unit). RM,

    Pack, Labor, Utility = Direct Cost, FOH=Overhead Cost

    Asumsi: Finish Goods = 300 Cartons (Ctns) = 10.800 pack = 86.400

    pcs = 4.104 kg FP, Yield = 90%, Cost RM = Rp. 57.000,-/kg, Listrik

    Penerangan = Rp. 750/menit, Jumlah Karyawan 250 orang, FOH = Rp

    11.561/jam kerja orang

    Direct Cost:

    Raw Material : 4.104 kg F Goods : 90% = 4.560 kg,

    Cost RM = Rp. 57.000 x 4.560 kg = Rp. 259.920.000,-

    Cost RM/pack = Rp 259.920.000 : 10.800 pack = Rp 24.067/pack

    Cost Packaging merupakan Direct Cost dan spesifik sehingga

    dapat diasumsikan langsung Rp 15.000/Ctns = Rp 417/pack

    Cost Ingrediants merupakan Direct Cost dan spesifik sehingga

    dapat dihitung langsung berdasarkan komposisi ingrediants yang

    digunakan, dan diasumsikan = Rp 700/pack

    Tenaga Kerja: (Termasuk tenaga kerja target dan non target)

    Rec. Area = 4.560 kg HO x 0,173 menit/orang/kg HO = 790 menit

    = 14 jam kerja orang

    Deheading & Distribusi Assumsi target kerja (termasuk target

    dan non target) = 14 kg HO/labor/hour 4.560 kg HO : 14 kg

    HO/labor/hour = 326 jam kerja orang

    Forming Target kerja (perhitungan berdasarkan penggunaan

    waktu seluruh karyawan bagian forming) = 58 pcs/labor/hour

    86.400 pcs : 58 pcs/labor/hour = 1.490 jam kerja orang

  • Activity Based Costing18

    Finish Product Area Assumsi target kerja orang = 0,18 jam

    kerja orang/Ctns 300 Ctns x 0,18 jam kerja orang/Ctns = 54

    jam kerja orang

    Total Jam kerja orang untuk menghasilkan 300 Ctns:

    = 14 jam + 326 jam + 1.490 jam + 54 jam = 1.884 jam

    = 1.884 jam : 10.800 pack = 0,175 jam/pack

    Total Cost Tenaga Kerja Langsung (Target dan Non Target)

    = 0,175 x Rp 4.639 = Rp 811,83/pack = Rp 812 / pack

    Mesin & Utility : Berdasarkan penjelasan di depan, seluruh utility

    yang digunakan telah memiliki standar Rp/menit, sehingga jika

    asumsi penerangan di ruang Rp. 750/menit dan asumsi jumlah

    karyawan di ruang 250 orang 1.490 jam kerja orang : 250

    orang = 6 jam.

    Beban cost penerangan = Rp 750 x 60 menit x 6 jam

    = Rp 270.000 : 10.800 pack = Rp 25 / pack

    Langkah yang sama dilakukan untuk utility yang lain. (Asumsi

    pada contoh ini, biaya utility dan mesin hanya Rp. 25/pack)

    Factory Overhead : (lihat hasil jam kerja orang/pack Direct Cost)

    Total Cost FOH = 0,175 jam kerja orang/pack x Rp 11.561/jam kerja

    orang = Rp 2.023,18/pack = Rp 2.024 / pack

    Total Biaya Pokok = (24.067/pack + Rp 700/pack) + Rp 417/pack +

    Rp 812/pack + Rp 25/pack + Rp 2.024/pack

    = Rp. 28.045/pack = Rp 73.082/kg FG

  • Activity Based Costing 19

    MANFAAT DAN KARAKTERISTIK ACTIVITY BASED COSTING

    Dalam perkembangan implementasi sistem Activity Based Costing, berbagai

    pihak telah menyatakan akan besarnya manfaat yang telah diberikan oleh

    sistem ini.

    The ABCs of Profitability

    Today, many organizations are using Activity Based Costing (ABC) to make strategy changes and to cut costs, and the process may end up affecting a broad range of operations: simple ones, like the way a truck delivery is unloaded at a store, or major ones, such as whether to outsource direct store deliveries. ABC shows the individual impact of each decision, and the impact of one decision on another. A company may even discover that changing the way deliveries are processed makes outsourcing them uneconomical. ABC can produce results. Here are some examples: A mining company needed to reduce logistics costs and to

    assess the bottom-line impact of some proposed capital investments. It conducted an ABC pilot project which focused on customer service and distribution. The study found enough quick hit improvements to pay for the cost of the pilot project. Management used the model to justify several strategic initiatives, which led to even greater bottomline improvements. ABC was then rolled out to the mining and milling processes. Today, strategic planning, budgeting, and performance measurement have all been upgraded.

    A food processor and wholesale distribution company needed to understand the economics of its processing and logistics activities. Management suspected that some customer groups, products, and delivery routes were losing money. As it turned out, all products contributed to the bottom line, but some customers were indeed unprofitable. The improvement opportunities that ABC discovered amounted to ten times the cost of the pilot project.

  • Activity Based Costing20

    Source: Henry Kolisnik, The ABCs of Profitability, Canadian Transportation Logistics, March 1995, p. 50.

    Sistem ABC dapat merubah berbagai yang selama ini dikategorikan sebagai

    biaya tidak langsung manufaktur menjadi biaya langsung biaya tersebut

    diidentifikasikan secara khusus sebagai biaya hasil produksi. Pemilihan

    aktivitas yang tepat dan faktor pemicu biaya akan membantu manajemen

    dalam melakukan telusur terhadap biaya-biaya overhed yang terkadang sulit

    untuk dikendalikan, menjadi biaya objektif yang spesifik, sehingga dapat

    ditelusur sama seperti biaya material langsung ataupun biaya tenaga kerja

    langsung. Hal ini dapat terjadi, sebab ABC sistem dapat mengklasifikasikan

    lebih banyak item biaya sebagai biaya langsung dibandingkan dengan sistem

    tradisional.

    Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari sistem ABC adalah:

    1. Dengan menerapkan sistem ABC, maka manajemen akan dapat

    merencanakan proses secara rinci dan akurat (waktu penyelesaian

    produk dan harga pokok yang mengikutinya)

    2. Analisa prediksi profit/loss proses pada bulan berjalan yang lebih akurat,

    sehingga akan membantu manajemen untuk segera mengambil tindakan

    strategis yang perlu.

    3. Penelusuran penyebab loss/profit pada akhir bulan/periode analisa yang

    akurat, berdasarkan jenis produk dan faktor produksi (material, jam kerja

    yang digunakan dan bila memungkinkan hari dan jam terjadinya

    kerugian, departemen dan personil yang bertanggung jawab, dll.)

  • Activity Based Costing 21

    Gambar 2.6 Penggunaan konsep ABC dalam menganalisa efisiensi

    penggunaan jam kerja

  • Activity Based Costing22

    4. Sebagai dasar dalam menganalisa keseimbangan (line balancing)

    kapasitas (tenaga kerja, mesin dan peralatan) yang tersedia, dengan

    minimisasi waktu tunggu dan waktu menganggur.

    5. Penerapan sistem ABC akan memberikan analisa atas standar dan

    pencapaian penggunaan seluruh faktor-faktor produksi, antara lain: jam

    kerja (standar dan yang digunakan), material langsung dan pendukung,

    mesin dan peralatan, dll.

    6. Dasar dalam menganalisa kembali struktur organisasi (Job Desc., Jumlah

    tenaga kerja)

    7. Dasar dalam melakuan tindakan perbaikan yang berkesinambungan

    (Continual Improvement.). Implementasi sistem ABC akan membantu

    seluruh karyawan untuk memahami beragam biaya yang mempengaruhi

    kenaikan harga produk. Hal ini akan memberikan kesadaran kepada

    karyawan untuk menganalisa struktur biaya produk pada bagian masing-

    masing sehingga mampu untuk mengidentifikasikan aktivitas-aktivitas

    yang dapat dilakukan dan memberikan nilai tambah. Pada akhirnya,

    peningkatan dan perbaikan yang berkesinambungan akan dapat

    diterapkan dalam menganalisa biaya, untuk mengurangi ataupun

    menghilangkan aktivitas-aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah

    dan untuk mencapai target efisiensi secara keseluruhan.

    8. Dasar yang objektif dalam melakukan penilaian kinerja (Performance

    Management System), melalui Key Performance Indicator individu

    maupun tim.

    Implementasi ABC tidaklah mudah, tidak semudah mengucapkan ABC.

  • Activity Based Costing 23

  • Activity Based Costing24

    Bila implementasi ABC tidak mampu menelusur penyebab profit/loss

    (produk apa? material yang mana? bagian/departemen mana?, dan bila

    memungkinkan hari apa? Dan jam berapa?), maka sesungguhnya sistem ABC

    tersebut tidak benar dan perlu di tinjau kembali.

    Catatan:

    1. ABC adalah analisa kinerja proses dan bukanlah perhitungan

    akuntansi/nerca keuangan organisasi, sehingga data yang digunakan

    adalah data penggunaan faktor produksi pada saat periode pengamatan.

    Jadi sangat tidak dianjurkan untuk menggunakan data-data untuk neraca

    keuangan dari pihak accounting.

    2. Hasil analisa ABC, digunakan untuk membantu catatan/analisa hasil

    kinerja organisasi berdasarkan laporan keuangan dari pihak accounting.